Pendidikan Multikultural
Pendidikan Multikultural
Sutarno
Penelaah Materi
Asra
Penyunting Bahasa
M. Yunus
Layout
Arie Susanty
Kata Pengantar
Pendidikan Jarak Jauh (PJJ) memiliki ciri utama keterpisahan ruang dan waktu antara
mahasiswa dengan dosennya. Dalam PJJ, keberadaan bahan ajar memiliki peran
strategis. Melalui bahan ajar, mahasiswa secara mandiri mampu belajar, berefleksi,
berinteraksi, dan bahkan menilai sendiri proses dan hasil belajarnya.
Paket bahan ajar PJJ S1 PGSD ini tidak hanya berisi materi kajian, tetapi juga
pengalaman belajar yang dirancang untuk dapat memicu mahasiswa untuk dapat
belajar secara aktif, bermakna, dan mandiri. Paket bahan ajar ini dikemas secara
khusus dalam bentuk bahan ajar hybrid yang meliputi:
a. Bahan ajar cetak,
b. Bahan ajar audio,
c. Bahan ajar video, serta
d. Bahan ajar berbasis web.
Seluruh paket bahan ajar ini dikembangkan oleh Konsorsium PJJ S1 PGSD yang
terdiri dari 10 Perguruan Tinggi (PT), yaitu Universitas Sriwijaya, Universitas
Katolik Atmajaya, Universitas Pendidikan Indonesia, Universitas Negeri
Yogyakarta, Universitas Negeri Malang, Universitas Muhammadiyah Malang,
Universitas Tanjungpura, Universitas Nusa Cendana, Universitas Negeri Makassar,
Universitas Cendrawasih, Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. HAMKA,
Universitas Pattimura, Universitas Muhammadiyah Makassar, Universitas Negeri
Gorontalo, Universitas Negeri Jember, Universitas Lampung, Universitas Lambung
Mangkurat, Universitas Pendidikan Ganesha, Universitas Mataram, Universitas
Negeri Semarang, Universitas Kristen Satya Wacana, Universitas Negeri Solo, dan
Universitas Haluoleo. Proses pengembangan bahan ajar ini difasilitasi oleh
SEAMOLEC.
Semoga paket bahan ajar ini dapat memberi manfaat bagi semua pihak yang terlibat
dalam penyelenggaraan program PJJ S1 PGSD di tanah air.
Supeno Djanali
NIP. 130368610
Daftar Isi
Kata Pengantar
Daftara Isi .............................................................................................................
Tinjauan Mata Kuliah ..........................................................................................
UNIT 1
i
iv
1.1
Subunit 1
Latihan
Rangkuman
Tes Formatif 1
:
:
:
:
Subunit 2
Latihan
Rangkuman
Tes Formatif 2
:
:
:
:
1.16
1.31
1.33
1.34
UNIT 2
2.1
Subunit 1
Latihan
Rangkuman
Tes Formatif 1
:
:
:
:
Subunit 2
Latihan
Rangkuman
Tes Formatif 2
:
:
:
:
2.13
2.23
2.24
2.25
UNIT 3
: KARAKTERISTIK PENDIDIKAN
MULTIKULTURAL.............................................................
3.1
Subunit 1
3.19
3.37
3.39
3.40
Subunit 3
Latihan
Rangkuman
Tes Formatif 2
3.43
3.54
3.55
3.56
:
:
:
:
UNIT 4
Subunit 1
Latihan
Rangkuman
Tes Formatif 1
4.1
Subunit 2
4.12
4.17
4.18
4.19
Subunit 3
: Problema Pembelajaran Pendidikan Multikultural ............ 4.22
Kunci Jawaban Tes Formatif ............................................................................... 4.26
ii
Daftar Isi
UNIT 5
5.1
5.3
5.14
5.18
5.19
5.21
Subunit 1
UNIT 6
6.1
Sub Unit 1
6.2
Subunit 2
6.5
UNIT 7
7.1
Subunit 1
7.2
Subunit 2
: Penerapan Pembelajaran Berbasis Budaya.............................. 7.6
Daftar Pustaka : .................................................................................................. 7.12
Glosarium
: .................................................................................................. 7.13
Pendidikan Multikultural
iii
Unit
Secara khusus, setelah mempelajari secara mendalam Unit ini Anda diharapkan
dapat
1) Menjelaskan pengertian kebudayaan
2) Menyebutkan unsur-unsur kebudayaan
3) Mengidentifikasi tiga wujud kebudayaan
4) Menjelaskan perbedaan antara lingkungan fisik, sosial dan metafisik
5) Menjelaskan perbedaan antara non budaya dan budaya
6) Mengidentifikasi pranata kebudayaan.
7) Menjelaskan pengertian Pendidikan Multikultural
7) Memerinci dasar Pendidikan Multikultural
8) Menjelaskan tujuan Pendidikan Multikultural
9) Menjelaskan fungsi Pendidikan Multikultural
Untuk tujuan itu, topik-topik yang dibahas dalam Unit 1 ini terdiri dari dua
subunit, yaitu:
1) hakikat kebudayaan,
2) hakikat Pendidikan Multikultural.
Agar dapat memahami hakikat kebudayaan dan Pendidikan Multikultural
secara mendalam, Anda harus membaca secara cermat, menganalisis dan
Pendidikan Multikultural
1-1
mendiskusikan setiap paparan yang disajikan. Jangan lupa, untuk mengecek tingkat
pemahaman atau pengalaman belajar yang telah dimiliki, Anda harus mengerjakan
latihan dan tes formatif yang disajikan pada setiap penggalan subunit dalam Unit ini.
Kemudian dilanjutkan hakikat Pendidikan Multikultural.
Selamat belajar, semoga Anda menjadi cerdas budaya.
1-2
Unit 1
Subunit 1
Hakikat Kebudayaan
udaya merupakan istilah yang banyak dijumpai dan digunakan hampir dalam
setiap aktivitas sehari-hari. Hal ini menunjukkan bahwa budaya begitu dekat
dengan lingkungan kita.
Pada Subunit 1.1 ini anda akan diantarkan untuk memahami apa kebudayaan itu
sebelum memasuki bagian yang lebih khusus lagi yaitu Pendidikan Multikultural.
Pada bagian ini anda akan diajak untuk memahami apa arti kebudayaan menurut para
pakar, unsur-unsur apa saja yang termasuk di dalam kebudayaan, dari wujud apa saja
kita dapat mengenali kebudayaan, lingkungan apa saja yang turut membentuk
kebudayaan, apa yang membedakan antara budaya dan yang bukan budaya, serta apa
saja pranata kebudayaan itu.
Pengertian Kebudayaan
Kata budaya/kultur (culture) dipandang penting karena kata ini membentuk dan
merupakan bagian dari istilah Pendidikan Multikultural. Bagaimana kita
mendefinisikan budaya akan menentukan arti dari istilah Pendidikan Multikultural.
Tanpa kita mengetahui apa arti budaya/kultur, kita akan sangat sulit memahami
implikasi Pendidikan Multikultur secara utuh. Misalnya, jika budaya didefinisikan
sebagai warisan dan tradisi dari suatu kelompok sosial, maka Pendidikan
Multikultural berarti mempelajari tentang berbagai (multi) warisan dan tradisi
budaya. Namun jika budaya didefinsikan sebagai desain kelompok sosial untuk
bertahan hidup dan beradaptasi dengan lingkungannya, maka satu tujuan pendidikan
multikultural adalah untuk mempelajari tentang berbagai kelompok sosial dan desain
yang berbeda untuk hidup dalam masyarakat yang pluralis (Bullivant, dalam Banks,
1993: 29). Nah sekarang kita lanjutkan dengan pembahasan mengenai budaya atau
kebudayaan berikut ini.
Apa yang terlintas pada pikiran Anda bila istilah budaya, kultur atau
kebudayaan itu muncul. Mungkin di pikiran kita terlintas tentang tarian-tarian, adat
istiadat suatu daerah, pakaian adat, rumah adat, lagu-lagu daerah atau ritual
peninggalan masa lalu. Hal ini sangat mungkin berbeda dengan yang dipikirkan oleh
orang Barat ketika mendengar kata yang sama. Di dunia Barat istilah budaya juga
digunakan dalam pengertian yang populer, yaitu budaya tinggi (high culture) untuk
menyebut bidang estetik (keindahan) seperti seni, drama, balet dan karya sastra dan
budaya rendah (low cultur) untuk menyebut seni yang lebih populer seperti musik
pop, dan media massa. Namun ada beberapa ciri khas budaya yang dapat dijadikan
petunjuk untuk memperoleh gambaran tentang definisi budaya.
Pendidikan Multikultural
1-3
Dalam istilah Inggris, budaya adalah culture, yang berasal dari kata Latin
colere yang berarti mengolah, mengerjakan terutama mengolah tanah atau bertani
(Koentjaraningrat, 2000). Hal ini berarti bahwa budaya merupakan aktivitas
manusia, bukan aktivitas makhluk yang lain dan menjadi ciri manusia. Dari sudut
antropologi budaya, mengkategorian temuan artifak yang disebut Pithecanthropus
Erectus, Homo Soloensis sebagai manusia atau bukan, didasarkan pada
kemampuan artifak itu saat hidup dalam menciptakan benda budaya. Misalnya
Pithecanthropus Erectus (manusia kera yang berdiri tegak) yang ditemukan di sungai
Bengawan Solo, Sangiran, Solo oleh sebagian ahli sudah dipandang sebagai
manusia karena dipandang ada hubungan dengan diketemukannya kapak di dekat
Pithecanthroupus Pekinensis yang memiliki ciri sama yang diketemukan di Solo dan
dipandang satu jaman masa hidupnya.
Ibarat sebuah mobil yang dipandang dari berbagai sudut pandang (mesinnya,
harganya, atau potongan bodinya), manusia dapat dilihat dari kedudukannya sebagai
homo humanus, homo socius dan homo educandum.. Humanus berasal dari bahasa
Latin yang berarti lebih halus, berbudaya dan manusiawi. Manusia akan selalu
mencipta, menikmati dan merasakan hal-hal yang bisa membuat dia lebih halus,
berbudaya dan manusiawi. Manusia menyukai musik, menari atau berperilaku sopan.
Semua itu didorong oleh kodratnya sebagai manusia sebagai homo humanus.
Koentjaraningrat menjelaskan peradaban (civilization) itu sebagai bagian dan
merupakan bagian kebudayaan yang halus dan indah seperti kesenian, ilmu
pengetahuan, sopan santun dan sistem pergaulan yang kompleks dalam suatu
masyarakat dengan struktur yang kompleks. Sering juga peradaban dipakai untuk
menyebut suatu kebudayaan yang mempunyai sistem teknologi, seni bangunan, seni
rupa, sistem kenegaraan dan ilmu pengetahuan yang maju dan kompleks.
Selain sebagai makhluk yang berbudaya, manusia juga makhluk yang selalu
berinteraksi dan tidak terlepas dari orang lain (homo socius). Dalam berinteraksi
dengan lingkungannya, manusia menggunakan simbol (homo simbolicum). Manusia
akan banyak menggunakan benda-benda sebagai simbol untuk mengekspresikan
sesuatu. Misalnya, penggunaan simbol berupa kalung salib bagi kelompok agama
Nasrani. Nah sekarang cobalah anda mencari benda-benda yang digunakan sebagai
simbol untuk mengekspresikan sesuatu. Mudah bukan? Anda dapat juga
mengembangkannya dengan mencari contoh perilaku yang didalamnya terdapat
makna simbolik. Dalam berinteraksi dengan orang lain itu ada proses pendidikan
yang berlangsung karena manusia adalah makhluk yang mendidik dan terdidik
(homo educandum).
Menurut Margaret Mead (1901-1978) budaya adalah perilaku yang dipelajari dari
sebuah masyarakat atau sub kelompok. Ada banyak pengertian mengenai
kebudayaan yang dipergunakan. Kluckhohn dan Kroeber mencatat sekitar 175
definisi kebudayaan yang berbeda. Koentjaraningrat mengartikan budaya dalam arti
sempit dan luas. Dalam arti sempit budaya itu adalah kesenian (Koentjaraningrat,
2000). Secara luas, Koentjaraningrat mendefinisikan kebudayaan sebagai
keseluruhan gagasan dan karya manusia yang harus dibiasakannya dengan belajar,
beserta keseluruhan dari hasil budi dan karyanya. Kita lihat, pengertian yang dibuat
oleh Koentjaraningrat itu sangat luas yang mencakup seluruh aktivitas manusia.
1-4
Unit 1
Dengan demikian kita dapat menyimpulkan bahwa budaya itu berkaitan dengan
kata kunci yang mencakup (1) gagasan, (2) perilaku dan (3) hasil karya manusia.
Sebagai pedoman pembahasan kita selanjutnya, pengertian kebudayaan ini
difokuskan pada pendapat Bullivant yang mendefinisikan budaya sebagai program
bertahan hidup dan adaptasi suatu kelompok dengan lingkungannya. Program budaya
terdiri dari pengetahuan, konsep, dan nilai-nilai yang dimiliki oleh anggota kelompok
melalui sistem komunikasi. (Banks, 1993: 8). Kebudayaan juga terdiri dari
keyakinan, simbol, dan interpretasi dalam kelompok manusia. Sebagian besar
ilmuwan sosial saat ini memandang budaya terdiri dari aspek simbolik, ideasional,
dan tidak terlihat (intangible) dari masyarakat manusia. Esensi budaya bukan pada
benda, alat, atau elemen budaya yang terlihat lainnya namun bagaimana kelompok
menginterpretasikan, menggunakan, dan merasakannya. Nilai-nilai, simbol,
interpretasi, dan perspektiflah yang membedakan seseorang dari orang yang lain dari
masyarakat manusia, bukan obyek material dan aspek yang terlihat lainya dari
masyarakat manusia. Orang-orang di dalam suatu kebudayaan biasanya
menginterpretasikan makna simbol, benda dan perilaku menurut cara yang sama atau
yang serupa (Banks, 1993: 8) dan ada kemungkinan orang menginterpretasikan
secara lain pada suatu perilaku yang sama. Semua kebudayaan menggunakan bahasa
tubuh (body language) untuk berkomunikasi. Ada kebudayaan yang lebih banyak
menggunakan bahasa tubuh dibandingkan dengan yang lainnya. Masalah dalam
penggunakan bahasa tubuh untuk komunikasi dapat terjadi jika dua makna yang
bertentangan menggambarkan satu gerakan tubuh. Misalnya di Bulgaria,
menganggukkan berarti tidak dan menggelengkan kepala berarti ya (Axtel,
1995) sedangkan di tempat lain umumnya mengartikan sebaliknya.
Unsur-Unsur Budaya
E.B. Tylor (1832-1917) memandang budaya sebagai kompleksitas hal yang
meliputi pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat istiadat, dan
kemampuan serta kebiasaan lain yang diperoleh manusia sebagai anggota
masyarakat. Sedangkan menurut Raymond Williams (1921-1988) budaya meliputi
meliputi organisasi produksi, struktur keluarga, struktur lembaga yang
mengungkapkan atau mengatur hubungan-hubungan sosial, bentuk komunikasi yang
khas dalam anggota masyarakat. Menurut Claude Levi-Strauss, kebudayaan harus
dipandang dalam konteks teori komunikasi yaitu sebagai keseluruhan sistem simbol
(bahasa, kekerabatan, ekonomi, mitos, seni) yang pada berbagai tingkat
memungkinkan dan mengatur komunikasi (Cremers, 1997: 147). Hal ini karena
manusia adalah homo simbolicum. Kita lihat bahwa budaya diartikan selalu dalam
konteks hubungannya sebagai anggota masyarakat.
Pendidikan Multikultural
1-5
Unit 1
belahan dunia mana pun ada ketujuh unsur itu. Dalam sejarah manusia baik yang
primitif maupun yang modern ke tujuh unsur itu berlaku pada siapapun yang
dinamakan manusia.
Kebudayaan memberi pengetahuan dan ide tentang dan untuk berperilaku.
Artinya, orang harus mengetahui jenis pengetahuan dan ide yang harus digunakan
pada jenis perilaku tertentu yang sesuai (untuk berperilaku) dan juga untuk
memahami perilaku tentang apa yang dia lihat (tentang perilaku).
Misalnya, Anda perhatikan ! Ada kebiasaan orang Tionghoa yang
menggunakan sumpit, yang terbuat dari batangan kayu atau bambu, sebagai alat
pengganti senduk ketika mereka makan. Kita perlu pengetahuan dan ide tentang apa
artinya dan aturan apa yang digunakan untuk menggunakannya. Jika kita adalah
anggota kelompok sosial yang menggunakan sumpit itu, kita akan tahu aturan yang
mendasarinya. Kelompok asing lain hanya dapat melihat perilaku orang Tionghoa
yang menggunakan sumpit atau menanyakannya bagaimana mereka memperoleh
ketrampilan seperti itu dan apa maknanya.
Sekalipun demikian, orang asing itu mungkin tidak mempelajari segala hal
tentang penggunaan sumpit namun bila dia hidup dalam jangka waktu lama dengan
kelompok sosial itu maka ia akan menemukan aturan tentang kesabaran dan etiket
sekitar proses sederhana berupa makan dengan menggunakan sumpit. Ini
menunjukkan pada kita bahwa kebutuhan biologis instingtif untuk memuaskan perut
lapar harus dilakukan menurut cara yang yang terprogram secara berbudaya.
Contoh sumpit juga memperlihatkan bahwa dua jenis perilaku dapat tercakup
dalam rutinitas sehari-hari seperti makan. Pertama, perilaku instrumental
(instrumental behavior), yang dipakai untuk mendapatkan sesuatu dan yang
diprogram oleh pengetahuan instrumental dari budaya. Kedua adalah perilaku
ekspresif (expressive behavior), yang lebih menekankan pada pengekspresian
keyakinan, ide, dan nilai-nilai yang penting. Kesabaran dan etiket bukan hanya
diperlukan jika makan dan jika menunjukkan perilaku instrumental yang relevan,
namun merupakan ekspresi dari petunjuk tentang cara makan, nilai yang ditempatkan
pada makan dan jenis-jenis nilai yang ada seputar makan.
Perilaku ekspresif merupakan bagian penting dari ritual keagamaan. Tidak
mungkin nampak melakukan sesuatu dalam pengertian instrumental, sekalipun
mengekspresikan keyakinan dan ide yang penting Namun sekalipun ritual itu tidak
melakukan apa-apa, namun memiliki fungsi penting dalam membawa kenyamanan
psikhologis. Ritual dapat menjadi cara penting untuk menghilangkan/mengurangi
perasaan frustasi atau kegelisahan saat krisis seperti banjir, gempa, Tsunami, atau
bencana alamiah lainnya. Dengan demikian ritual religius dapat dikatakan memiliki
fungsi instrumental.
Akhirnya penting untuk diingat bahwa pada sebagian besar masyarakat,
program yang demikian memberi sejumlah pilihan dan orang akan mengubah dan
berperilaku secara bebas. Masing-masing individu dapat mengembangkan budaya
pribadi. Kadang-kadang melakukan sesuatu semaunya sendiri menjadi tidak dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungannya (maladaptive) untuk bertahan hidup dan
mereka dapat terisolasi (ingat budaya terutama adalah program bersama).
Pendidikan Multikultural
1-7
Wujud Kebudayaan
Kalau kita perhatikan definisi budaya seperti diuraikan di atas, maka wujud
kebudayaan (Koentjaraningrat, 2000: 5) bisa terdiri dari
1. Wujud idiil (adat tata kelakuan) yang bersifat abstrak, tak dapat diraba.
Terletak di alam pikiran dari warga masyarakat di mana kebudayaan yang
bersangkutan itu hidup, yang nampak pada karangan, lagu-lagu. Fungsinya
adalah pengatur, penata, pengendali, dan pemberi arah kelakuan manusia
dalam masyarakat. Adat terdiri atas beberapa lapisan, yaitu sistem nilai
budaya (yang paling abstrak dan luas), sistem norma-norma (lebih kongkrit),
dan peraturan khusus mengenai berbagai aktivitas sehari-hari (aturan sopan
santun) yang paling kongkrit dan terbatas ruang lingkupnya.
2. Wujud kedua adalah sistem sosial mengenai kelakuan berpola dari manusia
itu sendiri. Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas manusia yang berinteraksi
yang selalu mengikuti pola tertentu. Sifatnya kongkrit, bisa diobservasi.
3. Wujud ketiga adalah kebudayaan fisik yang bersifat paling kongkrit dan
berupa benda yang dapat diraba dan dilihat.
Ketiga wujud dari kebudayaan di atas dalam kenyataan kehidupan masyarakat
tidak terpisah satu dengan yang lain. Kebudayaan idiil memberi arah pada perbuatan
dan karya manusia. Pikiran atau ide dan karya manusia menghasilkan benda
kebudayaan fisik. Sebaliknya kebudayaan fisik membentuk suatu lingkungan hidup
tertentu yang makin lama makin menjauhkan manusia dari lingkungan alamiahnya,
sehingga mempengaruhi pola perbuatan, bahkan juga mempengaruhi cara
berpikirnya.
Unit 1
geografis
Pendidikan Multikultural
1-9
Gambar 1.5 Non Budaya (benda yang belum disentuh aktivitas manusia)
Gambar 1.6 Budaya (benda alamiah yang sudah mendapat campur tangan manusia)
Pendidikan Multikultural
1-11
Pranata Budaya
Pranata (institution) yang ada dalam kebudayaan dikelompokkan berdasarkan
kebutuhan hidup manusia yang hidup dalam ruang dan waktu :
1. Pranata yang bertujuan memenuhi kebutuhan kehidupan kekerabatan (kinship
atau domestic institutions). Misal: perkawinan, pengasuhan anak.
2. Pranata yang bertujuan memenuhi kebutuhan manusia untuk pencaharian
hidup, memproduksi, menimbun dan mendistribusi harta benda (economic
institutions). Contoh : pertanian, industri, koperasi, pasar.
3. Pranata yang bertujuan memenuhi kebutuhan penerangan dan pendidikan
manusia supaya menjadi anggota masyarakat yang berguna (educational
institutions). Contoh : pengasuhan anak, pendidikan dasar, menengah dan
pendidikan tinggi, pendidikan keagamaan, pers.
4. Pranata yang bertujuan memenuhi kebutuhan ilmiah manusia, menyelami
alam semesta (scientific institutions). Contoh : penjelajahan luar angkasa,
satelit
5. Pranata yang bertujuan memenuhi kebutuhan manusia menyatakan
keindahannya dan rekreasi (aesthetic and recreational institutions). Contoh:
batik, seni suara, seni gerak, seni drama, olah raga,.
6. Pranata yang bertujuan memenuhi kebutuhan manusia untuk berhubungan
dengan Tuhan atau dengan alam gaib (religious institutions). Contoh : masjid,
doa, kenduri, upacara, pantangan, ilmu gaib.
7. Pranata yang bertujuan memenuhi kebutuhan jasmaniah manusia (somatic
institutions). Contoh : perawatan kecantikan, pemeliharaan kesehatan,
kedokteran. (Koentjaraningrat, 2000).
Nah sekarang, anda coba buka CD anda. Masuk dalam kategori pranata yang mana
kegiatan di Papua itu.
Latihan
Sampai di sini dulu pembahasan mengenai pengertian kebudayaan. Sebelum
dilanjutkan pada Subunit 1.2 mengenai Hakikat Pendidikan Multikultural maka
untuk lebih memantapkan pemahaman dan daya analisis Anda terhadap beberapa
pengertian kebudayaan, terlebih dahulu silakan Anda mengerjakan beberapa latihan
berikut ini.
1) Kemukakan pengertian kebudayaan dilihat dari segi asal kata (bahasa) ?
2) Sebutkan unsur-unsur kebudayaan kebudayaan ?
3) Cobalah anda identifikasi adanya tiga wujud kebudayaan ?
4) Bedakan antara budaya dan non budaya Lengkapi masing-masing dua contoh
sehingga nampak jelas perbedaan antara keduanya ?
Pendidikan Multikultural
1-13
Rangkuman
Dilihat dari segi bahasa, kebudayaan berasal dari bahasa Inggris yaitu culture.
Culture berasal dari bahasa Latin yaitu : colere artinya mengolah, mengerjakan
terutama mengolah tanah atau bertani. Koentjaraningrat membagi dua pengertian.
Kebudayaan dalam arti sempit yaitu kesenian dan kebudayaan dalam arti luas yaitu
sebagai keseluruhan gagasan dan karya manusia yang harus dibiasakannya dengan
belajar, beserta keseluruhan dari hasil budi dan karyanya.
Unsur-unsur kebudayaan yang universal adalah :
1. Sistem religi dan upacara keagamaan.
2. Sistem dan organisasi kemasyarakatan.
3. Sistem pengetahuan
4. Bahasa
5. Kesenian
6. Sistem mata pencaharian hidup.
7. Sistem teknologi dan peralatan.
Tiga wujud kebudayaan terdiri dari wujud idiil yang abstrak, sistem sosial yang
berupa kelakuan berpola manusia, kebudayaan fisik yang berupa benda kongkrit.
Lingkungan yang dapat mempengaruhi kelompok-kelompok sosial terdiri dari :
lingkungan fisik, sosial dan lingkungan metafisik.
Budaya adalah segala sesuatu yang ada campur tangan manusia, sedangkan
non budaya adalah segala sesuatu yang diciptakan oleh Tuhan yang belum mendapat
sentuhan aktivitas manusia.
Pranata Budaya dikelompokkan berdasarkan kebutuhan hidup manusia yang
hidup dalam ruang dan waktu yaitu : Pranata domistik dan kekerabatan, ekonomi,
pendidikan, ilmiah, estetik dan rekreasi, religius, dan somatik/jasmaniah
1-14 Unit 1
Tes Formatif 1
Pilihlah satu jawaban yang paling tepat dari beberapa alternatif jawaban yang
disediakan!
1) Budaya berasal dari kata Colere, yang artinya mengolah, mengerjakan. Colere
berasal dari bahasa
a. Inggris
b. Belanda
c. Sanskerta
d. Latin
2) Kebudayaan sebagai keseluruhan gagasan dan karya manusia yang harus
dibiasakannya dengan belajar, beserta keseluruhan dari hasil budi dan karyanya.
Pengertian ini kemukakan oleh :
a. E.B. Taylor
b.Koentjaraningrat.
c. Margaret Mead
d.Bullivant
3) Unsur kebudayaan yang paling abstrak dan sulit diubah adalah
a. Sistem religi dan upacara keagamaan.
b.Sistem dan organisasi kemasyarakatan.
c. Sistem teknologi dan peralatan.
d.Sistem mata pencaharian hidup.
4) Hukum waris adalah contoh kongkrit dari unsur kebudayaan : :
a. Sistem religi dan upacara keagamaan.
b.Sistem dan organisasi kemasyarakatan.
c. Sistem teknologi dan peralatan.
d.Sistem mata pencaharian hidup.
Pendidikan Multikultural
1-15
1-16 Unit 1
10) Manusia secara kodrati berusaha untuk lebih manusiawi, lebih halus dan lebih
berbudaya. Dalam hal ini manusia berkedudukan sebagai :
a. Homo socius
b. Homo educandum
c. Homo humanus
d. Homo ludens.
Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 1 yang
terdapat di bagian akhir Unit ini. Hitunglah jawaban Anda yang benar. Kemudian
gunakan rumus di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap
materi.
Rumus:
Jumlah Jawaban yang benar
Tingkat penguasaan = ---------------------------------- X 100 %
10
Pendidikan Multikultural
1-17
Subunit 2
Hakikat Pendidikan Multikultural
eperti telah dibahas dalam Subunit 1 kebudayaan pada hakikatnya adalah
program bertahan hidup dan beradaptasi dengan lingkungan; dan kebudayaan
bisa berwujud gagasan, sistem sosial/perilaku dan hasil karya (benda fisik).
Gender
Religi/Agama
Usia
Perilaku
Siswa
Berkebutuhan
Khusus
Status sosial
ekonomi
Jenis identitas
budaya
Ras
Bahasa
Ketika membahas multikultural atau studi budaya lainnya, maka konsep ethic
dan Emic akan selalu muncul. Ethic dan emic sebenarnya merupakan istilah
1-18 Unit 1
anthropologi yang dikembangkan Pike (1967). Istilah ini berasal dari kajian
anthropologi bahasa, yaitu Phonemics yang merupakan studi yang mempelajari suara
unik pada bahasa tertentu dan Phonetics atau studi yang mempelajari bunyi-bunyian
yang ditemukan pada semua bahasa (universal) pada semua budaya. Pike memakai
istilah Emic dan Ethic untuk menjelaskan dua sudut pandang dalam mempelajari
perilaku multikultural. Ethic adalah sudut pandang dalam mempelajari budaya dari
luar sistem budaya itu, dan merupakan pendekatan awal dalam mempelajari suatu
sistem budaya yang asing. Sedangkan emic sebagai sudut pandang merupakan studi
perilaku dari dalam sistem budaya tersebut (Segall, 1990). Ethic adalah aspek
kehidupan yang muncul konsisten pada semua budaya, emic adalah aspek kehidupan
yang muncul dan benar hanya pada satu budaya tertentu. Jadi, Ethic menjelaskan
universalitas suatu konsep kehidupan sedangkan emic menjelaskan keunikan dari
sebuah konsep budaya (Matsumoto, 1996).
Pemahaman kedua konsep ini sangat penting dan menjadi dasar dalam
memahami budaya dalam Pendidikan Multikultural. Sebuah perilaku manusia kita
akui kebenarannya sebagai sebuah ethic, maka dapat dikatakan bahwa perilaku
manusia tersebut adalah universal, termasuk dalam kebenarannya. Hasil penelitian
yang dapat dilakukan dapat digeneralisasi dan dijadikan dasar dalam penelitian
selanjutnya. Misalnya ekspresi tertawa pada semua budaya untuk mengekspresikan
rasa senang. Sebaliknya sebuah perilaku atau nilai hanya diketemukan pada satu
budaya dan hanya benar pada budaya tersebut, dalam studi Pendidikan Multikultural
tidak boleh digeneralisasi dan hanya berlaku pada satu budaya tersebut saja.
Misalnya suku Dayak di Kalimantan yang memenggal kepala (perilaku) setiap
musuh yang dibunuh atau suku Indian yang mengambil kulit kepala dari musuhnya
yang telah meninggal adalah satu perilaku emic yang khas dan benar hanya pada
budaya tersebut. Perilaku khas Suku Dayak itu tidak dapat digeneralisir dalam
analisa untuk menjelaskan perilaku seluruh suku di Indonesia.
Ada persepsi umum yang berlaku bahwa orang muda harus menghormati yang
lebih tua. Karena menjalani status sosial sebagai abdi dalem di keraton Jogja dan
Solo, maka orang akan dengan rela berjalan dengan posisi lebih rendah (seperti
berjongkok) sebagai wujud penghormatan terhadap rajanya. Di kalangan suku
tertentu ada yang menempatkan posisi wanita di belakang laki-laki. Suku Jawa yang
memandang wanita sebagai tiyang wingking (tiyang = orang, wingking =
belakang) harus dipersepsi sebagai pihak yang memberi dukungan pada sang suami.
Persepsi umum di suku lain melihat ada yang melihat perilaku wanita Bali yang
menjadi tukang batu dipandang sebagai melanggar emansipasi wanita, tetapi justru di
kalangan wanita Bali tindakan mereka itu dipandang membantu sang suami dan
bukan dipandang sebagai pelanggaran hak wanita. Suku Tracia di Bulgaria (Eropah)
dan sebuah suku di Costa Rica, Amerika Latin menyambut kelahiran bayi dengan
bersedih sementara di tempat lain justru di terima dengan penuh kebahagiaan. Warga
Kolok, Bengkala, Buleleng, Bali ada yang menggunakan bahasa isyarat.dalam
pergaulannya karena hampir 2 % (48 orang di antara 2.894 jiwa) penduduknya bisu
tuli (ANTV, 24 Januari 2007). Nilai yang dipandang tinggi dari suku ini adalah
kejujuran karena keterbatasan dalam berbahasa ini. Bahasa Jawa terdiri dari bahasa
Krama Inggil, Krama Madya dan Ngoko sebagai wujud penghormatan terhadap
Pendidikan Multikultural
1-19
kalangan tertentu. Misalnya untuk menyebut tidur bisa berbeda penerapan bahasa
(Bapak Sare = krama inggil, Mas tilem = krama madya, adik turu = ngoko).
Ada hubungan antara pandangan hidup dan gaya hidup dalam masyarakat
tertentu di tanah air ini. Kita ambil contoh, orang Tionghoa memiliki gaya hidup
yang hemat demi mempersiapkan masa depan yang lebih baik. Orang tua kelompok
ini selalu menasehati anaknya agar selalu menabung 250 rupiah tiap 1000 rupiah
uang yang didapatnya, bagaimana pun caranya. Mereka memiliki gaya hidup yang
hemat, bukan pelit.
Cobalah Anda cari contoh untuk variabel yang lain di berbagai daerah dan berbagai
suku di tanah air!
Pendidikan Multikultural merupakan suatu rangkaian kepercayaan (set of
beliefs) dan penjelasan yang mengakui dan menilai pentingnya keragaman budaya
dan etnis di dalam membentuk gaya hidup, pengalaman sosial, identitas pribadi,
kesempatan pendidikan dari individu, kelompok maupun negara (Banks, 2001). Di
dalam pengertian ini terdapat adanya pengakuan yang menilai penting aspek
keragaman budaya dalam membentuk perilaku manusia.
Lebih lanjut, James A. Banks dalam bukunya Multicultural Education,
mendefinisikan Pendidikan Multikultural sebagai berikut:
Multicultural education is an idea, an educational reform movement, and a process whose
major goal is to change the structure of educational institutions so that male and female
students, exceptional students, and students who are members of diverse racial, ethnic, and
cultural groups will have an equal chance to achieve academically in school (Banks, 1993: 1)
1-20 Unit 1
Pendidikan Multikultural
1-21
kebijakan lembaga yang mengharuskan untuk membayar uang pangkal yang mahal
untuk bisa masuk dalam kelompok sekolah favorit itu. Ada kebijakan yang
dipandang tidak adil bagi golongan Tionghoa karena ada diskriminasi terhadap
kelompok mereka sehingga mereka hanya berkecimpung di bidang yang sangat
terbatas, misalnya dagang, pengacara, dokter dan mengalami kesulitan berkarier di
bidang ketentaraan dan pemerintahan. Mereka dan sebagian warga negara asing
lainnya sulit mendapatkan status kewarganegaraan bagi anak-anak mereka sebelum
tahun 2006. Ada keluhan di kalangan atlit bulutangkis untuk dimasuki golongan
pribumi karena sudah didominasi oleh warga keturunan Cina. Warga dari Suku Anak
Dalam di Lampung kurang mendapat kesempatan memperoleh pendidikan yang
memadai karena karakteristik budaya mereka yang unik dan tinggal di daerah
pedalaman.
