Anda di halaman 1dari 132

BAB II

GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH


II.1. KONDISI GEOGRAFIS DAN DEMOGRAFIS
II.1.1. KARAKTERISTIK LOKASI DAN WILAYAH

Kota Surabaya sebagai ibukota Provinsi Jawa Timur terletak


di tepi pantai utara Provinsi Jawa Timur atau tepatnya berada
diantara 7 9'- 7 21' Lintang Selatan dan 112 36' - 112 54' Bujur
Timur. Wilayahnya berbatasan dengan Selat Madura di sebelah
Utara dan Timur, Kabupaten Sidoarjo di sebelah Selatan dan
Kabupaten Gresik di sebelah Barat.
Secara topografi, sebagian

besar

(25.919,04

Ha)

merupakan dataran rendah dengan ketinggian 3 - 6 meter di atas


permukaan laut pada kemiringan kurang dari 3 persen, sebagian
lagi pada sebelah barat (12,77 persen) dan sebelah selatan (6,52
persen) merupakan daerah perbukitan landai dengan ketinggian
25 - 50 meter di atas permukaan laut dan pada kemiringan 5 15
persen.
Jenis batuan yang ada terdiri dari 4 jenis yang pada
dasarnya merupakan tanah liat atau unit-unit pasir. Sedangkan jenis
tanah, sebagian besar berupa tanah alluvial, selebihnya tanah
dengan kadar kapur yang tinggi (daerah perbukitan). Sebagaimana
daerah tropis lainnya, Surabaya mengenal 2 musim yaitu musim
hujan dan kemarau. Curah hujan rata-rata 172 mm, dengan
temperatur berkisar maksimum 30 C dan minimum 25 C.
Secara geografis, Kota Surabaya terletak di hilir sebuah
Daerah Aliran Sungai (DAS) Brantas yang bermuara di Selat
Madura. Beberapa sungai besar yang berfungsi membawa dan
menyalurkan banjir yang berasal dari hulu mengalir melintasi Kota
Surabaya, antara lain Kali Surabaya dengan Q rata2 = 26,70
m3/detik, Kali Mas dengan Q rata2 = 6,26 m3/detik dan Kali Jagir
dengan Qrata2 = 7,06 m3/detik. Sebagai daerah hilir, Kota
Surabaya dengan sendirinya merupakan daerah limpahan debit air
R P J M D

K O T A

S U R A B A Y A

T A H U N

2 0 1 0 - 2 0 1 5

II - 1

dari sungai yang melintas dan mengakibatkan terjadinya banjir pada


musim penghujan.
Secara administrasi pemerintahan Kota Surabaya dikepalai
oleh Walikota yang juga membawahi koordinasi atas wilayah
administrasi kecamatan yang dikepalai oleh Camat. Jumlah
kecamatan yang ada di Kota Surabaya sebanyak 31 kecamatan
dan jumlah kelurahan sebanyak 160 kelurahan dan terbagi lagi
menjadi 1.405 Rukun Warga (RW) dan 9.271 Rukun Tetangga
(RT).
II.1.2. POTENSI PENGEMBANGAN WILAYAH

Kota Surabaya sebagai salah satu kota di Jawa Timur


memiliki peran strategis pada skala nasional sebagai pusat
pelayanan kegiatan Indonesia Timur, dan pada skala regional
sebagai kota perdagangan dan jasa yang pada simpul transportasi
(darat, udara dan laut) nasional dan internasional sehingga
memberi peluang bagi Kota Surabaya untuk meningkatkan
perannya sebagai Pusat Kegiatan Nasional. Dalam kaitannya
dengan kondisi tersebut, Kota Surabaya memiliki kawasan strategis
yang dapat dikembangkan secara berkelanjutan untuk mendukung
eksistensi pengembangan wilayah dimasa mendatang, diantaranya
adalah:
a. Kawasan Pertahanan Dan Keamanan
Kawasan pertahanan dan keamanan/militer yang ada
di Kota Surabaya adalah:

Kawasan Bumi Marinir TNI-AL di Karang Pilang Surabaya.


Kawasan Basis Armada Timur dan KODIKAL dan
LANTAMAL di Tanjung Perak.

II - 2

Kawasan Kodam Brawijaya dan Batalyon Infantri (YONIF)


di Kawasan Gunungsari.

R P J M D

K O T A

S U R A B A Y A

T A H U N

2 0 1 0 - 2 0 1 5

b. Kawasan Pendorong Pertumbuhan Ekonomi


Kawasan-kawasan yang akan dikembangkan untuk
mendorong pertumbuhan ekonomi adalah:

Kawasan Industri dan Pergudangan


Ditinjau dari aksesbilitas karena letaknya berdekatan
dengan pelabuhan Tanjung Perak dan Jalan Tol Sidoarjo Surabaya Gresik, Kawasan industri dan pergudangan
Margomulyo

merupakan

kawasan

strategis

untuk

dioptimalisasi dan dikembangkan dengan orientasi pada


industry smart and clean dengan didukung oleh
infrastruktur yang memadai.

Kawasan Segi Empat EmasTunjungan dan sekitarnya


Sebagai kawasan pusat perdagangan dan perkantoran,
kawasan Segi Empat Emas Tunjungan memerlukan
penanganan

dan

pengelolaan

yang

optimal

untuk

mendukung percepatan pertumbuhan ekonomi Kota


Surabaya.

Kawasan Kaki Jembatan Wilayah Suramadu - Pantai


Kenjeran
Merupakan kawasan strategis ditinjau dari lokasinya yang
berada l di persimpangan kaki jembatan dan rencana jalan
lingkar luar timur. Disamping itu, kawasan ini memiliki
potensi sebagai kawasan perdagangan dan jasa skala
regional. Keberadaan Jembatan Suramadu memberikan
peningkatan potensi dan peran Kota Surabaya, sebagai
pusat kegiatan regional, tidak hanya dalam lingkup
Kawasan
Gerbangkertosusila
(Kabupaten
Gresik,
Kabupaten Bangkalan, kabupaten dan Kota Mojokerto,
Kota Surabaya, Kabupaten Sidoarjo dan Kabupaten
Lamongan), namun juga hingga kawasan kepulauan
madura secara keseluruhan (Kabupaten Bangkalan,

R P J M D

K O T A

S U R A B A Y A

T A H U N

2 0 1 0 - 2 0 1 5

II - 3

Kabupaten

Sampang,

Kabupaten

Pamekasan

dan

Kabupaten Sumenep).

Kawasan Waterfront city yang terintegrasi dengan rencana


pengembangan Pelabuhan Teluk Lamong
Kawasan ini akan dikembangkan dengan konsep mixed
use antara hunian dan komersial yang didukung oleh
rancang kota yang baik yang terintegrasi dengan rencana
pengembangan Pelabuhan Teluk Lamong. Kedepannya
kawasan pelabuhan dan waterfront city dapat terintegrasi
dalam konteks sebuah kesatuan kawasan strategis

Kawasan Terpadu Surabaya Barat


Kawasan ini akan dikembangkan menjadi kawasan
terpadu yang pusatnya akan dikembangkan di Stadion
Bung Tomo sebagai kawasan pusat olahraga berskala
nasional yang akan terintegrasi dengan pengembangan
kawasan perdagangan dan jasa di sekitarnya.

c. Kawasan Pengembangan Sosial Budaya


Kawasan yang dikembangkan dari sudut kepentingan
sosial dan budaya adalah kawasan adat tertentu, kawasan dan
konservasi warisan budaya. Kawasan strategis sosial-budaya
yang ada di Kota Surabaya adalah :

Kawasan Religi Makam Sunan Ampel


Merupakan kawasan cagar budaya yang memiliki karakter
dan daya tarik kuat sebagai obyek wisata ziarah di
Indonesia yang berkembang tidak hanya sebagai
kampung budaya yang khas dengan beragam aktivitasnya
tetapi juga memiliki kultur religi yang kuat.

Kawasan Kota Lama Surabaya, Kawasan Bangunan dan


Lingkungan Cagar Budaya
Kawasan kota lama merupakan kawasan yang pada era
kolonial terdelienasi sebagai kawasan eropa, kawasan

II - 4

R P J M D

K O T A

S U R A B A Y A

T A H U N

2 0 1 0 - 2 0 1 5

arab dan kawasan cina yang tersebar di Kecamatan


Krembangan, Kecamatan Pabean Cantian, Kecamatan
Semampir dan Kecamatan Bubutan, sedangkan kawasan
bangunan dan lingkungan cagar budaya merupakan
kawasan bangunan dan lingkungan pada kawasan DarmoDiponegoro serta kawasan kampung lama Tunjungan di
Kecamatan Tegalsari. Seiring dengan waktu, pemanfaatan
bangunan yang tidak serasi dangan karakter awal
kawasan kota lama dan kampung lama membuat kawasan
ini terlihat kumuh dan cenderung ditinggalkan, sehingga
perlu penetapan sebagai kawasan cagar budaya yang
berkarakter untuk mengendalikan pembangunan di
kawasan ini.
d. Kawasan Pendukung Lingkungan Hidup
Kawasan yang dikembangkan untuk meningkatkan
fungsi dan daya dukung lingkungan hidup yang ada di Kota
Surabaya adalah:

Kebun Binatang Surabaya (KBS)


Merupakan hutan kota di kawasan Wonokromo yang
berfungsi sebagai tempat perlindungan satwa, hutan kota
dan rekreasi alam di dalam Kota Surabaya. Sebagai
kawasan hijau yang masih di tengah Kota, Kebun
Binatang Surabaya sangat berperan dalam mengatur iklim
mikro di Kota Surabaya. Melihat nilai strategis sebagai
kawasan wisata dalam kota, maka keberadaan KBS harus
dipertahankan dan dijaga kelestariannya.

Hutan Mangrove Pantai Timur Surabaya.


Merupakan kawasan lindung alam berupa vegetasi
mangrove yang berada di pesisir timur Kota Surabaya.
Kawasan Mangrove Pamurbaya sangat berperan penting

R P J M D

K O T A

S U R A B A Y A

T A H U N

2 0 1 0 - 2 0 1 5

II - 5

dalam menjaga keseimbangan ekosistem pesisir dan


sebagai barier alami dari proses abrasi dan intrusi air laut.

Kawasan Sempadan Sungai


Kota Surabaya dilalui oleh sungai yang sangat
berpengaruh pada ketersediaan air baku dan sistem
utama drainase kota. Beberapa sungai tersebut adalah
Kali Surabaya, Kali Wonokromo, Kalimas
dan Kali
Makmur. Semua aliran air permukaan dan air buangan
bermuara di sungai-sungai tersebut, sehingga akan
berpengaruh pada kualitas air baku. Mengingat populasi
penduduk Kota Surabaya semakin tinggi yang berdampak
pada semakin meningkatnya kebutuhan air bersih dan air
buangan, maka perlu adanya pengelolaan kawasan
daerah aliran sungai untuk mendukung fungsinya sebagai
kawasan lindung.

II - 6

R P J M D

K O T A

S U R A B A Y A

T A H U N

2 0 1 0 - 2 0 1 5

Posisi Surabaya dalam


konteks Nasional &
internasional

Surabaya dalam GERBANGKERTOSUSILA

Surabaya dalam SMA

Gambar 2.1 Lokasi dan Peran Kota Surabaya


e. Kawasan Strategis Pendayagunaan SDA dan Teknologi
Tinggi
Kawasan
strategis
dari
sudut
kepentingan
pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi
R P J M D

K O T A

S U R A B A Y A

T A H U N

2 0 1 0 - 2 0 1 5

II - 7

adalah penghasil sumberdaya alam yang sangat potensial


untuk kepentingan masyarakat beserta perangkat atau
instalasi pengolahannya atau kawasan khusus untuk
pengembangan teknologi untuk kepentingan strategis negara
dan kepentingan umum. kawasan strategis SDA dan Teknologi
Tinggi di Kota Surabaya adalah:

Industri Pengembangan Perkapalan


Merupakan salah satu kawasan yang digunakan dalam
pengembangan teknologi perkapalan tingkat nasional.
Sebagai industri perkapalan nasional, kawasan industri ini
memiliki nilai strategis dan diperlukan upaya dalam
menjaga dan meningkatkan nilai atau potensi kawasan
tersebut.

Surabaya Industrial Estate Rungkut (SIER).


Merupakan kawasan industri dan pergudangan yang telah
lama berdiri di Kota Surabaya. Mengingat Kota Surabaya
sebagai kota jasa dan perdagangan,maka kegiatan
industri dialihkan ke luar wilayah Kota Surabaya.
Sedangkan kawasan SIER, kegiatan industrinya diarahkan
menjadi industri dengan teknologi tinggi yang ramah
lingkungan.

Kawasan Depo dan Pengolahan BBM .


Merupakan kawasan di sekitar Pelabuhan Tanjung Perak
yang memiliki fungsi sebagai penyimpanan bahan bakar
minyak. Pengelolaan BBM juga dilakukan pada lokasi
tersebut, sehingga nilai strategis dalam kaitanya dengan
sistem energi di Kota surabaya dan sekitarnya bergantung
pada kawasan ini.

Kawasan TPA Benowo.


Merupakan kawasan yang digunakan untuk pemrosesan
akhir sampah di Kota Surabaya. Mengingat semakin
meningkatnya timbunan sampah di Kota Surabaya dan

II - 8

R P J M D

K O T A

S U R A B A Y A

T A H U N

2 0 1 0 - 2 0 1 5

teknik open dumping yang tidak efektif dalam mengolah


sampah, maka untuk kedepannya pengolahan sampah
akan diarahkan dengan menggunakan teknologi
pengolahan sampah yang lebih modern dan dalam jangka
panjang akan dikembangkan dengan konsep: Waste to
Energy.
Selain potensi pengembangan kawasan strategis,
perkembangan
pengembangan

Kota
dan

Surabaya juga didukung


pembangunan infrastruktur

oleh
yang

meliputi:
1. Pengembangan Pelabuhan Tanjung Perak untuk Terminal
Peti Kemas/Reklamasi di Teluk Lamong.
2. Pengembangan jaringan jalan arteri yang menghubungkan
antar pusat utama kota dengan pusat kota di kabupaten
yang berbatasan langsung.
3. Pengembangan jalur komuter / kereta api double track
serta angkutan massal dan prasarana pendukungnya yang
menghubungkan pusat-pusat pelayanan kota.
4. Pengembangan dan normalisasi saluran drainase kota.
II.1.3. WILAYAH RAWAN BENCANA

Secara geografis Kota Surabaya tidak termasuk daerah


rawan bencana karena letaknya jauh dari gunung berapi aktif dan
tidak dilalui oleh sungai-sungai besar. Kejadian bencana yang
umum terjadi di Kota Surabaya adalah banjir dan kebakaran.
Beberapa wilayah di Kota Surabaya mengalami genangan dengan
ketinggian yang bervariasi mulai dari 1070 cm dengan waktu
genangan paling lama sekitar 6 jam.
Jenis bencana lainnya adalah

kebakaran.

Kejadian

kebakaran adalah jenis bencana yang tidak dapat diprediksi akan


tetapi dapat dicegah. Penentuan daerah rawan kebakaran di Kota
Surabaya
R P J M D

didasarkan atas

K O T A

S U R A B A Y A

kepadatan

T A H U N

penduduk, kepadatan

2 0 1 0 - 2 0 1 5

II - 9

bangunan, data kejadian kebakaran, kondisi bangunan dan proporsi


kegiatan terbangun dengan luas lahan. Berdasarkan pertimbangan
tersebut, maka kecamatan yang tergolong tingkat kerawanan
sangat tinggi
adalah
Kecamatan
Simokerto, Kecamatan
Tambaksari,
dan Kecamatan
Sawahan.
Kecamatan yang
tergolong tingkat kerawanan tinggi adalah Kecamatan Tegalsari,
Kecamatan
Bubutan,
Kecamatan
Semampir,
Kecamatan
Krembangan,

Kecamatan

Gubeng,

Kecamatan

Wonokromo,

Kecamatan Sukomanunggal. Sedangkan kecamatan lain yang


tidak tergolong tingkat kerawanan sangat tinggi maupun tinggi harus
tetap diwaspadai dan diperhatikan.
Kawasan rawan banjir di Kota Surabaya
gambar peta sebagai berikut :
Gambar 2.2

seperti dalam

Peta Kawasan Rawan Bencana Banjir Di Kota Surabaya

Sumber : Review RTRW Kota Surabaya, Bappeko 2009


Sedangkan genangan terjadi disebabkan tertundanya air
hujan masuk ke saluran pematusan selama beberapa saat.
Kawasan rawan atau berpotensi terjadi genangan
di Kota
Surabaya seperti dalam gambar sebagai berikut :

II - 10

R P J M D

K O T A

S U R A B A Y A

T A H U N

2 0 1 0 - 2 0 1 5

Gambar 2.3
Peta Kawasan Rawan Genangan Di Kota Surabaya

Sumber : Review RTRW Kota Surabaya, Bappeko 2009


Sedangkan bencana lainnya yang umum

terjadi adalah

bencana kebakaran terutama di kawasan permukiman padat dan


kawasan industri. Kawasan rawan bencana kebakaran disebabkan
oleh beberapa hal seperti kepadatan penduduk, kondisi bangunan,
tingkat kepadatan bangunan, kejadian kebakaran dan proporsi
kegiatan terbangun dengan luas lahan.
Berdasarkan pertimbangan tersebut maka daerah dengan
tingkat kerawanan sangat tinggi yang memerlukan penanganan dan
perhatian terdapat pada Kecamatan
Simokerto, Kecamatan
Tambaksari, Kecamatan Sawahan, dan daerah dengan tingkat
kerawanan tinggi meliputi Kecamatan Tegalsari, Kecamatan
Bubutan, Kecamatan
Semampir, Kecamatan
Krembangan,
Kecamatan
Gubeng, Kecamatan
Wonokromo, Kecamatan
Sukomanunggal. Kawasan rawan bencana kebakaran tersebut
dapat dilihat pada gambar sebagai berikut :

R P J M D

K O T A

S U R A B A Y A

T A H U N

2 0 1 0 - 2 0 1 5

II - 11

Gambar 2.4
Peta Kawasan Rawan Bencana Kebakaran Di Kota Surabaya

Mitigasi bencana merupakan serangkaian upaya untuk


mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik
maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi
ancaman bencana yang harus dilakukan oleh semua komponen,
baik masyarakat, pemerintah, maupun pengusaha. Mitigasi juga
harus dilakukan dengan memperhatikan bagaimana upaya
pencegahan bencana, minimalisasi dampak dan upaya pemulihan
daerah yang terkena bencana.
Mitigasi bencana banjir dan genangan dapat dilakukan
dengan pelestarian/konservasi daerah pesisir secara intensif dan
pengendalian kawasan sempadan sungai dan saluran pematusan di
Kota Surabaya. Sedangkan mitigasi untuk bencana kebakaran
dapat dilakukan dengan meningkatkan keandalan sistem proteksi
kebakaran baik pada bangunan maupun pada lingkungan serta
meningkatkan kesadaran dan partisipasi warga dalam upaya
pencegahan dan penanggulangan bencana kebakaran.

II - 12

R P J M D

K O T A

S U R A B A Y A

T A H U N

2 0 1 0 - 2 0 1 5

II.1.4. KONDISI DEMOGRAFIS

Berdasarkan data dari Dinas Kependudukan dan Catatan


Sipil, Kota Surabaya memiliki penduduk hingga akhir tahun 2010
sebanyak 2.929.528 orang dengan komposisi yang relative
seimbang antara laki-laki dengan perempuan yaitu terdiri dari 50,18
persen Laki-laki dan 49,82 persen perempuan. Dengan luas wilayah
yang seluas 33.048 Ha maka tingkat kepadatan Kota Surabaya
sebesar 8.864 jiwa / km2.
Jika dilihat berdasarkan struktur usianya, penduduk Kota
Surabaya lebih banyak berusia produktif yaitu 35 tahun sampai 54
tahun atau sebesar 32,98 persen dari total penduduk, selanjutnya
pada usia 15 tahun sampai 34 tahun atau sebesar 32,95 persen.
Sedangkan pada proporsi penduduk usia tua hanya 14,89 persen
dan sisanya proporsi penduduk usia muda atau anak-anak yaitu
usia kurang dari 14 tahun yaitu 19,19 persen.
Gambar 2.5. Piramida Penduduk KotaSurabaya Tahun 2010

Sumber : Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Surabaya, diolah


Berdasarkan data sensus penduduk, tingkat pertumbuhan
penduduk Kota Surabaya dari tahun 1980 sampai 1990 mencapai
2,06 persen, selanjutnya sampai tahun 2000 tingkat pertumbuhan

R P J M D

K O T A

S U R A B A Y A

T A H U N

2 0 1 0 - 2 0 1 5

II - 13

penduduk menjadi 0,5 persen. Dalam lima tahun terakhir,


berdasarkan hasil registrasi penduduk rata-rata tingkat
pertumbuhan penduduk Kota Surabaya meningkat 1,76 persen.
Meningkatnya pertumbuhan tersebut terutama sebagai akibat dari
tingkat kelahiran dan urbanisasi diiringi dengan meningkatnya usia
harapan hidup penduduk Kota Surabaya.
Komposisi penduduk Kota Surabaya dtinjau dari aspek
pendidikan (di atas umur 10 Tahun), persentase jumlah penduduk
yang manamatkan pendidikan minimal SLTP sebesar 35%,
sedangkan jumlah penduduk yang sudah mengenyam pendidikan
minimal SMU sederajat sebanyak 29 %. Dibanding kabupaten/kota
yang ada di Jawa Timur, Kota Surabaya memiliki profil pendidikan
penduduk yang relatif baik. Secara rinci profil pendidikan penduduk
Kota surabaya tahun 2009 adalah sebagai berikut :
Gambar 2.6
Profil Penduduk Kota Surabaya Berdasarkan Pendidikan Tertinggi
yang Ditamatkan Tahun 2010

Perguruan
Tinggi
13%
SLTA
SEDERAJAT
29%

Tidak/Belum
Sekolah
19%

Belum
Tamat SD
Sederajat
4%

Tamat SD
Sederajat
22%

SLTP
Sederajat
13%

Sumber : Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Surabaya,


diolah
Komposisi Penduduk Kota Surabaya ditinjau menurut agama
yang dipeluk menunjukkan bahwa penduduk Kota Surabaya

II - 14

R P J M D

K O T A

S U R A B A Y A

T A H U N

2 0 1 0 - 2 0 1 5

mayoritas memeluk agama Islam. Pada tahun 2010, penduduk


Surabaya yang memeluk agama islam sebanyak 84,79 persen,
selanjutnya pemeluk agama Kristen sebanyak 9,82 persen,
kemudian pemeluk agama Katholik sebanyak 4,21% persen
sedangkan penduduk yang memeluk agama Hindu, Budha dan
lainnya, masing masing 0,33,1,76 dan 0,01 persen. Komposisi
penduduk Kota Surabaya berdasarkan agama yang dipeluk untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel 2.1
Profil Penduduk Kota Surabaya Berdasarkan Agama
Agama

2008

2009

2010

Islam

82.31%

84.86%

84.79%

Kristen

10.06%

9.99%

9.82%

Katholik

4.50%

4.21%

4.21%

Hindu

0.83%

0.34%

0.33%

Budha

2.29%

1.82%

1.76%

Lainnya

0.00%

0.01%

0.01%

Sumber : Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Surabaya,


diolah
II.2. KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
II.2.1. KESEJAHTERAAN DAN PEMERATAAN EKONOMI

a. Kondisi Makro Ekonomi Surabaya


Perkembangan ekonomi Surabaya relatif tinggi
dibanding pertumbuhan rata-rata Nasional (5,74%) maupun
Jawa Timur (5,90%) pada tahun 2006 2010. Pertumbuhan
ekonomi ini lebih didorong oleh pertumbuhan sektor tersier
khususnya pertumbuhan di sektor perdagangan, jasa dan
komunikasi yang pertumbuhan rata-ratanya berkisar antara 6%
hingga 7% per tahun.
Surabaya sebagai ibukota provinsi, sangat diuntungkan
dengan adanya infrastruktur penunjang ekonomi seperti
R P J M D

K O T A

S U R A B A Y A

T A H U N

2 0 1 0 - 2 0 1 5

II - 15

Terminal

Purabaya,

Pelabuhan

Tanjung

Perak,

Bandara

Internasional Juanda dan Stasiun Kereta Api Gubeng, yang


mempunyai peran cukup strategis dan diperhitungkan dalam
menentukan arah kebijakan pembangunan ekonomi Provinsi
Jawa Timur. Kekuatan ekonomi dan segala aktivitas ekonomi
yang ada, merupakan salah satu penggerak utama ekonomi
Jawa Timur. Hal ini tercermin dari output Surabaya yang
memberikan kontribusi paling besar dibanding kabupaten/ kota
lain di Jawa Timur yang mencapai 26,35% terhadap
perekonomian Jawa Timur (diukur dengan Pendapatan Domestik
Regional Bruto (PDRB) ADHB Surabaya 2010).
Letak Kota Surabaya yang cukup strategis untuk
perdagangan, ekspor dan impor relatif kondusif dapat
menghasilkan iklim perekonomian yang cukup stabil dan
bergairah. Hal ini tercermin dari tingkat pertumbuhan ekonomi
Surabaya yang relatif tinggi di tahun 2010 mencapai 7,09% dan
juga pertumbuhan positif pada sub sektor pengangkutan dan
komunikasi (9,41%) dan sub sektor perdagangan, hotel dan
restoran (8,47%).
Perkembangan ekonomi daerah berdasarkan PDRB
Kota Surabaya selama tahun 2006 sampai dengan tahun 2010
relatif cukup baik. Hal ini terlihat dari nilai PDRB berdasarkan
harga berlaku mengalami peningkatan yang signifikan dari tahun
2006 sebesar Rp 125,36 trilyun meningkat menjadi Rp 162,83
trilyun tahun 2008 dan menjadi Rp 205,16 trilyun pada tahun
2010. Demikian juga dengan perkembangan nilai PDRB
berdasarkan harga konstan, dari tahun 2006 sebesar Rp 68,82
trilyun meningkat menjadi Rp 77,72 trilyun tahun 2008 dan
menjadi Rp 87,83 trilyun pada tahun 2010. Secara rinci PDRB
kota Surabaya tahun 2006 sampai dengan 2010, berdasarkan
harga berlaku dan konstan dapat dilihat pada Tabel 2.2
dan 2.3:

II - 16

R P J M D

K O T A

S U R A B A Y A

T A H U N

2 0 1 0 - 2 0 1 5

Tabel 2.2
Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB tahun 2006 s.d 2010
Atas Dasar Harga Berlaku Kota Surabaya (dalam Milyar Rupiah dan %)
SEKTOR
SEKTOR PRIMER
I.

PERTANIAN

II.

PERTAMBANGAN
& PENGGALIAN

SEKTOR SEKUNDER

2006

2007

2008

2009

2010

154,25

0,13

153,82

0,11

162,61

0,10

176,2

0,10

189,63

0,10

145,01

0,12

145,48

0,10

153,00

0,09

165,89

0,09

178,30

0,09

9,24

0,01

8,35

0,01

9,61

0,01

10,31

0,01

11,32

0,01

44.024.48

35,11

49.487,24

34,61

55.703,03

34,23

60.188,42

33,71

67.048,51

32,68

III.

INDUSTRI
PENGOLAHAN

30.932,36

24,67

34.469,36

24,11

38.594,05

23,70

41.277,02

23,12

45.508,52

22,18

IV.

LISTRIK, GAS
DAN AIR

3.401,38

2,71

4.687,04

3,28

5.795,78

3,56

6.662,81

3,73

7.453,10

3,63

V.

KONSTRUKSI

9.690,74

7,73

10.330,84

7,23

11.340,19

6,96

12.248,59

6,86

14.086,89

6,87

SEKTOR TERSIER

81.181,78

64,76

93.345,25

65,28

106.940,73

65,67

118.194,35

66,19

137.923,33

67,23

VI.

PERDAGANGAN,
HOTEL DAN
RESTORAN

51.834,98

41,35

60.156,31

42,07

69.721,73

42,82

76.354,51

42,76

88.851,24

43,31

VII.

PENGANGKUTAN
& KOMUNIKASI

12.137,90

9,68

13.619,06

9,52

15.015,84

9,22

17.099,70

9,58

20.230,54

9,86

SEKTOR
VIII
.

KEUAGAN,
PERSEWAAN &
JS. PERUS

IX.

JASA-JASA

TOTAL PDRB
SURABAYA

2006

2007

2008

2009

2010

7.214,88

5,76

8.382,02

5,86

9.630,01

5,91

10.879,17

6,09

12.388,90

6,04

9.994,02

7,97

11.187,87

7,82

12.573,15

7,72

13.860,96

7,76

16.452,65

8,02

125.360,5
1

100

142.986,31

100

162.833,38

100

178.558,97

100

205.161,47

100

Sumber: BPS Kota Surabaya

Tabel 2.3 Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB tahun 2006 s.d 2010
Atas Dasar Harga Konstan Kota Surabaya (dalam Milyar Rupiah dan %)
SEKTOR

2006

2007

SEKTOR PRIMER

2008

2009

2010

97,68

0,14

89,23

0,12

82,9

0,11

84,44

0,11

85,53

0,10

I.

PERTANIAN

90,9

0,13

83,22

0,11

76,80

0,10

78,24

0,10

79,17

0,09

II.

