Anestesi
Anestesi
ANESTESIOLOGI
ANESTESIOLOGI
PERINGATAN KERAS!!
Seluruh materi dalam buku ini tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
Siapa juga nyuruh membaca buku ini..
ANESTESIOLOGI
DAFTAR ISI
Bagaimana menyiapkan anestesi?
Persiapan pre anestesi
Premedikasi
Prognosis ASA
Teori-teori anestesi
Stadium anestesi
Urutan pelaksanaan anestesi umum
Monitoring anestesi
Obat-obatan anestesi
Pasca-anestesi
Pengelolaan di RR
Komplikasi anestesi
Anestesi lokal/ regional
Terapi cairan
Transfusi
Terapi oksigen
Resusitasi jantung paru
Intubasi dan ekstubasi
Aspirasi
Shock
Anestesi pada manula
Anestesi pada pediatri
Anestesi pada sectio caesarea
Anestesi pada bedah darurat
3
6
9
11
12
13
15
16
17
24
26
27
29
33
42
47
49
53
57
60
63
64
67
69
ANESTESIOLOGI
ANESTESIOLOGI
B.
C.
D.
E.
monitor mesin penting untuk mengetahui keadaan nafas pasien kita. Minta
ajarkan penata bagaimana membacanya.
Alat pengatur respirasi dari spontan ke kontrol
Monitor Anestesi
Pastikan minimal terpasang tensi dan saturasi
Suction
Cek apakah suction bekerja dengan baik
Tangan Meja
Bantal
ANESTESIOLOGI
ANESTESIOLOGI
ANESTESIOLOGI
5. Bowel
Pembesaran hepar. Bsing usus dan peristaltik usus. cairan bebas dalam perut atau
massa abdominal?
6. Bone
kaku kuduk atau patah tulang? Periksa bentuk leher dan tubuh. klainan tulang
belakang?
Pemeriksaan Laboratorium Dan Radiologi
a. Pemeriksaan standar yaitu darah rutin (kadar hemoglobin, leukosit, bleeding time,
clothing time atau APTT & PPT)
b. Pemeriksaan kadar gula darah puasa
c. Liver function test
d. Renal function test
e. Pemeriksaan foto toraks
f. Pemeriksaan pelengkap atas indikasi seperti gula darah 2 jam post prandial,
pemeriksaan EKG untuk pasien > 40 tahun
g. Pada operasi besar dan mungkin bermasalah periksa pula kadar albumin, globulin,
elektrolit darah, CT scan, faal paru, dan faal hemostasis.
ANESTESIOLOGI
Penundaan operasi elektif pada pasien yang menderita infeksi saluran nafas atas
karena efek obat sedative dan atropine, dan penurunan respons imunologi yang
terjadi karena anestesi umum dapat meningkatkan resiko infeksi dada
pascaoperasi
Diabetes Mellitus
hampir semua obat anestesi bersifat meningkatkan glukosa darah. Penderita diabetes
yang tidak stabil seharusnya tidak dianestesi untuk pembedahan elektif, kecuali jika
kondisi bedah itu sendiri merupakan penyebab ketidakstabilan tersebut.
Penyakit Hati
Metabolisme obat-obatan anestesi akan terganggu akibat adanya gagal hati. Obat-obatan
analgesic dan sedative juga menjadi memiliki masa kerja yang panjang karena
metabolisme oleh otak juga berubah karena penyakit hati.
Anestesi pada pasien ikterus mempunyai dua resiko nyata. Pertama adalah perdarahan
akibat kekurangan protrombin. Resiko yang kedua adalah gagal ginjal akibat bilirubin
yang berakumulasi pada tubulus renalis
ANESTESIOLOGI
PREMEDIKASI
Tujuan
- pasien tenang, rasa takutnya berkurang
- Mengurangi nyeri/sakit saat anestesi dan pembedahan
- Mengurangi dosis dan efek samping anestetika
- Menambah khasiat anestetika
Cara:
- intramuskuler (1 jam sebelum anestesi dilakukan)
- intravena (5-10 menit sebelum anestesi dilakukan, dosisnya 1/3 1/2 dari dosis
intramuscular)
- oral misalnya, malam hari sebelum anestesi dan operasi dilakukan, pasien diberi
obat penenang (diazepam) peroral terlebih dahulu, terutama pasien dengan
hipertensi.
1. hilangkan kegelisahan Tanya jawab
2. ketenangan sedative
3. ananlgesi narko analgetik
4. amnesia hiosin diazepam
5. turunkan sekresi saluran nafas atropine, hiosisn
6. meningkatkan pH kurangi cairan lambung antacid
7. cegah reaksi alergi anihistamin, kortikosteroid
8. cegah refleks vagal atropine
9. mudahkan induksi petidin, morfin
10. kurangi kebutuhan dosis anestesi narkotik hypnosis
11. cegah mual muntah droperidol, metoklorpamid
Penggolongan Obat-Obat Premedikasi
1. Golongan Narkotika
- analgetika sangat kuat.
- Jenisnya : petidin dan morfin.
- Tujuan: mengurangi rasa nyeri saat pembedahan.
- Efek samping: mendepresi pusat nafas, mual-muntah, Vasodilatasi pembuluh
darah hipotensi
- diberikan jika anestesi dilakukan dengan anestetika dengan sifat analgesik rendah,
misalnya: halotan, tiopental, propofol.
- Pethidin diinjeksikan pelan untuk:
mengurangi kecemasan dan ketegangan
menekan TD dan nafas
9
ANESTESIOLOGI
10
ANESTESIOLOGI
PROGNOSIS ASA
1. ASA 1
Pasien tidak memiliki kelainan organik maupun sistemik selain penyakit yang
akan dioperasi.
2. ASA 2
Pasien yang memiliki kelainan sistemik ringan sampai dengan sedang selain
penyakit yang akan dioperasi. Misalnya diabetes mellitus yang terkontrol atau
hipertensi ringan
3. ASA 3
Pasien memiliki kelainan sistemik berat selain penyakit yang akan dioperasi,
tetapi belum mengancam jiwa. Misalnya diabetes mellitus yang tak terkontrol,
asma bronkial, hipertensi tak terkontrol
4. ASA 4
Pasien memiliki kelainan sistemik berat yang mengancam jiwa selain penyakit
yang akan dioperasi. Misalnya asma bronkial yang berat, koma diabetikum
5. ASA 5
Pasien dalam kondisi yang sangat jelek dimana tindakan anestesi mungkin saja
dapat menyelamatkan tapi risiko kematian tetap jauh lebih besar. Misalnya
operasi pada pasien koma berat
6. ASA 6
Pasien yang telah dinyatakan telah mati otaknya yang mana organnya akan
diangkat untuk kemudian diberikan sebagai organ donor bagi yang membutuhkan.
Untuk operasi darurat, di belakang angka diberi huruf E (emergency) atau D (darurat),
mis: operasi apendiks diberi kode ASA 1.E
11
ANESTESIOLOGI
TEORI-TEORI ANESTESI
1. Teori Koloid
Obat anestesi penggumpalan sel koloid anestesi yang reversibel
Bukti : eter, halotan hambat gerak dan aliran protoplasma pada amoeba (terjadi
penggumpalan protoplasma)
2. Teori Lipid
Ada hubungan kelarutan zat anestesi dalam lemak dan timbulnya anestesi.
3.
4.
5.
6.
