Anda di halaman 1dari 32

i

LOMBA KARYA TULIS ILMIAH



TOPIK:

PENGEMBANGAN ENERGI PANAS BUMI DI ACEH DALAM
MENINGKATKAN PERTUMBUHAN EKONOMI MASYARAKAT
MENUJU ASEAN ECONOMIC COMMUNITY 2015

Oleh :

Ketua : Ulul Azmi 1204107010005, Teknik Geofisika
Anggota : T. Ryan Fachrianta
Cut Intan Keumala

1104107010027, Teknik Geofisika
1204107010033, Teknik Geofisika









UNIVERSITAS SYIAH KUALA
BANDA ACEH
2014


ii



iv



KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kepada Allah SWT dan shalawat serta
salam kepada Nabi Muhammad SAW, sehingga Penulis dapat menyelesaikan
Karya Tulis Ilmiah dengan topik Pengembangan energi panas bumi di Aceh
dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat menuju ASEAN
Economic Community 2015. Karya tulis ini bisa menjadi awal pola pikir atau
pandangan mengenai potensi sumberdaya alam mineral Aceh yang sudah
diketahui untuk dapat dikelola secara mandiri dan tidak sepenuhnya dikelola oleh
pihak asing. Mandiri yang dimaksud adalah mengoptimalkan segenap potensi
lokal sesuai dengan kearifan lokal. Karena dengan kemandirian dan daya saing
yang kuat dapat mewujudkan ketahanan Nasional di bidang pengembangan
industri tambang serta memberikan kesejahteraan rakyat Aceh khususnya dan
Bangsa Indonesia.
Penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada Bapak Marwan MT selaku
Dosen pembimbing karya tulis ini. Kepada teman-teman Himpunan Mahasiswa
Teknik Geofisika (HIMA-TG) FT Unsyiah yang telah memberikan dorongan dan
motivasinya selama penyelesaiannya karya tulis ini.
Kami menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh
sebab itu, Penulis mengharapkan adanya kritik dan saran membangun demi
kelengkapan penyusunan karya tulis ilmiah ini. Akhir kata kami sampaikan
terimakasih.





Banda Aceh, 12 September 2014



Penulis




v

DAFTAR ISI

Halaman Pengesahan ......................................................................................... i
Kata Pengantar ................................................................................................... ii
Daftar Isi ............................................................................................................. iii
Daftar Tabel ........................................................................................................ iv
Abstrak ................................................................................................................ 1

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 2
1.1. Latar Belakang ...................................................................................... 2
1.2. Rumusan Masalah ................................................................................. 4
1.3. Tujuan Penulisan ................................................................................... 4
1.4. Manfaat Penulisan .................................................................................. 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 6
2.1. Energi Panas Bumi .............................................................................. 6
2.2. Peluang Pengembangan Potensi Panas Bumi Aceh ............................. 7
2.3. Komunitas Ekonomi ASEAN ............................................................... 9
BAB III METODE PENULISAN ...................................................................... 12
3.1. Metode Pengumpulan Data ................................................................. 12
3.2. Metode Analisis Data .......................................................................... 12
BAB IV PEMBAHASAN ................................................................................... 13
4.1. Permasalahan Panas Bumi Aceh ......................................................... 13
4.2. Solusi Pengembangan Energi Panas Bumi ........................................... 16
4.3. Peran Perguruan Tinggi di Aceh .......................................................... 19
4.4. Peran Energi Panas Bumi dalam Menghadapi ASEAN 2015 ............... 20
BAB V PENUTUP .............................................................................................. 22
5.1. Kesimpulan .......................................................................................... 22
5.2. Saran .................................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 23
LAMPIRAN ......................................................................................................... 24
BIODATA KETUA I ........................................................................................... 24
BIODATA ANGGOTA I .................................................................................... 25
BIODATA ANGGOTA II ................................................................................... 26
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALISTAS ................................................ 27


vi

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Tabel Potensi Panas Bumi Provinsi Aceh .......................................... 4



1

PENGEMBANGAN ENERGI PANAS BUMI DI ACEH DALAM
MENINGKATKAN PERTUMBUHAN EKONOMI MASYARAKAT
MENUJU ASEAN ECONOMIC COMMUNITY 2015

Ulul Azmi, T. Ryan Fachrianta, Cut Intan Keumala

Program Studi Teknik Geofisika, Fakultas Teknik, Unversitas Syiah Kuala


ABSTRAK

Aceh tercatat memiliki potensi energi panas bumi sebesar 1373 Mwe (Megawatt
equivalent) yang tersebar di 17 lapangan panas bumi di berbagai daerah
(Distamben Aceh, 2013). Hal tersebut dapat menjadi peluang yang besar untuk
dikembangkan menjadi energi ramah lingkungan untuk pembangkit listrik di
Aceh. Terlebih lagi hampir di semua daerah di Aceh sedang mengalami krisis
kebutuhan listrik yang ditandai dengan seringnya terjadi pemadaman bergilir
(http://www.acehutara.go.id/). Listrik memegang peranan yang sangat penting
dalam memajukan perekonomian di suatu daerah, segala aktivitas manusia
modern saat ini sangat bergantung terhadap ketersediaan listrik. Bila kemandirian
listrik belum tercapai maka kemaslahatan masyarakat akan sulit diwujudkan.
Untuk itu percepatan dalam pengembangan dan pemanfaatan sumber daya alam
khususnya energi panas bumi merupakan solusi konkrit yang harus direalisasikan.
Mengingat akan hadirnya ASEAN Economic Community (AEC) 2015, Aceh
diharapkan akan mampu menciptakan iklim investasi yang baik dengan
terpenuhinya ketersediaan energi sekaligus membantu meningkatkan
pertumbuhan ekonomi masyarakat daerah.

