PENGKONDISIAN SINYAL DAN OPERATIONAL AMPLIFIER (Op-Amp)
A. TUJUAN 1. Memahami cara kerja transistor sebagai penguat. 2. Mempelajari karakteristik, fungsi dan cara kerja op-amp. 3. Mempelajari aplikasi op- amp untuk berbagai keperluan. 4. Memahami karakteristik dan prinsip kerja rangkaian Voltage Divider dan Wheatston Bridge sebagai signal conditioning
B. DASAR TEORI 1. PENGKONDISIAN SINYAL 1.1. PENGERTIAN Pada elektronika, signal conditioning atau pengkondisian sinyal berarti memanipulasi suatu sinyal agar sinyal tersebut memiliki karakteristik yang sesuai dengan kebutuhan proses selanjutnya. Beberapa perlakuan yang biasa digunakan untuk mengkondisikan sinyal adalah amplifying (penguatan), filtering (penyaringan), attenuation (pelemahan), dan lain sebagainya. 1.2. FUNGSI Pengkondisi sinyal digunakan untuk menggunakan sinyal keluaran dari sensor sehingga dapat diolah dengan baik dan benar pada tahap berikutnya seperti rangkaian ADC, mikrokontroler, moving coilatau yang lainnya. Pengkondisi sinyal merupakan istilah umum yang digunakan dalam sistem instrumentasi, dan pada prakteknya pengkondisi sinyal dapat berupa rangkaian penguat, penjumlah, pengurang, differensiator, integral, filter dan lain-lain, serta bisa juga berupa rangkaian gabungan dari 2, 3 atau lebih rangkaian-rangkaian tersebut.
1.3. CARA KERJA a. Pembagi Tegangan (Voltage Divider) Rangkaian ini sering digunakan untuk aplikasi elektronika praktis, antara lain untuk mendapatkan tegangan sesuai dengan yang kita inginkan, dan juga untuk aplikasi sensor. Rangkaian ini terdiri dari dua buah resistor yang dirangkai seperti pada gambar di bawah ini .
Gambar 2.1 Rangkaian Voltage Divider kita bisa menentukan tegangan keluaran yang diinginkan dengan cara mengubah-ubah nilai kombinasi R 1 dengan R 2. Salah satu aplikasi dari rangkaian ini adalah penggunaan resistor variabel pada salah satu R, dalam hal ini rangkaian dikombinasikan dengan menggunakan sensor LDR. Sehingga akan didapatkan nilai tegangan output yang berubah terhadap perubahan intensitas cahaya. b. Wheatstone Bridge Jembatan Wheatstone adalah keseimbangan. Sifat umum dari arus listrik adalah arus akan mengalir menuju polaritas yang lebih rendah. Jika terdapat persamaan polaritas antara kedua titik maka arus tidak akan mengalir dari kedua titik tersebut. Dalam rangkaian dasar jembatan wheatstone penghubung kedua titik tadi disebut sebagai jembatan wheatstone. Skema rangkaian wheatstone bridge dapat dilihat pada gambar dibawah. . Gambar 2.2 Rangkaian jembatan Wheatstone Pada awalnya rangkaian ini digunakan untuk mencari nilai resistansi dari Rx dengan menentukan nilai R 1 , R 2 , R 3 , Vs , dan V G . Pada penggunaan lebih lanjut rangkaian ini juga bisa digunakan sebagaimana voltage divider dengan keluaran Vout yang lebih luas. c. Rangkaian Filter Rangkaian filter merupakan rangkaian penyaring jalur frekuensi tertentu dengan melakukan penguatan atau melakukan pelemahan pada frekuensi tertentu. Filter dapat dibedakan menjadi beberapa jenis tergantung pada frekuensi yang dilewatkan, yakni low pass filter, high pass filter, band pass filter, serta band stop filter. 1) Low Pass Filter Disebut low pass filter karena filter tersebut melewatkan frekuensi rendah dan menahan frekuensi tinggi.Pada kasus low pass filter, variasi penolakan frekuensi ditunjukkan pada grafik bode berikut:
Gambar 2.3 Gain Tegangan Terhadap Frekuensi Low Pas Filter Sumbu vertical adalah rasio tegangan output terhadap tegangan input dengan tanpa memperhatikan fasenya. Jika nilai rasionya adalah satu, maka sinyal yang dilewatkan tanpa efek pembiasan. Jika nilainya sangat kecil, atau mendekati nol, maka sinyal berhasil ditahan.Sedangkan sumbu horizontal adalah rasio perbandingan antara frekuensi sinyal input terhadap frekuensi kritis. Frekuensi kritis adalah frekuensi dimana perbandingan antara tegangan output terhadap tegangan input adalah 0,707.