Analgesia
Hipnosis
Arefleksia / relaksasi
12
ANESTESIOLOGI
STADIUM ANESTESI
Stadium 1 : Stadium analgesia atau disorientasi
Induksi kesadaran hilang
Terjadi depresi pada ganglia basalis rx berlebihan bila ada rangasang (hidung,
cahaya, nyeri, rasa, raba)
Stadium 3 :
Disebut Stadium Pembedahan; ventilasi teratur ---- apneu, terbagi 4 plana :
Plana 1:- Ventilasi teratur : torako abdominal
- Pupil terfiksasi, miosis
- Refleks cahaya (+)
- Lakrimasi
- Refleks faring dan muntah (-)
- Tonus otot mulai
Plana 2 :- Ventilasi teratur : abdominaltorakal
- Volume tidal
- Frekuensi nafas
- Pupil : terfiksasi ditengah, midriasis
- Refleks cahaya
- Refleks kornea (-)
Plana 3 :- Ventilasi teratur : abdominal dgn kelumpuhan saraf interkostal
- Lakrimasi (-)
- Pupil melebar dan sentral
- Refleks laring dan peritoneum (-)
- Tonus otot
Plana 4 : - Ventilasi tidak teratur dan tidak adequat ok otot diafragma
lumpuh ( tonus otot tidak sesuai volume tidal)
- Tonus otot
- Pupil midriasis
- Refleks sfingter ani dan kelenjar lakrimalis (-)
13
ANESTESIOLOGI
Ventilasi normal :
- Wanita dewasa : dominan abdomen (diafragma)
- Pria dewasa : dominan torakal
Pupil
14
ANESTESIOLOGI
15
ANESTESIOLOGI
MONITORING ANESTESI
1. Kedalaman anestesi
2. Kardiovaskuler :
- Tekanan darah (invasif atau non invasif)
- EKG
- CVP
3. Ventilasi respirasi :
- Stetoskop
- Pulse oksimetri saturasi
- Capnometer
- Analisa gas darah
4. Suhu : tidak boleh febris ok obat anstesi menyebabkan febris
- Malignant /hyperthermia : naiknya suhu tubuh sangat cepat
- Axilla, rectal, osefagus, nasofaring
5. Produksi urin : - 1 cc/kg BB/j
6. Terapi Cairan : Puasa, maintenance, cairan pengganti perdarahan bila diperlukan; >
20% perdarahan diberi transfusi whole blood.
7. Sirkuit anestesi
Digunakan kapnometer untuk mengukur O2 dalam darah
O2----mesin anestesi corugated-corugated masker/ ET Pasien
16
ANESTESIOLOGI
OBAT-OBATAN ANESTESI
DOSIS OBAT-OBATAN (Yang dicantumkan disini hanya yang biasa di RS Ulin)
Obat
Pethidin
Fentanyl
Recofol
(Propofol)
Ketamin
Succinilcholin
Atrakurium
Besilat
(Tramus/
Tracrium)
Efedrin HCl
ampul
50mg/cc
Sulfas Atropin
ampul
0,25mg/cc
Ondansentron
HCl (Narfoz)
ampul
4mg/2cc
Aminofilin
ampul
24mg/cc
Dexamethason ampul
5 mg/cc
Adrenalin
Neostigmin
(prostigmin)
ampul
ampul
1 mg/cc
0,5mg/cc
Midazolam
(Sedacum)
Ketorolac
ampul
5mg/5cc
ampul
60 mg/2cc
Dosis
(mg/kgBB)
0,5-1
1 cc
spuit =
10 mg
2-2,5
0,05mg
10 mg
1-2
10 mg
1-2
20 mg
1cc +
aquadest 9cc
Tanpa
pengenceran
Tanpa
pengenceran
10 cc
Intubasi: 0,5- 10 mg
0,6,
relaksasi:
0,08,
maintenance:
0,1-0,2
0,2
5 mg
3 cc
0,005
0,25 mg
3 cc
2 mg
Tanpa
pengenceran
Tanpa
pengenceran
10 cc
8 mg
(dewasa)
5 mg (anak)
5
1
5 mg
Tanpa
pengenceran
Tanpa
pengenceran
Tanpa
pengenceran
17
0,25-0,3
Masukkan 2
ampul
prostigmin +
1 ampul SA
0,07-0,1
24 mg
0,5 mg
1 mg
30 mg
Difenhidramin
HCl
ampul
5mg/cc
Tanpa
pengenceran
18
ANESTESIOLOGI
5 mg
ANESTESIOLOGI
DURASI
3-5 mnt
15-35 mnt
15-20 mnt
90-120 mnt
4-7 mnt
Keterangan
A. Obat Induksi intravena
1. Ketamin/ketalar
- efek analgesia kuat sekali. Terutama utk nyeri somatik, tp tidak utk nyeri visceral
- Efek hipnotik kurang
- Efek relaksasi tidak ada
- Refleks pharynx & larynx masih ckp baik batuk saat anestesi refleks vagal
- disosiasi mimpi yang tidak enak, disorientasi tempat dan waktu, halusinasi,
gaduh gelisah, tidak terkendali. Saat pdrt mulai sadar dpt timbul eksitasi
- Aliran darah ke otak, konsentrasi oksigen, tekanan intracranial (Efek ini dapat
diperkecil dengan pemberian thiopental sebelumnya)
- TD sistolik diastolic naik 20-25%, denyut jantung akan meningkat. (akibat
peningkatan aktivitas saraf simpatis dan depresi baroreseptor). Cegah dengan
premedikasi opiat, hiosin.
- dilatasi bronkus. Antagonis efek konstriksi bronchus oleh histamine. Baik untuk
penderita-penderita asma dan untuk mengurangi spasme bronkus pada anesthesia
umum yang masih ringan.
- Dosis berlebihan scr iv depresi napas
- Pd anak dpt timbulkan kejang, nistagmus
- Meningkatkan kdr glukosa darah + 15%
- Pulih sadar kira-kira tercapai antara 10-15 menit
- Metabolisme di liver (hidrolisa & alkilasi), diekskresi metabolitnya utuh melalui
urin
- Ketamin bekerja pd daerah asosiasi korteks otak, sedang obat lain bekerja pd
pusat retikular otak
Indikasi:
Untuk prosedur dimana pengendalian jalan napas sulit, missal pada koreksi
jaringan sikatrik pada daerah leher, disini untuk melakukan intubasi kadang sukar.
Untuk prosedur diagnostic pada bedah saraf/radiologi (arteriograf).
Tindakan orthopedic (reposisi, biopsy)
19
ANESTESIOLOGI
Pada pasien dengan resiko tinggi: ketamin tidak mendepresi fungsi vital. Dapat
dipakai untuk induksi pada pasien syok.
Untuk tindakan operasi kecil.
Di tempat dimana alat-alat anestesi tidak ada.
Pasien asma
Kontra Indikasi
hipertensi sistolik 160 mmHg diastolic 100 mmHg
riwayat Cerebro Vascular Disease (CVD)
Dekompensasi kordis
Harus hati-hati pada :
Riwayat kelainan jiwa
Operasi-operasi daerah faring karena refleks masih baik
2. Propofol (diprifan, rekofol)
Bentuk cairan, emulsi isotonik, warna putih spt susu dgn bhn pelarut tdd minyak
kedelai & postasida telur yg dimurnikan.
Kdg terasa nyeri pd penyuntikan dicampur lidokain 2% +0,5cc dlm 10cc
propolol jarang pada anak karena sakit & iritasi pd saat pemberian
Analgetik tdk kuat
Dpt dipakai sbg obat induksi & obat maintenance
Obat setelah diberikan didistribusi dgn cepat ke seluruh tubuh.
Metabolisme di liver & metabolit tdk aktif dikeluarkan lwt ginjal.
Saat dipakai utk induksi juga dapat tjd hipotensi karena vasodilatasi & apnea
sejenak
Efek Samping
bradikardi.
nausea, sakit kepala pada penderita yg mulai sadar.
Ekstasi, nyeri lokal pd daerah suntikan
Dosis berlebihan dapat mendepresi jantung & pernapasan
Sebaiknya obat ini tidak diberikan pd penderita dengan ggn jalan napas, ginjal,
liver, syok hipovolemik.
