Anda di halaman 1dari 56

DISASTER MANAGEMENT TEAM | Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga 1

PENGANTAR
I. Latar Belakang
Dewasa ini, bencana alam kerap melanda berbagai daerah di Indonesia. Mulai
dari gempa bumi, Tsunami. banjir, tanah longsor dan sebagainya. Namun, dengan
angka kejadian bencana yang cukup tinggi, masyarakat masih belum dibekali dengan
pengetahuan yang cukup mengenai langkah identifikasi dan penaggulangan bencana
yang baik. Sebagai dampaknya, angka penyebaran vektor penyakit setelah bencana
dan angka kematian di posko penampungan relatif tinggi. Oleh karena itu, digagaskan
sebuah modul Disaster Management (manajemen bencana) sebagai pedoman
pelatihan manajemen bencana bagi masyrakat dan kader terkait.
Disaster management (manajemen bencana) adalah suatu modul pelatihan
bagai para kader desa dalam menangani bencana yang terjadi. Disaster Management
dinilai penting dan harus disosialisakan pada masyarakat berkenaan dengan tingginya
angka bencana kejadian bencana alam yang tidak diiringi dnegan meningkatnya
pengetahuan dan keterampilan masyarakat mengenai penanggulangan bencana.
Modul ini dimaksudkan untuk membekali para kader desa dengan pengetahuan,
keterampilan dan kesiapsiagaan dalam mengidentifikasi dan menanggulangi bencana
yang terjadi.
Dalam modul ini, para kader desa akan dibagi menjadi tiga kelompok besar,
yaitu 1)Pos Komando; 2)Pos Pelayanan Kesehatan dan 3)Pos Penampungan. Kader
akan dibagi menurut keahlian ke dalam masing-masing pos dan nantinya akan
mendapatkan pelatihan khusus sehingga menjadi ahli di bidang masing-masing.
Dengan adanya pelatihan ini, diharapkan kader dapat tanggap pada informasi
bencana sedini mungkin, membimbing dan memberdayakan masyarakat, serta dapat
bertindak cepat dan cermat dalam menanggulangi bencana.


DISASTER MANAGEMENT TEAM | Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga 2

II. Tujuan
1. Tujuan Umum
Kader-kader mampu membimbing dan melaksanakan Management Disaster
dengan baik.

2. Tujuan Khusus
Kader-kader mampu:
a. Menjelaskan sistem Disaster Management
b. Menjelaskan tugas dan peranan masing-masing pos Disaster Management
c. Melakukaan simulasi Mangement Disaster yang disertai dengan simulasi
PPGD (Pertolongan Pertama pada Gawat Darurat)

III. Metode Penjelasan
Penjelasan Disaster Management (Manajemen bencana) ini menggunakan dua
system, yaitu
1. Penjelasan Materi
2. Role Play : mengenai Pertolongan Pertama pada Gawat darurat (PPGD)

Nantinya, akan dipilih 5 masyarakat dari dusun/desa tertentu yang akan
dibentuk menjadi seorang kader pada bidang tertentu. Berikut ini adalah gambaran
pendistribusian kader pada masing-masing posko:
1. Pos Komando: 4-6 orang
2. Pos Penampungan: 5-7 orang
3. Pos pelayanan Kesehatan: 5-7 orang

Setelah dilakukan pembagian masin-masing posko,selanjutnya kader-kader
akan diberikan penjelasan materi pada hari pertama yangh selanjutnya akan
dilanjutkan dengan role play mengenai PPGD pada hari setelahnya.
Metode evaluasi dari program ini adalah dengan:
1.Pretest 1 (sebelum penjelasan berlangsung)
DISASTER MANAGEMENT TEAM | Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga 3

2.Posttest 1 (setelah penjelasan berlangsung)
3. Pretest 2 (dimaksudkan untuk merievew materi yang telah diberikan pada
hari sebelumnya)
4. Posttest 2 (sebagai metode evaluasi secara keseluruhan mengenai
kepahaman kader tentang materi secara keseluruhan)

















DISASTER MANAGEMENT TEAM | Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga 4

POS KOMANDO
I.Pengertian
Pos Komando adalah pos yang dipersiapkan sebagai pusat segala informasi
sata bencana berlangsung serta berkomunikasi dengan pihak eksternal yang berkaitan
dengan pengadaan tenaga medis, bantuan dll
II. Tugas dan Peranan
Pos komando bertugas untuk:
1. Mendata dan mengumpulkan semua informasi dari Pos Pelayanan Kesehatan
dan Pos Penampungan. Informasi dapat mecakup:
a. Jumlah dan identitas seluruh masyarakat di penampungan
b. Jumlah dan identitas korban meninggal
c. Jumlah dan identitas orang sakit
d. Keperluan apa saja yang kurang dan harus segera dipenuhi
e. Nomor telepon RS dan pos pelayanan kesehatan terdekat
f. Nomor telepon pihak-pihak vital (polisi,pemadam kebakaran,dokter dll)
g. Nomor telepon perangkat desa, kecamatan dan kelurahan
2. Sebagai pusat komando/instruksi bagi kedua pos lainnya (Pelayanan
Kesehatan dan Penampungan)
3. Sebagai mediator dengan pihak luar. Dalam hal ini, untuk mengusahakan
pengadaan kebutuhan yang diperlukan korban bencana. Sebagai contoh saat
Pos pelayanan Kesehatan membutuhkan tenaga medi tambahan, maka Pos
Komando bertugas untuk menghubungi tenaga medis atau Rumah Sakit
terdekat untuk mendapatkan tenaga medis yang diperlukan.
4. Sebagai pusat informasi bagi korban bencana maupu korban bencana yang
ingin mengetahui kondisi keluarga (seperti tercantum pada poin 1)


DISASTER MANAGEMENT TEAM | Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga 5

III. Materi
Pos komando merupakan tempat yang menjadi pusat dari segala koordinasi
dan aktifitas kesekretariatan. Dalam pos ini tugas yang harus dikerjakan adalah
mengkoordinir dan mencatat segala kegiatan berupa kegiatan yang berhubungan
dengan penanggulan bencana (banjir). Pos komando berfungsi sebagai penghubung
antara warga dengan pihak luar. Dengan alur seperti ini:




Saat warga membutuhkan bantuan (yang dikoordini pos penanmpungan)
maka pos komando bertugas mencarikan bantuan tersebut. Setelah mendapatkan
bantuan tersebut maka tugas dari pos komando adalah menerima dan
mendistribusikannya kepada warga. Begitupun dengan kebutuhan masyarakat akan
alat-alat sehari-hari, alat-alat kesehatan dan kebutuhan akan tenaga medis. Pos
komando bertugas untuk menditribusikannya dengan baik. Untuk mendata segala
jumlah kebutuhan yang dibuthkan korban bencana, pos komando perlu memantau dn
mendata kebutuhan dan jumlah pongungsi dengan bekerja sama dengan Pos
Penanmpungan dan Pos pelayanan kesehatan.
Dalam rangka mendata jumlah korban, dan jumlah pengungsi, dibutuhkan
suatu form khusu. Penggunaan form dapat mempermudah dalam pengecekan data,
pengarsipan data, ataupun dalam hal checklist data. Beberapa syarat yang harus
dilampirkan dalam form: biodata, keluhan, penanganan yang sudah diterima, tanggal
kejadian. Pengambilan data yang rapid an teroganisir sangat dibutuhkan. Hal ini
bertujuan untuk memudahkan masayarakat korban bencana maupun non-korban
untuk mencari informasi mengenai keluarga mereka.
DISASTER MANAGEMENT TEAM | Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga 6

Contoh form:
FORM PENDAFTARAN
NAMA :
UMUR :
TEMPAT/TANGGAL LAHIR :
AGAMA :
STATUS :
ALAMAT :
KECAMATAN :
DESA :
KOTA :
TANGGAL :
KELUHAN :


PENANGGULANGAN :


Selain mendata kebutuhan, jumlah korban dan jumlah pengungsi, pos
komando bertugas untuk memneydiakan informasi dan menjalin hubungan dengan
pihak luar yang terkait. Oleh karena itu, berikut ini adalah daftar-daftar nomor
telpon yang dinilai penting:
DISASTER MANAGEMENT TEAM | Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga 7

DAFTAR KECAMATAN DI PROBOLINGGO

KECAMATAN KADEMANGAN
Jl Brantas 247
PROBOLINGGO 0335-423450

KECAMATAN MAYANGAN
Jl Ikan Paus 34
PROBOLINGGO 0335-421475
KECAMATAN WONOASIH
Jl Jeruk 1
PROBOLINGGO 0335-424902
KECAMATAN KANIGARAN
Jl Slamet Riyadi
PROBOLINGGO 0335-427550
KECAMATAN KEDOPOK
Jl Mastrip 20
PROBOLINGGO 0335-422601
KANTOR POLISI KOTA PROBOLINGGO

POLSEK PROBOLINGGO
Jl. DR. Saleh
PROBOLINGGO
0335-421110

POLSEK KANIGARAN
Jl. Slamet Riyadi
DISASTER MANAGEMENT TEAM | Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga 8

PROBOLINGGO
0335-427550

POLSEK WONOASIH
Jl. Raya Wonoasih
PROBOLINGGO
0335-433502

POLSEK KADEMANGAN
Jl. Raya Bromo
PROBOLINGGO
0335-428184

POLSEK MAYANGAN
Jl. Ikan Paus 56
PROBOLINGGO
0335-421204

POLSEK KEDOPOK
Jl. Mastrip No. 20
PROBOLINGGO
0335-426601

INFORMASI RUMAH SAKIT DI PROBOLINGGO

RUMAH SAKIT DHARMA HUSADA
Jl Soekarno Hatta 10
PROBOLINGGO 68416
0335-422177

DISASTER MANAGEMENT TEAM | Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga 9

