Masterplan Jabar Timur
Masterplan Jabar Timur
i
BAB I ..................................................................................................................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN............................................................................................................................................................................................... 1
1.1.
Latar Belakang.............................................................................................................................................................................. 1
1.2.
1.3.
1.4
2.3.
Orientasi Kompetitif dalam Pengembangan Wilayah menuju Pusat Pusat Pertumbuhan Industri ... 12
2.4
Arahan pada Pengembangan Wilayah menuju Pusat Pusat Pertumbuhan Industri ................................. 16
2.5
BAB III.......................................................................................................................................................................................................... 19
METODOLOGI .......................................................................................................................................................................................... 19
3.1.
3.2.
3.3.
Daftar Isi
ii
DAFTAR TABEL
Tabel2. 1
Tabel2. 2
Tabel2. 3
Tabel3. 1
Tabel4. 1
Tabel4. 2
Tabel4. 3
Tabel4. 4
Tabel4. 5
Tabel4. 6
Tabel4. 7
Tabel4. 8
Tabel4. 9
Tabel 4. 10
Tabel4. 11
Tabel4. 12
Tabel4. 13
Tabel4. 14
Tabel4. 15
Tabel4. 16
Tabel4. 17
DAFTAR GAMBAR
Gambar1. 1 Peta Jaringan Infrastruktur Eksisting Jawa Barat Timur ............................................................... 3
Gambar2. 1
Gambar 2.2
Gambar 2. 3.
Gambar2. 4
Gambar4. 1
Angkatan Kerja Wilayah Jawa Barat Timur Berdasarkan Tingkat Pendidikan tahun 2007
2012 ............................................................................................................................................. 29
Jumlah Pendidikan Tinggi di Jawa Barat bagian Timur ........................................................... 34
Jumlah Lembaga Kursus dan Pelatihan .................................................................................... 35
Gambar4. 2
Gambar4. 3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Sektor industri/manufaktur di Jawa Barat merupakan sektor yang terus berekspansi
dan melakukan peningkatan intensitas kegiatan produksi. Tahun 2013 sektor ini
berkontribusi 35% terhadap PDRB Jawa Barat dan masih memiliki laju pertumbuhan
sekitar 5,5 persen per tahun. Lebih lanjut, hal ini ditandai dengan peningkatan
konsentrasi industri pada kawasan yang sudah ada, maupun terbangunnya kawasan
industri baru ke arah selatan dan timur Jawa Barat.
Jawa Barat bagian timur merupakan lokasi potensial bagi industri, tidak saja karena
perkembangan industri masih minim. Saat ini beberapa sarana dan prasarana
pendukung perdagangan dan industri sedang dibangun, upaya mengembangkan sistem
logistik sedang dijalankan, dan pengembangan SDM industri sedang berjalan. Selain
daripada itu, pengembangan industri di Jawa Barat bagian timur telah menjadikan jawa
Barat bagian timur tidak lagi hanya merupakan pembangunan yang bersifat sektoral
atau berorientasi kabupaten saja. Agar lebih selaras, terintegrasi dan saling mendukung
maka rencana pengembangan industri di tingkat kabupaten dan di propinsi perlu
mengarah pada integrasi antar rencana pengembangan industri yang ada.
Masterplan pengembangan wilayah untuk menunjang pusat pertumbuhan industri ini
akan mengarah pada kerjasama antar kabupaten dan antar pelaku industri untuk
mendukung terwujudnya produksi industri yang optimal, efisien dan efektif serta
mengarah pada pengembangan ekonomi daerah, pertumbuhan tenaga kerja dan
keseimbangan lingkungan yang terjaga.
1.2.
b. Sasaran
1.
Terumuskannya
peran
pusat
pertumbuhan
industri
dalam
konstelasi
3.
Terjabarkannya
rencana
pengembangan
industri
dan
kebutuhan
akan
1.3.
Ruang Lingkup
1. Penelitian mengenai sistem industri yang akan muncul di daerah berkenaan dengan
relokasi industri dan pengembangan industri baru
2. Penelitian mengani sistem perdagangan dan sistem logistik sebagai pendukung dari
berjalannya industri tersebut. Sistem perdagangan meliputi kebutuhan bahan input
dan kebutuhan pemasaran. Sistem logistik berkenaan dengan kebutuhan akan
pergerakan barang/jasa, penyimpanan, dan pengangkutan antar moda.
3. Khusus untuk bahan input SDM pengembangannya meliputi monitoring terhadap
pendidikan formal dan non formal untuk meningkatkan kompetensi teknis dan
kompetensi manajerial yang dibutuhkan industri.
4. Sedangkan pusat inovasi industri digerakkan untuk mendukung terciptakan lebih
banyak unit industri serta pendukung bagi pengembangan SDM bagi industri
tersebut.
1.4
Lokasi Kegiatan
Jawa Barat bagian Timur adalah lokasi kegiatan ini yang meliputi 6 kabupaten dan 2
kota. Keenam kabupaten tersebut meliputi: Cirebon, Indramayu, Majalengka,
Sumedang, Kuningan, Ciamis dan Pangandaran. Sedangkan kedua kota adalah Cirebon
dan Banjar. Khusus untuk Kabupaten Sumedang, studi ini hanya akan meneliti bagian
timur dari kabupaten Sumedang yang memiliki orientasi kegiatan kearah kabupaten
Majalengka dan Cirebon. Sedangkan kabupaten Pangandaran merupakan kabupaten
yang baru dimekarkan dari Kabupaten Ciamis pada tahun 2013. Dengan demikian data
3
untuk kabupaten Pangandaran masih minim atau bergabung dengan kabupaten Ciamis.
Berikut merupakan Peta Orientasi Lokasi Kegiatan.
BAB II.
PENDEKATAN PUSTAKA
2.1
perwilayahan
industri
ini
telah
ditetapkan
sejak
pertengahan
Pembangunan Lima Tahun tahap III (Pelita III) sekitar periode tahun 1979-1985.
Langkah nyata mengenai perwilayahan industri ini adalah dengan menetapkan hierarki
Wilayah industri yang meliputi Wilayah Pusat Pertumbuhan Industri (WPPI), Kawasan
Peruntukan Industri (KPI) dan Kawasan Industri (KI) (Gambar 2-2). WPPI ditetapkan
untuk mengatasi tantangan luasnya wilayah Indonesia serta menyesuaikan dengan
potensi sumber daya alam dan potensi sumber daya manusia. WPPI merupakan bagian
dari perwilayahan industri yang terdapat di dalam UU No 3 Tahun 2014 tentang
Perindustrian. Di dalam konteks perwilayahan industri, WPPI menempati hierarki paling
tinggi dengan membagi wilayah Indonesia ke dalam beberapa WPPI. WPPI secara de
facto merupakan kumpulan dari beberapa daerah yang memiliki potensi untuk tumbuh
dan berkembangnya kegiatan industri. Daerah yang dimaksud dalam hal ini dapat
berupa provinsi, kumpulan beberapa kabupaten dan kota. Hingga masterplan ini
disusun, pembagian WPPI secara detail sedang dalam proses pengerjaan.
Hierarki di bawah WPPI, terdapat kawasan peruntukan industri (KPI). Kawasan
peruntukan industri dibangun untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi
pembangunan industri. KPI berada di antara WPPI dan Kawasan Industri. Di dalam KPPI,
dimungkinkan terdapat beberapa KPI. Di dalam dokumen rencana tata ruang, KPI
masuk ke dalam kelompok kawasan budi daya yang muncul di dalam pola ruang. Posisi
strategis KPI adalah melindungi pembangunan industri di dalam tata ruang. KPI yang
telah ditetapkan di dalam rencana tata ruang telah memiliki dasar hukum berupa PP
pada tingkat nasional dan Perda pada tingkat provinsi dan kabupaten kota. Secara
administratif, industriawan yang telah mendapat izin dan membangun industri di dalam
KPI telah dilindungi oleh perundang-undangan.
5
Hierarki selanjutnya di dalam perwilayahan industri adalah kawasan industri (KI). Di
dalam KPI dimungkinkan terdapat beberapa KI. Secara perwilayah industri, KI
merupakan unit terkecil.
Konsep perwilayahan Industri di atas merupakan manifestasi dari konsep
pengembangan wilayah dengan pendekatan pusat pertumbuhan. Keberadaan industri
yang terkonsentrasi akan meningkatkan investasi melalui inovasi dan dinamisasinya
sehingga menciptakan nilai tambah. Pusat-pusat pertumbuhan yang telah terbangun
dalam jangka panjang akan menciptakan pemusatan perekonomian secara masif dan
berdampak positif terhadap wilayah sekitarnya.
Tabel2. 1
DEFINISI TERMINOLOGI SEPUTAR WILAYAH INDUSTRI
Perwilayahan
Industri
Wilayah Pusat
Pertumbuhan Industri
Kawasan Peruntukan
Industri
Definisi
Wilayah Pusat
Pertumbuhan Industri
(WPPI) adalah Suatu
bentang alam yang
terdiri atas beberapa
daerah yang berpotensi
untuk tumbuh dan
berkembangnya kegiatan
industri dan memiliki
keterkaitan ekonomi
yang bersifat dinamis
karena didukung oleh
infrastruktur
konektivitas yang
mantap. (sumber daya
alam, infrastruktur)
Kawasan Peruntukan
Industri (KPI) adalah
wilayah yang dapat
dimanfaatkan untuk
kegiatan industri
dengan tidak
mengganggu
kelestarian fungsi
lingkungan hidup dan
atau tidak mengubah
lahan produktif
Kebijakan
dibuat dengan
memperhatikan
1.
Rencana wilayah
pusat
pertumbuhan
industri Wilayah
Nasional
1.
2.
Rencana kawasan
peruntukan
industri Wilayah
Daerah
Pendayagunaan
potensi
sumberdaya
daerah
3.
Peningkatan Nilai
Tambah
sepanjang rantai
nilai
4.
Peningkatan
Kawasan Industri
Kawasan Industri adalah
kawasan tempat
pemusatan kegiatan
Industri yang dilengkapi
dengan sarana dan
prasarana penunjang
yang dikembangkan dan
dikelola oleh Perusahaan
Kawasan Industri.
Untuk mendukung
kegiatan Industri yang
efisien dan efektif di
wilayah pusat
pertumbuhan Industri
dibangun Kawasan
Industri sebagai
infrastruktur Industri
yang harus berada pada
kawasan peruntukan
Industri sesuai dengan
rencana tata ruang
wilayah
1. rencana tata ruang
wilayah;
2.
pendayagunaan
potensi sumber
daya wilayah
secara nasional;
3.
peningkatan daya
saing Industri
berlandaskan
keunggulan sumber
daya yang dimiliki
daerah; dan
4.
peningkatan nilai
6
Perwilayahan
Industri
Wilayah Pusat
Pertumbuhan Industri
Kawasan Peruntukan
Industri
Kawasan Industri
jaringan
infrastruktur
yang merata dan
berjenjang
Strategi
Pengembangan
1.
Masterplan
Percepatan dan
Perluasan
Pembangunan
Ekonomi
Indonesia
5.
Peningkatan
jumlah dan
kualitas SDM
1.
Menjaga
konektivitas
antar kawasan
peruntukan
industri
2.
Mengembangkan
kawasan
peruntukan
industri yang
baru di luar Jawa
3.
Mengawasi dan
mengendalikan
kawasan
peruntukan
industri yang
sudah ada
4.
Membina
kawasan
peruntukan
industri agar
lebih maju dan
berdaya saing.
5.
Mengembangkan
pusat-pusat
inovasi ilmu
pengetahuan dan
teknologi (iptek)
tambah sepanjang
rantai nilai.
1.
Memfasilitasi dan
mendorong
pengembangan
kawasan industri
sebagai pusat
pertumbuhan di
setiap WPPI
2.
3.
Meningkatkan daya
saing kawasan
industri dengan
menerapkan
Standar Kawasan
Industri.
7
d. peningkatan nilai tambah sepanjang rantai nilai.
Perwilayahn industri juga harus mempertimbangkan hal berikut ini:
a. pengembangan wilayah pusat pertumbuhan Industri;
b. pengembangan kawasan peruntukan Industri;
c. pembangunan Kawasan Industri; dan
d. pengembangan sentra Industri kecil dan Industri menengah.
2.2.
yang
paling
sering
didiskusikan.
Teori
pusat
pertumbuhan
telah
Ilustrasi karakteristik pusat pertumbuhan dalam jangka pendek dan panjang salah
satunya dapat dijelaskan seperti pada gambar di atas. Menurut Speakman dan Koivisto
(2013), pusat pertumbuhan terdiri atas beberapa komponen, diantaranya adanya
sektor utama, sektor kedua, pemasok dan pengusaha setempat, deliniasi wilayah pusat
pertumbuhan, perputaran uang, investasi, ekspor dan pasar setempat. Konsep ini
awalnya diletakan pada suatu kegiatan ekonomi yang telah berjalan seperti biasa yang
kemudian konsentrasikan kegiatan ekonomi yang ditandai dengan masuknya modal
sehingga perusahaan yang berinvestasi dapat menggandakan pendapatan dan
menciptakan nilai tambah. Nilai tambah yang dimaksud dapat diperoleh perusahaan
maupun sektor sekunder dan seterusnya dan pemasok dan pengusaha setempat
maupun pekerja setempat.
Untuk mengidentifikasi apakah suatu wilayah yang memiliki pengelompokan aktivitas
ekonomi disebut sebagai pusat pertumbuhan dapat diidentifikasi berdasarkan
beberapa kriteria. Kriteria tersebut diantaranya adalah sebagai berikut: (a) Apakah
terdapat sekelompok kegiatan ekonomi yang terkonsentrasi pada suatu lokasi tertentu,
(b) konsentrasi ekonomi tersebut mampu mendorong pertumbuhan ekonomi yang
dinamis dalam perekonomian, (c) terdapat keterkaitan input dan output yang kuat
antara sesama kegiatan ekonomi pada pusat tersebut dan (d) dalam kelompok
10
kegiatan ekonomi tersebut terdapat sebuah industri induk yang mendorong
pengembangan kegiatan ekonomi pusat tersebut.
Munculnya terminologi pusat pertumbuhan dilatarbelakangi penelitian terhadap
fenomena berkumpulnya industri otomotif yang kemudian disebut oleh Perroux
sebagai pusat pertumbuhan. Industri merupakan salah satu kegiatan ekonomi yang
dapat mengundang investasi dalam nilai yang signifikan. Disamping industri juga dapat
menciptakan kegiatan input dan output.
Kemudian pusat pertumbuhan berkembang menjadi terminologi yang lebih luas. Pusat
pertumbuhan tidak saja hanya didorong oleh industri saja tetapi dapat dimaknai dapat
didorong oleh penggerak lain berupa aktivitas ekonomi. Motor penggerak pusat
pertumbuhan dapat dimaknai dengan aktivitas ekonomi yang terkonsentrasi, intensif
dan menciptakan nilai ekonomi di wilayah yang sama dan sekitarnya.
Penelitian mengenai dampak adanya pusat pertumbuhan industri terhadap ekonomi
sudah menjadi isu yang berkembang di Indonesia dan berbagai belahan dunia.
Beberapa penelitian menujukan bahwa adanya aglomerasi industri membantu
mendorong pertumbuhan ekonomi dan menciptakan lapangan pekerjaan di sekitar
lokasi pusat industri tersebut. Keberadaan pusat-pusat pertumbuhan baru membantu
mengurangi beban pusat pertumbuhan yang telah ada. Sekaligus menekan
pertumbuhan yang tidak terkendali di pusat yang telah lebih dulu ada. Dengan adanya
pusat pertumbuhan baru dapat memperbanyak polar-polar baru yang dapat
meningkatkan perekonomian masyarakat.
Keberadaan pusat-pusat pertumbuhan yang tersebar di berbagai wilayah Indonesia
didasari keinginan untuk mendorong pertumbuhan wilayah yang merata. Pusat
pertumbuhan telah menjadi bagian dari pembangunan di Indonesia. Saat ini, bagi
daerah yang telah memiliki rencana tata ruang berpedoman kepada UU No 26 Tahun
2007 tentang Penataan Ruang telah memasukan terminologi pusat pertumbuhan di
dalam rencana tata ruangnya.
