Kelistrikan Otomotif
BUKU AJAR
Kelistrikan Engine
(Sistem Pengapian dan Pengisian)
Penulis
Dwi Widjanarko, S.Pd, ST, MT
Drs. Aburrahman, M.Pd
KATA PENGANTAR
Ucap syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat sehingga buku ajar dapat terwujud meskipun dengan segala keterbatasan
dan kesederhanaannya. Mudah-mudahan buku ini bisa menjadi bahan untuk
menambah pengetahuan atau setidaknya dapat menjadi bahan diskusi di dalam
pelaksanaan perkuliahan.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
mendukung penulisan buku ini. Mudah-mudahan isi buku ini dapat memenuhi
harapan semua pihak yang terkait untuk tercapainya kemajuan bersama.
Sumbang
saran
dan
kritik
membangun
kami
harapkan
untuk
kesempurnaan isi buku ini demi kebaikan kita bersama. Mudah-mudahan buku ini
bermanfaat bagi pembaca pada umumnya dan bagi penulis pada khususnya.
Semarang, Juli 2008
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL
KATA PENGANTAR
Ii
HALAMAN FRANCIS
iii
DAFTAR ISI
iv
DAFTAR GAMBAR
vi
PETA KOMPETENSI
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN
A. Deskripsi
B. Prasyarat
C. Petunjuk Belajar
10
D.
10
SISTEM PENGAPIAN
12
A.
12
B. Sistem Pengapian
BAB III
viii
12
1.
Pendahuluan
12
2.
16
3.
17
C. Latihan
19
D. Lembar Kegiatan
19
E.
Rangkuman
19
F.
Tes Formatif
20
22
A.
22
23
1.
Pendahuluan
23
2.
25
26
29
30
32
BAB IV
BAB V
C. Latihan
38
D. Lembar Kegiatan
38
E.
Rangkuman
38
F.
Tes Formatif
38
41
A.
41
B.
42
1.
Pendahuluan
42
2.
46
3.
47
4.
49
5.
i-DSI
50
C. Latihan
52
D. Lembar Kegiatan
52
E.
Rangkuman
53
F.
Tes Formatif
53
55
A.
55
B. Sistem Pengisian
56
1.
Pendahuluan
56
2.
57
3.
Regulator tipe IC
59
4.
Brushless Alternator
64
5.
67
6.
68
C. Latihan
69
D. Lembar Kegiatan
69
E.
Rangkuman
70
F.
Tes Formatif
70
DAFTAR PUSTAKA
73
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
13
14
15
15
16
17
24
25
26
26
28
29
29
30
31
31
35
35
37
37
43
43
44
45
46
47
48
48
49
50
51
52
57
58
58
59
61
62
64
64
65
66
67
PETA KOMPETENSI
Menguasai Sistem
Kelistrikan Otomotif
Menguasai Sistem
Kelistrikan Engine
Menguasai Sistem
Kelistrikan Body & ACC
Menguasai Sistem
Starter
Menguasai Sistem
Pengapian
Menguasai Sistem
Pengisian
BAB I
PENDAHULUAN
A. Deskripsi
Buku ini memuat materi sistem kelistrikan engine yang meliputi sistem
pengapian (ignition system) dan sistem pengisian baterai (charging system) yang
banyak mengalami kemajuan dan perkembangan yang sangat pesat. Sistem
pengapian yang dibahas dalam buku ini meliputi sistem pengapian konvensionnal
dan nonkonvensional (elektronik). Pembahasan sistem pengapian konvensional
tidak dibahas secara mendetil karena penekanannya di sistem pengapian
nonkonvensional. Sistem pengapian konvensional dibahas singkat untuk
menyegarkan kembali dan sebagai dasar mempelajari sistem pengapian
nonkonvensional. Sistem pengapian nonkonvensional yang dibahas dalam buku
ini adalah 1) sistem pengapian elektronik dengan penghasil pulsa model induktif,
Hall effect, dan iluminasi atau cahaya, 2) sistem pengapian CDI (capasitive
discharge ignition), dan sistem pengapian terkontrol computer / ESA (electronic
spark advance dengan distributor, tanpa distributor, dan sistem pengapian
langsung).
Pembahasan sistem pengisian meliputi sistem pengisian dengan regulator
konvensional, regulator IC, dan alternator model tanpa sikat (brushless
alternator). Kompetensi yang ingin dicapai setelah mempelajari buku ini adalah
peserta dapat menjelaskan, menganalisa, menentukan penyebab, mengatasi
masalah, dan mejelaskan perbedaannya pada sistem pengapian dan sistem
pengisian baik model konvensional maupun nonkonvensional.
B. Prasyarat
Kompetensi awal yang diperlukan untuk mempelajari buku ini adalah
sudah menguasai 1) dasar-dasar kelistrikan dan rangkaian listrik, 2) dasar-dasar
elektronika dan komponen elektronika, 3) alat-alat ukur kelistrikan dan
penggunaannya.
C. Petunjuk Belajar
Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk mempelajari buku ini adalah
sebagaii berikut.
1.
2.
Sebelum mengikuti pekuliahan, materi dalam buku ini harap dipelajari untuk
mempermudah dan mempercepat pencapaian kompetensi.
3.
Membuat catatan terhadap apa yang telah dibaca meliputi nama komponen,
fungsi, dan cara kerja sistem serta informasi lain yang terkait.
4.
