MAKALAH
Oleh :
Ovi Wilianti
122154040
Dita Rosdiana
122154045
Mida Hartina
122154066
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah swt. Karena berkat rahmat
dan hidayah Nya penulis telah mampu menyelesaikan makalah berjudul
Teknologi Protein Sel Tunggal. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu
tugas mata kuliah Bioteknologi.
Bioteknologi merupakan manipulasi dan rekayasa genetika terhadap
sistem atau proses biologi berdasarkan prinsip-prinsip ilmiah dengan bantuan agen
biologi. Didalam kajian mengenai mata kuliah bioteknologi ini salah satunya yang
akan saya bahas yaitu mengenai Teknologi Protein Sel Tunggal.
Protein sel tunggal adalah bahan makanan berkadar protein tinggi yang
berasal dari mikroba. Istilah protein sel tunggal digunakan untuk membedakan
bahwa Protein sel tunggal berasal dari organisme bersel tunggal atau banyak.
Makalah ini bukanlah karya yang sempurna karena masih memiliki banyak
kekurangan, baik dalam hal isi maupun sistematika dan teknik penulisannya. Oleh
sebab itu, penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi
kesempurnaan makalah ini. Akhirnya semoga makalah ini bisa memberikan
manfaat bagi penulis dan bagi pembaca. Amin
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Protein sel tunggal adalah bahan makanan berkadar protein tinggi yang
berasal dari mikroba. Istilah protein sel tunggal digunakan untuk membedakan
bahwa Protein sel tunggal berasal dari organisme bersel tunggal atau banyak.
Pemanfaatan mikroorganisme sehingga mengahasilkan makanan berprotein
tinggi secara komersial. Dimulai sejak Perang Dunia I di Jerman dengan
memproduksi khamir torula. Operasi utama dalam produksi protein sel tunggal
adalah fermentasi yang bertujuan mengoptimalkan konversi substrat menjadi
massa mikrobial.
Kecemasan akan kekurangan pangan dan malnutrisi di dunia pada tahun
1970-an telah meningkatkan perhatian pada sel tunggal. Sebagian besar dari
bobot kering sel dari hampir semua spesies memiliki kandungan protein yang
tinggi. Oleh karena itu, bobot kering sel tunggal memiliki nilai gizi yang tinggi.
Mikroorganisme yang dibiakkan untuk protein sel tunggal dan
digunakan sebagai sumber protein untuk hewan atau pangan harus mendapat
perhatian secara khusus. Mikroorganisme yang cocok antara lain memiliki sifat
tidak menyebabkan penyakit terhadap tanaman, hewan, dan manusia. Selain
itu, nilai gizinya baik, dapat digunakan sebagai bahan pangan atau pakan, tidak
mengandung bahan beracun serta biaya produk yang dibutuhkan rendah.
Mikroorganisme yang umum digunakan sebagai protein sel tunggal, antara lain
alga Chlorella, Spirulina, dan Scenedesmus; dari khamirCandida utylis; dari
kapang berfilamen Fusarium gramineaum; maupun dari bakteri.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan materi yang akan dibahas dalam makalah ini mengenai
teknologi protein sel tunggal, maka penulis merumuskan rumusan masalah
sebagai berikut :
1. Pengertian protein sel tunggal?
2. Perkembangan protein sel tunggal sejak tahun 1900?
3. Produksi protein sel tunggal pada mikroba yang berfotosintesis?
4. Produksi protein sel tunggal pada mikroba tanpa fotosintesis?
5. Nilai ekonomi dan hari depan protein sel tunggal?
C. Tujuan Makalah
Sejalan dengan rumusan masalah diatas, makalah ini disusun dengan
tujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan tentang :
1. Pengertian protein sel tunggal,
2. Perkembangan protein sel tunggal sejak tahun 1900,
3. Produksi protein sel tunggal pada mikroba yang berfotosintesis,
4. Produksi protein sel tunggal pada mikroba tanpa fotosintesis,
5. Nilai ekonomi dan hari depan protein sel tunggal.
D. Kegunaan Makalah
Makalah ini disusun dengan harapan memberikan kegunaan baik secara
teoretis maupun secara praktis. Secara teoretis makalah ini berguna sebagai
pengembangan ilmu mengenai konsep Protein sel tunggal. Secara praktis
makalah ini diharapkan bermanfaat bagi :
1. Penulis, sebagai wahana penambah ilmu pengetahuan dan konsep keilmuan
khususnya tentang Bioteknologi mengenai teknologi protein sel tunggal;
2. Pembaca/dosen, sebagai media nformasi tentang konsep bioteknologi
mengenai teknologi protein sel tunggal baik secara teoretis maupun secara
praktis.
