Prin NNNNNNNNN NN NNNNNNNNN
Prin NNNNNNNNN NN NNNNNNNNN
BATU BULI-BULI
Oleh :
Adhiningsih Yulianti, S.Ked
022010101004
DAFTAR ISI
BAB I TINJAUAN PUSTAKA ..............................................................
1.1
Definisi ....................................................................................
1.2
Anatomi ....................................................................................
1.3
Etiologi ....................................................................................
1.4
Patofisiologi ............................................................................
1.5
1.6
Pemeriksaan Klinis...................................................................
1.7
1.8
Pengobatan ...............................................................................
12
1.9
Pencegahan .............................................................................
15
16
DAFTAR PUSTAKA
merupakan otot sirkuler, dan yang paling luar adalah longitudinal mukosa vesika
terdiri dari sel-sel transisional yang sama seperti pada mukosa pelvis renalis, ureter
dan uretra posterior. Pada dasar buli-buli kedua muara ureter dan meatus uretra
internum membentuk suatu segitiga yang disebut trigonum buli-buli. Secara anatomis
buli-buli terdiri dari tiga permukaan, yaitu (1) permukaan superior yang berbatasan
dengan rongga peritoneum (2) permukaan inferoinferior dan (3) permukaan posterior.
Gambar
1. Sistem
urinarius
Gambar 2.
Anatomi Buli-buli
Buli-buli
berfungsi
menampung
urin
dari
ureter
dan
kemudian
batu saluran kemih. Dan pekerjaan, penyakit ini sering dijumpai pada orang yang
pekerjaannya banyak duduk atau kurang aktifitasnya.
Batu buli-buli atau vesikolitiasis sering terjadi pada pasien yang menderita
gangguan miksi atau terdapat benda asing di buli-buli yang aktivitasnya sebagai inti
batu. Gangguan miksi terjadi pada pasien-pasien hiperplasia prostat, striktura uretra,
divertikel buli-buli dan buli-buli neurogenik. Pada suatu studi dilaporkan pada pasien
dengan cidera spinal dimana ia mempunyai kelainan neurogenik blader dalam
delapan tahun, 36%nya berkembang menjadi batu buli-buli. Benda asing tersebut
dibedakan menjadi iatrogenic dan non iatrogenik. Benda iatrogenic terdiri dari bekas
jahitan, balon folley kateter yang pecah, kalsifikasi yang disebabkan karena iritasi
balon kateter, staples, uretral stens, peralatan kontrasepsi, prostetik uretral stents.
Noniatrogenik disebabkan adanya benda yang terkandung pada buli-buli seusai
pasien rekreasi atau alasan yang lain. Selain itu batu buli-buli dapat berasal dari batu
ginjal atau batu ureter yang turun ke buli-buli yang banyak dijumpai pada anak-anak
yang menderita kurang gizi atau yang sering menderita dehidrasi atau diare. Infeksi
pada saluran kemih akan mempercepat timbulnya batu. Inflamasi pada buli-buli dapat
disebabkan karena hal sekunder misalnya sinar radiasi atau infeksi shiztomiasis yang
juga merupakan predisposisi batu buli-buli.
Gangguan metabolik juga merupakan faktor predisposisi terjadi pembentukan
batu. Pada pasien ini batu umumnya terbentuk dari bahan calsium dan struvit. Pada
pasien yang mempunya predisposisi dilakukan evaluasi ada tidaknya hal yang
memicu statisnya urin, misalnya BPH. Pada perempuan yang memakai celana ketat,
dan cystocele.
1.4 Patofisiologi
Pada umumnya batu buli-buli terbentuk dalam buli-buli, tetapi pada beberapa
kasus batu buli terbentuk di ginjal lalu turun menuju buli-buli, kemudian terjadi
penambahan deposisi batu untuk berkembang menjadi besar. Batu buli yang turun
dari ginjal pada umumnya berukuran kecil sehingga dapat melalui ureter dan dapat
dikeluarkan spontan melalui uretra.
Gambar 3.
Batu
Buli-buli
Secara
teoritis batu
dapat
terbentuk
diseluruh
saluran
kemih
terutama
pada
tampat-
tempat
yang sering
mengalami
hambatan aliran urine (statis urine), yaitu pada sistem kalises ginjal atau buli-buli.
