Usaha Furniture Kayu
Usaha Furniture Kayu
FURNITURE KAYU
FURNITURE KAYU
BANK INDONESIA
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami penjatkan kepada Allah SWT, karena atas rahmat dan hidayah-Nya Buku
Pola Pembiayaan Usaha Furniture Kayu ini mampu diselesaikan. Penyusunan buku ini dilakukan
dalam rangka mendukung pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), terutama
untuk menyediakan informasi baik bagi perbankan, UMKM pengusaha maupun calon pengusaha
yang berminat mengembangkan usaha tersebut. Informasi pola pembiayaan disajikan juga dalam
Data dan Informasi Bisnis Indonesia (www.bi.go.id).
Buku Pola Pembiayaan usaha furniture kayu mengambil sampel di Kabupaten Tangerang
Propinsi Banten. Penyusunan buku dilakukan melalui survei langsung ke lapangan dan in depth
interview kepada pelaku usaha, wawancara dan diskusi dengan dinas/instansi terkait serta dengan
pihak perbankan.
Dalam penyusunan buku pola pembiayaan ini, Bank Indonesia
bekerjasama dengan
Departemen Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia (DKP) dan memperoleh masukan dan
saran dari banyak pihak antara lain PT. Bank Mandiri, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero), Tbk, PT
Bank Negara Indonesia (Persero), Bukopin, Bank Niaga, Bank Permata, Bank Panin, Bank
Internasional Indonesia, Bank Danamon serta narasumber yang terkait baik asosiasi maupun
perorangan. Atas sumbang pikir dan bantuan kelancaran penyusunan buku pola pembiayaan
usaha furniture kayu, Bank Indonesia cq Biro Pengembangan UMKM - Direktorat Kredit, BPR dan
UMKM (BUMKM - DKBU) menyampaikan terimakasih.
Sedangkan bagi pembaca yang ingin memberikan kritik, saran dan masukkan bagi
penyempurnaan buku ini atau ingin mengajukan pertanyaan terkait dengan buku ini dapat
menghubungi: Biro Pengembangan UMKM Direktorat Kredit, BPR dan UMKM Bank Indonesia
dengan alamat:
Gedung Tipikal (TP), Lt. V
Jl. M.H. Thamrin No. 2 Jakarta 10110
Telp: (021) 381-8581, Fax: (021) 351 8951
Email: Bteknis_PUKM@bi.go.id
Akhir kata, semoga buku ini bermanfaat bagi pembaca dan dapat memberikan kontribusi
yang berarti bagi pengembangan UMKM.
Jakarta, Mei 2008
Direktorat Kredit, BPR dan UMKM
RINGKASAN EKSEKUTIF
USAHA FURNITURE KAYU
No
UNSUR
1 Jenis Usaha
Investasi
: Rp 196.700.000,Modal Kerja : Rp 486.033.000,Total
: Rp 682.733.000,-
3 Sumber Dana
Kredit
: Rp. 475.000.000,Modal sendiri : Rp. 207.733.000,-
Investasi
: 2 tahun
Modal Kerja : 1 tahun
5 Suku Bunga
7 Pola Usaha
a. Periode proyek
b. Skala Usaha
c. Tingkat Teknologi
d. Produk yang Dihasilkan
e. Pemasaran Produk
8 Kriteria Kelayakan Usaha
Net B/C Ratio DF 15%
NPV DF 15%
IRR
PBP usaha
BEP rata-rata
a. Total penjualan
b. Rata-rata produksi
Penilaian
9 Analisa Sensitifitas
(1) Dari sisi pendapatan
a. Pendapatan turun 18%
Net B/C Ratio DF 15%
NPV DF 15%
IRR
PBP usaha
Penilaian
ii
URAIAN
5 tahun
bahan baku 2 m3 kayu jati dan 1 m3
kayu mahoni per bulan
Semi mekanik
Kursi tamu, lemari pakaian, kursi makan,
kursi dipan, dan meja rias
Dijual langsung, pesanan
3,53
Rp 844.261.802,94,92%
1 tahun 3 bulan (1,29 tahun)
Rp 351.706.454,- per tahun
Kursi Tamu: 37
Lemari makan: 29
Kursi makan: 34
Kursi dpan: 29
Meja rias: 29
Layak dilaksanakan
1,06
Rp 20.625.846,17,40%
4 tahun 8 bulan (4,69 tahun)
Layak dilaksanakan
No
UNSUR
URAIAN
0,92
Rp -20.792.639,12,00%
lebih dari 5 tahun
Tidak layak dilaksanakan
1,07
Rp 22.676.684,17,61%
4 tahun 8 bulan (4,67 tahun)
Layak dilaksanakan
0,98
Rp -7.752.395,14,09%
lebih dari 5 tahun
Tidak layak dilaksanakan
1,25
Rp 82.395.486,24,29%
3 tahun 11 bulan (3,93 tahun)
Layak dilaksanakan
0,79
Rp -69.977.777,6,44%
lebih dari 5 tahun
Tidak layak dilaksanakan
iii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR
........................................
RINGKASAN EKSEKUTIF
DAFTAR ISI
...
DAFTAR TABEL
...
DAFTAR GAMBAR
......
i
ii
iv
vi
vii
BAB I PENDAHULUAN
..........
7
7
7
7
8
9
9
10
10
12
12
13
15
15
15
16
16
17
17
18
18
21
iv
3
4
21
21
22
22
23
24
25
27
27
28
33
33
33
35
35
36
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Halaman
vi
Tabel 2.1 Jumlah Industri UMKM Furniture di Kota Tangerang Tahun 2007 ...............
22
23
24
25
25
Tabel 5.6 Volume Produksi dan Nilai Penjualan Furniture Kayu (Persentase Produksi
dan Penjualan = 100%) ..
26
26
27
28
29
29
Tabel 5.12 Analisis Sensitivitas Pendapatan Turun dan Biaya Operasioanal Naik ..
30
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 3.1 Aliran Proses Produksi Pembuatan Furniture Kayu .............................
11
18
18
vii
viii
BAB I
PENDAHULUAN
Furniture adalah istilah yang digunakan untuk perabot rumah tangga yang berfungsi
sebagai tempat penyimpan barang, tempat duduk, tempat tidur, tempat mengerjakan sesuatu
dalam bentuk meja atau tempat menaruh barang di permukaannya. Misalnya furniture sebagai
tempat penyimpan biasanya dilengkapi dengan pintu, laci dan rak, contoh lemari pakaian, lemari
buku dll. Furniture dapat terbuat dari kayu, bambu, logam, plastik dan lain sebagainya. Furniture
sebagai produk artistik biasanya terbuat dari kayu pilihan dengan warna dan tekstur indah yang
dikerjakan dengan penyelesaian akhir yang halus.
Sejauh ini industri furniture/mebel Indonesia masih memiliki pamor bagus dalam
perdagangan dunia. Pada ajang pameran tunggal bertajuk Indonesia Paviliun yang berlangsung
selama 18-22 Maret 2007 di Shenzen - Cina, furniture asal Indonesia banyak diminati oleh para
pembeli internasional. Terdapat sekitar 50 hingga 70 pembeli telah meminta pengusaha Indonesia
untuk menjadi pemasok furniture dan kerajinan Indonesia dengan nilai transaksi mencapai sekitar
US$ 100 juta (Tempo Interaktif, Jakarta, 9 April 2007).
Pemerintah juga telah mengupayakan untuk mengembangkan industri furniture. Terlebih
sektor ini telah ditetapkan pemerintah sebagai salah satu dari 10 komoditas unggulan ekspor
Tanah Air. Ini didukung baik oleh aspek kualitas dan desain produk yang diminati oleh konsumen
luar negeri, ketersedian bahan baku maupun sumber daya manusia yang terampil.
Demikian juga dari sisi pangsa pasar nasional, industri mebel lokal masih menguasai 70%
pasar mebel domestik. Tetapi pangsa pasar ini terancam oleh impor mebel asal China yang
pertumbuhannya mencapai 200% per tahun dalam satu tahun terakhir. Peningkatan impor mebel
asal China yang terjadi tiap tahun terutama untuk segmen mebel murah, untuk pasar menengah
ke bawah (Media Indonesia Online, 27 Oktober 2007).
