Anda di halaman 1dari 10

Efek Samping Obat Antidepresi

I.

Pendahuluan
Depresi adalah gangguan di mana keadaan murung setelah 2-3 minggu masih juga
bertahan atau bahkan memburuk.
Gejala utama (pada derajat ringan, sedang, dan berat) :

Afek depresif
Kehilangan minat dan kegembiraan, dan
Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah (rasa lelah yang
nyata sesudah kerja sedikit saja) dan menurunnya aktivitas.
Gejala lainnya :

Konsentrasi dan perhatian berkurang;


Harga diri dan kepercayaan diri berkurang;
Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna;
Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis;
Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri;
Tidur terganggu;
Nafsu makan berkurang.
Untuk episode depresif dari ketiga tingkat keparahan tersebut diperlukan masa
sekurang-kurangnya 2 minggu untuk penegakan diagnosis, akan tetapi periode lebih
pendek dapat dibenarkan jika gejala luar biasa beratnya dan berlangsung cepat.
Teori monoamin menyatakan bahwa depresi diakibatkan oleh terganggunya
keseimbangan antara neurotransmitter didalam otak. Khsusunya akibat terutama
kekurangan serotonin (dan atau noradrenalin) di saraf-saraf otak.
Obat antidepresiva atau obat antimurung adalah obat yang mampu memperbaiki
suasana jiwa (mood) dengan menghilangkan atau meringankan gejala keadaan murung.
Obat-obat antidepresi dibagi menjadi empat golongan yaitu obat antidepresi
trisiklik, tetrasiklik, Selective Serotonin Reuptake Inhibitor (SSRI), dan Monoamin
Oxydase Inhibitor (MAOI).
Adapun efek samping dari obat-obat antidepresi ini dapat berupa:

Sedasi (rasa mengantuk, kewaspadaan berkurang, kinerja psikomotor menurun,


kemampuan kognitif menurun)

Efek antikolinergik (mulut kering, retensi urin, penglihatan kabur, konstipasi, sinus
takikardia)

Efek anti-adrenergik alfa (perubahan EKG, hipotensi)

Efek neurotoksis (tremor halus, gelisah, agitasi, insomnia)


Untuk mengatasi keadaan tersebut dapat dilakukan:

Mulut kering dapat diatasi dengan meminta pasien mengunyah permen karet tanpa gula
atau permen tanpa gula, memakai larutan pilocarpine 1 persen, suatu agonis kolinergik,
sebagai larutan pencuci mulut tiga kali sehari, tablet bethanechol, suatu agonis kolinergik
lainnya, 10 sampai 30 mg, sekali atau dua kali sehari.

Pandangan kabur dapat diatasi dengan tetes mata kolinimimetik, suatu larutan
pilocarpine 1 persen sebagai obat tetes mata.

Retensi urin dapat diatasi dengan bethanechol

Konstipasi dapat diatasi dengan laksatif pembentuk massa

Hipotensi ortostatik dapat diatasi dengan memilihkan obat dengan aktivitas adrenergik1 yang rendah. Atau memberikan instruksi kepada pasien untuk bangkit perlahan-lahan
dan duduk segera jika mengalami rasa pusing.

II.

Monitoring EKG untuk deteksi kelainan jantung.


Penggolongan obat-obat antidepresi

a. Antidepresan trisiklik (Tricyclic Antidepressants; TCA):


Antidepresan trisiklik disebut demikian karena memiliki karakteristik nukleus dengan
tiga-cincin. Yang termasuk golongan ini antara lain amitriptyline, imipramine,
clomipramine, tianeptine, opipramol.
b. Tetrasiklik; obat-obat generasi kedua dan ketiga:
Yang termasuk golongan ini antara lain maprotiline, mianserin, amoxapine
c.

Inhibitor ambilan kembali serotonin selektif (Selective Serotonin Reuptake Inhibitor,


SSRI):
Yang termasuk golongan ini antara lain sertraline, paroxetine, fluvoxamine, fluoxetine,
citalopram.

d. Inhibitor oksidase monoamine (Monoamine Oxydase [MAO] Inhibitor)

Yang termasuk golongan ini antara lain maclobemide, tranylcypromine.


III.