Pendidikan Multikultural bisa muncul berbentuk bidang studi, program, dan
praktek yang direncanakan lembaga pendidikan untuk merespon tuntutan, kebutuhan
dan aspirasi berbagai kelompok. Sebagaimana ditunjukkan Grant dan Sleeter,
Pendidikan Multikultur bukan sekedar merupakan praktek aktual satu bidang studi
atau program pendidikan semata, namun mencakup seluruh aspek pendidikan. Pada
unit selanjutnya, akan dibahas mengenai hal ini.
(3) proses pendidikan.
Pendidikan Multikultural juga merupakan proses (pendidikan) yang tujuannya
tidak akan pernah terrealisasikan secara penuh. Pendidikan Multikultural adalah
proses menjadi. Pendidikan Multikultural harus dipandang sebagai suatu proses yang
terus-menerus (an ongonging process), dan bukan sebagai sesuatu yang langsung
bisa tercapai. Tujuan utama dari Pendidikan Multikultural adalah untuk memperbaiki
prestasi secara utuh bukan sekedar meningkatkan skor.
Persamaan pendidikan, seperti juga kebebasan dan keadilan, merupakan ide
umat manusia yang harus dicapai dengan perjuangan keras namun tidak pernah dapat
mencapainya secara penuh. Ras, gender, dan diskriminasi terhadap orang yang
berkebutuhan akan tetap ada sekalipun kita telah berusaha sekeras mungkin
menghilangkan masalah ini. Jika prasangka dan diskriminasi dikurangi pada suatu
kelompok, biasanya keduanya terarah pada kelompok lain atau mengambil bentuk
yang lain. Karena tujuan Pendidikan Multikultur tidak akan pernah tercapai secara
penuh, kita seharusnya bekerja secara kontinyu meningkatkan persamaan pendidikan
untuk semua siswa (educational equality for all students).
Sejalan dengan pemikiran dari Banks di atas, Gorski menyimpulkan bahwa
sejak konsep paling awal muncul pada tahun 1960-an, pendidikan multikultural telah
berubah, difokuskan kembali, dan dikonseptualisasikan kembali. Pendidikan
multikultural berada di dalam kondisi perubahan baik teoritis maupun praktek
sehingga jarang ada dua pengajar atau ahli pendidikan yang memiliki definisi yang
sama tentang pendidikan multikultural. Seperti halnya dalam suatu dialog
pendidikan, individu cenderung mengubah konsep untuk disesuaikan dengan fokus
tertentu. Beberapa di antaranya membahas pendidikan multikultural sebagai suatu
perubahan kurikulum, mungkin dengan menambah materi dan perspektif baru. Yang
1-22 Unit 1
lain berbicara tentang isu iklim kelas dan gaya mengajar yang dipergunakan
kelompok tertentu. Yang lain berfokus pada isu sistem dan kelembagaan seperti
jurusan, tes baku, atau ketidak cocokan pendanaan antara golongan tertentu yang
mendapat jatah lebih sementara yang lain kurang mendapat perhatian. Yang lain lagi
melihat perubahan pendidikan sebagai bagian dari perubahan masyarakat yang lebih
besar di mana kita mengeksplorasi dan mengkritik dasar-dasar kemasyarakatan yang
menindas dan bagaimana pendidikan berfungsi untuk memelihara status quo
seperti di Amerika Serikat yang terlalu berpihak pada supremasi kulit putih,
kapitalisme, situasi sosio-ekonomi global dan eksploitasi. Sekalipun banyak
perbedaan konsep pendidikan multikultural, ada sejumlah ide yang dimiliki bersama
dari semua pemikiran dan merupakan dasar bagi pemahaman Pendidikan
Multikultural:
- kesempatan yang sama bagi setiap siswa untuk mewujudkan potensi
sepenuhnya,
- penyiapan pelajar untuk berpartisipasi penuh dalam masyarakat antar budaya,
- penyiapan pengajar agar memudahkan belajar bagi setiap siswa secara efektif,
tanpa memperhatikan perbedaan atau persamaan budaya dengan dirinya,
- partisipasi aktif sekolah dalam menghilangkan penindasan dalam segala
bentuknya. Pertama-tama dengan menghilangkan penindasan di sekolahnya
sendiri, kemudian menghasilkan lulusan yang sadar dan aktif secara sosial dan
kritis
- pendidikan harus berpusat pada siswa dengan mendengarkan aspirasi dan
pengalaman siswa,
-
pendidik, aktivis, dan yang lain harus mengambil peranan lebih aktif dalam
mengkaji kembali semua praktek pendidikan, termasuk teori belajar,
pendekatan mengajar, evaluasi, psikhologi sekolah dan bimbingan, materi
pendidikan dan buku teks, dan lain-lain.
Pendidikan Multikultural
1-23
macam perspektif budaya yang berbeda. Jadi sangat relevanlah bagi sekolah di
Indonesia untuk menerapkan Pendidikan Multikultural. Pendidikan Multikultural
dapat melatih siswa untuk menghormati dan toleransi terhadap semua kebudayaan.
Pendidikan Multikultural sebagai kesadaran merupakan suatu pendekatan yang
didasarkan pada keyakinan bahwa budaya merupakan salah satu kekuatan yang dapat
menjelaskan perilaku manusia. Budaya memiliki peranan yang sangat besar di
dalam menentukan arah kerjasama maupun konflik antar sesama manusia.
Huntington meramalkan bahwa pertentangan manusia yang akan datang merupakan
pertentangan budaya. Oleh sebab itu kita perlu meneliti kekuatan yang tersimpan di
dalam budaya masing-masing kelompok manusia agar dapat dimanfaatkan bagi
kebaikan bersama. Pendidikan Multikultural dipersepsikan sebagai suatu jembatan
untuk mencapai kehidupan bersama dari umat manusia di dalam era globalisasi yang
penuh tantangan baru. Pertemuan antarbudaya bisa berpotensi memberi manfaat
tetapi sekaligus menimbulkan salah paham. Itulah rasional yang menunjukkan arti
pentingnya keberadaan Pendidikan Multikultural.
etnis mayoritas dan minoritas. Informasi ini harus komprehensif, analistis, dan
komparatif, dan harus memasukkan persamaan dan perbedaan di antara kelompokkelompok yang ada.
Tujuan ini cocok untuk mayoritas siswa maupun kelompok minoritas etnis.
Kesalahan yang sering dibuat adalah menganggap bahwa anggota kelompok etnis
minoritas telah mengetahui budaya dan sejarahnya atau bahwa jenis pengetahuan ini
hanya relevan untuk mereka, bukan untuk kami. Pendidikan Multikultural
berargumentasi sebaliknya. Keanggotaan kelompok etnis tidak menjamin
pengetahuan diri atau pemilikan pengetahuan tentang kelompok itu. Orang yang
berasal dari Jawa tidak otomatis mengetahui budaya Jawa. Orang Bali tidak otomatis
mengetahui keyakinan dan budaya yang ada di daerahnya. Mempelajari sejarah,
kehidupan, dan budaya kelompok etnis cocok untuk semua siswa karena mereka
perlu belajar lebih akurat tentang warisan budayanya sendiri maupun budaya orang
lain. Lebih dari itu, pengetahuan tentang pluralisme budaya merupakan dasar yang
diperlukan untuk menghormati, mengapresiasi, menilai dan memperingati
keragaman, baik lokal, nasional dan internasional.
2. Perkembangan Pribadi
Dasar psikhologis Pendidikan Multikultural menekankan pada pengembangan
pemahaman diri yang lebih besar, konsep diri yang positif, dan kebanggaan pada
identitas pribadinya. Penekanan bidang ini merupakan bagian dari tujuan Pendidikan
Multikultural yang berkontribusi pada perkembangan pribadi siswa, yang berisi
pemahaman yang lebih baik tentang diri yang pada akhirnya berkontribusi terhadap
keseluruhan prestasi intelektual, akademis, dan sosial siswa.
Siswa merasa baik tentang dirinya sendiri karena lebih terbuka dan reseptif
(menerima) dalam berinteraksi dengan orang lain dan menghormati budaya dan
identitasnyanya. Pendapat ini mendapat justifikasi lebih lanjut dengan temuan
penelitian yang berkaitan dengan adanya hubungan timbal balik antara konsep diri,
prestasi akademis, identitas individu, etnis dan budaya.
Para siswa telah menginternalisasi konsep negatif dan salah tentang etnisnya
sendiri dan kelompok etnis lain. Siswa dari kelompok lain mungkin berpendirian
bahwa warisan budayanya hanya memiliki nilai tawar yang kecil, sedangkan nilai
yang ada pada kelompok dominan mungkin terlalu ditinggikan. Mengembangkan
pemahaman yang lebih baik tentang diri mereka sendiri dan pengalaman budaya dan
kelompok etnis yang lain dapat memperbaiki penyimpangan ini. Pendidikan
Multikultural juga membantu mencapai tujuan memaksimalkan potensi
kemanusiaan, dengan memenuhi kebutuhan individu, dan mengajar siswa seutuhnya
dengan mempertinggi rasa penghargaan pribadi, kepercayaan dan kompetensi
dirinya. Pendidikan Multikultural menciptakan kondisi kesiapan psikhososial dalam
diri individu dan lingkungan belajar yang memiliki efek positif pada upaya dan
penguasaan tugas akademis.
Pendidikan Multikultural
1-25
semena-mena tentang nilai intrinsiknya. Untuk mencapai tujuan ini anak dapat diberi
pengalaman belajar dengan memberi berbagai kesempatan pada siswa untuk
mempraktekkan kompetensi budaya dan berinteraksi dengan orang, pengalaman, dan
situasi yang berbeda.
5. Kemampuan Ketrampilan Dasar
Tujuan utama Pendidikan Multikultural adalah untuk memfasilitasi
pembelajaran untuk melatih kemampuan ketrampilan dasar dari siswa yang berbeda
secara etnis. Pendidikan Multikultural dapat memperbaiki penguasaan membaca,
menulis dan ketrampilan matematika; materi pelajaran; dan ketrampilan proses
intelektual seperti pemecahan masalah, berpikir kritis, dan pemecahan konflik
dengan memberi materi dan teknik yang lebih bermakna untuk kehidupan dan
kerangka berpikir dari siswa yang berbeda secara etnis. Menggunakan materi,
pengalaman, dan contoh-contoh sebagai konteks mengajar, mempraktekkan, dan
mendemonstrasikan penguasaan ketrampilan akademis dan mata pelajaran dapat
meningkatkan daya tarik pembelajaran, mempertinggi relevansi praktis ketrampilan
yang dipelajari, dan memperbaiki tempo siswa dalam melaksanakan tugas.
Kombinasi kondisi ini akan membimbing ke arah upya yang lebih terfokus,
penguasaan ketrampilan dan prestasi akademis. Misalnya, kita menggunakan sempoa
dari etnis Tionghoa untuk melatih ketrampilan di bidang aritmatika.
Aspek lain dari Pendidikan Multikultural yang berkontribusi secara langsung
pada level pencapaian ketrampilan dasar yang lebih tinggi adalah kesesuaian dengan
gaya belajar dan mengajar. Tidak adanya titik temu dalam bagaimana siswa yang
berbeda mempelajari masyarakat budayanya dan bagaimana mereka diharapkan
belajar di sekolah menyebabkan banyak waktu dan perhatian dicurahkan pada
pemecahan konflik daripada berkonsentrasi dalam tugas akademis itu sendiri.
Mengajari siswa supaya biasa belajar meminimalkan konflik ini dan menyalurkan
energi dan upaya secara langsung lebih diarahkan pada penyelesaikan tugas
akademis. Jadi, pengajaran kontekstual secara kultural dalam melakukan proses
pendidikan lebih efektif untuk siswa yang beragam secara etnis menjadi prinsip
mendasar dari Pendidikan Multikultural.
Jenis iklim sosial yang ada di kelas juga mempengaruhi kinerja siswa adalam
tugas akademis. Pengaruh ini terutama benar untuk kelompok etnis yang
mempertimbangkan hubungan sosial dan latar belakang informal untuk proses
belajar. Jika guru merespon kebutuhan ini dengan memasukkan simbol, gambar, dan
informasi etnis dalam dekorasi ruang kelas, isi kurikulum dan interaksi interpersonal,
maka siswa merasa nyaman dan memiliki afiliasi yang lebih besar dengan sekolah.
Perasaan nyaman ini menciptakan latar belakang keterhubungan pribadi yang
merupakan esensi rasa kepemilikan dalam belajar yang pada gilirannya lebih
membimbing ke arah perhatian, upaya, dan waktu yang lebih terarah pada tugas, dan
memperbaiki penguasaan tugas dan prestasi akademik.
Pendidikan Multikultural
1-27
Pendidikan Multikultural
1-29
1-30 Unit 1
Latihan
Sampai di sini dulu pembahasan mengenai hakikat Pendidikan Multikultural.
Sebelum melanjutkan ke Subuit 1.3 mengenai berbagai teori Pendidikan
Multikultural, pendekatan dan karakteristiknya di berbagai negara maka untuk lebih
memantapkan pemahaman dan daya analisis Anda terhadap hakikat Pendidikan
Multikultural, terlebih dahulu silakan Anda mengerjakan beberapa latihan berikut ini.
1. Kemukakan pengertian multi kultural?
2.Kemukakan ide dasar yang dimiliki bersama dari seluruh pemikiran tentang
Pendidikan Multikultural?
3.Kemukakan rasional yang menunjukkan pentingnya orang mempelajari
Pendidikan Multikultural?
Pendidikan Multikultural
1-31
1-32 Unit 1
Rangkuman
Pengertian Multikultural mencakup pengalaman yang membentuk persepsi
umum terhadap usia, gender, agama, status sosial ekonomi, jenis identitas budaya,
bahasa, ras, dan berkebutuhan khusus.
Ethic merupakan titik pandang dalam mempelajari budaya dari luar sistem
budaya itu, dan merupakan pendekatan awal dalam mempelajari suatu sistem budaya
yang asing. Sedangkan emic merupakan titik pandang dari dalam sistem budaya
tersebut. Ethic menjelaskan universalitas suatu konsep kehidupan sedangkan emic
menjelaskan keunikan dari sebuah konsep budaya.
Pendidikan Multikultural merupakan ide, gerakan pembaharuan pendidikan dan
proses pendidikan yang tujuan utamanya adalah untuk mengubah struktur lembaga
pendidikan supaya siswa baik pria maupun wanita, siswa berkebutuhan khusus, dan
siswa yang merupakan anggota dari kelompok ras, etnis, dan kultur yang bermacammacam itu akan memiliki kesempatan yang sama untuk mencapai prestasi akademis
di sekolah.
Berdasarkan kondisi masyarakat Indonesia yang multikultural, maka untuk
membentuk negara Indonesia yang kokoh perlu mengembangkan jenis pendidikan
yang cocok untuk bangsa yang multikultural. Jenis pendidikan yang cocok untuk
bangsa yang multikultur ini adalah Pendidikan Multikultural.
Sekalipun banyak perbedaan konsep pendidikan multikultural, terdapat beberapa
ide yang dimiliki bersama dari semua pemikiran dan merupakan dasar bagi
pemahaman pendidikan multikultural.
Menurut Paul Gorski pendidikan multikultural merupakan pendekatan progresif
untuk mengubah pendidikan secara holistik dengan mengkritik dan memusatkan
perhatian pada kelemahan, kegagalan, dan praktek diskriminatif di dalam pendidikan
akhir-akhir ini. Keadilan sosial, persamaan pendidikan, dan dedikasi melandasi
pemberian kemudahan pengalaman pendidikan dalam mewujudkan semua
potensinya secara penuh dan mewujudkan manusia yang sadar dan aktif secara lokal,
nasional, dan global.
Pendidikan Multikultural dapat menjadi elemen yang kuat dalam kurikulum
Indonesia untuk mengembangkan kompetensi dan ketrampilan hidup (life skills).
Masyarakat Indonesia terdiri dari masyarakat multikultur. Jadi sangat relevanlah bagi
sekolah di Indonesia untuk menerapkan Pendidikan Multikultural.
Budaya merupakan salah satu kekuatan yang dapat menjelaskan perilaku
manusia. Budaya memiliki peranan yang sangat besar di dalam menentukan arah
perilaku manusia yang positif dan negatif. Oleh sebab itu kita perlu meneliti
kekuatan yang tersimpan di dalam budaya manusi demi kebaikan bersama.
Pendidikan Multikultural dipandang sebagai jembatan untuk mencapai kehidupan
bersama dari umat manusia di dalam era globalisasi yang penuh tantangan baru.
Pendidikan Multikultural
1-33
Tes Formatif 2
Pilihlah satu jawaban yang paling tepat dari beberapa alternatif jawaban yang
disediakan!
1) Emic adalah titik pandang dalam mempelajari budaya dari
a. bunyi-bunyian semua bahasa pada semua budaya.
b. Luar sistem budaya itu.
c. Segi universalitas dari semua konsep kebudayaan
d. Keunikan yang ada di dalam sistem budaya itu.
2) Pendidikan Multikultural merupakan ide, gerakan pembaharuan pendidikan
dan proses pendidikan yang tujuan utamanya adalah untuk mengubah
struktur lembaga pendidikan supaya siswa baik pria maupun wanita, siswa
berkebutuhan khusus, dan siswa yang merupakan anggota dari kelompok ras,
etnis, dan kultur yang bermacam-macam itu akan memiliki kesempatan yang
sama untuk mencapai prestasi akademis di sekolah. Kalimat di atas
merupakan definisi Pendidikan Multikultural menurut :
a. James A. Banks
b. Matsumoto
c. Paul Gorski
d. Segall
3) Pendidikan Multikultur pada dasarnya merupakan
a. praktek aktual satu bidang studi
b. program pendidikan
c. perubahan kurikulum
d. perubahan struktur pendidikan secara holistik
1-34 Unit 1
Pendidikan Multikultural
1-35
b. Pertentangan ekonomi
c. Pertentangan budaya
d. Pertentangan antar negara
9) Tujuan pendidikan multikultural yang mendasar adalah
a. mengubah struktur lembaga pendidikan supaya siswa dengan
karakteristik budayanya memiliki kesempatan yang sama untuk
mewujudkan potensinya secara penuh dan dapat mempengaruhi
perubahan sosial.
b. Memberikan mata pelajaran yang membekali dengan pengetahuan
tentang budaya yang lain.
c. Memberikan materi pelajaran yang dimasukkan di dalam mata
pelajaran tertentu.
d. Memberikan wawasan pada guru dalam memiliki pembelajaran agar
memperhatikan perbedaan budaya yang ada pada diri anak.
10) Yang bukan termasuk dalam fungsi yang menunjukkan pentingnya
keberadaan Pendidikan Multikultural menurut National Council for Social
Studies adalah:
a. Mengubah kurikulum lembaga pendidikan.
b. membantu mahasiswa memahami pengalaman kelompok etnis dan
budaya ditinjau dari sejarahnya.
c. membantu mahasiswa memahami bahwa konflik antara ideal dan
realitas itu memang ada pada setiap masyarakat.
d. membantu mahasiswa mengembangkan pembuatan keputusan
(decision
making),
partisipasi
sosial
dan
ketrampilan
kewarganegaraan (citizenship skills).
Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 2 yang
terdapat di bagian akhir Unit ini. Hitunglah jawaban Anda yang benar. Kemudian
gunakan rumus di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap
materi.
Rumus:
Jumlah Jawaban yang benar
Tingkat penguasaan = --------------------------------------- X 100 %
10
1-36 Unit 1
Pendidikan Multikultural
1-37
Kunci Jawaban
Pendidikan Multikultural
1-39
Daftar Pustaka
Axtell, R. E. 1995. Do's and taboos around the world. New York: John Wiley and
Sons, Inc.
Banks, James A.; Cherry A. McGee Banks (editors). 2001/2004. Handbook of
Research on Multicultural Education (Second Edition). San-Francisco: JosseyBass.
Banks, J.A. 1993. Multicultural Education: Issues and Perspectives. Needham
Heights, Massachusetts : Allyn and Bacon
Cremers & Santo. 1997. Mitos, Dukun, dan Sihir, Yogyakarta: Kanisius.
Gorski. 2001. http://www.aaanet.org/cae/aeq/br/gorski.htm
Koentaraningrat. 2000. Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama.
Matsumoto, D. 1996. Culture and Psychology. New York: Brooks/Cole Publishing,
Co.
Segall, M.H., Dasen, P.R., Berry, J.W., & Poortinga, Y.H., 1990. Human Behavior in
Global Perspective. New York : Pergamon Press.
Sleeter, C., & Grant, C. 1993. Making choices for multicultural education: Five
approaches to race, class, and gender (2nd ed.). New York: Macmillan.
Smith, Anthony D. 1987. The Ethnic Origins of Nations. Oxford: Blackwell
Swiniarski, L., Breitborde, M., & Murphy, J. 1999. Educating the global village:
Including the young child in the world. Upper Saddle River, NJ: Merrill/Prentice
Hall.
Tilaar, H.A.R. 2004. Multikulturalisme : Tantangan Global Masa Depan dalam
Transformasi Pendidikan Nasional. Jakarta : PT Gramedia Widiasarana
Indonesia.
http://en.wikipedia.org/wiki/Navajo_Nation. Diakses tanggal 15 Maret 2007. Diakses
tanggal 15 Maret 2007.
http://en.wikipedia.org/wiki/Ramah_Navajo_Indian_Reservation. Diakses tanggal 15
Maret 2007.
1-40 Unit 1
Pendidikan Multikultural
1-41
Unit
Pendidikan Multikultural
2-1
belajar yang telah dimiliki, Anda harus mengerjakan latihan dan tes formatif yang
disajikan pada setiap penggalan subunit dalam Unit ini.
Selamat belajar, gunakanlah teori dalam mendekati sesuatu
2-2
Unit 2
Subunit 1
Teori Pendidikan Multikultural
ara pakar memiliki visi yang berbeda dalam memandang multikultural. Para
pakar memiliki tekanan yang beragam dalam memahami fenomena
multikultural. Ada yang tetap mempertahankan adanya dominasi kelompok
tertentu hingga yang benar-benar menekankan pada multikultural. Pada Unit 2.1
ini anda akan diajak mengenali berbagai teori Pendidikan Multikultural yang
dikemukakan oleh para ahli. Pengenalan sudut pandang para pakar teori Pendidikan
Multikultural ini akan sangat membantu kita lebih mengenali pelaksanaannya di
lapangan.
Horace Kallen
Jika budaya suatu bangsa memiliki banyak segi, nilai-nilai dan lain-lain; budaya
itu dapat disebut pluralisme budaya (cultural pluralism). Teori pluralisme budaya ini
dikembangkan oleh Horace Kallen. Ia menggambarkan pluralisme budaya itu dengan
definisi operasional sebagai menghargai berbagai tingkat perbedaaan, tetapi masih
dalam batas-batas menjaga persatuan nasional. Kallen mencoba mengekspresikan
bahwa masing-masing kelompok etnis dan budaya di Amerika Serikat itu penting
dan masing-masing berkontribusi unik menambah variasi dan kekayaan budaya,
misalnya bangsa Amerika. Teori Kallen mengakui bahwa budaya yang dominan
harus juga diakui masyarakat. Dalam konteks ini Kallen tetap mengakui bahwa
budaya WASP di AS itu sebagai budaya yang dominan, sementara budaya-budaya
yang lain itu dipandang menambah variasi dan kekayaan budaya Amerika. Apa
budaya WASP ? Silakan Anda kaji subunit 3.1.
Sekarang, cobalah anda membandingkan dengan situasi dan kondisi bangsa
Indonesia! Adakah budaya yang nampak dominan di negeri ini? Jawa, Bali,
Tionghoa atau yang lainnya? Apa dasar anda untuk menentukan mereka sebagai
budaya dominan. Misalnya, anda berpendapat bahwa budaya yang dominan adalah
Jawa karena sebagian besar penduduk berasal dari Jawa dan berada di Jawa. Tetapi
Jawa yang mana karena ada aneka ragam budaya yang ada di Jawa? Sebagian yang
lain mungkin menyebut Bali karena Bali lebih dikenal di seluruh dunia daripada
Indonesia. Sehingga sering terjadi pertanyaan yang menggelitik, Indonesia itu
letaknya sebelah mana dari Bali? Mengapa pertanyaan ini sering muncul? Karena
Bali lebih dikenal sebagai tempat wisata Internasional. Nah cobalah cari di koran
atau internet, Indonesia lebih dikenal karena faktor apa?
Atau mungkin ada yang memandang bahwa budaya Cina yang mulai
menampakkan pengaruhnya? Penggunaan Feng Shui dan adanya Barongsai di
berbagai acara dan di berbagai tempat strategis di tanah air ini saat ini sangat
Pendidikan Multikultural
2-3
mewarnai budaya bangsa kita. Namun yang perlu kita perhatikan adalah posisi yang
anda tentukan itu didasarkan atas teori dari Horace Kallen yang belum tentu disetujui
oleh kelompok lain.
Penghargaan atau pengakuan terhadap budaya yang dominan dari Horace
Kallen oleh kelompok yang lain ini dipandang bukan merupakan bagian dari teori
multikultural. Nanti akan kita lihat dalam pembahasan teori dari Banks mengenai
kelompok Afrosentris yang antipati terhadap keberadaan kelompok dominan ini.
(http://en.allexperts.com/e/h/ho/horace_kallen.htm)
James A. Banks
Kalau Horace Kallen perintis teori multikultur, maka James A. Banks dikenal
sebagai perintis Pendidikan Multikultur. Jadi penekanan dan perhatiannya
difokuskan pada pendidikannya. Banks yakin bahwa sebagian dari pendidikan lebih
mengarah pada mengajari bagaimana berpikir daripada apa yang dipikirkan. Ia
menjelaskan bahwa siswa harus diajar memahami semua jenis pengetahuan, aktif
mendiskusikan konstruksi pengetahuan (knowledge construction) dan interpretasi
yang berbeda-beda. Siswa yang baik adalah siswa yang selalu mempelajari semua
pengetahuan
dan turut serta secara aktif dalam membicarakan konstruksi
pengetahuan. Dia juga perlu disadarkan bahwa di dalam pengetahuan yang dia terima
itu terdapat beraneka ragam interpretasi yang sangat ditentukan oleh kepentingan
masing-masing. Bahkan interpretasi itu nampak bertentangan sesuai dengan sudut
pandangnya. Siswa seharusnya diajari juga dalam menginterpretasikan sejarah masa
lalu dan dalam pembentukan sejarah (interpretations of the history of the past and
history in the making) sesuai dengan sudut pandang mereka sendiri. Mereka perlu
diajari bahwa mereka sebenarnya memiliki interpretasi sendiri tentang peristiwa
masa lalu yang mungkin penafsiran itu berbeda dan bertentangan dengan penafsiran
orang lain. Misalnya, mengapa sampai terjadi perang Diponegoro pada tahun 1825
1830. Salah satu sebab kemunculannya adalah pembangunan jalan yang melintasi
makam di daerah Tegal rejo, Yogyakarta yang secara kultural sangat dihormati oleh
masyarakat sekitar pada waktu itu. Dari sudut pandang Belanda tindakan Diponegoro
itu dianggap sebagai pemberontakan dan sudut pandang penguasa waktu itu
dianggap sebagai upaya perebutan kekuasaan dari seorang putera selir yang dalam
kultur Jawa kedudukannya tidak setinggi putera permaisuri. Namun sudut pandang
apa pun yang digunakan sebagai motif yang melatar belakanginya perang
Diponegoro, namun sebagai sebuah bangsa dan komitmen kita sebagai putera
bangsa, kita memandang perjuangan Pangeran Diponegoro itu sebagai perjuangan
seorang putra daerah yang ingin memerdekakan diri dari penjajahan bangsa asing.
Siswa harus belajar mengidentifikasi posisinya sendiri sebagai putera bangsa yang
sedang dijajah, kepentingannya yang ingin memerdekakan diri, asumsi dan filsafat
idealnya. Dengan demikian dia akan mengetahui bagaimana sejarah itu terjadi dan
menjadikan hal yang terjadi itu sebagai sejarah. Singkatnya, mereka harus menjadi
pemikir kritis (critical thinkers) dengan selalu menambah pengetahuan dan
ketrampilan, disertai komitmen yang tinggi. Semuanya itu diperlukan untuk
berpartisipasi dalam tindakan demokratis. Dengan landasan ini, mereka dapat
2-4
Unit 2
membantu bangsa ini mengakhiri kesenjangan antara ideal dan realitas (Banks,1993).
Di dalam The Canon Debate, Knowledge Construction, and Multicultural Education,
Banks mengidentifikasi tiga kelompok cendekiawan yang berbeda dalam menyoroti
keberadaan kelompok - kelompok budaya di Amerika Serikat :
Pertama adalah traditionalis Barat. Tradisionalis Barat, seperti halnya dengan
kelompok pluralisme budaya dari Horace Kallen, meyakini bahwa budaya yang
dominan dari peradaban Barat yaitu kelompok White, Anglo Saxon dan Protestan
perlu dipresentasikan secara menonjol di sekolah. Kelompok ini beranggapan bahwa
mereka berada dalam posisi terancam dan berbahaya karena mengenyampingkan
kelompok feminis, minoritas dan reformasi multikultural yang lain. Namun tidak
seperti kelompok Pluralisme Budaya Horace Kallen, tradisionalis Barat masih sedikit
memberi perhatian pada pengajaran keanekaragaman atau multikultur. Tetapi
pertanyaan yang dapat dikemukakan terhadap kelompok ini, jika peradaban Barat
hanya mengajarkan sejarah dan budaya kelompok dominan, apakah tidak akan
mengecilkan pentingnya kelompok budaya lain yang turut serta dalam pembentukan
Amerika Serikat?
Sekarang cobalah anda terapkan adanya kelompok dominan ini dengan kondisi
di Indonesia ! Perhatikan pula dampak atau bahaya yang muncul ke permukaan
dalam bentuk perlawanan fisik maupun perlawanan non fisik. Kita pernah mengenal
adanya kegiatan transmigrasi orang Jawa ke berbagai daerah di tanah air untuk
mengatasi kepadatan penduduk di Jawa ini dipandang sebagai penjajahan dari
Jawa.
Kelompok kedua yaitu mereka yang menolak kebudayaan Barat secara berlebihan,
yaitu kelompok Afrosentris. Kelompok ini beranggapan bahwa pengabaian kelompok
lain itu memang benar terjadi dan kelompok ini berpendapat bahwa sejarah dan
budaya orang Afrika lah yang seharusnya menjadi sentral dari kurikulum agar semua
siswa dapat mempelajari peranan Afrika dalam perkembangan peradaban Barat.
Afrosentris juga meyakini bahwa sejarah dan budaya orang Afrika seharusnya
menjadi sentral dalam kurikulum untuk memotivasi siswa Afrika Amerika dalam
belajar.
Namun pertanyaan yang dapat diajukan pada kelompok Afrosentris ini adalah
jika teori Afrosentris sebagai suatu budaya tertentu yang harus menjadi sentral bagi
pendidikan untuk semua siswa, apakah itu tidak diikuti orang Spanyol yang juga
yakin bahwa sejarah dan budaya Spanyol seharusnya yang menjadi sentral dari
kurikulum? Tentu, kita memahami peranan penting orang Spanyol dalam
perkembangan Barat, khususnya dalam mengenal sejarah Amerika, penemuan
Amerika, dan penguasaan seluruh Texas.
Dan bagaimana pula dengan keturunan orang Perancis, yang telah menyumbang
banyak pada bahasa Amerika dan khususnya terhadap budaya Louisiana, akankah
mereka tidak merasa bahwa sejarah mereka sama pentingnya dengan yang dimainkan
oleh orang Afrika di Selatan?
Kelompok ketiga, Multikulturalis yang percaya bahwa pendidikan seharusnya
direformasi untuk lebih memberi perhatian pada pengalaman orang kulit berwarna
Pendidikan Multikultural
2-5
Bill Martin
Dalam tulisannya yang berjudul Multiculturalism: Consumerist or
Transformational?, Bill Martin menulis, bahwa keseluruhan isu tentang
multikulturalisme memunculkan pertanyaan tentang "perbedaan" yang nampak sudah
dilakukan berbagai teori filsafat atau teori sosial. Sebagai agenda sosial dan politik,
jika multikulturalisme lebih dari sekedar tempat bernaung berbagai kelompok yang
berbeda, maka harus benar-benar menjadi 'pertemuan' dari berbagai kelompok itu
yang tujuannya untuk membawa pengaruh radikal bagi semua umat manusia lewat
pembuatan perbedaan yang radikal (Martin, 1998: 128)
Seperti halnya Banks, Martin menentang tekanan dari Afrosentris dan
tradisionalis Barat. Martin menyebut Afrosentris dan tradisional Barat itu sebagai
"consumerist multiculturalism". Selanjutnya, Martin mengusulkan sesuatu yang baru.
Multikulturalisme bukan "konsumeris" tetapi "transformational", yang memerlukan
kerangka kerja. Martin mengatakan bahwa di samping isu tentang kelas sosial, ras,
etnis dan pandangan lain yang berbeda, diperlukan komunikasi tentang berbagai segi
pandangan yang berbeda. Masyarakat harus memiliki visi kolektif tipe baru dari
perubahan sosial menuju multikulturalisme yaitu visi yang muncul lewat
transformasi.
Martin memandang perlu adanya perubahan yang mendasar di antara kelompokkelompok budaya itu sampai diketemukan adanya visi baru yang dimiliki dan
dikembangkan bersama. Untuk mencapai tujuan itu sangatlah dibutuhkan adanya
komunikasi antar berbagai segi pandang yang berbeda. Mengapa ini penting? Karena
selama ini masing-masing kelompok bersikap tertutup terhadap kelompok yang lain
dan tidak ada komunikasi tanpa prasangka di antara kelompok-kelompok yang ada.
2-6
Unit 2
Cartographers of the New World Order," Matustik menulis, "perang budaya, politik
dan ekonomi menyerang pada segi yang mana, bagaimana dan lewat siapa sejarah
multikultural dijelaskan."
Matustk mengatakan bahwa teori multikulturalisme meliputi berbagai hal yang
semuanya mengarah kembali ke liberalisasi pendidikan dan politik Plato, filsuf
Yunani. Sebuah karya Plato yang berjudul Republik, bukan hanya memberi norma
politik dan akademis klasik bagi pemimpin dari negara ideal yang dia cita-citakan,
namun juga menjadi petunjuk dalam pembahasan bersama tentang pendidikani bagi
yang tertindas (Matustk, 1998). Ia yakin bahwa kita harus menciptakan pencerahan
multikultural baru (a new multicultural enlightenment) yaitu "multikulturalisme lokal
yang saling berkaitan, secara global sebagai lawan dari monokultur nasional"
(Matustk, 1998).
Judith M. Green
Green menunjukkan bahwa multikulturalisme bukan hanya unik di A.S. Negara
lain pun harus mengakomodasi berbagai kelompok kecil dari budaya yang berbeda.