Terkait dengan pasar domestik, satu diantara sentra industri furniture adalah
Kota
Tangerang. Industri kecil furniture relatif cukup banyak, terutama memproduksi furniture untuk
keperluan masyarakat Tangerang dan sekitarnya. Jumlah unit usaha dalam kategori usaha mikro,
kecil dan menengah untuk semua jenis furniture usaha adalah 71 buah. Usaha furniture lokal ini
perlu diupayakan pengembangannya, tidak saja agar kebutuhan lokal dapat terpenuhi, tetapi juga
guna meningkatkan daya serap tenaga kerja terampil dan meningkatkan daya saing mereka dalam
Pendahuluan
menghadapi masuknya produk impor (China dan Vietnam). Untuk lebih mengetahui tentang
industri furniture maka pada penyusunan pola pembiayaan usaha kecil dipilih usaha furniture.
Guna memelihara kelangsungan usaha dan peningkatan volume penjualan, industri kecil
furniture memerlukan dukungan kelangsungan pengadaan bahan baku dan modal usaha,
konsumen dan kemudahan akes perbankan. Sehubungan dengan perbankan, maka dukungan
yang diharapkan adalah kemudahan akses kredit. Jenis kredit yang dibutuhkan adalah kredit untuk
modal kerja dan investasi. Modal kerja terutama diperlukan untuk pengadaan bahan baku dan
upah pekerja. Sedangkan modal investasi umumnya diperlukan untuk penyediaan tempat usaha
dan peralatan baru.
BAB II
PROFIL USAHA DAN POLA PEMBIAYAAN
Tabel 2.1. Jumlah Industri UMKM Furniture di Kota Tangerang Tahun 2007
No.
Kecamatan
Unit Usaha
(buah)
Tenaga Kerja
(orang)
Nilai Investasi
(Rp. juta)
Priuk
1.975
21.126
Ciledug
17
189
Karang Tengah
195
736
Benda
180
2.834
Batu Ceper
61
923
Jatiuwung
12
1.578
24.883
Cipondoh
10
356
6.840
Cibodas
11
789
16.793
Neglasari
10
Tangerang
882
907
11
Pinang
133
786
12
Larangan
13
Karawaci
661
5.799
71
6.827
81.820
Jumlah
Sumber: Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan Pariwisata Kota Tangerang (2007)
Persentase ini relatif kecil jika dibandingkan dengan seluruh jenis usaha lainnya. Berdasarkan
informasi dari narasumber perbankan diketahui bahwa beberapa pengusaha furniture kayu sudah
memperoleh pengulangan pembiayaan. Hal ini mengindikasikan bahwa usaha furniture kayu
merupakan usaha yang potensial untuk dibiayai.
Prosedur untuk memperoleh kredit dinilai cukup mudah dengan persyaratan jaminan
berupa sertifikat tanah dan bangunan tempat usaha serta legalitas izin usaha. Proses penyaluran
kredit sejak permohonan hingga pencairan kredit relatif cepat yaitu 14 hari kerja. Apabila
persyaratan telah dilengkapi, bank akan segera menindak lanjuti melalui peninjauan lapangan,
penyusunan appraisal kredit, analisis kredit dan dilanjutkan dengan pembahasan oleh tim internal
bank. Apabila disetujui dan plafon kredit masih di bawah wewenang kantor bank tersebut, maka
kredit akan segera diproses dan dicairkan.
Sumber pembiayaan lain berasal dari dua buah Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang
menjalankan usaha di wilayah Tangerang. Penyaluran pembiayaan dilakukan dalam bentuk
program pembinaan manajemen usaha dan kredit modal kerja. Besar bunga kredit yang dikenakan
oleh kedua perusahaan BUMN tersebut adalah 8% dan 6% setahun. Plafon pembiayaan relatif
kecil yaitu kurang dari Rp50 juta. Pengajuan proposal pembiayaan biasanya difasilitasi oleh
dinas/instansi terkait. Sejauh ini, beberapa pengusaha furniture kayu sudah memfaatkan layanan
pembiayaan dari BUMN lebih dari sekali. Hal ini menunjukkan bahwa kredibilitas pengusaha dan
proses usaha furniture kayu relatif bagus.
BAB III
ASPEK TEKNIK PRODUKSI
3.1.
Lokasi Usaha
Kelangsungan usaha industri furniture kayu salah satunya
konsumen. Kedekatan dengan konsumen akan memudahkan pemasaran terhadap produk yang
bersangkutan. Sebagaimana perkembangan industri furniture kayu di Kota Tenggerang yang
didukung oleh kedekatan lokasi dengan konsumen. Hal ini mengingat pertumbuhan penduduk
Kota Tangerang dan sekitarnya yang terus bertambah, seiring dengan perkembangan perumahan
baru di kawasan tersebut. Pertumbuhan tersebut menjadi pemacu meningkatnya kebutuhan akan
produk furniture kayu, khususnya kayu jati dan mahoni.
Sedangkan akses bahan baku dijembatasni melalui pemasok. Pemasok bahan baku,
biasanya dipenuhi oleh pedagang kayu di Pulo Gadung Jakarta. Pengadaan bahan baku kayu
relatif lancar karena dukungan ketersediaan infrastruktur yang baik dan frekuensi pengadaan yang
cukup satu bulan sekali.
Dalam konteks lokasi, kelangsungan usaha industri furniture kayu di Kota Tangerang lebih
ditentukan oleh kedekatan dan kemudahan konsumen untuk mengakses produk, dari pada
kedekatan bahan baku. Lokasi unit-unit usaha yang berada di Kota Tangerang adalah salah satu
bukti kelangsungan usaha furniture kayu yang berlokasi relatif jauh dari lokasi pemasok bahan
baku kayu. Oleh karena itu pilihan lokasi usaha, terutama lokasi pemasaran yang sering menyatu
dengan lokasi produksi, hendaknya mempertimbangkan kemudahan akses dengan konsumen.
Faktor selanjutnya yang menjadi pertimbangan dalam pemilihan dan penetapan lokasi
usaha adalah kedekatan dengan domisili pekerja. Ini mengingat, usaha furniture kayu memerlukan
cukup banyak pekerja produksi (harian/borongan), terutama ketika pesanan sedang banyakbanyaknya. Tenaga kerja jenis ini banyak tersedia di sekitar lokasi industri. Sementara, kedekatan
dengan bahan pembantu atau pendukung tidak terlalu kritikal, karena bahan pendukung mudah
diperoleh di kota-kota besar seperti halnya Kota Tangerang.
3.2. Fasilitas Produksi dan Peralatan
3.2.1. Fasilitas Produksi
Fasilitas produksi yang diperlukan untuk usaha furniture kayu antara lain:
relatif mudah diusahakan baik karena tersedianya tenaga kerja dan sistem pengupahan yang
dilakukan secara harian atau borongan. Penambahan tenaga kerja diperhitungan atas dasar jumlah
jam kerja atau jumlah hari kerja untuk dijadikan sebagai patokan dalam menghitung jumlah tenaga
kerja terampil yang dibutuhkan guna menyelesaikan seluruh produk yang akan diproduksi.
Permintaan produk biasanya meningkat pada saat menjelang lebaran.
Tingkat keterampilan tenaga kerja sangat menentukan kualitas produk yang dihasilkan.
Oleh karena itu, kreatifitas perancang dan keahlian pekerja merupakan aset penting bagi
kelangsungan usaha furniture kayu, mengingat produk yang diproduksi lebih mengedepankan nilai
seni.
3.5. Teknologi
Teknologi produksi dalam usaha furniture kayu merupakan gabungan antara teknologi
sederhana dengan teknologi semi modern. Teknologi sederhana terlihat dari penggunaan peralatan
yang dikerjakan secara manual dengan tenaga manusia. Teknologi semi modern tercermin dalam
penggunaan peralatan yang digerakkan dengan mesin listrik, meskipun masih dalam kendali
pekerja bukan komputer.
Pekerjaan dalam industri ini mengandalkan gabungan antara keterampilan tangan pekerja
baik dalam menggunakan peralatan sederhana/manual maupun dalam mengoperasikan peralatan
semi modern. Dengan demikian tingkat keahlihan tenaga kerja menjadi faktor yang kritikal untuk
menghasilkan produk furniture yang berkualitas baik.
3.6.