Terminologi pusat pertumbuhan dalam bentuk praktis di dalam tata ruang muncul
salah satunya seperti dalam pola ruang. Pola ruang merupakan manifestasi dari
keberadaan pusat pertumbuhan. Di dalam pola ruang terdapat pengalokasian kawasan
11
diantaranya adalah kawasan budidaya yang lebih spesifik seperti kawasan peruntukan
industri, pertambangan, perkebunan dan pariwisata. Hal ini diperkuat lagi oleh Pasal
106 UU No 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian yang mewajibkan perusahaan industri
wajib berada di dalam kawasan industri kecuali untuk dalam hal-hal tertentu. Hal ini
mendorong semakin strategisnya perencanaan ruang untuk mengakomodasi
kepentingan industri.
Sebagaimana telah disinggung sebelumnya, hierarki pertama di dalam perwilayahan
industri adalahKawasan Pusat Pertumbuhan Industri(KPPI), diikuti selanjutnya dengan
kawasan peruntukan industri dan kawasan industri (Gambar 2-2). Lingkup materi
masterplan ini sebagian besar berada pada hierarki KPPI yang di dalam hal ini adalah
melingkupi Jawa Barat bagian Timur.
Gambar 2.2 Hierarki di Dalam Perwilayahan Industri
12
Tantangan ini menjadi salah satu kendala dalam dilema antara lahan dan lokasi
peruntukan industri.
Selain itu, tantangan lain adalah mendorong percepatan terciptanya kawasan industri.
Ketika rencana tata ruang telah mengakomodasi peruntukan lahan maka langkah
selanjutnya dibutuhkan percepatan realisasi. Di dalam Pasal 63 UU No 3 Tahun 2014
tentang Perindustrian, dalam kondisi tertentu prakarsa pemerintah diharapkan dapat
mendorong terciptanya kawasan industri. Konteks didalam kondisi tertentu
sebagaimana penjelasan Pasal 63 adalah ketika pihak swasta tidak berminat atau
belum mampu untuk membangun Kawasan Industri.
Saat ini, telah terdapat sekitar 74 kawasan industri yang beroperasi, 55 kawasan
industri diantaranya berlokasi di Pulau Jawa dengan luas sekitar 75,89% dari total luas
kawasan industri di Indonesia (Kementerian Perindustrian, 2013). Jika mengacu kepada
kebijakan pembangunan industri yang terintegrasi ke dalam KI maka antara pasokan KI
dan kebutuhan harus berimbang. Ekonomi Indonesia yang sedang menanjak
membutuhkan ketersediaan KI yang lebih banyak untuk memfasilitasi kebutuhan yang
meningkat.
2.3.
13
sumber daya air, sanitasi, jaringan transportasi). Sarana dan prasarana industri ini juga
menciptakan konfigurasi lainnya yang menjadi daya tarik bagi industri.
Selain daripada aspek sumber daya industri, maupun sarana dan prasarana industri
tersebut, ternyata juga ditentukan oleh aturan pemerintah dan birokrasi yang kondusif
bagi adanya industri tersebut. Studi Global Manufacturing Competitiveness Index
dilakukan oleh Deloitte Toche Homatsu and U.S Council (2013) untuk mengetahui daya
saing industri di dunia. Studi ini menggunakan sepuluh indikator utama yang terbagibagi menjadi sub- sub komponen yang dapat daya saing industri dunia. (lihat gambar di
bawah ini).
14
Government Forces
1. Talent-driven Innovation;
Quality & availability of
researches, sciences
Quality & availability of
skill labor
6. Physical Infrastructure ;
Quality & efficiency of
electricity grid, IT,
Telecommunication network
Quality & efficiency of road,
airport, port, railroad,
networks
Manufacturing
Competitiveness
9. Healthcare System;
Cost of quality for employee &
society
Regulatory policies (pollution,
food safety etc.) that are to
protect public health
4. Suppliers Network;
Cost competitiveness of
local suppliers
Availability of supply base
to innovate in product &
service
Market Forces
Gambar 2. 3. Sepuluh Indikator Daya Saing Manufaktur Dunia
Sumber: Global Manufacturing Competitiveness Index
Negara yang memiliki daya saing industri paling tinggi adalah China, sedangkan
Indonesia berada di urutan 17. Meski pada posisi tersebut, Indonesia memiliki potensi
daya saing sehingga dalam kurun waktu lima tahun ke depan daya saing industri
Indonesia meningkat ke posisi 11.
15
Secara spesifik daya saing industri menurut Studi Bank Dunia (2013) menyebutkan
bahwa sifat kompetitif manufaktur di Indonesia terdapat hambatan pada transportasi
dan sistem logistik dalam memperlancar kegiatan manufaktur.
Tidak hanya kedua hal tersebut, meski sudah membaik, masih diperlukan perbaikan
ketenagakerjaan dari sisi training, peningkatan prediktabilitas dan transparansi dari
kebijakan pemerintah. DIharapkan pengalaman pemerintah dalam mengatur Kawasan
Ekonomi Khusus dapat membantu memperbaiki kebijakan ketenagakerjaan dan inovasi
industri.
Studi
a.
b.
c.
Economic vibrancy
Openness trade & service
Attractiveness to foreign investor
a.
Physical
infrastructure
Technological
infrastructure
Standard of
living,
education, social
stability
b.
c.
a.
b.
c.
Government
policies & fiscal
sustainability
Institution ,
governance &
leadership
Competition,
regulatory
standard, Rule
of law
Daya saing Provinsi Jawa Barat menempati urutan ke 4, setelah Provinsi DKI Jakarta,
Jawa Timur dan Kalimantan Timur, serta posisi daya saing provinsi yang terendah
adalah Provinsi Nusa Tenggara Timur di posisi 33. Saat ini, kawasan industri berada di
16
kawasan Provinsi DKI Jakarta karena salah satunya didukung oleh infrastruktur.
Provinsi Jawa Barat merupakan provinsi yang kompetitif, walaupun masih tertinggal
dengan provinsi Jawa Timur dan DKI dalam hal infrastruktur. Berikut posisi daya saing
Provinsi Jawa barat tiap indikator lingkungan.
Tabel2. 2 POSISI DAYA SAING PROVINSI JAWA BARAT
TIAP INDIKATOR LINGKUNGAN
Indikator Lingkungan
Posisi
Macroeconomic Stability
12
Terimbas pada Jakarta, stabilitas makroekonomi di Jawa Barat adalah indicator terbaik
di sisi Lingkungan yang dapat menjadi daya tarik Jawa Barat. Di sisi lain setting
pemerintahan dan regulasi juga termasuk yang paling teratur dan terarah dibandingkan
propinsi lainnya. Sedangkan yang kurang mendukung adalah pengembangan
infrastruktur dan kehidupan layak masyarakatnya. Pengembangan infrastruktur yang
masih terpuruk di JAwa Barat berkenaan dengan pemeliharaan, backlog serta kurang
cepatnya pembangunan infrastruktur mengikuti pembangunan industri itu sendiri.
Jawa barat dengan pengalaman yang lama dalam pengembangan lokasi industri,
dengan sekitar 22 kawasan industri (terbanyak di Indonesia) belum berhasil meraup
lesson learned dari pengalaman tersebut.
2.4
17
pertumbuhan industri yang merupakan kumpulan kawasan industri yang karena
economics of scale akan memerlukan sarana dan prasarana industri yang
terkonsentrasi pada lokasi pusat pertumbuhan industri tersebut. Kumpulan kawasan
industri tersebut dapat merupakan interaksi antar kegiatan industri yang saling
mendukung.
Untuk mengembangkan wilayah dengan pusat pertumbuhan industri tersebut, tidak
harus bergantung pada kegiatan lainnya. Pusat pertumbuhan industri dapat merupakan
pusat produksi menghasilkan barang industri, dapat pula merupakan pusat jasa industri
yang mendukung pergerakan barang masuk/keluar dari/ke industri.
2.5
Regulasi Industri
Di bawah ini adalah daftar regulasi yang mendukung persiapan lokasi industri di
Indonesia.
Tabel2. 3 DAFTAR REGULASI
No
Regulasi
Tentang
Perindustrian
Kawasan Industri
Izin Lokasi
10
11
12
18
No
Regulasi
Tentang
Tahun 2011
13
14
19
BAB III.
METODOLOGI
3.1.
Tahapan Pengerjaan
1.
dokumen kebijakan
Observasi lapangan dan FGD, observasi lapangan untuk membangun sense dari
pengembangan industri yang sudah berjalan saatini dan sarana /prasarana
pendukungnya yang dibutuhkan untuk pengembangan industri ke depan. FGD
dilaksanakan untuk menggali informasi mengenai rencana pengembangan industri
ke depan. FGD dilaksanakan di Kota Cirebon dan kabupaten Ciamis dengan
mengundang antara lain Bappeda, Dinas perindustrian dan perdagangan,Dinas
KUKM, Dinas perhubungan, Dinas PU, Kadinda
3.
Hasil dari lapangan, termasuk penambahan data/informasi dari FGD ini digunakan
untuk melakukan analisis dan sintesa studi. Analisis yang dilakukan berkenaan
dengan aliran barang/jasa, ketersediaan infrastruktur, kebutuhan infrastruktur
kedepan, sedangkan sintesa berkenaan dengan hasil analisis dan interpretasi di
ruang spasialnya.
4.
Hasil dari analisis dan sintesa ini menjadi perumusan masterplan antara.
5.
Hasil masterplan antara ini akan menjadi bahan konsultasi publik yang diadakan di
Bandung dengan mengundang stakeholder provinsi selain stakeholder daerah.
6.
3.2.
Pelaksanaan Kegiatan
Tabel3. 1 JADWAL PELAKSANAN KEGIATAN
No
Langkah
Desk study
Maret
April
Mei
Juni
Juli
20
3.3.
Konsultasi publik
Output Pekerjaan
Pekerjaan ini akan memiliki output berupa dokumen masterplan pengembangan
wilayah yang menunjang pusat pusat pertumbuhan industri di Jawa Barat timur.
Dokumen ini akan final setelah interaksi dengan stakeholder berjalan selesai.
21
BAB IV.
PENGEMBANGAN WILAYAH JAWA BARAT TIMUR
4.1.
Indramayu,
Kadipaten
(Kabupaten
Majalengka),
dan
Kabupaten
Pangandaran. Wilayah ini memiliki peran sebagai pendukung PKN, yaitu sebagai
22
pelayan kegiatan, pusat pengolahan, dan pengumpul barang, serta simpul transportasi
skala provinsi atau beberapa kabupaten/kota.
Kabupaten Indramayu, Kabupaten Majalengka, dan Kabupaten Pangandaran dilalui
oleh jalan Nasional dn Jalan Provinsi yang menghubungkan wilayahnya dengen kota
dan kabupaten sekitarnya. Di Kabupaten Majalengka, direncanakan pembangunan
Bandra Internsional Jawa Barat Kertajati yang akan berperan sebagai bandara
internasional menggantikan peran Bandara Soekarno Hatta. Selain itu, di wilayah ini
juga terdapat pertemuan antara Jalan Tol Cisumdawu dan Cikapali. Sementara
Kabupaten
Pangandaran
dengan
potensi
pengembangan
pariwisatanya
juga
direncanakan sebagai Pusat Kawasan Nasional Potensi (PKNp), yang berperan sebagai
pelayan kegiatan skala internasional dan provinsi khususnya pada wilayah Jawa Barat
bagian Selatan. Sementra Kota Banjar direncanakan sebagai Pusat Kawasan Wilayah
Potensi (PKWp) untuk melayani kegiatan skala provinsi dan beberapa kabupaten/kota
khususnya pada wilayah Jawa Barat bagian Selatan.
Sistem perkotaan di Jawa Barat bagian timur dapat dilihat lebih lanjut dalam tabel dan
peta sebagai berikut.
Tabel4. 1 PKN DAN PKNP JAWA BARAT TIMUR
No
Kab/Kota
Kab. Sumedang
Kab. Indramayu
Kab. Cirebon
Kota Cirebon
Kab. Majalengka
Kab. Kuningan
Kab. Ciamis
Kab. Pangandaran
PKN
PKNp
PKW
PKWp
Kawasan Perkotaan
Bandung Raya
Indramayu
Cirebon
Kadipaten
Pangandaran
Pangandaran
Kota Banjar
Banjar
23
24
Sementara
di
Kabupaten
Sumedang,
Kecamatan
Ujungjaya
25
26
27
di Kabupaten Cirebon, direncanakan pembangunan pelabuhan baru di Kecamatan
Gebang.
Perencanaan infrastruktur transportasi lebih lanjut dapat dilihat pada peta berikut.
28
Wilayah
2009
2010
2011
136,061
148,644
151,289
128,772
135,247
Bekerja
105,984
106,786
103,077
113,531
127,531
131,133
113,750
120,967
14,112
15,408
14,221
22,530
21,113
20,156
15,022
14,280
Kab Cirebon
919,196
945,097
885,944
907,233
937,098
934,039
858,952
922,372
Bekerja
804,608
826,834
778,446
783,498
811,856
804,514
747,544
828,506
Pengangguran Terbuka
114,588
118,263
107,498
123,735
125,242
129,525
111,408
93,866
Kab Indramayu
836,320
855,654
797,632
782,762
735,111
791,680
764,785
781,688
Bekerja
766,150
785,442
730,300
700,973
661,242
710,363
678,476
702,670
70,170
70,212
67,332
81,789
73,869
81,317
86,309
79,018
742,292
769,962
771,494
820,140
805,457
776,993
761,982
711,501
Bekerja
684,812
721,554
727,902
784,173
757,136
727,984
723,004
648,480
57,480
48,408
43,592
35,967
48,321
49,009
38,978
63,021
Kab Majalengka
540,336
551,038
572,630
622,618
556,521
606,303
570,927
531,260
Bekerja
495,728
504,676
527,927
576,147
516,818
565,427
537,671
489,817
44,608
46,362
44,703
46,471
39,703
40,876
33,256
41,443
Kab Kuningan
481,139
483,965
556,855
508,469
514,871
518,469
452,967
467,874
Bekerja
435,484
434,762
513,934
454,770
465,539
468,620
417,310
425,718
45,655
49,203
42,921
53,699
49,332
49,849
35,657
42,156
Kab Sumedang
452,840
456,810
503,028
550,803
542,708
521,423
524,856
497,177
Bekerja
414,520
419,145
468,113
507,674
494,095
470,557
483,406
457,222
Pengangguran Terbuka
38,320
37,665
34,915
43,129
48,613
50,866
41,450
39,955
Kota Banjar
69,622
70,732
73,804
71,826
73,991
71,849
72,195
76,860
Bekerja
58,718
59,238
65,190
64,886
66,417
66,910
67,957
71,340
Pengangguran Terbuka
10,904
11,494
8,614
6,940
7,574
4,939
4,238
5,520
Pengangguran Terbuka
7
2008
117,298
Pengangguran Terbuka
6
2007
122,194
Pengangguran Terbuka
5
2006
120,096
Pengangguran Terbuka
4
2005
Kota Cirebon
Pengangguran Terbuka
2
2004
29
Meningkatnya pertumbuhan jumlah angkatan kerja seiring dengan meningkatnya
pertumbuhan penduduk di setiap wilayah, akan tetapi yang menjadi kendala beberapa
tahun terakhir hingga saat ini adalah ketersediaan angkatan kerja sebagai sumber daya
manusia dalam mendukung sektor industri masih belum memadai, khususnya sumber
daya manusia yang diperuntukan untuk tenaga kerja terampil dan tenaga kerja ahli
dikarenakan angkatan kerja di Wilayah Jawa Barat Timur masih di dominasi oleh
angkatan kerja yang berlatar pendidikan lulusan Sekolah Dasar (SD) dibandingkan
dengan lulusan Sekolah Mengenah dan Perguruan Tinggi, hal tersebut dapat dilihat
pada gambar berikut,
2.500.000
2.000.000
1.500.000
1.000.000
500.000
2007
2008
2009
2010
2011
2012
742.297
659.894
926.140
832.432
839.023
812.081
2.063.959
1.783.426
1.746.705
1.677.002
1.429.704
1.893.082
SLTP
689.502
661.178
728.186
709.806
735.030
799.952
SLTA
474.222
697.869
746.979
680.273
665.684
650.808
Diploma/Universitas
169.992
208.724
224.035
235.923
212.928
221.278
Gambar4. 1 Angkatan Kerja Wilayah Jawa Barat Timur Berdasarkan Tingkat Pendidikan tahun
2007 2012
Sumber: Keadaan Angkatan Kerja Provinsi Jawa Barat 2007 2012, diolah
30
b Pendidikan
Secara umum, sektor industri memerlukan pekerja dengan kualifikasipendidikan lebih
tinggi dari sektor-sektor lain. Keterampilan SDM sangat penting untuk mendukung daya
saing industri terutama dalam menghadapai persaingan ekspor, maka dari itu sektor
industri perlu di dukung oleh sumber daya manusia yang handal yaitu sumber daya
manusia yang terapil, terlatih dan ahli agar memiliki daya saing.
