Disusun oleh :
TAHUN 2017
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.............................................................................................................................. 2
BAB I ......................................................................................................................................... 3
PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 3
1.1 Latar belakang ............................................................................................................. 3
1.2 Tujuan.......................................................................................................................... 3
BAB II........................................................................................................................................ 4
TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................................ 4
2.1 Golongan Darah .......................................................................................................... 4
2.2 Sistem Golongan Darah ABO ..................................................................................... 4
2.2.1 Penemuan Sistem Golongan Darah ABO .................................................................. 4
2.1.2 Gen dan Antigen ........................................................................................................ 5
2.1.3 Genotipe dan Fenotipe ............................................................................................... 9
2.1.4 Antigen dan Antibodi .............................................................................................. 12
2.3 Sistem Golongan Darah Rhesus ................................................................................ 14
2.3.1 Penemuan Sistem Golongan Darah Rhesus ....................................................... 14
2.2.2 Antigen dan Antibodi pada Sistem Rh .................................................................... 14
2.2.3 Gen Rh ..................................................................................................................... 16
2.2.4 Fenotipe dan Genotipe ............................................................................................. 18
BAB III .................................................................................................................................... 20
KESIMPULAN ........................................................................................................................ 20
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 21
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Membran sel darah merah mengandung banyak protein dan karbohidrat berbeda
yang mampu memicu pembentukan antibodi. Saat ini ada 26 sistem golongan darah, yang
terdiri dari 194 antigen yang merupakan produk dari 27 gen. Untuk sebagian kecil antigen,
peran biologiknya sudah diketahui; untuk sebagian kecil lain, komposisi kimiawi molekul
sudah diketahui; dan untuk sebagian besar lainnya, struktur, fungsi, dan penyebab
imunogenisitasnya masih merupakan misteri. Namun gen yang menentukan antigen sel
darah merah tampaknya mengikuit hukum-hukum pewarisan mendelian. Apabila individu
memiliki suatu pola genetik spesifik (genotipe), antigen-antigen ini biasanya
mengekspresikan diri pada sel darah merah (fenotipe). Aspek paling praktis dari antigen-
antigen pada sel darah merah ini adalah kemampuannya memicu pembentukan antibodi
apabila ditransfusikan kepada resipien. Transfusi dengan darah yang inkompatibel antara
donor dan resipien dapat berakibat fatal.
Dua jenis golongan darah yang paling penting adalah penggolongan ABO dan
Rhesus. Sistem ABO dan Rh mendominasi bidang bank darah, namun sebenarnya banyak
terdapat sistem lain. Pada makalah ini akan membahas genotipe dan fenotipe sistem
golongan darah ABO dan Rhesus.
1.2 Tujuan
1) Mengetahui awal mula penemuan sistem golongan darah ABO dan Rhesus
2) Mengetahui genotipe dan fenotipe pada golongan darah ABO dan Rhesus
3) Mengetahui gen, antigen, dan antibodi dalam sistem golongan darah ABO dan Rhesus
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Fenotip Para-Bombay
Fenotip para-Bombay yaitu, Ah, Bh, ABh biasanya digunakan untuk individual
yang mana merupakan secretors defisiensi H, yaitu mereka yang memiliki H-
transferase yang tidak aktif tetapi memiliki Se-transferase yang aktif. Sel darah merah
yang tidak terdeteksi antigen H secara uji serologi tetapi membawa sejumlah kecil
antigen A dan/atau antigen B (kadang dapat terdeteksi hanya dengan pengujian secara
adsorpsi / elusi), tergantung pada alel tiap individu pada lokus ABO. Uji dengan
menggunakan reagen Anti-A atau Anti-B dapat atau tidak dapat memberikan reaksi
yang lemah, tetapi sel sel tersebut tidak reaktif dengan Anti-H lectin atau serum Anti-
H dari seseorang dengan fenotip Oh.
Individu dengan fenotip para-Bombay memiliki sebuah alel Se yang fungsional
dengan demikian akan mengekspresikan antigen A, B, dan H dalam sekresi dan plasma
mereka. Sera dari orang orang dengan fenotip Ah dan Bh mengandung Anti-H dan/atau
Anti-IH sebagai tambahan pada Anti-A atau Anti-B sebagaimana yang diharapkan.
Secretors defisiensi H juga dapat menjadi golongan darah O. Individu ini akan
memiliki jejak antigen H tetapi tidak dengan antigen A atau B pada sel darah merah
mereka dan hanya memiliki antigen H pada sekresi mereka.
Tahun 1994, Kelly dan kawan kawan melaporkan dasar molekuler untuk
fenotip Bombay dan para-Bombay. Banyak mutasi pada lokus H yang kemudian
dihubungkan dengan defisiensi H.
Jika tedapat cukup sel-sel Rh positif ini yang masuk ke dalam sirkulasi ibu yang
bukan Rh positif (yaitu, memiliki antigen RhD di permukaan sel darah merah), sistem
imun melihatnya sebagai benda asing dan memperlakukannya seperti antigen lainnya.
