aktivitasnya
teman-teman Bayt Al-Hikmah sebisa mungkin membagi waktu aktvitas mereka supaya bisa tetap melakukan kajian dan diskusi-
diskusi kecil di Bayt Al-Hikmah. Jum’at (11/09/09) senandung Sholawat dan Barjanji bergema di rumah samping kantor Fahmina
yang merupakan tempat rutin teman-teman Bayt Al-Hikmah mengadakan berbagai kegiatan baik sebelum dan sesudah Ramadhan
ini.Hiruk pikuk orang diluar sana menyiapakan datangnya hari nan fitri (Idul Fitri) dengan Shopping keberbagai Mall yang berada
di kota Cirebon dan teriknya matahari tak menyurutkan semangat mereka. Mereka asyik dengan senandung sholawatan, barjanji
dan semaan Al-Qur’an. Makna idul fitri bukan dari baju baru, sandal baru dan lain-lain, akan tetapi bagaimana implentasi perilaku
dan sensifitas kita terhadap lingkungan sekitar. Jangan sampai kita senang-senang tetapi tetangga kita kekurangan hingga mereka
melakukan hal-hal yang tidak di inginkan.Meski marhabanan sekarang tak banyak kita dengar lagi dalam masyarakat, baik di suro-
Suro (Musola) seolah-olah hampir hilang, oleh karenanya Bayt Al-Hikmah di Ramadhan ini berusaha menghidupkan kembali
tradisi marhabana yang sarat akan makna kebersamaan dan bentuk kecintaan kita terhadap Nabi Muhammad SAW. Harapan
teman-teman Bayt Al-Hikmah marhabanan ini akan terus berjalanan setelah Ramadhan ini usai agar tradisi-tradisi lokal tidak
punah “Ungkap Mba Masyitoh disela-sela waktu istrihata”.
http://malikmughni.blogspot.com/
Banten yang memiliki genealogis (keeratan hubungan) dengan tradisi Islam Kesultanan, kaya dengan adat keislaman lokal.
Beragam tradisi kerap menghias perayaan bertajuk keagamaan. Panjang hias di bulan Maulid (Rabiul Awal) dan pembacaan
Barzanzi, adalah sebagian tradisi khas masyarakat Banten, yang unik.
Panjang mulud, bersama dengan tradisi pembacaan kitab Barzanji atau marhabanan pada malam Maulid Nabi tanggal 12
Rabi’ul Awwal, adalah ritual yang telah diajarkan oleh para alim ulama pendahulu kepada masyarakat Banten secara turun-
temurun (dari generasi ke generasi).
Tidak hanya setiap tahun, tradisi marhabanan juga dilakukan pada setiap malam Jum’at. Tradisi marhabanan ini adalah budaya
warisan (generic culture) yang dilakukan oleh seluruh umat Islam tradisional, terutama bagi pesantren-pesantren tradisional
Indonesia. Inilah kultur generik Islam tradisional Banten yang senantiasa dilakukan oleh umat Islam tradisional Indonesia
setiap tahun sejak masa Syaikh Nawawi al-Bantani hingga sekarang ini.
Terdapat nilai historis yang fungsional dalam tradisi lokal Banten, yakni sejarah perjuangan dalam melawan penjajahan. Di
kalangan tradisional masa lampau –era Syaikh Nawawi dan KH. Wasid,- panjang hias digunakan sebagai sarana pengumpulan
dana perang, demi perjuangan melawan penjajahan Belanda. Marahaban juga berdimensi ganda, selain media silaturrahim dan
pemuasan spiritual, marhabanan dijadikan sarana komunikasi politik para ulama. Saat dan setelah marhabanan, para ulama
membincangkan strategi gerilya yang akan dilakukan.
Kearifan lokal ditengah gamangnya globalisasi
Masyarakat Indonesia cenderung erat mempertahankan adat dan tradisi yang telah diwariskan leluhur. Meski demikian,
masyarakat timur yang santun dan terbuka, tidak menutup diri terhadap akulturasi budaya. Sayangnya, globalisasi budaya yang
minim filtrasi, menghadirkan keniscayaan bahwa generasi muda Indonesia kurang akrab dengan tradisi lokal yang bernilai
positif.
Tradisi sebagai kristalisasi nilai-nilai budaya yang telah dilembagakan dan diwariskan dari generasi kegenerasi, merupakan
modal bagi masyarakat dalam membentuk cosmos (keteraturan ketertiban). Tradisi juga merupakan bentuk eksistensi
masyarakat “akar rumput” dalam struktur sosial dan pemerintahan. Tanpa tradisi, masyarakat lokal yang telah membaur
dengan budaya global, akan mudah terjebak chaos (kekacauan) yang akhirnya meniadakan masyarakat lokal dalam globalitas
struktur sosial.
Di era globalisasi, tentunya, adanya khazanah kultur generik Banten ini, kita semua bersama-sama melakukan penguatan
budaya lokal (reinforcement of local culture) sebagai aset (kekayaan) budaya Islam Banten. Mengingat doktrin globalisasi
neoliberal yang mengajarkan bahwa kompetisi menjadi nilai sentral. Kompetisi merupakan strategi terbaik untuk meraih profit
maksimal sekaligus memeroleh alokasi resources secara optimal. Dan, melihat kenyataan bahwa pergeseran kultur sebagai
proses globalisasi telah melahirkan diferensiasi yang meluas yang tampak dari proses pembentukan gaya hidup dan identitas
baru. Adalah tanggung jawab kita bersama (masyarakat, pemerintah, pemilik modal) untuk tetap meladani perilaku Sayyidina
Muhammad Saw dalam melakukan tradisi panjang hias sebagai aktualisasi ajaran Islam rahmatan li ‘alamin di Banten yang
Islami. Juga, sebagai bentuk respon atas kompetisi global amal ma’ruf nahi munkar di bumi manusia, terutama bumi Banten
. Pewarisan budaya yang sarat nilai dan makna kebajikan dan kebijaksanaan, hampir terputus dan mengarah punah. Karenanya,
perlu penggalangan dan penggalakan kesadaran akan pentingnya mempertahankan tradisi local sebagai bagian dari kekayaan
budaya Indonesia.
Pelestarian tradisi, idealnya didukung oleh seluruh elemen masyarakat, pemerintah, pengusaha, akademisi dan masyarakat
terdidik lainya serta masyarakat umum secara luas yang sadar akan pentingnya pelestarian tradisi. Kita perlu melakukan
penguatan tradisi Islam Banten sebagai kearifan lokal untuk dikenalkan kepada generasi muslim sebagai pewaris ilmu para
alim ulama. Penguatan tradisi Islam Banten dapat direalisasikan dalam bentuk Festival Tradisi Panjang Hias Masyarakat
Banten, atau apapun bentuknya yang mendukung pelestarian tradisi lokal.
Tidak hanya pelestarian yang perlu dilakukan, penggalian makna, konstektualisasi atas kearifan lokal yang berlaku. Dana yang
terhambur dalam setiap perayaan, biasanya diperuntukkan bagi undangan pendatang, di era sekarang, -semestinya- dapat
diberikan kepada para anak yatim dan masyarakat miskin. Pelaku perayaan, sudah tentu harus berasal dari kelas ekonomi atas
dan mengah. Sehingga reaktualisasi makna sedekah di bulan mulud dapat memberi manfaat bagi sesama.
• Ditulis oleh Abdul Malik,
Pengaji di Umbruch Cercle
Psikologi Agama
http://www.mail-archive.com/majelismuda@yahoogroups.com/msg01773.html
Wassalam,
agussyafii
http://mubarok-institute.blogspot.com