PERTAMBANGAN
& PENGGALIAN

6,78

0,01

6,01

0,01

6,1

0,01

6,2

0,01

6,35

0,01

23.086,62

33,55

24.260,71

33,16

25.176,36

32,39

26.034,28

31,74

27.195,58

30,96

SEKTOR SEKUNDER
III.

INDUSTRI
PENGOLAHAN

16.579,63

24,09

17.331,93

23,69

17.995,48

23,15

18.542,20

22,61

19.225,16

21,89

IV.

LISTRIK, GAS
DAN AIR

1.391,38

2,02

1.763,95

2,41

1.836,59

2,36

1.962,34

2,39

2.080,13

2,37

V.

KONSTRUKSI

5.115,61

7,43

5.164,82

7,06

5.344,29

6,88

5.529,74

6,74

5.890,30

6,71

SEKTOR
SEKTOR TERSIER

2006

2007

2008

2009

2010

45.632,75

66,31

48.810,10

66,72

52.458,60

67,50

55.895,99

68,15

60.547,73

68,94

VI.

PERDAGANGAN,
HOTEL DAN
RESTORAN

27.579,09

40,08

29.647,74

40,52

32.308,31

41,57

34.135,78

41,62

37.025,58

42,16

VII.

PENGANGKUTAN
& KOMUNIKASI

7.534,56

10,95

7.959,69

10,88

8.346,24

10,74

9.215,35

11,24

10.082,26

11,48

VIII.

KEUAGAN,
PERSEWAAN &
JS. PERUS

4.462,07

6,48

4.801,35

6,56

5.037,07

6,48

5.368,47

6,55

5.745,70

6,54

IX.

JASA-JASA

6.057,04

8,80

6.401,31

8,75

6.766,98

8,71

7.176,39

8,75

7.694,19

8,76

TOTAL PDRB SURABAYA

68.817,06

100

73.160,03

100

77.717,87

100

82.014,71

100

87.828,84

100

Sumber : BPS kota Surabaya

b. Struktur Ekonomi Kota Surabaya


Struktur ekonomi Surabaya yang dicerminkan dari data
PDRB ditentukan oleh 9 sektor lapangan usaha yang terbagi
dalam sub sektor lapangan usaha. Perubahan makro ekonomi
Surabaya yang terjadi, baik dari sisi pengeluaran atau produksi
masing-masing sektor lapangan usaha, pertumbuhan ekonomi,
stabilitas harga, dapat dijelaskan dan diukur dengan
menggunakan PDRB atas dasar harga konstan. Dari analisis
peran masing-masing lapangan usaha akan diketahui
pergeseran struktur ekonomi Kota Surabaya sehingga dapat
diperkirakan arah dan rencana pembangunan kota, antar
lapangan usaha pada waktu mendatang.
Dari sisi penawaran, kontribusi sektoral terhadap PDRB
Surabaya selama 5 tahun (2006-2010) didominasi oleh sektor
tersier

(sektor

perdagangan,

hotel

dan

restoran,

sektor

pengangkutan dan komunikasi, sektor keuangan, persewaan


dan jasa perusahaan, sektor jasa-jasa) sedangkan sektor primer
(sektor pertanian dan sektor pertambangan) mempunyai
kontribusi yang paling rendah jika dibandingkan sektor sekunder
dan tersier. Kondisi ini mencerminkan ekonomi Kota Surabaya
berkembang ke arah ekonomi yang digerakkan oleh sektor
perdagangan dan jasa, sebagaimana terjadi pada kota-kota lain
di dunia. Dalam struktur ekonomi Kota Surabaya, dalam kurun
waktu 5 tahun belakangan ini, sektor perdagangan dan jasa atau
yang tergabung dalam sektor tersier memegang peran besar
dalam membentuk ekonomi di wilayah ini.
Perkembangan peran sektor primer dan sektor sekunder
dalam kurun waktu 5 tahun secara signifikan terus mengalami
penurunan, dan sebaliknya peran sektor tersier secara signifikan
terus mengalami peningkatan dimana pada tahun 2006
perannya sebesar 66,31% dan pada tahun 2010 peran sektor ini
mencapai 68,94%. Pada sektor sekunder, sektor yang paling
banyak mengalami penurunan cukup besar adalah sektor
II - 20

R P J M D

K O T A

S U R A B A Y A

T A H U N

2 0 1 0 - 2 0 1 5

industri pengolahan. Hal ini dikarenakan sektor industri yang ada


di kota Surabaya selama beberapa tahun terakhir
pertumbuhannya stagnan, sedangkan dua sektor yang lainnya
seperti sektor utilitas (listrik, gas dan air bersih) dan sektor
konstruksi perannya dalam tiga tahun terakhir terus mengalami
peningkatan secara signifikan. Hal ini dikarenakan pada
beberapa tahun terakhir pembangunan mall, pertokoan,
perkantoran dan ruko-ruko baru banyak bermunculan. Kenaikan
pada sektor konstruksi ini tentunya mempengaruhi permintaan
sektor utilitas, sehingga sektor listrik, gas dan air bersih ikut
mengalami peningkatan.
Untuk sektor tersier,

maraknya

pangsa

pasar

perdagangan
yang
menimbulkan
permintaan
fasilitas
perdagangan baru seperti mall, pertokoan, perkantoran dan
ruko-ruko baru banyak bermunculan. Pada 2 tahun terakhir,
beberapa pusat perdagangan baru sudah mulai beroperasi,
sehingga berdampak pada peningkatan output sektor
perdagangan, hotel dan restoran yang pada akhirnya
meningkatnya peran sektor tersebut dalam struktur ekonomi
Surabaya. Peningkatan sektor perdagangan, hotel dan restoran
tentunya menimbulkan dampak berganda (multiplier effect) pada
lainnya yaitu sektor pengangkutan dan komunikasi serta sektor
keuangan, persewaan dan jasa perusahaan yang selama ini
sebagai pendukung pada sektor perdagangan.
c. Pertumbuhan Ekonomi Kota Surabaya
Kegiatan ekonomi Surabaya terkait dengan kegiatan
ekonomi Jawa Timur yang juga terkait dengan kegiatan
perekonomian

secara

nasional.

Dalam

perkembanganya,

pertumbuhan ekonomi Surabaya semakin mantap, hal ini


tercermin dari tingkat pertumbuhan ekonomi yang sejak tahun
2006 selalu lebih tinggi dari Jawa Timur bahkan Nasional.

R P J M D

K O T A

S U R A B A Y A

T A H U N

2 0 1 0 - 2 0 1 5

II - 21

Pertumbuhan ekonomi tahun 2010 tumbuh sebesar


7,09%, cukup tinggi dibandingkan tahun 2009 yang mencapai
5,53%. Untuk sektor primer terus mengalami penurunan. Hal
bisa dimaklumi mengingat Surabaya saat ini berkembang
sebagai kota metropolitan, sehingga karakteristik ekonomi yang
melingkupinya lebih cenderung mengarah pada sektor non
primer khususnya semakin berkembangnya sektor tersier.
Sedangkan sektor sekunder dan sektor tersier terus mengalami
pertumbuhan walaupun sektor sekunder pertumbuhannya relatif
lebih rendah dibanding sektor tersier namun sektor sekunder
masih mempunyai andil yang cukup besar dalam menyumbang
pertumbuhan ekonomi Surabaya, sebagaimana tertera pada
tabel berikut :
Tabel 2.4 Pertumbuhan Ekonomi Kota Surabaya
Berdasarkan Sektoral Tahun 2006 2010
URAIAN

2006(%)

2007(%)

2008(%)

2009(%)

2010(%)

1. Pertanian

3,21

-8,45

-7,71

1,87

1,19

2. Pertambangan dan
Penggalian

-5,79

-11,44

1,57

1,65

2,42

SEKTOR PRIMER

2,53

-8,65

-7,09

1,85

1,29

3. Industri Pengolahan

5,83

4,54

3,83

3,04

3,68

4. Listrik, Gas dan Air


Bersih

19,67

26,78

4,12

6,85

6,00

5. Konstruksi

-2,71

0,96

3,47

3,47

6,52

SEKTOR SEKUNDER

3,84

5,09

3,77

3,41

4,46

6. Perdagangan, Hotel
dan Restoran

7,67

7,50

8,97

5,66

8,47

7. Pengangkutan dan
Komunikasi

7,23

5,64

4,86

10,41

9,41

8. Keuangan, Persewaan
dan Jasa Perusahaan

6,04

7,60

4,91

6,58

7,03

II - 22

R P J M D

K O T A

S U R A B A Y A

T A H U N

2 0 1 0 - 2 0 1 5

URAIAN

2006(%)

2007(%)

2008(%)

2009(%)

2010(%)

9. Jasa-jasa

6,71

5,68

5,71

6,05

7,22

SEKTOR TERSIER

8,08

6,96

7,47

6,55

8,32

PDRB KOTA
SURABAYA

6,35

6,31

6,23

5,53

7,09

Sumber : PDRB ADHK tahun 2000, BPS kota Surabaya

Tabel 2.5 Pertumbuhan Ekonomi Kota Surabaya, Jawa Timur


dan Nasional Tahun 2006 2010
WILAYAH

2006(%)

2007(%)

2008(%)

2009(%)

2010(%)

SURABAYA

6,35

6,31

6,23

5,53

7,09

JAWA TIMUR

5,8

6,11

5,9

5,01

6,68

INDONESIA

5,48

6,28

6,10

4,63

6,20

Pada kelompok sektor sekunder, sektor yang


pertumbuhannya relatif tinggi pada tahun 2010 adalah sektor
konstruksi di mana pada tahun 2009 sektor ini tumbuh sebesar
3,47% dan tumbuh mencapai 6,52% (2010). Hal ini disebabkan
oleh
banyaknya pembangunan mall, ruko-ruko, gedung
perkantoran serta infrastruktur baru lainya. Sedangkan sektor
industri yang juga menjadi penggerak pertumbuhan ekonomi,
pertumbuhanya relatif kecil yaitu 3,68%. Relatif kecilnya
pertumbuhan di sektor ini lebih di sebabkan stagnannya investasi
pada sektor industri pengolahan, sehingga pertumbuhan yang
terjadi lebih disebabkan oleh peningkatan produktivitas.
Sektor tersier pada tahun 2010 tumbuh sebesar 8,32%,
lebih tinggi dibanding tahun 2009 yang mencapai pertumbuhan
sebesar 6,55%. Pada kelompok sektor tersier ini, sektor
pengangkutan dan komunikasi mengalami pertumbuhan yang
paling tinggi yaitu 9,41%, diikuti dengan pertumbuhan di sektor
pedagangan, hotel dan restoran, dimana pada tahun 2010
R P J M D

K O T A

S U R A B A Y A

T A H U N

2 0 1 0 - 2 0 1 5

II - 23

mencapai

8,47%.

Tingginya

pertumbuhan

pada

sektor

pengangkutan dan komunikasi dikarenakan tumbuh pesatnya


bisnis
telekomunikasi
akibat
meningkatnya
kebutuhan
masyarakat akan penggunaan media komunikasi. Demikian
halnya dengan pertumbuhan yang cukup tinggi pada sub sektor
perdagangan salah satunya disebabkan
investasi di unit usaha perdagangan.

oleh

masuknya

d. Tingkat Inflasi
Salah satu indikator perekonomian makro adalah angka
inflasi di suatu daerah. Selama kurun waktu tahun 2006-2010
inflasi di Kota Surabaya rata-rata 6,49% per tahun. Tingkat inflasi
sebesar ini masih dalam kategori low inflation atau disebut juga
inflasi satu digit. Meskipun tergolong lemah, inflasi di Kota
Surabaya telah menyebabkan berbagai permasalahan ekonomi
bagi masyarakat terutama masyarakat miskin
dalam
pemenuhan kebutuhan pangan, sandang dan transportasi.
Perkembangan inflasi di Surabaya pada tahun 2006 sebesar
6,71%, tahun 2007 mengalami sedikit penurunan sebesar
6,27%, tahun 2008 meningkat sebesar 8,73% kemudian tahun
2009 mengalami penurunan sebesar 3,39%, dan semakin
meningkat pada tahun 2010 sebesar 7,33%. Berikut tabel angka
inflasi Kota Surabaya tahun 2006 - 2010:
Tabel 2.6 Realisasi Inflasi Kota Surabaya
Tahun 2006 2010
Tahun
Inflasi

II - 24

2006

2007

2008

2009

2010

6,71%

6,27 %

8,73 %

3,39 %

7,33 %

R P J M D

K O T A

S U R A B A Y A

T A H U N

Rata-rata
inflasi
2006-2010
6,49%

2 0 1 0 - 2 0 1 5

Kondisi yang sama juga ditunjukkan oleh angka inflasi


Provinsi dan Nasional,
yang cenderung berfluktuasi per
tahunnya. Hal ini dikarenakan inflasi baik di tingkat nasional
maupun regional masih terpengaruh oleh kondisi perekonomian
global, yang akhir-akhir ini sedang mengalami krisis keuangan.
Selain itu, faktor perubahan iklim juga menjadi salah satu
penyebab mengapa tingkat inflasi yang ada relatif naik turun.
e. PDRB Perkapita
Peningkatan laju pertumbuhan PDRB diikuti dengan
kenaikan pendapatan per kapita. Selama periode tahun 20062010, PDRB perkapita Kota Surabaya mengalami pertumbuhan
yang positif. PDRB perkapita atas dasar harga berlaku pada
tahun 2006 sebesar Rp 46.139.805,- meningkat pada tahun
2007 menjadi sebesar Rp 52.627.084 ,- dan pada tahun 2008
sebesar Rp 59.140.503,- kemudian meningkat lagi pada tahun
2009 menjadi sebesar Rp 64.516.504,-. Selanjutnya pada tahun
2010 nilai PDRB perkapita ADHB menjadi sebesar Rp
70.032.261,- atau meningkat 8,55 % dari tahun 2009. Gambar
2.7 menunjukkan perkembangan PDRB
Surabaya dalam periode lima tahun terakhir.

R P J M D

K O T A

S U R A B A Y A

T A H U N

2 0 1 0 - 2 0 1 5

perkapita

Kota

II - 25

Gambar 2.7 Perkembangan PDRB Perkapita Atas Dasar Harga


Berlaku dan Konstan Kota Surabaya Tahun 2006-2010

Sumber : BPS Kota Surabaya


PDRB perkapita atas dasar harga konstan dari tahun ke
tahun juga menunjukkan peningkatan. Pada tahun 2006 sebesar
Rp 25.328.594,- meningkat menjadi Rp 26.927.047,- pada tahun
2007 dan Rp 28.226.855,- di tahun 2008. Peningkatan kembali
terjadi di tahun 2009 dan 2010 di mana PDRB perkapitanya
tumbuh tipis sebesar 1,17 % dari Rp 29.633.362,- (2009)
menjadi Rp 29.980.544,- (2010).
f. Incremental Capital Output Ratio (ICOR)
Nilai ICOR Kota Surabaya untuk beberapa tahun terahir
mengalami banyak perubahan. Tahun 2006 nilai ICOR Kota
Surabaya sebesar 3,46 dan menurun ke tingkat 3,23 di tahun
2007. Nilai ini kemudian meningkat kembali di tahun 2008 (3,48)
dan meningkat kembali mencapai 3,77 (2009) dan terakhir di
angka 3,43 pada tahun 2010. Secara umum, nilai ICOR yang
menurun menandakan performa ekonomi yang relatif baik,
dikarenakan dengan nilai investasi yang sama dapat
menghasilkan output yang lebih besar.
II - 26

R P J M D

K O T A

S U R A B A Y A

T A H U N

2 0 1 0 - 2 0 1 5

Gambar 2.8
Perkembangan ICOR Kota Surabaya Tahun 2006-2010

Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah


II.2.2. KESEJAHTERAAN SOSIAL

Gambaran secara makro pencapaian pembangunan


kesejahteraan masyarakat dapat dilihat melalui Indeks
Pembangunan Manusia (IPM) yang merupakan salah satu tolok
ukur indikator kualitas hidup manusia. Dalam lima tahun terakhir,
IPM Kota Surabaya mengalami peningkatan setiap tahunnya,
hingga pada tahun 2011 telah mencapai 77,61. Menurut kriteria
UNDP, angka tersebut termasuk dalam kategori menengah atas
(66-79,99). Jika dibandingkan dengan kabupaten/kota lainnya di
Jawa Timur, angka IPM Kota Surabaya tergolong tinggi. Hal ini
menunjukkan bahwa pembangunan Surabaya telah memberikan
dampak yang baik terhadap peningkatan kualitas SDM, sehingga
mengalami perkembangan yang positif.
Peningkatan IPM terutama ditopang oleh meningkatnya
angka harapan hidup (life expectancy of birth), angka melek huruf
(adult literacy rate), rata-rata lama sekolah (mean years of
schooling), dan daya beli masyarakat (puschasing power parity).
Selama tahun 2006-2011, angka harapan hidup cenderung
meningkat, yaitu dari 69,8 pada tahun 2006 meningkat menjadi
R P J M D

K O T A

S U R A B A Y A

T A H U N

2 0 1 0 - 2 0 1 5

II - 27

70,71 pada tahun 2009, 70,97 pada tahun 2010 dan pada tahun
2011 mencapai 71,24. Fakta ini merupakan salah satu bentuk
keberhasilan pemerintah Kota Surabaya dalam membenahi faktor
kesehatan penduduk Kota Surabaya serta mencerminkan adanya
peningkatan kemampuan penduduk dalam upaya memperbaiki
kualitas hidupnya.
Paritas daya beli masyarakat Kota Surabaya dalam rentang
tahun 2006-2011 pun mengalami peningkatan walaupun relatif kecil
yaitu dari 1.810 ribu per kapita per tahun pada tahun 2006 menjadi
1.823,54 ribu kapita per tahun pada tahun 2011. Hal ini
menunjukkan bahwa kemampuan daya beli masyarakat Kota
Surabaya semakin meningkat pula seiring dengan inflasi barang
dan jasa.
Gambar 2. 9
IPM dan Komponennya Kota Surabaya Tahun 2006-2011

Sumber : BPS Kota Surabaya Diolah,

II - 28

R P J M D

K O T A

S U R A B A Y A

T A H U N

2 0 1 0 - 2 0 1 5

Tabel 2.7
Komponen Pembentuk IPM Tahun 2006-2011
No
1.
2.
3.
4.

Komponen

2006

2007

2008

2009

2010

2011

69,80

70,16

70,40

70,71

70,97

71,24

94,40

95,72

95,77

96,05

96,45

96,69

10,34

10,49

10,49

10,52

10,57

10,59

Paritas Daya Beli


(rupiah)

1.810
.431

1.812.
465

1.816
.965

1.819
.518

1.820
.816

1.823
.547

IPM

75,11

75,87

76,36

76,82

77,18

77,61

Angka Harapan
Hidup (tahun)
Angka Melek
Huruf (%)
Rata2 Lama
Sekolah (tahun)

Sumber: BPS Kota Surabaya


a. Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu aspek yang berperan
dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Semakin baik
tingkat pendidikan akan meningkatkan kualitas sumber daya
manusia. Semakin baik kualitas sumber daya manusia
menjadikan semakin baik pula kualitas hidup masyarakat.
Tingkat pendidikan masyarakat di Kota Surabaya setiap
tahun mengalami peningkatan, pada tahun 2000 penduduk
dengan pendidikan terakhir Perguruan Tinggi sebanyak 8,55
persen dan terus mengalami peningkatan sampai pada tahun
2007 bertambah menjadi 13,31 persen. Sedangkan penduduk
dengan pendidikan terakhir setara SLTA sebanyak 36,1 persen,
angka ini terus mengalami penurunan sejak tahun 2006, akan
tetapi jika dibandingkan 7 tahun yang lalu mengalami
peningkatan sebesar 2,48 persen.

R P J M D

K O T A

S U R A B A Y A

T A H U N

2 0 1 0 - 2 0 1 5

II - 29

Tabel 2.8 Perkembangan Angka Melek Huruf


Kota Surabaya Tahun 2006-2011
Uraian
Angka Melek
Huruf

2006

2007

2008

2009

2010

2011

94,40

95,72

95,77

96,05

96,45

96,69

Sumber BPS Kota Surabaya, Penyusunan IPM, IKM dan IPG Kota
Surabaya Tahun 2010
Angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah pun
mengalami peningkatan dalam rentang tahun 2006-2011. Pada
tahun 2006, angka melek huruf mencapai 94,40 persen
meningkat menjadi 96,45 persen pada tahun 2010 demikian
halnya dengan rata-rata lama sekolah yang meningkat dari 10,34
tahun pada tahun 2006 menjadi 10,57 tahun pada tahun 2010.
Keduanya menunjukkan keberhasilan pemerintah kota dalam
upaya peningkatan pendidikan dasar.
Tabel 2.9
Angka Melek Huruf Menurut Kecamatan di Kota Surabaya
Tahun 2009-2010
Angka Melek Huruf
No.

Kecamatan
2009

2010

Karangpilang

98.74

99.73

Jambangan

95.44

96.39

Gayungan

99.05

100.00

Wonocolo

97.67

98.65

TenggilisMejoyo

97.98

98.96

Gunung Anyar

97.02

97.99

Rungkut

96.48

97.44

II - 30

R P J M D

K O T A

S U R A B A Y A

T A H U N

2 0 1 0 - 2 0 1 5

Angka Melek Huruf


No.

Kecamatan
2009

2010

Sukolilo

96.8

97.77

Mulyorejo

95.46

96.41

10

Gubeng

97.3

98.27

11

Wonokromo

96.35

98.12

12

Dukuh Pakis

97.28

98.25

13

Wiyung

96.81

97.78

14

Lakarsantri

91.88

92.8

15

Sambi Kerep

97.37

98.34

16

Tandes

96.46

97.42

17

Sukomanunggal

94.48

95.42

18

Sawahan

97.15

98.25

19

Tegalsari

99.93

100

20

Genteng

100.00

100

21

Tambaksari

98.74

99.73

22

Kenjeran

89.78

92.15

23

Bulak

89.29

90.18

24

Simokerto

92.75

93.68

25

Semampir

96.19

97.15

26

PabeanCantian

93.29

94.22

27

Bubutan

92.8

93.73

28

Krembangan

97.56

98.54

29

Asemrowo

96.26

97.22

30

Benowo

97.14

98.11

31

Pakal

96.78

98.15

Sumber BPS Kota Surabaya, Penyusunan IPM, IKM dan IPG


Kota Surabaya Tahun 2009 dan 2010

R P J M D

K O T A

S U R A B A Y A

T A H U N

2 0 1 0 - 2 0 1 5

II - 31

Berdasarkan Angka Melek Huruf menurut kecamatan


menunjukkan bahwa kecamatan-kecamatan yang memiliki
angka melek huruf tinggi di Kota Surabaya dari tahun 20092010 antara lain kecamatan Gayungan, Tegalsari dan Genteng.
Sebaliknya kecamatan-kecamatan yang memiliki Angka Melek
Huruf yang rendah antara lain kecamatan Kenjeran dan Bulak.
Tabel 2.10
Rata-Rata Lama Sekolah Menurut Kecamatan di Kota
Surabaya Tahun 2009-2010
No

II - 32

Rata-Rata Lama Sekolah

Kecamatan

2009

2010

Karangpilang

10.54

10.65

Jambangan

9.5

9.6

Gayungan

11.74

11.86

Wonocolo

11.07

11.18

TenggilisMejoyo

11.22

11.33

Gunung Anyar

8.12

8.2

Rungkut

9.02

9.11

Sukolilo

10.45

10.55

Mulyorejo

9.63

9.73

10

Gubeng

10.71

11.74

11

Wonokromo

10.59

10.76

12

Dukuh Pakis

8.81

8.9

13

Wiyung

11.62

11.74

14

Lakarsantri

7.85

7.93

15

Sambikerep

8.35

8.77

16

Tandes

10.08

10.18

17

Sukomanunggal

8.53

8.62

18

Sawahan

9.68

10.76

19

Tegalsari

11.97

12.09

R P J M D

K O T A

S U R A B A Y A

T A H U N

2 0 1 0 - 2 0 1 5

No

Rata-Rata Lama Sekolah

Kecamatan

2009

2010

20

Genteng

12.2

12.12

21

Tambaksari

9.44

9.53

22

Kenjeran

8.19

9.25

23

Bulak

7.38

9.05

24

Simokerto

8.71

8.8

25

Semampir

8.97

9.06

26

Pabean Cantian

9.08

9.17

27

Bubutan

8.94

9.03

28

Krembangan

9.9

10

29

Asemrowo

8.98

9.07

30

Benowo

8.93

9.02

31

Pakal

9.07

9.16

Sumber BPS Kota Surabaya, Penyusunan IPM, IKM dan IPG Kota
Surabaya Tahun 2010
Berdasarkan

Rata-Rata

Lama

Sekolah

menurut

kecamatan menunjukkan bahwa kecamatan-kecamatan yang


memiliki Rata-Rata Lama Sekolah tinggi di Kota Surabaya dari
tahun 2009-2010 antara lain kecamatan Genteng, Tegalsari dan
Gayungan. Sebaliknya kecamatan-kecamatan yang
yang
memiliki Angka Melek Huruf yang rendah antara lain kecamatan
Lakarsantri dan Gunung Anyar.
b. Kesehatan
Sebagaimana pendidikan, kesehatan merupakan salah
satu aspek yang berperan dalam meningkatkan kualitas hidup
masyarakat. Semakin tingginya kesadaran masyarakat akan
kesehatan lingkungan dan dirinya maka semakin baik tinggi
derajat kesehatan masyarakat. Semakin rendahnya Angka

R P J M D

K O T A

S U R A B A Y A

T A H U N

2 0 1 0 - 2 0 1 5

II - 33

Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian Ibu (AKI) dan Status Gizi
Buruk masyarakat maka semakin tinggi derajat kesehatan
masyarakat.
Dalam rentang tahun 2006 sampai 2010, AKB di Kota
Surabaya cenderung mengalami penurunan dari 25,05 kematian
bayi dalam 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2006 menjadi
sekitar 7.84 kematian bayi dalam 1.000 kelahiran hidup pada
tahun 2010. Kematian bayi ini banyak disebabkan oleh Berat
Bayi Lahir Rendah (BBLR), Gangguan Fungsi Multi Organ,
Bronkopneomoni, Gizi Buruk, Asfiksia, Kelainan Kongenital,
Tetanus Neonatorum, Infeksi, Trauma Lahir. Menurunnya AKB
tersebut menunjukkan bahwa derajat kesehatan bayi semakin
meningkat.
Adapun perkembangan Angka Kematian Ibu (AKI)
selama tahun 2006 sampai 2009 yaitu pada tahun 2006 tercatat
sebesar 199 per 100.000 persalinan hidup, pada tahun 2007
menurun menjadi 99,28 per 100.000 persalinan hidup. Angka
tersebut juga dicapai pada tahun 2008, dan pada tahun 2010
mengalami penurunan yaitu menjadi 71.07 per 100.000 kelahiran
hidup. Perkembangan AKI tersebut relatif mengalami penurunan.
Hal ini menunjukkan bahwa derajat kesehatan terhadap ibu
hamil dan melahirkan semakin meningkat.
AKB

Peningkatan derajat kesehatan yang terlihat melalui


dan AKI tersebut juga mengindikasikan semakin

meningkatnya pelayanan kesehatan yang dapat dibuktikan


dengan indikator persentase penangan persalinan. Persentase
penangan persalinan oleh tenaga medis tercatat sebanyak 79,04
persen pada tahun 2006, kemudian meningkat menjadi 81,11
persen pada tahun 2007, pada tahun 2008 juga meningkat
menjadi 89,10 persen dan pada tahun 2009 meningkat menjadi
95,6 persen. Dengan demikian perkembangan persentase
penanganan persalinan oleh tenaga medis terus meningkat
setiap tahunnya.
II - 34

R P J M D

K O T A

S U R A B A Y A

T A H U N

2 0 1 0 - 2 0 1 5

Pencapaian Angka Kematian Bayi (AKB), Angka


Kematian Ibu (AKI) dan persentase penanganan persalinan oleh
tenaga medis pada tahun 2009 tersebut, telah mencapai target
MDGs Indonesia, yaitu masing-masing ditargetkan 23 per 1000
kelahiran hidup, 102 per 100.000 persalinan hidup dan
meningkatnya persentase persalinan oleh tenaga medis.
Pada tahun 2006 terdapat 1.617 anak balita yang
memiliki status gizi buruk atau 2,09 persen dari keseluruhan
jumlah anak balita sebanyak 77.368 anak, pada tahun 2007
tercatat lebih banyak yaitu sebanyak 2.239 anak balita yang
memiliki status gizi buruk, namun presentasenya menurun
menjadi 1,96 persen dari keseluruhan jumlah anak balita
sebanyak 114.401 anak, pada tahun 2008 tercatat sebanyak
2.068 anak balita yang memiliki status gizi buruk atau 1,81
persen dari keseluruhan jumlah anak balita sebanyak 114.108
anak dan pada tahun 2009 tercatat 1.888 anak balita yang
memiliki status gizi buruk atau 1,39 persen dari keseluruhan
jumlah anak balita sebanyak 136.155 anak dan pada tahun 2010
menurun menjadi 0.95 persen. Dengan demikian, angka balita
dengan status gizi buruk cenderung menurun dan telah
mencapai target yang telah ditetapkan.
Masih adanya angka balita dengan status gizi buruk di
Kota Surabaya disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain:
Faktor Intern balita yaitu adanya penyakit bawaan (jantung
congenital) dan penyakit infeksi ( diare, pneumoni,TBC,
kecacingan dan lain-lain ) yang dapat berpengaruh pada
status gizi balita.
Faktor Ekstern balita yaitu faktor ekonomi yang berpengaruh
langsung pada kemampuan dan tingkat daya beli masyarakat
yang pasti akan berpengaruh pada pola konsumsi pangan
dan faktor sosial yaitu tingkat pengetahuan ibu yang
berpengaruh pada perilaku ibu, yang pasti juga akan
mempengaruhi pola asuh dan pola konsumsi pangan.
R P J M D

