Ikgf
Ikgf
3. Identifikasi Personal
Secara
umum
terdapat
sembilan
metode
identifikasi
untuk
a.
antigen B yang terdapat pada permukaan sel darah merah manusia, sehingga
golongan darah manusia terbagi ke dalam 4 golongan yang terdiri atas A, B, AB,
dan O.5
Tabel 1. Sistem Penggolongan Darah ABO (LANDSTEINER,1901)5
Golongan Darah
Anti-B
Anti-A
AB
A dan B
Sistem ABO juga dikendalikan oleh 2 gen lain, yaitu H dan h, yang akan
menempati lokus gen H.7 Lokus gen H ini akan mengkode sintesis core
pentasakarida (bahan baku untuk sintesis gen A dan B) sehingga gen H akan
membentuk antigen H sedangkan gen h bersifat resesif atau amorf. Hampir
semua orang mewarisi dua gen H sedangkan gen h sangat jarang ditemukan.
Nantinya kedua antigen A dan B akan menggunakan antigen H ini sebagai
substrat. Gen H terdapat pada semua sel golongan darah A, B, AB, dan O. Jadi
secara umum substansi H terdapat pada keempat golongan darah tersebut. 2, 7
Lokus gen Se menentukan apakah seseorang mensekresi antigen A, B,
atau H ke dalam serum dan cairan tubuh lainnya seperti saliva, urin, dan semen.
Hanya sel yang mempunyai gen Se yang dapat mensekresi antigen ABH.
Sedangkan lokus gen Le (Lewis) berfungsi sebagai prekursor gen H.7
Substansi antigen A, B, dan H berhubungan satu dengan lainnya melalui
mekanisme berikut :6, 7
Jika individu diwarisi gen H, gen tersebut akan mengkode enzim transferase
yang akan merubah substansi prekursor menjadi substansi antigen H yang
mengandung L-fukose sebagai epitop terminalnya sehingga substansi ini dapat
dikenal oleh antibodi. Substansi antigen H ini adalah substansi yang mula-mula
disintesis selama proses sintesis molekul-molekul golongan darah.
Jika individu hanya diwarisi gen O, gen tersebut tidak mengkode produk
apapun sehingga antigen satu-satunya pada kelompok golongan darah O adalah
antigen H.
Jika individu diwarisi gen A, gen tersebut akan mengkode enzim transferase
A yang berfungsi mengubah sebagian substansi H menjadi glikoprotein lain
dengan cara menambah suatu ujung N-asetil-galaktosamin yang merupakan
determinan antigenik dari golongan darah A. Sehingga kelompok golongan darah
A akan memiliki antigen H dan A. Gen A pada golongan darah, biasanya berupa
gen A1 atau A2. Gen A1 adalah konverter antigen H yang lebih baik, maka sel
darah merah yang merupakan gen A2 biasanya memiliki lebih banyak antigen H
daripada individu dengan gen A1.
Jika individu diwarisi gen B, gen tersebut akan mengkode enzim transferase
B yang berfungsi mengubah sebagian substansi H menjadi glikoprotein lain
dengan menambah ujung terminal D-galaktosa yang merupakan determinan
antigenik dari golongan darah B. Sehingga kelompok golongan darah B akan
memiliki antigen H dan B.
Jika individu diwarisi kedua gen A and B, kedua gen tersebut akan beraksi
sehingga kelompok golongan darah AB memiliki antigen A, B, dan H.
cairan tubuh seperti saliva, dimana antigen pada cairan tubuhnya biasanya
terdapat dalam bentuk larut (soluble form glycoprotein). Sedangkan pada
individu non-sekretor, penentuan golongan darahnya hanya dapat dilakukan
dengan prosedur konvensional menggunakan sel darah merahnya.9
2.
3. 1.2.2. Penentuan Status Sekretor
Untuk mengetahui apakah seseorang itu bersifat sekretor atau nonsekretor dapat ditentukan dengan tes penentuan status sekretor (secretory test).9
Pada tes ini prinsip yang digunakan adalah Aglutinasi-inhibisi, yang prosesnya
terdiri dari 2 tahap, yaitu: 9
a. Penetralan antibodi
Pada tahap ini saliva dicampur dengan antiserum komersial (Anti-A atau
Anti-B) yang telah dilarutkan dengan aquades sehingga titer antibodinya akan
mendekati level antigen di dalam saliva, kemudian biarkan untuk beberapa waktu
agar keduanya bereaksi. Jika subyeknya sekretor maka antigen golongan darah
yang larut dalam saliva akan bereaksi dengan dan menetralkan antibodi dalam
antiserum.
