Anda di halaman 1dari 18

Fraktur Pelvis

A. Anatomi Pelvis
Tulang panggul (pelvis) terdiri dari dua tulang coxae, sacrum dan coccygeus. Berartikulasi di anterior
yaitu pada simphisis pubis, di posterior pada artikulasio sacroiliaca. Struktur mirip cekungan ini
memindahkan berat dari badan ke tungkai bawah dan memberikan perlindungan pada viscera,
pembuluh darah , dan saraf di pelvis (Apley, 1995)
Stabilitas cincin pelvis tergantung pada kekakuan tulang-tulang dan integritas ligament yang kuat yang
mengikat tiga segmen tulang bersama-sama pada simphisis pubis dan artikulasio sacroiliaca. Ligamen
pengikat yang paling kuat dan yang paling penting dalah ligament sacroiliaca dan ligament iliolumbal.
Selama ligament-ligamen itu utuh, penahan beban tidak akan terganggu. Ini adalah factor yang penting
untuk membedakan cidera yang stabil dan yang tidak stabil pada cincin pelvis (Apley, 1995)
Tulang coxae (panggul) terdiri dari tiga tulang, yaitu tulang pubis, ilium, dan ischium yang berhubungan
secara sinostosis pada fossa acetabuli, yang dibatasi oleh limbus acetabuli dan dikelilingi oleh facies
lunata. Incisura acetabuli membuka acetabulum ke inferior dan berbatasan dengan foramen
obturatorium (Platzer, 1997)
Tulang coxae atau disebut juga dengan innominate bone bentuknya datar dan lebar, merupakan os
ireguler yang membentuk bagian terbesar pelvis. Tulang ini tersusun atas tiga buah tulang yaitu tulang
ilium, tulang ischium dan tulang pelvis yang corpusnya bersatu di acetabulum, yang terletak di facies
eksterna tulang ini. Tulang ilium, disebut demikian karena menyangga pinggul, lebar di bagian superior
dan membentang ke cranial dari acetabulum. Tulang ischium letaknya paling bawah dan merupakan
bagiab paling kuat, berjalan ke bawah dari acetabulum dan memanjang ke tuber ischiadicum, kemudian
melengkung ke ventral, bersama-sama tulang pubis membentuk lubang besar yaitu foramen
obturatorium. Tulang pubis memanjang ke medial dari acetabulum dan bersendi di linea mediana
dengan tulang pubis sisi yang berseberangan dengan membentuk simfisis osseum pubis, membentuk
bagian depan pelvis (Hadiwidjaja, 2004)
Tulang pubis terdiri dari ramus superior ossis pubis dan ramus inferior ossis pubis. Kedua rami tersebut
dibatasi oleh foramen obturatorium. Dekat ujung superior medialis facies symphysialis terdapat
tuberculum pubicum dari sana terdapat crista pubica terbentang ke medialis dan pectin pubis mengarah
ke lateralis terhadap linea arcuata. Pada tempat peralihan dari ramus superior pubis ke ilium terdapat
peninggian disebut eminentia iliopubica. Sulcus obturatorius terletak inferior terhadap tuberculum
pubicum dan dibatasi sebelah dalam oleh tuberculum obturatorium anterius dan tuberculum
obturatorium posterius yang tidak selalu ada (Platzer, 1997)
Tulang ilium dibagi menjadi bagian corpus ossis ilii dan ala ossis ilii. Corpus membentuk bagian
acetabulum dan dibatasi sebelah luar oleh sulcus supra acetabularis dan di sebelah dalam oleh linea
arcuata. Di bagian luar ala ossis ilii terdapat facies glutealis dan sebelah dalamnya terdapat fossa iliaca
mudah dilihat. Di belakang fossa iliaca terdapat facies sacropelvica dengan tuberositas iliaca dan facies
aurikularis. Crista iliaca mulai dari anterior pada spina iliaca anterior superior dan dibagi atas crista iliaca
labium labium eksternum dan crista iliaca labium internum, serta linea intermedia yang memanjang ke
atas dank e belakang. Terdapat juga di bagian lateralis lbium eksternum berupa tuberositas iliaca. Ujung
crista iliaca berakhir pada spina iliaca superior posterior. Di bawah yang terakhir ini terdapat spina iliaca
posterior inferior, sedangkan yang di bawah depan terdapat spina iliaca anterior inferior. Linea glutealis
inferior, linea glutealis anterior, linea glutealis posteriorterletak pada facies glutealis. Selain itu terdapat
