Modul Pelatihan Studi Kelayakan Pembangunan Mikrohidro
Modul Pelatihan Studi Kelayakan Pembangunan Mikrohidro
Modul Pelatihan Studi Kelayakan Pembangunan Mikrohidro
MODUL PELATIHAN
IMIDAP
Integrated Microhydro Development and Application Program
2010
STUDI KELAYAKAN
PEMBANGUNAN MIKROHIDRO
IMIDAP-M-012-2010
MODUL PELATIHAN
STUDI KELAYAKAN
PEMBANGUNAN MIKROHIDRO
Cetakan : 1 2 3 4 5
IMIDAP
Integrated Microhydro Development and Application Program
DIREKTORAT JENDERAL LISTRIK DAN PEMANFAATAN ENERGI
DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
www.djlpe.esdm.go.id
www.imidap.org
2010
DAFTAR ISI
MODUL PELATIHAN
STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN MIKROHIDRO
22
26
41
42
44
vi
MODUL PELATIHAN
STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN MIKROHIDRO
65
84
vii
MODUL PELATIHAN
STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN MIKROHIDRO
92
93
93
viii
94
BAB I
PENDAHULUAN
SILABUS
I. METODOLOGI
1. Tatap Muka : Peserta pelatihan berada dalam satu ruangan untuk
mendapatkan informasi satu arah mengenai PLTMH
dari fasilitator.
2. Multimedia : Peserta pelatihan mendapatkan informasi mengenai
PLTMH melalui
digital, dsb.
3. Diskusi
BAB I. PENDAHULUAN
MODUL PELATIHAN
STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN MIKROHIDRO
Tujuan Pembelajaran
Tujuan Umum
Peserta pelatihan dapat mengetahui serta memahami tahapantahapan dalam melakukan studi kelayakan PLTMH.
Tujuan Khusus
1. Peserta pelatihan dapat mengetahui serta memahami tahap
persiapan dalam studi kelayakan PLTMH.
2. Peserta pelatihan dapat mengetahui dan memahami tahap
penilaian dalam studi kelayakan PLTMH.
Materi Pelatihan
Tahap Persiapan
1. Faktor Utama/Primer
1. Tinggi jatuh (Head)
2. Debit air
3. Jarak beban (konsumen) dari pembangkit
4. Daya terbangkit VS kebutuhan beban
2. Faktor Sekunder
1. Kondisi geografis dan resiko teknis
2. Kondisi sosial ekonomis masyarakat
3. Jenis konsumen/kepadatan
4. Status kepemilikan lahan
5. Pemanfaatan air
6. Dampak terhadap lingkungan sekitar
MODUL PELATIHAN
STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN MIKROHIDRO
Tahap Penilaian
1. Desk studi
2. Survey Lapangan
1. Pre-Feasibility Study (Pra Studi Kelayakan)
2. Feasibility Study (Studi Kelayakan)
3. Detail Engineering Design (DED)
Tujuan Pembelajaran
Tujuan Umum
Peserta pelatihan dapat mengetahui dan memahami berbagai
aspek dalam melakukan studi kelayakan PLTMH.
Tujuan Khusus
1. Peserta pelatihan dapat mengetahui dan memahami aspek
teknis dalam studi kelayakan PLTMH.
2. Peserta pelatihan dapat mengetahui dan memahami aspek non
teknis dalam studi kelayakan PLTMH.
Materi Pelatihan
Aspek Teknis
1. Survai Topografi
2. Pengukuran Tinggi Jatuhan Air (Head)
3. Studi Hidrologi
4. Studi Geologi
5. Studi Konstruksi Sipil
MODUL PELATIHAN
STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN MIKROHIDRO
Tujuan Pembelajaran
Tujuan Umum
Peserta pelatihan dapat mengetahui serta memahami prinsipprinsip dasar penyusunan Rencana Anggaran Biaya
Tujuan Khusus
1. Peserta pelatihan dapat mengetahui standar penyusunan
analisa harga satuan.
