Anda di halaman 1dari 25

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Dasar Teori
II.1.1 Fluida
Fluida

adalah sub-himpunan dari fase benda, termasuk cairan, gas, plasma,

dan padat plastik. Fluida memiliki sifat tidak menolak terhadap perubahan bentuk dan
kemampuan untuk mengalir (atau umumnya kemampuannya untuk mengambil bentuk dari
wadah mereka). Sifat ini biasanya dikarenakan sebuah fungsi dari ketidakmampuan
mereka mengadakan tegangan geser (shear stress) dalam ekuilibrium statik. Konsekuensi
dari

sifat

ini

adalah hukum

Pascal yang

menekankan

pentingnya tekanan dalam

mengarakterisasi bentuk fluid. Dapat disimpulkan bahwa fluida adalah zat atau entitas
yang terdeformasi secara berkesinambungan apabila diberi tegangan geser walau sekecil
apapun tegangan geser itu (Alfa, 2002).

II.1.2 Jenis- jenis Fluida


Menurut Alfa (2002), jenis-jenis fluida dibagi sebagai berikut:
a.

Fluida incompressible
Adalah fluida yang mempunyai densitas yang terpengaruh sedikit oleh perubahan

yang agak besar pada temperatur dan tekanan. Contoh: zat cair.
b.

Fluida compressible
Adalah fluida yang mempunyai densitas yang peka terhadap perubahan temperatur

dan tekanan. Contoh: zat gas.


c.

Fluida Statis (Fluida diam)


Mempelajari fluida pada keadaan diam dan fluida yang berada dalam suatu tempat,

dan tidak ada gerakan diantara elemen-elemen sekitarnya.


d.

Fluida Dinamis (Fluida bergerak)


Fluida yang bergerak antara elemen-elemen sekitarnya. Fluida dinamis adalah

fluida yang mengalir (bergerak) di sebut fluida dinamis. Ciri-ciri umum fuida ideal
meliputi:
1. Aliran fluida dapat merupakan aliran tunak (steady) atau tak tunak (non-steady).
Jika kecepatan v di suatu titik adalah konstan terhadap waktu, aliran fluida di
katakan tunak. Contoh: Arus air yang mengalir dengan tenang (kelajuan aliran
rendah)

I-1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2. Jika kecepatan di suatu titik tidak konstan terhadap waktu maka dikatakan aliran
tak tunak. Contoh: Gelombang pasang air laut.
3. Aliran fluida dapat termampatkan (compressible) atau tak termampatkan
(incompressible). Jika fluida yang mengalir tidak mengalami perubahan volum
(massa jenis) maka aliran fluida tak termampatkan. Contoh: gerak relatif udara
terhadap sayap-sayap pesawat.
4. Aliran fluida dapat merupakan aliran kental (viscous) atau tak kental (non-viscous)
Contoh: Pelumasan pada mesin mobil
5. Aliran fluida dapat merupakan aliran garis arus (streamline) atau aliran turbulen.

e. Fluida Newtonian (istilah yang diperoleh dari nama Isaac Newton)


Adalah suatu fluida yang memiliki kurva tegangan/regangan yang linier. Contoh
umum dari fluida yang memiliki karakteristik ini adalah air, bir, hidrokarbon, susu,
minyak, mineral, resin, sirup (Alfa , 2002).
Dalam beberapa cairan viskositas konstan terlepas dari gaya geser diterapkan pada
lapisan cairan. Cairan ini bernama cairan Newtonian. Pada suhu konstan viskositas konstan
dengan perubahan laju geser atau agitasi (Alfa , 2002).

Grafik II.1 Hubungan Viskositas dan Laju Geser Fluida Newtonian


f.

Fluida non-Newtonian
Sebagian besar data empiris dan uji untuk pompa dan sistem perpipaan telah

dikembangkan menggunakan cairan Newtonian di berbagai viskositas. Namun, ada banyak


cairan yang tidak mengikuti hukum linear ini, cairan ini bernama cairan non Newtonian.
Adalah suatu fluida yang akan mengalami perubahan viskositas ketika terdapat gaya yang
bekerja pada fluida tersebut. Hal ini menyebabkan fluida non Newtonian tidak
Laboratorium Transportasi Fluida
II-2
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI - ITS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


memiliki viskositas yang konstan. Berkebalikan dengan fluida non Newtonian, pada fluida
Newtonian viskositas bernilai konstan sekalipun terdapat gaya yang bekerja pada fluida.
Ketika bekerja dengan cairan non Newtonian kita menggunakan viskositas efektif untuk
mewakili karakteristik kental cairan seolah olah newtonian pada saat kondisi (laju geser,
suhu). Viskositas yang efektif ini kemudian digunakan dalam perhitungan, dan grafik (Alfa,
2002).

