KELOMPOK 1
Adinda Putri Wisman (1006661185)
Anissa Permatadietha Ardiellaputri (1006661203)
Citta Devi Guntari (1006661222)
TEKNOLOGI BIOPROSES
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK, 2012
BAB I
PENDAHULUAN
b) Spesific weight
Berat jenis () adalah berat benda persatuan volume pada temperatur dan
tekanan tertentu, dan berat suatu benda merupakan hasil kali antara rapat massa ( )
dan percepatan gravitasi (g).
(2)
1
dimana;
= berat jenis (N/m3)
= rapat massa (kg/m3)
g = percepatan gravitasi (m/s2)
c) Specify volume
Volume spesifik merupakan volume udara campuran atau juga dapat
didefinisikan sebagai kebalikan densitas,
Seperti halnya densitas, volume spesifik merupakan sifat intensif dan dapat berbeda
dari satu titik ke titik yang lain. Satuan SI untuk densitas adalah kg/m3 dan volume
spesifik adalah m3/kg. Namun demikian seringkali densitas dan volume spesifik
dituliskan masing-masing sebagai g/cm3 dan volume spesifik adalah cm3/g. Satuan
lainnya yang digunakan (satuan Inggris) adalah lb/ft3 dan ft3/lb. Secara matematis;
(3)
d) Specific gravity
Specific gravity adalah ukuran kerapatan relatif terhadap kerapatan zat yang
dijadikan acuan, biasanya yang dijadikan acuan adalah kerapatan air pada suhu 4C.
(4)
e) Kompresibilitas
Kompresibilitas/ kemampatan adalah perubahan volume karena adanya
perubahan (penambahan) tekanan, yang ditunjukkan oleh perbandingan antara
perubahan tekanan dan perubahan volume terhadap volume awal. Perbandingan
tersebut dikenal sebagai modulus bulk (k).
(5)
(
f) Viskositas
Kekentalan (viscosity) dari suatu cairan adalah salah satu sifat cairan yang
menentukan besarnya perlawanan terhadap tegangan geser. Kekentalan dinamik ()
adalah perbandingan antara tegangan geser () dan gradien kecepatan ( ).
(7)
g) Viskositas kinematik
Kekentalan kinematik (kinematic viscosity) v adalah kekentalan dinamik
dibagi dengan densitas
(8)
current). Aliran semacam ini disebut aliran turbulen. Aliran turbulen memiliki Re > 4000.
Pada suatu kecepatan dimana aliran tak laminar dan tak juga turbulen disebut keadaan transisi
dengan 2000 < Re < 4000.
Adanya gaya kohesi menyebabkan fluida ikut bergerak searah F. Apabila jarak y
cukup kecil, fluida sekan bergerak secara berlapis lapis dengan kecepatan berbeda atau
dapat dikatakan terdapat gradien kecepatan. Dari eksperimen didapatkan bahwa;
(9)
Pada gradik diatas, hubungan yang paling sederhana ditunjukkan oleh kurva A. Fluida
yang mengikuti kurva A disebut fluida Newtonian dimana bentuk persamaannya adalah :
(11)
adalah koefisien viskositas atau viskositas dinamik atau viskositas absolut. Fluida
yang tidak mengikuti kurva A disebut fluida Non-newtonian. Fluida Non-newtonian
mempunyai tiga sub, yaitu :
a. Fluida dimana tegangan geser hanya bergantung pada gradient kecepatan saja, dan
walaupun hubungan antara tegangan geser dan gradien kecepatan tidak linear,
namun tidak tergantung waktu pada waktu setelah fluida menggeser
b. Fluida dimana tegangan geser tidak hanya bergantung pada gradien kecepatan,
tetapi bergantung pula pada waktu cairan menggeser atau pada kondisi sebelumnya.
c. Fluida viscous-elastis yang menunjukkan karakteristik dari zat padat elastic dan
fluida viscous.
Pada fluida yang mengalir akan terdapat kehilangan energi yang disebabkan oleh
gesekan yang terjadi antara fluida dengan permukaan pipa. Hubungan antara energi-energi
diatas dapat membentuk persamaan energi mekanik.
(17)
dimana;
hL = head loss
f
= faktor friksi
= panjang pipa
gc = konstanta konversi
(19)
(20)
(21)
Persamaan (21) menunjukkan hubungan linear antara f dan Re pada aliran laminer,
pada dasarnya kehilangan energi pada aliran laminar hanya disebabkan oleh viscous drag
saja, sedangkan pada aliran turbulen disebabkan oleh gerakan turbulen dari arus eddy. Oleh
karena itu friction factor untuk aliran turbulen disamping bergantung pada Re juga pada
kekasaran permukaan pipa.
(22)
/D adalah kekasaran relatif, yaitu perbandingan antara tingginya tonjolan tonjolan
dipermukaan bagian dalam pipa terhadap diameter dalam pipa. Hubungan antara f dan Re dan
/D dapat diperoleh dari chart standard yang disebut friction factor chart (Diagram Moody)
Gambar 1.5 Profil Aliran Kecepatan Fluida dalam Pipa (Laminer dan Turbulen)
(Sumber. Anonim. (_). Flow Velocity Profiles. http://nuclearpowertraining.tpub.com/h1012v3/css/
h1012v3_40.htm diakses pada 27 Oktober 2012, pukul 00.16)
Daerah laminer akan semakin tipis dengan kenaikan bilangan Reynold dan semakin
mempunyai arti dibandingkan dengan kekasaran dinding pipa. Itulah sebabnya faktor friksi
9
pada aliran laminer hanya bergantung pada bilangan Reynold dan semakin bergantung pada
kekasaran dinding pipa untuk aliran turbulen.
