Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

SEPSIS
a.

MASALAH KESEHATAN

1. Definisi
Sepsis merupakan kondisi dimana organisme masu kealiran darah,
menyebabkan aktivasi mekanisme pertahanan pejamu pelepasan sitokin
dan aktivitas system kaskade protein plasma syok septik gagal organ
multi-sistem (jones & fix 2009)
Sepsis adalah syndrom yang dikarakteristikkan oleh tanda-tanda
klinis dan gejala infeksi yang parah, yang dapat dikembangkan ke arah
septisemia dan syok septik. Septisemia menunjukkan munculnya infeksi
sistematik pada darah yang disebabkan oleh penggandaan mikro
organisme secara cepat atau zat-zat racunnya, yang dapat mengakibatkan
perubahan psikologis yang sangat besar. (Doenges, 2000)
2. Etiologi
Disebabkan oleh infeksi jamur riektesia, virus, bakteri, dan kuman gram
negatif.
a. Antenatal

: kuman mencapai janin melalui sirkulasi ibu ke plasenta.

1) Virus

: Rubella, Poliomyelitis, Coxcackie, Variola.

2) Spirokaeta
3) Bakteri

: Typonema pallidum
: E. Coli, Usteria mono cytogenes.

b. Intranatal : mikroorganisme masuk melalui cairan ketuban, kontak


langsung dengan kuman dan vagina.
c. Pascanatal : kontaminasi pada saat pemggunaan alat, perawatan tidak
steril, akibat infeksi silang.
Streptococcus group B, Salmonella aurcus, klebsiela, Enterobactersp,
Senatina sp, Hemophillus Influenza tipe B, Streptococcus pneumonia.

44

3. Faktor Resiko
Prematuritas dan BBLR, ketuban pecah dini (>18 jam), demam
intrapartum maternal (>37,5C), leukositosis maternal (>18.000/ul),
korioamnionitis, resusitasi saat lahir (Mansjoer,2000:509).
4.

Manifestasi Klinis
Menurut Mansjoer (2000) manifestasi klinisnya adalah sebagai berikut :
a.

Umum: panas, hipotermia, tampak tidak sehat, malas minum,


letargi, sklerema.

b.

Saluran cerna: distensi abdomen, anoreksia, muntah, diare,


hepatogemali

c.

Saluran napas: apnu, dispnu, takipnu,retraksi, napas cuping hidung,


merintih, sianosis

d.

Sistem kardiovaskular: pucat, sianosis, kutis marmorata, kulit


lembab, hipotensi, takikardia, bradikardia

e.

System saraf pusat: iritabilitas, tremor, kejang, hiporefleksi, malas


minum, pernapasan tidak teratur, ubun-ubun membonjol, high pitched
cry

f.

Hematology: ikterus, splenomegali, pucat, petekie, purpura,


perdarahan

5.

Pemeriksaan Penunjang
Bila sindrom klinis mengarah ke sepsis, perlu dilakukan evaluasi
sepsis secara menyeluruh. Hal ini termasuk biakan darah, pungsi lumbal,
analisis dan kultur urin, serta foto dada.
Diagnosis sepsis ditegakkan dengan ditemukannya kuman pada
biakan darah. Pada pemeriksaan darah tepi dapat ditemukan neutropenia
dengan pergeseran ke kiri (imatur:total seri granulosit>0,2). Selain itu
dapat dijumpai pula trombositopenia. Adanya peningkatan reaktans fase
akut seperti C-reactive protein (CPR) memperkuat dugaan sepsis.
Diagnosis sebelum terapi diberikan (sebelum hasil kultur positif) adalah
tersangka sepsis (Mansjoer,2000:509).

6.

Penatalaksanaan

45

a.

Suportif.
Lakukan monitoring cairan, elektrolit, dan glukosa; berikan koreksi
jika terjadi hipovolemia, hiponatremia, dan hipoglikemia. Bila terjadi
SIADH, batasi cairan. Atasi syok, hipoksia dan asidosis metabolic.
Awasi adanya hiperbilirubinemia, lakukan transfusi tukar bila perlu.
Pertimbangkan nutrisi parenteral bila pasien tidak dapat menerima
nutrisi enteral.

b.