3. Thiopental
Ultra short acting barbiturat
Dipakai sejak lama (1934)
Tidak larut dlm air, tp dlm bentuk natrium (sodium thiopental) mudah larut dlm
air
20
ANESTESIOLOGI
4. Pentotal
Zat dr sodium thiopental. Btk bubuk kuning dlm amp 0,5 gr(biru), 1 gr(merah) &
5 gr. Dipakai dilarutkan dgn aquades
Lrt pentotal bersifat alkalis, ph 10,8
Lrt tdk begitu stabil, hanya bs dismp 1-2 hr (dlm kulkas lebih lama, efek
menurun)
Pemakaian dibuat lrt 2,5%-5%, tp dipakai 2,5% u/ menghindari overdosis,
komplikasi > kecil, hitungan pemberian lebih mudah
Obat mengalir dlm aliran darah (aliran ke otak ) efek sedasi&hipnosis cepat
tjd, tp sifat analgesik sangat kurang
TIK
Mendepresi pusat pernapasan
Membuat saluran napas lebih sensitif thd rangsangan
depresi kontraksi denyut jantung, vasodilatasi pembuluh darah hipotensi. Dpt
menimbulkan vasokontriksi pembuluh darah ginjal
tak berefek pd kontraksi uterus, dpt melewati barier plasenta
Dpt melewati ASI
menyebabkan relaksasi otot ringan
reaksi. anafilaktik syok
gula darah sedikit meningkat.
Metabolisme di hepar
cepat tidur, waktu tidur relatif pendek
Dosis iv: 3-5 mg/kgBB
Kontraindikasi
syok berat
Anemia berat
Asma bronkiale menyebabkan konstriksi bronkus
Obstruksi sal napas atas
Penyakit jantung & liver
kadar ureum sangat tinggi (ekskresinya lewat ginjal)
B. Obat Anestetik inhalasi
1. Halothan/fluothan
Tidak berwarna, mudah menguap
Tidak mudah terbakar/meledak
Berbau harum tetapi mudah terurai cahaya
Efek:
Tidak merangsang traktus respiratorius
Depresi nafas stadium analgetik
21
ANESTESIOLOGI
Menghambat salivasi
Nadi cepat, ekskresi airmata
Hipnotik kuat, analgetik kurang baik, relaksasi cukup
Mencegah terjadinya spasme laring dan bronchus
22
3. Eter
-
ANESTESIOLOGI
jarang digunakan sendirian tetapi dikombinasi dengan salah satu cairan anestetik
lain seperti halotan dan sebagainya.
tidak berwarna, sangat mudah menguap dan terbakar, bau sangat merangsang
iritasi saluran nafas dan sekresi kelenjar bronkus
margin safety sangat luas
murah
analgesi sangat kuat
sedatif dan relaksasi baik
memenuhi trias anestesi
teknik sederhana
4. Enfluran
isomer isofluran
tidak mudah terbakar, namun berbau.
Dengan dosis tinggi diduga menimbulkan aktivitas gelombang otak seperti kejang
(pada EEG).
Efek depresi nafas dan depresi sirkulasi lebih kuat dibanding halotan dan enfluran
lebih iritatif dibanding halotan.
5. Isofluran
cairan bening, berbau sangat kuat, tidak mudah terbakar dalam suhu kamar
menempati urutan ke-2, dimana stabilitasnya tinggi dan tahan terhadap
penyimpanan sampai dengan 5 tahun atau paparan sinar matahari.
Dosis pelumpuh otot dapat dikurangi sampai 1/3 dosis jika pakai isofluran
6. Sevofluran
tidak terlalu berbau (tidak menusuk), efek bronkodilator sehingga banyak dipilih
untuk induksi melalui sungkup wajah pada anak dan orang dewasa.
tidak pernah dilaporkan kejadian immune-mediated hepatitis
C. Obat Muscle Relaxant
Bekerja pd otot bergaris terjadi kelumpuhan otot napas & otot-otot mandibula,
otot intercostalis, otot-otot abdominalis & relaksasi otot-otot ekstremitas.
Bekerja pertama: kelumpuhan otot mata ekstremitas mandibula
intercostalis abdominal diafragma.
Pd pemberian pastikan penderita dapat diberi napas buatan.
23
Obat ini membantu pd operasi khusus spt operasi perut agar organ abdominal tdk
keluar & terjadi relaksasi
Terbagi dua: Non depolarisasi, dan depolarisasi
Depolarisasi
Suksinilkolin, dekametonium
Sediaan
indikasi
durasi
fasikulasi
Obat antagonis
Hiperkalemi
Pelepasan histamin
(hipotensi,
hipersekresi asam
lambung, spasme
bronkhus)
Efek samping
+
+
ANESTESIOLOGI
Durasi
Non Depolarisasi
Tubokurarin/kurare, Atrakurium
Besilat, vekuronium, matokurin,
alkuronium, Pankuronium
(Pavulon), galamin, fasadinium,
rekuronium,
tindakan relaksasi yg lama.
pada geriatri, kelainan jantung,
hati, ginjal yang berat
30 mnt 1 jam
+ (antikolinesterase, mis:
prostigmin)
+ (bradikardi, hipersekresi,
cardiac arrest)
Tubokurarin/kurare(+)
Pankuronium (-)
- Menurunnya atau
meningkatnya HR dan BP
- Myalgia post op
- Meningkat tekanan
intragaster, intraokuler dan
intrakranial
- Malignant hyperthermia
- Myoklonus
24
ANESTESIOLOGI
Antikolinesterase
antagonis pelumpuh otot non depolarisasi
1. neostigmin metilsulfat (prostigmin)
2. pitidostigmin
3. edrofonium
- fungsi: efek nilotinik + muskarinik bradikardi, hiperperistaltik, hipersekresi,
bronkospasme, miosis, kontraksi vesicaurinaria
- pemberian dibarengi SA untuk menghindari bradikardi. (2:1)
MAC (Minimal Alveolar Concentration)
konsentrasi zat anestesi inhalasi dalam alveoli dimana 50% binatang tidak
memberikan respon rangsang sakit
Halotan
: 0,87%
Eter
: 1,92%
Enfluran
: 1,68%
Isofluran
: 1,15%
Sevofluran
: 1,8%
Obat Darurat
Nama
Efedrin
Sulfas atropin
Aminofilin
Berikan bila
TD menurun >20% dari TD
awal (biasanya bila TD sistol
<90 diberikan)
Bradikardi (<60)
bronkokonstriksi
Dexamethason
Reaksi anafilaksis
Adrenalin
Cardiac arrest
Succinil cholin
Spasme laring
25
2 cc spuit
5 mg/kgBB
Spuit 24mg/ml
1 mg/kgBB
Spuit 5 mg/cc
0,25 0,3 mg/kgBB, 1 mg/cc (teori)
Prakteknya beri sampai aman
1 mg/kgBB (1cc spuit
ANESTESIOLOGI
PASCA-ANESTESI
Perawatan dan monitoring biasanya dilakukan :
Di ruang pulih sadar pada keadaan tertentu dan khusus, dapat dilakukan di ruang
perawatan
Dapat dilakukan dengan peralatan sederhana selama pasien di ruang pulih sadar
-
Tingkat perawatan pasca-anestesi setiap pasien tidak selalu sama, bergantung pada
kondisi fisik pasien, teknik anestesi, dan jenis operasi monitoring lebih ketat pada
pasien dengan :
1. Risiko tinggi
2. Kelainan organ
3. Syok yang lama
4. Dehidrasi berat
5. Sepsis
6. Trauma multipel
7. Trauma kapitis
8. Gangguan organ penting, mis: otak
Untuk memudahkan perawatan, lakukan monitoring B6
1. Breath (nafas) sistem respirasi
-
Pola nafas
Tanda-tanda obstruksi
Pernafasan cuping hidung
Frekuensi nafas
Pergerakan rongga dada simetris/tidak
26
2.
ANESTESIOLOGI
Tekanan darah
Nadi
Perfusi perifer
Status hidrasi (hipotermi syok)
Kadar Hb
3.
-
hemolisis
Bowel (usus) sistem gastrointestinalis
4.