Grafik II.2 Hubungan Viskositas dan Laju Geser Fluida non Newtonian

Tipe-tipe fluida non newtonian


Ada sejumlah berbagai jenis cairan non

newtonian masing-masing dengan

karakteristik yang berbeda. Viskositas yang efektif pada kondisi set akan berbeda
tergantung pada fluida yang dipompa. Hal ini dapat dipahami dengan lebih baik dengan
melihat perilaku cairan kental dengan perubahan laju geser sebagai berikut (Alfa , 2002).
a. Fluida Pseudoplastic
Viskositas menurun karena tingkat kenaikan geser, tetapi viskositas awal mungkin
begitu tinggi untuk mencegah awal aliran dalam sistem pemompaan normal. Contoh:
Darah, emulsi, gusi, lotion, sabun, pasta gigi, ragi (Alfa , 2002).

Grafik II.3 Hubungan Viskositas dan Laju Geser Fluida Pseudoplastic


Laboratorium Tranportasi Fluida
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI - ITS

II-3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


b. Fluida Dilatant
Viskositas meningkat seiring kenaikan tarif geser . Contoh: tanah liat bubur,
pelapis kertas (Alfa, 2002).

Grafik II.4 Hubungan Viskositas dan Laju Geser Fluida Dilatant

c. Fluida Thixotropic
Viskositas berkurang dengan waktu di bawah kondisi geser. Setelah geser
berhenti viskositas akan kembali ke nilai aslinya waktu untuk pemulihan akan
bervariasi dengan cairan yang berbeda. Contoh fluida thixotropic adalah : krim
kosmetik, krim susu, gemuk, yoghurt stabil (Alfa, 2002).

Grafik II.5 Hubungan Viskositas dan Laju Geser Fluida Thixotropic


d. Fluida Anti-Thixotropic
Viskositas meningkat dengan waktu di bawah kondisi geser. Setelah geser
berhenti viskositas akan kembali ke nilai aslinya, waktu untuk pemulihan akan
bervariasi dengan cairan yang berbeda. Seperti namanya, fluida anti thixotropic

II-4

Laboratorium Transportasi Fluida


Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI - ITS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


memiliki karakteristik yang berlawanan reologi dengan cairan thixotropic. Contoh:
Vanadium pentoksida (Alfa, 2002).

Grafik II.6 Hubungan Viskositas dan Laju Geser Fluida Anti Thixotropic

e. Fluida Rheomalactic
Viskositas berkurang dengan waktu di bawah kondisi geser tapi tidak teratur.
Contoh: lateks karet alam, yoghurt alami (Alfa, 2002).

Grafik II.7 Hubungan Viskositas dan Laju Geser Fluida Rheomalactic

f. Fluida Plastic
Butuh kekuatan tertentu atau (stres yield) untuk mengatasi struktur yang solid
seperti, cairan sebelum mengalir. Contoh: coklat, saus tomat (Alfa, 2002).
Laju geser dihitung dari perbandingan antara perbedaan kecepatan aliran dari dua
lapisan cairan yang berdekatan dan jarak antara keduanya.
Laboratorium Tranportasi Fluida
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI - ITS

II-5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Grafik II.8 Kurva Aliran Fluida Ideal


Kurva aliran untuk fluida ideal adalah garis lurus. Ini berarti viskositas konstan
pada semua tingkat geser. Semua cairan dari karakteristik ini adalah " cairan Newtonian " .
Contohnya adalah air, minyak, sirup, resin (GEA, 2012).