(24)
Jika nilai k, pada persamaan (24) di substitusikan ke persamaan (23) akan
menghasilkan :
(25)
Kemudian persamaan (25) disusun ulang, akan diperoleh nilai Le sebagai berikut :
(26)
Dengan Le merupakan panjang ekivalen dari fitting. Berikut adalah tabel tipe- tipe fitting dan
panjang ekivalennya.
Tabel 1.1 Panjang Ekivalen untuk berbagai Jenis Fitting
Type of fitting
Globe valve, wide open
Angle valve, wide open
Gate valve, wide open
Check valve (swing type)
90o standar elbow
45o standar elbow
90o long-radius elbow
10
laju suatu fluida. Beberapa alat yang biasa digunakan diantaranya yaitu venturi flow meter
dan orifice flow meter.
Pada dasarnya prinsip kerja dari kedua alat ukur ini adalah sama yaitu bila aliran
fluida yang mengalir melalui alat ukut ini mengalir maka akan terjadi perbedaan tekanan
sebelum dan sesudah alat ini. Beda tekanan menjadi besar bila laju alir yang diberikan kepada
alat ini bertambah
Untuk venturi meter ini dapat dibagi menjadi 3 bagian utama yaitu :
a. Bagian Inlet
11
Bagian yang berbentuk lurus dengan diameter yang sama seperti diameter pipa atau
cerobong aliran. Lubang tekanan awal ditempatkan pada bagian ini.
b. Inlet Cone
Bagian yang berbentuk seperti kerucut yang berfungsi untuk menaikkan tekanan
fluida.
c. Throat
Bagian tempat pengambilan beda tekanan akhir. Bagian ini berbentuk bulat datar.
Hal ini dimaksudkan agar ridak mengurangi atau menambah kecepatan dari aliran
yang keluar dari inlet cone.
Pada venturi meter ini fluida masuk melalui bagian inlet dan diteruskan ke bagian
outlet cone. Pada bagian inlet ini ditempatkan titik pengambilan tekanan awal. Pada
bagian inlet cone fluida akan mengalami penurunan tekanan yang disebabkan oleh bagian
inlet cone yang berbentuk kerucut atau semakin mengecil kebagian throat. Kemudian
fluida masuk kebagian throat inilah tempat pengambilan tekanan akhir dimana throat ini
berbentuk bulat datar. Lalu fluida akan melewati bagian akhir dari venturi meter yaitu
outlet cone. Outlet cone ini berbentuk kerucut dimana bagian kecil berada pada throat dan
pada outlet cone ini tekanan kembali normal.
Jika aliran melalui venturi meter itu benar benar tanpa gesekan, maka tekanan
fluida yang meninggalkan flowmeter tentulah sama persis dengan fluida yang memasuki
flowmeter dan keberadaan flowmeter dalam jalur tersebut tidak akan menyebabkan
kehilangan tekanan yang bersifat permanen dalam tekanan.
Penurunan tekanan pada inlet cone akan dipulihkan dengan sempurna pada outlet
cone. Gesekan tidak dapat ditiadakan dan juga kehilangan tekanan yang permanen dalam
sebuah meteran yang dirancang dengan tepat.
Persamaan dasar untuk venturi meter dapat diperoleh dengan menuliskan
persamaan Bernoulli untuk fluida yang tak mampat antara inlet dan throat.
(
(27)
Dengan mengabaikan gesekan, venturi dipasang horizontal, dan tidak ada pompa yang
bekerja maka persamaan diatas menjadi :
(28)
Karena V1.A1 = V2.A2, maka V2 dapat dicari dengan persamaan :
12
(29)
Dari eksperimen, ditemukan bahwa flowrate yang diperoleh dari persamaan diatas
sedikit lebih tinggi daripada kenyataannya. Hal ini dikarenakan friksinya dianggap nol dan
juga dikarenakan aliran yang tidak seluruhnya uniform pada luas penampang pipa seperti
yang kita asumsikan. Untuk itu diperlukan suatu faktor/ koefisien empiris untuk mengatasi
perbedaan pada perhitungan. Koefisien empiris ini disebut dengan coefficient of discharge
(Cv)
*
(30)
Karena
(31)
(32)
(33)
dimana :
Sb = Area kerongkongan venturi
A
= luas area
= Db/Da
Da = Diameter pipa
Db = Diameter kerongkongan (throat) venturi
Q
= Flowrate volume
P = Perbedaan tekanan
13
14
2
2
2
2
2Cv
A1 2Cv
D1
Suatu persamaan diturunkan dari persamaan Bernoulli dan persamaan kontinuitas
V2 2
untuk menghasilkan suatu hubungan antara laju alir dan perbedaan tekanan. Persamaan
tersebut disebut persamaan karakteristik orifice yaitu seperti berikut :
dimana
(36)
15
BAB II
PERCOBAAN
(Prosedur, Data Hasil Pengamatan, dan Pengolahan Data)
2.1. Peralatan
2.1.1. Skema Sistem Peralatan
v.7
v.6
6
3
8
v.11
v.8
7
v.4
v.5
v.3
v.9
v.10
1
v.2
9
v.1
2
ngf
2. Pompa
Berfungsi memompa dan mengalirkan air dari
dalam tangki menuju sistem peralatan sirkuit
fluida.
terbentuk,
laminer,
turbulen
atau
transisi.
