Anda di halaman 1dari 60

LAPORAN AKHIR UOP

KELOMPOK 1
Adinda Putri Wisman (1006661185)
Anissa Permatadietha Ardiellaputri (1006661203)
Citta Devi Guntari (1006661222)

Eka Nurin Sharfina Irianto (1006661235)


Felita (1006661241)

TEKNOLOGI BIOPROSES
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK, 2012

LAPORAN POT I : SIRKUIT FLUIDA


KELOMPOK 1
Teknologi Bioproses, 2010

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Tujuan Umum


1. Mempelajari sifat sifat aliran fluida dalam beberapa jenis ukuran pipa
2. Memperoleh pengertian tentang perubahan tekanan yang terjadi dalam aliran fluida
3. Mempelajari karakteristik tekanan alat pengukur flow rate

1.2. Dasar Teori


1.2.1. Definisi Fluida
Fluida merupakan suatu zat yang mempunyai kemampuan berubah secara kontinyu
apabila mengalami geseran atau mempunyai reaksi terhadap tegangan geser sekecil apapun.
Fluida terbagi menjadi dua tipe yaitu fluida gas dan fluida cair.

1.2.2. Sifat-Sifat Fluida


Ada beberapa sifat fluida yang berpengaruh pada mekanika fluida. Berikut adalah
beberapa sifat fluida yang diperhatikan.
a) Densitas
Densitas ( ) adalah ukuran konsentrasi massa zat cair dan dinyatakan dalam
bentuk massa (m) per satuan volume (v)
(1)
dimana;
m = massa (kg)
V = volume (m3)
Rapat massa jenis air pada suhu 4oC dan pada tekanan atmosfer (Patm)
adalah 1000 kg/m3.

b) Spesific weight
Berat jenis () adalah berat benda persatuan volume pada temperatur dan
tekanan tertentu, dan berat suatu benda merupakan hasil kali antara rapat massa ( )
dan percepatan gravitasi (g).
(2)
1

LAPORAN POT I : SIRKUIT FLUIDA


KELOMPOK 1
Teknologi Bioproses, 2010

dimana;
= berat jenis (N/m3)
= rapat massa (kg/m3)
g = percepatan gravitasi (m/s2)

c) Specify volume
Volume spesifik merupakan volume udara campuran atau juga dapat
didefinisikan sebagai kebalikan densitas,

, yaitu volume per satuan massa.

Seperti halnya densitas, volume spesifik merupakan sifat intensif dan dapat berbeda
dari satu titik ke titik yang lain. Satuan SI untuk densitas adalah kg/m3 dan volume
spesifik adalah m3/kg. Namun demikian seringkali densitas dan volume spesifik
dituliskan masing-masing sebagai g/cm3 dan volume spesifik adalah cm3/g. Satuan
lainnya yang digunakan (satuan Inggris) adalah lb/ft3 dan ft3/lb. Secara matematis;

(3)

d) Specific gravity
Specific gravity adalah ukuran kerapatan relatif terhadap kerapatan zat yang
dijadikan acuan, biasanya yang dijadikan acuan adalah kerapatan air pada suhu 4C.
(4)

e) Kompresibilitas
Kompresibilitas/ kemampatan adalah perubahan volume karena adanya
perubahan (penambahan) tekanan, yang ditunjukkan oleh perbandingan antara
perubahan tekanan dan perubahan volume terhadap volume awal. Perbandingan
tersebut dikenal sebagai modulus bulk (k).
(5)
(

Persamaan di atas setara dengan;


(6)
(

LAPORAN POT I : SIRKUIT FLUIDA


KELOMPOK 1
Teknologi Bioproses, 2010

Perbedaan kedua persamaan diatas adalah terletak pada tanda koefisien.


Koefisien persamaan Modulus Bulk yang menggunakan data perubahan densitas
bernilai positif karena semakin besar gaya tekan yang didapat maka fluida akan
semakin padat atau densitasnya naik. Sedangkan koefisien persamaan Modulus Bulk
yang menggunakan data perubahan volume bernilai negatif karena semakin besar
gaya tekan yang di dapat fluida akan mengalami pengurangan volume.
Dari hasil nilai modulus yang kita dapat, maka dapat kita analisis bahwa
semakin besar nilai Modulus Bulk, maka hal ini menunjukan bahwa fluida tersebut
relatif tidak mampu mampat atau cenderung incompresible. Tidak mampu mampat
artinya dibutuhkan perubahan tekanan yang besar untuk menghasilkan perubahan
volume yang kecil. Contoh fluida yang memiliki Modulus Bulk yang besar adalah air
(2,1 x 109 N/m,). Dibutuhkan tekanan sebesar 210 atm hanya untuk memampatkan
volume air sebesar 1%.

f) Viskositas
Kekentalan (viscosity) dari suatu cairan adalah salah satu sifat cairan yang
menentukan besarnya perlawanan terhadap tegangan geser. Kekentalan dinamik ()
adalah perbandingan antara tegangan geser () dan gradien kecepatan ( ).

(7)

g) Viskositas kinematik
Kekentalan kinematik (kinematic viscosity) v adalah kekentalan dinamik
dibagi dengan densitas
(8)

1.2.3. Aliran Laminer dan Turbulen


Apabila suatu fluida mengalir dalam suatu saluran dengan kecepatan yang cukup
kecil, maka aliran akan terlihat berlapis lapis yang bergerak secara sliding relatif terhadap
lapisan didekatnya. Aliran ini disebut dengan aliran laminar. Aliran laminer memiliki Re <
2000. Sedangkan apabila kecepatan dari aliran fluida diperbesar maka gerakan partikel fluida
itu semakin acak hingga pada suatu keadaan tertentu terbentuk pusaran pusaran arus (eddy
3

LAPORAN POT I : SIRKUIT FLUIDA


KELOMPOK 1
Teknologi Bioproses, 2010

current). Aliran semacam ini disebut aliran turbulen. Aliran turbulen memiliki Re > 4000.
Pada suatu kecepatan dimana aliran tak laminar dan tak juga turbulen disebut keadaan transisi
dengan 2000 < Re < 4000.

Gambar 1.1 Aliran Laminer dan Turbulen


(Sumber. Anonim. (2003). Liquid Flowmeters. http://www.omega.ca/techref/flowcontrol.html (diakses pada 26
Oktober 2012, pukul 23.16)

1.2.4. Gradien Kecepatan


Pada gambar 1.2 dibawah ini terlihat bahwa 2 buah pelat parallel dengan luas A,
berjarak y, diantara kedua pelat tersebut terdapat fluida. Pada pelat bagian bawah, dibuat
diam., sedangkan pelat atasnya ditarik oleh gaya F. sehingga bergerak dengan kecepatan u.

Gambar 1.2 Gradien kecepatan fluida diantara dua plat paralel


(Sumber. Anonim. (2002). Surface tension and velocity. http://www.cci.net.au/conqchem/PCmod3text.htm
diakses pada 26 Oktober 2012, pukul 23.32)

Adanya gaya kohesi menyebabkan fluida ikut bergerak searah F. Apabila jarak y
cukup kecil, fluida sekan bergerak secara berlapis lapis dengan kecepatan berbeda atau
dapat dikatakan terdapat gradien kecepatan. Dari eksperimen didapatkan bahwa;
(9)

LAPORAN POT I : SIRKUIT FLUIDA


KELOMPOK 1
Teknologi Bioproses, 2010

Apabila u/y diganti dengan gradien kecepatan du/dy, akan diperoleh;


(10)
Dimana

adalah tegangan geser (shear stress). Hubungan antara

dan du/dy menunjukkan

sifat reologi fluida seperti terlihat pada gambar 1.3 berikut;

Gambar 1.3 Hubungan tegangan geser dengan gradien kecepatan


(Sumber. Anonim. (_). Pump and Pum System Glossary.
http://www.pumpfundamentals.com/pump_glossary.htm diakses pada 26 Oktober 2012, 23.42)

Pada gradik diatas, hubungan yang paling sederhana ditunjukkan oleh kurva A. Fluida
yang mengikuti kurva A disebut fluida Newtonian dimana bentuk persamaannya adalah :
(11)
adalah koefisien viskositas atau viskositas dinamik atau viskositas absolut. Fluida
yang tidak mengikuti kurva A disebut fluida Non-newtonian. Fluida Non-newtonian
mempunyai tiga sub, yaitu :
a. Fluida dimana tegangan geser hanya bergantung pada gradient kecepatan saja, dan
walaupun hubungan antara tegangan geser dan gradien kecepatan tidak linear,
namun tidak tergantung waktu pada waktu setelah fluida menggeser
b. Fluida dimana tegangan geser tidak hanya bergantung pada gradien kecepatan,
tetapi bergantung pula pada waktu cairan menggeser atau pada kondisi sebelumnya.
c. Fluida viscous-elastis yang menunjukkan karakteristik dari zat padat elastic dan
fluida viscous.