Grafik II.9 Hubungan Viskositas dan Laju Geser pada Fluida


Cairan yang mengubah viskositas dalam ketergantungan laju geser disebut cairan
non Newtonian. Dalam prakteknya, persentase yang sangat tinggi cairan non newtonian
yang dipompa dapat dibedakan sebagai berikut: cairan kental viskositas menurun dengan
meningkatnya laju geser pada kekuatan awal yang tinggi, hal ini berarti dari sudut pandang
teknis bahwa energi setelah kekuatan awal yang diperlukan untuk laju aliran dapat
berkurang. Cairan khas dengan karakteristik yang dijelaskan di atas adalah sabun , kecap,
margarin, lem (GEA, 2012).
g. Fluida Dilatent
Viskositas meningkat seiring dengan kenaikan laju geser. Contoh : bubur, campuran
gula (GEA, 2012).
II-6

Laboratorium Transportasi Fluida


Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI - ITS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


II.1.3 Prinsip Bernoulli
Prinsip Bernoulli adalah sebuah istilah di dalam mekanika fluida yang menyatakan
bahwa pada suatu aliran fluida, peningkatan pada kecepatan fluida akan menimbulkan
penurunan tekanan pada aliran tersebut. Prinsip ini diambil dari nama ilmuwan
Belanda/Swiss yang bernama Daniel Bernoulli.

Gambar II.1 Gambar Persamaan Kontinuitas Bernoulli

Persamaan II.1
Dimana :
v = Kecepatan fluida (m/s)
g = percepatan gravitasi bumi (m/s2),
h = ketinggian relatif terhadap suatu referensi (m)
P = tekanan fluida (atm)
= adalah densitas fluida (kg/m3).
Persamaan umum di atas berlaku untuk aliran tak termampatkan dengan asumsi
aliran bersifat steady state dan tidak terdapat gesekan (inviscid).
II.1.4 Pompa
Pompa adalah suatu mesin fluida yang digunakan untuk memindahkan fluida
melalui pipa dari satu tempat ke tempat lain. Dalam menjalankan fungsinya tersebut,
pompa mengubah energi gerak poros untuk menggerakkan sudu-sudu menjadi energi
tekanan pada fluida (Igor , 2008).

Laboratorium Tranportasi Fluida


Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI - ITS

II-7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


II.1.5 Klasifikasi Pompa
Pompa diklasifikasikan berdasarkan kegunaan yang disediakan, dari bahan-bahan
yang pembentuknya, cairan fluida yang dialirkan dan bahkan orientasi ruang. Ditinjau
berdasarkan sistemnya, pompa dibedakan menjadi 2 macam, yaitu:
II.1.5.1 Dinamis/Kinetik
Menurut Igor (2008), pompa yang ruang kerjanya tidak berubah selama pompa bekerja.
Pompa ini memiliki elemen utama sebuah rotor dengan satu impeller yang berputar dengan
kecepatan tinggi. Fluida masuk dipercepat oleh impeller yang menaikkan kecepatan
absolut fluida maupun tekanannya dan melemparkan aliran melalui volut.
Jenis pompa dinamik:
a. Pompa sentrifugal:
1. Pompa Axial
2. Pompa Mixed Flow dan Radial Flow
3. Pompa Peripheral
b. Pompa dengan efek khusus:
1. Pompa Jet
2. Pompa Gas Lift
3. Pompa Hydraulic RAM
4. Pompa Electromagnetic

II.1.5.2 Positive Displacement


Menurut

Igor (2008), pompa yang menghasilkan kapasitas intermitten karena

fluidanya ditekan dalam elemen-elemen pompa dengan volume tertentu. Dimana energi
secara berkala ditambahkan oleh penerapan gaya ke satu atau lebih ruang batas yang
diinginkan secara tertutup, cairan yang mempunyai volume, mengakibatkan peningkatan
tekanan secara langsung yang diperlukan untuk memindahkan cairan melalui valve atau
bagian di dalam jalur discharge. Pompa perpindahan positif selanjutnya digolongkan
berdasarkan cara perpindahannya:
a. Pompa Reciprocating

II-8

1.

Pompa Piston

2.

Pompa Diaphragm
Laboratorium Transportasi Fluida
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI - ITS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


b. Pompa Rotary
1. Pompa Single Rotor
2. Pompa Multiple Rotor

Gambar II.2 Klasifikasi Pompa


II.1.6 Pompa Sentrifugal
Sebuah pompa sentrifugal adalah pompa yang memiliki elemen utama sebuah
motor dengan sudu impeller berputar dengan kecepatan tinggi. Fluida masuk dipercepat
oleh impeller yang menaikkan kecepatan fluida maupun tekanannya dan melemparkan
keluar volute. Inlet tidak berdinding dari outlet seperti halnya dengan perpindahan positif
pompa, Sebaliknya

pompa sentrifugal yang memberikan energi yang berguna untuk

memompa cairan utama melalui perubahan kecepatan yang terjadi sebagai cairan yang
Laboratorium Tranportasi Fluida
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI - ITS