Kelompok-kelompok ini biasanya bertoleransi terhadap keuntungan budaya
dominan. Secara unik, Amerika memberi tempat perlindungan dan memungkinkan
mereka mempengaruhi kebudayaan yang ada. Dengan team, kelompok memperoleh
kekuatan dan kekuasaan, membawa perubahan seperti peningkatan upah dan
keamanan kerja. Wanita dan minoritas (Hispanis, Afrika dan Amerika Asli) harus
memperoleh kesempatan ekonomi yang lebih baik, partisipasi politis yang lebih
efektif, representasi media yang lebih disukai, dan sebagainya. Namun akhir abad 20
telah membawa orang Amerika pada suatu tempat "memerangi kebuntuan yang
memerlukan pemikiran kembali yang baru dan lebih dalam tentang tujuan dan
materi pendidikan dalam suatu masyarakat yang masih terus diharapkan dan dicitacitakan yang dibimbing oleh ide demokrasi" (Green, 1998). Bangsa ini selalu
memandang pendidikan sebagai cara perubahan yang efektif, baik secara personal
maupun sosial. Sehingga lewat pendidikan Amerika meraih kesuksesan terbesar
dalam transformasi. Beberapa kelompok tidak bisa melihat bahwa kita sekarang
adalah apa yang selalu ada. Yaitu, Amerika yang sejak kelahirannya, selalu
memiliki masyarakat multikultural di mana berbagai budaya telah bersatu lewat
perjuangan, interaksi, dan kerjasama (Green, 1998).
http://www.start-at-zero.com/papers/multiculturalism/theories.htm
Latihan
Sampai di sini dulu pembahasan mengenai teori Pendidikan Multikultural.
Sebelum dilanjutkan pada subunit 2 mengenai pendekatan Pendidikan Multikultural
maka untuk lebih memantapkan pemahaman dan daya analisis Anda terhadap
beberapa pengertian kebudayaan, terlebih dahulu silakan Anda mengerjakan
beberapa latihan berikut ini.
Pendidikan Multikultural
2-7
1. Bagaimana kedudukan budaya WASP dan kelompok yang lain dalam konsep
Horace Kallen?
2. Sebutkan tiga kelompok budaya yang mendominasi pemikiran multikultural di
AS menurut James A. Banks?
3. Bagaimana pandangan Bill Martin tentang Pendidikan Multikultural ?
4. Bagaimana pandangan Martin J. Beck
Multikultural?
Kallen mengakui bahwa budaya WASP adalah budaya yang dominan yang
patut dihargai dan diutamakan, sedangkan budaya yang lain dipandang
menambah variasi dan kekayaan budaya Amerika Serikat.
2)
3)
4)
Rangkuman
Horace Kallen adalah perintis teori multikultur. Budaya disebut pluralisme budaya
(cultural pluralism) jika budaya suatu bangsa memiliki banyak segi dan nilai-nilai.
Pluralisme budaya didefinisikan oleh Horace Kallen sebagai "menghargai berbagai
tingkat perbedaaan dalam batas-batas persatuan nasional. Sebagai budaya yang
2-8
Unit 2
2-9
Tes Formatif 1
Pilihlah satu jawaban yang paling tepat dari beberapa alternatif jawaban yang
disediakan!
1). Orang yang dipandang sebagai perintis teori multi kultural adalah
a. James A. Banks.
b. Horace Kallen
c. Judith M. Green.
d. Bill Martin
2). Orang yang dipandang sebagai perintis pendidikan multikultural adalah
a. James A. Banks.
b.Horace Kallen
c. Judith M. Green.
d.Bill Martin
3). Kelompok budaya yang mendominasi Amerika Serikat adalah
a. kelompok tradisionalis Barat
b. kelompok Afro-Amerika
c. kelompok Amerika Asli
d. kelompok Hispanis
4). Yang memiliki tingkat kemapanan ekonomi paling tinggi adalah
a. kelompok Amerika Asli
b. kelompok WASP
c. kelompok Afro-Amerika
d. kelompok Hispanis
5). Yang dimaksud dengan kelompok transformasional menurut Bill Martin adalah :
a. kelompok tradisional Barat
b. kelompok Afrosentrisme
c. kelompok multikulturalisme
d. kelompok Hispanis
2-10
Unit 2
6). Sebuah karya yang memberi norma politik dan akademis klasik bagi pemimpin
negara sekaligus memberi petunjuk bagi pendidikan bagi yang tertindas adalah
a. Republik
b.Ludic, Corporate and Imperial Multiculturalism: Impostors of Democracy and
Cartographers of the New World Order
c. Multiculturalism: Consumerist or Transformational?
d. The Canon Debate, Knowledge Construction, and Multicultural Education
7). Yang berpendapat bahwa teori multikulturalisme berasal dari liberalisasi
pendidikan dan politik Plato. Pendapat ini dikemukakan oleh :
a. James A. Banks.
b. Horace Kallen
c. Judith M. Green.
d.Martin J. Beck Matustik
8). Ahli yang berpendapat bahwa lewat pendidikanlah Amerika mengalami
kesuksesan dan sejak kelahirannya Amerika selalu memiliki masyarakat
multikultural yang telah bersatu lewat perjuangan, interaksi, dan kerjasama
adalah
a. James A. Banks.
b. Horace Kallen
c. Judith M. Green.
d. Martin J. Beck Matustik
9). Siswa perlu disadarkan bahwa di dalam pengetahuan terdapat beraneka ragam
interpretasi yang ditentukan oleh kepentingan masing-masing dan siswa harus
berpikir kritis dengan memperbanyak pengetahuan dan ketrampilan yang
memadai dan yang disertai komitmen yang tinggi untuk berpartisipasi dalam
tindakan demokratis adalah pandangan dari
a. James A. Banks.
b. Horace Kallen
c. Judith M. Green.
d. Martin J. Beck Matustik
10). Masyarakat harus memiliki visi kolektif dari perubahan sosial terhadap tipe baru
dari multikulturalisme yaitu visi yang muncul lewat
a. transformasi.
b.Asimilasi
Pendidikan Multikultural
2-11
c. Akomodasi
d.komunikasi
Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 1 yang
terdapat di bagian akhir Unit ini. Hitunglah jawaban Anda yang benar. Kemudian
gunakan rumus di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap
materi.
Rumus:
------------------------------------ X 100 %.
10
2-12
Unit 2
Subunit 2
Pendekatan terhadap Pendidikan Multikultural
Pendidikan Multikultural
2-13
memahami budayanya sendiri secara lebih utuh. Dengan demikian mereka dapat
melihat bagaimana keunikannya dan perbedaanya dari budaya lain, dan memahami
secara lebih baik bagaimana budaya itu berhubungan dan berinteraksi dengan budaya
lainnya.
Kurikulum berpusat aliran utama berpengaruh secara negatif terhadap siswa
kulit berwarna, seperti orang Afrika-Amerika, Hispanis, dan Asia-Amerika.
Kurikulum itu mengabaikan pengalaman dan budaya mereka dan tidak
menggambarkan impian, harapan, dan perspektif kelompok yang tidak termasuk
aliran utama ini. Siswa akan dapat belajar secara maksimal dan amat termotivasi jika
kurikulum sekolah menggambarkan budaya, pengalaman, dan perspektif mereka.
Beberapa siswa kulit berwarna diasingkan di sekolah tempat dia belajar karena
mereka mengalami konflik budaya dan diskontinuitas yang disebabkan perbedaan
budaya antara sekolah dengan masyarakat mereka. Sekolah dapat membantu untuk
menjadi juru penengah antara budaya rumah dan sekolah dari siswa kulit berwarna
dengan mengimplementasikan kurikulum yang menggambarkan budaya dari
kelompok dan komunitas etnis mereka. Sekolah dapat dan seharusnya
mengefektifkan penggunaan budaya masyarakat dari siswa kulit berwarna saat
mengajari mereka seperti mata pelajaran menulis, seni, bahasa, sains dan
matematika.
Nah, sesudah melihat perspektif bangsa Amerika, sekarang silakan Anda mencoba
membandingkannya dengan kondisi di Indonesia.
Pada pendekatan berpusat aliran utama, peristiwa, tema, konsep, dan isu
dipandang terutama dari perspektif kelas menengah Anglo-Amerika dan Eropah.
Perkembangan peristiwa dan budaya seperti eksplorasi orang Eropah di Amerika dan
perkembangan musik Amerika dipandang dari perspektif Anglo dan Eropah dan
dievaluasi dengan menggunakan kriteria dan sudut pandang dari aliran utama.
Jika eksplorasi orang Eropah atas Amerika dipandang dari perspektif berpusatEropah, Amerika dipandang sebagai ditemukan oleh penjelajah Eropah seperti
Columbus dan Cortes. Pandangan bahwa penduduk asli di Amerika diketemukan
oleh orang Eropah menyiratkan bahwa budaya Indian tidak ada hingga mereka
ditemukan oleh orang Eropah. Sesudah itu orang Eropah menempati dan
mengklaim bahwa tanah itu yang didiami oleh Indian Amerika itu menjadi pemilik
yang sah (rightfully owner). Pandangan Anglosentris, yang mengabaikan keberadaan
kelompok Indian Amerika ini sangat mewarnai gaya penulisan. Dengan pilihan kata
seperti yang mendiami (settlers), dan pemberontakan (rebelled), penulis
menjustifikasi pengambilan tanah Indian dan menggambarkan perlawanan mereka
sebagai pemberontakan. Ini yang tidak masuk akal. Bandingkan dengan peristiwa
Perang Kemerdekaan I dan II yang terjadi sekitar tahun 1947 dan 1948. Oleh
pemerintah Hindia Belanda, peperangan itu dianggap sebagai aksi polisional. Jadi
perang kemerdekaan itu dipandang sebagai aksi polisi yang mengatasi kekacauan.
Jika bentuk dan sifat pengembangan budaya AS seperti musik dan tari,
dipandang dari perspektif berpusat-aliran utama, bentuk seni tertentu menjadi
penting dan berarti hanya jika diakui atau dilegitimasi oleh kritikus dan artis aliran
utama. Musik dari seniman Afrika-Amerika seperti Chuck Berry dan Little Richard
2-14
Unit 2
tidak dipandang sebagai signifikan oleh masyarakat aliran utama sampai penyanyi
kulit putih seperti Beatles dan Rod Stewart secara publik mengakui secara signifikan
musik mereka sendiri benar-benar dipengaruhi oleh seniman Afrika-Amerika.
Seringkali artis kulit putih mengakui bentuk dan inovasi budaya etnis oleh orang
Asia-Amerika, Afrika Amerika, Hispanis, dan Amerika Asli.
2-15
ada tiga posisi utama yang dapat diidentifikasi dalam perdebatan ini. Tradisionalis
Barat berpendapat Barat, seperti didefinisikan dan dikonseptualisasi di masa lampau,
seharusnya menjadi fokus di dalam kurikulum sekolah dan perguruan tinggi di
Amerika Serikat dan bahkan seluruh dunia. Ahli Afrosentris berpendapat bahwa
kontribusi Afrika dan orang Afrika seharusnya mendapat penekanan yang lebih di
dalam kurikulum. Multikulturalis berpendapat bahwa sekalipun Barat harus
mendapat penekanan lebih dalam kurikulum, Barat harus mengkonseptualisasi
kembali sehingga menggambarkan kontribusi orang kulit berwarna dalam
membentuk budaya Barat. Juga mengajarkan tentang jurang pemisah antara ideal dan
realitasnya tentang rasialisme, gender, dan diskriminasi dari budaya Barat.
Multikulturalis juga yakin bahwa di samping mempelajari tentang Barat, siswa
seharusnya mempelajari kebudayaan dunia yang lain, seperti budaya di Afrika, Asia,
dan Timur Tengah, dan Amerika, termasuk seperti apa mereka adanya sebelum
bangsa Eropah datang.
Faktor lain yang memperlambat pelembagaan kurikulum multikultural
mencakup rendahnya tingkat pengetahuan tentang budaya etnis yang dikuasai
sebagian besar pendidik dan beratnya beban pelajaran yang ada pada buku teks.
Pengajar harus memiliki pengetahuan yang mendalam tentang budaya etnis dan juga
memiliki pengalaman mengintegrasikan materi, pengalaman, dan sudut pandang
etnis dalam kurikulum. Pengajar menceritakan pada siswanya bahwa Columbus
menemukan Amerika dan bahwa Amerika adalah suatu dunia baru karena mereka
hanya memiliki sedikit pengetahuan tentang aneka budaya Amerika Asli yang ada di
Amerika selama lebih dari 40.000 tahun. Padahal bangsa Eropah baru menempati
Amerika dalam jumlah yang signifikan pada abad enambelas.
Beberapa studi telah menyatakan bahwa buku teks masih menjadi sumber
utama pengajaran, khususnya mata pelajaran tertentu seperti studi sosial, membaca,
dan seni bahasa. Beberapa perubahan signifikan telah dibuat dalam buku teks sejak
gerakan hak-hak sipil tahun 1960-an. Banyak kelompok etnis dan wanita telah
muncul dalam buku teks saat ini dibandingkan masa lampau. Namun, materi tentang
kelompok etnis dalam buku teks biasanya disajikan dari perspektif aliran utama,
mengandung informasi dan kepahlawanan yang diseleksi dengan menggunakan
kriteria aliran utama, dan jarang terintegrasi secara konsisten dan total. Informasi
seputar kelompok etnis biasanya dibahas dalam unit, topik, dan bagian teks yang
khusus. Mereka mendekati pengajaran bermuatan etnis dalam cara-cara yang
terpilah-pilah.
2-16
Unit 2
Pendidikan Multikultural
2-17
2-18
Unit 2
siswa tidak terbantu untuk memandangnya sebagai keseluruhan yang lengkap dan
dinamis. Pendekatan kontribusi juga cenderung berfokus pada gaya kelompok etnis
daripada struktur lembaga seperti rasisme dan diskriminasi, yang secara kuat
mempengaruhi kesempatan hidup mereka dan tetap membuatnya lemah dan
terpinggirkan.
Pendekatan kontribusi terhadap integrasi materi dapat memberi siswa dengan
pengalaman sesaat yang dapat diingat dengan pahlawan etnis, namun seringkali
gagal untuk membantunya memahami peran dan pengaruh pahlawan itu dalam
konteks keseluruhan dari sejarah dan masyarakat Amerika. Jika pahlawan etnis
dipelajari terpisah dan menjadi bagian dari konteks sosial dan politis di mana mereka
hidup dan bekerja, siswa hanya memperoleh pemahaman parsial tentang peranan dan
signifikannya dalam masyarakat. Jika Martin Luther King, Jr. dipelajari di luar
konteks sosial dan politik rasisme pelembagaan di AS Selatan pada tahun 1940 dan
1950 an, dan tanpa perhatian yang lebih tajam dari rasisme pelembagaan di Utara
selama periode ini, signifikansi utuhnya sebagai pembaharu sosial tidak ternyatakan
ataupun dimengerti oleh siswa.
Kedua, Pendekatan Aditif (Additive Approach)
Tahap kedua Pendekatan penting lain terhadap integrasi materi etnis terhadap
kurikulum adalah penambahan materi, konsep, tema dan perspektif terhadap
kurikulum tanpa mengubah struktur, tujuan dan karateristik dasarnya. Pendekatan
Aditif (Tahap 2) ini sering dilengkapi dengan penambahan suatu buku, unit, atau
bidang terhadap kurikulum tanpa mengubahnya secara substansial. Contoh
pendekatan ini meliputi penambahan buku seperti The Color Purple pada suatu unit
tentang abad duapuluh, penggunaan film Miss Jane Patman selama unit tentang
1960-an, dan penambahan tentang suatu unit pada tawanan Jepang Amerika selama
studi Perang Dunia II di sebuah kelas sejarah Amerika Serikat.
Pendekatan aditif memungkinkan pengajar untuk memasukkan materi etnis ke
dalam kurikulum tanpa restrukturisasi, suatu proses yang akan memakan waktu,
usaha, latihan dan pemikiran kembali dari maksud, sifat dan tujuan kurikulum yang
substansial. Pendekatan aditif dapat menjadi fase awal dalam upaya reformasi
kurikulum transformatif yang didesain untuk menyusun kembali kurikulum total dan
untuk mengintegrasikannya dengan materi, perspektif dan kerangka pikir etnis.
Namun pendekatan ini memiliki beberapa kelemahan seperti dari pendekatan
kontribusi. Yang paling penting adalah pandangan tentang materi etnis dari
perspektif sejarawan, penulis, artis, dan ilmuwan aliran utama yang tidak
memerlukan restrukturisasi kurikulum. Peristiwa, konsep, isu, dan masalah yang
diseleksi untuk studi diseleksi dengan menggunakan kriteria dan perspektif
Eurosentris dan aliran utama sentris. Jika mengajar suatu unit seperti Gerakan Barat
pada kelas sejarah di AS kelas 5, guru dapat mengintegrasikan unit dengan
menambahkan materi tentang Oglala Sioux Indian. Namun, unit tetap berpusat dan
difokuskan pada aliran utama. Suatu unit disebut Gerakan Barat dan Eropah sentris
sebagai aliran utama karena berfokus pada orang Eropah Amerika dari bagian Timur
ke Barat Amerika Serikat. Oglala Sioux telah ada di Barat dan akibatnya tidak
Pendidikan Multikultural
2-19
bergerak menuju ke barat. Unit mungkin menyebut Invasi dari Timur, dari sudut
pandang Oglala Sioux. Black Elk, orang suci Oglala Sioux, mengeluhkan
pemusnahan orang-orangnya yang berpuncak pada kekalahan mereka di Wounded
Knee Creek pada 29 Desember 1890. Kurang lebih 200 laki, perempuan, dan anak
Sioux terbunuh oleh pasukan AS. Black Elk berkata,Ranting-ranting bangsa (Sioux)
patah dan terpencar. Tidak ada lagi pusat, dan pohon yang dikeramatkan telah mati.
Black Elk tidak memandang tanahnya Barat, tetapi lebih pada pusat dunia. Ia
memandang arah utama secara metafisik. Jika mengajar tentang gerakan orang
Eropah melintasi Amerika Utara , pengajar seharusnya membantu siswa memahami
bahwa kelompok budaya, ras, dan etnis yang berbeda sering memiliki konsepsi dan
sudut pandang yang berbeda dan bertentangan atas peristiwa sejarah, konsep, isu,
dan perkembangan yang sama. Pemenang dan yang ditundukkan seringkali memiliki
konsep yang berlawanan atas peristiwa sejarah yang sama. Namun, biasanya sudut
pandang pemenang yang terlembagakan dalam sekolah dan masyarakat aliran utama.
Ini terjadi karena sejarah dan buku teks biasanya ditulis oleh orang yang menang
perang dan memperoleh keuntungan untuk mengontrol masyarakat, dan bukan oleh
yang kalah korban dan lemah. Perspektif dari kedua kelompok perlu untuk
membantu kita memahami secara penuh sejarah, budaya dan masyarakat kita.
Orang yang ditaklukkan dan orang yang menaklukkan memiliki sejarah dan
budaya yang saling menjalin dan saling berhubungan secara berbelit-belit. Mereka
harus mempelajari masing-masing sejarah dan budaya yang lain untuk
memahaminya secara utuh. Pendekatan aditif gagal membantu siswa melihat
masyarakat dari perspektif budaya dan etnis yang berbeda dan memahami cara yang
saling berhubungan sejarah dan budaya dari kelompok etnis, ras, budaya, dan religi
yang berbeda.
Isi, materi, dan isu yang ditambahkan ke dalam kurikulum seperti embel-embel
daripada bagian integral dari unit pelajaran dapat menjadi problematis. Problem
mungkin muncul jika buku seperti The Color Purple atau film seperti Miss Jane
Pittman ditambahkan pada unit jika siswa kekurangan konsep, latar belakang materi,
dan kematangan emosional sehubungan dengan isu dan masalah dalam materi ini.
Penggunaan efektif dari materi yang kompleks dan bermuatan emosi biasanya
memerlukan guru yang membantu siswa mempelajari secara bertahap dan
berkembang, memiliki latar belakang materi yang kuat serta memiliki kematangan
sikap. Penggunaan kedua materi ini di kelas dan sekolah yang berbeda telah
menimbulkan masalah utama bagi pengajar yang menggunakannya. Suatu
kontroversi masyarakat timbul. Masalah berkembang karena materi digunakan pada
siswa yang tidak memiliki latar belakang isi atau kepuasan sikap untuk meresponnya
secara memadai. Menambahkan materi etnis ke dalam kurikulum menurut cara yang
sporadis dan terpilah-piliah dapat menyebabkan masalah pedagogis, kesulitan bagi
guru, kebingungan siswa, dan kontroversi masyarakat.
Ketiga, Pendekatan Transformasi
Pendekatan transformasi (The transformation approach) berbeda secara
mendasar dari pendekatan kontribusi dan aditif. Pada kedua pendekatan, materi etnis
2-20
Unit 2
ditambahkan pada kurikukulum inti aliran utama tanpa mengubah asumsi dasar, sifat,
dan strukturnya. Dalam pendekatan transformasi ada perubahan dalam tujuan,
struktur, dan perspektif fundamental dari kurikulum.
Pendekatan transformasi (tahap 3) mengubah asumsi dasar kurikulum dan
menumbuhkan kompetensi siswa dalam melihat konsep, isu, tema dan problem dari
beberapa perspektif dan sudut pandang etnis. Perspektif berpusat pada aliran utama
adalah hanya satu di antara beberapa perspektif darimana isu, masalah, konsep, dan
isu dipandang. Tidak mungkin dan tidak inginlah untuk melihat setiap isu, konsep,
peristiwa atau masalah dari sudut pandang setiap kelompok etnis AS. Lebih dari itu,
tujuan seharusnya memungkinkan siswa untuk melihat konsep dan isu lebih dari satu
perspektif dan melihat peristiwa, isu, atau konsep yang sedang dipelajari dari sudut
pandang kelompok etnis, budaya dan ras partisipan yang paling aktif, atau
berpengaruh paling meyakinkan (Banks, 1993: 203).
Isu kurikulum esensial yang terdapat dalam reformasi kurikulum multikultural
bukan penambahan dari daftar panjang dari kelompok, pahlawan, atau kontribusi
etnis namun pemasukan berbagai perspektif, kerangka pikir, dan materi dari berbagai
kelompok yang akan memperluas pemahaman siswa akan sifat, perkembangan, dan
kompleksitas masyarakat AS. Jika siswa sedang mempelajari revolusi dari koloni
Inggris, perspektif dari revolusi Anglo, loyalis Anglo, Afrika Amerika, India, dan
Inggris adalah esensial bagi mereka untuk memperoleh suatu pemahaman utuh
tentang peristiwa yang signifikan dalam sejarah Amerika. Siswa harus mempelajari
revolusi dari berbagai kelompok yang berbeda ini untuk dipahami secara utuh.
Dalam seni bahasa, jika siswa sedang mempelajari sifat bahasa Inggris
Amerika, mereka seharusnya dibantu untuk memahami perbedaan bahasa dan
kekayaan linguistik di Amerika Serikat dan hal-hal dari berbagai kelompok regional,
kultural, dan etnis mempengaruhi perkembangan bahasa Inggris AS. Siswa
seharusnya juga mengkaji bagaimana penggunaan bahasa normatif berbeda dalam
konteks sosial, wilayah dan situasi. Pemakaian bahasa Inggris orang kulit hitam
sesuai untuk konteks sosial dan kultural tertentu dan tidak cocok untuk yang lain. Ini
juga benar bagi bahasa Inggris AS baku. AS kaya bahasa dan dialek. Negara ini
memiliki lebih dari 20 juta warga Hispanis. Spanyol adalah bahasa pertama sebagian
besar dari mereka. Sebagian besar dari sekitar 30 juta bangsa Afrika Amerika
berbicara baik dengan bahasa Inggris baku maupun bahasa Inggris kulit hitam.
Perbedaan bahasa yang kaya di Amerika Serikat mencakup lebih dari dua puluh lima
bahasa Eropah, Asia, Afrika, dan bahasa Timur Tengah, serta bahasa Indian
Amerika. Sejak tahun 1970-an, bahasa dari Indo China, digunakan berbicara oleh
kelompok seperti orang Hmong, Vietnam, Laos, dan Kamboja, lebih memperkaya
perbedaan bahasa di Amerika Serikat.
Jika mempelajari musik, tari, dan sastra, guru seharusnya memperkenalkan
siswa dengan bentuk-bentuk seni di antara etnis AS yang amat berpengaruh dan
memperkaya tradisi seni dan sastra negara ini. Hal-hal yang berkaitan dengan
musikus Afrika Amerika seperti Bessie Smith, W.C. Handy, dan Leontyne Price
yang telah mempengaruhi sifat dan perkembangan musik AS seharusnya dikaji saat
mempelajari perkembangan musik AS. Orang Afrika Amerika dan Puerto Rico
Pendidikan Multikultural
2-21
Unit 2
Latihan
Sampai di sini dulu pembahasan mengenai Pendekatan terhadap Kurikulum
Pendidikan Multikultural. Sebelum dilanjutkan pada Unit 3 mengenai Karakteristik
Pendidikan Multikultural di Beberapa Negara maka untuk lebih memantapkan
pemahaman dan daya analisis Anda terhadap Pendekatam terhadap Kurikulum
Pendidikan Multikultural dalam memasukkan materi ke dalam kurikulum, terlebih
dahulu silakan Anda mengerjakan beberapa latihan berikut ini.
1) Apa yang anda ketahui tentang budaya WASP?
2) Sebutkan dampak negatif kurikulum yang berpusat pada aliran utama
terhadap kelompok lain?
3) Sebutkan empat tahap integrasi materi multikultural ke dalam kurikulum?
4) Jelaskan tujuan utama dari pendekatan aksi sosial?
Pendidikan Multikultural
2-23
Rangkuman
Kurikulum yang berpusat pada aliran utama ternyata berdampak negatif bagi siswa
yang dominan dan siswa kulit berwarna. Kurikulum justru memperkuat perasaan
keliru tentang superioritas dari siswa aliran utama dan gagal merefleksikan,
memvalidasi, dan memperingati budaya siswa kulit berwarna. Beberapa faktor
memperlambat pelembagaan kurikulum multikultural di sekolah. Faktor tersebut
fmeliputi penolakan ideologis, kurangnya pengetahuan guru tentang kelompok etnis,
dan terlalu beratnya guru bertumpu pada buku teks.
Empat pendekatan untuk integrasi materi etnis ke dalam kurikulum dapat
diidentifikasi pada subunit ini. Pada pendekatan kontribusi, pahlawan, komponen
2-24
Unit 2
budaya, hari libur dan elemen yang lain yang berhubungan dengan kelompok etnis
ditambahkan pada kurikulum tanpa mengubah strukturnya. Pendekatan aditif terdiri
dari penambahan materi, konsep, tema, dan perspektif ke dalam kurikulum, dengan
strukturnya yang tetap tidak berubah. Dalam pendekatan transformasi, struktur,
tujuan, dan sifat kurikulum diubah untuk memungkinkan siswa melihat konsep, isu
dan problem dari perspektif etnis yang berbeda. Pendekatan tindakan sosial
mencakup semua elemen pendekatan transformasi, ditambah elemen yang
memungkinkan siswa mengidentifikasi isu sosial yang penting, mengumpulkan data
yang terkait, mengklarifikasi nilai-nilainya, membuat keputusan reflektif, dan
mengambil tindakan untuk mengimplementasikan keputusan mereka. Pendekatan ini
berupaya menjadikan siswa agen perubahan yang reflektif dan kritik sosial.
Untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi yang telah
dipelajari, silakan Anda kerjakan tes formatif berikut.
Tes Formatif 2
Pilihlah satu jawaban yang paling tepat dari beberapa alternatif jawaban yang
disediakan!
1) Sebagian besar kurikulum, buku teks, dan materi pelajaran di Amerika Serikat
saat ini lebih berfokus pada:
a. White Anglo Saxon Protestan
b. Hispanis
c. kelompok orang Afrika Amerika
d. Indian Amerika.
2) Faktor utama yang memperlambat dan masih lambatnya perkembangan
multikultural adalah:
a. Tantangan ekonomi yang dihadapi kelompok minoritas.
b.Perlawanan politis-ideologis
rekonstruksi sosial.
yang
memandang
multikultural
sebagai
Pendidikan Multikultural
2-25
2-26
Unit 2
------------------------------------ X 100 %.
10
Pendidikan Multikultural
2-27
2-28
Unit 2
Kunci Jawaban
yang
memandang
multikultural
sebagai
Pendidikan Multikultural
2-29
2-30
Unit 2
Daftar Pustaka
Banks, J.A. 1993. Multicultural Education: Issues and Perspectives. Needham
Height, Massachusetts : Allyn and Bacon
Sleeter, C., & Grant, C. (1993). Making choices for multicultural education: Five
approaches to race, class, and gender (2nd ed.). New York: Macmillan.
Kalen, H. http://en.allexperts.com/e/h/ho/horace_kallen.htm
http://www.cwrl.utexas.edu/~daniel/hyperwritingrguments/moskal/ thesolu.html
http://www.start-at-zero.com/papers/multiculturalism/theories.htm
http://www.talkaboutculture.com/
http://pagead2.googlesyndication.com/
http://www.funderstanding.com/theories.html
Pendidikan Multikultural
2-31
Unit
KARAKTERISTIK PENDIDIKAN
MULTIKULTURAL DI BERBAGAI NEGARA
Pendahuluan
Sutarno
Saudara, pada saat ini semua negara di dunia terdiri dari multikultural. Anda
lihat dalam kenyataan ada banyak latar belakang kultural yang berbeda di dalam
segenap kehidupan masyarakat lokal, nasional, dan internasional. Dalam dunia
olahraga, kita melihat para pemain sepakbola dalam tim nasional Italia, Perancis,
Belanda, Inggris, Jerman yang terdiri dari multikultural. Begitu juga dalam bidang
yang lain.
Untuk mencapai tujuan di atas, topik-topik yang dibahas dalam Unit 2 ini
terdiri dari tiga subunit, yaitu:
1) Karakteristik Pendidikan Multikultural di berbagai negara
2) Karakteristik Indonesia sebagai masyarakat multikultur
3) Wawasan multikultural: Budaya lokal, nasional dan universal.
Agar dapat memahami karakteristik Pendidikan Multikultural di beberapa
negara secara mendalam, Anda harus membaca secara cermat, serta menganalisis
Pendidikan Multikultural
3-1
dan mendiskusikan setiap paparan yang disajikan. Jangan lupa, untuk mengecek
tingkat pemahaman atau pengalaman belajar yang telah dimiliki, Anda harus
mengerjakan latihan dan tes formatif yang disajikan pada setiap penggalan subunit
dalam Unit ini.
Selamat membandingkan
karakteristiknya!
3-2
Unit 3
berbagai
budaya
di
dunia
dan
temukan
Subunit 1
Karakteristik Pendidikan Multikultural di Berbagai
Negara
Sejak Perang Dunia II, beberapa kelompok imigran telah tinggal di Inggris dan
di negara Eropah daratan seperti Perancis, Belanda, Jerman, Swedia, dan Swiss.
Beberapa imigran ini seperti orang Asia, dan India Barat dan Afrika Utara dan
Indocina di Perancis telah berdatangan dari daerah koloni sebelumnya. Beberapa
imigran Eropah Selatan dan Timur telah tinggal di negara-negara Eropah Barat dan
Utara dalam usaha menaikkan taraf hidup, menghindari perang, persoalan politik
atau sebab yang lain. Kelompok seperti orang Italia, Yunani, dan Turki telah
bermigrasi ke negara di Eropah Utara dan Barat dalam jumlah besar. Populasi etnis
dan imigran telah meningkat secara signifikan di Australia dan Kanada sejak PD II.
Sebagian besar kelompok imigran dan etnis di Eropah, Australia, dan Kanada
menghadapi masalah yang sama dengan yang dialami oleh kelompok etnis di AS.
Kelompok seperti orang Jamaika di Inggris, orang Algeria di Perancis, dan Suku
Aborigin di Australia.Berikut ini akan diuraikan karakteristik Pendidikan
Multikultural dari beberapa negara untuk menunjukkan bahwa persoalan
multikultural setiap negara itu ada yang bersifat unik dan perlu penanganan yang
unik pula, di samping hal-hal umum yang berlaku pada semua negara.
Pendidikan Multikultural
3-3
Tujuan pendidikannya adalah proses Amerikanisasi. Di samping itu ada sekolah yang
di dalamnya terdapat imigran berbahasa Spanyol (Mexico, Puerto Rico, Kuba) yang
disebut Hispanis.
Sebelum membicarakan kelompok etnis yang ada di Amerika, perlu terlebih
dahulu dijelaskan pengertian kelompok etnis. Suatu kelompok etnis atau etnisitas
adalah populasi manusia yang anggotanya saling mengidentifikasi satu dengan yang
lain, biasanya berdasarkan keturunan (Smith, 1987). Pengakuan sebagai kelompok
etnis oleh orang lain seringkali merupakan faktor yang berkontribusi untuk
mengembangkan ikatan identifikasi ini. Kelompok etnis seringkali disatukan oleh
ciri budaya, perilaku, bahasa, ritual, atau agama.
Untuk memperoleh gambaran yang lebih utuh tentang kelompok etnis di
Amerika Serikat berikut ini akan disajikan masing-masing kelompok etnis yang
hidup di Amerika Serikat.
1. White Anglo Saxon Protestan (WASP)
Pendidikan di AS didominasi oleh budaya dominan yaitu budaya WASP
artinya dikhususkan untuk kelompok berkulit putih (White) yang kebanyakan berasal
dari Inggris, atau yang berbahasa Inggris (Anglo Saxon) dan beragama Protestan.
WASP adalah sebuah tradisi tentang siapa yang seharusnya menjadi penguasa di
Amerika Serikat. Pada awalnya, tradisi ini diperkenalkan dan dipertahankan oleh
orang Inggris yang merasa superior karena merekalah yang membangun AS dengan
pengetahuan dan ketrampilan mereka. Keyakinan orang Inggris itu dilandasi oleh
moralitas agama Protestan yang diasumsikan sebagai agama yang paling kuat
mendorong orang bekerja keras dan produktif. Belakangan, WASP tidak saja dianut
oleh orang Inggris, tetapi semua White Americans karena dalam kenyataannya
kelompok kulit putih ini memiliki pendapatan tinggi, mempunyai prestasi kerja yang
tinggi, yang sebagian besar anggotanya didominasi oleh jemaat gereja Protestan.
3-4
Unit 3
Pendidikan Multikultural
3-5
Americans yang tercatat memasuki Amerika ketika terjadi depresi ekonomi dunia
tahun 1870-an. Mereka dikenal sebagai pekerja keras di wilayah Barat AS.