LAPORAN POT I : SIRKUIT FLUIDA


KELOMPOK 1
Teknologi Bioproses, 2010

1.2.5. Bilangan Reynold


Dalam fluida yang mengalir terdapat gaya-gaya yang bekerja antara lain gaya
gravitasi, gaya tekanan, gaya viskositas, gaya inersia, dan gaya tegang permukaan. Untuk
aliran fluida yang mengalir melalui saluran yang terisi penuh, gaya-gaya yang paling
berpengaruh adalah gaya inersia dan gaya viskositas. Perbandingan antara gaya inersia
terhadap gaya viskositas ini disebut bilangan Reynold. Untuk saluran berbentuk pipa,
bilangan Reynold adalah :
(12)
dimana,
Re = bilangan reynold
D = diameter pipa
= densitas fluida
= viskositas absolut
dimana nilai kecepatan aliran dapat dicari dengan :
(13)
Dengan mensubstitusikan persamaan (13) ke persamaan (12) maka akan di dapat bilangan
Reynold;
(14)
Dimana nilai Reynold yang didapat, dapat digunakan untuk menentukan apakah
aliran suatu fluida laminar atau turbulen, seperti yang telah dijelaskan pada subbab aliran
laminar dan turbulen sebelumnya.

1.2.6. Energi Fluida


Pada fluida yang mengalir terdapat 3 bentuk energi :
1. Energi potensial
Energi yang dimiliki oleh fluida tersebut karena ketinggian relatif terhadap datum
2. Energi kinetik
Energi yang dimiliki oleh fluida tersebut karena kecepatannya
3. Energi tekanan
Energi yang dimiliki oleh fluida tersebut karena dalam keadaan bertekanan
6

LAPORAN POT I : SIRKUIT FLUIDA


KELOMPOK 1
Teknologi Bioproses, 2010

Pada fluida yang mengalir akan terdapat kehilangan energi yang disebabkan oleh
gesekan yang terjadi antara fluida dengan permukaan pipa. Hubungan antara energi-energi
diatas dapat membentuk persamaan energi mekanik.

1.2.7. Kehilangan Energi karena Friksi


Fluida yang mengalir akan selalu mendapatkan tahanan yang disebabkan oleh friksi
antara partikel- partikel fluida maupun friksi antara partikel fluida dengan permukaan saluran.
Friksi merupakan kerugian mekanik sehingga tekanan di downstream menjadi
berkurang. Besarnya kehilangan energi karena friksi menurut persamaan Darcy-Weisbach
(15)
Faktor friksi dari eksperimen dapat pula dicari dengan persamaan Darcy Weisbach,
sebagai berikut :
(16)
Friction Loss dari eksperimen dapat dicari dengan menggunakan feksperimen. Pada
pipa,

(17)

dimana;
hL = head loss
f

= faktor friksi

= panjang pipa

= diameter dalam pipa

= laju alir volume

gc = konstanta konversi

1.2.8. Hubungan Faktor Friksi dan Bilangan Reynold


Hagen poiseuille melalui eksperimennya mengenai aliran laminer pada pipa
menemukan hubungan sebagai berikut :
(18)
Bila persamaan dapat disusun kembali,

LAPORAN POT I : SIRKUIT FLUIDA


KELOMPOK 1
Teknologi Bioproses, 2010

(19)
(20)

(21)
Persamaan (21) menunjukkan hubungan linear antara f dan Re pada aliran laminer,
pada dasarnya kehilangan energi pada aliran laminar hanya disebabkan oleh viscous drag
saja, sedangkan pada aliran turbulen disebabkan oleh gerakan turbulen dari arus eddy. Oleh
karena itu friction factor untuk aliran turbulen disamping bergantung pada Re juga pada
kekasaran permukaan pipa.
(22)
/D adalah kekasaran relatif, yaitu perbandingan antara tingginya tonjolan tonjolan
dipermukaan bagian dalam pipa terhadap diameter dalam pipa. Hubungan antara f dan Re dan
/D dapat diperoleh dari chart standard yang disebut friction factor chart (Diagram Moody)

Gambar 1.4 Friction Flow Chart


(Sumber. Anonim. (2012). Friction Flow Calculations. http://www.pipeflow.com/pipe-pressure-dropcalculations/pipe-friction-factors diakses pada 27 Oktober 2012, pukul 00.07)

LAPORAN POT I : SIRKUIT FLUIDA


KELOMPOK 1
Teknologi Bioproses, 2010

1.2.9. Profil Aliran Kecepatan Fluida dalam Pipa


Pada aliran fluida di dalam pipa, partikel partikel fluida bergerak dengan kecepatan
yang berbeda. Pada partikel yang berada berdekatan dengan dinding pipa mempunyai
kecepaatan yang lebih rendah dibanding partikel yang terletak dibagian tengah pipa dimana
kecepatannya maksimum. Hal ini disebabkan karena perubahan momentum dan gesekangesekan yang terjadi di tiap lapisan. Untuk aliran laminar lapisan lapisan fluida terdapat
dari dinding pipa sampai sumbu pipa (center line) sehingga profil kecepatan partikel-partikel
fluida berbentuk parabola.
Semakin besar bilangan Reynold makan momentum yang berpindah antar lapisan
fluida semakin besar. Kenaikan bilangan Reynold sampai melewati batas kritisnya akan
menyebabkan aliran berubah menjadi aliran turbulen dan terjadi dua regional aliran, yaitu
daerah laminar dekat dinding pipa dan daerah turbulen mulai dari batas daerah aliran laminer
hingga sumbu pipa. Akhirnya profil kecepatan aliran tidak parabola lagi seperti pada gambar
dibawah.

Gambar 1.5 Profil Aliran Kecepatan Fluida dalam Pipa (Laminer dan Turbulen)
(Sumber. Anonim. (_). Flow Velocity Profiles. http://nuclearpowertraining.tpub.com/h1012v3/css/
h1012v3_40.htm diakses pada 27 Oktober 2012, pukul 00.16)

Daerah laminer akan semakin tipis dengan kenaikan bilangan Reynold dan semakin
mempunyai arti dibandingkan dengan kekasaran dinding pipa. Itulah sebabnya faktor friksi
9

LAPORAN POT I : SIRKUIT FLUIDA


KELOMPOK 1
Teknologi Bioproses, 2010

pada aliran laminer hanya bergantung pada bilangan Reynold dan semakin bergantung pada
kekasaran dinding pipa untuk aliran turbulen.

1.2.10. Kehilangan Energi pada Fitiing


Kehilangan energi pada fitting secara umum dapat digambarkan dengan persamaan :
(23)
dimana,

(24)
Jika nilai k, pada persamaan (24) di substitusikan ke persamaan (23) akan
menghasilkan :
(25)
Kemudian persamaan (25) disusun ulang, akan diperoleh nilai Le sebagai berikut :
(26)
Dengan Le merupakan panjang ekivalen dari fitting. Berikut adalah tabel tipe- tipe fitting dan
panjang ekivalennya.
Tabel 1.1 Panjang Ekivalen untuk berbagai Jenis Fitting

Type of fitting
Globe valve, wide open
Angle valve, wide open
Gate valve, wide open
Check valve (swing type)
90o standar elbow
45o standar elbow
90o long-radius elbow

Equivalent length L/D


(dimensionless)
340
145
113
135
30
16
20

1.2.11. Pengukuran Flowrate


Jenis alat ukur aliran fluida yang paling banyak digunakan diantaranya alat ukur
lainnya adalah alat ukut fluida jenis aliran fluida. Hal ini dikarenakan oleh konstruksinya
yang sederhana dan pemasangannya yang mudah. Ada beberapa jenis alat untuk mengukur

10

LAPORAN POT I : SIRKUIT FLUIDA


KELOMPOK 1
Teknologi Bioproses, 2010

laju suatu fluida. Beberapa alat yang biasa digunakan diantaranya yaitu venturi flow meter
dan orifice flow meter.
Pada dasarnya prinsip kerja dari kedua alat ukur ini adalah sama yaitu bila aliran
fluida yang mengalir melalui alat ukut ini mengalir maka akan terjadi perbedaan tekanan
sebelum dan sesudah alat ini. Beda tekanan menjadi besar bila laju alir yang diberikan kepada
alat ini bertambah

1.2.11.1. Venturi Flowmeter


Alat pengukur flowmeter ini terbentuk dari bagian masuk yang mempunyai flens,
yang terdiri dari bagian pendek berbentuk silinder dan kerucut terpotong. Bagian leher
yang berflens dan bagian keluar juga berflens yang terdiri dari kerucut yang terpotong
yang panjang. Dalam venturimeter, kecepatan fluida bertambah dan tekanannya berkurang
di dalam kerucut sebelah hulu. Penurunan tekanan di dalam kerucut hulu itu lalu
dimanfaatkan untuk mengukur laju aliran yang melalui instrument itu. Kecepatan fluida
kemudian berkurang lagi dan sebagian besar tekanan awalnya kembali pulih di dalam
kerucut sebelah hilir. Agar pemulihan lapisan batas dapat dan gesekan menjadi minimum.
Oleh karena itu pada bagian penampungnya mengecil tidak ada pemisahan, maka kerucut
hulu dapat dibuat lebih pendek daripada kerucut hilir. Gesekan di daerah ini pun kecil.
Dengan demikian ruang dan bahan pun dapat dihemat. Walaupun venturi meter dapat
digunakan untuk mengukur gas, namun alat ini biasanya digunakan juga untuk mengukur
zat cair terutama air.