II-9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


mengalir melalui impeller dan yang berhubungan dengan hal itu adalah pompa
rotodynamic. Semua pompa impeller yang rotodynamic, termasuk aliran radial, aliran
campuran, dan impeler aliran aksial. Istilah " Pompa sentrifugal " cenderung mencakup
semua pompa rotodynamic. Meskipun pola aliran yang sebenarnya dalam pompa
sentrifugal tiga dimensi dipengaruhi dalam berbagai hal, pada satu dimensi secara jelas aliran membuat koneksi antara perpindahan energi dasar dan hubungan kinerja secara
geometri atau yang sering disebut sebagai " desain hidrolik " atau lebih tepatnya (Desain
dinamis cairan ) dari impeller dan stator atau lorong-lorong stasioner mesin (Igor , 2008).
II.1.6.1 Cara Kerja Pompa Sentrifugal
Sebuah pompa sentrifugal merupakan salah satu peralatan yang paling sederhana
dalam proses lain system kerja. Tujuannya adalah untuk mengubah energi dari penggerak
(motor listrik atau turbin) pertama dalam kecepatan atau energi kinetik dan kemudian
menjadi energi tekanan fluida yang sedang dipompa. Perubahan energi terjadi berdasarkan
dua bagian utama pompa, impeller dan volute atau diffuser. Impeller adalah bagian
berputar yang mengubah energi menjadi sopir energi kinetik. Volute atau diffuser adalah
bagian stasioner yang mengubah kinetic energi menjadi energi tekanan (Igor, 2008).
II.1.6.2 Bagian-bagian Pompa Sentrifugal
Menurut Igor (2008), berikut ini adalah bagian-bagian suatu pompa sentrifugal

Gambar II. 3 Pompa Sentrifugal

II-10

Laboratorium Transportasi Fluida


Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI - ITS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


Tabel II.1 Bagian-bagian Pompa Sentrifugal
No.

Bagian

No.

Casing

Propeller key

Casing
1
1A
1B
2
4
6
7
8
9
11
13
14
15
17
19
20
33
35

(lower)
Casing
(upper)
Impeller
Propeller
Pump Shaft
Casing ring
Impeller ring
Suction
cover
Stuffing box
Packing
Shaft sleeve
Disch. bowl
Gland
Frame
Shaft nut
Bearing
housing

Bagian

Deflector
36

Coupling

40

(pump)

44

Coupling

46

key

50

Copling lock

52

Coupling pin

59

Handhole

68

cover

72

Shaft collar

78

Thrust collar

85

Bearing

89

space

91

Shaft tube

101

Seal

103

Suct. bowl

123

Column pipe

125

Connector

127

Bearing

Bearing
cover

Grease
Seal pipe

II.1.6.3 Komponen pompa sentrifugal


Komponen utama dari pompa sentrifugal adalah:
1.

Komponen Pemutar: impeller yang disambungkan ke poros

2.

Komponen Stationary: casing, penutup casing, dan bantalan.

Laboratorium Tranportasi Fluida


Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI - ITS

II-11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Gambar II.4 Komponen Utama Pompa Sentrifugal


a) Impeller
Impeller merupakan cakram bulat dari logam dengan bagian untuk aliran fluida .
impeller umumnya terbuat dari perunggu, polikarbonat, besi cor atau stainless steel.
Sebagai kinerja pompa tergantung pada jenis impeller, penting untuk memilih desain yang
cocok dan mendapatkan impeler dalam kondisi baik . Jumlah impeler menentukan jumlah
tahapan pompa. Pompa satu tahap memiliki satu impeller dan paling cocok untuk head
rendah. Pompa dua tahap memiliki dua impeler seri untuk head sedang . Pompa multitahap
memiliki tiga atau lebih impeler seri untuk head yang tinggi.
Impeller dapat diklasifikasikan berdasarkan :
1. Arah aliran dari sumbu rotasi: aliran radial, aliran aksial, aliran campuran
2. Jenis Suction: hisap tunggal dan ganda hisap
3. Bentuk atau konstruksi mekanis: Impeller yang tertutup memiliki baling-baling
yang ditutupi oleh mantel mencakup pada kedua sisi

II-12

Laboratorium Transportasi Fluida


Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI - ITS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Gambar II.5 Impeller Terbuka dan Tertutup


