TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Dasar Teori
II.1.1 Fluida
Fluida
dan padat plastik. Fluida memiliki sifat tidak menolak terhadap perubahan bentuk dan
kemampuan untuk mengalir (atau umumnya kemampuannya untuk mengambil bentuk dari
wadah mereka). Sifat ini biasanya dikarenakan sebuah fungsi dari ketidakmampuan
mereka mengadakan tegangan geser (shear stress) dalam ekuilibrium statik. Konsekuensi
dari
sifat
ini
adalah hukum
Pascal yang
menekankan
mengarakterisasi bentuk fluid. Dapat disimpulkan bahwa fluida adalah zat atau entitas
yang terdeformasi secara berkesinambungan apabila diberi tegangan geser walau sekecil
apapun tegangan geser itu (Alfa, 2002).
Fluida incompressible
Adalah fluida yang mempunyai densitas yang terpengaruh sedikit oleh perubahan
yang agak besar pada temperatur dan tekanan. Contoh: zat cair.
b.
Fluida compressible
Adalah fluida yang mempunyai densitas yang peka terhadap perubahan temperatur
fluida yang mengalir (bergerak) di sebut fluida dinamis. Ciri-ciri umum fuida ideal
meliputi:
1. Aliran fluida dapat merupakan aliran tunak (steady) atau tak tunak (non-steady).
Jika kecepatan v di suatu titik adalah konstan terhadap waktu, aliran fluida di
katakan tunak. Contoh: Arus air yang mengalir dengan tenang (kelajuan aliran
rendah)
I-1
Fluida non-Newtonian
Sebagian besar data empiris dan uji untuk pompa dan sistem perpipaan telah
Grafik II.2 Hubungan Viskositas dan Laju Geser Fluida non Newtonian
karakteristik yang berbeda. Viskositas yang efektif pada kondisi set akan berbeda
tergantung pada fluida yang dipompa. Hal ini dapat dipahami dengan lebih baik dengan
melihat perilaku cairan kental dengan perubahan laju geser sebagai berikut (Alfa , 2002).
a. Fluida Pseudoplastic
Viskositas menurun karena tingkat kenaikan geser, tetapi viskositas awal mungkin
begitu tinggi untuk mencegah awal aliran dalam sistem pemompaan normal. Contoh:
Darah, emulsi, gusi, lotion, sabun, pasta gigi, ragi (Alfa , 2002).
II-3
c. Fluida Thixotropic
Viskositas berkurang dengan waktu di bawah kondisi geser. Setelah geser
berhenti viskositas akan kembali ke nilai aslinya waktu untuk pemulihan akan
bervariasi dengan cairan yang berbeda. Contoh fluida thixotropic adalah : krim
kosmetik, krim susu, gemuk, yoghurt stabil (Alfa, 2002).
II-4
Grafik II.6 Hubungan Viskositas dan Laju Geser Fluida Anti Thixotropic
e. Fluida Rheomalactic
Viskositas berkurang dengan waktu di bawah kondisi geser tapi tidak teratur.
Contoh: lateks karet alam, yoghurt alami (Alfa, 2002).
f. Fluida Plastic
Butuh kekuatan tertentu atau (stres yield) untuk mengatasi struktur yang solid
seperti, cairan sebelum mengalir. Contoh: coklat, saus tomat (Alfa, 2002).
Laju geser dihitung dari perbandingan antara perbedaan kecepatan aliran dari dua
lapisan cairan yang berdekatan dan jarak antara keduanya.
Laboratorium Tranportasi Fluida
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI - ITS
II-5
Persamaan II.1
Dimana :
v = Kecepatan fluida (m/s)
g = percepatan gravitasi bumi (m/s2),
h = ketinggian relatif terhadap suatu referensi (m)
P = tekanan fluida (atm)
= adalah densitas fluida (kg/m3).
Persamaan umum di atas berlaku untuk aliran tak termampatkan dengan asumsi
aliran bersifat steady state dan tidak terdapat gesekan (inviscid).
II.1.4 Pompa
Pompa adalah suatu mesin fluida yang digunakan untuk memindahkan fluida
melalui pipa dari satu tempat ke tempat lain. Dalam menjalankan fungsinya tersebut,
pompa mengubah energi gerak poros untuk menggerakkan sudu-sudu menjadi energi
tekanan pada fluida (Igor , 2008).
II-7
fluidanya ditekan dalam elemen-elemen pompa dengan volume tertentu. Dimana energi
secara berkala ditambahkan oleh penerapan gaya ke satu atau lebih ruang batas yang
diinginkan secara tertutup, cairan yang mempunyai volume, mengakibatkan peningkatan
tekanan secara langsung yang diperlukan untuk memindahkan cairan melalui valve atau
bagian di dalam jalur discharge. Pompa perpindahan positif selanjutnya digolongkan
berdasarkan cara perpindahannya:
a. Pompa Reciprocating
II-8
1.