Pertumbuhan orang Cina di AS kini sangat cepat dibandingkan pertumbuhan orang
Cina di berbagai belahan dunia, termasuk Cina sendiri. Orang Jepang Amerika
(Japanese Americans) adalah imigran Jepang yang merupakan bagian dari Asian
Americans yang mulai berdatangan ke AS tahun 1860-an. Orang Jepang jumlahnya
sedikit dan dikenal selalu menghindari prasangka dan diskriminasi langsung
sebagaimana yang terjadi atas orang Cina. Hukum imigran tahun 1920-an
menghentikan imigrasi orang Jepang ke benua Amerika.
3-6
Unit 3
Gambar 3.5. Persebaran penduduk kelompok Hispanis di Amerika berdasar sensus tahun 2000.
Pendidikan Multikultural
3-7
kesempatan dan penghargaan yang sama terhadap semua anak tanpa membedakan
asal usul serta agamanya. Masalahnya bagaimana menghargai kebudayaannya
masing-masing kelompok etnis agar supaya kekayaan dari masing-masing budaya
kelompok tersebut dapat dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk masyarakat AS.
Untuk mewujudkan tujuan tersebut muncullah gagasan mengenai pendidikan yang
cocok untuk masyarakat yang pluralistis itu. Diperlukan perubahan di dalam tujuan
pendidikan, kurikulum, proses belajar mengajar mengajar juga kedudukan sekolah di
dalam masyarakat yang pluralistik.
Sekalipun secara hukum, sistem pendidikan tidak mengenal perbedaan tetapi di
dalam kenyataan masih terdapat prasangka buruk terhadap etnis lain. Jika tahun 1990
an sekolah untuk semua rakyat (publik school) dibiayai oleh negara bagian, maka
sekarang kelompok etnis khusus, dengan kebudayaannya masing-masing diberi
kesempatan untuk menyelenggarakan pendidikannya sendiri atas biaya negara. Inilah
yang dikenal dengan Charter School. Ada kelompok minoritas Meksiko, etnis Cina
yang bermigrasi sesudah perang dingin, Vietnam (imigran gelap melalui perahu), dan
Karibia.
Pendidikan Multikultural berkembang di dalam masyarakat multikultural
Amerika yang bersifat antarbudaya etnis yang besar yaitu budaya antarbangsa. Ada
upaya untuk mengubah Pendidikan Multikultural dari yang bersifat asimilasi (berupa
penambahan materi multikultural) menuju ke arah yang lebih radikal berupa Aksi
Sosial.
Di Indonesia kita menghadapi masalah bukan terutama antar bangsa seperti di
Amerika melainkan antar suku bangsa atau sub etnis yang pluralistis. Namun
pengalaman multikultural antar bangsa juga dimanfaatkan sebagai bahan introspeksi
untuk menyelesaikan masalah Indonesia.
3-8
Unit 3
Pendidikan Multikultural
3-9
3-10
Unit 3
Kebijakan ini diterima dengan baik oleh kelompok imigran, terutama imigran
Ukraina dan Jerman.
Sejak 1993, beberapa dewan pendidikan seperti Vancouver School Board
melaksanakan penataran guru-guru untuk Pendidikan Multikultural, mendirikan
komite penasehat untuk hubungan rasial, serta melembagakan hubungan rasial di
distrik sekolah.
Secara terinci Magsino (1985) mengidentifikasi 6 jenis model Pendidikan
Multikultural:
1.Pendidikan emergent society. Model ini merupakan suatu upaya rekonstruksi
dari keanekaan budaya yang diarahkan kepada terbentuknya budaya nasional.
2.Pendidikan kelompok budaya yang berbeda. Model ini merupakan suatu
pendidikan khusus pada anak dari kelompok budaya yang berbeda. Tujuannya
adalah memberikan kesempatan yang sama dengan mengurangi perbedaan
antara sekolah dan keluarga, atau antara kebudayaan yang dikenalnya di rumah
dengan kebudayaan di sekolah. Model ini bertujuan membantu anak untuk
menguasai bahasa resmi serta norma dominan dalam masyarakat.
3.Pendidikan untuk memperdalam saling pengertian budaya. Model ini bertujuan
untuk memupuk sikap menerima dan apresiasi terhadap kebudayaan kelompok
yang berbeda. Model ini merupakan pendekatan liberal pluralis yang melihat
perbedaan budaya sebagai hal yang berharga dalam masyarakat. Di dalam
kaitan ini Pendidikan Multikultural diarahkan kepada memperkuat keadilan
sosial dengan menentang berbagai jenis diskriminasi dan etnosentrisme.
4.Pendidikan akomodasi kebudayaan. Tujuan model ini adalah mempertegas
adanya kesamaan dari kelompok yang bermacam-macam. Mengakui adanya
partikularisme dengan tetap mempertahankan kurikulum dominan.
5.Pendidikan accomodation and reservation yang berusaha untuk memelihara
nilai-nilai kebudayaan dan identitas kelompok yang terancam kepunahan.
6.Pendidikan Multikultural yang bertujuan untuk adaptasi serta pendidikan untuk
memelihara kompetensi bikultural. Model ini mengatasi pendekatan kelompok
spesifik, identifikasi dan mengembangkan kemampuan untuk berkomunikasi
secara cross-cultural dengan mendapatkan pengetahuan tentang bahasa atau
kebudayaan yang lain. (Tilaar, 2004).
Pengalaman di Kanada menunjukkan bahwa isi budaya (cultural content) di
dalam kurikulum sekolah menempati urutan kedua, sedangkan yang utama adalah
bagaimana mencapai kemajuan akademis. Pendidikan Multikultural di Kanada
tergantung di mana pendidikan multietnis itu berada di dalam kerangka struktur
ekonomi, politik, dan sosial masyarakatnya.
Pendidikan Multikultural
3-11
Aborigin, penduduk asli Australia berasal dari benua Asia. Menyusul imigran
dari Eropah yang sebagian merupakan orang hukuman dibawa oleh kapten Arthur
Philip. Pada mulanya imigran pertama yang memasuki Australia berasal dari para
narapidana serta pembangkang politik Irlandia, kemudian berdatangan orang Jerman
yang terusir dari negerinya karena masalah agama. Menyusul orang India dan Cina
sebagai pekerja kasar. Ketika diketemukan emas di New South Wales dan Victoria
mulai berdatangan para pekerja dari berbagai bangsa.
Paham multikulturalisme di Australia berkaitan erat dengan perkembangan
politik, terutama Partai Buruh. Pelaksanaan Pendidikan Multikultural dapat
dibedakan tiga fase perkembangan yaitu dari politik pasif ke arah asimilasi aktif
(1945-1972), pendidikan untuk kaum migran bersifat pasif. Artinya anak kaum
imigran menyesuaikan diri dengan sistem pendidikan yang ada. Karena ada kesulitan
dalam penggunaan bahasa Inggris bagi anak imigran diberikanlah bantuan
laboratorium bahasa. Hingga tahun 1970-an kurikulum masih terpusat hingga
menyulitkan di dalam menyesuaikan dengan kebutuhan multietnis Australia. Kedua,
dari pendidikan imigran ke Pendidikan Multikultural (1972-1986) semua propinsi di
Australia telah mengadopsi kebijakan Pendidikan Multikultural. Kebijakan tersebut
adalah sebagai berikut : Di dalam masyarakat multi budaya, masing-masing orang
memiliki hak atas integritas budaya; memiliki citra diri yang positif (a positif self
image), dan untuk pemahaman dan penghargaan terhadap perbedaan. Masing-masing
orang tidak hanya harus menyatakan perasaan yang psitif terhadap warisan
budayanya sendiri tetapi juga harus mengalami seperti perasaan terhadap warisan
budaya orang lain. Tujuan Pendidikan Multikultural adalah :
a. Pengertian dan menghargai bahwa Australia pada hakekatnya adalah masyarakat
multibudaya di dalam sejarah, baik sebelum maupun sesudah kolonisasi bangsa
Eropah.
b. Menemukan kesadaran dan kontribusi dari berbagai latar kebudayaan untuk
membangun Australia.
c. Pengertian antar budaya melalui kajian-kajian tentang tingkah laku, kepercayaan,
nilai-nilai yang berkaitan dengan multikulturalisme.
d. Tingkah laku yang memperkuat keselarasan antaretnis.
e. Memperluas kesadaran akan penerimaannya sebagai seseorang yang mempunyai
identitas nasional Australia tetapi juga akan identitas yang spesifik di dalam
masyarakat multi budaya Australia.
Program Pendidikan Multikultural antara lain berbentuk bahasa Inggris sebagai
bahasa kedua, pendidikan community language yaitu bahasa yang digunakan di
dalam suatu masyarakat tertentu. Ketiga, imperatif ekonomi dalam Pendidikan
Multikultural (1986-1993). Yaitu adanya bantuan dana dan masuknya Asian Studies
Program yang berisi bahasa Asia dan kebudayaannya. Bahkan informasi terakhir
pelajaran Bahasa Indonesia sudah dimasukkan di dalam kurikulum sekolah dasar.
Dewasa ini hampir semua sekolah di Australia telah melaksanakan Pendidikan
Multikultural.
Pendidikan Multikultural Australia mempunyai wajah yang spesifik. Kebijakan
imigrasi dan masalah etnis dipecahkan secara konsensus dari seluruh masyarakat.
Ada pakar yang berpendapat bahwa Australia merupakan masyarakat yang polietnik
bukan multi kultur dalam arti Australia lebih bercorak Anglo Saxon yang menerima
3-12
Unit 3
Amerika
Jepang
Tujuan budaya
Merumuskan rencana
tindakan
Mencari informasi;
tidak ada kesimpulan
Pembukaan
Langsung ke tujuan
Pengikutsertaan
Diharapkan dari
semua yang hadir
Gambaran diri
Kesamaan;
kemandirian;
persaingan
Pernyataan langsung
pada perkaranya
Informal, ungkapan
emosi paling sedikit
Berhadap-hadapan
seberangan meja
Selalu tepat waktu;
Menyadari senioritas;
saat diam untuk
keselarasan
Dipimpin oleh senior;
mencari rasa
kelompok; lebih
mendengarkan.
Bagian kelompok;
kesopanan
Penggunaan bahasa
Komunikasi non verbal
Orientasi ruang
Orientasi waktu
Arab
Membangun hubungan
dan menciptakan basis
kepercayaan
Untuk menghangatkan;
ungkapan
keramahtamahan.
Berdasarkan senioritas,
ahli dilibatkan tak
langsung pada tugas
Kebudayaaan yang
kaya; kemurahan hati.
Merayu, berputar-putar
Jenis pakaian, emosi
Berdasarkan status dan
umum
Konteks historis
Pendidikan Multikultural
3-13
Norma
Pengambilan
keputusan
Menutup
Nilai yang diterapkan
Amerika
Jepang
berorientasi ke masa
depan
Berdasarkan fakta;
ambil resiko; mengacu
pada akal
Kesimpulan, rencana
tindakan; tanggung
jawab
Budaya langsung;
berorientasi pada
tindakan; perorangan;
berorientasi ke masa
depan; ambil resiko;
prestasi; penyelesaian.
Arab
Intuisi, latar belakang
historis
Berorientasi pada
pertemuan di masa
depan/terbuka
Keramahan,
kepercayaan religius,
umur/senioritas,
sanjungan/kekaguman.
Latihan
Sampai di sini dulu pembahasan mengenai Pendidikan Multikultural di
berbagai negara. Sebelum dilanjutkan pada Unit 3.2 mengenai karakteristik
Indonesia sebagai masyarakat multikultur maka untuk lebih memantapkan
pemahaman dan daya analisis Anda terhadap beberapa pengertian kebudayaan,
terlebih dahulu silakan Anda mengerjakan beberapa latihan berikut ini.
1) Kemukakan pendapat Anda mengenai karakteristik Pendidikan Multikultural di
AS ?
2) Jelaskan perbedaan antara pandangan neoliberalisme dan neokonservatisme
dalam memandang Pendidikan Multikultural di Inggris?
3) Jelaskan perbedaan kebijakan politik antara Kanada dengan Amerika dalam
menerapkan Pendidikan Multikultural ?
4) Apa yang menjadi kebijakan pemerintah Australia dalam menerapkan Pendidikan
Multikultural?
3-14
Unit 3
Rangkuman
Tujuan Pendidikan Multikultural AS lebih condong pada proses Amerikanisasi.
Pendidikan Multikultural AS berkembang di dalam masyarakat budaya antarbangsa.
Ada upaya untuk mengubah Pendidikan Multikultural dari yang bersifat asimilasi
(berupa penambahan materi multikultural) menuju ke arah yang lebih radikal berupa
Aksi Sosial, walaupun masih mendapat tentangan yang kuat dari kelompok yang
dominan yaitu WASP yang menguasai sektor ekonomi, sosial dan politik.
Pendidikan Multikultural di Inggris berkembang sejalan dengan banyaknya
kaum imigran yang memasuki negara itu, namun masih terdapat perlakuan yang
dekriminatif sehingga memunculkan gerakan yang berlatar belakang budaya.
Gerakan ini merupakan gerakan politik yang didukung pandangan liberal, demokrasi
dan gerakan kesetaraan manusia. Paham neoliberalisme memberi kekuasaan yang
lebih besar pada masing-masing sekolah dan pemerintah lokal untuk mengurus
dirinya sendiri. Pandangan neokonservatisme mempertahankan kurikulum yang
terpusat dan pendidikan agama Kristiani. Namun pelaksanaan kebijakan ini masih
diskriminatif. Penyerahan pendidikan pada kekuatan pasar memperkecil kesempatan
kelompok minoritas mendapat pendidikan yang layak. Kelompok minoritas tidak
mampu berkompetitif dengan budaya dominan.
Konsep dan kebijakan Pendidikan Multikultural Kanada bertujuan memajukan
bangsa sebanding dengan negara lain. Negara ini berusaha memandirikan
ekonominya dan mencoba mempersatukan multikulturalnya demi kemajuan bangsa.
Pengalaman di Kanada menunjukkan bahwa materi budaya di dalam kurikulum
sekolah menempati urutan kedua, sedangkan yang utama adalah mencapai kemajuan
akademis. Pendidikan Multikultural di Kanada tergantung di mana pendidikan
multietnis itu berada di dalam kerangka struktur ekonomi, politik, dan sosial
masyarakatnya.
Sejarah pertumbuhan penduduk Kanada dapat diidentifikasi atas empat
kelompok:
Etnis asli yang hidup secara nomaden sebagai pemburu dan petani, etnis Perancis
sebagai penjajah dan pedagang, etnis Inggris, dan imigran dari Eropah dan Asia yang
dilatar belakangi kebutuhan pekerja di propinsi tengah dan barat.
Berbeda dengan AS yang menerapkan politik asimilasi, Pemerintah Liberal
Kanada menerapkan politik multikulturalisme yang memberlakukan status yang
sama untuk bahasa Perancis dan Inggris sebagai bahasa resmi. Kanada merupakan
negara pertama yang memberikan pengakuan legal terhadap multikulturalisme.
Pendidikan Multikultural
3-15
Sekalipun kebijakan multikultural merupakan kebijakan federal, namun masingmasing negara bagian melaksanakan kebijakan sesuai dengan kebutuhannya.
Kebijakan multikultural dimasukkan dalam bentuk yang berbeda-beda di dalam
program sekolah.
Australia mengalami problem dalam menghadapi jumlah dan cepatnya
perkembangan imigran dari bangsa-bangsa Asia dan Pasifik. Akibatnya, Australia
mengubah kebijakannya dari White Australia Policy ke multicultural policy. Imigran
pertama berasal dari para narapidana serta pembangkang politik Irlandia, kemudian
berdatangan orang Jerman yang terusir karena masalah agama. Menyusul orang India
dan Cina sebagai pekerja kasar. Ketika diketemukan emas di New South Wales dan
Victoria mulai berdatangan para pekerja dari berbagai bangsa.
Paham
multikulturalisme di Australia berkaitan erat dengan perkembangan politik, terutama
Partai Buruh. Kebijakan imigrasi dan masalah etnis dipecahkan secara konsensus
dari seluruh masyarakat. Australia merupakan masyarakat yang polietnik bukan
multi kultur dalam arti Australia lebih bercorak Anglo Saxon yang menerima
kebhinekaan selama tidak mengganggu atau mengubah gaya hidup masyarakat
Anglo Saxon tersebut.
Untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi yang telah dipelajari,
silakan Anda kerjakan tes formatif berikut.
Tes Formatif 1
Pilihlah satu jawaban yang paling tepat dari beberapa alternatif jawaban yang
disediakan!
1) Yang dipandang memajukan Amerika karena pengetahuan dan ketrampilan
adalah kelompok :
a. Native Americans.
b. Hispanic American
c. White Anglo Saxon Protestan.
d. Asian Americans.
2) Negara yang awal berdirinya bersifat monokultur adalah:
a. Inggris
b. Amerika
c. Kanada
d. Australia
3) Pendidikan multikultural di Inggris terjadi karena dorongan dari :
a. kelompok liberal bersama dengan kelompok kulit berwarna.
b. kelompok konservatif
c. kelompok imigran yang menduduki kekuasaan
d. kelompok neokonservatif
3-16
Unit 3
Pendidikan Multikultural
3-17
10) Negara di Asia yang telah mengadopsi kebijakan asimilasi melalui kebijakan
Bumiputera policy adalah
a. Jepang
b.Indonesia
c. Malaysia
d. Korea
3-18
Unit 3
Subunit 2
Karakteristik Indonesia Sebagai Masyarakat
Multikultur
angsa Indonesia memiliki banyak budaya yang dapat memperkaya khasanah
budaya nasional kita. Kita perlu memperoleh gambaran umum tentang kondisi
ke-Indonesia-an yang beragam dan gambaran yang lebih spesifik tentang
berbagai kelompok etnis dan budaya yang ada di tanah air ini. Dalam Subunit 3.2 ini
kita akan mengkaji karakteristik Indonesia yang beragam itu dan selanjutnya
mengkaji beberapa etnis sebagai identitas sosial budaya. Karena keterbatasan tempat,
waktu dan kemampuan penulis, maka hanya disajikan mengenai Cina, Jawa dan
Bali.Mengapa dipilih Cina ? Karena sekalipun jumlah mereka sedikit, tetapi secara
ekonomi sangat mendominasi negeri. Mengapa Jawa ? Karena sebagian besar jumlah
penduduk Indonesia berasal dari daerah ini. Karena jumlah penduduknya banyak
maka tentunya budayanya juga mempunyai banyak pengikut. Mengapa Bali ? Karena
Bali sangat dikenal sebagai tempat pariwisata budaya dunia. Bahkan lebih dikenal
daripada Indonesia sendiri.
Masyarakat multikultur terbentuk dari subgroup yang berbeda dari yang satu
dengan yang lainnya dalam berbagai latar belakang: kelas sosial, etnis, ras, budaya,
gender. Orang dalam masyarakat multikultural bukan hanya menjadi anggota dari
satu budaya saja. Seseorang merupakan anggota dari berbagai subgroup yang
membentuk masayarakat, yang masing-masing diprogram oleh budayanya sendiri.
Sekalipun ini terlalu menyederhanakan. Budaya subgroup juga tumpang tindih dan
saling menerobos satu dengan yang lain, sehingga orang tidak menjadi anggota
secara eksklusif pada satu subgroup saja namun harus bergerak keluar dan masuk
dari beberapa sistem perilaku budaya setiap hari dan menggunakan program budaya
masing-masing sesuai di mana dia berada. Anggota dari subgroup juga harus
berpartisipasi dalam sistem perilaku budaya dalam domain publik dari masyarakat
yang lebih luas. Misalnya, bayangkan kehidupan keluarga apa yang disukai dalam
masyarakat yang pluralis. Pada titik tertentu gambaran kita adalah stereotipe. Suami
dan istri memulai hari mereka dengan menggunakan perilaku dan benda yang terpola
secara budaya sesuai dengan agen pranata dari keluarga untuk menyiapkan makan
pagi dan mengantarkan anak ke sekolah (ibu) kerja sang istri dalam lembaga hukum
(pengacara). Dalam pekerjaan, suami istri dapat mengadopsi bentuk budaya yang
memadai untuk fungsinya secara efektif. Pada malam harinya, seluruh anggota
keluarga pergi keluar untuk makan di restoran China dan harus mengadopsi
kebiasaan budaya etnis untuk jenis sistem tindakan ini. Pada hari Minggu, keluarga
pergi ke gereja untuk subgroup yang lain di aman anggota menjadi bagian dari
keyakinan dalam lingkungan metafisik Kristen. Keluarga menggunakan
pengetahuan, ide, dan keyakinan religius yang sesuai dengan sistem tindakan itu. Di
atas kertas, rangkaian ini nampak amat rumit. Kenyataan, seseorang akan
mengatasinya setiap hari sepanjang hidupnya. Sebagai konsekuensi, dalam
Pendidikan Multikultural
3-19
masyarakat yang kompleks setiap orang perlu banyak pengetahuan tentang berbagai
subkultur dan agen institusi yang programnya memungkinkan untuk mengatasi
secara sukses kehidupan sehar-harinya.
Negara Indonesia yang memiliki jumlah penduduk yang besar, wilayah yang
luas, dan terletak pada posisi silang dunia memungkinkan terjadinya perpaduan
budaya yang amat kompleks. Ada ratusan suku dengan jumlah bahasa telah
menempatkan Indonesia sebagai masyarakat majemuk. Masing-masing etnis
memiliki budayanya masing-masing yang tentunya menuntut kesadaran akan
kebhineka tunggal ikaan yang kokoh demi terbentuknya wawasan nasional yang
kokoh pula.
Terjadi mobilitas manusia antar wilayah geografi yang sangat cepat. Kita
bertemu dengan orang Solo (Jawa Tengah) dan Malang (Jawa Timur) yang
berjaualan bakso di Jayapura (Papua). Kita bertemu orang Batak yang menjadi
pengacara di Jakarta, atau sopir angkutan kota di Bandung. Kita menemui rumah
makan Padang di seluruh wilayah Indonesia. Anda juga bisa bertemu dengan orang
Cina, Arab, dan India di Makasar atau di Sorong. Semua itu hanyalah persoalan
ekonomi, belum membicarakan perkawinan campuran antara orang Cina dengan
Madura, orang Jawa dengan orang Sunda, antara orang Belanda dengan orang
Menado. Dari dua isu itu saja, kita dapat melihat bahwa dalam kehidupan sehari-hari
kita telah mengalami diferensiasi status dan pernan etnis dan ras di dalam situasi
sosial, psikhologis, religius, politis dan lain-lain.
Setiap mahasiswa datang ke kampus dengan suatu identitas apakah identifikasi
dengan kelompoknya ini disadari atau tidak. Identifikasi ini harus diakui dan
dihormati oleh pengajar. Intinya adalah mengakui adanya perbedaan, bukan
mengabaikan atau membeda-bedakanhya. Agar siswa mengetahui siapa dirinya dan
darimana dia berasal, hidup di lingkungan budaya yang bagaimana dan harus
berperilaku dan bersikap yang bagaimana, perlulah dia mengetahui wawasan
multikultural. Dia perlu mengetahui budaya lokalnya, budaya nasional yang ada di
nusantara ini serta mengenal pula budaya dunia/universal. Karena pada era global ini
budaya lokalnya pada dasarnya merupakan bagian utuh dari budaya dunia. Tarcisius
Chin (dalam Lilian Too, 2002) menyatakan bahwa dengan globalisasi dan
dimulainya abad Pasifik, ada juga kebutuhan paralel untuk mengembangkan otak
bagian kanan untuk dapat menghargai tradisi, norma, dan nilai-nilai dalam
masyarakat. Seni manajemen berarti mengelola dalam konteks budaya, yang berakar
pada kepercayaan dan kebijakan yang turun temurun.
Karakteristik Indonesia
Indonesia memiliki karakteristik yang perlu dipertimbangkan dalam segenap
segi kehidupan, termasuk dalam bidang pendidikan. Karakteristik itu bisa dalam
bentuk:
1. Jumlah penduduk yang besar dengan ketrampilan yang rendah. Indonesia yang
jumlah penduduknya 203.456.000 jiwa dapat menjadi potensi yang besar dalam
pengadaan tenaga yang besar. Namun jumlah yang besar saja tidak mencukupi.
Jumlah yang besar itu perlu disertai dengan ketrampilan yang memadai. Negara
Indonesia termasuk negara yang tenaga kerjanya sangat dibutuhkan di negara lain
3-20
Unit 3
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
dan lebih disukai di negara lain. Karena tenaga kerja Indonesia memiliki budaya
yang santun dan sabar dibandingkan dengan tenaga kerja dari negara lain. Namun
karena kemampuannya rendah maka tenaga kerja Indonesia itu hanya berada
pada sektor-sektor yang tidak begitu menguntungkan dari segi upah. Sebagian
besar tenaga kerja Indonesia, khususnya wanita banyak yang bekerja sebagai
pembantu rumah tangga. Persebaran penduduk yang tidak merata.
Wilayah yang luas. Indonesia memiliki wilayah seluas 1.922.570 km persegi
yang menduduki urutan 15 terbesar dunia.
Posisi silang. Indonesia terletak di antara dua Samudra (Samudra Hindia dan
Samudra Pasifik) dan dua benua (Asia dan Australia) karena posisi silang ini,
maka Indonesia menjadi tempat pertemuan berbagai budaya dunia. Sehingga hal
ini memunculkan varian dari budaya dari berbagai negara. Sejarah membuktikan
Kekayaan alam dan daerah tropis. Karena pada daerah tropis yang hanya
mengenal dua musim (penghujan dan kemarau) maka mungkin saja membuat
masyarakat Indonesia ini memiliki budaya yang santai dan kurang berwawasan
ke depan. Ada pepatah budaya Jawa yang mengatakan ono dino ono upo (ada
hari ada nasi artinya tiada hari yang membuat kita tidak bisa makan). Indonesia
memiliki kekayaan yang melimpah namun kekayaan ini masih merupakan
kekayaan yang potensial, belum bersifat efektif. Sehingga Indonesia menduduki
kelompok negara yang miskin dari segi pendapat perkapita pertahun warganya.
Sungguh ironis, negaranya memiliki kekayaan besar namun warga
masyarakatnya miskin. Hal ini karena pengetahuan dan ketrampilannya masih
rendah.
Jumlah pulau yang banyak. Amerika Serikat memang memiliki wilayah yang
luas, namun lebih berujud benua (kontinen), sedangkan pulau Indonesia itu
berjumlah lebih dari 17.000 pulau. Jumlah yang banyak ini tentunya
membutuhkan perjuangan pelayanan yang ekstra keras dari pemerintah untuk
dapat melayani seluruh masyarakat Indonesia.
Persebaran pulau. Persebaran pulau yang terhalang oleh air laut ini
menimbulkan kendala tersendiri dalam peningkatan taraf hidup maupun
pembinaan pendidikan. Bahkan warga masyarakat dari Talaud (Sulawesi) harus
membutuhkan waktu selama dua minggu hingga satu bulan perjalanan untuk
mengurus surat nikah. Jadi ada kendala geografis yang membuat masyarakat di
berbagai tempat di Indonesia ini kurang bisa mengatasi ketertinggalan dari
daerah lain yang lebih maju.
Kualitas hidup yang tidak seimbang. Kesenjangan sosial ekonomi bukan saja
antar daerah namun antar masyarakat dalam wilayah yang sama. Kondisi ini
dapat menimbulkan kecemburuan sosial bagi kelompok yang tersisih dan tinggal
di daerah-daerah kumuh dan kantong-kantong kemiskinan. Sehingga kondisi ini
sering membuat mereka mudah tersulut dengan perkelahian, pertikaian dan
bentrokan.
Perbedaan dan kekayaan etnis. Adanya perbedaan ini dapat memperkaya budaya
antar daerah dan dapat menjadi mosaik yang indah. Namun perlu diwaspadai
bahwa perbedaan ini dapat dimanfaatkan oleh orang yang tidak bertanggung
jawab untuk melakukan politik adu domba yang sudah terlalu sering kita alami
selama sejarah panjang bangsa ini.
Pendidikan Multikultural
3-21
Berikut ini akan disajikan beberapa etnis yang ada di Indonesia sekedar
memberi wawasan akan adanya berbagai karakteristik masyarakat multikultur
Indonesia.
3-22
Unit 3
Pendidikan Multikultural
3-23
Unsur angin dan air secara bersama-sama merupakan kekuatan unsur alam yang
mengalir dan mempengaruhi permukaan bumi. Feng shui mengakui bahwa
permukaan tanah diliputi oleh angin dan air. Feng shui menekankan bahwa
manusia perlu hidup dalam keselarasan dengan angin dan air di tanah, jika kita
menginginkan unsur ini menciptakan aliran energi positif yang menyebabkan kita
mendapat keuntungan.
Di sini kita menembus budaya Cina yang khas dari penggunaan simbol,
kepercayaan, dan astrologi Cina yang meliputi seluruh spektrum ketertarikan
orang Cina terhadap hubungan antara manusia dan alam semesta yang
menekankan kebutuhan mendesak akan keseimbangan dan keselarasan. Konsep
yang hampir sama dengan konsep budaya bangsa Indonesia.
Ada beberapa konsep yang perlu dipahami dalam budaya Cina yaitu:
1. Chi (napas kosmis),
Chi adalah energi, daya hidup yang membantu keberadaan manusia. Chi
tercipta di alam oleh air yang mengalir dengan lembut atau oleh bentuk gunung
dan oleh bentuk simetri dari sekelilingnya. Chi kosmis dapat diciptakan dan
dikumpulkan sehingga diyakini bisa memberi pengaruh baik pada nasib
seseorang. Chi kosmis adalah sumber ketenangan dan kemakmuran, kekayaan
yang berlimpah, kehormatan dan kesehatan yang baik.
Chi tidak boleh berhamburan atau tertiup. Jika hal itu terjadi tak akan
baik nasibnya. Chi terbawa angin dan menyebar sehingga tempay yang berangin
dianggap tidak menguntungkan. Sebaliknya Chi yang ada di tempat yang
dikelilingi air tidak akan berhamburan sehingga tetap berkumpul dan dianggap
sebagai lokasi yang menguntungkan. Jenis air harus diperhitungkan. Aliran air
yang deras atau yang lurus dapat menghanyutkan Chi sehingga perlu dihindari.
Inti keyakinannya adalah menjebak energi Chi yang mengalir melewati suatu
tempat dan mengumpulkannya tanpa membiarkan energi itu berhenti. Teorinya
adalah mencari lokasi yang tidak terletak di bukit atau daerah vertikal lurus.
Lokasi yang ideal adalah yang terlindung dari angin yang kers dan ada aliran air
dan sungai yang berkelok dan lambat.
2. Lima unsur : logam, air, kayu, api dan tanah.
Dalam budaya Cina, ada lima unsur utama yaitu logam, air, kayu, api dan
tanah. Semua perhitungan Cina, termasuk waktu, tahun, dan tanggal kelahiran
dikelompokkan ke dalam salah satu unsur ini. Kelima unsur ini juga
diasosiasikan dengan warna, musim, arah mata angin dan planet.
- API berwarna merah, musim panas dan arah selatan
- AIR dianggap berwarna hitam, musim dingin dan arah utara.
- KAYU berwarna hijau dan arah timur.
- LOGAM berwarna putih atau keemasan dan arah barat.
- TANAH berwarna kuning dan arah pusat.
3-24
Unit 3
AIR
KAYU
LOGAM
API
TANAH
API
TANAH
LOGAM
KAYU
Pendidikan Multikultural
3-25
atas, seseorang dapat mengetahui berbagai kombinasi yang akan bekerja dari
pandangan feng shui.
AIR
KAYU
LOGAM
API
TANAH
3. I-Ching
I Ching adalah naskah kuno yang menjadi dasar peradaban, yang
menekankan hubungan antara nasib manusia dan alam, memberikan pandangan
mengenai Alam Semesta sebagai satu kesatuan yang senantiasa berada dalam
aliran konstan yaitu perubahan. I Ching adalah sumber pemikiran dan perilaku
semua orang Cina. Iching terdiri dari 64 heksagram, yang masing-masing berisi
kombinasi garis putus dan garis utuh yang mewakili tenaga kutub alam
semesta. Yang bersifat positif (garis utuh) dan Yin bersifat negatif (garis
putus).
3.10 Trigram
3-26
Unit 3
3.11 Heksagram
4. Tahun kelahiran
Orang Cina biasa menggunakan simbol binatang untuk menggambarkan sifat
dan tahun kelahiran seseorang. Ada 12 nama binatang yang digunakan untuk
menggamabarkan tahun kelahiran. Berikut ini adalah tabel tahun kelahiran dan
unsur yang dimiliki oleh oarng yang terlahir pada tahun tertentu.
Kerbau
Tahun
1912
1924
1936
1948
1960
1913
1925
1937
1949
1960
Unsur
air
kayu
Api
Tanah
logam
air
kayu
Api
Tanah
logam
Dan seterusnya
Tabel 3.1 Shio
3.12 Yin-Yang
Pendidikan Multikultural
3-27
yang sempurna. Prinsipnya adalah keseimbangan antara dua kekuatan itu haru
seimbang. Terlalu banyak salah satu unsur dapat berakibat buruk.
Orang harus terus menerus mewaspadai perubahan lingkungan yang
mempengaruhi keseimbangan dan harus selalu menyelaraskan.
YIN
YANG
3.13 Pa kua
3-28
Unit 3
supaya terlihat berlipat ganda sehingga diharapkan uang dan rejeki yang
bertambah. Mereka menggunakan mainan kucing yang melampai-lampaikan
tangan sebagai simbol menarik pembeli agar memasuki toko dan membeli
barangnya.
Hal lain yang menjadi ciri budaya orang Cina adalah penghormatan pada
leluhur, penghargaan yang lebih tinggi pada anak laki-laki daripada anak
perempuan. Sehingga ada upacara pada hari Cing Bing untuk menghormati
leluhur. Namun nampaknya dengan beralihnya sebagian besar orang Cina ke
agama besar yang ada, penghormatan semacam ini mulai berkurang.
Pendidikan Multikultural
3-29
2. Slametan (Selamatan)
Slametan atau selamatan adalah sebuah ritual yang dimaksudkan untuk
memohon keselamatan (Endrasana, 2003: 7). Selamatan yang diadakan secara
turun temurun dimaksudkan untuk memperoleh keselamatan lahir dan batin dari
gangguan makhluk halus (Triyoga, 1991: 83). Fungsi utama dari selamatan yang
diadakan adalah untuk menetralisir bencana yang datangnya dari luar kekuasaan
manusia. Dalam selamatan, selain diucapkan doa dan matera, harus disediakan
sesaji makanan, bunga dan kemenyan. Sesaji kemenyan dan bunga adalah
makanan utama makhluk halus yang harus ada pada setiap selamatan karena
benda-benda tersebut merupakan syarat utama agar perdamaian dapat diterima
makhluk halus (Triyoga, 1991: 83). Dengan memberi sedekah, diharapkan
makhluk halus itu mau membantu dan tidak menganggu manusia. Dalam tradisi
Jawa muncul berbagai macam selamatan. Dari selamatan sebelum kelahiran sang
bayi, lahir, perkawinan hingga kematian sangat mewarnai budaya Jawa. Ada
tradisi peringatan dalam kandungan : neloni (tiga bulan peringatan bayi dalam
kandungan), mitoni (tujuh bulan karena dianggap pada usia tujuh bulan ini roh
mulai lengkap). Ada tradisi dalam perkawinan: midodareni (tradisi yang
dilakukan pada malam hari menjelang perkawinan), budaya upacara perkawinan
yang sarat dengan aturan dan simbol. Upacara kematian: slametan surtanah
(geblag) yang dilakukan pada hari meninggalnya seseorang, nelung dina (tiga
hari), pitung dina (tujuh hari), patang puluh (empat puluh), nyatus (seratus hari),
mendhak pisan (satu tahun), mendhak pindho (dua tahun) dan nyewu (seribu
hari).
