0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
94 tayangan34 halaman
Buku pedoman ini menjelaskan standar pelayanan di Instalasi Bedah Sentral RSUD Dokter Mohamad Saleh Kota Probolinggo. Dokumen ini membahas tentang standar ketenagaan, fasilitas, tata laksana pelayanan, logistik, dan keselamatan pasien di instalasi tersebut. Pedoman ini bertujuan meningkatkan mutu pelayanan bedah di rumah sakit sesuai dengan peraturan dan standar yang berlaku.
Buku pedoman ini menjelaskan standar pelayanan di Instalasi Bedah Sentral RSUD Dokter Mohamad Saleh Kota Probolinggo. Dokumen ini membahas tentang standar ketenagaan, fasilitas, tata laksana pelayanan, logistik, dan keselamatan pasien di instalasi tersebut. Pedoman ini bertujuan meningkatkan mutu pelayanan bedah di rumah sakit sesuai dengan peraturan dan standar yang berlaku.
Buku pedoman ini menjelaskan standar pelayanan di Instalasi Bedah Sentral RSUD Dokter Mohamad Saleh Kota Probolinggo. Dokumen ini membahas tentang standar ketenagaan, fasilitas, tata laksana pelayanan, logistik, dan keselamatan pasien di instalasi tersebut. Pedoman ini bertujuan meningkatkan mutu pelayanan bedah di rumah sakit sesuai dengan peraturan dan standar yang berlaku.
KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT DAERAH MOHAMAD SALEH KOTA PROBOLINGGO NOMOR : TAHUN 2014 TENTANG PEMBERLAKUAN BUKU PEDOMAN PEAYANAN INSTALASI BEDAH SENTRAL RSUD DOKTER MOHAMAD SALEH KOTA PROBOLINGGO
KEPALA RSUD DOKTER MOHAMAD SALEH KOTA PROBOLINGGO :
a. Bahwa salah satu factor penentu baik buruknya mutu pelayanan medik/kesehatan di Rumah Sakit adalah palayanna Kamar Operasi sebagai ujung tombaknya. Untuk itu pedoman pelayanan Kamar Operasi sangat diperlukan sebagai pedoman dan tolok ukur mutu pelayanan tindakan operasi yang diberikan. b. Bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan Kamar Operasi di Rumah Sakit Umum Daerah Dokter Mohamad Saleh Kota Probolinggo dipandang perlu memberlakukan Buku Pedoman Pelayanan Instalasi Bedah Sentral serta menetapkannya dengan Surat Keputusan Kepala Rumah Sakit Umum Daerah Dokter Mohamad Salaeh Kota Probolnggo.
1. Undang-undang Republik Indonesia No.23 Tahun 1992 tentang Pokok kesehatan; 2. Undang-undang No. 6 Tahun 1963 tentang Tenaga Kesehatan; 3. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 436/MenKes/SK/IV/!993 tentang berlakunya Standar Pelayanan Rumah Sakit dan Standart Pelayanan Medik di Rumah Sakit; 4. Keputusan Menteri Kesehatan Ri No. 1045/Menkes/Pers/XI/2006 tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit di Linkungan Depkes; Meninmbang :
Mengingat :
5. Keputusan Walikota Probolinggo No.37 Tahun 2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja RSUD Dokter Mohamad Saleh Kota Probolinggo; 6. Peraturan Walikota Probolinggo No. 68 Tahun 2005 tentang Jabatan Fungsional Kelompok RSUD Dokter Mohamad Saleh Kota Probolinggo; 7. Keputusan Direktur Jenderal Pelayanan Medis Depkes. RI Nomor : HK. 00.06.3.3. Desember 1998, Tentang : Pedoman Pengelolaan Laboratorium Klinik Rumah Sakit. Memperhatikan : Surat Kepala Instalasi Bedah Sentral RSUD Doker Mohamad Saleh Kota Proboliggo No. 07/IBIS/VI/2008 perihal Permohonan Pemberlakuan Buku Pedoman Pelayanan Bedah Sentral di RSUD Dokter Mohamad Saleh Kota Probolinggo.
MEMUTUSKAN Menetapkan : PERTAMA : Memberlakukan Buku Pedoman Pelayanan Bedah Sentral di Rumah Sakit Umum Daerah Mohamad Saleh Kota Probolinggo KEDUA : Keputusan ini mulai berlaku surat mulai Bulan Januari 2008, dan apabila di kemudian hari terdapat kekeliruan dalam penetapannya akan diadakan perbaikan dan penyempurnaan sebagaimana mestinya.
DITETAPKAN DI : PROBOLINGGO PADA TANGGAL : 2014
DIREKTUR RSUD DOKTER MOHAMAD SALEH KOTA PROBOLINGGO
Dr. Bambang Agus Suwignyo, M.MKes NIP.19600715 198802 1 003
KATA PENGANTAR
Untuk keteraturan pelayanan dan peningkatan pelayanan di RSUD Dokter Mohamad Saleh, khususnya di Instalasi Bedah Sentral, perlu di susun sebuah buku yang menjadi acuan dalam pelaksanaan pelayanan terhadap masyarakat yang membutuhkan pelayanan pembedahan atau pe layanan tindakan operasi. Keberadaan buku pedoman ini sangatlah penting karena akan menjadi dasar dalam memberikan pelayanan di Instalasi Bedah Sentral. Semoga buku ini dapat menjadi panduan bagi semua karyawan yang bekerja di Instalasi Bedah Sentral. Masukkan dan saran dari berbagai pihak sangat kami harapkan untuk kesempurnaan dalam penyusunan buku pedoman pelayanan di Instalasi Bedah Sentral dimasa mendatang. .
Probolinggo, September 2014 Kepala Instalasi Bedah Sentral
Dr. M. Ali. Yusni, Sp. B
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang .......................................................................... B. Ruang Lingkup .......................................................................... C. Batasan Operasional ................................................................... D. Landasan Hukum ........................................................................ BAB II STANDAR KETENAGAAN A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia ............................................. B. Distribusi Ketenagaan ................................................................. C. Prosedur rekrutmen dan seleksi .................................................. BAB III STANDAR FASILITAS A. Denah Ruang .......................................................................... B. Standar Fasilitas .......................................................................... a. Ruang Persiapan .................................................... b. Ruang Pemulihan ................................................... c. Ruang cuci ............................................................. d. Kamar Operasi I..................................................... e. Kamar Operasi II,III. ............................................. f. Anestesi ................................................................. g. Instrumen Dasar ..................................................... h. Resusitasi dan Gawat Darurat ............................... BAB IV TATA LAKSANA PELAYANAN A. Penjadwalan Operasi ................................................................... B. Penerimaan dan Penyerahan Pasien ............................................ C. Persiapan Operasi ....................................................................... D. Kerjasama Antar Disiplin ........................................................... a. Pre Operasi ............................................................ b. Durante Operasi ..................................................... c. Post Operasi ........................................................... E. Pelayanan Anestesi ..................................................................... a. Pra Anestesi ........................................................... b. Durante Anestesi ................................................... c. Pasca Anestesi ....................................................... F. Laporan Operasi dan Anestesi .................................................... BAB V LOGISTIK .......................................................................... BAB VI KESELAMATAN PASIEN ........................................................................