Metode belajar yang dipakai adalah 1) ceramah singkat dengan bantuan alat
pembelajaran untuk mendukung semua materi agar dapat mudah dipahami,
2) tanya jawab yang bersifat hafalan atau pengetahuan, analisa kerja sistem
kelistrikan, analisa penyebab dan cara mengatasi gangguan, 3) diskusi, dan
4) tugas terstruktur untuk lebih memperkaya pengetahuan bidang kelistrikan
engine.
5.
6.
Menuliskan kembali atau membuat laporan dari kegiatan belajar yang telah
dilaksanakan..
7.
10
Indikator
Dapat menguasai system
konvensional
Dapat menguasai system
elektronik
Dapat menguasai system
terkontrol komputer
Dapat menguasai system
konvensional
Dapat menguasai system
elektronik (IC)
pengapian
pengapian
pengapian
pengisian
pengisian
11
BAB II
SISTEM PENGAPIAN
A. Kompetensi dan Indikator
Kompetensi dan indikator keberhasilan dalam mempelajari bagian ini
adalah sebagai berikut.
Tabel Kompetensi dan Indikator
Kompetensi
Menguasai
system
pengapian
konvensional
Elemen Kompetensi
Menjelaskan
nama
dan fungsi komponen
sistem
pengapian
konvensional
Menggambar
dan
menjelaskan
kerja
rangakaian
sistem
pengapian
konvensional
Menganalisa pengaruh
kerusakan komponen
sistem
pengapian
konvensional
Menghitung tegangan
tinggi
pada
koil
berdasarkan
arus
primer koil
Indikator
Dapat menjelaskan nama komponen sistem
pengapian konvensional
Dapat menjelaskan fungsi komponen sistem
pengapian konvensional
Dapat menjelaskan kerja sistem pengapian
konvensional pada saat kontak pemutus tertutup
Dapat menjelaskan kerja sistem pengapian
konvensional pada saat kontak pemutus terbuka
Dapat menjelaskan kerja sistem kondensor pada
system pengapian konvensional
Dapat menggambar rangkaian system pengapian
konvensional
Dapat menganaslia pengaruh sudut dwell terhadap
kemampuan sistem pengapian
Dapat menganaslia pengaruh saat pengapian
terhadap kemampuan sistem pengapian
Dapat
menganaslia
pengaruh
kerusakan
komponen terhadap kemampuan sistem pengapian
Dapat menjelaskan persamaan-persamaan untuk
sistem pengapian
Dapat menjelaskan mernerapkan persamaanpersamaan untuk menghitung tegangan tinggi
sistem pengapian
B. Sistem Pengapian
1. Pendahuluan
Sistem pengapian berfungsi untuk menghasilkan percikan api yang kuat
dan tepat untuk membakar campuran udara dan bahan bakar di dalam ruang
bakar. Secara umum komponen sistem pengapian terdiri dari baterai, kunci
kontak, koil, distributor, kabel tegangan tinggi dan busi. Di dalam distributor
terdapat beberapa komponen pendukung lainnya yaitu kontak pemutus (atau
12
pulse generator pada sistem pengapian elektronik), kondensor, cam, vakum dan
sentrifugal advancer.
13
pemutus
(platina)
berfungsi
untuk
memutuskan
dan
14
15
kemagnetan pada coil. Saat platina terbuka, arus yang mengalir ke kumparan
primer seperti dijelaskan di atas terputus dengan tiba-tiba. Akibatnya kemagnetan
di sekitar koil hilang / drop dengan cepat. Karena medan magnet hilang dengan
cepat, maka pada kumparan sekunder terjadi induksi tegangan tinggi, dan pada
kumparan primer juga terjadi tegangan induksi. Tegangan pada kumparan
sekunder disalurkan ke distributor dan kabel tegangan tinggi sehingga terjadi
loncatan api pada busi. Tegangan pada kumparan primer disalurkan ke
kondensor dan muatan yang diserap kondensator itu dibuang ke massa saat
kontak poin tertutup. Proses tersebut terjadi secara terus menerus.
16
Ip =
V0
Rt / L p
(1 e
) Amper .........................
R
1)
Ip adalah arus yang mengalir pada kumparan primer (Amper), t waktu rangkaian
tertutup (detik), Vo tegangan sumber (Volt), R adalah tahanan total rangkaian
17
E s ,max =
1 2
LI Joule ..................................
2
2)
Apabila kontak pemutus terbuka, arus primer turun menjadi nol dan terjadi
tegangan tinggi pada kumparan sekunder. Harga puncak tegangan ini adalah
tegangan maksimum yang disebut available voltage (Va). Energi maksimum yang
ditransfer ke rangkaian sekunder adalah (Heywood, 1989 : 439)
1
2
E s ,max = C sVa
2
Va =
2
Joule
............................
3)
...............................
4)
2 E s ,max
Cs
1
2E
2
Va = s ,max
Cs
Volt
2(1 / 2) L p I p 2 2
Lp 2
Va =
= Ip
Cs
Cs
Volt ................
5)
Energi yang dapat ditransfer ke kumparan sekunder akibat adanya kerugiankerugian adalah 85% (Obert, 1973 : 540). Koil mempunyai kumparan sekunder
sekitar 20000 lilit dan kumparan primer sebanyak 200 lilit, sehingga perbandingan
kumparan sekunder dan primernya adalah 100. Untuk koil dengan perbandingan
kumparan sekunder dan primer = 100, maka harga induktansinnya Lp = 5 mH,
dan kapasitansi Cs = 60 pF (Obert, 1973 : 540). Dengan menggunakan
persamaan 2 dan besarnya arus primer misalnya 2,7A, energi yang dapat
disalurkan ke kumparan sekunder sekitar 85% (Obert, 1973 : 540) adalah
18
C. Latihan
1.