Proses Produksi
Proses produksi furniture kayu secara umum dapat digambarkan dengan diagram alir
berikut ini.
10
Bahan pelengkap:
Kaca, list, palstik, paku, sekrup,
lem, politur, cat, dsb.
Bahan baku:
Kayu papan, balok, dan
kaso
Disain Furniture
Pemotongan kayu
berdasarkan ukuran dan
model produk
Penghalusan Komponen
Produk dengan Serut
dan Gergaji
Perakitan Komponen
Produk sesuai dengan
disain
Pengampelasan dengan
mesin dan secara manual
Pewarnaan dan Finishing
Produk Furniture Jadi
Proses produksi pada usaha kecil furniture kayu ini menggunakan teknologi proses
sederhana secara manual untuk pekerjaan kecil dan rinci. Pada pekerjaan yang lebih berat sudah
menggunakan teknologi proses semi modern, yaitu dalam proses pemotongan, penyerutan dan
penghalusan untuk bidang-bidang yang lebih luas. Proses pembuatan furniture kayu merupakan
gabungan proses mekanik (pemotongan, pengeboran dan pemolaan kayu) dan pengerjaan seni
(pembentukan akhir sesuai contoh model). Furniture kayu yang dihasilkan merupakan produk yang
mempunyai kandungan seni menurut model dan fungsi produk yang dikehendaki.
Proses pembuatan dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu pemotongan kayu
gelondongan menjadi bentuk kaso, papan dan balok yang dilakukan di tempat penjual kayu.
Selanjutnya bahan tersebut dilakukan pemotongan sesuai dengan ukuran produk, pembentukan
model-model produk dengan mesin bubut, pengukiran bentukan produk jadi, pengampelasan,
pewarnaan dan finishing.
Pewarnaan umumnya memanfaatkan warna alami kayu jati yang sangat digemari oleh
konsumen. Penguatan warna sesuai selera konsumen, biasanya cenderung kepada warna terang,
11
kuning sampai kecoklatan, atau warna agak gelap, yaitu coklat sampai kehitaman. Tetapi beberapa
konsumen juga ada yang menginginkan warna lain seperti warna keemasan atau perak. Bahan
pelarut warna dan perekat warna dapat dipilih antara politur dan melamine.
3.7. Jenis dan Mutu Produk
Jenis produk yang diusahakan oleh industri kecil furniture kayu di Kota Tangerang sangat
beragam. Secara umum produk yang dapat dihasilkan oleh usaha kecil furniture kayu meliputi
kursi, meja, lemari, ukian kaligrafi, akuarium, bufet, lemari jam dan meja rias. Kursi, lemari dan
meja merupakan produk yang dihasilkan secara rutin dengan jumlah paling dominan.
Pengendalian mutu bahan dan produk yang akan dihasilkan dilakukan sejak penyiapan
bahan baku hingga pengiriman barang. Pengujian kualitas atau mutu dilakukan dengan alat ukur
dimensi serta secara visual dan indera perabaan untuk kehalusan pekerjaan. Bagian-bagian yang
mendapat pengawasan dan pengujian adalah ukuran, ketepatan dimensi (mendatar dan vertikal
serta lekukan), kehalusan hasil serutan dan pengampelasan, kehalusan dan kerataan warna
pengecatan,
finishing serta ketepatan bentuk menurut contoh model. Kualitas produk juga
ditentukan oleh tingkat kualitas bahan baku kayu. Tingkat kualitas bahan kayu dapat diidentifikasi
dari umur kayu, tingkat kekeringan kayu, keseragaman warna kayu, kekerasan kayu serta jumlah
cacat dalam tiap satuan luas permukaan kayu.
3.8. Produksi Optimum
Produksi optimum yang dianalisis dalam pola pembiayaan ini adalah furniture kayu dengan
siklus bahan baku sebanyak 1 kali dalam sebulan dengan jumlah per siklus sebanyak 1 m3 kayu
mahoni dan 2 m3 kayu jati. Bahan baku sebanyak itu dalam satu siklus usaha akan dihasilkan
produksi secara rata-rata 10 kursi tamu, 7 lemari pakaian, 10 kursi makan, 5 kursi dipan, dan 7
meja rias. Jenis-jenis produk ini diambil sebagai referensi karena jumlah permintaan akan jenis
tersebut relatif tinggi. Sedangkan komposisi jumlahnya mencerminkan komposisi rata-rata volume
penjualan yang ada berdasarkan informasi dari narasumber di lokasi penelitian.
Ketersediaan fasilitas, peralatan produksi dan jumlah tenaga kerja, mulai dari tukang kayu,
tukang finishing dan tukang ampelas menjadi penentu kapasitas produksi dalam satu kali siklus
usaha. Sejauh ini pengusaha kecil furniture kayu tidak merasa kesulitan dalam menjalankan usaha
karena pada saat pesanan meningkat dalam jumlah tertentu, masih dimungkinkan untuk
menambah pekerja lepas yang terdapat di sekitarnya.
12
13
14
BAB IV
ASPEK PASAR DAN PEMASARAN
4.1. Aspek Pasar
4.1.1. Permintaan
Di Kota Tangerang meskipun cukup banyak pengusaha furniture, tetapi usaha industri
furniture masih berpotensi untuk berkembang. Setiap rumah tangga memerlukan pemenuhan
kebutuhan perabot rumah tangga dalam bentuk furniture, khususnya produk meja, kursi, lemari
dan tempat tidur. Pemasaran produk furniture yang sudah ada tidak hanya sebatas di Kota
Tangerang dan sekitarnya tetapi juga meliputi daerah Jakarta dan sekitarnya. Potensi pasar
cenderung membesar sejalan dengan perkembangan jumlah rumah-rumah baru yang dibangun
setiap tahun dan jumlah keluarga muda yang masih memerlukan furniture untuk pertama kali serta
kelanjutan dan penggantiannya. Permintaan produk selama ini yang terbesar adalah melalui
pesanan. Umumnya konsumen datang ke showroom perusahaan, sebagian langsung membeli
produk jadi yang siap jual dan lebih banyak yang memesan sesuai selera dan ukuran yang
diinginkan. Konsumen furniture umumnya adalah perorangan tetapi juga ada yang membeli atas
nama instansi, baik instansi pemerintah maupun swasta.
Apresiasi masyarakat terhadap produk yang dihasilkan oleh pengusaha furniture di Kota
Tanggerang relatif bagus. Konsumen tertarik kepada bahan kayu jati yang merupakan kualitas
pilihan dengan model yang selalu berkembang dan harga terjangkau. Reputasi masing-masing
perusahaan juga dijadikan referensi konsumen. Kepuasan atas produk tersebut merupakan bentuk
pemasaran yang efektif karena konsumen yang pernah membeli barang dari suatu perusahaan,
akan menginformasikan kepada teman-teman ataupun relasinya. Model promosi getok tular (mulut
ke mulut) inilah yang memungkinkan adanya pesanan tidak hanya dari daerah sekitar toko, tetapi
juga sampai wilayah yang lebih jauh.
Selama ini penjualan dilakukan dengan pembayaran tunai. Untuk mendukung permintaan
konsumen yang menginginkan pembayaran secara mengangsur, beberapa perusahaan telah
bekerjasama dengan lembaga pembiayaan.
Sampai saat ini pengusaha kecil furniture masih mendapat pesanan dalam jumlah yang
memadai dan berkesinambungan sehingga pengusaha dapat bertahan. Bahkan tidak sedikit,
pengusaha furniture yang makin berkembang. Indikasi prospek usaha yang baik itu juga
15
mendorong minat lembaga pembiayaan untuk memberi kredit kepada pembeli furniture kayu. Ini
berarti memberi indikasi bahwa ada permintaan yang skala ekonominya memadai.
4.1.2. Penawaran
Kapasitas produksi optimun yang mampu dihasilkan oleh pengusaha di lokasi penelitian
adalah 10 kursi tamu, 7 lemari pakaian, 10 kursi makan, 5 kursi dipan, dan 7 meja rias per bulan.