Kata Kunci : energi panas bumi, listrik, ASEAN 2015, peran Unsyiah, ekonomi
masyarakat








2


BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Secara geografis Indonesia didominasi oleh gunung api yang terbentuk
akibat zona subduksi antara lempeng Eurasia dan lempeng Indo-Australia. Lokasi
gunung api yang paling dikenali adalah gunung api yang berada di sepanjang
busur cincin api pasifik (Pacific Ring of Fire). Busur cincin api pasifik merupakan
garis bergeseknya antara dua lempeng tektonik. Pergesekkan dua lempeng
tektonik tersebut menimbulkan aktivitas tektonik yang menjadi salah satu dari
sumber panas bumi.
Geothermal adalah energi panas yang terdapat dan terbentuk di dalam
kerak bumi. Temperatur di bawah kerak bumi bertambah seiring bertambahnya
kedalaman. Kerak bumi dan sebagian mantel bumi membentuk lapisan litosfer
dengan ketebalan total kurang lebih 80 km, disinilah cikal bakal gunung api
terbentuk. Gunung api adalah istilah dari suatu sistem saluran fluida panas atau
batuan dalam bentuk wujud cair yang sering disebut lava.
Di Aceh terdapat beberapa gunung api di antaranya adalah gunung api
Seulawah Agam yang berada pada Kabupaten Aceh Besar, Jaboi yang berada pada
Kota Sabang dan Geureudong yang berada pada Kabupaten Bener Meriah.
Wilayah tersebut adalah salah satu sumber panas bumi yang potensial untuk
dieksplorasi dan dieksploitasi.

Terdapatnya banyak wilayah prospek panas bumi di Aceh yang dapat
dikembangkan untuk melengkapi sumber energi yang terbaharukan. Aceh saat ini
sedang berada dalam krisis energi untuk pembangkit listrik. Sering terjadinya
pemadaman listrik jelas menyebabkan aktivitas sehari-hari masyarakat menjadi
terganggu. Dengan kekayaan alam yang Aceh miliki seharusnya dapat digunakan
untuk mengatasi masalah pemadaman listrik dan mengurangi ketergantungan
terhadap provinsi lain. Saat ini listrik memegang peranan yang sangat vital dalam
3

memajukan perekonomian di suatu daerah.

Dalam pengelolaan Sumber Daya Alam (SDA) yang Aceh miliki
dibutuhkan tenaga ahli didalam bidang tersebut agar terciptanya kemajuan yang
maksimal. Tenaga ahli disini adalah Sumber Daya Manusia (SDM) yang sekarang
sangatlah penting untuk ditingkatkan. Mengingat permasalahan yang selalu
muncul yaitu ketergantungannya negara ini dalam mengelola SDA menggunakan
tenaga ahli yang didatangkan dari luar negeri dan luar provinsi. Hal ini akan
membuat dampak buruk jika diteruskan dalam bidang ekonomi, daya saing SDM
lokal yang rendah sampai dengan turunnya kepercayaan diri masyarakat lokal
untuk terlibat dalam kegiatan multinasional. Peran perguruan tinggi dalam hal ini
sangatlah diperlukan guna membentuk SDM yang akan mengelola SDA.

Perguruan tinggi diharapkan bisa mendidik, mengasah dan melahirkan
sarjana yang memiliki dedikasi tinggi sehingga dapat meningkatkan SDM
masyarakat. Dalam hal ini SDM yang harus ditingkatkan yaitu tenaga ahli
didalam bidang ilmu kebumian. Terbukanya Prodi Teknik Geofisika dan Prodi
Teknik Pertambangan pada Universitas Syiah Kuala (USK) di Aceh akan
membantu terwujudnya SDM yang akan mengelola SDA di Indonesia khususnya
di Aceh. Kedua bidang ini sangat berperan penting dalam mengelola SDA yang
Aceh miliki karena sebagai tenaga ahli lokal yang lebih mengetahui SDA di Aceh.
Dalam melaksanakan program pendidikan dibutuhkan biaya yang besar
untuk membeli alat-alat pendukung serta mewujudkan sarana yang memadai.
Tenaga pengajar yang ahli dibidang tersebut juga sangat dibutuhkan dalam
mewujudkan sarjana yang memiliki dedikasi tinggi. USK yang di juluki jantong
hatee rakyat Aceh adalah tempat dimana rakyat Aceh menimba ilmu agar dapat
mewujudkan keinginan rakyat Aceh dan Indonesia yang mandiri dalam mengelola
Sumber Daya Alam.

Dengan menyadari tantangan akan hadirnya ASEAN Economic Community (AEC)
maka diperlukan usaha untuk menyadarkan semua pihak akan pentingnya
mempercepat pengembangan energi panas bumi di Aceh. Salah satunya adalah
4

dengan memberikan informasi tentang manfaat energi panas bumi dalam
memenuhi kebutuhan energi dan pentingnya percepatan penggunaan energi panas
bumi Aceh.


1.1 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, penulis merumuskan
beberapa masalah yang akan dibahas dalam karya tulis ilmiah, yaitu:
1. Apa saja hambatan yang ada dalam pengembangan energi panas bumi di
Aceh ?
2. Bagaimana solusi yang harus dilakukan dalam pengembangan energi
panas bumi?
3. Bagaimana peran perguruan tinggi dalam mempercepat pembangunan
energi panas bumi?
4. Bagaimana peran pengembangan energi panas bumi dalam menghadapi
komunitas ASEAN?

1.2 Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan karya ilmiah ini adalah:
1. Untuk memberikan informasi kepada semua pihak tentang besarnya
potensi energi panas bumi di Aceh.
2. Untuk mendukung program pemerintah dalam pemanfaatan Renewable
Energy.
3. Untuk menawarkan solusi terkait permasalahan yang ada dalam
pengembangan energi panas bumi.

1.3 Manfaat Penulisan
Penulisan karya ilmiah diharapkan mampu menumbuhkan semangat semua
pihak untuk mendukung dan mengimplementasikan program pengembangan
energi panas bumi Aceh. Selanjutnya pengetahuan tentang energi panas bumi
5

dapat digunakan sebagai pendukung program pemerintah Indonesia dalam
penggunaan energi terbarukan sebagai prospek energi masa depan.
6