Tentukan berapa tegangan sekunder koil jika arus primer koil sebesar 3
amper.
D. Lembar Kegiatan
Kegiatan pembelajaran ini adalah kegiatan yang utamanya untuk
meningkatkan kemampuan akademik (tidak kemampuan praktik) peserta
sehingga kegiatan yang yang harus dilakukan sesuai dengan yang tertuang
dalam petunjuk belajar di BAB I bagian C.
E. Rangkuman
Sistem pengapian digunakan untuk menghasilkan percikan bungan api
yang kuat dan pada saat yang tepat untuk membakar campuran udara dan bahan
bakar. Sistem pengapian yang baik akan menghasilkan performa engine yang
baik sehingga kondisi sistem pengapian harus selalu dijaga. Penyetelan celah
kontak pemutus yang tidak tepat menyebabkan kurang optimumnya medan
magnet yang terbentuk pada koil sehingga dapat mempengaruhi besar kecilnya
api pada busi.
19
F. Tes Formatif
Soal pilihan ganda :
1. Fungsi kontak pemutus dalam sistem pengapian adalah untuk ..........
A. mengaktifkan pengapian
B. kondensor terisi
D. terjadi tegangan tinggi
B. kondensor
C. Ig kunci kontak
D. B kunci kontak
B. koil panas
B. memajukan/memundurkan timing
D. menggeser posisi kontak pemutus
C. 80 sebelum TMA
20
B. 1-3-4-2
C. 1-2-4-3
D. 1-4-2-3
Soal essay:
1. Jelaskan fungsi vakum dan sentrifugal advancer
2. Apa efek dari celah kontak pemutus yang sudah aus?
3. Gambar dan jelaskan cara kerja rangkaian sistem pengapian
4. Bagaimana kondensor pada sistem pengapian bekerja?
5. Jelaskan fungsi resistor pada koil sistem pengapian
21
BAB III
SISTEM PENGAPIAN ELEKTRONIK
A. Kompetensi dan Indikator
Kompetensi dan indikator keberhasilan dalam mempelajari bagian ini
adalah sebagai berikut.
Tabel Kompetensi dan Indikator
Kompetensi
Menguasai
system
pengapian
elektronik
Elemen Kompetensi
Menjelaskan
perbandingan
system
pengapian konvensional
dan elektronik
Menjelaskan
kerja
transistor yang dipakai
pada sistem pengapian
Menjelaskan
dan
membedakan
sistem
pengapian
elektronik
model
induktif,
Hall
effect, dan iluminasi
Menjelaskan
dan
membedakan
sistem
pengapian CDI dengan
lainnya
Indikator
Dapat menjelaskan karakteristik system
pengapian konvensional
Dapat menjelaskan karakteristik system
pengapian elektronik
Dapat membandingkan system pengapian
konvensional dan elektronik
Dapat menjelaskan konstruksi transistor jenis
PNP dan NPN
Dapat menjelaskan prinsip kerja transistor
jenis PNP dan NPN
Dapat menjelaskan aplikkasi transistor jenis
PNP dan NPN pada sistem pengapian
Dapat menjelaskan prinsip pembangkitan
pulsa untuk memicu kerja transistor pada
igniter
Dapat
menjelaskan
rangkaian
sistem
pengapian dengan pembangkit pulsa induktif
Dapat
menjelaskan
rangkaian
sistem
pengapian dengan pembangkit pulsa hall
effect
Dapat
menjelaskan
rangkaian
sistem
pengapian dengan pembangkit pulsa iluminasi
Dapat membedakan system pengapian
elektronik model induktif, Hall effect, dan
iluminasi dengan
Dapat menjelaskan bagian-bagian sistem
pengapian CDI
Dapat menjelaskan proses pengisian dan
pembuangan muatan kapasitor
Dapat membedakan prinsip dasar sistem
pengapian CDI dengan system pengapian
lainnya
Dapat menganalisa kerja system pengapian
CDI dengan kontak pemutus
Dapat menjelaskan bagian-bagian berbagai
rangkaian system pengapian CDI dengan
pembangkit pulsa elektronik
22
Performa pada
kecepatan rendah dan
tinggi sangat aman.
Tidak mempunyai
kontak pemutus, maka
tidak diperlukan lagi
pemeriksaan
Karena waktu
pengapiannya diatur
oleh computer, maka
sangat efisien.
23
harus dinaikkan. Untuk jenis interruption contact, hal ini sulit dilakukan namun
untuk jenis transistor, hal ini dapat dimungkinkan. Sebagai tambahan, untuk
meningkatkan performa pengapian pada kecepatan tinggi, jumlah gulungan pada
ignition coil primer harus dikurangi sehingga tahanan dan induksi pada kumparan
primer dapat diturunkan.
24
d. Apabila
menggunakan
ignition
coil
yang
outputnya
tinggi,
maka
Full transistor
Computer control
(a)
(b)
25
yang mengakibatkan arus (lebih besar) juga dapat mengalir dari C ke E. Diagram
sistem pengapian transistor adalah sbb.
26
27
gaya magnet dengan cepat ini menyebabkan terjadinya tegangan induksi pada
kumparan sekunder. Tegangan tinggi ini diteruskan ke distributor dan dibagikan
ke tiap-tiap busi sesuai dengan urutan penyalaan (firing order). Salah satu model
sistem pengapian transistor dengan rangkaian lengkap ditunjukkan pada gambar
berikut.
