Anda di halaman 1dari 5

1.5.

Streptozotocin(STZ)
Streptozotocin (STZ) merupakan suatu jenis antibiotika yang mempunyai efek toksik,
pertama kali diisolasi dari jamur Streptomyces achromogenes.Streptozotosin merupakan
derivat nitrosourea yang diisolasi dariStreptomyces achromogenes, mempunyai aktivitas anti-
neoplasma danantibiotik spektrum luas. Streptozotosin dapat secara langsung merusakmasa
kritis sel Langerhans atau menimbulkan proses autoimun terhadapsel (Rowland dan
Bellush; 1989; Rees dan Alcolado, 2005 dalam Nugroho,2006).Streptozotosin (STZ) atau 2-
deoksi-2-[3-(48yste-3-nitrosoureido)-Dglukopiranose]diperoleh dari Streptomyces
achromogenes dapat digunakanuntuk menginduksi baik DM tipe 1 maupun tipe 2 pada hewan
uji. Streptozotocin termasuk dalam golongan nitrourea yang artinya kelompok senyawa larut
lemak yang memiliki fungsi sebagai agen pengalkilasi. Injeksi streptozotocin secara
intramuskular dan subcutan tidak dianjurkan karena obat dianggap mengalami degradasi di
dalam tubuh sebelum mencapai target organ yaitu pankreas.
STZ sejak lama digunakan sebagai agen diabetogonik pada hewan coba karena bersifat
sitotoksik spesifik bagi sel beta pankreas.Streptozotocin menginduksi diabetes pada berbagai
spesies hewansehingga menyerupai adanya hiperglikemik pada manusia.Efek ini telahsecara
ekstensif tampak dengan adanya penurunan sel beta nicotinamideadenine dinucleotide
(NAD+) dan menghasilkan perubahan histopathologypulau pankreas sel beta hepatomegaly
berhubungan dengan diabetesstreptozotocin-induced.Streptozotocin dapat menggagalkan
penggunaan glukosa disebabkan alkilasi terhadap protein yang berperan dalam uptake dan
metabolisme glukosa, streptozotocin ini mampu merusak mitokondria dan menggagalkan
proses oksidasi, serta mampu merusak DNA. Faktor-faktor tersebut adalah terganggunya
persediaan energi sehingga terjadi kematian sel-sel beta pankreas. Streptozotocin secara
efektif dapat menginduksidiabetes pada kelinci yang ditandai dengan polydipsia, polyuria,
danhyperglycemia (Rowland dan Bellush; 1989; Rees dan Alcolado, 2005 dalam
Nugroho,2006).STZ menembus sel Langerhans melalui tansporter glukosa GLUT 2.Aksi
STZ intraseluler menghasikan perubahan DNA sel pankreas. AlkilasiDNA oleh STZ
melalui gugus nitrosourea mengakibatkan kerusakan pada sel pankreas.Pemberian STZ
menyebabkan penurunan pembentukan 8 senyawa ATP pada sel beta pankreas yang akhirnya
akan menyebabkan kematian sel beta pankreas (Wilson dkk., 1998).
Streptozotocin dapat merusak DNA sel-sel pulau pankreas, dan menstimulasi sintesis poli
nuklear (ADP-ribosa), NAD, dan NADP yang kemudian akan menghambat atau menghalangi
sintesis proinsulin dan akhirnya menyebabkan diabetes. Streptozotocin juga dapat
mengaktifkan jenis-jenis oksigen seperti superoksida, hydrogen peroksida, dan radikal
hidroksil yang merupakan radikal bebas. Pemberian injeksi STZ 100 mg/kg secara
intraperitonial (ip) kepada seorang penderita DM 2, dapat menyebabkan hyperglycemia.
Namun pemberian STZ pada dosis rendah, yaitu 40 mg/kg selama 5 hari mampu
menyebabkan hiperglikemia yang signifikan pada minggu ke-1. Hewan-hewan mengalami
diabetes pada minggu ke-2 dan tetap dalam keadaan diabetes sampai minggu ke-5. Untuk
Diabetes Mellitus tipe 2 dengan injeksi 40 mg/kg BB dilarutkan dalam Buffer sitrat (pH 4,5).
Menurut Zhang (2008), pemberian injeksi 2 kali dengan dosis 30 mg/ kg dengan interval
mingguan akan memberikan efek Diabetes Mellitus tipe 2.Pada penelitian Arora
(2009),injeksi dengan dosis 40 mg/kg menunjukkan hasil terinduksinya mencit Diabetes
Mellitustipe 2, tetapi akan mengalami tipe 1 untuk beberapa minggu.Streptozotocin pada
hewan coba dapat menginduksi perkembangan hiperglikemia yang lambat, kemudian diikuti
dengan penyusupan lymphocytic pulau pankreas lalu menyebar ke seluruh duktus pankreas.
Selanjutnya limfosit akan menghancurkan sel beta dalam islet pankreas dan akhirnya
meyempurnakan terjadinya diabetes mellitus (Wilson dkk., 1998).