Kapasitas produksi ini mengindikasikan kemampuan rata-rata penawaran pengusaha di wilayah
tersebut. Secara teknis, kemampuan penawaran ini masih dapat ditingkatkan, mengingat tenaga
kerja terampil relatif mudah diperoleh. Ini dapat dilihat dari kebiasaan pengusaha setempat yang
mampu menerima pesanan dalam jumlah yang relatif besar dengan cara menambah jumlah tenaga
kerja. Dengan demikian, dari sisi penawaran, berdasarkan informasi dari narasumber terkait dapat
mengikuti jumlah permintaan.
4.1.3. Persaingan Pasar
Menurut pengalaman sejumlah pengusaha kecil furniture kayu di lokasi penelitian, pesaing
utama mereka adalah para pengusaha sejenis di Kota Tangerang. Bentuk persaingan antara lain
berupa persaingan harga jual produk. Penawaran harga jual yang lebih murah dapat dilakukan,
antara lain dengan mengurangi kualitas produk. Dengan cara itu, ongkos produksi ditekan agar
dapat menjual produk dengan harga yang lebih murah. Tentu saja cara ini hanya dapat dilakukan
dalam batas-batas harga tertentu. Di sisi lain, konsumen yang mengutamakan kualitas dan
menghargai karya seni akan memilih pengusaha yang menghasilkan produk bermutu tinggi dan
bernilai seni. Biasanya konsumen ini adalah konsumen yang tergolong dalam kelas ekonomi
menengah ke atas.
Persaingan pasar tidak hanya muncul dari adanya pengusaha sejenis di daerah yang
bersangkutan, tetapi juga oleh kemudahan konsumen untuk memperoleh produk dari pasar di luar
Kota Tangerang, seperti Klender dan sentra produksi lainnya. Persaingan dipertajam, dengan
membajirnya produk furniture impor, yang umumnya berasal dari China. Produk impor tersebut
dijual dengan harga relatif murah dengan kualitas yang cukup baik.
Strategi yang dilakukan untuk bersaing di pasar umumnya dilakukan dengan promosi getok
tular serta mengikuti pameran-pameran, baik dengan inisiatif sendiri ataupun mengikuti pameran
yang dilakukan oleh dinas terkait. Institusi/dinas yang memberikan perhatian terhadap
16
perkembangan usaha furniture kayu antara lain: Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan
Pariwisata Kota Tangaerang atau Dinas Perindustrian Provinsi.
Strategi lain yang diterapkan dalam menghadapi persaingan pasar adalah dengan
senantiasa memperbaiki disain produk yang mengikuti model dan selera konsumen yang sedang
digemari.Upaya lain yang dilakukan pengusaha untuk meningkatkan pemasaran adalah membuka
showroom sendiri dan secara tidak langsung mengupayakan untuk tidak menggunakan jasa
perantara yang dapat mengurangi marjin keuntungan.
4.2. Aspek Pemasaran
4.2.1. Harga
Secara rata-rata, harga produsen untuk furniture kayu untuk kursi tamu (Foto 1.) adalah
sebesar Rp. 3.500.000,- per set, kursi makan (Foto 2.) dijual dengan harga Rp. 2.600.000,- per set,
lemari pakaian (Foto 5.) dijual dengan harga Rp. 2.800.000,- per set, kursi dipan (Foto 3.) dijual
dengan harga Rp. 2.100.000,- per set, dan meja rias (Foto 4.) dijual dengan harga Rp. 1.600.000,per set. Harga yang ditetapkan untuk setiap produk yang dihasilkan adalah harga di lokasi usaha
dan masih ditambah dengan biaya transportasi. Harga jual dari setiap jenis produk ditentukan oleh
pengusaha dengan memperhitungkan keuntungan yang diharapkan.
17
Showroom
Konsumen
Upaya untuk meningkatkan volume penjualan furniture kayu dilakukan antara lain melalui
pameran dan atau menyewa area pertokoan untuk memajang produk dalam waktu tertentu. Cara
ini membantu pengusaha agar produknya dapat lebih dikenal dan diminati oleh konsumen yang
lebih luas.
4.2.3. Kendala Pemasaran
Kendala pemasaran yang umum dialami oleh pengusaha kecil termasuk pengusaha kecil
furniture kayu diantaranya adalah kurangnya informasi pasar seperti keterbatasan akses untuk
mengetahui perkembangan harga dan jenis produk yang sedang diminati konsumen. Untuk
mengatasi hal ini, disarankan untuk membentuk atau bergabung dalam koperasi atau asosiasi
usaha sejenis.
18
Kendala lain bagi jenis usaha furniture kayu ialah sifat produk yang relatif awet.
Konsekuensinya frekuensi pembelian menjadi kecil, karena banyak yang membeli sebatas untuk
pembelian pertama atau penambahan furniture baru. Oleh karena itu, disarankan untuk aktif
mengikuti pameran sehingga diharapkan dapat memperluas jangkauan pasar.
Kendala berikutnya adalah harga jual yang relatif tinggi untuk produk furniture kayu
memperkecil potensi daya beli konsumen. Akibatnya, sebagian potensial konsumen ini beralih
kepada jenis furniture berbahan baku murah, seperti papan partikel, rotan, bambu dan plastik.
Kendala ini dapat dimitigasi dengan mengedepankan nilai seni dan kualitas tinggi sehingga
diharapkan mempunyai konsumen tersendiri (captive market) yang loyal.
19
20
BAB V
ASPEK KEUANGAN
kerajinan kayu yang telah berjalan dan untuk menumbuhkan kemandirian usaha serta upaya
replikasi usaha di wilayah lain.
Pola pembiayaan yang dianalisis adalah kerajinan mebel kayu skala industri kecil. Industri
yang menjadi contoh adalah usaha kerajinan mebel kayu yang terdapat di Kota Tanggerang,
Propinsi Banten.
Produk utama yang dihasilkan adalah kursi tamu, lemari pakaian, kursi makan, kursi dipan
dan meja rias. Teknologi yang digunakan adalah
21
Aspek Keuangan
No.
Perincian
1
2
3
4
Umur Proyek
Bulan Kerja efektif per tahun
Hari kerja per bulan
Bahan Baku Kayu Persiklus Produksi
Kayu Jati
Kayu Mahoni
5 Siklus bahan baku per bulan
6 Produksi Optimum per siklus (per bulan):
- Kursi Tamu
- Lemari Pakaian
- Kursi Makan
- Kursi Dipan
- Meja Rias
7 Harga Satuan Jual
- Kursi Tamu
- Lemari Pakaian
- Kursi Makan
- Dipan
- Meja Rias
8 Kapasitas Produksi
a. Tahun ke - 1
b. Tahun ke - 2
c. Tahun ke - 3 sampai 5
9 Bunga Kredit
10 Discount Factor ( suku bunga)
Jumlah
Satuan
5
12
26
Tahun
Bulan
Hari
2
1
1
M3 per bulan
M3 per bulan
sekali bulan
13
10
12
10
10
Set
Unit
Set
Unit
Unit
3,500,000
2,300,000
2,200,000
1,800,000
1,000,000
Rp./set
Rp/unit.
Rp./set
Rp./unit
Rp/unit.
80%
90%
100%
15%
15%
%
%
Sumber: Lampiran 1
Komponen
terbesar dari biaya investasi usaha ini adalah penyediaan tanah dan bangunan untuk keseluruhan
proses produksi serta sarana transportasi produk (Tabel 5.2). Peralatan mekanik yang digunakan
22
adalah bor kayu, mesin amplas dan kompresor namun peralatan ini sebenarnya masih dapat
digantikan dengan alat manual.
Tabel 5.2. Komposisi Biaya Investasi
No.
1
2
3
4
5
6
Uraian
%
73%
27%
85,000,000
12,950,000
1,750,000
70,000,000
2,000,000
171,700,000
Rp
125,000,000
46,700,000
Sumber: Lampiran 2
Tanah dan bangunan yang diperlukan dengan luas yang dinilai memadai terdiri dari tanah
seluas 320 m2, bangunan produksi membutuhkan luas sekitar 100 m2,bangunan toko/ruang
pamer/showroom satu unit seluas 50 m2. Selebihnya adalah tempat penyimpan bahan baku dan
penjemurannya. Selain tanah dan bangunan, biaya perizinan pendirian usaha juga dimasukkan ke
dalam
komponen
biaya
investasi.