juga beberapa saluran vaskuler diantaranya yang sesuai dengan fungsinya yaitu vasa emissaria (Platzer,
1997)
Tulang ischium dibagi atas corpus ossis ischii dan ramus ossis ischii, yang bersama-samadengan ramus
inferior ossis pubis membentuk batas bawah foramen obturatorium. Tonjolan ischium disebut spina
ischiadica yang memisahkan incisura ischiadica mayor dengan incisura ischiadica minor. Incisura
ischiadica mayor dibentuk sebagian oleh ischium dan sebagian lagi oleh ilium, serta mengarah ke
permukaan bawah facies aurikularis. Tuber ischiadicum berkembang pada ramus ischium (Platzer, 1997)
Cabang utama dari arteri iliaca komunis muncul di dalam pelvis diantara sendi sacroiliaca dan incisura
ischiadica mayor. Bersama cabang-cabang venanya, pembuluh-pembuluh itu mudah terkena cidera bila
fraktur mengenai bagian posterior cincin pelvis. Saraf pada pleksus lumbalis dan sacralis juga juga
menghadapi resiko bila tejadi cidera pelvis posterior (Apley, 1995)
Kandung kemih terletak di belakang simphisis pubis. Trigonum dipertahankan pada posisinya dengan
ligament lateralis kandung kemih, dan pada pria dengan prostat. Prostat terlerak diantara kandung
kemih dan dasar pelvis. Prostat dipertahankan di bagian lateral dengan serabut medial dari levator ani,
sedangkan di bagian anterior terikat erat pada tulang pubis oleh ligament puboprostat. Pada wanita
trigonum juga melekat pada serviks dan forniks vagina anterior. Urethra dipertahankan oleh otot dasar
pelvis serta ligament pubourethra. Akibatnya pada wanita urethra jauh lebih mobil dan cenderung lebih
sulit terkena cidera (Apley, 1995)
Pada waktu lahir hingga usia anak, buli-buli terletak di rongga abdomen. Namun semakin bertambahnya
usia tempatnya turun dan berlindung di dalam kavum pelvis, sehingga kemungkinan mendapatkan
trauma dari luar jarang terjadi. Angka kejadian trauma buli kurang lebih 2% dari seluruh trauma
urogenitalia. Hampir sekitar 90% trauma buli akibat fraktur pelvis. Apabila terjadi kontusio kandung
kemih bias dipasang kateter dengan tujuan untuk memberikan istirahat pada kandung kemih, dengan
cara ini diharapkan dapat sembuh 7-10 hari. (Purnomo, 2007)
Pada cidera pelvis yang berat urethra membranosa dapat rusak bila prostat dipaksa ke belakang
sementara urethra tetap diam. Bila ligament puboprostat robek, prostat dan dasar kandung kemih
dapat banyak mengalami dislokasi dari urethra membranosa (Apley, 1995)
Kolon pelvis dengan mesenteriumnya merupakan struktur yang mobil sehingga tidak mudah cidera.
Tetapi, rectum dan saluran anus lebih erat tertambat pada struktur urogenital dan otot dasar pelvis
sehingga mudah terkena bila terjadi fraktur pelvis (Apley, 1995)
Pada perkembangannya selama masa kehamilan, terdapat tiga bakal tulang, yaitu pada bulan ketiga
dalam kandungan (ilium), pada bulan keempat sampai kelima (ischium) dan pada bulan kelima sampai
keenam (pubis). Ketiga bakal tulang tersebut bersatu pada pusat acetabulum yaitu penyatuan berbentuk
Y. Di dalam acetabulum satu atau lebih masing-masing pusat osifikasi berkembang antara usia 10
sampai 12 tahun. Sinostosis ketiga tulang terjadi antara usia 5 dan 7 tahun tetapi di dalam acetabulum
sendiri tidak sampai antara usia 15 dan 17 tahun. Pusat-pusat osifikasi epifisis terjadi pada spina pada
usia 16 tahun, pada tuberositas ischii dan crista iliaca terjadi pada usia antara 13 dan 15 tahun (Platzer,
1997)
B. Tipe Cidera
Cidera pelvis dibagi ke dalam empat kelompok, yaitu :
1. Fraktur yang terisolasi dengan cincin pelvis yang utuh
a. Fraktur avulsi
Sepotong tulang tertarik oleh kontraksi otot yang hebat. Fraktur ini biasanya ditemukan pada
olahragawan dan atlet. Muskulus Sartorius dapat menarik spina iliaca anterior superior, rektus femoris