VISI Terwujudnya pelayanan kesehatan paripurna yang efektif dan efisien
MISI 1. Peningkatan mutu pelayanan kesehatan kepada semua lapisan masyarakat 2. Mendayagunakan sumberdaya rumah sakit sebagai pelayanan kepada masyarakat yang optimal 3. Perluasan jangkauan rumah sakit 4. Pengelolaan rumah sakit dengan prinsip sosio ekonomi secara efektif dan efisien
A. Latar Belakang Instalasi Bedah Sentral merupakan unit kerja di rumah sakit yang berfungsku sus untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat yang membutuhkan tindakan pembedahan. Dalam memberikan pelayanan dapat berupa kepada individu atau kelompok. Pelayanan yang diberikan bersifat elektif dan emergency yang membantu menurunkan Angka Kematian, Kesakitan, dan Kecacatan melalui tindakan pembedahan bagi perorangan maupun kelompok. Falsafah Instalasi Bedah Sentral merupakan nilai-nilai yang diyakini untuk menjadi pedoman tingkah laku petugas Kamar Operasi dalam melaksanakan pelayanan pembedahan di RSUD Dokter Mohamad Saleh Kota Probolingo Falsafah Menciptakan pelayanan pembedahan yang mencerminkan koordinasi yang berkesinambungan antara pelayanan medis dan keperawatan sehingga tercipta pelayanan yang berdampak pada pendapatan rumah sakit dan kesejahteraan karyawan. Arti dari falsafah tersebut di atas adalah : - Pelayanan secara Profesional adalah pelayanan tindakan pembedahan harus dilaksanakan oleh seluruh petugas kamar operasi secara professional sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi - Pelayanan bermutu adalah pelayanan pembedahan dilaksanakan oleh seluruh petugas kamar operasi bekerjasama dengan dokter dalam proses pembedahan sesuai dengan metode, ilmu, dan perkembangan teknologi dan standar operasionanal prosedur yang bertanggung jawab terhadap mutu hasil pelayanan pembedahan sehingga memberikan hasil yang baik / benar. Terwujudnya pelaksanaan pelayanan pembedahan di RSUD Dr. Mohamad Saleh Kota Probolinggo berpenampilan, berprofesi dan beretik, serta memenuhi standart mutu untuk menjadi pusat pelayanan rujukan unggulan di wilayah Kota Probolinggo atau Kabupaten, dibagian timur Jawa Timur pada Tahun 2016. B. Ruang Lingkup Ruang Lingkup rumah sakit menetapkan Instansi Bedah Sentral sebagai kordinator pelayanan pembedahan, sesuai dengan struktur Organisasi Instalasi Bedah Sentral. Tujuannya untuk mengetahui alur komunikasi dan garis kewenangan antar seluruh petugas di dalam Instalasi Bedah Sentral dengan unit-unit lain.
C. Batasan Operasional 1. Bedah Pembedahan merupakan cabang dari ilmu medis yang ikut berperan terhadap kesembuhan dari luka atau penyakit melalui prosedur manual atau melalui operasi dengan tangan. Hal ini memiliki sinonim yang sama dengan kata Chirurgia (dibaca; KI-RUR-JIA). Dalam bahasa Yunani Cheir artinya tangan; dan ergon artinya kerja. Bedah atau operasi merupakan tindakan pembedahan cara dokter untuk mengobati kondisi yang sulit atau tidak mungkin disembuhkan hanya dengan obat-obatan sederhana (Potter, 2006). Perkembangan baru juga terjadi pada pengaturan tempat untuk dilaksanakan prosedur operasi. Bedah sehari (ambulatory surgery), kadangkala disebut pembedahan tanpa rawat inap (outpatient surgery) atau pembedahan sehari (one- day surgery).
2. Jenis Pembedahan A. Bedah Minor Bedah minor merupakan pembedahan dimana secara relatif dilakukan secara sederhana, tidak memiliki risiko terhadap nyawa pasien dan tidak memerlukan bantuan asisten untuk melakukannya, seperti: membuka abses superficial, pembersihan luka, inokulasi, superfisial neuroktomi dan tenotomi B. Bedah Mayor Bedah mayor merupakan pembedahan dimana secara relatif lebih sulit untuk dilakukan daripada pembedahan minor, membutuhkan waktu, melibatkan risiko terhadap nyawa pasien, dan memerlukan bantuan asisten, seperti: bedah caesar, mammektomi, bedah torak, bedah otak. C. Bedah Antiseptik Bedah antiseptik merupakan pembedahan yang berhubungan terhadap penggunaan agen antiseptik untuk mengontrol kontaminasi bakterial. D. Bedah konservatif Bedah konservatif merupakan pembedahan dimana dilakukan berbagai cara untuk melakukan perbaikan terhadap bagian tubuh yang diasumsikan tidak dapat mengalami perbaikan, daripada melakukan amputasi, seperti: koreksi dan imobilisasi dari fraktur pada kaki daripada melakukan amputasi terhadap kaki. E. Bedah Radikal Bedah radikal merupakan pembedahan dimana akar penyebab atau sumber dari penyakit tersebut dibuang, seperti: pembedahan radikal untuk neoplasma, pembedahan radikal untuk hernia. F. Pembedahan Rekonstruktif Pembedahan rekonstruktif merupakan pembedahan yang dilakukan untuk melakukan koreksi terhadap pembedahan yang telah dilakukan pada deformitas atau malformasi, seperti: pembedahan terhadap langit-langit mulut yang terbelah, tendon yang mengalami kontraksi. G. Bedah Plastik Bedah plastik merupakan pembedahan dimana dilakukan untuk memperbaiki defek atau deformitas, baik dengan jaringan setempat atau dengan transfer jaringan dari bagian tubuh lainnya.
3. Sifat Operasi: A. Bedah Elektif Bedah elektif merupakan pembedahan dimana dapat dilakukan penundaan tanpa membahayakan nyawa pasien. B. Bedah Emergensi Bedah emergensi merupakan pembedahan yang dilakukan dalam keadaan sangat mendadak untuk menghindari komplikasi lanjut dari proses penyakit atau untuk menyelamatkan jiwa pasien.