Adanya kelainan bawaan pada pelvikalises (stenosis uretro-pelvis), divertikel,
obstruksi infravesika kronis seperti pada hyperplasia prostate benigna, striktura, dan
buli-buli neurogenik merupakan keadaan-keadaan yang memudahkan terjadinya
pembentukan batu. Batu terdiri atas kristal-kristal yang tersusun oleh bahan-bahan
organik maupun anorganik yang terlarut di dalam urine. Kristal-kristal tersebut tetap
berada dalam keadaan metastable (tetap terlarut) dalam urine jika tidak ada keadaankeadaan tertentu yang menyebabkan terjadinya presipitasi kristal. Kristal-kristal yang
saling mengadakan presipitasi membentuk inti batu (nukleasi) yang kemudian akan
mengadakan agregasi, dan menarik bahan-bahan lain sehingga menjadi kristal yang
lebih besar. Meskipun ukurannya cukup besar, agregat kristal masih rapuh dan belum
cukup mampu membuntu saluran kemih. Untuk itu agregat kristal menempel pada
epitel saluran kemih (membentuk retensi kristal), dan dari sini bahan-bahan lain
diendapkan pada agregat itu sehingga membentuk batu yang cukup besar untuk
menyumbat saluran kemih. Kondisi metastabel dipengaruhi oleh pH larutan, adanya
koloid di dalam urine, konsentrasi solute di dalam urine, laju aliran urine di dalam
saluran kemih, atau adanya korpus alienum di dalam saluran kemih yang bertindak
sebagai inti batu. Lebih dari 80% batu saluran kemih terdiri atas batu kalsium, baik
yang berikatan dengan oksalat maupan dengan fosfat, membentuk batu kalsium
oksalat dan kalsium fosfat; sedangkan sisanya berasal dari batu asam urat, batu
magnesium ammonium fosfat (batu infeksi), batu xanthyn, batu sistein, dan batu jenis
lainnya. Meskipun patogenesis pembentukan batu-batu diatas hampir sama, tetapi
suasana didalam saluran kemih yang memungkinkan terbentuknya jenis batu itu tidak
sama. Dalam hal ini misalkan batu asam urat mudah terbentuk dalam asam,
sedangkan batu magnesium ammonium fosfat terbentuk karena urine bersifat basa.
Pada penderita yang berusia tua atau dewasa biasanya komposisi batu
merupakan batu asam urat yaitu lebih dari 50% dan batu paling banyak berlokasi di
vesika. Batu yang terdiri dari calsium oksalat biasanya berasal dari ginjal. Pada batu
yang ditemukan pada anak umumnya ditemukan pada daerah yang endemik dan
terdiri dari asam ammonium material, calsium oksalat, atau campuran keduanya. Hal
itu disebabkan karena susu bayi yang berasal dari ibu yang banyak mengandung zat
tersebut. Makanan yang mengandung rendah pospor menunjang tingginya ekskresi
amonia. Anak-anak yang sering makan makanan yang kaya oksalat seperti sayur akan
meningkatkan kristal urin dan protein hewan (diet rendah sitrat).
Batu buli-buli juga dapat terjadi pada pasien dengan trauma vertebra/ spinal
injury, adapun kandungan batu tersebut adalah batu struvit/Ca fosfat. Batu buli-buli
dapat bersifat single atau multiple dan sering berlokasi pada divertikel dari ventrikel
buli-buli dan biasanya berukuran besar atau kecil sehingga menggangu kerja dari
vesika. Gambaran fisik batu dapat halus maupun keras. Batu pada vesika umumnya
mobile, tetapi ada batu yang melekat pada dinding vesika yaitu batu yang berasal dari
adanya infeksi dari luka jahitan dan tumor intra vesika.
1.5 Komposisi Batu
Batu saluran kemih pada umumnya mengandung unsur kalsium oksalat atau
kalsium fosfat, asam urat, magnesium ammonium fosfat, xanthin, sistein, silikat dan
senyawa lainnya. Data mengenai kandungan atau komposisi batu sangat penting
untuk pencegahan timbulnya batu yang residif.
a. Batu Kalsium
Batu ini merupakan batu yang paling banyak ditemukan yaitu sekitar 70- 80%
dari seluruh batu saluran kemih. Adapun kandungannya adalah kalsium oksalat,
kalsium fosfat atau campuran keduanya. Faktor terjadinya batu oksalat adalah sebagi
berikut:
dan panggul, perasaan tidak nyaman tersebut biasa bersifat tumpul atau tajam,
disamping sering menarik-narik penisnya pada anak laki-laki dan menggosok-gosok
vulva pada anak perempuan. Rasa sakit diperberat saat pasien sedang beraktivitas,
karena akan timbul nyeri yang tersensitisasi akibat batu memasuki leher vesika.