2. Peserta pelatihan dapat mengetahui dan memahami berbagai
komponen atau variable biaya.
3. Peserta pelatihan dapat mengetahui dan memahami dasardasar perhitungan volume pekerjaan atau bill of quantity.
4. Peserta pelatihan dapat mengetahui dan memahami
alur
MODUL PELATIHAN
STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN MIKROHIDRO
Materi Pelatihan
1. Standar Analisa Harga Satuan konstruksi
2. Penyusunan Harga satuan
3. Perhitungan Volume pekerjaan atau Bill of Quantity
4. Perhitungan Rencana Anggaran Biaya
Tujuan Pembelajaran
Tujuan Umum
Peserta pelatihan dapat mengetahui dan memahami prinsipprinsip dasar analisa keuangan untuk kelayakan PLTMH.
Tujuan Khusus
1. Peserta pelatihan dapat mengetahui dan memahami konsep
pembuatan analisa keuangan untuk PLTMH.
2. Peserta pelatihan dapat mengetahui dan memahami analisa
keuangan untuk skema isolated dan grid connected.
3. Peserta pelatihan dapat mengetahui dan memahami variable
biaya dari operasional PLTMH beserta resikonya.
4. Peserta pelatihan dapat mengetahui dan memahami
perhitungan pemasukan dari operasional PLTMH.
5. Peserta pelatihan dapat membuat rencana laporan keuangan
PLTMH.
Materi Pelatihan
1. Komponen Laporan Keuangan dan Struktur Laporan
keuangan untuk PLTMH
MODUL PELATIHAN
STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN MIKROHIDRO
BAB II
TAHAP PERSIAPAN PROYEK
2.1
MODUL PELATIHAN
STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN MIKROHIDRO
MODUL PELATIHAN
STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN MIKROHIDRO
MODUL PELATIHAN
STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN MIKROHIDRO
Lingkungan
Apakah keberadaan PLTMH kan menggangu habitat ekologi
sungai dan lingkungan? bisa saja PLTMH yang direncanakan
berada dalam disuatu lokasi konservasi yang dapat mengganggu
hewan dilindungi atau dimungkinkan untuk merusak lingkungan,
sehingga sebaiknya perlu dilakukan penelitian sebelum proyek
dilaksanakan.
2.2
Proses perencanaan sistem PLTMH baik itu untuk proyek baru maupun
rehabilitasi, biasanya terdiri dari beberapa tahap. Isi sebenarnya dari
setiap tahap pada dasarnya hampir sama. Kedalaman topik dan akurasi
dari investigasi, analisis dan perencanaan saja yang lebih meningkat pada
setiap tahapnya.
10
MODUL PELATIHAN
STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN MIKROHIDRO
11
MODUL PELATIHAN
STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN MIKROHIDRO
12
MODUL PELATIHAN
STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN MIKROHIDRO
TUGAS
13
BAB III
INVESTIGASI DAN ANALISA LAPANGAN
3.1.1.1
15
MODUL PELATIHAN
STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN MIKROHIDRO
3.1.1.2
3.1.1.3
16
MODUL PELATIHAN
STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN MIKROHIDRO
3.1.1.4
3.1.1.5
17
MODUL PELATIHAN
STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN MIKROHIDRO
18
MODUL PELATIHAN
STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN MIKROHIDRO
19
MODUL PELATIHAN
STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN MIKROHIDRO
20
MODUL PELATIHAN
STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN MIKROHIDRO
21
MODUL PELATIHAN
STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN MIKROHIDRO
3.1.3.1
Pengukuran debit air dengan current meter atau pelampung disebut juga
pengukuran dengan metoda kecepatan dan luas penampang aliran,
karena yang diukur dalam metoda ini adalah kecepatan dan luas
penampang aliran air. Rumus debit air adalah:
Q =A.v
dengan:
Q = debit air, dalam m/dtk
A = luas penampang aliran air, dalam m
v = kecepatan aliran air, dalam m/dtk.
v = c . (d / t)
dengan:
v = kecepatan aliran air, dalam m/dtk
22
MODUL PELATIHAN
STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN MIKROHIDRO
A = (4 d1 + 2 d2 + 4 d3 + . . . + 4 dn) (w/3)
dengan:
A = luas penampang aliran air, m2
d1, d2,. . . , dn = kedalaman sungai atau saluran air, m
w = lebar interval antar titik pengukuran kedalaman sungai
atau saluran, m.