D. Landasan Hukum Penyelenggaraan pelayanan Instalasi Bedah Sentral RSUD Dr. Mohamad Saleh Kota Probolinggo sesuai dengan: 1. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 920/MenKes/Per/II/1986ntentang Upaya Pelayanan Kesehatan Swasta di Bidang Kesehatan. 2. Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun 1996 tentang tenaga Kesehatan. 3. Standar Pelayanan Minimal Rumah Sakit Departemen Kesehatan 2008 4. Peraturan Menteri Kesehatan 1438/Menkes/Per/IX/2010 tentang Standar Pelayanan Kedokteran 5. Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1045/MENKES/PER/XI/2006 tentang Pedoman Organisasi Rumah Sakit di Lingkungan Departemen Kesehatan. 6. Undang-undang Kesehatan Nomor 36 tahun 2009 Pasal 36 ayat 2 : penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatandilakukan dengan pendengalian ,pengobatan dan atau perawatan. Pasal 36 ayat 3 : pengendalian, pengobatan dan atau perawatan dapat dilakukan berdasarkan ilmu kedokteran dan ilmu keperawatan. Pasal 24 bahwa tenagan kesehatan dalam melakukan tugasnya berkewajiban untuk mematuhi standar profesi, standar pelayanan dan Standar Prosedur Operasional. 7. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit: Pasal 1 ayat 1: Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Pasal 43 ayat 1 dan 2: Rumah sakit wajib menerapkan standar keselamatan pasien, dilaksanakan melalui pelaporan insiden, menganalisa, dan menerapkan pemecahan masalah dalam rangka menurunkan angka kejadian yang tidak diharapkan. 8. Undang-Undang Kesehatan Nomor 36 tahun 2009 Pasal 63 ayat 2 : Penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan dilakukan dengan pengendalian, pengobatan dan atau perawatan. Pasal 63 ayat 3: Pengendalian, Pengobatan dan atau perawatan dapat dilakukan berdasarkan ilmu Kedokteran dan ilmu Keperawatan. Pasal 24: Bahwa tenaga kesehatan dalam melakukan tugasnya berkewajiban untuk mematuhi standar profesi, standar pelayanan dan Standar Prosedur Operasional
BAB II STANDAR KETENAGAAN
A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia 1. Kualifikasi tenaga di Instalasi Bedah Sentral RSUD Dr. Mohamad Saleh Kota Probolinggo - Dokter Bedah Instalasi kamar Operasi menggunakan jasa Pelayanan dokter tamu (dokter spesialis bedah) 2. Kualifikasi Tenaga Perawat Instalasi Bedah Sentral RSUD Dr. Mohamad Saleh Kota Probolinggo - Perawat instalasi kamar Operasi memiliki: sertifikat Penanggulangan Penderita Gawat Darurat (PPGD), Basic Cardiac Life Support (BCLS). - Mempunyai sertifikat Pelatihan dasar instrumen. - Perawat Ruang Pulih Sadar memiliki sertifikat Penanggulangan Penderita Gawat Darurat (PPGD) dan Basic Cardiac Life Support (BCLS)
B. Distribusi Ketenagaan Dalam pelayanan bedah perlu menyediakan sumber daya manusia yang kompeten, cekatan dan mempunyai kemampuan sesuai dengan perkembangan teknologi sehingga dapat memberikan pelayanan yang optimal, efektif, dan efisien. Atas dasar tersebut di atas, maka perlu kiranya menyediakan, mempersiapkan dan mendayagunakan sumber-sumber yang ada. Untuk menunjang pelayanan bedah di instalasi kamar operasi, maka dibutuhkan tenaga dokter, perawat yang mempunyai pengalaman, keterampilan dan pengetahuan yang sesuai.
C. Prosedur rekrutmen dan seleksi Kebutuhan tenaga di Instalasi Bedah Sentral RSUD Dr. Mohamad Saleh Kota Probolinggo disesuaikan dengan beban kerja, yaitu dari jumlah pasien dikalikan waktu efektif pengerjaan rata-rata per pasien dibagi dengan jam kerja efektif tindakan bedah per shift, sehingga pelayanan dapat berjalan dengan baik dan memberikan hasil yang teliti dan tepat. Untuk itu perlu rekrutmen dan seleksi yang ketat dan tepat. Perekrutan dan seleksi tenaga medis Instalasi Bedah Sentral harus memiliki kualifikasi dan pengalaman yang memadai untuk melaksanakan proses operasi dalam pelayanan di kamar operasi
BAB III STANDAR FASILITAS
A. Denah Ruang
Gambar 3.1 Denah Instalasi Kamar Operasi
B. Standar Fasilitas a) Ruang Persiapan Persiapan Ruang OperasiRuang operasi di rumah sakit umumnya dibuat dengan design yang simpel,dinding dan furniture dari bahan yang mudah dibersihkan dan peralatan yang biasadigunakan sudah tersusun rapi. Ruangan dengan ventilasi dan suhu ruangan dijagatetap 18-21 C, tetapi ruangan jangan lembab. Ruang operasi di rumah sakit harusmenggunakan AC untuk mencegah kontaminasi dari luar. Di sebelah ruang operasiseharusnya terdapat ruang perawatan dengan staf perawat yang berpengalamandimana pasien diletakkan pada tempat tidur yang bisa didorong sehingga jika terjadisesuatu langsung bisa dibawa ke ruang operasi. Sinar yang digunakan menghasilkanpenerangan yang adekuat tanpa menghasilkan panas dan sinarnya mudah diarahkanke dalam mulut. Di kepala handpiece juga terdapat sinar sehingga operator denganmudah dapat melihat palatum, cavitas seperti kista atau antrum.
b) Ruang Pemulihan (Recovery Room). Merupakan ruang pengawasan dan pemulihan setelah pasien menjalankan tindakan operasi, dilengkapi dengan tirai pemisah (screen) antar pasien, monitor tanda-tanda vital, D.C shock, wall-outlet oksigen dan lemari obat-obatan/infus untuk keadaan darurat. Jumlah monitor dan wall-outlet oksigen disesuaikan dengan jumlah kamar operasi dan jumlah operasi yang ada. Sebaiknya, tiap pasien yang dalam proses pengawasan dan pemulihan dilengkapi dengan 1 monitor dan 1 wall- outlet oksigen c) Ruang cuci Ruang cuci tangan ibs hanya satu dimana tempatnya di dalam lorong kamar operasi digunakan oleh tiga kamar operasi .dan untuk mencuci instrument yang habis di pakai operasi dicuci di tempat kusus (spool hok). d) Kamar Operasi I Ukuran kamar operasi minimal 6x6 m2, tinggi minimal 3 meter, lebar pintu minimal 1,2 m dengan tinggi minimal 2,1 m. 1/3 bagian pintu harus dari kaca tembus pandang. Untuk kamar operasi khusus, luas ruangan dapat disesuaikan dengan banyaknya peralatan dan jumlah personil yang terlibat didalamnya. Ruang operasi I dilengkapi meja operasi (datar, head up-head down, tilt kiri-kanan, duduk atau setengah duduk, V atau V terbalik) secara manual. Ruang operasi I dilengkapi lampu operasi yang mampu menerangi bagian-bagian operasi, menggunakan oksigen sentral, suction sentral, mesin anestesi, monitor pasien, tersedianya alat kesehatan dan obat-obatan dan jenis cairan yang bisa memenuhi kebutuhan operasi, yang tersedia dalam troli. Kamar Operasi I digunakan untuk operasi biasa.