Pompa Piston
2.
Pompa Diaphragm
Laboratorium Transportasi Fluida
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI - ITS
memompa cairan utama melalui perubahan kecepatan yang terjadi sebagai cairan yang
Laboratorium Tranportasi Fluida
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI - ITS
II-9
II-10
Bagian
No.
Casing
Propeller key
Casing
1
1A
1B
2
4
6
7
8
9
11
13
14
15
17
19
20
33
35
(lower)
Casing
(upper)
Impeller
Propeller
Pump Shaft
Casing ring
Impeller ring
Suction
cover
Stuffing box
Packing
Shaft sleeve
Disch. bowl
Gland
Frame
Shaft nut
Bearing
housing
Bagian
Deflector
36
Coupling
40
(pump)
44
Coupling
46
key
50
Copling lock
52
Coupling pin
59
Handhole
68
cover
72
Shaft collar
78
Thrust collar
85
Bearing
89
space
91
Shaft tube
101
Seal
103
Suct. bowl
123
Column pipe
125
Connector
127
Bearing
Bearing
cover
Grease
Seal pipe
2.
II-11
II-12
b ) Shaft
Poros transfer torsi dari motor ke impeller selama startup dan operasi pompa.
c ) Casing
Fungsi utama dari casing adalah untuk menghubungkan impeller hisap dan
pengiriman akhir pada bejana tekanan. Tekanan hisap akhir mungkin sesedikit
sepersepuluh dari tekanan atmosfer dan pada akhir pengiriman mungkin dua puluh
kali tekanan atmosfer untuk pompa satu tahap. Untuk multi-tahap pompa perbedaan
Laboratorium Tranportasi Fluida
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI - ITS
II-13
II-14
2.
Tidak banyak yang bergerak (tidak ada katup) sehingga biaya perawatannya
rendah
3.
4.
5.
6.
7.
II-15
II-16
II-17
II-19
II-20
d. Check Valve
Check Valve memiliki perbedaan yang signifikan dari Gate Valve dan Globe Valve.
Valve ini di desain untuk mencegah aliran balik. Ada beberapa jenis check valve, tapi ada 2
jenis yang paling umum yaitu Swing Check dan Lift Check. Swing Check Valve biasanya
dipasangkan dengan Gate Valve, sedangkan Lift Check Valve oleh beberapa pabrikan
digunakan untuk menggantikan fungsi Ball Valve sebagai Ball Check Valve. Check Valve
tidak menggunakan handel untuk mengatur aliran, tapi menggunakan gravitasi dan tekanan
dari aliran fluida itu sendiri. Karena fungsinya yang dapat mencegah aliran balik
(backflow) Check Valve sering digunakan sebagai pengaman dari sebuah peralatan dalam
sistem perpipaan (Jainul, 2012).
II-21
f. Butterfly Valve
Butterfly Valve memiliki bentuk yang unik jika dibandingkan dengan valve-valve yang
lain. Butterfly menggunakan plat bundar atau wafer yang dioperasikan dengan ankel untuk
posisi membuka penuh atau menutup penuh dengan sudut 90. Wafer ini tetap berada
ditengah aliran, dan dihubungkan ke ankel melalui shaft. Saat valve dalam keadaan
tertutup, wafer tersebut tegak lurus dengan arah aliran, sehingga aliran terbendung, dan
saat valve terbuka wafer sejajar/ segaris dengan aliran, sehingga zat dapat mengalir melalui
valve. Butterfly valve memiliki turbulensi dan penurunan tekanan (pressure drop) yang
minimal. Valve ini bagus untuk pengoperasian on-off ataupun throttling, dan bagus untuk
mengontrol aliran zat cair atau gas dalam jumlah yang besar. Namun demikian valve ini
biasanya tidak memiliki kekedapan yang bagus, dan harus digunakan pada situasi/ sistem
yang memiliki tekanan rendah (low-pressure) (Jainul, 2012).
II-22
h. Plug Cocks
Valve ini tahan terhadap fluida dibawah 250oC dan cocok untuk pemindahan fluida
yang digunakan untuk proses kimia. Pressure drop yang disebabkan minimal saat valve ini
terbuka (McCabe, 1993).
Laboratorium Tranportasi Fluida
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI - ITS
II-23
Elbow
Aliran suatu fluida saat di elbow menjadi lebih turbulen,
Fitting Cap
Pipe caps fitting berfungsi untuk menghentikan aliran pada ujung pipa, fitting ini di las
langsung pada pipa utama. Ada juga penutup aliran fluida yang dapat di bongkar dan
dilepas, namun biasanya menggunakan sambungan flange, lebih tepatnya blind flange.
II-25