Umumnya digunakan untuk pompa air sebagai baling-baling dan mengurung air.
Hal ini untuk mencegah air bergerak dari sisi pengiriman ke sisi penghisapan yang akan
mengurangi efisiensi pompa. Untuk memisahkan ruang debit dari ruang hisap, diperlukan
antara impeller dan casing pompa. Hal ini dapat dilakukan dengan memakai cincin yang
dipasang dibagian atas penutup impeler atau di dalam permukaan silinder wadah pompa.
Kerugian dari impeler tertutup:
1. Risiko yang penyumbatan lebih tinggi
-Impeller terbuka dan semi terbukacenderung menyumbat. Namun untuk
menghindari dengan menyumbat melalui resirkulasi internal, volute atau backplate pompa harus disesuaikan untuk mendapatkan setelan impeler yang benar.
- Impeller pompa Vortex cocok untuk bahan padat dan "berserabut" tetapi sampai
50 % lebih efisien daripada desain konvensional.

b ) Shaft
Poros transfer torsi dari motor ke impeller selama startup dan operasi pompa.
c ) Casing
Fungsi utama dari casing adalah untuk menghubungkan impeller hisap dan
pengiriman akhir pada bejana tekanan. Tekanan hisap akhir mungkin sesedikit
sepersepuluh dari tekanan atmosfer dan pada akhir pengiriman mungkin dua puluh
kali tekanan atmosfer untuk pompa satu tahap. Untuk multi-tahap pompa perbedaan
Laboratorium Tranportasi Fluida
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI - ITS

II-13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


tekanan jauh lebih tinggi. Casing dirancang untuk menahan setidaknya dua kali
tekanan ini untuk memastikan margin keamanan yang cukup besar . Fungsi kedua
casing adalah untuk memberikan media pendukung dan bantalan untuk poros dan
impeller. Oleh karena itu casing pompa harus dirancang untuk:
1. Menyediakan akses mudah ke seluruh bagian pompa untuk pemeriksaan ,
pemeliharaan dan perbaikan
2. Membuat casing anti bocor dengan menyediakan kotak isian
3. Hubungkan hisap dan pengiriman pipa langsung ke flensa
Ada dua jenis casing
1. Volute casing

Gambar II.6 Volute Casing


Memiliki impeler yang dipasang di dalam casing. Salah satu tujuan utama untuk
membantu menyeimbangkan tekanan hidrolik pada poros pompa. Namun, pompa dengan
volute casing beroperasi pada kapasitas yang lebih rendah dari produsen. Kapasitas
direkomendasikan, dapat mengakibatkan tekanan lateral pada poros pompa. Hal ini dapat
menyebabkan meningkatnya pemakaian segel, bantalan, dan poros itu sendiri. Wadah
volute ganda digunakan ketika gaya radial menjadi signifikan pada kapasitas berkurang.

II-14

Laboratorium Transportasi Fluida


Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI - ITS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2. Casing Edaran
Memiliki baling-baling penyebaran stasioner disekeliling impeler yang mengubah
kecepatan menjadi energi tekanan . Wadah tersebut banyak digunakan untuk pompa multitahap. Casing edaran dapat dirancang menjadi:
- Casing padat: seluruh casing dan nosel dimuat dalam satu cetakan atau potongan.

Gambar II.7 Casing Edaran


- Wadah terbelah : dua atau lebih bagian yang bergabung bersama-sama. Ketika bagian
casing dibagi oleh bidang horisontal, wadahnya disebut horizontal split atau aksial casing
(UNEP, 2006).

II.1.6.3 Kelebihan dan Kekurangan Pompa Sentrifugal


Menurut Nila (2011), kelebihan dan kekurangan pompa sentrifugal dapat dijelaskan
sebagai berikut:
II.1.6.3.1 Kelebihan
1.

Pada aliran volume yang sama harga pembelian lebih murah

2.

Tidak banyak yang bergerak (tidak ada katup) sehingga biaya perawatannya
rendah

3.

Lebih sedikit memerlukan tempat

4.

Jumlah putaran tinggi sehingga memungkinkan digerakkan langsung oleh


motor listrik atau turbin

5.

Jalannya tenang seingga fondasi dapat dibuat ringan

6.

Bila kontruksi disesuaikan dapat digunakan untuk memompa cairan yang


mengandung kotoran atau padatan

7.