e) Kamar Operasi II Ruang operasi II dilengkapi meja operasi (datar, head up-head down, tilt kiri-kanan, duduk atau setengah duduk, V atau V terbalik) secara manual. Ruang Operasi II dilengkapi dengan lampu operasi yang mampu menerangi bagian-bagian operasi. Mesin anestesi dilengkapi dengan tabung penampung gas anestesi (merek Penlon), monitor EKG yang bisa terlihat tekanan darah, rekaman jantung, nadi, saturasi oksigen, AC sentral, Suction, oksigen sentral, alat kauter (Alsa bisa dipakai untuk TUR, bisa dipakai untuk Bifolar), tersedianya alat kesehatan dan obat-obatan, dan jenis cairan yang bisa memenuhi kebutuhan operasi, yang tersedia dalam troli.
f) Kamar operasi III Kama ropersi III di lengkapai sama dengan kamar operasi I dan II hanya di tambah untuk alat laparaskopi pada umumnya tindakan tindakan untuk laparas kopi dan atrhoos kopi di lakukan di ruangan tsb.dan juga di prioritaskan untuk bedah kotor .
g) h) i) j) k) l) m) n) o) Anestesi Tempat penyimpanan obat-obatan, infus, alkes dan alat-alat yang diperlukan yang berhubungan dengan tindakan operasi. Dilengkapi dengan system ventilasi yang baik dengan pengatur suhu dan kelembaban. Rak-rak penyimpanan terbuat dari stainless steel yang berjarak dari langit-langit dan lantai. Kulkas untuk tempat penyimpanan obat suntik atau obat lainnya yang memerlukan suhu tertentu. Lemari kaca aluminium dengan kunci untuk tempat penyimpanan obat golongan narkotik.
p) Instrumen Dasar Setelah dilakukan tindakan operasi, alat-alat dan instrument yang dipakai, direndam dalam cairan antiseptic sebelum dicuci dan dibersihkan dari sisa-sisa darah dan jaringan. Setelah bersih dan kering, alat/instrument tersebut di set ulang diruangan ini sebelum dikirim ke unit sterilisasi sentral (CSSD). Alat/instrument yang belum terpakai, disimpan dalam lemari kaca yang terkunci sesuai dengan jenisnya untuk memudahkan pencarian jika suatu saat dibutuhkan.
q) Resusitasi dan Gawat Darurat Ruangan yang dipergunakan untuk menempatkan bayi baru lahir melalui operasi caesar, untuk dilakukan tindakan resusitasi terhadap bayi. Pada ruangan ini dilengkapi dengan tempat tidur bayi dan inkubator perawatan bayi. Pada tiap incubator harus dilengkapi dengan 1 (satu) outlet oksigen dan vacuum. Di ruang ini bayi hanya tinggal sementara dan akan dipindahkan ke ruang bayi bersama ibunya setelah bayi tersebut stabil ke ruan perawatan. Ruangan ini terletak di dekat ruang operasi.
BAB IV TATA LAKSANA PELAYANAN
A. Penjadwalan Operasi Penjadwalan acara operasi berkordinasi dengan dokter dan ruangan ,sudah di sepakati bersama setiap hari untuk masing-masing operator 2 tindakan operasi besar 3 untuk oeprasi sedang di tambah sito .pendaftaran pasien operasi dilakukan oleh perwat ruangan yang mempunyai rencana tindakan operasi dengan membawa blangko dan buku pendaftaran sehari sebelum tindakan operasi di lakukan.minimal mulai dilakukan tindakan insisi disepakati jam 9 .00 Wib bagi yang tidak terjatwal di poli rawat jalan.Untuk jadwal menurut waktu selama ini tidak efektif karna keterbatasan jumlah kamar operasi .sehingga kita menggunakan cara yang sederhana .siapa datang dulu itulah operator yang melekukan tindakan walaupun terjatwal di belakang. B. Penerimaan dan Penyerahan Pasien Tata Laksana Pengeluaran Pasien dari Ruang Pulih Sadar Kriteria umum yang digunakan dalam mengevaluasi pasien: Pasien harus pulih dari efek anestesi Tanda-tanda vital harus stabil Tidak ada drainase yang berlebihan dari tubuh. Efek fisiologis dari obat bius harus stabil Pasien harus sudah sadar kembali dan tingkat kesadaran pasien telah sempurna. Pengawasan pasca operasi selanjutnya diserahkan pada perawat unit.
C. Persiapan Operasi Secara umum persiapan pasien sebelum pembedahan dapat dilakukan pada ruang perawatan dan ruang operasi. Selain itu sebelum memasuki ruang operasi pasien berada diruangan khusus untuk pemeriksaan ulang dan dimanfaatkan untuk pemeriksaan akhir sebelum masuk ke meja operasi,(saig in) seperti pemeriksaan tekanan darah, nadi, pernafasan, dan evaluasi dari dokter anestesi. Persiapan pasien ini terdiri dari berbagai macam untuk mendapatkan proses dan hasil pembedahan yang baik serta mengurangi resiko terjadinya komplikasi. Persiapan prabedah pada pasien tersebut antara lain: - Persiapan mental Persiapan mental merupakan hal yang penting dalam proses persiapan operasi karena mental pasien yang tidak siap atau labil dapat berpengaruh terhadap kondisi fisiknya. Kecemasan merupakan reaksi normal yang dapat dihadapi dengan sikap terbuka dan penerangan yang cukup. Tindakan pembedahan merupakan ancaman potensial maupun aktual pada integeritas seseorang yang dapat membangkitkan reaksi stres fisiologis maupun psikologis. Berbagai alasan yang dapat menyebabkan kecemasan pasien dalam menghadapi pembedahan antara lain : Takut nyeri setelah pembedahan (body image), takut keganasan, takut cemas mengalami kondisi yang sama dengan orang lain, takut ngeri menghadapi ruang operasi, peralatan pembedahan dan petugas, dan takut operasi gagal. Persiapan mental yang kurang memadai dapat mempengaruhi pengambilan keputusan pasien dan keluarganya. Sehingga tidak jarang pasien menolak operasi yang sebelumnya telah disetujui. Oleh karena itu persiapan mental pasien menjadi hal yang penting untuk diperhatikan dan didukung oleh keluarga orang terdekat pasien. Kehadiran dan keterlibatan keluarga sangat mendukung persiapan mental pasien. Keluarga dapat mendampingi pasien sebelum operasi, memberikan doa dan dukungan dengan kata-kata yang menenangkan hati dan meneguhkan keputusan pasien untuk menjalani operasi. Peranan dokter dan dibantu perawat dalam memberikan dukungan mental dapat dilakukan dengan membantu pasien mengetahui tentang tindakan-tindakan yang dijalani sebelum operasi, memberikan informasi tentang waktu operasi, hal-hal yang akan dialami selama proses operasi, dan menunjukkan tempat kamar operasi. Dengan mengetahui berbagai informasi