menarik spina iliaca anterior inferior , adductor longus menarik sepotong pubis, dan urat-urat lurik
menarik bagian-bagian iskium.
Nyeri hilang biasanya dalam beberapa bulan. Avulsi pada apofisis iskium oleh otot-otot lutut jarang
mengakibatkan gejala menetap, dalam hal ini reduksi terbuka dan fiksasi internal diindikasikan.
b. Fraktur langsung
Pukulan langsung pada pelvis, biasanya setelah jatuh dari tempat tinggi, dapat menyebabkan fraktur
iskium atau ala ossis ilii. Dalam hal ini memerlukan bed rest total sampai nyeri mereda.
c. Fraktur-tekanan
Fraktur pada rami pubis cukup sering ditemukan dan sering dirasakan yidak nyeri. Pada pasien
osteoporosis dan osteomalasia yang berat. Yang lebih sulit didiagnosis adalah fraktur-tekanan disekitar
sendi sacroiliaca. Ini adalah penyebab nyeri sacroiliaca yang tak lazim pada orangtua yang menderita
osteoporosis.
2. Fraktur pada cincin pelvis
Telah lama diperdebatkan bahwa karena kakunya pelvis, patah di suatu tempat cincin pasti diikuti pada
tempat yang lainnya, kecuali fraktur akibat pukulan langsung atau fraktur pada anak-anak yang simfisis
dan sendi sacroiliaca masih elastic. Tetapi, patahan kedua sering tidak ditemukan, baik karena fraktur
tereduksi segera atau karena sendi sacroiliaca hanya rusak sebagian. Dalam hal ini fraktur yang kelihatan
tidak mengalami pergeseran dan cincin bersifat stabil. Fraktur atau kerusakan sendi yang jelas bergeser,
dan semua fraktur cincin ganda yang jelas, bersifat tak stabil. Perbedaan ini lebih bernilai praktis
daripada klasifikasi kedalam fraktur cincin tunggal dan ganda.
Tekanan anteroposterior, cidera ini biasanya disebabkan oleh tabrakan frontal saat kecelakaan. Rami
pubis mengalami fraktur atau tulang inominata retak terbelah dan berotasi keluar disertai kerusakan
simphisis. Fraktur ini biasa disebut open book. Bagian posterior ligament sacroiliaca robek sebagian,
atau mungkin terdapat fraktur pada bagian posterior ilium.
Tekanan lateral, tekanan dari sisi ke sisi pelvis menyebabkan cincin melengkung dan patah. Di bagian
anterior rami pubis, pada stu atau kedua sisi mengalami fraktur dan di bagian posterior terdapat strain
sacroiliaca yang berat atau fraktur pada ilium, baik pada sisi yang sama seperti fraktur rami pubis atau
pada sisi yang sebaliknya pada pelvis. Apabila terjadi pergeseran sendi sacroiliaca yang besar maka
pelvis tidak stabil.
Pemuntiran vertical, tulang inominata pada satu sisi bergeser secara vertical, menyebabkan fraktur
vertical, menyebabkan fraktur rami pubis dan merusak daerah sacroiliaca pada sisi yang sama. Ini secara
khas terjadi tumpuan dengan salah satu kaki saat terjatuh dari ketinggian. Cidera ini biasanya berat dan
tidak stabil dengan robekan jaringan lunak dan perdarahan retroperitoneal.
Tile (1988) membagi fraktur pelvis ke dalam cidera yang stabil, cidera yang secara rotasi tak stabil dan
cidera yang secara rotasi dan vertikal tak stabil. Tipe A/stabil; ini temasuk avulse dan fraktur pada cincin
pelvis dengan sedikit atau tanpa pergeseran, Tipe B yaitu secara rotasi tidak stabil tapi secara vertikal
stabil. Daya rotasi luar yang mengena pada satu sisi pelvis dapat merusak dan membuka simfisis biasa
disebut fraktur open book atau daya rotasi internal yaitu tekanan lateral yang dapat menyebabkan
fraktur pada rami iskiopubik pada salah satu atau kedua sisi juga disertai cidera posterior tetapi tida ada
pembukaan simfisis. Tipe C yaitu secara rotasi dan vertical tak stabil, terdapat kerusakan pada ligament
posterior yang keras dengan cidera pada salah satu atau kedua sisi dan pergeseran vertical pada salah
satu sisi pelvis, mungkin juga terdapat fraktur acetabulum.
C. Gambaran Klinik
Pada cidera tipe A pasien tidak mengalami syok berat tetapi merasa nyeri bila berusaha berjalan.
Terdapat nyeri tekan local tetapi jarang terdapat kerusakan pada viscera pelvis. Foto polos pelvis dapat