RUMAH SAKIT HIDAYATULLAH
Jl S Supriyadi 1
PROBOLINGGO 67211
0335-422675
RUMAH SAKIT PTPN XI WONOLANGAN
Jl Raya Dringu 115
PROBOLINGGO 67271
0335-421304

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. MUHAMAD SALEH
Jl Mayjen DI Panjaitan 65
PROBOLINGGO 67219
0334-433119
RUMAH BERSALIN SITI AISYAH
Jl Raya Panglima Sudirman 65
PROBOLINGGO 67214
0335-421578
INFORMASI PUSKESMAS DI PROBOLINGGO

PUSKESMAS JATI
Jl Hayam Wuruk 2 B
PROBOLINGGO
0335-420792
PUSKESMAS KANIGARAN
Jl HOS Cokroaminoto 39
PROBOLINGGO
PUSKESMAS KETAPANG
Jl Raya Bromo 1-B
DISASTER MANAGEMENT TEAM | Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga 10

PROBOLINGGO

PUSKESMAS SUKABUMI
Jl Wijaya Kusuma 1
PROBOLINGGO
0335-425852
PUSKESMAS WONOASIH
Jl Anggur 70
PROBOLINGGO
0335-425734
INFORMASI KLINIK DI KOTA PROBOLINGGO

KLINIK LABORATORIUM DHARMAHUSADA
Jl Mayjen DI Panjaitan 8
PROBOLINGGO 67219
0335-420413
LABORATORIUM KLINIK SEJAHTERA
Jl Jend A Yani 12
PROBOLINGGO 68418
0335-425416




DISASTER MANAGEMENT TEAM | Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga 11

INFORMASI NOMOR TELP. SKPD KOTA PROBOLINGGO
NO SKPD NO. TELP
1 Dinas Pendidikan 421160
2 Kantor Perpustakaan & Arsip 424224
3 RSUD. Dr. Moch. Saleh 432702
4 Dinas Kesehatan 421660
5 Dinas Pekerjaan Umum 421481
6 Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 427232
7 Dinas Perhubungan 433175
8 Badan Lingkungan Hidup 421646
9 Dinas Kependudukan & Catatan Sipil
Dinas Kependudukan
Catatan Sipil

4438894
424943
10 Badan Pemberdayaan Perempuan 4438919 / 421962
11 Dinas Sosial 421431
12 Kantor Pemberdayaan Masyarakat 422722
13 Dinas Tenaga Kerja 422121
14 Dinas Koperasi, Energi, Industri dan Perdagangan 423053
15 Badan Pelayanan Perijinan 428990
16 Dinas Pemuda, Olahraga, Budaya dan Pariwisata 431179
17 Badan Kesbang, Politik dan Linmas 426436
18 Satuan Pamong Praja 420266
19 Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat 421445
20 Bagian Umum 421445
21 Bagian Organisasi 428993
22 Bagian Pemerintahan 421921
DISASTER MANAGEMENT TEAM | Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga 12





23 Bagian Hukum 425177
24 Bagian Humas dan Protokol 421540
25 Bagian Kesejahteraan Rakyat -
26 Bagian Perekonomian dan Penanaman Modal 4438856
27 Bagian Pembangunan 422409
28 Dinas Pendapatan, Pengelolaan, Keuangan dan Aset
Anggaran
Akuntansi
Aset

427696
-
-
29 Inspektorat 429106
30 Kecamatan Wonoasih 424902
31 Kecamatan Kademangan 423450
32 Kecamatan Mayangan 421475
33 Kecamatan Kedopok 426601
34 Kecamatan Kanigaran 427550
35 Kantor Diklat 422135
36 Badan Kepegawaian Daerah 425077
37 Dinas Pertanian 433191
38 Dinas Kelautan dan Perikanan 421103
39 TWSL 420662
40 Kompos 426563
DISASTER MANAGEMENT TEAM | Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga 13

POS PENAMPUNGAN
I. Pengertian
Pos penampungan sangat vital perannya dalam manajemen penanggulangan
bencana alam. Hal tersebut dikarenakan para korban bencana sangat membutuhkan
tempat tinggal sementara selama terjadinya bencana untuk menjalankan aktivitas
sehari-hari seperti biasanya. Tidak hanya meliputi tempat tinggal sementara, pos
penampungan juga meliputi penyediaan dapur umum, posko pengungsian, sanitasi
dan MCK (Mandi Cuci Kakus) darurat saat dan pasca terjadinya bencana. Di samping
itu juga, pos penampungan juga merupakan pos pengatur transport untuk evakuasi
pengungsi. Oleh karena itu, mlihat sangat pentingnya fungsi pos ini, para kader
manajemen bencana alam harus mempunyai skill dan pengetahuan yang memadai
untuk mendirikan, menjalankan, serta mengontrol fungsi pos penampungan agar
berjalan dengan baik dan dapat menimbulkan rasa nyaman dan terutama sehat bagi
para pengungsi.
II. Tugas dan Peranan
Pos penampungan bertugas dan berperan dalam:
1. Bertanggung jawab transport evakuasi oengungsi
2. Mengidentifikasi daerah rawan banjir
3. Menyiapkan Posko penampungan
4. Memperhatikan dan menyiapkan sanitasi air
5. Mengomando dan menyipakan dapur umum
6. Menyiapkan MCK darurat

III. Materi
Pos penampungan meliputi hal-hal sebagai berikut:
1. TRANSPORT EVAKUASI
Ketersediaan sarana transportasi adalah sangat penting pada proses
pengungsian atau evakuasi penduduk. Kebutuhan alat angkut untuk pengungsian
DISASTER MANAGEMENT TEAM | Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga 14

bergantung pada kapasitas dari jenis alat angkut yang digunakan. Sebagai asumsi
kapasitas angkut masing-masing jenis kendaraan adalah sebagai berikut:
1) Truk : 50 orang/unit
2) Mini bus : 25 orang/unit
3) Mikrolet : 12 orang/unit
4) Sedan/Jeep : 6 orang/unit
Pada saat melakukan evakuasi atau mengungsi/pindah ke tempat yang aman
ketika terjadi banjir, kita harus memperhatikan hal-hal berikut :
1. Melakukan evakuasi ke tempat evakuasi dengan rute yang telah ditentukan
sebelumnya
2. Hindari berjalan di dekat saluran air atau lokasi yang berarus deras agar
terhindar dari seretan arus banjir
3. Jika bertemu genangan banjir, segera berhenti dan cari jalan lain yang aman
4. Pilih tempat berjalan yang tinggi. Walaupun genangan banjir hanya setinggi
mata kaki, genangan banjir tetap perlu dihindari. Genangan banjir setinggi 15
cm dapat membuat terjatuh. Genangan banjir setinggi 70cm dapat
menghanyutkan mobil. Ada kemungkinan tiang listrik roboh akibat banjir. Air
adalah penghantar yang baik bagi arus listrik, sehingga dapat terjadi sengatan
arus listrik pada orang yang melalui genangan. Sengatan listrik tersebut dapat
mengakibatkan kematian.
5. Jangan bermain di genangan banjir (bermain air, berenang dan lain lain).
6. Berhati hati terhadap benda benda yang terbawa aliran sungai, termasuk
hewan liar yang mungkin berbahaya (ular, kalajengking dan lainnya)
7. Dilarang meminum air dari genangan banjir
8. Dilarang memakan makanan yang terkena banjir
9. Jangan berkendaraan dalam wilayah banjir. Jika aliran banjir mengelilingi
kendaraan, tinggalkan mobil dan pindah ke tempat yang lebih tinggi. Kita dan
kendaraan bisa tersapu dengan cepat.

DISASTER MANAGEMENT TEAM | Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga 15

Tips Menghadapi Banjir
Pada saat banjir kita harus sesegera mungkin mengamankan barang-barang berharga
ke tempat yang lebih tinggi.
Matikan aliran listrik di dalam rumah atau hubungi PLN untuk mematikan aliran
listrik di wilayah yang terkena banjir.
Mencoba mengungsi ke daerah aman sedini mungkin saat genangan masih
memungkinkan untuk di seberangi.
Hindari berjalan didekat saluran air untuk menghindari terseret arus banjir.
Jika air terus meninggi hubungi instansi yang terkait dengan penanggulangan
bencana seperti
Kantor kepala desa, Lurah maupun Camat

Menyelamatkan orang lain:
Selamatkan orang terdekat dengan membawa mereka ke tempat yang aman.
Lakukan koordinasi dengan orang lain yang selamat. Berbagi informasi dan
berbagi tugas
dalam penyelamatan korban, mencari bantuan dan pengamanan.
Identifikasi korban mulai dari kerabat terdekat, pilih lokasi pengungsian yang
aman.
Identifikasi kebutuhan yang mendesak.
Lakukan penyelamatan dengan mengirimkan orang (sukarelawan, petugas
medis)
Berikan pertolongan pertama pada korban.
Selamatkan dokumen penting dan harta benda yang bisa dibawa.