Gambar 1.6 Venturi Flow meter


(Sumber. Le Furge, Melissa. (2011). What is a Venturi Flow meter? http://energy-and-industry.
blogspot.com/2011/07/what-is-venturi-flow-meter.html diakses pada 27 Oktober 2012, pukul 00.34)

Untuk venturi meter ini dapat dibagi menjadi 3 bagian utama yaitu :
a. Bagian Inlet
11

LAPORAN POT I : SIRKUIT FLUIDA


KELOMPOK 1
Teknologi Bioproses, 2010

Bagian yang berbentuk lurus dengan diameter yang sama seperti diameter pipa atau
cerobong aliran. Lubang tekanan awal ditempatkan pada bagian ini.
b. Inlet Cone
Bagian yang berbentuk seperti kerucut yang berfungsi untuk menaikkan tekanan
fluida.
c. Throat
Bagian tempat pengambilan beda tekanan akhir. Bagian ini berbentuk bulat datar.
Hal ini dimaksudkan agar ridak mengurangi atau menambah kecepatan dari aliran
yang keluar dari inlet cone.
Pada venturi meter ini fluida masuk melalui bagian inlet dan diteruskan ke bagian
outlet cone. Pada bagian inlet ini ditempatkan titik pengambilan tekanan awal. Pada
bagian inlet cone fluida akan mengalami penurunan tekanan yang disebabkan oleh bagian
inlet cone yang berbentuk kerucut atau semakin mengecil kebagian throat. Kemudian
fluida masuk kebagian throat inilah tempat pengambilan tekanan akhir dimana throat ini
berbentuk bulat datar. Lalu fluida akan melewati bagian akhir dari venturi meter yaitu
outlet cone. Outlet cone ini berbentuk kerucut dimana bagian kecil berada pada throat dan
pada outlet cone ini tekanan kembali normal.
Jika aliran melalui venturi meter itu benar benar tanpa gesekan, maka tekanan
fluida yang meninggalkan flowmeter tentulah sama persis dengan fluida yang memasuki
flowmeter dan keberadaan flowmeter dalam jalur tersebut tidak akan menyebabkan
kehilangan tekanan yang bersifat permanen dalam tekanan.
Penurunan tekanan pada inlet cone akan dipulihkan dengan sempurna pada outlet
cone. Gesekan tidak dapat ditiadakan dan juga kehilangan tekanan yang permanen dalam
sebuah meteran yang dirancang dengan tepat.
Persamaan dasar untuk venturi meter dapat diperoleh dengan menuliskan
persamaan Bernoulli untuk fluida yang tak mampat antara inlet dan throat.
(

(27)

Dengan mengabaikan gesekan, venturi dipasang horizontal, dan tidak ada pompa yang
bekerja maka persamaan diatas menjadi :
(28)
Karena V1.A1 = V2.A2, maka V2 dapat dicari dengan persamaan :
12

LAPORAN POT I : SIRKUIT FLUIDA


KELOMPOK 1
Teknologi Bioproses, 2010

(29)

Dari eksperimen, ditemukan bahwa flowrate yang diperoleh dari persamaan diatas
sedikit lebih tinggi daripada kenyataannya. Hal ini dikarenakan friksinya dianggap nol dan
juga dikarenakan aliran yang tidak seluruhnya uniform pada luas penampang pipa seperti
yang kita asumsikan. Untuk itu diperlukan suatu faktor/ koefisien empiris untuk mengatasi
perbedaan pada perhitungan. Koefisien empiris ini disebut dengan coefficient of discharge
(Cv)
*

(30)

Suatu persamaan diturunkan dari persamaan Bernoulli dan persamaan kontinuitas


untuk menghasilkan suatu hubungan antara laju alir dan perbedaan tekanan. Persamaan
tersebut disebut persamaan karakteristik venturi yaitu seperti berikut :

Karena

(31)

, maka persamaan (31) menjadi;

(32)

(33)

dimana :
Sb = Area kerongkongan venturi
A

= luas area

= Db/Da

Da = Diameter pipa
Db = Diameter kerongkongan (throat) venturi
Q

= Flowrate volume

= Koefisien karakteristik venturi

P = Perbedaan tekanan

13

LAPORAN POT I : SIRKUIT FLUIDA


KELOMPOK 1
Teknologi Bioproses, 2010

1.2.11.2. Orifice Flowmeter


Pada kenyataannya, venturi meter mempunyai banyak kekurangan. Untuk
flowmeter tertentuk dengan sistem tertentu pula, laju alir maksimum yang dapat terukur
terbatas, sehingga apabila laju alir berubah, diameter terlalu besar untuk memberikan
bacaan yang teliri, atau terlalu kecil untuk dapat menampung laju alir yang maksimum
yang baru. Orifice flowmeter dapat mengatasi kekurangan kekurangan venturi meter,
tetapi konsumsi dayanya cukup tinggi.
Prinsip orifice meter identik dengan venturi meter. Pernuruan penampang arus
aliran melalui orifice menyebabkan kecepatan akan meningkat tetapi tinggi tekan akan
menurun, dan penurunan antara kedua titik dapat diukur dengan manometer. Persamaan
Bernoulli memberikan dasar untuk mengkolerasikan peningkatan kecepatan dengan
penurunan tinggi tekanan.

Gambar 1.7 Orifice Flowmeter


(Sumber. Le Furge, Melissa. (2011). What is a Venturi Flow meter? http://energy-and-industry.
blogspot.com/2011/07/what-is-venturi-flow-meter.html diakses pada 27 Oktober 2012, pukul 00.36)

Jika arah aliran horizontal dan digunakan persamaan Bernoulli dengan


mengabaikan friksi antara titik 1 dan titik 2 seperti gambar diatas maka akan didapatkan
persamaan yang sama halnya dengan venturimeter;
(34)
Seperti halnya venturimeter, orifice meter juga memiliki coefficient of discharge (Cv).
Sehingga untuk menghitung penurunan tekanan sebenarnya, Cv juga turut diperhitungkan.

14

LAPORAN POT I : SIRKUIT FLUIDA


KELOMPOK 1
Teknologi Bioproses, 2010
2
2
2
A2 V2 D2
(35)

2
2
2
2
2Cv
A1 2Cv
D1
Suatu persamaan diturunkan dari persamaan Bernoulli dan persamaan kontinuitas

V2 2

untuk menghasilkan suatu hubungan antara laju alir dan perbedaan tekanan. Persamaan
tersebut disebut persamaan karakteristik orifice yaitu seperti berikut :

dimana

(36)

dan Co adalah karakteristik orifice.

15

LAPORAN POT I : SIRKUIT FLUIDA


KELOMPOK 1
Teknologi Bioproses, 2010

BAB II
PERCOBAAN
(Prosedur, Data Hasil Pengamatan, dan Pengolahan Data)

2.1. Peralatan
2.1.1. Skema Sistem Peralatan
v.7

v.6

6
3

8
v.11

v.8
7

v.4
v.5

v.3
v.9

v.10

1
v.2
9
v.1
2

2.1.2. Keterangan Sistem Peralatan


1. Storage Tank
Merupakan tempat penyimpanan fluida (dalam kasus ini
air) yang akan digunakan pada percobaan. Tangki ini
memiliki skala yang disebut dengan sight gage sebagai
penanda banyaknya volume air yang terdapat pada
tangki. Besarnya daya tampung dari storage tank ini
adalah sebesar 14 gallon ( 63,65 L)

ngf

Gambar 2.1 Storage Tank


16

LAPORAN POT I : SIRKUIT FLUIDA


KELOMPOK 1
Teknologi Bioproses, 2010

2. Pompa
Berfungsi memompa dan mengalirkan air dari
dalam tangki menuju sistem peralatan sirkuit
fluida.

Gambar 2.2 Pompa

3. Visual Flow Box


Digunakan untuk melihat bentuk aliran fluida
yang

terbentuk,

laminer,

turbulen

atau

transisi.

Gambar 2.3 Visual Flow Box

4. Orifice Flowmeter
Merupakan suatu pelat dengan lubang di
tengahnya yang dipasang di dalam pipa tegak
lurus arah aliran. Berfungsi sebagai alat
pengukur flowrate fluida dengan mengukur
perbedaan tekanan diantara pelat tersebut.

Gambar 2.4 Orifice Flowmeter

5. Venturi Flowmeter
Merupakan alat pengukur flowrate yang terbentuk dari bagian masuk yang
mempunyai flens, yang terdiri dari bagian pendek berbentuk slilinder dan kerucut
17

LAPORAN POT I : SIRKUIT FLUIDA


KELOMPOK 1
Teknologi Bioproses, 2010

terpotong. Prinsip pengukuran flowrate fluida


hampir sama dengan orifice, yaitu dengan
mengukur perbedaan tekanan sebelum dan
sesudah aliran keluar dari funnel.

Gambar 2.5 Venturi Flowmeter

6. Elbow
Salah satu jenis fitting dari sistem peralatan
fluida

yang

akan

dihitung

panjang

ekuivalennya pada percobaan 6.

