Peran Perawat Dalam Mengatasi Dampak Hospitalisasi Pada Anak Diruang Perawatan Anak Rsud Tenriawaru Bone
Peran Perawat Dalam Mengatasi Dampak Hospitalisasi Pada Anak Diruang Perawatan Anak Rsud Tenriawaru Bone
hospitalisasi
pada
anak
berbeda-beda
tergantung
oleh
apabila anak mengalami kecemasan tinggi saat dirawat di rumah sakit maka besar
sekali kemungkinanan anak akan mengalami disfungsi perkembangan. Anak akan
mengalami gangguan, seperti gangguan somatik, emosional dan psikomotor.
Reaksi terhadap penyakit atau masalah diri yang dialami anak seperti perpisahan,
tidak mengenal lingkungan atau lingkungan yang asing, hilangnya kasih sayang,
body image maka akan bereaksi seperti regresi yaitu hilangnya control, agresi,
menarik diri, tingkah laku protes, serta lebih peka dan pasif seperti menolak
makanan dan lain-lain (Alimul, 2005).
Reaksi hospitalisasi dan dampak yang ditimbulkan seringkali menjadi
permasalahan pokok yang dihadapi dalam dunia kesehatan. Sebagaimana
komitmen dalam mengatasi hal tersebut baik secara individual maupun secara
sosial yaitu upaya meminimalisirkan dampak serta memaksimalkan manfaat dari
hospitalisasi (Hawari,2006).
Ketakutan dan kecemasan anak sangat dipengaruhi oleh peran perawat, dalam
hal ini perawat harus dapat memberikan pelayanan keperawatan , dan mampu
menfasilitasi keluarga dalam berbagai bentuk pelayanan kesehatan baik berupa
pemberian tindakan keperaatan langsung maupun pendidikan kesehatan pada
anak. Selain itu perawat dapat memberikan kenyamanan dan dukungan pada anak
baik dengan mempertahankan kehidupan sosial, budaya, dan ekonomi keluarga
yang dapat menentukan pola kehidupan anak.
Perawat dapat memberikan penyuluhan/pendidikan kesehatan pada orang tua
anak atau dengan menolong orang tua/anak dalam memahami pengobatan dan
mengidentifikasi
peran
perawat
dalam
pencegahan
dampak
anak. Demikian juga pola koping yang dimiliki anak hamper sama dengan
konsep diri yang dimiliki anak. Bahwa pola koping pada anak juga sudah
terbentuk mulai bayi, hal ini dapat kita lihat pada saat bayi anak
menangis.Salah satu pola koping yang dimiliki anak adalah menangis
seperti bagaimana anak lapar, tidak sesuai dengan keinginannya, dan lain
sebagainya. Kemudian perilaku sosial pada anak juga mengalami
perkembangan yang terbentuk mulai bayi. Pada masa bayi perilaku social
pada anak sudah dapat dilihat seperti bagaimana anak mau diajak orang
lain, dengan orang banyak dengan menunjukkan keceriaan. Hal tersebut
sudah mulai menunjukkan terbentuknya perilaku social yang seiring
dengan perkembangan usia. Perubahan perilaku social juga dapat berubah
sesuai dengan lingkungan yang ada, seperti bagaimana anak sudah mau
bermain dengan kelompoknya yaitu anak-anak (Azis, 2005).
Anak adalah individu yang rentan karena perkembangan kompleks
yang terjadi di setiap tahap masa kanak- kanak dan masa remaja. Lebih
jauh, anak juga secara fisiologis lebih rentan dibandingkan orang dewasa,
dan memiliki pengalaman yang terbatas, yang memengaruhi pemahaman
dan persepsi mereka mengenai dunia. Awitan penyakit bagi mereka
seringkali mendadak, dan penurunan dapat berlangsung dengan cepat.
Faktor kontribusinya adalah sistem pernapasan dan kardiovaskular yang
belum matang, yang memiliki cadangan lebih sedikit dibandingkan orang
dewasa, serta memiliki tingkat metabolisme yang lebih cepat, yang
memerlukan curah jantung lebih tinggi, pertukaran gas yang lebih besar
dan asupan cairan serta asupan kalori yang lebih tinggi per kilogram berat
badan
dibandingkan
orang
dewasa.