K O T A

S U R A B A Y A

T A H U N

2 0 1 0 - 2 0 1 5

II - 35

c. Seni budaya dan olah raga


Pembangunan seni budaya dan olahraga tidak dapat
dipisahkan dari kehidupan dan sekaligus merupakan kebutuhan
manusia. Oleh karena itu, pembangunan seni, budaya dan
olahraga merupakan bagian yang tak dapat dipisahkan dari
pembinaan dan pembangunan bangsa dalam rangka
peningkatan kualitas Sumber Daya Insani, terutama diarahkan
pada peningkatan kesehatan jasmani dan rohani, serta untuk
membentuk watak dan kepribadian yang memiliki disiplin dan
sportivitas yang tinggi. Di samping itu, pembangunan seni,
budaya dan
olahraga juga dijadikan sebagai alat untuk
memperlihatkan eksistensi bangsa melalui pembinaan prestasi
yang setinggi - tingginya. Untuk melaksanakan pembangunan
seni, budaya dan olahraga, perlu dilakukan berbagai upaya
penggalangan dan penggalian terhadap potensi yang ada, baik
dalam bidang sistem pembinaan, lembaga/organisasi, maupun
adanya landasan hukum yang digunakan sebagai dasar
pembangunan seni, budaya dan keolahragaan.
Dasar pembangunan seni budaya tentu adalah minat
masyarakat kota Surabaya terhadap seni budaya itu sendiri,
terutama minat akan budaya lokal. Minat masyarakat kota
Surabaya akan budaya lokal menunjukkan perkembangan dari
waktu ke waktu. Jumlah kelompok kesenian yang telah
mendapat pembinaan dari Pemerintah Kota Surabaya juga
menunjukkan trend yang terus meningkat setiap tahunnya. Pada
tahun 2010 jumlah kelompok kesenian yang telah dibina
mencapai 162 kelompok meningkat dari tahun sebelumnya
sebanyak 147 kelompok.
Bidang keolahragaan di Kota Surabaya secara
organisasi ditangani oleh KONI (Komite Olahraga Nasional
Indonesia) Kota Surabaya. Berdasarkan data dari KONI
Surabaya pada tahun 2009 terdapat 38 cabang olahraga yang
II - 36

R P J M D

K O T A

S U R A B A Y A

T A H U N

2 0 1 0 - 2 0 1 5

dibina oleh KONI Surabaya. Diantara beberapa cabang olahraga


yang telah dibina tersebut seperti cabang olahraga panahan,
panjat tebing, dayung, karate, pencak silat telah mengukir
prestasi dalam event nasional maupun internasional dengan
menyumbangkan emas pada tahun 2006 sampai dengan tahun
2008.
Untuk menumbuhkan dan menciptakan budaya olahraga
yang sehat, diperlukan penyediaan sarana dan prasarana
olahraga yang memadai baik di lingkungan sekolah, pekerjaan
maupun pemukiman sehingga memungkinkan segenap lapisan
warga masyarakat melakukan olahraga dan berbagai aktivitas
jasmani. Sehingga sampai dengan tahun 2010, berdasarkan
data dari Dinas Pemuda dan Olah Raga telah tercatat sebanyak
69 lapangan olahraga seperti lapangan bola volley, bulutangkis,
sepak bola, bola basket, tenis lapangan futsal dan lain-lain yang
tersebar di beberapa kecamatan di kota Surabaya.
Tabel 2.11
Perkembangan Seni Budaya dan Olahraga
di Kota Surabaya Tahun 2006-2010
2006

2007

2008

2009

2010

Jumlah Grup Kesenian

51

96

67

147

162

Jumlah Cabang olahraga yang


berprestasi

22

27

28

38

41

Jumlah Lapangan Olahraga

69

69

69

69

79

Jumlah Gedung Olahraga

Jumlah Organisasi/pemuda yang

16

30

164

212

Capaian Pembangunan

berprestasi
Sumber data : Bappeko diolah
d. Ketenagakerjaan
Peningkatan kegiatan ekonomi di berbagai sektor akan
memberikan dampak positif baik langsung maupun tidak
R P J M D

K O T A

S U R A B A Y A

T A H U N

2 0 1 0 - 2 0 1 5

II - 37

langsung

terhadap

ketersediaan

lapangan

pekerjaan.

Peningkatan kesempatan kerja yang diikuti dengan peningkatan


produktivitas
diharapkan
mampu
menambah
penghasilan/pendapatan masyarakat yang pada gilirannya dapat
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Dengan semakin bertambahnya penduduk maka tidak
bisa dipungkiri bahwa jumlah penduduk usia kerja (tenaga kerja)
dari tahun ke tahun semakin meningkat. Perkembangan tenaga
kerja di Kota Surabaya selama lima tahun terakhir (Tahun 20052009) terjadi pertumbuhan rata-rata sebesar 1,42 persen per
tahun. Penduduk yang tergolong sebagai angkatan kerja
(pekerja dan pencari kerja) mengalami penambahan setiap
tahunnya rata-rata 0,69 persen, sedangkan peningkatan
penduduk yang terserap dalam lapangan pekerjaan (pekerja)
rata-rata sebesar 89,77 persen per tahun dengan tingkat
pengangguran terbuka pada Tahun 2009 sebesar 8,63 persen.
Berdasarkan data BPS, tingkat pengangguran terbuka di
Surabaya masih relatif tinggi dibandingkan Propinsi Jawa Timur,
Pada tahun 2006 Tingkat Pengangguran terbuka sebesar
9,68%, tahun 2007 naik menjadi 11,59%, tahun 2008 naik
kembali menjadi 11,84%, sedangkan pada tahun 2009 kembali
turun menjadi 8,63%. Tingginya Tingkat Pengangguran Terbuka
pada tahun 2007 dan 2008 tersebut tidak lepas dari kondisi
makro ekonomi dimana pada tahun 2007 terjadi krisis global
yang menyebabkan turunnya tingkat penyerapan tenaga kerja di
Surabaya. Hal lain yang menyebabkan angka pengangguran
Kota Surabaya tinggi adalah semakin menyempitnya pasar kerja
formal yang ada dimana tidak lebih 30 persen lapangan kerja
yang di sediakan di sektor formal. Fenomena ini terjadi salah
satunya dipicu oleh melemahnya kinerja sektor riil dan daya
saing produk-produk domestik baik di tingkat internasional
maupun di pasar domestik khususnya melemahnya sektor
industri dan produksi manufaktur. Pelemahan ini bisa dilihat dari
II - 38

R P J M D

K O T A

S U R A B A Y A

T A H U N

2 0 1 0 - 2 0 1 5

semakin

mengecilnya

proporsi

sektor

industri

dalam

pembentukan
PDRB
Kota
Surabaya
serta
tingkat
pertumbuhannya dari tahun ke tahun yang terus menurun.

II.3.

PELAYANAN UMUM

II.3.1. FOKUS URUSAN WAJIB

a. Pendidikan
Dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya
manusia, pembangunan pendidikan Kota Surabaya di arahkan
pada perluasan dan pemerataan pendidikan. Hal ini dapat
dijelaskan antara lain melalui Angka Partisipasi Kasar (APK),
Angka Partisipasi Sekolah (APS), Angka Kelulusan (AL) dan
Angka Putus Sekolah (APS).
Dalam rentang tahun 2006-2010, APK pada jenjang
SD/MI menunjukkan angka 105,2% kecuali pada tahun 2008
yang sempat mengalami lonjakan hingga 112,42% sehingga
rata-rata keberhasilan pencapaian target yang diharapkan
sebesar 101,37% per tahun. Sementara pada jenjang pendidikan
yang lebih tinggi yaitu SMP/MTs, menunjukkan nilai APK
sebesar 99,31% pada tahun 2006, 99,51% pada tahun 2007,
99,61% pada tahun 2008, 99,80% pada tahun 2009, dan
meningkat tajam menjadi 105,0% pada tahun 2010 . Rata-rata
pencapaian APK SMP/MTs ini 101,04% per tahun. Sedangkan
APK SMA/SMK/MA pada tahun 2006-2009 sebesar 108,11%
dan tahun 2010 menjadi 105,00%, sehingga
pencapaiannya sebesar 99,42% per tahun.

rata-rata

Angka Partisipasi Sekolah (APS) juga merupakan


indikator cakupan penduduk dalam mengenyam pendidikan,
bedanya APS dapat melihat partisipasi penduduk kelompok usia
standar di jenjang pendidikan yang sesuai dengan standar
tersebut.

R P J M D

K O T A

S U R A B A Y A

T A H U N

2 0 1 0 - 2 0 1 5

II - 39

APS pada jenjang SD/MI dari tahun 2006-2010


mengalami peningkatan yang signifikan, pada tahun 2006 APS
SD/MI mencapai 107,74% tahun 2007 meningkat menjadi
92,92%, tahun 2008 meningkat tajam menjadi 99,31%, tahun
2009 dan 2010 masing-masing sebesar 92,93% dan 92,95%.
Dibandingkan dengan target yang diterapkan, capian APS SD/MI
dari tahun 2006-2010 masih di atas target. Sedangkan APS
SMP/MTs menunjukkan angka yang cenderung meningkat
setiap tahunnya, pada tahun 2006 sebesar 79,67%, pada tahun
2007 sebesar 78,58%, pada tahun 2008 sebesar 79,65%, pada
tahun 2009 sebesar 79,89% dan pada tahun 2010 sebesar
90,0% . Dibanding dengan target yang diterapkan, capian APS
SMA/SMK/MA dari tahun 2006-2010 masih diatas target yang
telah di tetapkan.
Tabel 2.12
Angka Partisipasi Sekolah Kota Surabaya Tahun 2006-2010
JENJANG
PENDIDIKAN

NO.
1

2006

2007

2008

2009

2010

SD/MI

1.1

Jumlah Murid usia


7 12 tahun

270,084

263,341

221,304

253,503

231,052

1.2

Jumlah penduduk
kelompok usia
7 12 tahun

250,692

283,406

222,842

272,777

248,583

1.3

APS SD/MI

92.82

92.92

99.31

92.93

92.95

SMP/MTs

2.1

Jumlah Murid usia


13 15 tahun

91,501

90,045

87,195

92,572

88,700

2.2

Jumlah penduduk
kelompok usia
13 15 tahun

114,850

114,591

109,473

115,880

98,552

2.3

APS SMP/MTs

79.67

78.58

79.65

79.89

90.00

Sumber: Dinas Pendidikan Kota Surabaya

II - 40

R P J M D

K O T A

S U R A B A Y A

T A H U N

2 0 1 0 - 2 0 1 5

Menurut Angka Partisipasi Sekolah tingkat kecamatan


menunjukkan bahwa kecamatan dengan APS yang tertinggi
untuk SD/MI adalah kecamatan Tambaksari dengan nilai 424,90
dan yang terendah adalah kecamatan Asemrowo dengan nilai
23,28 sedangkan untuk tingkat SMP/MTs Genteng menjadi
kecamatan dengan nilai tertinggi untuk APS tingkat SMP/MTs
dengan nilai 1.174,16 dan Tenggilis Mejoyo menjadi kecamatan
dengan nilai APS Terendah untuk tingkat SMP/MTs dengan nilai
19,24. Angka Partisipasi Sekolah menurut kecamatan di Kota
Surabaya Tahun 2010 untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
tabel 2.13.

R P J M D

K O T A

S U R A B A Y A

T A H U N

2 0 1 0 - 2 0 1 5

II - 41

Tabel 2.13
Angka Partisipasi Sekolah Menurut Kecamatan di Kota Surabaya Tahun 2010
SD/MI
No.

Kecamatan

SMP/MTs

Jumlah murid
usia
7 12 tahun

Jumlah
penduduk
kelompok usia 7
12 tahun

APS
SD/MI

Jumlah Murid
usia
13 -15 tahun

Jumlah
penduduk
kelompok usia 13
15 tahun

APS
SMP/MTs

1.

Karang Pilang

6,842

10,650

64.24

2,917

4,116

70.87

2.

Jambangan

3,157

10,005

31.55

2,403

4,065

59.11

3.

Gayungan

5,929

10,632

55.77

1,529

4,271

35.80

4.

Wonocolo

7,478

6,053

123.54

3,112

2,117

147.00

5.

Tenggilis Mejoyo

5,091

19,225

26.48

1,632

8,484

19.24

6.

Gunung Anyar

3,706

8,402

44.11

1,207

3,283

36.77

7.

Rungkut

8,947

6,360

140.68

4,503

4,799

93.83

8.

Sukolilo

8,872

12,347

71.86

4,221

5,177

81.53

9.

Mulyorejo

7,046

3,493

201.72

2,721

755

360.40

10.

Gubeng

12,811

13,844

92.54

3,586

5,781

62.03

11.

Wonokromo

10,820

23,299

46.44

6,313

8,846

71.37

12.

Dukuh Pakis

5,305

9,023

58.79

1,922

3,543

54.25

13.

Wiyung

4,963

7,072

70.18

1,169

2,616

44.69

SD/MI
No.

Kecamatan

Jumlah murid
usia
7 12 tahun

Jumlah
penduduk
kelompok usia 7
12 tahun

SMP/MTs

APS
SD/MI

Jumlah Murid
usia
13 -15 tahun

Jumlah
penduduk
kelompok usia 13
15 tahun

APS
SMP/MTs

14.

Lakarsantri

4,634

8,519

54.4

2,685

3,327

80.70

15.

Tandes

8,423

5,029

167.49

2,252

1,628

138.33

16.

Sukomanunggal

9,096

4,504

201.95

1,911

1,237

154.49

17.

Sawahan

13,897

17,452

79.63

3,346

7,105

47.09

18.

Tegalsari

9,305

9,223

100.89

3,095

8,131

38.06

19.

Genteng

6,379

4,022

158.6

4,180

356

1,174.16

20.

Tambaksari

16,125

3,795

424.9

4,909

985

498.38

21.

Kenjeran

11,034

3,875

284.75

6,598

1,018

647.50

22.

Simokerto

5,949

3,805

156.35

1,147

2,485

46.16

23.

Semampir

12,011

4,664

257.53

2,595

601

431.78

24.

Pabean Cantian

3,746

5,336

70.2

2,019

1,710

118.07

25.

Bubutan

7,608

8,409

90.47

1,723

3,191

54.00

26.

Krembangan

11,549

3,919

294.69

6,784

1,015

668.37

27.

Asemrowo

1,930

8,289

23.28

1,132

3,288

34.43

28.

Benowo

4,632

4,210

110.02

968

1,092

88.64

SD/MI
No.

Kecamatan

Jumlah murid
usia
7 12 tahun

Jumlah
penduduk
kelompok usia 7
12 tahun

SMP/MTs

APS
SD/MI

Jumlah Murid
usia
13 -15 tahun

Jumlah
penduduk
kelompok usia 13
15 tahun

APS
SMP/MTs

29.

Bulak

5,093

3,847

132.39

1,641

928

176.83

30.

Pakal

4,985

4,401

113.27

2,624

1,151

227.98

31.

Sambikerep

3,689

4,879

75.61

1,856

1,450

128.00

231,052

248,583

92.9476

88700

98,552

90.00

Jumlah

Sumber: Dinas Pendidikan Kota Surabaya

Berdasarkan pencapaian keberhasilan angka APK


maupun APS menunjukkan bahwa penduduk usia sekolah baik
pada jenjang sekolah dasar, SMP dan SMA telah memperoleh
kemudahan akses dalam hal pendidikan dan tentunya
menunjukkan bahwa pelaksanaan program Wajib Belajar 9
tahun dan program pendidikan menengah telah mencapai target
pemerintah Kota Surabaya.
Angka kelulusan pada tingkat SD/MI tahun 2006-2010
terus mengalami peningkatan pencapaian dan selalu melampaui
target yang ditentukan. Pada tahun 2006 angka kelulusan
pencapaian sebesar 99,18%, tahun 2007 sebesar 99,30%, tahun
2008 sebesar 99,38%, tahun 2009 dan 2010 naik menjadi
sebesar 100%. Sementara pada tingkat SMP/MTs angka
kelulusan di tahun pada tahun 2006 sebesar 99,83%, tahun
2007 meningkat menjadi 99,86%, tahun 2008 meningkat lagi
menjadi 99,88%, tahun 2009 turun menjadi 98,80% dan tahun
2010 turun lagi menjadi 98,58%.
Sedangkan
angka
kelulusan
pada
Tingkat
SMA/SMK/MA tahun 2006-2010 cenderung mengalami naik tiap
tahunnya, pada tahun 2006 angka kelulusan sebesar 97,95%,
pada tahun 2007 meningkat menjadi 98,24%, pada tahun 2008
meningkat menjadi 98,52%, tahun 2009 mengalami sedikit
penurunan menjadi 98,43%, dan tahun 2010 meningkat
menjadi 99,67%.

lagi

Berdasarkan pencapaian angka kelulusan (AL) tersebut


menunjukkan bahwa pengelolaan pendidikan baik pada jenjang
sekolah dasar, sekolah menengah pertama dan sekolah
menengah atas telah dilakukan secara optimal dalam rangka
peningkatan standar pelayanan minimal pendidikan di Kota
Surabaya.
Angka Putus Sekolah (APS) di Kota Surabaya dalam
rentang tahun 2006 sampai 2009 menunjukkan kecenderungan
yang menurun baik pada jenjang pendidikan SD/MI, SMP/MTs
R P J M D

K O T A

S U R A B A Y A

T A H U N

2 0 1 0 - 2 0 1 5

II - 45

ataupun SMA/SMK/MA, seperti yang tersaji dalam Gambar 2.10.


Penyebab utama adanya anak putus sekolah disebabkan oleh
ketidakmampuan orang tua dalam membiayai sekolah anaknya,
tetapi dengan adanya program biaya operasional sekolah, biaya
pendidikan semakin menurun sehingga diharapkan lebih mudah
terjangkau oleh masyarakat. Berdasarkan masih adanya anak
putus sekolah yang disebabkan oleh faktor biaya maka salah
satu upaya yang telah dilakukan pemerintah Kota Surabaya
untuk mengatasinya adalah melalui penyediaan dana Bantuan
Operasional Pendidikan Daerah (BOPDA) kepada siswa jenjang
SD/MI sampai dengan jenjang SMA/SMK/MA.
Gambar 2. 10 Angka Putus Sekolah (APS)

Sumber Data: Dinas Pendidikan Kota Surabaya, 2010


Terlihat pula bahwa persentase APS terendah pada
tingkat SD/MI kemudian pada tingkat SMP/MTs dan terbesar
pada tingkat SMA/SMK/MA, namun pada tahun 2009 persentase
APS tingkat SMA/SMK/MA masih lebih rendah dibanding tingkat
SMP/MTs. Hal ini mencerminkan bahwa kesadaran masyarakat
akan pendidikan semakin meningkat. Selain itu, hal ini juga
memperlihatkan keberhasilan upaya yang telah dilakukan
II - 46

R P J M D

K O T A

S U R A B A Y A

T A H U N

2 0 1 0 - 2 0 1 5

pemerintah Kota Surabaya melalui kegiatan Penyediaan Biaya


Operasional Pendidikan Daerah (BOPDA) Untuk Siswa Kurang
Mampu Tingkat SMA serta siswa SMKN.
Dengan adanya program BOPDA maka jumlah SD/MI
dan SMP/MTs Negeri yang telah membebaskan SPP dan uang
pangkal sebanyak 612 sekolah pada tahun 2006, 602 sekolah
pada tahun 2007, 589 sekolah pada tahun 2008 serta 554
sekolah pada tahun 2009. Terdapat beberapa sekolah negeri
yang mengalami merger maupun penambahan jumlah
kelembagaan pada tahun 2009 sehingga menjadi 554 sekolah
yang terdiri dari 491 Sekolah Dasar Negeri, 2 Madrasah
Ibtidaiyah Negeri, 45 SMP Negeri, 12 SMPN Terbuka, dan 4
Madrasah Tsanawiyah Negeri. Dapat disampaikan bahwa 554
sekolah Negeri penyelenggara pendidikan dasar tersebut telah
membebaskan SPP dan uang pangkal seluruhnya.
Keberadaan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
merupakan relevansi pendidikan atas kebutuhan dunia kerja
yang membutuhkan lulusan jenjang pendidikan menengah yang
lebih terampil. Indikasi keberhasilan SMK dalam meningkatkan
kualitas dan relevansi pendidikan terhadap dunia kerja
diantaranya dapat dilihat dari persentase siswa kejuruan yang
diterima bekerja. Pada tahun 2006 siswa kejuruan yang diterima
bekerja mencapai 62% dari total siswa kejuruan yang lulus pada
tahun tersebut. Pada tahun 2007 meningkat menjdi 64,03%.
Pada tahun 2008 menunjukkan peningkatan kembali menjadi
66,07 persen. Hal ini menunjukkan adanya kenaikan sebesar
2,04 point. Namun pada tahun 2009, siswa kejuruan yang
diterima bekerja sekitar 62% sehingga rata-rata pencapaian
keberhasilan dari target yang diharapkan mulai tahun 2006
sampai 2009 sekitar 97,83%. Berdasarkan indikasi-indikasi
tersebut, menunjukkan bahwa kualitas pendidikan kejuruan
semakin berbenah dan mampu menghasilkan lulusan yang siap
kerja.
R P J M D

K O T A

S U R A B A Y A

T A H U N

2 0 1 0 - 2 0 1 5

II - 47

Ketersediaan sarana dan prasarana pendidikan juga


merupakan faktor penting dalam upaya pemerataan dan
perluasan pendidikan, baik dari ketersediaan sekolah, kelas
ataupun guru. Dengan demikian ketersediaan ruang kelas dan
guru pengajar masih kurang memadai sehingga masih
membutuhkan perhatian untuk memperlancar proses belajar
mengajar pada tingkat pendidikan dasar.
Tabel 2.14
Ketersediaan Sekolah dan Penduduk Usia Sekolah
di Kota Surabaya Tahun 2006-2010
No

Jenjang
Pendidikan

2006

2007

2008

2009

2010

SD/MI

1.1

Jumlah Gedung
Sekolah

1.034

977

945

953

897

1.2

Jumlah
penduduk
kelompok usia
7-12 tahun

270.084

283.406

222.842

272.777

248.583

1.3

Rasio

1 : 261

1 : 290

1 : 236

1 : 286

1 : 277

SMP/MTs

2.1

Jumlah Gedung
Sekolah

360

396

369

303

310

2.2

Jumlah
penduduk
kelompok usia
13-15 tahun

114.850

114.591

109.473

115.880

98.552

2.3

Rasio

1 : 319

1 : 289

1 : 297

1 : 382

1 : 318

Sumber: Dinas Pendidikan Kota Surabaya


Ketersediaan terhadap sarana sekolah juga termasuk
salah satu faktor yang berpengaruh dalam terciptanya iklim
pendidikan yang sehat. Rasio antara Jumlah penduduk
dibandingkan dengan jumlah gedung sekolah dari tahun 2006
sampai tahun 2010 menunjukkan trend yang fluktuatif baik itu
II - 48

R P J M D

K O T A

S U R A B A Y A

T A H U N

2 0 1 0 - 2 0 1 5

tingkat SD/MI maupun tingkat SMP/MTs. Pada Tingkat SD/MI


misalnya, pada tahun 2006 rasio antara Jumlah penduduk
dibandingkan dengan jumlah gedung sekolah menunjukkan rasio
1:261 dimana rata-rata 1 SD/MI menampung 261 siswa jumlah
ini mengalami trend yang fluktuatif hingga pada tahun 2010
menunjukkan rasio 1:277 dimana rata-rata 1 SD/MI menampung
277 siswa. Sedangkan keadaan yang hampir sama juga
ditunjukkan untuk tingkat SMP/MTs, pada tahun 2006 rasio
antara Jumlah penduduk dibandingkan dengan jumlah gedung
sekolah menunjukkan nilai rasio 1:319 dimana rata-rata 1
SMP/MTs menampung 319 siswa dan pada tahun 2010 rasio
tersebut menjadi 1:319 dimana rata-rata 1 SMP/MTs
menampung 319 siswa.
Rasio antara Jumlah penduduk dibandingkan dengan
jumlah gedung sekolah menurut kecamatan di kota Surabaya
pada tahun 2010 menunjukkan bahwa untuk tingkat SD/MI,
kecamatan yang memiliki rasio terbesar adalah kecamatan
Tenggilis Mejoyo dengan nilai rasio sebesar 1:961 dimana ratarata 1 SD/MI di kecamatan Tenggilis Mejoyo menampung 961
siswa sebaliknya kecamatan yang memiliki rasio terkecil adalah
kecamatan Tambaksari dengan nilai rasio sebesar 1:70 dimana
rata-rata 1 SD/MI di kecamatan Tambaksari menampung 70
siswa. Pada tingkat SMP/MTs kecamatan Asemrowo memiliki
rasio tertinggi yaitu 1:1096 dimana 1 SMP/MTs di Asemrowo
rata-rata menampung 1096 siswa dan kecamatan Semampir
merupakan kecamatan dengan rasio terendah yaitu 1:35 dimana
1 SMP/MTs di Semampir rata-rata menampung 35 siswa. Rasio
antara Jumlah penduduk dibandingkan dengan jumlah gedung
sekolah menurut kecamatan di kota Surabaya pada tahun 2010
untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.

R P J M D

K O T A

S U R A B A Y A

T A H U N

2 0 1 0 - 2 0 1 5

II - 49

Tabel 2.15 Ketersediaan Sekolah Dan Penduduk Usia Sekolah


di Kota Surabaya Menurut Kecamatan
SD/MI

No.

Kecamatan

Jumlah
Gedung

Jumlah
penduduk
kelompok usia 712 tahun

SMP/MTs

Rasio

Jumlah
Gedung

Jumlah
penduduk
kelompok usia
13-15 tahun

Rasio

Karang Pilang

23

10.650

1:463

10

4.116

1:412

Jambangan

14

10.005

1:715

4.065

1:1016

Gayungan

21

10.632

1:506

4.271

1:712

Wonocolo

28

6.053

1:216

2.117

1:265

Tenggilis Mejoyo

20

19.225

1:961

8.484

1: 1414

Gunung Anyar

8.402

1:934

3.283

1:821

Rungkut

25

6.360

1:254

12

4.799

1:400

Sukolilo

34

12.347

1:363

15

5.177

1:345

Mulyorejo

25

3.493

1: 140

13

755

1:58

10

Gubeng

51

13.844

1:271

16

5.781

1:361

SD/MI

No.

Kecamatan

Jumlah
Gedung

Jumlah
penduduk
kelompok usia 712 tahun

SMP/MTs

Rasio

Jumlah
Gedung

Jumlah
penduduk
kelompok usia
13-15 tahun

Rasio

11

Wonokromo

50

23.299

1:466

19

8.846

1:466

12

Dukuh Pakls

25

9.023

1:361

3.543

1:506

13

Wiyung

18

7.072

1:393

2.616

1:523

14

Lakarsantri

20

8.519

1:426

3.327

1:416

15

Tandes

30

5.029

1:168

14

1.628

1:116

16

Sukomanunggal

31

4.504

1:145

12

1.237

1:103

17

Sawahan

56

17.452

1:312

16

7.105

1:444

18

Tegalsari

43

9.223

1:214

10

8.131

1:813

19

Genteng

22

4.022

1:183

356

1:40

20

Tambaksari

54

3.795

1:70

18

985

1:55

21

Kenjeran

33

3.875

1:117

12

1.019

1:85

22

Simokerto

30

3.805

1:127

2.485

1:276

SD/MI

No.