4. Orifice Flowmeter
Merupakan suatu pelat dengan lubang di
tengahnya yang dipasang di dalam pipa tegak
lurus arah aliran. Berfungsi sebagai alat
pengukur flowrate fluida dengan mengukur
perbedaan tekanan diantara pelat tersebut.
5. Venturi Flowmeter
Merupakan alat pengukur flowrate yang terbentuk dari bagian masuk yang
mempunyai flens, yang terdiri dari bagian pendek berbentuk slilinder dan kerucut
17
6. Elbow
Salah satu jenis fitting dari sistem peralatan
fluida
yang
akan
dihitung
panjang
7. T-Junction
Salah satu jenis fitting dari sistem peralatan
fluida
yang
akan
dihitung
panjang
8. Manometer
18
Digunakan
untuk
mengukur
perbedaan
dengan
mengukur
perbedaan
9. Pipa
Pipa-pipa dalam sistem percobaan sirkuit fluida ini
berfungsi sebagai tempat mengalirnya fluida (air).
Di dalam sistem per-pipaan inilah kita ingin
mengetahui karakteristik aliran fluida. Terdapat
beberapa jenis pipa yang ada di dalam sistem ini
bila dilihat dari segi ukurannya, antara lain 1 inch,
in, inch, dan 3/8 inch.
Bukaan
gate
valve
inilah
yang
19
v.6
6
3
8
v.11
v.5
v.8
7
v.4
v.3
v.9
v.10
1
v.2
9
v.1
2
20
Vol SG
(liter)
1
2
3
4
5
Vol real
(liter)
0.93
2.4
2.96
4.4
4.91
x
0.93
1.2
0.987
1.1
0.982
Sehingga dapat dianggap nilai 1 liter pada sight gage sama dengan 1.04 liter air pada
gelas ukur. Dari data diatas didapatkan grafik sebagai berikut :
KALIBRASI VOLUME SIGHT GAGE
6
y = 0.996x + 0.132
R = 0.9742
volume real
5
4
3
2
1
0
0
3
4
5
6
volume SG
Linear (kalibrasi volume sight gage)
Dari grafik di atas didapat persamaan garis dari kurva kalibrasi ialah y = 0.996x +
0.132. Dengan nilai x merupakan volume tangki dan y merupakan volume yang
terukur pada gelas ukur.
22
v.7
v.6
6
3
8
v.11
v.5
v.8
7
v.4
v.3
v.9
v.10
1
v.2
9
v.1
2
No.
1
2
3
4
5
dV SG
(liter)
3.5
2.9
1.6
0.1
0.1
t (s)
10.1
10.2
10.2
10.4
10.3
dh @orifice
(inchi)
7.75
6.875
3.75
3
1
yang terlihat pada sight gage pada percobaan ini ke dalam persamaan y = 0.996x +
0.132 dari percobaan I.
23
Persamaan untuk menentukan laju alir pada orifice adalah sebagai berikut,
(merujuk pada persamaan yang terdapat di tinjauan pustaka)
(31)
(32)
(33)
dimana,
y
maka jika dibuat plot antara
dengan
slope:
(33.1)
( ) adalah
dengan
sebagai berikut:
Tabel 4. Pengolahan data Kalobrasi Sharp Edge pada Orificie Flometer
dh
No. @orifice
(inchi)
1
7.75
dh
@orifice
(m)
dV real
(liter)
dV real (m)
Q (m3/s)
0.19685
3.618
0.003618
0.00036
(m)
0.443677811
24
6.875
0.174625
3.0204
0.0030204
0.0003
0.417881562
3.75
0.09525
1.7256
0.0017256
0.00017
0.308625987
0.0762
0.2316
0.0002316
2.2E-05
0.276043475
0.0254
0.2316
0.0002316
2.2E-05
0.159373775
( ) dengan hasil
dengan
0.00035
0.0003
0.00025
0.0002
0.00015
0.0001
0.00005
0
0
0.05
0.1
0.15
0.2
0.25
-0.00005
0.3
0.35
0.4
0.45
0.5
dh ori
Q vs. dH ori
Dimana
adalah
.
Nilai koefisien karakteristik (faktor koreksi) rata-rata dari orifice dihitung
dengan memodifikasi persamaan slope untuk mencari nilai
(33.1a)
pipa.
dalam m/s2)
(
)
(
26
v.7
v.6
6
3
8
v.11
v.8
7
v.4
v.5
v.3
v.9
v.10
1
v.2
9
v.1
2
No.