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Energi Panas Bumi
Panas bumi adalah sumber energi panas yang terkandung di dalam air
panas,uap air dan batuan bersama mineral ikutan dan gas lainnya yang secara
genetik semuanya tidak dapat dipisahkan dalam suatu sistem panas bumi. Panas
bumi (geothermal) terbentuk secara alami di bawah permukaan bumi. Sumber
energi tersebut berasal dari pemanasan batuan dan air bersama unsur-unsur lain
yang tersimpan di dalam kerak bumi. Energi panas bumi adalah energi diekstrasi
dari panas yang tersimpan di dalam bumi. Energi panas bumi berasal dari inti
bumi. Inti bumi terdiri atas berbagai jenis logam dan batuan berbentuk cair, yang
memiliki suhu sangat tinggi.
Namun perlu diingat dan diperhatikan bahwa pembangunan PLTP
(Pembangkit Listrik Panas bumi) tetap akan memiliki sisi positif dan negatif.
Keuntungan PLTP
Bersih, karena tidak menggunakan bahan bakar fosil, sehingga tidak ada
timbunan limbah dan tumpahan minyak.
Hemat lahan, karena tidak memerlukan pembendungan sungai,
penebangan hutan
Dapat diandalkan, karena dapat beroperasi 24 jam sepanjang tahun.
Fleksibel, karena dapat dirancang moduler, sehingga dapat meningkatkan
kapasitas sesuai permintaan yang meningkat.
Hemat biaya, karena tidak memerlukan tambahan transportasi untuk
pengangkutan bahan bakar.
Keunggulan lain dari energi panas bumi adalah dalam faktor kapasitas
(capacity factor), yaitu perbandingan antara beban ratarata yang dibangkitkan
oleh pembangkit dalam suatu periode (averageload generated in period) dengan
beban maksimum yang dapat dibangkitkan oleh PLTP tersebut (maximum load).
Faktor kapasitas dari pembangkit listrik panas bumi ratarata 95%, jauh lebih
tinggi bila dibandingkan dengan faktor kapasitas dari pembangkit listrik yang
menggunakan batubara, yang besarnya hanya 6070%. Sumber daya panas bumi
7

merupakan sumber energi terbarukan sehingga pemanfaatannya bisa
berkelanjutan; energi panas bumi berpeluang untuk mendapatkan dana karbon
kredit; dukungan UU No. 27/2003; kegiatan pemanfaatan panas bumi sejalan
dengan upaya pelestarian lingkungan (Ilyas, 2012).

2.2 Peluang Pengembangan Potensi Panas Bumi Aceh

a. Potensi yang tersedia cukup besar

Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi panas bumi terbesar di
dunia. Badan Geologi Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) dalam
situs http://psdg.bgl.esdm.go.id mengatakan bahwa telah berhasil menemukan
jumlah potensi panas bumi (panas bumi) di Indonesia hingga mencapai 30
gigawatt (GW). Potensi tersebut setara dengan 9 Milyar ekuivalen barel minyak
bumi untuk masa pengoperasian 30 tahun (Kasbani, 2009). Dari 34 Provinsi di
Indonesia, Aceh merupakan salah satu daerah yang memiliki potensi energi panas
bumi yang sangat besar jika dilihat berdasarkan letak geologinya.
Provinsi Aceh dilalui jalur gunung api aktif yang menyebabkan
terbentuknya potensi panas bumi yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi
yang terbaharukan (renewable energy). Berdasarkan data dari Dinas
Pertambangan dan Energi Pemerintah (Distamben) Aceh lokasi panas bumi
tersebar di 17 titik mengikuti jalur sesar besar Sumatra di 8(delapan) Kabupaten
yaitu: Aceh Besar, Sabang, Pidie, Aceh Tengah, Bener Meriah, Aceh Timur, Gayo
Luwes dan Aceh Tamiang.
Menurut data Distamben Aceh, cadangan terduga panas bumi di Provinsi
Aceh mencapai 215 Mwe (Megawatt equivalent), sedangkan sumberdaya
spekulatif dan sumberdaya hipotesis masing-masing mencapai 625 Mwe dan 533
Mwe. Dengan total potensi panas bumi yang sangat besar tersebut diharapkan
Pemerintah Provinsi Aceh dapat melakukan percepatan pembangunan power plant
yang memanfaatkan energi panas bumi tersebut.


8

Tabel 1. Potensi Panas Bumi Provinsi Aceh
No Nama Lapangan Kabupaten/Kota
Potensi
Sumber Daya Cadangan
Spekulatif Hipotesis Terduga
1 IBOIH Kota Sabang 25 - -
2 LHO PRIA LOT Kota Sabang 50 - -
3
JABOI
KEUNEUKAI Kota Sabang - 73 50
4
IE SEUM
KRUENG RAYA Aceh Besar - 63 -
5 SEULAWAH AGAM Aceh Besar - 185 165
6 ALUR CANANG Pidie 25 - -
7
ALOE LONG
BANGGA Pidie 100 - -
8 TANGSE Pidie 25 - -
9 RIMBA RAYA Bener Meriah 100 - -
10 G. GEUREUDONG Aceh Tengah - 120 -
11 SIMPANG BALIK Bener Meriah 100 - -
12 SILIH NARA Aceh Tengah 100 - -
13 MERANTI Aceh Timur 25 - -
14 BRAWANG BUAYA Aceh Tamiang 25 - -
15 KAFI Gayo Luwes 25 - -
16 G. KEMBAR Gayo Luwes - 92 -
17
DOLOK
PERKIRAPAN Gayo Luwes 25 - -
Total Potensi 625 533 215

Sumber Data: Dinas Pertambangan dan Energi Pemerintah Aceh
b. Energi Ramah Lingkungan

Pembangkit listrik panasbumi menghasilkan emisi yang sangat rendah bila
dibandingkan dengan minyak dan batubara. Berdasarkan mekanisme Clean
9

Development Mechanism (CDM) hasil protocol Kyoto menjelaskan bahwa
negara maju harus mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 5,2% terhadap emisi
tahun 1990, melalui pembelian energi bersih dari negara berkembang yang
proyeknya dibangun setelah tahun 2000. Energi panas bumi merupakan salah satu
dari energi bersih tersebut (http://psdg.bgl.esdm.go.id).

c. Pemanfaatan Energi Panas bumi

Ditinjau dari potensi yang ada, kapasitas pemanfaatan energi panas bumi
di Indonesia masih sangat kecil yaitu sekitar 4% dari keseluruhan potensi yang
ada (http://pge.pertamina.com). Pemanfaatan tersebut masih terbatas untuk
Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) dengan menghasilkan energi
listrik sebesar 1.194 MWe yang sebagian besar masih terkonsentrasi di Pulau
Jawa (97%).
Energi panas bumi di Indonesia sangat bervariasi, selain dapat
dimanfaatkan secara tidak langsung (PLTP), dapat pula dimanfaatkan secara
langsung (direct uses) dalam industri pertanian (untuk mengeringkan hasil
pertanian, budidaya tanaman tertentu, pengeringan kayu dan kertas, dll).
Dibandingkan dengan negara lain seperti New Zealand, China dan Islandia,
penggunaan secara langsung masih sangat terbatas hanya untuk lokasi parawisata
saja. Perlu dilakukan penelitian dan studi lebih lanjut mengenai pemanfaatan
energi panas bumi secara langsung di Indonesia sehingga dapat diterapkan sesuai
kebutuhan daerah setempat.