selama operasi maka diharapkan pasien menjadi lebih siap menghadapi operasi. Gunakan bahasa yang sederhana dan jelas, misalnya: jika pasien harus puasa, perawat akan menjelaskan kapan mulai puasa dan sampai kapan, manfaatnya untuk apa. Diharapkan dengan pemberian informasi yang lengkap, kecemasan pasien akan dapat diturunkan. Untuk menimbulkan kenyamanan lagi, dokter memberi kesempatan pada pasien dan keluarganya untuk menanyakan tentang segala prosedur yang ada. Dokter juga dapat mengoreksi pengertian yang salah tentang tindakan pembedahan dan hal-hal lain karena pengertian yang salah akan menimbulkan kecemasan pada pasien. - Persiapan Fisik Selain mempersiapkan mental, waktu dan biaya, pembedahan berencana juga mewajibkan pasien untuk menyiapkan kondisi fisik demi lancarnya operasi yang akan berlangsung. Persiapan fisik ini berhubungan dengan kelainan atau penyakit yang akan dibedah tersebut, dan juga persiapan fisik berkenaan dengan pembiusan, agar obat-obat bius yang nantinya diberikan tidak menimbulkan efek negatif akibat kemampuan respon tubuh yang tidak normal lagi. Persiapan fisik ini berkenaan dengan pemeriksaan tanda-tanda vital pasien; denyut nadi, tekanan darah, respirasi, dan suhu tubuh pasien. Dipastikan semua tanda-tanda vital pasien dalam batasan normal. Pemeriksaan fisik lengkap antara lain status hemodinamika, status kardiovaskuler, status pernafasan, fungsi ginjal dan hepatik, fungsi endokrin, fungsi imunologi, dan lain-lain. Tinggi dan berat badan pasien diperiksa untuk memperkirakan dosis obat, terapi, cairan yang diperlukan, serta jumlah urine selama dan sesudah pembedahan. Jantung, paru-paru, abdomen, ekstremitas, punggung, neurologis, dan saluran nafas juga merupakan pemeriksaan fisik yang diperlukan. Untuk jangka pendek, setidaknya 8 jam sebelum masuk ke dalam kamar operasi, fisik penderita diharapkan sudah fit, tidak sedang pilek, batuk atau yang lainnya, dalam keadaan bersih hingga ke cuci rambut dan siap menanggalkan asesoris seperti perhiasan, gigi palsu, tidak bergincu dan cat kuku mesti dihapus. Ini dilakukan untuk mencegah kontaminasi operasi dan menunjang sterilitas proses operasi. Selain itu pasien juga harus istirahat yang cukup, karena dengan istirahat dan tidur yang cukup pasien tidak akan mengalami stres fisik, tubuh lebih rileks sehingga bagi pasien yang memiliki riwayat hipertensi, tekanan darahnya dapat stabil. - Riwayat Penyakit Jawaban pasien mengenai penyakit-penyakit sistemik yang kita ajukan tidaklah menjamin bahwa pasien mengatakan yang sebenarnya. Ia mungkin tidak meyadari bahwa keadaan itu terjadi. Setidaknya kita harus mengetahui riwayat kesehatan pasien yang meliputi kesehatan umum, rasa sakit yang ada, obat-obatan dan pengobatan, alergi, dan tekanan darah. Pertanyaan yang berkenaan dengan perawatan terakhir dan dokter yang merawat merupakan informasi tambahan yang bermanfaat. Jika ahli laboratorium menemukan sejarah dan pemeriksaan fisik dalam keadaan abnormal, maka operasi harus dibatalkan dan hanya dilakukan medical treatment saja hingga kondisi fisik pasien memungkinkan untuk dilakukan operasi dengan resiko yang seminimal mungkin. Jika seluruh hasil pemeriksaannya ditemukan dalam keadaan normal, segera lakukan tindakan operasi. Bagi penderita yang memiliki penyakit lain selain kasus bedah akan menjadi perhatian khusus bagi tim bedah sebelum menjalankan tindakan operasinya. Gangguan atau penyakit lain, akan berpengaruh terhadap kelangsungan proses operasi. Penyakit seperti gangguan jantung, penderita diabetes, gangguan fungsi ginjal, fungsi pembekuan darah dan lainnya jika tidak harus menjalani operasi emergensi, sedapat mungkin dipastikan dulu bahwa penyakitnya tersebut dalam keadaan stabil. Keadaaan inilah yang mengakibatkan seorang penderita butuh waktu relatif lama dalam masa preoperatifnya dan juga dapat menyebabkan timbulnya resiko komplikasi pembedahan maupun pasca pembedahan. - Pemeriksaan Penunjang dan Skrining Diagnosa penyakit diharapkan sejelas mungkin sebelum pembedahan dijalankan, sehingga diperlukan pemeriksaan tambahan di luar pemeriksaan fisik untuk menuju kepastian itu. Mungkin akan diperlukan pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan laboratorium saja atau dibutuhkan lagi pemeriksaan penunjang yang masih taraf sederhana sampai yang sudah canggih. Sebelum dokter mengambil keputusan untuk melakukan operasi pada pasien, dokter melakukan berbagai pemeriksaan terkait dengan keluhan penyakit pasien, sehingga dokter bisa menyimpulkan penyakit yang diderita. Untuk itu dokter memerlukan berbagai macam pemerikasaan laboratorium. Pemeriksaan laboratorium yang biasa digunakan adalah pemeriksaan rutin, yang terdiri dari pemeriksaan darah (hemoglobin, leukosit, jenis leukosit, golongan darah, perdarahan, bledding time, clotting time, trombosit, LED), pemeriksaan urine (protein, reduksi dan sedimen), pemeriksaan radiologi dan diagnostik berupa foto fraktur, abdomen, dan thoraks (untuk bedah mayor) USG, EKG, CT scan (computerized Tomography Scan) , MRI (Magnrtic Resonance Imagine) dan bisa juga dilakukan pemeriksaan pada sumsun tulang jika penyakit terkaut dengan kelainan darah. - Konsultasi Medis Konsultasi medis meliputi, konsultasi bedah, konsultasi anestesi, konsultasi dengan sejawat anestesi dan spesialis lain, konsultasi untuk mendapat dan memberi informasi tambahan, konsultasi untuk dapat menghilangkan kecemasan dan ketakutan pasien, dan konsultasi untuk mempertimbangkan apakah pasien perlu melakukan pemeriksaan tambahan. Setelah dokter bedah memutuskan untuk dilakukan operasi maka dokter anstesi berperan untuk menentukan apakan kondisi pasien layak menjalani operasi. Hal ini diperlukan konsultasi antara dokter bedah dan dokter anestesi. Selain itu, dokter bedah juga harus dapat berkonsultasi masalah kesehatan dan kondisi pasien terhadap dokter bedah lain yang terkait dalam pelaksanaan pembedahan. Konsultasi yang saling berkaitan