Gambar 2.4 Rangkaian Low Pass Filter (LPF) 2) High Pass Filter Rangkaian high pass filter adalah rangkaian yang melewatkan frekuensi tinggi dan menahan frekuensi rendah, penolakannya tidak tajam tetapi terdistribusi pada kisaran frekuensi kritisnya. Persamaan untuk mencari nilai rasio tegangan output terhadap input sebagai frekuensi ditunjukkan sebagai berikut:
Gambar 2.5 Gain Tegangan Terhadap Frekuensi High Pass Filter 3) Band Pass Filter Band pass filter adalah rangkaian filter yang merupakan gabungan seri antara low pass filter dan high pass filter sehingga frekunsi yang dilewatkan adalah frekuensi yang tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah. Rangkaian filter ini melewatkan frekuensi hanya jika frekuensi inputannya berada dalam range frekuensi kerja dari filter tersebut, dengan kata lain diantara frekuensi cut -off atas (f OH ) dengan frekuensi cut-off bawah (f OL ).
Gambar 2.7 Gain Tegangan Terhadap Frekuensi Band Pass Filter 4) Band Stop Filter Band stop filter adalah rangkaian filter yang merupakan gabungan paralel antara low pass filter dan high pass filter. Rangkaian filter ini melewatkan frekuensi hanya jika frekuensi inputannya berada di luar range frekuensi cut-off atas (f OH ) dengan frekuensi cut-off bawah (f OL ).
Gambar 2.8 Rangkaian Band Stop Filter
Gambarkan 2.9 Gain Tegangan Terhadap Frekuensi Band Stop Filter
d. ZERO SPAN Rangkaian Zero-Span adalah rangkaian signal conditioning yang berfungsi untuk membuat membuat menjadi zero atau nol pada saat tegangan yang memasuki Op-Amp kecil (batas bawah sinyal ) dan memaksimalkan sinyal keluaran pada saat sinyal yang memasuki Op-Amp besar (batas atas sinyal).
Gambar 2.10 Rangkaian Zero Span
2. OPERATIONAL AMPLIFIER (Op-Amp) 2.1. PENGERTIAN OPERATIONAL AMPLIFIER (Op-Amp) adalah suatu penguat berpenguatan tinggi yang terintegrasi dalam sebuah chip IC yang memiliki dua input inverting dan non-inverting dengan sebuah terminal output, dimana rangkaian umpan balik dapat ditambahkan untuk mengendalikan karakteristik tanggapan keseluruhan pada operasional amplifier (Op-Amp). Pada dasarnya operasional amplifier (Op-Amp) merupakan suatu penguat diferensial yang memiliki 2 input dan 1 output.
Gambar 2.11 Simbol Op-Amp
Gambar 2.12 Skematik OP-AMP 2.2. FUNGSI Fungsi dari Op-amp adalah sebagai pengindra dan penguat sinyal masukan baik DC maupun AC juga sebagai penguat diferensiasi impedansi masukan tinggi, penguat keluaran impedansi rendah. OpAmp banyak dimanfaatkan dalam peralatan- peralatan elektronik sebagai penguat, sensor, mengeraskan suara, buffer sinyal, menguatkan sinyal, mengitegrasikan sinyal. Selain itu digunakan pula dalam pengaturan tegangan, filter aktif, intrumentasi, pengubah analog ke digital dan sebaliknya.
Gambar 2.13 Bentuk Fisik Op-Amp
2.3.JENIS DAN CARA KERJA a. INVERTING Inverting amplifier ini, input dengan outputnya berlawanan polaritas. Jadi ada tanda minus pada rumus penguatannya. Penguatan inverting amplifier adalah bisa lebih kecil nilai besaran dari 1, misalnya -0.2, -0.5, -0.7, dst dan selalu negatif.
