Anda di halaman 1dari 10

TRANSAKSI DERIVATIF DAN ASPEK PERPAJAKANNYA

Darussalam
1. PENDAHULUAN
Banyak peristiwa yang telah mempopulerkan transaksi derivative di dunia. Salah satunya
adalah bangkrutnya Barings Bank (Bank tertua di Inggris) pada tanggal 27 Februari 1995 atas
transaksi kontrak option dan kontrak futures yang dilakukannya terhadap indeks Nikkei 225.
Contoh lain adalah peristiwa yang menimpa Metallgesellschaft yang hampir bangkrut akibat
permainan kontrak futures. Untuk kasus-kasus dalam negeri, tentunya kita masih ingat
bagaimana PT Indah Kiat Pulp & Paper dan PT Tjiwi Kimia dalam tahun 1994 menderita
kerugian akibat transaksi interest rate swap dan forward currency contracts maisng-masing
sebesar AS$35 juta dan AS$12.5 juta. Demikian pula pada tahun 1990, kasus Bank Duta dengan
Dicky Iskandar Dinata-nya yang bermain transaksi valuta asing yang mengakibatkan bank
tersebut menderita rugi sebesarAS$419 juta. Apabila kita lihat peristiwa-peristiwa tersebut
diatas, yang muncul dalam pikiran kita bahwa transaksi dengan menggunakan instrument
derivatif mengandung risiko yang cukup besar. Kenyataan tersebut sesungguhnya tidaklah
mengherankan. Roy Sembel dan Tedy Fardiansyah menyatakan bahwa apabila seseorang
mendengar sesuatu hal tentang derivatif, yag muncul dalam benaknya adalah persepsi negatif,
bahkan ada yang mengibaratkan derivatif sebagai racun. Akan tetapi sesuai dengan tingkat risiko
yang tinggi, instrument derivatif juga memberikan hasil finansial yang tinggi. Berdasrakan
alasan tersebut, banyak pihak yang memakai instrument derivatif untuk tujuan spekulasi (selain
untuk tujuan lindung nilai).

2. SUBSTANSI EKONOMI INSTRUMEN DERIVATIF


Francesca Taylor memberikan definisi intrumen derivatif sebagai berikut:
A derivatif unstrument is one whese performance is based (or devided) on the behavior of
the price an underlying asset (often simply known as the underlying). The underlying
it self does not need to be bought or sold. A premium may be due.
Dengan bahasa yang sederhana, instrument derivatif dpat diartikan sebagai instrument
yang nilainya ditentukan oleh aset lain. Aset yang dijadikan dasar transaksi derivatif dapat
berupa (i) aset finansial (misalnya saham, mata uang, obligasi, suku bunga, dan sebagainya), dan
(ii) aset non-keuangan (barang-barang komoditas seperti karet, kapas, dan sebagainya). Menurut
Bob Reynold, derivatif dapat dikalsifikasikan sebagai:
a. Derivatif berbasis forward (forward-based-derivatives) yang meluputi kontrak futures dan
swap.
b. Derivatif berbasis option (option-based-derivatives), yaitu kontak opsi
Tabel 1 berikut ini memberikan contoh instrument derivatif dan aset yang menjadi dasarnya.
Tabel 1
Instumen Derivatif
Currency futures, currency forward, currency

Aset Dasar (Underlying Asset)


Currency

option, currency swap


Interset rate futures, interest rate forward,

Interest rate

interest rate option, interest swap

Salah satu alasan kemunculan instrument derivatif adalah ketidakpastian dalam


perekonomian, ketidakpastian tersebut tentunya menibulkan suatu resiko tinggi bagi perusahaan.
Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengeliminasi risiko tersebut adalah menggunakan
instrument-instrumen derivatif bekerja untuk dapat menanggulangi suatu risiko tertentu:
2.1 Ilustrasi Instrument Derivatif sebagi Alat Lindung Nilai
Misalkan PT A mempunyai kewajiban dalam mata uang doar sebesar AS$1 juta yang
akan jatuh tempo 3 bulan lagi. Nilai tukar rupiah terhadap AS yang diharapkan (expected price)
pada saat jatuh tempo adalah sebesar Rp 9.000/AS$. Apabila nilai tukar yang diharapkan
(excepted price) sama dengan nilai tukar spot (actual/market price) pada saat jatuh tempo, maka
nilai kewajiban sebesar Rp 9 Miliar (1 juta x Rp 9.000) apabila actual price berbeda dari
excepted price maka kemungkinan yang terjadi adalah sebagai berikut:
Tabel 2
Nilai Tukar Sesungguhnya

( P) Actual Price

( V) = Keuntungan

(Actual/ market price)


