Anatomi Panggul
Tulang penyusun panggul
Tulang penyusun panggul memiliki dasar yang kuat dimana seluruh struktur
panggul tertanam. Dalam posisi berdiri, kekuatan disebar unuk meminimalisir
tekanan pada bagian dalam panggul dan otot serta kekuatan disebar ke seluruh
tulang yang lebih cocok pada keadaan jangka panjang ataupun stres kumulatif
dalam kehidupan sehari-hari. Dalam posisi tegak, rami pubis berlokasi pada bidang
vertikal. Mirip dengan penyokong dari suatu gerbang maupun jembatan, beban
panggul perempuan ditransmisikan di sepanjang penyokong tulang panggul hingga
femur. Rami pubis bersendi di garis tengah tubuh secara horizontal. Beberapa beban
pada bagian perut dan bagian dalam panggul disokong oleh persendian dan
penulangan dari bagian bawah.
Tulang penyusun panggul terdiri dari ilium, ischium, rami pubis, sakrum,
dam tulang ekor (Gbr 2.1A dan B). Sakrum terdiri dari lima vertebrae sakral yang
bergabung menjadi satu. Persarafan berupa foramina berlokasi di bagian anterior
dan lateral. Pada bagian atas, bagian tengah sakrum adalah bagian yang kaya akan
neurovaskuler. Tulang ekor menempel di bagian bawah dan menjadi batas posterior
dari bagian panggul.
Beberapa penanda menjadi bagian penting ketia akan dilakukan
pembedahan di bagian panggul. Spina iliaca anterior superior (SIAS) sangat mudah
diidentifikasi dan menjadi penanda yang terletak di bagian superior ilium. Ischium
bergabung dengan ilium. Incisura ischiadica mayor dan incisura ischiadica minor
di bagian medial terpisah oleh sebuah garis proyeksi, yaitu spina ischiadica.
Ligamen sakrospinosus, berbentuk triangular, di bagian lateral menempel pada
bagian apex menuju spina ischiadica; bagian dasar yang lebih luas berasal dari sisi
segmen sakral dan coccygeal bawah. Ligamentum ini mengubah incisura ischiadica
mayor ke foramen ischiadicus majus (Gbr 2.1B). Foramen ini melewati otot
piriformis dan semua pembuluh darah dan saraf yang meninggalkan panggul untuk
daerah gluteal dan belakang paha. Ligamen sacrospinosus dan ligamentum
sacrotuberosus dorsal juga mengubah incisura ischiadica minor keforamen
ischiadicus minus. Foramen ini dilalui tendon dan saraf dari otot obturator internal,
nervus pudendus, dan pembuluh darah pudenda interna.
Spina ischiadica dapat dipalpasi dengan mudah melalui vagina, rektal, atau
retropubik, dan banyak struktur penyokong yang melekat padanya. Spina ischiadica
berguna sebagai titik tetap untuk menggambarkan posisi relatif struktur anatomi
lain dan sebagai penanda dalam berbagai operasi rekonstruktif untuk prolaps organ
panggul.
Rami pubis superior dan inferior terletak di anterior dan bersendi di garis
tengah pada simfisis pubis. Punggungan di sepanjang permukaan medial superior
dari rami pubis superior disebut garis pectineal, atau ligamentum Cooper (Gbr 21.2
dan 21.3).
Dalam posisi berdiri, SIAS dan simfisis pubis berada dalam bidang vertikal
yang sama (Gbr 2.1B). Tekanan isi perut mengarah langsung ke tulang panggul,
bukan ke otot maupun fasia endopelvis pada dasar panggul. Permukaan posterior
simfisis pubis terletak pada bidang kira-kira 2 sampai 3 cm lebih rendah dari spina
ischiadica. Oleh karena itu, garis yang menghubungkan dua struktur akan hampir
horizontal dalam posisi berdiri. Ini memiliki implikasi penting dalam menykong
organ panggul, dan ini akan dibahas lebih lanjut.