28
29
Pembangkit pulsa model Hall Effect mempunyai tiga buah kabel atau
terminal. Satu kabel merupakan sumber arus untuk dialirkan ke bahan
semikonduktor yang terdapat di dalam system Hall, satu kabel ground, dan satu
kabel adalah output tegangan. Bagian lainnya dari system ini adalah rotor yang
berbentuk bilah dan magnet permanen.
Gambar 3.8. Diagram blok dan skema sistem penggapian Hall effect
c. Sistem Pengapian Model Iluminasi / Cahaya
Pada
sistem
pengapian
iluminasi,
cahaya
dimanfaatkan
untuk
30
sehingga terbentuk medan magnet pada koil. Pada saat transistor OFF, arus
primer terputus sehingga medan magnet dengan cepat hilang yang menyebabkan
terjadinya induksi tegangan tinggi pada kumparan sekunder koil.
31
32
33
b. Kapasitor. Bagian ini berfungsi untuk menyimpan energi listrik yang disuplai
oleh DC to DC converter.
c. Contact point atau pick up coil. Bagian ini berfungsi sebagai pemicu (trigger)
atau penghasil sinyal untuk mengaktifkan thyristor.
d. Amplifier. Bagian ini berfungsi sebagai penguat sinyal yang dihasilkan oleh
bagian pembangkit sinyal sehingga sinyal tersebut cukup kuat untuk
mengaktifkan thyristor.
e. Thyristor switch. Bagian ini berfungsi untuk mengalirkan energi dari kapasitor
ke koil pengapian. Thyristor ini merupakan komponen semikonduktor yang
akan bekerja (ON) oleh adanya pulsa tegangan pada kaki gate-nya. Pada saat
distributor berputar, pulsa tegangan dihasilkan oleh pick up coil. Pulsa ini
dikuatkan oleh amplifier untuk kemudian meng-ON-kan thyristor. Pada saat
ON inilah kapasitor mengeluarkan energinya ke kumparan primer koil.
Kemudian thyristor kembali OFF dan kapasitor terisi kembali.
f. Koil. Koil pengapian dalam hal ini berfungsi sebagai transformator yang
menghasilkan tegangan tinggi untuk disalurkan ke busi.
Metode pembuangan muatan kapasitor untuk menghasilkan tegangan
tinggi sehingga terjadi percikan api pada busi dapat dicapai dengan menyimpan
energi listrik dalam sebuah kapasitor. Apabila saat pengapian sudah tepat dan api
siap untuk dipercikan, thyristor power akan aktif dan membentuk suatu rangkaian
tertutup antara kapasitor dan kumparan primer koil. Kapasitor dengan cepat akan
melepaskan energinya melalui kumparan primer koil. Aliran arus yang sangat
cepat dalam kumparan primer ini akan menyebabkan terjadinya tegangan yang
sangat tinggi pada kumparan sekunder dan tegangan tinggi ini akan disalurkan ke
busi untuk menghasilkan loncatan bunga api di antara elektroda busi (Heisler,
34
1995 : 454). Berikut ini adalah gambar salah satu model sistem pengapian CDI
yang masih menggunakan kontak pemutus.
35
36
37
C. Latihan
1. Diskusikan denga teman anda perbedaan prinsip sistem pengapian CDI
dengan pengapian lainnya.
2.
3.
D. Lembar Kegiatan
Kegiatan pembelajaran ini adalah kegiatan yang utamanya untuk
meningkatkan kemampuan akademik (tidak kemampuan praktik) peserta
sehingga kegiatan yang yang harus dilakukan sesuai dengan yang tertuang
dalam petunjuk belajar di BAB I bagian C.
E. Rangkuman
Sistem pengapian elektronik memamfaatkan kerja transistor untuk
memutus dan mengalirkan arus primer koil. Kerja transistor ini dikontrol oleh pulsa
tegangan yang berasal dari pembangkit pulsa yang telah dikuatkan untuk
mentriger transistor. Sistem pengapian CDI bekerja dengan memanfaatkan kerja
pengisian dan pembuangan muatan kapasitor. Tegangan yang diisikan ke
kapasitor adalah tegangan tinggi (300 500 volt). Pada sistem pengapian ini
tegangan baterai dinaikan oleh rangkaian converter untuk mencapai tegangan
tinggi tersebut. Proses pembuangan muatan kapasitor terjadi pada saat terjadi
rangkaian tertutup kapasitor dan kumparan primer koil melalui thyristor.
F. Tes Formatif
1. Tegangan tinggi sekunder pada sistem pengapian CDI terjadi pada saat
38
B. kapasitor terisi
C. mengisi kapasitor
4. Transistor PNP yang sudah aktif dapat mengalirkan arus yang besar ....
A. dari B ke E
B. dari E ke B
C. dari E ke C
D. dari C ke E
B. magnet
C. kumparan
D. phototransistor
6. Yang langsung memutus arus primer koil pada pengapian elektronik adalah
A. transistor
B. pulsa tegangan
C. thyristor
D. breaker point
B. kumparan
C. transistor
D. rotor
B. transistor
C. hall effect
D. CDI
9. Bilah rotor pada sistem pengapian cahaya digunakan untuk .... kecuali
A. membuka-tutup cahaya
B. mematikan pototransistor
D. mengaktifkan pototransistor
10. Pada sistem pengapian transistor, arus primer koil mengalir pada saat ...
A. transistor ON
B. transistor OFF
C. kunci kontak ON
39
Soal essay :
1. Jelaskan tentang Hall effect
2. Jelaskan kerja dari DC to DC converter
3. Jelaskan proses pengisian dan pembuangan muatan kapasitor pada sistem
pengapian CDI
4. Jelaskan perbedaan atau persamaan proses pembangkitan tegangan tinggi
koil pada sistem pengapian konvensional dan transistor
5. Jelaskan tentang pembangkitan pulsa pada sistem induktif.
40
BAB IV
SISTEM PENGAPIAN TERKONTROL KOMPUTER
A. Kompetensi dan Indikator
Kompetensi dan indikator keberhasilan dalam mempelajari bagian ini
adalah sebagai berikut.