(1)
Rp 8.800/AS$
Rp 8.900/AS$
Rp 9.000/AS$
Rp 9.100/AS$
Rp 9.200/AS$

Excepted Price
(2)
(Rp 200)
(Rp 100)
0
Rp 100
Rp 200

(kerugian) akibat P
(3)
Rp 200 juta
Rp 100 juta
0
(Rp 100 juta)
(Rp 200 juta)

Apabila angka-angka tersebut digambarkan dalam bentuk grafik maka akan tampak sebagai
berikut:

200 juta
100 juta
P
(100 juta)
(200 juta)

Profil risiko

Keterangan :
( P) adalah selisih antara excepted price dengan actual / market price
( V) adalah keuntungan atau kerugian bagi perusahaan akibat selisih antara excepted price
dengan actual/market price ( P)
3. FUTURES
Kontrak futures

adalah suatu perjanjian yang meajibkan kedua belah pihak yang

melakukan transaksi, yaitu untuk membeli (long position) atau menjual (short position) suatu
aset dasar (underlying asset) tertentu yang penyerahannya (delivery) dilakukan diwaktu yang
akan dating dengan harga yang telah ditetepkan pada saat kontrak.
Transaksi futures ini pada awal perkembangnannya digunakan dalam perdagangan komoditas
yaitu untuk menjual suatu komoditas (misalnya komoditas pertanian) dari hasil panen di masa

yang akan dating dengan harga yang ditetapkan sekarang. Pada umumnya kontrak futures
diperjualbelikan dalam bentuk yang sudah distandarsisasikan dan dilakukan di bursa (clearing
house). Penentuan tentang kuantitas dan kualitas aset dasar, harga awal (initial futures price),
tanggal jatuh tempo (expiration date), dan margin rekening yang harus disepakati kedua belah
pihak yang melakukan transaksi semuanya dilakukan di bursa. Biasanya kontrak futures
dilakukan dengan cara pembayaran tunai (cash sttlemement) dan bukan melalui penyerahan fisik
aset dasarnya (underlying assets).
4. FORWARD
Pada dasarnya transaksi forward tidak berbeda dengan transaksi futures, perbedaanya
terletak pada tempat perdagangannya. Kontrak futures diperdagangkan diluar bursa (over the
counter), dengan demikian, bentuk dari instrumen forward dapat dibuat sesuai dengan kebutuhan
atau keinginan masing-masing pihak yang melakukan transaksi (biasanya disebut dengan istilah
taylor made).
Harga yang disetujui dalam suati forward contract disebut sebagai delivery price,
tanggal penyerahan disebut maturity/settlement date. Tidak terdapat initial payment pada saat
penandatanganan kontrak. Transaksi forward contract diselesaikan pada tanggal penyerahan,
diamana pembeli wajib untuk menerima aset dasar dan membayar sesuai dengan harga yang
telah disepakati dan penjual wajib menyerahkan aset dasar tersebut dengan harga yang telah
disepakati bersama.

5. SWAP

Swap merupakan transaksi antara dua belah pihak yang sepakat untuk saling menukarkan
arus kas (cash flow) di masa yang akan dating berdasarkan kesepakatan tertentu yang ditetapkan
pada saat dibuang (sekarang).
Transaksi swap biasanya dilakukan oleh bank yang bisa berperan sebagai perantara
atau sebagai lawan transaksi (counter part). Swap biasanya dibuat berdasarkan kondisi yang
diinginkan dan tidak mempunyai bentuk yang baku (tidak distandarisasikan), sehingga transaksi
swap merupakan transaksi diluar bursa (over the counter). Secara garis besar swp terdiri atas
interest rate swap, curreny swap, commodity swap, dan equity swap.
6. OPTION
Opsi (option) merupakan kontrak yang memberikan hak (bukan kewajiban) kepada
pemegang opsi untuk membeli (call option) atau menjual (put option) suatu aset dasar
(underlying asset) pada harga tertentu yang telah ditetapkan pada saat kontrak (strike/exercise
price) atas penyerahan suatu aset dasar tertentu di masa yang akan dating.
Dengan demikian, unsur-unsur definisi dari kontrak opsi tersebut dapat diuraikan sebgai berikut:
1. Pemegang opsi diberi hak (bukan kewajiban) untuk melaksanakan (menjual atau membeli)
aset tertentu.
2. Adanya strike/exercice price (harga pelaksanaan atau penyerahan).
3. Mempunyai tanggal jatuh tempo (untuk European Options dapat di exercise pada saat jatuh
tempo, sedangkan untuk American Options dapat dilaksanakan setiap saat pada periode/masa
kontrak sampai dengan tanggal jatuh tempo).
7. PEMAJAKAN ATAS PENGHASILAN DERIVATIF