E. Prosedur Makalah
Makalah ini disusun dengan menggunakan metode dengan cara
menguraikan permasalahan yang dibahas secara jelas dan konprehensif. Data
teoretis dalam makalah ini dikumpulkan dengan menggunakan studi pustaka,
artinya penulis mengambil data melalui kegiatan membaca berbagai litelatur
yang relevan sesuai dengan judul makalah.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Protein Sel Tunggal
Protein sel tunggal adalah sel mikroba kering seperti ganggang, bakteri,
ragi, kapang, dan jamur tinggi yang ditumbuhkan dalam kultur skala besar.
Protein ini dipakai untuk konsumsi manusia atau hewan. Produk itu juga berisi
bahan nutrisi lain,seperti karbohidrat,lemak,vitamin,dan mineral. Protein sel
tunggal adalah bahan makanan berkadar protein tinggi yang berasal dari
mikroba. Istilah protein sel tunggal (PST) digunakan untuk membedakan
bahwa PST berasal dari organisme bersel tunggal atau banyak.
Mikroorganisme yang dibiakkan untuk protein sel tunggal dan
digunakan sebagai sumber protein untuk hewan atau pangan harus mendapat
perhatian secara khusus. Mikroorganisme yang cocok antara lain memiliki sifat
tidak menyebabkan penyakit terhadap tanaman, hewan, dan manusia. Selain
itu, nilai gizinya baik, dapat digunakan sebagai bahan pangan atau pakan, tidak
mengandung bahan beracun serta biaya produk yang dibutuhkan rendah.
Mikroorganisme yang umum digunakan sebagai protein sel tunggal, antara lain
alga Chlorella, Spirulina, dan Scenedesmus; dari khamir Candida utylis; dari
kapang berfilamen Fusarium gramineaum; maupun dari bakteri.
Mikroba
Saccharomyces cerevisiae
1860
Saccharomyces cerevisiae
1868
Saccharomyces cerevisiae
1879
Saccharomyces cerevisiae
1900
Saccharomyces cerevisiae
Saccharomyces cerevisiae
Perkembangan Teknik
Mengambil ragi untuk membuat
roti dari permukaan adonan
fermentasi
Mengambil ragi untuk membuat
minuman
dengan
kompresi
(inggris, belanda, jerman)
Menganginkan bubur adonan ragi
cara wina (Austria)
Pembuatan ragi dengan kompresi
dikenalkan di AS (Fleischmann)
Penganginan yang terus
menerus (Inggris)
Pemisahan
ragi
dengan
sentrifugasi (AS)
1920
Mikroba
Saccharomyces
cervisiae
Endomyces
vernalis
Aspergillus
fumigantus
1936
Saccharomyces
cervisiae
1936
Saccharomyces
cervisiae
1914 1918
1918 1919
Candida untilis
1941 - 1945
Geotrichum
candidum
(Oidium lactis)
Perkembangan teknik
Menambah-nambahkan tetes, garam
ammonium (Jerman)
Menghasilkan lemak dari cairan sulfit
(Jerman)
Ditumbuhkan pada jerami yang
ditaburi garam N untuk pakan ternak
(Jerman)
Pemrosesan Heiskenskjold dengan
menggunakan cairan sulfit (Finlandia,
Jerman)
Pemrosesan Scholler Tornesch untuk
ragi pakan yang dibuat dari gula kayu
(Jerman)
Produksi ragi makanan dari cairan
sulfit dan gula kayu (Jerman)
Produksi lemak (Jerman)
Organisme
Candida utilis
Chorella sp
Saccharomyces
cervisiae
Morchella sp
Kluyveromyches
fragilis
Chorella liphothyca
1959 1972
1963 1974
Chorella tropicalis
1970 1974
Chorella utilis
Kluyveromyches
fragilis
Metirylophilus
Methylotrophus
1971 1975
1979 1980
1983 1985
Chorella utillis,
Kluyveromyches
fragilis,
Saccharomyces
cervisiae
Perkembangan teknik
Pembuatan ragi terus menerus dari
cairan sulfit - fermentor (AS)
Produksi ganggang dalam system
sirkulasi terbuka (jepang)
produksi ragi roti terus menerus
untuk sekala komersial (inggris)
Kultur terbenam mycelium jamur
(amerika serikat)
Pembuatan ragi fragilis dari air dedih
keju (amerika serikat)
Ragi makanan dari hidrokarbon
nparafin, minyak gas, fermentor
berudara (inggris, prancis, jepang uni
soviet)
Jamur dari cairan sulfit bekas, proses
pekilo (finlandia)
Ragi makanan dari etanol (AS)
Produksi ragi fragilis terus menerus
dan atau etanol dari air didih keju
Produksi terus menerus protein sel
tunggal bakteri dari methanol dalam
skala komersial (Inggris)
Produksi protein sel tunggal dengan
teknik kerapatan sel yang tinggi dan
pengeringan langsung pada etanol
dan karbohidrat (AS)
(sumber nitrogen
energi
selama pembakaran, atau dari pembusukan bahan organic dalam air buangan
kota dan limbah industry sebagai contoh, konsentari karbin dioksida dalam gas
pembakaran berkisar anatara 0,5 dan 5 %.