Kecamatan

Jumlah
Gedung

Jumlah
penduduk
kelompok usia 712 tahun

SMP/MTs

Rasio

Jumlah
Gedung

Jumlah
penduduk
kelompok usia
13-15 tahun

Rasio

23

Semampir

50

4.664

1:93

17

601

1:35

24

Pabean Cantian

22

5.336

1:243

1.710

1:244

25

Bubutan

38

8.409

1:221

3.191

1:355

26

Krembangan

41

3.919

1:96

18

1.015

1:56

27

Asemrowo

8.289

1:921

3.288

1:1096

28

Benowo

16

4.210

1:263

1.092

1:273

29

Bulak

21

3.847

1:183

928

1:186

30

Pakal

22

4.401

1:200

1.151

1:164

31

Sambikerep

16

4.879

1:305

1.450

1:207

Jumlah

897

248.583

1:277

310

98.552

1:318

Sumber: Dinas Pendidikan Kota Surabaya

Kebutuhan guru yang memenuhi kualifikasi menjadi


sangat penting dalam upaya peningkatan kualitas dan
pemerataan pendidikan di semua jenjang pendidikan. Dengan
pendidikan guru yang sesuai dengan standar kualifikasi maka
diharapkan akan mampu menghasilkan kualitas siswa didik yang
lebih berkualitas pula. Dan tentunya juga dibutuhkan
ketersediaan guru yang berkompetensi di setiap sekolah.
Tabel 2.16 Jumlah Guru dan Murid Jenjang
Pendidikan Dasar
Jenjang
Pendidikan

No
1

2006

2007

2008

2009

2010

SD/MI

1.1

Jumlah Guru

13.560

13.532

13.807

12.841

13.809

1.2

Jumlah murid

284.128

298.143

250.519

286.951

261.509

1.3

Rasio

1 : 21

1 : 22

1 : 18

1 :22

1 : 19

SMP/MTs

2.1

Jumlah guru

9.172

8.923

9.763

9.331

7.399

2.2

Jumlah murid

114.058

114.030

109.046

115.331

103.480

2.3

Rasio

1 : 12

1 : 13

1 : 11

1 : 12

1 : 14

Sumber: Dinas Pendidikan Kota Surabaya


Rasio antara Jumlah murid dibandingkan dengan jumlah
guru dari tahun 2006 sampai tahun 2010 menunjukkan trend
yang fluktuatif baik itu tingkat SD/MI maupun tingkat SMP/MTs.
Pada Tingkat SD/MI misalnya, pada tahun 2006 rasio antara
jumlah murid dibandingkan dengan jumlah guru menunjukkan 1:
21 dimana rata-rata 1 guru di Surabaya menangani 21 siswa.
Jumlah ini mengalami trend yang fluktuatif hingga pada tahun
2010 menunjukkan nilai rasio 1:19 dimana rata-rata 1 guru
menangani 19 siswa. Sedangkan keadaan yang hampir sama
juga ditunjukkan untuk tingkat SMP/MTs, pada tahun 2006 rasio
antara Jumlah murid dibandingkan dengan jumlah guru

R P J M D

K O T A

S U R A B A Y A

T A H U N

2 0 1 0 - 2 0 1 5

II - 53

menunjukkan 1:12 dimana rata-rata 1 guru menangani 12 siswa


dan pada tahun 2010 rasio tersebut menurun menjadi 1: 14
dimana rata-rata 1 guru menangani 14 siswa.
Rasio antara jumlah murid dibandingkan dengan jumlah
guru menurut kecamatan di kota Surabaya pada tahun 2010
menunjukkan bahwa untuk tingkat SD/MI, kecamatan yang
memiliki rasio terbesar adalah kecamatan Gununganyar dengan
rasio 1 : 25 dimana rata-rata 1 guru SD/MI di Gununganyar
menangani 25 siswa sebaliknya kecamatan yang memiliki rasio
terkecil adalah kecamatan Mulyorejo dengan nilai rasio sebesar
1 : 14 dimana rata-rata 1 guru SD/MI di Mulyorejo menangani 14
siswa. Pada tingkat SMP/MTs kecamatan Asemrowo memiliki
rasio tertinggi yaitu 1 : 22 dimana 1 guru SMP/MTs di Asemrowo
rata-rata menangani
22 siswa dan kecamatan Simokerto
merupakan kecamatan dengan rasio terendah yaitu 1 : 8 dimana
1 guru SMP/MTs di Simokerto rata-rata menangani 8 siswa.
Rasio antara Jumlah murid dibandingkan dengan jumlah guru
sekolah menurut kecamatan di kota Surabaya pada tahun 2010
untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.

II - 54

R P J M D

K O T A

S U R A B A Y A

T A H U N

2 0 1 0 - 2 0 1 5

Tabel 2.17
Jumlah Guru dan Murid Jenjang Pendidikan Dasar Menurut Kecamatan
SD/MI
No.

SMP/MTs

Kecamatan
Jumlah Guru

Jumlah Murid

Rasio

Jumlah Guru

Jumlah Murid

Rasio

Karang Pilang

333

7.767

1: 23

295

3.723

1 : 13

Jambangan

191

3.439

1 : 18

187

2.792

1 : 15

Gayungan

450

6.751

1 : 15

122

1.441

1 : 12

Wonocolo

414

8.383

1 : 20

216

3.546

1 : 16

Tenggilis Mejoyo

292

5.549

1 : 19

105

1.659

1 : 16

Gununganyar

158

4.009

1 : 25

62

1.018

1 : 16

Rungkut

447

9.961

1 : 22

430

5.287

1 : 12

Sukolilo

674

10.094

1 : 15

359

5.328

1 : 15

Mulyorejo

557

8.013

1 : 14

323

3.915

1 : 12

10

Gubeng

875

14.653

1 : 17

380

4.054

1 : 11

SD/MI
No.

SMP/MTs

Kecamatan
Jumlah Guru

Jumlah Murid

Rasio

Jumlah Guru

Jumlah Murid

Rasio

11

Wonokromo

688

12.461

1 : 18

553

8.153

1 : 15

12

Dukuh Pakis

391

6.078

1 : 16

168

2.068

1 : 12

13

Wiyung

361

5.591

1 : 15

68

1.028

1 : 15

14

Lakarsantri

269

5.325

1 : 20

254

3.272

1 : 13

15

Tandes

451

9.629

1 : 21

173

2.393

1 : 14

16

Sukomanunggal

563

10.271

1 : 18

105

1.895

1 : 18

17

Sawahan

733

16.039

1 : 22

277

4.067

1 : 15

18

Tegal Sari

571

10.665

1 : 19

180

3.390

1 : 19

19

Genteng

400

7.201

1 : 18

349

5.267

1 : 15

20

Tambaksari

835

18.031

1 : 22

438

6.405

1 : 15

21

Kenjeran

487

12.097

1 : 25

382

7.384

1 : 19

SD/MI
No.

SMP/MTs

Kecamatan
Jumlah Guru

Jumlah Murid

Rasio

Jumlah Guru

Jumlah Murid

Rasio

22

Simokerto

387

6.763

1 : 17

167

1.392

1:8

23

Semampir

673

13.692

1 : 20

309

2.959

1 : 10

24

Pabean Cantian

231

4.272

1 : 18

173

2.242

1: 13

25

Bubutan

521

8.739

1 : 17

176

1.824

1: 10

26

Krembangan

644

13.327

1 : 21

515

8.471

1 : 16

27

Asemrowo

107

2.125

1 : 20

52

1.127

1 : 22

28

Benowo

245

5.191

1 : 21

60

764

1 : 13

29

Bulak

293

5.651

1 : 19

157

1.666

1: 11

30

Pakal

331

5.671

1 : 17

177

2.880

1 : 16

31

Sambi Kerep

237

4.071

1 : 17

187

2.070

1: 11

13.809

261.509

1 : 19

7.399

103.480

1 : 14

Jumlah

Sumber: Dinas Pendidikan Kota Surabaya

Dalam upaya meningkatkan minat dan budaya gemar


membaca masyarakat Kota Surabaya dan meningkatkan akses
dan kualitas perpustakaan, pemerintah Kota Surabaya berupaya
dengan menyediakan perpustakaan daerah, perpustakaan
keliling yang menggunakan sarana angkutan bis keliling yang
melayani di sekolah-sekolah dan taman, menyediakan Taman
Bacaan Masyarakat (TBM) di kelurahan dan kecamatan, bahkan
ada pula ditempat-tempat pelayanan publik lainnya seperti
puskesmas, taman-taman kota, balai RW, Rusun dan Liponsos.
Kondisi jumlah pengunjung perpustakaan daerah setiap
tahunnya mengalami peningkatan yaitu 93.335 pengunjung pada
tahun 2006, 140.232 pengunjung pada tahun 2007, 315.432
pengunjung pada tahun 2008, 343.271 pengunjung pada tahun
2009, dan 1.292.388 pada tahun 2010. Demikian pula dengan
Koleksi buku setiap tahunnya selalu ditambah untuk
memperkaya perpustakaan-perpustakaan tersebut sehingga
semakin menambah minat baca masyarakat.
Keberadaan
koleksi buku yang tersedia di perpustakaan daerah setiap
tahunnya terus meningkat, pada tahun 2006 tercatat sebanyak
10.000 buku dengan 7.935 judul buku dan menjadi 96.520 buku
dengan 10.358 judul buku pada tahun 2010. Distribusi koleksi
buku tersebut sebagian besar berada di Taman Bacaan
Masyarakat (TBM) Kecamatan, Kelurahan dan Balai RW yaitu
44.36 persen atau 42.817 buku, kemudian terdapat di
perpustakaan sekolah 17.61 persen atau 17.000, di
perpustakaan umum 10.81 persen atau 10.436, di PAUD 9.84
persen atau 9.500 buku, untuk bis keliling Taman Bungkul,
Taman Prestasi, dan TBM Kebun Bibit 5.83 persen atau 5.628
buku, di TBM Rumah Susun 4.12 persen atau 3.978 buku,
layanan paket 3.46 persen atau 3.341 buku, di TBM Liponsos
1.99 persen atau 1.920 buku, sudut baca di Puskesmas 1.35

II - 58

R P J M D

K O T A

S U R A B A Y A

T A H U N

2 0 1 0 - 2 0 1 5

persen atau 1300 buku, Masjid Muhajirin 0.52 % atau 500 buku,
dan RS. Bhakti Dharma Husada 0.10 persen atau 100 buku.
Atas upaya-upaya yang telah dilakukan dalam
meningkatkan pelayanan perpustakaan dan minat baca
masyarakat, Pemerintah Kota Surabaya berhasil mendapatkan
penghargaan Unit Kerja/Kantor Pelayanan Masyarakat
Percontohan Jawa Timur Tahun 2010 oleh Gubernur Jawa Timur
pada tahun 2010.
b. Kesehatan
Arah pembangunan kesehatan di kota Surabaya selama
tahun 2006-2010 secara umum adalah untuk mewujudkan
kualitas pelayanan kesehatan yang terjangkau bagi masyarakat
kota serta meningkatkan pemahaman masyarakat tentang
lingkungan sehat dan perilaku sehat.
Ketersediaan sarana dan
merupakan faktor penting dalam

prasarana
pelayanan

kesehatan
kesehatan

masyarakat. Jumlah fasilitas kesehatan di Kota Surabaya dalam


rentang tahun 2005-2010 relatif menunjukkan adanya
peningkatan. Pada tahun 2005 tercatat terdapat 43 Rumah Sakit
meningkat menjadi 50 Rumah Sakit pada tahun 2010. Jika
dibandingkan dengan jumlah penduduknya maka rasio rumah
sakit dengan jumlah penduduk adalah sekitar 1:78.470. Menurut
standar pelayanan minimal, setiap rumah sakit dapat melayani
240.000 penduduk. Dengan demikian keberadaan rumah sakit di
Kota Surabaya dapat dikatakan sudah memadai.
Sebagai ujung tombak pelayanan masyarakat,
Puskesmas di Kota Surabaya tercatat sebanyak 53 unit pada
tahun 2010. Jika dibandingkan dengan jumlah penduduk maka
rasio antara Puskesmas dengan penduduk adalah 154.781,
sementara menurut standar pelayanan minimal kesehatan,
setiap puskesmas minimal melayani sekitar 30.000 penduduk.
Sehingga secara rasio masih terdapat kekurangan saranan
R P J M D

K O T A

S U R A B A Y A

T A H U N

2 0 1 0 - 2 0 1 5

II - 59

kesehatan dasar/ puskesmas di Kota Surabaya. Namun


demikian, untuk mengatasi kekurangan tersebut, setiap
Puskesmas di Kota Surabaya ini memiliki puskesmas pembantu
(Pustu) masing-masing sekitar 1-2 unit sehingga sampai dengan
tahun 2010 tercatat terdapat 69 Pustu. Ditambah lagi dengan
keberadaan Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) yang tersebar
hampir di setiap Rukun Warga (RW) sehingga tercatat sebanyak
2,794 unit. Selain itu, untuk meningkatkan pelayanan kepada
masyarakat, terdapat 38 Puskesmas yang memberikan
pelayanan diluar jam kerja yaitu pada hari Senin sampai dengan
Sabtu, pukul 14.00 19.00 WIB serta puskesmas dengan
layanan spesialis sebanyak 25 unit. Ketersediaan dokter atau
tenaga medis merupakan salah satu faktor yang menentukan
dalam terciptanya keseimbangan dalam dunia kesehatan.
Jumlah dokter yang ada di Kota Surabaya dari tahun 2005-2010
terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2005 jumlah dokter
yang tercatat adalah sebanyak 2.398 dokter dan pada tahun
2010
sudah meningkat sebanyak 3.899 dokter. Jika
dibandingkan dengan jumlah penduduk maka rasio antara
jumlah dokter dengan jumlah penduduk adalah 1:753 dimana 1
dokter menangani sekitar 753 penduduk kota Surabaya pada
tahun 2010. Selain itu terlihat peran yang semakin besar oleh
pihak swasta dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan dan
memberikan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat, hal ini
telihat dari semakin meningkatnya jumlah klinik kesehatan yang
dikelola oleh pihak swasta. Dengan demikian dapat dikatakan
jumlah fasilitas kesehatan di Kota Surabaya relatif sudah lebih
baik dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat. Namun demikian pemerintah Kota Surabaya harus
tetap mempertimbangkan pertumbuhan penduduk yang tentunya
secara otomakebutuhan fasilitas kesehatan akan bertambah.
Dari data di atas diperoleh gambaran bahwa cakupan
pelayanan kesehatan masyarakat semakin meluas melalui

II - 60

R P J M D

K O T A

S U R A B A Y A

T A H U N

2 0 1 0 - 2 0 1 5

pengembangan sarana dan prasarana serta tenaga medis dan


paramedis disamping semakin meningkatnya kesadaran
masyarakat akan pentingnya pemeliharaan kesehatan bagi
dirinya dan keluarganya. Namun demikian masih dialami kasuskasus penyakit menular yang terjadi di Kota Surabaya seperti
demam berdarah, infeksi saluran pernafasan bagian atas (ISPA),
diare, dan HIV/AIDS.
Atas berbagai upaya yang telah dilakukan untuk
meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan akses serta
mutu pelayanan kesehatan tersebut, Pemerintah Kota
mendapatkan sejumlah penghargaan antara lain yaitu
Pemenang Otonomi Award 2009 Special Category (Region in an
inovative brekthrough on health service) dari JPIP (the jawa pos
institute of pro-otonomi) kepada Kota Surabaya dan Manggala
Karya Bhakti Husada Arutala dari Menteri Kesehatan RI kepada
Pemerintah Kota Surabaya pada tahun 2009.
c. Pekerjaan Umum
c.1. Sarana Prasarana Jalan dan Jembatan
Sistem jaringan jalan di kota Surabaya membentuk
pola grade dengan pusat-pusat pertumbuhan primer dan
sekunder saat ini tersebar di koridor Utara dan Selatan serta
Timur dan Barat Kota. Panjang ruas jalan di kota Surabaya
pada tahun 2010 sepanjang 1.911,34 km yang terdiri atas
ruas jalan nasional, jalan provinsi dan jalan kota. Terkait
kondisi jalan saat ini, dari total 11,021 ruas jalan di Surabaya
terdapat 9,632 ruas jalan masih layak, 1,374 ruas jalan yang
harus diperbaiki, dan 15 ruas masih dalam perbaikan.
Adapun masalah utama pada sistem jaringan jalan di
Surabaya adalah sebagai berikut :

Kemacetan dan rendahnya tingkat aksesibilitas ke


beberapa wilayah di kota Surabaya. Masalah kemacetan
yang terjadi di koridor Utara-Selatan saat ini disebabkan

R P J M D

K O T A

S U R A B A Y A

T A H U N

2 0 1 0 - 2 0 1 5

II - 61

karena koridor tersebut secara alami telah terbentuk dan


akses koridor terhubung dengan sempurna sehingga
pusat pusat kegiatan primer dan sekunder lebih dahulu
tumbuh dengan pesat pada wilayah koridor ini dari pada
wilayah yang dihubungkan oleh koridor Timur-Barat.
Pada wilayah koridor Timur-Barat Surabaya saat ini
mulai tumbuh dengan pesat namun masih belum
didukung

oleh

akses

yang

sempurna

untuk

menghubungkan kedua wilayah tersebut sehingga


apabila pergerakan menuju wilayah Timur atau wilayah
Barat harus melewati pusat kota dan pada akhirnya lalu
lintas akan menumpuk pada koridor Utara-Selatan Kota.
Isu lain yang menjadi pendorong terjadinya masalah
kemacetan adalah terdapatnya ruas jalan yang
berbentuk bottle neck sehingga menghambat arus lalu
lintas serta adanya persimpangan yang sebidang
dengan rel kereta.

Volume
kendaraan
yang
semakin
meningkat
mengakibatkan kapasitas jalan menjadi semakin kecil
jika tidak diimbangi dengan peningkatan jaringan dan
kapasitas jalan. Tabel 2.18 dibawah mengindikasikan
bahwa sistem jaringan jalan Kota Surabaya secara
mayoritas sudah tidak sanggup lagi mengimbangi
pertumbuhan volume kendaraan. Hal ini juga terlihat dari
tingkat pelayanan jaringan jalan berdasarkan angka
rasio volume lalu lintas terhadap kapasitas ruas jalan
(V/C ratio) berkisar pada angka 0,7.

II - 62

R P J M D

K O T A

S U R A B A Y A

T A H U N

2 0 1 0 - 2 0 1 5

Tabel 2.18
Data V/C Ratio di Beberapa Ruas Jalan SurabayaTahun 2006 2009
2006
No.

Nama Ruas Jalan

Volume Kapasitas

2007
DS

(smp/jam) (smp/jam)

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35

A. Yani (Polda)
A. Yani (Waru)
Bubutan
Darmahusada
Darmawangsa
Diponegoro
Dupak
Embong Malang
Gresik
Gubeng
Gunungsari
HR. Muhammad
Mastrip
Mayjen Sungkono
Menganti
Ngagel
Nginden
Oso Wilangun
Pahlawan
Panglima Sudirman
Prof. Dr. Moestopo
Rajawali
Raja Rungkut
Raya Wonokromo
Rungkut Industri
Rungkut Menanggal
Semarang
Tandes
Tunjungan
Urip Sumoharjo
Wiyung
Banyu Urip
Semolowaru
Menur
Frontage Road A.Yani

8,757
11,034
5,006
3,706
2,966
4,206
4,265
5,112
2,343
5,627
5,003
4,902
1,516
7,690
1,674
2,891
5,564
1,610
5,240
6,965
5,783
3,187
3,566
9,724
5,461
2,383
2,307
3,025
5,926
10,421
2,435

9,742
9,742
6,215
5,078
6,105
9,810
9,810
7,453
3,603
6,539
5,483
9,384
2,770
8,744
2,371
5,792
9,504
3,293
12,055
8,234
10,137
7,913
5,504
9,181
8,997
2,386
2,986
3,127
7,499
10,002
2,589

J UML A H
RATA - RATA

Volume Kapasitas

2008
DS

Volume Kapasitas

(smp/jam) (smp/jam)

0.90
1.13
0.81
0.73
0.49
0.43
0.43
0.69
0.65
0.86
0.91
0.52
0.55
0.88
0.71
0.50
0.59
0.49
0.43
0.85
0.57
0.40
0.65
1.06
0.61
1.00
0.77
0.97
0.79
1.04
0.94

22.35
0.72

8,757
11,034
5,006
3,706
2,966
4,000
4,265
4,650
2,343
5,120
4,852
4,902
1,516
7,690
1,674
2,891
5,564
1,610
5,240
6,965
5,783
3,187
3,586
9,724
5,461
2,383
2,307
3,025
5,926
10,421
2,435

9,742
9,742
6,215
5,078
6,105
9,810
9,810
7,453
3,603
6,539
5,483
9,384
2,770
8,744
2,371
5,792
9,504
3,293
12,055
8,234
10,137
7,913
5,504
9,181
8,997
2,386
2,986
3,127
7,499
10,002
2,589

J UML A H
RATA - RATA

2009
DS

(smp/jam) (smp/jam)

0.90
1.13
0.81
0.73
0.49
0.41
0.43
0.62
0.65
0.78
0.88
0.52
0.55
0.88
0.71
0.50
0.59
0.49
0.43
0.85
0.57
0.40
0.65
1.06
0.61
1.00
0.77
0.97
0.79
1.04
0.94

22.15
0.71

8,757
11,034
5,006
3,706
2,966
4,000
4,265
4,650
2,343
5,120
4,852
4,902
1,516
7,690
1,674
2,891
5,564
1,610
5,240
6,965
5,783
3,187
3,586
9,724
5,461
2,383
2,307
3,025
5,926
10,421
2,435

9,742
9,742
6,215
5,078
6,105
9,810
9,810
7,453
3,603
6,539
5,483
9,384
2,770
8,744
2,371
5,792
9,504
3,293
12,055
8,234
10,137
7,913
5,504
9,181
8,997
2,386
2,986
3,127
7,499
10,002
2,589

J UMLA H
RATA - RATA

Volume

Kapasitas

0.90
1.13
0.81
0.73
0.49
0.41
0.43
0.62
0.57
0.78
0.88
0.50
0.55
0.88
0.71
0.50
0.59
0.49
0.43
0.85
0.57
0.40
0.65
1.06
0.61
1.00
0.77
0.97
0.79
1.04
0.94

22.05
0.71

8,757
9,742
11,034
9,742
5,006
6,215
3,706
5,078
2,966
6,105
4,000
9,810
4,265
9,810
4,650
7,453
2,343
4,103
5,120
6,539
4,852
5,483
4,902
9,884
1,516
2,770
7,960
8,744
1,674
2,371
2,891
5,792
5,564
9,504
1,610
3,293
5,240 12,055
6,965
8,234
5,783 10,137
3,187
7,913
3,586
5,504
9,724
9,181
5,461
8,997
2,383
2,386
2,307
2,986
3,025
3,127
5,926
7,499
10,421 10,002
2,435
2,589
1,360
2,350
1,465
2,350
0
2,350
3,285
3,425
JUMLA H
RATA - RATA

Sumber : Hasil Survey Dinas PU Bina Marga dan Pematusan, 2009

R P J M D

K O T A

S U R A B A Y A

T A H U N

2 0 1 0 - 2 0 1 5

DS

(smp/jam) (smp/jam)

II - 63

0.90
1.13
0.81
0.73
0.49
0.41
0.43
0.62
0.57
0.78
0.88
0.50
0.55
0.88
0.71
0.50
0.59
0.49
0.43
0.85
0.57
0.40
0.65
1.06
0.61
1.00
0.77
0.97
0.79
1.04
0.94
0.58
0.62
0.00
0.96
24.20
0.69

c.2. Pematusan Kota


Banjir dan genangan di jalan berakibat pada
gangguan
terhadap
mobilisasi
penduduk
karena
menyebabkan/meningkatkan kemacetan lalu lintas dan
beresiko terhadap penurunan kesehatan masyarakat apabila
permukiman terjangkit wabah penyakit akibat banjir. Upaya
yang telah dilakukan adalah pengembangan sistem drainase.
Secara administrasi Kota Surabaya memiliki luas area 33.048
ha, namun untuk rencana pengembangan sistem drainase
perlu ditambahkan sekitar 3.000 ha di bagian Barat
(Kabupaten Gresik) dan Selatan kota (Kabupaten Sidoarjo)
serta 500 ha tanah reklamasi di pantai Timur. Sistem drainase
Kota Surabaya dibagi dalam 5 (lima) wilayah rayon, yaitu
rayon Genteng, Gubeng, Jambangan, Wiyung dan Tandes
dengan total luas wilayah pematusan kurang lebih sebesar
36.396,46 ha, seperti yang ditampilkan pada Tabel berikut ini.
Tabel 2.19
Luas Wilayah Pematusan Berdasarkan Rayon
Rayon Pematusan

Luas Wilayah
Pematusan (ha)

Genteng

3.841

Gubeng

7.123

Jambangan

7.421

Wiyung

7.290,27

Tandes

10.721,19
Total

36.396,46

Sumber: Surabaya Drainage Master Plan 2018, Review


Berdasarkan sejarah pengembangan drainase
perkotaan di Surabaya, beberapa dari saluran-saluran yang
dulu dirancang untuk penyediaan irigasi sekarang beralih

II - 64

R P J M D

K O T A

S U R A B A Y A

T A H U N

2 0 1 0 - 2 0 1 5

fungsi sebagai saluran drainase seiring dengan pesatnya


pertumbuhan kawasan terbangun. Dalam peralihan fungsi
saluran irigasi menjadi saluran drainase diperlukan banyak
perbaikan dan penggalian pada elevasi yang lebih rendah
karena adanya prinsip konstruksi saluran irigasi yang berbeda
dengan prinsip konstruksi saluran drainase dimana saluran
irigasi umumnya menyempit di bagian hilir. Upaya-upaya
yang telah dilakukan oleh Pemerintah Kota Surabaya adalah
mengubah irigasi menjadi drainase beberapa saluran antara
lain: Saluran Menur sepanjang 572 meter, Saluran
Semolowaru sepanjang 649 meter dan Saluran Gunungsari
(Banyuurip) sepanjang 2.878 meter yang dilakukan secara
bertahap pada tahun 2009 - 2010 mulai Jl. Girilaya sampai
dengan Jl. Simojawar. Upaya perubahan fungsi saluran irigasi
ini diharapkan dapat terus berlanjut agar dapat memperbaiki
kondisi drainase di Kota Surabaya. Untuk mengurangi
genangan yang terjadi pada musim hujan, dilakukan
pengerukan saluran secara rutin, rehabilitasi dan
pembangunan saluran serta peningkatan kapasitas pompa
banjir. Sampai dengan tahun 2010 Kota Surabaya memiliki 42
rumah pompa yang melayani areal seluas 32 sampai 1.500
ha (lihat tabel 2.20). Sementara untuk melindungi daerah
rendah di pesisir dari genangan air selama pasang tertinggi
dan mencegah terjadinya back water, maka dibangun tanggul
dan pintu-pintu laut pada saluran primer. Terkait dengan hal
tersebut, upaya penambahan pompa dan pintu laut di muaramuara saluran masih sangat diperlukan.

R P J M D

K O T A

S U R A B A Y A

T A H U N

2 0 1 0 - 2 0 1 5

II - 65

Tabel 2.20
Rumah Pompa Eksisting di Kota Surabaya Tahun 2010
No

Lokasi

No

Lokasi

No

Lokasi

PA. Kalikepiting

15

PA. Flores

29

PA. Balong

PA. Dharmahusada

16

PA. Bratang
(Boezem)

30

PA. Kalibokor

PA. Mulyorejo
(Galaxy)

17

PA. Semolowaru I

31

PA. Pandugo

PA. Kalidami Screw

18

PA. Grahadi

32

PA. Kalirungkut

PA. Pesapen

19

PA. Kutisari

33

PA. Kebon agung

34

PA. Wonorejo
(boezem)

PA. Simolawang

20

PA. Kalidami
Boezem I

PA. Kenari

21

PA. Kenjeran

35

PA. Kedung Asem

PA. Dinoyo

22

PA. Gunungsari II

36

PA. Jemur
Andayani

PA. Darmokali

23

PA. Semolowaru II

37

PA. Mulyosari
Ring Road ITS

10

PA. Tidar

24

PA. Kalisari

38

PA. Kalidami
Boezem II

11

PA. Jagir/Kalimir

25

PA. Kalijudan

39

PA. Jeblokan

12

PA. Gunungsari I

26

PA. Dupak
Bandarejo

40

PA. Tambakwedi

13

PA. Keputran

27

PA. Asem Jaya

41

PA. Boezem
Morokrembangan

14

PA. Wonorejo I

28

PA. Greges

42

PA. Medokan
Semampir

Kondisi topografi Kota Surabaya terdiri atas perbukitan


di bagian barat, relatif rendah di pantai sisi utara dan timur
serta

daerah

datar

di

sisi

selatan.

Oleh

karenanya

pengendalian banjir di kota ini tidak cukup hanya dengan


penambahan kapasitas saluran dan pompa banjir saja,
namun

II - 66

juga

R P J M D

perlu

K O T A

ditambah

S U R A B A Y A

dengan

T A H U N

kolam

2 0 1 0 - 2 0 1 5

penampungan/boezem/waduk. Pembangunan boezem di hilir


dimaksudkan untuk menampung aliran dari catchment area
sebelum pada akhirnya dipompa ke laut. Saat ini Kota
Surabaya didukung oleh 5 boezem utama yaitu boezem
Morokrembangan, Kedurus, Kalidami, Bratang dan Wonorejo.
Dalam
rangka
penerapan
sistem
drainase
berwawasan lingkungan dan mewujudkan upaya konservasi
serta

pelestarian

air,

maka

perlu

juga

dilakukan

pembangunan waduk di daerah hulu. Tujuannya antara lain


untuk menahan air di daratan selama mungkin sehingga
dapat mengurangi laju aliran air permukaan ke hilir dan
menstabilkan permukaan air tanah pada musim kemarau.
Revitalisasi waduk-waduk BTKD di daerah Surabaya barat
dan pemanfaatan fasum fasos milik pengembang sangat
berpotensi untuk menambah resapan di hulu.
Selama 5 tahun terakhir telah dapat diturunkan area
genangan seluas 832,93 ha dari luas area genangan semula
3.016 ha pada tahun 2005 menjadi 2.183,07 ha pada tahun
2009. Waktu genangan 6 jam pada tahun 2005 dapat
diturunkan menjadi 0,98 jam pada tahun 2009. Begitu pula
dengan tinggi genangan, semula 40 cm pada tahun 2005
menjadi 20,36 cm pada tahun 2009. Capaian tersebut dapat
dilihat pada Gambar 2.11, Gambar 2.12 dan Gambar 2.13
dibawah ini.