mempelihatkan fraktur. Pada cidera tipe B dan C pasien mengalami syok berat, sangat nyeri dan tidak
dapat berdiri, tidak dapat kencing. Mungkin terdapat darah di meatus eksternus. Nyeri tekan dapt
bersifat local tapi sering meluas, dan usaha menggerakkan satu atau kedua ossis ilii akan sangat nyeri.
Salah satu kaki mungkin mengalamai anastetik sebagian karena mengalami cidera saraf skiatika. Cidera
ini sangat hebat sehingga membawa resiko tinggi terjadinya kerusakan visceral, perdarahan di dalam
perut dan retroperitoneal, syok, sepsis dan ARDS. Angka kematian juga cukup tinggi.(Apley, 1995)
D. Diagnosis
Sinar X dapat memperlihatkan fraktur pada rami pubis, fraktur ipsilateral atau kontra lateral pada
elemen posterior, pemisahan simfisis, kerusakan pada sendi sacroiliaca atau kombinasi. CT-scan
merupakan cara terbaik untuk memperlihatkan sifat cidera.
E. Penatalaksanaan
Pada setiap pasien yang mengalami cidera berat, langkah pertama adalah memastikan bahwa saluran
nafas bersih dan ventilasi tidak terhalang. Resusitasi harus segera dimulai dan perdarahan aktif
dikendalikan. Pasien dengan cepat diperiksa untuk mencari ada tidaknya cidera ganda. Foto sinar-X AP
harus segera dilakukan.(Apley, 1995)
Kemudian dilakukan pemeriksaan lebih cermat dengan memperlihatkan pelvis, perut, perineum dan
rectum. Liang meatus urethra diperiksa untuk mencari tanda perdarahan. Tungkai bawah juga diperiksa
untuk mencari tanda cidera saraf.(Apley, 1995)
Apabila keadaan umum sudah stabil, pemeriksaan sinar-X dapat dilakukan. Apabila dicurigai terdapat
robekan urethra dapat dilakukan uretrogram secara pelan-pelan. Sampai tahap ini dokter yang
memeriksa sudah mendapat gambaran yang baik mengenai keadaan umum pasien, tingkat cidera pelvis,
ada tidaknyacidera visceral dan kemungkinan berlanjutnya perdarahan di rongga perut atau
retroperitoneal.(Apley, 1995)
Untuk perdarahan yang hebat, diagnosisnya sekalipun tampak jelas bahwa berlanjutnya syok adalah
akibat perdarahan, tidaklah mudah untuk menemukan sumber perdarahan itu. Pasien dengan tanda-
tanda abdomen yang mencurigakan harus diselidiki lebih lanjut dengan aspirasi peritoneum atau
pembilasan. Kalau terdapat aspirasi diagnostic, perut harus dieksplorasi untuk menemukan dan
menangani sumber perdarahan. Tetapi, kalau terdapat hematom retroperitoneal yang besar , ini tidak
boleh dievakuasi karena hal ini dapat melepaskan efek tamponade dan mengakibatkan perdarahan yang
tak terkendali.(Apley, 1995)
Cidera urologi terjadi sekitar 10% pasien dengan fraktur cincin pelvis. Karena pasien sering sakit berat
akibat cidera yang lain, mungkin dibutuhkan kateter urin untuk memantau keluaran urin. Tidak boleh
memasukkan kateter diagnostic karena kemungkinan besar ini akan mengubah robekan sebagian
menjadi robekan lengkap. Untuk robekan yang tak lengkap, pemasukan kateter suprapubiksebagai
prosedur resmi saja yang dibutuhkan. Sekitar 50% robekan tak lengkap akan sembuh dan tidak banyak
memerlukan penanganan jangka panjang (Apley, 1995)
Pada laki-laki, munculnya darah pada meatus uretra merupakan indikasi cidera uretra. Pemasangan
kateter tidak boleh dilakukan, tetapi retrograde urethrografi harus segera dilakukan (Smith, 2008)
Terapi robekan uretra lengkap masih controversial. Realignment primer pada uretre dapat dicapai
dengan melakukan sistotomi suprapubik, mengevakuasi hematom pelvis dan kemudian memasukkan
kateter melewati cidera untuk mendrainase kandung kemih. Kalau kandung kemih mengambang tinggi,
ini harus direposisi dan diikat dengan penjahitan melalui bagian anterior bawah kapsul prostat.(Apley,
1995)
Untuk penanganan fraktur, pada fraktur tipe A hanya membutuhkan istirahat total di tempat tidur,
dikombinasi denagn traksi tungkai bawah kurang lebih 4-6 minggu. Fraktur tipe B, apabila cidera open