2. IDENTIFIKASI CIRI-CIRI KHAS DAERAH RAWAN BANJIR
Daerah rawan banjir memiliki ciri ciri khas sebagai berikut :
Daerah dengan topografi berupa cekungan dan/atau dataran landai, dimana
elevasi tanah mendekati atau dibawah muka air laut.
Daerah dataran banjir alami seperti rawa dan bantaran sungai.
DISASTER MANAGEMENT TEAM | Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga 16

Daerah Aliran Sungai (DAS) yang melampaui batas kritis, dengan ciri-ciri :
tanah tandus, rasio debit maksimum terhadap debit minimum sangat besar
(sungai sangat kering di saat kemarau dan sangat penuh disaat hujan).
Daerah dengan curah/intensitas hujan sangat tinggi.
Daerah dengan sistem saluran pembuangan air penuh dengan sampah.
Daerah pantai yang rawan terhadap badai tropis.
Daerah pantai yang rawan tsunami yang bisa diakibatkan oleh gempa tektonik
dasar laut maupun gempa akibat gunung api aktif yang terletak didasar laut
seperti krakatau.
Daerah hilir dam terutama yang telah beroperasi cukup lama

Selain itu, faktor kerentanan di suatu daerah juga akan mempengaruhi
terjadinya banjir. Faktor kerentanan tersebut adalah sebagai berikut:

Prediksi yang kurang akurat mengenai volume banjir.
Rendahnya kemampuan sistem pembuangan air.
Turunnya kapasitas sistem pembuangan air akibat rendahnya kemampuan
pemeliharaan dan operasional.
Deforestasi.
Turunnya permukaan tanah akibat turunnya muka air tanah (land subsidence).
Perubahan iklim yang diakibatkan oleh pemanasan global.
Kategori atau jenis banjir terbagi berdasarkan lokasi sumber aliran
permukaannya dan berdasarkan mekanisme terjadinya banjir.
banjir yang diakibatkan oleh tingginya curah hujan di daerah hulu sungai.
banjir yang terjadi karena volume hujan setempat yang melebihi kapasitas
pembuangan di suatu wilayah.


DISASTER MANAGEMENT TEAM | Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga 17

Berdasarkan lokasi sumber aliran permukaannya
Banjir kiriman (Banjir Bandang)
Banjir lokal
Berdasarkan mekanisme terjadinya banjir
Regular flood : banjir yang diakibatkan oleh hujan.
Irregular flood : banjir yang diakibatkan oleh selain hujan, seperti tsunami,
gelombang pasang, dan hancurnya bendungan








Gambar pengungsi banjir
3. POSKO PENGUNGSIAN
Lokasi pengungsian adalah tempat yang aman untuk menampung penduduk
korban bencana banjir, untuk beberapa waktu atau hanya bersifat sementara sampai
keadaan dinyatakan aman kembali (deklarasi pengakhiran banjir). Walaupun hanya
bersifat sementara, lokasi ini harusmemenuhi syarat-syarat kelayakan untuk dihuni.
Untuk itu lokasi pengungsian tersebut harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
1) Bebas dari genangan banjir.
2) Ketersediaan prasarana: jalan masuk, air bersih, listrik dan MCK.
3) Ketersediaan logistik: tenaga medis, obat-obatan, bahan makanan maupun dapur
umum.
DISASTER MANAGEMENT TEAM | Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga 18

Beberapa tempat yang dapat dijadikan tempat penampungan pengungsi adalah
berikut ini:
1) Tanah lapang dengan mendirikan tenda.
2) Fasilitas ibadah seperti mesjid dan gereja.
3) Fasilitas sosial seperti rumah sakit dan sekolah.
4) Bangunan lain seperti gudang dan gedung olahraga.
Untuk kelangsungan hidup para pengungsi, perlu disediakan kebutuhan dasar
logistik yaitu berupa ruang untuk berteduh, beras, lauk pauk, dan air minum.
Berdasarkan informasi waktu banjir surut maka lamanya waktu pengungsian dapat
diperkirakan. Selanjutnya total biaya selama pengungsian dapat dianggarkan.
Sementara pada saat kita berada di tempat evakuasi, maka kita dapat
melakukan tindakan-tindakan sebagai berikut
1. Memantau kondisi ketinggian air setiap saat sehingga bisa menjadi dasar untuk
tindakan selanjutnya
2. Ikut mendirikan tenda pengungsian, pembuatan dapur umum
3. Terlibat dalam pendistribusian bantuan
4. Mengusulkan untuk mendirikan pos kesehatan
5. Menggunakan air bersih dengan efisien



Gambar posko pengungsian
DISASTER MANAGEMENT TEAM | Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga 19

4. SANITASI AIR
Persyaratan untuk prasarana air bersih, antara lain:
1. Letak sumber air bersih berdekatan dengan lokasi pendirian RS lapangan dan
terhindar dari pencemaran.45
2. Penyediaan air bersih dapat memanfaatkan pasokan air dari PDAM, jika tidak
memungkinkan dapat memanfaatkan sumber air bersih yang ada, misalnya, air
sumur, air sungai, dsb.
3. Untuk keperluan bedah, bila memungkinkan, air yang telah diolah dapat disaring
kembali dengan catridge filter dan didesinfeksi dengan menggunakan ultra violet
(UV).
4. Kebutuhan air minimal 100 liter/pasien/hari (ICRC).
5. Sanitarian atau penanggung jawab yang ditunjuk melakukan pemeriksaan kualitas
air secara berkala untuk mengukur kadar sisa klor (bila menggunakan desinfektan
kaporit), pH, dan kekeruhan pada titik/tempat yang dicurigai rawan kontaminasi.
6. Apabila dalam pemeriksaan kualitas air, hasilnya tidak memenuhi syarat dan
terdapat parameter yang menyimpang, maka harus dilakukan pengolahan.
4.2.6. Prasarana Pembuangan Limbah
Persyaratan umum untuk prasarana pembuangan limbah, antara lain:
1. Terbuat dari plastik hitam untuk limbah padat rumah tangga/domestik dan dibuang
ke TPA atau dibakar.
2. Tempat sampah berpenutup disediakan di sisi luar setiap tenda.
DISASTER MANAGEMENT TEAM | Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga 20

3. Tempat Pembuangan limbah dengan menggali lubang, dianjurkan sedalam 1-2
meter dan tidak mencemari lingkungan, dan jarak dari sumber air 15 meter.
Untuk pengelolaan limbah medis padat, perlu diperhatikan beberapa hal berikut:
1. Pemilahan jenis limbah medis padat, dimulai dari sumbernya dan mencakup
limbah infeksius, limbah patologi, limbah benda tajam, limbah farmasi, serta limbah
dengan kandungan logam berat yang tinggi.
2. Wadah limbah medis padat terbuat dari bahan yang kuat, cukup ringan, tahan
karat, kedap air, dan memiliki permukaan yang halus di bagian dalamnya sehingga
mudah dibersihkan. Wadah tersebut dilapisi dengan kantong plastik padat warna
kuning (dengan lambing limbah infeksius) yang dapat diikat rapat untuk menampung
limbah medis padat.
3. Di setiap sumber penghasil limbah medis harus tersedia wadah terpisah untuk
limbah padat non-medis.
4. Kantong plastik limbah medis diangkat setiap hari.
5. Lakukan kerja sama dengan rumah sakit terdekat yang memiliki fasilitas
insinerator untuk pemusnahan limbah medis.
Untuk pengelolaan limbah padat non-medis, beberapa hal yang perlu diperhatikan,
yaitu:
1. Pemilahan limbah padat non-medis dilakukan untuk memisahkan antara limbah
yang dapat dimanfaatkan dengan limbah yang tidak dapat dimanfaatkan kembali,
serta pemilahan antara limbah basah dan limbah kering.
2. Wadah limbah padat non-medis harus terbuat dari bahan yang kuat, ringan, tahan
karat, kedap air, dan memiliki permukaan yang mudah dibersihkan serta dilengkapi
dengan tutup yang mudah dibuka dan ditutup.
DISASTER MANAGEMENT TEAM | Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga 21

3. Terdapat sedikitnya 1 wadah untuk setiap kamar atau disesuaikan kebutuhan.
4. Limbah tidak boleh dibiarkan dalam wadahnya melebihi 3 x 24 jam atau apabila
2/3 bagian kantong sudah terisi limbah, kantong harus diangkut supaya tidak menjadi
perindukan vektor penyakit.
5. Tempat pembuangan akhir limbah padat non-medis di lokasi pembuangan akhir
yang dikelola pemda setempat.
Sementara itu, untuk limbah cair, perlu diperhatikan hal-hal berikut:
1. Tersedia kontainer atau jerigen plastik warna kuning (dengan lambang limbah
infeksius) yang dapat ditutup rapat untuk menampung limbah medis cair, benda
tajam, jarum dan spuitnya.
2. Limbah medis cair ditampung ke dalam tanki septik dan didekontaminasi sebelum
dibuang ke saluran pembuangan yang tertutup dan terpisah dari saluran air hujan.
3. Limbah cair yang berasal dari dapur harus dilengkapi penangkap lemak dan
saluran air limbah harus dilengkapi atau ditutup dengan grill.
Pengadaan Air
Dalam situasi bencana mungkin saja air untuk keperluan minumpun tidak
cukup, dan dalam hal ini pengadaan air yang layak dikunsumsi menjadi paling
mendesak. Namun biasanya problemaproblema kesehatan yang berkaitan dengan air
muncul akibat kurangnya persediaan dan akibat kondisi air yang sudah tercemar
sampai tingkat tertentu.
Tolok ukur kunci
1. Persediaan air harus cukup untuk memberi sedikitdikitnya 15 liter per orang
per hari
DISASTER MANAGEMENT TEAM | Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga 22

