BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kortikostreroid merupakan obat yang sangat banyak dan luas dipakai dalam dunia
kedokteran. Begitu luasnya penggunaan kortikosteroid ini bahkan banyak yang digunakan
tidak sesuai dengan indikasi maupun dosis dan lama pemberian, seperti pada penggunaan
kortikosteroid sebagai obat untuk menambah nafsu makan dalam waktu yang lama dan
berulang sehingga bisa memberikan efek yang tidak diinginkan. Untuk menghindari hal
tersebut diperlukan pemahaman yang mendalam dan benar tentang kortikosteroid baik
farmakokinetik, physiologi di dalam tubuh maupun akibat-akibat yang bisa terjadi bile
menggunakan obat tersebut.
Koerikosteroid pertama kali dipakai untuk pengobatan pada tahun 1949 oleh en!e et
al untuk pengobatan rheumatoid arthritis. "ejak saat tersebut kortikosteroid semakin luas
dipakai dan dikembangkan usaha-usaha untuk membuat senyawa-senyawa glukokortikoid
sintetik untuk mendapatkan efek glukokortikoid yang lebih besar dengan efek
mineralokortikoid lebih ke!il serta serendah mungkin efek samping.
Kelenjar adrenal mengeluarkan dua kelas steroid yaitu #orti!osteroid $glukokortikoid dan
mineralokortikoid% dan se& hormon. 'ineralokortikoid banyak berperan dalam pengaturan
keseimbangan !airan dan elektrolit, sedang glukokortikoid berperan dalam metabolisme
karbohidrat.
(lukokortikoid dikeluarkan oleh korteks kelenjar adrenal yang dikeluarkan kedalam sirkulasi
se!ara !ir!adian sebagai respon terhadap stress. #ortisol merupakan glukokortikoid utama di
dalam tubuh manusia.
Pembatasan masalah
'asalah yang akan dibahas pada makalah ini meliputi biosintesis, mekanisme kerja,
farmakodinamik, farmakokinetik, indikasi, kontraindikasi, efek samping obat dari konsep
terapi kortikosteroid.
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode !uli "#$% & $' Septem(er "#$%
$
Konsep Terapi Kortikosteroid Hotris Anandita Vitalli
Tujuan penulisan
)ujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui dan menjelaskan konsep
terapi dari penggunaan kortikosteroid.
Metode penulisan
'etode penulisan yang digunakan pada makalah ini menga!u pada beberapa literatur
kepustakaan seperti buku, jurnal ilmiah, dan artikel ilmiah.
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode !uli "#$% & $' Septem(er "#$%
"
Konsep Terapi Kortikosteroid Hotris Anandita Vitalli
BAB II
TINAUAN PU!TA"A
AD#EN$"$#TI"$T#$PIN %A&TH'
() Biosintesis* "imia dan Pengaturan !ekresi
*#) merupakan suatu rantai lurus polipeptida, yang pada manusia terdiri dari +9
asam amino. ,ada keadaan basal ke!epatan sekresi *#) diatur oleh mekanisme umpan
balik negatif hormon korteks adrenal $terutama kortisol% dalam darah. ,ada defisiensi hormon
korteks adrenal ini, misalnya pada pasien *ddison, produksi dan sekresi *#) akan
meningkat. ,engaturan sekresi *#) juga diatur oleh corticotropin releasing
hormone $#-% yang diproduksi di hipotalamus. #- sampai ke hipofisis anterior melalui
pembuluh darah portal hipotalamo-hipofisis.
(ambar 1. ubungan hipotalamus, hipofisis, dan kelenjar adrenal.
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode !uli "#$% & $' Septem(er "#$%
'
Konsep Terapi Kortikosteroid Hotris Anandita Vitalli
"ekresi *#) juga dipengaruhi oleh berbagai rangsang saraf yang sampai pada
median eminens hipotalamus melalui serabut aferen dan menyebabkan pengeluaran #-.