A = W . drata-rata
dengan:
23
MODUL PELATIHAN
STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN MIKROHIDRO
Gambar 4. Kriteria Disain Weir yang Digunakan dalam Pengukuran Debit Air
24
MODUL PELATIHAN
STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN MIKROHIDRO
Q = 1,8 . (L 0,2 h) . h /
dengan:
Q = debit air yang melalui weir, dalam m/dtk
L = panjang tempat pelimpahan air pada weir (lihat sketsa
di atas), dalam m
h = tinggi air yang melimpah pada weir (lihat sketsa di
atas), dalam m
Q = 1,4 . h 5/2
dengan:
Q = debit air yang melalui weir, dalam m/dtk
h = tinggi air yang melimpah pada weir (lihat sketsa di
atas), dalam m.
Q = 1,9 . L. h /
25
MODUL PELATIHAN
STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN MIKROHIDRO
dengan:
Q = debit air yang melalui weir, dalam m/dtk
L = panjang tempat pelimpahan air pada weir (lihat sketsa
di atas), dalam m
h = tinggi air yang melimpah pada weir (lihat sketsa di
atas), dalam m
= g x Q x H x t
dimana :
3.1.3.2
26
MODUL PELATIHAN
STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN MIKROHIDRO
dilakukan dalam penentuan FDC baik melalui metoda area tadah hujan
maupun metoda korelasi adalah pencatatan debit air, Q (flow, m^3/sec)
pada lokasi intake yang direncana. Hasil plot FDC akan menentukan
kesimpulan perencanaan debit air (Q) yang akan diambil sebagai patokan
dalam perhitungan, dimana Q diambil di bawah FDC.
27
MODUL PELATIHAN
STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN MIKROHIDRO
28
MODUL PELATIHAN
STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN MIKROHIDRO
3.1.5.1
3.1.5.1.1
Bendung
1. Dimensi Bendung.
29
MODUL PELATIHAN
STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN MIKROHIDRO
2. Hidrolis Bendung.
Lebar efektif bendung
Bef = Bt - 2 (nKp + Ka) H1
dimana;
Bef = lebar efektif bendung (m).
Bt = lebar total bendung (m)
n
= jumlah pilar
30
MODUL PELATIHAN
STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN MIKROHIDRO
dimana;
Q
Banjir
= debit banjir.
B sungai
I (slope)
31
MODUL PELATIHAN
STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN MIKROHIDRO
3.
Ps = (s H2 / 2) x ((1-sin% )/(1+sin% ))
dimana ;
Ps = gaya yang terletak pada 2/3 kedalaman dari atas
lumpur, yang bekerja secara horisontal.
s = berat isi lumpur, t/m
h
= dalamnya lumpur, m.
3. Gaya gempa.
Gaya ini tergantung dengan lokasi pekerjaan, yang biasanya
mengacu dengan peta gempa Indonesia. Faktor gempa minimum
adalah 0.1 g (percepatan gravitasi).
32
MODUL PELATIHAN
STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN MIKROHIDRO
4. Berat bangunan.
Berat bangunan bergantung kepada bahan yang dipakai untuk
membuat bangunan itu sendiri, misalnya pasangan batu 2.2 t/m,
beton bertulang 2.4 t/m, dan seterusnya.
5. Reaksi pondasi.
Reaksi pondasi boleh diandaikan berbentuk trapesium dan
tersebar secara linier. Tekanan vertikal pondasi dirumuskan
sebagai berikut :
P
= (W)/A + (W).e.m/I
Di mana;
P
4. Tinjauan Stabilitas
Bendung hasil perencanaan harus aman terhadap bahaya gelincir
(sliding), bahaya guling (overtuning) dan erosi bawah tanah
(piping).