1.6.Diabetes Mellitus Tipe 2
Diabetes Mellitus tipe 2 merupakan penyakit metabolisme serius dan memiliki tingkat
prevalensi yang tinggi. Sembilan puluh persen kasus DM yang ditemui di masyarakat adalah
Diabetes Mellitus tipe 2 (Syamsudin dkk., 2008). Diabetes Mellitus tipe 2 disebabkan karena
resisten insulin hal ini terjadi akibat perubahan reseptor insulin pada membran sel berkurang
dan strukturnya berubah sehingga tidak tanggap terhadap insulin. Kondisi ini menyebabkan
glukosa yang masuk ke dalam sel berkurang. Diabetes melitus tipe 2 dikenal sebagai NIDDM
(Non-Insulin Dependent Diabetes Melitus), artinya penderita DM tipe 2 tidak mutlak
membutuhkan suntikan insulin setiap hari untuk mengatur metabolisme gula dalam darah.
Diabetes tipe 2 merupakan akibat lemahnya kemampuan pankreas mensekresikan insulin,
selain itu juga lemahnya aksi insulin, menjadi penyebab menurunnya sensitivitas
insulin(Scobie, 2007).
Penurunan sensitivitas insulin terjadi pada pintu masuk di permukaan sel tubuh yang
dinamakan reseptor insulin.Penyebab terjadinya penurunan sensitivitas insulin adalah karena
peningkatan kebutuhan sekresi insulin untuk mempertahankan kadar glukosa darah. Reseptor
insulin akan memberikan signal pada transporter glukosa untuk memungkinkan lewatnya
glukosa yang dibawa oleh hormon insulin masuk ke dalam sel(Syamsudin dkk., 2008). Di
dalam mitokondria, gula kemudian akan digunakan untuk menghasilkan energi yang
diperlukan untuk melangsungkan fungsi setiap sel tubuh.Patofisiologi DM tipe 2 disebabkan
oleh resistensi insulin perifer, rendahnya produksi glukosa hepatik dan menurunnya fungsi sel
betayang mengakibatkan kegagalan fungsi sel beta.Prevalensi awal DM tipe 2 diawali oleh
defisit sekresi insulin dan pada sebagian besar penderita, defisiensi insulin berhubungan
dengan resistensi insulin perifer(Stumvoll et al., 2005).
Penyakit ini ditandai dengan kelainandalam sekresei insulin maupun kerja insulin.
Pankreas masih relatifcukup menghasilkan insulin tetapi insulin yang ada bekerja
kurangsempurna karena adanya resistensi insulin (adanya efek responjaringan terhadap
insulin) yang melibatkan reseptor insulin dimembran sel yang mengakibatkan penurunan
sensifitas sel target,kehilangan reseptor insulin pada membran sel targetnyamengakibatkan
terjadi penurunan efektifitas serapan glukosa daridarah, individu yang mengalami overwight
memiliki potensial yanglebih besar menderita diabetes di banding individu
normal(Syamsudin dkk., 2008).
Kriteria kadar glukosa diabetesdengan pengukukuran glukosa darah sewaktu> 200 mg/dl,
glukosa darahpuasa 126 mg/dl, dan kadar glukosa darah dua jam setelah dilakukan
testoleransi glukosa dengan beban glukosa 75 gram adalah 200 mg/dl (Scobie,2007).Kadar
gula darah yang normal cenderung meningkat secara bertahap, tetapi progresif setelah usia 50
tahun, terutama pada orang yang tidak aktif bergerak. Seseorang dikategorikan sebagai
penderita Diabetes Mellitus, jika kadar gula darah ketika puasa lebih dari 126 mg/dL dan
kadar gula sewaktu lebih dari 200 mg/dL. Kelebihan kadar gula dalam darah mengakibatkan
munculnya tanda-tanda penyakit Diabetes Mellitus. Beberapa gejala awal penderita DM
antara lain cepat lelah, kehilangan tenaga, lemas, sering buang air kecil, terus-menerus lapar
dan haus, kelelahan yang berkelanjutan, mudah sakit berkepanjangan, penglihatan kabur dan
luka yang sukar sembuh(Stumvoll et al., 2005).