Kerja farmakologis
Farmakokinetik
a. Trisiklik dan tetrasiklik:
Absorpsi dari pemberian sebagian besar obat trisiklik dan tetrasiklik adalah tidak
lengkap, dan terdapat metabolisme bermakna dari efek lintas pertama. Trisiklik
dimetabolisme melalui dua jalur utama: transformasi nukleus trisiklik dan perubahan
rantai cabang alifatik. Jalur pertama melibatkan hidroksilasi dan konjugasi cincin untuk
membentuk glucuronide; jalur kedua, terutama dimetilasi nitrogen. Imipramine pamoate
adalah suatu obat dalam bentuk depot yang digunakan untuk pemberian intramuskular
(IM); indikasi untuk pemakaian preparat tersebut adalah terbatas. Ikatan protein biasanya
lebih dari 75 persen, kelarutan dalam lemak adalah tinggi, dan volume distribusi
terentang dari 10 sampai 30 L per kg untuk amin tersier sampai 20 sampai 60 L per kg
untuk amin sekunder yang bersangkutan. Waktu paruh obat trisiklik dan tetrasiklik adalah
bervariasi dari 10 sampai 70 jam, tetapi nortriptyline, maprotiline, dan terutama
protriptyline dapat memiliki waktu paruh yang lebih panjang. Waktu paruh yang panjang
memungkinkan semua senyawa diberikan sekali sehari; diperlukan waktu lima sampai
tujuh hari untuk mencapai kadar plasma yang stabil.
b. SSRI:
Perbedaan utama antara SSRI yang tersedia terletak terutama pada sifat
farmakokinetiknya, terutama waktu paruhnya. Fluoxetine memiliki waktu paruh yang
terpanjang, dua sampai tiga hari; metabolit aktifnya memiliki waktu paruh tujuh sampai
sembilan hari. Waktu paruh SSRI lain adalah jauh lebih pendek, kira-kira 20 jam, dan
SSRI tersebut tidak memiliki metabolit aktif yang penting. Semua SSRI diabsorpsi baik
setelah pemberian oral dan memiliki efek puncaknya dalam rentang empat sampai
delapan jam. Semua SSRI dimetabolisme oleh hati. Paroxetine dan fluoxetine
dimetabolisme di hati oleh P450IID6, suatu subtipe enzim yang spesifik, yang menyatakan
bahwa klinisi harus berhati-hati dalam pemberian bersama obat lain yang juga
dimetabolisme oleh P450IID6. Pada umumnya, makanan tidak memiliki efek yang besar
pada absorpsi SSRI; pada kenyataannya, pemberian SSRI dengan makanan sering

menurunkan insidensi gejala mual dan diare yang sering berhubungan dengan pemakaian
SSRI.
c.

MAOI:
MAOI yang sekarang tersedia diabsorpsi cepat jika diberikan peroral. Tranylcypromine
mencapai konsentrasi plasma puncak dalam kira-kira dua jam dan memiliki waktu paruh
dua sampai tiga jam. Tidak seperti MAOI hydrazine, konsentrasi plasma tranylcypromine
adalah disertai dengan efek hipotensinya. Dengan demikian, klinisi dapat memberikan
tranylcypromine dalam sejumlah dosis kecil harian untuk menurunkan efek hipotensif.
Pendekatan pemberian tersebut tidak menurunkan efek hipotensif dari MAOI hydrazine.
Farmakodinamik

a. Trisiklik dan tetrasiklik:


Efek jangka pendek obat trisiklik dan tetrasiklik adalah untuk menurunkan ambilan
kembali norepinefrin dan serotonin dan menghambat reseptor asetilkolin muskarinik dan
histamin. Trisiklik dan tetrasiklik adalah bervariasi dalam hal efek farmakodinamiknya.
Amoxapine, nortriptyline, desipramine, dan maprotiline memiliki aktivitas antikolinergik
yang paling kecil; doxepine memiliki aktivitas antihistaminergik yang paling besar;
clomipramine adalah trisiklik dan tetrasiklik yang paling selektif serotonin dan seringkali
dimasukkan dengan inhibitor ambilan kembali spesifik serotonin (SSRI) seperti
fluoxetine (Prozac).
Pemberian jangka panjang obat risiklik dan tetrasiklik menyebabkan penurunan jumlah
reseptor adrenergik- dan, kemungkinan, penurunan yang serupaa dalam jumlah reseptor
serotonin tipe 2 (5-HT2).
b. SSRI:
SSRI memiliki dua ciri yang sama: Pertama, mereka memiliki aktivitas spesifik dalam
hal inhibisi ambilan kembali serotonin tanpa efek pada ambilan kembali norepinefrin dan
dopamin. Kedua, SSRI pada intinya tidak memiliki sama sekali aktivitas agonis dan
antagonis pada tiap reseptor neurotransmiter. Tidak adanya aktivitas pada reseptor
antikolinergik, antihistaminergik, dan anti-adrenergik-1 adalah dasar farmakologis untuk
rendahnya insidensi efek samping yang terlihat pada pemberian SSRI.
c.