33
MODUL PELATIHAN
STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN MIKROHIDRO
F =
(V-U) =
(H) =
dimana;
L
34
MODUL PELATIHAN
STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN MIKROHIDRO
Rv/L (1 6e/L)
hs
35
MODUL PELATIHAN
STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN MIKROHIDRO
3.
36
MODUL PELATIHAN
STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN MIKROHIDRO
37
MODUL PELATIHAN
STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN MIKROHIDRO
= m . (2.g.z)
Q = v . a. b.
dimana;
Q = debit rencana
v
= x Qn x T
38
MODUL PELATIHAN
STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN MIKROHIDRO
: 0.3
:
:
39
MODUL PELATIHAN
STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN MIKROHIDRO
3.1.5.2
= m.h
40
: 0.590
: 0.468
R = jari-jari hidrolis, m.
: 0.238
P = keliling basah, m.
: 1.970
: 0.80
= tinggi air, m.
: 0.59
: 0 (flume)
w =
: 0.40
tinggi jagaan, m
MODUL PELATIHAN
STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN MIKROHIDRO
w
h
1
m
3.1.5.3
Sesuai dengan keadaan geografis dan geologi setempat, pipa pesat ini
dapat dipasang tanpa penutup disepanjang permukaan tanah atau
dipasang dengan dibungkus beton dalam terowongan di bawah tanah.
Tergantung kepada keadaannya, mungkin juga dirancang pemasangan
dua lajur pipa pesat atau lebih dengan diameter yang lebih kecil,
menggantikan satu lajur pipa pesat berdiameter besar.
Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam perencanaan pipa pesat
yaitu :
1.
2.
metode penyambungan
3.
4.
41
MODUL PELATIHAN
STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN MIKROHIDRO
5. Aksesibilitas
6. Kondisi geografis dan geologi
7. Biaya.
3.1.5.3.1
Pipa pesat (penstock) adalah pipa yang yang berfungsi untuk mengalirkan
air dari bak penenang (forebay tank) menuju ke Rumah Pembangkit
(Power House). Perencanaan pipa pesat mencakup pemilihan material,
diameter penstock, tebal dan jenis sambungan (coordination point).
Pemilihan material berdasarkan pertimbangan kondisi operasi,
aksesibility, berat, sistem penyambungan dan biaya. Diameter pipa pesat
dipilih dengan pertimbangan keamanan, kemudahan proses pembuatan,
ketersediaan material dan tingkat rugi-rugi (friction losses) seminimal
mungkin. Ketebalan penstock dipilih untuk menahan tekanan hidrolik dan
surge pressure yang dapat terjadi.
Tabel 1. contoh perhitungan pipa pesat / penstock :
42
MODUL PELATIHAN
STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN MIKROHIDRO
43
MODUL PELATIHAN
STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN MIKROHIDRO
3.1.5.4
3.1.5.5
44
MODUL PELATIHAN
STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN MIKROHIDRO
45
MODUL PELATIHAN
STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN MIKROHIDRO
3.1.5.6
dinamis dan selalu bergetar, Dalam disain powerhouse, pondasi turbin generator harus dipisahkan dari pondasi bangunan powerhousenya.
Persoalan ini masih ditambah lagi dengan perlunya saluran pembuang di
dalam powerhouse sampai keluar powerhouse. Dalam merencanakan
powerhouse, perlu dipikirkan keleluasaan bongkar pasang turbin
generator, karena bisa dipastikan setiap tahun turbin air harus diperiksa,
artinya akan dibongkar secara berkala.
46
MODUL PELATIHAN
STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN MIKROHIDRO
3.1.6.1
Turbin
Turbin air berperan untuk mengubah energi air (energi potensial, tekanan
dan energi kinetik) menjadi energi mekanik dalam bentuk putaran poros.