Sumber nitrogen untukk produksi ganggang adalh seperti garam
amonium, nitrat, atau nitrogen organi yang terbentuk oleh oksidasi air buangan
kota dalam kolam fosfor dan bahan mineral lain biasanya terdapat dalam air
alam dan air limbah, daln kontrasinya telah cukup untuk pertumbuhan
ganggang. Masalah ledakan ganggang yang terjadi pada banyak cadangan air
pada pertengahan musim panas merupakan bukti cukupnya konsentrasi bahan
nutrisi ini ditempat demikian.
Intesitas
cahaya
dan
suhu
merupakan
factor
penting
dalam
memproduksi protein sel tunggal pada ganggang, kalo produk itu ditunjukan
bagai pakan ternak. Untuk pertanaman mikroba berskala besar dan agar
ekonomis, suasana dalam tempat kultur harus cukup jernih dan pariasi
intensitas cahaya harus sekecil mungkin sepanjang tahun. Selain itu suhu
haruslah diatur diatas uhu
ki atn a
ternayata dapat hidup subur dalam air alkalis alami danau texcoco yang
memiliki pH antara 9 dan 10. Sel spirulina tertampung di permukaan berupa
gumpalan, lalu di ambil. Fasilitas produksi percontohan di tempat ini
menghasilkan 1 ton protein sel tunggal ganggang kering tiap hari. Hasil ini di
jual sebagai makanan sehat.
Spirulina juga di tumbuhkan secara komersial yang berskala kecil di
Hawai, Tailand, Israel, dan Taiwan. Cyanotech Corporation menggunakan dua
kolam untuk menghasilkan sekitar 625 kilogram produk kering tiap bulan.
Produk ini dijual pada took makanan sehat seharga 18/kilogram. Dengan harga
ini, produk itu dapat dibeli olehkonsumen kelas tinggi, jadi bukan untuk
makanan jutaan penduduk dunia yang kelaparan.
Pemerintah India dan Jerman yang bekerjasama dalam proyek
Indogram Algal Project, telah mendirikan suatu program kerja sama pada
sentral Food Teachnologycal Institute di Mysore, India untuk membiakan
spesies Scenedesmus dalam kolam buatan. Program ini menghasilkan beberapa
proyek di Mesir, India, Peru, dan Thailand. Selain itu, dalam pengamatan di
Israel dan Argentina telah memeperlihatkan, bahwa ganggang dari genus
Dunaliella yang tahan terhadap garam, dapat ditumbuhkan dalam air asin untuk
menghasilkan protein sel tunggal, dan dengan produk tambahan berupa gliserol
dan beta karoten.
