Anda di halaman 1dari 10

0

Like

Kisah Hidup
Spartacus, Pemimpin
Pemberontakan
Gladiator
dari Farid Aulia Tanjung , 05 September 2014

Spartacus sepertinya lebih sering dikenal


sebagai karakter fiksi populer, seperti
judul filmnya. Ia sebenarnya merupakan
sosok nyata yang hidup di zaman
Romawi kuno serta menginspirasi
banyak sosok revolusioner dan pembuat
film. Hanya saja, tidak banyak catatan
sejarah yang menampilkan informasi
tentang Spartacus. Kisah hidupnya
masih terus diteliti hingga kini.
Spartacus merupakan gladiator dari
Trakia yang memimpin pemberontakan
budak melawan puluhan ribu pasukan
Romawi. Ia berkali-kali mengalahkan
pasukan Romawi, membawa
pasukannya menuju semenanjung Italia,
hingga akhirnya terbunuh saat perang di
bulan April tahun 71 masehi.

Membentuk Pasukan Di
Vesuvius

Menurut sumber sejarah, Spartacus


berasal dari Trakia, wilayah bagian
tenggara Eropa yang ingin ditaklukkan
pasukan Romawi. Spartacus sempat
bergabung dengan pasukan Romawi
selama beberapa waktu. Meskipun
begitu, ia akhirnya melawan pasukan
Romawi dan akhirnya ditangkap.
Spartacus dibawa ke Roma dan dijual
kepada orang yang juga dikenal bernama
Vatia.
Vatia merupakan pemilik sekolah
gladiator di Capua, sekitar 190km-an
dari tenggara Roma. Spartacus sempat
berada di sekolah tersebut dan
mengatur pelarian lebih dari 70
gladiator. Salah satu orang yang
diloloskan oleh Spartacus adalah istrinya,
wanita asal Trakia yang namanya belum
terlacak berdasarkan catatan sejarah.
Spartacus bersama gerombolannya
kabur menuju gunung Vesuvius. Pada
pelariannya, Spartacus serta temannya
Crixus dan Oenomaus berhenti pada
salah satu desa di Vesuvius dan
merekrut pasukan di desa tersebut.
Pemerintahan Romawi awalnya tidak
merespon perkembangan pasukan

Spartacus. Saat itu, pasukan Romawi


tengah menghadapi peperangan di
wilayah Spanyol, selatan Eropa, dan
Kreta. Kelompok Spartacus dianggap
tidak memberi ancaman serius bagi
pemerintahan Romawi.
Namun pemerintahan Romawi akhirnya
merasa terancam. Mereka mengutus
Gaius Claudius Glaber untuk
membentuk pasukan yang akan
menghancurkan Spartacus. Glaber dan
pasukannya memutuskan tidak
menyerang Spartacus. Mereka
menghambat jalur utama menuju
Vesuvius, mendirikan kemah, dan
berusaha membuat pasukan Spartacus
kelaparan.
Upaya ini membuat Spartacus
mengambil inisiatif. Bersama
pasukannya, ia menjalin tali dan
tanaman liar sehingga mereka dapat
turun gunung untuk mencari jalur yang
tidak dijaga pasukan Romawi.
Pasukan Romawi yang masih berjaga di
perkemahan tidak melihat pasukan
Spartacus datang. Pasukan Spartacus
akhirnya turun dari gunung, bergerak
menuju perkemahan pasukan Romawi,
dan melancarkan serangan kejutan.
Mereka sukses mengusir pasukan
Romawi dan menguasai perkemahan
tersebut. Kesuksesan ini membuat
banyak orang tertarik bergabung dengan
Spartacus.