2.3 Komunitas Ekonomi ASEAN
Kerjasama ekonomi ASEAN diawali dengan disahkannya Deklarasi
Bangkok tahun 1967 yang bertujuan untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi,
kemajuan sosial dan pengembangan budaya. Dalam perkembangannya, kerjasama
ekonomi ASEAN mengarah kepada pembentukan Komunitas Ekonomi ASEAN
(ASEAN Economic Community) yang pelaksanaannya berjalan relatif lebih cepat
dibandingkan dengan kerjasama di bidang politik-keamanan dan sosial budaya.

10

KTT ke- 9 ASEAN di Bali tahun 2003 menghasilkan Bali Concord II yang
menegaskan bahwa Komunitas Ekonomi ASEAN (AEC ASEAN Economic
Community) akan diarahkan kepada pembentukan sebuah integrasi ekonomi
kawasan. Pembentukan biaya transaksi perdagangan, memperbaiki fasilitas
perdagangan dan bisnis, serta meningkatkan daya saing sektor UKM. Disamping
itu, pembentukan AEC juga akan memberikan kemudahan dan peningkatan akses
pasar intra-ASEAN serta meningkatkan transparansi dan mempercepat
penyesuaian peraturan- peraturan dan standardisasi domestik. Pembentukan
Komunitas Ekonomi ASEAN akan memberikan peluang bagi negara negara
anggota ASEAN untuk memperluas cakupan skala ekonomi, mengurangi
kemiskinan dan kesenjangan sosial ekonomi, meningkatkan daya tarik sebagai
tujuan bagi investor dan wisatawan, mengurangi biaya transaksi perdagangan dan
memperbaiki fasilitas perdagangan dan bisnis. Disamping itu, pembentukan
Komunitas Ekonomi ASEAN juga akan memberikan kemudahan dan peningkatan
akses pasar intra-ASEAN serta meningkatkan transparansi dan mempercepat
penyesuaian peraturan- peraturan dan standardisasi domestik.

Dikutip dari situs kemlu.go.id , dijelaskan bahwa KTT ke-12 ASEAN di
Cebu bulan Januari 2007 telah menyepakati Declaration on the Acceleration of
the Establishment of an ASEAN Community by 2015. Dalam konteks tersebut,
para Menteri Ekonomi ASEAN telah menginstruksikan Sekretariat ASEAN untuk
menyusun Cetak Biru ASEAN Economic Community (AEC). Cetak Biru AEC
tersebut berisi rencana kerja strategis dalam jangka pendek, menengah dan
panjang hingga tahun 2015 menuju terbentuknya integrasi ekonomi ASEAN, yaitu
:
Menuju single market dan production base (arus perdagangan
bebas untuk sektor barang, jasa, investasi, pekerja terampil, dan
modal);
Menuju penciptaaan kawasan regional ekonomi yang berdaya
saing tinggi (regional competition policy, IPRs action plan,
infrastructure development, ICT, energy cooperation, taxation, dan
pengembangan UKM);
11

Menuju suatu kawasan dengan pembangunan ekonomi yang
merata (region of equitable economic development) melalui
pengembangan UKM dan program-program Initiative for ASEAN
Integration (IAI); dan
Menuju integrasi penuh pada ekonomi global (pendekatan yang
koheren dalam hubungan ekonomi eksternal serta mendorong
keikutsertaan dalam global supply network).


12

BAB III
METODE PENULISAN

Penulis menggunakan metode observasi dan kepustakaan untuk
mendapatkan data dan informasi yang diperlukan. Adapun metode yang
dipergunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

3.1 Metode Pengumpulan Data,
Pada metode ini, data-data dikumpulkan dari buku, jurnal, media
elektronik dan tulisan terkini yang terkait dengan masalah pengembangan panas
bumi dan kebutuhan listrik di Aceh saat ini. Informasi yang telah terkumpul
kemudian dipilah untuk dianalisis selanjutnya.

3.2 Metode Analisis Data,
Analisis data dilakukan dengan cara mengambil inti masalah mengenai
pengembangan panas bumi di Aceh dan kebutuhan listrik masyarakat. Masalah-
masalah yang teridentifikasi kemudian diverifikasi kembali sesuai kondisi terkini
saat ini. Solusi terhadap permasalahan diambil berdasarkan hasil studi pustaka
dari sumber literatur terpercaya, opini-opini ilmiah dan pandangan masyarakat
Aceh tentang pengembangan energi panas bumi.
13

BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Permasalahan Panas Bumi Aceh