MAOI:

Monoamin oksidase (MAO) adalah enzim yang terdistribusi luas dalam tubuh dan
berlokasi terutama intraselular, dimana enzim biasanya berikatan dengan sisi luar
membran mitokondrium. Konsentrasi MAO paling tinggi adalah di hati, saluran
gastrointestinal, sistem saraf pusat, dan sistem saraf simpatik. MAOA dalam saluran
gastrointestinal adalah bertanggung jawab untuk metabolisme tyramine diet; jika MAOA
diinhibisi oleh MAOI, tyramine makanan dapat memasuki sirkulasi secara langsung
dalam bentuk tidak termetabolisme dan selanjutnya dapat bertindak sebagai presor, yang
menyebabkan suatu krisis hipertensif.
MAO memiliki dua jenis. MAOA relatif lebih spesifik untuk metabolisme norepinefrin
dan serotonin; MAOB relatif spesifik untuk metabolisme phenylethylamine; baik MAOA
maupun MAOB terlibat dalam metabolisme dopamin. Jika digunakan MAOI ireversibel
untuk mengobati pasien, diperlukan waktu sekurangnya dua minggu setelah dosis obat
terakhir sebelum pasien dapat dengan aman memakan makanan yang mengandung
tyramine, karena tubuh memerlukan kira-kira dua minggu untuk mensintesis ulang MAO
yang telah diinhibisi secara ireversibel dan dihancurkan oleh MAOI yang ireversibel.
IV.

Efek samping obat antidepresi


Efek samping obat antidepresi dapat berupa:
Trisiklik
Sedasi

Rasa mengantuk, efek aditif dengan sedatif

Simpatomimetik
Antimuskarinik

lain
Gemetar, insomnia
Penglihatan kabur, konstipasi, susah buang

Kardiovaskular
Psikiatris

air kecil, kebingungan


Hipotensi ortostatik, defek konduksi, aritmia
Psikosis semakin memburuk, sindroma

Neurologis
Metabolik-endokrin

menarik diri
Seizure
Berat badan meningkat, gangguan seksual

MAOI

Gangguan tidur, berat badan meningkat,


hipotensi postural, gangguan seksual

Amoxapine

(pheneizine)
Sama seperti efek pada trisiklik dengan
tambahan dari efek yang dihubungkan

Maprotiline

dengan antipsikosis
Sama seperti pada trisiklik, seizure

Mirtazapine

tergantung dosis
Somnolen, selera makan meningkat, berat

Trazadone, nefazodone
Venlafaxine

badan bertambah, pusing


Mengantuk, pusing, insomnia, mual, agitasi
Mual, somnolen, berkeringat, pusing,

Bupropion

gangguan seksual, hipertensi, kecemasan


Pusing, mulut kering, berkeringat, tremor,
psikosis semakin memburuk, berpotensi

Fluoxetine dan SRI yang lain

terjadi seizure pada dosis tinggi


Insomnia, tremor, gejala gastrointestinal,
ruam, penurunan libido, disfungsi seksual,
kecemasan (secara akut)

a. Trisiklik dan tetrasiklik


Efek psikiatrik: suatu efek merugikan yang utama dari obat trisiklik dan tetrasiklik dan
antidepresan lainnya adalah kemungkinan menginduksi episode manik pada pasien
gangguan bipolar I dan pada pasien tanpa riwayat gangguan bipolar I. Adalah penting
untuk menggunakan dosis rendah obat risiklik dan tetrasiklk pada pasien tersebut atau
menggunakan obat seperti fluoxetine (Prozac) atau berupa bupropion (Willbutrin), yang
lebih kecil kemungkinannya menyebabkan episode manik.
Efek neurologis: dua trisiklik, desipramine dan protriptyline, dikaitkan dengan stimulasi
psikomotor. Kedutan mioklonik dan tremor lidah dan anggota gerak atas adalah sering
terjadi. Amoxapine adalah unik dalam hal menyebabkan gejala parkinsonisme, akathisia,
dan malahan diskinesia karena aktivitas penghambatan dopaminergik yang dimiliki oleh
salah satu metabolitnya. Amoxapine juga dapat menyebabkan sindroma neuroleptik
malignan pada kasus yang jarang. Maprotiline dapat menyebabkan kejang jika dosis
ditingkatkan terlalu cepat atau dipertahankan pada kadar yang tinggi untuk jangka waktu
yang lama. Clomipramine dan amoxapine dapat menurunkan ambang kejang lebih dari
obat lain dalam kelasnya. Tetapi, sebagai satu kelas, obat trisiklik dan tetrasiklik memiliki
risiko relatif rendah untuk menimbulkan kejang, kecuali pada pasien yang memiliki risiko
untuk kejang (sebagai contohnya, pasien epileptik dan pasien dengan lesi otak). Dosis
awal harus lebih rendah dari biasanya, dan peningkatan dosis selanjutnya harus bertahap.