"ebagai !ontoh, rangsangan pada reseptor rasa nyeri diteruskan ke saraf aferen perifer dan
traktus spinotalamikus, akhirnya sampai pada median eminens hipotalamus dan
menyebabkan sekresi #- yang kemudian dialirkan ke adenohipofisis yang kemudian
melepas *#). -eaksi emosi $takut, marah, !emas% melalui saraf aferen yang menuju ke
hipotalamus juga dapat merangsang sekresi hormon korteks adrenal. 'ungkin dapat
menjelaskan mengapa orang yang sering dilanda emosi !enderung menderita iritasi lambung,
karena pada pemberian hormon kortikosteroid sering ditemukan efek samping iritasi
lambung.
Kadar kortisol darah dalam keadaan basal mengalami alun $.ariasi% diurnal, yaitu
pada pagi hari paling tinggi sedangkan pada malam hari paling rendah. 'ungkin alun diurnal
ini se!ara tidak langsung berhubungan dengan akti.itas indi.idu. ,engobatan menggunakan
kortikosteroid sekali sehari dilakukan meniru keadaan fisiologis ini, yaitu dengan pemberian
obat pada pagi hari.
+) Mekanisme "erja
"etelah *#) bereaksi dengan reseptor hormon yang spesifik di membran sel korteks
adrenal, terjadi perangsangan sintesis adrenokortikosteroid pada jaringan target tersebut
melalui peningkatan akti.itas adenil-siklase sehingga terjadi peningkatan sintesis siklik-*',.
)empat kerja siklik-*', pada steroidogenesis ialah pada proses peme!ahan rantai !abang
kolesterol dengan oksidasi, proses ini menghasilkan pregnenolon.
,engaruh ekstra-adrenal *#) antara lain dapat dilihat pada warna kulit kodok yang
diisolasi. ormon ini dapat menyebabkan warna kulit tersebut menjadi lebih hitam. al ini
mungkin disebabkan karena pada hewan gugus asam amino ke-1 sampai ke-1+ identik
dengan gugus asam amino yang terdapat pada /-'" $melanocyte-stimulanting hormone%.
,ada manusia hiperpigmentasi akibat *#) dapat terjadi pada penyakit *ddison karena
adanya aktifitas /-'" intrinsik pada *#).
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode !uli "#$% & $' Septem(er "#$%
%
Konsep Terapi Kortikosteroid Hotris Anandita Vitalli
,) -armakokinetik
*#) tidak efektif bila diberikan per oral karena akan dirusak oleh en0im proteolitik
dalam saluran !erna. ,ada pemberian 1', *#) diabsorbsi dengan baik. "etelah pemberian
12, *#) !epat menghilang dari sirkulasi3 pada manusia masa paruhnya kira-kira 14 menit.
*#) yang ditemukan dalam urin tidak mempunyai akti.itas biologis yang berarti. 1ni
menunjukkan bahwa hormon tersebut mengalami inakti.asi di jaringan.
Besarnya efek *#) pada korteks adrenal tergantung dari !ara pemberiannya.
,emberian infus *#) 56 unit terus-menerus selama waktu yang ber.ariasi dari +6 detik
sampai 47 jam, menyebabkan sekresi adrenokortikosteroid yang linier sesuai dengan waktu
infus. Bila *#) diberikan se!ara 12 !epat, sebagian besar hormon ini tidak akan bekerja
pada korteks adrenal. "aat ini ada *#) sintetik yang lebih terpilih untuk pemakaian klinik
yaitu kosintropin.
.) Indikasi
*#) banyak digunakan untuk membedakan antara insufiensi adrenal primer dan
sekunder. ,ada isufiensi primer kelenjar adrenal mengalami gangguan, sehingga pemberian
*#) tidak akan menyebabkan peninggian kadar kortisol dalam darah. "ebaliknya, pada
isufiensi sekunder gangguan terletak di kelenjar hipofisis, sehingga pemberian *#) akan
menyebabkan peninggian kadar kortisol darah.
