Anda di halaman 1dari 37

Ujian Tengah Semester

Media Pembelajaran Kimia

Oleh

Nama

: Novita Sari

Nim

: 06101381320009

Prodi

: Pendidikan Kimia 2013

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2014

UTS
Media Pembelajaran Kimia
1.

Coba anda jelaskan dengan memberikan beberapa contoh tentang :


a. Media
b. Media pembelajaran
c. Multimedia interaktif
d. Fungsi media pembelajaran
e. Sejarah perkembangan media
f. Manfaat media pembelajaran
g. Prinsip-prinsip dalam pemilihan media pembelajaran
h. Prosedur pengembangan media pembelajaran
i. Evaluasi media pembelajaran

2.

Coba anda jelaskan jenis-jenis media pembelajaran berdasarkan :


a. Indera yang digunakan
b. Jenis pesan yang disampaikan
c. Asal media
d. Kesiapan dalam penggunaan
e. Sasaran pencapaian

3.

Coba anda jelaskan juga karateristik dari setiap jenis media (pada nomor 2)

4.

Coba anda akses dari internet (di download) satu contoh tulisan tentang
produk media untuk setiap jenis media pembelajaran (lima contoh tulisan
tentang produk media)

Jawaban:
1. a. Media adalah segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk
menyampaikan informasi atau pesan. Kata media berasal dari kata latin,
merupakan bentuk jamak dari kata medium. Secara harfiah kata tersebut
mempunyai arti "perantara" atau "pengantar", yaitu perantara sumber pesan (a
source)dengan penerima pesan (a receiver). Jadi, dalam pengertian yang lain,
media adalah alat atau sarana yang dipergunakan untuk menyampaikan pesan
dari komunikator kepada khalayak.
Berdasarkan jenis-jenisnya media secara umum dapat dibagi menjadi:
Media Visual: media visual adalah media yang bisa dilihat, dibaca dan
diraba. Media ini mengandalkan indra penglihatan dan peraba. Berbagai
jenis media ini sangat mudah untuk didapatkan. Contoh media yang sangat
banyak dan mudah untuk didapatkan maupun dibuat sendiri. Contoh:
media foto, gambar, komik, gambar tempel, poster, majalah, buku,
miniatur, alat peraga dan sebagainya.
Media Audio: media audio adalah media yang bisa didengar saja,
menggunakan indra telinga sebagai salurannya. Contohnya: suara, musik
dan lagu, alat musik, siaran radio dan kaset suara atau CD dan sebagainya.
Media Audio Visual: media audio visual adalah media yang bisa didengar
dan dilihat secara bersamaan. Media ini menggerakkan indra pendengaran
dan penglihatan secara bersamaan. Contohnya: media drama, pementasan,
film, televisi dan media yang sekarang menjamur, yaitu
VCD. Internet termasuk dalam bentuk media audio visual, tetapi lebih
lengkap
dan
menyatukan
semua
jenis
format
media,
disebut Multimedia karena berbagai format ada dalam internet.
b. Media pembelajaran adalah suatu perantara yang digunakan oleh pendidik/guru
untuk menyalurkan pesan atau informasi kepada siswanya sehingga siswa
tersebut dapat terangsang ketika mengikuti kegiatan pembelajaran. Dapat
dikatakan pula media pembelajaran dapat memudahkan siswa untuk menerima
pembelajaran yang disampaikan pendidik/guru.
c. Multimedia interaktif adalah suatu multimedia yang dilengkapi dengan alat
pengontrol yang dapat dioperasikan oleh pengguna, sehingga pengguna dapat
memilih apa yang dikehendaki untuk proses-proses selanjutnya. Pengguna
akan mendapatkan informasi atau umpan balik sesuai dengan aksi atau navigasi
yang dipilih, informasi tersebut menggunakan berbagai bentuk format data
seperti teks, gambar, audio, video, simulasi dan lain-lain.Contoh multimedia
interaktif
adalah:
Aplikasi
game
dan
CD
interaktif.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan, apabila pengguna mendapatkan
keleluasaan dalam mengontrol multimedia tersebut, maka hal ini disebut
multimedia interaktif. Karakteristik terpenting dari multimedia interaktif adalah

siswa tidak hanya memperhatikan media atau objek saja, melainkan juga
dituntut untuk berinteraksi selama mengikuti pembelajaran. Multimedia
interaktif menggabungkan dan mensinergikan semua media yang terdiri dari: a)
teks; b) grafik; c) audio; dan d) interaktivitas (Green & Brown, 2002: 2-6).
Model permainan merupakan salah satu bentuk model yang didesain untuk
membangkitkan kegembiraan pada siswa sehingga dapat meningkatkan
kemungkinan tersimpannya lebih lama konsep, pengetahuan ataupun
keterampilan yang diharapkan dapat mereka peroleh dari permainan tersebut.
Tujuan dari model permainan adalah untuk menyediakan suasana (lingkungan)
yang memberikan fasilitas belajar yang menambah kemampuan siswa. Model
permainan tidak perlu menirukan realita namun dapat memiliki karakter yang
menyediakan
tantangan
yang
menyenangkan
bagi
siswa.
Keseluruhan model permainan ini memiliki komponen dasar sebagai
pembangkit motivasi dengan memunculkan cara berkompetisi untuk mencapai
sesuatu. Interaksi berbentuk permainan akan bersifat instruksional apabila
pengetahuan dan keterampilan yang terdapat di dalamnya bersifat akademik
dan mengandung unsur pelatihan. Sebuah bentuk permainan disebut
intruksional apabila didalamnya terdapat tujuan pembelajaran yang harus
dicapai (Munir, 2010). Sama halnya dengan model lain, permainan harus
mengandung tingkat kesulitan tertentu dan memberikan umpan balik terhadap
tanggapan yang dikemukakan oleh siswa. Dalam model pemainan, umpan
balik diberikan dalam bentuk skor atau nilai standar yang dicapai setelah
melakukan serangkaian permainan. Dalam program berbentuk pemainan harus
ada aturan yang dapat dipakai sebagai acuan untuk menentukan orang yang
keluar sebagai pemenang. Penentuan pemenang dalam permainan ditentukan
berdasarkan skor yang dicapai kemudian dibandingkan dengan prestasi belajar
standar yang harus dicapai. Harus diingat pula bahwa bentuk permainan yang
disajikan tetap mengacu pada proses belajar-mengajar dan dengan PBK model
ini diharapkan terjadi aktifitas belajar sambil bermain. Dengan demikian siswa
tidak merasa bahwa mereka sesungguhnya sedang belajar.
d. Fungsi media pembelajaran
1. Fungsi Media Pembelajaran Sebagai Sumber Belajar
Secara teknis, media pembelajaran sebagai sumber belajar. Dalam kalimat
sumberbelajar ini tersirat makna keaktifan, yaitu sebagai penyalur,
penyampai, penghubung dan lain lain. Fungsi media pembelajaran sebagai
sumber belajar adalah fungsi utamannya di samping adanya fungsi-fungsi lain
yang akan kita bahas di dalam makalah ini. Sehingga untuk beberapa hal media
pembelajaran dapat menggantikan fungsi guru terutama sebagai sumber

belajar. Misalnya ketika guru menyuruh siswanya untuk membaca buku


pelajaran. Hal ini, buku menggantikan guru sebagai sumber belajar siswa.
Dengan membaca buku, siswa memperoleh ilmu serta informasi yang tertulis
di sana.
Mudhoffir dalam bukunya yang berjudul Prinsip-prinsip Pengelolaan
Sumber Belajar (1992:1-2) menyebutkan bahwa sumber belajar pada
hakekatnya merupakan komponen sistem instruksional yang meliputi pesan,
orang, bahan, alat, teknik dan lingkungan yang dapat mempengaruhi hasil
belajar siswa. Dengan demikian sumber belajar dapat dipahami sebagai segala
macam sumber yang ada di luar diri seseorang dan memudahkan proses belajar
mengajar.
Kemudahan tersebut tentunya akan membuat proses transfer ilmu semakin
cepat dan tepat. Misalnya ketika guru kelas 1 SD mengajarkan penjumlahan
dalam matematika. Bagi siswa yang baru memulai mengenal penjumlahan
tentu akan sulit untuk mengoperasikannya melalui angka-angka. Mengingat
kemampuan berpikir abstrak anak saat itu belum berkembang, alangkah
baiknya jika guru menggunakan benda seperti pulpen, lidi, kelereng. Dengan
demikian, siswa bisa melihat dan memahami secara visual proses
pengoperasian bilangan tersebut.
2. Fungsi Semantik
Fungsi semantik adalah kemampuan media dalam menambah
perbendaharaan kata yang makna atau maksudnya benar-benar di pahami oleh
anak didik. Bahasa meliputi lambang (simbol) dari isi yakni pikiran atau
perasaan yang keduannya telah menjadi totalitas pesan yang tidak dapat di
pisahkan. Unsur-unsur dasar dari bahasa itu adalah kata. Jadi, gambar
harimau di pakai sebagai simbol keberanian. Kata akan bermakna bila telah di
rujukan kepada sejumlah objek tertentu.
Manusialah yang memberi makna kepada kata pada konteks pendidikan
dan pembelajaran. Gurulah yang menjadi makna pada setiap kata yang di
sampaikannya. Bila simbol-sombil kata variabel tersebut hanya merujuk pada

benda, maka masalah komunikasi akan menjadi masalah yang sederhana.


