Anda di halaman 1dari 9

IV.

SUARA

4.1. Tinjauan Pustaka


Menurut Fitri et al (2009), Beberapa ikan menghasilkan suara sebagai suatu
isyarat akustik ketika melakukan aktivitas, antara lain saat berkomunikasi dengan
individu yang lain, pencarian pasangan, pendeteksian mangsa, saat mengalami
stres, dan saat makan. (.tambah referensi.)
Menurut Leenan (1992) dalam Khalifah (2011), Gelombang suara dapat
merambat di dalam air lebih baik daripada gelombang cahaya. Kemampuan
gelombang suara tersebut dimanfaatkan oleh biota - biota air untuk mengetahui
kondisi sekitar. Oleh karena itu, biota - biota air mempunyai organ - organ khusus
yang dapat menghasilkan suara dan menangkap suara. (..tambah referensi..)
Sifat transmisi bunyi dalam air mempunyai pengaruh penting terhadap
evolusi pendengaran pada ikan. Karena densitasnya lebih besar, air merupakan
konduktor (penghantar) gelombang tekanan bunyi yang lebih efisien daripada
udara. Oleh karena itu, bunyi akan menyebar lebih jauh dan melintas 4,8 kali lebih
cepat di air daripada di udara. Bunyi terdiri atas vibrasi yang mempunyai suatu
komponen pemindah partikel yang dekat sumber bunyi (medan dekat) dan juga
suatu komponen tekanan bunyi yang berlangsung lama melalui medan jauh yang
lebih luas. Luas medan dekat makin meningkat pada frekuensi bunyi yang lebih
rendah. Didalam medan dekat getaran dideteksi oleh ikan melalui telinga dalam
dan atau garis sisi (Moyle dan Cech, 2004 dalam Rahardjo et al, 2011).
Metode ini menggunakan gelombang suara untuk mendeteksi target yang ada
di perairan dan mempunyai beberapa kelebihan berupa hasil dugaan dapat

diperoleh secara langsung, singkat, cukup akurat dan dapat mencakup areal yang
luas (Jaya dan Pasaribu, 1999 dalam Sulaiman et al, 2006). ( tambah referensi)
Salah satu contoh alat yang dapat dijadikan alat bantu di perikanan tangkap
yaitu alat pemanggil ikan, dengan metode pengoperasian yang sederhana dengan
menggunakan frekuensi suara, dimana ketika suara dipancarkan dari sebuah
sumber mencoba untuk menarik perhatian ikan untuk menghampiri sumber suara
berada. Bentuk suara yang dipancarkan tersebut bisa berupa sebuah pinangan dan
penghindaran terhadap musuh. (Priatna, 2008).
4.1.1. Suara di Perairan
Ada beberapa jenis ikan yang menjadikan suara sebagai alat komunikasi
dari lingkungan sekitar dan dengan individu yang lain. Fungsi suara erat kaitannya
dengan organ pendengaran yang dapat merespon suara dari luar, baik yang
mendekati sumber maupun yang menjauhi sumber. Ikan yang mendekati sumber
suara dikategorikan acoustictaksis positive, sedangkan bagi ikan yang menjauhi
sumber suara dikategorikan acoustictaksis negative. Secara garis besar pengunaan
akustik bawah air dalam kelautan dan perikanan dapat dikelompokkan menjadi
lima yakni untuk survei, budidaya perairan, penelitian tingkah laku ikan,
mempelajari penampilan dan selektifitas alat-alat penangkapan ikan dan lain-lain.
Dalam penelitian tingkah laku ikan dapat digunakan untuk pergerakan / migrasi
ikan (vertikal dan horizontal) dan orientasi ikan (tilt angel), reaksi menghindar
(avoidance) terhadap gerak kapal dan alat penangkapan ikan, respon terhadap
rangsangan (stimuli) cahaya, suara, listrik, hidrodinamika, kimia, mekanik dan
sebagainya (Priyatna, 2008). (ganti referensi)