Gambar 2.6 Fitting Elbow

7. T-Junction
Salah satu jenis fitting dari sistem peralatan
fluida

yang

akan

dihitung

panjang

ekuivalennya pada percobaan 6.

Gambar 2.7 Fitting T-Junction

8. Manometer

18

LAPORAN POT I : SIRKUIT FLUIDA


KELOMPOK 1
Teknologi Bioproses, 2010

Digunakan

untuk

mengukur

perbedaan

tekanan di antara dua titik. Prinsip kerjanya


adalah

dengan

mengukur

perbedaan

ketinggian air pada dua titik tersebut.


Manometer yang digunakan memiliki empat
selang, sehingga dapat mengukur perbedaan
tekanan di dua tempat.

Gambar 2.8 Manometer

9. Pipa
Pipa-pipa dalam sistem percobaan sirkuit fluida ini
berfungsi sebagai tempat mengalirnya fluida (air).
Di dalam sistem per-pipaan inilah kita ingin
mengetahui karakteristik aliran fluida. Terdapat
beberapa jenis pipa yang ada di dalam sistem ini
bila dilihat dari segi ukurannya, antara lain 1 inch,
in, inch, dan 3/8 inch.

Gambar 2.9 Pipa

10. (v._) Gate valve


Berfungsi untuk membuka dan menutup aliran
fluida.

Bukaan

gate

valve

inilah

yang

divariasikan guna mengatur laju alir (flow


rate) fluida.

Gambar 2.10 Gate valve

19

LAPORAN POT I : SIRKUIT FLUIDA


KELOMPOK 1
Teknologi Bioproses, 2010

2.2. Prosedur Percobaan serta Data dan Pengolahan Data


2.2.1. Percobaan I : Kalibrasi Penunjuk Volume Tangki
2.2.1.1. Tujuan Percobaan
Mengetahui apakah skala sight gage pada tangki sudah sesuai dengan ukuran standar
(volume gelas ukur).

2.2.1.2. Prosedur Percobaan


1. Memastikan tersedia cukup air pada tangki
2. Membuka valve 4 (v.4) dan 11 (v.11) serta menutup valve lainnya lalu menyalakan
pompa dan tunggu sampai aliran air yang keluar dari pipa telah stabil.
3. Menampung air yang keluar dengan menggunakan ember, kemudian di ukur
menggunakan gelas ukur 2000 ml, kemudian mencatat nilainya untuk penurunan
volume tangki 1 liter, 2 liter, 3 liter, 4 liter, dan 5 liter.
4. Membuat kurva kalibrasi (volume ukur vs volume tangki) dan mengamati
kemungkinan terjadi penyimpangan pada sight gage.
v.7

v.6

6
3

8
v.11

v.5

v.8
7

v.4
v.3
v.9

v.10

1
v.2
9
v.1
2

Gambar 2.11 Skema percobaan I


(aliran biru : aliran fluida dalam pipa, valve merah : valve yang dibuka)

2.2.1.3. Data dan Pengolahan Data


i. Data Hasil Pengamatan

20

LAPORAN POT I : SIRKUIT FLUIDA


KELOMPOK 1
Teknologi Bioproses, 2010
Tabel 2. Tabel Perbandingan Volume Air yang keluar dari Tangki dan
Volume air yang Terukur

Vol SG
(liter)
1
2
3
4
5

Vol real
(liter)
0.93
2.4
2.96
4.4
4.91

x
0.93
1.2
0.987
1.1
0.982

ii. Pengolahan Data


Dari data tersebut dapat diketahui nilai kalibrasi antara volum yang terukur di gelas
ukur dengan volum pada sight gage untuk 1 liter air, yaitu melalui persamaan
berikut :
(37)
Percobaan dilakukan sebanyak 5 kali dengan masing-masing percobaan memiliki
nilai x yang berbeda-beda. maka diperlukan nilai rata rata untuk didapatkan nilai
kalibrasinya

Sehingga dapat dianggap nilai 1 liter pada sight gage sama dengan 1.04 liter air pada
gelas ukur. Dari data diatas didapatkan grafik sebagai berikut :
KALIBRASI VOLUME SIGHT GAGE
6

y = 0.996x + 0.132
R = 0.9742

volume real

5
4
3
2
1
0
0

kalibrasi volume sight gage

3
4
5
6
volume SG
Linear (kalibrasi volume sight gage)

Gambar 2.12 Grafik Kalibrasi Volume Sight Gage


21

LAPORAN POT I : SIRKUIT FLUIDA


KELOMPOK 1
Teknologi Bioproses, 2010

Dari grafik di atas didapat persamaan garis dari kurva kalibrasi ialah y = 0.996x +
0.132. Dengan nilai x merupakan volume tangki dan y merupakan volume yang
terukur pada gelas ukur.

2.2.2. Percobaan II : Karakteristik Sharp Edge Orifice Flowmeter


2.2.2.1. Tujuan Percobaan
Mendapatkan kurva kalibrasi hubungan laju alir dan selisih tinggi manometer pada
orifice
Mencari nilai koefisien karakteristik (discharge coefficient) rata-rata dari orifice
flow meter yang digunakan

2.2.2.2. Prosedur Percobaan


1. Membuka valve 4 (v.4) dan valve 11 (v.11) sementara menutup valve lainnya.
Menggunakan valve 4 (v.4) untuk mengatur air yang keluar melalui pipa ke orifice.
2. Memasang dua selang manometer pada orifice (tap-pressure 40-41) untuk mengukur
perbedaan tekanan.
3. Menyalakan pompa dan membuka valve 4 (v.4) secara maksimal, kemudian
menunggu sampai aliran stabil.
4. Mengukur aliran keluar dari tangki dengan mencatat penurunan yang nampak pada
sight gage untuk waktu tertentu (10 detik). Secara simultan mencatat perbedaan
ketinggian yang nampak pada manometer.
5. Mengulangi pengukuran untuk beberapa flowrate (6 data) dengan mengubah bukaan
valve 4 (v.4).
6. Memplot laju alir Q vs akar h.
7. Menghitung koefisien orifice Co dari plot tersebut.

22

LAPORAN POT I : SIRKUIT FLUIDA


KELOMPOK 1
Teknologi Bioproses, 2010

v.7

v.6

6
3

8
v.11

v.5

v.8
7

v.4
v.3
v.9

v.10

1
v.2
9
v.1
2

Gambar 2.13 Skema Percobaan II


(Biru : aliran fluida melewati manomater, merah : valve yang dibuka, kuning : valve yang bukaannya
divariasikan)

2.2.2.3. Data dan Pengolahan Data


i. Data Hasil Pengamatan
Tabel 3. Data Percobaan Orifice Flowmeter

No.
1
2
3
4
5

dV SG
(liter)
3.5
2.9
1.6
0.1
0.1

t (s)
10.1
10.2
10.2
10.4
10.3

dh @orifice
(inchi)
7.75
6.875
3.75
3
1

ii. Pengolahan Data


Laju alir volume, , dihitung dengan
(38)
dimana

adalah volume real yang didapat dengan mengkalibrasikan volume

yang terlihat pada sight gage pada percobaan ini ke dalam persamaan y = 0.996x +
0.132 dari percobaan I.
23

LAPORAN POT I : SIRKUIT FLUIDA


KELOMPOK 1
Teknologi Bioproses, 2010

Persamaan untuk menentukan laju alir pada orifice adalah sebagai berikut,
(merujuk pada persamaan yang terdapat di tinjauan pustaka)
(31)

(32)

(33)

dimana,

: rasio diameter kerongkongan orifice terhadap diameter pipa

Po : pressure drop, dicari dengan rumus :


Co

: koefisien karakteristik orifice

: Luas penampang pipa yang digunakan

Persamaan di atas dijadikan dalam bentuk persamaan garis untuk mengamati


hubungan antara laju alir dengan perbedaan ketinggian pada manometer untuk
orifice menjadi:

y
maka jika dibuat plot antara

dengan

akan diperoleh hubungan linear dengan

slope:
(33.1)

Hasil perhitungan untuk memperoleh hubungan

( ) adalah

dengan

sebagai berikut:
Tabel 4. Pengolahan data Kalobrasi Sharp Edge pada Orificie Flometer

dh
No. @orifice
(inchi)
1

7.75

dh
@orifice
(m)

dV real
(liter)

dV real (m)

Q (m3/s)

0.19685

3.618

0.003618

0.00036

(m)
0.443677811

24

LAPORAN POT I : SIRKUIT FLUIDA


KELOMPOK 1
Teknologi Bioproses, 2010

6.875

0.174625

3.0204

0.0030204

0.0003

0.417881562

3.75

0.09525

1.7256

0.0017256

0.00017

0.308625987

0.0762

0.2316

0.0002316

2.2E-05

0.276043475

0.0254

0.2316

0.0002316

2.2E-05

0.159373775

( ) dengan hasil

dengan

Dengan demikian dapat diplot antara


sebagai berikut.