Meskipun
perizinan
sangat
diperlukan
untuk
bisa
mengoperasikan usaha, namun sebagian besar pengusaha tidak memiliki perizinan secara
lengkap. Dokumen perizinan yang biasa diperlukan adalah Izin Usaha Industri, Surat Izin Usaha
Perdagangan (SIUP), Tanda Daftar Perusahaan (TDP) dan SIKA.
5.3.2. Biaya Operasional
Biaya operasional usaha furniture kayu terdiri dari dua komponen biaya, yaitu biaya variabel
dan biaya tetap. Biaya variabel terdiri dari biaya pekerja produksi, biaya bahan baku, biaya bahan
pelengkap dan biaya pengecatan serta finishing. Sedangkan biaya tetap terdiri dari gaji karyawan
adminsitrasi dan penjualan, serta biaya pemasaran, transportasi dan biaya overhead.
Kebutuhan biaya operasional perbulan mencapai Rp 81.005.500,- atau Rp 972.066.000,per tahun. Persentase terbesar dari biaya operasional per tahun adalah biaya bahan-bahan
produksi yang mencapai Rp 595.866.000 (61,30%) dan tenaga kerja sebesar Rp 214.200.000
(22,04%). Tingginya biaya bahan-bahan produksi dan tenaga kerja disebabkan oleh karakteristik
furniture kayu yang berbahan baku mahal dan memerlukan tingkat keterampilan pekerja yang
tinggi.
Komposisi
biaya
operasional
Lampiran 3.
23
Aspek Keuangan
No.
Jenis Biay a
1
2
3
4
5
6
1 Bulan
Rp
1 Tahun
Rp
17,850,000
49,655,500
2,000,000
2,500,000
8,900,000
100,000
81,005,500
214,200,000
595,866,000
24,000,000
30,000,000
106,800,000
1,200,000
972,066,000
Sumber: Lampiran 3
dipenuhi dari modal sendiri Rp62.011.000,-. Rincian kebutuhan dana untuk investasi dan modal
kerja dapat tampilkan pada tabel 5.4 dan Lampiran 4.
24
No
1
Total Biay a
125,000,000
46,700,000
171,700,000
100,000,000
62,011,000
162,011,000
225,000,000
108,711,000
333,711,000
Sumber: Lampiran 4
Seperti terlihat pada Tabel 5.4, kredit untuk memenuhi kebutuhan modal investasi sebagian
besar dapat dipenuhi sendiri, sedangkan kebutuhan modal kerja diperoleh dari bank. Kredit modal
kerja bank akan dikembalikan selama jangka waktu 2 tahun dengan tingkat suku bunga 15% per
tahun.
Untuk baik kredit investasi maupun modal kerja yang berasal dari bank, tidak terdapati
grace period. Jumlah angsuran pokok dan bunga yang harus dibayarkan per tahun ditampilkan
pada Tabel 5.5, sedangkan perhitungan angsuran kredit perbulan dapat dilihat dalam Lampiran 6.
Tabel 5.5. Perhitungan Angsuran Kredit Modal Kerja dan Investasi
Tahun
ke-
Angsuran
Pokok
Angsuran
Bunga
Total
Angsuran
Saldo Awal
Saldo Akhir
225.000.000
225.000.000
162.500.000
22.578.125
185.078.125
225.000.000
62,500,000
62,500,000
5,078,125
67,578,125
62,500,000
Sumber: Lampiran 5
25
Aspek Keuangan
2 dan 100% pada tahun ke-3 hingga ke-5. Perincian volume produksi dan nilai penjualan optimum
kedua model tersebut ditampilkan dalam Tabel 5.6 dibawah ini.
Tabel 5.6. Volume Produksi dan Nilai Penjualan Furniture Kayu
(Persentase produksi dan penjualan = 100%)
Volume
Produksi
Model
Total Penjualan
per bulan (Rp.)
Total Penjualan
per tahun (Rp.)
Kursi Tamu
13
3,500,000
45,500,000
546,000,000
Lemari Pakaian
10
2,300,000
23,000,000
276,000,000
Kursi Makan
12
2,200,000
26,400,000
316,800,000
Kursi Dipan
10
1,800,000
18,000,000
216,000,000
Meja Rias
10
1,000,000
10,000,000
120,000,000
Total
55
122,900,000
1,474,800,000
Sumber: Lampiran 6
Seperti terlihat pada Tabel 5.6, harga jual produk ditetapkan berdasarkan kisaran yang ada
pada beberapa pengusaha. Melalui asumsi yang dibangun dalam pola pembiayaan ini, maka total
penjualan optimum per bulan adalah Rp 122.900.000,- atau Rp 1.474.800.000,- pertahun.
Pendapatan usaha diproyeksikan dengan asumsi bahwa kapasitas produksi dan penjualan
pada tahun ke-1 adalah 80% dari produksi optimum, meningkat menjadi 90% pada tahun ke-2
dan 100% pada tahun ke-3 hingga tahun ke-5. Seperti terlihat pada tabel 5.7 (lampiran 6)
Tabel 5.7. Produksi dan Penjualan Mebel Kayu
Uraian
Kapasitas Produksi
26
Satuan
Tahun 1
Tahun 2
Tahun 3
Tahun 4
Tahun 5
Persen
80%
90%
100%
100%
100%
Produksi Mebel
a. Kursi Tamu
b. Lemari Pakaian
c. Kursi makan
d. Kursi Dipan
e. Meja Rias
set
set
set
set
set
125
96
115
96
96
140
108
130
108
108
156
120
144
120
120
156
120
144
120
120
156
120
144
120
120
Harga Jual
a. Kursi Tamu
b. Lemari Pakaian
c. Kursi makan
d. Kursi Dipan
e. Meja Rias
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
3,500,000
2,300,000
2,200,000
1,800,000
1,000,000
3,500,000
2,300,000
2,200,000
1,800,000
1,000,000
3,500,000
2,300,000
2,200,000
1,800,000
1,000,000
3,500,000
2,300,000
2,200,000
1,800,000
1,000,000
3,500,000
2,300,000
2,200,000
1,800,000
1,000,000
Total Penjualan
a. Kursi Tamu
b. Lemari Pakaian
c. Kursi makan
d. Kursi Dipan
e. Meja Rias
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
436,800,000
220,800,000
253,440,000
172,800,000
96,000,000
491,400,000
248,400,000
285,120,000
194,400,000
108,000,000
546,000,000
276,000,000
316,800,000
216,000,000
120,000,000
546,000,000
276,000,000
316,800,000
216,000,000
120,000,000
546,000,000
276,000,000
316,800,000
216,000,000
120,000,000
Jumlah total
Rp
1,179,840,000
1,327,320,000
1,474,800,000
1,474,800,000
1,474,800,000
Uraian
Laba Pertahun
Profit Margin
BEP Produksi :
Nilai
318.723.097
22,90%
351.706.454
- Kursi Tamu
37
- Lemari Pakaian
29
- Kursi Makan
34
- Kursi Dipan
29
- Meja Rias
29
Sumber: Lampiran 8
27
Aspek Keuangan
Net Present Value (NPV) sebesar Rp 844.261.802,- dengan Net B/C Ratio 3,53 (lebih besar dari 1).
Nilai IRR dalam perhitungan ini mencapai 94,92% dengan PBP usaha 1 tahun 3 bulan. Dari hasil
perhitungan
tersebut
dapat
disimpulkan
bahwa
usaha
furniture
kayu
ini
layak
dan
Kriteria
Nilai
1.
NPV (Rp.)
844.261.802
2.
IRR (%)
94,92%
3.
3.53
4.
1 tahun 3 bulan
Sumber: Lampiran 9
28
Kriteria
Turun 18%
NPV (Rp.)
20.625.846
IRR (%)
17,40
1,06
4 tahun 8 bulan
Sumber: Lampiran 11
No.
Kriteria
Turun 19%
NPV (Rp.)