Dalam kasus ini, ibu diimunisasi atau disensitisasi terhadap antigen RhD, yang
membentuk sel B memori melawan antigen tersebut. Hal ini tidak berpengaruh pada
anak pertama Rh positif yang pertama, yang lahir sebelum sistem imun ibu
berkesempatan menyusun respon terhadap antigen RhD. Namun, timbul masalah
apabila anak kedua atau selanjutnya juga RhD positif. Dalam hal ini, ibu yang telah
terimunisasi menghasilkan antibodi kelas IgG terhadap antigen RhD.
2.2.3 Gen Rh
2 gen yang sangat homolog pada kromosom 1 men gkode polipeptida non
glikosilasi yang mengekspresikan Antigen Rh. Satu gen, dinamakan RHD, menentukan
kehadiran protein membran yang memberikan aktivitas D pada sel darah merah.
Gen RHCE menentukan antigen C,c,E, dan e yang alelnya adalah RHCe, RHCE,
RHcE, dan RHce. Perkiraan hasil dari RHD dan RHCE adalah protein dari 417 asam
amino.
Terminologi Rh
Ada tiga sistem nomenklatur/ teori yang dikembangkan untuk menyampaikan
informasi genetik dan serologis tentang sistem Rh:
1. Wiener
Menurutnya, produk dari gen Rh adalah aglutinogen. Sebuah aglutinogen
ditandai oleh banyak individu yang spesifik, disebut faktor, yang dapat diidentifikasi
dengan antibodi yang spesifik. Teori ini tidak benar, tetapi banyak serologis yang
menggunakan sistem shorthand berdasarkan penyebutan dari fenotipe dari notasi
Rh-Hr Wiener.
Notasi fenotipe menyatakan haplotype dengan huruf tunggal R dan r. R
digunakan untuk haplotype yang meproduksi D, r untuk haplotype yang tidak
memproduksi D.
Gen-gen yang ada, menurut Wiener, ialah R0, R1, R2, RZ, r, r, r dan ry.
Sedangkan blood factors disebutnya sebagai Rho, rh, rh, hr dan hr.
2. Fisher-Race
Fisher-Race memperkenalkan terminologi CDE, yang menyatakan bahwa
pewarisan genetik sistem rhesus diatur oleh 3 pasang gen yang letaknya berdekatan
dalam pita kromosom. Ketiga gen tersebut membentuk satu unit/komplek gen tetapi
tidak saling mengikat dalam proses pewarisannya. Urutan lokus dari ketiga gen
tersebut dalam 1 pita kromosom dapat menghasilkan 8 variasi kompleks gen, yaitu:
CDE, CDe, cDE, cDe, CdE, Cde, cdE dan cde.
Menentukan fenotipe
Umumnya tes yang dilakukan pada pretransfusi hanya antigen D, antiserum
lainnya digunakan pada studi keluarga atau masalah antibodi. Bermacam-macam
antigen dideteksi pada sel darah marah seseorang yang merupakan fenotipe Rh.
Fenotipe DCcEe dapat muncul dari beberapa genotip lain. Dalam populasi
lain, genotipe yang paling mungkin adalah DCe/DcE. Kedua haplotypes tersebut
mengkode D; seseorang dengan fenotipe ini RHD gennya akan sangat
memungkinkan menjadi homozigot, meskipun RHCE gen adalah heterozigot
(Ce/cE). Beberapa kemungkinan genotipe dapat dihasilkan jika orang tersebut
adalah heterozigot pada lokus D (misalnya , DCe/cE, DcE/Ce, atau DCE/ce), tetapi
ini jarang terjadi di semua populasi.
Menentukan genotipe
Identifikasi antigen tidak selalu memungkinkan deduksi genotip yang
meyakinkan. Dugaan mengenai kemungkinan genotipe yang paling mungkin terjadi
pada kejadian kombinasi antigenik yang ditentukan dari studi populasi pada
kelompok etnis yang berbeda. Kesimpulan tentang genotipe berguna dalam studi
kependudukan, tes ayah, dan dalam memprediksi gen Rh yang ditransmisikan oleh
suami/pasangan wanita dengan antibodi Rh.
Teknik molekuler sekarang tersedia yang dapat menentukan genotipe Rh.
BAB III
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Combs, Martha Rae. et all. 2005. Technical Manual Program Unit. United State : AABB.
Olson, Kate Rittenhouse dan Nardin, Ernesto De. 2017. Imunologi dan Serologi Klinis Modern.
Jakarta : EGC.
U.Pendit, Brahm, et al. Kapita Selekta Hematologi Ed.6. Diterjemahkan dari A.V. Hoffbrand
dan P. A. H. Moss. 2011. Essential Haematology 6th Ed. Jakarta: EGC.
Wulandari, Dewi, dan Brahm U Pendit. Tinjauan Klinis Hasil Pemeriksaan Laboratorium
Edisi 11. Diterjemahkan dari Ronald A. Sacher dan Richard A. McPherson. 2004.
Widmann;s clinical interpretation of laboratory tests. Jakarta: EGC.