1
2
3
4
dh @orifice
(inchi)
0.125
0.25
0.625
0.875
dh @venturi
(inchi)
2.875
4.875
12.125
15.625
ke
27
No.
dh
@orifice
(inchi)
dh
@orifice
(m)
dh
@venturi
(inchi)
dh
@venturi
(m)
2.875
0.073025
0.270231382
0.125
0.003175
0.056347138
0.000124278
4.875
0.123825
0.351887766
0.25
0.00635
0.079686887
0.000222265
12.125
0.307975
0.554954953
0.625
0.015875
0.125996032
0.000465946
15.625
0.396875
0.629980158
0.875
0.022225
0.149080515
0.000555976
(m)
dengan
Q (m/s)
(m)
( )
Q vs. dH VENTURI
0.0006
0.0005
y = 0.0048x - 0.0001
R = 0.997
0.0004
0.0003
0.0002
0.0001
0
0
0.05
0.1
dH ven
Q vs. dH ven
0.15
0.2
( ) dan
adalah
. Dimana
)
(
v.6
6
3
8
v.11
v.8
7
v.4
v.5
v.3
v.9
v.10
1
v.2
9
v.1
2
29
dh @
No venturi
(inch)
Pengamatan Visual
Pusaran
Aliran
Cross
Deskripsi
Gambar
7.75
sehingga terjadi
banyak pusaran
Gambar 2.18
Aliran turbulen pada visual box
7.75
banyak pusaran
(pusaran lebih
sedikit dibandingkan
pengamatan I)
Gambar 2.19
Aliran turbulen pada visual box
pusaran (pusaran
lebih sedikit
dibandingkan
pengamatan I dan II)
Gambar 2.20
Aliran turbulen pada visual box
30
Aliran cenderung
tenang, Pusaran yang
terjadi sangat sedikit
4
8.25
Gambar 2.21
Aliran transisi pada visual box
Kecapatan alirannya
rendah, sehingga
5
0.125
31
Berikut adalah tabel hasil perhitungan dh venturi untuk nilai Re yang berbeda-beda.
Tabel 8. Pengolahan Data Percobaan Aliran Laminer dan Turbulen
Re
Laminer
Transisi
Turbulen
dh venturi
(meter)
dh @
venturi
(meter)
dh @ venturi
(inchi)
500
0.003028468 6.48395E-05
0.034341561
0.001179343
0.046430726
1000
0.006056935 0.000129679
0.047849788
0.002289602
0.090141639
1500
0.009085403 0.000194518
0.061358015
0.003764806
0.148220414
2000
0.01211387
0.000259358
0.074866243
0.005604954
0.220667051
2500
0.015142338 0.000324197
0.08837447
0.007810047
0.307481548
3500
0.021199273 0.000453876
0.115390925
0.013315066
0.524214129
4000
0.024227741 0.000518716
0.128899152
0.016614991
0.654132211
4500
0.027256208 0.000583555
0.142407379
0.020279862
0.798418155
5000
0.030284676 0.000648395
0.155915607
0.024309676
0.95707196
6000
0.036341611 0.000778074
0.182932061
0.033464139
1.317483156
6000
5000
Re
4000
3000
2000
1000
0
0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.9
1.1
1.2
1.3
1.4
dh @ venturi
(inch)
Re
Jenis Aliran
7.75
33937.335
Turbulen
7.75
33937.335
Turbulen
30739.26
Turbulen
8.25
36069.385
Turbulen
0.125
1423.5725
laminer
v.7
v.6
6
3
8
v.11
v.8
7
v.4
v.5
v.3
v.9
v.10
1
v.2
9
v.1
2
34
v.7
v.6
6
3
v.8
v.11
v.4
v.5
v.3
v.9
v.10
1
v.2
9
v.1
2
dh@pipa dh@venturi
(inch)
(inch)
dh@pipa
(inch)
dh@venturi
(inch)
awal
4.75
awal
5.25
4.875
0.125
3.375
0.125
0.25
3.5
0.25
5.125
0.125
3.5
0.375
5.125
0.625
3.75
0.5
5.375
0.625
3.75
0.625
5.25
0.875
3.75
0.875
5.375
0.875
3.75
0.875
5.385
3.875
1
35
5.25
1.125
1.125
10
5.325
1.25
10
3.875
1.375
Untuk menghitung flow rate pada setiap bukaan, laju alir diperoleh dengan
memasukkan nilai hventuri pada persamaan yang diperoleh pada percobaan venturi
sebelumnya yaitu
Nilai laju alir yang didapat dimasukkan ke dalam persamaan untuk mencari nilai
kecepatan aliran
(13)
dhpipa
(inch)
dhpipa
(meter)
dP
dhventuri
(inch)
dhventuri
(meter)
dhventuri
(meter)
Q (m3/s)
0.125
0.003175
31.115
0.125
0.003175
0.05635
0.00017
0.25
0.00635
62.23
0.25
0.00635
0.07969
0.000282 0.557515
0.375
0.009525
93.345
0.125
0.003175
0.05635
0.00017
0.375
0.009525
93.345
0.625
0.015875
0.12599
0.625
0.015875
155.575
0.625
0.015875
0.12599
0.5
0.0127
124.46
0.875
0.022225
0.14908
0.000616 1.214875
1.47592
0.625
0.015875
155.575
0.875
0.022225
0.14908
0.000616 1.214875
1.47592
V (m3)
V2
0.336419 0.113178
0.31082
0.336419 0.113178
36
0.635
0.016129
158.0642
0.0254
0.15937
0.000665 1.312383
1.72235
0.5
0.0127
124.46
1.125
0.028575
0.16904
10
0.575
0.014605
143.129
1.25
0.03175
0.17818
dhpipa
(inch)
dhpipa
(meter)
dP
dhventuri
(inch)
dhventuri
(meter)
dhventuri
(meter)
Q (m3/s)
-1.875
-0.047625
-466.725
0.125
0.003175
0.05635
0.00017
-1.75
-0.04445
-435.61
0.25
0.00635
0.07969
-1.75
-0.04445
-435.61
0.375
0.009525
0.0976
-1.5