Kerentanan
terhadap
ketidak
seimbangan cairan pada anak adalah akibat jumlah dan distribusi cairan
tubuh. Tubuh anak terdiri dari 70-75% cairan, dibandingkan dengan 5760% cairan pada orang dewasa. Pada anak-anak, sebagian besar cairan ini
berada di kompartemen cairan ekstrasel dan oleh karena itu cairan ini
lebih dapat diakses. Oleh karena itu kehilangan cairan yang relatif sedang
dapat mengurangi volume darah, menyebabkan syok, asidosis dan
kematian (Slepin, 2006).
b) Pertumbuhan dan Perkembangan Anak
Aspek tumbuh kembang pada anak dewasa ini adalah salah satu aspek
yang diperhatikan secara serius oleh para pakar, karena hal tersebut
merupakan aspek yang menjelaskan mengenai proses pembentukan
seseorang, baik secara fisik maupun psikososial. Namun, sebagian orang
tua belum memahami hal ini, terutama orang tua yang mempunyai tingkat
pendidikan dan sosial ekonomi yang relatif rendah. Mereka menganggap
bahwa selama anak tidak sakit, berarti anak tidak mengalami masalah
kesehatan termasuk pertumbuhan dan perkembangannya. Sering kali para
orang
tua
mempunyai
pemahaman
bahwa
pertumbuhan
dan
lebih
besar
atau
lebih
matang
bentuknya,
seperti
fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur, dapat
diperkirakan, dan diramalkan sebagai hasil dari proses diferensiasi sel,
jaringan tubuh, organ-organ, dan sistemnya yang terorganisasi (IDAI,
2000). Dengan demikian, aspek perkembangan ini bersifat kualitatif,
yaitu pertambahan kematangan fungsi dari masing-masing bagian
tubuh.
Hal
ini
diawali
dengan
berfungsinya
jantung
untuk
10
11
12
13
yang menurut
beberapa
penelitian
ditunjukkan
dengan
14
lingkungan
baru,
maupun
lingkungan
keluarga
yang
15
individual,
dan
sangat
bergantung
pada
tahapan
usia
16
Oleh
pergerakannya,
anak
karena
akan
adanya
kehilangan
pembatasan
terhadap
kemampuannya
untuk
17
18
19
perlukaan atau pembedahan menimbulkan respons anak bertanyatanya, menarik diri dari lingkungan, dan/atau menolak kehadiran orang
lain (Supartini,2004) .
d) Pencegahan Dampak Hospitalisasi
Dirawat di rumah sakit bisa menjadi sesuatu yang menakutkan dan
pengalaman yang mengerikan bagi anak-anak. Anak seringkali mengalami
hal-hal yang tidak menyenangkan selama di rumah sakit, mulai dari
lingkungan rumah sakit
pemeriksaan yang kadang kala menyakitkan bagi si anak. Oleh karena itu,
peran perawat sangat diperlukan dalam upaya pencegahan dampak
tersebut.
1) Menurunkan atau mencegah dampak perpisahan dari keluarga
Dampak perpisahan dari keluarga, anak mengalami gangguan
psikologis seperti kecemasan, ketakutan, kurangnya kasih sayang,
gangguan ini akan menghambat proses penyembuhan anak dan dapat
mengganggu pertumbuhan dan perkembangan anak.
2) Meningkatkan
kemampuan
orang
tua
dalam
mengontrol
20
lama
pada
anak
sehingga
dapat
mengganggu
21
F. Kerangka Konseptual
Peran Perawat
Dalam Mencegah
Dampak
Hospitalisasi Pada
Anak
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Pembela
Pendidik
Konseler
Kordinator
Pembuat kode etik
Perencana kesehatan
Baik
Cukup
Kurang
G. Metode Penelitian
1. Desain Peelitian
Penelitian ini menggunakan desain deskriptif, yang bertujuan untuk
mengetahui bagaimana peran perawat dalam pencegahan dampak hospitalisasi
pada anak di ruangan ruangan perawatan anak RSUD Tenriawaru Bone.