GAMBAR 2.1 A, Tulang dan ligamentum dari panggul. Tampilan litotomi
menunjukkan hubungan ligamentum ke pelvic outlet dan struktur tulang. B, Tulang
dan ligamen dari panggul. Tampilan sagital menunjukkan distribusi berat hampir
(panah) mendekati simfisis pubis. Spina iskiadika berada pada sekitar tingkat
simfisis pubis.
Dinding Abdomen
Dinding abdomen terdiri dari beberapa lapisan. Bagian inferior umbilikus
dan di bawah kulit, jaringan subkutan membentuk dua lapisan berbeda: lemak
subkutan (fasia Camper) dan lapisan membran bagian dalam (fasia Scarpa).
Lapisan-lapisan ini menyatu di garis tengah pada linea alba. Umbilikus terdiri dari
cincin umbilikal melalui linea alba, dan merupakan bagian tertipis dari dinding
perut. Pada bagian lateral terdapat tiga lapis otot: oblique eksternal, oblique
internal, dan otot transversus abdominis. Mendekati garis tengah adalah otot rektus
abdominus dan otot piramidalis. Tiga otot lateral bersama-sama mendekati garis
tengah untuk membungkus otot-otot rectus abdominus di dalam selubung otot.
Lapisan paling dalam dari selubung (selubung rektus posterior) hanya ada di atas
posisi perkiraan setengah antara umbilikus dan simfisis pubis. Titik transisi ini
disebut linea arcuata. Di bawah linea arcuata, tidak ada selubung rektus posterior.
Fasia transversalis dan peritoneum menutupi permukaan internal seluruh dinding
perut anterior.
Saraf ilioinguinal dan iliohypogastric terletak di ruang antara otot oblique
internal dan eksternal. Lokasi pembedahan dinding abdomen di bawah tingkat spina
iliaka anterior superior memiliki potensi cedera saraf iliohypogastric dan
ilioinguinal.
Persarafan Panggul
Meskipun otot-otot dasar panggul awalnya diduga memiliki persarafan dari
cabang langsung saraf sakral pada permukaan panggul dan melalui saraf pudenda
pada permukaan perineum, bukti menunjukkan bahwa ini tidak akurat dan otot
levator ani hanya dipersarafi oleh saraf yang berjalan di permukaan superior
(intrapelvic) dari otot yang tidak diinervasi saraf pudenda (Gbr 2.3).
Di dalam panggul, saraf simpatis yang menuju ke panggul berasal dari T5
sampai L2 dan bertindak untuk meningkatkan penyimpanan dengan cara relaksasi
kandung kemih dan rektum dan kontraksi komponen otot polos dari sfingter uretra
dan sfingter ani. Pasokan saraf parasimpatik ke viscera panggul berasal dari nervus
sakralis kedua, ketiga, dan keempat (Gambar 2.4).
Pleksus sakralis dibentuk oleh akar saraf L4, L5, dan S1 hingga S4 dan
terletak di permukaan anterior otot piriformis di lateral dasar panggul dan dinding
samping panggul. Pleksus sakralis memunculkan banyak cabang saraf. Nervus
sciatic dan gluteal mempersarafi ekstremitas bawah dan bokong. Cabang lain
termasuk nervus pudenda (S2-S4), nervus anococcygeal, saraf untuk levator ani
(S3, S4), saraf ke piriformis dan obturator internus, nervus splanchnicus pelvis, dan
nervus kutaneus. Pleksus hipogastrik superior mengandung serabut aferen simpatis,
parasimpatik, dan viseral; terletak anterior terhadap L5 antara promontorium sacral
dan bifurkasio aorta sebelum berlanjut ke dinding samping panggul (Gbr 2.4).
Pleksus saraf ini meninggalkan permukaan sakral untuk menyebar di kedua sisi
rektum sekitar 3 sampai 4 cm superior dari otot dasar panggul kemudian menyebar
melalui pelvis melalui fasia endopelvis.