Putaran poros turbin ini akan diubah oleh generator menjadi tenaga listrik.
Berdasarkan prinsip kerjanya, turbin air dibagi menjadi dua kelompok:
Pemilihan jenis turbin ini berdasarkan spesifikasi lokasi dan potensi yang
ada.
Tabel 2. Spesifikasi Jenis Turbin
JENIS TURBIN
2 < H < 40
Francis
Pelton
Banki/Cross-flow
Turgo
47
MODUL PELATIHAN
STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN MIKROHIDRO
Metode yang sering dipakai untuk memilih jenis turbin air adalah dengan
menentukan kecepatan spesifiknya. Kecepatan spesifik (Ns), merupakan
suatu istilah yang dipakai untuk mengelompokkan turbin-turbin atas dasar
unjuk kerja dan ukuran perimbangannya.
48
MODUL PELATIHAN
STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN MIKROHIDRO
49
MODUL PELATIHAN
STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN MIKROHIDRO
3.1.6.2
Tujuan
50
MODUL PELATIHAN
STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN MIKROHIDRO
mesin agar selalu berada pada daerah kerja yang diperbolehkan. Semua
peralatan listrik didesain untuk beroperasi pada frekuensi dan tegangan
tertentu. Bila beroperasi pada frekuensi dan tegangan yang berbeda dapat
mengakibatkan peralatan listrik cepat rusak.
Panel kontrol, terdiri dari:
1. Meter frekuensi
2. Meter tegangan
3. Meter arus
4. Meter kWh, meter kW
5. Trafo arus
6. Pemutus daya
7. Penghitung waktu
8. Kontak Bantu, relai daya balik
9. Batang sekering, pemutus daya dengan pemisah lebur
10. Alat penyinkron
11. Pemberhenti darurat
12. Lampu penunjuk kerja pemutus daya (CB)
Berikut ini adalah foto panel control dan perlengkapanya .
51
MODUL PELATIHAN
STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN MIKROHIDRO
3.1.6.3
52
MODUL PELATIHAN
STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN MIKROHIDRO
3.1.6.4
Pembumian
3.1.6.5
53
MODUL PELATIHAN
STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN MIKROHIDRO
Foto 7. Transmisi Daya Mekanik yang menggunakan Pulley, Flat Belt, Kopling dan
Plummer Block Bearing
3.1.6.6
Generator
54
MODUL PELATIHAN
STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN MIKROHIDRO
55
MODUL PELATIHAN
STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN MIKROHIDRO
3.1.7.1
3.1.7.2
Tegangan
Pemilihan Tegangan
sistem transmisi dapat berupa tegangan menengah atau
3.1.7.3
Penghantar
56
MODUL PELATIHAN
STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN MIKROHIDRO
rendah
57
MODUL PELATIHAN
STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN MIKROHIDRO
3.1.7.4
Tiang listrik untuk jaringan tegangan rendah biasanya terdiri dari tiang
tunggal. Tiang-tiang listrik dapat dibuat baja, beton bertulang atau kayu.
dan dibuat dengan sistem konus. Penggunaan kayu untuk tiang listrik
dapat menekan biaya, tetapi memerlukan proses pengawetan karena
kelemahan dari tiang kayu adalah mudah kropos dan mudah patah. Jenis
kayu yang banyak dipakai, terutama untuk jaringan distribusi adalah kayu
Ulin, Rasamala, Jati. Karena kekerasan dan kekuatannya, kayu Ulin dapat
digunakan tanpa diawetkan.
3.1.7.5
58
MODUL PELATIHAN
STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN MIKROHIDRO
Spesifikasi Komponen
1. Tiang
Jenis : tiang beton,
kekuatan : beban kerja 200 daN, sudah diperhitungkan mampu
menahan tarikan penghantar JTM fassa tiga yang digabungkan
dengan JTR Semi Underbuild dan juga mampu menahan beban
trafo maksimum 50 kVA.