-0.0381
-373.38
0.5
0.0127
0.11269
-1.5
-0.0381
-373.38
0.625
0.015875
0.126
-1.5
-0.0381
-373.38
0.875
0.022225
0.14908
-1.5
-0.0381
-373.38
0.875
0.022225
0.14908
-1.375
-0.034925
-342.265
0.0254
0.15937
-1.25
-0.03175
-311.15
1.125
0.028575
0.16904
10
-1.375
-0.034925
-342.265
1.375
0.034925
0.18688
Pressure loss
V (m3)
V2
0.598079 0.357699
untuk
Plot yang dihasilkan untuk pipa lurus 1 inch adalah sebagai berikut:
37
dP
120
100
y = 43.584x + 64.491
R = 0.593
80
60
40
20
0
0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.2
V2
dP vs v2
1.4
1.6
1.8
2.2
2.4
Untuk mencari nilai faktor friksi (f) digunakan nilai slope, dengan
perhitungan sebagai berikut:
(16.1)
(16.2)
dimana:
D : diameter pipa (1 inch = 0,0254 meter)
L : panjang pipa (2 meter)
: massa jenis air (1000 kg/m3)
Nilai-nilai tersebut diinput ke dalam persamaan f menjadi:
Plot yang dihasilkan untuk pipa lurus inch adalah sebagai berikut:
38
0.5
1.5
2.5
3.5
4.5
5.5
6.5
7.5
8.5
-100
-150
dP
-200
y = 17.95x - 449.78
R = 0.7975
-250
-300
-350
-400
-450
-500
V2
dP vs v2
Untuk mencari nilai faktor friksi (f) digunakan nilai slope, dengan
perhitungan sebagai berikut:
(16.1)
(16.2)
dimana;
D : diameter pipa (3/4 inch = 0.01905 meter)
L : panjang pipa (2 meter)
: massa jenis air (1000 kg/m3)
Nilai-nilai tersebut diinput ke dalam persamaan f menjadi:
berdasarkan
v.6
6
3
8
v.11
v.8
7
v.4
v.5
v.3
v.10
v.9
1
v.2
9
v.1
2
40
v.7
v.6
6
3
v.8
v.11
v.4
v.5
v.3
v.10
v.9
1
v.2
9
v.1
2
Fitting Elbow
Fitting T-junction
No
dhfitting
dhventuri
(inch)
(inch)
No
dhfitting
dhventuri
(inch)
(inch)
Awal
7.5
Awal
4.625
2.625
0.125
1.5
0.125
2.25
0.25
0.5
0.25
2.3375
0.375
0.125
0.375
2.125
0.5
0.125
0.5
2.125
0.625
0.25
0.625
0.75
0.75
1.875
0.875
0.125
0.875
1.75
0.125
1.75
1.125
0.125
1.125
10
1.625
1.5
10
0.125
1.25
41
Laju alir
ke dalam
dimana
Panjang ekivalen
Fitting Elbow
Tabel hasil perhitungan untuk percobaan fitting di elbow adalah.
Tabel 14. Hasil Perhitungan Percobaan Fitting Elbow
Fitting Elbow
No.
dhfitting
(inch)
dhfitting
(meter)
dhventuri
(inch)
dhventuri
(meter)
dhventuri
(meter)
Q (m3/s)
4.875
0.123825
0.125
0.003175
0.056347138
0.00017
5.25
0.13335
0.25
0.00635
0.079686887
5.1625
0.1311275
0.375
0.009525
0.097596106
5.375
0.136525
0.5
0.0127
0.112694277
5.375
0.136525
0.625
0.015875
0.125996032
0.000505 0.996198
5.5
0.1397
0.75
0.01905
0.138021737
5.625
0.142875
0.875
0.022225
0.149080515
V (m3)
V2
0.336419 0.113178
0.99241
42
5.75
0.14605
0.0254
0.159373775
5.75
0.14605
1.125
0.028575
0.169041415
10
5.875
0.149225
1.5
0.0381
0.195192213
v2 vs dH FITTING (ELBOW)
3
2.5
y = 97.836x - 12.37
R = 0.8924
v2
2
1.5
1
0.5
0
0
0.02
0.04
0.06
0.08
dhfitting
0.1
0.12
0.14
0.16
Nilai slope (m) digunakan untuk mencari nilai panjang ekivalen (Le) dari elbow.
(26.2)
(26.3)
Dimana Dpipa yang digunakan adalah diameter pipa 1 inch (0,0254 meter), f telah
didapat dari percobaan sebelumnya untuk pipa lurus 1 inch, yaitu sebesar
43
Fitting T-Junction
Tabel hasil perhitungan untuk percobaan fitting di T-junction adalah
Tabel 15. Hasil Perhitungan Fitting T-Junction
Fitting T-junction
No.
dhfitting
(inch)
dhfitting
(meter)
dhventuri
(inch)
dhventuri
(meter)
dhventuri
(meter)
Q (m3/s)
V (m3)
V2
3.125
0.079375
0.125
0.003175
0.056347
0.00017
0.336419
0.113178
4.125
0.104775
0.25
0.00635
0.079687
0.000282
0.557515
0.310823
4.5
0.1143
0.375
0.009525
0.097596
0.000368
0.727168
0.528773
4.5
0.1143
0.5
0.0127
0.112694
0.000441
0.870191
0.757233
4.375
0.111125
0.625
0.015875
0.125996
0.000505
0.996198
0.99241
4.625
0.117475
0.75
0.01905
0.138022
0.000563
1.110117
1.232359
4.5
0.1143
0.875
0.022225
0.149081
0.000616
1.214875
1.475922
4.5
0.1143
0.0254
0.159374
0.000665
1.312383
1.722348
4.5
0.1143
1.125
0.028575
0.169041
0.000711
1.403963
1.971113
10
4.5
0.1143
1.25
0.03175
0.178185
0.000755
1.490583
2.221837
v2 vs dh FITTING (T-JUNCTION)
3
2.5
v2
2
y = 39.003x - 3.152
R = 0.3743
1.5
1
0.5
0
0
0.02
0.04
0.06
0.08
dhfitting
0.1
0.12
0.14
0.16
Nilai slope (m) digunakan untuk mencari nilai panjang ekivalen (Le) dari elbow.