Tabel Kompetensi dan Indikator
Kompetensi
Menguasai system
pengapian
terkontrol computer
Elemen
Kompetensi
Menggambar dan
menjelaskan
diagram
blok
system pengapian
terkontrol computer
(ESA)
Menjelaskan
sensor-sensor pada
system pengapian
terkontrol komputer
Menjelaskan sinyal
yang masuk dan
keluar dari sistem
pengapian
Indikator
Menjelaskan sistem
pengapian
ESA
dengan distributor
Menjelaskan sistem
pengapian
ESA
tanpa distributor /
DLI (distributorless
igniton system)
Menjelaskan sistem
pengapian
direct
ignition
system
(DIS)
41
Menjelaskan prinsip
sistem pengapian
intelegent
Dual
Squential Idgnition
(i-DSI)
distributor
Dapat membedakan sistem pengapian DIS
model independent ignitiondan simultaneous
ignition
Dapat menjelaskan penempatan busi pada
sistem pengapian i-DSI
Dapat menjelaskan prinsip penyalaan pada
kedua busi di sistem pengapian i-DSI
42
43
44
setiap saat baik pada putaran rendah maupun tinggi sehingga tegangan sekunder
selalu tinggi, 6) tachometer signal.
Sinyal Ne dan sinya G merupakan sinyal putaran poros engkol poros nok.
Meskipun ada perbedaan pada sistem pengapian, penggunaan sinyal Ne dan G
konsisten atau sama. Sinyal Ne menunjukkan posisi poros engkol dan putaran
engine. Sinyal G (juga disebut sinyal VVT) memberikan identifikasi posisi tiap
silinder. Dengan membandingkan sinyal G dan sinyal Ne ECM mampu
mengidentifikasi silinder yang sedang melakukan langkah kompresi. Hal ini
diperlukan untuk menghitung sudut poros engkol (sudut saat pengapian), saat
sistem pengapian bekerja. Pengaturan maju mundurnya saat pengapian
dilakukan dengan mengatur sinyal IGT oleh ECU.
saat
pengapian
dilakukan
dengan
mempercepat
atau
45
Kontrol pengapian saat start adalah saat pengapian yang diset pada waktu
yang tetap tanpa memperhatikan kondisi kerja engine dan disebut initial timing
angle (5 100 sebelum TMA). Kontrol saat pengapian setelah start di dalamnnya
meliputi 1) kontrol pengapian saat engine di start, 2) sudut pengajuan pengapian
dasar (basic ignition advence angle), dan 3) kontrol pemajuan pengapian korektif
(didasarkan pada warm up correction, over temperature correction, stable idling
corection, EGR correction, AFR feedback correction, knocking correction, torque
control correction, other correctionn, maximum and minimum advance angle
control)
2. Elelectronic Spark Adavance (ESA) dengan Distributor
Sistem pengapian ini masih menggunakan distributor untuk membagikan
tegangan tinggi dari koil ke tiap busi sesuai dengan urutan penyalaannya (FO =
firing order). Distributor memberikan masukan kepada ECM melalui sinyal Ne dan
G. berdasarkan masukan itu, ECM mengolahnya dan memberikan input kepada
igniter untuk melakukan pengapian. Pengaturan pembagian tegangan tinggi
sepenuhnya dilakukan oleh distributor, pengaturan saat pengapian dilakukan oleh
ECM dengan mengatur sinyal IGT yang masuk ke igniter.
46
dekat
dengan
busi
sehingga
mengurangi
interferensi
listrik
dan
47
48
pada busi. Sistem pengapian DIS dapat digolongkan menjadi dua macam, yaitu
1) independent ignition, satu koil tiap silinder, dan 2) simultaneous ignition, satu
koil untuk dua silinder. Pada model yang kedua, sebuah koil dipasangkan pada
satu busi dan sebuah kabel tegangan tinggi dipasangkan pada busi lainnya.
Loncatan bunga api terjadi pada kedua silinder secara bersamaan.
49
arus primer masing-masing koil. Pengaturan sinyal IGT pada sistem pengapian ini
juga tetap berdasarkan masukan sensor-sensor ke ECM.
busi itu manyala secara berurutan atau bersamaan tergantung dari kondisi kerja
engine. Sistem dapat mengoptimalkan saat pengapian tiap busi berdasarkan
pada putaran dan beban engine. Pembakaran yang intensif pada semua putaran
engine tidak hanya mengotrol knocking tetapi memungkinkan juga penggunaan
rasio kompresi yang lebih tinggi untuk mencapai output yang lebih tinggi dengann
konsumsi
bahan
bakar
yang
lebih
kecil
dibandingkan
dengan
engine
lebih
intensif,
konvensional.