book kurang dari 2,5cm biasanya dapat diterapi dengan bed rest total dengan pemasangan korset elastic
bermanfaat untuk mengembalikan ke posisi semula. Apabila lebih dari 2,5cm dapat dicoba dengan
membaringkan pasien miring dan menekan ala ossis ilii. Selain itu juga dapat dilakukan fiksasi internal
apabila fiksasi eksternal tidak berhasil dilakukan. Fraktur tipe C merupakan paling berbahaya dan paling
sulit diterapi. Pasien harus bedrest total kurang lebih selama 10 minggu. Operasi berbahaya dilakukan
karena bias terjadi perdarahan massif dan infeksi. Pemakaian traksi kerangka dan fiksasi luar mungkin
lebih aman (Apley, 1995)
F. Komplikasi
Nyeri sacroiliaca sering ditemukan setelah fraktur pelvis tak stabil dan kadang memerlukan artrodesis
pada sendi sacroiliaca. Cidera saraf skiatika biasanya sembuh tetapi kadang memerlukan eksplorasi.
Cidera uretra berat bisa menimbulkan striktur uretra, inkontinensia dan impotensi (Apley, 1995)
Ruptur uretra posterior paling sering disebabkan oleh fraktur tulang pelvis. Frakttur yang mengenai
ramus atau simfisis pubis dan menimbulkan kerusakan pada cincin pelvis dapat menyebabkan robekan
uretra pars prostate-membranacea. Fraktur pelvis dan robekan pembuluh darah yang berada di kavum
pelvis menyebabkan hematom yang luas di kavum retzius sehingga jika ligamentum pubo-prostatikum
ikut robek, prostat beserta buli-buli akan terangkat ke cranial. (Purnomo, 2007)
Ruptur uretra anterior , cidera dari luar yang sering menyebabkan kerusakan uretra anterior adalah
straddle injury (cidera selangkangan) yaitu uretra terjepit diantara tulang pelvis dan benda tumpul. Jenis
kerusakan uretra yang terjadi berupa kontusio dinding uretra, rupture parsial, atau rupture total dinding
uretra. Pada kontusio uretra pasien mengeluh adanya perdarahan per-uretram atau hematuria. Jika
terdapat robekan pada korpus spongiosum, terlihat adanya hematom pada penis atau butterfly
hematom. Pada keadaan ini seringkali pasien tidak dapat miksi. (Purnomo, 2007)
3. Fraktur Acetabulum
Terjadi apabila kaput femoris terdorong ke dalam pelvis. Fraktur ini menggabungkan antara kerumitan
fraktur pelvis dengan kerusakan sendi. Ada 4 tipe fraktur acetabulum yaitu fraktur kolumna anterior,
fraktur kolumna posterior, fraktur melintang, dan fraktur kompleks. Gambaran klinis agak tersamarkan
krena mungkin terdapat cidera lain yang lebih jelas/mengalihkan perhatian dari cidera pelvis yang lebih
mendesak. Pemeriksaan foto sinar-X perlu dilakukan (Apley, 1995)
4. Cidera pada sacrum dan koksigis
Pukulan dari belakang atau jatuh pada tulang ekor dapat mematahkan sacrum dan koksigis. Terjadi
memar yang luas dan nyeri tekan muncul bila scrum atau koksigis dipalpasi dari belakang atau melalui
rectum. Sensasi dapat hilang pada distribusi saraf sakralis. Sinar-X dapat memperlihatkan ; 1) fraktur
yang melintang pada sacrum dapat disertai fragmen bawah yang terdorong ke depan, 2) fraktur koksigis
kadang disertai fragmen bagian bawah yang menyudut ke depan, 3) suatu penampilan normal kalau
cidera hanya berupa strain pada sendi sacrokoksigeal.(Apley, 1995)
Kalau fraktur bergeser, sebaiknya docoba untuk melakukan reduksi. Fragmen bagian bawah dapat
terdesak ke belakang lewat rectum. Reduksi bersifat stabil, suatu keadaan yang menguntungkan. Pasien
dibiarkan untuk melanjutkan aktifitas normal, tetapi dianjurkan untuk menggunakan suatu cincin karet
atau bantalan Sorbo bila duduk. Kadang disertai keluhan sulit kencing.(Apley, 1995)
Nyeri yang menetap, terutama saat duduk sering ditemukan setelah cidera koksigis. Kalau nyeri tidak
berkurang dengan penggunaan bantalan Sorbo atau oleh injeksi anastetik lokal kedalam daerah yang
nyeri, dapat dipertimbangkan eksisi koksigis (Apley, 1995)
Diposkan oleh rizki's blog di Jumat, Januari 08, 2010
Label: Referat