Jika berbicara tentang energi, Aceh saat ini masih jauh dari harapan untuk
menjadi daerah yang mandiri dalam pengembangan maupun penggunaannya.
Salah satunya energi untuk pembangkit listrik. Terbukti sampai saat ini pasokan
listrik aceh sebagian besar berasal dari sumatera utara. Tradisi pemadaman
bergiliran menjadi hal yang sudah biasa di aceh. Kalau kondisi seperti ini terus
dilestarikan maka akan mempersulit pembangunan di Aceh di masa yang akan
datang. Bagaimana tidak, listrik menjadi syarat tumpuan utama pengembangan
ekonomi di suatu daerah. Aceh masih kalah bersaing dengan provinsi lainnya.
Sebenarnya Aceh adalah salah satu daerah yang dikaruniai kekayaan yang sangat
melimpah oleh Allah SWT. Ditengah kasus subsidi energi fosil yang
diperdebatkan karena melonjak naik. Ditambah lagi pemerintah belum mampu
menambah produksi energi fosil. Saatnya Indonesia harus beralih pada energi
yang ramah lingkungan untuk memenuhi kebutuhan energi dalam negeri salah
satunya adalah panas bumi. Energi ini dipercaya mampu menjadi solusi dimana
global warming menjadi permasalahan dunia saat ini.
Aceh memiliki tiga titik potensi panas bumi yang besar yaitu di jaboi,
gunung Seulawah Sgam, dan gunung Geureudong. Sampai saat ini potensi
tersebut belum sama sekali dimanfaatkan. Alhasil sebagian besar listrik Aceh
masih dipasok dari provinsi sumut. Provinsi Aceh telah membuka proses tender
Wilayah Kerja Panas bumi (WKP) gunung Seulawah Agam yang dimenangkan
oleh PT. Pertamina Geothermal Energy (PGE) pada awal tahun 2013. Proyek
tersebut diperkirakan bernilai 3 triliun rupiah namun sampai saat ini belum di
mulai.
Baru-baru ini salah satu media (Sindonews.com) menyebutkan bahwa PT.
PGE selaku pemenang tender proyek panas bumi di gunung Seulawah Agam
mengaku berniat mengundurkan diri dari proyek tersebut karena daya jual yang
rendah yaitu 6.9 sen per kwh yang ditakutkan perusahaan tersebut nantinya akan
14

mengalami kerugian. Memang pada dasarnya proyek panas bumi ini memiliki
resiko usaha tinggi dan memerlukan waktu yang relatif lama untuk memperoleh
modal kembali. Berdasarkan hasil studi penelitian oleh jurusan Teknik Elektro
Unsyiah Seulawah Agam mempunyai potensi energi panas bumi dengan daya
sebesar 153 MW dengan pembagian 51 MW per sumur dengan total sumur
sebanyak 3 sumur (Raihansyah,2011).
Selain itu juga Perusahaan energi asal Amerika yaitu Chevron saat ini
sedang gencar mengincar panas bumi untuk wilayah gunung Geureudong, Bener
Meriah. Wilayah tersebut berpotensi membangkitkan listrik sekitar 110 MW
(aceh.tribunnews.com). Namun dari pihak pemerintah sampai saat ini belum
membuka proses tender Wilayah Kerja Panas bumi (WKP) Gunung Gereudong
padahal pihak Chevron sendiri sudah mengajukan proposal untuk segera
merealisasikan program tender tersebut.

Berikut sejumlah kendala yang dihadapi dalam pengembangan energi
panas bumi ini.
1. Kegiatan panas bumi ini termasuk jenis usaha padat modal dengan resiko
yang tinggi. Dan juga memerlukan waktu yang relatif lama dalam
memperoleh modal kembali.
2. Kebanyakan lokasi potensi panas bumi terletak di hutan lindung dimana
menurut Kementrian kehutanan termasuk salah satu penebangan liar. Hal
ini tertanam dalam PP Nomor 28 Tahun 2011 tentang konservasi,
menyatakan, pemanfaatan sumber daya termasuk panas bumi dipersilakan
tanpa pertambangan. Masalahnya, dalam UU Nomor 27 tahun 2003
dinyatakan bahwa panas bumi adalah aktivitas pertambangan.
3. Masalah harga jual listrik termasuk penghambat pengembangan energi
panas bumi ini. Menurut hasil kajian METI (Ministry of Economy, Trade,
and Industry), keekonomian harga jual listrik panas bumi berada di
kisaran US$ 12 sen-US$ 13 sen per kWh. Akan tetapi dari Peraturan
Menteri ESDM Nomor 2 Tahun 2011 menetapkan harga energi listrik dari
energi panas bumi sebesar 9,7 sen dolar Amerika/kWh sebagai harga
tertinggi.
15

4. Terkait masalah ketidakselarasan aturan antara pemerintah pusat dengan
daerah, juga termasuk masalah perizinan dan izin pinjam pakai hutan juga
menjadi kendala. Belum lagi adanya pungutan-pungutan di daerah yang
dapat menambah beban pengembang. Pelelangan WKP dilakukan pemda
setelah Menteri ESDM menetapkan WKP. Pelelangan dan penyusunan
perda biasanya membutuhkan waktu lama.
5. Jumlah tenaga ahli Indonesia dalam bidang energi panas bumi masih
sangat kurang mengingat luas dan banyaknya daerah di Indonesia yang
memiliki potensi panas bumi. S2 Panas Bumi di ITB memang telah
didirikan. Akan tetapi, Indonesia belum mempunyai fakultas panas bumi.
Di Indonesia, yang sering terjadi adalah menyiapkan tenaga terdidik
dengan mengikuti pasar.
6. Minimnya pemahaman masyarakat lokal tentang energi panas bumi
sebagai energi yang ramah lingkungan sehingga pada suatu daerah sulit
dilakukan eksplorasi dan pengembangan.
Pertumbuhan kebutuhan listrik nasional tiap tahun rata-rata sebesar 9
persen. Kebutuhan di Jawa-Bali 7,2 persen dan di luar Jawa-Bali di atas 12 persen
lebih. Berdasarkan perhitungan sederhana, dalam waktu 10 tahun, Indonesia
diperkirakan butuh pasokan listrik sebanyak dua kali lipat (Iwa Garniwa, 2013).
Dengan kalkulasi tersebut, PLN (Perusahaan Listrik Negara) harus menyediakan
4.000 megawatt listrik setiap tahun.
Ironinya, pesatnya kebutuhan masayarakat akan daya listrik seolah tak
mampu dijawab oleh pemerintah. Peningkatan kebutuhan listrik yang sangat cepat
ini belum seimbang dengan peningkatan pasokan listrik dari kilang-kilang
penghasil energi. Saat ini, menurut data PLN 2013, sumber energi utama di satu-
satunya perusahaan listrik di Indonesia itu dalam memasok energi adalah energi
fosil seperti solar, gas alam, dan batu bara. Kebutuhan akan energi fosil ini masih
sangat dominan.
Jelas terdapat banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan oleh
pemerintah, khususnya tantangan dalam realisasi panas bumi di Indonesia. Jika
ini terus ditindak-lanjuti, insya Allah dapat menjadi solusi atas krisis kebutuhan
listrik dalam negeri. Kebijakan energi nasional menetapkan agar panas bumi dapat
16

menyokong 5 persen energi nasional pada 2025. Pengembangan dan pemanfaatan
panas bumi sangat berperan penting untuk mendukung ketahanan energi dan
pertumbuhan ekonomi nasional.
Dalam rangka menuju ASEAN Economic Community (AEC) 2015,
Provinsi Aceh harus berperan aktif dalam berkontribusi memajukan ekonomi
daerah seperti meningkatkan kompetensi SDM masyarakat Aceh sehingga mampu
bersaing dengan tenaga kerja dari ASEAN. Untuk itu, masalah pengembangan
energi harus segera terselesaikan guna mempercepat pembangunan nasional
khususnya di Aceh ini. Karena apabila masalah energi terbarukan (geothermal)
terealisasi dengan baik atau berjalan secara optimal maka Aceh akan mampu
menghadapi tantangan ekonomi global.