Kausatif
Antibiotok diberikan sebelum kuman penyebab diketahui. Biasanya
digunakan

golongan

penisilin

seperti

ampisilin

ditambah

aminoglikosida seperti gentamisin. Pada sepsis nosokomial antibiotik


diberikan dengan mempertimbangkan flora di ruang perawtan, namun
sebagai terapi inisial biasa diberikan vankomisin dan aminoglikosida
atau sefalosporin generasi ketiga. Setelah didapat hasil biakan dan uji
sensitivitas, diberikan antibiotik yang sesuai. Terapi dilakukan selam
10-14 hari. Bila terjadi meningitis anibiotik diberikan selama 14-21
hari dengan dosis sesuai untuk meningitis (Mansjoer, 2000 : 510).

46

47

7. Patofisiologi

Minggu
terakhir masa
gestasl

IM M U N E S Y S T E M
(te r u ta m a Ig G )

Kelahiran
prematur

B ayi

M engganggu
tra n s m is i
tr a n s p ra s e n ta l

K a d a r Ig G p a d a
b a y i p r e m a tu r
re n d a h

Ig A d a n Ig M tid a k
d ita n s fe r k e fe tu s

B a y i p e k a te r h a d a p
in fe k s i v ir u s ,
b a k te r i, ja m u r,
p a ra s it

R e s ik o
In fe k si

S e m a k in d ip e rb u r u k

K o n tro l s u h u b u r u k

S is te m s ir k u la s i

H y p o te m i

D e n y u t ja n tu n g
ab n o rm al

S is te m
p e rn a fa sa n

S iste m
h e m a to p o e tik

S iste m
p e n ce rn aa n

B ra k ik a r d i

T a k ik a rd ia

P e rn a fa sa n
irr e g u le r

R e s ik o tin g g i
te rh a d a p
p eru b ah an su h u

R endahnya
k o m p le m e n d a ra h

S is te m s y a ra f

E dem a

P u e n t, s in n o s is ,
h y p o te n s i

B e rk u ra n g n y a
kem am puan
o p s o n is a s i

M e k a n is m e
p e rta h a n a n n e o n a tu s
m e n u ru n

R e s ik o tin g g i
d e fis it v o lu m e
c a ira n

D is fu n g s i
m o n o s it

B e rk u ra n g n y a ju m la h d a n
tid a k e fis ie n n y a fu n g s i
le u k o s it d a la m d a r a h

48

S is te m s y a r a f

H y p o fu n g si
k e le n ja r
ad ren al

B erek uran g n ya
ju m la h d a n tid a k
e fe s ie n s in y a fu n g s i
le u k o s it d a la m d a ra h

L e u k o s it tid a k
m a m p u m e n g a ta s i
in fe k s i

H y p e rfu n g si
k e le n ja r a d r e n a l

P e rn a fa s a n
irre g u le r

M u d a h te r ja d i in v e k s i,
p erad an g an , p en y eb aran
d a n b e rk e m b a n g b ia k
kum an

S is te m
p en cern aan

A pneu,
T a k ip n e u ,
D is p n e u

S is te m
sy a ra f

L e ta h r g i
h y p o re fle k s in
kom a

S ia n o s is

J a u n d ic e , p u c a t
p te k ie , e c h im o s is ,
s p le n o m e g a li

S is te m
h e m a to
p o e tik

In ta b ilita s ,
tre m o r
k e ja n g
F o s ta n e l
cam bung

R e s ik o
in fe k s i

R e s ik o
in fe k s i

K u ran g n y a
a k tiv ita s

G angguan
p e rfu s i
ja rin g a n

G e ra k a n
b o la m a ta
m e n in g k a t
T onus
m e n in g k a t/
m en u ru n

P e n in g k a ta n
a k tiv ita s

T id a k m a u m in u m

M u n ta h

D ia re

A d an ya d arah
d a la m fe s e s

P e n in g k a ta n
re s id u la m b u n g
s e te la h m a k a n

D is te n s i
abdom en

re s ik o
d e fis it
c a ir a n

G angguan
ra sa
nyam an
P eru b ah an
n u tris i

49

H e p a to s p le
n o m e g a li

B. MASALAH KEPERAWATAN
1.

Resiko tinggi terhadap infeksi (progresi dari sepsis ke syok sepsis)

2.