Mengalahkan Pasukan
Romawi

Spartacus melanjutkan perjalanan dan


mengalahkan pasukan Romawi dalam
perjalanannya. Ia membebaskan budak
di wilayah taklukannya dan
mengumpulkan kebutuhan pasukannya.
Di Roma, para senat mengkhawatirkan
perkembangan pasukan Spartacus dan
mengirim beberapa rombongan tentara
yang dipimpin Lucius Gellius Publicola
dan Gnaues Cornelius Lentulus
Clodianus. Setiap rombongan terdiri dari
10.000 pasukan.
Meski begitu, pengikut Spartacus terus
bertambah dan berhasil mengumpulkan
40.000 pasukan. Beberapa dari mereka
berjaga-jaga di wilayah selatan Italia
dibawah pimpinan Crixus, sementara
sisanya mengikuti Spartacus menuju
pegunungan Alpen.
Pasukan Romawi mengatur strategi
menghadapi Spartacus. Rombongan
dibawah pimpinan Gellius menangkap
Crixus, sekaligus membunuhnya di
depan para pasukan. Gellius
melanjutkan perjalanan menyusul

Spartacus dari selatan, sementara


Lentulus telah lebih dulu melanjutkan
perjalanannya menangkap Spartacus.
Pasukan pemberontak Spartacus
akhirnya terperangkap oleh dua
rombongan pasukan yang dilengkapi
persenjataan yang lebih lengkap.
Akan tetapi, pasukan Romawi tidak
menyadari bahwa Spartacus telah
melatih pasukan selama berbulan-bulan.
Bersama pasukannya, Spartacus
berperang melawan pasukan Lentulus
dan berhasil mengalahkannya. Ia
menangkap pasukan Lentulus dan
merampas semua
pasokannya. Sementara itu, pasukan
Gellius terpecah. Ada yang tertangkap,
ada juga yang melarikan diri.
Kemenangan Spartacus membuat
mereka berhasil melewati hadangan
pasukan Romawi dan tiba di wilayah
pegunungan Alpen.
Setelah melewati hadangan pasukan
Romawi, Spartacus dan rombongan
singgah di pegunungan Alpen. Mereka
bisa saja perjalanan menuju wilayah
Gaul, Trakia, dan wilayah lainnya yang
tidak dikuasai Romawi. Akan tetapi,
karena belum adanya catatan sejarah
yang menjelaskan, Spartacus ternyata
tidak melanjutkan perjalanan ke wilayah
tersebut dan malah kembali ke Italia.
Spartacus akhirnya membawa
pasukannya menuju ke selatan, kembali

ke Italia dan tiba di selat Messina. Ia


berharap mampu tiba di Sicilia, pulau
subur dimana terdapat banyak buruh
yang menanti untuk dibebaskan.

Kekalahan dan Akhir


Pemberontakan Spartacus

Selat Messina hanya memiliki lebar


sekitar 3 km, namun Spartacus dan
pasukannya mempunyai beberapa
masalah. Ia tiba disaat musim dingin di
tahun 71 masehi, dimana udara akan
menjadi sangat dingin. Tentu saja kondisi
ini dapat menyulitkan untuk menuju
Messina. Apalagi gubernur wilayah
Sicilia juga telah membentengi beberapa
wilayahnya dari penyusup atau
pemberontak.
Spartacus akhirnya bekerjasama dengan
rombongan perompak Sicilia yang sering
mengelilingi area disekitar selat Messina.
Ia mengadakan kerjasama agar dapat
melewati selat tersebut tanpa
tertangkap pasukan Romawi. Akan
tetapi, para perompak ternyata punya
rencana lain. Perompak ini menerima
perjanjian dengan Spartacus, tapi malah
menipunya dan melarikan diri. Tidak

diketahui alasan dari para perompak


melarikan diri, akan tetapi sepertinya
mereka tidak ingin terlibat keributan
dengan pasukan Romawi.
Spartacus mengabaikan para perompak
dan mencoba merakit perahu sendiri. Ia
mencoba melewati selat tersebut, namun
berkali-kali gagal. Akhirnya Spartacus
tak punya pilihan selain membawa
pasukan menuju utara untuk
menghadapi rombongan pasukan
Romawi yang jauh lebih besar dan ganas
dibanding sebelumnya.
Marcus Licinius, pimpinan baru pasukan
Romawi yang mengejar Spartacus,
sedang bergerak menuju selat Messina.
Ia merupakan orang kaya yang mampu
membentuk pasukan hanya dengan
menggunakan uangnya sendiri. Selain
kaya, Licinius sangat bengis. Ia juga
menerapkan aturan dimana setiap unit
pasukan yang melarikan diri dari musuh
akan dibunuh bersama-sama atau
dilempari batu sampai tewas.
Dibawah pimpinan Crassus, pasukan
Romawi mulai bergerak menaklukkan
Spartacus. Akan tetapi, ketimbang
melakukan perang terbuka kepada
pasukan Spartacus, ia memilih
membangun benteng dikelilingi parit
pertahanan yang dalam. Cara ini dapat
mengepung pasukan Spartacus agar
tidak kemana-mana.
Spartacus merasakan situasi ini dan