Sehingga guru tidak terlalu sulit untuk menjelaskan.
3. Fungsi Manipulatif
Fungsi manipulatif ini di dasarkan pada ciri-ciri (karakteristik) umum
yaitu kemampuan merekam, menyimpan, melestarikan, merekontruksi, dan
mentransportasi suatu peristiwa atau objek. Berdasarkan karakteristik umum
ini, media memiliki dua kemampuan, yakni mengatasi batas-batas ruang dan
waktu, mengatasi keterbatasan inderawi.
Kemampuan media pembelajaran yang mengatasi ruang dan waktu, yaitu:
a. Kemampuan media dalam menghadirkan objek atau peristiwa yang sulit di
hadirkan dalam bentuk aslinya.
Contoh:
Ketika guru ingin mengambarkan keadaan bencana alam seperti gunung
meletus, tidak mungkin guru menghadirkan keadaan tersebut ke dalam ruang
kelas atau bahkan mengajak siswanya pergi ke gunung dan melihat secara
langsung peristiwa tersebut. Namun, lewat media foto dan video yang
ditampilkan, siswa sudah bisa melihat secara nyata keadaan bencana alam
tersebut.
b. Kemampuan media menjadikan objek atau peristiwa yang menyita waktu
panjang menjadi singkat.
Contoh:
Ketika dalam pelajaran IPA mengenai proses pertumbuhan tanaman, tentu
untuk menunjukkan hal tersebut pasti membutuhkan waktu yang lama. Dengan
bantuan media seperti buku maupun video, guru dapat lebih cepat dalam
menunjukkan proses pertumbuhannya.
c. Kemampuan media dalam menghadirkan kembali objek atau peristiwa yang
telah terjadi.
Contoh:
Ketika dalam pelajaran sejarah, guru tidak cukup hanya menceritakan peristiwa
di masa lampau. Untuk menghadirkan kembali peristiwa dalam sejarah, guru

dapat menunjukkan foto-foto ataupun memutar film dokumenter. Sehingga


siswa seakan-akan diajak bertamasya ke masa lampau.
Kemampuan media pembelajaran dalam mengatasi keterbatasan inderawi
manusia, yaitu:
a. Membantu siswa memahami objek yang sulit di amati karena terlalu kecil,
seperti molekul, atom, dan sel.
Contoh:
Penggunaan mikroskop atau Lup bisa membantu siswa mengamati dengan
jelas benda yang ukuran kecil atau bahkan sangat kecil.
b. Membantu siswa dalam memahami objek yang bergerak terlalu lambat atau
terlalu cepat.
Contoh
Seperti proses metemorfosis pada kupu-kupu, proses perubahan ulat untuk
berubah menjadi kupu-kupu tentu membutuhkan waktu yang lama. Dengan
video tentang metamorphosis atau menunjukkan gambar proses
metamorphosis, tentu siswa tidak perlu menunggu berhari-hari untuk melihat
peristiwa tersebut.
c. Membantu siswa dalam memahami objek yang membutuhkan kejelasan
suara.
Contoh:
Seperti cara membaca al quran sesuai dengan kaidah tajwid. Siswa bisa
membaca sambil mendengarkan bacaan al quran dari kaset. Hal ini tentunya
harus dilakukan sampai dapat membaca al quran dengan baik dan benar.
d.Membantu siswa memahami objek yang terlalu kompleks,
Contoh:
Guru menggunakan peta untuk memberikan gambaran tentang kondisi
lingkungan, misalnya seperti: pemukiman, sawah, ladang, pegunungan, sungai,
batas wilayah, dll.

4. Fungsi Psikologis
a. Fungsi Atensi
Media pembelajaran dapat meningkatkan perhatian (attention) siswa
terhadap materi ajar. Setiap orang memiliki sel saraf penghambat, yakni sel
khusus yang berfungsi membuang sejumlah sensasi yang datang. Dengan
adanya sel penghambat ini, para siswa dapat memfokuskan perhatiannya pada
rangsangan yang dianggapnya menarik dan membuat rangsangan yang lainnya
dengan demikian, media belajar yang tepat guna adalah media belajar yang
menarik dan memfokuskan siswa. Dalam psikologi komunikasi, fenomena ini
terjadi ketika kita memperhatikan rangsangan tertentu sambil membuang
rangsangan yang lainnya disebut perhatian selektif (selectiv attention). Contoh
saat pembelajaran IPA tentu terasa sangat membosankan jika hanya sekedar
menyampaikannya secara teori.
b. Fungsi afektif
Fungsi afektif yaitu menggugah perasaan, emosi, dan tingkatan
penerimaan atau penolakan siswa terhadap sesuatu. Setiap orang memiliki
gejala batin jiwa yang berisikan kualitas karakter dan kesadaran. Ia berwujud
pencurahan perasaan minat, dan sikap penghargaan, nilai-nilai, atau perangkat
emosi dan kecenderungan kecenderuangan batin. Media pembelajaran yang
tepat guna dapat meningkatkan sambutan dan penerimaan siswa terhadap
stimulus tertentu. Sambutan dan penerimaan tersebut berupa kemauan, dengan
adannya media pembelajaran, terlihat pada diri siswa kesediaan untuk
menerima beban pelajaran, dan untuk itu perhatiannya akan tertuju pada
pembelajaran yang di ikutinnya. Hal lain dari penerimaan itu adalah
munculnya tanggapan yaitu partisipasi siswa dalam keseluruhan proses
pemebelajaran siswa secara suka rela. Hal ini merupakan relaksasi siswa
terhadap rangsangan yang di terimannya. Apabila siswa tersebut di lakukan
dengan terus menerus, maka tidak menutup kemungkinan jiwannya melakukan
penilaian dan penghargaan terhadap nilai-nilai atau norma-norma yang di
perolehnnya. Pada tingkat tertentu nilai nilai atau norma-norma itu akan di
terimannya dan di yakininnya. Kemudian terjadilah pengorganisasian nilainilai, norma-norma, kepercayaan, ide, dan sikap yang menjadi sistem batin
yang konsisten yang di sebut dengan karakteristik.

c. Fungsi kognitif
Siswa yang belajar melalui media pembelajaran akan memperoleh dan
menggunakan bentuk-bentuk yang mewakili objek-objek yang di hadapi, baik
objek berupa orang, benda, atau kejadian/peristiwa. Objek-objek itu di
dihadirkan dalam diri seseorang melalui tanggapan, gagasan atau lambang,
yang dalam psikologi semuanya merupakan sesuatu yang bersifat mental.
Belajar melalui kegiatan seperti darmawisata, siswa mampu menceritakan
pengalamannya selama melakukan kegiatan itu kepada temannya. Tempattempat yang ia kunjungi selama berdarmawisata tidak di bawa pulang, dirinya
sendiri juga tidak hadir di tempat darma wisata itu saat ia bercerita pada
temannya tersebut. Tetapi semua pengalaman tercatat di dalam benaknya.
Dalam bentuk gagasan-gagasan dan tanggapan-tanggapan. Gagasan dan
tanggapan itu di tuangkan dalam kata-kata yang di sampaikan kepada
temannya yang mendengarkan ceritannya. Dengan demikian pengalaman
selama berkunjung ke tempat darma wisata di wakilkan dalam betuk gagasan
atau tanggapan yang kedua dalam bentuk mental. Jelaslah kirannya, media
pembelajaran itu telah andil dalam mengembangkan kognitif siswa. Semakin
banyak ia di hadapkan dengan objek-objek akan semakin banyak pula pikiran
dan gagasan yang dimilikinya, atau semakin kaya dan luas pikiran kognitifnya.
d. Fungsi imajinatif
Media pembelajaran dapat meningkatkan dan mengembangkan imajinatif
siswa. Imajinatif dalam kamus lengkap psikologi adalah proses menciptakan
objek atau peristiwa tanpa pemanfaatan data sensoris. Imajinatif ini mencakup
penimbulan atau kreasi objek-objek baru sebagai rencana di masa mendatang,
atau dapat pula mengambil bentuk fantasi (khayal). Misalnya guru memberikan
gambar tentang peristiwa tanah longsor. Tentu secara otomatis anak akan
berpikir dan berimajinasi kenapa peristiwa tersebut bisa terjadi.
e. Fungsi motivasi
Motivasi merupakan seni yang mendorong siswa untuk terdorong
melakukan kegiatan belajar sehingga tujuan pembelajaran tercapai. Dengan
demikian motivasi merupakan usaha dari pihak luar adalah guru untuk
mendorong, mengaktifkan, menggerakkan siswannya untuk terlibat secara aktif
dalam proses pembelajaran. Guru dapat memotivasi siswanya dengan cara

membangkitkan minat belajarnnya dan dengan cara memberikan dan


menimbulkan harapan. Harapan akan tercapainnya hasrat dan tujuan dapat
menjadi motivasi yang di timbukan guru kedalam diri siswa. Salah satu
pemberian harapan itu yakni dengan cara memudahkan siswa, bahkan yang
dianggap lemah sekalipun dalam memahami dan menerima isi pelajaran yakni
melalui pemanfaatan media pembelajaran yang tepat guna.
5. Fungsi Sosio Kultural
Fungsi media pembelajaran dilihat dari sosio kultural, yaitu mengatasi
hambatan sosio kultural antar peserta komunikasi pembelajaran. Bukan hal
yang mudah untuk memahami para siswa yang memiliki jumlah yang cukup
banyak (paling tidak dalam satu kelas berjumlah 40 orang). Masing masing
memiliki karakteristik yang berbeda-beda apalagi dihubungkan dengan
adaptasi, keyakinan, lingkungan, pengalaman, dan lain lain. Sedangkan dari
pihak lain, kurikulum dan materi ajar ditentukan dan dilakukan secara sama
untuk setiap siswa. Tentunya guru akan menghadapi kesulitan terlebih guru
harus mengatasinya sendiri. Apalagi bila latar belakang dirinnya (guru) baik
adat, budaya, lingkungan, dan pengalaman yang berbeda dari para siswannya.
Hal ini dapat di atasi dengan media pembelajaran, karena media pembelajaran
memiliki kemampuan dalam memberikan rangsangan yang
mempersamakan pengalaman, dan menimbulkan persepsi yang sama.