b. Aglutinasi-inhibisi
Pada tahap selanjutnya ditambahkan sel darah merah sesuai dengan
golongan darah yang akan dites ke dalam campuran tersebut. Jika subyeknya
sekretor, maka tidak terjadi aglutinasi sebab tidak ada lagi antibodi yang tersisa
untuk menggumpalkan sel darah merah, karena sebelumnya telah bereaksi
dengan antigen golongan darah di dalam saliva. Reaksi yang menunjukkan
aglutinasi negatif ini diinterpretasikan status sekretornya positif. Namun jika
subyeknya non-sekretor, maka tidak ada antigen golongan darah di dalam saliva
sehingga antibodi di dalam antiserum tidak akan dinetralkan dan akan bebas
bereaksi dengan sel darah merah yang ditambahkan. Reaksi aglutinasi positif
menunjukkan hasil tes status sekretor yang negatif.
ketidaksesuaian pada penentuan golongan darah dari bahan sampel saliva yang
diduga disebabkan oleh adanya mikroorganisme tertentu.10
Penyimpangan hasil pemeriksaan golongan darah ABO juga pernah
dilaporkan pada kasus-kasus dengan karies gigi. Pada kasus-kasus tersebut
diduga mikroorganisme pada karies dan mikroorganisme mulut lainnya telah
menghasilkan antigen tertentu yang mirip dengan substansi golongan darah
ABO sehingga dapat menghasilkan ketidaksesuaian pada pendeteksian golongan
darah. Kemungkinan lain adalah mikroorganisme menyebabkan kerusakan
antigen sehingga terjadi hasil negatif. 10
4.
Saliva
Saliva merupakan sekresi campuran, 90% produknya dihasilkan oleh
kelenjar parotis, submandibular dan sublingual, dan sisanya dihasilkan oleh
kelenjar-kelenjar tambahan yang terdapat pada palatum lunak dan pada
permukaan internal bibir dan pipi. Tipe sekresi berbeda-beda tergantung kelenjar
penghasilnya. Kelenjar parotid menghasilkan saliva yang bersifat serosa (cair),
sublingual
bersifat
mukus
(kental),
sementara
submandibular
bersifat
11
seromukus.
Volume saliva per hari sulit ditentukan, tetapi nilai rata-ratanya adalah
antara 1 dan 1,5 liter. Pada kondisi istirahat, laju aliran saliva berkisar di angka
0,3 ml/menit (range : 0,05-1,8 ml/menit) dan akan meningkat antara 2,5-5
ml/menit jika distimulasi. Berdasarkan hal tersebut, dengan mengabaikan aliran
sewaktu tidur, maka dapat dihitung saliva yang dihasilkan per hari berkisar
antara 700-800 ml.11
Komponen umum
Komposisi
Air
94,0-99,5 %
Benda padat
Spesific gravity
1,002 1,008
pH (rata-rata)
6,7
pH (range)
6,2 7,6
a. Komponen-komponen Inorganik
Tabel 3. Komponen Inorganik dalam Saliva11
Inorganik
Saliva (mM)
Plasma (mM)
Ca2+
12
25
Mg2+
0,2 0,5
1,0
Na2+
6 26
140
K+
14 32
NH4+
17
0,03
H2PO4- + HPO4 2-
2- 23
Cl-
17 29
103
HCO3-
2 30
27
F-
0,001 0,005
0,01
SN-
0,1 2,0
b. Komponen-komponen organik
Tabel 4. Komponen Organik dalam Saliva11
Organik
Saliva (mM)
Plasma (mM)
Urea (dewasa)
26
Urea (anak)
12
Uric acid
0,2
12
Glukosa (bebas)
0,05
Laktat
0,1
10
3000
Makromolekul
Saliva (mM)
Plasma (mM)
Protein
1400 6400
70000
Glycoprotein sugars
110 300
1400
Amilase
380
Lisozim
109
Peroksidase
IgA
194
1300
IgG
14
13000
IgM
1000
Lipid
20 30
5500
Gambar 1. Struktur glikoprotein dalam saliva. Garis yang bergelombang menggambarkan core
polipeptida dan rantai samping berupa gula yang terikat padanya.11
Glikoprotein musin memiliki berat molekul yang tinggi dan sekitar 70%
dari berat molekul ini adalah karbohidrat, dimana bagian karbohidrat dari
molekul ini sangat bervariasi dan beberapa di antaranya membawa spesifitas
golongan darah berupa substansi golongan darah (aglutinogen A, B, dan O).13
Glikoprotein musin ini merupakan pembawa utama dari senyawa oligosakarida
yang merupakan kandungan dari substansi golongan darah pada saliva manusia.6,
13
suatu material biokimia serta stabilitas elemen inorganik dalam suatu sample
biologis.14
Preservasi dan penyimpanan suatu spesimen biologis perlu dilakukan
secara langsung atau segera setelah pengumpulan, alasannya adalah : karena
analisis sering tidak mungkin dilakukan secara langsung setelah pengumpulan,
terkadang sampel diperlukan untuk penyimpanan dalam jangka waktu yang lama
(specimen banking), serta sampel mungkin masih diperlukan untuk dilakukan
analisis kembali. 14
3. Kerangka Teori
Jejak bukti
di TKP
Darah
Cairan
tubuh
Semen
Keringat
Saliva
Individu
Sekretor
Pemeriksaan
Golongan
Darah
Identifikasi
individu