Resiko tinggi terjadinya perubahan suhu :


hyperthermi/hyphothermi.

3.

Penurunan perfusi jaringan

4.

Resiko tinggi deficit volume cairan.

5.

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.

6.

Gangguan rasa nyaman nyeri.

PROSES KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Keadaan Umum
1) Bayi umumnya nampak tidak sehat.
2) Buruknya kontrol suhu : hypothermi, hyperthermi
b. Sistem sirkulasi
Pucat, cyanosis, kulit dingin, hipotensi, edema, denyut jantung
abnormal (bradikardi, takikardi, aritmia).
c. Sistem pernapasan
Pernapasan irreguler, apneu/tachipneu, retraksi.
d. Sistem syaraf
1) Kurangnya aktivitas : lethargi, hiporefleksia, koma, sakit kepala,
pusing, pingsan.
2) Peningkatan aktivitas : iritabilitas, tremor, kejang.
3) Gerakan bola mata tidak normal
4) Tonus otot menigkat/berkurang.
e. Sistem Saluran cerna
Tidak mau minum, muntah, diare, adanya darah dalam feses, distensi
abdomen.
f. Sistem Hemopoeitik
Jaundice, pucat, ptechie, cyanosis, splenomegali.
g. Pemeriksaan Diagnostik

50

1) Kultur (luka, sputum, urine, darah) : mengidentifikasi organisme


penyebab sepsis.
2) SDP : Ht mungkin meningkat pada status hipovolemik karena
hemokonsentrasi, leukositosis, dam trombositopenia.
3) Elektrolit serum : Asidosis, perindahan cairan dan perubahan
fungsi ginjal.
4) Glukosa serum : Hiperglikemia.
5) GDA : Alkalosis respiratory dan hipoksemia.
2. Diagnosa Keperawatan
a.

Resiko tinggi terhadap infeksi (progresi dari sepsis ke syok sepsis)


sehubungan dengan perkembangan infeksi opportunistik.

b.

Resiko tinggi terjadinya perubahan suhu : hyperthermi/hypothermi


sehubungan

dengan

peningkatan

tingkat

metabolisme

tubuh,

vasokontriksi/vasodilatasi pembuluh darah.


c.

Penurunan perfusi jaringan berhubungan dengan berkurangnya


supply oksigen/pernapasan irreguler.

d.

Resiko tinggi defisit volume cairan sehubungan dengan diare,


muntah, perpindahan cairan dari jaringan interstitial ke vaskuler.

e.

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh sehubungan dengan


mual, muntah, metabolisme meningkat.

3. Intervensi Keperawatan
a. Resiko tinggi terhadap infeksi (progresi dari sepsis ke syok sepsis)
sehubungan dengan perkembangan infeksi opportunistik.
1)

Berikan isolasi/pantau pengunjung sesuai


indikasi.

2)

Cuci

tangan

sebelum

dan

sesudah

melakukan aktivitas walaupun menggunakan sarung tangan.


3)

Batasi penggunaan alat/prosedur invasif jika


memungkinkan.

4)

Gunakan teknik steril

51

5)

Monitor

suhu/peningkatan

suhu

secara

medis

dalam

teratur
6)

Amati adanya menggigil

7)

Pantau TTV klien

8)

Kolaborasi

dengan

team

pemberian antibiotik
b.

Resiko

tinggi

terjadinya

perubahan

suhu

hyperthermi/hypothermi sehubungan dengan peningkatan tingkat


metabolisme tubuh, vasokontriksi/vasodilatasi pembuluh darah.
1)

Pantau suhu klien (derajat


dan pola) perhatikan menggigil/diaforesis.

2)

Pantau

suhu

lingkungan/pengaturan suhu lingkungan.


3)

Isolasi

anak/bayi

dalam

inkubator
4)

Beri kompres (dingin, hangat)


bila terjadi peningkatan/penurunan suhu.

5)

Catat peningkatan/penurunan
suhu tubuh bayi.

6)

Kolaborasi

dengan

team

medis dalam pemeriksaan laboratorium (leukosit meningkat).


c.