Keuntungan
sistem
ini
adalah
pembakaran
yang
menggunakan dua busi yang dipasang secara diagonal berlawanan satu sama
lain, sangat kompak, ruang bakar yang high-swirl. Setiap pasang busi
memercikan api secara sekuensial dengan interval antara keduannya tergantung
pada putaran dan beban engine. Busi yang terletak dekat saluran masuk menyala
lebih dulu kemudian saat api merambat / propagasi, busi yang dekat pipa buang
Dwi Widjanarko dan Abdurrahman
50
1000 rpm
2000 rpm
51
3000 rpm
5000 rpm
4000 rpm
6000 rpm
Gambar 4.12. Perubahan saat penyalaan busi pada beberapa putaran engine
C. Latihan
1. Gambar dan diskusikan bersama teman diagram blok prinsip kerja sistem
pengapian ESA
2. Analisalah kaitan antara sensor-sensor yang ada pada engine dengan sistem
pengapian
3. Buat analisis jika sinyal IGF tidak keluar dari sistem pengapian.
4. Jelaskan proses penyalaan busi pada sistem pengapian i-DSI.
D. Lembar Kegiatan
Kegiatan pembelajaran ini adalah kegiatan yang utamanya untuk
meningkatkan kemampuan akademik (tidak kemampuan praktik) peserta
sehingga kegiatan yang yang harus dilakukan sesuai dengan yang tertuang
dalam petunjuk belajar di BAB I bagian C.
52
E. Rangkuman
Sistem pengapian terkontrol komputer (ESA) merupakan sistem pengapian
yang proses pemajuan dan pemunduran saat pengapian dikontrol oleh komputer.
Sistem pengapian model ini terdiri dari beberapa model, yaitu sistem pengapian
ESA dengan distributor, sistem pengapian ESA tanpa distributor (DLI), sistem
pengapian langsung (DIS), dan sistem pengapian i-DSI.
F. Tes Formatif
1. Output ECM yang diperlukan sebagai sinyal untuk system pengapian ESA
adalah
A. sinyal IGF
B. sinyal GT
C. pulsa tegangan
D. sinyal Ne
2. Jika ECM menerima sinyal Ne dengan frekuensi yang makin tinggi, maka
A. saat pengapian dimundurkan
5. Berikut adalah peryataan yang benar tentang system pengapian DLI, kecuali
A. FO diatur oleh ECM
D. busi 1 berpasangan
dengan busi 4
6. Pada pengapian ESA, posisi langkah tiap silinder ditentukan berdasarkan
A. sinyal Ne dan G
D. sinyal knocking
7. Prinsip pemajuan saat pengapian pada system ESA dengan distributor, DLI,
dan DIS ..
53
A. sama
B. berbeda
Soal essay :
1. Jelaskan hubungan kerja antara sensor-sensor, ECM, dan system pengapian.
2. Mengapa sinyal IGF dari system pengapian sangat diperlukan oleh ECM?
3. Jelaskan fungsi distributor dalam system pengapian ESA model distributor.
4. Jika system pengapian ESA tidak menggunakan distributor, bagaimana
pengaturan penyalaan atau FO engine tersebut?
5. Jika koil terpasang pada busi seperti pada system pengapian DIS, bagaimana
proses pemutusan dan pengaliran arus primer koilnya?
54
BAB V
SISTEM PENGISIAN BATERAI (CHARGING SYSTEM)
A. Kompetensi dan Indikator
Kompetensi dan indikator keberhasilan dalam mempelajari bagian ini
adalah sebagai berikut.
Tabel Kompetensi dan Indikator
Kompetensi
Menguasai
system
pengisian
konvensional
dan IC
Elemen Kompetensi
Menjelaskan
nama
dan fungsi komponen
sistem
pengisian
model konvensional
dan elektronik
Menggambar
rangkaian
dan
menjelaskan
cara
kerja
sistem
pengisian
model
konvensional
dan
elektronik
Menganalisa
pengaruh kerusakan
komponen
sistem
pengisian
model
konvensional
dan
elektronik
Menentukan
penyebab gangguan
dari
gejala
yang
terjadi
sistem
pengisian
model
konvensional
dan
elektronik (IC)
Indikator
Dapat menjelaskan nama dan fungsi komponen
alternator konvensional.
Dapat menjelaskan nama dan fungsi komponen
serta terminal-terminal regulator konvensional.
Dapat menjelaskan nama dan fungsi komponen
alternator IC.
Dapat menjelaskan nama dan fungsi terminal
regulator IC.
Dapat menggambar rangkaian pengisian model
konvensional.
Dapat menjelaskan cara kerja sistem pengisian
model konvensional
Dapat menggambar rangkaian dasar IC regulator.
Dapat menjelaskan cara kerja rangkaian dasar IC
regulator.
Dapat menjelaskan cara kerja rangkaian sistem
pengisian dengan IC regulator.
Dapat
menganalisa
pengaruh
kerusakan
komponen alternator konvensional terhadap
output sistem pengisian
Dapat
menganalisa
pengaruh
kerusakan
komponen regulator konvensional terhadap output
sistem pengisian
Dapat
menganalisa
pengaruh
kerusakan
komponen alternator IC terhadap output sistem
pengisian
Dapat menganalisa pengaruh kerusakan regulator
IC terhadap output sistem pengisian
Dapat menjelaskan cara menguji regulator IC
pada alternator
Dapat menentukan penyebab gangguan tidak ada
pengisian pada sistem pengisian konvensional
Dapat menentukan penyebab gangguan pengisian
berlebihan pada sistem pengisian konvensional
Dapat menentukan penyebab gangguan pengisian
terlau rendah pada sistem pengisian konvensional
Dapat menentukan penyebab gangguan tidak ada
pengisian pada sistem pengisian IC
55
Mengatasi masalah
sistem
pengisian
model konvensional
dan elektronik
Membedakan
beberapa
macam
sistem
pengisian
model konvensional
dan elektronik
Menjelaskan sistem
pengisian
dengan
alternator tipe tanpa
sikat
(brushless
alternator)
Menentukan
besarnya alternator
yang harus dipasang
pada kendaraan
56
F, N (atau ada juga yang menggunakan P), dan B, dan ada juga alternator
dengan terminal E, F, N, A, dan B. Karena tegangan alternator bervariasi akibat
putaran, maka digunakan regulator yang berfungsi untuk menjaga tegangan
output alternator tetap konstan dengan mengatur besar kecilnya arus listrik atau
kuat lemahnya medan magnet pada kumparan rotor (rotor coil). Regulator ada
dua macam, pertama tipe konvensional atau tipe kontak point, kedua tipe
regulator IC.