-20.792.639
IRR (%)
12
0,92
>5
Sumber: Lampiran 13
Dengan penurunan pendapatan usaha sebesar 18 %, usaha furniture kayu ini masih layak
dilaksanakan. Hal ini berdasar hasil perhitungan sejumlah kriteria kelayakan investasi (pada
discount rate 15%) sebagai berikut : NPV sebesar Rp 20.625.846,- (> 0), nilai IRR 17,40 (>
discount rate), PBP (usaha) adalah 4 tahun 8 bulan (< jangka waktu proyek).
b. Skenario 2
Dengan perkembangan ekonomi saat ini dan kenaikan harga BBM yang semakin menekan
masyarakat memunculkan asumsi peningkatan biaya operasional, sedangkan pendapatan
dianggap konstan. Kenaikan biaya operasional dimungkinkan terjadi karena harga alat-alat
produksi seperti bahan baku dan bahan-bahan produksi, tenaga kerja, dan atau biaya overhead
mengalami kenaikan. Hasil analisis sensitivitas kenaikan biaya operasional ditampilkan pada
Tabel 5.11.
Tabel 5.11. Analisis Sensitivitas Biaya Operasional Naik
No.
Kriteria
Naik 27%
NPV (Rp.)
22.676.684
IRR (%)
17,61
1,07
4 tahun 8 bulan
Sumber: Lampiran 15
29
Aspek Keuangan
No.
Kriteria
Naik 28%
NPV (Rp.)
-7.752.395
IRR (%)
14,09
0,98
>5
Sumber: Lampiran 17
Dalam Skenario 2, dengan kenaikan biaya operasional sebesar 27%, usaha furniture kayu ini
masih layak dilaksanakan. Hal ini berdasarkan hasil perhitungan sejumlah kriteria kelayakan
investasi (pada discount rate 15%) sebagai berikut : NPV sebesar Rp 22.676.684,- (> 0), nilai IRR
17,61% (> discount rate), dan PBP (usaha) 4 tahun 8 bulan (< jangka waktu proyek).
c. Skenario 3
Penurunan jumlah produksi terjadi manakala kondisi pasar dan permintaan produk menurun.
Dampak yang terjadi adalah penurunan total penerimaan, namun berbeda dengan skenario
sebelumnya, maka dalam skenario ini seluruh komponen biaya operasional akan berubah sesuai
penurunan volume produksi sedangkan harga jual produk tetap.
Tabel 5.12. Analisis Sensitivitas Pendapatan Turun dan Biaya Operasional Naik
Kriteria
NPV (Rp.)
82.395.486
IRR (%)
24,29
1,25
3 tahun 11 bulan
No.
Sumber: Lampiran 19
NPV (Rp.)
-69.977.777
IRR (%)
6.44
0,79
>5 tahun
Sumber: Lampiran 21
30
Pada skenario III, pada saat terjadi penurunan pendapatan sebesar 10 sekaligus kenaikan biaya
operasional sebesar 10, usaha furniture kayu ini masih layak dilaksanakan. Hal inii berdasarkan
hasil perhitungan sejumlah kriteria kelayakan investasi (pada discount rate 15%) sebagai
berikut : net B/C ratio sebesar 1,25(> 1), dengan nilai NPV sebesar Rp 82.395.486,- (> 0), nilai
IRR 24,29% (> discount rate), PBP (usaha) 3 tahun 11 bulan (< jangka waktu proyek).
Hasil analisis sensitivitas tersebut di atas memperlihatkan bahwa usaha furniture kayu lebih
sensitif terhadap penurunan pendapatan dibandingkan kenaikan biaya operasional. Berdasarkan
ketiga skenario yang dibuat tersebut maka antisipasi keadaan untuk masing-masing skenario
dengan memperhatikan kriteria NPV, adalah :
1. Pada Skenario 1 proyek ini sensitif pada penurunan pendapatan hingga 18%, (dengan asumsi
biaya operasional dan investasi tetap), artinya jika penurunan pendapatan sama dengan atau
lebih dari 18% tiap tahunnya, proyek ini menjadi tidak layak/merugi.
2. Pada Skenario 2 proyek ini sensitif pada peningkatan biaya operasional hingga 27%, (dengan
asumsi pendapatan dan biaya investasi tetap), artinya jika peningatan biaya operasional sama
dengan atau lebih dari 27% tiap tahunnya, proyek ini menjadi tidak layak/merugi.
3. Analisis sensitivitas gabungan menunjukkan bahwa proyek ini sensitif pada kondisi terjadi
penurunan pendapatan sebesar 10% sekaligus kenaikan biaya operasional sebesar 10%.
4. Hasil analisis aspek keuangan di atas menunjukkan bahwa usaha furniture kayu memberikan
pendapatan yang tinggi sehingga proyek ini layak dilaksanakan dan dibiayai oleh bank.
31
Aspek Keuangan
32
BAB VI
ASPEK EKONOMI, SOSIAL DAN DAMPAK LINGKUNGAN
dimanfaatkan untuk produk, bahkan sisanya dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar sebagai
bahan bakar kayu. Risiko yang mungkin dapat terjadi adalah kemungkinan bahaya kebakaran
karena terdapat limbah kayu dan bahan pewarnaan dalam bentuk cair yang mudah terbakar. Oleh
karena itu, disarankan untuk menyediakan alat pemadam kebakaran sebagai upaya meminimalkan
dampat resiko kebakaran.
33
34
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan
1. Usaha furniture kayu di Kota Tangerang merupakan usaha dengan skala kecil.
2. Sumber pendanaan untuk usaha furniture kayu dapat berasal dari
35
9. Analisis sensitivitas terhadap penurunan pendapatan usaha dan kenaikan biaya operasional
sekaligus, proyek ini sensitif pada penurunan pendapatan sebesar 10% dan kenaikan biaya
operasional sebesar 10%. Artinya, jika penurunan pendapatan sama dengan atau lebih besar
dari 10% dan sekaligus terjadi kenaikan biaya operasional sama dengan atau lebih besar dari
10% tiap tahunnya, maka proyek ini menjadi tidak layak diusahakan (merugi).
7.2. Saran
1. Perusahaan yang mengalami peningkatan permintaan yang tinggi perlu mempertimbangkan
untuk pengadaan mesin baru menggantikan mesin yang sudah tua. Ini bertujuan untuk
meningkatkan kapasitas produksi agar mampu memproduksi secara lebih cepat dan presisi.
2. Risiko kenaikan harga bahan bahan baku disarankan untuk diantisipasi melalui penyediaan
cadangan bahan baku oleh koperasi/asosiasi pengusaha sejenis, guna menurunkan risiko
kerugian jika harga bahan baku naik. Pembelian bahan baku secara kolektif juga dapat
menurunkan biaya bahan baku.
3. Peningkatan akses antara pengusaha dan konsumen serta kurangnya popularitas produsen dan
upaya untuk menembus pasar disarankan untuk dilakukan secara bersama (pemasaran
bersama) dalam wadah koperasi/asosiasi.
4. Pengusaha disarankan untuk mempertimbangkan pemanfaatan akses kredit dari lembaga
keuangan formal (perbankan) guna meningkatkan kemampuan keuangan dan volume bisnis.
Hal ini mengingat perbankan merupakan salah satu sumber kredit yang relatif besar dan
berkesinambungan.
5. Pembiayaan perbankan diharapkan dapat mengakomodir kebutuhan kredit investasi, terutama
untuk
terhadap kendala pada proses pengeringan, pengecatan dan finishing terutama di musim
penghujan.
36
DAFTAR PUSTAKA
37
Daftar Pustaka
38
LAMPIRAN
Lampiran 1. Asumsi dan Parameter untuk Analisis Keuangan
Industri Furniture Kayu
No.
1
2
3
4
Perincian
Umur Proyek
Bulan Kerja efektif per tahun
Hari kerja per bulan
Bahan Baku Kayu Persiklus Produksi
Kayu Jati
Kayu Mahoni
5 Siklus bahan baku per bulan
6 Produksi Optimum per siklus (per bulan):
- Kursi Tamu
- Lemari Pakaian
- Kursi Makan
- Kursi Dipan
- Meja Rias
7 Harga Satuan Jual
- Kursi Tamu
- Lemari Pakaian
- Kursi Makan
- Dipan
- Meja Rias
8 Kapasitas Produksi
a. Tahun ke - 1
b. Tahun ke - 2
c. Tahun ke - 3 sampai 5
9 Bunga Kredit
10 Discount Factor ( suku bunga)
Jumlah
Satuan
5
12
26
Tahun
Bulan
Hari
2
1
1
M per bulan
M3 per bulan
sekali bulan
13
10
12
10
10
Set
Unit
Set
Unit
Unit
3,500,000
2,300,000
2,200,000
1,800,000
1,000,000
Rp./set
Rp/unit.