4.1.2. Organ Penerima Getaran Suara Pada Ikan


a. inner ear
linner ear merupakan telinga bagian dalam. Pada vertebrata telinga bagian
dalam bertanggung jawan untuk detekdi suara, dan pada mamalia bagian dalam
telinga terdiri dari labirin tulang, rongga lubang ditulang temporal dari tengkorak
dengan terdiri dari dua system bagian fungsional. (tambah referensi)
b. Gelembung renang
Gelembung renang berfungsi sebagai alat resonansi bagi suara yang
dihasilkan oleh stridulasi. Apabila gelembung renang renang dikosongkan/
dihilangka, suara yang ditimbulkan oleh stridulasi pharyngeal denticles akan
menjadi kurang kuat kualitasnya. (Popper dan Plat , 1993 dalam Fitri, 2009).
c. Gurat sisi ( linnea lateralis )
Gurat sisi E.fuscoguttatus tidak memperlihatkan garis yang tajam/jelas
apabila dibandingkan kelompok carnivora terumbu karang lainnya seperti
Lutjanus argentimaculatus. Hal ini mengindikasikan bahwa E. fuscoguttatus
memiliki kemampuan yang rendah untuk dapat mendeteksi frekuensi suara
disekelilingnya. Gurat sisi yang terlihat jelas mengindikasikan adanya stereocilia
pada hair cell gurat sisi yang berperan terhadap sensitivitas dalam mendeteksi
frekuensi suara (Rogers & Zeddies, 2008 dalam Fitri , 2009).
d. Tingkah laku ikan terhadap suara
Pada ikan dengan sinyal suara paling lengkap, biasanya gelembung renang
yang berhubungan dengan penghasil suara adalah pemanjangan diafragma yang
membagi gelembung renang menjadi dua ruang komunikasi atau adanya sejumlah
divertikula yang berbentuk seperti jari. (tmbah referensi)

4.2.

Materi dan Metode

4.2.1. Materi
a. alat
Alat yang di gunakan pada praktikum Tingkah Laku Ikan tersaji dalam
tabel .
Tabel . alat yang digunakan dalam praktikum Tingkah Laku Ikan.
No. Alat
Ketelitian
Kegunaan
1

Akuarium kaca

Sebagai

tempat

ikan

untuk

diamati.
2

Stopwatch

untuk menghitung waktu pada


saat mengamati ikan.

Underwater speaker

untuk

output

menguji

pendengaran ikan
4

Notebook

untuk input suara

Handy counter

untuk

menghitung

bukaan

operculum pada ikan


6

Alat tulis

untuk mencatat hasil praktikum


tingkah laku ikan

Kamera

untuk memotret hasil praktikum

Modul

untuk

menulis

semua

hasil

praktikum
Sumber: Praktikum Tingkah Laku Ikan, 2014.
b. bahan
Bahan yang dibutuhkan pada praktikum Tingkah Laku Ikan tersaji dalam
tabel .
Tabel . Bahan yang digunakan dalam praktikum Tingkah Laku Ikan.
No. Bahan

Kegunaan

Sebagai

Ikan air tawar ( Fresh water fish )

bahan

untuk

mengamati

bukaan

operculum
Sumber: Praktikum Tingkah Laku Ikan, 2014.
4.2.2. Metode
Prosedur dalam perlakuan terhadap pengaruh suara ialah :
1.

Ikan diaklimatisasi selama 2 hari untuk adaptasi di akuarium kaca

praktikum.
2.

Sambungkan notebook dengan underwater speaker kedalam

akuarium kaca yang berisi ikan marine fish atau freshwater fish.
3.

Menghitung jumlah bukaan operculum ikan dalam 1 menit ketika

kondisi aklimatisasi (control.)


4.

Sumber acoustic dengan kisan frekuensi tertentu yang berasal dari

notebook dihidupkan.
5.

Menghitung dan mencatat jumlah bukaan operculum dalam 1

6.