ini bertujuan untuk mempersiapkan pasien untuk tindakan pembedahan agar tidak menimbulkan komplikasi atau kecelakaan saat pembedahan, dan dapat membantu untuk mempermudah dalam pengelolaan pasca operasinya. - Keadaan Gizi Kebutuhan nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi badan dan berat badan, lipat kulit trisep, lingkar lengan atas, kadar protein darah (albumin dan globulin) dan keseimbangan nitrogen. Segala bentuk defisiensi nutrisi harus di koreksi sebelum pembedahan untuk memberikan protein yang cukup untuk perbaikan jaringan. Kondisi gizi buruk dapat mengakibatkan pasien mengalami berbagai komplikasi pasca operasi dan mengakibatkan pasien menjadi lebih lama dirawat di rumah sakit. Komplikasi yang paling sering terjadi adalah infeksi pasca operasi, dehisiensi (terlepasnya jahitan sehingga luka tidak bisa menyatu), demam dan penyembuhan luka yang lama. Pada kondisi yang serius pasien dapat mengalami sepsis yang bisa mengakibatkan kematian. Kondisi malnutris dan obesitas atau kegemukan lebih beresiko terhadap pembedahan dibandingkan dengan orang normal dengan gizi baik terutama pada fase penyembuhan. Pada orang malnutrisi maka orang tersebut mengalami defisiensi nutrisi yang sangat diperlukan untuk proses penyembuhan luka. Nutrisi-nutrisi tersebut antara lain adalah protein, kalori, air, vitamin C, vitamin B kompleks, vitamin A, Vitamin K, zat besi dan seng (diperlukan untuk sintesis protein). Pada pasien yang mengalami obesitas selama pembedahan jaringan lemak sangat rentan terhadap infeksi. Selain itu, obesitas meningkatkan permasalahan teknik dan mekanik. Pasien obesitas sering sulit dirawat karena tambahan berat badan dapat menyebabkan pernafasan tidak optimal saat berbaring miring, mudah mengalami hipoventilasi, dan komplikasi pulmonari pascaoperatif. - Persediaan Darah Pada persiapan ruangan juga ada pemeriksaan kelengkapan penunjang operasi, adanya persediaan darah merupakan hal yang vital di dalam ruangan operasi. Persedian darah ini dimaksudkan untuk menjadi cadangan apabila saat pembedahan terjadi komplikasi atau perdarahan sekunder, sehingga dokter dapat menangani pasien dengan efektif dan efisien. - Puasa Penderita yang akan dipersiapkan operasi dengan pembiusan umum membutuhkan puasa beberapa jam sebelum operasi dijalankan. Lamanya puasa berkisar antara 6 sampai 8 jam sebelum operasi dilakukan. Tujuan dari puasa ini adalah untuk pengosongan lambung dan kolon agar terhindar dari aspirasi (masuknya cairan lambung ke paru-paru) atau reflek muntah di saat penderita tidak sadar, dan untuk menghindari kontaminasi feses ke area pembedahan sehingga menghindarkan terjadinya infeksi pasca pembedahan. Pada pembiusan lokal masalah ini bisa diabaikan. - Kebutuhan Cairan Basal dan Elektrolit Keseimbangan cairan perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan input dan output cairan. Demikaian juga kadar elektrolit serum harus berada dalam rentang normal. Kadar elektrolit yang biasanya dilakuakan pemeriksaan diantaranya dalah kadar natrium serum (normal : 135 -145 mmoll), kadar kalium serum (normal : 3,5 / 5 mmoll) dan kadar kreatinin serum (0,70 / 1,50 mgdl). Keseimbangan cairan dan elektrolit terkait erat dengan fungsi ginjal. Dimana ginjal berfungsi mengatur mekanisme asam basa dan ekskresi metabolit obat-obatan anastesi. Jika fungsi ginjal baik maka operasi dapat dilakukan dengan baik. Namun jika ginjal mengalami gangguan seperti oligurianuria, insufisiensi renal akut, nefritis akut maka operasi harus ditunda menunggu perbaikan fungsi ginjal. Kecuali pada kasus- kasus yang mengancam jiwa. - Antibiotik Profilaksis Yang dimaksud dengan antibiotik profilaksis pada pembedahan ialah antibiotik yang diberikan pada pasien yang menjalani pembedahan sebelum adanya infeksi, tujuannya ialah untuk mencegah terjadinya infeksi akibat tindakan pembedahan yaitu infeksi luka operasi (ILO) atau surgical site infection (SSI). Antibiotik profilaksis biasanya di berikan sebelum pasien di operasi. Antibiotik profilaksis biasanya di berikan 1-2 jam sebelum operasi dimulai dan dilanjutkan pasca beda 2- 3 kali. Antibiotik profilaksis harus aman, bakterisid dan efektif melawan bakteri yang menyebabkan infeksi. Antibiotik yang dapat diberikan bermacam-macam sesuai indikasi pasien, biasanya pada kedokteran gigi digunakan Clindamycin 300mg intravena. Faktor pasien dapat mempermudah terjadinya ILO adalah pasien obesitas, diabetes, mengalami pembedahan kontaminasi, rawat inap pre-operatif yang panjang, menjalani operasi yang lama (>2 jam), bakteri Staphylococcus aureus, skil yang kurang terampil, dan pertahanan tubuh yang lemah. - Premedikasi Sebelum operasi dilakukan, pasien akan diberikan obat-obatan premedikasi untuk memberikan kesempatan kepada pasien untuk istirahat yang cukup. Obat-obatan premedikasi ini juga berfungsi untuk menurunkan sekresi cairan tubuh, mengurangi kecemasan dan ketakutan, mengurangi mual dan muntah, mengurangi keasaman lambung, serta berfungsi untuk memperkuat efek hipnotik pada penggunaan anestesi umum. Obat-obatan premedikasi yang diberikan biasanya adalah Benzodazepine, fenotiazin, analgetik, dan untuk operasi yang cukup berat dapat diberikan valium. Pemberian obat-obat premedikasi ini dapat menginduksi obat-obat anestesi, memelihara, dan memberikan pemulihan yang baik. Pemberian dosis dan jenis obat premedikasi ini dipertimbangkan dengan usia, berat badan pasien, keadaan fisik dan psikis, serta teknik anestesi dan pembedahan yang akan dilakukan. Dalam kasus pembedahan apabila selama praevaluasi pasien dianggap tidak layak untuk melakukan operasi bedah, maka operasi harus ditunda sampai waktu kedepan ketika pasien dinilai layak untuk menjalani operasi bedah tersebut, kecuali pada kasus pembedahan yang mengancam jiwa. Oleh karena itu, demi kelancaran kinerja operasi bedah maka persiapan pasien secara menyeluruh sebelum operasi bedah harus benar-benar dilaksanakan dengan baik.