4.2 Solusi Pengembangan Energi Panas Bumi

Kebijakan Pengembangan Energi Harus Helas
PLN harus mengikuti harus Peraturan Menteri ESDM No. 17 Tahun 2014
tentang pembelian tenaga listrik dari pltp dan uap panas bumi. Untuk wilayah
satu (Aceh) disekitar USD 11-15 sen per kwh. Mengingat PLN menjadi satu-
satunya target penjualan dari pihak investor selaku pengembang energi bersih ini.
Dengan tercapai kesesuaian harga maka esplorasi pemboran dan pembanguan
power plant panas bumi di aceh akan cepat terealisasikan.
Pemerintah dalam hal ini harus mempercepat proses perizinan serta
pelelangan WKP (Wilayah Kerja Pertambangan) terkait wilayah-wilayah yang
menjadi sumber energi panas bumi di Aceh. Diketahui bahwa Aceh memiliki 17
lapangan panas bumi yang memiliki keseluruhan potensi sumber daya spekulatif
625 Mwe. Potensi yang sangat besar tersebut hendaknya dapat dijadikan peluang
yang konkrit untuk memenuhi kebutuhan energi listrik di Aceh.

Peran Pemerintah Aceh
Pemerintah Aceh harus berperan aktif dalam menggalang investor untuk
mempercepat pengembangan energi panas bumi di Aceh yang digunakan sebagai
energi pembangkit listrik. Manfaat yang diperoleh ketika energi listrik telah
17

tercukupi maka Aceh tidak harus bergantung lagi kepada Provinsi Sumatra Utara.
Energi panas bumi adalah energi ramah lingkugan dan sustainable (tersedia terus
menerus) sehingga kasus pemadaman bergilir akan dapat teratasi. Iklim dan
kondisi energi listrik yang telah kondusif selanjutnya diharapkan dapat
mendatangkan investor-investor untuk menanamkan modal di daerah sehingga
lapangan kerja akan terbuka.

Peningkatan Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia (SDM) menjadi sangat penting dalam era global
saat ini. Dengan tersedianya sumber energi yang sangat melimpah di Aceh, maka
akan sangat dibutuhkan tenaga-tenaga yang handal sekaligus professional dalam
mengelola sumber daya alam yang masih banyak belum terjamah oleh tangan
manusia. Unsyiah sendiri telah membuka tiga program studi baru yang terkait
dalam ilmu pengelolaan dan pengembangan energi dari dalam bumi yaitu Teknik
Geofisika (2011), Teknik Pertambangan (2012) dan Teknik Geologi. Ketiga
program studi tersebut diharapkan akan mampu menghasilkan putra-putra daerah
yang berkualitas dalam memetakan, dan mengelola sumber energi yang ada di
Aceh ini. Belum lagi jika diintegrasikan dengan program studi lain yang ada di
Unsyiah. Biasanya putra daerah akan memahami betul kondisi Aceh yang
sebenarnya dengan lebih spesifik dan memiliki rasa kedaerahan sehingga
diharapkan dapat menjaga dan melestarikan sumber daya alam yang ada sekaligus
menjawab tantangan energi global.

Sosialisasi kepada Masyarakat
Pemahaman masyarakat akan energi panas bumi, pemerintah harus
mensosialisasikan kepada penduduk setempat mengenai manfaat pengembangan
energi terbarukan ini. Karena selama ini sumber energi yang satu ini mendapat
respon yang kurang positif dari masyarakat. Jika perlu dilibatkan dari pihak
mahasiswa untuk terjun ke lapangan guna mempercepat proses sosialisasi.



18

Belajar dari negara (panas bumi) lain
Islandia
The National Energy Fund
Pada tahun 1960, Islandia memutuskan untuk mengembangkan energi
panas bumi untuk pembangkit listrik, tetapi Perusahaan-Perusahaan Swasta dan
Bank tidak mau mengambil resiko kegagalan dalam eksplorasi pemboran.
Kemudian pemerintah Islandia (GoI) menerapkan The National Energy Fund
(NEF) yang mengasuransikan pengeboran dengan 80% refund. Dengan semakin
berkembangnya teknologi dan pengalaman, resiko pengeboran pun dapat
diminimalisir. Tindakan eksplorasi pemboran pun dapat menjadi lebih cepat
sehingga pembangunan power plant panas bumi menjadi tujuan yang konkrit. Jadi
NEF tersebut adalah kunci sukses Islandia dalam mengembangkan energi panas
bumi mereka.

New Zealand
Membangun hubungan yang kolaboratif dengan masyarakat lokal.
Salah satu pelajaran yang sangat penting dalam pembangunan dan
pengembangan panas bumi dari Selandia Baru adalah cara mereka membangun
hubungan yang kolaboratif dengan masyarakat lokal. Di Selandia baru, banyak
lapangan panas bumi dimiliki oleh masyarakat suku Maori. Hal tersebut membuat
akses menuju sumber panas bumi menjadi sulit, karena pengembang harus
mendapatkan akses dari semua pemilik lahan. Terlebih lagi konflik sejarah antara
masyarakat Maori dan masyarakat imigran Eropa sejak 200 tahun yang lalu
membentuk basis ketidakpercayaan antara kedua pihak dan menambahkan
kompleksitas terhadap resiko bisnis panas bumi. Untuk mengatasi masalah-
masalah tersebut, pengembang energi panas bumi Selandia Baru telah bekerja
dengan cara membangun model bisnis secara bersama-sama yang menghasilkan
manfaat sosial dan keuntungan finansial bagi kedua pihak dari pengembangan
energi panas bumi dengan masyarakat Maori.
Indonesia, Aceh khususnya tentu dapat belajar dari kasus Selandia Baru dalam
pengembangan energi panas bumi mereka yaitu dengan bekerja sama dan
melibatkan masyarakat lokal sehingga dapat memberikan manfaat secara bersama.
19