R P J M D

K O T A

S U R A B A Y A

T A H U N

2 0 1 0 - 2 0 1 5

II - 67

Gambar 2. 11 Luas Area Genangan Kota Surabaya (2005 2009)


3500
3016
3000

2931
2825,2
2411,7

Luas (ha)

2500

2183,07

2000
1500
1000
500
0
2005

2006

2007

2008

2009

Gambar 2.12 Waktu Genangan Kota Surabaya (2005 2009)


7
6

Waktu (jam)

6
5
4

3,25

2,5

1,5

0,98

0
2005

2006

2007

2008

2009

Gambar 2.13 Tinggi Genangan Kota Surabaya (2005 2009)


45

40

40

Tinggi (cm)

35
30

27

25

25,58

21
20,36

20
15
10
5
0
2005

II - 68

R P J M D

2006

K O T A

2007

S U R A B A Y A

2008

T A H U N

2009

2 0 1 0 - 2 0 1 5

d. Perumahan
Kawasan perumahan adalah kawasan yang
pemanfaatannya sebagai perumahan serta berfungsi sebagai
tempat tinggal yang dilengkapi dengan penyediaan sarana dan
prasarana lingkungan. Kawasan perumahan di Kota Surabaya
tersebar di seluruh wilayah Kota Surabaya dengan distribusi
kawasan perumahan terbesar di Kota Surabaya terdapat di
wilayah Surabaya Timur dengan persentase 12 persen dari
luas wilayah Kota Surabaya. Sedangkan untuk kawasan
Surabaya Barat distribusi perumahannya paling sedikit yaitu 2
persen. Secara keseluruhan luasan kawasan perumahan di
Surabaya sebesar 38,14 persen dari luas wilayah Kota
Surabaya.
Gambar 2.14
Persebaran Perumahan dan Permukiman di Kota Surabaya

Sumber : RP4D Kota Surabaya, 2008


R P J M D

K O T A

S U R A B A Y A

T A H U N

2 0 1 0 - 2 0 1 5

II - 69

Jenis perumahan yang ada di Kota Surabaya


terklasifikasi dalam perumahan formal dan informal.
Perumahan formal yaitu jenis perumahan yang didirikan oleh
pengembang dan/atau pemerintah, seperti real estate di
wilayah Perumahan Galaxy, Pakuwon, Citraland, dan
perumahan militer. Dan sampai dengan tahun 2011, terdapat
128 pengembang real estate yang ada di Kota Surabaya
dengan luas total 4.983.61 Ha. Sedangkan perumahan
informal adalah perumahan yang dibangun dengan swadaya
masyarakat seperti rumah perkampungan, yang dimaksudkan
dengan kampung di sini adalah perumahan dan permukiman
legal di kota yang berkembang atas inisiatif dan kemampuan
masyarakat secara mandiri. Karakter yang tampak pada
penduduk di perkampungan adalah adanya homogenitas dan
nilai kebersamaan yang lebih kental karena telah lama tinggal
berkelompok pada satu wilayah.
Daya tarik Kota Surabaya telah mengakibatkan
tumbuhnya penduduk kota dalam jumlah besar yang
diakibatkan tingginya angka urbanisasi ke kota. Kondisi ini
menyebabkan
dibutuhkannya
keseimbangan
antara
penambahan rumah tangga dengan penyediaan rumah.
Perkembangan

harga

lahan

dan

perkembangan

biaya

mendirikan bangunan menyebabkan harga rumah di Kota


Surabaya semakin meningkat dan menyebabkan banyaknya
penduduk yang tidak mampu menjangkau harga rumah.
Munculnya rumah-rumah kumuh dan rumah-rumah
illegal memberikan indikasi adanya ketidakseimbangan antara
jumlah perumahan dengan jumlah penduduk. Jumlah
bangunan rumah (vertikal dan horisontal) yang ada di Kota
Surabaya saat ini adalah 678.058 unit rumah. Jumlah
penduduk sebesar 2.947.003 jiwa. Dengan asumsi rata-rata
anggota KK adalah 4 jiwa, maka seharusnya jumlah rumah
yang ada di kota Surabaya adalah 736.751 unit. Berdasarkan

II - 70

R P J M D

K O T A

S U R A B A Y A

T A H U N

2 0 1 0 - 2 0 1 5

kondisi tersebut, maka selisih antara kebutuhan akan rumah


dengan jumlah rumah yang ada/ tersedia, menjadi nilai
kekurangan/backlog kuantitas rumah di Kota Surabaya saat
ini, yaitu sebesar 58.693 unit.
Pemerintah kota telah mengupayakan penyediaan
lahan bagi terbangunnya rumah sederhana layak huni yang
memiliki konsep pembangunan vertikal dengan dukungan
dana dari pemerintah pusat maupun pemerintah provinsi. Di
Kota Surabaya terdapat beberapa 8 rusun yang dikelola oleh
Pemerintah Kota Surabaya (Lihat tabel 2.21).
Tabel 2.21
Rusun di Kota Surabaya
No

Nama
Rusun

Lokasi

Tipe
(m2)

Jum
lah
Blok

Jum
lah Unit

Luas
Lahan
(m2)

Jum
lah
Lantai

1.

Dupak
Bangun
Rejo

Kel. Dupak
Kec.
Krembangan

18

150

3.000

2.

Sombo

Kel.Simolawan
g Kec.
Simokerto

18

10

618

25.000

3.

Urip
Sumo
harjo

Kel. Embong
kaliasin
Kec. Genteng

21

120

3.500

18

250

9.000

21

288

9.000

24

96

6.000

21

96

4. - Penjari
ngan Sari
I
- Penjari
ngan Sari
II

Kel. Penjari
ngan Sari
Kec. Rungkut

- Penjaring
an Sari III

5. - Wonorejo
I
R P J M D

Kel. Wonorejo
Kec.

K O T A

S U R A B A Y A

T A H U N

2 0 1 0 - 2 0 1 5

2.500

II - 71

Nama
Rusun

No

6.

7.

Lokasi

Tipe
(m2)

Jum
lah
Blok

Jum
lah Unit

- Wonorejo
II

KarangPilang

21

192

Waru
Gunung

Kel. Waru
Gunung Kec.
Karang Pilang

21

10

480

Randu

Kel. Sidotopo
Wetan Kec.
Kenjeran

21

Kel. Tanah
Kalikedinding
Kec. Kenjeran

21
24

8. - Tanah
Merah I
- Tanah
Merah II

TOTAL (m2)

Luas
Lahan
(m2)

Jum
lah
Lantai
4

29.845

288

6.800

192

6.000

192

6.000

56

2.520

106.645

92 unit
usaha
28 unit
fasum

TOTAL (ha)

10,664

Gambar 2. 15 Luasan Total Rusunawa yang dikelola Pemkot


Surabaya 10,664 Ha

II - 72

R P J M D

K O T A

S U R A B A Y A

T A H U N

2 0 1 0 - 2 0 1 5

Selain mengupayakan konsep pembangunan rumah


sederhana layak huni vertikal, Pemerintah Kota Surabaya juga
mengupayakan perbaikan sarana prasarana di lingkungan
permukiman kumuh melalui kegiatan Perbaikan Kampung
Terpadu (KIP Komprehensif) pada tahun 2002-2006,
Pembenahan Lingkungan Perkampungan (PLP) pada tahun
2006-2008, dan NUSSP (Neigborhood Upgrading and Shelter
Sector Program) pada tahun 2011.
Program perumahan dan permukiman yang telah
dilaksanakan untuk RPJMD Kota Surabaya tahun 2006-2010,
ditujukan bagi masyarakat miskin di perkotaan khususnya
yang terkait dengan ketidakterjangkauan finansial masyarakat
guna memperoleh perumahan yang layak serta kemampuan
meningkatkan sarana prasarana lingkungan permukimannya
sedangkan

sasaran

programnya

adalah

terciptanya

kelengkapan standar sanitasi maupun utilitas umum.


Pembangunan dibidang perumahan dan permukiman tidak
berarti hanya membangun perumahan atau permukiman baru,
akan tetapi juga menjaga kualitas sarana prasarana
permukiman itu menjadi lebih baik, lebih sehat dan tidak
kumuh. Pemerintah Kota Surabaya sangat menaruh perhatian
pada

ketersediaan

sarana

dan

prasarana

lingkungan

permukiman ini, utamanya kawasan kumuh karena pada


umumnya sarana prasarana yang tersedia kurang memadai
khususnya dalam hal penyediaan sanitasi sehingga berakibat
pada rendahnya kualitas kesehatan masyarakat.
Terkait dengan, ketersediaan sarana dan prasarana
dasar lingkungan permukiman di Kota Surabaya seperti listrik,
air bersih dan sanitasi yang layak, dapat di ketahui pada tahun
2009 jumlah pelanggan listrik rumah tangga di Kota Surabaya
telh mencapai 726,405 Rumah Tangga (RT) (Sumber :
Surabaya Dalam Angka 2010). Sedangkan layanan air bersih
bagi masyarakat Kota Surabaya, hampir sebagian besar
R P J M D

K O T A

S U R A B A Y A

T A H U N

2 0 1 0 - 2 0 1 5

II - 73

perumahan baik perumahan formal maupun perumahan


kampung di Kota Surabaya di layani sambungan air minum
oleh PDAM, dan setiap tahun jumlah pelanggan PDAM
kategori rumah tangga terus meningkat, dari tahun 2007
sebanyak 342.509 RT yang terlayani, tahun 2008 meningkat
menjadi 355.799 (RT) dan meningkat lagi menjadi 367.456
RT dan meningkat lagi menjadi 367.456 RT (Sumber : PDAM
Surya Sembada Online, 2011).
Untuk memenuhi kebutuhan prasarana sanitasi bagi
perumahan di Kota Surabaya saat ini belum terdapat jaringan
pembuangan limbah. Sebagian besar perumahan di Kota
Surabaya mengandalkan sistem sanitasi setempat (on-site)
terutama untuk pembuangan limbah manusia. Sistem sanitasi
tersebut meliputi tangki septik, sumur resapan, serta jamban.
Berdasarkan hasil pengambilan sampel jamban keluarga di
wilayah Kota Surabaya, dapat diketahui bahwa dari 693.986
KK yang telah memiliki jamban keluarga sebesar 86,64%
Sebagian besar perumahan telah memiliki fasilitas ini
pada masing-masing rumah tangga tetapi pada perumahan
kampung padat fasilitas tersebut bersifat komunal atau
digunakan untuk sekelompok keluarga. Penyediaan sistem
sanitasi pengolahan limbah domestik terpusat (off site system)
diharapkan dapat lebih meningkatkan kualitas lingkungan
hidup. Secara bertahap sistem sanitasi tersebut akan
ditingkatkan menjadi sistem komunal yang terintegrasi dengan
sistem sanitasi pengolahan limbah domestik perkotaan.
e. Perencanaan Pembangunan
Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan
tindakan masa depan yang tepat melalui urutan pilihan dengan
memperhitungkan sumber daya yang tersedia. Untuk
mencapai target-target tahunan yang telah ditetapkan di dalam

II - 74

R P J M D

K O T A

S U R A B A Y A

T A H U N

2 0 1 0 - 2 0 1 5

RPJMD diperlukan instrumen kebijakan yang berisi satu atau


lebih kegiatan yang dilaksanakan oleh SKPD.
Indikator yang digunakan sebagai

tolok

ukur

pencapaian kinerja peningkatan efektifitas perencanaan dan


pembangunan
adalah
prosentase
Ketepatan Waktu
Penyusunan Dokumen Perencanaan. Yang dimaksud
Ketepatan Waktu Penyusunan Dokumen Perencanaan adalah
jumlah dokumen perencanaan yang tepat waktu dibanding
dengan jumlah dokumen perencanaan. Pada tahun 2010
jumlah kegiatan yang dilaksanakan oleh SKPD di lingkungan
Pemerintah Kota sebanyak 1.789 kegiatan. Dari seluruh
kegiatan tersebut, realisasi pelaksanaan kegiatan-kegiatan
sesuai waktu dan target perencanaan sebanyak 1.770
kegiatan.
Gambar 2.16 Ketepatan Waktu Kegiatan 2006-2010

Sumber Data: Bagian Bina Program Kota Surabaya, 2010

R P J M D

K O T A

S U R A B A Y A

T A H U N

2 0 1 0 - 2 0 1 5

II - 75

f.

Perhubungan
fungsi

Sebagai urat nadi pembangunan, transportasi memiliki


sebagai penggerak, pendorong dan penunjang

pembangunan. Beberapa aturan mendasari program ini yaitu:


Undang Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas
dan Angkutan Jalan; Peraturan Menteri Perhubungan Nomor
KM 14 Tahun 2006 tentang manajemen dan rekayasa lalu
lintas: Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 3 Tahun 2007
tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Surabaya.
Kondisi umum lalu lintas di kota Surabaya hampir
sama dengan kotakota besar lainnya di Indonesia.
Pertumbuhan kendaraan bermotor terutama sepeda motor
sangat tinggi sehingga menimbulkan dampak kemacetan yang
sering terjadi di sebagian ruas jalan di kota Surabaya. Dari
data dinas Perhubungan Kota Surabaya tahun 2008 laju
pertumbuhan pengguna sepeda motor adalah 10-13 persen
per tahun. Selain kemacetan lalu lintas dampak lain yang
mengikuti adalah polusi udara. Isu kemacetan di kota
Surabaya bukan hanya disebabkan oleh tingginya laju
pertumbuhan kendaraan saja, namun beberapa hal lain yang
ikut berperan adalah rendahnya tingkat layanan angkutan
umum sehingga pengguna kendaraan pribadi enggan beralih
moda menggunakan angkutan umum, kurangnya integrasi
antar moda transportasi yang dikarenakan masih belum
optimalnya fasilitas alih moda serta simpul-simpul transportasi
yang ada, aksesibilitas wilayah yang belum optimal
dikarenakan jaringan jalan masih ada yang belum terbentuk
sempurna, belum adanya kebijakan pembatasan terhadap
kendaraan pribadi, masih terpusatnya pusat-pusat kegiatan
primer dan sekunder di kawasan-kawasan tertentu sehingga
menimbulkan tarikan yg besar, pemanfaatan jalan diluar
fungsinya serta belum signifikannya penambahahan kapasitas
jalan.

II - 76

R P J M D

K O T A

S U R A B A Y A

T A H U N

2 0 1 0 - 2 0 1 5

Gambar 2.17 Jumlah Kendaraan di kota Surabaya

Sumber: Polwiltabes Surabaya, 2010


Dari data tersebut diatas, pada tahun 2009 total
jumlah kendaraan yang berada di kota Surabaya sebesar
3.723.886 sedangkan jumlah angkutan umum yang ada
(Mikrolet dan Bus Kota) sesuai data dari Dinas Perhubungan
sebagaimana dalam tabel berikut ini :
Tabel 2.22 Jumlah Mikrolet dan Bus kota 2005 - 2009
No

2005

Jenis

2006

angkutan

2007

2008

2009

(kendaraan)

Mikrolet

5.261

5.291

5.291

5.233

5.016

Bus kota

359

359

359

270

270

Sumber: Dinas Perhubungan Kota Surabaya, 2010


Tabel data di atas menunjukkan bahwa jumlah
angkutan umum tahun 2009 sebesar 5.286 kendaraan terdiri
atas 19 trayek untuk bis kota dan 58 trayek untuk angkutan
kota atau 0.14 persen dari jumlah kendaraan di kota Surabaya.
Selain itu tabel di atas juga menunjukkan bahwa layanan
R P J M D

K O T A

S U R A B A Y A

T A H U N

2 0 1 0 - 2 0 1 5

II - 77

angkutan umum dari sisi kuantitas mengalami penurunan


sebesar -1,17 persen untuk mikrolet dan -6,20 persen untuk
bis kota, dengan rasio ijin trayek sebesar nol, atau bisa
dikatakan dari tahun ke tahun tidak mengalami pertumbuhan.
Adapun jumlah arus penumpang angkutan umum di 2 terminal
tipe A yaitu Terminal Purabaya dan Terminal Tambak
Osowilangun meliputi penumpang datang dan berangkat pada
jalur AKAP (Antar Kota Antar Propinsi) dan AKDP (Antar Kota
Dalam Propinsi) dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2.23 Jumlah Arus Penumpang Angkutan Umum di Terminal
Purabaya dan Terminal Tambak Osowilangun
2006

2007

2008

No

Lokasi

Terminal
Pura
baya

18.679.700

14.296.412

Terminal
Tambak
Oso
Wilangun

2.098.965

1.928.629

2009

2010

22.380.262

21.250.961

21.080.342

1.888.267

1.914.343

1.916.742

Orang

Sumber : UPTD Terminal Purabaya dan UPTD Terminal Tambak Oso Wilangun, Dinas
Perhubungan Kota Surabaya, 2010

Dari data yang terdapat di dalam tabel 2.23 .pada


kurun waktu 2008 2010 terjadi penurunan arus penumpang
angkutan umum. Kondisi tersebut mengindikasikan bahwa
angkutan umum yang ada saat ini mengalami kesulitan dalam
hal biaya operasional dikarenakan semakin menurunnya
jumlah pengguna angkutan umum. Ketertarikan masyarakat
untuk menggunakan angkutan umum tersebut berkurang
dikarenakan tingkat layanan angkutan umum yang ada saat ini
masih rendah serta salah satu dampak yang diakibatkannya
yaitu polusi udara. Maka beberapa upaya ke depan adalah

II - 78

R P J M D

K O T A

S U R A B A Y A

T A H U N

2 0 1 0 - 2 0 1 5

dengan meningkatan layanan angkutan umum dengan


mengoperasionalkan angkutan massal perkotaan maupun
regional, memperbaiki sistem kelembagaan angkutan umum
serta mulai menerapkan sistem transportasi yang
berkelanjutan (sustainable transportation) dan kebijakan sisi
permintaan lalu lintas (traffic demand management) untuk
membatasi jumlah pengguna kendaraan pribadi yang ada di
kota Surabaya.
Dalam hal peningkatan keselamatan lalu lintas,
Pemerintah Kota Surabaya telah melakukan berbagai upaya
yaitu melalui pemeriksaan kelaikan kendaraan baik angkutan
umum maupun pribadi yang meliputi angkutan penumpang
dan barang di Pengujian Kendaraan Bermotor, yang dilakukan
secara berkala dengan jumlah kendaraan yang lulus uji
terdapat pada tabel berikut :
Tabel 2.24 Jumlah Kendaraan Lulus Uji KIR
2006

2007

UPTD PKB Tandes

84.070

85.191

UPTD PKB Wiyung

76.362

76.084

No.

Lokasi Pengujian

1
2

2008

2009

2010

77.891

72.629

84.332

81.735

79.317

73.411

Kendaraan

Sumber : UPTD PKB, Dinas Perhubungan Kota Surabaya, 2010

Selain itu upaya lain peningkatan keselamatan lalu


lintas adalah dengan pemasangan rambu jalan baik rambu
peringatan, rambu larangan, rambu perintah maupun rambu
petunjuk, yang mana sampai dengan tahun 2010 telah
terpasang 7421 buah rambu dengan jumlah eksisting pada
tahun 2006 adalah 5.062 buah.

R P J M D

K O T A

S U R A B A Y A

T A H U N

2 0 1 0 - 2 0 1 5

II - 79

Tabel 2.25 Pemasangan Rambu


Tahun
NO

Jenis Rambu

Sampai
dengan 2006

2007

2008

2009

2010

Total
sampai
dengan
2010

Rambu Peringatan

772

133

15

84

99

1103

Rambu Larangan

2216

327

287

349

378

3557

Rambu Perintah

1154

92

45

56

141

1488

Rambu Petunjuk

920

79

47

94

133

1273

5062

631

394

583

751

7421

Jumlah

Sumber : Dinas Perhubungan Kota Surabaya, 2010

g. Lingkungan Hidup
1. Pengendalian dan Pelestarian Kualitas Udara
Upaya pengendalian terhadap pencemaran
udara terus dilakukan oleh Pemerintah Kota Surabaya
untuk menjamin keberlanjutan kualitas udara bersih
serta mengurangi timbulnya dampak negatif pencemaran
udara bagi kesehatan manusia, hewan, tanaman dan
materi. Dampak negatif tersebut antara lain semakin
menipisnya lapisan ozon, berkurangnya oksidasi
atmosfer serta pemanasan global. Berdasarkan evaluasi
hasil pemantauan kualitas udara ambien, PM10 dan
ozon telah menjadi parameter kritis di Kota Surabaya.
Hasil pemantauan kondisi kualitas udara di Kota
Surabaya berdasarkan data Indeks Standar Pencemar
Udara (ISPU) selama periode 2006-2010, menunjukkan
perkembangan sebagai berikut :
Dari data tabel 2.26 menunjukkan bahwa dalam
setiap tahun terjadi peningkatan jumlah hari udara baik
sebesar 0.18 persen, penurunan jumlah hari udara
sedang sebesar 0.82 persen dan peningkatan jumlah

II - 80

R P J M D

K O T A

S U R A B A Y A

T A H U N

2 0 1 0 - 2 0 1 5

hari

udara

tidak

sehat

sebesar

0.65

persen.

Perkembangan
kondisi
kualitas
udara
diatas
menunjukkan kualitas udara yang layak hirup adalah 360
hari atau 98,63 persen dari 365 hari dalam setahun pada
tahun 2006, 360 hari atau 98,63 persen dari 365 hari
dalam setahun pada tahun 2007, 358 hari atau 97,81
persen dari 366 hari dalam setahun pada tahun 2008
dan 335 hari atau 91,78 persen dari 365 hari dalam
setahun pada tahun 2009, 336 hari atau 98.82 persen
dari 340 tiap hari dalam setahun pada tahun 2010.
Tabel 2.26
Persentase Hari Tiap Kategori ISPU
Th. 2006

Th. 2007

Th. 2008

Th. 2009

7,12

16,44

23,50

6,58

12,94

91,51

82,19

74,32

85,21

85,88

Udara tidak sehat

1,37

1,37

2,19

8,22

1,18

total %

100

100

100

100

100

Udara baik
Udara sedang

Th. 2010

Terkait dengan pengukuran tersebut sepanjang


tahun 2006-2010 kondisi kualitas udara kota masih
dalam batas yang relatif sehat, tercermin dari rata-rata
tahunan sepanjang tahun 2006-2010 kondisi baik
sebesar 13,32%, sedang 83,82% dan tidak sehat
sebesar 2,86%. Jumlah hari, udara yang tidak sehat
paling banyak pada tahun 2009 dan pada tahun 2010
mengalami pekembangan yang lebih baik dimana jumlah
hari udara tidak sehat terjadi hanya 1,18 persen hari
yang terukur.

R P J M D

K O T A

S U R A B A Y A

T A H U N

2 0 1 0 - 2 0 1 5

II - 81

2.

Pengendalian dan Pelestarian Kualitas Air


Kualitas Air adalah istilah yang menggambarkan
kesesuaian atau kecocokan air dalam penggunaan
tertentu,
misalnya:
air
minum,
perikanan,
pengairan/irigasi, industri, rekreasi dan sebagainya.
Kualitas air dapat diketahui dengan melakukan
pengujian tertentu terhadap air tersebut. Pengujian yang
biasa dilakukan adalah uji kimia, fisik, biologi, atau uji
kenampakan. Adapun perkembangan kualitas air sumur
di Kota Surabaya selama tahun 2006 - 2010 adalah
sebagai berikut :

Pada Tahun 2009 yang memenuhi kualitas baku


mutu adalah sebesar 20,70 persen dari sampel air.

Pada Tahun 2010 yang memenuhi kualitas baku


mutu adalah sebesar 20.90 persen dari sampel air.

Sebagaimana terlihat pada Gambar 2.18


dimana setiap kualitas air di Kota Surabaya cenderung
mengalami peningkatan.
Gambar 2. 18
Perkembangan Kualitas Air di Kota Surabaya Tahun 2006-2010

Sumber data: Badan Lingkungan Hidup Kota Surabaya, 2010

II - 82

R P J M D

K O T A

S U R A B A Y A

T A H U N

2 0 1 0 - 2 0 1 5

3.

Pengelolaan sampah
Perkembangan lingkungan permukiman di
daerah perkotaan tidak terlepas dari pesatnya laju
pertumbuhan penduduk perkotaan baik karena faktor
pertumbuhan penduduk kota itu sendiri maupun karena
faktor urbanisasi. Selain itu, akibat dari semakin
bertambahnya tingkat konsumsi masyarakat serta
aktivitas lainnya maka bertambah pula sampah yang
dihasilkan. Limbah tersebut menjadi permasalahan
lingkungan karena kuantitas maupun tingkat bahayanya
dapat mengganggu kehidupan makhluk hidup lainnya.
Rata-rata per orang per hari menghasilkan sampah 0,7
kg, dan akan terus meningkat sejalan dengan
meningkatnya
kesejahteraan
dan
gaya
hidup
masyarakat.
Pengelolaan sampah perkotaan meliputi 4
(empat) kegiatan utama yaitu pewadahan, pengumpulan,
pengangkutan dan pengolahan sementara di TPS,
sedangkan tempat pengangkutan dan pengolahan akhir
di TPA. Jumlah TPS di Surabaya dari tahun 2006
sampai 2009 terus mengalami peningkatan, dari yang
awalnya berjumlah 141 TPS pada tahun 2006 hingga
mencapai 168 pada tahun 2009. Berikut adalah data
volume sampah yang ditampung di TPS selama tahun
2005 sampai dengan tahun 2009.

R P J M D

K O T A

S U R A B A Y A

T A H U N

2 0 1 0 - 2 0 1 5

II - 83

Gambar 2.19
Volume Sampah yang ditampung di TPS

Volume Tumpukan Sampah di TPS


2006 - 2009
1000
950
800
750
600

512

400
205.2

200
0
2006

2007

2008

2009

Tempat Pengolahan Akhir (TPA) dari sampah


Kota Surabaya adalah TPA Benowo dengan jumlah
sampah yang masuk ke TPA Benowo selama kurun
waktu 2005 2009.
Gambar 2.20
Volume Sampah yang ditampung di TPA Benowo

II - 84

R P J M D

K O T A

S U R A B A Y A

T A H U N

2 0 1 0 - 2 0 1 5

Volume tumpukan sampah di TPS per hari dari


tahun 2006 sampai dengan 2009 mengalami penurunan.
Bila pada tahun 2006, volume tumpukan sampah di TPS
mencapai 950 m3 per hari, maka pada tahun 2009 turun
hingga 205,5 m3 per hari. Sedangkan volume tumpukan
sampah yang ditampung di TPA per hari juga semakin
tahun semakin menurun. Pada tahun 2005 volume
sampah yang masuk di TPA adalah 1819 Ton/Hari terus
menurun tiap tahunnya hingga menjadi 1229,43 Ton/Hari
pada tahun 2009. Hal ini mengindikasikan bahwa
penanganan sampah secara mandiri di masyarakat
sudah mulai baik.
Kondisi dan letak lahan TPA Benowo yang dekat
dengan kegiatan tambak-tambak penduduk, juga kurang
memenuhi syarat dari segi lingkungan.Dari hal tersebut
maka ketersediaan TPA baru di Kota Surabaya ke depan
memerlukan pemikiran kembali agar keseluruhan kriteria
yang ditetapkan dapat tercapai dan tidak menimbulkan
permasalahan-permasalahan di masyarakat. Disamping
itu upaya pemrosesan sampah di TPA juga tetap
dilakukan sebagai upaya alternatif pemusnahan dan
pemanfaatan sampah.
4.

Ruang Terbuka Hijau (RTH)


Ruang Terbuka Hijau (RTH) adalah ruang kota
yang berfungsi sebagai kawasan hijau pertamanan kota,
kawasan hijau hutan kota, kawasan hijau rekreasi kota,
kawasan hijau pemakaman, kawasan hijau pertanian,
kawasan jalur hijau dan kawasan hijau pekarangan yang
pemanfaatannya lebih bersifat pada pembudiyaan
tanaman secara alamiah maupun buatan. Dalam konsep
pembangunan
berkelanjutan
untuk
mewujudkan
kehidupan yang seimbang baik secara fisik, ekologis,

R P J M D

K O T A

S U R A B A Y A

T A H U N

2 0 1 0 - 2 0 1 5

II - 85

maupun sosial bagi warga kota maka keberadaan RTH


di perkotaan sangat diperlukan, Karena kebutuhan kota
terhadap RTH tersebut maka penyediaan RTH harus
dilakukan secara proporsional terhadap pembangunan
infrastruktur fisik kota. Rendahnya kualitas lingkungan
dan penyediaan ruang terbuka publik secara psikologis
dapat menyebabkan kondisi mental dan kualitas sosial
masyarakat perkotaan makin buruk dan tertekan.
Menurut Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007
tentang Penataan Ruang, proporsi RTH yang harus
dipenuhi minimal adalah sebesar 30 persen dari luas
kota dimana 20 persen luasan RTH berupa RTH publik
dan 10 persen berupa RTH privat. Selama periode
tahun 2002 - 2009, Pemerintah Kota Surabaya telah
melakukan penghijauan kota dalam bentuk penanaman
pohon
secara
mandiri
dengan
menggerakkan
masyarakat bersama sama dalam kegiatan green and
clean di permukiman penduduk, penetapan kawasan
lindung berhutan bakau, pembangunan taman-taman
kota dan hutan kota, mempertahankan dan
merevitalisasi RTH berupa lapangan, waduk dan makam
yang merupakan aset pemerintah Kota, merevitalisasi
fungsi jalur-jalur hijau kota seperti sempadan sungai,
sempadan rel KA, median-median jalan dan jalur hijau
pedestrian kota serta mempertahankan adanya bufferbuffer sebagai sabuk hijau yang membatasi zona industri
dengan penggunaan lain di sekitarnya.
Luasan RTH publik Kota Surabaya yang telah
direkapitulasi mencapai 20,18 persen dari luas total kota
Surabaya atau sebesar 6,670.42 ha yang meliputi RTH
makam,
RTH
lapangan
dan
stadion,
RTH
telaga/waduk/boezem, RTH dari penyerahan fasum dan
fasos, RTH kawasan lindung, RTH hutan kota, RTH

II - 86

R P J M D

K O T A

S U R A B A Y A

T A H U N

2 0 1 0 - 2 0 1 5

taman dan jalur hijau. Secara rinci luasan RTH publik


dapat dilihat pada Tabel 2.27 berikut.
Tabel 2.27
Distribusi Ruang Terbuka Hijau Publik Tahun 2009
No.