-
Periksa :
Dilatasi lambung
Tanda-tanda cairan bebas
Distensi abdomen
Perdarahan lambung postoperasi
Obstruksi hipoperistaltik, gangguan organ lain, mis: hepar, lien, pankreas
5.
-
Tanda-tanda sianosis
Warna kuku
Perdarahan postoperasi
Gangguan neurologis gerakan ekstremitas
27
28
ANESTESIOLOGI
PENGELOLAAN DI RR
ALDRETTE SCORE (dewasa)
Pergerakan
Pernafasan
Warna kulit
Tekanan darah
Kesadaran
: gerak bertujuan
gerak tak bertujuan
tidak bergerak
: teratur, batuk, menangis
depresi
perlu bantuan
: merah muda
pucat
sianosis
: berubah sekitar 20%
berubah 20 30%
berubah > 30%
: sadar penuh
bereaksi terhadap rangsangan
tidak bereaksi
2
1
0
2
1
0
2
1
0
2
1
0
2
1
0
Pernafasan
Kesadaran
: gerak bertujuan
gerak tak bertujuan
tidak bergerak
: batuk, menangis
Pertahankan jalan nafas
perlu bantuan
: menangis
bereaksi terhadap rangsangan
tidak bereaksi
2
1
0
2
1
0
2
1
0
29
ANESTESIOLOGI
ANESTESIOLOGI
KOMPLIKASI ANESTESI
I. Kardiovaskular
1. hipotensi
2. hipertensi
3. aritmia
4. cardiac arrest
5. emboli udara
6. gagal jantung
IV. Liver
1. hepatitis post anestesi
V. Urologi
1. sulit kencing
2. Produksi urin menurun
VI. Neurologi
1. koma
2. konvulsi
3. trauma saraf perifer
II. Respirasi
obstruksi respirasi (spasme otot
1.
laring, otot rahang, otot bronkus,
karena lidah jatuh)
hipoventilasi
2.
apneu
3.
batuk
4.
takipneu
5.
retensi CO2
6.
pneumothoraks
7.
VII. Oftalmologi
1. abrasi kornea
2. kebutaan
VIII. lain-lain
1. menggigil
2. sadar dalam anestesi
3. malignant hiperpireksia
4. komplikasi intubasi
5. komplikasi obat-obatan anestesi
6. komplikasi transfusi darah
7. komplikasi teknik regional/
spinal
III. Gastrointestinal
1. nausea
2. vomiting
3. hiccups
4. distensi gastric
Penyebab
Anestesi
ARITMIA BRADIKARDI
obat (suksametonium, prostigmin,
halotan, lignocain)
refleks bradikardi selama intubasi
stadium awal hipoksia
spinal
pembedahan
Kondisi pasien
traksi mesenterium
traksi bola mata
bedah saraf
penyakit jantung bradikardi
30
ARITMIA TAKIKARDI
obat (atropine, galamin, trilene,
siklopropan)
hiperkarbia
hipoksia
hipotensi
anestesi GA dangkal
infilrasi adrenalin
traksi viscera
operasi bedah saraf dan jantung
tirotoksikosis
ANESTESIOLOGI
demam
hipovolemi
terapi pre digoxin
sakit payah
HIPOTENSI
obat (petidin, thiopenton, halotan,
eter, muscle relaxan)
inhalasi paru bertambah tekanan
meningkat
hipoksia dan hiperkarbia pada
stadium lanjut
transfusi darah tidak cocok
anestesi spinal atau epidural
HIPERTENSI
anestesi dangkal
pembedahan
infiltrasi adrenalin
traksi viscera
oksitosin, ergometrin
posisi trandelenberg
clamp pemb darah besar
Kondisi pasien
anemia
dehidrasi
penyakit jantung iskemik, gagal
jantung, aritmia
sindrom posisi hipotensi
quadriplegi-TD bervariasi
syok septic
cari kausa
infus cepat cairan IV RL 10
cc/kgBB
naikkan koensentrasi O2
turunkan dosis obat anestesi jika
TD sistol < 80 mmHg (O2 100%)
vasopressor efedrin HCl
Terapi
Penyebab
Anestesi
Terapi
31
malignant hiperpireksia
cari kausa
naikkan kepala
sedasi (petidin, largactil)
monitoring tanda vital
32
ANESTESIOLOGI
ANESTESIOLOGI
Ester
Kokain, Klorprokain,
Benzokain, Prokain, Tetrakain
Amide
Lidokain, Prilokain,
Etidokain, Bupivakain,
Mepivakain, Ropivakain
Anestesi Lokal
Cara
Pemberian
Topical
Regional iv
infiltrasi
ganglion
Blok nerv
pleksus
spinal
Blok Saraf Sentral
epidural
Sacral/
kaudal
Medium Acting
Long acting
Potensi Obat
Prototipe
Gol
Onset
Durasi
SHORT act
MEDIUM act
LONG act
Prokain
Ester
2
30-45
Lidokain
Amida
5
60-90
Bupirokain
Amida
15
2-4jam
33
torakal
lumbal
Short Acting
Potensi
Obat
servikal
Potensi
1
3
15
Toksisitas
1
2
10
Dosis max
12 Mg/KgBB
6 mg/KgBB
2 Mg/KgBB
Metabolisme
Plasma
Liver
Liver
Indikasi anestesi lokal :
1. Operasi emergensi
2. Alergi GA
3. Pasien dengan PPOK
4. Tindakan dimana dengan anestesi lokal akan lebih aman
Indikasi relatif
1. Pasien tak kooperatif
2. Penyakit neurologi akut
3. Laminectomi luas
4. Scoliosis
5. IHD
Komplikasi :
a.
Lokal
1. Abses
2. Hematom
3. Nekrosis
b.
Sistemik
1. Intravasasi
2. Hipersensitif
3. Hiperabsorbsi
4. Over dosis
Manifestasi Klinik Komplikasi Sistemik
a. Urtikaria - anafilaktik syok
b. Menggigil
c. Mual muntah
d. Disartri
e. hipotensi & bradikardi
pada SSP
a. Stimuli
Cortex
:kejang, gelisah
Medula
:hipertensi, takikardi, hiperventilasi
b. Depresi
Cortex
:
lemah, kesadaran turun
Medula
:
hipotensi, bradikardi, hipoventilasi
34
ANESTESIOLOGI
ANESTESIOLOGI
Pencegahan :
1. Dosis minimum
2. Hindari daerah hiperemis
3. Infiltrasi
4. Tes sensitivitas
Lidokain 5% artinya terdapat lidokain 5 g dalam 100 ml pelarut (atau 50 mg/ml)
ANESTESI SPINAL
memasukkan larutan anestesi lokal kedalam ruang subarakhnoid paralisis temporer
syaraf
Lokasi
:
L2 S1
Keuntungan teknik anestesi spinal :
biaya relative murah
perdarahan lebih berkurang
mengurangi respon terhadap stress
kontrol nyeri yang lebih sempurna
menurunkan mortalitas pasca operasi
Indikasi
a. bedah
b. bedah
c. bedah
d. bedah
e. bedah
Kontra indikasi
Absolut
1. kelainan pembekuan darah (koagulopati)
2. infeksi daerah insersi
3. hipovolemia berat
4. penyakit neurologis aktif
5. pasien menolak
relative
2. R. pembedahan utama tulang belakang
3. nyeri punggung
4. aspirin sebelum operasi
35
ANESTESIOLOGI
5. Heparin preoperasi
6. Pasien tidak kooperatif atau emosi tidak stabil
Komplikasi
Akut
hipotensi dikarenakan dilatasi PD max
bradikardi dikarenakan blok terlalu tinggi, berikan SA
2.
Hipoventilasi berikan O2
3.
Mual muntah dikarenakan hipotensi terlalu tajam,
4.
berikan epedril
total spinal obat anestesi naik ke atas, berikan GA
5.
Pasca tindakan
1. nyeri tempat suntikan
2. nyeri punggung
3. nyeri kepala
4. retensi urin dikarenakan sakral terblok, so pasang
kateter
1.