menawarkan perjanjian damai yang


langsung ditolak oleh Crassus. Spartacus
perlahan berusaha menembus benteng
Crassus dengan menumpuk manusia
pada parit pertahanan dan mengarahkan
pasukan berkuda melewati tumpukan
manusia tersebut.
Upaya melepaskan diri dari jebakan
Crassus ternyata harus dibayar mahal.
Spartacus kehilangan ribuan prajurit dan
menghadapi perpecahan di dalam
pasukannya. Pasukan yang dipimpin
Castus dan Gannicus, yang kebanyakan
merupakan penduduk Celtic dan
German, memilih lepas dari Spartacus
dan membentuk pasukannya sendiri.
Meski gagal menghadang pasukan
Spartacus, Crassus bersama pasukannya
belum menyerah. Memasuki musim
semi, ia berhasil menangkap pasukan
pecahan Spartacus yang dipimpin oleh
Castus dan Gannicus. Kejadian ini
menurunkan semangat pasukan
Spartacus untuk melarikan diri dari
Italia.
Spartacus bersama pasukannya tengah
kebingungan Berjumlah sekitar 30.000
pasukan, mereka sebenarnya mampu
melewati penjagaan perbatasan dan
melarikan diri dari Italia. Akan tetapi,
mereka memutuskan jalur yang
berbeda. Pasukan Spartacus
memutuskan berbalik arah ke wilayah
sebelumnya dan menyerang Crassus.

Pertempuran akhirnya berlangsung


antara pasukan pemberontak Spartacus
dan pasukan Romawi yang dipimpin
Crassus pada 71 masehi. Spartacus
menggunakan pasukan berkuda untuk
mengalahkan pemanah Crassus. Ia
merencanakan pelemparan proyektil
sembari Spartacus membawa
pasukannya langsung menyerang
Crassus.
Crassus membangun parit pertahanan
untuk menghambat pasukan berkuda
Spartacus. Pasukan Spartacus
mengetahui hal ini dan panik. Mereka
menyerang para pekerja parit
pertahanan hingga akhirnya membuat
peperangan berlangsung sebelum
waktunya. Sayangnya perang tak
berlangsung dengan mulus.
Rencana Spartacus tak berjalan seperti
yang diharapkan. Pasukan berkuda
ternyata tidak mampu menyerang
pelempar proyektil dan pemanah dari
Crassus. Spartacus mengacuhkan hal ini
dan langsung memimpin pasukan untuk
membunuh Crassus. Sayangnya upaya
ini sia-sia. Upaya mereka berakhir
dengan penangkapan dan pasukan
penyerang tersebut akhirnya tertangkap
terbunuh pasukan Crassus.
Meski Spartacus gagal mengalahkan
Crassus serta anggota pasukannya
tertangkap dan terbunuh, jasad
Spartacus sendiri belum ditemukan.

Beberapa peneliti sejarah menduga


jasadnya tergabung dengan jasad
prajurit lainnya dan menjadi sulit
dibedakan.
Nama Spartacus sendiri menjadi lebih
dikenang dibanding sosok lain yang
mampu mengalahkan atau lebih
berkuasa darinya. Pada akhirnya,
Spartacus memang gagal
menghancurkan tirani Romawi, tapi
perjuangannya menjadi inspirasi bagi
generasi berikutnya untuk
mempertahankan semangat melawan
tirani.

Anda mungkin juga menyukai