Sedangkan tradisi yang berkaitan dengan benda sakti biasanya dilakukan
pembersihan benda tersebut setiap tahun sekali, pada bulan Sura (Muharram)
dengan cara dicuci.
Tindakan lain adalah pemerian sesaji pada rumah, pohon besar, perempatan
jalan dan tempat yang dianggap angker lainnya. Dalam budaya mereka,
penunggu tersebut harus diberi sesaji agar mau membantu hidup manusia atau
paling tidak, tidak menganggu kehidupan mereka. Persyaratan selamatan
bervariasi tergantung jenis selamatannya. Mulai dari menyediakan jenang warnawarni (merah, kuning, putih, hitam dan abu-abu), hingga menyembelih kepala
kerbau. Slametan menjadi sebuah permohonan simbolik (Endrasana, 2003: 10).
Lebih dari itu Slametan adalah manifestasi kultur budaya asli (Endrasana, 2003:
10).
3. Primbon, suluk, dan wirid
Primbon, suluk dan wirid merupakan karya sastra yang banyak memuat
ajaran sinkretisme. Primbon antara lain memuat petung (perhitungan) untuk
menentukan perkawinan, mengetahui watak manusia (watak bayi lair), pindah
rumah atau persyaratan hajat lainnya. Suluk dan wirid berisi wejangan atau
petuah yang diyakini dari ajaran para wali songo (wali sembilan) yang memuat
ajaran Islam Isoteris. Karya sastra itu antara lain seperti Serat Centhini, serat
Cebolek, serat wirid Hidayat Jati, Babat Tanah Jawa dan sebagainya. Bizawie
mengemukakan terjadinya perlawanan kultural agama asli Jawa (Endrasana,
3-30
Unit 3
Pendidikan Multikultural
3-31
Utara
Wage
4
hitam
Barat
Pon
7
kuning
Tengah
Kliwon
8
Abu-abu
Timur
Legi
5
putih
Selatan
Paing
9
merah
Kita di sini sekedar mengetahui sekilas keyakinan dasar orang Jawa sehingga kita
bisa memahami mengapa orang Jawa tertentu tidak sembarangan menentukan
hari perkawinan atau bahkan menolak calon menantu karena perhitungan di atas
yang tidak cocok.
6. Makanan
Nama dan jenis makanan dapat menjadi ciri penanda budaya suatu daerah
termasuk budaya Jawa. Di dalam masakan dan makanan Jawa ada yang bernama
: rawon, gudeg, lontong balap, urap-urap, gado-gado, sop buntut dan sebagainya.
3-32
Unit 3
7. Falsafah hidup
Selain hal-hal yang disebut di atas, falsafah hidup orang Jawa dapat menjadi
ciri penanda khas tradisi budaya Jawa. Falsafah ini menjadi pedoman hidup yang
diikuti oleh oang Jawa generasi dulu namun sekarang telah banyak ditinggalkan
karena kurangnya pemahaman dan kekurang mampuan dalam menafsirkan
makna hakikinya. Di samping itu munculnya nilai-nilai dari luar yang bersifat
konsumeris dan materialis membuat nilai-nilai budaya yang adiluhung (mulia) ini
mulai ditinggalkan generasi muda kita. Oleh karena itu dalam Pendidikan
Multiklutural perlulah memahami dan memaknai kembali berbagai falsafah
hidup budaya Jawa ini. Misalnya ajining diri soko lathi, ajining awak soko
tumindak, ajining sariro soko busono (kehormatan diri berasal dari tutur kata
yang baik (lathi), dari perbuatan baik yang kita lakukan (tumindak) dan dari
pakaian yang kita sandang (busono), ngundhuh wohing pakarti (menuai buah dari
yang ditanam = hukum sebab akibat), senajan mung sedumuk ning bathuk
senajan mung senyari ning bumi, dibelani tohing pati (walaupun hanya satu
sentuhan jari tapi dahi, walaupun sejengkal namun tanah, akan diperjuangkan
dengan pertaruhan nyawa = harga diri), alon-alon waton kelakon (biar lambat
asal selamat/bisa terjadi = yang merupakan pedoman yang lebih mengutamakan
keselamatan), menang tanpa ngasorake (mengalahkan musuh tanpa merendahkan
harga diri musuh), digdaya tanpa aji (sakti tanpa memiliki aji-aji kesaktian =
seseorang yang dapat menjaga kewibawaan). Contoh-contoh di atas merupakan
kearifan budaya yang ada pada budaya Jawa.
8. Produk budaya (keris, rumah/wisma, wayang, pakaian, peralatan)
Berbagai produk budaya seperti keris, wayang, rumah, pakaian dan peralatan
lainnya dapat menjadi ciri penanda yang ada pada budaya Jawa.
Pendidikan Multikultural
3-33
Dalam budaya Jawa tradisional, keris bukan sekedar senjata yang unik
bentuknya, tetapi lebih merupakan kelengkapan budaya spiritual. Ada anggapan
di kalangan Jawa tradisional, seseorang baru bisa dianggap utuh dan lengkap
sebagai lelaki sejati jika ia sudah memiliki lima unsur simbolik: curiga,
turangga, wisma, wanita, kukila.
Curiga, berarti keris, turangga artinya kuda atau kendaraan (motor atau
mobil), wisma adalah rumah untuk tempat tinggal, wanita berarti isteri, dan
kukila arti harafiahnya adalah burung arti simbolik dari keindahan. Keris, makna
simboliknya adalah kehormatan, kedewasaan, dan keperkasaan. Seorang pria
Jawa tradisional, harus tangguh dan mampu melindungi diri, keluarga atau
membela bangsa dan negara.
Pada zaman dulu, penghargaan paling tinggi bukan harta benda berupa
emas permata, melainkan keris. Pada perkembangannya, keris menjadi simbol
kepangkatan. Keris Raja berbeda dengan bawahannya. Berbeda dari bahan keris,
detil-detil perhiasan dan perabot kelengkapannya. Tingkat kepangkatan dari
pemilik keris, juga bisa dilihat dari warangka (sarung) yang membungkus bilah
keris. Warangka keris Raja, berbeda dengan warangka bawahannya. Salah satu
*
http://www.geocities.com/javakeris/kerisologi.htm
3-34
Unit 3
keunikan keris adalah kekuatannya pada unsur-unsur yang ada pada keris. Dari
ukiran atau pegangan keris pun, pada masa lalu orang bisa menilik derajat dan
kepangkatan. Varian ukiran keris Jawa pun, seperti halnya warangka, ada
berbagai macam varian. Di lingkungan keraton Surakarta, ukiran tunggak semi
gaya Paku Buwono hanya boleh dipakai oleh Raja. Pendhok (selongsong logam
pada bungkus bilah) dengan warna kemalo (sejenis cat tradisional berwarna
merah, hijau, coklat dan hitam), dulu dimaksudkan untuk membedakan derajat
dan kepangkatan penyandangnya. Warna merah untuk Raja dan kerabatnya, atau
bangsawan. Hijau, untuk para mantri (menteri, perwira pembantu Raja). Coklat,
untuk para bekel atau administratur menengah kebawah. Sedangkan pendhok
hitam, untuk para abdi dalem, atau rakyat jelata.
Selain tanda penghargaan, pada masa lalu juga dimaksudkan untuk menjadi
peringatan waktu dan tahun Jawa. Dalam khasanah budaya Jawa tradisional,
disebut sebagai candra sengkala atau sengkalan. Gambar atau wujud benda,
binatang, tumbuhan yang dikinatahkan juga bisa diartikan sebagai kronogram
untuk menunjuk angka tahun. Keris juga dipakai sebagai simbol identitas diri
(Brahmana atau untuk Raja). Keris juga bisa berfungsi sebagai pertanda atribut
utusan Raja. Apabila seseorang mendapat tugas dari Raja, Raja meminjamkan
sebuah keris pusaka milik sang Raja yang bobot spiritualnya sesuai dengan
bobot tugas yang disandangnya.
Dalam kehidupan sehari-hari, keris berfungsi seremonial, menjadi lambang
persaudaraan, persahabatan, perkawinan. Salah satu simbol persaudaraan atau
persahabatan, dulu biasa ditandai dengan tukar-menukar keris. Bahkan akhirakhir ini Presiden RI menggunakan kersi sebagai cendera mata untuk diberikan
kepada Presiden/kepala negara tetangga sebagai simbol persahabatan negara
Indonesia dengan negara lain. Keris sudah menjadi identitas nasional.
Selain makna-makna duniawi di atas, keris dalam kehidupan Jawa
tradisional juga memiliki makna spiritual yaitu sebagai manifestasi pandangan
hidup, wasiat atau pusaka. Dalam lingkup spiritual, keris merupakan azimat,
medium komunikasi serta tempat bersemayamnya roh atau yoni (ingat
animisme dan dinamismisme). Sampai saat ini orang modern masih banyak yang
mempraktekkannya.
Pendidikan Multikultural
3-35
1. Dharma :
Dharma artinya kebenaran (kebajikan) atau kewajiban dan hukum. Yaitu
suatu jalan yang halus dan sejuk yang dapat melindungi dan menjaga orang
yang mengikuti dan menjauhkan bencana sehingga menjadi orang yang
gembira, tenteram dan bahagia. Mereka melaksanakan dharma itu dalam
perilaku kesehariannya. Dalam keseharian mereka tidak akan pernah lupa
melakukan upacara ritual yang menjadi kewajibannya. Sehingga khusus untuk
pulau Bali saja dibutuhkan berton-ton bunga setiap hari untuk kebutuhan
pemujaan.
2. Tri hita karana : konsep keselarasan hubungan yang mendatangkan
kebahagiaan. Keselarasan hubungan tersebut meliputi :
- keselarasan hubungan manusia dengan Tuhan
- keselarasan hubungan manusia dengan sesama manusia
- keselarasan hubungan manusia dengan alam sekitarnya.
Yang pertama disebut hubungan Niskala (tidak nyata, rohani), yang kedua dan
ketiga disebut sekala (nyata, duniawi). Konsep sekala diwujudkan dalam
pengertian Tri kaya (tiga aspek) yaitu pikiran (manah), perkataan (wak) dan
perbuatan (kaya). Prinsip keselarasan masyarakat Bali yang dilandasi ajaran
Hindu Bali ini mirip dengan keselarasan dari dari budaya Cina dan Jawa. Jadi
secara konseptual, keselarasan, keserasian dan kesimbangan merupakan budaya
khas yang dimiliki oleh bangsa Indonesia. Seandainya prinsip ini benar-benr
dihayati dan diamalkan maka bencana di Sidoarjo oleh Lapindo Brantas ini
tidak akan terjadi. Karena pengeboran ini sama sekali tidak melihat keselarasan
di atas.
3.Rwa Bhineda : Konsep dualistis yang mengekspresikan dua kategori yang
berlawanan dalam hidup (positif dan negatif, baik dan buruk).
Segala sesuatu pasti ada kelebihan dan ada kekurangan. Ada bahagia dan ada
derita. Tidak ada hidup yang tidak diakhiri kematian. Prinsip rwa bhineda ini
sama dengan prinsip Yin-Yang dari budaya Cina.
4. Karmaphala. Satu dari lima sistem kepercayaan agama Hindu yaitu
- percaya adanya Tuhan,
- percaya adanya Atman (roh),
- percaya adanya Punarbawa (reinkarnasi),
- percaya adanya roh leluhur dan
- percaya adanya karmaphala (karma = perbuatan, phala = buah)
Karmaphala adalah hasil perbuatan seseorang. Ala gawe ala nemu, ayu
gawe ayu nemu (bila melakukan hal yang tidak benar maka kesengsaraan yang
akan diperoleh, sebaliknya bila melakukan hal yang benar maka kebahagiaan
yang akan didapat). Karmaphala adalah sesuatu sebab akan menghasilkan
akibat sehingga sering disebut hukum karma. Oleh karena itu berhati-hatilah
dalam berbuat. Setalah kita kaji lebih dalam, ternyata prinsip ini sama dengan
prinsip dari budaya Jawa Ngundhuh wohing pakarti (Budiasa, 1997).
3-36
Unit 3
Latihan
Sampai di sini dulu pembahasan mengenai wawasan multikultural. Sebelum
dilanjutkan pada Subunit 3 mengenai wawasan multikultural: budaya lokal, nasional
dan universal, maka untuk lebih memantapkan pemahaman dan daya analisis Anda
terhadap beberapa karakteristik Indonesia sebagai masyarakat multikultur, terlebih
dahulu silakan Anda mengerjakan beberapa latihan berikut ini.
1) Berikan contoh budaya lokal yang telah menjadi budaya nasional?
2) Kemukakan 7 konsep budaya Cina ?
3) Kemukakan 6 konsep budaya Jawa ?
4) Kemukakan 3 konsep budaya Bali
Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 1 yang
terdapat di bagian akhir Unit ini. Hitunglah jawaban Anda yang benar. Kemudian
gunakan rumus di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap
materi.
Pendidikan Multikultural
3-37
Rumus:
Tingkat penguasaan =
3-38
Unit 3
Rangkuman
Konsep Budaya Cina berkaitan erat dengan pandangan hidup orang Cina yang
mengutamakan nilai kemakmuran dan kelimpahan harta, kedamaian dan
ketenteraman, kesehatan dan umur panjang.
Ada beberapa konsep yang perlu dipahami dalam budaya Cina yaitu :Chi yaitu
energi yang dapat diciptakan dan dikumpulkan sehingga memberi pengaruh baik
pada nasib seseorang. Lima unsur yaitu logam, air, kayu, api dan tanah. Masingmasing unsur mempunyai siklus merusak dan siklus positif. I-Ching atau Buku
tentang Perubahan yang menekankan hubungan antara nasib manusia dan alam
sebagai satu kesatuan yang senantiasa berada dalam aliran konstan yaitu perubahan.
Tahun kelahiran yang disimbolkan binatang untuk menggambarkan sifat dan tahun
kelahiran seseorang, yaitu shio tikus, kerbau, macan, kelinci, naga, ular, kuda,
kambing, monyet, ayam, anjing dan babi. Yin-yang merupakan konsep keselarasan
dan keseimbangan yang didasarkan prinsip dualisme yang saling melengkapi, saling
tergantung yang bersama-sama membentuk kekuatan. Pa kua yaitu lambang
berbentuk segi delapan yang menggambarkan empat titik mata angin utama dan
empat titik tambahan yang digunakan untuk melindungi diri dari pengaruh yang
mengancam rumah atau lokasi. Tahayul dan Simbolisme yang berkaitan erat dengan
kepercayaan akan takhayul dan lambang yang menjadi karakter orang Cina.
Beberapa konsep budaya Jawa adalah Religi Jawa : anismisme, dinamisme,
sinkretisme dan agama Jawa, selamatan, primbon, suluk, dan wirid yang memuat
ajaran sinkretisme, tata krama, petung untuk menentukan perkawinan, mengetahui
watak manusia, pindah rumah atau persyaratan hajat lainnya, makanan, falsafah
hidup, produk budaya (keris, rumah/wisma, wayang, pakaian, peralatan). Hal-hal
yang terkait dengan religi, slametan, primbon, suluk dan wirid lebih mengarah pada
sisi vertikal budaya Jawa, sedangkan tata krama adalah sisi horisontal.
Konsep budaya Bali mencakup dharma artinya kebenaran (kebajikan) atau
kewajiban dan hukum, Tri hita karana yaitu konsep keselarasan hubungan yang
mendatangkan kebahagiaan. Keselarasan hubungan tersebut meliputi keselarasan
hubungan manusia dengan Tuhan, sesama manusia dan alam sekitarnya.Rwa
Bhineda yaitu konsep dualistis yang mengekspresikan dua hal yang berlawanan
(positif dan negatif), dan Karmaphala adalah hasil perbuatan seseorang.
Untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi yang telah dipelajari,
silakan Anda kerjakan tes formatif berikut.
Pendidikan Multikultural
3-39
Tes Formatif 2
Pilihlah satu jawaban yang paling tepat dari beberapa alternatif jawaban yang
disediakan!
1) Yang bukan termasuk dalam konsep budaya Cina adalah
a. nilai kemakmuran dan kelimpahan harta,
b. kedamaian dan ketenteraman,
c. kesehatan dan umur panjang.
d. mati masuk surga
2) Seni hidup dalam keharmonisan dengan alam sehingga seseorang mendapatkan
paling banyak keuntungan, ketenangan, dan kemakmuran dari keseimbangan
yang sempurna dengan alam disebut
a. Feng Shui
b. Yang Yun Sang
c. Yin Yang
d.Pa kua
3) Dalam budaya Cina dapat dikumpulkan sehingga diyakini dapat memberi
pengaruh baik pada nasib seseorang. Chi adalah :
a.energi, daya hidup yang membantu keberadaan manusia.
b. Perhitungan letak rumah
c. Konsep Lima unsur
d.. Keseimbangan positif dan negatif
4) Konsep keselarasan dan keseimbangan yang didasarkan prinsip dualisme (prinsip
negatif dan positif). Prinsip ini disebut dengan :
a. Chi
b.Yin dan yang
c. Pakua
d. I Ching
5) Dalam sistem religi budaya Jawa, ada penyatuan ajaran antara animisme,
dinamisme yang berbaur dengan agama Hindu, Budha, Kristen dan Islam.
Percampuran ini disebut dengan
a..Sinkretisme
b.Primbon
c. Suluk
d. Petung
6) Adab sopan santun Jawa dalam berbahasa, bersikap dan bertingkah laku yang
sangat dijunjung tinggi dan menjadi ciri budaya Jawa disebut
a..Primbon
b. Tata krama
c Petung
d. Animisme
3-40
Unit 3
7) Konsep budaya Bali tentang dualitas yang sama dengan konsep yin yang dari
budaya Cina adalah :
a. Karmaphala
b. Rwa bhineda
c. Ngaben
d. Tri hita karana
8) Suatu perbuatan yang dilakukan oleh seseorang akan kembali mengenai dirinya
sendiri. Ada hukum sebab akibat. Hukum kausalitas ini dalam budaya Bali
disebut :
a. Karmaphala
b. Rwa bhineda
c. Ngaben
d. Tri hita karana
9) Tari Kancet Pepatay dari suku Dayak Kenyah memiliki nilai-nilai :
a..Kepahlawan, kelincahan, kegesitan, dan semangat.
b. Kesetiaan
c Emansipasi wanita
d. Spriritual.
10) Seorang pria Jawa tradisional harus tangguh dan mampu melindungi diri,
keluarga dan membela bangsa dan negara harus memiliki suatu benda yang
menjadi simbol kehormatan, kedewasaan, keperkasaan dan nilai spiritual. Benda
ini disebut:
a. Turangga.
b. Wanita
c. Keris
d. Kukila.
Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 1 yang
terdapat di bagian akhir Unit ini. Hitunglah jawaban Anda yang benar. Kemudian
gunakan rumus di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap
materi.
Rumus:
Tingkat penguasaan =
Pendidikan Multikultural
3-41
3-42
Unit 3
Subunit 3
Wawasan Multikultural : Lokal, Nasional dan
Universal
Pendidikan Multikultural
3-43
mengilustrasikan "shaky ground," kita membahas sifat dari gaya belajar, karakteristik
field dependence (field sensitivity) dan field independence. Bennett (1995)
menunjukkan bahwa siswa dengan gaya yang lebih field dependent cenderung
memiliki pandangan yang lebih global, yang lebih sensitif dengan "highly developed
social skills,"dan dimotivasi secara ekstrinsik. Siswa field independent dapat lebih
mampu memperhitungkan bagian-bagian yang berlainan (discrete parts), yang lebih
individualistik, dan lebih dimotivasi secara intrinsik. Shade (1997) menyimpulkan
bahwa Afrika-Amerika lebih cenderung pada field dependent sedangkan siswa Eurosentris lebih cenderung pada bidang/lapangan yang bebas (field independent).
Bennett (1995: 168) juga menunjukkan bahwa "Orang Meksiko - Amerika cenderung
pada orientasi bidang dependen atau global ".
Siswa field dependent cenderung menyukai "spectator approach" untuk belajar
dan siswa field independent cenderung menyukai pendekatan "inquiry" (Bennett,
1995). Jika orang Afrika-Amerika lebih cenderung pada gaya belajar sosial dan
relasional (field dependent), mereka dapat belajar lebih produktif dengan interaktif,
situasi kolaboratif, namun tidak begitu berhasil dengan situasi belajar
inquiry/Socratic dan dengan metode pendidikan kompetitif. Siswa Euro-sentris dapat
belajar secara lebih berhasil dalam situasi belajar inquiry dan situasi yang berbasis
individual, namun lebih memiliki kesulitan dengan situasi kolaboratif.
Berdasarkan studi kasusnya tentang penggunaan komputer, Chisholm (1996)
mendiskusikan masalah akses komputer, namun menjangkau juga perbedaan gaya
belajar di antara kelompok yang berbeda secara kultural dari siswa. Chisholm
mengidentifikasi tema budaya berikut yang muncul pada pemakaian komputer:
The students whose cultures value cooperation and interdependence, such as the
Mexican-Americans and the African-Americans, could work and share with others.
Those whose cultures value independence and self-reliance, such as the white
culture, could work alone. Whereas those whose native culture tends to look at the
world holistically, such as the Mexican-Americans, could explore and learn through
play, those from cultures valuing analytic thinking could learn in a step-by-step
deductive fashion (hal. 171).
Siswa yang membudayakan nilai kerjasama dan saling ketergantungan, seperti
Meksiko-Amerika dan Afrika Amerika dapat bekerja dan berbagi dengan orang lain.
Yang membudayakan nilai kebebasan dan percaya diri, seperti budaya orang kulit
putih, dapat bekerja mandiri. Sedangkan mereka yang memiliki budaya asli yang
cenderung melihat dunia secara holistik, seperti orang Amerika Keturunan Meksiko,
dapat mengekplorasi dan belajar melalui bermain, yaitu dari budaya berpikir analitis
dapat dipelajari dengan cara deduktif selangkah demi selangkah. Kita mengenal
literatur yang mengindikasikan pentingnya menggunakan variasi berbagai gaya
belajar dan gaya mengajar. Namun, bagaimana pendapat bahwa pendidikan di
Amerika Serikat yang cenderung berfokus pada gaya belajar pada siswa Euro-sentris
yang kompetitif, dorongan inquiry, dan kerja mandiri. Dimana kita berdiri pada
posisi yang goyah ini? Kita mengalami "kesalahan aplikasi (misapplication) dari
teori gaya belajar" (Nieto, 2000: 43). Nieto menyimpulkan studi bahwa guru telah
membuat asumsi yang tidak benar. Misalnya, pada satu studi, Flores Ida Ortiz
(1998:102-122) menunjukkan bahwa guru mengasumsikan siswa Hispanis tidak
ingin mengambil peran kepemimpinan dalam aktivitas kelas; jadi pengajar tidak
3-44
Unit 3
Pendidikan Multikultural
3-45
bertahan hidup kelompok terancam, sehingga perlu bagi setiap orang dalam
kelompok untuk mempelajari sebanyak mungkin program.
Tujuan akhir dari proses transmisi adalah untuk menjadi anggota kelompok
sosial yang mewujudkan budayanya. Deskripsi tentang orang Jepang berikut
menggambarkan keanggotaan yang demikian:
Jika anda mengenal tentang seorang yang bernama Hashimoto, yang hanya
berbicara bahasa Jepang, memakan dengan nasi dan ikan mentah/segar, memakai
kimono dalam rumah yang terbuat dari bambu dan kertas yang bergairah dengan
tatanan bunga dam upacar minum teh, memuliakan Kaisar sebagai Dewa, dan mati
dengan bunuh diri untuk menjaga kehormatan daripada menanggung kehinaan, anda
bukan hanya mengetahui bahwa ia orang Jepang, namun hampir sepanjang hidupnya
... anda juga mengetahui bahwa ia tidak akan melakukan semua hal ini di luar
insting; bahwa ia harus diajar bahasanya, rasa, ide, dan tidak ada alasan yang lebih
baik daripada itu merupakan hal-hal yang orang Jepang lakukan untuk ditanamkan,
dipindahkan, dan dikembangkan sebelum Hashimoto terlahir di antara mereka.
Kunci untuk proses transmisi kebudayaan adalah bahasa kelompok sosial. Ini
merupakan sistem tanda dan simbol dengan mana pengetahuan dan makna digunakan
pada setiap orang dalam kelopok dan khususnya pada masingmasiing generasi baru.
Tanda dan simbol tidak benar-benar persis sama namun cenderung
membingungkan dalam penggunaan sehari-hari. Tanda budaya merupakan obyek
yang menjadi tidik awal untuk sesuatu yang lain dengan konvensi budaya. Misalnya,
lampu merah merupakan tanda bagi kendaraan bermotor untuk berhenti. Sebagian
besar bahasa terdiri dari seperngkat tanda. Tanda-tanda alamiah tidak memiliki arti
yang benar-benar jelas sama. Misalnya, asap adalah tanda dari kebakaran.
Simbol adalah sesuatu yang berbeda. Simbol dapat menyampaikan/membawa
makna abstrak dan sering digunakan dalam perilaku ekspresif dan ritual untuk
mengatakan sesuatu yang penting yang tidak dapat dikatakan secara mudah dengan
cara lain. Misalnya. Bendera adalah istilah untuk selembar kain berwarna dan
berpola, namun istilah itu dapat mengekspresikan pesan simbolik. Jika seseorang
menghormat bendera, mereka sedang mereaksi pada pesan simbolik yang
mengkomunikasikan beberapa hal pada mereka tentang kekuasaan dan kemenangan
suatu negara.
Karena beberapa keyakinan religius tidak dapat mengekspresikan secara
langsung, simbol dapat digunakan secara ekstensif dalam konteks untuk
menyampaikan ide penting pada pemujaan/peribadatan. Ambil tanda plus (+) yang
dalam bahasa kehidupan sehari-hari menjadi/bearti salib/palang. Dalam bahasa yang
berbeda dari religi Kristen silang menjadi simbol untuk salib (crucifix) dan
mengekspresikan seluruh kumpulan keyakinan dan sentimen tentang penyaliban
Yesus Kristus. Simbol merupakan cara penting untuk mengkomunikasikan ide
tentang lingkungan metafisik.
Problem dengan tanda, dan simbol adalah makna yang yang dapat berbedabeda dari satu budaya dengan budaya yang lain. Ini menjadi nampak jika seseorang
mengunjungi masyarakat yang lain dan menggunakan komunikasi lintas budaya.
Ambil dua contoh. Pada budaya Yunani tradisional, tanda tubuh untuk tidak adalah
menganggukkan kepala naik dan turun. Tanda ya adalah menggelengkan kepala.
Komunikasi antara orang Yunani dan seseorang dari kelompok yang lain dapat
3-46
Unit 3
Pendidikan Multikultural
3-47
kelompok dapat mempengaruhi sikap dan perilaku orang yang menjadi anggota dari
masyarakat itu. Wawasan budaya itu yang dimiliki oleh suatu kelompok itu dapat
menjadi identitas kelompok yang dapat dikenali dari sikap dan perilakunya.
Siswa datang ke sekolah dengan suatu identitas dengan kelompoknya, disadari
atau pun tidak, dipandang penting atau pun tidak yaitu suatu identitas yang terkait
dengan identifikasi budaya kelompok tempat dia hidup, tumbuh dan berkembang.
Ketika dia lahir dan digendong, dia sudah diajari dan menikmati budaya
gendongan. Dia digendong dengan benda budaya (misalnya selendang) dengan
perilaku budaya (misalnya digendong di punggung, di depan atau diletakkan di
antara dua pohon untuk diayun-ayun). Perilaku itu mengandung ide kasih sayang
orang tua terhadap anaknya. Siswa memulai dari identifikasi budaya lokal, kemudian
meluas ke budaya nasional selanjutnya identifikasi universal. Identifikasi ini harus
diakui dan dihormati oleh pengajar. Intinya adalah adalah pengajar itu perlu memiliki
wawasan multikultural yang mengakui adanya perbedaan, bukan mengabaikan atau
membeda-bedakanya perbedaan yang ada dan melekat pada diri siswanya.
Yang dimaksud dengan identitas budaya adalah karakteristik dari suatu etnis
dan budaya yang dimiliki oleh sekelompok orang yang kita ketahui batas-batasnya.
3-48
Unit 3
Ada kebiasaan yang selalu menjadi kriteria dan patokan dalam bertindak. Disadari
atau tidak, dia akan bersikap, berperilaku serta mengumpulkan berbagai produk yang
selaras dengan nilai-nilai yang ada pada dirinya dalam merespon lingkungan fisik,
sosial dan metafisiknya.
Di Madura ada kebiasaan dan tradisi yang sangat menjunjung tinggi harga diri.
Tidak jarang begitu tingginya harga diri itu menimbulkan korban nyawa. Harga diri
yang berdarah menyelubungi dalam tradisi carok. Kata carok sendiri berasal dari
bahasa Madura yang berarti 'bertarung dengan kehormatan'. Carok merupakan tradisi
bertarung satu lawan satu atau secara bekelompok dengan menggunakan senjata
Celurit. Tidak ada peraturan resmi dalam pertarungan ini karena carok merupakan
tindakan yang dianggap negatif dan kriminal serta melanggar hukum. Ini merupakan
cara suku Madura dalam mempertahankan harga diri dan "keluar" dari masalah yang
pelik. Banyak yang menganggap carok adalah tindakan keji dan bertentangan dengan
ajaran agama meski suku Madura sendiri kental dengan agama Islam pada umumnya
tetapi, secara individual banyak yang masih memegang tradisi Carok.
Carok adalah simbol tindakan mempertahankan dan mengangkat harga diri
yang diremehkan orang lain dengan jalan berkelahi satu lawan satu atau
berkelompok dengan menggunakan senjata tradisional Clurit. Celurit adalah
sebentuk sabit (arit, arek) yang memiliki bentuk khas. Secara kultural mereka akan
menjaga harga diri dengan mempertaruhkan nyawa bila menyangkut masalah :
wanita (misalnya istrinya diganggu orang), harta, agama, tanah atau pengairan
sawah. Kejadian carok massal terjadi pada tanggal 13 Juli 2006 yang mengakibatkan
paling tidak tujuh orang tewas dan tiga orang luka berat di Desa Bujur Tengah,
Kecamatan Batumarmar, Kabupaten Pamekasan, Madura. Carok masal terjadi ketika
tanah ulayat desa dikuasai oleh seorang kepala desa yang baru. Namun tradisi dan
kebiasaan ini yang mungkin karena banyak kasus berdarah dan bersifat negatif ini
oleh sebagian orang yang berpendidikan dianggap bukan budaya.
Oleh kelompok berpendidikan ini, carok dianggap sebagai penempatan harga
diri yang salah. Namun karena tradisi ini hidup dan dilaksanakan turun-temurun oleh
warganya maka Carok ini tetap bisa dianggap sebagai budaya khas Madura. Tradisi
atau kebiasaan ini terutama banyak terjadi di daerah pedesaan di Madura. Biasanya,
carok merupakan jalan terakhir yang di tempuh oleh masyarakat suku Madura dalam
menyelesaikan suatu masalah. Tetapi kebiasaan ini ternyata dibawa kemana saja dia
merantau. Selain pengagungan harga diri suku dan daerah Madura ini, nilai kerja
keras dan religius sangat mewarnai kehidupan budaya masyarakat ini. Dengan
semangat tinggi ini maka mereka tidak segan-segan untuk merantau ke luar daerah
untuk mencari nafkah sehingga di hampir seluruh wilayah Indonesia ini hampir pasti
dijumpai orang yang berasal dari Madura.
Seorang anak yang memiliki identifikasi budaya lokal tertentu tidak lepas dari
lingkungan yang langsung, dekat dan paling mempengaruhi dirinya. Lingkungan
tersebut adalah :
1. Lingkungan fisik
Lingkungan fisik tertentu dapat membentuk budaya lokal tertentu. Suatu
masyarakat yang berada di daerah yang banyak dikelilingi sungai dan karena
seringnya air sungai meninggi membentuk budaya berupa rumah yang lantai
Pendidikan Multikultural
3-49
rumahnya lebih tinggi dari permukaan tanah. Misalnya rumah Palimasan Joglo,
Sungai Jingah Kalimantan Selatan.
Karena lingkungan fisik di daerah Kalimantan Selatan sangat kaya dengan jenis-jenis
kayu maka berbagai kebutuhan sehari-hari dibuat dengan menggunakan jenis kayu
seperti
Palimasan Kandangrasi desa Kuin Utara Kalimantan Selatan.
Sekarang cobalah anda cari dari internet apa yang dimaksud dengan palimasan dan
berikan contohnya !
Lingkungan fisik tertentu dapat membentuk budaya lokal tertentu. Masyarakat
dari daerah panas dan padang pasir seperti di Saudi Arabia akan cenderung memilih
warga yang putih supaya tidak panas. Karena warga putih tidak menyerap panas. Di
samping itu mereka cenderung memakai pakaian yang berbentuk jubah untuk
melindungi tubuh mereka dari sengatan matahari. Ada budaya bagi warga Eropah
untuk mandi matahari dengan berjemur seharian di pantai ketika berada di daerah
tropis untuk prestise di hadapan teman-temannya bahwa dia telah pergi ke daerah
tropis. Ada kebanggaan ketika tubuh mereka menjadi kecoklatan tersengat sinar
matahari. Sementara masyarakat Indonesia yang berada di daerah tropis tidak
melakukan hal yang sama. Kebudayaan daerah lokal (misalnya di Jawa Tengah, Jawa
Timur dan suku Madura) memang lebih sering memakai kain sarung dalam
kehidupan sehari-hari. Bahkan ada untuk daerah Madura, sarung mahal dari merek
tertentu menjadi lambang status sosial sehingga mereka akan rela hati membayar
mahal untuk bisa membeli sarung tenun sutera untuk dipakai dalam hajatan, sholat
Jumat ataupun kehidupan keseharian. Sementara suku lain tidak akan
membelanjakan uang yang ratusan ribu untuk membeli kain sarung.
Pria yang berasal dari desa di Jawa dan sedang berada di desa akan memakai kain
sarung untuk tidur. Dia terbawa oleh budaya yang disebabkan lingkungan fisiknya
yang dingin dan kebiasaan yang berlaku di daerah itu. Namun dia tidak akan
melakukan hal yang sama itu ketika dia sedang berada di lingkungan yang bukan
3-50
Unit 3
tergolong lingkungan budaya lokalnya misalnya ketika dia di hotel atau di tempat
kosnya di kota.