Pasokan sumber daya manusia industri sebagian besar berasal dari lembaga pendidikan
baik itu pendidikan formal maupun informal, yang dikelola oleh pemerintah maupun
swasta di bawah Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Berdasarkan UU No 20
tahun 2003 tentang Sistem pendidikan Nasional menyembutkan bahwa terdapat tujuh
jenis pendidikan yaitu pendidikan umum, pendidikan kejuruan, pendidikan akademik,
pendidikan profesi, pendidikan vokasi, pendidikan keagamaan dan pendidikan khusus.
Jenis pendidikan yang dapat mendukung sektor industri adalah pendidikan kejuruan,
pendidikan akademik dan pendidikan vokasi.Pendidikan kejuruan adalah pendidikan
menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang
tertentu.Pendidikan kejuruan di Jawa Barat bagian Timur beberapa tahun terakhir
dapat dilihat pada tabel berikut,
Tabel4. 3 Perbandingan Jumlah SMA dan SMK di Jawa Barat bagian Timur
SMA
No
SMK
Wilayah
2008
2009
2010
2008
2009
2010
Kota Cirebon
305
305
305
196
187
220
Kab Cirebon
468
468
511
482
548
692
Kab Indramayu
428
789
984
286
286
286
392
392
473
205
211
267
Kab Majalengka
313
342
388
199
224
253
Kab Kuningan
355
355
371
241
254
306
Kab Sumedang
352
352
383
224
255
274
Kota Banjar
59
59
59
78
112
130
2672
3062
3474
1911
2077
2428
Total
Sumber: Pusdalisbang Bappeda 2013
31
Kompetensi keahlian pendidikan sekolah kejuruan di Jawa Barat bagian Timur
mayoritas adalah program otomotif, komputer dan multimedia dapat dilihat pada tabel
berikut,
Tabel4. 4 Kompetensi Keahlian Sekolah kejuruan
Kab
Kab
Kab
Kab
Kab
Kota
Kuningan Cirebon Majalengka Sumedang Indramayu Cirebon
Kota
Banjar
No.
Kompetensi
Kab Ciamis
Teknik Gambar
Bangunan
Teknik Furnitur
Teknik Instalasi
Tenaga Listrik
Teknik Otomasi
Industri
Teknik Pendinginan
dan Tata Udara
Teknik Pemesinan
Teknik Pengelasan
Teknik Pengecoran
Logam
10
11
Teknik Kendaraan
Ringan
25
18
35
20
20
41
12
12
22
12
13
28
13
14
Teknik Ototronik
15
Pemeliharaan Dan
Perbaikan Instrumen
Elektronika
16
Teknik Instalasi
Pemesinan Kapal
17
Teknik Penyempuraan
Tekstil
18
Persiapan Grafika
19
Produksi Grafika
20
Geologi
Pertambangan
21
Kimia Analisis
22
Kimia Industri
23
Neutika Kapal
Penangkap Ikan
24
Teknik Kapal
32
No.
Kompetensi
Kab Ciamis
Kab
Kab
Kab
Kab
Kab
Kota
Kuningan Cirebon Majalengka Sumedang Indramayu Cirebon
Kota
Banjar
Penangkap Ikan
25
26
27
Teknik Pengolahan
Minyak,Gas Dan Petro
Kimia
28
Teknik Audio-Video
29
Teknik Elektronika
Industri
30
Teknik Transmisi
Telekomunikasi
31
Rekayasa Perangkat
Lunak
15
19
32
28
12
43
22
22
57
10
33
Multi Media
13
16
19
34
Animasi
35
36
Perawat Kesehatan
37
Farmasi
38
Perawatan Sosial
39
40
Seni Tari
41
Seni Karawitan
42
Usaha Perjalanan
Wisata
43
Akomodasi Perhotelan
44
Jasa Boga
45
Patiseri
46
Kecantikan Kulit
47
Kecantikan Rambut
48
Busana Butik
49
Agribisnis Tanaman
Pangan Dan
Holtikultura
50
Agribisnis Tanaman
Perkebunan
51
Agribisnis Pembibitan
Dan Kultur Jaringan
Tanaman
52
Agribisnis Ternak
33
No.
Kompetensi
Kab Ciamis
Kab
Kab
Kab
Kab
Kab
Kota
Kuningan Cirebon Majalengka Sumedang Indramayu Cirebon
Kota
Banjar
Ruminansia
53
Agribisnis Ternak
Unggas
54
Agribisnis Perikanan
55
Mekanisasi Pertanian
56
Teknologi Pengolahan
Hasil Pertanian
57
Penyuluhan Pertanian
58
Kehutanan
59
Administrasi
Perkantoran
18
11
60
Akuntansi
10
14
12
15
61
Perbankan
62
Pemasaran
10
13
10
Pada tahun ajaran 2013/ 2014 terdapat sekolah sekolah kejuruan baik yang dikelola
oleh pemerintah (negeri) maupun swasta membuka program kompetensi keahlian baru
yaitu program keahlian penerbangan, teknik pesawat udara, dan tekstil guna
mendukung Kabupaten Majalengka menjadi Aerocity.
Pendidikan akademik adalah pendidikan tinggi program sarjana dan pascasarjana yang
diarahkan terutama pada penguasaan disiplin ilmu pengetahuan tertentu.Sedangkan
Pendidikan vokasi adalah pendidikan tinggi yang mempersiapkan pesertadidik untuk
memiliki pekerjaan dengan keahlian terapan tertentu maksimalsetara dengan program
sarjana. Pendidikan akademik dan vokasi di Jawa Barat bagian Timur dapat dilihat pada
gambar berikut,
34
14
12
10
8
6
4
2
0
Kota
Cirebon
Kab
Cirebon
Kab
Indrama
yu
Kab
Ciamis
Kab
Majalen
gka
Kab
Kuninga
n
Kab
Sumeda
ng
Kota
Banjar
Universitas
Institut
Sekolah Tinggi
12
Akademi
11
Politeknik
35
120
100
105
60
70
40
20
102
99
80
74
60
67
22
Jenis kursus yang terdaftar saat ini adalah administrasi perkantoran, akuntansi,
akupuntur, bahasa asing, bimbingan belajar, bordir, penyiaran, desain, elektronika,
ekspor impor, garmen, jurnalistrik, kesetaraan komputer, las, mengemudi, menjahit,
aritmatika, modeling, otomotif pariwisata, pasar modal, PAUD, perhotelan, peternakan,
perikanan, pertanian, fotografi, perpajakan, security, meubeler, sekertaris, seni, tata
kecantikan, batik, kerajinan tangan, pengobatan, dan lain lain dengan jumlah
keseluruhan 599 lembaga kursus dan pelatihan di Jawa Barat bagian Timur.
Berdasarkan FGD akan ada rencana membangun pusat pelatihan tenaga kerja untuk
industri TPT seluas 3 Ha di Kabupaten Majalengka, hal ini dapat mendukung kabupaten
Majalegka mengingat terdapat kawasan industri yang diperuntukan untuk jenis industri
Tekstil dan Produk Tekstil (TPT).
c. Upah Minimum
Upah minimum merupakan suatu standar yang digunakan pelaku industri yang
digunakan untuk memberikan upah kepada karyawannya. Upah minimum kota/
kabupaten di Jawa Barat bagian Timur beberapa tahun terakhir dapat dilihat pada tabel
berikut:
36
Tabel4. 5 UPAH MINIMUM KABUPATEN / KOTA DI JAWA BARAT BAGIAN TIMUR
Upah Minimum Kab/ Kota (UMK)
No
Wilayah
2008
2009
2010
2011
2012
2013
2014
Kota Cirebon
Rp682,000.00
Rp765,000.00
Rp840,000.00
Rp923,000.00
Rp980,000.00
Rp1,082,500.00
Rp1,226,500.00
Kab Cirebon
Rp661,000.00
Rp746,000.00
Rp825,000.00
Rp906,103.35
Rp956,650.00
Rp1,081,300.00
Rp1,212,750.00
Kab Indramayu
Rp696,000.00
Rp769,500.00
Rp854,145.00
Rp944,190.00
Rp994,864.33
Rp1,125,000.00
Rp1,276,320.00
Kab Ciamis
Rp573,146.00
Rp636,195.00
Rp699,815.00
Rp741,800.00
Rp793,750.00
Rp854,075.00
Rp1,040,928.00
Kab Majalengka
Rp605,000.00
Rp680,000.00
Rp720,000.00
Rp763,000.00
Rp800,000.00
Rp850,000.00
Rp1,000,000.00
Rp1,130,000.00
(*)
6
Kab Kuningan
Rp572,000.00
Rp634,500.00
Rp700,000.00
Rp749,000.00
Rp805,000.00
Rp857,000.00
Rp1,002,000.00
Kab Sumedang
Rp886,000.00
Rp995,000.00
Rp861,018.00
Rp902,600.00
Rp1,007,500.00
Rp1,381,700.00
Rp1,155,000.00
Rp1,735,473.00
(**)
8
Kota Banjar
Rp570,000.00
Rp633,500.00
Rp689,800.00
Rp732,000.00
Rp780,000.00
Rp950,000.00
Rp1,025,000.00
Walaupun beberapa tahun terakhir upah minimum kota/ kabupaten di Jawa Barat
bagian Timur mengalami kenaikan, akan tetapi angka tersebut masih di bawah upah
minimum kota/ kabupaten lainnya di Provinsi Jawa Barat khususnya kawasan industri di
Depok, Bekasi, dan Bogor yang berkisar di atas 2 Juta rupiah. Hal ini merupakan salah
satu daya tarik industri mengingat upah minimum di Jawa Barat bagian Timur masih
murah.
4.2.
37
dari RTRW Kabupaten Cirebon, FGD yang melibatkan pemangku kepentingan,
keberadaan industri saat ini dan keberadaan minat investor. Ketiga jenis industri
tersebut dimungkinkan untuk dikembangkan dalam suatu kawasan industri dengan
skala yang besar, di atas 1.000 hektar serta sesuai dengan RTRW yang telah ditetapkan
Pemerintah Kabupaten Cirebon. Namun demikian, pengembangan industri mikro, kecil
dan menengah akan tetap dikembangkan oleh Pemerintah Kabupaten Cirebon sesuai
dengan RTRW yang telah ditetapkan.
keberadaan jaringan rel dan stasiun kereta api. Selain itu, di kabupaten Cirebon
terdapat pelabuhan nelayan di Gebang. Keberadaan industri di Kabupaten Cirebon
juga didukung beberapa infrastruktur yang terdapat di Kota Cirebon dengan jarak yang
relatf dekat, diantaranya adalah pelabuhan kota Cirebon dan Stasiun Besar Kerata Api
Cirebon.
Dalam mendukung pengembangan kawasan industri di Kabupaten Cirebon dibutuhkan
berbagai pengembangan kapasitas infrastruktur, diantaranya adalah :
1. Pengembangan jalan : jalan tol Kanci-Pemalang, jalan tol Cikapali, jalan tol
antar kota ruas (Jalan Palimanan-Cikopo), jalan tol Cisumundawu, KanciPemalang, jalan outer ring road di bagian selatan.
2. Pengembangan jaringan kereta api : reaktivasi rel kerata api yang
menghubungan pelabuhan dan stasiun kereta api Cangkringan-Arjawinangun
dan dry port.
3. Pengembangan pelabuhan : Perluasan pelabuhan kota Cirebon dan relokasi
pelabuhan nelayan di Kecamatan Gebang.
38
Ketersediaan infrastruktur di atas mendukung pengembangan sistem logistik berbasis
transportasi multi moda pada kawasan industri sehingga diharapkan biaya logistik
industri akan menjadi lebih murah.
Sedangkan untuk kebutuhan energi, Kabupaten Cirebon mendapatkan pasokan listrik
dari PLTU yang berada di Desa Kanci Kulon Kecamatan Astanajapura. Pengembangan
sumber energi berupa PLTP akan dilakukan di Gunung Kromong Kabupaten Cirebon.
Pasokan air untuk Kabupaten Cirebon berasal dari dari DAS Cimanuk-CisanggarungCitanduy serta Waduk Darma yang berada di wilayah Kabupaten Kuningan. Sumber
pasokan akan bertambah sejalan dengan selesainya pengembangan Waduk Jati Gede di
Kabupaten Sumedang.
39
Tabel4. 6 KAWASAN INDUSTRI / KAWASAN PERUNTUKAN INDUSTRI DI KABUPATEN CIREBON
No
1
Lokasi KI / KPI/
Sentra IKM
LUAS (Ha)
KSK Industri
Koridor Mundu
Losari, meliputi
kecamatan:
- Mundu
- Losari
(Total Luasan
Industri
Besar)
- Gebang
- Astanajapura
- Lemahabang
- Babakan
- Pangenan
JENIS
2000
- Industri manufaktur
- Industri manufaktur &
industri penunjang
pertanian dan perikanan
- Industri manufaktur dan
industri penunjang
wisata bahari
- Industri manufaktur dan
hasil tambang
- Industri Gula
- Industri Gula
- Industri manufaktur dan
hasil tambang
Industri manufaktur :
Astra International
Group
DASAR
KEBJAKAN
RTRW
Kabupaten
Cirebon 20112031
(Dilengkapi
oleh
keterangan
Bappeda
Kabupaten
dalam FGD)
INFRASTRUKTUR
a.
Jalan:
- Dilalui jalan nasional (84,89 km)
Dilalui jalan provinsi (83,47 Km)
Terdapat tol Palimanan- Kanci
26,30 Km (tahap
pengoperasian 2009)
Jalan tol antar kota ruas Kanci
Pejagan 34 Km (tahap
pengoperasian 2009)
Akan dilewati tol Cikapali
(tahun operasi 2015):
Jalan tol Antar Kota Ruas
Jalan Palimanan- Cikopo
sepanjang 8 km dari panjang
keseluruhan sepanjang
kurang lebih 116 (seratus
enam belas) km yang meliputi
Kecamatan Palimanan,
Kecamatan Gempol, dan
Kecamatan Ciwaringin (tahap
perencanaan) RTRW Kab
Akan dilewati tol Cisumdawu
(tahun operasi 2016)
Nikel
1. PLTU 1 Cirebon-Ds
Kanci kulon Kec
Astanajapura, tenaga
660 MW
- Tol:
Industri pertambangan :
Lippo Group
Besi baja
SUMBER ENERGI
2.PLTU 2 Cirebon-Ds
kanci kulon Kec
Astanajapura,
Tenaga 1000
MW(Tahun operasi
2014)
3. Rencana
pengembangan PLTP
Gn Kromong Kab
Cirebon (RTRW
Jabar)
SUMBER AIR
1. DAS Cimanuk
Cisanggarung
Citanduy Kab
Kuningan
2. Waduk Darma;
Darmaloka;
KETERANGAN
Diarahkan
menjadi
kawasan
industri High
Value*
Balong Cigugur;
Balong Dalem;
dan Talaga
Remis yang saat
ini telah
dimanfaatkan
untuk
kebutuhan
pengadaan air
bersih di
Kabupaten /
Kota Cirebon,
Pertamina;
Semen Cirebon;
Pertanian;
Perkebunan;
dan Pabrik Gula
Gempol
3. Waduk
jatigede potensi
air 6000 L/dt
(tahun operasi
2017)
40
No
Lokasi KI / KPI/
Sentra IKM
LUAS (Ha)
JENIS
DASAR
KEBJAKAN
Nusantara Indonesia ( 3
pabrik gula) dan
kawasan perkebunan
tebu
INFRASTRUKTUR
b.