Jenis RTH PUBLIK

Luas (Ha)

1.

RTH makam

178,45

2.

RTH lapangan dan stadion

220,68

3.

RTH telaga/waduk/boezem

144,33

4.

RTH dari penyerahan fasum dan fasos permukiman

108,15

5.

RTH kawasan lindung(Pamurbaya, Benowo, Pakal, Waru


Gunung)

6.

RTH hutan kota di (Pakal, Lakarsantri, Balas Klumprik,


KBS)

7.

RTH tsmsn fsn jslur hijsu (JH)

1.861,74

Jumlah Luasan RTH Publik total

6.670,41

Luas Kota Surabaya

4.115,90
41,16

33.048,00

Prosentase Luas RTH Publik terhadap Luas Kota

20,18

Secara kuantitas, proporsi dan jumlah RTH


publik di Kota Surabaya telah memenuhi standar
minimum kebutuhan RTH publik suatu kota, namun
sebagian besar dari RTH publik tersebut masih belum
dimanfaatkan atau berfungsi secara optimal sebagai
paru-paru kota, sehingga program RTH secara umum
diarahkan pada pengoptimalan fungsi, kualitas dan
distribusi RTH publik secara proporsional di seluruh Kota
Surabaya.
h. Kependudukan dan Catatan Sipil
Kependudukan dan Catatan Sipil diarahkan pada
Peningkatan Pelayanan Kependudukan dan Pencatatan Sipil
sehingga dapat meningkatkan kualitas layanan kependudukan
bagi masyarakat dengan biaya yang terjangkau dan proses
cepat serta terkendalinya mobilitas penduduk.
R P J M D

K O T A

S U R A B A Y A

T A H U N

2 0 1 0 - 2 0 1 5

II - 87

Tabel 2.28
Pengurusan KK, KTP dan Akte Kelahiran
Tahun

2006

2007

2008

2009

2010

Jumlah Keluarga

926.936

952.557

967.503

813,595

818.595

Penduduk ber-KK

715.690

752.279

820.957

813,595

818.595

77

79

85

100

100

Penduduk Wajib KTP

2.139.448

2.197.348

2.242.837

2.243.893

2.232.046

Penduduk ber KTP

1.818.650

1.865.014

1.919.717

1.921.368

1.924.283

85

85

86

86

86

Laporan Kelahiran

47.984

41.699

41.091

14.137

21.180

Yang mengurus Akte


Kelahiran

14.388

40.796

37.917

14.025

18.765

30

98

92

99,208

88,60

KK

Prosentase
KTP

Prosentase
Akte Kelahiran

Prosentase

Sumber data : Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil


Presentase Penduduk yang memiliki Kartu Keluarga
dalam rentang tahun 2005 sampai 2009 menunjukkan angka
yang meningkat, demikian halnya dengan prosentase
penduduk yang mempunyai KTP dan presentase pengurusan
Akte Kelahiran juga cenderung meningkat. Secara detail,
disajikan dalam Tabel 2.28 Terlepas dari meningkatnya jumlah
penduduk, data tersebut memberikan indikasi akan adanya
kesadaran masyarakat untuk tertib terhadap administrasi
kependudukan.
Jumlah laporan kematian dari kecamatan sebanyak
14.482 pada tahun 2007, 14.548 pada tahun 2008, sebanyak
8.858 pada tahun 2009 dan 12.151 pada tahun 2010 sehingga
sampai dengan akhir

II - 88

R P J M D

K O T A

2010 jumlah laporan kematian dari

S U R A B A Y A

T A H U N

2 0 1 0 - 2 0 1 5

kecamatan sebanyak 50.039, sedangkan yang mengurus akte


kematian sebanyak 1.690 orang atau hanya 13.10 persen pada
tahun 2006, 1.942 orang atau hanya 13.40 persen pada tahun
2007, 1.776 orang atau hanya 12.20 persen pada tahun 2008,
2.792 orang atau hanya 31.52 persen pada tahun 2009 dan
4.634 orang atau hanya 38.13 persen pada tahun 2010
sehingga sampai dengan akhir 2010 yang mengurus akte
kematian sebanyak 12.834 orang atau hanya 25.65 persen. Hal
ini menunjukkan bahwa kesadaran warga Kota Surabaya
dalam mengurus akte kematian masih rendah, karena pada
umumnya yang mengurus akte kematian hanya masyarakat
tertentu yang memiliki kepentingan/tujuan tertentu misalnya
untuk kepentingan pengurusan warisan. Dalam meningkatkan
pemahaman masyarakat terhadap masalah tersebut, Dinas
Kependudukan

dan

Catatan

Sipil

telah

melaksanakan

sosialisasi
mengenai
pelayanan
kependudukan
dari
Pencatatan Sipil kepada masyarakat melalui Camat dan Lurah.
Peningkatan pelayanan administrasi kependudukan
diukur berdasarkan kecepatan waktu pelayanan pengurusan
KTP, KK, akte kelahiran dan akte kematian Rata-rata tenggang
waktu penyelesaian pengurusan KTP telah mencapai 1 hari.
Sehingga kecepatan waktu yang dibutuhkan untuk mengurus
KTP mulai dari memasukkan surat pengantar di Kecamatan
hingga tercetaknya KTP sudah sesuai dengan target yang
diharapkan. Demikian halnya dengan pengurusan Kartu
Keluarga, Akte Kelahiran, dan Akte kematian, apabila semua
persyaratan sudah lengkap maka masingmasing telah mampu
mencapai target waktu yang telah ditetapkan, yaitu 5 (lima)
hari untuk pengurusan Kartu Keluarga serta 6 (enam) hari
untuk pengurusan Akte Kelahiran dan Akte Kematian.
Penyelenggaraan Administrasi
Kependudukan
sebagaimana dalam Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor
5 tahun 2011 menyatakan bahwa setiap penduduk berhak
R P J M D

K O T A

S U R A B A Y A

T A H U N

2 0 1 0 - 2 0 1 5

II - 89

mendapatkan

pelayanan

pendaftaran

penduduk

dan

pencatatan sipil. Urusan Kependudukan dan Catatan Sipil


diarahkan pada Peningkatan Pelayanan Kependudukan dan
Pencatatan Sipil sehingga dapat meningkatkan kualitas
layanan kependudukan bagi masyarakat secara mudah, cepat,
dekat dan dengan biaya yang terjangkau.
Upaya Pemerintah Kota Surabaya dalam memberikan
kemudahan layanan administrasi kependudukan selain layanan
yang dilakukan di 31 kecamatan dan 24 kelurahan adalah
layanan counter KTP di Mall, layanan mobil keliling dan
layanan di taman.
Pelayanan perpanjangan KTP dan akta kelahiran di
Mall pada bulan Juni sampai dengan Oktober tahun 2010 ratarata mencapai kurang lebih 2.998 pemohon. Sedangkan
pelayanan malam hari yang dilakukan pada 10 kecamatan
dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 2.29
Pelayanan Perpanjangan KTP dan Akta Kelahiran
Pada Malam Hari di 10 Kecamatan
PELAYANAN JAM 15.30 S/D 20.00
NO

KECAMATAN
KTP

KK

Lain2

Total

Rungkut

8.301

1.024

1.865

11.190

Semampir

8.781

517

168

9.466

Sawahan

8.073

8.073

Bubutan

1.198

360

160

1.718

Tambaksari

6.850

6.850

Gubeng

5.880

5.880

Pabean Cantian

691

73

85

849

Tandes

6.322

6.322

Karang pilang

4.960

964

87

6.011

10

Wonokromo

6.073

29

6.102

II - 90

R P J M D

K O T A

S U R A B A Y A

T A H U N

2 0 1 0 - 2 0 1 5

Selain upaya yang telah dilakukan oleh Pemerintah


Kota Surabaya, kesadaran masyarakat akan pentingnya
dokumen administrasi kependudukan juga merupakan faktor
yang mendukung. Berbeda dengan pengurusan dokumen
Kartu Keluarga, Kartu Tanda Penduduk dan Akte Kelahiran,
untuk pengurusan dokumen Akte Kematian bagi warga Kota
Surabaya masih perlu ditingkatkan. Hal ini dikarenakan
beberapa warga Kota Surabaya mengurus Akte Kematian di
saat warga masyarakat tersebut memiliki kepentingan/tujuan
tertentu, misalnya untuk pengurusan warisan.
i.

Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak


Kepedulian

Pemerintah

Kota

Surabaya

dalam

menangani kasus tindak kekerasan terhadap perempuan dan


anak dapat tercermin dalam indikator jumlah penanganan
tindak kekerasan terhadap perempuan dan anak. Tindak
kekerasan terhadap perempuan dan anak umumnya adalah
tindak kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), non KDRT dan
trafficking (perdagangan orang).
Jumlah kasus tindak kekerasan terhadap perempuan
dan anak sebanyak 150 kasus pada tahun 2006, 191 kasus
pada tahun 2007, 162 kasus pada tahun 2008, 202 kasus pada
tahun 2009 dan 229 kasus pada tahun 2010. Penanganan atas
tindak kekerasan terhadap perempuan dan anak tersebut
dilakukan dengan tindakan Konseling; Medis berupa rujukan ke
Pusat Pelayanan Terpadu / Rumah Sakit, Hukum berupa
konsultasi hukum serta pendampingan ke Polisi, Pengadilan
Agama (PA) maupun Pengadilan Negeri (PN); Psikososial
meliputi identifikasi kasus, konseling, home visit, out reach,
sosialisasi serta reintegrasi (pelatihan ketrampilan) dan
pemberdayaan (bimbingan rohani, pemberian ketrampilan serta
pendampingan pemulangan); Shelter (Rumah Aman).
R P J M D

K O T A

S U R A B A Y A

T A H U N

2 0 1 0 - 2 0 1 5

II - 91

Terkait dengan tingkat partisipasi angkatan kerja


perempuan di Surabaya ada perbaikan di mana pada tahun
2009 tingkat partisipasi angkatan kerja perempuan sebesar
2,51 , pada tahun 2010 meningkat menjadi 2,63. Ini
mengidikasikan semakin meningkatnya perempuan yang
beraktifitas bekerja.
j.

Sosial
Penanggulangan Masalah Sosial bertujuan untuk dapat
meningkatkan kualitas hidup bagi penyandang masalah sosial
dengan sasaran meningkatnya pelayanan bagi Penyandang
Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS). Jumlah Penyandang
Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) yang tertangani
sebanyak 2.707 orang pada tahun 2006, 3.588 orang pada
tahun 2007, 5.333 orang pada tahun 2008 dan 10.203 orang
pada tahun 2009. Adapun penanganan PMKS pada tahun
2010 sebesar 15,699 orang atau 38.95 persen. Upaya yang
telah dilakukan Pemerintah Kota dalam penanganan PMKS
antara lain Peningkatan kualitas pelayanan, sarana dan
prasarana rehabilitasi sosial PMKS, Pembinaan dan pelatihan
ketrampilan bagi lanjut usia, Peningkatan kualitas SDM
keluarga miskin yang berprestasi, Pembinaan mental sosial
bagi PMKS, Pembinaan Tenaga Kerja Sosial Masyarakat serta
Bimbingan teknis penanganan PMKS dan Pendataan PMKS.
Banyaknya jumlah PMKS di Kota Surabaya
menunjukkan bahwa Kota Surabaya merupakan salah satu
daerah tujuan urbanisasi bagi PMKS, sehingga anggaran yang
dialokasikan Pemerintah Kota Surabaya untuk pelayanan
PMKS tidak akan optimal bilamana Pemerintah Propinsi dan
Kabupaten/Kota lain tidak melakukan upaya penanganan
sesuai dengan MoU antara Gubernur Jawa Timur dengan
Bupati/Walikota Se Jawa Timur Nomor: 120.1/037.012/2004
dan 462.1543.4/436.1.2/2004 tanggal 27 April 2004 tentang

II - 92

R P J M D

K O T A

S U R A B A Y A

T A H U N

2 0 1 0 - 2 0 1 5

Kerjasama Penanganan Penyandang Masalah Kesejahteraan


Sosial (PMKS) khususnya anak jalanan, wanita tuna susila,
gelandangan, gelandangan psikotik dan pengemis bertempat di
Gedung Bank Jawa Timur Jl. Basuki Rachmad No. 98 - 104
Surabaya pukul 13.00 WIB disaksikan oleh Ketua DPRD
Kabupaten/ Kota Se Jawa Timur dan sejumlah pejabat di
Provinsi Jawa Timur dan ditindaklanjuti dengan Kesepakatan
Bersama antara Pemerintah Provinsi Jawa Timur dengan
Pemerintah Kota Surabaya tentang Kerjasama Pembangunan
Daerah dengan Nomor Surat 120.1/84/012/2009 dan
415.4/4167/436.2/2009 tanggal 1 September 2009.
k. Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, Mikro
k.1. Koperasi
Selain

UKM,

yang

berperan

dalam

ekonomi

kerakyatan adalah Koperasi. Sebagai usaha ekonomi yang


tak hanya berorientasi pada keuntungan semata, tetapi juga
pada kualitas kehidupan anggota-anggotanya. Dengan
demikian, maka keberadaan ekonomi perlu didukung agar
semakin diminati masyarakat.
Gambar 2. 21
Kondisi Eksisting Jumlah Koperasi Skor Baik di Surabaya

R P J M D

K O T A

S U R A B A Y A

T A H U N

2 0 1 0 - 2 0 1 5

II - 93

Kota Surabaya merupakan kota yang sangat kondusif


bagi pertumbuhan koperasi, salah satu bukti nyata adalah
keberadaan Koperasi Wanita (Kopwan) terbesar ada di
Surabaya yang anggotanya mencapai lebih dari 4000 orang.
Angka tersebut belum ditambah jumlah ratusan koperasi lain
yang saat ini eksis di Surabaya. Secara detail perkembangan
jumlah koperasi yang ada di Surabaya pada periode 2006
2008 tersaji dalam Gambar 2.21.
Pertumbuhan jumlah koperasi di Surabaya tak lepas
dari intervensi pemerintahan, baik Kementrian Koperasi dan
UKMK maupun Dinas Koperasi di tingkat Daerah. Bentuk
intervensi
yang
dilakukan
diantaranya
melalui:
penyelenggaraan
diklat perkoperasian bagi pengurus;
pendampingan RAT; Bantuan modal bergulir; bantuan
pemasaran; dan pendampingan usaha.
Diharapkan pada tahun-tahun berikutnya, perhatian
pemerintah terhadap pembinaan koperasi tetap serius seperti
tahun-tahun lalu, karena terbukti bahwa tanpa intervensi
pemerintah koperasi dan UKM tidak akan mampu menjadi
besar. Sinergi antara pemerintah dan masyarakat inilah yang
dperlukan untuk memperkuat ekonomi rakyat.
k.2. Usaha Kecil dan Menengah
Kondisi mikro ekonomi adalah hal-hal yang berkaitan
dengan sektor usaha informal, Usaha Kecil Menengah, dan
Koperasi. Ketiga sektor tersebut merupakan pilar ekonomi
kerakyatan. Kebutuhan akan eksistensi sektor informal
semakin tinggi, karena terbatasnya jumlah pekerjaan dalam
sektor formal dibandingkan dengan jumlah perkembangan
penduduk usia kerja di kota Surabaya.

II - 94

R P J M D

K O T A

S U R A B A Y A

T A H U N

2 0 1 0 - 2 0 1 5

Gambar 2.22
Jumlah UKM Berdasarkan Ijin di Surabaya
Tahun 2006-2009

Selama 2006 - 2009 kondisi UKM berdasarkan ijin


menunjukkan bahwa sektor ini mengalami pertumbuhan,
seperti tersaji dalam Gambar 2.22. Hal tersebut tentu saja
merupakan capaian yang menggembirakan, karena kedepan
UKM inilah yang diharapkan menjadi penopang ekonomi di
kawasan-kawasan sub urban Surabaya.
k.3. Penataan Pedagang Kaki Lima
Pedagang Kaki Lima adalah sektor informal yang
jumlah eksistingnya paling banyak apabila dibandingkan
dengan sektor informal lain. Keberadaan PKL di Surabaya
tersebar hampir di seluruh titik kota, dengan konsentrasi
terpadat ada di daerah Surabaya Pusat. Para PKL tersebut
utamanya adalah penjual makanan dan minuman (78,1
persen). Penjual ma-min (makanan dan minuman) ini tentu
akan mencari daerah-daerah yang dekat dengan pusat
keramaian. Dan, Surabaya Pusat sebagai sentral dari
R P J M D

K O T A

S U R A B A Y A

T A H U N

2 0 1 0 - 2 0 1 5

II - 95

kegiatan perekonomian dan pusat pemerintahan, sehingga


konsentrasi pedagang kaki lima di Surabaya Pusat tentu tak
terelakkan lagi. Berikut data jumlah PKL berdasarkan wilayah
administratifnya:
Tabel 2.30
Jumlah PKL Berdasarkan Wilayah Administratif
Wilayah Administratif

Jumlah PKL

Surabaya Pusat

5.779

Surabaya Timur

3.986

Surabaya Barat

1.498

Surabaya Utara

2.834

Surabaya Selatan

4.776

Berdasarkan hasil riset, diketahui beberapa alasan


seseorang memilih untuk menjadi pedagang kaki lima, namun
tiga alasan terbanyak yang dikemukakan adalah sulitnya
mendapatkan pekerjaan di sektor formal (33,1 persen), tidak
mepunyai keahlian lain (22,3 persen), dan keinginan untuk
berwiraswasta (17 persen).
Dari
motif-motif

tersebut,

tampak

bahwa

permasalahan yang sebenarnya adalah terbatasnya


lowongan pekerjaan di sektor formal, kemudian yang kedua
adalah sumber daya manusia yang tidak memiliki kompetensi
untuk mengisi ruang-ruang di sektor formal. Dengan kondisi
tersebut tentunya peran pemerintah dalam memberikan ruang
berusaha sangat di perlukan khususnya pada pola
pengembangan sektor informal seperti pembangunan sentra
PKL, sentra UKM, ataupun pengembangan industri kreatif.
PKL yang dari tahun ke tahun jumlahnya meningkat
menjadi sebuah permasalahan kota, baik dari sisi keamanan,
kenyamana, dan keindahan. PKL menemati area-area public,
sehingga kebersihan area tersebut menjadi crowded dan

II - 96

R P J M D

K O T A

S U R A B A Y A

T A H U N

2 0 1 0 - 2 0 1 5

kotor, belum lagi fasilitas umum yang mereka gunakan untuk


menggelar dagangannya, seperti trotoar, jalan, atau saluran.
PKL pun seolah-olah oleh sebagian masyarakat mengganggu
kenyamanan namun sebagian masyarakat beranggapan
keberadaan
mereka
juga
menguntungkan
untuk
mendapatkan makanan dan minuman yang murah dan cepat.
Guna mengatasi hal tersebut, maka Pemerintah Kota
Surabaya

telah

melakukan

satu

bentuk

perencanaan

pengelolaan sentra PKL. Sentra-sentra tersebut akan


dibangun di beberapa titik yang menjadi titik konsentrasi PKL.
Sentra yang dibangun tentu saja telah memenuhi standar
kelayakan baik dari sisi kebersihan maupun keindahan dan
kenyamanan. Sentra tersebut diprioritaskan bagi PKL yang
ada disekitar lokasi sentra. Melalui manajemen pemgelolaan
sentra yang baik, diharapkan sentra-sentra PKL akan
berkembang menjadi potensi wisata tersendiri. Beberapa
sentra PKL yang telah terbentuk adalah Urip Sumoharjo,
Terminal Manukan, Bungkul, Rungkut Asri,
Dharmawangsa, Penjaringan, Sukomanunggal,

Karah,
Taman

Prestasi, Ketabang, Wiyung, Gayungan, Putroagung dan


Indrapura.
Pemerintah kota Surabaya juga telah memberikan
pembinaan pada PKL melalui pelatihan manajemen usaha,
sosialisasi tentang pentingnya kesehatan produk, masalah
perijinan, pemberian modal bergulir, pengelolaan limbah, dan
bantuan peralatan ringan.
l.

Penanaman Modal dan Investasi


Nilai investasi yang mengalir ke Kota Surabaya pada
empat periode terakhir telah berjasa dalam meningkatkan
perekonomian Kota Surabaya. Perkembangan investasi dikota
Surabaya secara akumulatif sejak tahun 2006 hingga tahun
2010 dilihat dari angka persetujuan Penanaman Modal Asing

R P J M D

K O T A

S U R A B A Y A

T A H U N

2 0 1 0 - 2 0 1 5

II - 97

(PMA) menunjukkan angka 264 (2006), 286 (2007), 323


(2008), 364 (2009) dan 437 (2010). Sementara, perkembangan
PMDN pada 2006 sampai 2010 di Kota Surabaya menunjukkan
angka persetujuan 353 (2006), 359 (2007), dan 367 (2008) ,
375 (2009) dan 385 (2010). Selama 5 tahun terakhir tercatat
angka persetujuan PMA 173 dan PMDN 32. Berikut
rekapitulasi perkembangan PMDN dan PMA di Surabaya yang
tersaji pada tabel 2.31 dibawah ini.
Tabel 2.31
Akumulasi Perkembangan Angka Persetujuan Investasi
PMDN dan PMA di Kota Surabaya
Tahun

2006

2007

2008

2009

2010

PMA

264

286

323

364

437

PMDN

353

359

367

375

385

Sumber : Badan koordinasi pelayanan dan Penanaman Modal


Tabel 2.32
Nilai Investasi di Kota Surabaya Tahun 2005-2008
Tahun

Nilai Investasi
PMDN (Juta Rp)

PMA (US$)

2005

366.456.835

157.611.742

2006

941.386.000

234.087.111

2007

275.075.540

397.436.992

2008

682.144.172

558.827.182

Total

2.265.062.547

1.347.963.027

566.265.637

336.990.757

Rata-Rata

Sumber, BPS, Jawa Timur dalam Angka, 2010


Pada tahun 2010 tercatat penambahan angka
persetujuan penanaman modal sebanyak 73 PMA dengan nilai

II - 98

R P J M D

K O T A

S U R A B A Y A

T A H U N

2 0 1 0 - 2 0 1 5

Rp. 298.301.583.900 dan $93.516.647 dan 10 PMDN dengan


nilai investasi Rp 1.796.505.846.000. Dan total penambahan
angka persetujuan PMA dan PMDN pada tahun 2010
sebanyak 83 perusahaan atau meningkat sebesar 11,23%
dibandingkan dengan target yang telah ditetapkan sebesar 5%.
Sedangkan jika dilihat dari besaran nilai investasi yang
telah terjadi di Kota Surabaya selama tahun 2005-2008.
Investasi PMDN mengalami fluktuatif, sedangkan untuk PMA
cenderung meningkat setiap tahunnya. Mesipun demikian
secara nilai nominalnya, investasi PMDN masih lebih besar
dibandingkan dengan PMA. Ini berarti bahwa baik investor lokal
maupun investor asing masing percaya bahwa Surabaya masih
merupakan alternatif wilayah terbaik untuk
melakukan
investasi dan pengembangan usaha. Secara lengkap besarnya
investasi tahun 2005-2008 dapat dilihat pada tabel 2.32.
Perkembangan investasi sebagaimana digambarkan
diatas, setidaknya harus tetap menjadi perhatian bagi semua
pihak dalam hal kelengkapan infrastruktur yang memadai,
kesiapan SDM yang berkualitas, pemberian layanan perijinan
yang prima serta jaminan stabilitas keamanan yang mantap
serta peraturan daerah berikut aturan pendukungnya termasuk
dalam pengimplementasiannya, sudah tidak dapat ditawar
tawar lagi dalam mendorong pertumbuhan investasi di Kota
Surabaya.
m. Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri
Meningkatnya ketertiban dan ketentraman masyarakat
dapat dilihat dari persentase penertiban terhadap pelanggaran
Perda. Pada tahun 2006, jumlah pelanggaran Perda yang
terjadi di Kota Surabaya sebanyak 61.720 obyek, kemudian
pada tahun 2007 terdapat pelanggaran Perda sebanyak 59.907
obyek, pada tahun 2008 terdapat pelanggaran Perda sebanyak
62.439 obyek, pada tahun 2009 terdapat pelanggaran Perda
R P J M D

K O T A

S U R A B A Y A

T A H U N

2 0 1 0 - 2 0 1 5

II - 99

sebanyak 61.714 obyek dan sampai dengan akhir tahun 2010


terdapat pelanggaran Perda sebanyak 68.647 obyek. Dari
seluruh obyek tersebut, pada tahun 2006 pelanggaran Perda
yang berhasil ditindaklanjuti adalah sebanyak 43.574 obyek.
Pada tahun 2007 pelanggaran Perda yang berhasil
ditindaklanjuti adalah sebanyak 44.652 obyek, pada tahun
2008 pelanggaran Perda yang berhasil ditindaklanjuti adalah
sebanyak 54.440 penindakan, pada tahun 2009 pelanggaran
Perda yang berhasil ditindaklanjuti adalah sebanyak 62.685
penindakan dan pada tahun 2010 pelanggaran Perda yang
berhasil ditindaklanjuti adalah sebanyak 63.114 obyek.
n. Pemerintahan Umum
1. Peningkatan Pengawasan dan Akuntabilitas Kinerja
Peningkatan

Pengawasan

dan

Akuntabilitas

Kinerja dimaksudkan untuk meningkatkan kinerja dan


akuntabilitas dari instansi pemerintah kota serta
mendorong terwujudnya praktik kepemerintahan yang baik
dan bersih. Hal tersebut dapat dilihat dari pelanggaran
disiplin aparatur Pemerintah Kota Surabaya, dimana
selama tahun 2006- 2010 pelanggaran hukum dan disiplin
aparatur terus menurun mulai dari

382

pelanggaran

hukum dan disiplin aparatur menurun sampai


108
pelanggaran hukum dan disiplin aparatur. Penurunan
pelanggaran hukum dan disiplin aparatur Pemerintah Kota
Surabaya tersebut menunjukkan semakin efektifnya
pelaksanaan peningkatan pengawasan dan akuntabilitas
kinerja pemerintah Kota Surabaya.

II - 100

R P J M D

K O T A

S U R A B A Y A

T A H U N

2 0 1 0 - 2 0 1 5

Gambar 2. 23
Jumlah Sanksi Pelanggaran Hukum Dan Disiplin Aparatur
Pemkot Surabaya

Sumber Data: Inspektorat Kota Surabaya, Tahun 2010


2.

Peningkatan Kinerja Legislatif


Meningkatnya kinerja DPRD Kota Surabaya dapat
terlihat dari Persentase rancangan produk hukum yang
dapat diselesaikan menjadi produk hukum, jumlah publik
hearing yang dilaksanakan dan persentase keluhan
masyarakat yang ditindaklanjuti.
Persentase rancangan produk hukum yang dapat
diselesaikan
menjadi
produk
hukum
dapat
menggambarkan tingkat produktivitas lembaga legislatif
dan Pemerintah Kota dalam menghasilkan produk hukum
berupa Peraturan Daerah. Dari tahun 2006 lembaga
legislatif dan Pemerintah Kota dapat menyelesaikan 17
buah raperda dari 22 raperda yang diproses, pada tahun
2007 dapat menyelesaikan 7 buah raperda dari 15
raperda yang diproses, tahun 2008 dapat menyelesaikan
12 buah raperda dari 16 raperda yang diproses, tahun
2009 dapat menyelesaikan 14 buah raperda dari 19
raperda yang diproses, dan pada akhir tahun 2010

R P J M D

K O T A

S U R A B A Y A

T A H U N

2 0 1 0 - 2 0 1 5

II - 101

lembaga

legislatif

dan

Pemerintah

Kota

dapat

menyelesaikan 24 raperda dari 27 raperda yang diproses.