Panjang : 9 meter
2. Penghantar
Penghantar almunium senyawa (AAAC). Ketentuan dan syaratsyarat penghantar AAAC ini sesuai dengan SPLN 41-8 : 1981.
Penghantar nominal penghantar 70 mm2.
3. Isolator
Jenis isolator tonggak saluran (line post, ANSI 57-2) atau
59
MODUL PELATIHAN
STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN MIKROHIDRO
60
MODUL PELATIHAN
STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN MIKROHIDRO
61
MODUL PELATIHAN
STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN MIKROHIDRO
Gambar 18. Aksesoris yang biasa digunakan untuk Tiang Jaringan PLTMH
3.1.7.6
Instalasi Rumah
Instalasi rumah biasanya terdiri dari tiga titik lampu dan satu stop kontak.
Pembatas arus menggunakan MCB 1 Ampere untuk daya 220 Watt dan
0,5 Ampere untuk daya 110 Watt. Sebagai media untuk menghitung
jumlah pemakaian listrik oleh konsumen biasanya juga digunakan kWH
meter.
Berikut ini adalah gambar skema instalasi rumah,dapat dilihat pada hal
berikut
62
MODUL PELATIHAN
STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN MIKROHIDRO
3.1.7.7
1.
Perlengkapan Pengaman
Sekering
63
MODUL PELATIHAN
STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN MIKROHIDRO
2.
64
MODUL PELATIHAN
STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN MIKROHIDRO
3.
65
MODUL PELATIHAN
STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN MIKROHIDRO
Dari tahap ini, akan keluar penilaian layak tidaknya dibangun PLTMH
pada lokasi tersebut. Oleh sebab itu, diperlukan kriteria-kriteria dari setiap
kelompok bidang yang ditelaah tersebut. Beberapa contoh kasus akan
menjadi referensi bagi kriteria-kriteria tersebut mengenai layak tidaknya di
suatu lokasi dibangun PLTMH.
66
MODUL PELATIHAN
STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN MIKROHIDRO
67
MODUL PELATIHAN
STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN MIKROHIDRO
68
MODUL PELATIHAN
STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN MIKROHIDRO
69
MODUL PELATIHAN
STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN MIKROHIDRO
70
MODUL PELATIHAN
STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN MIKROHIDRO
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah sumber daya alam yang akan
dimanfaatkan dalam pembangunan PLTMH yang tersedia di desa
tersebut. Sumber-sumber daya tersebut adalah batu, pasir, kayu. Perlu
diperhatikan juga tingkat kesukaran/kemudahan untuk memperoleh
bahan-bahan bangunan tersebut. Dalam pembangunan PLTMH
diperlukan material hasil industri. Bahan-bahan tersebut diantaranya
adalah semen, pipa, kabel, dan perlengkapan listrik. Untuk itu perlu
diketahui tempat memperoleh material tersebut yang paling dekat ke
lokasi dan cara pengangkutannya.
71
MODUL PELATIHAN
STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN MIKROHIDRO
mereka ini yang dianggap sebagai calon konsumen dan menjadi dasar
dalam perhitungan ekonomis pembangunan PLTMH. Calon konsumen
itu menjadi potensial apabila mempunyai kemampuan untuk membayar
energi yang dikonsumsinya itu (berdaya beli).
Ada beberapa hal yang harus diketahui untuk menentukan calon
konsumen yang benar-benar potensial, yaitu : pendapatan dan
pengeluaran penduduk per rumah tangga setiap bulannya, dan nilai
tabungan per keluarga. Informasi yang perlu digali antara lain :
1. Jumlah atau persentase penduduk yang tinggal menetap di desa:
Sebaiknya dipisahkan antara penduduk yang benar-benar
menetap dan bekerja di desa tersebut dengan penduduk yang
hanya sekedar menetap di desa tersebut tetapi mencari
nafkah/bekerja di desa/tempat lain di luar desa.
2. Jenis pekerjaan, dibuat prosentase terhadap jumlah penduduk
yang usia kerja dan penduduk keseluruhan : Ini untuk mengetahui
tingkat beban yang harus ditanggung oleh kelompok usia
kerja/umur produktif.