Aliran zat cair yang di peroleh berupa transisi

Laboratorium Tranportasi Fluida


Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI - ITS

II-15

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


II.1.6.3.2 Kekurangan
1. Rendemen rendah terutama untuk aliran volume yang kecil dan daya dorong
yang tinggi
2. Dalam keadaan normal tidak dapat menghisap sendiri
3. Tidak cocok untuk memompa cairan yang viskositasnya tinggi, terutama
dalam volume kecil
II.1.7 Karakteristik Sistem Perpompaan
1.7.1 Ketahanan sistem: Head
Tekanan diperlukan untuk memompa cairan melalui sistem pada tingkat tertentu .
Tekanan ini cukup tinggi untuk mengatasi perlawanan dari sistem yang disebut " head ".
Total head adalah jumlah head statik dan head gesekan :
a) Head Statis
Head Statis adalah perbedaan ketinggian antara sumber dan tujuan yang dipompa
cair. Head statis adalah independen dari aliran. Head statis pada tekanan tertentu
tergantung pada berat cairan dan dapat dihitung dengan persamaan ini :
Head (in feet) = Pressure (psi) X 2.31
Specific gravity
Persamaan II.2

b) Static Head terdiri dari:


1. Static Suction Head: akibat pengangkatan cairan relatif terhadap garis tengah
pompa. static suction head bernilai positif jika ketinggian cairan diatas garis pusat
pompa dan negatif jika cairan tingkat di bawah garis pusat pompa (disebut juga
daya hisap) static discharge head: jarak vertikal antara garis tengah pompa dan
permukaan cairan dalam tangki.

II-16

Laboratorium Transportasi Fluida


Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI - ITS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Gambar II.8 Static Head dengan Flow


2. Friction Head ( hf )
adalah kerugian yang diperlukan untuk mengatasi resistensi terhadap aliran
dalam pipa dan fitting. Hal ini tergantung pada ukuran, kondisi dan jenis pipa,
jumlah dan jenis alat kelengkapan pipa, laju aliran, dan sifat cairan. Friction
Head sebanding dengan kuadrat arus tingkat seperti pada gambar 3. Sebuah
sirkulasi lingkaran sistem tertutup hanya menunjukkan head gesekan (bukan
head statis).

Grafik II.10 Frictional Head dengan Flow


Dalam kebanyakan kasus, head total sistem adalah kombinasi dari head statik
dan head gesekan seperti ditunjukkan Grafik II.11

Laboratorium Tranportasi Fluida


Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI - ITS

II-17

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Grafik II.11 System With High Static Head

System With Low Static Head

1.2.2 Kurva kinerja Pompa


Head dan debit menentukan kinerja pompa , yang secara grafis ditunjukkan pada
Grafik II.12 sebagai kurva kinerja atau kurva karakteristik pompa. Angka ini menunjukkan
khas kurva pompa sentrifugal di mana head secara bertahap menurun dengan
meningkatnya aliran. Sebagai perlawanan dari meningkatnya sistem, head juga akan
meningkat. Hal ini menyebabkan tingkat penurunan aliran akan mencapai nol. Tingkat
aliran nol hanya dapat diterima untuk waktu singkat tanpa menyebabkan pompa
membakar.

Grafik II.12 Performance Curve of a Pump


1.2.3 Titik operasi Pompa
Laju aliran pada head tertentu disebut titik tugas. Kurva kinerja pompa terdiri dari
banyak poin.
II-18

Laboratorium Transportasi Fluida


Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI - ITS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Grafik II.13 kurva perpotongan kurva sistem dan kurva pompa


1.2.4 Kinerja Pompa Hisap (NPSH)
Kavitasi atau penguapan adalah pembentukan gelembung di dalam pompa. Hal
ini dapat terjadi ketika pada tekanan statis lokal fluida menjadi lebih rendah dari tekanan
uap cairan (pada suhu sebenarnya). Penyebabnya adalah ketika cairan terjadi lebih cepat
pada katup kontrol atau sekitar impeller pompa. Penguapan itu sendiri tidak menyebabkan
kerusakan. Namun, ketika kecepatannya menurun dan tekanan meningkat, uap akan
menguap dan runtuh . Hal ini memiliki tiga efek yang tidak diinginkan :
1. Erosi pada permukaan baling-baling, terutama jika memompa cairan berbasis air
2. Meningkatkan kebisingan dan getaran, sehingga segel pendek pada bantalan
3. Menyumbat sebagian lintasan impeler, yang menurunkan kinerja pompa dan dapat
menyebabkan kehilangan head total dalam kasus yang ekstrim .
Net Positif Suction Head (NPSHA) menunjukkan banyaknya daya hisap pompa
yang melebihi tekanan uap cairan, dan merupakan karakteristik dari desain sistem . NPSH
yang diperlukan (NPSHR) adalah hisapan pompa yang diperlukan untuk menghindari
kavitasi, dan merupakan karakteristik dari desain pompa (UNEP, 2006).
II.1.8 Jenis-jenis valve dan fitting
1. Valve
Valve tidak hanya digunakan untuk mengatur aliran fluida dalam sistem perpipaan
namun juga untuk meng-isolasi suatu pipa atau peralatan lainnya untuk perbaikan tanpa
mengganggu/membongkar sambungan lainnya.
Beberapa contoh jenis valve :
a. Gate Valve
Laboratorium Tranportasi Fluida
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI - ITS