4.3 Peran Perguruan Tinggi di Aceh
Dalam pengelolaan Sumber Daya Alam (SDA) yang kita miliki
dibutuhkan tenaga ahli didalam bidang tersebut agar terciptanya kemajuan yang
maksimal. Tenaga ahli disini adalah Sumber Daya Manusia (SDM) yang sekarang
sangatlah penting untuk ditingkatkan. Mengingat permasalahan yang selalu
muncul yaitu ketergantungannya negara ini dalam mengelola Sumber Daya Alam
(SDA) terhadap tenaga ahli yang didatangkan dari luar negeri. Hal ini akan
membuat dampak buruk jika diteruskan dalam bidang ekonomi, SDM lokal
sampai dengan mental. Peran perguruan tinggi dalam hal ini sangatlah di perlukan
dalam guna membentuk Sumber Daya Manusia (SDM) yang akan mengelola
Sumber Daya Alam (SDA).
Perguruan tinggi diharapkan bisa mendidik, mengasah dan melahirkan
sarjana yang memiliki dedikasi tinggi sehingga mengurangi angka pengangguran.
Uneversitas syiah kuala sendiri memiliki kompetensi yang cukup baik untuk
berperan aktif dalam pengembangan energi dan sumber daya alam Aceh
khususnya energi panas bumi. Adapun studi ilmu yang terdapat di Unsyiah dalam
pengembangan energi bersih ini yaitu Teknik Geofisika, Teknik Geologi, Teknik
Pertambangan, Teknik Kimia, Teknik Elektro, dan Teknik Sipil. Oleh karena itu
perlu dilibatkan pihak akademisi seperti dosen dan mahasiswa untuk melakukan
penelitian secara terintegrasi untuk mendapatkan data-data terkini mengenai
lapangan panas bumi di Aceh. Kedua bidang ini sangat berperan penting dalam
mengkaji, dan memetakan SDA di Aceh. Karena sebagai tenaga ahli lokal yang
lebih mengetahui SDA di Aceh.
Dalam melaksanakan program pendidikan dibutuhkan biaya yang besar
untuk membeli alat-alat pendukung serta mewujudkan sarana yang memadai.
Tenaga pengajar yang ahli dibidang tersebut juga sangat dibutuhkan dalam
mewujudkan sarjana yang memiliki dedikasi tinggi. Aceh adalah salah satu daerah
yang sudah lama maju sebelum Indonesia merdeka, yang seharusnya mudah untuk
mewujudkan hal tersebut. USK yang di juluki kampus jantong hatee rakyat
adalah tempat dimana rakyat Aceh menimba ilmu agar dapat mewujudkan
20

keinginan rakyat Aceh dan Indonesia yang mandiri dalam mengelola Sumber
Daya Alam.


4.4 Peran Energi Panas Bumi dalam Menghadapi ASEAN 2015.
Wilayah ASEAN saat ini dipercaya sebagai salah satu regional yang
menghasilkan energi panas bumi terbesar di dunia, walaupun sebenarnya
kapasitas saat ini mewakili sebagian kecil dari potensi panas bumi regional.
Indonesia adalah negara yang memiliki situs vulkanik aktif paling banyak di
dunia. Indonesia berencana melipat tiga gandakan penggunaan energi terbarukan
dari potensi saat ini sebelum 2025, salah satunya adalah energy panas bumi.
Sasaran utama ASEAN saat ini adalah untuk menghilangkan restriksi-
restriksi nasional terhadap investasi dari negara-negara ASEAN yang lain. Dimana
restriksi kepemilikan asing akan diperkecil dan tenaga kerja diizinkan untuk
bekerja di semua negara ASEAN. Selain itu salah satu tujuan utama ASEAN
adalah menjadi pusat dari energi terbarukan di dunia, yang mana membutuhkan
jalur bebas dari ahli-ahli industri (insinyur, saintis, dll.) di antara negara-negara
ASEAN untuk membangun penelitian dan pengembangan pusat pelayanan dan
fasilitas energy. Dari berbagai profesi yang memiliki kualifikasi terstandarisasi,
insinyur merupakan bagian terpenting terhadap perkembangan energy terbarukan.
Di bawah aturan the Mutual Recognition Arrangement, insinyur-insinyur dari
negara ASEAN diizinkan bekerja di seluruh negara ASEAN dalam kolaborasi
dengan insinyur-insinyur yang ditunjuk negara tuan rumah. Hal tersebut dapat
menjadi peluang apabila insinyur-insinyur lokal kita memiliki kecakapan dan
kompetensi yang cukup baik, namun sebaliknya dapat menjadi sebuah jurang
kegelapan apabila kita tidak mampu bersaing dengan tenaga kerja dari negara-
negara ASEAN yang lain. Untuk itu diperlukan peran pemerintah daerah
khususnya Pemerintah Aceh dalam memberikan dukungan kepada masyarakat
Aceh. Dukungan yang diberikan dapat berupa beasiswa yang lebih banyak kepada
siswa/mahasiswa daerah untuk melanjutkan studi yang lebih tinggi dan juga
dengan membantu memberikan pelatihan kecakapan ataupun keterampilan bagi
tenaga kerja lokal.
21


Percepatan pengembangan dan pemanfaatan energi panas bumi yang
optimal dapat menjadi langkah pencapaian yang baik dalam pertumbuhan
ekonomi masyarakat Aceh, khususnya kesiapannya dalam menghadapi komunitas
ASEAN. Penggunaan energi panas bumi secara tidak langsung untuk pembangkit
listrik merupakan hal utama yang dapat membantu memenuhi kebutuhan listrik di
Aceh sehingga dapat menciptakan iklim investasi yang kondusif. Penggunaan
energi panas bumi secara langsung juga dapat menjadi suatu peran untuk
terciptanya lapangan kerja baru, khususnya dalam bidang pertanian dan perikanan.
Semua hal tersebut dapat menjadi suatu kesiapan Aceh dalam menghadapi ASEAN
Economic Community di masa mendatang.





