3. Jumlah penghasilan penduduk per kepala keluarga dan per kapita
per bulan: Penghasilan yang diperoleh ini sebaiknya dipisahkan
antara penghasilan yang didapat karena pekerjaannya dan yang
bukan karena pekerjaannya (warisan, bunga tabungan,
pemberian).
4. Jenis-jenis pengeluaran dan besarnya per bulan: Dibuat
berdasarkan keluarga, masingmasing anggota keluarga, dan
kelompok umur.
5. Jumlah penduduk yang berminat menjadi konsumen: Dibuat data
72
MODUL PELATIHAN
STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN MIKROHIDRO
73
MODUL PELATIHAN
STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN MIKROHIDRO
74
MODUL PELATIHAN
STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN MIKROHIDRO
75
MODUL PELATIHAN
STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN MIKROHIDRO
76
MODUL PELATIHAN
STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN MIKROHIDRO
7. Gender
8. Perubahan-perubahan yang terjadi selama ini (pengaruh apa, lama
perubahan).
77
MODUL PELATIHAN
STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN MIKROHIDRO
78
MODUL PELATIHAN
STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN MIKROHIDRO
TUGAS :
79
BAB IV
PERKIRAAN BIAYA
81
MODUL PELATIHAN
STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN MIKROHIDRO
Setiap lokasi biasanya memilki standar harga material dan upah masingmasing, sumbernya dapat dilihat pada jurnal bahan bangunan, SK.
Gubernur atau data sekunder lainnya yang dapat
dipertanggungjawabkan,
kemudian
82
MODUL PELATIHAN
STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN MIKROHIDRO
Hasil perhitungan analisis harga satuan sesuai jenis pekerjaan dapat dilihat
pada lampiran setiap lokasi rencana pembangunan PLTMH.
83
MODUL PELATIHAN
STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN MIKROHIDRO
Tabel 3. contoh analisis harga satuan pekerjaan :
84
MODUL PELATIHAN
STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN MIKROHIDRO
85
MODUL PELATIHAN
STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN MIKROHIDRO
4.3.1 Engineering
Komponen engineering pada pembangunan PLTMH dialokasikan untuk
86
MODUL PELATIHAN
STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN MIKROHIDRO
87
MODUL PELATIHAN
STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN MIKROHIDRO
4.3.6 Pajak
Komponen pajak dihitung terhadap total pekerjaan meliputi pekerjaan 1,
2, 3, 4 dan 5 di atas. Pajak yang diperhitungkan pada perencanaan ini
adalah PPn sebesar 10%.
88
MODUL PELATIHAN
STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN MIKROHIDRO
89
MODUL PELATIHAN
STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN MIKROHIDRO
TUGAS :
90
BAB V
ANALISA EKONOMI DAN FINANSIAL
= Biaya Investasi
LT
= Akumulasi
91
MODUL PELATIHAN
STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN MIKROHIDRO
92
MODUL PELATIHAN
STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN MIKROHIDRO
93
MODUL PELATIHAN
STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN MIKROHIDRO
energi tahunan yaitu jumlah konsumen dikalikan tarif, dan untuk cash out
flow maka dihitung biaya operasional PLTMH seperti gaji operator,
maintenance mesin, dan biaya pelumas.
94
MODUL PELATIHAN
STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN MIKROHIDRO
2. Ekonomi Makro
Inflasi
Suku bunga pinjaman kornersial 12%-18% pa
Suku bunga deposito 7%
Tingkat resiko penggunaan equity 5%
95
MODUL PELATIHAN
STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN MIKROHIDRO
96
MODUL PELATIHAN
STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN MIKROHIDRO
Tabel 5. Parameter input analisis keuangan
97
MODUL PELATIHAN
STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN MIKROHIDRO
98
MODUL PELATIHAN
STUDI KELAYAKAN PEMBANGUNAN MIKROHIDRO
TUGAS :
99