GAMBAR 2.3 Saraf dan pembuluh darah dari dinding lateral panggul. Pleksus
sakral ditunjukkan dengan warna kuning. Cabang-cabang kecil yang menginervasi
otot-otot dasar panggul dapat terlihat mensuplai otot levator ani (S3, S4).
Perineum
Perineum dibagi menjadi dua kompartemen: superfisial dan profunda.
Dipisahkan oleh lapisan jaringan ikat fibrosa yang disebut membran perineum.
Membran perineum adalah lembaran triangular jaringan fibromuskular padat yang
membentang dari pelvic outlet. Sebelumnya telah disebut sebagai diafragma
urogenital; perubahan nama ini mencerminkan apresiasi bahwa itu bukan struktur
dua lapis dengan otot di antaranya, seperti yang telah dipikirkan. Membran
perineum menyediakan sokongan untuk vagina dan uretra saat mereka
melewatinya. Membran perineum terbentang sepanjang otot sfingter urogenital,
yang menekan uretra bagian tengah dan distal (Gbr 2.7). Batas perineum adalah
rami ischiopubik, tuberositas iskia, ligamen sacrotuberosus, dan coccyx. Sebuah
garis yang menghubungkan tuberositas iskia membagi perineum ke dalam segitiga
urogenital anterior dan segitiga anal di bagian belakang. Perineum menandai titik
konvergensi dari otot bulbospongiosus, perineum superfisial dan perineum
transversus profunda, membran perineum, sfingter ani eksternal, otot vagina
posterior, dan insersio otot puborectalis dan pubococcygeus. Bulbospongiosus
berasal dari permukaan inferior dari rami pubis superior dan crura klitoris.
Berinsersi pada perineum, di mana seratnya menyatu dengan perinei transversum
superfisial dan sfingter ani eksternal. Dipersarafi oleh nervus pudenda. Perinei
transversal superfisial adalah otot bilateral yang meluas dari tuberositas ischia
medialis dan berinsersio pada perineum. Beberapa serat menyatu dengan
bulbospongiosus dan sfingter anal eksternal. Dipersarafi oleh nervus pudenda. Otot
ischiocavernosus berasal dari tuberositas iskia medial dan rami ischiopubic.
Berinsersio pada aspek inferior dari arcus pubis dan dipersarafi oleh nervus
pudenda.
Kompartemen perineum profunda terdiri dari otot perineus transversal
profunda, bagian dari otot sfingter uretra eksternal (kompresor uretra dan sfingter
urethrovaginal), bagian dari sfingter ani, dan perlekatan vagina muskulofasial.
Anatomi neurovaskular perineum diilustrasikan pada Gambar 2.5. inervasi
motorik dan sensorik perineum adalah melalui nervus pudendus. Nervus pudendus
berasal dari S2 ke S4 dan keluar dari panggul melalui foramen ischiadicus majus,
melekat di sekitar spina ischiadica, dan kemudian berjalan di sepanjang permukaan
obturator internus medial melalui fossa ischiorektal dalam penebalan fascia yang
disebut kanal Alcock. Bergabung di posterior dan medial ke tuberositas ischia dan
membagi menjadi tiga cabang untuk memasok perineum: klitoris, perineum, dan
rektal inferior (inferior hemorrhoidal). Suplai darah ke perineum berasal dari arteri
pudendal, yang berjalan dengan nervus pudenda untuk keluar dari panggul. Serupa
dengan saraf, ada tiga cabang utama dengan anastomosis kolateral yang kaya.