(26.3)
Dimana Dpipa yang digunakan adalah diameter pipa 1 inch (0,0254 meter), f telah
didapat dari percobaan sebelumnya untuk pipa lurus 1 inch, yaitu sebesar
45
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
volume real
5
4
3
2
1
0
0
3
volume SG
46
Dari data percobaan dapat dilihat bahwa, perbedaan yang terjadi diantara volume
standar dan volume yang terbaca pada sight gage tidak terlalu signifikan. Perbedaan ini dapat
disebabkan oleh kesalahan dalam pembacaan angka pada tangki maupun gelas ukur. Faktor
kalibrasi ini nantinya kan digunakan untuk menentukan besar volume ukur sebenarnya pada
percobaan selanjutnya karena praktikan tidak lagi menggunakan gelas ukur untuk melakukan
pengukuran.
Grafik yang dihasilkan berbentuk garis lurus, sehingga dapat disimpulkan bahwa hubungan
antara laju alir Q dan
0.0004
y = 0.0012x - 0.0002
R = 0.865
0.00035
0.0003
0.00025
0.0002
0.00015
0.0001
0.00005
0
0
0.05
0.1
-0.00005
0.15
0.2
0.25
0.3
0.35
0.4
0.45
0.5
dh ori
Q vs. dH ori
47
Hubungan
linear
yang
digambarkan
pada
grafik
diatas
dapat
dijelaskan
mmenggunakan persamaan Bernoulli. Pada tinjuan pustaka, telah dijelaskan secara singkat
mengenai persamaan bernoulli, yang dituliskan dalam persamaan.
(34)
Persamaan Bernoulli di atas tidak memperhitungkan nilai faktor friksi, namun pada
kenyataannya faktor friksi selalu berpengaruh besar terhadapt aliran suatu fluida, termasuk
dalam percobaan ini dimana friksi bisa saja menjadi faktor penentu nilai koefisien Co.
Sehingga persamaan diatas dapat dituliskan menjadi,
(40)
Apabila laju alir (V1) bernilai semakin besar maka nilai pressure dropnya juga akan
semakin besar. Peningkatan tersebut terkadi karena adanya tumbukan antara aliran dengan
orifice bagian hulu (Gambar 1.17). Jadi laju alir yang semakin besar akan menyebabkan
tumbbukan molekul yang terjadi semkakin besar dan gesekan dengan orifice pun akan
meningkat. Pressure drop juga dapat disebabkan oleh perubahan diameter selauran fluida
secara tiba-tiba yang menyebabkan timbulanya pusaran. Pusaran tersebutlah yang
menunkukkan ke-turbulensi-an aliran (friksi semakin besar).
Pressure drop pada persamaan (38) ditunjukkan dengan selisih ketinggian fluida yang
terukur pada manometer. Nilai pressure drop yang semakin besar akan menyebabkan nilai
juga semakin besar. Hal ini sesuai dengan persamaan,
Peningkatan nilai
menunjukkan mengapa
Pada percobaan ini persamaan garis lurus yang diperoleh adalah y = 0,0012x
0,0002. Nilai slope pada persamaan ini kemudian digunakan untuk menentukan nilai Co.
sesuai dengan persamaan,
(
(33.1a)
Secara teori, nilai ideal dari Co yang adalah 1, dimana hal tersebut menerangkan
bahwa orifice mampu melakukan kinerja secara maksimum. Dari hasil pengolahan data,
diperoleh nilai Co = 1,2712.Pada umunya nilai Co bernilai < 1 karena adanya faktor energy
48
loss yang mencakup friction heating dalam flowmeter. Namun pada kasus ini nilai Co >1
(sangat jarang terjadi) dimana hal tersebut bisa saja disebabkan oleh faktor kesalahan
perhitungan atau pada percobaannya laju alir fluida sangat kecil sehingga friksi tidak
mempengaruhi aliran.
0.0005
y = 0.0048x - 0.0001
R = 0.997
0.0004
0.0003
0.0002
0.0001
0
0
0.05
0.1
dH ven
Q vs. dH ven
0.15
0.2
(33.1)
dimana
sehingga diketahui bahwa pressure drop pada venturi meter berbanding lurus dengan h
manometer yang terhubung ke venturi. Dari persamaan tersebut kemudian dibuat grafik laju
alir Q vs h manometer.
49
Gambar 2.16 menunjukkan hubungan antara laju alir Q dan h manometer yang
terhubung dengan venturi. Persamaan yang didapatkan adalah y = 0.0048x 0.0001, dengan
sumbu x menunjukkan akar dari ketinggian manometer dan sumbu y menunjukkan laju alir
Q. h dari venturi sendiri berhubungan dengan pressure drop.
Dari data yang didapatkan, terbentuk grafik yang hampir linear. Hal ini menunjukkan
bahwa dalam venturimeter, hubungan antara laju alir fluida berbanding lurus dengan pressure
drop.