8ahulu *#) sering digunakan untuk mengobati isufiensi adrenal dan penyakit
nonendokrin lain yang memerlukan glukokortikoid, tetapi hasilnya kurang dapat diper!aya
dan kurang menyenangkan bila dibandingkan dengan pemakaian kortikosteroid. ,emberian
*#) juga akan merangsang sekresi mineralokortikoid sehingga dapat menyebabkan retensi
air dan elektrolit. Berbeda dengan pemberian glukokortikoid, penggunaan *#)
menyebabkan jaringan memperoleh bukan hanya glukokortikoid, tetapi juga
mineralokortikoid dan androgen. Karena alasan tersebut di atas, *#) jarang digunakan
untuk pengobatan yang bertujuan mendapatkan efek glukokortikoid. *#) sekarang ini
masih digunakan antara lain untuk mengatasi 9 neuritis optika, miastenia gra.is, dan sklerosis
multipel.
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode !uli "#$% & $' Septem(er "#$%
)
Konsep Terapi Kortikosteroid Hotris Anandita Vitalli
/) E0ek !amping
*#) dapat menyebabkan timbulnya berbagai gejala akibat peningkatan sekresi
hormon korteks adrenal. "elain itu, hormon ini dapat pula menyebabkan reaksi
hipersensiti.itas, mulai dari yang ringan sampai syok dan kematian. -eaksi terhadap
kosintropin lebih jarang terjadi. ,eningkatan sekresi mineralokortikoid dan androgen
menyebabkan lebih sering terjadi alkalosis hipokalemik $akibat retensi :a% dan akne bila
dibandingkan dengan pemberian kortisol sintetik.
1) !ediaan dan Posologi
"ortikotropin U!P, larutan steril untuk pemakaian 1' atau 12. "ediaan ini berasal
dari hipofisis mamalia.
"ortikotropin repositoria, merupakan larutan *#) murni dalam gelatin untuk
suntikan 1' atau "K, dengan dosis 46 unit, diberikan sekali sehari.
"ortikotropin seng hidroksida U!P, suspensi untuk pemberian 1'. 8iberikan sekali
sehari dengan dosis 46 unit.
"osintropin, peptida sintetik yang dapat diberikan 1' atau 12, dosis 6,54 mg
ekui.alen dengan 54 unit.
AD#EN$"$#TI"$!TE#$ID DAN ANAL$2 !INTETI"N3A
() Biosintesis dan "imia
Korteks adrenal mengubah asetat menjadi kolestrol, yang kemudian dengan bantuan
berbagai en0im diubah lebih lanjut menjadi kortikosteroid dengan 51 atom karbon dan
androgen lemah dengan 19 atom karbon. *ndrogen ini juga merupakan sumber estradiol.
"ebagian besar kolestrol yang digunakan untuk steroidogenesis ini berasal dari luar
$eksogen%, baik pada keadaan basal maupun setelah pemberian *#).
'eskipun kelenjar adrenal dapat mensintesis androgen, pada wanita sekitar 46;
androgen plasma berasal dari luar kelenjar adrenal. 'eskipun demikian pada kasus
hipofungsi korteks adrenal penambahan dehidroepiandrosteron $8<*% bersama
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode !uli "#$% & $' Septem(er "#$%
*
Konsep Terapi Kortikosteroid Hotris Anandita Vitalli
glukokortikoid dan mineralokortikoid akan memperbaiki well being dan seksualitas wanita.
,ada pria androgen dari adrenal hanya sebagian ke!il dari seluruh androgen plasma.
'eskipun androgen adrenal tidak esensial untuk sur.i.al, kadar 8<* dan deri.at sulfatnya
$8<*"% men!apai kadar pun!aknya pada usia +6 tahunan dan menurun sesudahnya. ,asien
dengan penyakit kronis pun mempunyai kadar yang sangat rendah, sehingga mun!ul hipotesa
bahwa pemberian 8<* mungkin akan mengurangi akibat buruk proses penuaan. 'eskipun
data belum mendukung, saat ini 8<* banyak dijual sebagai suplemen pangan dengan
tujuan mempengaruhi proses penuaan.
(ambar 5. Biosintesis adrenokortikosteroid dan androgen adrenal.
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Dalam
Rumah Sakit Umum Daerah Kota Semarang
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Periode !uli "#$% & $' Septem(er "#$%