Gambar 2.14 Rangkaian Penguat Inverting b. NON INVERTING Rangkaian non inverting ini hampir sama dengan rangkaian inverting hanya perbedaannya adalah terletak pada tegangan inputnya dari masukan non inverting. Hasil tegangan output non inverting ini akan lebih dari satu dan selalu positif.
Gambar 2.15 Rangkaian Penguat Non Inverting c. SUMMER Untuk memperoleh harga dari Vout yang kita inginkan maka tinggal merubah dari harga masing-masing R. Jika R1= R2=R3 maka outputnya adalah penjumlahan V1 dan V2 secara inverting. Untuk op-amp non inverting adalah sesuai dengan karakteristiknya.
Gambar 2.16 Rangkaian Summer
d. INTEGRATOR Rangkaian integrator op-amp ini juga berasal dari rangkaian inverting dengan tahanan umpan baliknya diganti dengan kapasitor. Biasanya rangkaian untuk aplikasi ada penambahan tahanan yang diparalel dengan kapasitor yang dinamai RF . Seperti pada gambara diatas, rangkaian integrator yang belum ditambah tahanan yang diparalel dengan kapasitor. Nilai ROM adalah antara nol sampai dengan R1.
Gambar 2.17 Rangkaian Integrator Op-Amp Sederhana e. DIFFERENSIATOR Rangkaian differensiator merupakan rangkaian penguat yang dipengaruhi oleh kerja kapasitor. Pada rangkaian aplikasi rangkaian differensiator op-amp terdapat kapasitor dan tahanan yang berfungsi untuk memfilter sinyal masukan. Dengan demikian maka frekuensi dari input yang masuk dapat dibatasi.
Gambar 2.18 Rangkaian Differensiator f. BUFFER Rangkaian buffer memiliki 2 jenis yaitu voltage follower (penguat tegangan) dan current follower (penguat arus). 1) Voltage Follower Rangkaian untuk voltage follower atau penguat tegangan yaitu :
Gambar 2.19 Rangkaian Voltage Follower Rangkaian voltage follower memiliki satu gain. Rangkaian ini memiliki tegangan yang tetap atau konstan.
2) Current Follower Sama halnya dengan Voltage follower, rangkaian ini mempunyai gain hanya satu. Dan merupakan kebalikan dari rangkaian Voltage Follower yaitu yang tetap adalah arusnya, sedangkan tegangannya adalah tegangan daripada op -amp. g. KOMPARATOR Prinsip kerja komparator adalah sebagai pembanding antara dua inputan dengan salah satu inputan dipakai sebagai acuan atau referensi. 1) Apabila tegangan inputan lebih besar dari tegangan referensi (misal tegangan referensi di terminal inverting), maka nilai output op-amp akan menjadi High (sebesar nilai +Vcc, jika +Vcc= 5V, maka outputannya sebesar 5Volt). 2) Apabila tegangan inputan lebih kecil dari tegangan referensi tadi, maka op- amp akan mengeluarkan tegangan Low ( -Vcc) jika Vcc =0 V maka outputannya adalah nol Volt.
Gambar 2.20 Rangkaian Op-Amp sebagai Komparator
C. PERALATAN PERCOBAAN 1. Resistor 2. Breadboard 3. Power Supply 4. Kabel tunggal 5. Multimeter 6. Modul Op-Amp 7. Transistor BD 139 8. IC LM741
D. PROSEDUR PERCOBAAN 1. Transistor a. Merangkai komponen seperti Gambar 2.21 b. Memasukkan tegangan input tertentu c. Mengamati dan mencatat Vin dan Vb dengan menggunakan voltmeter d. Mengulangi langkah langkah di atas dengan nilai Vin berubah. e. Membandingkan nilai Vb dengan rumus dan hasil percobaan f. Analisa hasil percobaan.
Gambar 2.21 Rangkaian Penguat Diferensial
2. Rangkaian Op-Amp Comparator a. Merangkai komponen seperti Gambar 2.22 b. Memasukkan tegangan input tertentu pada kaki inverting dan non -inverting c. Mengamati dan mencatat Vin dan Vout dengan menggunakan voltmeter d. Mengulangi langkah langkah di atas dengan nilai Vref tetap dan Vin berubah. e. Analisa hasil percobaan.