Koefisien discharge venturi flowmeter kemudian dapat dihitung dengan modifikasi
dari persamaan umum venturi flowmeter, sebagaimana telah dijelaskan di bagian pengolahan
data
(
(33.1a)
Pada gambar 2.27 terlihat bahwa venturi memiliki bentuk streamline, sehingga
gesekan fluida dengan venturi flowmeter lebih sedikit. Hal ini menyebabkan gradien tekanan
pada venturi tidak sebesar pada orifice flowmeter. Gradien tekanan yang lebih kecil akan
menyebabkan venturi memiliki koefisien discharge yang lebih kecil dari orifice flowmeter.
50
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui pola dan karakteristik aliran
laminer, transisi dan turbulen. Fluida dialirkan ke visual flow box untuk diamati pola aliran
yang terjadi pada kecepatan berbeda (Tabel 7, Bab II)
Berdasarkan hasil pengamatan, pada tiga data pertama aliran yang tampak merupakan
aliran turbulen. Aliran ini tercirikan dengan adanya pusaran-pusaran air (pusaran eddy) dan
adanya aliran cross. Hal ini dikarenakan laju alir yang sangat tinggi, sehingga arus air yang
deras menyebabkan molekul air bergerak secara tidak teratur.
Pada data keempat aliran yang tampak merupakan aliran transisi. Ini tercirikan dengan
adanya aliran cross, namun tidak nampak adanya pusaran. Hal ini dikarenakan aliran transisi
merupakan peralihan antara aliran laminer dan aliran turbulen, sehingga memiliki sifat aliran
dari keduanya. Laju alir dari aliran transisi pun berada di antara aliran laminer dan aliran
turbulen.
Pada data terakhir yang teramati merupakan aliran laminer. Ini tercirikan dari aliran
yang tenang tanpa pusaran dan aliran cross. Bentuk aliran ini terjadi pada fluida dengan laju
alir yang kecil dan molekul-molekul fluida bergerak teratur dengan bentuk garis lurus dan
sejajar.
Setelah didapatkan data percobaan, data tersebut kemudian akan dibandingkan dengan
nilai teoritis dari aliran laminer, transisi, dan turbulen. Range untuk menentukan aliran
tersebut ialah melalui bilangan standar Reynold, dimana pada bilangan Reynold tertentu
aliran akan bersifat laminer, transisi, atau turbulen.
Tabel 16. Jenis Aliran pada Range Bilangan Reynold
Jenis Aliran
< 2000
Laminer
Transisi
> 4000
Turbulen
Dalam menentukkan tipe aliran fluida, dapat digunakan bilangan Reynold yang dicari
menggunakan persamaaan,
51
(12)
Kemudian persamaan tersebut dimodifikasi dengan memasukkan Q dan A sebagai faktor
yang menentukkan V, sehingga
(39)
Diambil beberapa bilangan Reynold baik pada range laminer, transisi, maupun
turbulen untuk mencari laju alir Q. Hasil yang didapat kemudian di masukkan ke dalam
persamaan yang didapat pada percobaan 3, yaitu dari hubungan antara laju alir Q dan akar h
venturi. Dengan demikian, dapat diketahui berapa besar h venturi pada bilangan Reynold
tertentu seperti terlihat pada gambar 2.23.
dH VENTURI vs BILANGAN REYNOLD
7000
y = 4264.1x + 890.56
R = 0.9641
6000
5000
Re
4000
3000
2000
1000
0
0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.9
1.1
1.2
1.3
1.4
Data yang telah didapat dari percobaan kemudian dimasukkan ke dalam persamaan
yang didapatkan, yaitu y = 4264.x + 890.5, sehingga dapat diketahui jenis aliran pada
percobaan secara teoritis.
52
Setelah dibandingkan, didapatkan bahwa jenis aliran yang teramati hampir sesuai
dengan jenis aliran secara teoritis berdasarkan nilai Reynold yang didapatkan. Perbedaan
hanya terlihat pada data keempat, dimana pada ketinggian h venturi sebesar 8.25 inci, aliran
yang terbentuk harusnya turbulen. Namun pada pengamatan, aliran memperlihatkan sifat
seperti aliran transisi. Hal ini dapat dikarenakan sifat turbulen (adanya pusaran) pada aliran
tersebut kurang terlihat oleh pengamat, sehingga terlihat seperti aliran laminer.
Pada percobaan ini dilakukan analisa perbandingan faktor friksi pada pipa yang
berbeda diameter. Pipa yang digunakan adalah pipa berdiameter 1 inci dan inci.
Nilai faktor friksi pada eksperimen ini dicari dengan menggunakan persamaan DarcyWeisbach
(16)
Dari persamaan tersebut kemudian ditemukan hubungan antara pressure loss P dan
kecepatan aliran.
dP vs V2 (PIPA LURUS 1 INCH)
180
160
140
dP
120
100
y = 43.584x + 64.491
R = 0.593
80
60
40
20
0
0
0.2
0.4
0.6
dP vs v2
0.8
1.2
V2
1.4
1.6
1.8
2.2
2.4
53
0.5
1.5
2.5
3.5
4.5
5.5
6.5
7.5
8.5
-100
-150
dP
-200
y = 17.95x - 449.78
R = 0.7975
-250
-300
-350
-400
-450
-500
V2
dP vs v2
(26)
Persamaan ini kemudian dimodifikasi untuk menunjukkan hubungan antara kecepatan
aliran dan h fitting.