Mengulang kembali perlakuan seperti pada no.4 dengan sumber

menit.

acoustic yang berbeda-beda dan Pada jenis ikan yang berbeda pula.

ikan diaktimatisasi selama 2 hari untuk penyesuaian di akuarium kaca

Menyediaka notebook yang tersambung dengan underwater speaker ke dalam


akuarium kaca yang berisi ikan marine fish dan freshwater fish

Menghitung jumlah bukaan operculum ikan dalam 1 menit ketika kondisi


aklimatisasi (control)

sumber akustik dengan kisaran frekuensi tertentu yang berasal dari notebook di
hidupkan

Menghitung dan mencatat jumlah bukaan operculum dalam 1 menit

Mengulang kembali perlakuan seperti pada nomor 4 (empat) dengan sumber


akustik yang berbeda - beda dan pada jenis ikan yang berbeda pula

catat data data yang telah diperoleh

Gambar . Skema Prosedur Dalam Perlakuan terhadap Pengaruh Suara

4.3.

Hasil dan Pembahasan

4.3.1. Bukaan operkulum sebelum di beri frekuensi suara


Berdasarkan praktikum tingkah laku ikan topik respon ikan terhadap
gelombang akustik hasil yang didapatkan bahwa ikan nila memberikan respon
positif pada volume tinggi. Berikut grafik dari gerak operculum dan waktu pada
saat kondisi terkontrol.
140
120
100
80
60
40
20
0

Sebelum

Gambar . Grafik hubungan jumlah Gerakan operculum sebelum diberi rangsang


suara dengan waktu adanya rangsang suara
Tingkah laku Ikan Nila sebelum diberi perlakuan gelombang suara akustik
juga lebih cenderung tenang dan diam. Sedangkan bukaan operculum Ikan Nila
pada menit pertama hingga menit kedua semakin berkurang. Pada menit pertama
sebanyak 127 kali, pada menit kedua sebanyak 108 kali, pada menit ketiga
sebanyak 89 kali, pada menit keempat sebanyak 79 kali dan pada menit kelima
bukaan operculum sebanyak 54 kali.
Menurut Fitri et al (2009), Pola tingkah laku ikan seiring dengan adanya
aktivitas yang dilakukannya. Setiap melakukan aktivitas, ikan akan menghasilkan
suatu pola tingkah laku yang berbeda, termasuk pula saat melakukan aktivitas
makan.

4.3.2. Bukaan Operculum Pada Frekuensi Low, Middle dan Loud


Berdasarkan praktikum tingkah laku ikan topik respon ikan terhadap
gelombang akustik hasil yang di dapatkan yaitu sebagai berikut dalam bentuk
grafik :
140
120
100
80
60
40
20
0

Low
Middle
Loud
1

Grafik . Bukaan operculum saat diberi underwater speaker


Dari grafik di atas menunjukan bahwa Ikan Nila yang diberikan suara
pada frekuensi keras Ikan Nila tidak banyak membuka operculum nya. Hal ini
menunjukan bahwa ketika ikan nila tidak diberikan suara yang keras, ikan nila
cenderung lebih tenang namun bukaan operculum cukup banyak. Pada volume
keras ikan cenderung banyak bergerak tetapi pada bukaan operculum tidak banyak
membuka. Daya dorong ikan yang sebenarnya diperoleh dari pergerakan dengan
amplitudo yang besar.(Fitri, 2012 dalam Webb, 1978).

4.3.3. Tingkah laku ikan setelah diberi rangsang suara


Tulisannya hitam, garis
kotak diluar grafik di
hilangi, ukuran/bentuk
grafik sesuai dengan
ukuran batas tepi
paragraph. (aku gak bisa)
hehe

130
125
120
115
110
105
100
95

Sesudah

Grafi . Grafik bukaan operculum pada ikan setelah diberi rangsang suara
Tingkah laku Ikan Nila setelah pemberian rangsang gelombang suara
mengalami perubahan dibanding dengan perlakuan sebelumnya. Gerakan tubuh
Ikan Nila semakin aktif dalam bergerak. Begitupula dengan gerakan bukaan
operculum Ikan Nila semakin yang semakin meningkat. Hal ini dapat dilihat
ketika penghitungan jumlah bukaan operculum pada menit pertama sebanyak 125
kali, pada menit kedua sebanyak 124, pada menit ketika sebanyak 113 kali, pada
menit keempat sebanyak 107 kali dan pada menit kelima sebanyak 105 kali.
(referensi di tambah..)

Anda mungkin juga menyukai