Efek antikolinergik: dapat berupa mulut kering, konstipasi, pandangan kabur, dan
retensi urin. Glaukoma sudut sempit juga dapat diperberat oleh obat antikolinergik, dan
pencetusan glaukoma memerlukan terapi gawat darurat dengan obat miotik. Obat trisiklik
dan tetrasiklik dapat digunakan pada pasien dengan glaukoma, asalkan tetes mata
pilocarpine diberikan bersama-sama. Efek antikolinergik yang berat dapat menyebabkan
sindroma antikolinergik sistem saraf pusat dengan konfusi dan delirium, khususnya jika
obat trisiklik dan tetrasiklik diberikan dengan obat antipsikotik atau antikolinergik.
Sedasi: merupakan efek yang paling sering ditemukan pada obat trisiklik dan tetrasiklik
dan dapat diperkirakan jika mengantuk telah menjadi masalah. Efek sedatif dari obat
trisiklik dan tetrasiklik adalah akibat dari aktivitas serotonergik, kolinergik dan
histaminergik (H1).
Efek autonomik: diakibatkan penghambatan adrenergik-1, adalah hipotensi ortostatik,
yang dapat menyebabkan terjatuh dan cedera pada pasien yang terkena. Nortriptyline
mungkin merupakan obat yang paling kecil kemungkinannya menyebabkan masalah
tersebut, dan beberapa pasien berespon terhadap fluorocotisone (Florinef), 0,02 sampai
0,05 mg dua kali sehari. Efek autonomik lain yang mungkin terjadi adalah keringat
berlebihan, palpitasi, dan peningkatan tekanan darah.
Efek jantung: jika diberikan dalam dosis terapetik yang lazimnya, obat trisiklik dan
tetrasiklik dapat menyebabkan takikardia, pendataran gelombang T, perpanjangan
interval QT, dan depresi segmen ST dalam pencatatan elektrokardiografik (EKG).
Imipramine memiliki efek mirip quinidine pada kadar terapetik plasma dan dapat
menurunkan jumlah kontraksi prematur ventrikular. Pada pasien dengan riwayat penyakit
jantung, obat trisiklik dan tetrasiklik harus dimulai dengan dosis kecil, dengan
peningkatan dosis secara bertahap dan memantau fungsi jantung.
Efek merugikan lain: penambahan berat badan terutama suatu efek penghambatan
reseptor histamin tipe 2 (H2), sering terjadi. Impotensi suatu masalah yang kadangkadang ditemukan kemungkinan lebih sering berhubungan dengan amoxapine karena
penghambatan reseptor dopamin yang disebabkan oleh obat dalam traktus
tuberoinfundibular.
b. SSRI:

Fluoxetine: efek merugikan yang paling sering dari fluoxetine melibatkan sistem saraf
pusat dan sistem gastrointestinal. Efek sistem saraf pusta yang paling sering adalah nyeri
kepala, ketegangan, insomnia, mengantuk, dan kecemasan. Keluhan gastrointestinal yang
paling sering adalah mual, diare, anoreksia, dan dispepsia. Data menyatakan bahwa mual
adalah berhubungan dengan dosis dan merupakan suatu efek merugikan di mana pasien
tampaknya mengembangkan toleransi. Efek yang lainnya melibatkan fungsi seksual dan
kulit. Fluoxetine dieksresi dalam air susu; dengan demikian, ibu menyusui tidak boleh
menggunakan fluoxetine. Fluoxetine juga harus digunakan dengan berhati-hati oleh
pasien dengan penyakit hati.
SSRI lain: efek merugikan yang ditemukan pada SSRI lainnya serupa dengan yang
ditemukan pada fluoxetine.

c.