57
58
c. Pada putaran sedang, Pl0 lepas dari Pl1 (mengambang) karena medan
magnet pada kumparan voltage regulator (VR) menguat. Arus ke rotor coil
(RC) melewati resistor R sehingga kemagnetan pada RC melemah. Karena
putaran naik, meskipun medan magnet melemah output alternator tetap cukup
untuk mengisi baterai.
d. Kecepatan tinggi. Pl0 menempel dengan Pl2 karena medan magnet pada
kumparan VR makin kuat. Arus dari R langsung ke massa, kemagnetan pada
RC drop. Akibatnya tegangan output pada B alternator turun sehingga medan
magent pada VR juga melemah, Plo lepas lagi dari Pl2. Arus mengalir lagi ke
RC melalui R sehingga kemagnetan pada RC menguat lagi. Pl0 lepas dan
terhubung dengan Pl2 secara periodik tergantung tegangan yang masuk ke
VR sehingga output alternator tetap stabil.
3. Regulator Tipe IC
Dibandingkan dengan alternator yang memakai regulator tipe kontak point,
alternator dengan IC regulator mempunyai keuntungan: tahan terhadap getaran
dan tahan lama, tegangan output lebih stabil, tahanan kumparan rotor lebih kecil
sehingga arus dapat diperbesar. Komponen aktif dalam regulator IC adalah
transistor dan dioda zener. Secara sederhana sistem pengisian non konvensional
dapat digambarkan dengan skema berikut.
59
60
arus picu sehingga Tr1 menjadi off. Dengan demikian arus dari terminal B
alternator tidak dapat mengalir ke rotor coil karena Tr1 off. Akibatnya adalah
medan magnet pada rotor coil drop.
Efek dropnya medan magnet ini menyebabkan output dari stator coil
menjadi drop juga. Apabila tegangan pada terminal B alternator drop dan
harganya kurang dari 14 V, maka ZD menjadi posisi blocking karena tegangan
yang ada kurang dari tegangan kerjanya. Hal ini menyebabkan Tr1 menjadi off,
dan arus dari R1 kembali mengalir ke Tr1 sehingga Tr1 on lagi. Tr1 on
mengakibatkan arus mengalir lagi ke rotor coil dan medan magnet pada rotor coil
akan menguat lagi, sehingga tegangan output alternator akan naik lagi. Bila
tegangan tersebut melebihi 14 V maka proses akan kembali ke (1)*. Proses (1)*
dan (2)* akan terjadi secara terus menerus sehingga tegangan output alternator
akan stabil sekitar 14 V.
(b)
(a)
Gambar 5.5. Alternator kompak dan regulator IC
Konstruksi alternator dengan regulator IC terpasang di dalamnya dan
regulator ICnya dapat dilihat pada gambar 5. Fungsi tiap komponen alternator
kompak ini sama dengan fungsi komponen alternator konvensional. Skema
sistem pengisian dengan regulator IC dapat dilihat pada gambar berikut.
61
62
63
64
terdapat rotor coil. Fungsi untuk menghasilkan medan magnet dipenuhi oleh
kumparan medan (stationary field coiI) yang terpasang di dalam alternator tetapi
tidak bisa berputar. Untuk memenuhi syarat adanya pemotongan medan magnet
saat poros alternator berputar, dipasang rotor pada posos alternator yang dapat
berputar diantara kumparan medan dan stator coil. Akibat putaran rotor di dekat
medann magnet, maka garis-garis gaya magnet dapat berubah-ubah sehingga
pada stator coil terjadi tegangan induksi (AC) yang kemudian disearahkan oleh
dioda seperti pada alternator tipe konvensional.
65
66
pengisian?
b. Pengisian terlalu rendah (undercharge). Dalam hal ini output alternador kurang
dari standar yang ditetapkan (13,8 s/d 14,8 V) sehingga menyebabkan baterai
tekor. Komponen apa sajakah pada regulator di gambar 5.3 dan 5.6 yang dapat
menyebabkan pengisian rendah?
c. Pengisian terlalu tinggi (overcharge). Dalam hal ini output alternador lebih dari
standar yang ditetapkan sehingga menyebabkan baterai panas dan airnya
cepat habis. Komponen apa sajakah pada regulator di gambar 5.3 dan 5.6
yang dapat menyebabkan pengisian terlalu tinggi?
67
300 ...