Kawasan
Peruntukan Industri
Kecil dan menengah
tersebar di seluruh
kecamatan (dapat
dilihat pada tabel
4.17)
1000 Ha
(Tersebar)
Industri Menengah
meliputi:
- Industri penunjang
pariwisata
- Industri ekstraktif
- Industri rotan
- Industri makanan
- Industri Soun
SUMBER AIR
KETERANGAN
Rel KA :
-
Industri penunjang
perikanan
SUMBER ENERGI
Tersedia jaringan KA
stasium Cangkringan
(Sudah terdapat jaringan
jalan KA Tapi perlu
dilakukan pengembangan
untuk menghubungkan
pelabuhan cirebon dengan
stasiun Cankringan
Arjawinangun serta
pengembangan dry port
nya)*
c.
d.
Pelabuhan:
Pelabuhan terdekat di Kota
Cirebon
-
perlu dilakukan
pengembangan kapasitas*
perluasan pelabuhan di
kota cirebon*
Keterangan : cetak tebal miring : Rencana; cetak tebal miring (*): Inisiasi
41
4.2.2. Kota Cirebon
a. Orientasi Pengembangan Industri
Berdasarkan RTRW Kota Cirebon dan usulan pemangku kepentingan Kota Cirebon
melalui kelompok diskusi terfokus (FGD) yang diadakan sebagai bagian dari
penyusunan master plan ini, dapat disintesakan bahwa arahan pengembangan industri
Kota Cirebon adalah pengembangan industri mikro, kecil dan menengah. Sedangkan
terkait dengan pengembangan kawasan industri (KI) di Jawa Barat bagian timur maka
orientasi pengembangan Kota Cirebon diorientasikan sebagai pusat pelayanan
kawasan industri berbasis perdagangan dan jasa.
Penetapan orientasi pengembangan Kota Cirebon tersebut selaras dengan regulasi
yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Kota Cirebon, yakni Perda No 8 Tahun 2012,
yang telah menetapkan kota Cirebon sebagai Pusat Pelayanan Regional berbasis
perdagangan dan jasa. Dengan demikian, keselarasan rencana pengembangan
kawasan industri dari Kementerian Perindustrian akan didukung partisipasi dari
pemerintah kota Cirebon dan pemangku kepentingannya.
b. Kondisi Infrastruktur, Air dan Energi Saat ini dan yang Direncanakan
Kota Cirebon sebagai wilayah penghubung (hub) di Jawa Barat bagian timur telah
memiliki infrastruktur yang cukup baik dalam mendukung pengembangan Kawasan
Industri (KI). Infrastruktur jalan yang dimiliki Kota Cirebon terdiri atas jalan nasional
sepanjang 17,57 km, jalan propinsi sepanjang 8,76 km dan jalan tol Palimanan dan
Kanci. Infrastruktur kereta api yang terdapat di Kota Cirebon adalah stasiun kereta api
Kejaksan dan Perujakan. Kota Cirebon dikenal sebagai kota pelabuhan karena memiliki
Pelabuhan Internasional Cirebon di Kecamatan Pekalipan dengan kapasitas 4.000 DWT
serta memiliki pelabuhan perikanan nusantara di Kecamatan Lemah Wungkuk. Selain
itu, Kota Cirebon memiliki bandara Cakrabuana di Kecamatan Harjamukti dengan run
way 1.270 m x 30m. Ketersediaan berbagai macam infrastruktur tersebut menjadi Kota
Cirebon sebagai wilayah penghubung (hub) Jawa Barat bagian timur dengan wilayah
Jawa Barat lainnya serta wilayah pulau Jawa. Berdasarkan ketersediaan infrastruktur
tersebut, dapat dikembangkan sistem logistik berbasis transportasi multi moda yang
efisien.
42
Namun demikian, untuk meningkatkan dukunggan pada pengembangan kawasan
industri di Jawa Barat bagian timur, ketersediaan infrastruktur tersebut masih perlu
dikembangkan, diantaranya adalah pengembangan jalan outer ring road di bagian
selata kota Cirebon, reaktivasi rel dan pengembangan stasiun kereta api yang
terhubung dengan pelabuhan di daerah Cankringan-Arjawinangun yang dilengkapi
dengan fasilitas dry port, serta pengembangan kapasitas pelabuhan Cirebon agar
mampu menampung kapal-kapal besar.
Kebutuhan listrik Kota Cirebon dipasok dari PLTU Cirebon Desa Kanci Kulon Kecamatan
Astanajapura. Dalam meningkatkan kapasitas sumber energi untuk memenuhi
kebutuhan Kota Cirebon akan dikembangkan PLTP Gunung Kromong yang berada di
Kabupaten Cirebon.
Sumber air untuk menutupi kebutuhan masyarakat dan industri Kota Cirebon berasal
dari DAS Cimanuk-Cisanggarung-Citanduy serta Waduk Darma yang keduanya berada
di wilayah Kabupaten Kuningan. Dalam beberapa tahun ke depan, sumber air untuk
kebutuhan Kota Cirebon akan bertambah sejalan dengan pengembangan Waduk Jati
Gede di Kabupaten Sumedang.
c. Dukungan yang diperlukan
Dalam mewujudkan Kota Cirebon sebagai pusat layanan kawasan industri Jawa Barat
bagian timur maka diperlukan dukungan dari pemerintah pusat dan proinsi, pelaku
swasta dan masyarakat. Hal tersebut terkait dengan berbagai rencana pengembangan
infrastruktur jalan, rel dan stasiun kereta api, sumber energi dan air.
Dukungan utama yang dibutuhkan dari pemerintah pusat dan propinsi berupa
pendanaan pengembangan seluruh infrastruktur yang telah dikemukan di atas.
Dukungan tersebut sangat diperlukan karena membutuhkan biaya yang sangat besar
dan tidak memungkinkan untuk diatasi oleh pemerintah kota Cirebon. Dukungan pihak
swasta diperlukan untuk pengembangan aktivitas bisnis berupa perdagangan dan jasa
yang mendukung para pengembangan kawasan industri di Jawa Barat bagian timur.
Dukungan masyarakat yang diperlukan berupa kesediaan sebagian masyarakat yang
terkena dampak pengembangan infrastruktur untuk melepaskan lahan milik dan
menerima penggantian dari pemerintah. Dengan demikian, diharapkan proses
43
pengembangan infrastruktur dapat berjalan sesuai rencana yang telah ditetapkan
dengan biaya yang efisien dan efektif.
Pada Tabel 4.7 menunjukkan lokasi Kawasan Industri di Kota Cirebon, ketersediaan,
dan rencana pengembangan infrastruktur pendukungnya. Tulisan bergaris miring dan
tebal menunjukkan rencana atau usulan pengembangan infrastruktur.
44
Tabel4. 7 KAWASAN INDUSTRI / KAWASAN PERUNTUKAN INDUSTRI DI KOTA CIREBON
No
1
Lokasi KI /
KPI/ Sentra
IKM
a. Kawasan
industri
mikro dan
kecil di
Kelurahan :
Drajat,
Pekiringan,
Pekalipan,
Jagasatru,
Pekalangan,
Harjamukti,
Argasunya,
Sunyaragi
da Kalijaga
b. Kawasan
industri
menengah
di
Kelurahan :
Panjunan.
Pekalangan
dan
Harjamukti
LUAS (Ha)
Seluas
kurang
lebih 68
hektar
JENIS
Kawasan
peruntukan
industri kecil
dan mikro
(RTRW)
Indikasi
industrinya
adalah
menyediakan
layanan
penunjang
kawasan
industri*:
Pelabuha
n Cirebon
untuk
passanger
Stasiun
kereta api
Perhotela
n/MICE
DASAR
KEBJAKAN
RTRW Kota
Cirebon
2011-2031
(Perda
Kota
Cirebon No
8 Tahun
2012) (Dilengkapi
oleh
keterangan
Bappeda
Kabupaten
dalam FGD)
INFRASTRUKTUR
a. Jalan:
- dilalui jalan nasional (17,57 Km)
- dilalui jalan provinsi (8,76 km)
- di lalui jalan tol Palimanan
Kanci
- jalan outer ring road dibagian
selatan kota (lingkar selatan)
pada sisi sebelah utara Jalan Tol
Palikanci (pembebasan lahan)
RTRW kota Cirebon
b. Rel KA: stasiun Kejaksan dan
Perujakan
c. Pelabuhan:
- Pelabuhan Internasional Cirebon
di Kec Pekalipan, Kapasitas 4000
DWT
- Pelabuhan Perikanan Nusntara di
Kec Lemah Wungkuk
d. Bandara: Cakrabuana di kec
Harjamukti, run way 1.270 m x 30 m
SUMBER
ENERGI
1. PLTU 1
Cirebon-Ds
Kanci kulon
Kec
Astanajapur
a, tenaga
660
2. PLTU 2
Cirebon-Ds
kanci kulon
Kec
Astanajapur
a, Tenaga
1000
(Tahun
operasi
2014)
3. Rencana
pengembang
an PLTP Gn
Kromong
Kab Cirebon
(RTRW
Jabar)
SUMBER AIR
1. DAS Cimanuk
Cisanggarung
Citanduy Kab
Kuningan
2. Waduk Darma;
Darmaloka;Balong
Cigugur; Balong
Dalem; dan Talaga
Remis yangsaat ini
telah dimanfaatkan
untuk kebutuhan
pengadaanair bersih
di Kab/Kota
Cirebon,Pertamina;
Semen Cirebon;
Pertanian;
Perkebunan; dan
Pabrik Gula Gempol
KETERANGAN
Kebutuhan
akses jalan rel
KA dari
pelabuhan ke
cangkring
serta
kebutuhan
reaktivasi rel
yang sudah
tertutup
tanah (FGD)
3. Waduk Jatigede
potensi air 6000 L/dt
(tahun operasi 2017)
Keterangan :
cetak tebal miring : Rencana
cetak tebal miring (*): Inisiasi
45
4.2.3. Kabupaten Indramayu
a. Orientasi Pengembangan Industri
Berdasarkan RTRW Kabupaten Indramayu ada 4 lokasi kawasan industri yang
direncanakan akan dikembangkan, yaitu Kecamatan Balongan, Kecamatan Losarang,
Kecamatan Patrol dan Kecamatan Sukra dengan luas kurang lebih sebesar 2000 Ha.
Berbagai industri seperti industri yang terkait dengan pengolahan minyak dan gas, dan
juga industri aneka yang merupakan industri turunan dari minyak dan gas merupakan
target industri besar yang peruntukan bagi kawasan industri di Indramayu khususnya
Kawasan Industri yang ada di Balongan.
b. Kondisi Infrastruktur, Air, Energi saat ini dan yang direncanakan
Kawasan Industri di Kecamatan Balongan, sangat berdekatan dengan jalur lintas utara
Pulau Jawa, sehingga daerah ini sudah dilengkapi oleh berbagai infrastruktur baik jalan
raya maupun kereta api. Keberadaan infrastruktur jalan raya saat ini sudah dilalui oleh
jalan nasional sepanjang 17,57 Km, maupun jalan provinsi sepanjang 8,76 Km. Demikian
juga dengan jalur Kereta Api (KA), bahkan lokasi kawasan industri ini berdekatan dengan
stasiun kereta di Kecamatan Haurgeulis dan Kecamatan Jatibarang. Selain infrastruktur
jalan raya dan kereta api, terdapat juga infrastruktur pelabuhan di sekitar lokasi kawasan
industri. Setidaknya ada 3 jenis pelabuhan yang berada di sekitar lokasi kawasan
industri, yaitu Pelabuhan regional di Kadanghaur (dengan kapasitas 300 Dwt), pelabuhan
khusus di Kecamatan Balongan dan Kecamatan Sukra.
Selain infrastruktur transportasi keberadaan infrastruktur lain juga sudah ada di sekitar
Kawasan Industri Balongan, untuk prasarana listrik sudah ada pembangkit listrik tenaga
uap (PLTU) 1 indramayu di desa Sumuradem, Kecamatan Sukra. Adapun Kapasitas
pembangkit ini adalah sebesar hampir 1000 MW (yaitu 3 kali 330 MW). Kebutuhanakan
infrastruktur air bisa diambil dari berbagai sungai yang melewati daerah tersebut,
diantaranya adalah wilayah Sungai (WS) Cimanuk Cisanggarung, dan WS Citarum. Selain
sungai besar ada sekitar 73 aliran sungai kecil yang biasanya diperuntukan bagi
penggunaan pertanian. Sumber air yang dibutuhkan untuk aktivitas industri juga bisa
didapat dari berbagi waduk dan situ, diantaranya adalah waduk Cipancuh di di
kecamatan Haurgeulis, dan Waduk Bojongsari di Kecamatan Indramayu, Situ Brahim,
46
Situ jangkar dan Situ Sindang di Kecamatan Sindang, serta Situ Bolang dan Situ Kesambi
di Kecamatan Cikedung.
Berbagai kelengkapan infrastruktur yang sudah ada tersebut bisa dimanfaatkan bagi
pengembangan kawasan tersebut agar segera beroperasi. Pengembangan kawasan
indsutri di masa yang akan datang diprediksi akan semakin berkembang sejalan dengan
adanya rencana pengembangan berbagai infrastruktur yang ada direalisasikan di dekat
lokasi ataupun berbagai daerah yang berdekatan dengan Indramayu. Diantara berbagai
infrastruktur yang akan dilaksanakan diantaranya adalah:
a. Untuk infrastruktur Jalan, wilayah di Kabupaten Indramayu akan dilalui oleh jalan tol
nasional, yaitu Jalan Tol Cikampek Palimanan (Cikapali). Jalan tol ini akan melalui
Kabupaten Indramayu sepanjang 19,05 Km dengan beberapa gerbang tol yang akan
dibuka di Kabupaten Indramayu, diantaranya adalah Gerbang Tol Kecamatan Gantar
dan Gerbang Tol Trisih. Jalan tol Cikapali ini direncanakan akan beroperasi di tahun
2015.
b. Selain keberadaan infrastruktur jalan, kereta api dan pelabuhan, kawasan industri
juga akan semakin berkembang ketika akses terhadap pelabuhan bandar udara
dipermudah. Hingga saat ini Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat sedang
membangun Bandar Udara Internasional Jawa Barat (BIJB) di Kecamatan Kertajati
Kabupaten Majalengka. Direncanakan bandara ini sudah akan beroperasi di tahun
2017. Hingga saat ini belum ada rencana penambahan jalan yang akan
menghubungkan antara Bandara Kertajati dengan lokasi kawasan industri, oleh
sebab itu kegiatan penambahan jalan akses munuju bandara juga merupakan
prioritas pembangunan infrastruktur yang akan mendukung perkembangan
kawasan indsutri dimasa yang akan datang.
c. Kebutuhan pengembangan kawasan industri dari sisi kebutuhan energi listrik dan
juga kebutuhan air juga sudah diantisipasi. Untuk kebutuhan energi listrik saat ini
sudah akan dibangun PLTU 2 Indramayu di Kecamatan Patrol, dengan kapasitas
2000 MW (atau 2 kali 1000 MW), yang rencananya akan beropersi di tahun 2022.
Kebutuhan energi lain bisa dipenuhi dengan menggunakan batubara yang diambil
dari pelabuhan Cirebon bisa menggunakan jalan raya atau menggunakan kereta
api.
47
d. Kebutuhan akan infrastruktur air dari kawasan industri di masa yang akan datang
akan bisa dipenuhi dari adanya rencana pengembangan Waduk Jatigede di
Kabupaten Sumedang. Aliran air dari waduk ini diperuntukan bagi pengembangan
ketersediaan air untuk kebutuhan pertanian padi yang ada di Kabupaten Indramayu,
sebagian dari aliran air di saluran waduk ini bisa dimanfaatkan bagi kebutuhan
industri, dan ini dirasakan mencukupi karena potensi debit air yang ada di Waduk
Jatigede adalah sebesar 6000 liter/detik. Direncanakan pada tahun 2017 Waduk
Jatigede akan bisa mulai beroperasi.