II-19

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


adalah valve yang paling sering dipakai pada sistem perpipaan. Fungsinya untuk
membuka dan menutup aliran (on-off), tetapi tidak untuk mengatur besar kecil aliran
(throttling). Kelebihan Gate Valve, minimnya halangan/ resistan saat valve ini dibuka
penuh, sehingga aliran bisa maksimal. Gate Valve mengontrol aliran melalui badan valve
yang berbentuk pipa, dengan sebuah lempengan atau baji vertikal (lihat gambar dibawah
ini) yang bisa bergeser naik turun saat valve diputar. Valve ini didesain untuk posisi
terbuka penuh, atau tertutup penuh. Jika valve ini dalam keadaan setengah terbuka, maka
akan menyebabkan pengikisan pada badan valve, dan turbulensi aliran zat bisa
menyebabkan getaran pada baji valve sehingga menghasilkan suara gemeretak (Jainul,
2012)

Gambar II.8 Gate Valve


b. Globe Valve
Globe Valve biasanya digunakan pada situasi dimana pengaturan besar kecil aliran
(throttling) diperlukan. Dengan mudah memutar handel valve, besarnya aliran zat yang
melewati valve bisa diatur. Dudukan valve yang sejajar dengan aliran, membuat globe
valve efisien ketika mengatur besar kecilnya aliran dengan minimum erosi piringan dan
dudukan. Namun demikian tahanan didalam valve cukup besar. Desain Globe Valve yang
sedemikian rupa, memaksa adanya perubahan arah aliran zat didalam valve, sehingga
tekanan menurun drastis dan menyebabkan turbulensi di dalam valve itu sendiri. Dengan
demikian, Globe Valve tidak disarankan diinstal pada sistem yang menghindari penurunan
tekanan, dan sistem yang menghindari tahanan pada aliran (Jainul, 2012).

Gambar II.9 Globe Valve

II-20

Laboratorium Transportasi Fluida


Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI - ITS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


c. Angle Valve
Sama seperti globe valve, angle valve juga digunakan pada situasi dimana pengaturan
besar kecil aliran diperlukan (throttling). Namun angle valve di buat dengan sudut 90, hal
ini untuk mengurangi pemakaian elbow 90 dan fitting tambahan (Jainul, 2012).

Gambar II.10 Angle Valve

d. Check Valve
Check Valve memiliki perbedaan yang signifikan dari Gate Valve dan Globe Valve.
Valve ini di desain untuk mencegah aliran balik. Ada beberapa jenis check valve, tapi ada 2
jenis yang paling umum yaitu Swing Check dan Lift Check. Swing Check Valve biasanya
dipasangkan dengan Gate Valve, sedangkan Lift Check Valve oleh beberapa pabrikan
digunakan untuk menggantikan fungsi Ball Valve sebagai Ball Check Valve. Check Valve
tidak menggunakan handel untuk mengatur aliran, tapi menggunakan gravitasi dan tekanan
dari aliran fluida itu sendiri. Karena fungsinya yang dapat mencegah aliran balik
(backflow) Check Valve sering digunakan sebagai pengaman dari sebuah peralatan dalam
sistem perpipaan (Jainul, 2012).

Gambar II.11 Check Valve

Laboratorium Tranportasi Fluida


Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI - ITS

II-21

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


e. Ball Valve
Ball Valve adalah alternatif murah dari jenis valve-valve yang lain. Ball valve
menggunakan bola logam yang tengahnya ada lubang tembus, diapit oleh dudukan valve
untuk mengontrol aliran. Sering dipakai pada proses hydrocarbon, ball valve mampu
mengatur besar kecil aliran gas dan uap terutama untuk tekanan rendah. Valve ini dapat
dengan cepat ditutup dan cukup kedap untuk menahan fluida/ zat cair. Ball valve tidak
menggunakan handwheel, tetapi menggunakan ankle untuk membuka atau menutup valve
dengan sudut 90 (Jainul, 2012).