D. Kerjasama Antar Disiplin a. Pre Operasi Penatalaksanaan Perawatan a. Pengkajian meliputi obyektif dan subyektif. - Data subyektif meliputi; Nyeri yang sangat pada daerah perut. - Data obyektif meliputi : Napas dangkal,Tensi turun, Nadi lebih cepat, Abdomen tegang, Defense muskuler positif, Berkeringat, Bunyi usus hilang, Pekak hati hilang b. Diagnosa Keperawatan 1) Gangguan rasa nyaman, abdomen tegang sehubungan dengan adanya rasa nyeri di abdomen. 2) Potensial terjadinya infeksi sehubungan dengan adanya sayatan / luka operasi laparatomi. 3) Potensial kekurangan caiaran sehubungan dengan adanya demam, pemasukkan sedikit dan pengeluaran cairan yang banyak. c. Hasil yang diharapkan 1) Pasien akan tetap merasa nyaman. 2) Pasien akan tetap mempertahankan kesterilan luka operasinya. 3) Pasien akan mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit. d. Tindakan keperawatan (intevensi keperawatan) pre operatif : 1) Pertahankan pasien untuk bedrest sampai diagnosa benar-benar sudah ditegakkan. 2) Tidak memberikan apapun melaui mulut dan beritahukan pasien untuk tidak makan dan minum. 3) Monitoring cairan intra vena bila diberikan. 4) Mencatat intake dan output. 5) Posisi pasien seenak mungkin. 6) Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat-obatan. 7) Ajarkan pasien hal-hal yang perlu dilakukan setelah operasi selesai. 8) Monitoring tanda-tanda vital. e. Diagnosis 1) Foto polos abdomen 2) CT scan abdomen 3) USG abdomen
Adapun prosedur daripada laparotomi adalah seperti layaknya operasi konvensional, laparoskopi tetap memerlukan pembiusan dan dilakukan di kamar operasi. Setelah pembiusan, dinding perut disayat pada daerah pusat/umbilikus sekitar 1 cm. Kemudian dimasukkan kamera kecil untuk melihat organ-organ didalam rongga perut. Setelah itu dibuat sayatan kedua dan ketiga pada dinding perut bagian bawah, sedikit diatas tulang pinggul, diameter 0,5 cm, untuk memasukkan alat-alat berupa stik sebagai pengganti tangan dokter.
d. Durante Operasi e. Post Operasi G. Pelayanan Anestesi a. Pra Anestesi
b. Durante Anestesi
c. Pasca Anestesi Di unit perawatan paska anesthesia, tanda vital segera diukur. Pemeriksaan serum elektrolit, kadar hemoglobin, analisa gas darah, foto skul. Penilaian neurologis dasar termasuk tingkat kesadaran, motorik, pupil (ukuran, kualitas, releks cahaya). Dan juga menilai sisa obat anestesi. Penilaian GCS postoperatif disertai refleks pupil, laju respirasi, dan lateralisasi gerakan dan kekuatan otot. Evaluasi pupil sangat penting terutama pada pasien yang tidak sadar, sebagaimana refleks cahaya penting untuk menilai integritas intrakranial. Peningkatan tekanan intrakranial secara regional dan herniasi di sekitar uncus atau menyebabkan dilatasi bilateral. Lesi pada midbrain menyebabkan pupil miosis. Atropine, trimethapane, dan epinefrin menyebabkan pupil midriasis. Pasien dengan narkotik terjadi miosis dapat diberikan nalokson. Anisokor dan strabismus, yang dapat dilihat sebagai efek sisa obat anestesi inhalasi akan menghilang bersamaan dengan pulihnya kesadaran. Tanda neurologis lokal akibat disfungsi supratentorial dan batang otak dapat terjadi preoperative atau terjadi segera setelah operasi, hal ini menunjukkan adanya hematom, vasospasme, atau edema regional. Evaluasi segera sangat penting, bila ada kelemahan otot lokal menunjukkan lesi supratentorial. Paska operasi bedah syaraf pasien dilakukan head up 30 derajat kecuali bila ada kontra indikasi (VP shunt, lumbar laminectomi, carotid endarterectomi, hipotensi, dan trauma batang otak). Posisi ini memberikan drainase vena yang baik dari otak, dan meningkatkan oksigenasi dengan meningkatkan FRC
H. Laporan Operasi dan Anestesi BAB V LOGISTIK Barang habis pakai di Instalasi bedah sentral disediakan oleh dua depo farmasi (pop dan depo rsud) depo yang disediakan pop menyediakan obat,benang, kateter ,gibs. Dll yang behubungan dengan kebutuhan tindakan pross pembedahan .Sedangkan depo rsu menyediakan kasa ,masker sarung tangan seteril cap,dan sebagian obat-obat anastesi . BAB VI KESELAMATAN PASIEN
Keselamatan pasien adalah suatu sistem di mana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Hal ini termasuk asesmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko. Sedangkan insiden keselamatan pasien adalah setiap kejadian atau situasi yang dapat mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan harm (penyakit, cidera, cacat, kematian, dan lain-lain) yang tidak seharusnya terjadi.
B. Tujuan Tujuan sistem ini adalah mencegah terjadinya cidera yang disebabkan oleh kesalahannakibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil. Selain itu sistem keselamatan pasien ini mempunyai tujuan agar tercipta budaya keselamatan pasien di rumah sakit, meningkatkannya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat, menurunnya kejadian tidak diharapkan di rumah sakit, dan terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan kejadian tidak diharapkan. C. Tata Laksana Keselamatan Pasien Dalam melaksanakan keselamatan pasien terdapat tujuh langkah menuju keselamatan pasien rumah sakit. Adapun tujuh langkah tersebut adalah: 1. Membangun kesadaran akan nilai keselamatan pasien. Menciptakan kepemimpinan dan budaya yang terbuka dan adil. 2. Memimpin dan mendukung karyawan. Membangun komitmen dan fokus yang kuat dan jelas tentang keselamatan pasien. 3. Mengintegrasikan aktivitas pengelolaan risiko. Mengembangkan sistem dan proses pengelolaan risiko, serta melakukan identifikasi dan asesmen hal potensial bermasalah. 4. Mengembangkan sistem pelaporan. Memastikan karyawan agar dengan mudah dapat melaporkan kejadian atau insiden, serta rumah sakit mengatur pelaporan kepada KKP-RS (Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit). 5. Melibatkan dan berkomunikasi dengan pasien. Mengembangkan cara-cara komunikasi yang terbuka dengan pasien. 6. Belajar dan berbagi pengalaman tentang keselamatan pasien. Mendorong karyawan untuk melakukan analis akar masalah untuk belajar bagaimana dan mengapa kejadian itu timbul. 7. Mencegah cidera melalui implementasi sistem keselamatan pasien. Menggunakan informasi yang ada tentang kejadian atau masalah untuk melakukan perubahan pada sistem pelayanan. Dalam melaksanakan keselamatan pasien standar keselamatan pasien harus diterapkan. Standar tersebut adalah: 1. Hak pasien 2. Mendidik pasien dan keluarga 3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan 4. Penggunaan metode-metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan program peningkatan keselamatan pasien 5. Peran kepemimpinan dalam meningkatan keselamatan pasien 6. Mendidik karyawan tentang keselamatan pasien 7. Komunikasi yang merupakan kunci bagi karyawan untuk mencapai keselamatan pasien. Langkah-langkah penerapan keselamatan pasien rumah sakit: 1. Menetapkan unit kerja yang bertanggung jawab mengelola program keselamatan pasien rumah sakit. 2. Menyusun program keselamatan pasien rumah sakit jangka pendek 1-2 tahun 3. Mensosialisasikan konsep dan program keselamatan pasien rumah sakit 4. Mengadakan pelatihan keselamatan pasien rumah sakit bagi jajaran manajemen dan karyawan 5. Menetapkan sistem pelaporan insiden (peristiwa keselamatan pasien) 6. Menerapkan tujuh langkah menuju keselamatan pasien rumah sakit seperti tersebut di atas 7. Menerapkan standar keselamatan pasien rumah sakit (seperti tersebut di atas) dan melakukan self assessment dengan instrument akreditasi pelayanan keselamatan pasien rumah sakit 8. Program khusus keselamatan pasien rumah sakit 9. Mengevaluasi secara periodik pelaksanaan program keselamatan pasien rumah sakit dan kejadian tidak diharapkan.