BAB I
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Pelvis adalah daerah batang tubuh yang letaknya dibawah cavum abdomen dan
merupakan daerah peralihan dari batang tubuh ke ekstremitas inferior.Pelvis dibatasi
oleh dinding yang dibentuk oleh tulang , ligamentum dan otot.Pelvis berfungsi untuk
menstransmisi berat badan melalui sendi sakro iliaka ke ilium ,asetabulum dan
dilanjutkan ke femur .selain itu panggul berfungsi melindungi struktur-struktur yang
berada didalam rongga panggul.
2

Penangan secara efektif dengan masalah klinis prolaps organ panggul
membutuhkan pemahaman tentang anatomi dari struktur yang menjaga visera panggul
dalam posisi normal , dan dampak dari perubahan anatomi pada mekanisme fisiologis
yang menudukung. Saat ini diakui bahwa otot rangka pada tindakan dasar panggul itu
sinkron dan sinergis dengan jaringan ikat endopelvic. Anatomi dari struktur ini akan
dikaji untuk memberikan latar belakang yang diperlukan untuk memahami kelainan
yang terkait dengan prolaps organ panggul.
Ada beberapa kelainan pada pelvis yang kami bahas berdasarkan Standar
Kompetensi Dokter Indonesia yaitu
1.

Hipdisplasia memiliki kompetensi 1
2.