Gambar II.12 Ball Valve

f. Butterfly Valve
Butterfly Valve memiliki bentuk yang unik jika dibandingkan dengan valve-valve yang
lain. Butterfly menggunakan plat bundar atau wafer yang dioperasikan dengan ankel untuk
posisi membuka penuh atau menutup penuh dengan sudut 90. Wafer ini tetap berada
ditengah aliran, dan dihubungkan ke ankel melalui shaft. Saat valve dalam keadaan
tertutup, wafer tersebut tegak lurus dengan arah aliran, sehingga aliran terbendung, dan
saat valve terbuka wafer sejajar/ segaris dengan aliran, sehingga zat dapat mengalir melalui
valve. Butterfly valve memiliki turbulensi dan penurunan tekanan (pressure drop) yang
minimal. Valve ini bagus untuk pengoperasian on-off ataupun throttling, dan bagus untuk
mengontrol aliran zat cair atau gas dalam jumlah yang besar. Namun demikian valve ini
biasanya tidak memiliki kekedapan yang bagus, dan harus digunakan pada situasi/ sistem
yang memiliki tekanan rendah (low-pressure) (Jainul, 2012).

II-22

Laboratorium Transportasi Fluida


Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI - ITS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Gambar II.14 Butterfly Valve


g. Relief Valve
Relief valve memiliki fungsi yang sangat berbeda dari valve-valve yang lain. Valve ini
didisain khusus untuk melepas tekanan berlebih yang ada di equipment dan sistem
perpipaan. Untuk mencegah kerusakan pada equipment, dan lebih penting lagi cedera pada
pekerja, relief valve dapat melepas kenaikan tekanan sebelum menjadi lebih ekstrim.
Relief valve menggunakan pegas baja (lihat gambar di bawah ini), yang secara otomatis
akan terbuka jika tekanan mencapai level yang tidak aman. Level tekanan pada valve ini
bisa diatur, sehingga bisa ditentukan pada level tekanan berapa valve ini akan terbuka.
Ketika tekanan kembali normal, relief valve secara otomatis akan tertutup kembali (Jainul,
2012).

Gambar II.14 Relief Valve

h. Plug Cocks
Valve ini tahan terhadap fluida dibawah 250oC dan cocok untuk pemindahan fluida
yang digunakan untuk proses kimia. Pressure drop yang disebabkan minimal saat valve ini
terbuka (McCabe, 1993).
Laboratorium Tranportasi Fluida
Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI - ITS

II-23

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Gambar II.15 Plug Cocks


2. Fitting
Fitting yang biasanya disebut sambungan merupakan suatu pipa yang mempunyai
fungsi tersendiri.
Beberapa contoh jenis fitting :
a.

Elbow
Aliran suatu fluida saat di elbow menjadi lebih turbulen,

Gambar II.16 Elbow


b. Tee
Jenis ini memiliki aliran line dan branch. Pada aliran branch sering dijumpai ukuran
mengecil saat keluar ataupun sama dengan ukuran masuk. Jenis ini banyak dijumpai dan
tidak susah unuk dicari, selain mudah jenis ini ekonomis dan tidak mudah terkikis
(McCabe, 1993).

Gambar II.17 Tee


c. Reducer
Jenis ini memiliki sudut kemiringan yang membentuk aliran semakin horizontal,
karena itu jenis ini untuk mengalirkan fluida secara horizontal dan menghilangkan aliran
bebas dari suatu gas (McCabe, 1993).
II-24

Laboratorium Transportasi Fluida


Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI - ITS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Gambar II.18 Reducer


d. Stub In
Stub-in adalah jenis fitting yang fungsinya mirip dengan tee, yaitu membagi aliran.
Bedanya dengan tee, kalau tee adalah item yang terpisah, ia mengabungkan beberapa pipa.
namun kalau stub-in, percabangan langsung dari pipa utamanya yang fungsinya
mengantikan reducing tee
e.

Fitting Cap
Pipe caps fitting berfungsi untuk menghentikan aliran pada ujung pipa, fitting ini di las

langsung pada pipa utama. Ada juga penutup aliran fluida yang dapat di bongkar dan
dilepas, namun biasanya menggunakan sambungan flange, lebih tepatnya blind flange.

Laboratorium Tranportasi Fluida


Program Studi D3 Teknik Kimia
FTI - ITS

II-25

Anda mungkin juga menyukai