Q vs. dH ORIFICE FLOWMETER


0.0004
y = 0.0012x - 0.0002
R = 0.865

0.00035
0.0003
0.00025

0.0002
0.00015
0.0001
0.00005
0
0

0.05

0.1

0.15

0.2

0.25

-0.00005

0.3

0.35

0.4

0.45

0.5

dh ori
Q vs. dH ori

Linear (Q vs. dH ori)

Gambar 2.14 Kurva Kalibrasi Orifice Flowmeter

Persamaan garis yang diperoleh adalah


adalah

Dimana

( ) sebagai variable yang dikontrol, sedangkan

adalah

.
Nilai koefisien karakteristik (faktor koreksi) rata-rata dari orifice dihitung
dengan memodifikasi persamaan slope untuk mencari nilai

(33.1a)

Persamaan diselesaikan dengan menginput nilai-nilai sebagai berikut:


25

LAPORAN POT I : SIRKUIT FLUIDA


KELOMPOK 1
Teknologi Bioproses, 2010

adalah diameter kerongkongan orifice flowmeter dan

adalah diameter dalam

pipa.

Maka nilai koefisien karakteristik rata-rata dari orifice adalah (satuan


dalam m2, satuan

dalam m/s2)
(

)
(

2.2.3. Percobaan III : Karakteristik Venturi Flowmeter


2.2.3.1. Tujuan Percobaan
Mencari nilai koefisien karakteristik (discharge coefficient) rata-rata dari venturi
flow meter yang digunakan.

2.2.3.2. Prosedur Percobaan


1. Membuka valve 1 (v.1), valve 2 (v.2), valve 3 (v.3), valve 8 (v.8), valve 6 (v.6) dan
valve 7 (v.7) serta menutup valve lainnya. Menggunakan valve 3 (v.3) untuk
mengatur aliran air yang keluar ke venturi. Valve 5 (v.5) dibuka sedikit untuk
memastikan aliran total tidak terlalu kecil.
2. Memasang dua selang manometer pada venture dan orifice (tap-pressure 38-39)
untuk mengukur perbedaan tekanan.
3. Menyalakan pompa dan membuka valve 3 (v.3) maksimal, kemudian menunggu
sampai aliran stabil.
4. Mencatat perbedaan ketinggian yang nampak pada manometer, baik perbedaan
ketinggian venturi maupun orifice.
5. Mengulangi pengukuran untuk beberapa flowrate (6 data) dengan mengubah bukaan
valve 3 (v.3).
6. Menentukan laju aliran Q dengan menggunakan kurva kalibrasi Q vs h orifice.
7. Memplot laju aliran Q vs h venturi (yang sebanding dengan h orifice).
8. Menghitung koefisien venturi Cv dari plot tersebut.

26

LAPORAN POT I : SIRKUIT FLUIDA


KELOMPOK 1
Teknologi Bioproses, 2010

v.7

v.6

6
3

8
v.11

v.8
7

v.4
v.5

v.3
v.9

v.10

1
v.2
9
v.1
2

Gambar 2.15 Skema Aliran Fluida pada Percobaan III


(Aliran biru : aliran fluida dalam pipa melewati manometer, valve merah : valve yang dibuka, valve kuning :
valve yang bukaannya divariasikan, dan valve orange : dibuka sedikit sekali)

2.2.3.3. Data dan Pengolahan Data


i. Data Hasil Pengamatan
Tabel 5. Data Hasil Pengamtan Percobaan Venturi Flowmeter

No.
1
2
3
4

dh @orifice
(inchi)
0.125
0.25
0.625
0.875

dh @venturi
(inchi)
2.875
4.875
12.125
15.625

ii. Pengolahan Data


Laju alir

diperoleh dengan cara memasukkan

ke

dalam persamaan kalibrasi orifice yaitu


Selanjutnya, perhitungan pada percobaan ini dilakukan dengan cara yang
sama dengan penghitungan pada orifice flowmeter. Hasil perhitungan terdapat pada
tabel di bawah ini:

27

LAPORAN POT I : SIRKUIT FLUIDA


KELOMPOK 1
Teknologi Bioproses, 2010
Tabel 6. Pengolahan Data Percobaan Venturi Flowmeter

No.

dh
@orifice
(inchi)

dh
@orifice
(m)

dh
@venturi
(inchi)

dh
@venturi
(m)

2.875

0.073025

0.270231382

0.125

0.003175

0.056347138

0.000124278

4.875

0.123825

0.351887766

0.25

0.00635

0.079686887

0.000222265

12.125

0.307975

0.554954953

0.625

0.015875

0.125996032

0.000465946

15.625

0.396875

0.629980158

0.875

0.022225

0.149080515

0.000555976

(m)

dengan

Berikut ini adalah plot antara

Q (m/s)

(m)

( )

Q vs. dH VENTURI
0.0006
0.0005

y = 0.0048x - 0.0001
R = 0.997

0.0004
0.0003
0.0002
0.0001
0
0

0.05

0.1
dH ven

Q vs. dH ven

0.15

0.2

Linear (Q vs. dH ven)

Gambar 2.16 Kurva Kalibrasi Venturi Flowmeter

Persamaan garis yang diperoleh adalah


adalah

( ) dan

adalah

. Dimana

Kemudian, karena diameter kerongkongan venturi sama dengan diameter


orifice maka nilai koefisien karakteristik rata-rata dari venturi flowmeter dicari
dengan input nilai-nilai yang sama dan dengan cara yang sama seperti pada orifice
flowmeter.
28

LAPORAN POT I : SIRKUIT FLUIDA


KELOMPOK 1
Teknologi Bioproses, 2010

)
(

2.2.4. Percobaan IV : Aliran Laminer dan Turbulen


2.2.4.1. Tujuan Percobaan
Mengetahui pola dan karakteristik aliran laminer, transisi dan turbulen serta
mengetahui nilai laju alir terjadinya pola aliran tersebut.

2.2.4.2. Prosedur Percobaan


1. Memastikan Visual Flow Box bersih, sehingga dapat dilakukan pengamatan bentuk
aliran didalamnya.
2. Menggunakan venturi sebagai flowmeter.
3. Membuka valve 1 (v.1), valve 2 (v.2), valve 3 (v.3), valve 8 (v.8) dan valve 6 (v.6)
serta menutup valve lainnya.
4. Menvariasikan bukaan valve 3 (v.3) berdasarkan

h venturi yang telah ditentukan

sebelumnya dari perhitungan bilangan Reynold, kemudian mengamati dan mencatat


pola aliran cross atau pusaran yang terjadi.
v.7

v.6

6
3

8
v.11

v.8
7

v.4
v.5

v.3
v.9

v.10

1
v.2
9
v.1
2

Gambar 2.17 Skema Aliran Fluida pada Percobaan IV


(Aliran biru : aliran fluida dalam pipa melewati manometer, valve merah : valve yang dibuka, valve kuning :
valve yang bukaannya divariasikan)

29

LAPORAN POT I : SIRKUIT FLUIDA


KELOMPOK 1
Teknologi Bioproses, 2010

2.2.4.3. Data dan Pengolahan Data


i. Data Hasil Pengamatan
Tabel 7. Hasil Pengamatan Percobaan Aliran Laminer dan turbulen

dh @
No venturi
(inch)

Pengamatan Visual
Pusaran

Aliran
Cross

Deskripsi

Gambar

Aliran fluida yang


terjadi sangat cepat,
1

7.75

sehingga terjadi
banyak pusaran
Gambar 2.18
Aliran turbulen pada visual box

Aliran fluida yang


terjadi sangat cepat,
sehingga terjadi
2

7.75

banyak pusaran
(pusaran lebih
sedikit dibandingkan
pengamatan I)

Gambar 2.19
Aliran turbulen pada visual box

Aliran fluida yang


terjadi sangat cepat,
sehingga terjadi
3

pusaran (pusaran
lebih sedikit
dibandingkan
pengamatan I dan II)

Gambar 2.20
Aliran turbulen pada visual box

30

LAPORAN POT I : SIRKUIT FLUIDA


KELOMPOK 1
Teknologi Bioproses, 2010

Aliran cenderung
tenang, Pusaran yang
terjadi sangat sedikit
4

8.25

(hampir tidak ada)


Yang terlihat adalah
aliran cross pada
bagian tengah

Gambar 2.21
Aliran transisi pada visual box

Kecapatan alirannya
rendah, sehingga
5

0.125

aliran air sangat


tenang
Gambar 2.22
Aliran laminer pada visual box

ii. Pengolahan Data


Percobaan untuk mengetahui perbedaan jenis aliran laminar dan turbulen ini
dilakukan dengan melakukan variasi terhadap bilangan Reynold, dimana diketahui
bahwa untuk aliran laminar bilangan Reynold bernilai < 2000, sedangkan untuk
aliran turbulen bilangan Reynold bernilai >4000. Rumus bilangan Reynold adalah
sebagai berikut:
(12)
dimana;
D : diameter visual box (16,51 cm)
: massa jenis air (1 g/cm3)
V : volume air
: viskositas air (0,01 g/cms)

31

LAPORAN POT I : SIRKUIT FLUIDA


KELOMPOK 1
Teknologi Bioproses, 2010

Nilai-nilai konstan D, , dan

diinput ke dalam persamaan Re untuk

mencari Q pada bilangan Re tertentu. Nilai Q dihitung dengan rumus:


(13)
Sehingga persamaan bilangan Re dimodifikasi menjadi:
(14)
Untuk mencari nilai Q persamaan menjadi:
(39)
Nilai Q yang didapat kemudian disubstitusi ke dalam persamaan dari
percobaan III
Dimana y adalah Q dan x adalah dh venturi

Berikut adalah tabel hasil perhitungan dh venturi untuk nilai Re yang berbeda-beda.
Tabel 8. Pengolahan Data Percobaan Aliran Laminer dan Turbulen

Re

Laminer

Transisi

Turbulen

dh venturi
(meter)

dh @
venturi
(meter)

dh @ venturi
(inchi)

500

0.003028468 6.48395E-05

0.034341561

0.001179343

0.046430726

1000

0.006056935 0.000129679

0.047849788

0.002289602

0.090141639

1500

0.009085403 0.000194518

0.061358015

0.003764806

0.148220414

2000

0.01211387

0.000259358

0.074866243

0.005604954

0.220667051

2500

0.015142338 0.000324197

0.08837447

0.007810047

0.307481548

3500

0.021199273 0.000453876

0.115390925

0.013315066

0.524214129

4000

0.024227741 0.000518716

0.128899152

0.016614991

0.654132211

4500

0.027256208 0.000583555

0.142407379

0.020279862

0.798418155

5000

0.030284676 0.000648395

0.155915607

0.024309676

0.95707196

6000

0.036341611 0.000778074

0.182932061

0.033464139

1.317483156

Kemudian dibuat plot yang menunjukkan hubungan antara bilangan Re dengan dh


venturi
32

LAPORAN POT I : SIRKUIT FLUIDA


KELOMPOK 1
Teknologi Bioproses, 2010

dH VENTURI vs BILANGAN REYNOLD


7000
y = 4264.1x + 890.56
R = 0.9641

6000
5000

Re

4000
3000
2000
1000
0
0

0.1

0.2

0.3

0.4

0.5

dH @venturi vs. Bilangan Reynold

0.6 0.7 0.8


dH @venturi

0.9

1.1

1.2

1.3

1.4

Linear (dH @venturi vs. Bilangan Reynold)

Gambar 2.23 Kurva hubungan dh venturi dengan bilangan Reynold

Variasi dh venturi yang telah dilakukan dalam percobaan diperiksa


kesesuaian jenis alirannya dengan mensubstitusi nilai dh venturi ke dalam
persamaan y = 4264.x + 890.5. Hasil yang didapat adalah:
Tabel 9. Hasil Pengolahan Data Percobaan Aliran Laminer Turbulen

dh @ venturi
(inch)

Re

Jenis Aliran

7.75

33937.335

Turbulen

7.75

33937.335

Turbulen

30739.26

Turbulen

8.25

36069.385

Turbulen

0.125

1423.5725

laminer

2.2.5. Percobaan V : Pipa Lurus


2.2.5.1. Tujuan Percobaan
Menentukan faktor friksi pada pipa lurus dengan diameter 1 dan
Membandingkan dan menganalisa friction loss pada pipa 1 dan
33

LAPORAN POT I : SIRKUIT FLUIDA


KELOMPOK 1
Teknologi Bioproses, 2010

2.2.5.2. Prosedur Percobaan


1. Membuka valve 1 (v.1), valve 2 (v.2), valve 3 (v.3), valve 8 (v.8) dan valve 6 (v.6)
serta menutup valve lainnya. Valve 5 (v.5) dibuka sedikit untuk memastikan aliran
total tidak terlalu kecil.
2. Menghubungkan dua selang manometer pada pipa 1 dan dua lainnya pada venturi.
3. Menvariasikan laju alir dengan mengatur bukaan valve 3 (v.3) berdasarkan
perbedaan ketinggian di manometer venturi sehingga didapatkan data ketinggian di
manometer pipa. Digunakan variasi h venturi sebanyak 10 data dengan
penambahan 0.125 inci.
4. Menghitung laju alir berdasarkan h venturi, P berdasarkan h pipa, kemudian
memplot P vs V2.
5. Menentukan faktor friksi pipa dari plot tersebut.
6. Mengulang percobaan yang sama dengan lima langkah di atas pada pipa , namun
valve yang dibuka adalah valve 1 (v.1), valve 2 (v.2), valve 9 (v.9), valve 10 (v.10)
dan valve 6 (v.6).

v.7

v.6

6
3

8
v.11

v.8
7

v.4
v.5

v.3
v.9

v.10

1
v.2
9
v.1
2

Gambar 2.24 Skema Aliran Fluida pada Percobaan V (pipa 1 inch)


(Aliran biru : aliran fluida di dalam pipa melewati manometer, valve merah : valve yang dibuka, valve kuning :
valve yang bukaannya divariasikan, valve orange : dibuka sangat sedikit)

34

LAPORAN POT I : SIRKUIT FLUIDA


KELOMPOK 1
Teknologi Bioproses, 2010

v.7

v.6

6
3

v.8

v.11

v.4
v.5

v.3
v.9

v.10

1
v.2
9
v.1
2

Gambar 2.25 Skema Aliran Fluida pada Percobaan V (pipa inch)


(Aliran biru : aliran fluida di dalam pipa melewati manometer, valve merah : valve yang dibuka, valve kuning :
valve yang bukaannya divariasikan, valve orange : dibuka sangat sedikit)

2.2.5.3. Data dan Pengolahan Data


i. Data Hasil Pengamatan
Tabel 10. Data Hasil Pengamatan Percobaan Pipa Lurus

Pipa Lurus (d=1inch)


No

dh@pipa dh@venturi
(inch)
(inch)

Pipa Lurus (d= inch)


No

dh@pipa
(inch)

dh@venturi
(inch)

awal

4.75

awal

5.25

4.875

0.125

3.375

0.125

0.25

3.5

0.25

5.125

0.125

3.5

0.375

5.125

0.625

3.75

0.5

5.375

0.625

3.75

0.625

5.25

0.875

3.75

0.875

5.375

0.875

3.75

0.875

5.385

3.875

1
35

LAPORAN POT I : SIRKUIT FLUIDA


KELOMPOK 1
Teknologi Bioproses, 2010

5.25

1.125

1.125

10

5.325

1.25

10

3.875

1.375

ii. Pengolahan Data


Pertama-tama dicari pressure loss dengan menggunakan hpipa sebagai head loss.

Untuk menghitung flow rate pada setiap bukaan, laju alir diperoleh dengan
memasukkan nilai hventuri pada persamaan yang diperoleh pada percobaan venturi
sebelumnya yaitu

Nilai laju alir yang didapat dimasukkan ke dalam persamaan untuk mencari nilai
kecepatan aliran
(13)

Kemudian dicari nilai faktor friksi eksperimen dengan menggunakan persamaan


Darcy-Weisbach
(16)
Tabel hasil perhitungan untuk percobaan pipa lurus 1 inch
Tabel 11. Perhitungan Percobaan Pipa Lurus 1 inch

Pipa Lurus (d=1inch)


No

dhpipa
(inch)

dhpipa
(meter)

dP

dhventuri
(inch)

dhventuri
(meter)

dhventuri
(meter)

Q (m3/s)

0.125

0.003175

31.115

0.125

0.003175

0.05635

0.00017

0.25

0.00635

62.23

0.25

0.00635

0.07969

0.000282 0.557515

0.375

0.009525

93.345

0.125

0.003175

0.05635

0.00017

0.375

0.009525

93.345

0.625

0.015875

0.12599

0.000505 0.996198 0.992410

0.625

0.015875

155.575

0.625

0.015875

0.12599

0.000505 0.996198 0.992410

0.5

0.0127

124.46

0.875

0.022225

0.14908

0.000616 1.214875

1.47592

0.625

0.015875

155.575

0.875

0.022225

0.14908

0.000616 1.214875

1.47592

V (m3)

V2

0.336419 0.113178
0.31082

0.336419 0.113178

36

LAPORAN POT I : SIRKUIT FLUIDA


KELOMPOK 1
Teknologi Bioproses, 2010

0.635

0.016129

158.0642

0.0254

0.15937

0.000665 1.312383

1.72235

0.5

0.0127

124.46

1.125

0.028575

0.16904

0.000711 1.403963 1.971113

10

0.575

0.014605

143.129

1.25

0.03175

0.17818

0.000755 1.490583 2.221837

Tabel hasil perhitungan untuk percobaan pipa lurus inch


Tabel 12. Perhitungan Percobaan Pipa Lurus inch

Pipa Lurus (d=3/4 inch)


No

dhpipa
(inch)

dhpipa
(meter)

dP

dhventuri
(inch)

dhventuri
(meter)

dhventuri
(meter)

Q (m3/s)

-1.875

-0.047625

-466.725

0.125

0.003175

0.05635

0.00017

-1.75

-0.04445

-435.61

0.25

0.00635

0.07969

0.000282 0.991138 0.982354

-1.75

-0.04445

-435.61

0.375

0.009525

0.0976

0.000368 1.292743 1.671183

-1.5

-0.0381

-373.38

0.5

0.0127

0.11269

0.000441 1.547007 2.393231

-1.5

-0.0381

-373.38

0.625

0.015875

0.126

0.000505 1.771019 3.136507

-1.5

-0.0381

-373.38

0.875

0.022225

0.14908

0.000616 2.159779 4.664643

-1.5

-0.0381

-373.38

0.875

0.022225

0.14908

0.000616 2.159779 4.664643

-1.375

-0.034925

-342.265

0.0254

0.15937

0.000665 2.333125 5.443471

-1.25

-0.03175

-311.15

1.125

0.028575

0.16904

0.000711 2.495935 6.229692

10

-1.375

-0.034925

-342.265

1.375

0.034925

0.18688

0.000797 2.796389 7.819793

Pressure loss

diplot terhadap kuadrat dari kecepatan aliran

V (m3)

V2

0.598079 0.357699

untuk

mendapatkan hubungan antara pressure loss dengan kecepatan aliran.