sama,

e. Sejarah perkembangan media


Pada zaman Romawi kuno sekitar 60 SM
muncul media untuk pernyataan umum yang dikenal
dengan nama Acta Senatus atauActa Diurna Populi
Romawi. Acta Diurna ini terbit setiap hari yang
isinya memuat pengumuman dari Kaisar Roma dan
berita berita kegiatan kekaisaran lainya yang
ditempel atau di pasang di pusat kota yang disebut Forum Romanum. Dikenal
juga orang yang menjual jasa untuk mencatat isi beritanya disebut
dengan Actuari. Semakin lama jumlah Actuari semakin banyak sehingga berita
dibacakan setiap pagi selama dua jam oleh pegawai istana. Perkembangan
selanjutnya ditulis dan ditempel di Forum Romanum. Acta Diurna diterbitkan

oleh Julius Caesar pada tahun 59 SM dan bertahan 4 abad sampai runtuhnya
kekaisaran Roma pada tahun 476 M. Dizaman kekaisaran Augustus cara
penyampaian berita banyak diperbaiki, yaitu dengan cara beranting. Para pakar
menyebut masa sebelum Acta Diurna sebagai Masa Prajunalis dan masa
setelahActa Diurna sebagai Masa Jurnalis.
SURAT KABAR TERCETAK PERTAMA
Tsai Lun pegawai istana Kaisar Ho Ti membuat kertas pertama dari kulit
murbei, sebelum itu orang menulis diatas papyrus dan kulit kambing atau
lembu. Teknik pembuatan kertas baru dikenal orang Eropa sekitar abad ke-12
dan sejak itu kertas mulai digunakan secara luas.
Surat kabar tertulis pertama di Venesia dan Roma sekitar abad
pertengahan yang mereka sebut dengan Gazetta yang berisi seputar
pengumuman pemerintah Venesia dan berita berita lain. Johan Gutenberg
(1450) menemukan mesin cetak pertama di Jerman dan mulai dikenallah istilah
press (pers).Meskipun mesin cetak sudah ditemukan abad 14 namun surat
kabar tercetak pertama baru abad 17 dengan nama Relation yang diterbitkan
oleh Johan Carolus. Kemudian menyusul di Belanda (1618) dengan
nama Courante van Uyt Italien Duytshlandt ec yang diterbitkan oleh Casper
Van Hilten, Tydinghen Uytverscheyde Quartihenoleh Broer Jauszoon. Di
Inggris (1622) terbit Currant of General Newes oleh Nicholas Bourne dan
Thomas Acher. Prancis (1631) terbit Gazette de France oleh Theopraste
Renaudof dan milik pemerintah ( Raja Louis XIII dan Kardinal Richeliu).
Theopraste juga dikenal dengan gagasanya, yaitu mendirikan biro iklan yang
disebut Bereau daddresses. Pada umumnya surat kabar tersebut terbit
mingguan.
Surat kabar harian pertama terbit di Leipzig (1660) dengan nama Leipziger
Zeitung. Lalu menyusul Daily Courant di Inggris tahun 1720, Journal de
Paris di Prancis tahun 1777, Daily Advertaiser di AS (Philadelpia) tahun
1784, Algemeen Handelsblad di Belanda tahun 1830,Sourabaya Courant di
Hindia Belanda tahun 1837 yang merupakan surat kabar pertama di Indonesia.
Media cetak (surat kabar) merupakan media massa yang muncul pertama dank
arena proses cetak yang dilakukan dengan cara menekan kertas diatas susunan

huruf (image) dengan menggunakan silinder atau penekan dater lainnya,


sehingga disebut pers (press).
RADIO
Guglielmo Marconi (Italia) pada tahun 1874 menemukan radio. Dia
berhasil membuat peralatan yang diperlukan untuk mengirim tanda-tanda tanpa
kabel . Tahun 1899 ia sanggup mengirim berita melalui gelombang
elektromagnetic menyeberangi selat Inggris. Dan tahun 1901 Marconi berhasil
mengirim berita radio dari Inggris ke Newfoundland melintasi Atlantik. Dia
juga memicu berkembangnya penyiaran radio tahun 1920-an. Radio digunakan
untuk keperluan hiburan, promosi dan juga sebagai media penyampaian berita.
Peristiwa myang terjadi pada hari ini langsung dapat diketahui hari itu juga.
Lalu muncul istilah jurnalisme radio(radio journalism atau broadcasting
journalism).
FILM
Film ditemukan sejalan dengan ditemukanya pita seluloid. Berita film
popular pada tahun 1930-1960 yang dikenal dengan nama movie
news atau newsreel. Seiring perkembanganya film justru mengarah ke seni
pertunjukan. Film tumbuh mengikuti para pembuatnya, sejak awal
ditemukanya gambar bergerak oleh Thomas Alva Edison (1847-1931). Joseph
M.Boggs dalam bukunya The Art of Watching Film mencoba menjelaskan
bahwa latar belakang film condong berkembang sebagai media pertunjukan
adalah semata-mata untuk membuat orang merasa terhibur.
TELEVISI
John L.Baird menemukan televise tahun 1926 dan didemonstrasikan lewat
radio BBC (British Broadcasting Corporation) London Inggris. Upaya John
L.Braid ini tentunya didahului dengan penemuan-penemuan selenium sel
sensitive (1893), nipkow scaning disc (1884), sinar katode (1909),
dan iconoscope (1923). November 1936 , melalui stasiun BBC Television di
Alexandria Palace dilakukan penyiaran high-definition pertama dengan 240
saluran dengan menggunakan Baird System dan 405 saluran dengan Marconi-

EMI System. Tahun 1949 di AS sudah bisa mengadakan jaringan siaran


dengan jangkauan 2000 mil dan meliputi 14 kota yang diantaranya New York,
Washington, Boston, Chicago, dan St. Louis. Media televisi dan radio disebut
sebagai jurnalisme elektronik (electronics journalism) ,termasuk didalamnya
media internet.
PERKEMBANGAN BARU MEDIA BARU
Komunikasi menyangkut proses penyampaian pesan dalam bentuk simbol
dan perlambang yang dapat dipahami bersama oleh pemberi dan penerima
pesan. Untuk saluran penyampaian pesan , diperlukan media dalam bentuk
komunikasi massa yang disebut media massa. Media masa mengalami
perkembangan mulai dari surat kabar, radio, film,televisi, dan terakhir internet.
Internet member ruang yang sangat luas kepada pribadi dan komunitas social
untuk berkomunikasi dan bertukar informasi melalui blog atau jejaring social
seperti facebook, twitter, dan lain-lain. Dewasa ini muncul lagi TV penyiaran
bergerak (TV mobile) yang menggunakan teknologi unicast and broadcast
MBMS (Multimedia Broadcast Multicast Service). Teknologi ini memiliki
jaringan dua arah, artinya orang dapat memesan jenis siaran yang ingin
dinikmati. Dengan menggunakan jaringan pita lebar / broadband, TV digital ini
juga disalurkan melalui jaringan protocol internet, sama menyaksikan TV
biasa, tetapi di komputer.
f. Manfaat Media Pembelajaran dalam Pendidikan di Sekolah
1. Penyampaian Materi Pembelajaran Dapat Diseragamkan
Dengan bantuan media pembelajaran, penafsiran yang berbeda antar guru
dapat dihindari dan dapat mengurangi terjadinya kesenjangan informasi
diantara siswa dimanapun berada.
2. Proses Pembelajaran Menjadi Lebih Jelas dan Menarik
Media dapat menampilkan informasi melalui suara, gambar, gerakan dan
warna, baik secara alami maupun manipulasi, sehingga membantu guru untuk
menciptakan suasana belajar menjadi lebih hidup, tidak monoton dan tidak

membosankan. Proses pembelajaran menjadi lebih interaktif. Dengan media


akan terjadinya komunikasi dua arah secara aktif, sedangkan tanpa media guru
cenderung bicara satu arah.
3. Efisiensi Dalam Waktu dan Tenaga
Dengan media pembelajaran tujuan belajar akan lebih mudah tercapai
secara maksimal dengan waktu dan tenaga seminimal mungkin. Guru tidak
harus menjelaskan materi ajaran secara berulang-ulang, sebab dengan sekali
sajian menggunakan media, siswa akan lebih mudah memahami pelajaran.
4. Meningkatkan Kualitas Hasil Belajar Siswa
Media pembelajaran dapat membantu siswa menyerap materi belajar lebih
mandalam dan utuh. Bila dengan mendengar informasi verbal dari guru saja,
siswa kurang memahami pelajaran, tetapi jika diperkaya dengan kegiatan
melihat, menyentuh, merasakan dan mengalami sendiri melalui media
pemahaman siswa akan lebih baik. Media memungkinkan proses belajar dapat
dilakukan di mana saja dan kapan saja. Media pembelajaran dapat dirangsang
sedemikian rupa sehingga siswa dapat melakukan kegiatan belajar dengan
lebih
leluasa
dimanapun
dan
kapanpun
tanpa
tergantung
seorang guru.Perlu kita sadari waktu belajar di sekolah sangat terbatas dan
waktu terbanyak justru di luar lingkungan sekolah. Media dapat menumbuhkan
sikap positif siswa terhadap materi dan proses belajar. Proses pembelajaran
menjadi lebih menarik sehingga mendorong siswa untuk mencintai ilmu
pengetahuan dan gemar mencari sendiri sumber-sumber ilmu
g. Prinsip-prinsip dalam pemilihan media pembelajaran Berikut ini beberapa
prinsip yang harus diperhatikan saat guru memilih media untuk pembelajaran
yang akan dilaksanakannya:
Efektivitas Media Pembelajaran
Prinsip utama pemilihan media pembelajaran adalah efektivitas media
pembelajaran dalam mencapai tujuan pembelajaran serta efektivitasnya dalam
membantu siswa memahami materi pembelajaran yang akan disajikan. Guru
harus menimbang-nimbang apakah suatu media pembelajaran yang akan
digunakan lebih efektif bila dibandingkan dengan media yang lain.
Misalnya, pada pembelajaran IPA di SD tentang terjadinya gerhana matahari

dan gerhana bulan, siswa perlu memahami posisi matahari, bumi, dan bulan
saat melalukan peredaran. Contoh media dalam pembelajaran pada materi ini
yang tersedia di sekolah misalnya media pembelajaran berupa gambar dalam
bentuk charta dan alat peraga 3 dimensi berupa model peredaran matahari,
bumi dan bulan. Guru dalam hal ini memperhitungkan sejauh dan sedalam apa
siswa akan belajar jika menggunakan media pembelajaran berupa gambar, dan
sejauh serta sedalam apa siswa akan belajar bila media yang digunakan adalah
model peredaran matahari, bumi dan bulan. Media dalam pembelajaran yang
seharusnya dipilih dapat dilihat dari tujuan pembelajaran yang ingin dicapai
serta materi pembelajaran yang diajarkan. Bila guru hanya menginginkan siswa
mengetahui posisi matahari, bumi, dan bulan yang segaris, maka media
pembelajaran berupa gambar mungkin akan lebih mudah dipahami siswa.
Tetapi jika guru ingin siswa mengetahui proses terjadinya gerhana, maka
model peredaran matahari, bumi dan bulan tentau lebih baik untuk digunakan.
Selain itu makna efektivitas juga berkaitan dengan biaya yang harus
dikeluarkan saat sebuah media pembelajaran dipilih untuk digunakan. Guru
bisa mempertimbangkan, apakah biaya yang digunakan untuk menggunakan
media pembelajaran tertentu sebanding dengan hasil pembelajaran yang akan
diperoleh siswa.
Taraf Berpikir Siswa
Media pembelajaran juga harus dipilih berdasarkan prinsip taraf berpikir
siswa. Benda-benda yang bersifat konkret lebih baik digunakan sebagai media
pembelajaran bila dibandingkan media yang lebih abstrak. Demikian pula
media pembelajaran yang kompleks dari segi struktur atau tampilan akan lebih
sulit dipahami dibanding media pembelajaran yang sederhana. Contoh media
pembelajaran di SD untuk struktur organ-organ dalam tubuh manusia haruslah
tidak serumit media pembelajaran untuk siswa SMP dan SMA. Media
pembelajaran yang sering digunakan untuk materi ini misalnya torso (model 3
dimensi) atau gambar. Walaupun sama-sama menggunakan gambar atau torso,
tetapi tingkat kerumitan (kompleksitas) gambar dan torso harus dibedakan.
Media pembelajaran di SD tentunya tidak boleh serinci media pembelajaran
untuk
siswa
SMP
dan
SMA.
Jika tingkat kerumitan dan kompleksitas media pembelajaran tidak disesuaikan
dengan taraf berpikir siswa maka bisa berakibat siswa bukannya makin mudah
memahami, alih-alih semakin bingung dan tidak fokus pada tujuan dan materi
pembelajaran hingga tidak dapat memperoleh hasil pembelajaran yang
diharapkan.
Interaktivitas Media Pembelajaran
Prinsip ketiga yang harus diperhatikan dalam pemilihan media dalam
pembelajaran di kelas adalah interaktivitas. Seberapa besar kemungkinan siswa
dapat berinteraksi dengan media pembelajaran? Makin interaktif media, makin