Isu-isu yang terkait dengan pemajakan atas penghasilan dari transaksi derivatif pada
dasarnya menyangkut tiga hal berikut ini:
1. Karakteristik penghasilan transaksi derivatif, apakah digolongkan sebagai business income
atau interest?
2. Kapan penghasilan dan kerugian (biaya) dari instrument deruvatif harus diakui?
3. Implikasi Witholding tax atas penghasilan instrument derivatif.
Masalah penentuan karakteristik penghasilan derivatif sangat relevan dalam hal terjadi
transaksi derivatif yang lintas negara (cross border transaction). Artinya, hak pemajakan negara
sumber (source country) akan ditentukan berdasarkan golongan penghasilan derivatif tersebut,
apabila penghasilan derivatif digolongkan sebagai business income maka negara sumber baru
akan berhak mengenakan pajak atas penghasilan derivatif tersebut apabila ada bentuk usaha tetap
di negara sumber tersebut. Sebaliknya, apabila penghasilan derivatif tanpa memerhatikan apakah
ada bentuk usaha tetap atau tidak di negara sumber yang bersangkutan.
Pada dasarnya terdapat tiga pendekatan kapan suatu penghasilan derivatif dikenakan
pajak atau kerugian derivatif diperkenankan sebagai pengurang penghasilan kena pajak:
1. Prinsip Realisasi
Keuntungan atau kerugian dari transaksi derivatif dicatat pada saat terjadinya realisasi, dengan
demikian pemajakan atas transaksi derivatif dilakukakan pada saaat penyelesaian transaksi atau
pada berakhirnya masa kontrak.
2. Prinsip Harga Pasar

Transaksi derivatif akan dinilai berdasrakan harga pasar pada setiap akhir periode tahun buku.
Dengan demikian, pemajakn dilakukan pada saat bersamaan dengan pengakuan penghasilan atau
kerugian transaksi derivatif yang dilaporkan pada tahun buku tersebut. Di Jepang, prinsip harga
pasar ini diterapkan untuk transaksi derivatif yang bukan digunakan sebagai alat lindung.
3. Prinsip Penyesuaian
Pengakuan penghasilan atau kerugian dari transaksi derivatif diselarasakan dengan pengakuan
kerugian atas penghasilan dari aset dasar (underlying asset) yang dilndung nilai. Berdasarkan
prinsip ini apabila instrument derivatif digunakan untuk memberikan lindung nilai maka
pengakuan laba rugi derivatif tersebut menggunakan prinsip penyesuaian. Prinsip ini antara lain
digunakan oleh Belgia dan Jepang.
8. PPh INDONESIA ATAS PENGHASILAN DERIVATIF
Pasal 4 ayat (1) UU PPh mnegatur yang menjadi objek pajak adalah penghasilan yang
unsur-unsurnya terdiri sebagai berikut:
1. Adanya tambahan kemampuan ekonomis (Realization Principle).
2. Tambahan kemampuan ekonomis tersebut telah direalisasikan.
3. Penghasilan yang dikenakan meliputi world-wide income.
4. Penghasilan yang dikenakan meliputi penghasilan untuk tujuan konsumsi maupun untuk
ditabung.
5. Pajak harus dikenakan atas dasar hakikat ekonomi dan tidak didasarkan atas bentuk formalnya
(substance over form).

Dalam UU PPh tidak dapat pengaturan khusus yang mengatur perlakuan perpajakan atas
penghasilan dari transaksi derivatif. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa saat pengakuan
penghasilan dari transaksi derivatif yaitu pada saat realisasinya (realization principle).
Sampai saat ini, ketentuan-ketentuan perpajakan yang mengatur perlakuan perpajakan
atas penghasilan dari transaksi derivatif adalah sebagai berikut:
TABEL 4
Peraturan
SE-51/PJ.22/1986

Tanggal
11 November 1986

Tentang
PPh atas Deposito Berjanggka
dalam Mata Uang Asing Milik
Orang Pribadi dan PPh atas

SE-12/PJ.313/1993

18 Mei 1993

Perjanjian Swap
Perlakuan Pajak Penghasilan
atas Transaksi Forward

S-245/PJ.101/1997
SE-03/PJ.43/1993

21 Mei 1997

Sales Valas
Pemotongan Pajak atas

9 Februari 1998

Transaksi Swap
Perlakuan Perpajakan
Penghasilan Bunga (Bunga
Deposito) terhadap Premi

SE-13/PJ.43/1999
S-300/PJ.42/2003

22 Maret 1999

Swap dan Forward


Perlakuan Perpajakan atas

3 Juni 2003

Stock Option
Perlakuan Pajak Penghasilan
atas Transaksi Derivatif
berupa cross currency interest

rate swap

Anda mungkin juga menyukai