Seseorang yang berasal dari daerah yang memiliki kebudayaan tertentu akan
memilih jenis makanan yang sesuai dengan budaya yang dirinya.
2. Lingkungan sosial
Selain lingkungan fisik, lingkungan sosial sangat mempengaruhi sikap dan
berperilaku seseorang. Orang yang dibesar dalam lingkungan komunitas Nahdlatul
Ulama (NU) akan bersikap dan berperilaku sesuai dengan tradisi warga nahdliyin
(warga NU) yang berbeda dengan warga Muhammadiyah sekalipun keduanya berada
di lingkungan fisik yang sama. Kegiatan selamatan, Tahlil menjadi ciri khas
kelompok NU ini akan diikuti dan dilaksanakan oleh lingkungan sosialnya.
3. Lingkungan metafisik
Selain lingkungan fisik dan sosial, ada lingkungan metafisik yang mewarnai
lingkungan budaya lokal suatu msayarakat. Seperti telah dibahas pada unit 1, ada
lingkungan metafisik yang sangat mempengaruhi perilaku budaya masyarakat.
Lingkungan metafisik ini tidak dibatasi oleh lingkungan fisik dalam arti mesti tinggal
di daerah itu. Lingkungan metafisik memang mewarnai budaya yang ada di
lingkungan fisik di lokal tertentu, tetapi selain itu juga dapat mengenai orang-orang
yang merasa memiliki (sense of belonging) budaya itu. Biasanya mereka yang
merasa memiliki itu dulunya berasal dari daerah itu dan ada sudah pindah tempat
tinggal dari daerah itu, atau keturunan dari warga daerah itu. Pada prinsipnya orang
yang termasuk dalam lingkungan metafisik ini adalah orang yang mengikatkan diri
dengan tradisi budaya dan nilai-nilai tertentu. Mereka akan menyempatkan datang
pada acara tertentu. Pada hari-hari tertentu warga akan melakukan kegiatan ritual
yang menjadi ciri khas suatu masyarakat yang berada pada lingkungan metafisik
Pendidikan Multikultural
3-51
tertentu. Warga daerah Jogja dan Solo akan rela berdatangan dan berdesakan untuk
mengikuti tradisi sekaten. Warga masyarakat akan memperebutkan gunungan yang
tersaji dalam peringatan sekaten karena mereka meyakini bahwa mereka akan
dapat rejeki dan hidup tenang bila berhasil mendapatkan dan menyimpan nasi atau
benda-benda lain yang ada di gunungan itu. Warga masyarakat kelompok tradisional
tertentu dari daerah Pasuruan, akan mendatangi acara haul akbar (peringatan orang
meninggal) Kyai Abdul Hamid, seorang ulama besar dari kota tersebut, sehingga
peserta kegiatan bisa mencapai radius 1 kilometer dari lokasi itu.. Orang Islam akan
berbondong-bondong mendatangi orang yang baru datang dari menjalankan ibadah
haji dan minum air zam-zam dengan harapan mendapatkan berkah dari jiarah hajinya
itu. Ada aura spiritual yang sangat diharapkan pada orang yang baru menjalankan
ibadah hajinya.
Identifikasi etnis ini merupakan dasar untuk pengembangan level identifikasi
selanjutnya yaitu identifikasi budaya nasional.
3-52
Unit 3
Banyak teori yang berusaha menjelaskan nama candi ini. Salah satunya
menyatakan bahwa nama ini kemungkinan berasal dari kata Sambharabhudhara,
yaitu artinya "gunung" (bhudara) yang pada lereng-lerengnya terdapat teras-teras.
Selain itu terdapat beberapa etimologi rakyat lainnya. Misalkan kata borobudur
berasal dari ucapan "poro Buddha" yang karena pergeseran bunyi menjadi
borobudur. Penjelasan lain ialah bahwa nama ini berasal dari dua kata "bara" dan
"beduhur". Kata bara konon berasal dari bahasa Sansekerta yang artinya kompleks
candi atau biara dan beduhur artinya ialah "tinggi", tanah tinggi. Berdasarkan
prasasti Karangtengah dan Kahulunan, pendiri Borobudur adalah raja dari dinasti
Syailendra bernama Samaratungga sekitar 824 M. Bangunan raksasa itu baru dapat
diselesaikan pada masa putrinya, Ratu Pramudawardhani Pembangunan Borobudur
diperkirakan memakan waktu setengah abad.
Candi Borobudur berbentuk punden berundak, yang terdiri dari enam tingkat
berbentuk bujur sangkar, tiga tingkat berbentuk bundar melingkar dan sebuah stupa
utama sebagai puncaknya. Selain itu tersebar stupa di semua tingkat-tingkatannya.
Borobudur yang bertingkat sepuluh menggambarkan secara jelas filsafat Mahayana,
sebuah mazhab pada agama Budha, Borobudur menggambarkan sepuluh tingkatan
Bodhisattva yang harus dilalui untuk mencapai kesempurnaan menjadi Buddha.
Bagian kaki Borobudur melambangkan Kamadhatu, yaitu dunia yang masih dikuasai
oleh kama atau "nafsu rendah". Empat lantai dengan dinding berelief di atasnya oleh
para ahli dinamakan Rupadhatu. Lantainya berbentuk persegi. Rupadhatu adalah
dunia yang sudah dapat membebaskan diri dari nafsu, tetapi masih terikat oleh rupa
dan bentuk. Tingkatan ini melambangkan alam antara yakni, antara alam bawah dan
alam atas. Pada bagian Rupadhatu ini patung-patung Buddha terdapat pada cerukceruk dinding di atas selasar.
Mulai lantai kelima hingga ketujuh dindingnya tidak berelief. Tingkatan ini
dinamakan Arupadhatu (yang berarti tidak berupa atau tidak berwujud). Denah lantai
berbentuk lingkaran. Tingkatan ini melambangkan alam atas, di mana manusia
sudah bebas dari segala keinginan dan ikatan bentuk dan rupa, namun belum
mencapai nirwana (semacam surga dalam pengertian agama lain). Patung-patung
Buddha ditempatkan di dalam stupa yang ditutup berlubang-lubang seperti dalam
kurungan. Dari luar patung-patung itu masih tampak samar-samar.
Tingkatan tertinggi yang menggambarkan ketiadaan wujud dilambangkan
berupa stupa yang terbesar dan tertinggi. Stupa digambarkan polos tanpa lubanglubang. Di dalam stupa terbesar ini, diduga dulu ada sebuah patung penggambaran
Adibuddha. Patung yang diduga berasal dari stupa terbesar ini kini diletakkan dalam
sebuah museum arkeologi, beberapa ratus meter dari candi Borobudur. Borobudur
tidak memiliki ruang-ruang pemujaan seperti candi-candi lain. Yang ada ialah
lorong-lorong panjang yang merupakan jalan sempit. Lorong-lorong dibatasi dinding
mengelilingi candi tingkat demi tingkat. Di lorong-lorong inilah umat Buddha
diperkirakan melakukan upacara berjalan kaki mengelilingi candi ke arah kanan.
Bentuk bangunan tanpa ruangan dan struktur bertingkat-tingkat ini diduga
Pendidikan Multikultural
3-53
Latihan
Sampai di sini dulu pembahasan mengenai wawasan multikultural. Sebelum
dilanjutkan pada Subunit 3 mengenai Pengembangan Pendidikan Multikultural di
Indonesia, maka untuk lebih memantapkan pemahaman dan daya analisis Anda
terhadap beberapa wawasan multikultural, terlebih dahulu silakan Anda mengerjakan
beberapa latihan berikut ini.
3-54
Unit 3
2.
3.
4.
Rangkuman
Wawasan budaya seseorang akan menentukan jenis pengetahuan yang
diinginkan dan bagaimana memperoleh informasi serta bagaimana memaknainya.
Pilihan terhadap sikap dan perilaku terhadap tanah dari orang Inggris dan Suku
Aborigin menggambarkan orientasi wawasan budaya. Orang Inggris menganggap
tanah sebagai sumber ekonomi, status sosial yang dapat dimiliki dan dijual. Tanah
dapat dieksploitasi, dengan hanya sedikit menghargai keseimbangan ekologis.
Mereka mendasarkan aktivitas ini dengan dasar agama etika Protestan. Etika
Protestan sangat menghargai kerja keras dan menganggapnya sebagai bagian dari
ibadah. Sedangkan gaya adaptasi Aborigin mementingkan nilai spiritual dari tanah
dan memiliki hubungan emosional dengan tanah. Tanah tidak dapat dimiliki atau
dijual.
Identifikasi budaya lokal merupakan identifikasi budaya yang bersifat
langsung, dekat dan secara fisik ada di sekelilingnya. Budaya ini dikenalkan oleh
keluarga dan kerabat dekat. Perilaku budaya ditentukan oleh pembiasaan dan
pembudayaan yang ada dan berlaku pada lokal tertentu. Kekhasan budaya lokal
terjadi karena faktor ras, sejarah, lokasi, agama dan kepercayaan yang dianutnya.
Identifikasi pada budaya lokal ini nampak paling menonjol, mewarnai serta menjadi
ciri khas yang bisa dikenali pada orang tersebut oleh orang lain. Di Madura ada
kebiasaan dan tradisi Carok yaitu 'bertarung dengan kehormatan'. Secara kultural
Pendidikan Multikultural
3-55
harga diri yang dijaga dan sensitif dipertaruhkan dengan nyawa umumnya
menyangkut: wanita (misalnya istrinya diganggu orang), harta, agama, tanah atau
pengairan sawah. Lingkungan budaya lokal yang terdiri lingkungan fisik,
lingkungan sosial dan lingkungan metafisik.
Identifikasi nasional memerlukan pemahaman dan komitmennya pada ideologi
negara dan bangsa. Sebagai warga negara yang Pancasila kita perlu memiliki
wawasan kebangsaan/nasional yang mengakui semboyan Bhineka Tunggal Ika.
Contoh identifikasi budaya nasional antara lain batik, keris, candi borobudur, dan
Bali
Siswa yang telah mengembangkan identitas nasional dan etnis yang kuat perlu
memiliki perspektif global yang membuat mereka menjadi warga masyarakat dunia
yang lebih baik. Contoh budaya universal adalah permainan sepak bola, Kabah
sebagai simbol penghambaan manusia di hadapan Tuhan.
Untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi yang telah dipelajari,
silakan Anda kerjakan tes formatif berikut.
Tes Formatif 3
Pilihlah satu jawaban yang paling tepat dari beberapa alternatif jawaban yang
disediakan!
1. Gaya adaptasi Aborigin dengan tanah adalah :
a. Tanah merupakan sumber ekonomi
b. Tanah adalah status sosial dan kekuatan.
c. Tanah dapat dimiliki dan dijual
d. Tanah bermakna spiritual yang tidak bisa dimiliki.
2. Identifikasi budaya yang bersifat langsung, dekat dan secara fisik ada di
sekelilingnya dan biasanya dikenalkan oleh keluarga dan kerabat dekat disebut:
a. Identifikasi budaya lokal
b. Identifikasi budaya nasional
c. Identifikasi budaya universal
d. Identifikasi budaya etnis
3. Di Madura ada kebiasaan dan tradisi bertarung satu lawan satu atau secara
bekelompok dengan menggunakan senjata Celurit demi mempertahankan harga
diri. Tradisi ini disebut :
a. Carok
b. Clurit
c. Sekaten
d. Kamadhatu
3-56
Unit 3
4. Identitas budaya yang menjadi yang menjadi ciri khas bangsa dan negara itu
sehingga negara lain mengenal negara itu dengan mengenal identitas budaya itu
disebut:
a. Identifikasi budaya lokal
b.Identifikasi budaya nasional
c. Identifikasi budaya universal
d.Identifikasi budaya etnis
5. Contoh identitas budaya nasional antara lain adalah :
a. Bakso Malang
b. Rawon
c. Borobudur
d. Sepakbola
6. Contoh identitas budaya universal antara lain adalah :
a. Bakso Malang
b. Rawon Jawa Timur
c. Borobudur
d. Sepakbola
7. Simbol pemujaan yang juga merupakan identitas budaya universal yang diakui
seluruh dunia, terutama umat Islam adalah :
a. Sajadah
b. Kabah
c. Makam Nabi Muhammad
d. Masjidil Haram
8. Oliver dan Howley mengemukakan pendapatnya bahwa kebudayaan menentukan:
a. bagaimana orang memperoleh pengetahuan dan
mengkonstruksi maknanya.
b. bagaimana orang bersikap
c. bagaimana orang berperilaku
d. bagaimana dia menciptakan lingkungan budayanya
9. Yang tidak termasuk dalam lingkungan yang langsung, dekat dan secara fisik ada
di sekitar anak adalah :
a. lingkungan fisik,
b. lingkungan sosial
c. lingkungan metafisik
d. lingkungan sekolah
10. Contoh lingkungan metafisik yang mempengaruhi sikap dan perilaku orang yang
mengikat diri dengan nilai dan tradisi budaya tertentu adalah :
a. Rumah Palimasan
b. Sekaten
c. Borobudur
Pendidikan Multikultural
3-57
d. Carok
Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 1 yang
terdapat di bagian akhir Unit ini. Hitunglah jawaban Anda yang benar. Kemudian
gunakan rumus di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap
materi.
Rumus:
Tingkat penguasaan =
3-58
Unit 3
Kunci Jawaban
Kunci Jawaban Tes Formatif 1:
1) c. White Anglo Saxon Protestan.
2) a. Inggris
3) a. Kelompok liberal bersama dengan kelompok kulit berwarna.
4) a. Komposisi penduduk
5) b. Adaptasi melalui komunikasi cross-cultural dan memperkuat keadilan
sosial.
6) b. Kanada
7) b. Narapidana dan pembangkang politik Irlandia
8) c. Ketiga, imperatif ekonomi dalam Pendidikan Multikultural (1986-1993).
9) a. Memberi kekuasaan yang lebih besar pada masing-masing sekolah untuk
mengurus dirinya sendiri demikian juga kepada pemerintah lokal.
10) c. Malaysia
Kunci Jawaban Tes Formatif 2
1). d. Mati masuk surga
2). a. Feng shui
3). a. Energi, daya hidup yang membantu keberadaan manusia.
4). b. Yin dan yang
5). a. Sinkretisme
6). b. Tata krama
7). b Rwa bhineda
8). a. Karma phala
9). a. Kepahlawan, kelincahan, kegesitan, dan semangat.
10). c. Keris
Kunci Jawaban Tes Formatif 3
1) e. Tanah bermakna spiritual yang tidak bisa dimiliki.
2) a. Identifikasi budaya lokal
3) a. Carok
4) b. Identitas budaya nasional
5) c. Borobudur
6) d. Sepakbola
7) b. Kabah
8) a. bagaimana orang memperoleh pengetahuan dan mengkonstruksi maknanya.
9) d. Lingkungan sekolah
10) b. Sekaten
Pendidikan Multikultural
3-59
Daftar Pustaka
Budiasa, I Made, dkk. 1997. Konsep Budaya Bali dalam Geguritan Sucita Subudhi.
Jakarta; Depdikbud.
Chisholm, I. M. 1995-1996. Computer use in a multicultural classroom. Journal of
Research on Computing in Education, 28(2), 162-174.
Endrasana, S. 2003. Mistik Kejawen: Sinkretisme, Simbolisme, dan Sufisme dalam
Budaya Spiritual Jawa. Jogjakarta: Narasi.
Flores-Ortiz, E. 1998. Voices from the couch: The co-creation of a Chicana
psychology. In C. Trujillo (Ed.). Living Chicana Theory (pp. 102-122).
Berkeley: Third Woman Press.
Liliweri, Alo. 2005. Prasangka & Konflik: Komunikasi Lintas Budaya Masyarakat
Multikultur. Yogyakarta: LkiS.
Lucas Sasongko Triyoga, Manusia Jawa dan Gunung Merapi: Persepsi dan sistem
kepercayaannya. Gajahmda University Press, 1991. Yogyakarta.
Neville, H. A., & Cha-Jua, S. K. (1998). Kufundisha: Toward a pedagogy for Black
studies. Journal of Black Studies, 28(4), 447-470.
Nieto, S. 2000. Affirming diversity: The sociopolitical context of multicultural
education. New York: Addison Wesley Longman, Inc.
Schiele, J. H. 1994. Afrocentricity: Implications for higher education. Journal of
Black Studies, 25(2), 150-169.
Navajo Nation - Wikipedia, the free encyclopedia_files. http://en.wikipedia.org/wiki/
Navajo_Nation. Diakses tanggal 15 Maret 2007.
Tilaar, H.A.R. 2004. Multikulturalisme : Tantangan Global Masa Depan dalam
Transformasi Pendidikan Nasional. Jakarta : PT Gramedia Widiasarana
Indonesia.
Too, Lillian. 1995. Feng Shui. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Too, Lillian. 1995. Penerapan Praktis Feng Shui. Jakarta: PT Elex Media
Komputindo.
Wong, Eva. 2004. Feng-Shui: Kearifan Purbakala Mengenai Kehidupan Harmonis
yang Diterapkan untuk Zaman Modern. Batam: Lucky Publisher.
3-60
Unit 3
WongSeng Tian, V.H.. 2004. Authentic Feng Shui. Manila : Eastern Dragon Books.
Woodward, 1999. Islam Jawa: Kesalehan Normatif versus Kebatinan. LkiS.
Yogayakarta.
Zoetmulder, P.J. 1991. Manunggaling Kawula Gusti: Pantheisme dan Monisme
dalam Sastra Suluk Jawa. Jakarta : PT Gramedia.
http://ms.wikipedia.org/wiki/Wayang_kulit. Diakses tanggal 15 Maret 2007.
http://www.geocities.com/javakeris/kerisologi.htm. Diakses tanggal 15 Maret 2007.
Pendidikan Multikultural
3-61
Unit
Sutarno
ejak lama, seluruh bangsa Indonesia selalu diingatkan agar selalu hidup
berdampingan secara damai dalam masyarakat yang beraneka suku bangsa,
agama, ras dan antar golongan. Kita diseru untuk mengerti, menghayati, dan
melaksanakan kehidupan bersama demi terciptanya persatuan dan kesatuan
dalam perbedaan sebagaimana semboyan Bhinneka Tunggal Ika. Artinya kita selalu
diingatkan untuk menghargai dan menghayati perbedaan SARA sebagai unsur utama
yang mempersatukan bangsa ini dan bukan dijadikan alasan terjadinya konflik.
Dalam studi sosial, ajakan agar selalu hidup berdampingan secara damai
(koeksistensi damai) ini merupakan bentuk sosialisasi nilai yang terkandung dalam
multikulturalisme.
Kesadaran akan pentingnya kemajemukan mulai muncul seiring gagalnya
upaya nasionalisme negara, yang dikritik karena dianggap terlalu menekankan
kesatuan daripada keragaman. Kemajemukan dalam banyak hal suku, agama, ras,
golongan yang seharusnya menjadi hasanah dan modal untuk membangun
seringkali dimanipulasi oleh penguasa untuk mencapai kepentingan politiknya. Maka
ketika kemudian konflik bergejolak di daerah, negara seakan-akan menutupi realitas
kemajemukan itu atas nama kesatuan bangsa atau stabilitas nasional. Konflik
sosial yang sering muncul sebagaia akibat pengingkaran terhadap kenyataan
kemajemukan dan penyebab adanya konflik sosial.
Bertolak dari kenyataan itu, kini dirasakan semakin perlunya kebijakan
multikultural yang memihak keragaman. Dari kebijakan itu nantinya diharapkan
masyarakat dapat mengelola perbedaan yang ada secara positif. Dengan demikian,
perbedaan dalam beragam area kehidupan tidak memicu prasangka atau konflik,
tetapi sebaliknya mendorong dinamika masyarakat ke arah lebih baik.
Secara khusus, setelah mempelajari secara mendalam Unit ini Anda diharapkan:
1) Mampu menjelaskan problema kemasyarakatan Pendidikan Multikultural di
Indonesia.
2) Mampu menjelaskan problema penyakit budaya: prasangka, stereotipe,
etnosentrisme, rasisme, dan diskriminasi.
3) Mampu menjelaskan problema pembelajaran Pendidikan Multikultural.
Pendidikan Multikultural4-1
Untuk tujuan itu, topik-topik yang dibahas dalam Unit 3 ini terdiri dari dua
subunit, yaitu:
1) Problema kemasyarakatan Pendidikan Multikultural di Indonesia.
2) Problema penyakit budaya : prasangka, stereotipe, etnosentrisme, rasisme,
dan diskriminasi.
3) Problema pembelajaran Pendidikan Multikultural.
Agar dapat memahami problema Pendidikan Multikultural secara mendalam,
Anda harus membaca secara cermat, serta menganalisis dan mendiskusikan setiap
paparan yang disajikan. Jangan lupa, untuk mengecek tingkat pemahaman atau
pengalaman belajar yang telah dimiliki, Anda harus mengerjakan latihan dan tes
formatif yang disajikan pada setiap penggalan kegiatan belajar dalam Unit ini.
Selamat belajar, hadapilah problema Anda dengan kepala dingin.
4-2
Unit 4
Subunit 1
Problem Pendidikan Multikultural di Indonesia
roblema Pendidikan Multikultural di Indonesia memiliki keunikan yang tidak
sama dengan problema yang dihadapi oleh negara lain. Keunikan faktor-faktor
geografis, demografi, sejarah dan kemajuan sosial ekonomi seperti telah dibahas
pada Unit 3 dapat menjadi memicu munculnya problema Pendidikan
Multikultural di Indonesia. Berikut ini akan dibahas mengenai problem Pendidikan
Multikultural di Indonesia.
Subunit 1 ini mencoba memetakan apa yang menjadi problema
kemasyarakatan Pendidikan Multikultural di Indonesia itu. Problem ini mencakup
hal-hal kemasyarakatan yang akan dipecahkan dengan Pendidikan Multikultural dan
problem yang berkaitan dengan pembelajaran berbasis budaya. Problem untuk
dijadikan bahan pengembangkan Pendidikan Multikultural di Indonesia ini.
Pendidikan Multikultural4-3
4-4
Unit 4
meredam dan menghilangkan isu yang dapat memecah persatuan dan kesatuan
bangsa ini.
4) Fanatisme Sempit
Fanatisme dalam arti luas memang diperlukan. Namun yang salah adalah
fanatisme sempit, yang menganggap menganggap bahwa kelompoknyalah yang
paling benar, paling baik dan kelompok lain harus dimusuhi. Gejala fanatisme
sempit yang banyak menimbulkan korban ini banyak terjadi di tanah air ini.
Gejala Bonek (bondo nekat) di kalangan suporter sepak bola nampak menggejala
di tanah air. Kecintaan pada klub sepak bola daerah memang baik, tetapi
kecintaan yang berlebihan terhadap kelompoknya dan memusuhi kelompok lain
secara membabi buta maka hal ini justru tidak sehat. Terjadi pelemparan terhadap
pemain lawan dan pengrusakan mobil dan benda-benda yang ada di sekitar
stadion ketika tim kesayangannya kalah menunjukkan gejala ini.
Kecintaan dan kebanggaan pada korps memang baik dan sangat diperlukan.
Namun kecintaan dan kebanggaan itu bila ditunjukkan dengan bersikap
memusuhi kelompok lain dan berperilaku menyerang kelompok lain maka
fanatisme sempit ini menjadi hal yang destruktif. Terjadinya perseteruan dan
perkelahian antara oknum aparat kepolisian dengan oknum aparat tentara
nasional Indonesia yang kerap terjadi di tanah air ini juga merupakan contoh dari
fanatisme sempit ini. Apalagi bila fanatisme ini berbaur dengan isu agama
(misalnya di Ambon, Maluku dan Poso, Sulawesi Tengah), maka akan dapat
menimbulkan gejala ke arah disintegrasi bangsa.
5) Konflik Kesatuan Nasional dan Multikultural
Ada tarik menarik antara kepentingan kesatuan nasional dengan gerakan
multikultural. Di satu sisi ingin mempertahankan kesatuan bangsa dengan
berorientasi pada stabilitas nasional. Namun dalam penerapannya, kita pernah
mengalami konsep stabilitas nasional ini dimanipulasi untuk mencapai
kepentingan-kepentingan politik tertentu. Adanya Gerakan Aceh Merdeka di
Aceh dapat menjadi contoh ketika kebijakan penjagaan stabilitas nasional ini
berubah menjadi tekanan dan pengerah kekuatan bersenjata. Hal ini justru
menimbulkan perasaan anti pati terhadap kekuasaan pusat yang tentunya hal ini
bisa menjadi ancaman bagi integrasi bangsa. Untunglah perbedaan pendapat ini
dapat diselesaikan dengan damai dan beradab. Kini, semua pihak yang bertikai
sudah bisa didamaikan dan diajak bersama-sama membangun daerah yang porak
poranda akibat peperangan yang berkepanjangan dan terjangan Tsunami ini.
Di sisi multikultural, kita melihat adanya upaya yang ingin memisahkan
diri dari kekuasaan pusat dengan dasar pembenaran budaya yang berbeda dengan
pemerintah pusat yang ada di Jawa ini. Contohnya adalah gerakan OPM
(Organisasi Papua Merdeka) di Papua. Namun ada gejala ke arah penyelesaian
damai dan multikultural yang terjadi akhir-akhir ini. Salah seorang panglima
perang OPM yang menyerahkan diri dan berkomitmen terhadap negara kesatuan
RI telah mendirikan Kampung Bhineka Tunggal Ika di Nabire, Irian Jaya. Uraian
lebih lanjut mengenai Kampung Bhineka Tunggal Ika ini akan dibahas pada Unit
5. Jelaskan mengapa nama Irian Jaya diganti dengan nama Papua ? Persoalan
Pendidikan Multikultural4-5
4-6
Unit 4
Latihan
Sampai di sini dulu pembahasan mengenai problema Pendidikan Multikultural
di Indonesia. Sebelum dilanjutkan pada Subunit 2 mengenai Pengembangan
Pendidikan Multikultural di Indonesia, maka untuk lebih memantapkan pemahaman
dan daya analisis Anda terhadap problema Pendidikan Multikultural di Indonesia,
terlebih dahulu silakan Anda mengerjakan beberapa latihan berikut ini.
1) Sebutkan beberapa problema penyebab munculnya konflik budaya yang
sering muncul di tanah air ini ?
2) Keragaman ini menjadi modal sekaligus potensi konflik. Jelaskan ?
3) Jelaskan dan berikan contoh tentang konflik yang terjadi antara yang
mementingkan kesatuan nasional dan multikultural.
4) Kemukakan pendapat Anda tentang peranan media massa dalam membentuk
opini publik yang negatif ?
Pendidikan Multikultural4-7
Rangkuman
1) Problema kemasyarakatan penyebab munculnya konflik budaya adalah :
a. Keragaman Identitas Budaya Daerah.
Keragaman ini menjadi modal sekaligus potensi konflik. Keragaman budaya
daerah dapat memperkaya khasanah budaya dan menjadi modal membangun
Indonesia yang multikultural. Namun kondisi neka budaya itu sangat
berpotensi memecah belah dan menjadi lahan subur bagi konflik dan
kecemburuan sosial.
4-8
Unit 4
Untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi yang telah dipelajari,
silakan Anda kerjakan tes formatif berikut.
Pendidikan Multikultural4-9
Tes Formatif 1
Pilihlah satu jawaban yang paling tepat dari beberapa alternatif jawaban yang
disediakan!
1) Pergeseran kekuasaan dari pusat ke daerah yang membawa dampak besar
terhadap....
a. pengakuan budaya lokal dan keragamannya.
b.berkurangnya Nasionalisme
c. menumbuhkan fanatisme sempit
d.menarik investasi ke daerah.
2) Ditinjau dari sudut pendekatan multikultural, memunculkan konsep baru tentang
putra daerah bisa berdampak.
a. positif karena perlu pemerataan kemampuan dari putra daerah
b. positif agar dapat memikirkan dan berpartisipasi dalam membangun
daerahnya
c. negatif karena tidak ada asas kesetaraan dan persamaan
d. negatif karena akan membuat orang terkotak oleh isu kedaerahan yang
sempit
3) Keragaman budaya ini membutuhkan adanya kekuatan yang menyatukan
(integrating force) seluruh pluralitas negeri ini. Kekuatan itu ada pada....
a. agama yang ada di negeri ini
b. Tentara Nasional Indonesia yang kuat
c. Pancasila dan pengalamalannya yang benar
d. tokoh nasional yang diakui semua golongan.
4) Media massa dapat berpihak pada yang salah dan menimbulkan budaya negatif
baru dalam bentuk....
a. obyek liputan dan cara meliputnya
b. penggunaan teknologi yang bebas nilai
c. konsumerisme
d. tayangan yang bebas sensor
5) Kasus perang antar suku Dayak dan Madura lebih disebabkan oleh persoalan....
a. keragaman identitas budaya daerah
b. kurang kokohnya nasionalisme
c. fanatisme sempit
d. kesejahteraan ekonomi yang tidak merata
6) Peristiwa di Poso dan Ambon adalah contoh konflik yang berlatar belakang
masalah
a. keragaman identitas budaya daerah
b.kurang okohnya nasionalisme
c. fanatisme sempit
d.kesejahteraan ekonomi yang tidak merata
4-10 Unit 4
Tingkat penguasaan =
= baik sekali
= baik
= cukup
= kurang
Pendidikan Multikultural4-11
Subunit 2
Problem Penyakit Budaya:
Prasangka, Stereotipe, Etnosentrisme, Rasisme,
Diskriminasi, dan Scape Goating
____________________________________________________________________
onflik bukan untuk dimusuhi, tapi dikelola secara arif dan bijaksana. Masingmasing individu yang terlibat dalam konflik perlu menjernihkan pikiran dan
hati dari prasangka, stereotipe, etnosentrisme, rasisme dan diskriminasi dan
scape goating terhadap pihak lain. Karena pemahaman terhadap adanya
penyakit budaya tersebut merupakan kunci utama dalam proses resolusi dan
manajemen konflik. Negara ini membutuhkan solusi yang memuaskan dalam
menghadapi ancaman konflik dan separatisme di daerah-daerah yang lebih sering
disebabkan oleh tumbuh berkembangnya berbagai penyakit budaya seperti
prasangka, stereotipe, etnosentrisme, rasisme dan diskriminasi ini. Dalam Subunit
4.2 ini kita akan mengupas lebih lanjut tentang berbagai penyakit budaya tersebut.
Prasangka
Definisi klasik prasangka pertama kali dikemukakan oleh psikholog dari
Universitas Harvard, Gordon Allport yang menulis konsep itu dalam bukunya, The
Nature of Prejudice pada tahun 1954. Istilah ini berasal dari praejudicium, yakni
pernyataan atau kesimpulan tentang sesuatu berdasarkan perasaan atau pengalaman
yang dangkal terhadap orang atau kelompok tertentu.
Menurut Allport, Prasangka adalah antipati berdasarkan generalisasi yang
salah atau tidak luwes. Antipati itu dapat dirasakan atau dinyatakan. Antipati itu bisa
langsung ditujukan kepada kelompok atau individu dari kelompok tertentu. Allport
memang sangat menekankan antipati bukan sekedar antipati pribadi tetapi antipati
kelompok.
Johnson (1986) mengatakan prasangka adalah sikap positif atau negatif
berdasarkan keyakinan stereotipe kita tentang anggota dari kelompok tertentu.
Prasangka meliputi keyakinan untuk menggambarkan jenis pembedaan terhadap
orang lain sesuai dengan peringkat nilai yang kita berikan. Prasangka yang berbasis
ras kita sebut rasisme, sedangkan yang berbasis etnis diebut etnisisme.
Menurut John (1981) prasangka adalah sikap antipati yang berlandaskan pada
cara menggeneralisasi yang salah dan tidak fleksibel. Kesalahan ini mungkin saja
diungkapkan secara langsung kepada orang yang menjadi anggota kelompok
tertentu. Prasangka merupakan sikap negatif yang diarahkan kepada seseorang atas
dasar perbandingan dengan kelompoknya sendiri.
Jadi prasangka merupakan salah satu rintangan atau hambatan bagi kegiatan
komunikasi karena orang yang berprasangka sudah bersikap curiga dan menentang
4-12 Unit 4
Stareotipe
Stereotipe merupakan salah satu bentuk prasangka antar etnik/ras. Orang
cenderung membuat kategori atas tampilan karakteristik perilaku orang lain
berdasarkan kategori ras, jenis kelamin, kebangsaan, dan tampilan kounikasi verbal
maupun non verbal. Stereotipe merupakan salah satu bentuk utama prasangka yang
menunjukkan perbedaan kami (in group) yang selalu dikaitkan dengan superioritas
kelompok in group dan yang cenderung mengevaluasi orang lain yang dipandang
inferior yaitu mereka (out group).
Pendidikan Multikultural4-13
4-14 Unit 4
Etnosentrisme
Etnosentrisme merupakan paham paham yang pertama kali diperkenalkan oleh
William Graham Sumner (1906), seorang antropolog yang beraliran interaksionisme.
Sumner berpandangan bahwa manusia pada dasarnya individualistis yang cenderung
mementingkan diri sendiri, namun karena harus berhubungan dengan manusia lain,
maka terbentuklah sifat hubungan yang antagonistik (pertentangan). Supaya
pertentangan itu dapat dicegah, perlu ada folkways (adat kebiasaan) yang bersumber
pada pola-pola tertentu. Mereka yang mempunyai folkways yang sama cenderung
berkelompok dalam suatu kelompok yang disebut etnis. Etnosentrisme adalah
kecenderungan untuk menetapkan semua norma dan nilai budaya orang lain dengan
standar budayanya sendiri.
Rasisme
Kata ras berasal dari bahasa Perancis dan Italia razza. Pertama kali istilah ras
diperkenalkan Franqois Bernier, antropolog Perancis, untuk mengemukakan gagasan
tentang pembedaan manusia berdasarkan kategori atau karakteristik warna kulit dan
bentuk wajah. Setelah itu, orang lalu menetapkan hierarkhi manusia berdasarkan
karakteristik fisik atas orang Eropah berkulit putih yang diasumsikan sebagai warga
masyarakat kelas atas berlawanan dengan orang Afrika yang berkulit hitam sebagai
warga kelas dua. Atau ada ideologi rasial yang berpandangan bahwa orang kulit
putih mempunyai misi suci untuk menyelamatkan orang kulit hitam yang dianggap
sangat primitif. Hal tersebut berpengaruh terhadap stratifikasi dalam berbagai bidang
seperti bidang sosial, ekonomi, politik, di amana orang kulit hitam merupakan
subordinasi orang kulit putih.