1.7.Insulin
Insulin merupakansalah satu hormon dalam tubuh manusia yang dihasilkan oleh sel
pulau langerhans yang terdapat dalam kelenjar pankreas. Hormon ini menurunkan kadar
glukosa, asam lemak, dan asam amino dalam darah. Insulinterdiri atas dua rantai asam amino
yang dihubungkan oleh ikatan disulfidedisintesis sebagai protein perkusor (pro insulin) yang
mengalami pemisahanproteolitik untuk membentuk insulin dan peptide c, keduanya di
sekresikanoleh sel pankreas (Mycek, 2001). Insulin mempunyai pengaruh luas di dalam
tubuh dan beraksilangsung atau tak langsung mempengaruhi proses biokimiawi.
Pengaruhmenyeluruh hormon ini adalah memudahkan pemakaian glukosa oleh sel
danmencegah pemecahan secara berlebihan glikogen yang disimpan di dalamhati dan otot
(Turner, 2000).Sekresi insulin diatur tidak hanya oleh kadar glukosa darah tetapi jugaoleh
hormon lain dan mediator autonomik. Sekresi insulin dipacu olehglukosa darah yang tinggi
dan difosforilasi dalam sel pankreas. Kadaradenosin trifosfat (ATP) meningkatkan dan
menghambat saluran K+,menyebabkan membran sel depolarisasi dan influx Ca++ yang
menyebabkanpulsasi eksositosis insulin (Mycek, 2001).
Peranan insulin dalam pengaturan kadar glukosa darah tidak lepas dari pengaruh faktor
lainnya juga, seperti (a) hati berperan sebagai glukostat, (b) kelenjar pankreas sebagai
penghasil hormon lain selain insulin yaitu glukagon, (c) kelenjar adenohipofisis mensekresi
hormon-hormon yang bersifat diabetogenik seperti ACTH, GH, TSH; (d) kelenjar adrenal
yang mensekresi hormon epinefrin dari bagian medula dan glukokortikoid dari bagian kortek-
nya, (e) kelenjar tiroid mensekresi hormon T3 dan T4 yang berperan terhadap metabolisme
energi, serta(f) kerja fisik atau exercise yang bersifat memperkuat efek insulin terhadap
metabolisme karbohidrat (Goodman dan Gilman, 2007).
Faktor yang berperan dalam pengaturan sekresi insulin ialah, bermacam nutrient, hormon
saluran cerna, hormon pankreas dan neurotransmiter otonom, glukosa, asam amino, asam
lemak, dan benda keton merangsang sekresi insulin.. Sel-sel pulau langerhans dipersarafi oleh
saraf adrenergenik dan kolinogernik. Stimulasi reseptor 2 adrenergikmenghambat sekresi
insulin, sedang 2 adrenergik agonis dan stimulasi sarafvagal akan merangsang sekresi
insulin (Goodman dan Gilman, 2007). Sekresiinsulin oleh sel beta tergantung oleh 3 faktor
utama yaitu, kadar glukosa darah,ATP-sensitive K channels dan Voltage-sensitive Calcium
Channels sel beta. Sekresi insulin oleh sel beta pankreas bergantung pada 3 faktor yaitu kadar
glukosa darah, ATP-sensitive K channels dan voltage-sensitive calcium channels sel beta
pankreas (Mycek, 2001).