Berbagai prasarana pendukung yang direncanakan akan dibangun beberapa
diantaranya sudah dibangun saat ini tentu saja akan menjadi suatu daya tarik bagi
pengembangan kawasan industri di Kabupaten Indramayu. Akan tetapi jangan sampai
rencana pengembangan kawasan industri ini justru akan menghambat perencanaan
aktivitas lainnya, seperti rencana peningkatan produktivitas pertanian padi di
Indramayu, terkait dengan aliran irigasi teknis yang berasal dari pembangunan waduk di
Jatigede, ditambah lagi saat ini sudah ada rencana pembuatan pabrik gula di daerah
Cikawung yang memerlukan lahan pertanian tebu sebesar 30000 Ha. Selain itu
Kabupaten Indramayu juga akan dijadikan sebagai pusat daerah swasembada garam
nasional, yang difokuskan di 3 lokasi, yaitu Kecamatan Losarang, Kerangkeng dan
Kadanghawu.
c. Dukungan yang diperlukan
Dukungan yang diperlukan adalah koordinasi yang lebih intensif bagi pengembangan
berbagai rencana kegiatan pembangunan yang rencananya akan dilaksanakan di
Indramayu, diantaranya adalah:
a. Menyiapkan kerangka kelembagaan yang akan mengatur masing-masing rencana
kegiatan ini agar tidak bertentangan dan merugikan satu dengan lainnya.
b. Mulai mengidentifikasi lahan-lahan yang tidak bisa dialihfungsikan untuk kegiatan
lain selain pertanian
c. Membuat peraturan zonasi, dengan membuat dan menegakkan aturan perijinan
terkait dengan alih fungsi lahan, serta membuat rencana detail tata ruang yang bisa
mengalokasikan lahan lebih spesifik dengan skala peta yang lebih besar.
48
Pada Tabel 4.8 berikut menunjukkan lokasi Kawasan Industri di kabupaten Indramayu,
ketersediaan, dan rencana pengembangan infrastruktur pendukungnya. Tulisan bergaris
miring dan tebal menunjukkan rencana atau usulan pengembangan infrastruktur.
49
1.
Balongan
Losarang
Patrol
DESA /
KELURAHAN
Balongan,
Sukareja,
Sukaurip,
Tegalsembadr
a, Majakerta,
dan
Sudimampir
Lor.
Pangkalan
dan Jumbleng
Sukahaji,
Bugel, Patrol
Lor
JENIS INDUSTRI
YANG TUMBUH
SAAT INI ATAU
RENCANA
PERUNTUKAN
INDUSTRI
LUAS
(HA)
RTRW Kab
Indramayu
(2011
2031) dan
RPJMD
Keramik,
waterglass
(industri
menengah)
Minyak dan gas,
manufaktur
DASAR
KEBIJAKAN
1.000
300
550
(industri
menengah)
(Dilengkapi
oleh
keterangan
Bappeda
Kabupaten
dalam FGD)
INFRASTRUKTUR
Sukra
Sumuradem
(industri
menengah)
150
SUMBER AIR
a.
Jalan:
a. PLTU 1
a. Wilayah Sungai Antar
- Dilalui jalan nasional
Indramayu, Ds
Provinsi: WS Citarum,
(17,57 Km) dan jalan
Sumuradem,
WS Cimanuk
provinsi (8,76 Km)
kec Sukra,
Cisanggarung
- Akan dilalui jalan tol
tenaga 3x 330
Cikampek Palimanan
MW
b. Wilayah Sungai
melintasi indramayu
Kabupaten: 73 aliran
sepanjang 19,05 Km di b. PLTU 2
Kec Gantar, Trisih
Indramyu, kec
sungai kecil untuk
(tahun operasi 2015)
Patrol, tenaga
pertanian
2 x 1000 MW
b. Rel KA: tersedia jalur KA,
(tahun opersi
c. Waduk: Waduk
stasiun di Kec Haurgeulis
2022)
Cipancuh di kec
dan Jatibarang
(RUPTL)
Haurgeulis, W Bojongsari
di Kec Indramayu
c. Badara terdekat:
Kertajati (tahap
pengembangan, tahun
d. Situ:
operasi 2017) blm ada
S Brahim, S Jangkar, S
jln yg memadai
Sindang di kec Sindang,
S Bolang dan S Kesambi
d. Pelabuhan:
di kec Cikedung
- Pelabuhan regional di
Energi
4
SUMBER ENERGI
Kadanghaur, kelas V
kapasitas 300 DWT
Pelabuhan khusus di
Kec sukra dan
KETERANGAN
e. Menggunakan saluran
irigasi yang berasal dari
rencana pembangunan
50
Balongan
Pelabuhan
Pendaratan Ikan di
Kec
Indramayu,Juntinyuat,
Karangampel,
Kadanghaur
Keterangan :
cetak tebal miring : Rencana
cetak tebal miring (*): Inisiasi
51
Penambahan ini
52
2008
2009
2010
2011
2012
715,6
715,6
715,6
715,6
702,8
49,7
119,7
119,7
119,7
135,729
25,73
25,73
25,73
25,73
25,895
118,39
114,597
112,419
128,555
N/A
53
jalan kereta api ini merupakan reaktivasi jalur kereta yang sudah ada sebelumnya
(akan tetapi tidak dipergunakan lagi) dan juga pembangunan jalur kereta yang
baru (antara Kertajati sampai kadipaten).Hingga saat ini Pemerintah Daerah
Provinsi Jawa Barat sedang membangun Bandar Udara Internasional Jawa Barat
(BIJB) di Kecamatan Kertajati Kabupaten Majalengka. Direncanakan bandara ini
sudah akan beroperasi di tahun 2017, sehingga kawasan industri di Majalengka
akan mendapatkan dukungan langsung ke pelabuhan udara dan laut sekaligus.
c. Kebutuhan pengembangan kawasan industri dari sisi kebutuhan energi listrik dan
juga kebutuhan air juga sudah diantisipasi. Untuk kebutuhan energi listrik
diperkirakan akan dapat dipenuhi dengan menggunakan batubara yang diambil
dari pelabuhan Cirebon. Adanya akses jalan kereta api ke pelabuhan Cirebon akan
semakin mempermudah pengangkutan energi batubara ini ke kawasan industri,
melalui moda kereta api.
d. Kebutuhan akan infrastruktur air dari kawasan industri dalam jangka panjang akan
bisa dipenuhi dari adanya rencana pengembangan Waduk Jatigede di Kabupaten
Sumedang. Aliran air dari waduk ini diperuntukan bagi pengembangan
ketersediaan air untuk kebutuhan pertanian padi yang ada di Kabupaten
Indramayu, sebagian dari aliran air di saluran waduk ini bisa dimanfaatkan bagi
kebutuhan industri di Kertajari. Debit sumber air yang akan dialirkan ke
Kecamatan Kertajati dari Waduk Jatigede sebesar 1024 lt/detik dari potensi
sebesar 6000 liter/detik. Direncanakan pada tahun 2017 Waduk Jatigede akan
bisa mulai beroperasi. Sedangkan untuk jangka pendek, hingga tahun 2016,
sudah ada rencana pasokan air yang berasar dari daerah sekitar yang
diperuntukan bagi kebutuhan air guna mensupply Bandara Internasional Jawa
Barat.
Dibandingkan dengan rencana pengembangan kawasan industri yang ada di Jabar
Timur, implementasi kasawan industri majalengka merupakan salah satu yang paling
potensial untuk terwujud. Jenis industri yang akan berkembang di kabupaten
Majalengka adalah jenis industri yang termasuk kedalam karakteristik footloose
indusry, light manufacturing industry dan industri-industri yang memiliki high value
added, seperti elektronika, dan juga industri yang memiliki karakteristik perishable.
Hingga saat ini jenis industri yang sangat berminat berinvestasi di Kabupaten
54
Majalengka adalah jenis industri light manufacturing industry, yaitu industri TPT
(sudah dibuat masterplan kawasan industri TPT seluas 930 hektar di Kecamatan
Kertajati oleh Kementrian Perindustrian), bahkan sudah ada 15 investor TPT yang
masuk dan berinvestasi di Kertajati. Diperkirakan kebutuhan tenaga kerja di industri
TPT ini akan mencapai angka sebesar 15.000 orang. Bahkan untuk mempersiapkan
perwujudan kawasan industri TPT saat ini akan dibangun pusat pelatihan tenaga kerja
untuk industri TPT, seluas 3 hektar.
Kawasan Industri Majalengka direncanakan akan menjadi salah satu pusat
pertumbuhan industri dari 2 pusat kawasan industri yang direncanakan akan di
tetapkan di Jabar Timur (bersama dengan kawasan industri Cirebon). Oleh sebab itu
diperlukan upaya untuk mengkoneksikan kawasan industri di Kabupaten Majalengka
dengan kawasan-kawasan industri di daerah lain, khususnya kawasan industri yang ada
di Kabupaten Sumedang, Kabupaten Indramayu dan Kuningan. Arah pergerakan
industri di Kabupaten Majalengka diperkirakan akan mengikuti perkembangan
infrastruktur yang ada, yaitu kearah Bandung Majalengka Cirebon, dengan
menggunakan jalur kereta api atau mengikuti akses jalan tol Cisumdawu, dan juga
kearah Jakarta mengikuti akses jalan tol Cikapali. Sedangkan untuk akses keluar negeri
bisa menggunakan langsung Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB).
c. Dukungan yang diperlukan
Seperti juga rencana pembangunan kawasan industri di kabuapten lainnya, rencana
pembangunan kawasan industri di Kabupaten Majalengka juga perlu di dukungan oleh
koordinasi yang lebih intensif dari berbagai pihak lainnya, diantaranya adalah:
a. Membuat peraturan zonasi, dengan membuat dan menegakkan aturan perijinan
terkait dengan alih fungsi lahan, serta membuat rencana detail tata ruang yang
bisa mengalokasikan lahan lebih spesifik dengan skala peta yang lebih besar.
Hingga saat ini Kabupaten Majalengka sedang berupaya untuk menyusun RDTR
Kecamatan Kertajati.
b. Mengkoordinasikan berbagai rencana pembangunan yang ada, diantaranya
dengan pihak Provinsi Jawa Barat, dan juga Pemerintah pusat seperti Kementrian
Perhubungan, Kementrian Keuangan dan Bappenas, khususnya terkait dengan
pembangunan BIJB
55
c. Menyiapkan kerangka kelembagaan yang akan mengatur masing-masing rencana
kegiatan ini agar tidak bertentangan dan merugikan satu dengan lainnya.
Pada Tabel 4.10 berikut
menunjukkan
56
No
Lokasi KI /
KPI/
Sentra
IKM
Kawasan
Industri
Terpadu
Kec
Kertajati
Kawasan
Industri
TPT
Majeleng
ka di Ds.
Palasah,
Ds.
Pakubeur
eum, Ds
Kertawin
angun
Kec
Kertajati
LUAS
(Ha)
Total
luas
5000
Untuk
bandra
3200,
untuk
aerocity
1800
500 Ha
JENIS
Kawasan
peruntuka
n industri
besar
Aerocity
DASAR
KEBIJAKAN
RTRW
Kabupaten
Majalengka
(2011 2031)
(Dilengkapi
oleh
keterangan
Bappeda
Kabupaten
dalam FGD)
TPT
Masterplan
Pengemban
gan
Kawasan
Industri
Majalengka
INFRASTRUKTUR
a. Jalan:
- Dilalui jalan nasional
(25,73 Km)
- dilalui jalan provinsi
(135,663 Km)
- akan dilalui jalan tol
Cisumdawu (tahun
operasi 2016)
- akan dilalui jalan tol
Cikapali, yg melintas di
majalengka sepanjang
14,51Km (tahun operasi
2015)
b. Rel KA:
- Pembangunan atau
reaktivasi jalur Kereta Api
Antar Kota RancaekekJatinangor- TanjungsariKertajati-KadipatenCirebon.
SUMBER ENERGI
a.
Menggunakan
batubara yang
berasal dari
pelabuhan
cirebon, dengan
menggunakan
akses Jalur KA*
SUMBER AIR
KETERANGAN
a.
b. Arah Pergerakan*:
c.
d. Dukungan infrastruktur ke
pelabuhan
Keterangan : cetak tebal miring : Rencana; cetak tebal miring (*): Inisiasi
57
4.2.5. Kabupaten Kuningan
a. Orientasi Pengembangan Industri
Pengembangan industri di Kabupaten Kuningan pada saat ini masih berorientasi industri
kecil dan menengah yang tersebar di beberapa kecamatan. Industri tersebut umumnya
adalah industri yang mamanfaatkan hasil alam pengolahan agro dan pengolahan hasil hutan,
seperti makanan dan minuman, pengolahan kayu, tembakau, karet, dan kertas. Serta
industri di luar pengolahan agro seperti industri bahan galian dan minyak bumi, industri
kimia, industri mesin dan perlengkapannya, serta industri penerbitan, percetakan dan
reproduksi media rekaman. Akan tetapi industri yang mendominasi di Kabupaten Kuningan
adalah industri makanan dan minuman sebanyak 2476 unit usaha.
Mengantisipasi pertumbuhan industri ke depan, Kabupaten Kuningan mempunyai rencana
untuk membuka kawasan yang diperuntukkan bagi pengembangan industri. Berdasarkan
pemaparan daerah pada saat FGD, komitmen tersebut diwujudkan dalam bentuk
penyediaan kawasan bagi industri di lima kecamatan yaitu kecamatan Ciawigebang,
Cigandamekar, Cilimus, Kalimanggis dan Pancalang dengan total penetapan kawasan seluas
kurang lebih 613,939 ha, yang disertai dengan lokasi pergudangan di Kecamatan
Ciawigebang, Kecamatan Kalimanggis, dan Kecamatan Pancalang. Kabupaten kuningan telah
mencanangkan diri dengan komitmen sebagai kabupaten konservasi sehingga tidak akan ada
kawasan industri besar. Jenis industri yang dapat dikembangkan di Kabupaten Kuningan
terdiri dari aneka industri dan industri kecil. Aneka industri adalah industri yang mengolah
sumberdaya hutan, industri yang mengolah sumber daya pertanian secara luas dan lain-lain.
Industri kecil meliputi industri pangan (makanan, minuman dan tembakau), industri sandang
dan kulit (tekstil, pakaian jadi serta barang dari kulit), industri kimia dan bahan bangunan
(industri kertas, percetakan, penebitan, barang-barang karet dan plastik), industri kerajinan
umum (industri kayu, rotan, bambu dan barang galian bukan logam) dan industri logam
(mesin, listrik, alat-alat ilmu pengetahuan, barang dan logam dan sebagainya). Kabupaten
58
Kuningan kaya akan sumber daya air sehingga berpotensi adanya industri pengolahan air
minum.
b. Kondisi Infrastruktur, Air, Energi saat ini dan yang direncanakan
Kabupaten Kuningan sebagian besar adalah perbukitan dan pegunungan sedangkan
sebagian kecilnya daratan. Kabupaten Kuningan memiliki infrastruktur yang cukup baik
dilewati oleh jalan provinsi sepanjang 102,22 Km, dan dan sebagian besar jalan adalah jalan
kabupaten yang kondisinya cukup baik. Beberapa pengembangan di sektor perhubungan
terdapat rencana pembukaan jalan akases perbatasan Gn Sirah- Cipulus (KuninganMajalengka), Kalimati- Lojo (Kuningan- Cirebon), Bangunjaya- Leuwikasba (KuninganCiamis), Cibingbin- panangkapan (Kuningan- Brebes) sehingga dapat menjadi potensi
peningkatan perhubungan dalam rangka mendukung industri di Kabupaten Kuningan.