Kandung Kemih
Kandung kemih adalah organ berongga dan berotot yang merupakan
reservoir dari sistem kemih. Kandung kemih datar ketika kosong dan globuler
ketika terisi. Permukaan superior dan atap terletak 1 hingga 2 cm dari aspek
posterior kandung kemih ditutupi oleh peritoneum, yang menyapu kandung kemih
ke dalam kantong vesicouterine. Kandung kemih anterior adalah organ
ekstraperitoneal dan berdekatan dengan ruang retropubik (ruang Retzius). Antara
kandung kemih dan tulang pubis, dalam ruang Retzius, terletak jaringan adiposa,
ligamen pubovesikal dan otot, dan pleksus vena yang menonjol. Kandung kemih
terletak inferior pada vagina anterior dan segmen uterus bawah, dipisahkan oleh
pembungkus lapisan adventitia (fasia endopelvis).
Epitel yang melapisi lumen kandung kemih secara longgar melekat pada
otot-otot yang mendasari, kecuali pada trigonum vesica urinaria, di mana ia melekat
kuat. Lapisan kandung kemih terdiri dari epitel transisional (urotelium) yang
didukung oleh lapisan jaringan ikat longgar, lamina propria. Permukaan dalam
kandung kemih memiliki penampilan rugose yang dibentuk oleh lipatan mukosa
pada keadaan berkontraksi. Dalam keadaan terisi, penampilanseperti jala yang
menonjol bervariasi dibentuk oleh otot detrusor yang ditutupi mukosa.
Otot-otot dinding kandung kemih sering digambarkan sebagai memiliki tiga
lapisan: longitudinal dalam, melingkar tengah, dan longitudinal luar. Namun,
pelapisan ini hanya terjadi pada leher kandung kemih; sisa dari otot-otot kandung
kemih tersusun atas serat yang berjalan dalam banyak arah di dalam dan di antara
lapisan. Bentuk pleksiform dari bundel otot detrusor sangat cocok untuk
mengurangi semua dimensi lumen kandung kemih pada kontraksi.
Lapisan longitudinal bagian dalam telah memisahkan serat-serat otot secara
multidireksional. Dekat leher kandung kemih, serat-serat otot ini membentuk pola
longitudinal yang berdekatan melalui trigonum vesica urinaria dan menurut
Tanagho (1986), ke dalam lapisan otot longitudinal bagian dalam uretra. Lapisan
sirkuler di bagian tengah menonjol pada leher kandung kemih, di mana menyatu
dengan otot trigonal yang dalam, membentuk cincin muskuler. Lapisan ini tidak
berlanjut ke uretra. Lapisan longitudinal luar membentuk bundel otot di sekitar
dinding kandung kemih di atas leher kandung kemih. Pada bagian anterior, serat ini
terus melewati leher vesika sebagai otot pubovesikal dan berinsersio ke jaringan
pada permukaan posterior simfisis pubis. Otot pubovaskular dapat memfasilitasi
terbukanya leher kandung kemih selama berkemih. Pada bagian posterior, serat
longitudinal menyatu dengan permukaan mendalam dari puncak trigonal dan saling
berhubungan dengan beberapa loop otot detrusor di dasar kandung kemih; loop ini
mungkin membantu penutupan leher kandung kemih.
Trigonum
Di dasar kandung kemih terdapat area segitiga, trigonum. Trigonum
memiliki berbentuk pipih dengan penutup epitel yang halus. Sudut trigonum
dibentuk oleh tiga lubang: lubang uretra berpasangan dan lubang uretra internal.
Batas superior trigonum adalah daerah yang sedikit terangkat di antara dua lubang
ureter yang disebut interureteric ridge. Dua bukaan uretra berbentuk seperti celah
dan, di dalam organ yang tanpa gangguan, berjarak sekitar 3 cm.
Uretra
Uretra wanita memiliki panjang sekitar 4 cm dan rata-rata memiliki
diameter 6 mm. Lumennya sedikit melengkung ketika melewati ruang retropubic,
berlubang pada bagian membran perineum, dan berakhir pada lubang eksterna di
vestibulum tepat di atas pembukaan vagina. Uretra tertanam dalam lapisan
adventitia vagina anterior.
Epitelium uretra memiliki lipatan memanjang dan mempunyai banyak
kelenjar kecil, yang membuka ke uretra. Epitel menyambung ke bagian luar dengan
vulva dan ke bagian dalam dengan di kandung kemih. Jenis epitel skuamosa
bertingkat yang menjadi transisi di dekat kandung kemih.