Sasaran Keselamatan Pasien Pada Pelayanan Instalasi Bedah Sentral RSUD Dr. Mohamad Saleh Kota Probolinggo :
1. Ketepatan Identifikasi Pasien Ketepatan identifikasi pasien adalah ketepatan penentuan identitas pasien sejak awal pasien masuk sampai dengan pasien keluar terhadap semua pelayanan yang diterima oleh pasien. 2. Peningkatan Komunikasi yang Efektif Komunikasi yang efektif adalah komunikasi lisan yang menggunakan prosedur: Write back, Read back dan Repeat Back (reconfirm). 3. Peningkatan Keamanan Obat yang Perlu Diwaspadai (high-alert) Obat yang perlu diwaspadai adalah obat yang sering menyebabkan terjadi kesalahan atau kesalahan serius (sentinel event), obat yang berisiko tinggi menyebabkan dampak yang tidak diinginkan (adverse outcome) 4. Kepastian tepat - lokasi, tepat - prosedur, tepat - pasien operasi Penandaan lokasi operasi adalah tata cara yang wajib dilakukan sebelum tindakan pembedahan oleh dokter spesialis bedah untuk memberikan tanda di lokasi yang akan dibedah pada semua pasien yang akan dilakukan tindakan pembedahan. Tepat lokasi adalah melaksanakan tindakan pembedahan secara tepat pada lokasi yang diharapkan. Tepat prosedur adalah melaksanakan tindakan pembedahan sesuai dengan prosedur yang sudah ditetapkan. Tepat pasien adalah melaksanakan tindakan pembedahan sesuai dengan pasien yang tepat yang terjadwal operasi (perawat harus selalu melakukan identifikasi pasien sebelum pasien dimasukkan kamar operasi). 5. Pengurangan risiko infeksi terkait pelayanan kesehatan Infeksi biasa dijumpai dalam semua bentuk pelayanan kesehatan termasuk infeksi saluran kemih, infeksi pada aliran darah, pneumonia yang sering berhubungan dengan ventilasi mekanis. Pokok eliminasi infeksi ini maupun infeksi-infeksi lain adalah cuci tangan (hand hygiene) yang tepat. 6. Pengurangan risiko pasien jatuh Pengurangan risiko pasien jatuh adalah pengurangan pengalaman pasien yang tidak direncanakan untuk terjadinya jatuh, suatu kejadian yang tidak disengaja pada seseorang pada saat istirahat yang dapat dilihat atau dirasakan atau kejadian jatuh yang tidak dapat dilihat karena suatu kondisi adanya penyakit seperti stroke, pingsan, dan lainnya. Di Instalasi bedah sentral rsud dr Moh.Saleh dalam pelak sanaan langkah langkah keselamatan pasien dengan metode cek list yang sudah dipakai oleh rsu lain yang di keluarkan WHO.Th 2008.(safety surgery)
Penrtian safety surgery adalah langkah langkah yang di lakukan oleh tim bedah terhadap pasien yang akan dilakukan tindakan operasi.Ada tiga langkah yang harus di lakukanoleh tim bedah Al: A.Sign in (pemeriksaan pasien saat pasien di ruang serah terimaatau ruang pemeriksaan sebelum di lakuakn in.duksi anastesi. 1. 1.Tujun-Mencegah terjadinya kesalahan lokasi, pasien dan tindakan operasi.- Mencegah terjadinya komplikasi setelah prosedur pembedahan dan tindakan pembiusan 2. 1.Doketer memeriksa kembali kondisi pasien. 2.Tim bedah melakukan timbang terima dengan perawat ruangan. 3.Tim bedah memeriksa kelengkapan pendukung pembedahan. 4.Tim bedah melakukan pemeriksaan dengan menggunakan surgical lsafety checklist meliputi ,identitas pasien ,lembar persetujuan operasi ,penandaan lokasi insisi,riwayat alergi,riwayat asma,recek kesiapan mesin anastesi,pulse oxymetri,dan medikasi ,resiko aspirasi,perdarahan ,dan rencana pemasangan inplan. 5,Tim bedah menjelaskan prosedur operasi(dokter), 6.Tim bedah meminta pasien atau keluarga untuk menyatakan identitas pasien secara lisan dan menyatakn tindakan yang akan dilakukan 7.tim bedah memberikan informasi yang di sampaikan pasien atau keluarga sesuai dengan rekam medis dan gelang identitas . 8.Dokter operator memberikan penendaan daerah operasi dengan menggunakan tinta permanen dalam kasus yang melibatkan pembedahan kanan dan kiri,stuktur atau tingkat (misnya jari tertentu,kaki dan ruas tulang belakang )dangan melibatkan keluarga(Michaels,dkk,2007). B.Time out Merupakan langka ke 2 atau langka final pada pelaksanaan surgical safety di lakukan pada saat pasien suda berada di ruang operasi sesudah induksi anastesi dilakukan sebelum ahli bedah melakukan insisi. 1.Kordinator memastikan seluruh tim bedah hadir dalam ruang operasi dan meminta seluruh tim bedah untuk menghentikan semua kegiatan dan konsentrasi untuk melaksanakan time out . 2. kordinator meminta ke seluruh tim bedah menyabutkan nama dan peran masin-masing. 3.kordinato membacakan secara ferbal: tanggal operasi,identitas pasien,(gelang pasien) prosedur operasi,tempat insisi,dan inform konsen. 4.Koordinataor memimpin disku si antara dokter bedah dan dokter anaestesi dan staf perawat untuk membicarakan operasi yang akan dilakukan dan resiko pembedahan. 5.Dokter bedah menjelaskan tentang kesulitan yang akan di hadapi dalam pembedahan dan langkah langkah yang akan di ambil , memastikan profilaksis antibiotic 60 menit sebelum operasi dilaksanakan.(fotorongen bila di perlukan). 6.Dokter anastesi menjelaskan apabialada hal kusus yang perlu diperhatikan pada pasien yang beresiko. 7.Tim perawat menjelaskan tentang kesterilan alat dan kesiapan peralatan yang di gunakan.
C.Sig out. Adalah merupakan tahapan ahir dilakukan pada saat penutupanluka operasi atau segera mungkin setelah penutupan lukasaat pasien belum di keluarkan dari kamar operasi.(WHO,2009). 1.Koordinator membacakan secara ferbal: prosedur operasi yang di lakukan penghitungan jumlah alat,kasabesardan kecil, jarum dilakukan oleh perawat instrument bekerjasama dengan perawat sirkulator dan tim bedah yang lain. 2.Koordinator memestikan ketepetan pemberian etiket pada specimen pada contoh bahan pemeriksaan patologis. 3.Tim bedah mendiskusikan tentang pemulihan pasiendan perawatan pasien selanjutnya.