Pasien anak dengan batu buli sering disertai dengan priapism dan disertai ngompol.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan vesika urinaria tampak penuh pada
inspeksi, ketika dipalpasi didapatkan blader distended pada retensi akut. Adapun
tanda yang dapat dilihat adalah hematuri mikroskopik atau bahkan gross hematuri,
pyuria, bakteri yang positif pada pemeriksaan kultur urin.
1.7 Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan urin
Pemeriksaan urin sering dilakukan karena tidak mahal dan hasilnya dapat
menggambarkan jenis batu dalam waktu yang singkat. Pada pemeriksaan dipstick,
batu buli berhubungan dengan hasil pemeriksaan yang positif jika mengandung nitrat,
leukosit esterase dan darah. Batu buli sering menyebabkan disuri dan nyeri hebat,
oleh sebab itu banyak pasien sering mengurangi konsumsi air minum sehingga urin
akan pekat. Pada orang dewasa, batu buli akan menyebabkan urin asam. Pemeriksaan
mikroskopis menunjukkan adanya sel darah merah dan pyuria( leukosit), dan adanya
kristal yang menyusun batu buli. Pemeriksaan urin juga berguna untuk memberikan
antibiotik yang rasional jika dicurigai adanya infeksi.
b. Pemeriksaan Imaging
Urografi
Pemeriksaan
radiologis
dapat
memvisualisasikan
saluran kemih
yaitu
dan
ginjal,
urinaria
pemeriksaan
ureter
(KUB).
ini
vesika
Tetapi
mempunyai
kelemahan karena hanya dapat menunjukkan batu yang radioopaque. Batu asam
urat dan ammonium urat merupakan batu yang radiolucent. Tetapi batu tersebut
terkadang dilapisi oleh selaput yang berupa calsium sehingga gambaran akhirnya
radioopaque. Pelapisan adalah hal yang sering, biasanya lapisan tersebut berupa
sisa metabolik, infeksi dan disebabkan hematuri sebelumnya.
Gambar 4. BOF
Gambar 5. IVP
Ultrasonografi (USG)
Batu buli akan terlihat sebagai gambaran hiperechoic, efektif untuk
Gambar 6. USG
CT scan
Pemeriksaan ini dilakukan untuk banyak kasus pada pasien yang nyeri
perut, massa di pelvis, suspect abses, dan menunjukkan adanya batu buli- buli
yang tidak dapat ditunjukkan pada IVP. Batu akan terlihat sebagian batu yang
keruh.
MRI
Sistoskopi
Pada pemeriksaan ini dokter akan memasukkan semacam alat endoskopi
melalui uretra yang ada pada penis, kemudian masuk kedalam blader.
Gambar 7. Sistoskopi
1.8 Pengobatan
a. Konservatif
Terapi ditujukan untuk batu yang ukurannya kurang dari 5 mm, karena
diharapkan batu dapat keluar spontan. Memberikan minum yang berlebihan disertai
diuretik. Dengan produksi air kemih yang lebih banyak diharapkan dapat mendorong
batu keluar dari saluran kemih. Pengobatan simptomatik mengusahakan agar nyeri,
khususnya kolik, yang terjadi menghilang dengan pemberian simpatolitik. Dan
berolahraga secara teratur.
Adanya batu struvit menunjukkan terjadinya infeksi saluran kemih, karena itu
diberikan antibiotik. Batu strufit tidak dapat dilarutkan tetapi dapat dicegah
pembesarannya bila diberikan pengobatan dengan pengasaman urin dan pemberian
antiurease, seperti Acetohidroxamic acid. Ini untuk menghambat bakteri urease dan
menurunkan kadar ammonium urin.
Pengobatan yang efektif untuk pasien yang mempunyai batu asam urat pada
saluran kemih adalah dengan alkalinisasi supaya batu asam yang terbentuk akan
dilarutkan. Pelarutan batu akan terjadi apabila pH urin menjadi lebih tinggi atau
berjumlah 6,2. Sehingga dengan pemberian bikarbonas natrikus disertai dengan
makanan alkalis, batu asam urat diharapkan larut. Potasium Sitrat (polycitra K, Urocit
K) pada dosis 60 mEQ dalam 3-4 dosis perhari pemberian digunakan untuk terapi
pilihan. Tetapi terapi yang berlebihan menggunakan sediaan ini akan memicu
terbentuknya deposit calsium pospat pada permukaan batu sehingga membuat terapi
tidak efektif lagi. Atau dengan usaha menurunkan produksi kadar asam urat air kemih
dan darah dengan bantuan alopurinol, usaha ini cukup memberi hasil yang baik.