Epitelium disokong oleh lapisan jaringan ikat fibroelastik longgar, disebut
lamina propria. Lamina propria mengandung banyak bundel fibril kolagen dan
fibrosit dan kaya akan serat elastis berorientasi secara longitudinal dan melingkar
di sekitar uretra. Vena berdinding tipis yang banyak adalah ciri khas lainnya.
Terdapat pembuluh vaskular yang kaya ini berkontribusi terhadap resistensi uretra.
Otot polos uretra tersusun dari serabut otot oblique dan longitudinal, dengan
beberapa serat bagian luar yang berorientasi sirkuler. Otot ini dan otot detrusor di
dasar kandung kemih membentuk mekanisme sfingter uretra intrinsik. Otot polos
ini berada di bawah kontrol alfa-adrenergik dan kolinergik, meskipun Gosling et al.
(1981) menemukan pasokan saraf kolinergik yang banyak dengan beberapa saraf
noradrenergik. Otot-otot yang diarahkan secara longitudinal mungkin memendek
dan memlebarkan lumen uretra selama berkemih, sedangkan otot polos melingkar
(bersama dengan otot sfingter urogenital) berkontribusi pada resistensi uretra
terhadap aliran keluar saat istirahat.
GAMBAR 2.6 Kompleks ureterovesico-trigonal normal. A, Tampilan samping
dengan selubung Waldeyer yang mengelilingi sisa ureter intravesika dan berlanjut
ke bawah sebagai trigonum dalam, yang meluas ke leher kandung kemih. Otot-otot
ureter menjadi trigonum dangkal, yang memanjang menjadi meatus eksternal pada
wanita. B, selubung Waldeyer dihubungkan oleh beberapa serat ke otot detrusor di
hiatus ureter. Selubung otot yang inferior ke lubang ureter ini menjadi trigon dalam.
Otot-otot dari ureter terus ke bawah sebagai trigonum dangkal. Dari Tanagho
(1986).
Pelvic Ureter
Karena ureter merupakan organ retroperitoneal dari pelvis ginjal ke
kandung kemih, ureter dibagi secara anatomis ke dalam segmen perut dan panggul,
yang kira-kira panjangnya, masing-masing 12 sampai 15 cm. Ureter memasuki
panggul dengan melintasi pembuluh darah iliaka di mana arteri iliaka terbagi
menjadi arteri iliaka eksternal dan iliaka internal (hipogastrik). Ureter berjalan
secara lateral menuju arteri hipogastrik, tetapi akhirnya berada tetap di medial
menuju cabang-cabang dari divisi anterior arteri hipogastrik dan lateral ke
peritoneum dari cul-de-sac. Ureter melekat pada peritoneum dari dinding pelvis
lateral. Semakin ke distal, ureter berada di sepanjang sisi lateral ligamentum
uterosakral dan memasuki fasia endopelvis dari parametrium (ligamentum
kardinal). Jalur ureter secara medial mengikuti ligamentum uterosakral jika dilihat
dari sakrum ke arah vagina. Pada tingkat spina iskiadika, ureter sekitar berada 2
sampai 3 cm dari lateral ligamentum uterosakral (Buller et al. 2001). Ureter paling
dekat dengan ligamentum uterosakral pada ujung distalnya, kira-kira berjarak 1 cm.
Saluran ureter lewat di bawah arteri uterus kira-kira 1,5 cm di sebelah lateral
serviks. Ureter distal kemudian bergerak secara medial di atas fornix vagina
lateralis dan berjalan melalui dinding kandung kemih sampai mencapai trigone.