Prosedur
a. Persiapan
1.
2.
3.
b. Posisi pasien
Pasien duduk pada meja operasi, kaki pada atas kursi &
disanggah oleh seorang pembantu, kedua tangan menyilang
dada merangkul bantal. Kepala menunduk, dagu menempel
dada shg scapula bergeser ke lateral
Pasien yang telah tersedasi
36
ANESTESIOLOGI
37
TERAPI CAIRAN
Komposisi Cairan Tubuh
Laki-laki
Perempuan
Bayi
50
75
Intraseluler
Ekstraseluler
- Plasma
- Interstitial
30
20
4
16
40
35
5
30
40
20
4
16
Anion
(mEq/L)
Plasma
Interstitial
Interseluler
Na
142
114
15
150
Ca
2,5
Mg
1,5
27
Total
154
152
194
Cl
103
114
HCO3
27
30
10
HPO4
100
SO4
Asam Organik
Protein
1
5
16
1
5
0
20
0
63
Total
154
152
194
Kebutuhan Cairan
Kebutuhan air pada orang dewasa setiap harinya adalah 30-35 ml/kgBB/24jam
Kebutuhan ini meningkat sebanyak 10-15 % tiap kenaikan suhu 1 C
Kebutuhan elektrolit Na 1-2 meq/kgBB (100meq/hari atau 5,9 gram)
Kebutuhan elektrolit K 1 meq/kgBB (60meq/hari atau 4,5 gram)
Kebutuhan Harian Bayi Dan Anak
Berat badan
Kebutuhan air (perhari)
s/d 10 kg
100 ml/kgBB
11-20 kg
1000 ml + 50 ml/kgBB (untuk tiap kg di atas 10 kg)
> 20 kg
38
ANESTESIOLOGI
Air keluar
39
ANESTESIOLOGI
B. Durante operasi
- Pemeliharaan: 2 ml/kg/jam
- Stress operasi:
operasi ringan : 4 ml/kgBB/jam
operasi sedang: 6 ml/kgBB/jam
operasi berat : 8 ml/kgBB/jam
Jenis pembedahan (menurut MK Sykes)
a.
Pembedahan kecil / ringan
Pembedahan rutin kurang dari 30 menit.
Pemberian anestesi dapat dengan masker.
b.
Pembedahan sedang.
- Pembedahan rutin pada pasien yang sehat.
- Pemberian anestesi dengan pipa endotracheal.
- Lama operasi kurang dari 3 jam.
- Jumlah perdarahan kurang dari 10% EBV
c.
Pembedahan besar.
- Pembedahan yang lebih dari 3 jam.
- Perdarahan lebih dari 10% EBV
- Pembedahan di daerah saraf pusat, laparatomi, paru dan
kardiovaskuler
Perdarahan :
hitung EBV
jika perdarahan
10% EBV
berikan kristaloid substitusi dengan
perbandingan 1 : 2-4ml cairan
10% kedua
berikan koloid 1 : 1 ml cairan
> 20 % EBV berikan darah 1 : 1 ml darah
Contoh :
Pria BB 50 kg
EBV 50 X 70 ml = 3500 ml
maka jika perdarahan 800 ml digantikan dengan
10% pertama (350 ml) kristaloid 700-1400 ml
10% kedua (350 ml) koloid 350 ml
100 ml darah 100 ml
40
ANESTESIOLOGI
ANESTESIOLOGI
2.
Anak
BB 0-10 kg
1000 cc / 24 jam
BB 10-20 kg
1000 cc + 50 cc tiap > 1 kg
BB > 20 kg
1500 cc + 20 cc tiap > 1 kg
Dewasa
50 cc / kgbb/ 24 jam.
b.
Kebutuhan elektrolit anak dan dewasa
+
Na
2-4 mEq / kgbb
+
K
1-2 mEq / kgbb
c.
Kebutuhan kalori basal
Dewasa
BB (kg) x 20-30
41
ANESTESIOLOGI
Pada pasien post op yang tidak puasa, pemberian cairan diberikan berupa cairan
maintenance selama di ruang pulih sadar (RR). Apabila keluhan mual, muntah dan
bising usus sudah ada maka pasien dicoba untuk minum sedikit-sedikit.
Setelah kondisi baik dan cairan peroral adekuat sesuai kebutuhan, maka secara
perlahan pemberian cairan maintenance parenteral dikurangi. Apabila sudah cukup
cairan hanya diberikan lewat oral saja.
Rumus Darrow
BB (kg)
Cairan (ml)
0-3
95
3-10
105
10-15
85
15-25
65
>25
50
Tetesan infus: Mikro: BBx darrow /96
Makro: BB x darrow/24
Melihat tanda-tanda pada pasien disesuaikan dengan prosentase EBV yang hilang:
TANDANYA
Tensi systole
120 mmhg 100 mmhg
< 90 mmhg < 60-70 mmhg
Nadi
80 x/mnt
100 x/mnt
> 120 x/mnt > 140 x/mnt
Perfusi
Hangat
Pucat
Dingin
Basah
Estimasi
Minimal
600 ml
1200 ml
2100 ml
perdarahan
Estimasi infus
Minimal
1-2 liter
2-4 liter
4-8 liter
Melihat tanda klinis dan sesuaikan dengan prosentase defisit.
Tanda
Ringan
Sedang
Defisit
3-5 % dari BB 6-8 % dari BB
Hemodinamik - Tachycardia
- Tachycardia
- Hipotensi
ortostatik
- Nadi lemah
- Vena kolaps
Jaringan
- Mukosa
- Lidah lunak
lidah kering - Keriput
- Turgor
- Turgor menurun
kulit normal
Urine
- Pekat
- Pekat, produksi /
jumlah menurun
SSP
Tak ada
- Apatis
kelainan
42
Berat
10 % dari BB
- Tachycardia.
- Cyanosis.
- Nadi
sulit
diraba
- Akral dingin.
- Atonia, mata
cowong
- Turgor sangat
menurun
- oligouria
-
Sangat
menurun / coma
ANESTESIOLOGI
Problem puasa
a. Pada keadaan normal kehilangan cairan berupa
43
ANESTESIOLOGI
II. KOLOID
Mempunyai partikel besar, yg agak sulit menembus membran semipermeabel/
dinding pembuluh darah. dan tetap berada dalam pembuluh darah, maka sifatnya
hipertonik, dan dapat menarik cairan dari luar pembuluh darah.
Contohnya adalah dextran, albumin dan steroid, HES (Hydroxy Etil Starch)
Berdasar tekanan Onkotik-nya ada 2 mcm :
- Iso-Onkotik
: Co/ Albumin 25%
-
Hiper-Onkotik
: Co/ Albumin 5%
45
ANESTESIOLOGI
46
ANESTESIOLOGI
ANESTESIOLOGI
NaCl
2,25g
Kandungan elektrolit
Na+
77
Cl
77
Setara dengan 840kJ/200kkal
11. D5 NS
Tiap 500ml mengandung
glukosa
27,5g
NaCl
1,125g
Kandungan elektrolit
Na+
38,5
Cl
38,5
Setara dengan 840kJ/200kkal
12. HES 6%
Tiap 500 ml terdiri atas:
HES
30 g
NaCl
3,45 g
NaLaktat
2,24 g
KCl
0,15 g
CaCl
0.11 g
Osmolaritas (mmol/l):
Na+
138
+
K
5
2+
Ca
3
Cl
125
HCO3 (laktat)
20
Osmolaritas berkisar 280 mOsm/l
pH: +6
Catatan: kandungan antar merek dagang dapat berbeda-beda. Namun dalam rentang yang
hampir mirip.
47
ANESTESIOLOGI
TRANSFUSI
Catatan:
1. Dulu diyakini bahwa kadar Hb harus lebih tinggi dari 9 sampai 10 ml/dl
agar tersedia cukup oksigen untuk memenuhi kebutuhan organ vital
(otak,jantung) dalam mencukupi stres. Sekarang sudah dibuktikan, bahwa
Hb 3 sampai 6 g/dl masih dapat mencukupi kebutuhan oksigen jaringan.