Menumbuhkan ganggang pada simpanan air buangan kota, dapat untuk
dua tujuan :
1. Untuk membersihkan lingkungan dari pencemaran.
2. Sekaligus untuk mengahasilkan protein berharga.
Peneliti di Israel Institute Of Tecnology di Haifa umpamanya, telah
melakukan pengamatan yang intensif dalam kota itu untuk menangani air
buangan kota kedalam kolam ganggang, serentak dihasilkan protein sel tunggal
untuk pakan ternak.Haifa ternyata sangat cocok untuk menumbuhkan
ganggang, karena kota ini banyak mendapat pancaran sinar matahari sepanjang
tahun.
beragam,
seperti
pengapungan,
menyaring,
memusing
dan
er aing
sehingga pabrik itu kini tidak lagi beroperasi untuk skala komersial. Meski
demikian perkembangan proses ICI untuk membuat protein sel tunggal dari
bakteri menjadi contoh tentang pemanfaatan rekayasa kimia modern dalam
bidang bioteknologi.
Selama mem uat pruteen ilmuan I I mengamati kemungkinan
memperbaiki pengubahan methanol menjadi protein sel tunggal dengan
mengubah
secara
genetis
kemampuan
M.methylotrophus
untuk
2. Ragi
Ragi dapat ditumbuhkan pada beberapa macam substrat, meliputi
karbohidrat, baik yang kompleks seperti pati, maupun sederhana seperti
gula glukosa, suklrosa, dan laktosa. Dapat pula dipakai bahan mentah yang
mengandung gula seperti sirup gula, tetes, dan air diadih keju. Beberapa
ragi dapat tumbuh pada karbohidrat rantai lurus, yang dapat bersumber dari
minyak bumu; dapat juga tumbuh pada etanol atau metanol.
Selain itu sumber karbon, sumber nitrogen diperlukan pula.
Nitrogen diperoleh dengan menambahkan amonia atau garam amonium ke
media kultur. Bahan mineral juga perlu sebagai tambahan.
Kebutuhan untuk memproduksi protein sel tunggal oleh ragi sama
dengan yang diuraikan untuk memproduksinya oleh bakteri. Ragi harus
memiliki waktu tumbuh sekitar 2 sampai 3 jam. Ia juga harus toleran
terhadap pH dan suhu. Secara genetis juga harus stabil, sehingga hasilnya
memuaskan. Tidak pula menyebabkan penyakit pada tumbuhan, hewan,
atau manusia.
Teknologi untuk memproduksi protein sel tunggal pada ragi juga
sama dengan pada bakteri. Fermentor yang tangkainya dilengkapi dengan
kincir pengaduk merupakan macam wadah yang paling banyak dipakai
untuk menghasilkan protein sel tunggal pada ragi, tapi fermentor
pengapungan udara dapat juga digunakan. Seperti pada kultur bakteri,
panas pun dilepaskan selama pertumbuhan ragi, dan fermentor haruslah
dilengkapi dengan sistem pendingin.
Fermentasi ragi dapat beroperasi dalam sistem adonan atau sistem
kontin u atau
engan cara
ang
i e ut a onan
ang
i uplai
ahan
adonan yang disuplai bahan nutrisi yang tidak perlu steril, sumber
energinya dipakai karbohidrat. Media disterilkan dengan cara mengalirkan
melalui pertukaran panas, lalu dimasukkan ke dalam fermentor yang bersih.
Pengontrolan pencemaran dilakukan ke dalam fermentor yang bersih.
Pengontrolan pencemaran dilakukan dengan mengatur pH media pada 4,0
sampai 5,0, pemasukan udara yang steril, dan besar populasi mikroba
pencemar yang sedikit. Pada beberapa fermentasi ragi sistem kontinyu yang
menggunakan hodrokarbon atau etanol sebagai substrat, perlu suasana steril
sempurna, agar didapat hasil memuaskan dan bermutu.
Candida utilis, yang dikenal sebagai ragi torula dan digunakan
untuk tambahan pakan ternak dan konsumsi manusia, dibuat dari bahan
mentah yang beraneka macam. Diantaranya adalah etanol, cairan limbah
sulfit dari pabrik kertas, hidrokarbon berupa parafin normal, dan air dadih
keju. Pure Culture Product Division of Hercules,Inc, memiliki pabrik
protein sel tunggal dalam C.utilis di Hutchinson, Mennesote. Pabrik itu
berkapasitas 6.800 ton setahun.
Pabrik itu dioprasikan dengan system kontinyu dan dalam suasana
steril. Sebagai sumber energi dan karbon digunakan etanol. Sel ragi
diangkat terus menerus, dicuci, dan dikeringkan dengan semprotan.
