dE
dT
(11.1)
v
dengan E adalah energi internal padatan yaitu total energi yang ada dalam
padatan baik dalam bentuk vibrasi atom maupun energi kinetik elektronbebas.
b.
dH
dT
(11.2)
p
(11.3)
Panas spesifik (specific heat) adalah kapasitas panas per satuan massa per derajat
K, yang juga sering dinyatakan sebagai kapasitas panas per mole per derajat K.
Untuk membedakan dengan kapasitas panas yang ditulis dengan huruf besar (Cv dan
Cp), maka panas spesifik dituliskan dengan huruf kecil (cv dan cp).
Perhitungan Klasik. Menurut hukum Dulong-Petit (1920), panas spesifik padatan
unsur adalah hampir sama untuk semua unsur, yaitu sekitar 6 cal/mole oK.
Boltzmann, setengah abad kemudian, menunjukkan bahwa angka yang dihasilkan
oleh Dulong-Petit dapat ditelusuri melalui pandangan bahwa energi dalam padatan
tersimpan dalam atom-atomnya yang bervibrasi. Energi atom-atom ini diturunkan
dari teori kinetik gas.
Molekul gas ideal memiliki tiga derajat kebebasan dengan energi kinetik rata-rata
per derajat kebebasan adalah
dimensi adalah
1
k B T sehingga energi kinetik rata-rata dalam tiga
2
3
k B T . Energi per mole adalah
2
E k / mole =
3
3
Nk B T = RT , (N bilangan Avogadro)
2
2
1
k BT
2
(11.4)
dE
= 3R = 5,96 cal/mole o K
dT v
(11.5)
Angka inilah yang diperoleh oleh Dulong-Petit. Pada umumnya hukum Dulong-Petit
cukup teliti untuk temperatur di atas temperatur kamar. Namun beberapa unsur
memiliki panas spesifik pada temperatur kamar yang lebih rendah dari angka
Dulong-Petit, misalnya B, Be, C, Si. Pada temperatur yang sangat rendah panas
spesifik semua unsur menuju nol.
Perhitungan Einstein. Einstein memecahkan masalah panas spesifik dengan
menerapkan teori kuantum. Ia menganggap padatan terdiri dari N atom, yang
masing-masing bervibrasi (osilator) secara bebas pada arah tiga dimensi, dengan
frekuensi fE. Mengikuti hipotesa Planck tentang terkuantisasinya energi, energi tiap
osilator adalah
En = nhf E
136
(11.6)
(11.7)
N E
hf
E
= n n = ( hf / k ET )
E
B
N
N
e
1
n n
(11.8)
Dengan N atom yang masing-masing merupakan osilator bebas yang berosilasi tiga
dimensi, kita dapatka total energi internal
E = 3 NE =
e
3Nhf E
( hf E / k B T )
(11.9)
cv =
hf
dE
e hf E / k B T
= 3Nk B E
2
dt v
k BT e hf E / k B T 1
(11.10)
4f 2
cs3
(11.11)
E=
9N
hf
fD
f D3 0
hf / k B T
f 2 df
(11.12)
dE
dT
T
= 9 Nk B
D
D / T
e x x 4 dx
2
e x 1
(11.13)
atau
cv = 3Nk B D( D / T )
(11.14)
T
D( D / T ) = 3
D
D / T
e x x 4 dx
2
ex 1
(11.15)
Walaupun fungsi Debye tidak dapat diintegrasi secara analitis, namun dapat dicari
nilai-nilai limitnya.
D ( D / T ) 1
D ( D / T )
4 2 T
5 D
jika T
(11.16.a)
jika T << D
(11.16.b)
Dengan nilai-nilai limit ini, pada temperatur tinggi cv mendekati nilai yang diperoleh
Einstein.
cv = 3Nk B = 3R
(11.17)
4 2 T
5 D
= 464,5
D
(11.18)
138
F(E)
1
T=0
T>0
EF
(11.19)
dengan N adalah jumlah elektron per mole. Jadi kontribusi elektron sangat kecil dan
naik secara linier dengan naiknya temperatur.
Panas Spesifik Total. Panas spesifik total adalah
cv total = cv ion + cv elektron
(11.20)
cv
= + AT 2
T
(11.21)
Jika cv/T di plot terhadap T2 akan diperoleh kurva garis lurus yang akan memberikan
nilai dan A.
slope = A
T2
Panas Spesifik Pada Tekanan Konstan, cp. Hubungan antara cp dan cv diberikan
dalam thermodinamika
v2
c p cv = TV
(11.22)
V adalah volume molar, v dan berturut-turut adalah koefisien muai volume dan
kompresibilitas yang ditentukan secara eksperimental.