bagus media pembelajaran itu karena lebih mendorong siswa untukterlibat aktif
dalam belajar.. Misalnya, saat mengajar materi tentang operasi hitung bilangan
bulat, contoh media dalam pembelajaran di SD yang dapat digunakan adalah
video tentang bagaimana cara melakukan operasi hitung bilangan bulat atau
guru dapat juga menggunakan media pembelajaran multimedia interaktif
pembelajaran mandiri tentang operasi hitung bilangan bulat. Bila siswa
diberikan tontonan video, tentunya interaksi yang terjadi antara siswa dengan
media pembelajaran hanya satu arah saja: dari media ke siswa. Sedangkan bila
menggunakan media pembelajaran berbentuk multimedia interaktif yang
dioperasikan pada sebuah komputer, maka interaksi siswa dengan media tentu
lebih tinggi. Dalam hal ini, maka media yang paling cocok untuk dipilih adalah
media pembelajaran dalam bentuk multimedia interaktif.
Ketersediaan Media Pembelajaran
Guru boleh saja berangan-angan menggunakan media pembelajaran yang
sangat efektif untuk mencapai tujuan pembelajaran, sesuai dengan materi
pelajaran, dan interaktivitasnya tinggi. Tetapi jika media yang sedemikian tidak
tersedia, tentu juga sia-sia. Media yang dipilih saat merancang pembelajaran
secara logis sudah tersedia di sekolah, atau paling tidak bila tidak dimiliki
masih dapat diperoleh dengan mudah, misalnya dengan meminjam atau
membuat sendiri. Jumlah media yang akan digunakan juga harus
diperhitungkan dengan jumlah siswa di kelas. Bila media pembelajaran
digunakan bukan secara klasikal, tetapi secara berkelompok atau individual,
maka jumlah media pembelajaran yang tersedia harus mencukupi.
Minat Siswa Terhadap Media Pembelajaran
Penting sekali bagi guru untuk memperhatikan prinsip pemilihan media
yang satu ini: minat siswa.Sebuah media pembelajaran sangat berpengaruh
pada minat siswa. Ada media-media pembelajaran yang dapat membangkitkan
minat siswa jauh lebih baik bila dibanding menggunakan media pembelajaran
lain. Misalnya, pada pembelajaran Bahasa Indonesia contoh media
pembelajaran di SD yang digunakan untuk mengajarkan jenis-jenis kata (kata
sifat, kata benda dan kata kerja) guru dapat menggunakan kartu-kartu
berukuran 10 x 8 cm. Kartu-kartu yang hanya memuat contoh kata yang harus
diidentifikasi siswa apakah merupakan kata kerja, kata benda, atau kata sifat
tentu kurang menarik bila dibandingkan dengan kartu-kartu serupa tetapi
memiliki variasi berupa ditambahkannya gambar-gambar kartun yang familiar
dengan siswa terkait kata yang ditulis pada kartu tersebut dengan warna-warna
yang semarak.

Kartu mana yang lebih menarik buat siswa?


Kemampuan Guru Menggunakan Media Pembelajaran
Sebagus apapun media, misalnya media pembelajaran interaktif berbasis
komputer, tentu tidak akan efektif bila guru sendiri memiliki keterbatasan
dalam hal kemampuan menggunakannya. Media pembelajaran yang dipilih
harus dapat digunakan oleh guru dengan baik. Sebenarnya kendala kemampuan
guru dalam mengoperasikan suatu media pembelajaran dapat saja diatasi
apabila guru yang bersangkutan memiliki kemauan untuk belajar menggunakan
media pembelajaran tersebut.
Alokasi Waktu
Isu ketersediaan waktu dalam pembelajaran memang sangat krusial. Guru
selalu dikejar waktu untuk menyelesaikan tuntutan kurikulum. Oleh karena itu,
penggunaan media pembelajaran yang notabene efektif untuk mencapai tujuan
pembelajaran, mempunyai relevansi yang baik dengan materi pelajaran, dan
berbagai kelebihan lainpun kadang-kadang terpaksa harus dikesampingkan
bilamana alokasi waktu menjadi pertimbangan yang penting. Akan tetapi
ketersediaan waktu seringkali bisa disiasati dengan berbagai cara berdasarkan
pengalaman yang telah dimiliki oleh guru.
Fleksibelitas (kelenturan) Media Pembelajaran
Prinsip pemilihan media pembelajaran berikutnya adalah fleksibelitas.
Media pembelajaran yang dipilih oleh guru untuk kegiatan belajar mengajar di
kelasnya seharusnya memiliki fleksibelitas yang baik. Media pembelajaran itu
dikatakan mempunyai fleksibelitas yang baik apabila dapat digunakan dalam
berbagai situasi. Kadangkala, saat proses pembelajaran berlangsung terjadi
perubahan situasi yang berakibat tidak dapat digunakannya suatu media
pembelajaran. Contoh media pembelajaran yang menggunakan sumber energi

untuk pengoperasiannya kadangkala justru dapat menghambat kegiatan


pembelajaran yang sedang berlangsung bila aliran listrik mati.
Keamanan Penggunaan Media Pembelajaran
Bagi anak-anak SD atau TK, kadangkala guru harus hati-hati memilih
media pembelajaran. Ada media pembelajaran yang kalau tidak hati-hati dalam
penggunaannya dapat mengakibatkan kecelakaan atau siswa terluka. Media
pembelajaran yang dipilih haruslah media pembelajaran yang aman bagi
mereka sehingga hal-hal yang tidak diinginkan saat kegiatan pembelajaran
sedang berlangsung tidak terjadi.Contoh media pembelajaran di SD yang
kurang aman misalnya penggunaan alat-alat yang mudah terbakar, tajam
(mudah melukai) atau panas, atau bahan-bahan kimia bersifat korosif.
Kualitas Teknis Media Pembelajaran
Media pembelajaran, seringkali harus dirawat dengan dengan baik.
Perawatan media pembelajaran dapat mempengaruhi kualitas teknis media.
Kualitas teknis media pembelajaran juga dapat ditentukan oleh kualitas
produksi media oleh suatu produsen. Jika di sekolah tersedia media
pembelajaran yang sejenis tetapi diproduksi oleh beberapa produsen, maka
sebaiknya guru memilih yang sekiranya memiliki kualitas teknis terbaik, misal
dari segi keterbacaan tulisan atau gambar, komposisi warna, ketelitian alat, dan
sebagainya.
h. Prosedur pengembangan media pembelajaran
1)

Menganalisis kebutuhan dan karakteristik siswa


Kebutuhan dalam proses belajar mengajar adalah kesenjangan antara apa
yang dimiliki siswa dengan apa yang diharapkan. Contoh jika kita
mengharapkan siswa dapat melakukan sholat dengan baik dan benar, sementara
mereka baru bisa takbir saja, maka perlu dilakukan latihan untuk ruku, sujud,
dan seterusnya.
Setelah kita menganalisis kebutuhan siswa, maka kita juga perlu menganalisis
karakteristik siswanya, baik menyangkut kemampuan pengetahuan atau
keterampilan yang telah dimiliki siswa sebelumnya. Cara mengetahuinya bisa
dengan tes atau dengan yang lainnya. Langkah ini dapat disederhanakan
dengan cara mengenalisa topic-topik materi ajar yang dipandang sulit dan
karenanya memerlukan bantuan media. Pada langkah ini sekaligus pula dapat
ditentukan ranah tujuan pembelajaran yang hendak dicapai, termasuk
rangsangan indera mana yang diperlukan (audio, visual, gerak atau diam).
contoh melakukan identifikasi kebutuhan dan karakteristik siswa:
Siswa MI diharapkan sudah berprilaku hidup sehat dengan rajin menggosok

gigi, membuang sampah pada tempatnya, mandi 2 kali sehari, selalu


berpakaian rapih dan tidak jajan sembarangan. namun dalam kenyataannya
tidak sesuai dengan harapan. dengan demikian terjadi kebutuhan bagaimana
meningkatkan sikap siswa untuk hidup bersih.
Adanya kebutuhan tersebut seyogyanya menjadi dasar pijakan dalam membuat
media pembelajaran, sebab dengan dorongan kebutuhan inilah media dapat
berfungsi dengan baik. dan media yang digunakan siswa, haruslah relevan
dengan kemampuan yang dimiliki siswa.
2) Merumuskan tujuan intruksional (Instructional objective) dengan
operasional dan khas
Tujuan merupakan sesuatu yang sangat penting dalam kehidupan kita.
Tujuan dapat memberikan arah tindakan yang kita lakukan. Dalam proses
belajar mengajar, tujuan instruksional merupakan faktor yang sangat penting.
Tujuan dapat memberikan arah kemana siswa akan pergi, bagaimana ia harus
pergi kesana, dan bagaimana ia tahu bahwa telah sampai ke tempat tujuan.
Tujuan ini merupakan pernyataan yang menunjukkan perilaku yang harus
dapat dilakukan siswa setelah ia mengikuti proses instruksional tertentu. Untuk
dapat merumuskan tujuan instruksional dengan baik, ada beberapa ketentuan
yang harus diingat, yaitu:
a.
Tujuan instruksional harus berorientasi kepada siswa. Artinya tujuan
instruksional itu benar-benar harus menyatakan adanya prilaku siswa yang
dapat dilakukan atau diperoleh setelah proses belajar dilakukan.
b.
Tujuan harus dinyatakan dengan kata kerja yang operasional, artinya kata
kerja itu menunjukkan suatu prilaku/perbuatan yang dapat diamati atau diukur.
Beberapa contoh dari kategori kata operasional adalah sebagai berikut:
Kata Kerja Operasional
Mengidentifikasikan
Menyebutkan
Menunjukkan
Memilih
Menjelaskan
Menguraikan
Merumuskan
Menyimpulkan
Mendemostrasikan
Membuat
Menghitung
Menunjukkan