GAMBAR 2.7 Diagram menunjukkan bagian-bagian komponen dari dukungan
uretra dan mekanisme sfingter. Perhatikan bahwa uretra proksimal dan leher
kandung kemih didukung oleh dinding vagina anterior dan perlekatan
muskulofasial ke diafragma panggul. Kontraksi otot levator ani mengangkat vagina
anterior dan leher kandung kemih di atasnya dan uretra proksimal, berkontribusi
pada penutupan leher kandung kemih. Sfingter uretra, sfingter urethrovaginal, dan
uretra kompresor adalah semua bagian dari sfingter lurik urogenital.
Ureter hanya dilindungi satu lapisan mirip otot yang membentuk pola heliks
yang tidak beraturan dari kumpulan otot dengan serat yang mengarah ke hampir
setiap arah. Saat ureter mendekati dan memasuki dinding kandung kemih, serat
heliksnya memanjang dan menjadi sejajar dengan lumennya. Ureter intravesical
kira-kira sepanjang 1,5 cm dan dibagi menjadi segmen intramural, yang seluruhnya
dikelilingi oleh dinding kandung kemih, dan segmen submukosa langsung di bawah
urothelium. Serat otot longitudinal dari ureter distal berlanjut menuju otot trigonal
superfisial tanpa terhalang apapun.
Segmen distal dan intramural ureter dikelilingi oleh selubung Waldeyer.
Selubung Waldeyer menyatu ke proksimal dengan otot-otot intrinsik ureter dan ke
distal sebagai fiksasi tambahan, menghubungkan ureter secara tepat dengan otot
detrusor (lihat Gambar 2.6). Selubung Waldeyer telah dijelaskan secara menyeluruh
oleh Tanagho (1986) dan Woodburne (1968).
Anatomi Transobturator
Membran obturator adalah selubung fibrosa yang membentangkan foramen
obturator melalui kumpulan neurovascular obturator menembus melalui kanus
obturator. Arteri obtulator dan vena berasal dari cabang pembuluh darah iliaka
internal. Ketika mereka muncul dari sisi inferior membran obturator dan memasuki
ruang obturator, mereka menjadi banyak cabang kecil yang memasok otot
kompartemen adduktor paha. Cadaver bekerja dengan Whiteside et al. (2004) telah
menyangkal laporan sebelumnya tentang pembuluh obturator yang bercabang ke
cabang-cabang medial dan lateral. Sebaliknya, pembuluh darah-pembuluh darah itu
sebagian besar berukuran kecil (berdiameter <5 mm) dan berlanjut ke dalam
berbagai jalur. Otot paha medial dan kompartemen obturator, dari superfisial ke
profunda, gracilis, adductor longus, adductor brevis, adductor magnus, dan otot
obturator eksternus (Gambar 2.8).
Berbeda dengan pembuluh darah, saraf obturator muncul dari membran
obturator dan bercabang ke anterior dan posterior bergerak secara distal ke bagian
bawah paha untuk memasok otot kompartemen adduktor. Dengan pasien dalam
posisi litotomi dorsal, saraf dan pembuluh darah berjalan mengikuti paha dan searah
lateral jauh dari ramus ischiopubic.
Sfingter anus eksternal terdiri dari otot lurik yang kontraksi sebagian besar
waktu, dan juga dapat dikontraksi secara sadar. Berbagai bagian sfingter anus
eksternal telah dijelaskan, dan meskipun tidak ada konsensus, deskripsi terbaru
mendukung adanya kompartmen superfisial (menggabungkan komponen
superfisial dan subkutan sebelumnya) dan profunda. Fungsi sfingter anus eksternal
adalah sebagai unit dengan bagian puborektalis dari kelompok otot levator ani.
Mekanisme sfingter anus terdiri dari sfingter anus internal, sfingter anus
eksternal, dan otot puborektalis (Gambar 2.9). Seperti pada leher kandung kemih
dan uretra, refleks spinal menyebabkan sphincter lurik berkontraksi saat terjadi
peningkatan secara tiba-tiba tekanan intra-abdomen, seperti batuk. Sudut anorektal
dihasilkan oleh tarikan anterior otot puborektalis. Otot-otot ini secara posterior
membentuk sling di sekitar persimpangan anorektal. Sudut anorektal sebelumnya
dianggap penting dalam mempertahankan penahanan fecal, tetapi fungsinya masih
dipertanyakan. Penelitian yang lebih baru menunjukkan bahwa inkontinensia fekal
pada wanita sering terkait dengan denervasi otot-otot diafragma panggul dan
gangguan dan denervasi sfingter anus eksternal.