2. Volume aliran air ditiap sumber sedikitnya 0,125 liter perdetik.
3. Jarak pemukiman terjauh dari sumber air tidak lebih dari 500 meter
4. 1 (satu) kran air untuk 80 100 orang
Kualitas air
Air di sumbersumber harus layak diminum dan cukup volumenya untuk
keperluan keperluan dasar (minum, memasak, menjaga kebersihan pribadi dan rumah
tangga) tanpa menyebabakan timbulnya risikorisiko besar terhadap kesehatan akibat
penyakitpenyakit maupun pencemaran kimiawi atu radiologis dari penggunaan
jangka pendek.
Tolok ukur kunci ;
1. Di sumber air yang tidak terdisinvektan (belum bebas kuman), kandungan
bakteri dari pencemaran kotoran manusia tidak lebih dari 10 coliform per 100
mili liter
2. Hasil penelitian kebersihan menunjukkan bahwa resiko pencemaran semacam
itu sangat rendah.
3. Untuk air yang disalurkan melalui pipapipa kepada penduduk yang
jumlahnya lebih dari 10.000 orang, atau bagi semua pasokan air pada waktu
ada resiko atau sudah ada kejadian perjangkitan penyakit diare, air harus
didisinfektan lebih dahulu sebelum digunakan sehingga mencapai standar
yang bias diterima (yakni residu klorin pada kran air 0,20,5 miligram perliter
dan kejenuhan dibawah 5 NTU)
4. Konduksi tidak lebih dari 2000 jS / cm dan airnya biasa diminum
5. Tidak terdapat dampak negatif yang signifikan terhadap kesehatan pengguna
air, akibat pencemaran kimiawi atau radiologis dari pemakaian jangka
pendek, atau dari pemakain air dari sumbernya dalam jangka waktu yang telah
direncanakan, menurut penelitian yang juga meliputi penelitian tentang kadar
endapan bahanbahan kimiawi yang digunakan untuk mengetes air itu sendiri.
DISASTER MANAGEMENT TEAM | Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga 23

Sedangkan menurut penilaian situasi nampak tidak ada peluang yang cukup
besar untuk terjadinya masalah kesehatan akibat konsumsi air itu.
Prasarana dan Perlengkapan
Tolok ukur kunci :
1. Setiap keluarga mempunyai dua alat pengambil air yang berkapasitas 1020
liter, dan tempat penyimpan air berkapasitas 20 liter. Alatalat ini sebaiknya
berbentuk wadah yang berleher sempit dan/bertutup
2. Setiap orang mendapat sabun ukuran 250 gram per bulan.
3. Bila kamar mandi umum harus disediakan, maka prasarana ini harus cukup
banyak untuk semua orang yang mandi secara teratur setiap hari pada jam
jam tertentu. Pisahkan petakpetak untuk perempuan dari yang untuk laki
laki.
Bila harus ada prasarana pencucian pakaian dan peralatan rumah tangga untuk umum,
satu bak air paling banyak dipakai oleh 100 orang.
Pembuangan Kotoran Manusia
Masyarakat korban bencana harus memiliki jumlah jamban yang cukup dan
jaraknya tidak jauh dari pemukiman mereka, supaya bisa diakses secara mudah dan
cepat kapan saja diperlukan, siang ataupun malam
Tolok ukur kunci :
1. Tiap jamban digunakan paling banyak 20 orang
2. Penggunaan jamban diatur perumah tangga dan/menurut pembedaan jenis
kelamin (misalnya jamban persekian KK atau jamban lakilaki dan jamban
perempuan)
DISASTER MANAGEMENT TEAM | Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga 24

3. Jarak jamban tidak lebih dari 50 meter dari pemukiman (rumah atau barak di
kamp pengungsian). Atau bila dihitung dalam jam perjalanan ke jamban
hanya memakan waktu tidak lebih dari 1 menit saja dengan berjalan kaki.
4. Jamban umum tersedia di tempattempat seperti pasar, titiktitik pembagian
sembako, pusat pusat layanan kesehatan dsb.
5. Letak jamban dan penampung kotoran harus sekurangkurangnya berjarak 30
meter dari sumber air bawah tanah. Dasar penampung kotoran sedikitnya 1,5
meter di atas air tanah. Pembuangan limbah cair dari jamban tidak merembes
ke sumber air mana pun, baik sumur maupun mata air, suangai, dan
sebagainya
6. 1 (satu) Latrin/jaga untuk 610 orang
Pengelolaan Limbah Padat
Masyarakat harus memiliki lingkungan yang cukup bebas dari pencemaran akibat
limbah padat, termasuk limbah medis.
1. Sampah rumah tangga dibuang dari pemukiman atau dikubur di sana sebelum
sempat menimbulkan ancaman bagi kesehatan.
2. Tidak terdapat limbah medis yang tercemar atau berbahaya (jarum suntik
bekas pakai, perbanperban kotor, obatobatan kadaluarsa,dsb) di daerah
pemukiman atau tempattempat umum.
3. Dalam batasbatas lokasi setiap pusat pelayanan kesehatan, terdapat tempat
pembakaran limbah padat yang dirancang, dibangun, dan dioperasikan secara
benar dan aman, dengan lubang abu yang dalam.
4. Terdapat lubanglubang sampah, keranjang/tong sampah, atau tempattempat
khusus untukmembuang sampah di pasarpasar dan pejagalan, dengan system
pengumpulan sampah secara harian.
5. Tempat pembuangan akhir untuk sampah padat berada dilokasi tertentu
sedemikian rupa sehingga problemaproblema kesehatan dan lingkungan
hidup dapat terhindarkan.
DISASTER MANAGEMENT TEAM | Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga 25

6. 2 (dua) drum sampah untuk 80 100 orang
Tempat/Lubang Sampah Padat
Masyarakat memiliki cara cara untuk membuang limbah rumah tangga seharihari
secara nyaman dan efektif.
Tolok ukur kunci :
1. Tidak ada satupun rumah/barak yang letaknya lebih dari 15 meter dari sebuah
bak sampah atau lubang sampah keluarga, atau lebih dari 100 meter jaraknya
dar lubang sampah umum.
2. Tersedia satu wadah sampah berkapasitas 100 liter per 10 keluarga bila
limbah rumah tangga seharihari tidak dikubur ditempat.
Pengelolaan Limbah Cair
Masyarakat memiliki lingkungan hidup seharihari yang cukup bebas dari risiko
pengikisan tanah dan genangan air, termasuk air hujan, air luapan dari sumber
sumber, limbah cair rumah tangga, dan limbah cair dari prasaranaprasarana medis.
Halhal berikut dapat dipakai sebagai ukuran untuk melihat keberhasilan pengelolaan
limbah cair :
1. Tidak terdapat air yang menggenang disekitar titiktitik pengambilan/sumber
air untuk keperluan seharihari, didalam maupun di sekitar tempat
pemukiman
2. Air hujan dan luapan air/banjir langsung mengalir malalui saluran
pembuangan air.
3. Tempat tinggal, jalan jalan setapak, serta prasana prasana pengadaan air
dan sanitasi tidak tergenang air, juga tidak terkikis oleh air. (Sumber:
Kepmenkes No. 1357 /Menkes/SK/XII/2001)
DISASTER MANAGEMENT TEAM | Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga 26

5. DAPUR UMUM
Pengertian Dapur Umum:
Dapur Umum adalah Dapur Umum Lapangan yang diselenggarakan oleh
Palang Merah Indonesia untuk menyediakan atau menyiapkan makanan dan dapat
didistribusikan kepada korban bencana dalam waktu cepat dan tepat.
Penyelenggaraan Dapur Umum dilakukan apabila tidak memungkinkan bantuan
mentah untuk korban bencana. Penyelenggaraan Dapur Umum untuk melayani
kebutuhan makan para penderita / korban bencana bukan monopoli organisasi PMI,
namun dapat diselenggarakan oleh siapa saja dan dapat menyelenggarakannya
Penyelenggaraan Dapur Umum yang diselenggarakan oleh PMI Cabang menjadi
tanggungjawab Pengurus PMI Cabang, yang dalam pelaksanaannya dilakukan oleh
regu yang ditugaskan oleh Pengurus Cabang. Regu disesuaikan dengan kebutuhan
dan jumlah korban yang harus dilayani.
Pembagian Tim Pengelola ( Regu Kelompok Sektor ) dalam pelaksanaan Dapur
Umum yang disesuaikan dengan kebutuhaan dan jumlah sasaran penerima bantuan
yang harus dilayani :
Regu :
Satu regu yang menangani 1 unit dapur umum dengan kapasitas maksimal melayani
500 orang sekurang-kurangnya terdiri dari :
1. 1 orang Ketua Regu
2. 1 orang Wakil Ketua Regu
3. 1 orang Penanggungjawab Tata Usaha
4. 1 orang Penanggungjawab Peralatan dan Perlengkapan
5. 1 orang Penanggungjawab Memasak
6. 1 orang Penanggungjawab Distribusi
7. Beberapa orang tenaga yang membantu terdiri dari unsur masyarakat di daerah
bencana dan sekitarnya
DISASTER MANAGEMENT TEAM | Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga 27


Kelompok :
Bila diperlukan lebih dari satu regu Dapur Umum sekaligus, maka regu regu
tersebut diberi nomor urut dan dihimpun dalam kelompok. Kelompok dipimpin oleh
Ketua Kelompok dan jika perlu dibantu oleh seorang pembantu umum
Sektor :
Apabila masyarakat yang dilayani cukup besar jumlahnya dan terpencar di daerah
yang cukup luas, maka kelompok-kelompok Dapur Umum tersebut dapat dihimpun
dalam satu wilayah kerja yang disebut sektor. Sektor tersebut dipimpin oleh Ketua
dan seorang pembantu umum.