Kata Kerja tidak Operasional


Mengerti
Memahami
Menghargai
Menyukai
Mempercayai
Dan lain-lain

Kata Kerja Operasional


Menemukan
Membedakan, dll

Kata Kerja tidak Operasional

Sebuah tujuan pembelajaran hendaknya memiliki empat unsur pokok yang


dapat kita akronimkan dalam ABCD (Audience, Behavior, Condition, dan
Degree).Penjelasan dari masing-masing komponen tersebut sebagai berikut:
A=
B=
C=

D=

Audience adalah menyebutkan sasaran/audien yang dijadikan


sasaran pembelajaran
Behavior adalah menyatakan prilaku spesifik yang diharapkan
atau yang dapat dilakukan setelah pembelajaran berlangsung
Condition adalah menyebutkan kondisi yang bagaimana atau
dimana sasaran dapat mendemonstrasikan kemampuannya atau
keterampilannya
Degree adalah menyebutkan batasan tingkatan minimal yang
diharapkan dapat dicapai.

Contoh Rumusan Tujuan Pembelajaran:


Setelah
mengikuti
praktek
sholat, siswa
MI dapat mempraktekkannya
(C)
(A)
(sholat) dengan benar
(D)

kelas

(B)

Siswa kelas VI SD dapat menyebutkan pulau-pulau besar yang ada di


(A)
(B)
Indonesia dengan benar
(D)

3) Merumuskan butir-butir materi secara terperinci yang mendukung


tercapainya tujuan
Penyusunan rumusan butir-butir materi adalah dilihat dari sub kemampuan
atau keterampilan yang dijelaskan dalam tujuan khusus pembelajaran, sehingga
materi yang disusun adalah dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan
dari kegiatan proses belajar mengajar tersebut. Setelah daftar butir-butir materi
dirinci maka langkah selanjutnya adalah mengurutkannya dari yang sederhana

sampai kepada tingkatan yang lebih rumit, dan dari hal-hal yang konkrit
kepada yang abstrak.
Contoh Rumusan Butir-butir Materi dari Rumusan Tujuan
Pembelajaran di atas:
1.
Praktek Sholat
2.
Nama Pulau-pulau besar yang ada di Indonesia
4)

Mengembangkan alat pengukur keberhasilan


Alat pengukur keberhasilan seyogyanya dikembangkan terlebih dahulu
sebelum naskah program ditulis. Dan alat pengukur ini harus dikembangkan
sesuai dengan tujuan yang akan dicapai dan dari materi-materi pembelajaran
yang disajikan. Bentuk alat pengukurnya bisa dengan tes, pengamatan,
penugasan atau cheklist prilaku.
Instrumen tersebut akan digunakan oleh pengembang media, ketika
melakukan tes uji coba dari program media yang dikembangkannya. Misalkan
alat pengukurnya tes, maka siswa nanti akan diminta mengerjakan materi tes
tersebut. Kemudian dilihat bagaimana hasilnya. Apakah siswa menunjukkan
penguasaan materi yang baik atau tidak dari efek media yang digunakannya
atau dari materi yang dipelajarinya melalui sajian media. Jika tidak maka
dimanakah letak kekurangannya. Dengan demikian, maka siswa dimintai
tanggapan tentang media tersebut, baik dari segi kemenarikan maupun
efektifitas penyajiannya.
Sebagai salah satu contoh tentang alat pengukur keberhasilan dari media
yang dikembangkan oleh guru adalah sebagai berikut:
Rumusan Tujuan
Siswa dapat
menyebutkan minimal 5
pulau besar yang ada di
Indonesia dengan benar
Siswa kelas VI MI dapat
mempraktekkan
tata
cara sholat dengan benar

Rumusan Materi
Alat Pengukur (Tes)
Nama-nama pulau Sebutkan minimal 5
Besar yang ada di nama-nama
pulau
Indonesia
besar yang ada di
Indonesia
Tata Cara Sholat
- Sebutkan bacaan
ketika Ruku, Itidal
dan Sujud
Tunjukkan gerakan
ruku dan Itidal

Dari contoh di atas, jelaslah bahwa penyusunan alat ukur keberhasilannya


harus berdasar dari rumusan tujuan dan materi pembelajaran yang akan
diajarkan melalui media pembelajaran tersebut.

5)

Menulis naskah media

Naskah media adalah bentuk penyajian materi pembelajaran melalui media


rancangan yang merupakan penjabaran dari pokok-pokok materi yang telah
disusun secara baik seperti yang telah dijelaskan di atas. Supaya materi
pembelajaran itu dapat disampaikan melalui media, maka materi tersebut perlu
dituangkan dalam tulisan atau gambar yang kita sebut naskah program media.
Naskah program media maksudnya adalah sebagai penuntun kita dalam
memproduksi media. Artinya menjadi penuntut kita dalam mengambil gambar
dan merekam suara. Karena naskah ini berisi urutan gambar dan grafis yang
perlu diambil oleh kamera atau bunyi dan suara yang harus direkam. Dalam
teknis penulisannya, naskah tersebut dilakukan melalui tahapan-tahapan.
Tahapan dalam pembuatan atau penulisan naskah adalah berawal dari adanya
ide dan gagasan yang disesuaikan dengan tujuan pembelajaran. selanjutnya
pengumpulan data dan informasi, penulisan sinopsis dan treatment, penulisan
naskah, pengkajian naskah atau revisi naskah, revisi naskah sampai naskah siap
diproduksi.
Ada beberapa macam bentuk naskah program media, namun pada
prinsipnya mempunyai maksud yang sama, yaitu sebagai penuntun dan usaha
memproduksi media pembelajaran. Naskah program media terdiri dari urutan
gambar, caption atau grafis yang perlu diambil dengan alat kamera dan suara
atau bunyi yang diambil dengan alat perekam suara. Lembaran naskah tersebut
dibagi menjadi dua kolom, di sebelah kiri terdiri dari gambar, caption atau
grafis. Sedangkan di sebelah kanan berisi narasi atau percakapan yang dibaca
narator atau pelaku, dan suara lain yang diperlukan.
Petunjuk praktis untuk menulis naskah narasi:
a) Tulisan singkat, padat dan sederhana
b) Tulisan seperti menulis judul berita, pendek dan tepat, berirama dan
mudah diingat
c) Tulisan tidak harus berupa kalimat yang lengkap
d) Pikirkan frase yang dapat melengkapi visual dan tuntun siswa kepada halhal yang penting
e) Hindari istilah teknis, kecuali jika istilah itu diberi batasan atau
digambarkan
f)
Tulisan dalam kalimat aktif
g)
Usahakan setiap kalimat tidak lebih dari 15 kata. diperkirakan dalam
setiap kalimat memakan waktu satu tayangan visual kurang dari 10 detik
h) setelah menulis narasi, baca narasi itu dengan suara keras
i)
Edit dan revisi naskah narasi itu sebagaimana perlunya

6)

Mengadakan penilaian (evaluasi media) dan revisi

Penilaian media adalah kegiatan untuk menguji atau mengetahui tingkat


efektifitas dan kesesuaian media yang dirancang dengan tujuan yang
diharapkan dari program tersebut. Sesuatu program media yang oleh
pembuatnya dianggap telah baik, tetapi bila program itu tidak menarik, atau
sukar dipahami atau tidak merangsang proses belajar bagi siswa yang
ditujunya, maka program semacam ini tentu saja tidak dikatakan baik.
Evalusi media pembelajaran adalah suatu tindakan proses atau kegiatan
yang dilaksanakan dengan maksud untuk menentukan nilai dari segala media
atau alat yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar. Penilaian ini
dimaksudkan untuk mengetahui apakah media yang dibuat tersebut dapat
mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan atau tidak.
Dalam melakukan evaluasi terhadap media pembelajaran, pertanyaan
pokok yang sering muncul adalah apa yang harus dievaluasi. Ini berarti, setiap
evaluator untuk melihat kembali fungsi dan prinsip penggunaan media.
Dalam melakukan evaluasi terhadap media pembelajaran, aspek psikologis
perlu dipertibangkan. Sebab aspek psikologis inilah yang membuat orang
memiliki gaya belajar berbeda. Menurut Michael Gardner ada tiga gaya belajar
yang dimiliki manusia yakni: gaya belajar visual (belajar dengan cara melihat),
gaya belajar audiotorial (belajar dengan cara mendengar) dan gaya belajar
kinestetik (belajar dengan cara bergerak, bekerja dan menyentuh).
Tes atau uji coba tersebut dapat dilakukan baik melalui perseorangan atau
melalui kelompok kecil atau juga melalui tes lapangan, yaitu dalam proses
pembelajaran yang sesungguhnya dengan menggunakan media yang
dikembangkan. Sedangkan revisi adalah kegiatan untuk memperbaiki hal-hal
yang dianggap perlu mendapatkan perbaikan atas hasil dari tes.
Apabila dikaitkan dengan tujuan evaluasi sebagaimana yang telah
dikemukakan, maka ada berbagai jenis evualuasi terhadap media pembelajaran.
Berdasarkan prosesnya, evaluasi media ini terdiri dari evaluasi formatif dan
evaluasi sumatif.
Evaluasi formatif adalah proses yang dimaksudkan untuk mengumpulkan
data tentang efektifitas dan efisien bahan-bahan pembelajaran (dalam hal ini
medianya) untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Data-data tersebut
dimaksudkan untuk memperbaiki dan menyempurnakan media yang
bersangkutan agar lebih efektif dan efisien.
Dalam bentuk finalnya, setelah media tersebut diperbaiki dan
disempurnakan, maka data akan dikumpulkan untuk menentukan apakah media
tersebut patut digunakan dalam situasi-situasi tertentu atau media tersebut

benar-benar efektif seperti yang dilaporkan. Jenis evaluasi inilah yang


kemudian disebut dengan evaluasi sumatif.
i. Evaluasi media pembelajaran adalah suatu proses atau kegiatan untuk
mengetahui apakah media yang digunakan dalam proses belajar-mengajar
tersebut dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan atau tidak.
Ada 3 tahapan dalam mengevaluasi atau menilai suatu media pembelajaran
diantaranya adalah :
a)