450 ...<
550... <
675... <
(14V)
<450
550
675
800
45
55
65
75
IN
(A)
800...<850
80
Maka arus minimum yang diperlukan adalah IN = 55A. Jadi alternator yang
digunakan adalah alternator dengan kemampuan mengeluarkan arus 55 A
atau di atasnya.
d. Pengecekan selanjutnya dapat dilakukan menggunakan arus alternator IL pada
saat idle. IL dapat ditentukan dari kurva karakteristik alternator pada putaran nL
pada putaran engine idle, dalam hal ini contoh kecepatan alternator adalah
2000 rpm. Berdasarkan pengalaman praktis, untuk kendaraan penumpang
pada kecepatan engine idle IL harus melebihi arus Iw1 dengan faktor
keamanan 1,3. Iw1 diperoleh dari daya input Pw1 untuk semua beban tetap .
Hal ini untuk menjamin pengisian baterai yang efisien meskipun engine pada
kondisi idle dan dalam menempuh perjalanan pendek. Misalnya, saat idle
alternator menghasilkan arus IL = 36A. Arus Iw1 dihitung dari Pw1 Iw1 =
68
C. Latihan
Kerjakanlah soal-soal berikut secara madiri sampai tuntas, kemudian
diskusikan hasilnya dengan teman lainnya agar jawaban bisa lebih sempurna.
1. Bandingkanlah nama dan fungsi komponen sistem pengisian konvensional
dan IC. Berikan komentar anda.
2. Jelaskan perbedaan atau persamaan rangkaian dan cara kerja rangkaian
sistem pengisian konvensional dan IC. Apa yang bisa anda simpulkan?
3. Analisalah apa yang terjadi apabila kumparan voltage relay putus?
Bagaimana pula jika dioda zener pada regulator IC putus? Apa pendapat
anda?
4. Jika output sistem pengisian berlebihan (overcharge), bagaian mana yang
rusak pada regulator konvensional? Bagian mana juga yang rusak pada
regulator IC jika kasusnya sama? Jelaskan alasan anda.
5. Apa yang dilakukan jika terjadi pengisian rendah pada regulator konvensional
dan IC?
6. Berdasarkan konstruksi dan cara kerjanya, jelaskan keuntungan dan kerugian
penggunaan sistem pengisian konvensional dan IC.
7. Jelaskan bagaimana alternator tanpa sikat dapat bekerja, padahal pada tipe
konvensional fungsi sikat sangat diperlukan untuk mengalirkan arus ke rotor
koil untuk menghasilkan medan magnet. Apakah pada alternator tanpa sikat
tidak memerlukan medan magnet?
8. Jika total power input pada sistem kelistrikan sebesar 500 watt, berapa amper
alternator yang harus dipakai? Apakah aman hasil perhitungan anda itu?
D. Lembar Kegiatan
Kegiatan pembelajaran ini adalah kegiatan yang utamanya untuk
meningkatkan kemampuan akademik (tidak kemampuan praktik) peserta
69
sehingga kegiatan yang yang harus dilakukan sesuai dengan yang tertuang
dalam petunjuk belajar di BAB I bagian C.
E. Rangkuman
Sistem pengisian konvensional menggunakan regulator yang bekerja
secara elektromagnetik untuk mengatur arus yang masuk ke rotor coil untuk
menstabilkan output alternator, sedangkan regulator IC bekerja secara elektronik
untuk mengatur arus yang masuk ke rotor koil. Kerusakan komponen sistem
pengisian dapat menyebabkan gangguan berupa tidak ada pengisian, pengisian
rendah, dan pengisian terlalu tinggi. Menentukan bagian mana yang rusak pada
sistem pengisian jika terjadi masalah, harus didasarkan pada bagaimana kerja
dan fungsi tiap komponen sistem pengisian. Salah satu masalah yang sering
terjadi pada sistem pengisian konvensional adalah sikat (brush) yang cepat habis,
sehingga sekarang muncul alternator yang tidak menggunakan sikat sehingga
kerja dari alternator bisa lebih baik karena arus untuk menghasilkan medan
magnet tidak melalui sikat.
F. Tes Formatif
Soal pilihan ganda :
1. Alternator berfungsi untuk ........
A. menghasilkan arus listrik
B. pengisian berlebihan
C. pengisian rendah
D. pengisian normal
70
B. terminal IG kendor/lepas
C. terminal L kendor/lepas
D. terminal B kendor/lepas
B. kumparan medan
C. rotor coil
9. Jika soket terminal N alternator lepas, maka yang akan terjadi adalah, kecuali
A. lampu CHG menyala
pada sistem
pengisian konvensional.
71
4. Jika pada regulator IC terminal P tidak mendapatkan arus atau putus dari
salah satu ujung kumparan stator, jelaskan efeknya
5. Jelaskan terminal-terminal yang ada pada alternator konvensional dan
alternator IC.
72
DAFTAR PUSTAKA
Bosch, alternator and Starting System
Delco Remi, Brushless Alternator, Delco Remi International, Inc.
Denso, Electrical Equipment brushless alternator service manual
Derato, F.C., 1982, Automotive Ignition System, McGraw-Hill Book Company,
New York.
Heisler, 1995, Advance Engine Technology, Edward Arnold, London
Heywood, J.B., 1989, Internal Combustion Engine Fundamentals, McGraw-Hill
Book Company, New York.
Honda New Zealand Technology Performance iDSI.htm
Hyundai, Engine Electrical, Hyundai Motor Company.
ITC, Sistem Pengisian, Isuzu Training Center, Jakarta.
Sharma, R.P. dan Mathur, M.L., 1980, A Course in Internal Combustion Engine,
Hanpat Rai & Sons, Delhi.
Sullivan, K.R., Automotive Electrical System, Toyota Technical Training, USA.
Step2. Electrical System. Toyota Astra Motor. Jakarta.
73