22

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Panas bumi adalah salah satu sumber energi terbarukan yang bisa
dikembangkan di Indonesia khususnya di Aceh. Saat ini Indonesia memiliki
40 % cadangan panas bumi dunia. Pengembangan panas bumi baru 4% yang
sudah dikembangkan ini artinya produksi kita masih berada di posisi ketiga
dimana produksi tertinggi di pegang oleh Amerika dan selanjutnya Filipina.
Dibalik itu, perlu adanya perhatian khusus dari pemerintah mengingat potensi
cukup besar yang belum dikembangkan. Banyak investor yang ingin
menggarap panas bumi Indonesia namun terkendala dengan sejumlah
permasalahan diantara UU yang belum jelas, harga jual listrik, dan SDM lokal
yang minim. Energi panas bumi adalah salah satu potensi yang besar untuk
dikembangkan menjadi energi listrik di Aceh. Listrik menjadi kendala yang
besar karena terhambatnya pembangunan Aceh di berbagai sektor seperti
pertambangan, pertanian, pariwisata dan sektor lainnya yang menjadi poin
penting untuk pertumbuhan ekonomi di Aceh. Panas bumi menjadi solusi
konkrit menuju kemandirian Aceh. Kemudian diharapkan mampu mengenjot
produksi listrik nasional.

5.2 Saran
Unsyiah harus bekerja sama dengan Pemerintah Daerah dalam
menggerakkan program energi terbarukan mengingat energi panas bumi belum
sama sekali dikembangkan di aceh. Hal senada juga bisa untuk mensosialisasikan
kepada masyarakat sekitar lokasi potensi tentang manfaat energi panas bumi ini.
Karena kemandirian energi sudah tercapai maka kemandirian seperti pangan dan
lain sebagainya akan mengikutinya.




23

DAFTAR PUSTAKA


Seputar indonesia files.2014. Dahlan Restui Pertamina Mundur dari Proyek
Geothermal Aceh.(http://sindonews.com diakses pada tanggal 8
September 2014)
Serambi Indonesia files.2014. Chevron Incar Panas Bumi Aceh.(
http://aceh.tribunnews.com diakses pada tanggal 8 september 2014)
Green journalist files.2014. Krisis Listrik Berkelanjutan.(http://greenjournalist.net
diakses pada tanggal 8 september 2014)
Mizuno, Emi. 2013. Geothermal Power Development in New Zealand-Lessons for
Japan. Japan Renewable Energi Foundation. Japan
Gehringer, Magnus. 2010. Planning Geothermal Power Generation-Lessons
Learned. ESMAP. Panama
Kementrian Luar Negeri. 2014. Kerjasama Ekonomi ASEAN. (http://kemlu.go.id
Diakses pada tanggal 13 september 2014.
Ilyas, Zurias. 2012. Pemanfaatan Energi Geothermal dan Dampak Perubahan
Lingkungan. Seminar Nasional VII SDM Teknologi Nuklir. STTN-
BATAN.











24

BIODATA KETUA


Riwayat Pendidikan
MIN Kota Atas Sabang , 2000-2006
SMP Islam Al-Falah, 2006-2009
SMAN 11 Banda Aceh, 2009-2012
Teknik Geofisika, Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, Indonesia 2012-sekarang

Riwayat Organisasi
Ketua Bidang Pengkaderan ROHIS SMAN 11 Banda Aceh, 2010-2011
Wakil Ketua II HIMA TG Universitas Syiah Kuala, 2013-2014



Computer Skill
ArcGIS, Quantum GIS, Golden Surfer 10, WinsisM, Garmin Mapsource, Microsoft Office (Word, Excel,
Powerpoint, Publisher),





























Ulul Azmi
Lambaro Aceh Besar, Indonesia
+62 852 7788 8790
ululazmi266@yahoo.com
Laki-laki
Aceh Besar, 26 Juni 1994
Belum kawin
Islam
Indonesian, English
25


BIODATA ANGGOTA I




Riwayat Pendidikan
Teknik Geofisika, Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, Indonesia 2011-sekarang

Riwayat Organisasi


Pengalaman Penelitian
Aplikasi Metode Very Low Frequency (VLF) untuk Karakterisasi Struktur Bawah Permukaan Area
Landfill TPA Regional Terpadu Blang Bintang, Kabupaten Aceh Besar

Pengalaman Training/Pelatihan
1. Pelatihan Instrumen Geofisika oleh PT. Inti Marga pada tahun 2012



Computer Skill
ArcGIS 9.3, Microsoft Office (Word, Excel, Powerpoint, Publisher), Numerical Python
















T. Ryan Fachrianta
Ulee Kareeng- Banda Aceh, Indonesia
+62 852 7789 0091
tryanfach@gmail.com
Laki-laki
Meulaboh, 20 Januari 1993
Belum kawin
Islam
Indonesian, English
26







BIODATA ANGGOTA II




Riwayat Pendidikan
SDN 22 Banda Aceh, 2000-2006
SMP Negeri 3 Banda Aceh, 2006-2009
SMA Negeri 2 RSBI Banda Aceh 2009-2012
Teknik Geofisika, Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, Indonesia 2012-sekarang

Riwayat Organisasi
OSIS SMAN 2 RSBI Banda Aceh 2010-2011
Pelajar Islam Indonesia 2010-2011
Anggota Himpunan Mahasiswa Teknik Geofisika (HIMA TG) Universitas Syiah Kuala

Pengalaman Penelitian
1. Olimpiade Penelitian Siswa Indonesia (OPSI) Tingkat Nasional 2010

Pengalaman Training/Pelatihan
1. Pelatihan Leadership Basic Training (PII)

Computer Skill
ArcGIS 9.3, QuantumGIS,Microsoft Office (Word, Excel, Powerpoint, Publisher),


















Cut Intan Keumala
Neusu Banda Aceh, Indonesia
+62 852 7745 5883
cutintankeumalaa94@yahoo.com
Perempuan
Banda Aceh, 7 November 1994
Belum kawin
Islam
Indonesian, English
1

Anda mungkin juga menyukai