Evaluasi satu lawan Satu


Pada tahap ini seorang designer memiilih beberapa orang siswa (tidak
lebih dari tiga orang) yang dapat mewakili populasi target dari media yang
dibuat. Sajikan media tersebut kepada mereka secara individual. Kalau media
itu didesain untuk belajar mandiri, biarkan siswa mempelajarinya, sementara
pengembang (developer) mengamatinya. Kedua orang siswa yang telah dipilih
tersebut hendaknya satu orang dari populasi target yang berkemampuan yang
umumnya sedikit di bawah rata-rata dan satu orang lagi diatas rata-rata.
Dengan kata lain, dalam menentukan kelompok ini variasi kemampuan
akademis populasi target dipertimbangkan.
b)

Evaluasi kelompok kecil


Pada tahap ini media perlu dicobakan kepada 10-12 orang siswa yang
dapat mewakili populasi target. Jumlah 10 merupakan jumlah minimal, sebab
kalau kurang dari jumlah tersebut data yang diperoleh kurang dapat
menggambarkan populasi target. Sabaliknya jika lebih dari 12, data atau
informasi melebihi yang diperlukan, akbibatnya kurang bermanfaat untuk
dianalisis dalam kelompok kecil.
Siswa yang dipilih dalam kegiatan ini hendaknya mencerminkan karakteristik
populasi.Usahakan sampel tersebut terdiri dari siswa-siswa yang kurang
pandai, sedang, dan pandai, laki-laki dan perempuan, berbagai usia dan latar
belakang.
c)

Evaluasi Lapangan
Evaluasi lapangan adalah tahap akhir dari evaluasi formatif yang perlu
dilakukan. Evaluasi lapangan diusahakan situasinya semirip mungkin dengan
situasi sebenarnya. Setelah melalui dua tahap evaluasi di atas tentulah media
yang dibuat sudah mendekatki kesempurnaan. Namun dengan hal itu masih
harus dibuktikan. Melalui evaluasi lapangan inilah, kebolehan media yang kita
buat itu diuji. Dalam melakukan evaluasi lapangan seorang designer memilih
sekitar 30 orang siswa sambil memperhatikan beragam karakteristik seperti

kepandaian, kelas sosial, latar belakang, jenis kelamin, usia, kemajuan belajar,
dan lain sebagainya sesuai dengan karakteristik sasaran.
Jika semua langkah-langkah tersebut telah dilakukan dan telah dianggap tidak
ada lagi yang perlu direvisi, maka langkah selanjutnya adalah media tersebut
siap untuk diproduksi. akan tetapi bisa saja terjadi setelah dilakukan produksi
ternyata setalah disebarkan atau disajikan ada beberapa kekurangan dari aspek
materi atau kualitas sajian medianya (gambar atau suara) maka dalam kasus
seperti ini dapat pula dilakukan perbaikan (revisi) terhadap aspek yang
dianggap kurang. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan kesempurnaan dari
media yang dibuat, sehingga para penggunanya akan mudah menerima pesanpesan yang disampaikan melalui media tersebut.
Jika semua langkah-langkah tersebut telah dilakukan dan telah dianggap tidak
ada lagi yang perlu direvisi, maka langkah selanjutnya adalah media tersebut
siap untuk diproduksi. akan tetapi bisa saja terjadi setelah dilakukan produksi
ternyata setalah disebarkan atau disajikan ada beberapa kekurangan dari aspek
materi atau kualitas sajian medianya (gambar atau suara) maka dalam kasus
seperti ini dapat pula dilakukan perbaikan (revisi) terhadap aspek yang
dianggap kurang. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan kesempurnaan dari
media yang dibuat, sehingga para penggunanya akan mudah menerima pesanpesan yang disampaikan melalui media tersebut.
2. a. Jenis-jenis media pembelajaran berdasarkan indera yang digunakan
a.Media audio.
Media Audio (media dengar) adalah media yang isi pesannya hanya
diterima melalui indera pendengaran. Dengan kata lain, media jenis ini hanya
melibatkan indera dengar dan memanipulasi unsur bunyi atau suara semata.
Alat-alat yang termasuk kategori media audio adalah CD (Compact Disc), MP3
(MPEG Audio Layer 3), WAV (Waveform audio format), Radio, Kaset Pita,
alat perekam pita megnetik, piringan bersuara, dan Laboratorium bahasa.
b.Media visual
Media visual adalah media yang bisa dilihat, dibaca dan diraba. Media ini
mengandalkan indra penglihatan dan peraba. Berbagai jenis media ini sangat
mudah untuk didapatkan. Contoh media yang sangat banyak dan mudah untuk
didapatkan maupun dibuat sendiri. Contoh: media foto, gambar, komik,
gambar tempel, poster, majalah, buku, miniatur, alat peraga dan sebagainya.
c.Media audio visual
Media audio-visual adalah seperangkat alat yang dapat memproyeksikan
gambar bergerak dan bersuara (Sanaky, 2010:105). Teknologi audio-visual
merupakan cara menghasilkan atau menyampaikan materi mengunakan mesin-

mesin mekanis dan elektronik, untuk menyajikan pesan-pesan audio dan visual
(Cecep dan Bambang , 201:34). Paduan antara gambar dan suara membentuk
karakter sama dengan obyek aslinya. Alat alat yang termasuk kategori media
audio- visual adalah Televisi, VCD, sound slide, dan film
b. Jenis-jenis medie berdasarkan jenis pesan yang disampaikan
a. Media cetak.
Media pembelajaran berbasis teks cetak (print out) adalah berbagai media
penyampai pesan pembelajaran di mana padanya terkandung teks (bacaan) dan
ilustrasi-ilustrasi pendukungnya. Berbagai bentuk media pembelajaran jenis ini
contohnya: buku teks pembelajaran, majalah, buku kerja, LKS, guntingan
koran; majalah, leaflet, brosur, dan sebagainya.
b. Media non cetak.
Jenis bahan ajar noncetak di antaranya adalah OHT, audio, slide, video
dan komputer.
Kelebihan bahan ajar noncetak secara umum adalah:
a) dapat menggambarkan gerakan, keterkaitan, dan memberikan dampak
terhadap topik yang dibahas,
b) dapat dikombinasikan antara gambar dengan gerakan, serta
c) fleksibel dan mudah diadaptasi.
Kekurangan bahan ajar noncetak secara umum adalah:
a) pada umumnya membutuhkan alat khusus untuk menggunakannya,
b) tidak kompatibel antarjenis yang ada, serta
c) aliran informasi yang disampaikan sangat fixed.
c. Media grafis.
Media grafis adalah media pandang dua dimensi (bukan fotografik) yang
dirancang secara khusus untuk mengkomunikasikan pesan-pesan pendidikan.
Unsur-unsur yang terdapat dalam media grafis ini adalah gambar dan tulisan.
Media ini dapat digunakan untuk mengungkapkan fakta atau gagasan melalui
penggunaan kata-kata, angka serta bentuk simbol (lambang). Bila Anda akan
menggunakan media grafis ini Anda harus memahami dan mengerti arti
simbol-simbolnya, sehingga media ini akan lebih efektif untuk menyajikan isi
tema kepada anak. Karakteristik media ini yaitu sederhana, dapat menarik
perhatian, murah dan mudah disimpan dan dibawa.

Macam-macam media grafis antara lain:


1) Diagram
Diagram adalah suatu gambaran-gambaran sederhana untuk
memperlihatkan hubungan timbal balik berupa garis-garis diagram yang sangat
sederhana yakni hanya bagian-bagian terpenting saja yang diperlihatkan.
2) Grafik
Grafik adalah suatu grafis yang menggunakan titik-titik atau garis untuk
menyampaikan informasi statistik yang saling berhubungan.
3) Poster
Poster merupakan kombinasi visualisasi yang kuat dengan warna dan
pesan dengan maksud untuk menangkap perhatian orang yang sedang melintas.
4) Kartun
Kartun digambarkan dalam bentuk lukisan atau karikatur tentang orang,
gagasan atau situasi yang didesain untuk mempengaruhi opini masyarakat.
5) Komik
Komik merupakan suatu bentuk kartun yang mengungkapkan karakter dan
memerankan suatu berita dalam urutan yang erat dihubungkan dengan gambar
dan di rancang untuk memberikan hiburan pada pembaca.
6) Gambar
Media grafis paling umum digunakan dalam kegiatan belajar mengajar, karena
merupakan bahasa yang umum dan mudah dimengerti oleh peserta didik.
7) Bagan
Bagan merupakan media yang berisi tentang gambar-gambar keteranganketerangan, daftar-daftar dan sebagainya.
Karakteristik media dapat dilihat menurut kemampuan membangkitkan
rangsangan indera penglihatan, pendengaran, perabaan, pengecapan, maupun
penciuman atau kesuaiannya dengan tingkatan hierarki belajar. Untuk tujuan
praktis,karakteristik beberapa jenis media lazim digunakan dalam kegiatan
belajar mengajar.

d. Media non grafis adalah media yang tidak menyajikan fakta, ide atau
gagasan melalui penyajian kata-kata, kalimat, angka-angka, dan
simbol/gambar, namun media non grafis ini disajikan melalui suara.
c. Jenis-jenis media pembelajaran berdasarkan asal media
1) Dibuat guru, artinya media pembelajaran ini dibuat langsung oleh pendidik
peserta didik. Misalnya guru membuat sebuah animasi mngenai fenomena
tsunami sendiri.
2) Diproduksi pabrik, artinya media pembelajaran ini di produksi secara masal
untuk semua orang. Misalnya media alat peraga yaitu alat peraga tengkorak
manusia yang digunakan dalam pembelaajaran biologi.
3) Sudah tersedia dilingkungan kita, artinya media ini tinggal kita gunakan saja
sebagai media pengalaman langsung. Misalnya kita mengadakan karya
wisata ke tempat persawahan media untuk bersawah suda ada tinggal kita
mempraktikkan cara-cara bercocok tanam yang benar.
4) Media asli, merupakan spesimen yang masih hidup (akuarium, kebun
binatang, kebun laboratorium, dll)
Spesimen yang sudah mati (herbarium, hewan yang sudah diawetkan),
spesimen dari bend tidak hidup (batu batuan, mineral dll), benda mati
yang bukan makhluk hidup (mobil, kereta api dll)
5) Media model (tiruan dari benda benda) yaitu bentuk tiruan dari benda
benda mati yang karena sesuatu hal tidak dapat ditunjukkan aslinya
(misalnya benda itu terlalu besar maka dibuat monsternya, demikian
sebaliknya).
d. Jenis-jenis media berdasarkan kesiapan dalam penggunaan.
1) Media jadi, yaitu media yang sudah ada di pasaran tinggal kita gunakan,
biasanya berupa gambar, kaset, video, film.
2) Media rancangan, yaitu media yang khusus dirancang jika kita mau
menggunakannya saja. Misalnya d kimia yaitu model-model atom &
molekul. Jika kita beli bahan-bahan untuk membuatnya kita rancang model
itu sehingga menyerupai model-model molekul yang ada. Di mana pada
waktu beli di pasaran masih harus dirancang.

e. Jenis-jenis media berdasarkan sasaran pencapaian.