3 raperda yang belum dapat disahkan menjadi peraturan
daerah yaitu Raperda tentang Pajak Daerah, Raperda
tentang Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan,
Raperda tentang Retribusi Penggantian Biaya Cetak Kartu
Tanda Penduduk. Beberapa Raperda yang masuk belum
seluruhnya dapat disahkan menjadi peraturan daerah
disebabkan
semakin
komplek
dan
cepatnya
perkembangan permasalahan yang ada di masyarakat.
Upaya untuk menyelesaikan hambatan tersebut antara
lain adalah mengefektifkan koordinasi, komunikasi dan
sinkronisasi dalam menyikapi permasalahan yang ada di
masyarakat dengan Pemerintah Pusat, Pemerintah
Propinsi dan Instansi terkait.
Tabel 2.33
Rekapitulasi Pemrosesan Raperda Menjadi Perda
Masuk

2006

Thn

Sisa

berja
lan

Thn
Lalu

2006

10

12

2007

10

15

2008

16

2009

15

19

2010

22

27

2007

2008

2009

Jum

Sele

Si

Sel

Si

Sele

Si

lah

sai

sa

esai

sa

sai

sa

22

17

Se

2010
Se

Si

le
sai

le
sai

sa

Si
sa
3

8
12

4
14

5
24

Persentase Penyelesaian

77,27%

46,67%

75%

73.68%

Target RPJM

84%

85%

86%

87%

88%

Persentase Capaian

91,99%

54.91%

87,21%

84.69%

101%

88,89%

Publik hearing dilaksanakan untuk menilai apakah


suara

masyarakat

telah

cukup diakomodasi

dalam

membuat suatu produk hukum/pengambilan keputusan.

II - 102

R P J M D

K O T A

S U R A B A Y A

T A H U N

2 0 1 0 - 2 0 1 5

Rata-rata penyelenggaraan publik hearing sampai dengan


akhir tahun 2010 sebanyak 3 kali.
Persentase
keluhan
ditindaklanjuti menggambarkan
lembaga
legislatif
dalam

masyarakat

yang

tingkat responsifitas
menanggapi
dan

mengakomodasi keinginan/keluhan masyarakat. Jumlah


keluhan masyarakat yang diterima sebanyak 185 keluhan
pada tahun 2006, 320 keluhan pada tahun 2007, 207
keluhan pada tahun 2008 dan 135 keluhan pada tahun
2009 dan 152 keluhan pada tahun 2010, sehingga sampai
dengan akhir tahun 2010 jumlah keluhan masyarakat yang
diterima menjadi sebanyak 999 keluhan. Dari jumlah
tersebut, pada tahun 2006 telah ditindaklanjuti sebanyak
125 keluhan, 252 keluhan pada tahun 2007, 164 keluhan
pada tahun 2008 dan 68 keluhan pada tahun 2009, 125
keluhan pada tahun 2010.
3.

Peningkatan Kualitas Pelayanan Perijinan


Meningkatnya

pelayanan

perijinan

dapat

diindikasikan dari rata-rata tenggang waktu penyelesaian


ijin dan jumlah kecamatan yang menerapkan pelayanan
perijinan.
Untuk menilai dan mengevaluasi sampai sejauh
mana kecepatan birokrasi dalam melayani permohonan
perijinan maka dapat dilihat dari rata-rata tenggang
waktu penyelesaian ijin. Sampai dengan tahun 2009,
rata-rata penyelesaian perijinan untuk beberapa jenis
ijin/surat yang dikeluarkan oleh Pemerintah Kota
Surabaya adalah < 7 hari.
Berkaitan
dengan

pelayanan

perijinan,

Manajemen Sistem Pelayanan Perizinan Perdagangan


dan Industri, dapat diinformasikan bahwa Pemerintah
Kota Surabaya telah mendapatkan sertifikasi ISO
R P J M D

K O T A

S U R A B A Y A

T A H U N

2 0 1 0 - 2 0 1 5

II - 103

9001:2000 tahun 2003 atas pelayanan-pelayanan: Ijin


Mendirikan Bangunan, Surat Ijin Usaha Perdagangan,
Tanda Daftar Perdagangan, dan Uji Kir Kendaraan yang
berlaku 3 tahun
berlakunya.

dan

telah

diperpanjang

Jumlah
Kecamatan
yang
pelayanan
perijinan.
Pelayanan

masa

menerapkan
IMB
telah

didesentralisasikan ke beberapa kecamatan. Hal ini


dimaksudkan agar mendekatkan pelayanan kepada
masyarakat dan mempercepat pelayanan akibat tidak
terkonsentrasinya proses perijinan. Adapun perijinan
yang diterapkan di Kecamatan adalah Surat Keterangan
Rencana Kota (SKRK) dan atau IMB untuk bangunan
tempat tinggal satu lantai dengan luas tanah 200 m2,
mulai pemberkasan sampai dengan penerbitan IMB.
Sampai dengan akhir tahun 2009 semua kecamatan
Kota Surabaya yaitu 31 kecamatan telah menerapkan
pelayanan perijinan. Atas upaya-upaya yang telah
dilakukan dalam bidang perijinan, maka Pemerintah Kota
Surabaya berhasil mendapatkan penghargaan JPIP
Otonomi Award Regional in Leading Breakthrouht on
Publik Service di berikan oleh The Jawa Pos Institue of
Pro-Otonomi (JPIP) pada tahun 2009.
4.

Pendayagunaan Sumber Daya Aparatur


Pendayagunaan

sumber

daya

aparatur

dilakukan untuk meningkatkan kapabilitas aparatur


Pemerintah Kota untuk dapat meningkatkan pelayanan
kepada

masyarakat

sebaik-baiknya.

Peningkatan

kapasitas dan kompetensi tersebut dilakukan melalui


berbagai cara, salah satunya adalah melalui Pendidikan
dan Pelatihan bagi Aparatur. Jenis Diklat bagi aparatur
yang sudah dilakukan Pemerintah Kota Surabaya

II - 104

R P J M D

K O T A

S U R A B A Y A

T A H U N

2 0 1 0 - 2 0 1 5

terhadap Aparatur adalah Diklat Teknis, Diklat Struktural,


dan Diklat Fungsional.
Pegawai yang mengikuti Diklat sebanyak 1.939
pegawai pada tahun 2006, 1.564 pegawai pada tahun
2007, 2.333 pegawai pada tahun 2008, 5.219 pegawai
pada tahun 2009,dan 2.971 pegawai pada tahun 2010.
Sehingga pada akhir tahun 2010, jumlah pegawai yang
mengikuti diklat menjadi sebanyak 14.026 pegawai.
Diklat tersebut terbagi menjadi Diklat teknis yang diikuti
oleh 12.411 pegawai serta Diklat struktural yang diikuti
oleh 1.503 pegawai serta diklat fungsional bagi PNS 112
pegawai. Peserta diklat yang telah melaksanakan tugas
sesuai dengan diklat yang diikuti sebanyak 1.939
pegawai (80%) pada tahun 2006, 1.380 pegawai
(88,24%) pada tahun 2007, 1.947 pegawai (83,45%)
pada tahun 2008 dan 4.869 pegawai (93,29%) pada
tahun 2009, dan
2719 pegawai tahun 2010
(91,52%).Sehingga sampai dengan akhir tahun 2010
peserta diklat yang telah melaksanakan tugas sesuai
dengan diklat yang diikuti menjadi sebanyak 12.854
(91,64%). Apabila dibandingkan dengan target yang
sudah ditetapkan maka capaiannya adalah 100% pada
tahun 2006, 110,30% pada tahun 2007, 104,31% pada
tahun 2008, 116,61% pada tahun 2009 dan 114,40%
pada tahun 2010.
Upaya yang perlu dilakukan untuk meningkatkan
kinerja adalah memberi kesempatan kepada aparatur
yang memiliki kualitas dan kompetensi tertentu untuk
mengikuti Pendidikan dan Pelatihan Struktural dan
Teknis, melaksanakan penyusunan formasi secara
cermat terhadap kebutuhan personil organisasi
berdasarkan kualifikasi, kualitas maupun kuantitasnya,
melaksanakan pembinaan pegawai, melaksanakan
R P J M D

K O T A

S U R A B A Y A

T A H U N

2 0 1 0 - 2 0 1 5

II - 105

pelayanan

administrasi

kepegawaian

yang

prima,

melaksanakan upaya-upaya untuk meningkatkan


kesejahteraan pegawai, serta melaksanakan mutasi
pegawai, promosi dan rotasi.
5.

Kearsipan
Urusan kearsipan dilakukan melalui Program
penataan kelembagaan dan ketatalaksanaan dengan
sasaran meningkatnya tertib administrasi pemerintahan.
Capaian sasaran program ini diukur melalui indikator
Persentase SKPD/unit kerja yang melaksanakan tertib
administrasi.
Menurut UU No. 43 Tahun 2009 menyatakan
bahwa Arsip adalah rekaman kegiatan atau peristiwa
dalam berbagai bentuk dan media sesuai dengan
perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang
di buat dan diterima oleh lembaga Negara, Pemerintah
Daerah, Lembaga Pendidikan, perusahaan, organisasi
politik, organisasi kemasyarakatan, dan perseorangan
dalam
pelaksanaan
kehidupan
berbangsa dan bernegara.
Perbaikan

Sistem

bermasyarakat,

Administrasi

Kearsipan

bertujuan untuk menyelamatkan, melestarikan dan


memperbaiki sistem administrasi kearsipan dengan
meningkatkan kapasitas penyimpanan arsip daerah.
Kegiatan yang dilaksanakan Pemerintah Kota dalam
upaya melestarikan kearsipan adalah penataan dan
pendataan sistem kearsipan daerah, Pengadaan sarana
prasarana

sistem

penyimpanan,

pengolahan,

pemeliharaan dan penyelamatan sistem kearsipan


daerah serta pembinaan sistem kearsipan.
Dari seluruh SKPD yang ada, pada tahun 2006
sebanyak 31 SKPD telah melaksanakan tertib

II - 106

R P J M D

K O T A

S U R A B A Y A

T A H U N

2 0 1 0 - 2 0 1 5

administrasi, 9 SKPD pada tahun 2007,10 SKPD pada


tahun 2008, 18 SKPD pada tahun 2009 dan 3 SKPD
pada tahun 2010 sehingga sampai dengan akhir tahun
2010 SKPD yang telah melaksanakan tertib administrasi
sebanyak 71 SKPD. Maka terjadi peningkatan jumlah
SKPD yang telah melaksanakan tertib administrasi
sebanyak 44,29% pada tahun 2006, 57,14% pada tahun
2007, 71,42% pada tahun 2008, 95,77% pada tahun
2009 dan 100% pada tahun 2010.
Atas upaya-upaya yang telah dilakukan dalam
meningkatkan kualitas kearsipan, Pemerintah Kota
Surabaya berhasil
mendapatkan penghargaan
penyelenggaraan dan pembinaan sistem kearsipan
sehingga terwujud peningkatan mutu penyelenggaraan
kearsipan pemerintah daerah Kota Surabaya dari Arsip
Nasional Republik Indonesia (ANRI) pada tahun 2008.
II.3.2. FOKUS URUSAN PILIHAN

a. Perdagangan
Kegiatan perdagangan dalam Kota Surabaya terus
menunjukkan perkembangan ditunjukkan Sektor Perdagangan,
Hotel dan Restoran yang memiliki kontribusi besar pada PDRB
dengan tingkat pertumbuhan tinggi. Subsektor perdagangan
dalam Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran tumbuh diatas
9% setiap tahun sejak tahun 2005 dengan peranan dalam Sektor
Perdagangan, Hotel dan Restoran sebesar 62,91% tahun 2005
menjadi 64,97% tahun 2008 menunjukkan aktivitas perdagangan
sangat besar di Kota

Surabaya. Nilai tambah sub sektor

perdagangan yang semakin besar menunjukkan aktivitas


produksi di bidang perdagangan meningkat.

R P J M D

K O T A

S U R A B A Y A

T A H U N

2 0 1 0 - 2 0 1 5

II - 107

Tabel 2.34
Ekspor Impor Non Migas Kota Surabaya Tahun 2005-2009
TAHUN
NILAI (US$)

EKSPOR

2008

2009

7.044.400.900

2005

8.944.983.885

11.476.675.627

11.403.436.885

10.595.003.087

46,08

26,98

28,3

-0,64

-7,09

5.794.278.265

6.981.942.708

7.815.033.190

7.152.617.178

7.094.070.094

11,54

20,5

11,93

-8,48

-0,82

5.490.991.377

5.583.966.005

7.606.630.962

11.261.739.913

8.806.632.932

17,61

1,69

36,22

48,05

-21,80

11.574.632.864

11.018.958.649

12.933.365.479

14.451.552.160

12.508.082.078

25,18

-4,8

17,37

11,74

-13,45

TINGKAT
PERUBAHAN
(persen)
Volume (Kg)
TINGKAT
PERUBAHAN
(persen)
NILAI (US$)

IMPOR

TINGKAT
PERUBAHAN
(persen)
Volume (Kg)
TINGKAT
PERUBAHAN
(persen)

Sumber : Bank Indonesia, Surabaya

2006

2007

Perdagangan luar negeri, realisasi nilai ekspor-impor


Kota Surabaya masih pada kondisi yang fluktuatif selama
periode 2005-2008. Dilihat dari sisi nilai maupun volume
ekspor belum menunjukkan kondisi yang optimal dan
cenderung menurun pada dua tahun terakhir. Nilai ekspor
Surabaya pada tahun 2005 mencapai US$ 7,044 millyar atau
mengalami

kenaikan

cukup

tinggi

sebesar

48,08%

dibandingkan tahun 2004.


Tahun 2006 nilai ekspor
mengalami kenaikan sebesar 26,96% dibandingkan tahun
2005. Tahun 2007 meningkat lebih tinggi dibandingkan
kenaikan pada tahun 2006 yaitu sebesar 28,30%. Tetapi
tahun 2008 tingkat kenaikan ekspor justru turun drastis
dibandingkan tahun 2007 yaitu sebesar -0,64% dan lebih
rendah lagi sebesar -7,09% pada tahun 2009.
Selama lima tahun terakhir rata-rata nilai ekspor
Surabaya sebesar US$ 9,892 milyar dengan volume ekspor
sebesar 6.967.588.287 kg. Turunnya nilai maupun volume
ekspor dimungkinkan karena krisis ekonomi global yang
melanda dunia pada tahun 2008 sampai dengan awal tahun
2009.
Sedangkan pada posisi impor Kota Surabaya, justru
nilai maupun impor meningkat dari tahun 2006-2008 dan
turun pada tahun 2009. Secara rata-rata selama lima tahun
terakhir nilai impor Kota Surabaya sebesar US$ 7.749 milyar
dengan volume impor sebesar 12.495.377.380,95 kg.
Demikian halnya nilai ekspor selama tahun 2005-2007
meningkat, namun tahun 2008 dan 2009 cenderung
menurun, namun tetap terjadi ekspor netto sebesar US$
1,803 milyar walaupun dari sisi volume justru minus sebesar
12,712 milyar kg.

R P J M D

K O T A

S U R A B A Y A

T A H U N

2 0 1 0 - 2 0 1 5

II - 109

b. Pariwisata
Surabaya merupakan kota muliti etnis yang kaya
akan budaya, beragam etnis telah bermigrasi ke Surabaya.
Oleh karena itu sebagai kota yang telah cukup lama berdiri
dengan ragam sejarah dan budaya, tentunya terdapat banyak
potensi pariwisata di Kota Surabaya yang dapat dinikmati
oleh wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara.
Tempat - tempat yang sangat berpotensi yang dapat dijadikan
sebagai tempat wisata, mulai dari obyekobyek wisata
bersejarah, sampai dengan pada obyekobyek wisata yang
sebenarnya memiliki potensi kuat untuk dikunjungi sebagai
tempat wisata. Selain itu munculnya berbagai macam mall
dan fasilitas hiburan belanja yang beragam, dapat menambah
daya tarik terbesar bagi Surabaya untuk berubah menjadi
kota tujuan wisata dan hal ini seiring dengan perkembangan
surabaya sebagai kota perdagangan dan jasa.
Semakin berkembangnya sektor pariwisata di kota
Surabaya

berdampak

pada

meningkatnya

kunjungan

wisatawan baik domestik maupun mancanegara ke kota ini.


Hal ini dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 2.35
Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara dan Nusantara
ke Kota Surabaya Tahun 2006 2010
TAHUN
NO.

Wisatawan
2006

2007

2008

2009

2010

1.

Wisatawan
Domestik

1.988.423

2.194.867

7.017.011

7.230.202

7.544.997

2.

Wisatawan
Mancanegara

19.599

152.818

137.274

154.866

168.804

II - 110

R P J M D

K O T A

S U R A B A Y A

T A H U N

2 0 1 0 - 2 0 1 5

c. Pertanian
Peran sektor pertanian dalam struktur ekonomi kota
surabaya relatif kecil dan cenderung menurun, yaitu sebesar
0.13 persen pada Tahun 2006 dan cenderung menurun pada
tahun berikutnya, yaitu 0.11 persen pada Tahun 2007 dan
0.10 persen pada Tahun 2008.
Ditinjau dari kontribusi terhadap Ruang Terbuka Hijau
(RTH), lahan pertanian merupakan sektor terbesar kedua
yang memberikan sumbangan terhadap Ruang Terbuka Hijau
(RTH) setelah lahan kosong, serta memiliki nilai tertinggi
dalam hal tingkat produktivitas dibandingkan dengan kategori
dalam RTH lainnya.
Dengan demikian, selain untuk
kepentingan estetika dan perbaikan kualitas lingkungan,
pengembangan RTH di masa mendatang dapat diarahkan
untuk peningkatan produktivitas dalam rangka peningkatan
kontribusinya pada sektor ekonomi daerah.
Salah satu langkah meningkatkan ketahanan pangan
lokal, pemerintah daerah mengembangkan pertanian
perkotaan (urban farming). Untuk beberapa tahun ke depan,
program ini belum bisa diharapkan dalam meningkatkan
sumbangan sektor pertanian terhadap ekonomi daerah
karena

membutuhkan

waktu

pengembangan

dan

pemantapan program. Namun, target jangka pendek program


ini adalah untuk menekan social cost untuk kalangan
masyarakat
miskin
sehingga
diharapkan
meningkatkan kesejahteraan mereka.

mampu

Adapun sub sektor pertanian yang dikembangkan


dalam urusan pilihan pertanian adalah pertanian tanaman
pangan dan peternakan.

R P J M D

K O T A

S U R A B A Y A

T A H U N

2 0 1 0 - 2 0 1 5

II - 111

c.1. Sub Sektor Pertanian Tanaman Pangan


Produksi terbesar hasil pertanian Kota Surabaya
adalah Tanaman pangan yaitu padi sedangkan produksi
lainnya adalah jagung, kacang-kacangan, ubi kayu, sayurmayur dan buah-buahan. Untuk Kota Surabaya, kawasan
pertanian umumnya tersebar di daerah pinggiran yaitu
Kecamatan Jambangan, Wiyung, Gunung Anyar, Benowo,
Sukolilo, Lakarsantri, Karangpilang, Sambikerep dan Pakal
serta
sebagian
kecil
di
Kecamatan Wonocolo,
Mulyorejo,Kenjeran, Tandes, Rungkut dan Sukomanunggal.
Produktivitas padi terus mengalami peningkatan
pada tahun 2006 2010. Dengan pola tanam yang
bervariasi 1-3 kali dalam setahun, pada tahun 2006
produktivitas padi mencapai 51,18 Kw/Ha, tahun 2007
produktivitas padi 54,34 Kw/Ha, tahun 2008 produktivitas
padi 54,52 Kw/Ha, tahun 2009 produktivitas padi 54,55
Kw/Ha, serta pada tahun 2010 produktivitas padi mencapai
56,51 Kw/Ha. Hal ini menunjukkan bahwa dari tahun ke
tahun, produktivitas hasil pertanian (padi) terus mengalami
peningkatan.
c.2. Sub Sektor Peternakan
Peternakan, sebagai bagian dari usaha pertanian
masyarakat, masih diusahakan di sebagian wilayah kota,
terutama di wilayah yang masih memiliki lahan pertanian
yang cukup luas. Peternakan yang ada merupakan
peternakan tradisional yang diusahakan dalam skala kecil
oleh kelompok masyarakat petani. Hewan ternak yang
diawasi dan masih dikembangbiakkan di kota Surabaya
adalah sapi potong, sapi perah, kambing, domba, ayam
kampung, ayam dan itik dan babi. Perkembangbiakan
hewan ternak berada di beberapa wilayah di Surabaya

II - 112

R P J M D

K O T A

S U R A B A Y A

T A H U N

2 0 1 0 - 2 0 1 5

seperti Gayungan, Tandes, Pakal, Mulyorejo, Jambangan,


Karangpilang,
Sambikerep,
Gununganyar dan Kenjeran.

Lakarsantri,

Benowo,

Tabel 2.36
Populasi Ternak dan Unggas Menurut Jenisnya
di Kota SurabayaTahun 2005-2009
Jenis Ternak

Populasi (ekor)
2005

2006

2007

2008

2009

Sapi

222

409

448

112

340

Sapi Perah

780

696

759

751

799
32

Kerbau

32

42

20

Kuda

24

28

16

2,845

5,383

6,041

3,216

6,605

Kambing
Domba
Itik
Ayam

400

950

652

587

487

1,076

7,666

7,361

4,548

3,678

17,034

83,720

84,260

45,178

27,989

Sumber : Dinas Pertanian Kota Surabaya, 2009


Produksi peternakan baik berupa daging, telur dan
susu yang beredar dan dikonsumsi masyarakat Surabaya
sebagian besar berasal dari luar Surabaya, termasuk impor
dari luar negeri. Untuk melindungi masyarakat terhadap
potensi adanya penyakit, hasil peternakan yang masuk ke
Surabaya berupa daging hasil sembelihan maupun ternak
hidup yang disembelih di Rumah Pemotongan Hewan
maupun Tempat Pemotongan Unggas terus diawasi oleh
pemerintah. Berikut kondisi realisasi jumlah produk
peternakan yang diawasi di kota Surabaya tahun 2006-2010.
Berikut kondisi realisasi jumlah produk peternakan yang
diawasi di kota Surabaya tahun 2007-2010.

R P J M D

K O T A

S U R A B A Y A

T A H U N

2 0 1 0 - 2 0 1 5

II - 113

Tabel 2.37
Realisasi Jumlah Produk Peternakan yang Diawasi Tahun
2007-2010
Thn 2007
(Ton)

JENIS DAGING
Sapi / Kerbau

Thn 2008
(Ton)

Thn 2009
(Ton)

Thn 2010
(Ton)

16.572,19

15.095,80

13.527,30

14.991,80

564,1

354,4

254,20

269,40

2.217,88

2.392,50

2.081,80

2.164,60

28.457,52

38.783,20

43.104,60

48.799,00

3.490,60

658,9

1.047,50

927,50

898

Potongan Idul Qurban

604,39

395,7

396,20

454,80

Daging dari luar Kota

955,22

330,9

1.133,70

1.345,90

53.759,90

58.011,40

61.545,30

68.953,00

Kambing/Domba
Babi
Unggas
Daging Import
Potongan Luar RPH

JUMLAH

Sumber : Dinas pertanian, 2010


d. Kelautan dan Perikanan
Kota Surabaya yang secara geografis dikelilingi oleh
laut membuat sebagian warga kota bermata pencaharian dari
sektor perikanan dan kelautan. Daerah-daerah yang
perekonomiannya bergantung dari hasil laut adalah Gunung
Anyar, Rungkut, Mulyorejo, Bulak, Asemrowom, Benowo,
Krembangan, Kenjeran, dan Sukolilo. Adapun hasil produksi
ikan laut tersebut tampak pada tabel berikut:

II - 114

R P J M D

K O T A

S U R A B A Y A

T A H U N

2 0 1 0 - 2 0 1 5

Tabel 2.38
Produksi Ikan Laut Menurut Daerah Asal Tahun 2006 2009
2006
Kecamatan

2007
persen

Gn. Anyar
270,51
2,86
19,62
Rungkut
405,76
4,29
416,33
Mulyorejo
434,14
4,59
550,28
Bulak
4.653,50
49,20
4.767,35
Asemrowo
1.823,57
19,28
534,07
Benowo
787,88
8,33
856,55
Krembangan
461,57
4,88
493,12
Kenjeran
621,40
6,57
894,09
Sukolilo
Jumlah
9.458,33
8.531,41
Sumber : Dinas Pertanian Kota Surabaya

2008
persen
0,23
4,99
6,45
55,88
6,26
10,04
5,78
10,48
-

269,55
247,82
458,64
1.893,82
2.470,98
391,65
239,63
2.561,17
330,34
8.863,60

2009
Persen
3,16
2,90
5,37
22,19
28,96
4,59
2,81
30,01
3,87

283,03
260,22
481,58
1.988,56
2.594,59
411,24
251,62
2.689,39
346,87
9.307,01

persen
3,04
2,80
5,17
21,37
27,88
4,42
2,70
28,90
3,73

Daerah Bulak sebagai daerah terbesar hasil produksi


lautnya, memiliki jumlah nelayan yang paling banyak pula
yaitu 647 orang, diikuti oleh kecamatan Asemrowo sebanyak
527 orang, dan Kenjeran 228 orang. Sebagian besar nelayan
menamatkan pendidikan hanya pada tingkat Sekolah Dasar.
Dengan jumlah produksi sebanyak 4 kali panen
selama setahun, pada tahun 2006 dengan luas areal
budidaya tambak 2.127,35 Ha produktivitas hasil perikanan
budidaya udang mencapai 773 kg/ha dan di tahun 2007
dengan areal 1.125,35 Ha mencapai 795,30 kg/Ha. Pada luas
areal budidaya yang sama yaitu sebesar 1.036,08 Ha, di
tahun 2008 produktivitas budidaya udang mencapai 814,72
kg/Ha, tahun 2009 mencapai 877,75 kg/Ha, serta pada tahun
2010 mencapai 864 kg/Ha.
II.4. DAYA SAING KOTA SURABAYA
II.4.1. FOKUS KEMAMPUAN EKONOMI DAERAH

Daya Saing Kota Surabaya merupakan kemampuan


perekonomian Kota Surabaya dalam mencapai pertumbuhan
tingkat kesejahteraan yang tinggi dan berkelanjutan dengan tetap
terbuka pada persaingan dengan provinsi Jawa Timur khususnya
dan Kabupaten/kota disekitar Kota Surabaya, Nasional ataupun
Internasional.
Surabaya yang tumbuh dan berkembang dengan kekuatan
ekonomi dan segala aktivitas ekonomi yang ada, merupakan salah
satu penggerak utama ekonomi Jawa Timur. Hal ini tercermin dari
output Surabaya yang memberikan kontribusi paling besar
dibanding kabupaten kota yang lain di Jawa Timur, mencapai
22,54% terhadap perekonomian Jawa Timur (diukur dengan
Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) ADHB Surabaya
tahun 2009).
Letak

Kota

Surabaya

yang

cukup

strategis

untuk

perdagangan, ekspor dan impor dan sosial masyarakat relatif


kondusif, menghasilkan iklim perekonomian yang cukup stabil dan
II - 116

R P J M D

K O T A

S U R A B A Y A

T A H U N

2 0 1 0 - 2 0 1 5

bergairah, seolah kota tIdak merasa krisis global yang terjadi tahun
akhir 2009, bahkan tidak sedikit mall-mall baru untuk menjawab
ramainya perdagangan di kota pahlawan ini. Budaya belanja
(shopping) dan budaya hidup praktis sangat menyuburkan sektor
perdagangan. Ini juga menunjukkan daya beli masyarakat relatif
stabil.
Ekonomi Surabaya berkembang ke arah ekonomi yang
digerakkan oleh sektor perdagangan dan jasa, sebagaimana
terjadi pada kota-kota lain di dunia. Potensi besar Kota Surabaya
tersebut dapat terlihat dari semakin dominannya kontribusi sektor
perdagangan dan jasa dalam PDRB. Peningkatan sektor
perdagangan dan jasa tentunya menimbulkan dampak multiplier
effect pada lainnya seperti sektor pengangkutan dan komunikasi
serta sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan yang
selama ini sebagai supporting pada sektor perdagangan dan jasa.
Daya saing ekonomi kota Surabaya dilihat dari daya beli
masyarakat nya, relatif paling tinggi di bandingkan kota atau
kabupaten yang ada di Jawa Timur, hal ini dapat di lihat dari data
SUSENAS yang di terbitkan oleh BPS, pada tahun 2009,
persentase penduduk surabaya yang berpengeluaran di atas Rp
500.000,- per bulan perkapita sebanyak 46,36 persen, sedangkan
dibanding seluruh penduduk Jawa Timur,

hanya sebanyak

16,74% penduduk saja yang berpengeluaran di atas Rp 500.000,per bulan perkapita. Demikian juga dari sisi angka pengeluaran
konsumsi rumah tangga per kapita, rata-rata pengeluran penduduk
Surabayasebesar Rp 640.224,- perkapita per bulan. dengan
komposisi 55,96 % untuk konsumsi non makanan dan 44,04 %
untuk konsumsi makanan. Artinya dengan komposisi tersebut
menunjukkan

kemampuan

daya

beli

masyarakat

kota

Surabayarelatif cukup tinggi tercemin sebagian besar pengeluaran


rumah tangga penduduk Surabayadi gunakan untuk memenuhi
kebutuhan non pangan.