Dengan dosis awal 300 mg perhari, baik diberikan setelah makan.
b. Litotripsi
Pemecahan batu telah mulai dilakukan sejak lama dengan cara buta, tetapi
dengan kemajuan tehnik endoskopi dapat dilakukan dengan cara lihat langsung.
Untuk batu kandung kemih, batu dipecahkan dengan litotriptor secara mekanis
melalui sistoskop atau dengan memakai gelombang ultrasonic atau elektrohidrolik.
Makin sering dipakainya gelombang kejut luar tubuh (ESWL = Extracorporeal Shock
Wave Lithotripsy) yang dapat memecahkan batu tanpa perlukaan ditubuh sama sekali.
Gelombang kejut dialirkan melalui air ke tubuh dan dipusatkan di batu yang akan
dipecahkan. Batu akan hancur berkeping-keping dan keluar bersama kemih.
c. Terapi pembedahan
Terapi bedah digunakan jika tidak tersedia alat litotriptor, alat gelombang
kejut atau bila cara non bedah tidak berhasil. Walaupun demikian kita harus
memerlukan suatu indikasi. Misalnya apabila batu kandung kemih selalu
menyebabkan gangguan miksi yang hebat sehingga perlu diadakan tindakan
pengeluarannya. Litotriptor hanya mampu memecahkan batu dalam batas ukuran 3
cm kebawah. Batu diatas ukuran ini dapat ditangani dengan batu kejut atau
sistolitotomi.
1. Transurethral Cystolitholapaxy: tehnik ini dilakukan setelah adanya batu
ditunjukkan dengan sistoskopi, kemudian diberikan energi untuk membuat
nya menjadi fragmen yang akan dipindahkan dari dalam buli dengan alat
sistoskopi. Energi yang digunakan dapat berupa energi mekanik (pneumatic
jack hummer), ultrasonic dan elektrohidraulik dan laser.
2. Percutaneus Suprapubic cystolithopaxy: tehnik ini selain digunakan untuk
dewasa juga digunakan untuk anak- anak, tehnik percutaneus menggunakan
endoskopi untuk membuat
fragmen
batu lebih
1.9 Pencegahan
banyak sehingga urin yang terbentuk tidak kurang dari 1500 ml. pada pasien
dengan batu asam urat dapat digunakan alkalinisasi urin sehingga pH
dipertahankan dalam kisaran 6,5-7, mencegah terjadinya hiperkalsemia yang akan
menimbulkan hiperkalsiuria pasien dianjurkan untuk mengecek pH urin dengan
kertas nitrasin setiap pagi.
I. IDENTITAS PASIEN
Nama
: An. M. I.
Umur
: 2 th
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Berat Badan
: 8 kg
Alamat
Agama
: Islam
Suku
: Jawa
No RM
: 255300
Tgl MRS
Tgl KRS
:-
II. ANAMNESIS
Heteroanamnesis dilakukan pada Ibu pasien pada tanggal 25 Juni 2009
Riwayat Pribadi
Riwayat Pengobatan
Pasien pernah berobat ke mantri dan mendapat obat dalam bentuk sirup
(putih), namun ibu pasien lupa nama obatnya.
Sejak bayi pasien minum ASI sampai berumur 2 tahun. Sehari-hari makanan
yang dikonsumsi pasien adalah nasi dan sayur-sayuran, tersering adalah
bayam dan kacang panjang dengan lauk tempe dan tahu, pasien sangat jarang
mengkonsumsi daging, ikan dan telur.
III. PEMERIKSAAN FISIK
(Dilakukan pada tanggal 25 Juni 2009)
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran
: Composmentis
Vital sign: HR
: 104 x/menit
RR
: 28 x/menit
: 36C
Status generalis:
Kepala:
Mata
Hidung
Telinga
Mulut
Leher:
KGB
Tiroid
Thoraks:
Cor:
I: ictus cordis tidak tampak
P: ictus codis teraba di ICS IV MCLS
P: batas jantung ICS IV PSL dekstra sampai ICS V MCL sinistra
A: S1S2 tunggal
Pulmo:
I: Simetris, tidak ada retraksi
+ +
Oedem
+ +
- - -
Status Lokalis:
Regio suprapubik:
Dengan inspeksi dan palpasi bimanual ditemukan pembesaran vesika urinaria, ada
nyeri tekan.