Dari percobaan diketahui bahwa Hb 2-3 g/dl atau 6-8% masih mampu
menunjang kehidupan (Singler,1980;Johnson,1991). Batas anemia aman
bagi pasien yang memiliki jantung normal adalah hematokrit 20%. Pasien
yang menderita penyakit jantung koroner memerlukan batas 30%
2. Penggantian volume yang hilang harus didahului karena penurunan 30%
saja sudah dapat menyebabkan kematian. Sebaliknya batas toleransi
kehilangan Hb lebih besar. Kehilangan Hb sampai 50% masih dapat
diatasi. Bagi pasien tanpa penyakit jantung, Hb 8-10 gm/dl masih dapat
memberikan cukup oksigen untuk jaringan dengan baik (asal volume
sirkulasi normal). Karena itu, tidak semua perdarahan harus diganti
transfuse. Terapi diprioritaskan untuk mengembalikan volume sirkulasi
dengan cairan Ringer Laktat atau NaCl 0,9% atau Plasma
Substitute/koloid (Expafusin, Dextran, Hemaccel, Gelafundin) selama Hb
masih 8-10 gm/dl. Cara terapi dengan cairan ini disebut hemodilusi.
Perdarahan sampai volume darah masih dapat diganti saja tanpa transfusi.
3. Pada kehilangan 30-50% volume darah, maka setelah pemberian cairan,
jika Hb < 8-10 gm/dl atau hematrokit < 20-25% maka transfusi diberikan.
4. Sasaran transfusi adalah mengembalikan kadar Hb sampai 8-10 gm/dl
saja. Tidak perlu sampai Hb normal 15 gm/dl lagi.
5. Dari perhitungan kadar Hb, darah satu kantong hanya menaikkan Hb 0,5
gm/dl. Peningkatan sebesar ini juga dapat dicapai dengan pemberian gizi
yang baik dan terapi Fe++. Manfaat kenaikan Hb 0,5 gm/dl tidak
sebanding dengan resiko penularan penyakit.
6. Teknik hemodilusi tidak dapat digunakan pada pasien trauma dan trauma
thorax karena dapat menyebabkan edema otak/paru.
TUJUAN TRANSFUSI
1. Meningkatkan kemampuan darah dalam mengangkut oksigen
2. Memperbaiki volume darah tubuh
3. Memperbaiki kekebalan
4. Memperbaiki masalah pembekuan
INDIKASI
48
ANESTESIOLOGI
49
ANESTESIOLOGI
Diberikan 10 cc/kg satu jam pertama, dilanjutkan 1 cc/kg Bb per jam sampai PPT
dan APTT mencapai nilai 1,5 x nilai kontrol yang normal.
Terapi plasma tidak tepat untuk memperbaiki pasien hipoalbuminemia karena
tidak akan meningkatkan kadar albumin secara nyata
6. Thrombocyte Concentrate = TC
berasal dari 250 cc darah utuh
meningkatkan trombosit 5000/mm3.
Disimpan pada 22oC bertahan 24 jam. Pada suhu 4o-10oC bertahan 6 jam.
Diberikan pada DHF, hemodilusi dengan cairan jumlah besar dan transfusi masif
> 1,5 x volume darah pasien sendiri, yaitu bila dijumpai trombositopenia (50.00080.000/mm3).
Penambahan trombosit tidak dapat dilakukan dengan darah utuh segar sebab
trombosit yang terkandung hanya sedikit.
Trombosit diberikan cukup sampai perdarahan berhenti atau masa perdarahan
(bleeding time) mendekati 2x nilai normal, bukan sampai jumlah trombosit
normal.
7. Larutan Albumin
Terdiri dari 5% dan 25% human albumin
Resiko hepatitis <
Faktor pembekuan (-)
Tujuan : meningkatkan albumin serum pada : Penyakit hepar, Ekspansi volume
darah
8. Cryoprecipitate
Sentrifugasi plasma beku
Konsentrasi tinggi F VIII
Untuk terapi : haemofilia & defisiensi lain
Resiko hepatitis
TRANSFUSI AUTOLOGOUS
darah pasien sendiri diambil pada masa pra-bedah, disimpan untuk digunakan pada waktu
pembedahan yang terencana (efektif). Dengan demikian dapat dipastikan bahwa tidak ada
resiko penularan penyakit sama sekali.
KOMPLIKASI TRANSFUSI DARAH
I. Reaksi imunologi
A. Reaksi Transfusi Hemolitik
Lisis sel darah donor oleh antibodi resipien.
Tanda : menggigil, panas, kemerahan pada muka, bendungan vena leher , nyeri
kepala, nyeri dada, mual, muntah, nafas cepat dan dangkal, takhikardi, hipotensi,
50
ANESTESIOLOGI
ANESTESIOLOGI
52
ANESTESIOLOGI
RUMUS-RUMUS TRANSFUSI
1. WB = 6 X (BB (Kg) X Hb
2. PRC = 4 X (BB (Kg) X Hb
3. albumin = albumin x BB x 0,8
4. koreksi asidosis metabolic
NaHCO3 = BE x 30% x BB
BE = Base Excess = jumlah asam basa yang harus ditambahkan supaya
pH darah meningkat
ESTIMATED BLOOD VOLUME
Blood volume (ml/kgBB)
Bayi prematur
100-110
Bayi aterm
90-100
Anak <10 kg
85
Anak >10 kg
80
Pria dewasa
70
Wanita dewasa
65
Penggantian darah (WB) pada pasien selama operasi dipertimbangkan apabila
- Operasi sedang berlangsung dan telah kehilangan darah
Dewasa > 25% dari EBV
Bayi dan anak > 10% dari EBV
- Anemia berat.
- Kelainan faktor pembekuan.
- Sepsis.
Catatan:
53
TERAPI OKSIGEN
pulmoner
Indikasi medis: untuk gangguan
non-pulmoner
Indikasi:
- hipoksia
- stadium akut penyakit jantung-paru
- selama/sesudah operasi
- pasien tdk sadar
- anemia berat (alat angkut <)
- perdarahan & hipovolemi
- asidosis
Pemberian O2:
- O2 tunggal
- O2 + gas lain (udara) sbg suplemen gas inspirasi atau sumber oksigenasi
Tekanan O2 60 mmHg u/ koreksi hipoksemia arteri hanya sedikit yg dpt
diterima
Tekanan O2 kurang untuk pasien hipoksemia kronis & retensi CO2
- hipotensi
- keracunan sianida
- Hb
- Curah jantung
- Intoksikasi CO
Alat2 yg digunakan:
- manometer
- tangki/tabung isi O2
- flowmeter
- humidifier
- selang
Alat u/ pemberian O2:
- masker O2 (sungkup muka)
- kateter nasal = nares anterior
- double nasal prongs
- kateter nasofaring
- O2 tent
- inkubator
54
ANESTESIOLOGI
Metode pemberian
Kontrol lebih pd konsentrasi O2 inspirasi pd pasien dgn peny. pernafasan
Nasal cannul: flow rate: 4-6 l/menit
u/ periode lama kurang baik mengeringkan mukosa hidung krusta
Masker:
- Open mask: 6 l/menit (50-60% u/ cegah rebreathing)
- Nonrebreathing mask
- masker tertutup, reservoir
- O2: 100% pd os tanpa ET
- Partial rebreathing mask:
- O2: 80%
Oksigen hiperbarik:
Kamar/chamber tekanan tinggi O2 (> 760 mmHg)
O2: 100%
u/: - emboli gas, gas gangrene, keracunan CO
O2 dgn masker:
konsentrasi O2: 60-90%
flow rate: 6-8 l/menit
- flow rate harus tinggi
- bila <6 l/menit CO2 tertumpuk Keracunan CO2
Indikasi pemberian O2 lewat masker:
- Infark miokard
- Edema paru
- Pneumonia masif
- Emboli paru
- Keracunan CO
- Syok
Pemberian O2 lewat hidung double nasal prongs
Konsentrasi O2: 35-50%
Flow rate: 6-8 l/menit
Aman, mudah
Pemberian O2 dgn kateter
Konsentrasi: 35-50%
Flow rate: 4-7 l/menit
BAHAYA TERAPI OKSIGEN
respirasi
- Keracunan
nonrespirasi
- Hipoventilasi:
55
ANESTESIOLOGI
ANESTESIOLOGI
56
ANESTESIOLOGI
aspirasi
intoksikasi
pCO2 tinggi
pO2 rendah
tumor otak
tenggelam
b. perifer
- obat pelumpuh otot
- miastenia gravis
- poliomielitis
-
3.