Ras sebagai konsep secara ilmiah digunakan bagi penggolongan manusia
oleh Buffon, anthropolog Perancis, untuk menerangkan penduduk berdasarkan
pembedaan biologis sebagai parameter. Pada abad 19, para ahli biologi membuat
Pendidikan Multikultural4-15
klasifikasi ras atas tiga kelompok, yaitu Kaukasoid, Negroid dan Mongoloid. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa tidak ada ras yang benar-benar murni lagi. Secara
biologis, konsep ras selalu dikaitkan dengan pemberian karaktersitik seseorang atau
sekelompok orang ke dalam suatu kelompok tertentu yang secara genetik memiliki
kesamaan fisik seperti warna kulit, mata, rambut, hidung, atau potongan wajah.
Pembedaan seperti itu hanya mewakili faktor tampilan luar. Nah sekarang, carilah
ciri-ciri kelompok Kaukasoid, Negroid dan Mongoloid. Kemudian cari contohnya.
Mana negara yang mayoritas penduduknya memiliki ciri-ciri ketiga kelompok itu.
Karena tidak ada ras yang benar-benar murni, maka konsep tentang ras
seringkali merupakan kategori yang bersifat non-biologis. Ras hanya merupakan
konstruksi ideologi yang menggambarkan gagasan rasis.
Secara kultural, Carus menghubungkan ciri ras dengan kondisi kultural. Ada
empat jenis ras: Eropah, Afrika, Mongol dan Amerika yang berturut-turut
mencerminkan siang hari (terang), malam hari (gelap), cerah pagi (kuning) dan sore
(senja) yang merah.
Namun konsep ras yang kita kenal lebih mengarah pada konsep kultural dan
merupakan kategori sosial, bukan biologis. Montagu, membedakan antara ide sosial
dari ras dan ide biologis dari ras. Definisi sosial berkaitan dengan fisik dan
perilaku sosial.
Diskriminasi
Jika prasangka mencakup sikap dan keyakinan, maka diskriminasi mengarah
pada tindakan. Tindakan diskriminasi biasanya dilakukan oleh orang yang memiliki
prasangka kuat akibat tekanan tertentu, misalnya tekanan budaya, adat istiadat,
kebiasaan, atau hukum. Antara prasangka dan diskriminasi ada hubungan yang saling
menguatkan, selama ada prasangka, di sana ada diskriminasi. Jika prasangka
dipandang sebagai keyakinan atau ideologi, maka diskriminasi adalah terapan
keyakinan atau ideologi. Jadi diskriminasi merupakan tindakan yang membedabedakan dan kurang bersahabat dari kelompok dominan terhadap kelompok
subordinasinya.
4-16 Unit 4
(Jerman) ini merasa bahwa kekacauan ekonomi dan politik di Jerman ini disebabkan
oleh bangsa Yahudi.
Latihan
Sampai di sini dulu pembahasan mengenai permasalahan penyakit budaya:
prasangka, stereotipe, etnosentrisme, rasisme dan diskriminasi dan scape goating.
Sebelum dilanjutkan pada Subunit 3 mengenai permasalahan pembelajaran
Pendidikan Multikultural, maka untuk lebih memantapkan pemahaman dan daya
analisis Anda terhadap problema Pendidikan Multikultural di Indonesia , terlebih
dahulu silakan Anda mengerjakan beberapa latihan berikut ini.
1) Sebutkana beberapa problema penyakit budaya yang perlu dihilangkan
dengan adanya Pendidikan Multikultural ?
2) Jelaskan perbedaan pendapat antara Allport dan Adorno tentang prangka ?
3) Jelaskan perbedaan antara prasangka dan diskriminasi ?
4) Jelaskan perbedaan makna ras dari sudut biologis, ideologis dan kultural
Pendidikan Multikultural4-17
pagi (kuning) dan sore (senja) yang merah. Konsep ras secara kultural lebih
merupakan kategori sosial, bukan biologis.
Rangkuman
1)
2)
3)
4)
4-18 Unit 4
5)
6)
Tes Formatif 2
Pilihlah satu jawaban yang paling tepat dari beberapa alternatif jawaban yang
disediakan!
1. Pemberian sifat tertentu terhadap seseorang berdasarkan kategori yang bersifat
subyektif, hanya karena dia berasal dari kelompok yang lain disebut ....
a. prasangka
b. stereotipe
c. diskriminasi
d. scape goating
2. Kecenderungan untuk menetapkan semua norma dan nilai budaya orang lain
dengan standar budayanya sendiri....
a. prasangka
b. stereotipe
c. etnosentrisme
d. scape goating
3. Kalau individu tidak bisa menerima perlakuan tertentu yang tidak adil, maka
perlakuan itu ditanggungkan kepada orang lain. Hal ini disebut .
a. prasangka
b. stereotipe
c. diskriminasi
d. scape goating
Pendidikan Multikultural4-19
4-20 Unit 4
9. Manusia pada dasarnya cenderung mementingkan diri sendiri, namun karena harus
berhubungan dengan manusia lain, maka terbentuklah sifat hubungan yang
antagonistik (pertentangan). Supaya pertentangan itu dapat dicegah, perlu ada
folkways (adat kebiasaan) yang bersumber pada pola-pola tertentu. Mereka yang
mempunyai folkways yang sama cenderung berkelompok dalam suatu kelompok
yang disebut etnis. Pendapat di atas dikemukakan oleh.....
a. Adler
b. Adorno
c. Carus
d. Sumner
10. Tiga aspek esensial dari stereotipe adalah karakter atau sifat tertentu, bentuk atau
sifat perilaku turun temurun dan penggeneralisasian karakteristik, ciri khas,
kebiasaan, perilaku kelompok pada individu yang menjadi anggota kelompok
tersebut. Pendapat diatas dikemukakan oleh.....
a. Adorno
b.Hewstone dan Giles
c. Adler
d. Carus
Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif Subunit 2
yang terdapat di bagian akhir Unit ini. Hitunglah jawaban Anda yang benar.
Kemudian gunakan rumus di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda
terhadap materi.
Rumus:
Tingkat penguasaan =
Pendidikan Multikultural4-21
Subunit 3
Problema Pembelajaran Pendidikan Multikultural
Sesudah mengetahui problema kemasyarakatan dan problema penyakit budaya
yang harus di atasi dengan Pendidikan Multikultural ini, pada subunit 3 ini kita akan
melanjutkan pembicaraan kita dengan problema pembelajaran Pendidikan
Multikultural.
Dalam kerangka strategi pembelajaran, Pembelajaran Berbasis Budaya dapat
mendorong terjadinya proses imajinatif, metaforik, berpikir kreatif dan sadar budaya.
(Dikti, 2004: 5). Namun demikian, penggunaan budaya lokal (etnis) dalam
Pembelajaran Berbasis Budaya tidak terlepas dari berbagai permasalahan yang
terdapat dalam setiap komponen pembelajaran, sejak persiapan awal dan
implementasinya.
Beberapa permasalahan awal Pembelajaran Berbasis Budaya pada tahap
persiapan awal, antara lain:
1) guru kurang mengenal budayanya sendiri, budaya lokal maupun budaya peserta
didik;
2) guru kurang menguasai garis besar struktur dan budaya etnis peserta didiknya,
terutama dalam konteks mata pelajaran yang akan diajarkannya;
3) rendahnya kemampuan guru dalam mempersiapkan peralatan yang dapat
merangsang minat, ingatan, dan pengenalan kembali peserta didik terhadap
khasanah budaya masing-masing dalam konteks budaya masing-masing dalam
konteks pengalaman belajar yang diperoleh (Dikti, 2004: 5).
Pada kenyataannya berbagai dimensi dari keberagamaan budaya Indonesia dapat
menimbulkan masalah dalam proses pembelajaran, terutama dalam kelas yang
budaya etnis peserta didiknya sangat beragam (Banks, 1997), antara lain:
1) Masalah seleksi dan integrasi isi (content selection and integration)
mata pelajaran:
sejauh mana guru mampu memilih aspek dan unsur budaya yang relevan
dengan isi dan topik mata pelajaran.
sejauh mana guru dapat mengintegrasikan budaya lokal dalam mata pelajaran
yang diajarkan, sehingga pembelajaran lebih bermakna bagi peserta didik.
Petunjuk mengatasi masalah seleksi dan integrasi isi
Empat belas petunjuk berikut didesain untuk membantu Anda dengan lebih
baik dalam mengintegrasikan isi tentang kelompok etnis ke dalam pembelajaran
dalam Pendidikan Multikultural:
4-22 Unit 4
1. Guru adalah variabel yang amat penting dalam mengajarkan materi etnis. Jika
Anda memiliki pengetahuan, sikap, dan ketrampilan yang diperlukan, saat Anda
menghadapi materi rasial di dalam bahan pelajaran atau mengobservasi rasisme
dalam pernyataan dan perilaku siswa, Anda dapat menggunakan situasi ini untuk
mengajarkan pelajaran penting tentang pengalaman kelompok etnis tertentu.
2. Pengetahuan tentang kelompok etnis diperlukan untuk mengajarkan materi etnis
secara efektif. Baca paling sedikit satu buku utama yang mensurvei sejarah dan
budaya kelompok etnis.
3. Sensitiflah dengan sikap, perilaku rasial Anda sendiri dan pernyataan yang Anda
buat sekitar kelompok etnis di kelas. Pernyataan seperti Duduk bersimpuh
seperti orang Jawa adalah stereotipe orang Jawa.
4. Yakinkan bahwa kelas Anda membawa citra positif tentang berbagai kelompok
etnis. Anda dapat melakukan ini dengan menayangkan majalah dinding, poster,
dan kalender yang memperlihatkan perbedaan rasial dan etnis dalam masyarakat.
5. Sensitiflah terhadap sikap rasial dan etnis dari siswa Anda dan jangan menerima
keyakinan bahwa anak-anak tidak melihat ras, kelompok kaya/miskin, warna
kulit. Karena hal ini disangkal oleh riset. Semenjak riset pertama oleh Lasker
pada tahun 1929, peneliti telah mengetahui bahwa anak yang muda sekali sadar
akan perbedaan rasial dan bahwa mereka cenderung menerima penilaian atas
berbagai kelompok ras yang normatif dalam masyarakat luas. Jangan mencoba
mengabaikan perbedaan ras dan etnis yang Anda lihat; cobalah merespon
perbedaan ini secara positif dan sensitif.
6. Bijaksanalah dalam pilihan Anda dalam menggunakan materi pelajaran. Sebagian
materi mengandung stereotipe yang halus maupun mencolok atas kelompok
etnis. Menjelaskan pada siswa kalau suatu kelompok etnis seringkali
distereotipkan, atau menggambarkan materi dari sudut pandang tertentu.
7. Gunakan buku, film, video, dan rekaman yang dijual di pasaran untuk pelengkap
buku teks dari kelompok etnis dan menyajikan perspektif kelompok etnis pada
siswa Anda. Beberapa sumber ini mengandung gambaran yang kaya dan kuat
atas pengalaman dari orang kulit berwarna. Siaran di televisi saat ini sudah
banyak yang mengisahkan berbagai peristiwa budaya di tanah air.
8. Berikan sentuhan warisan budaya dan etnis Anda sendiri. Dengan berbagi kisah
etnis dan budaya dengan siswa, Anda akan menciptakan iklim berbagi di kelas.
Hal ini akan membantu memotivasi siswa mendalami akar budaya dan etnis dan
akan menghasilkan pembelajaran yang kuat bagi siswa Anda.
9. Sensitiflah dengan kemungkinan sifat kontroversial dari sebagian materi studi
etnis. Jika Anda telah jelas dan paham tentang tujuan pengajaran, Anda dapat
menggunakan buku yang kurang kontroversial untuk mencapai tujuan yang sama.
10. Sensitiflah dengan tahap perkembangan dari siswa Anda jika Anda memilih
konsep, materi, dan aktivitas yang berkaitan dengan kelompok etnis. Konsep dan
aktivitas belajar bagi anak TK dan SD seharusnya spesifik dan kongkrit. Siswa di
sekolah dasar seharusnya diajari konsep seperti persamaan, perbedaan,
prasangka, dan diskriminasi daripada konsep yang lebih tinggi seperti rasisme
dan penjajahan. Visi dan biografi merupakan wahana yang bagus untuk
memperkenalkan konsep ini pada siswa di Taman Kanak-kanak dan sekolah
dasar. Kita bisa kenalkan bagaimana seorang yang memiliki kekurangan dalam
Pendidikan Multikultural4-23
segi pendengaran dan terkucilkan dari lingkungan seperti Thomas Alfa Edison
mampu menghasilkan karya yang spektakuler. Siswa berkembang berangsurangsur, mereka dapat dikenalkan konsep, contoh, dan aktivitas yang lebih
kompleks.
11. Memandang siswa kelompok minoritas Anda sebagai pemenang. Siswa dari
kelompok minoritas ingin mencapai tujuan karier dan akademis yang tinggi.
Mereka membutuhkan guru yang meyakini bahwa mereka dapat berhasil dan
berkemauan untuk membantu keberhasilan mereka. Baik riset maupun teori
menunjukkan bahwa siswa lebih mungkin mencapai prestasi akademis tinggi jika
guru mereka memiliki harapan akademis yang tinggi untuk siswa-siswanya.
12. Ingatlah bahwa orang tua dari siswa kelompok minoritas amat berminat dalam
pendidikan dan ingin anak-anak mereka berhasil secara akademis sekalipun
orang tua mereka terpinggirkan dari sekolah. Jangan menyamakan pendidikan
dengan persekolahan. Cobalah memperoleh dukungan dari orang tua dan
menjadikan mereka partner dalam pendidikan bagi anak-anak mereka.
13. Gunakan teknik belajar yang kooperatif dan kerja kelompok untuk meningkatkan
integrasi ras dan etnis di sekolah dan di kelas. Riset menunjukkan bahwa jika
kelompok belajar itu berkumpul dari berbagai ras, siswa dapat mengembangkan
lebih banyak teman dari kelompok rasial yang lain dan dapat memperbaiki
hubungan rasial di sekolah.
14. Yakinkan bahwa permainan sekolah, pemandu sorak, publikasi sekolah,
kelompok informal dan formal yang lain berintegrasi secara rasial. Juga yakinkan
bahwa berbagai kelompok etnis dan rasial memiliki status yang sama di
penampilan dan presentasi sekolah. Dalam sekolah multirasial, jika semua
pemegang peran pembimbing di sekolah diisi oleh karakter Kulit putih, pesan
penting dikirimkan pada siswa dan orang dari siswa kulit berwarna betapa pun
pesan itu diintensifkan atau tidak.
2) Masalah proses mengkonstruksikan pengetahuan (the knowledge
construction process)
a. aspek budaya manakah yang dapat dipilih sehingga dapat membantu peserta
didik untuk memahami konsep kunci secara lebih tepat.
b. bagaimana guru dapat menggunakan frame of reference dari budaya tertentu
dan mengembangkannya dalam perspektif ilmiah
c. bagaimana guru tidak bias dalam mengembangkan persepektif itu. Misalnya
kincir air diambil sebagai frame of reference dari khasanah budaya lokal
(tradisional), tetapi dapat dipakai untuk menjelaskan PLTA.
4-24 Unit 4
Pendidikan Multikultural4-25
Kunci Jawaban
4-26 Unit 4
Unit
PENGEMBANGAN PENDIDIKAN
MULTIKULTURAL DI INDONESIA
Sutarno
Pendahuluan
egara multikultural merupakan sebutan yang sangat cocok untuk Indonesia.
Mengapa ? Karena Indonesia memiliki keragaman agama dan kepercayaan,
suku, jumlah dan persebaran pulau, bahasa dan sejumlah keragaman lain.
Keragaman itu merupakan potensi dan keunikan yang dimiliki oleh bangsa
Indonesia sebagai bangsa yang besar. Akan tetapi keragaman dan keunikan tersebut
selama ini belum mendapatkan kesempatan berkembang dan mengelola diri berdasar
kearifan budaya dan kemauan hidup berdampingan secara damai. Paradigma di
bidang pendidikan kita yang sangat sentralistik telah mengabaikan keragaman yang
menjadi kekayaan dan potensi yang dimiliki oleh bangsa ini. Perkelahian, kerusuhan,
permusuhan, yang berlatarbelakang etnis dan budaya silih berganti terjadi di negara
ini. Negara ini diambang disintegrasi bangsa bila tidak segera mendapat penanganan
yang serius.
Secara khusus, setelah mempelajari secara mendalam Subunit ini Anda
diharapkan
1. Mampu menjelaskan implikasi makna Pendidikan Multikultural terhadap
pengembangan Pendidikan Multikultural.
2. Mampu menjelaskan implikasi pemahaman sejarah Pendidikan
Multikultural terhadap pengembangan Pendidikan Multikultural. Setelah
mempelajari unit ini Anda diharapkan dapat:
3. menjelaskan implikasi problematika multikultural di Indonesia terhadap
pengembangan Pendidikan multikultural
Subunit 1
Implikasi Makna Pendidikan Multikultural, Sejarah
dan Karakteristik Problematika Multikultural
terhadap Pengembangan Pendidikan Multikultural di
Indonesia
5-2 Unit 5
kehidupan individu, kelompok, dan bangsa. Sebagai sebuah ide, maka Pendidikan
Multikultural ini harus mengenalkan pengetahuan tentang berbagai kelompok dan
organisasi yang menentang penindasan dan eksploitasi dengan mempelajari hasil
karya dan ide yang mendasari karyanya (Sizemore, 1981). Dengan mempelajari buku
Habis Gelap terbitlah Terang (hasil karya) yang berasal dari surat-surat Kartini pada
temannya Abendanon, kita mengetahui ide emansipasi wanita yang berasal dari
generasi abad 18. Dengan membaca karya Wulangreh kita dapat mengetahui
pemikiran pihak keraton dalam memahami dan menafsirkan serta dalam menjalankan
ajaran agama Islam di kalangan keraton. Dengan mengkaji Serat Wirid Hidayat Jati
kita mengetahui pemahaman para wali tentang ajaran esoterisme Islam beberapa
abad lalu. Dengan memahami keris, kita mengetahui pola budaya dan keyakinan
suku Jawa tentang kelengkapan hidup seorang lelaki Jawa yang utuh. Dalam budaya
Jawa tradisional, keris tidak semata-mata dianggap sebagai senjata tikam yang
memiliki keindahan dan keunikan bentuk, akan tetapi juga sebagai kelengkapan
budaya spiritual. Uraian lebih lanjut dapat Anda baca pada subunit selanjutnya.
Implikasinya terhadap pengembangan Pendidikan Multikultural adalah
pemasukan bahan ajar yang berisi ide dari berbagai kelompok budaya. Diperlukan
adanya pendidikan yang leluasa untuk mengeksplorasi perspektif dan budaya orang
lain. Dengan mengekplorasi itu akan diperoleh inspirasi sehingga membuat anak
menjadi sensitif terhadap pluralitas cara hidup, cara yang berbeda dalam menganalisa
pengalaman dan ide, dan cara melihat berbagai temuan sejarah yang ada di seluruh
dunia (Parekh, 1986:
26-27). Pendidikan memang mengajarkan nilai-nilai
budayanya sendiri namun selain itu juga perspektif dan budaya orang lain di wilayah
lain di seluruh dunia. Hal ini dapat membuat siswa melek budaya (cultural literacy)
yang mampu melihat berbagai sudut pandang budaya yang pernah hidup di berbagai
belahan dunia. Dahulu orang Persia (sekarang Iran) menganggap bahwa status sosial
orang yang meninggal dapat diukur dari jumlah orang yang menangisi kepergian
orang yang meninggal. Bandingkan dengan kondisi sekarang, kita bisa juga
mengukur penghormatan masyarakat terhadap seseorang yang meninggal dari jumlah
orang yang datang melayat. Ada unsur persamaan, bahwa seseorang yang
terpandang, dihormati dan disukai akan diukur dari kuantitas dan kualitas dari orang
yang datang ikut berbela sungkawa. Kuantitas diukur dari jumlah orang yang
mengantarkan jenasah, dan kualitas diukur dari tingkat kesedihan orang-orang yang
ditinggalkan dan merasa ditinggalkan.
Perlu adanya pelembagaan filsafat pluralisme budaya dalam sistem pendidikan
yang dilandasi prinsip persamaan, saling menghormati, penerimaan dan pemahaman,
dan komitmen moral demi keadilan sosial (Baptiste, 1979). Pendidikan Multikultural
selalu dilandasi prinsip persamaan dan keadilan sosial. Implikasinya, kurikulum
perlu direformasi sehingga benar-benar mencerminkan penghormatan atas pluralitas
budaya.
5-4 Unit 5
Agar kualitas pendidikan itu bisa ditingkatkan perlu dikembangkan kurikulum (baru)
yang membangun pemahaman tentang kelompok etnis dan memerangi segala praktek
penindasan.
3. Pendidikan Multikultural sebagai proses.
Pendidikan Multikulturan bermaksud untuk mengubah struktur lembaga
pendidikan sehingga semua siswa memiliki kesempatan yang sama untuk mencapai
kesuksesan akademis. Pendidikan Multikultural merupakan suatu proses yang terus
menerus yang membutuhkan investasi waktu jangka panjang di samping aksi yang
terencana dan dimonitor secara hati-hati (Banks & Banks, 1993). Selain di lembaga
pendidikan, siswa dapat pula mengalami proses pembelajaran yang diperoleh lewat
perilaku yang terencana dan sistematis. Siswa dapat memperoleh pembelajaran lewat
penyadaran dan penghormatan terhadap orang cacat dengan memberi jalur khusus di
stasiun, terminal ataupun bandara. Di kota besar seperti Jakarta, pemberian jalur
khusus untuk orang cacat (misalnya stasiun Gambir dan Bandara Sukarno Hatta)
dapat membelajarkan siswa. Bandingkan pemahaman budaya dan proses penyadaran
yang berbeda dengan negara lain. Pernah terjadi di Amerika Serikat, seseorang yang
berasal dari Indonesia yang membukakan jalan pada orang cacat yang naik kursi
roda. Apa yang terjadi ? Orang itu justru marah dan tersinggung. Dia bertanya dari
mana Anda berasal dan dijawab Indonesia. Dia menjawab Pantas. Saya tidak
membutuhkan bantuan Anda. Sungguh ironis. Maksudnya ingin membantu dan
menghormati orang yang memiliki kekurangan. Namun dari sikap orang Indonesia
itu itu tersirat memandang rendah orang yang cacat.
ASCD Komisi Pendidikan Multikultural (Di dalam Grant, 1977b: 3) menegaskan
bahwa Pendidikan Multikultural berhubungan dengan konsep humanistik yang
didasarkan pada kekuatan dari keragaman, hak asasi manusia, keadilan sosial, dan
gaya hidup alternatif bagi semua orang, yang diperlukan untuk pendidikan yang
berkualitas dan meliputi semua upaya untuk memenuhi seluruh budaya bagi siswa;
yang memandang masyarakat multikultural pluralistik sebagai kekuatan positif dan
menjadikan perbedaan sebagai wahana untuk lebih memahami masyarakat global.
Dari uraian panjang di atas ada beberapa ide utama yang bisa kita ambil:
a. Pendidikan Multikultural berhubungan dengan konsep humanistik. Konsep
yang didasarkan pada kekuatan dari keragaman, HAM, keadilan sosial dan
gaya hidup.
b. Pendidikan Multikultural mengarah pada pencapaian pendidikan yang
berkualitas
c. Melibatkan segala upaya untuk memenuhi seluruh budaya siswa
d. Memandang masyarakat pluralistik sebagai kekuatan positif
e. Perbedaan adalah wahana memahami masyarakat global.
Ada kaitan erat antara Pendidikan Multikultural dengan konsep humanisme.
Keduanya memandang manusia sebagai manusia yang memiliki keunikan yang harus
dihormati keberadaannya. Menghormati keragaman dan gaya hidup berarti juga
menghormati hak asasi manusia yang dilandasi keadilan sosial. Semua hal di atas
ditujukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan kita. Di samping itu pendidikan
harus mencakup seluruh budaya siswa dan memandang bahwa masyarakat yang
pluralistik itu sebagai kekuatan positif dan perlu disikapi secara positif pula.
Pemahaman perbedaan dan keragaman ini sangat diperlukan untuk lebih memahami
fenomena keragaman masyarakat global. Apalagi dengan semakin pesatnya
teknologi, komunikasi dan informasi saat ini, maka kejadian apa pun di seluruh
pelosok dunia akan dapat diketahui oleh siapa pun, di manapun dan kapan pun juga.
Inilah yang sering disebut sebagai global village.
Lebih lanjut Grant menekankan bahwa Pendidikan Multikultural terkait dengan
kebijakan dan praktek yang menunjukkan penghormatan terhadap keragaman budaya
melalui filsafat pendidikan, komposisi dan hierarkhi staff, materi pembelajaran dan
prosedur evaluasi (Grant, 1977). Kebijakan pembatasan berupa persyaratan tertulis
yang mencegah masuknya kelompok multikultural dapat dipandang sebagai anti
terhadap Pendidikan Multikultural. Misalnya hanya untuk laki-laki saja, perempuan
saja, persyaratan tinggi tertentu, asal daerah tertentu dan sebagainya.
Nieto (1992) memandang Pendidikan Multikultural terkait dengan :
1. reformasi sekolah dan pendidikan dasar yang komprehensif untuk semua
siswa,
2. penentangan terhadap semua bentuk diskriminasi,
3. menyerapan pelajaran dan hubungan interpersonal di kelas, dan
4. penonjolan prinsip-prinsip demokratis dan keadilan sosial (Nieto, 1992).
Pendidikan Multikultural dilihat oleh Nieto sebagai reformasi sekolah dan
reformasi pendidikan dasar yang komprehensif, bukan sekedar penambahan materi
dan pemahaman sudut pandang dari budaya yang lain. Pendidikan Multikultural
dapat berhasil bila terwujud dalam hubungan interpersonal yang menentang semua
bentuk diskriminasi. Pendidikan multikultural terwujud dalam bentuk menonjolan
prinsip demokrasi dan keadilan sosial. Ada suatu proses yang dijalani dalam
hubungan interpersonal bukan sekedar segi kognitif semata.
Sejalan dengan pemikiran di atas, Bennet (1995) menyatakan bahwa pendidikan
multikultural didasarkan pada nilai dan keyakinan demokratis, dan upaya
mengembangkan pluralisme budaya dalam masyarakat yang secara kultural berbeda.
Menurut Bennet definisi Pendidikan Multikultural mencakup dimensi :
(1) gerakan persamaan (yang dalam konsep Banks disebut gerakan reformasi
pendidikan),
(2) pendekatan multikultural,
(3) proses menjadi multikultural, dan
(4) komitmen memerangi prasangka dan diskriminasi.
5-6 Unit 5
Implikasinya
Terhadap
5-8 Unit 5
5-10 Unit 5
yang lebih akurat, komprehensif dan lewat peningkatan prestasi akademis dan
pemikiran kritis yang diterapkan pada masalah sosial.
5-12 Unit 5
Subunit 2
Prinsip Pengembangan Pendidikan
Multikultural di Indonesia
Pada Subunit 2 ini akan diuraikan tentang prinsip pengembangan Pendidikan
Multikultural di Indonesia. Pada bagian ini akan dijabarkan hal-hal yang perlu
diperhatikan dalam mengembangkan Pendidikan Multikultural di Indonesia.
kelompok budaya, etnis, dan ekonomis. Ini lebih luas dan lebih komprehensif
dan biasa disebut reformasi kurikulum.
5. Gerakan persamaan. Gerakan persamaan ini lebih dilhat sebagai kegiatan nyata
daripada sekedar dibicarakan dalam forum-forum ilmiah. Di Kabupaten Nabire,
Papua ada sebuah kampung yang mencerminkan gerakan kebhinekaan yang
bernama Kampung Bhineka Tunggal Ika. Penduduk Kampung Bhineka
Tunggal Ika ini terdiri dari orang Papua, Timor, Jawa dan Bugis. Mereka yang
tinggal di sana mendapat tanah seluas 2 hektar tiap kepala keluarga untuk
ditanami dengan tanaman coklat dan tanaman produktif lainnya. Mereka hanya
boleh menggarap tanah itu dan tidak boleh menjualnya. Mereka harus
menunjukkan kemampuan bertani yang baik lebih dahulu sebelum diterima
menjadi warga Kampung Bhineka Tunggal Ika. Kini kampung itu telah
menjadi besar dan di Kabupaten Nabire, Papua ini direncanakan akan
membentuk Kampung Nusantara yang terdiri dari generasi muda berusia 27
tahun hingga 35 tahun. Ada kesadaran akan keberagaman budaya yang
menghilangkan sekat-sekat agama dan adat. Mereka saling mengunjungi saat
orang dari agama lain merayakan hari besarnya. Mereka harus menghormati
hukum nasional dan hukum adat setempat. Misalnya, buah pohon tetangga
yang masuk ke pekarangan tetangga menjadi milik tetangga itu. Orang yang
melanggar akan ditindak tegas. Bahkan menurut adat di sana, orang yang
mengambil milik tetangganya boleh dibunuh. Di Manado, Sulawesi Utara, ada
juga gerakan semacam ini. Mereka akan dengan suka rela membantu tetangga
dan masyarakat yang berlainan agama bila tetangganya itu membutuhkan.
Misalnya membangun masjid atau gereja. Sebagai sebuah gerakan, maka
Pendidikan Multikultural perlu dimasyarakatkan dalam karya nyata di samping
lokakarya. Dan tidak kalah pentingnya adalah adanya program pendidikan yang
ditayangkan berbagai siaran televisi, radio atau pun internet. Perlu dihimbau,
kalau tidak mungkin diharuskan, untuk menayangkan program yang bernuansa
budaya dalam siaran mereka. Sekarang ini sudah ada beberapa stasiun yang
mencoba menayangkan program semacam itu dan hasilnya bagus. Diharapkan
hal ini bisa lebih ditingkatkan lagi untuk mengurangi acara-acara yang justru
menimbulkan hasutan dan pertikaian.
6. Proses. Sebagai proses, maka tujuan Pendidikan Multikultural yang berasal
keadilan sosial, persamaan, demokrasi, toleransi dan penghormatan hak asasi
manusia tidak mudah tercapai. Perlu proses panjang dan berkelanjutan. Perlu
ada pembudayaan di segenap sektor kehidupan.
Tantangan Pendidikan Multikultural, baik dalam teori maupun dalam praktek,
adalah bagaimana meningkatkan keadilan bagi kelompok korban tertentu tanpa
membatasi kelompok dan kesempatan yang lain. Sekalipun berbagai kelompok
dijadikan sasaran untuk penguatan dan keadilan dalam Pendidikan Multikultural
sesuai kebutuhan dan tujuan, kadang mereka menerima kebutuhannya sebagai
beragam, bertentangan, dan tidak konsisten sebagaimana halnya pernah terjadi pada
beberapa kelompok feminis dan etnis di masa lampau. Sebab utama dari ketegangan
di antara berbagai kelompok korban mungkin dilembagakan oleh praktek di dalam
masyarakat yang meningkat ketegangan, konflik dan keberagaman di antara mereka.
Dalam hal ini, mungkin tujuan penting dari Pendidikan Multikultural adalah
5-14 Unit 5
membantu anggota kelompok yang menjadi korban agar lebih bersatu dan
mendapatkan keuntungan yang signifikan dari koalisi itu. Koalisi ini dapat menjadi
wahana untuk perubahan sosial dan reformasi. Upaya Jesse Jackson untuk
membentuk apa yang disebut Rainbow Coalition pada level nasional pada tahun
1980-an merupakan salah satu dari tujuan utama rumusan koalisi politik yang efektif
yang terdiri dari orang-orang dari kelompok gender, ras, budaya, dan kelompok kelas
sosial yang berbeda.
Saat ini, ada banyak model dan kerangka kerja Pendidikan Multikultural. Ada
variasi dalam pengembangan Pendidikan Multikultural, mulai dari penambahan
sumber yang beragam dalam kurikulum hingga pada revisi kurikulum kecil atu
bahkan sudah pada pendekatan yang berusaha melakukan perubahan mendasar
terhadap diri, sekolah, dan masyarakat sebagaimana yang diinginkan oleh ahli teori
dan sarjana yang punya komitmen tinggi terhadap Pendidikan Multikultural.
Bagaimana Indonesia ? Sebagai negara yang baru mengenal Pendidikan
Multikultural maka wajarlah bila Indonesia masih pada taraf pertama dengan
penambahan bahan ajar dalam kurikulum. Namun dengan memahami akar gerakan
Pendidikan Multikultural di atas, secara berangsur-angsur kita mengikuti jalur
perubahan yang lebih lengkap yang diletakkan oleh para pendidik, aktivis, dan ahliahli. Dan penting diingat bahwa Pendidikan Multikultural berkaitan dengan konsep
yang relatif baru yang akan terus berubah sesuai dengan kebutuhan masyarakat
yang berubah.
nasional dan ikon bangsa. Dengan menyebut satu budaya itu dunia mengetahui
bahwa itu adalah ciri khas budaya bangsa Indonesia.
b. Asas Bhineka Tunggal Ika (perbedaan dalam persatuan). Konsep ini
menekankan keragaman dalam budaya yang menyatu dalam wilayah negara
kita. Keragaman dalam jenis tarian, pakaian, makanan, bentuk rumah dan
sebagainya menjadikan Indonesia dikenal memiliki kekayaan budaya yang
menjadi mosaik budaya.
c. Asas kesederajatan. Indonesia yang menghormati asas ini. Semua budaya
dipandang sederajat, diakui dan dikembangkan dalam kesetaraan. Tidak ada
dominasi yang memaksakan ke kelompok kecil. Kalau kebetulan budaya Jawa
lebih dikenal itu karena persoalan jumlah penduduk yang menduduki wilayah
Jawa yang padat bukan dominasi budaya sebagaimana halnya orang barat
menganggap warga kulit putih (White) yang lebih tinggi daripada kelompok
kulit berwarna (colour).
d. Asas selaras, serasi dan seimbang. Semua budaya dikembangkan selaras
dengan perkembangan masing-masing, diserasikan dengan kondisi riil masingmasing dan seimbang di seluruh wilayah dan seluruh bangsa Indonesia.
5-16 Unit 5
Latihan
Sampai di sini dulu pembahasan mengenai pengembangan Pendidikan Multikultural.
Sebelum dilanjutkan pada Unit selanjutnya maka untuk lebih memantapkan
pemahaman dan daya analisis Anda terhadap beberapa pengertian kebudayaan,
terlebih dahulu silakan Anda mengerjakan beberapa latihan berikut ini.
1. Jelaskan hubungan antara makna Pendidikan Multikultural dengan
pengembangan Pendidikan Multikultural ?
2. Jelaskan hubungan antara sejarah Pendidikan Multikultural dengan
pengembangan Pendidikan Multikultural ?
3. Mampu menjelaskan tiga kelompok pemikiran yang biasa berkembang di
Indonesia dalam menyikapi konflik yang sering muncul Indonesia.