Kabupaten Kuningan merupakan wilayah konservasi yang memiliki posisi strategis sebagai
pengatur tata air terutama bagi daerah hilirnya, yaitu Kabupaten Cirebon, Kota Cirebon,
Kabupaten Indramayu dan Kabupaten Brebes. Potensi Sumber daya air di Kabupaten
Kuningan cukup tinggi berasal dari waduk, situ, sungai , dan 620 titik mata air yang sebagian
besar terletak di kawasan gunung Ciremai. Potensi sumber daya air berasal dari Waduk
Darma; Darmaloka;Balong Cigugur; Balong Dalem, dan Talaga Remis, serta aliran- aliran
sungai yang mengalirkan air permukaan yang cukup meimpah, beberapa DAS yaitu DAS
Cijolang, Cisanggarung, Ciberesbangkaderes, dan Citanduy. Berdasarkan RTRW Provinsi
Jawa Barat, mengenai rencana pengembangan infrastruktur sumber daya air dalam rangka
konservasi dan pendayagunaan sumber daya air akan dikembangkan / dibangun waduk
lapangan Cinunjang.
Kebutuhan listrik saat ini masih dapat terpenuhi yang berasal dari sistem jaringan listrik Jawa
Bali yang dipasok GITET (Gardu Induk Tegangan Ekstra Tinggi) Mandirancan. Berdasarkan
Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik PT PLN (Persero) tahun 2013- 2022 akan
dikembangkan PLTP Sangkan Hurip Gunung Ciremai di Kabupaten Kuningan dengan tenaga 2
x 55 MW yang rencananya akan beroperasi pada tahun 2021.
59
c. Dukungan yang Diperlukan
Prospek kegiatan industri di kabupaten Kuningan dirasakan cukup besar terutama dalam
memafaatkan sumber daya lokal khususnya pengolahan hasil alam, maka dari itu perlu
adanya komitmen untuk mendukung hal tersebut. Dukungan utama yang perlu diberikan
yang paling pokok adalah infrastruktur keras khususnya infrastruktur perhubungan yang
dimana saat ini perlu adanya peningkatan status jalan dari jalan kabupaten menjadi jalan
provinsi, serta perlunya dilewati oleh akses jalan nasional.
60
Tabel4. 11 KAWASAN INDUSTRI / KAWASAN PERUNTUKAN INDUSTRI DI KABUPATEN KUNINGAN
No
LUAS (Ha)
20,320
27,620
128,938
20,518
2,449
28,252
2,866
31,847
14,447
14,566
b. Kec Cigandamekar
1) Ds Bunigeulis
2) Ds Jambugeulis
19,845
17,563
c. Kec
1)
2)
3)
Cilimus
Ds Sampora
Ds Cipicung
Ds Susukan
78,929
9,125
17,894
d. Kec Kalimanggis
1) Ds Cipancur
2) Ds Kalimanggiskulon
3) Ds Kertawana
4) Ds Wanasaraya
5,240
26,144
31,303
65,209
e.
Kec Pancalang
1) Ds Pancalang
2) DS Patalagan
3) Ds Sumbakeling
Total:
5,892
2,197
10, 876
JENIS
Jenis industri
terdiri dari aneka
industri dan
industri kecil:
- Aneka industri
adalah industri
yang mengolah
sumberdaya
hutan, industri
yang mengolah
sumber daya
pertanian
secara luas dan
lain-lain
- industri kecil
meliputi
industri
pangan,
industri
sandang dan
kulit, industri
kimia dan
bahan
bangunan,
industri
kerajinan
umum, industri
logam
- potensi industri
pengolahan air
minum*
DASAR
KEBIJAKAN
RTRW
Kabupaten
Kuningan 20112031
(Dilengkapi oleh
keterangan
Bappeda
Kuningan dalam
FGD)
INFRASTRUKTUR
SUMBER ENERGI
a. Pengembangan
PLTP Sangkan
Hurip Gunung
Ciremai di
Kabupaten
Kuningan, tenaga
2 x 55 MW
(Status: Rencana,
tahun operasi
2021) (RUPTL)
SUMBER AIR
KETERANGAN
1. DAS Cijolang,
Cisanggarung,
Ciberesbangka
deres,
Citanduy
Kabupaten
kuningan telah
mencanangkan
diri dengan
komitmen
sebagai
kabupaten
konservasi
sehingga tidak
akanada
kawasan
industri besar
(FGD)
2. Waduk Darma;
Darmaloka;Bal
ong Cigugur;
Balong Dalem;
dan Talaga
Remis
3. Pembangunan
Waduk
Lapangan
Cinunjang
(RTRW Jabar)
613,939
Keterangan :
cetak tebal miring : Rencana
cetak tebal miring (*): Inisiasi
61
4.2.6. Kabupaten Sumedang
a. Orientasi Pengembangan Industri
Perkembangan industri pada saat ini di Kabupaten Sumedang berorientasi pada Industri
Besar, dan Industri Kecil Menengah. Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas
Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Sumedang teridentifikasi ada sekitar 47
pabrik industri besar. Adapun Jenis Industri Besar Di Kabupaten Sumedang adalah
Industri dan Produk Tekstil, Industri Kulit Dan Produk Kulit, Industri Gelas, Industri
Logam dan Mesin, Industri Peralatan Listrik, Industri Barang Dari Karet, Industri Barang
Cor Beton, Industri Bahan Kimia dan Obat, serta Industri Makanan dan Minuman.
Sebaran kegiatan industri besar terdapat di Kecamatan Cimanggung, Jatinangor,
Cimalaka, Pamulihan dan Ujungjaya.
Dalam RTRW Kabupaten Sumedang terdapat kawasan peruntukan industri yang terletak
di Ujung Jaya dengan luas 1.555,98 Ha yang diperuntukan sebagai Kawasan Industri
penunjang dari Aerocity dan sekaligus sebagai perintisan pengembangan Kawasan Agro
Industri dan industri rumah tangga yang mana ke depan diharapkan menjadi pusat
kegiatan baru yang dapat berkembang pesat dan menjadi pendorong bagi pemerataan
pembangunan, khususnya terkait ketimpangan ekonomi dan infrastruktur. Kabupaten
Sumedang memiliki letak yang strategis secara konektivitas perhubungan karena dilalui
jalan provinsi, jalan nasional, dan rencana pembangunan rel kereta api antar Kota
Rancaekek Jatinangor Tanjungsari - Kertajati Kadipaten - Cirebon, serta dekat
dengan Bandara Internasional Jawa Barat Kertajati di Kabupaten Majalengka. Selain di
Ujung Jaya, terdapat kawasan peruntukan industri rancaekek dengan luas 124,58 Ha di
Kec Jatinangor dan seluas 93,42 di Kec Cimanggung yang secara akses lebih dekat ke
Bandung.
Dalam rangka antisipasi rencana Jalan Tol Cisumdawu yang diduga akan berdampak
pada keberadaan IKM, maka Kabupaten Sumedang mengupayakan dengan penempatan
lokasi ruang pamer yang berupa sentra- sentra maupun klaster- klaster IKM pada rest
area jalan tol (Cimalaka Paseh). Berdasarkan RTRW kabupaten Sumedang 2009- 2029
terdapat Kawasan Peruntukan Industri kecil dan menengah di Kec Cimlaka- Paseh yang
diperuntukan untuk jenis industri meubel.
62
b. Kondisi Infrastruktur, Air, Energi saat ini dan yang direncanakan
Kabupaten Sumedang merupakan wilayah yang cukup strategis dikarenakan dilalui oleh
jalan provinsi dengan panjang 111,14 Km, jalan nasional sepanjang 59,997 Km, dilalui
rencana jalan Tol Cisumdawu dan rencana pembangunan rel Kereta Api Antar Kota
Rancaekek Jatinangor Tanjungsari -Kertajati Kadipaten - Cirebon. Tidak hanya
strategis dalam hal perhubungan darat, tapi juga perhubungan udara dikarenakan
secara geografis berdekatan dengan Bandara Internasional Jawa Barat Kertajati yang
saat ini telah dalam tahap pembangunan dan rencananya akan beroperasi di tahun
2017.
Infrastruktur energi listrik saat ini berasal dari sistem listrik regional, namun kedepannya
telah dipersiapkan sumber listrik baru yaitu PLTA Jatigede dengan tenaga 2x55 MW yang
saat ini dalam tahap pembangunan dan berencana operasi pada tahun 2017. Selain
berasal dari PLTA Jatigede sebagai sumber energi listrik, berdasarkan Rencana Usaha
Penyediaan Tenaga Listrik PT PLN (Persero) tahun 2013- 2022 telah direncanakan
Sumber Energi Panas Bumi Tampomas dengan tenaga sebesar 45 MW yang akan
beroperasi pada tahun 2019.
Selain memiliki potensi infrastruktur energi, Kabupaten Sumedang memiliki potensi
sumber daya air yang berasal dari waduk Jatigede dengan besaran lahan 3.321,73 Ha
memiliki kapasitas potensi air 6000 liter/ detik yang mengairi Kabupaten Sumedang,
Kabupaten Majalengka, Kabupaen Indramayu, Kabupaten Cirebon, dan Kota Cirebon
yang akan beroperasi pada tahun 2017. Selain waduk Jatigede yang berpotensi sebagai
sumber daya air, berdasarkan RTRW Kabupaten Sumedang tahun 2009 2029
direncanakan juga pembangunan waduk Sadawarna yang terletak di sebangian wilayah
Kabupaten Subang (meliputi Desa Sadawarna, Cimenteng, dan Cibalandong)
dan
Kabupaten Sumedang (meliputi Desa Surian dan Tanjung seluas 208,48 Ha) yang
berfungsi untuk aktivitas pertanian. Berdasarkan RTRW Provinsi Jawa Barat terdapat
beberapa rencana pengembangan sumber daya air yaitu Pembangunan Waduk
Cipasang, Kadumalik, Cipanas, dan Cipanas Saat dan Pembangunan Daerah Irigasi
Rengrang. Selain memanfaatkan potensi sumber air yang berasal dari waduk, juga
memanfaatkan potensi air yang berasal dari sungai seperti sungai Cilingga di Kec
Conggeang, Cikaero di kec Wado , dan Cikeruh di Kec Sukasari.
63
No
Lokasi KI / KPI/
Sentra IKM
Kawasan
Peruntukan
Industri Ujung
Jaya
Kawasan
Peruntukan
Industri
Rancaekek di
Kec Jatinangor
dan
Kec Cimanggung
Sentra IKM di
Rest area jalan
tol Cimalaka
Paseh
Kawasan
Peruntukan
Industri kecil dan
menengah di Kec
Cimlaka- Paseh
LUAS
(Ha)
1.555,98
JENIS
DASAR
KEBIJAKAN
Kawasan Industri
penunjang dari
Aerocity dan
sekaligus sebagai
perintisan
pengembangan
Kawasan Agro
Industri dan
industri rumah
tangga
Pengembangan
industri rumah
tangga
RTRW
Kabupaten
Sumedang
2011-2031
Ruang pamer
yang berupa
sentra- sentra
atau klaster IKM
RTRW
Kabupaten
Sumedang
2011-2031
RTRW
Kabupaten
Sumedang
2011-2031
RTRW
Kabupaten
Sumedang
2011-2031
124,58
93,42
Industri meubel
INFRASTRUKTUR
a. Jalan:
- dilalui oleh jalan
nasional (59,997Km)
dan jalan provinsi
(111,14 Km)
- rencana jalan tol
cisumdawu (tahun
operasi 2016)
b. Rel KA:Pembangunan
jalur Kereta Api
Antar Kota
RancaekekJatinangorTanjungsariKertajati-KadipatenCirebon.
c. Bandara: terdekat
ke kertajati (tahap
pengembangan) (tahun operasi 2017)
SUMBER ENERGI
SUMBER AIR
a. Rencana PLTA
Jatigede
dengan
tenaga 2 x 55
MW (tahun
operasi 2017)
a. Waduk Jatigede
potensi air 6000
L/dt (tahun operasi
2017)
b. Rencana
Pengembangan
Sumber Energi
Panas Bumi
Tampomas,
Tenaga 45 MW
(status: Tahap
rencana, tahun
operasi 2019)
(RUPTL)
b. Pembangunan
Waduk Cipasang,
Kadumalik,
Cipanas, dan
Cipanas Saat
(RTRW Jabar)
c. Pembangunan
Daerah Irigasi
Rengrang
(RTRW Jabar)
d. Pembangunan
Waduk Sadwarna
di Ds Surian dan Ds
Tanjung- (RTRW
Kab)
e. Sumber air sungai
Cilingga Kec
Conggeang,
Cikaero kec Wado ,
Cikeruh Kec
Sukasari - (RTRW
Kab)
KETERANGAN
Keterangan :
cetak tebal
miring: Rencana
cetak tebal miring
(*): Inisiasi
64
4.2.7. Kabupaten Ciamis
a. Orientasi Pengambangan Industri
Kabupaten Ciamis sebagai Kabupaten yang sudah lama berdiri telah menjadi tempat
berkembangnya indsutri IKM berbasis pertanian khususnya pada skala rumah tangga
baik insustri tradisional seperti kerajinan dan pengolahan pangan. Namun demikian
beberapa industri menengah juga telah tumbuh seperti industri pembuatan pipa pralon.
Berdasarkan lokasi IKM sudah tersebar di beberapa kecamatan namun sekala usaha
masih terbatas pada industri kecil dan umumnya inudstri rumah tangga.
Dalam RTRW Kab Ciamis juga sudah diantisipasi perlunya suatu kawasan peruntukan
industri yang akan diletakkan di Jalur lingkar selatan Kec Ciamis yaitu di Kecamatan
Cijeunjing. Meskipun secara luasan dan lokasi belum secara detail ditentukan namun
komitmen ini penting untuk dapat mulai mengantisipasi perkembanganindustri yang
mulai tumbuh dan tersebar sehingga berpotensi tidak terkendali dan dapat menganggu
perkembangan fisik kota.
b. Kondisi Infrastruktur, Air dan Energi Saat Ini dan yang Direncanakan
Kabupaten Ciamis juga merupakan wilayah yang dilalui jalan nasional yaitu jalur selatan
pulau Jawa. Jalan propinsi maupun jalan kabupaten pada umumnya dalam kondisi baik
dan mencukupi. Namun demikian potensi perhubungan tersebut selama ini lebih
terpakai sebagai perhubungan lintas wilayah saja dan masih terbatas pemanfatannya
khususnya dalam konteks pertumbuhan industri. Kendala lingkungan alam dan juga
lokasi kemungkinan menjadi salah satu faktor yang menyebabkan industri besar untuk
berkembang di wilayah ini.
Infrastruktur air dan energi apda umumnya masih dapat mengandalakn pada sumber
sendiri maupun pasokan PLN. Namun ke depan sudah diperlukan antisipasi kebutuhan
air dan energi yang lebih terstruktur dalam bentuk jaringan maupun pasokan yang lebih
bisa dipercaya terutama pada saat inustri sudah berkembang. Kabupaten Ciamis
memiliki sumberdaya panas bumi yang dapat dimanfaatkan sebagai pembangkit tenaga
listrik. Hal ini merupakan potensi besar yang dapat diharapakn memenuhi kebutuhan
listrik baikuntuk Ciamis maupun wilayah sekitarnya.
65
c. Dukungan yang Diperlukan.
Kabupaten Ciamis Saat ini sedang berupaya terus mendongkrak kegatan ekonomi
potensial dalam rangka menggantikan peran wilayah yang saat ini sudah berdiri sendiri
menjadi Kabupaten Pangandaran dan sekaligus memajukan wilayah yang selama belum
dikembangkan. Selain infrastruktur keras seperti jalan, air dan energi, Infrastruktur lunak
khususnya regulasi dan sumberdaya manusia menjadi kompnen penting yang perlu
memperoleh dukungan. Regulasi yang mempermudah pendirian kawasan industri dapat
menjadi salah pemicu berkembangnya kegaitan industri di Kabupaten Ciamis.