Pelaksanaan
Dalam menentukan lokasi agar memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
1. Letak Dapur Umum dekat dengan posko atau penampungan supaya mudah dicapai
atau dikunjungi oleh korban
2. Kebersihan lingkungan cukup memadai
3. Aman dari bencana
4. Dekat dengan transportasi umum
5. Dekat dengan sumber air

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pendistribusian :
1. Distribusi dilakukan dengan menggunakan kartu distribusi
2. Lokasi atau tempat pendistribusian yang aman dan mudah dicapai oleh korban
3. Waktu pendistribusian yang konsisten dan tepat waktu
4. Pengambilan jatah seyogyanya diambil oleh KK atau perwakilan yang sah
5. Pembagian makanan bisa menggunakan daun, piring, kertas, atau sesuai dengan
pertimbangan aman, cepat, praktis, dan sehat


DISASTER MANAGEMENT TEAM | Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga 28

Lama penyelenggaraan :
1. Diselenggarakan bila situasi untuk memberikan bahan mentah tidak mungkin
2. Lamanya 1 3 hari untuk seluruh korban bencana
3. Hari ke 4 7 pemberian dilakukan secara selektif
4. Setelah lebih dari 7 hari diupayakan bantuan berupa bahan mentah

Kaitan Dapur Umum Dengan Standar Minimum

Standar-standar minimum ketahanan pangan, gizi, dan bantuan pangan adalah suatu
pernyataan praktis dari asas-asas dan hak-hak seperti yang terkandung dalam Piagam
kemanusiaan.Setiap orang berhak atas pangan yang cukup, hak ini diakui dalam
Instrumen Hukum Internasional dan termasuk hal untuk terbebas dari kelaparan.

Aspek-aspek hak untuk mendapatkan kecukupan pangan tersebut di atas mencakup :
Ketersediaan pangan dalam jumlah dan kualitas yang cukup untuk memenuhi
kebutuhan gizi individu, bebas dari bahan-bahan yanag merugikan, dan dapat
diterima dalam suatu budaya tertentu.
Pengan tersebut dapat dijangkau dengan cara berkesinambungan dan tidak
mengganggu pemenuhan hak-hak asasi manusia lainnya

Pentingnya ketahanan pangan dalam masa bencana :
Ketahanan Pangan :
Tercapai ketika semua orang dalam masa apapun mempunyai akses fisik dan
ekonomis terhadap pangan yang cukup, aman, dan bergizi untuk dapat hidup sehat
Penghidupan :
Terdiri dari kemampuan, harta benda, dan aktivitas yang diperlukan untuk sarana
kehidupan yang terkait dengan pertahanan hidup dan kesejahteraan di masa
mendatang

DISASTER MANAGEMENT TEAM | Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga 29

Kekurangan Gizi :
Mencakup satu cakupan berbagai kondisi termasuk kekurangan gizi akut, kekurangan
gizi kronis, dan kekurangan vitamin dan mineral.


Gambar dapur umum
6. MCK DARURAT SAAT BENCANA
Pembuatan jamban dalam situasi darurat umumnya menggunakan terpal
plastik. Dalam situasi keadaan darurat yang ekstrem, bisa jadi lokasi untuk buang air
besar berupa lapangan. Dalam situasi-situasi yang lebih mapan, mestinya bisa
dibangun jamban untuk keluarga. Ingat perempuan, anak-anak, penyandang cacat dan
orang sakit memiliki kebutuhan yang berbeda dari laki-laki. Mungkin diperlukan
jamban dengan desain khusus untuk mereka.
Persyaratan yang perlu diperhatikan untuk prasarana toilet dan kamar mandi darurat,
antara lain:
1. Lokasinya tidak berdekatan langsung dengan dapur,
2. Tidak menimbulkan genangan air yang dapat menjadi tempat perindukan nyamuk.
3. Bak dan jamban dipasang dengan baik dan dilengkapi dengan sistem saluran
pembuangan.
4. Bila dilengkapi shower, sistemnya harus dilengkapi dengan kran.
5. Bak penampung air harus mudah dikuras.
DISASTER MANAGEMENT TEAM | Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga 30

6. Dilengkapi dengan sistem pencahayaan.
7. Memiliki sistem ventilasi pembuangan udara yang berhubungan langsung dengan
udara luar.



Gambar MCK darurat












DISASTER MANAGEMENT TEAM | Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga 31

POS PELAYANAN KESEHATAN
I. Pengertian
Pos Pelayanan Kesehatan merupakan pos yang bertanggung jawab mengenai
kesehatan pengungsi selama pengungsi berada di pos penampungan. Nantinya, pos
pelayana kesehatan akan berkoordinasi secara aktif dengtan pos penampungan dan
pos komando dalam rangka memantau kebutuhan pengungsi dan akan tenaga medis,
II. Tugas dan Peranan
Berikut ini adalah tugas dan peranan dari pos pelayanan kesehatan:
1. Mendata dan menyiapkan segala kebutuhan kesehatan pokok para pengungsi.
Dalam hal ini meliputi:
a. Obat-obatan umum
b. Alat-alat kesehatan yang dinilai cukup dan layak digunakan saat
keadaan genting berlangsung
c. Menyiapkan alat-alat Basic Life Support yang sekiranya dibutuhkan
seperti tandu, kasa steril plester dsb.
d. Mendata dan menyiapkan alat-alat melahirkan yang layak dan cukup
bagi ibu-ibu hamil
e. Menyiapkan alat-alat yang berkaitan dengan siklus bulanan wanita.
2. Berkerjasama dengan dapur umum pos penampungan dalam menyiapkan
makanan yang bergizi bagi balita, ibu hamil dan orang sakit.

III. Materi
A. Posko Kesehatan
Hal2 yg perlu diperhatikan dalam pendirian posko kesehatan:
1. Mendirikan tenda / memanfaatkan gedung yang bisa digunakan sebagai
sebagai
2. tempat menampung dan melayani pengungsi.
hal2 yg diperlkan dalam mendirikan tenda:
DISASTER MANAGEMENT TEAM | Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga 32

a. Tempat yang lapang dan datar
b. struktur tanah tidak labil
c. Mudah dijangkau
d. penyekatan dalam tenda untuk privatisasi pengungsi
3. Menyiapkan penerangan selama 24 jam
a. adanya sarana penerangan yang memadai (petromak, lampu tempel, senter,
dll)
b. penyiapan genset dan kabel (bila ada)
4. Menyediakan sarana pendukung dalam pelaksanaan pelayanan
a. ada sarana air bersih, jamban yang memenuhi syarat kesehatan
b. tempat pembuangan sampah / kantong plastik sampah
c. tempat pelayanan diatur sesuai dengan jenis-jenis pelayanan yang akan
diberikan
d. dilengkapi furnitur (disesuaikan kondisi di lapangan) untuk tempat
pelayanan, baik untuk petugas, pasien, tamu maupun pemberi sumbangan.
e. dilengkapi dengan sarana administrasi, baik untuk mencatat pelayanan yang
diberikan, maupun bantuan yang diterima, serta pendistribusiannya
f. bila memungkinkan, disediakan tissue basah dan bahan antiseptik lainnya
(chlorine) sebagai pengganti air

Untuk ruang pemeriksaan dokter diperlukan ruangan yang tertutup (bisa
menggunakan kelambu ataupun papan triplek) dengan pencahayaan yang
memadai, beberapa furniture yang khusus dibutuhkan untuk ruang pemerikasaan
dokter adalah :
1. Tempat tidur (ranjang, kasur, beserta bantal serta tempat pijakan kaki apabila
dirasa tempat tidur terlalu tinggi)
2. Meja dan kursi (untuk dokter beserta pasien)
3. Almari khusus untuk dokter (digunakan untuk menyimpan peralatan
pemeriksaan oleh dokter beserta catatan medis dokter)
4. Almari khusus untuk menyimpan obat obatan
DISASTER MANAGEMENT TEAM | Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga 33

5. Rak (diletakkan di dekat tempat tidur, untuk menempatkan peralatan tindakan
bagi dokter seperti alat desinfeksi, dll)
6. Tempat sampah (sediakan dua macam tempat sampah untuk membuang
sampah medis dan non medis)
7. Pada kondisi tertentu juga diperlukan kompor beserta panci yang ditempatkan
di ruangan yang berbeda untuk melakukan desinfeksi peralatan dokter
8. Dilengkapi dengan sarana administrasi, baik untuk mencatat pelayanan yang
diberikan, maupun bantuan yang diterima, serta pendistribusiannya
9. Bila memungkinkan, disediakan tissue basah dan bahan antiseptik lainnya
(chlorine) sebagai pengganti air