Produk ini dipakai untuk makanan. Selanjutnya dapat diproses untuk
menghasilkan bumbu penyedap. Hasil biasa sekitar 0,7 metrik ton ragi
kering untuk tiap metric ton etanol yang terpakai. Kandungan protein
produk itu berkisar antara 50 dan 55 persen.
Pabrik berskala komersial di Amerika Serikat dan Eropa juga
menghasilkan C. utillis dari cairan limbah sulfit. Dalam proses yang biasa,
cairan sulfit, yang mengandung campuran gula dibubuhi kapur. Lalu
dididihkan secara terbuka untuk membuang sulfur dioksida, sulfit, dan
senyawa dulfur lain yang dapat menghambat pertumbuhan ragi.
Pengoperasian harus dalam suasana bersih tapi tak perlu steril, seperti
diuraikan sebelumnya. Produk diambil dengan sentrifugasi, lalu dicuci dan
dikeringkan.
lakotosa, yang bisa segera digunakan sebagai substrat oleh ragi fragilis
(Kluyveromyces fragilis)
Universitas
Food
Corporation
of
Milwaukee,
Wisconsin,
perusahaan
telah
mengembangkan
proses
untuk
sampai 100 ton tiap tahun. Namun kini produk ini hanya menghasilkan
sedikit untuk pengamatan uji pasar di inggris.
Pada tahun 1960-an berbagai proses dikembangkan untuk
memproduksi mycelium cendawan yang digunakan sebagai bumbu
pengharum makanan. Banyak diantara pabrik jamur itu, bukan hanya
sebagai sumber protein sel tunggal, tetapi juga untuk membantu
membersihakn ampas dari tempat pemrosesan makanan dan industry
(ICAITI) di Guatemala telah menyelidiki penggunaan jamur Trichoderma
harzianum untuk membersihkan ampas dari limbah pabrik pemrosesan
kopi di El Salvador, sementara itu didapat protein sel tunggal untuk
tambahan hewan. System itu beroperasi dalam suasana non-steril.
Kandungan produk mikroba dalam 24 jam meningkat menjadi 3,2
gram per liter dan mengandung 56% protein berat kering. Proyek
percobaan ini telah beroperasi sebagai unit percontohan.
Di Finlandia, the Finnish pulp and paper research institute dan
Tampela telah
engan
alergi.
Beberapa
mikroorganisme
juga
yang
terdapat
didalam
substrat,
misalnya
Bahan dasar
Air kelapa
Nasi merah
Jerami, serbuk kayu, kertas
bekas.
idem
idem
Beras ketan, singkong
idem
idem
Kedelai
idem
idem
idem
Ampas kacang tanah
Susu
Bijih logam mutu rendah
Gula, tebu, molase
Bahan organik campuran
Komponen limbah
Susu
Susu
Susu
Kedelai
Produk/hasil
Nata de coco
Angkak
Produksi jamur
Produksi jamur
Produksi jamur
Fermentasi
Fermetasi
Fermentasi
Kecap
Tempe
Tempe
Tempe
Oncom
Keju
Pencucian logam
Asam organik
Pengkomposan
Perlakuan limbah
Mentega
Kefir
Yakult
Tauco
BAB III
KESIMPULAN
Protein sel tunggal adalah sel mikroba kering seperti daging, bakteri, ragi,
kapang, dan jamur tinggi yang ditumbuhkan dalam kultur skala besar. Protein ini
dipakai untuk konsumsi manusia atau hewan. Produk itu juga berisi bahan nutrisi
lain, sperti karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral.
Teknologi modern untuk membuat protein sel tunggal berasal dari tahun
1879 di Inggris dengan diperkenalkannya adonan yang diinginkan untuk membuat
ragi ropti (saccoramyces cerevisiase). Sekitar tahun 1900, di America Serikat
diperkenalkan oleh pemusing untuk memisahkan sel ragi rotidari adonan
pembiakan.
Produksi protein sel tunggal dapat melalui proses fotosintesis (untuk
mikroorganisme
yang
berklorofil),
dapat
pula
melalui
fermentasi
DAFTAR PUSTAKA
Litchfield, John H (1991). Revolusi Bioteknologi. Jakarta: Yayasan obor Indonesia
Iyoh.
(2012)
Protein
Sel
Tunggal.
[Online].
http://iyohbio.blogspot.com/2012/05/protein-sel-tunggal.html.
[19 September 2014]
Tersedia