MAOI
Efek merugikan yang paling sering dari MAOI adalah hipotensi ortostatik, penambahan
berat badan, edema, disfungsi seksual, dan insomnia. Jika hipotensi ortostatik
berhubungan dengan pemakaian phenelzine atau isocarboxazid adalah parah, keadaan ini
mungkin berespon terhadap terapi dengan fludrocortisone (florinef), suatu
mineralokortikosteroid 0,1 sampai 0,2 mg sehari; kaus kaki elastik (support stocking);
hidrasi; dan peningkatan asupan garam. Hipotensi ortostatik yang berhubungan dengan
pemakaian tranylcypromine, adalah suatu krisis hipertensif spontan yang terjadi setelah
pemaparan pertama dengan obat dan tidak berhubungan dengan ingesti tyramine.
Penambahan berat badan, edema, dan disfungsi seksual seringkali tidak responsif
terhadap terapi apapun dan mungkin mengharuskan mengganti dari hydralazine menjadi
MAOI nonhydralazine atau sebaliknya. Mioklonus, nyeri otot, dan parathesia kadangkadang ditemukan pada pasien yang diobati dengan MAOI. Parathesia mungkin sekunder
karena defisiensi pyrodoxine akibat MAOI, yang berespon dengan suplementasi
pyrodoxine, 50 sampai 150 mg peroral setiap hari. Kadang-kadang, pasien mengeluh
merasa mabuk atau kebingungan, kemungkinan menyatakan bahwa dosis harus
diturunkan dan selanjutnya ditingkatkan perlahan-lahan. Efek hepatotoksik jarang
dilaporkan. MAOI kurang kardiotoksik dan kurang epileptogenik jika dibandingkan obat

trisiklik yang digunakan untuk mengobati depresi. MAOI harus digunakan dengan
berhati-hati oleh pasien dengan penyakit ginjal, gangguan kejang, penyakit
kardiovaskular, atau hipertiroidisme. MAOI dikontraindikasikan selama kehamilan,
walaupun data tentang risiko teratogeniknya adalah minimal. MAOI tidak boleh
digunakan oleh wanita menyusui karena obat dapat keluar melalui air susu.
Krisis Hipertensif akibat Tyramine: jika pasien yang menggunakan MAOI nonselektif
mengingesti makanan yang kaya akan tyramine, mereka kemungkinan mengalami reaksi
hipertensif yang dapat membahayakn (sebagai contohnya, suatu penyakit
serebrovaskular). Pasien juga harus diperingatkan bahwa gigitan lebah dapat
menyebabkan krisis hipertensif.
V.

Kesimpulan
Sindrom depresi disebabkan oleh defisiensi relatif salah satu atau beberapa aminergik
neurotransmitter (noreadrenaline, serotonin, dopamine) pada sinaps neuron di susunan
saraf pusat (khususnya pada sistem limbik).
Mekanisme obat antidepresi adalah menghambat re-uptake aminergik neurotransmitter
dan menghambat penghancuran oleh enzim monoamine oxidase sehingga terjadi
peningkatan jumlah aminergic neurotransmitter pada sinaps neuron di susunan saraf
pusat.
Efek samping obat antidepresi dapat berupa sedasi, efek kolinergik, efek anti-adrenergik
alfa dan efek neurotoksis.

DAFTAR PUSTAKA
1.

Kaplan H I, Sadock B J, Grebb J A. Terapi biologis. Dalam: S Wiguna I M, editor.


Kaplan dan sadock sinopsis psikiatri. Edisi 7. Jilid 2. Jakarta: Binarupa aksara; 1997. hal
594, 601, 622.

2.

Hall A. Antidepresi. Dalam : Guze B, Richeimer S, Siegel D J, editor. Buku Saku


Psikiatri. Jakarta: EGC; 2002. hal. 400.

3.

Fauci Anthony S, Lane H Clifford. Gangguan mental. In : Braunwald Eugene, Fauci


Anthony S, Kasper Dennis L, Hauser Stephen L, Longo Dan L, Jameson J Larry, editors.
Harrison prinsip-prinsip ilmu penyakit dalam. Edisi 13. Volume 5. United States: The
McGraw-Hill Companies; 2001. hal. 2646.

4.
5.
6.
7.

Santoso S O, Wiria M S S. Psikotropik. Dalam: Ganiswarna S G, Setiabudy R, Suyatna


F D, Purwantyastuti, Nafraidi, editor. Farmakologi dan terapi. Edisi 4. Jakarta: Bagian
farmakologi FKUI; 2001. hal 157-160.
Potter W Z, Hollister L E. Agen-agen antidepresi. Farmakologi dasar dan klinik. Edisi 8.
Jakarta: Salemba Medik; 2002. hal. 268-290.
Maslim R. Obat antidepresi. Panduan praktis penggunaan klinis obat psikotropik. Edisi
3. Jakarta. 2001. hal. 23.
Tjay T H, Rahardja K. Antidepresiva. Obat-obat penting khasiat, penggunaan dan efekefek sampingnya. Edisi 5. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. 2002. hal. 434.

Anda mungkin juga menyukai