B. Penyediaan dan pengelolaan obat di posko pelayanan kesehatan
1. Pengelolaan obat
Terdiri dari:
a. Perhitungan kebutuhan
b. Pengadaan
c. Penyimpanan
d. Penyiapan dan peracikan
e. Penggunaan dan pelayanan
f. Pencatatan dan pelaporan
2. Penggolongan obat
a. berdasarkan bentuk sediaan, meliputi:
1. Bentuk serbuk
2. Bentuk tablet
3. Bentuk kapsul
4. Bentuk injeksi
5. Bentuk cairan utuk diminum
6. Bentuk salep
7. Bentuk tetes
8. Bentuk suppositoria
DISASTER MANAGEMENT TEAM | Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga 34

b. berdasarkan cara pemakaian, meliputi:
1. Obat oral (obat untuk diminum)
2. Obat parenteral (obat untuk disuntikkan dengan tujuan saluran pencernaan)
3. Obat topical (obat untuk dioleskan)
4. Obat rectal (obat yang dimasukkan melalui anus)
5. Obat injeksi (obat suntik)
c. berdasarkan cara penyimpanannya, meliputi:
1. Perbedaan tempratur
2. Perbedaan tingkat keamanan
3. Peraturan perundang undangan (obat bebas dan bebas berbatas)
3. Penerimaan dan penyimpanan obat di posko
a. Memeriksa kondisi dan kualitas obat
b. Memeriksa tanggal kadaluarsa
c. Memeriksa obat yang diterima apakah sesuai dengan daftar atau tidak
d. Membuat catatan penerimaan dan pemakaian obat
e. Mendokumentasikan hasil seluruh pemeriksaan
f. Menyimpan obat sesuai ketentuan

C. Pertolongan Pertama pada Gawat darurat (PPGD)/ Basic Life Support
Pertolongan Pertama Adalah Tindakan atau bantuan awal yang diberikan
kepada korban cedera atau penyakit mendadak sebelum bantuan tenaga ahli
datng (Dokter/ Petugas kesehatan).





DISASTER MANAGEMENT TEAM | Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga 35

1. Langkah Awal PPGD
Yang perlu diperhatikan saat melakukan PPGD adalah:






a. Harus tenang. Hanya orang yang tenang bisa membantuorang lain.
b. Selamatkan diri Anda terlebih dulu, kemudian orang sekitar Anda - Periksa
keadaan bahaya lalu lintas, kebakaran, aliran listrik, atau apa saja yang
mengancam keselamatan Anda, orang lain dan korban. Dekati korban setelah
kondisi benarbenar aman.
c. Mintalah bantuan. Jangan tinggalkan korban sendirian. Kirim orang lain untuk
segera cari pertolongan. Bila Anda satu-satunya orang yang berada di tempat
kejadian dan bantuan tidak kunjung tiba, Anda bisa pergi tinggalkan korban
untuk cari pertolongan.
d. Hubungi Rumah Sakit atau fasilitas medis terdekat. Pesan yang diberikan
kepada layanan gawat darurat harus singkat: di mana lokasi korban, kondisi
korban, dan berapa banyak korban.w
e. Jangan pindahkan korban patah tulang atau bagian belakang tanpa tandu.
f. Jangan berikan makanan atau minuman kepada korban.



Waktu adalah nyawa
Lakukanlah tindakan pertolongan secepat mungkin

DISASTER MANAGEMENT TEAM | Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga 36

2. Pertolongan Pertama pada Korban Tidak Sadarkan Diri
2.1 Periksa kesadaran korban dan perkenalkan diri

Saat menemukan korban tidak sadarkan diri penolong memastikan keamanan
tempat kejadian dan memperkenalkan diri sekaligus menyatakan bahwa telah
mendapat pelatihan tentang pertolongan gawat darurat tingkat dasar.
Penolong bisa gerakkan bahu korban perlahan sambil memanggil korban. Bila
sadar, korban akan bisa menggerakkan tubuhnya, mengeluarkan suara atau menjawab
pertanyaan sebagai bentuk reaksi yang diberikan.

Bisa minta bantuan orang lain untuk melakukannya jika ada banyak orang di
sekitar lokasi kejadian.
2.2 Pijat jantung paru (Resusitasi Jantung Paru) dini






DISASTER MANAGEMENT TEAM | Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga 37

Menekan (kompresi) dada dilakukan sebanyak satu putaran (30 kompresi,
sekitar 18 detik). Pijat jantung paru yang efektif adalah pijatan yang cukup
cepat,kuat, dalam, dan pada saat menarik pijatan posisi dada kembali seperti semula.
Dalam pijat jantung paru yang efektif, kecepatan memijat atau menekan
diharapkan mencapai sekitar 100 pijatan/menit dengan kedalaman sekitar 5 cm (2
inchi). Lokasi pijatan dilakukan pada tengah dada pasien.
Setelah pijatan dada dilakukan sebanyak satu siklus dilanjutkan dengan nafas
buatan dari mulut ke mulut korban yang telah dilapisi oleh kain tipis atau masker
sebanyak dua kali nafas buatan. Hal yang perlu diperhatikan adalah berikan jarak 1
detik antar antar nafas buatan, perhatikan kenaikan dada korban untuk memastikan
udara dari nafas buatan yang masuk telah cukup untuk mengembangkan dada korban,
dan perbandingan pijat jantung paru dan nafas buatan untuk satu putaran adalah 30
pijat : 2 nafas buatan.
Pijat jantung paru dapat dilakukan terus menerus tanpa memberikan nafas
buatan hingga korban sadar.
Pada saat memberikan pijat jantung paru diharapkan jeda antar pijatan tidak
terlalu lama dan apabila penolong telah merasa kelelahan dan ingin digantikan, harap
pergantian penolong dilakukan secepat mungkin.






DISASTER MANAGEMENT TEAM | Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga 38

ALUR PERTOLONGAN PERTAMA PADA PASIEN TIDAK SADARKAN
DIRI






















Pijat jantung paru yang baik:
- Dalamnya pijatan 2 inchi atau 5 cm
- Frekuensi pijatan setidaknya 100 kali/menit.
- Menunggu kembalinya posisi dada sempurna seperti semula
kemudian memberikan pijatan selanjutnya
- Jeda waktu antar pijatan sesingkat mungkin




Tidak ada respon/
tidak bernapas atau napas
terengah-engah
Cari Pertolongan Gawat Darurat Terdekat
Lakukan pijat jantung paru terus
menerus
Satu putaran 30 pijat jantung


Hentikan saat korban sadar
Hentikan saat bantuan datang
DISASTER MANAGEMENT TEAM | Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga 39

2.3 Menghentikan Pendarahan
Ada dua jenis pendarahan; pendarahan luar (pendarahan dari luka) dan
pendarahan dalam (pendarahan di dalam tubuh). Pendarahan dalam lebih berbahaya
dan lebih sulit untuk diketahui daripada pendarahan luar. Oleh karena itu tanda-tanda
berikut harus diperhatikan.
2.3.1 Cara penanganan pendarahan dalam
1. Baringkan korban dengan nyaman dan longgarkan pakaiannya yang ketat.
2. Angkat dan tekuk kakinya, kecuali ada bagian yang retak.
3. Segera cari bantuan medis.
4. Jangan memberi makanan atau minuman.
5. Periksa korban setiap saat kalau dia mengalami syok (shock).

2.3.2 Tanda Tanda syok:
1. Telapak tangan tampak pucat, basah (berkeringat), dan dingin (pada orang
normal: hangat, kering, dan kemerahan)
2. Denyut nadi lebih dari 100/menit (dapat diperiksa di pergelangan tangan,
leher, lipatan bagian dalam siku)
3. Tekanan darah kurang dari 100mmHg (diperiksa dengan menggunakan
tensimeter) atau diperkirakan dengan meraba denyut nadi
- teraba denyut nadi di pergelangan tangan menandakan tekanan darah
minimal 80 mmHg
- tidak teraba denyut nadi di pergelangan tangan tetapi teraba denyut
nadi di lipatan bagian dalam siku menandakan tekanan darah minimal
70 mmHg
- hanya teraba denyut nadi di daerah leher menandakan tekanan darah
minimal 60 mmHg

DISASTER MANAGEMENT TEAM | Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga 40

Apabila korban mengalami posisikan korban dengan posisi syok (seperti gambar
di bawah ini)

www.legacyhealth.org
naikkan kaki korban ke atas kursi atau permukaan yang cukup tinggi lainnya dan buat
korban merasa hangat dengan menyelimuti tubuh korban.

2.3.3 Cara penanganan pendarahan luar (pendarahan dari luka)
1. Baringkan korban dalam posisi syok.
2. Periksa apakah luka berisi benda asing atau tulang yang menonjol. Jika ada,
jangan sentuh luka; gunakanlah bantalan pengikat.
3. Jika luka tidak disertai tulang yang menonjol, segera tekan bagian tubuh yang
terluka. Jika tidak ada pembalut yang steril, gunakan gumpalan kain atau baju
bersih atau tangan untuk mengontrol pendarahan sampai menemukan
pembalut dan bantalan yang steril. Jika korban dapat menekan sendiri, suruh
korban menekan lukanya, untuk mengurangi risiko infeksi silang.
4. Lakukan bebat tekan pada bagian tubuh yang terluka untuk menghentikan
pendarahan
5. Angkat bagian tubuh yang terluka, lebih tinggi dari posisi jantung korban.
DISASTER MANAGEMENT TEAM | Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga 41

6. Jika darah membasahi pembalut, lepaskan pembalut dan gantilah bantalan.
Walaupun pendarahan telah berhenti, jangan terburu-buru melepaskan
pembalut, bantalan atau perban untuk menghindari terjadinya hal yang tak
terduga.
7. Jangan memberi makanan atau minuman kepada korban yang mengalami
pendarahan.
8. Periksa korban setiap saat kalau-kalau dia mengalami syok (shock).
9. SEGERA cari bantuan medis.