R P J M D

K O T A

S U R A B A Y A

T A H U N

2 0 1 0 - 2 0 1 5

II - 117

II.4.2 FOKUS FASILITAS WILAYAH / INFRASTRUKTUR

Pembangunan Infrastruktur akan meningkatkan mobilitas


manusia dan barang antar daerah dan antar kabupaten/kota, yang
meliputi fasilitas transportasi (jalan, jembatan, pelabuhan), fasilitas
kelistrikan, fasilitas komunikasi, fasilitas pendidikan dan fasilitas air
bersih. Tersedianya infrastruktur yang memadai merupakan nilai
tambah bagi perwujudan pembangunan suatu kota.
a. Aksesbilitas Daerah
Surabaya selain sebagai sebuah kota pemerintahan
yang berdiri sendiri sebagai kota juga sebagai ibukota propinsi,
sehingga dengan posisi seperti ini Surabaya sangat diuntungkan
dengan adanya infrastruktur penunjang ekonomi seperti seperti
Terminal Purabaya, Pelabuhan Tanjung Perak, Bandara
Internasional Juanda dan

Stasiun Kereta Api Gubeng, yang

mempunyai peran cukup strategis dan diperhitungkan dalam


menentukan arah kebijakan pembangunan ekonomi Propinsi
Jawa Timur dan juga alur distribusi perdagangan wilayah
Indonesia khususnya Indonesia Timur. Beberapa aspek daya
saing dalam bidang aksebilitas daerah kota surabaya adalah
sebagai berikut :
Tabel 2.39
Volume Bongkar/muat Antar Pulau dan Luar Negeri di Pelabuhan
Tanjung Perak
Bongkar muat Barang

Bongkar muat Peti Kemas

Bongkar

Muat

Jumlah peti
kemas

2004

15.038.957

10.182.759

1.089.660

16.165.856

2005

6.948.637

6.874.140

1.042.175

13.642.506

2006

16.852.207

14.397.846

1.238.350

18.117.318

2007

18.502.143

14.648.097

1.363.480

20.255.331

2008

21.399.074

16.076.786

1.441.235

22.093.689

Tahun

Tonase

Sumber : BPS Kota Surabaya Surabaya Dalam Angka 2010


II - 118

R P J M D

K O T A

S U R A B A Y A

T A H U N

2 0 1 0 - 2 0 1 5

Tabel 2.40
Arus lalu lintas penumpang domestik dan Internasional
Pelabuhan Udara Juanda
Penumpang

Bagasi

Banyaknya Cargo

Tahun
Tiba

Berangkat

Tiba

Berangkat

Bongkar

Muat

2004

4.316.495

3.767.985

28.281.801

26.035.562

23.970.355

22.710.786

2005

3.858.973

3.621.487

35.658.621

35.040.976

39.339.609

38.115.922

2006

4.166.300

3.923.156

36.286.913

35.583.885

27.642.604

29.983.292

2007

4.387.601

4.029.689

40.809.108

37.884.394

26.641.659

30.827.477

2008

4.310.587

3.999.303

39.719.201

34.302.157

27.016.562

30.548.062

2009

5.226.775

4.808.684

42.182.651

35.041.756

30.688.767

34.581.499

Sumber : BPS Kota Surabaya Surabaya Dalam Angka 2010

b. Penataan wilayah
Sebagaimana renacana Tata Ruang wilayah kota
surabaya, Kota surabaya sebagai kota jasa dan perdagangan
maka penataan kawasan perdagangan dan jasa dalam penataan
dan pemanfaatan ruang wilayah Kota Surabaya dikembangkan
dalam skala pelayanan sebagai berikut :
Internasional dan nasional dilakukan secara terintegrasi
melalui pengembangan kawasan Segiempat Emas Surabaya
yang meliputi : Unit Pengembangan VI Tunjungan yaitu di
kawasan Basuki Rahmat, Embong Malang, Blauran, Praban,
Bubutan, Pahlawan, Pasar Turi, Kapas Krampung, Tunjungan
dan di wilayah Unit Pengembangan V Tanjung Perak yaitu di
kawasan Jalan Perak

Barat dan Timur,

Jalan Jembatan

Merah dan Jalan Kembang Jepun.


Regional dan kota meliputi pusat pengembangan di Unit
Pengembangan
XI
Tambak
Oso Wilangun,
Unit
Pengembangan VIII Satelit, dan Unit Pengembangan II
Kertajaya.

R P J M D

K O T A

S U R A B A Y A

T A H U N

2 0 1 0 - 2 0 1 5

II - 119

Unit pengembangan dan lingkungan tersebar pada setiap


pusat Unit Pengembangan dan pusat lingkungan perumahan.
Sementara Kawasan Budidaya Kota Surabaya yang
merupakan wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk
dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya
alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan Kota
Surabaya, sebagaimana ditetapkan dalam Review RTRW
adalah dengan meningkatkan kawasan perumahan; kawasan
perdagangan dan jasa; kawasan perkantoran;kawasan
industri;kawasan pariwisata;kawasan ruang terbuka non
hijau;kawasan ruang evakuasi bencana;kawasan peruntukan
ruang bagi kegiatan sektor informal dan kawasan peruntukan
lainnya; dan Kawasan budidaya wilayah laut.
Kawasan
perumahan
dilakukan
dengan
mengembangkan dan menata kepadatan perumahan secara
proporsional dalam memenuhi kebutuhan vertikal seluruh
masyarakat sehingga dapat meningkatkan kualitas lingkungan
kawasan perumahan, perluasan penyediaan perumahan vertikal,
serta pengembangan kawasan siap bangun/lingkungan siap
bangun. Dikembangkan pula kawasan perumahan baru yang
terintegrasi dengan kawasan sekitarnya.
Kawasan perdagangan dan jasa dilakukan dengan
mengembangkan dan merevitalisasi Pasar Tradisional,
mengembangkan pusat perbelanjaan secara terintegrasi dalam
skala UP, koridor dan kawasan;mengembangkan toko modern
yang terbatas hanya pada minimarket dalam tingkat unit
lingkungan yang jumlahnya disesuaikan dengan kebutuhan;
mengembangkan pusat perdagangan dan jasa pada setiap Unit
Pengembangan maupun Unit Distrik secara berhierarki; dan
mengakomodasi penyediaan lahan bagi kegiatan sektor informal
pada setiap kawasan perdagangan.

II - 120

R P J M D

K O T A

S U R A B A Y A

T A H U N

2 0 1 0 - 2 0 1 5

Kawasan

perkantoran

dilakukan

dengan

mempertahankan fungsi perkantoran yang telah ada. Selain itu


dilakukan
pula
pemusatan
layanan
perkantoran
pemerintah/pemerintah provinsi/pemerintah daerah secara
berhirarki pada kawasan pelayanan publik dan pengembangan
perkantoran swasta pada pusat-pusat pelayanan kota.
Sementara Kawasan Industri yang merupakan salah
satu potensi ekonomi Kota Surabaya selain perdagangan dan
jasa, dikembangkan sebagai kawasan industri yang ramah
lingkungan. Dikembangkan buffer zone yaitu zona pembatas
atau penyangga kawasan yang berfungsi sebagai pembatas
aktivitas industri, dapat berupa jalur hijau, danau pada kawasan
industri besar dan menengah untuk upaya konservasi
lingkungan. Peran industri kecil dan industri rumah tanggapun
ditingkatkan sebagai sentra industri yang berbasis komunitas.
Pariwisata Kota Surabaya terintegrasi dengan berbagai
kawasan fungsional kota lainnya sehingga obyek wisata yang
dikembangkan adalah obyek wisata tematik terintegrasi sebagai
satu sistem kepariwisataan baik di dalam kota maupun sekitar
wilayah kota. Sebagai kota perdagangan dan jasa maka
disediakan area khusus untuk pameran produk wisata dan
pembangunan serta gelar event wisata. Obyek wisata potensial
yang juga akan dikembangkan adalah ODTW yang berbasis
bahari.
Kawasan ruang terbuka non hijau dikembangkan
sebagai satu kesatuan sistem yang menghubungkan sistem
jaringan dalam kawasan maupun antar kawasan budidaya dan
mengembangkan estetika dan kenyamanan pada setiap
kawasan ruang terbuka non hijau.
Pemerintah Kota telah melakukan penghijauan kota
dalam bentuk penanaman pohon secara mandiri dengan
menggerakkan masyarakat bersama sama dalam kegiatan
green and clean di permukiman penduduk, penetapan kawasan

R P J M D

K O T A

S U R A B A Y A

T A H U N

2 0 1 0 - 2 0 1 5

II - 121

lindung

berhutan

bakau,

pembangunan

hutan

kota,

mempertahankan dan merevitalisasi RTH berupa lapangan,


waduk dan makam yang merupakan aset pemerintah Kota,
merevitalisasi fungsi jalur-jalur hijau kota seperti sempadan
sungai, sempadan rel KA, median-median jalan dan jalur hijau
pedestrian kota serta mempertahankan adanya buffer-buffer
sebagai sabuk hijau yang membatasi zona industri dengan
penggunaan lain di sekitarnya. Luasan RTH yang telah
direkapitulasi mencapai 20,18 persen dari luas total kota
Surabaya yang meliputi RTH makam, RTH lapangan dan
stadion, RTH telaga/waduk/boezem, RTH dari penyerahan
fasum dan fasos, RTH kawasan lindung, RTH hutan kota, RTH
taman dan jalur hijau.
Penyediaan kawasan ruang evakuasi bencana dilakukan
dengan menggunakan ruang terbuka hijau dan non hijau yang
ada pada setiap lingkungan dan Kecamatan untuk menampung
korban bencana; serta menggunakan ruang-ruang dan
bangunan lainnya yang
pengungsian sementara.

dapat

berubah

menjadi

tempat

Kawasan peruntukan ruang bagi kegiatan sektor


informal terintegrasi antara ruang untuk kegiatan sektor informal
dan sektor formal dalam satu kesatuan sistem. Diupayakan pula
untuk mendukung penyediaan kebutuhan sarana dan prasarana
pendukung bagi kegiatan sektor informal.
untuk

Sedangkan kawasan peruntukan lainnya dimaksudkan


mengembangkan kawasan pendidikan tinggi dan

mendistribusikan secara merata fasilitas pendidikan yang


berhierarki mengembangkan fasilitas peribadatan untuk tiap Unit
Pengembangan dan pemukiman baru,mengembangkan fasilitas
kesehatan yang berhierarki serta peningkatan pelayanan fasilitas
kesehatan yang bertaraf internasional,membatasi perkembangan
secara fisik pada sekitar kawasan militer dan depo Bahan Bakar

II - 122

R P J M D

K O T A

S U R A B A Y A

T A H U N

2 0 1 0 - 2 0 1 5

Minyak

dan

mengembangkan

kawasan

pelabuhan

yang

terintegrasi dengan kawasan sekitarnya.


c. Ketersediaan air bersih
Air Bersih merupakan kebutuhan pokok manusia. Air
Bersih banyak dibutuhkan untuk keperluan sehari hari seperti
minum, memasak, mandi dan sebagainya. Kebutuhan air bagi
warga kota tidak dapat dipisahkan dari PDAM, Karena PDAM
Surya Sembada Kota Surabaya merupakan usaha jasa milik
pemerintah kota Surabaya yang bergerak dalam bidang
penyediaan dan pendistribusian air bersih. Dengan demikian
PDAM Surya Sembada Kota Surabaya bertanggungjawab
terhadap pendistribusian air minum yang memenuhi standart
kualitas baku mutu.
Jumlah

pelanggan

PDAM

Surya

Sembada

Kota

Surabaya adalah 403.263 pelanggan pada tahun 2009 yang


terdiri
atas
perumahan/rumah
Tangga,
pemerintah,
perdagangan, industri, sosial dan pelabuhan. Dari total
pelanggan PDAM sebesar 403.263 pelanggan, didominasi oleh
pelanggan rumah tangga sebesar 367.456 pelanggan. Meskipun
demikian, pengguna rata-rata terbesar adalah pelanggan
pelabuhan, sosial khusus, industri dan Pemerintah dengan rata3

rata pemakaian diatas 5.000 m . Data selengkapnya mengenai


jumlah pelanggan air bersih PDAM dapat dilihat pada tabel
dibawah ini:

R P J M D

K O T A

S U R A B A Y A

T A H U N

2 0 1 0 - 2 0 1 5

II - 123

Tabel 2.41
Pelanggan Air Bersih PDAM di Kota Surabaya Tahun 2009
No

Jenis Pelanggan

Pemakaian Air (m3)

Jumlah Pelanggan

Perumahan

367.456

125.639.148

Pemerintah

1.199

6.583.547

Perdagangan

28.609

16.275.374

Industri

881

5.797.255

Sosial Umum

3.598

5.189.188

Sosial Khusus

1.516

10.988.951

Pelabuhan

383.994

Sumber data : PDAM Surya Sembada Kota Surabaya


Semua jenis pelanggan PDAM Surya Sembada Kota
Surabaya guna ketersedian air bersih disuplai dari 7 instalasi
pengolahan air minum, terdiri atas :
Sumber Air
Instalasi Pengolahan Air Minum Ngagel I
Instalasi Pengolahan Air Minum Ngagel II
Instalasi Pengolahan Air Minum Ngagel III
Instalasi Pengolahan Air Minum Karangpilang I
Instalasi Pengolahan Air Minum Karangpilang II
Instalasi Pengolahan Air Minum Karangpilang III
Tabel 2.42
Kapasitas Produksi PDAM
NO

Kapasitas (liter/detik) pada tahun

Instalasi

Sumber Air

2008

2009

2010

330

330

330

Ngagel I

1.800

1.800

1.800

Ngagel II

1.000

1.000

1.000

Ngagel III

1.750

1.750

1.750

II - 124

R P J M D

K O T A

S U R A B A Y A

T A H U N

2 0 1 0 - 2 0 1 5

NO

Instalasi

Kapasitas (liter/detik) pada tahun


2008

2009

2010

Karangpilang I

1.450

1.450

Karangpilang II

2.500

2.500

2.500

Karangpilang III

2.000

8.830

8.830

10.830

Total

1.450

Sumber data : PDAM Surya Sembada Kota Surabaya


Jumlah produksi air di 7 instalasi pengolahan air
minum mengalami peningkatan kapasitas pada tahun
2010

sebesar

2.000

liter/detik

dikarenakan

telah

selesainya pembangunan IPAM Karangpilang III.


Kapasitas yang dihasilkan pada tahun 2008 sebesar 8.830
liter/detik, tahun 2009 sebesar 8.830 liter/detik dan tahun
2010 sebesar 10.830 liter/detik, dimana IPAM
Karangpilang II memberikan kontribusi terbesar yaitu
23,08 persen, IPAM Karangpilang III sebesar 18,47
persen, IPAM Ngagel I sebesar 16,62

persen, IPAM

Ngagel III sebesar 16,16 persen, IPAM Karangpilang I


sebesar 13,39 persen, IPAM Ngagel II sebesar 9,23
persen dan Sumber Air sebesar 3,05 persen.
PDAM Surya Sembada Kota Surabaya pada
tahun 2005 sampai dengan tahun 2009 telah memasang
pipa tersier sepanjang 356.929,41 m dan direncanakan 5
(lima) tahun kedepan telah mampu melampaui target
MDGs Nasional.

d.Ketersediaan sarana Listrik


Sumber energi listrik merupakan kebutuhan dasar
perkotaan yang diperlukan bagi kebutuhan aktivitas produksi
pada setiap fungsi perkotaan baik hunian, jasa, perdagangan,
industri, transportasi dan sebagainya. Listrik sebagai kebutuhan
dasar kota ini di sediakan oleh PLN sebagai penyedia listrik
R P J M D

K O T A

S U R A B A Y A

T A H U N

2 0 1 0 - 2 0 1 5

II - 125

resmi dari pemerintah.

Kapasitas Listris terpasang untuk kota

surabaya berdasarkan data dari PT PLN Distribusi Jawa Timur


tahun 2007 sebesar 2.817.915 KVA, meningkat menjadi
2.929.962 KVA pada tahun 2008 dan pada tahun 2009
meningkat lagi menjadi 3.016.678 KVA. Konsumsi daya
terpasang listrik rata-rata ada pada kelompok/golongan indutri,
namun pada tahun 2009 lebih banyak pada kelompok/golongan
rumah tangga.
Tabel 2.43
Daya terpasang listrik menurut kelompok pelanggan PLN
Distribusi Jawa Timur untuk Kota Surabaya
Jumlah Daya terpasang menurut kelompok pelanggan PLN Distribusi Jawa
Timur untuk Kota Surabaya
(dlm KVA)
Tahun

Rumah Tangga

Industri

Umum

Usaha

Jumlah

2006

910.026

998.888

179.557

605.959

2.694.430

2007

953.353

1.004.971

196.407

663.184

2.817.915

2008

994.031

1.014.831

212.006

709.114

2.929.962

2009

1.029.286

1.018.281

222.890

746.221

3.016.678

Sumber : BPS Kota Surabaya Surabaya Dalam Angka 2010


Dilihat dari jumlah pelanggan listrik di kota Surabaya,
pelanggan mayoritas pelanggan pengguna PLN

adalah

Kelompok Rumah Tangga lalu kelompok Usaha dan setiap


tahunnya selalu mengalami peningkatan jumlah pelanggan pada
jenis kelompok tersebut. Peningkatan ini salah satunya di
sebabkan tumbuhkan dan berkembangnya wilayah-wilayah
pemukiman dan tempat usaha baru di kota surabaya dalam
beberapa terakhir ini. Banyaknya pelanggan PLN menurut jenis
pelanggan di Surabaya untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
tabel berikut

II - 126

R P J M D

K O T A

S U R A B A Y A

T A H U N

2 0 1 0 - 2 0 1 5

Tabel 2.44
Banyaknya Pelanggan PLN Menurut Jenis Pelanggan
di Kota Surabaya
Banyaknya Pelanggan PLN Menurut jenis Pelanggan di Kota Surabaya
Tahun

Rumah Tangga

Industri

Umum

Usaha

2003

635,090

4,087

14,451

50,450

2004

655,474

4,099

15,083

53,091

2005

672,087

3,997

15,916

55,893

2006

685,551

3,950

16,774

57,595

2007

702,434

3,924

17,670

58,922

2008

721,369

3,888

18,730

60,441

2009

736,103

3,862

19,602

61,934

Sumber : BPS Propinsi Jawa Timur,Surabaya Dalam Angka 2010

II.4.3 FOKUS IKLIM INVESTASI


Daya tarik investasi untuk menanamkan modalnya sangat
dipengaruhi faktor-faktor seperti suku bunga, kebijakan
perpajakan dan regulasi perbankan, sebagai infrastruktur dasar
yang berpengaruh terhadap kegiatan investasi. Iklim investasi juga
sangat di pengaruhi oleh faktor-faktor lain yang mendorong
berkembangnya investasi antara lain fasilitas keamanan dan
ketertiban, kemudalah proses perijinan, dan ketersediaan sumber
daya manusia yang berkualitas dan mampu bersaing.
a. Keamanan dan ketertiban
Secara umum kondisi keamanan dan ketertiban sampai
dengan tahun 2009 relatif kondusif bagi berlangsungnya aktivitas
masyarakat maupun kegiatan investasi. Berbagai tindakan
kejahatan kriminalitass, unjuk rasa dan mogok kerja yang
merugikan

dan

mengganggu

keamanan

dan

ketertiban

masyarakat dapat ditanggulangi dengan sigap oleh aparatur


pemerintah. Situasi tersebut juga didorong oleh pembinaan
R P J M D

K O T A

S U R A B A Y A

T A H U N

2 0 1 0 - 2 0 1 5

II - 127

keamanan dan ketertiban masyarakat dengan melibatkan


partisipasi
masyarakat
lingkungannya.

dalam

menjaga

keamanan

Tabel 2.45 Angka Kriminalitas di Kota Surabaya


tahun 2005-2009

No
Jenis Kriminal
1 Jumlah kasus narkoba
2 Jumlah kasus pembunuhan
3 Jumlah kejahatan seksual
4 Jumlah kasus penganiayan
5 Jumlah kasus pencurian
6 Jumlah kasus penipuan
7 Jumlah kasus penipuan uang

2005
641
23
48
857
1,965
1,322
12

2006
986
28
57
794
2,380
1,417
16

2007
1,454
22
48
797
2,864
1,384
12

2008
1,127
22
28
1,016
3,597
1,662
6

2009
971
28
21
919
3,462
1,554
16

Sumber BPS Kota Surabaya, Surabaya Dalam Angka 2010


Jumlah kasus narkoba mulai tahun 2005 sampai 2007
terus meningkat dari tahun ke tahun. Kasus narkoba tahun 2005
mencapai 641 kasus dan pada tahun 2007 meningkat lebih dari
2 kali, mencapai 1454 kasus. Tetapi pada tahun 2008 dan 2009
kasus narkoba berangsur turun. Tahun 2008 turun menjadi 1127
kasus dan tahun 2009 menjadi 971 kasus. Jumlah kasus
pembunuhan di setiap tahun mencapai angka duapuluhan.
Kasus pembunuhan paling tinggi terjadi pada tahun 2006 dan
2009, mencapai 28 kasus. Jumlah kejahatan seksual sebelum
tahun 2008 cukup tinggi. Pada tahun 2005 dan 2007, kasus
kejahatan seksual mencapai 48 kasus, sedangkan pada tahun
2007 mencapai 57 kasus. Penurunan terjadi pada tahun 2008
dan 2009, yang hanya mencapai 28 dan 21 kasus. Jumlah kasus
penganiayaan pada tahun 2005 mencapai 857 kasus. Pada
tahun 2006 dan 2007 sedikit berkurang menjadi 794 dan 797
kasus. Tahun 2008 meningkat lagi hingga 1016 kasus.
Sedangkan di tahun 2009 turun menjadi 919 kasus. Jumlah

II - 128

R P J M D

K O T A

S U R A B A Y A

T A H U N

2 0 1 0 - 2 0 1 5

kasus pencurian setiap tahun meningkat. Pada tahun 2005


kasus pencurian mencapai 1965 kasus, dan pada tahun 2009
meningkat hampir 2 kali menjadi 3462 kasus. Jumlah kasus
penipuan pada tahun 2005 mencapai 1322 kasus. Pada tahun
2006 sedikit meningkat menjadi 1417 kasus. Tahun 2007
berkurang menjadi 1384 kasus. Sedangkan tahun 2008 dan
2009 kembali meningkat menjadi 1662 dan 1554 kasus. Kasus
penipuan yang bermoduskan uang dari tahun 2005-2007
berfluktuatif pada 12 dan 16 kasus, menurun drastic pada tahun
2008 menjadi 6 kasus tetapi juga meningkat lagi menjadi 16
kasus pada tahun 2009.
Tabel 2.46
Jumlah Demo Kota Surabaya tahun 2007 - 2010

No

2007

2008

2009

2010

Bidang Politik

Uraian

25

34

60

40

Ekonomi

54

64

59

54

Sosial Budaya

71

83

16

83

Jumlah Unjuk Rasa

160

181

135

177

Sumber : Bakesbangpol dan Linmas Kota Surabaya


Sedangkan untuk kasus aksi unjuk rasa, Berdasarkan
tabel di atas dapat dijelaskan bahwa kejadian unjuk rasa/
demonstrasi yang terjadi di kota Surabaya cenderung mengalami
kenaikan
dimana
pada
tahun
2007
jumlah
unjukrasa/demonstrasi sebanyak 160 kejadian dan pada tahun
2010 sebanyak 177 kejadian. Dari total unjukrasa/demonstrasi
yang terjadi sebagian besar mengenai permasalahan sosial
budaya dan ekonomi. Hal ini menunjukkan bahwa warga kota
Surabaya semakin kritis terhadap permasalahan-permasalahan
yang ada.

R P J M D

K O T A

S U R A B A Y A

T A H U N

2 0 1 0 - 2 0 1 5

II - 129

b.Pelayanan Perijinan
Kemudahan Prosedur dan tata cara memperoleh
perijinan atau pengurusan ijin untuk berinvestasi merupakan
salah satu faktor pendukung minat investor untuk berinvestasi di
surabaya. Kecepatan birokrasi dalam melayani permohonan
perijinan Sampai dengan tahun 2009, rata-rata penyelesaian
perijinan untuk beberapa jenis ijin/surat yang dikeluarkan oleh
Pemerintah Kota Surabaya adalah < 7 hari .
Beberapa
pelayanan
perijinan
bahkan
sudah
mendapatkan sertifikasi ISO 9001:2000 tahun 2003 atas
pelayanan-pelayanan: Ijin Mendirikan Bangunan, Surat Ijin
Usaha Perdagangan, Tanda Daftar Perdagangan, dan Uji Kir
Kendaraan yang berlaku 3 tahun dan telah diperpanjang masa
berlakunya.
Pelayanan perijinan ini akan terus disempunakan dan
diperbaiki oleh Pemerintah Kota Surabaya, sehingga terjamin
kepastian prosedur, waktu dan keamanan perijinan serta pada
akhirnya akan memberi kenyamanan dan kemudahan investor
untuk berinvestasi di Surabaya.
II.4.4 FOKUS SUMBER DAYA MANUSIA
a. Kualitas tenaga kerja (rasio lulusan S1/S2/S3)
Tabel 2.47
Rasio lulusan S1/S2/S3 Kota Surabaya Tahun 2007- 2011
No

Uraian

2007

Jumlah Lulusan S1/ S2/ S3

Jumlah Penduduk

Rasio Lulusan S1/ S2/ S3


(4/5)

2008

2009

2010

252.652

273.574

277.610

301.079

2.829.552

2.903.382

2.938.225

2.929.528

0.089

0.094

0.094

0.103

Sumber : Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil


Salah satu faktor penting yang tidak dapat diabaikan
dalam rangka pembangunan adalah menyangkut kualitas
sumber daya manusia (SDM). Kualitas SDM ini berkaitan erat
II - 130

R P J M D

K O T A

S U R A B A Y A

T A H U N

2 0 1 0 - 2 0 1 5

dengan kualitas tenaga kerja yang tersedia untuk mengisi


kesempatan kerja. Peningkatan kualitas SDM yang merupakan
hal penting, disebabkan adanya kesenjangan antara kualitas
tenaga kerja dengan yang dibutuhkan oleh dunia usaha/industri.
Seperti tampak pada data rasio kelulusan S1/S2/S3 Kota
Surabaya masih cukup rendah. Kesenjangan ini akan
menimbulkan dua akibat yaitu terjadinya pengangguran yang
terus meningkat dan rendahnya produktifitas.
Pada tahun 2007 telah ada peningkatan untuk penduduk
dengan kelulusan pendidikan sarjana dan pasca sarjana. Yaitu
dengan rasio 0,089 pada tahun 2007, 0.094 tahun 2008, 0.094
di tahun 2009 dan 0.103 pada tahun 2010. Fakta ini
mencerminkan bahwa sudah ada peningkatan kesadaran
masyarakat akan pentingnya pendidikan
peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia.

tinggi

dalam

b. Tingkat ketergantungan (rasio ketergantungan)


Table 2.48 Rasio Ketergantungan
No

Uraian

2007

2008

2009

2010

Jumlah Penduduk Usia < 15


tahun

603.762

648.629

605.861

562.189

Jumlah Penduduk Usia > 64


tahun

142.496

144.341

176.944

192.749

Jumlah Penduduk Usia


Tidak Produktif (1) & (2)

746.258

792.970

782.805

754.983

Jumlah Penduduk Usia 1564 tahun

2.083.294

2.110.412

2.155.420

2.174.545

Rasio ketergantungan (3) /


(4)

0.358

0.376

0.363

0.347

Sumber : Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil


Rasio

ketergantungan

(dependency

ratio)

adalah

perbandingan antara jumlah penduduk dan umur 0-14 tahun

R P J M D

K O T A

S U R A B A Y A

T A H U N

2 0 1 0 - 2 0 1 5

II - 131

ditambah dengan jumlah penduduk usia 65 tahun ke atas


dibandingkan dengan jumlah penduduk usia 15-64 tahun.
Semakin tingginya rasio ketergantungan menunjukkan semakin
tingginya beban yang harus ditanggung penduduk produktif
untuk membiayai hidup penduduk yang belum produktif dan tidak
produktif, demikian pula sebaliknya. Dari data rasio
ketergantungan yang ada menunjukkan bahwa struktur umur
penduduk dibedakan menjadi tiga kelompok yaitu (1) kelompok
umur muda, dibawah 15 tahun; (2) kelompok umur produktif,
usia 15-64 tahun; dan (3) kelompok umur tua, usia 64 tahun
keatas. Dari tabel diatas
menunjukkan bahwa tingkat
ketergantungan Kota Surabaya mengalami penurunan, hal ini
tercermin dari jumlah penduduk usia tidak produktif sebesar
782.805 di tahun 2009 dibandingkan dengan jumlah penduduk
usia produktif sebesar 2.155.420 sehingga rasio ketergantungan
sebesar 0.363 sedangkan untuk tahun 2010, rasio
ketergantungan Kota Surabaya sebesar 0.347 yaitu dari jumlah
penduduk usia tidak produktif sebesar 754.983 dibandingkan
dengan
jumlah penduduk usia produktif yang mencapai
2.174.545. Hal ini menunjukkan bahwa setiap 100 orang yang
berusia kerja mempunyai tanggungan sebanyak 34 orang yang
belum produktif dan dianggap tidak produktif lagi.

II - 132

R P J M D

K O T A

S U R A B A Y A

T A H U N

2 0 1 0 - 2 0 1 5

Anda mungkin juga menyukai