Plot yang dihasilkan untuk pipa lurus 1 inch adalah sebagai berikut:

37

LAPORAN POT I : SIRKUIT FLUIDA


KELOMPOK 1
Teknologi Bioproses, 2010

dP vs V2 (PIPA LURUS 1 INCH)


180
160
140

dP

120
100

y = 43.584x + 64.491
R = 0.593

80
60
40
20
0
0

0.2

0.4

0.6

0.8

1.2
V2

dP vs v2

1.4

1.6

1.8

2.2

2.4

Linear (dP vs v2)

Gambar 2.26 Grafik Percobaan Pipa Lurus 1 inch

Persamaan yang didapat adalah:

Untuk mencari nilai faktor friksi (f) digunakan nilai slope, dengan
perhitungan sebagai berikut:
(16.1)
(16.2)
dimana:
D : diameter pipa (1 inch = 0,0254 meter)
L : panjang pipa (2 meter)
: massa jenis air (1000 kg/m3)
Nilai-nilai tersebut diinput ke dalam persamaan f menjadi:

Plot yang dihasilkan untuk pipa lurus inch adalah sebagai berikut:

38

LAPORAN POT I : SIRKUIT FLUIDA


KELOMPOK 1
Teknologi Bioproses, 2010

dP vs V2 (PIPA LURUS 3/4 INCH)


0
-50

0.5

1.5

2.5

3.5

4.5

5.5

6.5

7.5

8.5

-100
-150

dP

-200
y = 17.95x - 449.78
R = 0.7975

-250
-300
-350
-400
-450
-500

V2
dP vs v2

Linear (dP vs v2)

Gambar 2.27 Grafik Percobaan Pipa Lurus inch

Persamaan yang didapat adalah:

Untuk mencari nilai faktor friksi (f) digunakan nilai slope, dengan
perhitungan sebagai berikut:
(16.1)
(16.2)
dimana;
D : diameter pipa (3/4 inch = 0.01905 meter)
L : panjang pipa (2 meter)
: massa jenis air (1000 kg/m3)
Nilai-nilai tersebut diinput ke dalam persamaan f menjadi:

2.2.6. Percobaan VI : Fitting


2.2.6.1. Tujuan Percobaan
Menentukan panjang ekivalen pada elbow dan T-junction.
39

LAPORAN POT I : SIRKUIT FLUIDA


KELOMPOK 1
Teknologi Bioproses, 2010

2.2.6.2. Prosedur Percobaan


1. Membuka valve 1 (v.1), valve 2 (v.2), valve 3 (v.3), valve 8 (v.8) dan valve 6 (v.6)
serta menutup valve lainnya. Valve 5 (v.5) dibuka sedikit untuk memastikan aliran
total tidak terlalu kecil
2. Menghubungkan dua selang manometer pada elbow dan dua lainnya pada venturi.
3. Menvariasikan laju alir dengan mengatur bukaan valve 3 (v.3)

berdasarkan

perbedaan ketinggian di manometer venturi sehingga didapatkan data ketinggian di


manometer elbow. Digunakan variasi h venturi sebanyak 10 data dengan
penambahan 0.125 inci.
4. Menghitung laju alir berdasarkan h venturi, kemudian memplot V2 vs h
5. Menentukan panjang ekuivalen Le dari plot tersebut.
6. Mengulang percobaan yang sama dengan lima langkah di atas pada T-Junction.
v.7

v.6

6
3

8
v.11

v.8
7

v.4
v.5

v.3

v.10
v.9

1
v.2
9
v.1
2

Gambar 2.28 Skema Aliran Fluida pada Percobaan VI (elbow)


(Aliran biru : aliran fluida di dalam pipa melewati manometer, valve merah : valve yang dibuka, valve kuning :
valve yang bukaannya divariasikan, valve orange : dibuka sangat sedikit)

40

LAPORAN POT I : SIRKUIT FLUIDA


KELOMPOK 1
Teknologi Bioproses, 2010

v.7

v.6

6
3

v.8

v.11

v.4
v.5

v.3

v.10

v.9

1
v.2
9
v.1
2

Gambar 2.29 Skema Aliran Fluida pada Percobaan VI (T-junction)


(Aliran biru : aliran fluida di dalam pipa melewati manometer, valve merah : valve yang dibuka, valve kuning :
valve yang bukaannya divariasikan, valve orange : dibuka sangat sedikit)

2.2.6.3. Data dan Pengolahan Data


i. Data Hasil Pengamatan
Tabel 13. Data Hasil Pengamatan Percobaan Fitting

Fitting Elbow

Fitting T-junction

No

dhfitting

dhventuri

(inch)

(inch)

No

dhfitting

dhventuri

(inch)

(inch)

Awal

7.5

Awal

4.625

2.625

0.125

1.5

0.125

2.25

0.25

0.5

0.25

2.3375

0.375

0.125

0.375

2.125

0.5

0.125

0.5

2.125

0.625

0.25

0.625

0.75

0.75

1.875

0.875

0.125

0.875

1.75

0.125

1.75

1.125

0.125

1.125

10

1.625

1.5

10

0.125

1.25
41

LAPORAN POT I : SIRKUIT FLUIDA


KELOMPOK 1
Teknologi Bioproses, 2010

ii. Pengolahan Data


diperoleh dengan cara memasukkan

Laju alir

ke dalam

persamaan kalibrasi venturi percobaan 3 yaitu.


dimana y adalah laju alir Q dan x adalah
Kecepatan aliran

dihitung dengan rumus


(13)

dimana

adalah luas penampang pipa yang dihitung dengan memasukkan nilai


ke dalam rumus

Panjang ekivalen

dihitung dengan rumus


(26)

Persamaan Le dimodifikasi menjadi bentuk persamaan garis untuk menunjukkan


hubungan antara kecepatan aliran dengan

sebagai komponen yang divariasi

dalam percobaan ini.


(26.1)

Fitting Elbow
Tabel hasil perhitungan untuk percobaan fitting di elbow adalah.
Tabel 14. Hasil Perhitungan Percobaan Fitting Elbow

Fitting Elbow
No.

dhfitting
(inch)

dhfitting
(meter)

dhventuri
(inch)

dhventuri
(meter)

dhventuri
(meter)

Q (m3/s)

4.875

0.123825

0.125

0.003175

0.056347138

0.00017

5.25

0.13335

0.25

0.00635

0.079686887

0.000282 0.557515 0.310823

5.1625

0.1311275

0.375

0.009525

0.097596106

0.000368 0.727168 0.528773

5.375

0.136525

0.5

0.0127

0.112694277

0.000441 0.870191 0.757233

5.375

0.136525

0.625

0.015875

0.125996032

0.000505 0.996198

5.5

0.1397

0.75

0.01905

0.138021737

0.000563 1.110117 1.232359

5.625

0.142875

0.875

0.022225

0.149080515

0.000616 1.214875 1.475922

V (m3)

V2

0.336419 0.113178

0.99241

42

LAPORAN POT I : SIRKUIT FLUIDA


KELOMPOK 1
Teknologi Bioproses, 2010

5.75

0.14605

0.0254

0.159373775

0.000665 1.312383 1.722348

5.75

0.14605

1.125

0.028575

0.169041415

0.000711 1.403963 1.971113

10

5.875

0.149225

1.5

0.0381

0.195192213

0.000837 1.651688 2.728073

Plot hubungan antara kecepatan aliran dengan

adalah sebagai berikut

v2 vs dH FITTING (ELBOW)
3
2.5

y = 97.836x - 12.37
R = 0.8924

v2

2
1.5
1
0.5
0
0

0.02

0.04

0.06

0.08
dhfitting

0.1

0.12

0.14

0.16

Gambar 2.30 Grafik Fitting Elbow

Persamaan yang dihasilkan dari grafik adalah:

Nilai slope (m) digunakan untuk mencari nilai panjang ekivalen (Le) dari elbow.
(26.2)
(26.3)
Dimana Dpipa yang digunakan adalah diameter pipa 1 inch (0,0254 meter), f telah
didapat dari percobaan sebelumnya untuk pipa lurus 1 inch, yaitu sebesar