2.3.4 Menghentikan Pendarahan dengan Bebat Tekan
Prinsip:
melakukan bebat tekan pada luka untuk menghentikan pendarahan sekaligus
melindungi bagian tubuh yang terluka dari kotoran (kontaminan)
Peralan yang dibutuhkan:
kain segitiga berukuran 90 x 90 x 142 cm yang dilipat memanjang seperti hasduk
(dasi pramuka) pria atau menggunakan kain persegi yang dilipat dua menjadi
segitiga.


Langkah langkah menghentikan pendarahan:
1. ikatkan kain mengitari bagian tubuh yang mengalami pendarahan dengan
menyisakan dua ujung kain yang tidak sama panjang
2. lipat ujung kain yang lebih panjang beberapa kali sehingga seperti membentuk
tumpukan tempelkan di atas luka
3. kemudian ikatkan kedua ujung sisa kain dengan kekuatan cukup sehingga kain
tidak akan lepas.
Bila tidak tersedia kain seperti disebut diatas
manfaatkan kain apapun yang dapat
digunakan.

DISASTER MANAGEMENT TEAM | Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga 42

4. setelah melakukan pembebatan periksa denyut nadi bagian tubuh di bawah
bebatan, kemampuan merasakan sentuhan serta menggerakkan bagian tubuh tersebut.
2.3.5 Pada Kasus Berat
Pada kasus kasus berat tertentu seperti lengan atau kaki yang remuk karena
tergiling mesin penggiling padi atau pada kasus serupa maka hal yang perlu
dilakukan adalah:
1. mengikat bagian lengan atau kaki sedekat mungkin dengan luka pendarahan
yang parah atau lengan/kaki yang remuk
2. kencangkan ikatan sampai pendarahan berhenti
2.4 Memindahkan Korban
Sebisa mungkin, jangan memindahkan korban yang terluka kecuali ada
bahaya membahayakan korban maupun penolong. Sebaiknya berikan pertolongan
pertama di tempat korban berada sambil menunggu bantuan datang.
Jika terpaksa memindahkan korban, lakukan hal-hal berikut:
2.4.1 Hal yang patut diperhatikan :
Pindahkan korban dalam posisi stabil tidak bergerak sedikitpun, karena gerakan dapat
memperburuk kondisi korban.
Perhatikan tiap posisi tubuh instruktur saat berjongkok, berdiri mengangkat korban
dan lain lainnya.
2.4.2 Personel dan perlengkapan yang dibutuhkan:
1. Dalam memindahkan pasien minimal dibutuhkan empat orang
2. Papan datar yang mampu mencakup semua permukaan tubuh korban (pada kondisi
darurat dapat menggunakan pintu)
DISASTER MANAGEMENT TEAM | Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga 43

3. kain panjang untung mengikat korban pada papan
2.4.3 Petunjuk arah :
Atas = bagian kepala korban
2.4.4 Langkah langkah memindahkan korban:
1. orang pertama memposisikan diri diatas kepala pasien (pada gambar tampak posisi
orang pertama sejajar dengan pasien agar tidak menghalangi kamera tidak boleh
ditiru-)
2. orang pertama mengapit kepala korban dengan kedua lengan serta jari jarinya
berpegangan pada kedua bahu korban untuk memposisikan kepala dan leher korban
tetap stabil
3. orang kedua memposisikan diri disamping tubuh bagian atas korban
4. satu tangan orang kedua memegang bahu korban dan tangan lainnya memegang
pinggul korban
5. orang ketiga memposisikan diri disamping tubuh bagian tengah korban
6. satu tangan orang ketiga memegang tubuh pasien disebelah atas tangan orang
kedua yang memegang pinggul korban (tangan bersilangan) sementara tangan lainnya
memegang paha korban
7. orang keempat memposisikan diri disamping kaki korban
8. tangan orang keempat memegang paha korban disebelah atas tangan orang ketiga
(tangan bersilangan) sementara tangan kanan orang keempat memegang mata kaki
korban.
DISASTER MANAGEMENT TEAM | Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga 44


DISASTER MANAGEMENT TEAM | Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga 45

www.ncbi.nlm.nih.gov
9. penolong yang paling menguasai teknik (pemimpin) memberi aba aba dengan
hitungan 1-2-3 kemudian memiringkan tubuh korban menghadap kearah penolong
10. secara bergantian orang kedua, ketiga dan keempat memeriksa bagian belakang
tubuh korban dengan menggunakan tangan yang berada di bagian bawah tubuh
pasien sesuai dengan daerah jangkauan tangan mereka dan melaporkan apabila ada
cedera pada bagian belakang tubuh korban
11. pada saat orang keempat telah selesai memeriksa bagian belakang tubuh korban ia
melaporkan dengan kata Clear (bisa menggunakan kata lain dalam bahasa
Indonesia seperti beres atau baik)
12. orang ketiga mendekatkan papan ke tubuh korban dengan menarik tepinya, atau
dapat dilakukan oleh orang lain disekitar tempat tersebut bila ada.
13. pemimpin memberi aba aba 1-2-3 untuk kemudian membaringkan tubuh
korban diatas papan
14. tangan orang kedua, ketiga dan keempat dipindahkan untuk memegang sisi tubuh
korban yang lain
15. pemimpin memberi aba aba untuk kemudian menggeser tubuh korban secara
keseluruhan ke atas papan pada hitungan ke 3. 1-2-3
16. ikat tubuh korban menggunakan kain panjang pada papan
17. para penolong memposisikan diri dua orang disisi kanan dan dua orang disisi kiri,
penolong yang memiliki postur tubuh lebih tinggi berada di belakang (kepala korban
berada di bagian belakang)
18. perhatikan dengan baik bagaimana posisi berjongkok para penolong
DISASTER MANAGEMENT TEAM | Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga 46

19. penolong yang berada di sisi kanan paling belakang (dekat dengan kepala korban)
memberi aba aba untuk berdiri pada hitungan ke 3. 1-2-3 (mengangkat korban
dengan posisi badan tegak menghadap lurus ke depan)
20. penolong yang berada di sisi paling kanan belakang memberi aba aba untuk
melangkah dengan 1-2-3, kaki bagian luar melangkah pertama kali.
21. kepala korban selalu berada di belakang agar dapat tetap terawasi kondisinya.
22. menggunakan aba aba untuk menurunkan korban pada hitungan ke 3. 1-2-3
2.4.5 Tentang tandu

Jika tidak ada tandu yang tersedia, gunakan papan meja, pintu atau 2 batang kayu
yang kuat dengan selimut atau kain sarung. Gunakan tandu dengan bagian tengah
yang keras untuk membawa korban yang dicurigai menderita cedera di kepala atau di
tulang belakang.
2.4.6 Cara membuat tandu dari selimut dan tiang
Taruh selimut terbentang di tanah dan letakan kedua tiang berjarak 1/3 lebar selimut.
Lipat sisa selimut menutupi kedua tiang tersebut. Berat korban akan menahan lipatan
pada tempatnya.

DISASTER MANAGEMENT TEAM | Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga 47

2.4.7 Korban dewasa terluka yang masih mampu berjalan
Dapat dilakukan untuk orang dewasa yang terluka yang masih bisa berjalan dengan
sedikit bantuan.
1. Berdirilah di samping korban; di sisi tubuh yang terluka. Namun, jika tangan
atau bahu yang terluka, berdirilah disisi tubuh yang lain
2. Rangkulkan tangan Anda ke belakang korban dan pegang pi n g g u l n y a .
Rangkulkan tangan korban ke pundak Anda dan sanggalah korban dengan
bahu Anda. Pegang tangannya.
3. Pindahkan korban perlahan - lahan. Melangkah dengan kaki bagian dalam
terlebih dahulu.


2.5 Gendongan Tangan Untuk Korban Keseleo, patah lengan bagian atas atau
bawah
2.5.1 Prinsip:
Menjaga agar lengan yang cedera tidak banyak bergerak (tetap stabil) untuk
menghindari kondisi yang semakin memburuk.
2.5.2 Peralatan yang dibutuhkan:
Segitiga 90 x 90 x 142 cm atau dapat menggunakan kain persegi yang dilipat dua
menjadi segitiga
2.5.3 Langkah langkah :
1. Lipat segitiga pada garis lipatan (perhatikan gambar dibawah) posisikan puncak
segitiga berada di siku

DISASTER MANAGEMENT TEAM | Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga 48






2. tarik ujung 1 kain kearah belakang tubuh korban melewati bahu korban yang
berbeda sisi dengan lengan yang cedera
3. tarik ujung 2 kain kearah belakang tubuh korban melewati bahu korban yang satu
sisi dengan lengan yang cedera

molecontroller.co.uk
5. posisi tangan membentuk sudut 45
0

6. ikatkan kedua ujung kain di atas bahu yang berbeda sisi dengan lengan yang
cedera
Puncak segitiga
Ujung 1
Ujung 2
Garis lipatan
DISASTER MANAGEMENT TEAM | Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga 49

6. buatlah simpul dengan ujung segitiga yang berada di siku, untuk menahan jatuhnya
(merosot) tangan kearah samping
7. seluruh permukaan lengan tertutup kain kecuali jari jari