GAMBAR 2.9 Diagram rektum, saluran anus, dan otot di sekitarnya. Otot
puborektalis posterior membentuk sling di sekitar persimpangan anorektal. Sfingter
anal eksternal (otot skelet) mengelilingi saluran anus dan berhubungan erat dengan
otot puborektalis. Otot sphincter anal internal (otot polos) terletak di dalam cincin
otot sphincter eksternal dan merupakan kelanjutan dari lapisan melingkar dalam
otot polos dinding rektum. Dari Madoff et al. (1992).
Penyokong uretra
Ketika vagina biasanya disokong, ia menyediakan dukungan ke kandung
kemih dan uretra. Dukungan uretra dan leher kandung kemih dianggap disediakan
oleh interaksi ligamentum pubourethral, membran perineum, dan otot-otot dasar
panggul. Banyak peneliti telah mendeskripsikan apa yang disebut ligamentum
pubourethral sebagai perluasan dari permukaan inferior tulang pubis ke uretra.
Milley dan Nichols (1971) menemukan ligamentum kontarenalal anterior,
posterior, dan intermediet bilateral dan menyatakan bahwa ligamentum anterior dan
posterior dibentuk, masing-masing, oleh lapisan fascia superior dan superior dari
membran perineum. Suatu defek anatomi ligamentum pubourethral telah dikutip
sebagai faktor yang berkontribusi untuk inkontinensia urin pada wanita.
Studi oleh DeLancey (1986, 1988, 1989, 1991) memberikan pandangan
yang lebih lengkap tentang penyokong uretra. Daripada dibiarkan secara ventral
oleh struktur ligamentum, bagian proksimal urethra dan dasar kandung kemih
didukung dalam mode sling oleh dinding vagina anterior, yang melekat secara
bilateral ke otot-otot diafragma panggul (otot levator ani) di arcus tendineus fascia
pelvis. Hubungan anatomis serupa antara diafragma pelvis dan vagina telah
dijelaskan oleh Olesen dan Grau (1976) dan lain-lain. Perlekatan ini memanjang ke
kaudal dan menyatu dengan serat superior dari membran perineum. Jaringan,
digambarkan sebagai ligamentum pubourethral, terdiri dari membran perineum dan
bagian paling kaudal dari arcus tendineus fasciae pelvis, yang memposisikan uretra
distal di bawah tulang pubis. Gambar 2.7 menggambarkan struktur anatomi yang
berkontribusi pada penyokong dan penutup uretra.
Perlekatan vagina anterior pada arcus tendineus fasia pelvis dapat
berkontribusi pada penutupan uretra dengan memberikan dasar yang stabil di mana
leher kandung kemih dan uretra proksimal dikompresi dengan peningkatan tekanan
intra-abdomen. Perlekatan ini juga bertanggung jawab untuk pergerakan posterior
dari leher vesikal yang terlihat pada onset mikturisi (ketika dasar panggul
melemaskan) dan untuk elevasi ketika pasien diinstruksikan untuk menahan aliran
kemihnya (lihat Gambar 2.7, inset). Cacat pada perlekatan ini mungkin
menghasilkan defek penyokong uretra proksimal (hipermobilitas uretra) dan
prolaps vagina anterior (sikofel), kondisi yang terkait dengan stres inkontinensia
urin. Cacat ini juga berhubungan dengan defek fasia paravaginal, dengan lepasnya
perlekatan vagina dari dukungan jaringan ikat lateralnya, yang dijelaskan oleh
Richardson et al. (1976).