1) Media jangkauan terbatas (tape), artinya pada alat perekam pita
magnetik atau
kaset tape
recorder adalah

media yang menyajikan pesannya melalui proses perekaman kaset audio.


Tidak seperti radio yang menggunakan gelombangelektromagnetik sebagai
alat pemancarannya.
2) Media jangkauan yang luas (radio, pers), artinya pada radio adalah media

audio uang penyampaian pesannya dilakukan melalui pancaran


gelombang elektromagnetik dari suatu pemancar. Pemberi pesan (penyiar)
secara langsung dapat mengkomunikasikan pesan atau informasi melalui
suatu
alat (microfon) yang kemudian
diolah
dan
dipancarkan
ke segenap penjuru melalui gelombangelektromagnetik dan penerima
pesan (pendengar) menerima pesan atauinformasi tersebut dari pesawat
radio di rumah-rumah atau para siswamendengarkannya di kelas-kelas.

3. Karateristik dari setiap jenis media (pada nomor 2)


Untuk mengklasifikasikan dan karakteristik

media pembelajaran itu

tergantung dari beberapa segi atau pandangan menurut indera yang


menggunakan, jenis pesan, sasaran, tenaga pembangkit media, asal - usul
media, bentuk dan lain lain. Yang terpenting dalam penggunaan media dapat
membentuk mempermudah pembelajaran agar lebih efektif dan efisien.
1. Berdasarkan indera yang akan menggunakan, maka media dapat dibedakan
menjadi 3 (tiga) yaitu:
a. Media audio yang dapat hanya didengar oleh telinga
b. Media visual yang dapat dilihat oleh mata
c. Media audiovisual yaitu media yang dapat didengar dan dilihat.
2. Berdasarkan jenis pesan yang akan disampaikan dapat dibedakan menjadi 4
(empat):
a. Media cetak
b. Media non cetak
c. Media grafis
d. Media non grafis)

3. Berdasarkan asal usul dari media itu sendiri


1) Dibuat guru, artinya media pembelajaran ini dibuat langsung oleh
pendidik peserta didik. Misalnya guru membuat sebuah animasi
mngenai fenomena tsunami sendiri.
2) Diproduksi pabrik, artinya media pembelajaran ini di produksi secara
masal untuk semua orang. Misalnya media alat peraga yaitu alat peraga
tengkorak manusia yang digunakan dalam pembelaajaran biologi.
3) Sudah tersedia dilingkungan kita, artinya media ini tinggal kita gunakan
saja sebagai media pengalaman langsung. Misalnya kita mengadakan
karya wisata ke tempat persawahan media untuk bersawah suda ada
tinggal kita mempraktikkan cara-cara bercocok tanam yang benar.
4) Media asli, merupakan spesimen yang masih hidup (akuarium, kebun
binatang, kebun laboratorium, dll)
Spesimen yang sudah mati (herbarium, hewan yang sudah diawetkan),
spesimen dari bend tidak hidup (batu batuan, mineral dll), benda mati
yang bukan makhluk hidup (mobil, kereta api dll)
5) Media model (tiruan dari benda benda) yaitu bentuk tiruan dari benda
benda mati yang karena sesuatu hal tidak dapat ditunjukkan aslinya
(misalnya benda itu terlalu besar maka dibuat monsternya, demikian
sebaliknya).
4.Berdasarkan jangkauan dan sasaran media, yaitu:
a. Media yang jangkauannya terbatas (tape, ved dll)
b. Media yang jangkauannya luas (radio, TV, Pers, dll).
5. Kesiapan dalam penggunaannya
Media Jadi dan Media Rancangan
Ditinjau dari kesiapan pengadaannya media dikelompokkan dalam dua jenis,
yaitu media jadi karena sudah merupakan komoditi perdagangan dan terdapat
di pasaran luas dalam keadaan siap pakai (media by utilization), dan media
rancangan karena perlu dirancang dan dipersiapkan secara khusus untuk
maksud atau tujuan pembelajaran tertentu (media by design). Masing-masing
jenis media ini mempunyai kelebihan dan keterbatasan. Kelebihan dari media
jadi adalah hemat dalam waktu, tenaga dan biaya untuk
pengadaannya.Sebaliknya mempersiapkan media yang dirancang secara khusus
untuk memenuhi kebutuhan tertentu akan memeras banyak waktu, tenaga

maupun biaya karena untuk mendapatkan keandalan dan kesahihannya


diperlukan serangkaian validisasi prototipnya. Kekurangan dari media jadi
ialah kecilnya kemungkinan untuk mendapatkan media jadi yang dapat
sepenuhnya sesuai dengan tujuan atau kebutuhan pembelajaran setempat.
6. Berdasarkan sasaran pencapaiannya
Berdasarkan sasarannaya,yaitu :
a.Media jangkauan terbatas (tape).
b.Media jangkauan yang luas (radio, pers).

4. Lima contoh tulisan tentang produk media :


1) Grafik
Dalam bidang pendidikan, penggunaan grafik sebagai media pengajaran
telah lama digunakan untuk menyalurkan maklumat (Jamalludin & Zaidatun).
Penekananterhadap penggunaan bahan grafik dalam kaedah pengajaran
tradisional bertujuan untuk meningkatkan proses pengajaran dan pembelajaran
(Yusup). Penggunaan grafik dalam PBK dapat menyampaikan maklumat
dengan lebih berkesan kerana segala bentuk mesej yang diterima oleh manusia
melalui penglihatan mempunyai daya ketahanan serta daya ingatan yang lebih
tinggi (Jamalludin, Baharuddin & Zaidatun) sekiranya direka bentuk dengan
tepat (Alesandrini). Selain itu, penggunaan grafik sama ada grafik statik atau
grafik animasi dalam PBK untuk menjadikan konsep dan idea lebih mudah
difahami dan diingat (ChanLin & Chan). Kajian secara intensif penggunaan
grafik dalam pembelajaran berlaku antara tahun 1960-an dan 1980-an.
Kelebihan maklumat berbentuk imej atau grafik, grafik dan teks berbanding
hanya maklumat perkataan apabila dikod dalam memori mengikut Paivio ialah:
a. Maklumat grafik lebih mudah untuk diingat kembali daripada maklumat
perkataan.
b. Kewujudan kedua-dua kod (iaitu grafik dan perkataan) meningkatkan
kemungkinan mengingat kembali kerana jika salah satu kod hilang dari memori
tetapi satu kod lagi masih ada.
c. Ingatan meningkat apabila grafik dipersembahkan dan digabungkan dengan
teks.
d. Maklumat dapat disimpan lebih lama dalam bentuk imej atau grafik daripada
maklumat berbentuk perkataan.
Penggunaan grafik banyak membantu pemahaman bagi pengajaran
berbentuk abstrak yang sukar difahami oleh pelajar (Taylor), konsep yang tidak
dapat diterangkan dengan teks (Rozinah), tajuk yang sukar (Gropper) dan
memudahkan proses ingat kembali (Alessi & Trollip). Malah Sponder &
Hilgenfeld lebih optimis penggunaan grafik dengan berpendapat grafik boleh
digunakan untuk menjelaskan hampir sebarang fakta, konsep atau prosedur.
Penggunaan grafik membolehkan maklumat disampaikan dengan pantas serta
disimpan dalam ingatan untuk tempoh yang lama (Jamalludin & Zaidatun).
Kajian turut mendapati grafik lebih baik berbanding teks untuk mengingat
konsep konkrit (Rieber).Walaupun penggunaan grafik pada umumnya didapati
mampu mempengaruhi pembelajaran, namun penggunaan grafik dalam

pengajaran perlu mengambil kira kesesuaian peranan grafik dan objektif yang
ingin dicapai. Grafik patut digunakan untuk tujuan pengajaran dan bukan
hiasan (Norhashim, Mazenah & Rose Alinda). Grafik akan membantu
pembelajaran sekiranya grafik tersebut berkait dan kongruen dengan bahan
teks tetapi grafik akan mengganggu pembelajaran dan menjemukan sekiranya
tidak berkait dengan teks, terlalu kompleks dan berlebihan, semata-mata
perhiasan atau untuk menghasilkan kesan yang menarik (Willowes; Hazen).
(http://www.kedah.edu.my/sahc/esei_karya/Microsof-Word-Grafik-DalamPembelajaran.pdf)