2. Populasi dan Sampel
a) Populasi Penelitian
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti
(Notoatmodjo, 2005). Populasi dari penelitian ini adalah perawat yang ada
di ruangan perawatan anak RSUD Tenriawaru Bone sebanyak 30 orang.
b) Sampel Penelitian
Sampel penelitian adalah sebagian objek yang diambil dari
keseluruhan objek yang akan diteliti dianggap memiliki seluruh populasi
(Notoatmodjo,2005). Apabila jumlah populasi kurang dari seratus, maka
sampel dapat diambil seluruhnya. (Total Sampling). Jumlah sampel dalam
penelitian ini adalah 30 orang. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh
22
23
BAB II
BAB III
BAB IV
BAB V
BAB VI
24
DAFTAR PUSTAKA
http://wwwirakedua
Bafford, Dkk, (2006), Teori & Praktek Keperawatan, Pendekatan Integral Pada
Asuhan Pasien, Jakarta EGC
Beger.K (2003). Pundamentals of nursing colaborating for optimal health. United
states oa America; Simon and Schuter Bussiness and professional group.
Dadang. (2006). Manajemen Stress, Cemas, dan Depresi. Jakarta: Universitas
Indonesia/Gaya Baru
Dorothy (1999), Dasar Dasar Riset Keperawatan, Jakarta : EGC
Gunarsa.S.D (2000), Pendekatan Psikologis Terhadap Anak yang dirawat dan sikap
orang tua, diakses melalui http://sru/www/portable/files/42 pendekatan
psikologisterhadapanakyang dirawatdan sikaportu81.p.padatanggal29juni2010
25
Nursalam, (2005), Asuhan Keperawatan Bayi & Anak (Untuk Perawat Dan Bidan),
Polit & Hungler, (1995), Nursing Research Princip Les & Methods, Philadelphia
Lippincot
Potter &Perry, 2005, Fundamental Keperawatan, Volume 1, edisi , EGC Rahmat. J.
(2005). Psikologi Komunikasi, Rineka Cipta, Jakarta. Roper. N (2002).
Prinsip-prinsip keperawatan. Yogyakarta : Essentia.
Satiadarma,M.P (2001), Persepsi orangtua membentuk perilaku anak : dampak
pymalio terhadap keluarga
Setiadi. (2007). Konsep dan Penuisan Riset Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu
Sofiana.N.A (2004), Analisis Faktor lingkungan dan individu yang mempengaruhi
terhadap peningkatan kinerja perawat (study kasus instalasi rawat inap
Rumah
Sakit
Annisa
Cikarang,
diakses
melalui
http://chigili.itb.ac.id/gdl.php?mod:browswe & op ; read & id = jbptsmit
gdl nooraridas 86 & 1 = factor pada tanggal 5 juli 2010.
Sujono. R. (2005) Kepuasan Kerja Perawat yang Profesional. Dibuka dari
http://www. Irc-kmpk.ugm.ac.id/id/up-pd fworking/ no. 170408. Pada
tanggal 15 Juni 2010.
Supartini, Yupi, (2004), Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak, Jakarta: EGC
Soediman. (2006 ), The Soediman jurnal of nursin, dibuka dari http//ojc,lib;
unair.ac.id/indekx.php/SJN/article/view/1833/1822 pada tanggal 15 Juni
2010
Suan. C.G (2005), Nursing of Jumlah, Diakses dari http://app.healthsciencepro.gov
sg/nursing/research.local research. asp. pada tanggal 30 juni 2010.
Wong and Whaleys, 2001, Psikologi Perkembangan Anak Dan Remaja, Remaja
Rosda Karya, Bandung Edisi 1. Jakarta: Salemba Medika
Zaidin. A (2002), Dasar Dasar Keperawatan Propesional, Jakarta: Widia Medika
26
PROPOSAL
OLEH :
JEFRI
0914 201 020
27
Halaman
SAMPUL ............................................................................................................
ii
iii
2. Hospitalisasi ............................................................................................
13
21
G. Metode Penelitian..........................................................................................
21
21
21
22
22
21
DAFTAR PUSTAKA
iii