Regio Flank:
Tidak teraba ginjal, nyeri ketok ginjal (-).
Regio Genetalia Eksterna:
Dalam batas normal, tidak terpasang kateter
Rectal Touche:
Tidak dilakukan
III.
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
Foto BOF: Gas
vesikolitiasis (+)
Gambar 9. BOF
Hasil Laboratorium:
Hematologi
Hb
: 11,2 gr/dl
Lekosit
: 22 x 109 /L
Hitung Jenis
: 1/-/-/45/47/7
Hematokrit
: 37
Trombosit
: 170 x 109 /L
PPT
: 13,4 detik
APTT
: 29,9 detik
Faal Ginjal
Serum Kreatinin
: 0,8
(0,6-1,3) mg/dl
BUN
: 16
(6-20) mg/dl
Urea
: 35
(10-50) mg/dl
Asam Urat
: 7,4
(3,4-7) mg/dl
Faal Hati
SGPT
: 26
SGOT
: 46
Elektrolit
Na
: 129,6
Kalium
: 4,13
Chlorida
: 99,8
Calsium
: 2,34
IV. ASSESMANT
Batu Buli-buli
VI.
PLANNING
Ampicillin 3x1 cth
Parasetamol 3x1 cth
Cek Laboratorium lengkap
Konsul anastesi
Pro Vesikolitotomi
8. Dilakukan sirkumsisi
: sedang
Kesadaran
: composmentis
Vital sign: HR
: 100 x/menit
RR
: 26 x/menit
: 36,5C
: tetap
A : Batu buli-buli
P : Ampicillin 3x1 cth
Parasetamol 3x1 cth
Pro - Vesikolitotomi
Tgl 27 Juni 2009
S: Kalau kencing sakit
O: Keadaan Umum
: sedang
Kesadaran
: composmentis
: 36,2C
: tetap
A : Batu buli-buli
P : Ampicillin 3x1 cth
Parasetamol 3x1 cth
Pro - Vesikolitotomi
Tgl 28 Juni 2009
S: Kalau kencing sakit
O: Keadaan Umum
: sedang
Kesadaran
: composmentis
: 36,4C
: tetap
A : Batu buli-buli
P : Ampicillin 3x1 cth
Parasetamol 3x1 cth
Pro - Vesikolitotomi
Tgl 29 Juni 2009
S: Kalau kencing sakit
O: Keadaan Umum
: sedang
Kesadaran
: composmentis
: 36,5C
: tetap
A : Batu buli-buli
P : Ampicillin 3x1 cth
Parasetamol 3x1 cth
Pro - Vesikolitotomi
Tgl 30 Juni 2009
S: Tidak ada keluhan
O: Keadaan Umum
: sedang
Kesadaran
: composmentis
Vital sign: HR
: 104 x/menit
RR
: 26 x/menit
: 36C
A :
P :
: sedang
Kesadaran
: composmentis
Vital sign: HR
: 104 x/menit
RR
: 26 x/menit
: 36C
A :
P :
: sedang
Kesadaran
: composmentis
Vital sign: HR
: 104 x/menit
RR
: 24 x/menit
: 36C
A :
P :
Potong infus
Inj Antibiotik (Cefotaxim 3x 250mg)
Inj Analgetik (Antrain 3x 250mg)
Urine tampung 750cc/24jam, jernih, darah (-)
Drain 80 cc darah
Diet bebas
Banyak minum
: sedang
Kesadaran
: composmentis
Vital sign: HR
: 100 x/menit
RR
: 24 x/menit
: 36C
: Baik
Kesadaran
: composmentis
: 37C
: Baik
Kesadaran
: composmentis
Vital sign: HR
: 104 x/menit
RR
: 24x/menit
: 37C
Status generalis
Status lokalis
: Baik
Kesadaran
: composmentis
Vital sign: HR
: 108 x/menit
RR
: 26x/menit
: 36,7C
Status lokalis
: Baik
Kesadaran
: composmentis
Vital sign: HR
: 104 x/menit
RR
: 24x/menit
: 36,5C
: Baik
Kesadaran
: composmentis
Vital sign: HR
: 100x/menit
RR
: 24x/menit
: 36,3C
: Baik
Kesadaran
: composmentis
Vital sign: HR
: 104 x/menit
RR
: 24x/menit
: 36,5C
DAFTAR PUSTAKA
1. Basler,
Emedicine
Journal.
Sited
by
5. Sudoyo, A. W., Setiyohadi, B., Alwi, I., dan Setiati, S. 2006. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.