2) Gambar
Kemampuan gambar dapat berbicara banyak dari seribu kata hal ini
mempunyai makna bahwa gambar merupakan suatu ilustrasi yang memberikan
pengertian dan penjelasan yang amat banyak dan lengkap dibandingkan kita
hanya membaca dan memebrikan suatu kejelasan pada sebuah masalah karena
sifatnya yang lebih konkrit (nyata). Tujuan penggunaan gambar dalam
pembelajaran adalah : (1) menerjemahkan symbol verbal, (2) mengkonkritkan
dan memperbaiki kesan-kesan yang salah dari ilustrasi lisan. (3) memberikan
ilustrasi suatu buku, dan (4) membangkitkan motivasi belajar dan
menghidupkan suasana kelas.
Dalam pembelajaran di sekolah dasar media gambar sangat baik di
gunakan dan di terapkan dalam proses belajar mengajar sebagai media
pembelajaran karena media gambar ini cenderung sangat menarik hati siswa
sehingga akan muncul motivasi untuk lebih ingin menegtahui tentang gamabar
yang dijelaskan dan gurupun dapat menyampaikan materi dengan optimal
melalui
media
gamabar
tersebut.
Walaupun media gambar merupakan media yang tepat dan baik digunakan
dalam pembelajaran di sekolah dasar namun pasti ada saja kekurangan serta
kelebihan yang dimiliki oleh media gambar tersebut sebagai sebuah
karakteristik dari media gamabar itu sendiri.
Dari sumber yang ada, ada beberapa kekurangan dan kelebihan yang
dimiliki oleh media gambar yaitu :
1. Sifatnya konkrit. Gambar/ foto lebih realistis menunjukkan pokok masalah
dibanding dengan media verbal semata.
2. Gambar dapat mengatasai masalah batasan ruang dan waktu. Tidak semua
benda, objek atau peristiwa dapat dibawa ke kelas, dan tidak selalu bisa, anakanak dibawa ke objek tersebut. Untuk itu gambar atau foto dapat mengatasinya.
Air terjun niagara atau danau toba dapat disajikan ke kelas lewat gambar atau
foto. Peristiwa-peristiwa yang terjadi di masa lampau, kemarin atau bahkan

menit yang lalu kadang-kadang tak dapat dilihat seperti apa adanya. Gambar
atau foto sangat bermanfaat dalam hal ini.
3. Media gambar dapat mengatasi keterbatasan pengamatan kita. Sel atau
penampang daun yang tak mungkin kita lihat dengan mata telanjang dapat
disajikan dengan jelas dalam bentuk gambar.
4. Dapat memperjelas suatu masalah, dalam bidang apa saja dan untuk tingkat
usia beberapa saja, sehingga dapat mencegah atau membetulkan kesalah
pahaman.
5. Murah harganya, mudah didapat, mudah digunakan, tanpa memerlukan
peralatan yang khusus.
(http://pendas2013.blogspot.com/2013/01/penggunaan-media-gambar-dalamproses.html)

3) Radio
Berbeda dengan media grafis, media audio berkaitan dengan indera
pendengaran. Pesan yang disampaikan dituangkan ke dalam lambang-lambang
auditif, baik verbal (ke dalam kata-kata/ bahasa lisan) maupun non verbal. Ada
beberapa
jenis
media
audio,
salah
satunya
dalah
radio.
Radio adalah media auditif yang hanya bisa dinikmati dengan alat
pendengaran. Radio menjadi media penyampai gagasan, ide dan pesan melalui
gelombang elektromagnetik, berupa sinyal-sinyal audio. Radio adalah sistem
komunikasi yang menggunakan udara atau ruang antariksa sebagai bahan
antara (medium) yang bentuk umum sistemya adalah sebuah pemancar yang
memancarkan dayanya melalui antena kearah tujuan dalam bentuk gelombang
elektromagnetis.
Penggunaan radio sebagai media pendidikan cukup efektif karena radio
memiliki jangkauan yang luas. Penduduk yang buta huruf dapat mendengarkan
dan mengerti secara efektif informasi-informasi dengan bahasa lisan, yaitu
melalui radio.
Adapun
jenis-jenis
media
radio
anatara
lain:
Berdasarkan frekuensi radio diklasifikasikan menjadi:
1. Frekuensi Modulasi (FM) bergerak pada frekuensi 87 MHz sampai 108
MHz.
2. Amplitudo Modulasi (AM) atau Medium Wave (MW) berada pada jalur 540
sampai
1600
KHz.
3. Short Wave (SW) mempunyai ruang frekuensi yang sangat lebar yaitu dari
1600 KHz sampai 30.000 KHz.
Berdasarkan penyelenggara radio diklasifikasikan menjadi:
1. Radio milik Negara

2. Radio publik
3. Radio swasta/komersial
4. Radio komunitas (kampus/LSM)
5. Radio asing
Berdasarkan program media radio diklasifikasikan menjadi:
1. Radio Hiburan/Musik
2. Radio Informasi/News
3. Radio Campuran
4. Radio Propaganda
5. Radio Religius
Radio menjadi media pendidikan yang berguna bagi semua bentuk
pendidikan, karena memperkaya pengalaman pendidikan dan ide-ide yang
kreatif. Dengan demikian, alat ini memiliki potensi dan kekuatan yang
berpengaruh dalam pendidikan. Masalah penggunaannya tergantung
bagaimana filsafat pendidikan yang dianut, dan kesadaran atas potensi yang
dimaksud tadi. Nilai Radio bagi Pendidikan diantaranya :
1. Memberikan berita yang ter up-to-date.
2. Menarik Minat.
3. Beritanya Autentik
4. Berdasar pada kenyataan
5. Mempunyai tinjauan yang luas.
6. Memberikan gambaran yang jelas.
7. Mendorong kreatifitas.
8. Integrasi dan diskriminasi maksudnya radio berpengaruh terhadap
pembentukan pribadi seseorang,
9. Menimbulkan sosial adjustment dan ini penting bagi pembentukan seorang
warga Negara yang baik,
10. Mendidik siswa untuk dapat mendeskriminasikan persoalan-persoalan
dalam masyarakat.
11. Radio mendorong manusia berfikir rasional dan komparatif.
(http://luhsudiani.blogspot.com/2013/01/media-pembelajaran-radio.html)

4) Televisi
Televisi adalah sebuah media telekomunikasi terkenal yang digunakan
untuk memancarkan dan menerima siaran gambar bergerak, baik itu yang
monokrom (hitam putih) maupun warna, biasanya dilengkapi oleh suara.
Menurut Oemar Hamalik (1985:134) mengemukakan bahwa televisi

sesungguhnya adalah perlengkapan elektronik, yang pada dasarnya sama


dengan gambar hidup yang meliputi gambar dan suara. Televisi pendidikan
adalah sebuah stasiun televisi di Indonesia yang khusus ditujukan untuk
menyebarkan informasi di bidang pendidikan dan sebagai media pendidikan
pembelajaran masyarakat.
Media televisi tidak hanya mengajarkan tingkah laku dan juga tindakan
sebagai stimulus membangkikan tingkah laku untuk dipelajari dari sumbersumber lain. Ini menunjukkan bahwa media televisi memiliki kekuatan yang
ampuh (powerfull) bagi permirsanya, termasuk untuk keperluan pendidikan.
Televisi pendidikan Indonesia ini di selenggarakan dengan dorongan
semangnat untuk membantu mencerdaskan kehidupan bangsa, serta untuk
membantu mewujudkan hak semua warga negara Indonesia untuk memperoleh
pengajaran.
Televisi pendidikan Indonesia ini di selenggarakan dengan dorongan
semangat
dengan
tujuan
untuk:
1. Membantu mencerdaskan kehidupan bangsa,
2. Membantu mewujudkan hak semua warga negara Indonesia untuk
memperoleh pengajaran,
3. Mempunyai misi untuk mewujudkan manusia-manusia pembangunan yang
dapat membangun dirinya sendiri serta bersama-sama bertanggung jawab atas
pembangunan bangsa.
(http://nurul-pai.blogspot.com/2013/01/televisi-pendidikan.html)

5) Internet
Media pembelajaran merupakan salah satu komponen pembelajaran yang
mempunyai peranan penting dalam Kegiatan Belajar Mengajar. Pemanfaatan
media seharusnya merupakan bagian yang harus mendapat perhatian guru /
fasilitator dalam setiap kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu guru / fasilitator
perlu mempelajari bagaimana menetapkan media pembelajaran agar dapat
mengefektifkan pencapaian tujuan pembelajaran dalam proses belajar
mengajar.
Media menurut AECT adalah segala sesuatu yang digunakan orang untuk
menyalurkan pesan. Sedangkan gagne mengartikan media sebagai jenis
komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsang mereka untuk
belajar. Briggs mengartikan media sebagai alat untuk memberikan perangsang
bagi siswa agar terjadi proses belajar.
Media pembelajaran yang saat ini sedang panas diperbincangkan adalah
internet. Internet memiliki potensi besar untuk dijadikan media pembelajaran
mengingat kelebihannya yang tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. Sumber

informasi
bisa
diakses
kapan
saja
dan
dari
mana
saja.
Menurut Kamarga, Internet adalah jaringan yang terdiri atas ribuan bahkan
jutaan komputer, termasuk di dalamnya jaringan lokal, yang terhubungkan
melalui saluran (satelit, telepon, kabel) dan jangkauannya mencakup seluruh
dunia (Suyanto : 2005)Internet pertama kali muncul di Amerika pada tahun
1970 yakni dengan diawali munculnya TCP/IP (Transmissiaon Control
Protocol / Internet protocol oleh sebuah penelitian di Stanford University Of
Utah. Sebelum munculnya TCP/IP, Amerika telah menggunakan jaringan
komputer yang pertama untuk menghubungkan empat situs, yaitu Stanford
Reseach University Institude, University of California at Los Angeles,
University of California at Santa Barbara dan University of Utah. Jaringan
komputer ini disebut dengan ARPAnet. Jadi, dari sejarah kemunculannya dapat
dilihat bahwa internet pertama kali digunakan untuk akses informasi
pendidikan.
Kelebihan
internet
sebagai
media
pembelajaran,
yaitu:
Internet memberikan sambungan (konektivitas) dan jangkauan yang sangat luas
sehingga akses data dan informasi tidak dibatasi waktu, tempat, dan negara.
Akses infromasi di internet tidak dibatasi oleh waktu karena dunia maya yang
dihadirkan secara global tidak perneh tidur. Dengan kata lain, kita dapat
melakukan pencarian informasi melalui internet kapan saja selama 24 jam
sehari dan 7 hari seminggu.
Akses informasi melalui internet lebih cepat bila dibandingkan dengan
mencari informasi pada halaman-halaman buku-buku di perpustakaan. Kita
tinggal mengklik icon tertentu, maka apa yang kita inginkan akan muncul di
layar monitor komputer kita.
Internet juga menyediakan kegiatan pembelajaran interaktif seperti
fasilitas elearning yang diselenggarakan oleh lembaga-lembaga tertentu yang
dapat meningkatkan kemampuan intelektual kita, seperti sekolah menulis
online, dsb. Tentu saja dengan menjadi anggota pada kegiatan tersebut dan
mengikuti ketentuan yang ditetapkan oleh lembaga tersebut.
Kita dapat berdiskusi dengan teman-teman sebaya atau setingkat mengenai
berbagai hal jika kita memasuki mailing list atau melakukan chatting.
Dibandingkan dengan membeli buku atau majalah asli, penelusuran informasi
melalui internet jauh lebih murah. Apalagi pada saat ini banyak situs yang
menyediakan jasa informasi secara cuma-cuma. Kita btinggal mengunduh atau
mencetak informasi yang kita butuhkan.
(http://smp.labschool.upi.edu/2011/10/media-pembelajaran-berbasis-internet-elearning/)

Anda mungkin juga menyukai