1 dv
v
v dT
1 dv
v dp T
(11.23)
(11.24)
l dT p
(11.25)
Berikut ini diuraikan analisis koefisien muai panjang dengan menggunakan model
Debye, yang melibatkan kapasitas panas molar cv, kompresibilitas , dan volume
molar V.
v = 3 L =
cv
V
140
(11.26)
L (300oK)
1/oK106
(konst. Gruneisen)
Al
0,22
24,1
2,17
Cu
0,092
17,6
1,96
Au
0,031
13,8
3,03
Fe
0.11
10,8
1,60
Pb
0,32
28,0
2,73
Ni
0,13
13,3
1.88
Pt
0,031
8,8
2,54
Ag
0,056
19,5
2,40
0,034
3,95
1,62
Sn
0,54
23,5
2,14
Tl
0,036
6,7
1,75
Material
Q
dT
= T
A
dx
(11.27)
Tanda minus pada (11.27) menunjukkan bahwa aliran panas berjalan dari temperatur
tinggi ke temperatur rendah. Persamaan konduktivitas panas ini mirip dengan
persamaan konduktivitas listrik di bab sebelunmya.
Konduktivitas thermal dalam kristal tunggal tergantung dari arah kristalografis.
Dalam rekayasa praktis, yang disebut konduktivitas thermal merupakan nilai ratarata konduktivitas dari padatan polikristal yang tersusun secara acak. Tabel-11.2
memuat konduktivitas panas beberapa macam material.
Pada temperatur kamar, metal memiliki konduktivitas thermal yang baik dan
konduktivitas listrik yang baik pula karena transfer panas pada metal berlangsung
karena peran elektron-bebas. Pada material dengan ikatan ion ataupun ikatan
kovalen, di mana elektron kurang dapat bergerak bebas, transfer panas berlangsung
melalui phonon. Walaupun phonon bergerak dengan kecepatan suara, namun
phonon memberikan konduktivitas panas yang jauh di bawah yang diharapkan. Hal
ini disebabkan karena dalam pergerakannya phonon selalu berbenturan sesamanya
T
cal/(cm sec
o
K)
0,53
0,94
0,19
1,00
1,5
0,14
L=T/eT
(volt/oK)2108
2,2
2,23
2,47
2,31
-
(11.28)
Jika L adalah jalan bebas rata-rata elektron, maka transmisi energi per elektron
adalah
E
3
T
L = kB
L
2
x
x
(11.29)
n 3
T
kB
L
3 2
x
(11.30)
Energi thermal yang ditransfer melalui dua bidang paralel tegak-lurus arah x dengan
jarak x pada perbedaan temperatur T adalah
E = T
T
x
142
(11.31)
Q = T
T
Q
atau T =
x
T / x
(11.32)
n
kB L
2
(11.33)
(11.34)
(11.35)
Lo adalah konstanta yang disebut Lorentz number yang hampir sama untuk
kebanyakan metal (lihat Tabel-11.2). Rasio yang didapatkan secara eksperimen
untuk kebanyakan metal sedikit lebih tinggi dari yang diberikan oleh (11.35).
Penyederhanaan Tinjauan. Berikut ini penyederhanaan tinjauan mengenai
konduktivitas thermal, baik yang diperankan oleh elektron maupun phonon.
Elektron dan phonon dibayangkan sebagai gas dengan partikel yang bergerak
dengan kecepatan rata-rata vs. Dalam pergerakan, mereka dipantulkan oleh
terjadinya benturan antar elektron, antar phonon, benturan dengan partikel pengotor,
atau ketidak-sempurnaan kristal. Dalam peristiwa benturan ini mereka memberikan
sebagian energi yang dimiliki sesaat sebelum terjadinya benturan. Dengan asumsi
ini maka konduktivitas thermal padatan dapat dipandang sebagai konduktivitas
thermal dalam gas. Dalam teori kinetik gas, konduktivitas thermal diberikan dalam
relasi
1
T = ncv vs L
3
(11.37)
dengan n adalah kerapatan elektron-bebas atau photon, cv adalah panas spesifik per
elektron atau photon, dan L adalah jarak rata-rata antara benturan.
Dengan persamaan (11.37) ini beberapa gejala konduktivitas thermal material akan
kita lihat. Metal dengan konduktivitas thermal yang secara dominan diperankan oleh
elektron-bebas, seperti misalnya perak dan tembaga, kecepatan maupun jalan bebas
rata-rata elektron berkisar antara 10 sampai 100 kali dibandingkan dengan kecepatan
maupun jalan bebas rata-rata phonon. Akan tetapi panas spesifik elektron hanya
1/100 kali panas spesifik photon. Oleh karena itu persamaan (11.37) untuk material
ini memberikan konduktivitas thermal elektron hanya 10 sampai 100 kali
konduktivitas thermal oleh photon.
Sifat Thermal Material 143
144