Arthritis hip memiliki kompetensi 2
3.

Trauma pelvis kompetensi 2
Hip displasia merupakan salah satu bentuk kelainan bawaan pada system
muskuloskletal. Perlu dilakukan metode khusus untuk menemukannya pada bayi baru

lahir. Walaupun demikian , kelainan ini sering tidak didapatkan sampai anak mulai
berjalan dan akhirnya membawa cacat.

Arthritis hip, Osteoarthritis adalah jenis yang paling umum dari radang sendi
pinggul. Sering juga disebut dengan arthritis atau penyakit sendi degeneratif,
osteoartritis ditandai dengan mengenakan progresif jauh dari tulang rawan
sendi. Sebagai tulang rawan pelindung dipakai pergi oleh arthritis pinggul, tulang
telanjang terkena dalam sendi.
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan/atau tulang rawan yang
disebabkan oleh rudapaksa . Trauma yang menyebabkan patah tulang atau fraktur
tulang.
1.2

Rumus
an Ma
s
alah
1.

Bagaimana anatomi pelvis ?
2.

Apa saja kelainan pada pelvis ?
3.

Apa definisi dari hipdiplasia, arthtritis hip dan . fraktur pelvis ?
4.

Bagaimana etiologi dari hipdiplasia, arthtritis hip dan fraktur pelvis ?
5.

Bagaimana epidemiologi dari hipdiplasia,arthtritis hip,dan fraktur pelvis?
6.

Bagaimana patofiologi dan pathogenesis dari hipdiplasia,arthtritis hip,dan fraktur
pelvis?
7.

Bagaimana manifestasi klinis dari hipdiplasia,arthtritis hip,dan fraktur pelvis?
8.

Bagaimana tata laksana dari hipdiplasia,arthtritis hip,dan fraktur pelvis?
9
.

Bagaimana komplikasi dari hipdiplasia,arthtritis hip,dan fraktur pelvis ?

1.3

T
uju
an
a.

Tujuan umum
Untuk mengetahui kelainan-kelainan pada tulang pelvis
b.

Tujuan khusus
-

Untuk mengetahui definisi dari hipdisplasia, arthritis hip, dan fraktur pelvis
-

Untuk mengetahui etiologi dari hipdisplasia, arthritis hip, dan fraktur pelvis
-

Untuk mengetahui epidemiologi dari hipdisplasia, arthritis hip, dan fraktur
pelvis
-

Untuk mengetahui pathogenesis dan patofisiologi dari hipdisplasia, arthritis hip,
dan fraktur pelvis
-

Untuk mengetahui manifestasi klinis dari hipdisplasia, arthritis hip, dan fraktur
pelvis
-

Untuk mengetahui tata laksana dari hipdisplasia, arthritis hip, dan fraktur pelvis
-

Untuk mengetahui komplikasi dari hipdisplasia, arthritis hip, dan fraktur pelvis
BAB II
ISI
I.