asistol ventrikel
58
ANESTESIOLOGI
ANESTESIOLOGI
CARDIAC ARREST
Tanda:
1.
kesadaran hilang (dalam 15 detik setelah henti jantung)
2.
tidak teraba denyut nadi/ arteri besar (femoralis & carotis pada
dewasa, brachialis pada bayi)
3.
henti nafas/megap-megap
4.
terlihat seperti mati
5.
warna kulit pucat kelabu
6.
pupil dilatasi (setelah 45 detik)
Sindroma Adam Stokes
Keadaan yang disebabkan oleh blok AV jantung derajat tinggi secara episodik ditandai
oleh bradikardi atau asistol yagn mengakibatkan serangan tidak sadar diri yang mendadak
dengan/tanpa disertai kejang
Tindakan sirkulasi buatan pijat jantung luar
Indikasi RJP : Henti nafas dan atau henti sirkulasi.
Kontra indikasi :
Henti jantung telah berlangsung lama (lebih dari 15 menit
(seperti pada kasus tenggelam ).
Pada penyakit terminal yang tak bisa diobati seperti pada kasus keganasan/
kanker stadium akhir.
Diragukan keefektifannya pada trauma berat dada, kelainan patologis
jantung seperti infark miokard luas, tamponade jantung, trauma toraks
internal, emboli udara/ paru masif, pneumotoraks bilateral/tension.
Langkah-Langkah
A IRWAY
1. Menilai jalan nafas
Look:
o Gerak dada & perut
o Tanda distres nafas
o Warna mukosa, kulit
o Kesadaran
Listen Gerak udara nafas dengan telinga
Feel Gerak udara nafas dengan pipi
Penyebab sumbatan jalan nafas
Paling sering : dasar lidah, palatum mole, darah, benda asing, spasme
laring.
59
ANESTESIOLOGI
- jaw-thrust
3. Bersihkan cairan suction
4. pasang oro/ naso-pharyngeal tube
5. pertimbangkan intubasi
B REATHING
o berikan 2 nafas yang berhasil dada terangkat @ 500-600 ml (maksimal
1000 ml)
o beri sela ekshalasi
60
C IRCULATION
o Lakukan raba nadi carotis
Dua atau satu penolong (tidak dibedakan lagi)
o 30 pijat - 2 nafas
Jika trachea sudah intubasi
o tak usah sinkronisasi
o pijat 100x/ menit + nafas 12 / menit
D EFIBRILLATION
o DC shock sedini mungkin (sebelum 5-10 menit)
o 360 Joules
Jika defibrillation diberikan sebelum 5 menit,
> 50% kemungkinan jantung berdenyut kembali
RJP berhasil
Lanjutkan oksigenasi, kalau perlu nafas buatan
Hipotensi diatasi dengan inotropik dan obat vaso-aktif (adrenalin, dopamin,
dobutamin, ephedrin)
Tetap di infus untuk jalan obat cepat
Terapi aritmia
Koreksi elektrolit, cairan dsb
Awasi di ICU
awas: cardiac arrest sering terulang lagi
ECG dalam cardiac arrest ada 3 pola
(pada semuanya, nadi carotis tidak ada)
VF / VT pulseless = ada gelombang khas
shockable, harus segera DC-shock
(ada VT yang nadi carotis (+) tak perlu DC-shock)
Asystole = tak ada gelombang (ECG flat)
UN-shockable
PEA = EMD = ada gelombang mirip ECG normal
UN-shockable
Bila Cardiac Arrest membandel, kemungkinan:
1. Hipoksia
2. Hipovolemia
61
ANESTESIOLOGI
3. Hiperkalemia
4. Hipotermia
5. Tamponade jantung
6. Tension pneumothorax
7. Thromboemboli paru
8. Toxic overdose
9. Beta-blocker, Ca-blocker
10. Digitalis, Tricyclic AD
11. Massive MI
12. Asidosis
62
ANESTESIOLOGI
ANESTESIOLOGI
63
ANESTESIOLOGI
Rumus tersebut merupakan perkiraan dan harus disediakan pipa 0,5 mm lebih
besar dan lebih kecil. Untuk anak yang lebih kecil biasanya dapat diperkirakan
dengan melihat besarnya jari kelingkingnya.
Pipa orofaring atau nasofaring. mencegah obstruksi jalan nafas karena
jatuhnya lidah dan faring pada pasien yang tidak diintubasi.
Plester memfiksasi pipa endotrakhea setelah tindakan intubasi.
Stilet atau forsep intubasi. (McGill) mengatur kelengkungan pipa endotrakheal
sebagai alat bantu saat insersi pipa. Forsep intubasi digunakan untuk
memanipulasi pipa endotrakheal nasal atau pipa nasogastrik melalui orofaring.
Alat pengisap atau suction.
64
ANESTESIOLOGI
65
ANESTESIOLOGI
66
ANESTESIOLOGI
ASPIRASI
masuknya isi lambung atau cairan lambung ke dalam paru-paru
asam lambung dan makanan (meskipun efeknya tak sehebat efek asam lambung) masuk
ke paru-paru menyebar ke seluruh paru terutama alveoli gangguan pertukaran O2
dan CO2 jatuh ke keadaan hipoksia dan sianosis
Efek proteksi paru-paru batuk disertai laringospasme, berguna untuk mencegah lebih
banyak lagi aspirat yang masuk, namun berakibat juga penyumbatan saluran nafas
Kasus-kasus yang menyebabkan penurunan efek proteksi paru-paru :
1. Pasien dengan gangguan kesadaran oleh narkotika, anestetika, maupn sedativa yang
berlebihan
2. Pasien dengan koma atau kesadaran menurun karena trauma kapitis
3. Pasien dengan gangguan saraf (mis: fraktur vertebra servikalis), penderita sindrom
Guilelenbare (terjadi kelumpuhan otot secara menyeluruh termasuk otot pernafasan)
4. Pasien dengan gangguan pernafasan
5. Pasien dengan distensi abdomen yang sangat hebat (mis: peritonitis)
Derajat kerusakan yang parah ditentukan oleh:
pH aspirat (asam lambung) < 2,5
-
Edema paru
67
ANESTESIOLOGI
Setelah 48 jam terbentuk membran hialin di alveoli paru-paru tampak edema dan
hemoragik
Setelah 72 jam terjadi degenerasi epitel bronkus kerusakan paru yang luas
Pasien sianosis, takikardi, hipotensi berlanjut dengan syok dan tanda-tanda payah
jantung (+)
Gejala cardiac failure (+) :
takikardi
edema paru
takipneu
spasme bronkus
hipotensi
Terapi :
68
ANESTESIOLOGI
1. Bronchial toilet
Pasien dipasangi pipa ET
-
3.
4.
5.
6.
7.