4. Mampu menyebutkan tujuan Pendidikan Multikultural di Indonesia.
Rangkuman
1. Pemaknaan Pendidikan Multikultural yang berbeda-beda berimplikasi terhadap
pengembangan Pendidikan Multikultural. Pendidikan Multikultural sebagai ide
berimplikasi pada penambahan bahan ajar. Ini merupakan langkah awal yang
dapat diterapkan dalam pengembangan Pendidikan Multikultural di Indonesia.
Pendidikan Multikultural sebagai gerakan reformasi pendidikan berimplikasi
pada pengubahan semua komponen kegiatan pendidikan, yang mencakup: nilainilai yang mendasari, aturan prosedural, kurikulum, bahan ajar, struktur
organisasi dan pola kebijakan. Pendidikan Multikultural sebagai proses
berimplikasi pada aksi yang terencana secara terus menerus dan membutuhkan
investasi waktu jangka panjang.
2. ASCD Komisi Pendidikan Multikultural menegaskan bahwa Pendidikan
Multikultural berhubungan : a. konsep humanistik yang didasarkan pada
keragaman, hak asasi manusia, keadilan sosial dan gaya hidup, b. Pendidikan
yang berkualitas, c. semua upaya memenuhi seluruh budaya siswa, d.
memandang masyarakat pluralistik sebagai kekuatan positif, e. perbedaan adalah
wahana memahami masyarakat global.
3. Grant menekankan bahwa Pendidikan Multikultural terkait dengan kebijakan dan
praktek yang menunjukkan penghormatan terhadap keragaman budaya melalui
filsafat pendidikan, komposisi dan hierarkhi staff, materi pembelajaran dan
prosedur evaluasi
4. Nieto memandang Pendidikan Multikultural sebagai reformasi sekolah dan
reformasi pendidikan dasar yang komprehensif, bukan sekedar penambahan
materi dan pemahaman sudut pandang budaya lain. Pendidikan Multikultural
terwujud dalam hubungan interpersonal yang menentang semua bentuk
diskriminasi dan dalam bentuk menonjolan prinsip demokrasi dan keadilan
sosial. Ada suatu proses yang dijalani dalam hubungan interpersonal bukan
sekedar segi kognitif semata.
5. Bennet menyatakan bahwa pendidikan multikultural didasarkan pada nilai dan
keyakinan demokratis, dan upaya mengembangkan pluralisme budaya dalam
masyarakat yang secara kultural berbeda. Menurut Bennet definisi Pendidikan
Multikultural mencakup dimensi : gerakan persamaan, pendekatan multikultural,
5-18 Unit 5
8. Faktor-faktor yang melatar belakangi semua pertikaian di tanah air itu disebabkan
oleh kenyataan negara-bangsa (nation-state) yang terdiri dari masyarakat
"multikultural".
9. Kebijakan yang mementingkan kepentingan nasional telah mengabaikan
kemampuan masyarakat mengatasi masalah, sementara itu pemberian
kewenangan yang terlalu besar pada daerah tanpa kesadaran kebangsaan dan
kesadaran multikultural sering menimbulkan berbagai gejolak di tanah air ini.
10. Ada tiga kelompok pemikiran di masyarakat dalam menyikapi konflik yang
muncul. Pertama, pandangan primordialis, yang menganggap ikatan primordial
sebagai sumber utama benturan kepentingan. Kedua, pandangan kaum
instrumentalis. Menurut mereka, suku, agama dan identitas yang lain digunakan
sebagai alat untuk mengejar tujuan yang lebih besar. Ketiga, kaum konstruktivis,
yang menganggap etnis merupakan sumber kekayaan untuk saling mengenal dan
memperkaya budaya
11. Sekolah dan lingkungan belajar harus memberi pengalaman belajar budaya
masyarakat. Pendidikan Multikultural harus menjadi tujuan pengembangan
warga negara dan warga masyarakat yang lebih demokratis lewat penyediaan
pengetahuan yang lebih akurat, komprehensif dan lewat peningkatan prestasi
akademis dan pemikiran kritis yang diterapkan pada masalah sosial.
Pengembangan Pendidikan Multikultural di Indonesia dapat berbentuk :
Penambahan materi multikultural pada semua bidang studi,
berbentuk bidang studi atau mata pelajaran yang berdiri sendiri,
Tes Formatif 2
Pilihlah satu jawaban yang paling tepat dari beberapa alternatif jawaban yang
disediakan!
1. Pendidikan Multikultural sebagai ide berimplikasi pada .
a. penambahan bahan ajar
b. pengubahan semua komponen kegiatan pendidikan
c. program studi
d. aksi yang terencana secara terus menerus dan membutuhkan investasi waktu
jangka panjang
2. Pendidikan Multikultural sebagai proses berimplikasi pada .
a. penambahan bahan ajar
b.pengubahan semua komponen kegiatan pendidikan
c. program studi
d.aksi yang terencana secara terus menerus dan membutuhkan investasi waktu
jangka panjang
5-20 Unit 5
5-22 Unit 5
Kunci Jawaban
Kunci Jawaban Tes Formatif 1
Daftar Pustaka
____________________________________________________________________
5-24 Unit 5
Unit
Pendahuluan
Sutarno
Pendidikan Multikultural
6-1
Subunit 1
Peranan Sekolah Dasar sebagai Sistem Sosial
Lingkungan sekolah secara keseluruhan merupakan suatu sistem yang terdiri
dari sejumlah variabel dan faktor utama yang dapat diidentifikasi sebagai budaya
sekolah, kebijakan dan politik sekolah, dan kurikulum formal dan bidang studi.
Salah satu dari faktor ini mungkin menjadi fokus dari reformasi sekolah pada
awalnya, namun perubahan itu harus tepat pada masing-masing variabel dalam
membantu menciptakan dan mendukung lingkungan sekolah multi budaya yang
efektif.
Variabel dan faktor sekolah sebagai sistem sosial itu antara lain :
1. Kebijakan dan politik sekolah
Dengan era KTSP sekarang ini kebijakan dan politik sekolah sangat
menentukan ke arah mana anak didik akan dikembangkan potensinya.
Kebijakan dan politik sekolah yang bernuansa khas dan unggul dapat
dikembangkan oleh sekolah itu secara terencana dan berkelanjutan.
2. Budaya sekolah dan kurikulum yang tersembunyi (hidden curriculum)
Budaya yang berlangsung di sekolah dan kurikulum yang tersembunyi (hidden
curriculum) sangat menentukan kepribadian yang dikembangkan pada
lingkungan sekolah. Keunikan budaya sekolah dapat dibaca sebagai
keunggulan komparatif. Misalnya di Sekolah Dasar tertentu dibudayakan
untuk setiap hari guru atau kepala sekolah menyambut kedatangan siswa di
depan pagar secara bergiliran untuk bersalaman untuk mengajarkan nilai
keakraban, kekeluargaan, rasa saling hormat dan kasih sayang.
3. Gaya belajar dan sekolah
Gaya belajar dan sekolah ikut mewarnai pembelajaran yang berlangsung di
sekolah itu. Gaya belajar siswa hendaknya diperhitungkan oleh sekolah dalam
pembuatan kebijakan dan dalam menciptakan gaya (style) sekolah itu dalam
menciptkan kondisi belajar yang nyaman dan akrab dengan kondisi siswa.
Tentu tidak sama gaya sekolah perkotaan dengan segala fasilitasnya dengan
gaya sekolah pedesaan.
4. Bahasa dan dialek sekolah
Bahasa dan dialek sekolah di sini berkaitan dengan bahasa dan dialek yang
digunakan di sekolah di mana sekolah itu berada. Sekolah yang ada di Madura
tentunya, disadari atau tidak, akan mempengaruhi budaya anak didiknya
karena dalam keseharian guru dan siswa itu akan berkomunikasi lewat bahasa
Madura atau minimal logat dialek Madura yang kental. Sekalipun
menggunakan bahasa Indonesia, kita akan dengan mudah mengenali budaya
6-2
Unit 6
anak didik dengan mengenal bahasa dan dialek yang digunakan siswanya.
Sekolah dasar di Jawa, khususnya Jawa Tengah atau sebagian Jawa Timur
yang banyak menggunakan bahasa dan dialek Jawa dapat membuat program
mingguan misalnya. Hari Sabtu untuk menggunakan bahasa Jawa Krama
Inggil pada waktu istirahat. Kegiatan ini untuk menumbuh sikap hormat dan
kesantunan pada anak didik lewat penggunaan bahasa dan dialek yang
dibudayakan di sekolah.
5. Partisipasi dan input masyarakat
Partisipasi dan input sekolah ikut menentukan arah kebijakan dan iklim
sekolah yang akan dikembangkan. Peranan Komite Sekolah sangat bervariasi
di tiap-tiap sekolah dasar. Bila kesadaran masyarakat akan pendidikan tinggi
dan komite sekolah dipimpin oleh orang yang memiliki wawasan pendidikan
yang baik maka sekolah itu akan banyak mendapat bantuan dari masyarakat,
baik dana maupun pemantauan ke arah pengembangan sekolah ke depan.
Untuk itu Komite Sekolah perlu dipimpin oleh orang yang bukan saja dikenal,
disegani dan berpengaruh di masyarakat, tetapi juga orang yang memiliki
komitemen yang tinggi terhadap kemajuan pendidikan putra-putrinya.
6. Program penyuluhan/konseling
Program bimbingan dan penyuluhan/konseling akan berperanan dalam
membantu mengatasi kesulitan belajar pada anak, baik itu anak yang
mengalami kelambatan belajar maupun anak yang memiliki bakat khusus.
Petugas penyuluhan dapat memberikan masukan pada kepala sekolah tentang
bakat terpendam dari siswa asuhannya. Kemungkinan ada anak yang lemah
dalam mata pelajaran tertentu ternyata dia memiliki bakat yang besar dalam
menari dan menyanyi yang membutuhkan penyaluran bakat yang memadai.
7. Prosedur asesmen dan pengujian
Memang saat ini, kita masih belum boleh melakukan prosedur asesmen dan
pengujian sendiri untuk mata pelajaran yang diujikan dalam UAN (Ujian
Akhir Nasional), namun kita bisa mengembangkan pada mata pelajaran yang
bukan termasuk dalam UAN. Asesmen dan pengujian tidak identik dengan
duduk di kelas dan mengerjakan soal dalam bentuk paper-pencil test. Asesmen
bersifat holistik yang menggambarkan kemampuan aktual keseharian anak.
Anak akan dinilai secara beda dalam arti dikurangi skornya bila dia terlibat
dalam tindakan yang kurang bermoral misalnya mencuri, sering membolos,
kurang sopan, merokok di sekolah dan sebagainya, walaupun dalam ujian di
kelas nilainya bagus. Atau sebaliknya, siswa yang menunjukkan penampilan
dan sikap yang baik akan mendapat skor tambahan yang dapat membantu
mengangkat nilainya saat ujian di kelas.
8. Materi pembelajaran
Materi pelajaran pada semua bidang studi atau bidang yang paling cocok dapat
memasukkan materi budaya itu dalam pembelajaran. Penggunaan sempoa pada
matapelajaran matematika, materi bacaan pada pelajaran Bahasa Indonesia dan
Pendidikan Multikultural
6-3
6-4
Unit 6
Subunit 2
Peranan Sekolah Dasar Sebagai Lembaga
Pengembangan Budaya
Pada Subunit 2 ini akan diuraikan bagaimana seharusnya sekolah dasar dapat
memfungsikan diri sebagai lembaga pengembangan budaya. Dalam bagian ini akan
dikemukakan juga penterjemahan pendekatan yang telah dikemukakan sebelumnya
dapam bentuk tahap-tahap pengembangan yang harus dilalui agar Pendidikan
Multikultural dapat berjalan sebagaimana mestinya.
Pendidikan Multikultural juga merupakan proses di mana tujuan-tujuannya
tidak akan pernah terealisasi secara penuh. Persamaan pendidikan seperti kebebasan
dan keadilan merupakan ideal terhadap mana umat manusia bekerja namun tidak
pernah tercapai secara penuh. Ras, sex, dan diskrimininasi akan tetap ada tidak
peduli bagaimana kerja keras kita untuk menghilangkan masalah ini. Jika prasangka
dan diskriminasi direduksi dalam satu kelompok, keduanya biasanya ditujukan pada
kelompok lain atau keduanya mengambil bentuk yang baru. Karena tujuan
Pendidikan Multikultural tidak akan pernah tercapai secara penuh, kita harus bekerja
terencana dan berkelanjutan untuk meningkatkan persamaan pendidikan bagi semua
siswa.
Pendidikan Multikultural harus dipandang sebagai suatu proses pelibatan (an
ongoing process), dan bukan sebagai sesuatu yang kita lakukan dengan segera.
Oleh karena itu memecahkan masalah ini menjadi target reformasi Pendidikan
Multikultural. Jika kita bertanya pada staf sekolah
yang berusaha
mengimplementasikan Pendidikan Multikultural di sekolahnya, ia berkata bahwa
sekolahnya telah melakukan Pendidikan Multikultural tahun lalu dan sekarang
sedang memulai reformasi yang lain, seperti memperbaiki skor membaca.
Administrator ini bukan saja tidak memahami sifat dan ruang lingkup Pendidikan
Multikultural, namun juga tidak memahami bahwa tujuan utama Pendidikan
Multikultural adalah memperbaiki prestasi akademik.
Multikutural adalah suatu realita masyarakat dan bangsa Indonesia. Realita
tersebut memang berposisi sebagai objek dalam proses pengembangan perencanaan
dan pelaksanaan pendidikan, termasuk di dalamnya Pendidikan Multikultural.
Tetapi posisi sebagai objek yang terabaikan dalam pengembangan perencanaan dan
pelaksanaan pembelajaran ini berubah menjadi subjek yang menentukan dalam
implementasinya. Sekalipun sebenarnya multikultural menjadi penentu dalam
implementasi tetapi tetap tidak dijadikan landasan ketika guru mengembangkan
pembelajaran. Padahal multikultural itu berpengaruh langsung terhadap kemampuan
guru dalam melaksanakan pembelajaran, kemampuan sekolah dalam memberikan
pengalaman belajar, dan kemampuan siswa dalam proses belajar serta mengolah
informasi menjadi sesuatu yang dapat diterjemahkan sebagai hasil belajar. Artinya,
multikultural itu menjadi penentu yang memiliki sumbangan terhadap keberhasilan
Pendidikan Multikultural
6-5
pembelajaran
baik
sebagai
proses
maupun
sebagai
hasil.
Oleh karena itu, multikultural tersebut harus menjadi faktor yang
dipertimbangkan dalam penentuan filsafat, teori, visi, pengembangan pembelajaran
pendidikan, termasuk di dalamnya Pendidikan Multikultural.
6-6
Unit 6
responsif terhadap kultural. Model ini merupakan pedagogi lintas disiplin dan lintas
budaya. Jadi, sudah saatnya untuk memperhitungkan kebudayaan sebagai landasan
penting dalam menentukan komponen tujuan, materi, proses, dan evaluasi
suatu perencanaan dan pelaksanaan, dan kegiatan belajar siswa.
Pendidikan Multikultural digunakan oleh pendidik untuk menggambarkan
kegiatan dengan siswa yang berbeda karena ras, gender, kelas, atau
ketidakmampuan. Tujuan kemasyarakatan pendekatan ini adalah untuk mengurangi
prasangka dan diskriminasi terhadap kelompok yang tertindas (oppressed groups),
bekerja atas dasar kesempatan yang sama dan adanya keadilan sosial pada semua
kelompok, serta distribusi kekuasaan yang adil di antara anggota kelompok budaya
yang berbeda. Pendekatan Pendidikan Multikultural mencoba mereformasi proses
persekolahan secara keseluruhan tanpa memandang apakah sekolah itu sekolah
pinggiran yang terbelakang atau sekolah kota yang maju.
Berbagai praktek dan proses di sekolah direkonstruksi kembali sehingga
menjadi model sekolah yang berdasarkan persamaan dan pluralisme. Misalnya,
pembelajaran diorganisir seputar konsep disiplin namun materi rincian dari konsep
itu disajikan dari pengalaman dan perspektif dari berbagai kelompok berbeda.
Pembelajaran tidak memakai lagi pengelompokan berdasarkan kekuatan siswa dan
tidak ada lagi praktek yang membeda-bedakan siswa. Siswa didorong untuk
menganalisa isu lewat sudut pandang yang berbeda.
Andaikan Anda sedang mengajar sastra, Anda dapat memilih literatur yang
ditulis oleh anggota kelompok yang berbeda. Ini bukan hanya mengajari siswa
bahwa kelompok di luar kelompoknya telah menghasilkan karya sastra, namun juga
memperkaya konsep sastra karena memungkinkan siswa menyelami bentuk sastra
yang berbeda, di samping sastra universal tertentu semisal karya Shakespiere.
Perjuangan universal dapat diuji lewat bacaan dari kelompok yang saling
berhadapan, misalnya, tentang gadis Alaska dalam Julie of the Wolves dan gadis
Polynesia dalam Island of the Blue Dolphins di samping orang kulit putih dalam The
Call of the Wild.
Juga penting bahwa kontribusi dan perspektif yang dipilih menggambarkan
kelompoknya sendiri secara aktif dan dinamis. Ini mempersyaratkan bahwa Anda
belajar tentang berbagai kelompok dan mejadi sadar tentang apa yang penting dan
bermakna bagi mereka. Misalnya, guru mengajar tentang nilai kehormatan dan
kesetiaan dari bangsa Jepang yang terdapat dalam tindakan bunuh diri. Atau
tindakan melukai tubuhnya sendiri hingga berdarah dan menceburkan dirinya ke
sungai Gangga bagi sebagian bangsa India. Tindakan itu hanya bisa dipahami bila
kita memahami apa yang penting dan bermakna bagi mereka. India adalah bangsa
yang sangat majemuk, namun kemajemukan masih kalah dibandingkan dengan
kemajemukan Indonesia.Kenyataan ini diakui pula oleh seorang ahli sejarah India
berbangsa Amerika, Wolpert (1965:7) yang mengatakan bahwa masyarakat India
adalah lebih pluralistik dalam segala hal dibandingkan dengan negara lain di muka
bumi ini kecuali Indonesia. Indonesia adalah negara yang kaya dengan budaya
seperti dinyatakan dalam motto nasional "Bhinneka Tunggal Ika (Bhina = berbeda;
Tunggal = Satu; Ika = itu). Oleh karena itu, apabila kebudayaan adalah salah satu
landasan kuat dalam pengembangan pembelajaran di Indonesia maka pembelajaran
harus pula memperhatikan multikultural yang ada.
Pendidikan Multikultural
6-7
6-8
Unit 6
Pendidikan Multikultural
6-9
6-10 Unit 6
Pendidikan Multikultural
6-11
sebagainya harus dapat dikemukakan sebagai tujuan yang sama pentingnya dengan
tujuan yang berasal dari disiplin ilmu.
Perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran Pendidikan Multikultural
menghendaki adanya pengertian konten yang berbeda dari pengertian yang dianut
dalam kurikulum 1975 dan 1984. Kurikulum 1994 memang mencoba untuk
mengembangkan pengertian konten yang lebih luas tetapi belum mencakup
keseluruhan gerak pengembangan. Pengertian konten harus diartikan lebih luas yang
mencakup hal-hal substantif (teori, generalisasi, konsep, fakta), nilai, keterampilan,
dan proses.
Masyarakat sebagai sumber belajar harus dapat dimanfaatkan sebagai sumber
konten perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran. Oleh karena itu, nilai, moral,
kebiasaan, adat/tradisi, dan cultural traits tertentu harus dapat diakomodasi sebagai
konten perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran. Konten pembelajaran haruslah
tidak bersifat formal semata tetapi society and cultural-based, dan terbuka pada
masalah yang hidup dalam masyarakat. Konten pembelajaran haruslah
menyebabkan siswa merasa bahwa sekolah bukanlah institusi yang lepas dengan
masyarakat, tetapi sekolah adalah suatu lembaga sosial dan lembaga budaya yang
hidup dan berkembang di masyarakat. Selanjutnya, konten pembelajaran harus dapat
mengembangkan kualitas kemanusiaan peserta didik.
Pengembangan komponen proses dalam pembelajaran menghendaki
pendekatan yang menempatkan siswa sebagai subjek dalam belajar. Dalam posisi ini
maka siswa belajar dan berinteraksi dengan sumber belajar (termasuk masyarakat).
Guru bertindak sebagai orang yang memberi kemudahan bagi siswa dalam belajar.
Oleh karena itu, dalam pembelajaran Pendidikan Multikultural siswa sebagai subjek
dalam belajar memberi arti bahwa metode adalah alat guru dalam membantu siswa
belajar. Metode guru ditentukan oleh cara siswa belajar.
2). Pengembangan Perencanaan dan pelaksanaan Pembelajaran Sebagai Proses
Pengembangan perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran sebagai proses
sangat ditentukan oleh guru berdasarkan kondisi budaya siswa. Pendidikan
Multikultural sebagai proses harus sesuai Pendidikan Multikultural dengan sebagai
ide.
Pengetahuan, pemahaman, dan sikap, serta kemauan guru terhadap Pendidikan
Multikultural akan sangat menentukan keberhasilan pelaksanaan perencanaan dan
pelaksanaan sebagai proses.
Ada empat hal yang harus diperhatikan guru dalam mengembangkan
Pendidikan Multikultural sebagai proses, yaitu: (1) posisi siswa sebagai subjek
dalam belajar, (2) cara belajar siswa yang ditentukan oleh latar belakang
budayanya, (3) lingkungan budaya mayoritas masyarakat dan pribadi siswa adalah
entry behavior kultural siswa, (4) lingkungan budaya siswa sebagai sumber belajar.
6-12 Unit 6
Posisi keragaman yang berada pada tataran sekolah dan masyarakat tak boleh
diabaikan. Oleh karena itu, keragaman sosial dan budaya harus menjadi faktor yang
dipertimbangkan dalam penentuan filsafat, teori, visi, pengembangan dokumen,
sosialisasi kurikulum, dan pelaksanaan perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran.
Pendidikan berlangsung sepanjang hayat dan berwujud pengalaman hidup dari
berbagai lingkungan budaya mempengaruhi perkembangan individu itu selanjutnya.
Pendidikan yang bernuansa budaya itu berlangsung sejak anak usia dini berlanjut
sampai pada jenjang pendidikan lebih lanjut bahkan sampai akhir hayat. Hal ini
berarti anak Sekolah Dasar perlu dikenalkan bahwa dirinya merupakan bagian dari
neka budaya yang ada di lingkungan terdekat dirinya: budaya keluarga, budaya
masyarakat, budaya bangsa dan negara, dan mengenal berbagai budaya dunia.
Pada umumnya, sekolah dasar di daerah perkotaan telah menjadi komunitas
budaya yang plural dan muncul sebagai model masyarakat yang multi kultural.
Kenyataan ini seharusnya memperkuat kebersamaan antar-kelompok budaya, saling
mengenal, saling tergantung, dan saling menghargai. Kondisi ini dapat dimanfaatkan
untuk mengembangkan budaya nasional karena budaya nasional muncul dari unsur
budaya lokal dan etnis.
Kita perlu menciptakan agar budaya sekolah yang dikembangkan para guru
dapat berfungsi sebagai perekat kehidupan bersama,
Perlu dilakukan berbagai upaya untuk mewujudkan kebersamaan dalam ikatan
budaya yang lebih luas, termasuk budaya sekolah yang mengembangkan berbagai
unsur budaya Nusantara melalui penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar,
penerapakan visi dan misi sekolah, etika, dan disiplin sekolah.
Sekolah dasar sebagai lembaga pengembangan budaya dapat dikembangkan
untuk membantu siswa melwati garis batas budaya lokal dan etnisnya sehingga
tumbuh sikap toleransi, keterbukaan, dan kemampuan pembentukan diri. Mereka
belajar menyatukan diri dan mengembangkan diri dalam keanekaan budaya
masyarakat sekolah.
Pendidikan Multikultural
6-13
6-14 Unit 6
Materi dan unit baru menjadi sumber dan pengetahuan seperti buku teks dan
isi kurikulum masih didasarkan pada orientasi kelompok dominan (Banks,
1993).
Pendidikan Multikultural
6-15
Materi baru masih berangkat dari perspektif atau sudut pandang kelompok
dominan.
6-16 Unit 6
Pendidikan Multikultural
6-17
6-18 Unit 6
Unit
Subunit 1
Perencanaan Pembelajaran Berbasis Budaya
Pada Subunit 1 ini akan disajikan berbagai hal yang harus diperhatikan dalam
memasukkan materi Pendidikan Multikultural dalam bentuk pembelajaran yang ada
di kelas maupun di luar kelas.
Pemakaian budaya lokal (etnis) dalam Pembelajaran Berbasis Budaya sangat
bermanfaat bagi pemaknaan proses dan hasil belajar, karena peserta didik
mendapatkan pengalaman belajar yang kontekstual (titian kambing) dan bahan
apersepsi untuk memahami konsep ilmu pengetahuan dalam budaya lokal (etnis)
yang dimiliki. Di samping itu, model pengintegrasian budaya dalam pembelajaran
dapat memperkaya budaya lokal (etnis) tersebut yang pada gilirannya juga dapat
mengembangkan dan mengukuhkan budaya nasional yang merupakan puncakpuncak budaya lokal dan budaya etnis yang berkembang (Dikti, 2004: 4). Dalam
Pembelajaran Berbasis Budaya, budaya diintegrasikan sebagai alat bagi proses
belajar untuk memotivasi peserta didik dalam mengaplikasikan pengetahuan, bekerja
secara kooperatif, dan mempersepsikan keterkaitan antara berbagai mata pelajaran.
7-2
Unit 7
diperlukan, saat Anda menghadapi materi rasis di dalam bahan pelajaran atau
mengobservasi rasisme dalam pernyataan dan perilaku siswa, Anda dapat
menggunakan situasi ini untuk mengajarkan pelajaran penting tentang
pengalaman kelompok etnis tertentu.
b. Pengetahuan tentang kelompok etnis diperlukan untuk mengajarkan materi
etnis secara efektif. Baca paling sedikit satu buku utama yang mensurvei
sejarah dan budaya kelompok etnis.
c. Sensitiflah dengan sikap, perilaku rasial Anda sendiri dan pernyataan yang
Anda buat sekitar kelompok etnis di kelas. Pernyataan seperti Duduk seperti
seorang Indian sebagai stereotipe Amerika Asli. Duduk bersimpuh seperti
orang Jawa.
d. Yakinkan bahwa kelas Anda membawa citra positif tentang berbagai kelompok
etnis. Anda dapat melakukan ini dengan menayangkan majalah dinding, poster,
dan kalender yang memperlihatkan perbedaan rasial dan etnis dalam
masyarakat.
e. Sensitiflah terhadap sikap rasial dan etnis dari siswa Anda dan jangan
menerima keyakinan bahwa anak-anak tidak melihat ras, kelompok
kaya/miskin, warna kulit. Karena hal ini disangkal oleh riset. Semenjak riset
pemula oleh Lasker pada tahun 1929, peneliti telah mengetahui bahwa anak
yang muda sekali sadar akan perbedaan rasial dan bahwa mereka cenderung
menerima penilaian atas berbagai kelompok ras yang normatif dalam
masyarakat luas. Jangan mencoba mengabaikan perbedaan ras dan etnis yang
Anda lihat; cobalah merespon perbedaan ini secara positif dan sensitif.
f. Bijaksanalah dalam pilihan Anda dan dalam menggunakan materi pelajaran.
Sebagian materi mengandung stereotipe yang halus maupun mencolok atas
kelompok etnis. Menjelaskan pada siswa kalau suatu kelompok etnis
distereotipkan, diabaikan dari, atau menggambarkan materi dari sudut pandang
tertentu.
g. Gunakan buku, film, videotipe, dan rekaman yang dijual di pasaran untuk
pelengkap buku teks dari kelompok etnis dan menyajikan perspektif kelompok
etnis pada siswa Anda. Beberapa sumber ini mengandung gambaran yang kaya
dan kuat atas pengalaman dari orang kulit berwarna.
h. Berikan sentuhan warisan budaya dan etnis Anda sendiri. Dengan berbagi
kisah etnis dan budaya dengan siswa, Anda akan menciptakan iklim berbagai di
kelas, akan membantu memotivasi siswa mendalami akar budaya dan etnis dan
akan menghasilkan pembelajaran yang kuat bagi siswa Anda.
i. Sensitiflah dengan kemungkinan sifat kontroversial dari sebagian materi studi
etnis. Jika Anda telah jelas dan paham tentang tujuan pengejaran, Anda dapat
menggunakan buku yang kurang kontroversial untuk mencapai utujuan yang
sama.
j. Sensitiflah dengan tahap perkembangan dari siswa Anda jika Anda memilih
konsep, mater, dan aktivitas yang brkaitan dengan kelompok etnis. Konsep dan
aktivitas belajar bagi anak TK dan SD seharusnya spesifik dan kongkrit. Siswa
di sekolah dasar seharusnya diajari konsep seperti persamaan, perbedaan,
prasangka, dan diskriminasi daripada konsep yang lebih tinggi seperti rasisme
dan penjajahan. Visi dan biografi merupakan wahana yang bagus untuk
7-4
Unit 7
8. Interaksi kelas antara guru dan siswa merupakan bagian utama dari proses
pendidikan dari sebagian besar siswa.
Tujuan dari tindakan di atas adalah untuk :
1. Memberi setiap siswa kesempatan untuk mencapai potensinya.
2. Mempelajari bagaimana belajar dan berpikir secara kritis.
3. Mendorong siswa untuk mengambil peranan aktif dalam pendidikannya sendiri
dengan membawa kisah dan pengalamannya ke dalam lingkup belajarnya.
4. Menujukan pada gaya belajar yang bermacam-macam.
5. Menghargai kontribusi kelompok lain yang telah berkontribusi pada dasar
pengetahuan kita.
6. Mengembangkan sikap positif tentang kelompok orang yang berbeda dari dirinya
sendiri.
7. Menjadi warga sekolah, warga masyarakat, warga negara dan masyarakat dunia
yang baik.
8. Belajar bagaimana mengevaluasi pengetahuan dari perspektif yang berbeda.
9. Mengembangkan identitas etnis, nasional, dan global.
10. Memberi ketrampilan mengambil keputusan dan ketrampilan analisis kritis
sehingga siswa dapat membuat pilihan yang lebih baik dalam kehidupannya
sehari-hari.
2. Prinsip-prinsip dalam menyeleksi materi pokok bahasan
Dari Gordon dan Robert mengajukan sejumlah prinsip yang menjadi dasar dalam
menyeleksi materi pokok:
1. Seleksi materi pokok bahasan seharusnya mencantumkan hal-hal kultural.
Didasarkan pada keilmuan masa kini. Keinklusifan ini seharusnya berhubungan
dengan pendapat yang berbeda dan interpretasi yang beragam.
2. Materi pokok bahasan yang diseleksi untuk dicantumkan seharusnya
merepresentasikan keberagaman dan kesatuan di dalam dan lintas kelompok.
3. Materi pokok bahasan yang diseleksi untuk dicantumkan seharusnya berada
dalam konteks waktu dan tempat
4. Materi pokok bahasan yang diseleksi untuk dicantumkan seharusnya memberikan
prioritas untuk memperdalam di samping keluasan.
5. Perspektif multi budaya seharusnya dimasukkan di dalam keseluruhan
kurikulum.
6. Materi pokok bahasan yang diseleksi untuk dicantumkan seharusnya
diperlakukan sebagai konstruk sosial dan oleh karena itu tentatif seperti halnya
seluruh pengetahuan.
7. Pokok bahasan seharusnya menggambarkan dan tersusun berdasarkan
pengalaman dan pengetahuan yang dialami siswa untuk dibawa ke kelas.
8. Pedagogi seharusnya berkaitan dengan sejumlah cara belajar mengajar interaktif
agar menambah pengertian, pengujian kontraversi dan saling belajar.
Subunit 2
Penerapan Pembelajaran Berbasis Budaya
Empat Macam Pembelajaran Berbasis Budaya
Pembelajaran Berbasis Budaya merupakan strategi penciptaan lingkungan
belajar dan perancangan pengalaman belajar yang mengintegrasikan budaya sebagai
bagian dari proses pembelajaran. (Dirjen Dikti, 2004: 12). Pembelajaran Berbasis
Budaya dilandaskan pada pengakuan terhadap budaya sebagai bagian yang
fundamental bagi pendidikan, ekspresi dan komunikasi suatu gagasan, serta
perkembangan pengetahuan.
Pembelajaran Berbasis Budaya dapat dibedakan menjadi empat macam, yaitu
belajar tentang budaya, belajar dengan budaya, belajar melalui budaya, belajar
berbudaya.
Belajar tentang budaya menempatkan budaya sebagai bidang ilmu. Budaya dipelajari
dalam program studi khusus, tentang budaya dan untuk budaya. Dalam hal ini,
budaya tidak terintegrasi dengan bidang ilmu lain.
Belajar dengan budaya terjadi pada saat budaya diperkenalkan kepada siswa sebagai
cara atau metode untuk mempelajari pokok bahasan tertentu. Belajar dengan budaya
meliputi pemanfaatan beragam bentuk perwujudan budaya. Dalam belajar dengan
budaya, budaya dan perwujudannya menjadi media pembelajaran dalam proses
belajar, menjadi konteks dari contoh-contoh tentang konsep atau prinsip dalam suatu
mata pelajaran, serta menjadi konteks penerapan prinsip atau prosedur dalam suatu
mata pelajaran.
7-6
Unit 7
No
Kelas
Topik
IV SD
Bunyi
Gaya
Model
Pembelajaran
7-8
Unit 7
8. Pakaian
Pakaian adalah kulit sosial dari kebudayaan kita. Pakaian adalah
perpanjangan tubuh yang menghubungkan sekaligus memisahkan antara
tubuh dan dunia luar.
-
7-10
Unit 7
Daftar Pustaka
____________________________________________________________________
http://www.ncrel.org/sdrs/areas/issues/educatrs/presrvce/pe3lk1.htm
http://www.thememoryhole.org/edu/eric/ed273539.html
http://www.ericdigests.org/1992-5/perspective.htm
http://www.ncela.gwu.edu/pubs/focus/focus6.htm
http://www.ericdigests.org/1995-1/multicultural.htm
http://www.nameorg.org/resolutions/definition.html
http://www.edchange.org/multicultural/initial.html
http://www.edchange.org/multicultural/curriculum/steps.html
http://www.edchange.org/multicultural/initial.html
http://www.edchange.org/multicultural/activities/choosing.html
http://www.edchange.org/multicultural/activities/groundrules.html
http://www.edchange.org/multicultural/activities/activity3.html
http://www.udel.edu/bateman/acei/misconceptions.htm
http://www.aaanet.org/cae/aeq/br/gorski.htm
http://www.edchange.org/multicultural/define_old.html (her)
http://www.kompas.com/kompas-cetak/0603/04/jogja/21643.htm
7-12
Unit 7
Glosarium
Budaya ketimuran
Carok
Feminis
Hispanis
Homo simbolicum
Latin
Krama inggil
7-14
Unit 7