Anato
mi
pelv
is

Keterangan :
(1) sacrum,
(2) ilium,
(3) ischium,
(4) pubis,
(5) pubic symphisis,
(6) acetabulum,
(7) obturator foramen,
(8) coccyx, (red dotted line) linea terminalis
BAB II
ISI
I.

Anato
mi
pelv
is

Keterangan :
(1) sacrum,
(2) ilium,
(3) ischium,
(4) pubis,
(5) pubic symphisis,
(6) acetabulum,
(7) obturator foramen,
(8) coccyx, (red dotted line) linea terminalis

Apertura pelvis superior dibentuk oleh dua linea terminalis dextra dan sinistra
.batas-batasnya adalah
o

Kranial : symphisis pubica
o

Dorsal : crista pubica
o

Pectin ossis pubis
o

Linea arcuata ossis ilii
o

Ventral ala ossis sacri
o

Promontorium ossis sacri
Bentuk apertura pelvis superior penting karena merupakan lubang masuk
yangharus dilalui oleh kepala fetus untuk memasuki cavitas pelvis sewaktu persalinan.
Apertura pelvis inferior ,batasnya adalah
o

Kaudal symphisis pubica
o

R
amus inferior ossis pubis dan tuber ischiadicum
o

Ligamentum sacrotuberale
o

Ujung os.coccyges
Articulatio articulatio di pelvis:
o

Art.lumbosacralis
o

Art. Sacrococcygeum
o

Art sacroiliaca
o

Symphisis pubica
Selama kehamilan ligamentum-ligamentum vertebropelvik mengendur akibat
pengaruh hormon-hormon ,sehingga memungkinkan gerakan antara bagian kaudal
columna vertebralis dan pelvis terjadi secara lebih bebas.discus intrapubicus
melonggar dan menyebabkan bertambahnya jarak antara kedua os pubis .Os .coccyges
juga bergerak ke arah dorsal pada kelahiran bayi .semua perubahan ini memudahkan
lewatnya janin melalui pelvis.
Pelvis cowok dan cewek berbeda dalam beberapa aspek karena fungsinya yang
juga berbeda :
Pelvis laki-laki Pelvis wanita
Struktur umum Tebal,berat Tipis , ringan
Pelvis mayor Dalam Dangkal
Pelvis minor Sempit , dalam Lebar ,dangkal
Apertura pelvis
superior
Jantung ( android ),
memanjang ventodorsal (
anthropoid ) ,memanjang
mediolateral ( platypelloid )
Bulat ( gynecoid )
memanjang
mediolateral.
Apertura pelvis
inferior
R
elatif sempit
R
elatif luas
Arcus pubis
Sempit ( angulus infra
pubicus )
Lebar ( arcus intra
pubicus )
Foramen
obturatum
Bundar Lonjong

Fascia pelvis
a.

Fascia diaphragmatis pelvis merupakan bagian dari fascia pelvis parietalis dan
terdiri dari :
1.

Fascia diaphragmatis pelvis superior
o

M
enutupi facies pelvina m.levator ani dan m.coccyges
o

Antara spina ischiadica dan corpus ossis pubis ( symphisis osseum pubis )
menenbal membentuk arcus tendineus fasciae pelvis ( arccus tendineus
m.levatoris ani)
o

Fascia melanjutkan diri sebagai fascia endopelvina yang menutupi vesica
urinaria ,vagina dan rectum
2.

Fascia diaphragmatis pelvis inferior
o

M
enutupi permukaan bawah m.levator ani dan m coccygeus
o

M
embentuk dinding medial fossa ischiorectalis
b.

Fascia pelvis yang terdiri dari :
1.

Fascia pelvis parietalis
o

M
elapisi bagian dalam dinding abdomen dan dinding pelvis yaitu fascia
transversa abdominis dan fascia iliaca

Anda mungkin juga menyukai