69
ANESTESIOLOGI
SHOCK
Suatu keadaan gangguan perfusi ke jaringan yg menyeluruh sehingga tdk
terpenuhinya kebutuhan metabolisme jaringan ------- Hipoperfusi hipoksia Jaringan
Klasifikasi Etiologik Dan Patofisiologik
1. Hipovolemik : penurunan cairan intravaskuler karena kehilangan darah/plasma
atau cairan/elektrolit
2. Kardiogenik : kegagalan fungsi jantung akibat aritmia, kelainan jantung
3. Obstruktif
: hambatan pengisian ventrikel jantung/penurunan preload
4. Distributif
: gangguan volume distribusi karena perubahan resistensi/
permeabilitas pembuluh darah
Klasifikasi Klinik Syok
Patofisiologi
Manifestasi klinis
RINGAN
Penurunan perfusi perifer pada organ Pasien merasa dingin. Hipotensi postural,
(kehilangan darah yang dapat bertahan lama terhadap
takikardi, kulit pucat dan dingin, vena
<20%)
iskemia (kulit, lemak, otot, tulang)
leher kolaps, urin pekat
SEDANG
Penurunan perfusi sentral pada organ Haus. Hipotensi supinasi, takikardi,
(kehilangan darah yang bertoleransi hanya terhadap
oliguria, anuria.
20-40%)
iskemia singkat (hati, usus, ginjal)
BERAT
Penurunan perfusi jantung dan otak
(kehilangan darah
>40%)
jenis syok
Hipovolemik
Kardiogenik
Distributive
Obstruktive :
- Tamponade
- Emboli Paru
curah jantung/
cardiac output
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Posisi
: telentang, tungkai diangkat 30 derajat
Oksigenasi
: bebaskan jalan napas, O2 5-10 L/menit
Hentikan Perdarahan Eksternal : kompresi
Kateter i.v
: no. 16-20 / tergantung usia
Cairan
: jenis dan kecepatan tergantung dari berat dan
penyebab syok
Koreksi Asidosis Metabolik
Pantau Irama Jantung
kateter urin : untuk hitung produksi urin
Mencari penyebab dan memulai terapi spesifik
ANESTESIOLOGI
- kristaloid
- koloid
- darah
ANESTESIOLOGI
: RL, NaCl
: plasma ekspander, albumin
B. Syok Kardiogenik
Ditujukan u/ memperkuat kontraksi otot jantung yaitu dengan obat inotropik positif
1. Analisa gas darah O2 5-10 L/menit, bila terjadi hiperkapni/asidosis lakukan
intubasi ET
2. Telentang dengan kaki ditinggikan (bila Sistolik <70mmHg). Duduk bila tensi
normal dan edema paru berat.
3. Hipotensi berat (S<70mmHg), edema paru (-), infus kristaloid NaCl/RL. Bila
edema paru D5% jangan diberikan.
4. Sampel darah (Hb, Ht, elektrolit, enzim jantung)
5. EKG 12 lead
6. Kateter urin (cek tiap jam)
7. Pengobatan non-miokardial :
- Asidosis
.pH<7,1 BIC.NAT 0,5-1meq/kgBB iv dalam 5-10 menit
- Aritmia
kardioversi, SA
- Hipovolemia infus bertahap 50-100mL dalam 5-10 menit, amati ada/tidaknya
perbaikan/perburukan
- Tamponade kardiosentesis
8. Bila respon terhadap cairan (-) Dopamin 4-5ug/kgBB/menit
9. Pindah ICU perbaikan edema paru, terapi lanjutan, pengawasan ketat
C. Syok Distributive
Permasalahannya : Tjd pengumpulan Ci intravaskuler pd pembuluh darah tepi
sehingga yg masuk ke jantung kurang akibatnya curah jantung
Pengobatan ditujukan pd pembuluh darah tepi u/ dikonstriksikan dengan obat2an
vasoaktif
D. Syok Obstructive
Pengobatan ditujukan u/ menghilangkan pembuntuan.
Co/ Pericardiocentese pd Tamponade jantung, Menghilangkan tension Pneumothorak
dengan cara Open pneumothorak.
Tanda Keberhasilan pengelolaan berfungsinya organ tubuh secara optimal :
- Kesadaran membaik
- Akral yg hangat
- Respirasi yg cukup (status gas darah baik)
72
ANESTESIOLOGI
Fungsi sal.cerna membaik (tdk kembung, ada peristaltik, absorbsi makanan baik,
tdk ada cairan sisa dlm lambung)
Prod.urin cukup (0,5-1 cc/kgBB/jam)
Kadar as.laktat dlm darah menurun
73
MAC menurun
Anatomi
fungsi otot menurun
-
autoregulasi menurun
refleks menurun
sirkulasi
atherosclerosis
-
hipertermi
resistensi vaskuler
fungsi paru
kalsifikasi fungsi ventilasi menurun
-
compliance menurun
fungsi ginjal
RBF menurun
-
GFR menurun
saluran cerna :
- asam lambung meningkat
- motilitas usus menurun
- aliran darah ke gaster menurun
- pengosongan lambung lama
-
74
ANESTESIOLOGI
75
ANESTESIOLOGI
ANESTESIOLOGI
ANESTESIOLOGI
Ukuran diameter ET
4 + Umur/4 = tube diameter (mm)
Rumus lain: (umur + 2)/2
Ukuran panjang ET
12 + Umur/2 = panjang ET (cm)
MAINTENANCE
Anak < 10 kg Mapleson D circuit low resistance & ringan
Anak < 10 kg peak insp. Pressure 15-18 cm H2O
Anak lebih besar tidal volume 8 10 mL/kg
Pasca operasi
Posisi pasca operasi :
1. Head up : pada pasca operasi daerah abdomen
2. Head down : riwayat prdrhn banyak, hipovolemi
3. Lateral/semiprone : post TE, puasa kurang
Pengelolaan di RR gunakan Steward Score
MANAJEMEN CAIRAN PERIOPERATIF
Defisit cairan diganti harus tepat
o Aturan 4 : 2 : 1 (4 ml/kg/jam utk 10 kg pertama, 2 ml/kg/jam utk 10 kg
kedua dan 1 ml/kg/jam utk sisanya)
o Larutan D5 NS dgn 20 mEq/L NaCl dextrose + elektrolit seimbang
o Larutan D5 NS cocok utk neonatus, krn kemampuan mengatasi Na
terbatas
Blood loss/Kehilangan darah
- EBV = Neonatus prematur (100 mL/kg), neonatus full term
(85-90
mL/kg), infants (80 mL/kg)
- Perdarahan > 10% EBV --- berikan darah (Pilihan :PRC !)
- Hematokrit neonatus (55%), bayi 3 bln (30%), bayi 6 bln (35%)
Maintenance durante operasi
Jaga hemodinamik & oksigenasi yang baik
Agen inhalasi maintenance durante op:
a. Sevoflurane : onset cepat, iritasi kurang
b. Halotan
: bronkodilator, tdk iritasi jalan napas
Pilihan teknik respirasi
a. Neonatus : harus kontrol
b. Bayi
: sebaiknya kontrol
c. Anak pra sekolah : boleh dikontrol maupun di assist
d. Anak sekolah : Boleh spontan/diassist /dikontrol
REGIONAL ANESTESI
77
78
ANESTESIOLOGI
ANESTESIOLOGI
79
PENYAKIT JANTUNG
PENDERITA DIABETES
80
ANESTESIOLOGI
ANESTESIOLOGI
ANESTESIOLOGI
Subarachnoid block stres pada spinal block meningkatkan kadar gula darah
Bila kadar gula darah sangat tinggi, sedangkan harus dilakukan emergency operation :
Turunkan dengan cepat menggunakan insulin IV
1 jam periksa lagi kadar masih tinggi berikan lagi lakukan sampai dicapai
kadar gula darah yang dinginkan pertahankan sampai operasi selesai
Setelah operasi, lakukan cek berkala
Operasi elektif tunda operasi sampai kadar gula darah kita anggap cukup baik
Penderita dengan gangguan faal paru
Gangguan faal paru gangguan pertukaran O2-CO2 hipoksia jaringan hipoksia
serebral
Lakukan pemeriksaan faal paru terlebih dahulu
Persiapkan penderita dengan memberikan latihan batuk/napas agar saat pemeriksaan
postoperasi, penderita bisa bernapas dengan baik
Saat operasi berikan O2 100%
82