Tabel 4.13 berikut
menunjukkan
66
Tabel4. 13 KAWASAN INDUSTRI / KAWASAN PERUNTUKAN INDUSTRI DI KABUPATEN CIAMIS
No
LUAS (Ha)
JENIS
Industri
besar
DASAR
KEBJAKAN
RTRW
Kabupaten
Ciamis
(2011-2031)
INFRASTRUKTUR
a. Rel KA: Reaktivasi
Rel KABanjar
Cijulang ( 80 Km)
b. Jalan:
RTRW
Kabupaten
Ciamis
(2011-2031)
Industri
Menengah
dan Kecil
Dilalui jalan
nasional
(117,885Km)
dan provinsi
(52,022 Km)
Akan dibangun
jalan tol Lingkar
Selatan Ciamis
SUMBER ENERGI
SUMBER AIR
a. Pengembangan
pemanfaatan sumber
energi panas bumi/PLTP
Gn. Sawal Kabupaten
Ciamis (RTRW Jabar)
a. Pembangunan waduk di
KETERANGAN
WS Citanduy, meliputi
Waduk Cikembang dan
Leuwikeris Kab Ciamis
(RTRW Jabar)
b. Pembangunan waduk
di WS Ciwulan-Cilaki,
meliputi : Waduk
Lapangan Gagah Jurit,
Sukahurip, HyangKab
Ciamis (RTRW Jabar)
Keterangan :
cetak tebal miring : Rencana
cetak tebal miring (*): Inisiasi
RTRW Kabupaten Ciamis Belum disyahkan
67
4.2.8. Kabupaten Pangandaran
a. Orientasi Pengambangan Industri
Sebagai kabupaten yang baru dibentuk, meskipun sudah ada program-program
pengembangan industri yang pernah dirintis sejak masih di bawah administrasi
Kabupaten Ciamis, perkembangan industri di Kabupaten ini masih pada tahap awal. Saat
ini pemerintahan baru masih pada tahap konsolidasi dan perumusan program-program
yang diharapakn dapat memfasilitasi perkembangan industri.
terdapat sentra-sentra industri kecil dan rumah tangga yang teresebar di 10 kecamatan
dengan kegiatan olahan pertanian seperti Gula Kelapa, Ikan, Kerajinan dll.
Beberapa industri menengah dan besar juga mulai beroperasi di Kabupaten
Pangandaran dengan kegiatan pengolah ikan, kayu, kelapa dan tentunya industri jasa
pariwisata. Industri ini sifatnya masih beroperasi individual.
b. Kondisi Infrastruktur, Air dan Energi Saat Ini dan yang Direncanakan
Infrastruktur yang tersedia saat ini lebih pada infrastruktur untuk pemenuhan
kebutuhan kegiatan pariwisata terutama hotel dan penginapan, serta perhubungan.
Meskipun belum stabil dan terbatas Kabupaten Pangandaran memiliki lapangan udara
yang berpotensi untuk dikembangkan. Juga jalaur kereta api yang dapat direvitalisasi
agar dapat mendukung mobilitas dan lalu lintas pergerakan barang industri.
Air bersih belum menjadi kendala utama di Kabupaten Pangandaran. Pembangunan
waduk di sekitar wilayah Jabar Selatan dapat melayani kebutuhan air untuk wilayah Kab
Ciamis, Kab Pangandaran maupun Kota Banjar.
c. Dukungan yang Diperlukan.
Komitmen-komitmen Kabupaten Pangandaran sendiri untuk membangun saat ini
sedang dirumuskan dalam rangka mengisi RPJM kabupaten baru. Sebagai daerah baru
banyak infrastruktur kelas besar yang pembngunannya memerlukan dukungan baik dari
propinis maupun nasional.
diharapkan dapat menjadi pemacu munculnya industri yang lebih variatif dalam
memanfaatkan sumberdaya Kabupaten Pangandaran yang belum tergarap. Revitalisasi
jalur kereta api Banjar-Cijulang, peningkatan lapangan udara Nusawiru, dan peningkatan
pelabuhan pendaratan ikan di Cikidang merupakan kebutuhan peningkatan peran
infrastruktur yang perlu didukung oleh pemerintah propinsi dan pusat.
68
Tabel 4.14 berikut menunjukkan lokasi Kawasan Industri di kabupaten Pangandaran,
ketersediaan, dan rencana pengembangan infrastruktur pendukungnya. Tulisan bergaris
miring dan tebal menunjukkan rencana atau usulan pengembangan infrastruktur.
69
Tabel4. 14 KAWASAN INDUSTRI / KAWASAN PERUNTUKAN INDUSTRI DI KABUPATEN PANGANDARAN
No
LUAS (Ha)
tersebar di 10
Kecamatan
JENIS
DASAR KEBJAKAN
INFRASTRUKTUR
RTRW Kabupaten
Ciamis (2011-2031)
(Dilengkapi oleh
keterangan
Bappeda Kabupaten
Pangandaran dalam
FGD)
b. Bandara:
Upgrade/Optimalisasi fungsi
Bandara Nusawiru
c.
RTRW Kabupaten
Ciamis (2011-2031)
Industri Besar
(Dilengkapi oleh
keterangan
Bappeda Kabupaten
Pangandaran dalam
FGD)
Pelabuhan:
SUMBER
ENERGI
a. Pengemba
ngan
pemanfaat
an sumber
energi
panas
bumi Gn.
Sawal
Kabupaten
Ciamis
(RTRW
Jabar)
- PT PECU
- CV. Budi Darma
- Sandaan
- PT. Asa Surya Alfamata
penginapan,
hotel, klinik
Produk kayu
olahan
SUMBER AIR
KETERANGAN
a. Pembangu
nan waduk
di WS
Citanduy,
meliputi
Waduk
Cikembang
dan
Leuwikeris
(RTRW
Jabar)
b.Pembangun
an waduk di
WS CiwulanCilaki,
meliputi :
Waduk
Lapangan
Gagah Jurit,
Sukahurip,
Hyang Kab
Ciamis
(RTRW
Jabar)
Kabupaten*
Nagrek- Ciamis- Banjar (RTRW
Jabar)
Keterangan : cetak tebal miring : Rencana; cetak tebal miring (*): Inisiasi; RTRW Kabupaten Pangandaran dalam proses pembuatan
70
4.2.9. Kota Banjar
a. Orientasi Pengembangan Industri
Pengembangan industri di Kota Banjar pada saat ini masih berorientasi industri kecil dan
menengah yang tersebar di beberapa kecamatan yaitu Pataruman dan Langensari.
Industri tersebut pada umumnya memanfaatkan hasil alam yaitu pengolahan karet dan
kayu. Namun demikian beberapa industri industri kimia skala kecil/menengah juga mulai
berkembang seperti industri pupuk organik dan bulu mata.
Mengantisipasi pertumbuhan industri ke depan, Kota Banjar mempunyai rencana untuk
membuka kawasan yang diperuntukkan bagi pengembangan industri. Berdasarkan
pemaparan daerah pada saat FGD, komitmen tersebut diwujudkan dalam bentuk
penyediaan kawasan bagi peruntukan industri di desa Sinartanjung, Kecamatan
Pataruman dengan penetapan kawasan seluas kurang lebih 50 ha. Diharapkan dengan
dibukanya kawasan peruntukan industri ini, kegiatan pengolahan khususnya hasil
pertanian dan perkebunan dapat lebih terakomodasi sehingga pencipatn nilai tambah
dapat semakin tinggi.
b. Kondisi Infrastruktur, Air dan Energi Saat Ini dan yang Direncanakan
Kota Banjar sebagai wilayah yang berlokasi di dekat jalur selatan pulau Jawa memiliki
akses infrastruktur perhubungan yang sudah baik dengan adanya jalan nasional
tersebut. Dengan luas wilayah yang relatif kecil, Kota Banjar tidak kesulitan mengelola
dan terus meningkatkan jalan lokal yang dapat mengakses ke jalan propinsi maupun
nasional sehingga dapat memantu merangsang sektor ekonomi khususnya industri
berkembang. Beberapa pengembangan di sektor transportasi khususnya pembangunan
jalan dan jembatan telah direncanakan untuk antara lain:
Selain itu adanya rencana revitaisasi jalur kereta api Banjar-Cijulang dapat menjadi
potensi peningkatan perhubungan dalam rangka mendukung industri baik dalam
transportasi input maupun pemasaran produk dari Kota Banjar.
Kebutuhan listrik untuk industri kecil dan menengah yang dibutuhkan selama ini relatif
dapat terpenuhi baik dari PLN maupun sumber sendiri pada skala kecil. Sebagai bagian
71
dari Jaringan Jawa Bali yang relatif stabil menjadikan kebutuhan listrik untuk Kota Bnajar
dan khususnya kegitan industri menjadi relatif terpenuhi. Untuk kawasan peruntukan
industri di Pataruman, perlu diperhitungkan kembali perkiraan kebutuhan listrik untuk
melayani kawasan tersebut terutama jika sudah bekerja penuh, sehingga dapt
diantsisipasi apakah dapat sepenuhnya mengandalkan pasoskan istrik dari PLN atau
perlu ada cadangan sumber listrik sendiri untuk menjaga stabilitas dan keberlanjutan
pasokan listrik.
Kebutuhan air bersih untuk skala industri kecil dan menegah saat ini masih dapat
dicukupi dengan sumber air yang ada. Namun demikian pasokan air bersih ke depan
khususnya untuk kawasan khusus seperti kawsan peruntukan indsutri akan memerlukan
jaringan pasokan air yang lebih besar. Rencana pengembangan waduk di Wilayah Sungai
Citanduy, meliputi Waduk Cikembang dan Leuwikeris dan Pembangunan waduk di WS
Ciwulan-Cilaki, meliputi : Waduk Lapangan Gagah Jurit, Sukahurip, Hyang. Dapat
menjadi sumber air bersih tentunya setelah melalui berbagai pertimabngan teknis dan
pengelolaan waduk.
c. Dukungan yang Diperlukan.
Kondisi perkembangan sektor industri di Kota Banjar memang masih pada tahap awal
namun rintisan dan upaya untuk mengmebangkannya telah menjadi komitmen Kota
Banjar. Prospek kegiatan industri di Banjar dirasakan cukup besar terutama dalam
memafaatkan sumebr daya lokal Kota Banjar dan sekitarnya, didukung oleh lokasi Kota
Banjar yang strategis. Oleh karena itu komitmen maupun prospek tersebut perlu
didiukung untuk menjadi kenyataan.
Dukungan utama yang perlu diberikan yang paling pokok adalah infrastruktur keras
mengingat investasi di bidang ini relatif mahal namun dampaknya cukup besar. Kota
Banjar dapat dibantu dalam melengkapi maupun meningkatkan fungsi dari infrasruktur
keras khususnya listrik, pengingkatan fungsi kereta api dan stasiun, serta akses ke
pelabuhan.
Tabel 4.15 berikut menunjukkan lokasi Kawasan Industri di Kota Banjar, ketersediaan ,
dan rencana pengembangan infrastruktur pendukungnya. Tulisan bergaris miring dan
tebal menunjukkan rencana atau usulan pengembangan infrastruktur.
72
Tabel4. 15 KAWASAN INDUSTRI / KAWASAN PERUNTUKAN INDUSTRI DI KOTA BANJAR
No
Lokasi KI / KPI/
Sentra IKM
KPI Kecamatan
Pataruman, Desa
Sinartanjung
LUAS (Ha)
JENIS
50 Ha
Industri
Pendukung
Agro
Sentra Industri
menengah dan
kecil yang ada
saat ini:
Jenis Industri
yang ada saat
ini:
Kec Pataruman
Pabrik
pengolahan
Pupuk Organik,
Alba
Parahyangan
Lestari, CV. Iso
Rubber, Pabrik
Aci , PTPN,
Pabrik
Pengolahan
kayu Berkat
Karunia 1 & 2,
pabrik
pengolahan
kayu, pabrik
rambut palsu
Kec Langensari
Pabrik bulu
mata
DASAR KEBJAKAN
INFRASTRUKTUR
SUMBER ENERGI
a. Jalan:
a. Sistem Listrik
Regional
b. Pengembangan
pemanfaatan
sumber energi
panas
bumi/PLTP Gn.
Sawal
Kabupaten
Ciamis (RTRW
Jabar)
SUMBER AIR
a. Pembangunan
waduk di WS
Citanduy,
meliputi Waduk
Cikembang dan
Leuwikeris Kab
Ciamis (RTRW
Jabar)
KETERANGAN
Kebutuhan
Infrastruktur:
b. Pembangunan
waduk di WS
Ciwulan-Cilaki,
meliputi : Waduk
Lapangan Gagah
Jurit, Sukahurip,
Hyang di Kab
Ciamis (RTRW
Jabar)
Keterangan :
cetak tebal miring : Rencana; cetak tebal miring (*): Inisiasi; RTRW Kabupaten Banjar belum disyahkan
Listrik
Rel Kereta
dari
Kawasan ke
Stasiun
Banjar
Akses ke
Pelabuhan
73
4.3.
Berikut ini merupakan skenario dan prioritas pembangunan infrastruktur guna mendukung Pusat Pertumbuhan Kawasan Industri di wilayah Jawa
Barart Bagian Timur.