Penurunan

perfusi

jaringan berhubungan dengan supply okigen berkurang/pernapasan


irreguler.
1) Kaji ulang terhadap pola pertumbuhan prenatal dan atau penurunan
jumlah cairan amnion seperti yang dideteksi oleh ultrasonografi.
2) Perhatikan jenis kelahiran dan kejadian intra partum yang
menandakan hipoksia.
3) Perhatikan waktu dan skor Apgar, observasi pola pernafasan.

52

4) Kaji frekuensi pernafasan, kedalaman, upaya, observasi dan


laporkan tanda dan gejala distress pernafasan, bedakan dari gejala
yang berhubungan dengan polisitemia.
5) Auskultasi bunyi nafas secara teratur.
6) Hisap selang nasofaring sesuai kebutuhan, setelah pemberian
suplemen oksigen pertama.
7) Auskultasi nadi apikal, perhatikan adanya sianosis.
8) Cegah komplikasi latrogenik berkenaan dengan distress dingin,
ketidakseimbangan metabolik dan ketidakcukupan kalori.
Kolaborasi
9) Pantau pembacaan oksimeter nadi.
10) Pantau pemeriksaan lab sesuai indikasi, PH serum, GDA, dan HT.
11) Berikan O2 hangat dan lembab, berikan vertilasi bantuan sesuai
indikasi.
12) Lakukan suction.
13) Hindari pelaksanaan suction yang terlalu sering.
Observasi dan kaji respon bayi terhadap terapi oksigen
(Doenges,2000).
d.

Resiko tinggi defisit


volume cairan berhubungan dengan diare, muntah dan perpindahan
cairan dari interstitial ke vaskuler.
1)

Pantau
intake dan out put.

2)

Timbang
berat badan setiap hari.

3)

Pantau kadar
elektrolit darah, nitrogen urea darah, urine dan serum, osmolalitas,
kreatinin, Ht dan Hb.

4)

Kaji

suhu

tubuh, kelembaban pada rongga oral, volume dan konsentrasi


urine.

53

5)

Berikan

bentuk-bentuk cairan yang menarik, wadah yang tidak biasa


(cangkir berwarna, sedotan) dan sebuah permainan atau aktivitas
(suruh anak minum jika tiba giliran anak).
(Carpenito, 2000)
e.

Perubahan

nutrisi

kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual muntah dan


metabolisme meningkat.
1)

Kaji
dalam

hubungannya

dengan

usia

gestasi

dan

BB
ukuran.

Dokumentasikan pada grafik pertumbuhan. Timbang BB setiap


hari.
2)

Pertahankan
lingkungna termonetral, termasuk penggunaan incubator sesuai
indikasi. Pantau suhu pemanas bayi dan lingkungan dengan sering.

3)

Lakukan
pemberian makan awal dan sering serta lanjutkan sesuai toleransi.

4)

Kaji
toleransi terhadap makanan. Perhatikan warna feses, konsistensi
dan frekwensi, adanya penurunan subtansi, lingkar abdomen,
muntah dan residu lambung.

5)

Pantau
masukan dan haluaran. Hitung konsumsi kalori dan elektrolit setiap
hari.

6)

Kaji tingkat
dehidrasi, perhatikan fontanel, turgor kulit, BJ urine, kondisi
membran mukosa dan fluktuasi BB.

7)

Pantau kadar
Dextrosix segera setelah kelahiran dan secara rutin sampai glukosa
serum distabilkan.

8)

Kaji
tanda hipoglikemia.

54

tanda-

Kolaborasi
9)

Pantau
pemeriksaan laboratorium sesuai indikasi

10)

Berikan
suplemen elektrolit sesuai indikasi : kalsium glukonat 10%.

11)

Buat

akses

intravaskuler sesuai indikasi.


12)

Berikan
nutrisi parenteral.

13)

Diskusikan
komplikasi jangka panjang dari malnutrisi pada bayi SGA dan
kegemukan pada bayi LGA, diskusikan pentingnya protein selam
pertumbuhan otak (Doenges, 2000).

DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Ediai 8.
Jakarta : EGC.
Doenges, Marilyn E.dkk. 2000. Rencana Perawatan Maternal/Bayi. Jakarta :
EGC.
Mansjoer, Arif dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid 2.
Jakarta : Media Aesculapius FK UI.
Staf pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI. 1985. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta :
Info Medika Jakarta.

55

Anda mungkin juga menyukai