1.1. Induksi STZ untuk Diabetes Mellitus Tipe 2
Mencit dipuasakan selama 12 jam sebelum induksi Diabetes Melitus menggunakan STZ
dengan dosis 40 mg/kg BB.Diaklimatisasi selama 2 minggu. Diberi makan pelet BR 1 5-10
g/hari dan minuman secara teratur. STZ dilarutkan dalam 0.01M buffer sitrat, pH 4,5 dan
selalu disiapkan dalam kondisi fresh untuk penggunaan dalam waktu 10-15 menit. Injeksi
STZ diberikan secara intraperitoneal dan dosis ditentukan berdasarkan berat badan mencit.
Injeksi STZ dilakukan selama 5 hari untuk menginduksi diabetes mellitus tipe 2.Rumus yang
digunakan untuk menentukan kadar injeksi STZ, yaitu dapat dilihat pada contoh perhitungan
berikut
Diketahui :
Dosis STZ 40 mg/kg BB, Berat Badan hewan uji = 30 gram, Stok yang dibuat =20 mg/ml,
volume lambung tikus max 200 l
Jawab :
Volume injeksi = 0.04 mg/gram BB x 30 gram / 20 mg/ml = 0.06 ml atau 60 l

3.1.2. Perlakuan Tikus Diabetes Mellitus Tipe 2 dengan STZ
Metode yang digunakan menurut Masruro (2010), mencit Betina (Mus musculus) galur
BALB/c, umur 6-8 minggu dengan berat rata-rata 30 g dibagi menjadi 6 kelompok yaitu: (1)
kelompok tikus sebagai kontrol negatif (diinjeksi dengan pelarut STZ tanpa treatment), (2)
kelompok tikus sebagai kontrol positif yang diinjeksi dengan STZ tanpa treatment, (3)
kelompok tikus normal yang telah diinduksi STZ 1.2 gram, diberi makan 50 gram tepung
mocaf setiap hari selama 3 minggu, (4) kelompok tikus normal normal yang telah diinduksi
STZ 1.2 gram, diberi makan 50 gram jagung rebus setiap hari selama 3 minggu, (5)
kelompok 5 yaitu tikus normal yang telah diinduksi STZ 1.2 gram, normal diberi makan 50
gram tepung gandum setiap hari selama 3 minggu, (6) tikus normal yang telah diinduksi STZ
1.2 gram, diberi makan 50 gram tepung gandum setiap hari selama 3 minggu.

Divisi : Magnoliophyta (tumbuhan berbiji tertutup/angiospermae)
Kelas : Magnoliopsida (dikotil)
Bangsa : Solanales
Suku : Convolvulaceae
Marga : Merremia
Spesies : Merremia emarginata (Burm) Hall f.
Pegagan termasuk tanaman tahunan daerah tropis yang berbunga sepanjang
tahun. Bentuk daunnya bulat, batangnya lunak dan beruas, serta menjalar hingga bisa
mencapai 1 m tingginya. Pada tiap ruas akan tumbuh akar dan daun dengan tangkai
daun panjang dan akar berwarna putih. Dengan berkembang biak secara vegetatif
seperti itu, tanaman ini cepat beranak-pinak. Jika keadaan tanahnya bagus, tiap ruas
yang menyentuh tanah akan tumbuh menjadi tanaman baru.

Anda mungkin juga menyukai