Rp./set
Rp./unit
Rp/unit.
80%
90%
100%
15%
15%
%
%
39
Lampiran
5
6
Jenis Biay a
2
Satuan Jumlah
Harga
(Rp/ satuan)
Umur
ekonmis
Peny usutan
Per Tahun
Akumulasi
Peny usutan
5
1
1
10,000,000
25,000,000
10,000,000
50,000,000
25,000,000
10,000,000
85,000,000
5
5
5
10,000,000
5,000,000
2,000,000
17,000,000
50,000,000
25,000,000
10,000,000
85,000,000
Buah
Buah
Buah
Buah
3
4
2
2
350,000
350,000
2,250,000
2,500,000
1,050,000
1,400,000
4,500,000
5,000,000
1,000,000
12,950,000
5
5
5
5
2
210,000
280,000
900,000
1,000,000
500,000
2,890,000
1,050,000
1,400,000
4,500,000
5,000,000
11,950,000
500,000
500,000
-
1
1
1
1
1
150,000
750,000
500,000
250,000
100,000
150,000
750,000
500,000
250,000
100,000
1,750,000
5
5
5
5
5
30,000
150,000
100,000
50,000
20,000
350,000
150,000
750,000
500,000
250,000
100,000
1,750,000
Unit
70,000,000
70,000,000
70,000,000
10,000,000
10,000,000
50,000,000
50,000,000
20,000,000
20,000,000
500,000
500,000
500,000
500,000
2,000,000
5
5
5
5
30,240,000
148,700,000
20,500,000
171,700,000
1
2
3
4
5
6
40
Buah
Buah
Buah
Buah
Buah
Tatah, Pisau Raut, Pahat, Bor Manual, serut manual, palu, tang, tatah ukir
Obeng, Drip. Meteran gulung, mistar siku
No.
Nilai Sisa
tahun
Unit
Unit
Total
(Rp.)
Uraian
Tanah dan Bangunan
Mesin dan Alat Produksi
Inventaris Kantor
Alat Tranportasi (pick up)
Perijinan (4 macam)
Jumlah Biay a Inv estasi
Sumber Dana Investasi dari:
a. Kredit
b. Dana Sendiri
%
73%
27%
85,000,000
12,950,000
1,750,000
70,000,000
2,000,000
171,700,000
Rp
125,000,000
46,700,000
41
Lampiran
Jenis Biaya
17,850,000
214,200,000
49,655,500
595,866,000
2,000,000
24,000,000
Biaya Pemasaran
2,500,000
30,000,000
Biaya Overhead
8,900,000
106,800,000
100,000
1,200,000
81,005,500
972,066,000
42
Jenis Biaya
Harga/satuan
Nilai (Rp)
0.167
162,011,000
Rp
a. Kredit
62%
100,000,000
b. Dana sendiri
38%
62,011,000
No
Total Biay a
125,000,000
46,700,000
171,700,000
100,000,000
62,011,000
162,011,000
225,000,000
108,711,000
333,711,000
Jenis Produk
Kursi Tamu
Lemari Pakaian
Kursi Makan
Kursi Dipan
Meja Rias
Satuan
Produksi/
bulan
Set
Unit
Set
Unit
Unit
13
10
12
10
10
Produksi/
tahun
Harga satuan
Rp
156
120
144
120
120
660
3,500,000
2,300,000
2,200,000
1,800,000
1,000,000
Penjualan
Rp/ tahun
Penjualan
Rp/ bulan
546,000,000
276,000,000
316,800,000
216,000,000
120,000,000
1,474,800,000
45,500,000
23,000,000
26,400,000
18,000,000
10,000,000
122,900,000
Satuan
Tahun 1
Tahun 2
Tahun 3
Tahun 4
Tahun 5
Persen
80%
90%
100%
100%
100%
Produksi Mebel
a. Kursi Tamu
b. Lemari Pakaian
c. Kursi makan
d. Kursi Dipan
e. Meja Rias
set
set
set
set
set
125
96
115
96
96
140
108
130
108
108
156
120
144
120
120
156
120
144
120
120
156
120
144
120
120
Harga Jual
a. Kursi Tamu
b. Lemari Pakaian
c. Kursi makan
d. Kursi Dipan
e. Meja Rias
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
3,500,000
2,300,000
2,200,000
1,800,000
1,000,000
3,500,000
2,300,000
2,200,000
1,800,000
1,000,000
3,500,000
2,300,000
2,200,000
1,800,000
1,000,000
3,500,000
2,300,000
2,200,000
1,800,000
1,000,000
3,500,000
2,300,000
2,200,000
1,800,000
1,000,000
Total Penjualan
a. Kursi Tamu
b. Lemari Pakaian
c. Kursi makan
d. Kursi Dipan
e. Meja Rias
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
436,800,000
220,800,000
253,440,000
172,800,000
96,000,000
491,400,000
248,400,000
285,120,000
194,400,000
108,000,000
546,000,000
276,000,000
316,800,000
216,000,000
120,000,000
546,000,000
276,000,000
316,800,000
216,000,000
120,000,000
546,000,000
276,000,000
316,800,000
216,000,000
120,000,000
Jumlah total
Rp
1,179,840,000
1,327,320,000
1,474,800,000
1,474,800,000
1,474,800,000
43
Lampiran
Bulan
Thn 1
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Jml
Thn 2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Jml
44
125,000,000
24
15%
menurun
Angsuran
Angsuran
Total
Saldo
Saldo
Pokok
Bunga
Angsuran
Awal
Akhir
5,208,333
5,208,333
5,208,333
5,208,333
5,208,333
5,208,333
5,208,333
5,208,333
5,208,333
5,208,333
5,208,333
5,208,333
62,500,000
1,562,500
1,497,396
1,432,292
1,367,188
1,302,083
1,236,979
1,171,875
1,106,771
1,041,667
976,563
911,458
846,354
14,453,125
6,770,833
6,705,729
6,640,625
6,575,521
6,510,417
6,445,313
6,380,208
6,315,104
6,250,000
6,184,896
6,119,792
6,054,688
76,953,125
125,000,000
119,791,667
114,583,333
109,375,000
104,166,667
98,958,333
93,750,000
88,541,667
83,333,333
78,125,000
72,916,667
67,708,333
119,791,667
114,583,333
109,375,000
104,166,667
98,958,333
93,750,000
88,541,667
83,333,333
78,125,000
72,916,667
67,708,333
62,500,000
5,208,333
5,208,333
5,208,333
5,208,333
5,208,333
5,208,333
5,208,333
5,208,333
5,208,333
5,208,333
5,208,333
5,208,333
62,500,000
781,250
716,146
651,042
585,938
520,833
455,729
390,625
325,521
260,417
195,313
130,208
65,104
5,078,125
5,989,583
5,924,479
5,859,375
5,794,271
5,729,167
5,664,063
5,598,958
5,533,854
5,468,750
5,403,646
5,338,542
5,273,438
67,578,125
62,500,000
57,291,667
52,083,333
46,875,000
41,666,667
36,458,333
31,250,000
26,041,667
20,833,333
15,625,000
10,416,667
5,208,333
57,291,667
52,083,333
46,875,000
41,666,667
36,458,333
31,250,000
26,041,667
20,833,333
15,625,000
10,416,667
5,208,333
0
100,000,000
12
15%
menurun
Angsuran
Angsuran
Total
Bulan
Pokok
Bunga
Angsuran
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
8,333,333
8,333,333
8,333,333
8,333,333
8,333,333
8,333,333
8,333,333
8,333,333
8,333,333
8,333,333
8,333,333
8,333,333
100,000,000
1,250,000
1,145,833
1,041,667
937,500
833,333
729,167
625,000
520,833
416,667
312,500
208,333
104,167
8,125,000
9,583,333
9,479,167
9,375,000
9,270,833
9,166,667
9,062,500
8,958,333
8,854,167
8,750,000
8,645,833
8,541,667
8,437,500
108,125,000
Saldo
Saldo
Awal
#REF!
Akhir
#REF!