2.6 Pembidaian
2.6.1 Prinsip :
Mengikatkan lengan/kaki yang cedera pada benda lain untuk menjaga lengan/kaki
yang cedera selalu dalam posisi stabil sehingga menghindari cedera yang lebih parah.
2.5.2 Perlengkapan yang dibutuhkan :
1. kain segitiga berukuran 90 x 90 x 142 cm yang dilipat seperti hasduk (dasi
pramuka pria) minimal 3 untuk satu bagian lengan/kaki yang cedera
2. papan keras (tidak lentur) yang panjangnya menjangkau dua persendian
lengan/kaki yang cedera (untuk anak kecil bisa menggunakan penggaris segitiga atau
majalah yang digulung)
3. bantalan untuk bagian lengan/kaki yang menonjol
2.6.3 Langkah langkah (contoh kasus cedera pada kaki) :
1. pegang kaki korban di atas bagian yang cedera kemudian pegang ujung kaki tarik
perlahan untuk meluruskan kaki korban.
2. penolong menahan dengan tangan di bawah kaki korban yang cedera.
3. pertimbangkan bagaimana rencana anda membawa korban ke puskesmas atau
rumah sakit terdekat, apabila anda akan membawanya dengan tandu yang dapat
melengkung (tidak stabil) maka anda perlu memberikan papan di bagian bawah kaki
korban.
DISASTER MANAGEMENT TEAM | Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga 50

4. beri papan di bawah kaki dan pada sisi bagian luar kaki
5. untuk menstabilkan kaki pada sisi bagian dalam dapat menggunakan kaki pada sisi
yang berbeda sebagai penahan atau menggunakan papan
chestofbooks.com
Contoh pemberian papan di bawah kaki dan di sisi bagian luar kaki
5. ikat papan dengan kaki menggunakan kain yang telah dilipat menjadi dua pada sisi
luar kaki
DISASTER MANAGEMENT TEAM | Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga 51


www.tpub.com

6. tarik ujung lipatan kain kearah sisi luar kaki sehingga kedua ujung kain berada
pada sisi dalam kaki
7. masukkan salah satu ujung kain yang berada di bawah ke dalam lubang yang
terbentuk dari ujung lipatan kain,
8. ambil ujung kain yang lainnya ikatkan dengan ujung kain yang tadi telah
dimasukkkan ke dalam ujung lipatan kain dengan erat pada sisi luar kaki.
DISASTER MANAGEMENT TEAM | Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga 52

9. lakukan ikatan di atas dan di bawah bagian kaki yang cedera. (perhatikan gambar)
10. pada setiap pembidaian buat minimal 3 ikatan dengan cara seperti di atas
11. beri bantalan pada bagian kaki yang menonjol.
12. Periksa denyut nadi, kemampuan merasakan sentuhan serta menggerakkan jari
jari kaki

2.7 Luka Bakar
Luka akibat terbakar oleh api atau menyentuh permukaan yang panas seperti
setrika, knalpot, dll dapat diatasi dengan langkah berikut:
1. bebaskan permukaan kulita dari pakaian atau lapisan yang menutupi lainnya
2. dinginkan dengan menyiram air biasa (bukan air es)
3. jangan pernah mengoleskan pasta gigi/oli/apapun diatas permukaan kulit yang
terbakar
4. bawa ke puskesmas atau rumah sakit terdekat

D. Kesehatan Reproduksi
1. Pra melahirkan
Proses melahirkan dapat terjadi secara tiba-tiba, termasuk saat bencana
terjadi. Meski begitu kondisi sang ibu tetap harus diperhatikan dengan baik. Agar
dapat melahirkan dengan lancar dan tetap sehat setelah melahirkan.
Lalu apa yang harus dilakukan?
1. Segeralah mendata para wanita yang sedang hamil. Segera tempatkan mereka
dekat dengan tenda melahirkan.
DISASTER MANAGEMENT TEAM | Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga 53

2. Bagi para ibu yang hamil muda, kondisi psikis dan fisik tetap harus
diperhatikan. Tidak menutup kemungkinan penanggulangan bencana
berlangsung selama berbulan-bulan. Sediakan makanan dan minuman yang
cukup bagi para calon ibu ini. Sediakan juga pakaian dan MCK dengan air
bersih untuk mencegah infeksi kuman saat melahirkan. Juga agar sang ibu
tetap dapat merasa nyaman. Jangan ragu memintanya pada dinas kesehatan
dan para donatur!. Bagi para ibu yang melahirkan untuk pertama kalinya, beri
penjelasan tentang tanda-tanda sang bayi akan keluar dan teknik mengedan
yang baik agar dapat melewati masa persalinan dengan lancar.
3. Bagi para ibu yang hamil tua, kesiagaan perlu ditingkatkan. Para bidan desa
dan relawan yang berkompeten harus siaga untuk menghadapi persalinan ibu
yang tiba-tiba. Semua keperluan harus sudah disipkan dengan baik. Jangan
ragu untuk memintanya pada dinas kesehatan dan para donatur!.
4. Bagi para ibu yang melahirkan untuk pertama kalinya, beri penjelasan tentang
tanda-tanda sang bayi akan keluar dan teknik mengedan yang baik agar dapat
melewati masa persalinan dengan lancar.

2. Pasca melahirkan
a. Kondisi Bayi
Saat bencana terjadi, kesehatan bayi merupakan korban yang sangat rentan
dalam kejadian situasi darurat, seperti mudahnya bayi terkena penyakit. Cara yang
paling mudah untuk menjaga kesehatan bayi ialah dengan memberinya ASI eksklusif
diawali dengan IMD (Inisiasi Menyusui Dini).
Lalu apa yang harus dilakukan?
1. Tahap pra bencana atau potensi ada bencana perlu kesiap-siagaan, peringatan
dini, dan motivasi ibu agar tetap menyusui bayinya.
2. Berkoordinasi dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)
dalam menyusun kebijakan pemberian makanan bayi dalam situasi darurat.
DISASTER MANAGEMENT TEAM | Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga 54

Untuk itu para konselor dan fasilitator menyusui agar siap sedia membantu.
Bagi para ibu yang melahirkan bayinya saat bencana diharuskan untuk
menyusui anaknya sejak awal. Perlu diupayakan penyediaan ruang
menyusui/tenda sayang bayi
3. Sebelum dan sesudah terjadi bencana perlindungan terhadap ibu dan bayi
diprioritaskan, termasuk mendirikan tenda sayang bayi. Cegah masuknya
bantuan berupa susu formula. Kalaupun harus diterima hanya diberi bagi bayi
yang kehilangan ibu, dengan aturan pemberian yang tepat dan higienis.

Perlu adanya komitmen yang tinggi dari para Pemangku Kebijakan di semua
tingkatan untuk mendukung pemberian ASI Eksklusif serta IMD. Perlu adanya
kerjasama antara bidan desa, relawan desa setempat, dan Dinas Kesehatan terkait.
b. Kondisi Ibu
Setelah melahirkan tentu merupakan saat yang melelahkan bagi sang ibu,
terlebih di tengah-tengah bencana. Untuk itu bidan desa, relawan, dan Dinas
Kesehatan perlu bekerja sama dengan baik.
Lalu apa yang harus dilakukan?
Berilah motivasi pada sang ibu agar IMD (Inisiasi menyusui dini) dan terus
memberikan ASI eksklusif pada sang bayi. Hal ini penting bagi bayi sekaligus
menciptakan ikatan batin antara ibu dengan sang bayi.
1. Motivasi sang ibu agar jangan berbaring di tempat tidur saja. Berilah
semangat agar sang ibu mau berjalan pelan-pelan walau tetap terasa sakit. Hal
ini penting agar aliran darah ibu lancar sehingga mempercepat proses
penyembuhan paska melahirkan.
2. Sediakan pembalut yang cukup banyak agar sang ibu dapat melalui masa
nifasnya dengan nyaman. Berkoordinasilah dengan BNP. Diharapkan untuk
mengganti pembalut tiap 4-6 jam sekali.
DISASTER MANAGEMENT TEAM | Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga 55

3. Beri motivasi dan semangat pada sang ibu agar tetap sabar dan tegar di
tengah-tengah bencana ini.


3. Bagi para ibu dan remaja putri
Walaupun berada di tengah-tengah keadaan yang semrawut seperti bencana,
kesehatan reproduksi teteap harus dijaga. Jangan sampai nantinya kita sakit karena
terkena infeksi kuman atau jamur hanya karena kurang menjaga kebersihan.
Lalu apa yang harus kita lakukan?
1. Berkoordinasilah dengan dinas kesehatan setempat atau para donatur untuk
segera membangun MCK umum dan menyediakan sumber air yang bersih
agar kita dapat membersihkan diri dengan baik. Jangan lupa untuk meminta
persediaan pakaian dalam yang banyak. Jangan sampai kita mengenakan
pakaian dalam yang sama untuk beberapa hari.
2. Bagi para ibu dan remaja putri yang sedang atau akan menstruasi segera minta
persediaan pembalut yang banyak ke dinas kesehatan atau donatur.
Diharapkan untuk mengganti pembalut setiap 6 jam sekali.
3. Jangan ragu untuk meminta pakaian dalam dan pembalut pada orang-orang
yang memberikan bantuan.






DISASTER MANAGEMENT TEAM | Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga 56

PENUTUP
Dengan dilaksanakannya pelatihan Manajemen bencana, diharapkan
masyarakat dapat menggunakan ilmu yang sudah didapat saat bencana terjadi,
sehingga keadaan tempat kejadian bencana lebih terorganisir. Selain itu, diharapkan
masyarakat dapat berbagi ilmu atau menjadi kader yang dapat melatih masyarakat
dari desa lain.

Anda mungkin juga menyukai