(26.1)
Sehingga didapatkan grafik untuk fitting elbow dan t-junction sebagai berikut.
v2 vs dH FITTING (ELBOW)
3
2.5
y = 97.836x - 12.37
R = 0.8924
v2
2
1.5
1
0.5
0
0
0.02
0.04
0.06
0.08
dhfitting
0.1
0.12
0.14
0.16
v2 vs dh FITTING (T-JUNCTION)
3
2.5
v2
2
y = 39.003x - 3.152
R = 0.3743
1.5
1
0.5
0
0
0.02
0.04
0.06
0.08
dhfitting
0.1
0.12
0.14
0.16
Pada kedua grafik, terlihat bahwa h bertambah dengan semakin cepatnya laju aliran.
Penambahan h ini juga berarti bahwa pressure drop semakin besar. Namun pada grafik Tjunction terlihat bahwa setelah melewati kecepatan 1.225 m/s, pressure drop cenderung tetap.
Dapat disimpulkan bahwa pada T-junction setelah melewati kecepatan tertentu pressure drop
akan tetap.
Dari dua grafik diatas didapatkan persamaan untuk elbow yaitu y = 97.83x - 12.37,
sedangkan untuk T-junction sebesar y = 39.00x - 3.152. Dari kedua persamaan tersebut dapat
diketahui panjang ekuivalen untuk masing-masing fitting. Berdasarkan perhitungan, panjang
ekuivalen elbow adalah sebesar 4,5969 m sedangkan panjang ekuivalen t-junction sebesar
11,531 m.
Percobaan ini tidak luput dari kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi dan
mempengaruhi hasil pembacaan data. Kesalahan-kesalahan yang dapat terjadi adalah sebagai
berikut.
Kesalahan paralaks yaitu kesalahan menentukan nilai skala saat membaca skala baik
pada tangki maupun pada gelas ukur sehingga data yang didapat tidak akurat.
Kesalahan ini terjadi karena ketelitian skala tangki rendah yaitu hanya sebesar 1 L.
Sedangkan pada manometer skala yang digunakan ketelitiannya tidak universal yaitu
sebesar 0.125 inci, sehingga kesulitan dalam menentukkan nilai ketinggian. Selain
daripada itu, saat percobaan dilakukan terjadi fluktuasi pada manometer, sehingga ada
kemungkinan nilai yang terbaca tidak tepat.
Adanya gelembung-gelembung pada manometer sehingga data ketinggian air di
manometer bukanlah ketinggian yang seharusnya.
Kesalahan pada alat seperti masih terdapat tetes-tetesan kecil pada pipa yang
menunjukkan kebocoran sehigga mempengaruhi data volume air. Kemudian tidak
dapat digunakkannya orifice flowmeter pada percobaan keempat, kelima dan keenam
sehingga venturi flowmeter harus digunakan. Pembacaan perbedaan tekanan pada
venturi flowmeter cukup berbeda dengan orifice flowmeter, dimana pressure loss
pada venturi lebih kecil daripada orifice, dan pada akhirnya mempengaruhi
perhitungan dan pengolahan data.
56
BAB IV
KESIMPULAN
Faktor kalibrasi yang ditunjukkan oleh pembacaan ketinggian fluida pada storage tank
(sight gage) dengan volume ukur yang sebanrnya adalah sebesar 1.04.
2.
Laju alir Q sebanding dengan pressure drop pada kedua jenis flowmeter, venturi dan
orifice flowmeter.
3.
Dengan semakin besarny laju alir, maka koefisien karakteristik orifice maupun venturi
juga akan semakin besar.
4.
5.
6.
Laju alir fluida Q juga sebanding dengan bilangan Reynold, sehingga energi yang hilang
karena friksi (friction loss) akan semakin besar pula.
7.
Dari percobaan yang dilakukan, faktor friksi berbanding lurus dengan bilangan Reynold.
8.
Dari percobaan faktor friksi pada pipa lurus berdiameter 1 inch lebih besar jika
dibandingkan dengan pipa lurus inch. Hal tersebut sesuai dengan persamaan DarcyWeisbach, dimana faktor friksi berbanding lurus dengan diameter pipa, sehingga ketika
diameter pipa semakin besar maka faktor friksi pada pipa tersebut akan makin besar pula.
f1inch
= 0,001107
f inch = 0,0003419
9.
Panjang ekivalen Le sebanding dengan Hfitting, dan berbanding terbalik dengan kuadrat
kecepatan v2. Hal ini disebabkan oleh semalkin besar laju alir maka kecepatan juga akan
semakin besar, sehingga panjang ekivalen akan semakin kecil.
10. Pada fitting terjadi kehilangan energi yang disebabkan karena adanya friksi antara
partikel fluida maupun antar partikel fluida dengan permukaan dalam pipa. Pada
57
percobaan ini panjnag ekivalen T-junction lebih besar jika dibandingkan dengan panjang
ekivalen elbow.
Leelbow
= 4,5969
LeT-Junction = 11,531
11. Nilai faktor friksi cenderung menurun jika laju alir bertambah. Hal ini karena karena f
berbanding terbalik dengan v secara kuadratik walaupun terjadi kenaikan
pada pipa.
58
DAFTAR PUSTAKA
59