100,000,000
91,666,667
83,333,333
75,000,000
66,666,667
58,333,333
50,000,000
41,666,667
33,333,333
25,000,000
16,666,667
8,333,333
91,666,667
83,333,333
75,000,000
66,666,667
58,333,333
50,000,000
41,666,667
33,333,333
25,000,000
16,666,667
8,333,333
0.00
Angsuran
Pokok
Angsuran
Bunga
162.500.000
22.578.125
62,500,000
5,078,125
Total
Angsuran
Saldo Awal
225.000.000
Saldo Akhir
225.000.000
185.078.125
225.000.000
67,578,125
62,500,000
62,500,000
0
45
Lampiran
No
Uraian
Pendapatan
2
a
b
Biaya Operasional
Biaya Variabel
Biaya Tetap
Total Biaya Operasional
Laba Kotor
Bunga Kredit
Laba Sebelum Pajak
Biaya Penyusutan
Laba Kena Pajak
Pajak
Laba Bersih
Profit margin (%)
3
4
5
6
7
46
1
80%
2
90%
1,179,840,000 1,327,320,000
691,252,800
108,000,000
799,252,800
380,587,200
22,578,125
358,009,075
30,240,000
327,769,075
80,830,723
246,938,353
20.93
777,659,400
108,000,000
885,659,400
441,660,600
5,078,125
436,582,475
30,240,000
406,342,475
104,402,743
301,939,733
22.75
TAHUN
3
100%
4
100%
5
100%
1,474,800,000 1,474,800,000
864,066,000
108,000,000
972,066,000
502,734,000
502,734,000
30,240,000
472,494,000
124,248,200
348,245,800
23.61
864,066,000
108,000,000
972,066,000
502,734,000
502,734,000
30,240,000
472,494,000
124,248,200
348,245,800
23.61
Rata-rata
1,474,800,000
1,386,312,000
864,066,000
108,000,000
972,066,000
502,734,000
502,734,000
30,240,000
472,494,000
124,248,200
348,245,800
23.61
812,222,040
108,000,000
920,222,040
466,089,960
5,531,250
460,558,710
30,240,000
430,318,710
111,595,613
318,723,097
22.90
47
Lampiran
Lampiran 9. Proyeksi Arus Kas dan Analisis Kelayakan Usaha Furniture Kayu
48
Lampiran 10. Proyeksi Laba/Rugi Industri Furniture Kayu Pada Penurunan Pendapatan 18 %
49
Lampiran
Lampiran 11. Proyeksi Arus Kas dan Analisis Sensitivitas Pendapatan Turun 18 %
TAHUN
URAIAN
Inflow
a. Pendapatan
b. Dana sendiri
c. Kredit investasi
d. Kredit modal kerja
e. Nilai sisa
Total Inflow
Total Inflow untuk IRR
Outflow
a. Investasi/re-investasi
b. Modal kerja
c.Biaya operasional
d. Angsuran pokok
e. Angsuran bunga
f. Pajak
Total Outflow
Total Outflow untuk IRR
Cashflow
Kumulatif cashflow (-nilai sisa)
Cashflow untuk IRR
PV Benefit
PV Cost
PV Cashflow
Kumulatif PV Cashflow
1
80%
108,711,000
125,000,000
100,000,000
333,711,000
-
2
90%
3
100%
4
100%
5
100%
967,468,800
1,088,402,400
1,209,336,000
1,209,336,000
1,209,336,000
967,468,800
967,468,800
1,088,402,400
1,088,402,400
1,209,336,000
1,209,336,000
1,209,336,000
1,209,336,000
20,500,000
1,229,836,000
1,229,836,000
171,700,000
162,011,000
1,000,000
1,000,000
799,252,800
162,500,000
22,578,125
80,830,723
1,065,161,648
880,083,523
885,659,400
62,500,000
5,078,125
104,402,743
1,058,640,268
991,062,143
972,066,000
-
972,066,000
-
972,066,000
-
124,248,200
1,096,314,200
1,096,314,200
124,248,200
1,097,314,200
1,097,314,200
124,248,200
1,096,314,200
1,096,314,200
-97,692,847
-97,692,847
-97,692,847
29,762,133
-67,930,715
-67,930,715
113,021,800
45,091,085
45,091,085
112,021,800
157,112,885
157,112,885
133,521,800
290,634,685
270,134,685
-333,711,000
87,385,278
97,340,258
113,021,800
112,021,800
133,521,800
333,711,000
-333,711,000
-333,711,000
841,277,217
765,290,020
75,987,198
-257,723,802
822,988,582
749,385,363
73,603,219
-184,120,583
795,158,050
720,844,382
74,313,668
-109,806,915
691,441,783
627,392,955
64,048,828
-45,758,087
611,445,847
545,061,915
66,383,933
20,625,846
333,711,000
333,711,000
--
50
Lampiran 12. Proyeksi Laba/Rugi Industri Furniture Kayu Pada Penurunan Pendapatan 19%
51
Lampiran
Lampiran 13. Proyeksi Arus Kas dan Analisis Sensitivitas Pendapatan Turun 19%
52
No
Uraian
1
2
a
b
Pendapatan
Biaya Operasional
Biaya Variabel
Biaya Tetap
Total Biaya Operasional
Laba Kotor
Bunga Kredit
Laba Sebelum Pajak
Biaya Penyusutan
Laba Kena Pajak
Pajak
Laba Bersih
Profit margin (%)
3
4
5
6
7
1
80%
2
90%
TAHUN
3
100%
4
100%
5
100%
Rata-rata
1,179,840,000 1,327,320,000
1,474,800,000 1,474,800,000
1,474,800,000
1,386,312,000
877,891,056
987,627,438
137,160,000
137,160,000
1,015,051,056 1,124,787,438
164,788,944
202,532,562
22,578,125
5,078,125
142,210,819
197,454,437
30,240,000
30,240,000
111,970,819
167,214,437
16,091,246
32,664,331
95,879,573
134,550,106
8.13
10.14
1,097,363,820 1,097,363,820
137,160,000
137,160,000
1,234,523,820 1,234,523,820
240,276,180
240,276,180
240,276,180
240,276,180
30,240,000
30,240,000
210,036,180
210,036,180
45,510,854
45,510,854
164,525,326
164,525,326
11.16
11.16
1,097,363,820
137,160,000
1,234,523,820
240,276,180
240,276,180
30,240,000
210,036,180
45,510,854
164,525,326
11.16
1,031,521,991
137,160,000
1,168,681,991
217,630,009
5,531,250
212,098,759
30,240,000
181,858,759
37,057,628
144,801,131
10.35
53
Lampiran
Lampiran 15. Proyeksi Arus Kas dan Analisis Sensitivitas Biaya Operasional Naik 27%
54
No
Uraian
1
2
a
b
Pendapatan
Biaya Operasional
Biaya Variabel
Biaya Tetap
Total Biaya Operasional
Laba Kotor
Bunga Kredit
Laba Sebelum Pajak
Biaya Penyusutan
Laba Kena Pajak
Pajak
Laba Bersih
Profit margin (%)
3
4
5
6
7
1
80%
2
90%
TAHUN
3
100%
4
100%
5
100%
Rata-rata
1,179,840,000 1,327,320,000
1,474,800,000 1,474,800,000
1,474,800,000
1,386,312,000
884,803,584
995,404,032
138,240,000
138,240,000
1,023,043,584 1,133,644,032
156,796,416
193,675,968
22,578,125
5,078,125
134,218,291
188,597,843
30,240,000
30,240,000
103,978,291
158,357,843
13,693,487
30,007,353
90,284,804
128,350,490
7.65
9.67
1,106,004,480 1,106,004,480
138,240,000
138,240,000
1,244,244,480 1,244,244,480
230,555,520
230,555,520
230,555,520
230,555,520
30,240,000
30,240,000
200,315,520
200,315,520
42,594,656
42,594,656
157,720,864
157,720,864
10.69
10.69
1,106,004,480
138,240,000
1,244,244,480
230,555,520
230,555,520
30,240,000
200,315,520
42,594,656
157,720,864
10.69
1,039,644,211
138,240,000
1,177,884,211
208,427,789
5,531,250
202,896,539
30,240,000
172,656,539
34,296,962
138,359,577
9.88
55
Lampiran
Lampiran 17. Proyeksi Arus Kas dan Analisis Sensitivitas Biaya Operasional Naik 28%
56
57
Lampiran
58
59
Lampiran
60