NAMA RUAS
JALAN
PANJANG
JALAN (Km)
FUNGSI
JALAN
KECAMATAN
KABUPATEN
Cikapali Seksi 1
29,12
Jalan Tol
Cikopo-Kalijati
Cikapali Seksi 2
9,56
Jalan Tol
Kalijati-Subang
Cikapali Seksi 3
31,37
Jalan Tol
Subang-Cikedung
Subang-Indramayu
Cikapali Seksi 4
17,66
Jalan Tol
Cikedung-Kertajati
Indrmayu-Majalengka
Cikapali Seksi 5
14,51
Jalan Tol
Kertajati-Sumberjaya
Cikapali Seksi 6
14,53
Jalan Tol
Sumberjaya-Palimanan
78,07
Majalengka
Majalengka-Cirebon
MENUNJANG
KAWASAN
INDUSTRI
Kawasan
Industri
MajalengkaSumedang;
Kawasan
Industri
Kabupaten
Cirebon
STATUS
PEKERJAAN
TAHUN
PENGEMBANGAN
TAHUN
OPERASI
Pengerjaan 40%
2013
2015
Pengerjaan 40%
2013
2015
Pengerjaan 40%
2013
2015
Pengerjaan 40%
2013
2015
INVESTASI
(T)
3,674 atau
6,406 untuk
keseluruhan
(116 Km)
RENCANA
RPJP dan
RPJMN Jawa
Barat, RTRW
Jawa Barat
74
PANJANG
JALAN (Km)
FUNGSI
JALAN
Cisumdawu Seksi 1
11,55
Jalan Tol
Cisumdawu Seksi 2
17,5
Jalan Tol
Cisumdawu Seksi 3
3,7
Jalan Tol
Cisumdawu Seksi 4
Jalan Tol
Cisumdawu Seksi 5
16,35
Jalan Tol
Cisumdawu Seksi 6
Jalan Tol
KECAMATAN
Cileunyi - Rancakalong
(Cileunyi-JatinangorSukasari-TanjungsariPamulihan-Ranckalong)
Rancakalong Sumedang (RanckalongSumedang Selatan)
Sumedang - Cimalaka
(Sumedang UtaraCimlaka)
Cimalaka - Legok
(Cimlaka-Paseh)
Legok - Ujungjaya
(Paseh-ConggeangUjungjaya)
Ujungjaya - Dawuan
(Ujungjaya-Kertajati)
KABUPATEN
MENUNJANG
KAWASAN
INDUSTRI
STATUS
PEKERJAAN
TAHUN
PENGEMBANGAN
TAHUN
OPERASI
Sumedang
Selesai
2012
2016
Sumedang
Pengerjaan
2014
2016
Pembebasan
Lahan
2015
2016
Pembebasan
Lahan
2015
2016
Sumedang
Sumedang
Kawasan
Industri
MajalengkaSumedang
Sumedang
Pembebasan
Lahan
2015
2016
Sumedang,
Majalengka
Pembebasan
Lahan
2015
2016
INVESTASI
(T)
RENCANA
RPJP dan
RPJMN Jawa
Barat, RTRW
Jawa Barat
5,197
60,1
Estimasi Investasi : Dinas Perhubungan Provinsi Jawa Barat (Perkembangan Pembangunan BIJB di Kertajati-Majalengka dan Jalan Tol)
75
PANJANG
JALAN
(Km)
FUNGSI
JALAN
KECAMATAN
KABUPATEN
7,078423
Jalan Kereta
Api
JatinangorTanjungsari
Jalan Kereta
Api
40,768031
MENUNJANG
KAWASAN
INDUSTRI
STATUS PEKERJAAN
TAHUN
PENGEMBANGAN
TAHUN
OPERASI
KETERANGAN
Kabupaten
Sumedang
2016
2020
TanjungsariPamulihanSumedang
SelatanSumedang
Utara-CimalakaPasehConggeang
Kabupaten
Sumedang
2017
2024
2017
2024
Kawasan
Industri
MajalengkaSumedang
20,98505
Jalan Kereta
Api
ConggeangUjungjayaKertajati
Kabupaten
Sumedang Majalengka
16,270614
Jalan Kereta
Api
KertajatiJatitujuh
Kabupaten
Majalengka
2020
2024
14,867999
Jalan Kereta
Api
BangoduaWidasariJatibarang
Kabupaten
Indramayu
2024
2029
15,230313
Jalan Kereta
Api
ConggeangTomo
Kabupaten
Sumedang
2024
2029
Jalan Kereta
Api
DawuanKadipatenJatiwangiPalasahSumberjayaLeuwimunding
Kabupaten
Majalengka
2024
2029
Jalan Kereta
Api
CiwaringinGempolPalimananKlangenanDepok-WeruPlumbonTengahtan-
Kabupaten
Cirebon
2024
2029
25,476515
21,091644
Kawasan
Industri
Kabupaten
Cirebon
INVESTASI (T)
210 M per km
(dikalkulasikan
dari kebutuhan
investasi jalan
kereta api
JakartaSurabaya
sepanjang 700
km, sebesar
150 T)
76
Kedawung
0,906177
Jalan Kereta
Api
Kejaksaan
Kota Cirebon
2024
2029
161,768589
34 T
Estimasi Investasi : Buku Ringkasan Rencana Induk Pengembangan Wilayah Jawa Barat Bagian Timur 2014-2024
77
c. Rencana Bandara
NAMA BANDARA
KECAMATAN
KABUPATEN
MENUNJANG
KAWASAN
INDUSTRI
Kertajati Fase 1
Tahap 1
Kertajati Fase 1
Tahap 2
Kertajati
Majalengka
Kertajati Fase 2
Kawasan
Industri
MajalengkaSumedang
STATUS
PEKERJAAN
TAHUN
PENGEMBANGAN
TAHUN
OPERASI
INVESTASI (T)
Dalam
Pengerjaan
2014
2016
3,293
Pembebasan
Lahan
2016
2023
0,394
Pembebasan
Lahan
2,299
2013
Kertajati Fase
Ultimate
2036
Pembebasan
Lahan
2,019
Estimasi Investasi : Dinas Perhubungan Provinsi Jawa Barat (Perkembangan Pembangunan BIJB
di Kertajati-Majalengka dan Jalan Tol)
d. Rencana Pelabuhan
KABUPATEN
MENUNJANG
KAWASAN
INDUSTRI
STATUS
PEKERJAAN
Lemahwungkuk
Kota
Cirebon
Kawasan
Industri
Cirebon
Gebang
Cirebon
Kawasan
Industri
Cirebon
NAMA
PELABUHAN
KECAMATAN
Pelabuhan
Kota Cirebon
Pelabuhan
Khusus
Cirebon
TAHUN
PENGEMBANGAN
TAHUN
OPERASI
INVESTASI (T)
Rencana
Perluasan
2016
2020
10
Inisiasi
2024
Estimasi Investasi : Buku Ringkasan Rencana Induk Pengembangan Wilayah Jawa Barat Bagian
Timur 2014-2024
10
78
INVESTASI (T)
Dalam
Pengerjaan
2017
3,8
Dalam
Pengerjaan
2014
22
Indramayu
Rencana
2022
22
Buahdua
Sumedang
Rencana
2019
Cigandamekar
Kuningan
Rencana
2021
Kuningan
SUMBER ENERGI
TENAGA
DESA
KECAMATAN
KABUPATEN
PLTA Jatigede
2 x 55 MW
Leuwihideung
Darmaraja
Sumedang
PLTU II Cirebon
1000 MW
Kanci Kulon
Astanajapura
Cirebon
PLTU II Indramayu
2 x 1000 MW
Patrol
Patrol
PLTP Tampomas
45 MW
Cibitung
PLTP Ciremai
55 MW
Sangkanhurip
MENUNJANG KAWASAN
INDUSTRI
STATUS
PEKERJAAN
TAHUN
PENGEMBANGAN
64,84
PLTP Ciremai
55 MW
Pajambon
Kramat Mulya
Rencana
2021
SUMBER AIR
Waduk Jatigede
LITER/DETIK
6000
DESA
Karedok
KECAMATAN
Jatigede
KABUPATEN
Sumedang
STATUS
PEKERJAAN
Dalam
Pengerjaan
TAHUN
PENGEMBANGAN
TAHUN OPERASI
INVESTASI (T)
2017
3,8
79
NAMA RUAS
JALAN
PANJANG
JALAN
(Km)
FUNGSI
JALAN
KECAMATAN
KABUPATEN
MENUNJANG
KAWASAN
INDUSTRI
STATUS
PEKERJAAN
TAHUN
PENGEMBANGAN
43,574535
Jalan
Tol
Cihaurbeuti-Sindangkasih-CikonengSadanyana-Baregbeg-CijeunjingCisaga
Ciamis
Kawasan Industri
Ciamis; Kawasan
Industri Kota Banjar
Rencana
Setelah 2024
TOTAL
TAHUN
OPERASI
INVESTASI (T)
3,757
43,574535
Estimasi Investasi : Menggunakan Perbandingan dengan nilai Investasi pembangunan Jalan Tol Cisumdawu
b. Rencana Jalan Lingkar
NAMA RUAS
JALAN
FUNGSI
JALAN
KECAMATAN
KABUPATEN
MENUNJANG
KAWASAN
INDUSTRI
STATUS
PEKERJAAN
Jalan Lingkar
Kota Banjar
24,851992
Jalan
Lingkar
Banjar-Pataruman-Langensari
Kota Banjar
Kawasan Industri
Kota Banjar
Rencana
TOTAL
24,851992
TAHUN
PENGEMBANGAN
TAHUN OPERASI
INVESTASI (T)
2017
2,14
Estimasi Investasi : Menggunakan Perbandingan dengan nilai Investasi pembangunan Jalan Tol Cisumdawu
80
PANJANG
JALAN (Km)
FUNGSI
JALAN
KECAMATAN
KABUPATEN
6,40888
Jalan
Kereta
Api
BanjarPataruman
19,5498
Jalan
Kereta
Api
Jalan
Kereta
Api
55,628142
STATUS
PEKERJAAN
TAHUN
PENGEMBANGAN
TAHUN
OPERASI
Kota Banjar
Rencana
2016
2020
PamaricanBanjarsari
Ciamis
Rencana
2016
2020
PadaherangKalipucangPangandaranSidamulihParigiCijulang
Pangandaran
Rencana
2016
2020
81,586822
KETERANGAN
INVESTASI (T)
210 M per km
(dikalkulasikan dari
kebutuhan investasi
jalan kereta api
Jakarta-Surabaya
sepanjang 700 km,
sebesar 150 T)
2,1E+11
17 T
Estimasi Investasi : Buku Ringkasan Rencana Induk Pengembangan Wilayah Jawa Barat Bagian Timur 2014-2024
d. Rencana Bandara
NAMA BANDARA
Bandara Nusawiru
KECAMATAN
Parigi
KABUPATEN
Pangandaran
STATUS
PEKERJAAN
Rencana
pengembangan
TAHUN
PENGEMBANGAN
TAHUN
OPERASI
INVESTASI (T)
2020
2024
8,005
81
e. Rencana Pelabuhan
NAMA
PELABUHAN
KECAMATAN
Pelabuhan
Bojongsalawe
Parigi
KABUPATEN
STATUS PEKERJAAN
TAHUN
PENGEMBANGAN
TAHUN
OPERASI
INVESTASI (T)
Pangandaran
Rencana perbesaran
pelabuhan untuk
pengolhan ikan
2016
2019
10
Estimasi Investasi : Buku Ringkasan Rencana Induk Pengembangan Wilayah Jawa Barat Bagian Timur 2014-2024
Berikut Merupakan Prioritas Pengembangan Per Tahun
Tabel4. 16 RENCANA PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR JAWA BARAT TIMUR BAGIAN UTARA
TAHUN
PENGEMBANGAN
TAHUN
OPERASI
PENGEMBANGAN
KECAMATAN
KABUPATEN
MENUNJANG
KAWASAN
INDUSTRI
STATUS PEKERJAAN
INVESTASI (T)
2016
Kertajati
Majalengka
Kawasan Industri
MajalengkaSumedang
Dalam Pengerjaan
3,293
2016
Cisumdawu Seksi 2
Rancakalong - Sumedang
(Ranckalong-Sumedang
Selatan)
Sumedang
Kawasan Industri
MajalengkaSumedang
Pengerjaan
2016
Cisumdawu Seksi 3
Sumedang - Cimalaka
(Sumedang Utara-Cimlaka)
Sumedang
Kawasan Industri
MajalengkaSumedang
Pembebasan Lahan
Pembebasan Lahan
Pembebasan Lahan
2014
2015
2016
Cisumdawu Seksi 4
Sumedang
Kawasan Industri
MajalengkaSumedang
2016
Cisumdawu Seksi 5
Sumedang
Kawasan Industri
Majalengka-
5,197
TAHUN
PENGEMBANGAN
82
TAHUN
OPERASI
PENGEMBANGAN
KECAMATAN
KABUPATEN
MENUNJANG
KAWASAN
INDUSTRI
STATUS PEKERJAAN
INVESTASI (T)
Sumedang
2016
2016
Cisumdawu Seksi 6
Ujungjaya - Dawuan
(Ujungjaya-Kertajati)
Sumedang,
Majalengka
Kawasan Industri
MajalengkaSumedang
Pembebasan Lahan
2023
Kertajati
Majalengka
Kawasan Industri
MajalengkaSumedang
Pembebasan Lahan
0,394
2020
Lemahwungkuk
Kota Cirebon
Kawasan Industri
Cirebon
Rencana Perluasan
10
Jatinangor-Tanjungsari
Kabupaten
Sumedang
Kawasan Industri
MajalengkaSumedang
Rencana. Terdapat
pada RTRW, tidak
terdapat di Peta
Rencana Kemenhub
Tanjungsari-PamulihanSumedang Selatan-Sumedang
Utara-Cimalaka-PasehConggeang
Kabupaten
Sumedang
Kawasan Industri
MajalengkaSumedang
Rencana. Terdapat
pada RTRW, tidak
terdapat di Peta
Rencana Kemenhub
Conggeang-UjungjayaKertajati
Kabupaten
Sumedang Majalengka
Kawasan Industri
MajalengkaSumedang
Rencana. Terdapat
pada RTRW, tidak
terdapat di Peta
Rencana Kemenhub
Kertajati-Jatitujuh
Kabupaten
Majalengka
Kawasan Industri
MajalengkaSumedang
Rencana. Terdapat
pada RTRW, tidak
terdapat di Peta
Rencana Kemenhub
Kertajati Fase 2
Kertajati
Majalengka
Kawasan Industri
MajalengkaSumedang
Pembebasan Lahan
2,299
Kertajati
Majalengka
Kawasan Industri
MajalengkaSumedang
Pembebasan Lahan
2,019
Bangodua-Widasari-Jatibarang
Kabupaten
Indramayu
Kawasan Industri
MajalengkaSumedang
Rencana. Terdapat
pada RTRW, tidak
terdapat di Peta
34
2020
2024
2017
34
2024
2020
2023
2024
2024
2036
2029
TAHUN
PENGEMBANGAN
83
TAHUN
OPERASI
PENGEMBANGAN
KECAMATAN
KABUPATEN
MENUNJANG
KAWASAN
INDUSTRI
STATUS PEKERJAAN
INVESTASI (T)
Rencana Kemenhub
Kawasan Industri
Kabupaten
Cirebon
Rencana. Terdapat
pada RTRW, tidak
terdapat di Peta
Rencana Kemenhub
Conggeang-Tomo
Kabupaten
Sumedang
2029
Dawuan-Kadipaten-JatiwangiPalasah-SumberjayaLeuwimunding
Kabupaten
Majalengka
Kawasan Industri
Kabupaten
Cirebon
Butuh Reaktivasi.
Terdapat di RTRW
Kabupaten dan Peta
Rencana Kemenhub
2029
Ciwaringin-GempolPalimanan-Klangenan-DepokWeru-Plumbon-TengahtanKedawung
Kabupaten
Cirebon
Kawasan Industri
Kabupaten
Cirebon
Butuh Reaktivasi.
Terdapat di RTRW
Kabupaten dan Peta
Rencana Kemenhub
Butuh Reaktivasi.
Terdapat di RTRW
Kabupaten dan Peta
Rencana Kemenhub
Inisiasi
2029
2029
2024
Kejaksan
Kota Cirebon
Kawasan Industri
Kabupaten
Cirebon
Gebang
Cirebon
Kawasan Industri
Cirebon
10
TAHUN
OPERASI
PENGEMBANGAN
KECAMATAN
KABUPATEN
2020
Banjar-Pataruman
Kota Banjar
Ciamis
2016
2020
Pamarican-Banjarsari
STATUS
PEKERJAAN
INVESTASI (T)
Rencana
17
TAHUN
PENGEMBANGAN
2020
Setelah 2024
TAHUN
OPERASI
PENGEMBANGAN
KECAMATAN
KABUPATEN
2020
Padaherang-KalipucangPangandaran-Sidamulih-ParigiCijulang
Pangandaran
2017
Banjar-Pataruman-Langensari
Kota Banjar
84
STATUS
PEKERJAAN
INVESTASI (T)
Rencana
2,14
Rencana
perbesaran
pelabuhan
untuk
pengolhan ikan
10
2019
Pelabuhan
Bojongsalawe
Parigi
Pangandaran
2024
Bandara Nusawiru
Parigi
Pangandaran
Rencana
pengembangan
8,005
Cihaurbeuti-SindangkasihCikoneng-SadanyanaBaregbeg-Cijeunjing-Cisaga
Ciamis
Rencana
3,757
Daftar Pustaka
iii
DAFTAR PUSTAKA
1.
Kajian Pengembangan Kompetensi Inti Industri Daerah Kabupaten Ciamis Provinsi Jawa Barat
2.
Kajian Pengembangan Kompetensi Inti Industri Daerah Kabupaten Indramyu Provinsi Jawa
Barat
3.
Kajian Pengembangan Kompetensi Inti Industri Daerah Kabupaten Majalengka Provinsi Jawa
Barat
4.
Kajian Pengembangan Kompetensi Inti Industri Daerah Kabupaten Kuningan Provinsi Jawa
Barat
5.
Kajian Pengembangan Kompetensi Inti Industri Daerah Kabupaten Cirebon Provinsi Jawa Barat
6.
Kajian Pengembangan Kompetensi Inti Industri Daerah Kabupaten Sumedang Provinsi Jawa
Barat
7.
Master Plan Perencanaan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia tahun 2011 2025
8.
9.
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Jawa Barat tahun 2009 - 2029
10. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Cirebon tahun 2011 2031
11. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Majalengka tahun 2011 2031
12. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Indramayu tahun 2011 2031
13. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sumedang 2009 2029
14. Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kuningan 2011 2031
15. Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Banjar 2011 2031
16. Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Cirebon 2011 2031
17. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Cirebon tahun 2005 2025
18. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Kuningan tahun 2005 2025
19. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Sumedang tahun 2005 2025
20. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kabupaten Majalengka tahun 2005 2025
21. Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik PT PLN (Persero) tahun 2013- 2022
22. Schwab, Klans. 2013. The Global Competitiveness Report 2012- 2013. The World Economic
Forum
23. Tan Khee Giap. 2013. Competitiveness Analysis and Development Strategies for 33 Indonesian
Provinces. World Scientific Publishing Company
24. The
Global
Manufcturing
Competitiveness
Index.
2013.
Avalilable
at
http://www2.deloitte.com/
25. Undang Undang No 3 Tahun 2014 Tentang Perindustrian
26. Christofakis, M. dan Papadaskalopoulos, A. The Growth Poles Strategy In Regional Planning:
The Recent Experience of Greece. 2011.