Nilai-nilai tersebut diinput ke dalam persamaan sehingga didapat:

43

LAPORAN POT I : SIRKUIT FLUIDA


KELOMPOK 1
Teknologi Bioproses, 2010

Fitting T-Junction
Tabel hasil perhitungan untuk percobaan fitting di T-junction adalah
Tabel 15. Hasil Perhitungan Fitting T-Junction

Fitting T-junction
No.

dhfitting
(inch)

dhfitting
(meter)

dhventuri
(inch)

dhventuri
(meter)

dhventuri
(meter)

Q (m3/s)

V (m3)

V2

3.125

0.079375

0.125

0.003175

0.056347

0.00017

0.336419

0.113178

4.125

0.104775

0.25

0.00635

0.079687

0.000282

0.557515

0.310823

4.5

0.1143

0.375

0.009525

0.097596

0.000368

0.727168

0.528773

4.5

0.1143

0.5

0.0127

0.112694

0.000441

0.870191

0.757233

4.375

0.111125

0.625

0.015875

0.125996

0.000505

0.996198

0.99241

4.625

0.117475

0.75

0.01905

0.138022

0.000563

1.110117

1.232359

4.5

0.1143

0.875

0.022225

0.149081

0.000616

1.214875

1.475922

4.5

0.1143

0.0254

0.159374

0.000665

1.312383

1.722348

4.5

0.1143

1.125

0.028575

0.169041

0.000711

1.403963

1.971113

10

4.5

0.1143

1.25

0.03175

0.178185

0.000755

1.490583

2.221837

Plot hubungan antara kecepatan aliran dengan

adalah sebagai berikut

v2 vs dh FITTING (T-JUNCTION)
3
2.5

v2

2
y = 39.003x - 3.152
R = 0.3743

1.5
1
0.5
0
0

0.02

0.04

0.06

0.08
dhfitting

0.1

0.12

0.14

0.16

Gambar 2.31 Grafik Fitting T-Junction


44

LAPORAN POT I : SIRKUIT FLUIDA


KELOMPOK 1
Teknologi Bioproses, 2010

Persamaan yang dihasilkan dari grafik adalah:

Nilai slope (m) digunakan untuk mencari nilai panjang ekivalen (Le) dari elbow.
(26.3)
Dimana Dpipa yang digunakan adalah diameter pipa 1 inch (0,0254 meter), f telah
didapat dari percobaan sebelumnya untuk pipa lurus 1 inch, yaitu sebesar

Nilai-nilai tersebut diinput ke dalam persamaan sehingga didapat:

45

LAPORAN POT I : SIRKUIT FLUIDA


KELOMPOK 1
Teknologi Bioproses, 2010

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Percobaan I : Kalibrasi Penunjuk Volume Tangki


Praktikum modul Sirkui Fluida ini diawali dengan melakukan kalibrasi alat, yaitu
kalibrasi sight gage pada storage tank atau kalibrasi skala penunjuk volume pada tangki.
Tujuan dari kalibrasi ini adalah untuk mengetahui apakah skala pembacaan pada sight gage
telah sesuai dengan ukuran standar. Ukuran standar ini direpresentasikan melalui penggunaan
gelas ukur saat kalibrasi untuk mengukur volume air yang keluar dari sistem. Dari proses
kalibrasi yang dilakukan, akan diperoleh faktor kalibrasi (x), dimana secara matematis faktor
ini ditulisakan dalam persamaan.
(37)
Berdasarkan hasil plot data kalibrasi (gambar 2.12) yang membentuk garis lurus,
dapat kita simpulkan bahwa hubungan antara nilai volume pada sight gage dan nilai volume
yang sebenarnya adalah linear. Persamaan garis lurus yang terbentuk merupakan persamaan
kalibrasi, yakni y = 0.996x + 0.132. Dimana nilai volume sight gage senilai dengan sumbu x
dan nilai volume yang sebenarnya senilai dengan sumbu y.
KALIBRASI VOLUME SIGHT GAGE
6
y = 0.996x + 0.132
R = 0.9742

volume real

5
4
3
2
1
0
0

kalibrasi volume sight gage

3
volume SG

Linear (kalibrasi volume sight gage)

Gambar 2.12 Grafik Kalibrasi Volume Sight Gage

46

LAPORAN POT I : SIRKUIT FLUIDA


KELOMPOK 1
Teknologi Bioproses, 2010

Dari data percobaan dapat dilihat bahwa, perbedaan yang terjadi diantara volume
standar dan volume yang terbaca pada sight gage tidak terlalu signifikan. Perbedaan ini dapat
disebabkan oleh kesalahan dalam pembacaan angka pada tangki maupun gelas ukur. Faktor
kalibrasi ini nantinya kan digunakan untuk menentukan besar volume ukur sebenarnya pada
percobaan selanjutnya karena praktikan tidak lagi menggunakan gelas ukur untuk melakukan
pengukuran.

3.2 Percobaan II : Karakteristik Sharp Edge Orifice Flowmeter


Percobaan berikutnya bertujuan untuk mengetahui karakteristik dari orifice flowmeter
yangh disimbolkan dengan koefisien karakteristik orifice Co.D percobaan ini, nilai koefisien
tersebut akan ditentukan melalui grafik pada gambar 2.14.
Hasil pengholahan data pada percobaan II menunjukkan sebuah hubungan antara laju
alir Q (volume/waktu) dengan nilai

yang terbaca dalam manometer orifice flowmeter

Grafik yang dihasilkan berbentuk garis lurus, sehingga dapat disimpulkan bahwa hubungan
antara laju alir Q dan

orifice adalah linear.


Q vs. dH ORIFICE FLOWMETER

0.0004
y = 0.0012x - 0.0002
R = 0.865

0.00035
0.0003
0.00025

0.0002
0.00015
0.0001
0.00005
0
0

0.05

0.1

-0.00005

0.15

0.2

0.25

0.3

0.35

0.4

0.45

0.5

dh ori
Q vs. dH ori

Linear (Q vs. dH ori)

Gambar 2.14 Kurva Kalibrasi Orifice Flowmeter

47

LAPORAN POT I : SIRKUIT FLUIDA


KELOMPOK 1
Teknologi Bioproses, 2010

Hubungan

linear

yang

digambarkan

pada

grafik

diatas

dapat

dijelaskan

mmenggunakan persamaan Bernoulli. Pada tinjuan pustaka, telah dijelaskan secara singkat
mengenai persamaan bernoulli, yang dituliskan dalam persamaan.
(34)
Persamaan Bernoulli di atas tidak memperhitungkan nilai faktor friksi, namun pada
kenyataannya faktor friksi selalu berpengaruh besar terhadapt aliran suatu fluida, termasuk
dalam percobaan ini dimana friksi bisa saja menjadi faktor penentu nilai koefisien Co.
Sehingga persamaan diatas dapat dituliskan menjadi,
(40)
Apabila laju alir (V1) bernilai semakin besar maka nilai pressure dropnya juga akan
semakin besar. Peningkatan tersebut terkadi karena adanya tumbukan antara aliran dengan
orifice bagian hulu (Gambar 1.17). Jadi laju alir yang semakin besar akan menyebabkan
tumbbukan molekul yang terjadi semkakin besar dan gesekan dengan orifice pun akan
meningkat. Pressure drop juga dapat disebabkan oleh perubahan diameter selauran fluida
secara tiba-tiba yang menyebabkan timbulanya pusaran. Pusaran tersebutlah yang
menunkukkan ke-turbulensi-an aliran (friksi semakin besar).
Pressure drop pada persamaan (38) ditunjukkan dengan selisih ketinggian fluida yang
terukur pada manometer. Nilai pressure drop yang semakin besar akan menyebabkan nilai
juga semakin besar. Hal ini sesuai dengan persamaan,

Peningkatan nilai
menunjukkan mengapa

sebannding dengan peningkatan nilai

. Hal tersebut yang

dan Q berbanding lurus.

Pada percobaan ini persamaan garis lurus yang diperoleh adalah y = 0,0012x
0,0002. Nilai slope pada persamaan ini kemudian digunakan untuk menentukan nilai Co.
sesuai dengan persamaan,
(

(33.1a)

Secara teori, nilai ideal dari Co yang adalah 1, dimana hal tersebut menerangkan
bahwa orifice mampu melakukan kinerja secara maksimum. Dari hasil pengolahan data,
diperoleh nilai Co = 1,2712.Pada umunya nilai Co bernilai < 1 karena adanya faktor energy
48

LAPORAN POT I : SIRKUIT FLUIDA


KELOMPOK 1
Teknologi Bioproses, 2010

loss yang mencakup friction heating dalam flowmeter. Namun pada kasus ini nilai Co >1
(sangat jarang terjadi) dimana hal tersebut bisa saja disebabkan oleh faktor kesalahan
perhitungan atau pada percobaannya laju alir fluida sangat kecil sehingga friksi tidak
mempengaruhi aliran.

3.3 Percobaan III : Karakteristik Venturi Flowmeter


Q vs. dH VENTURI
0.0006

0.0005

y = 0.0048x - 0.0001
R = 0.997

0.0004

0.0003

0.0002

0.0001

0
0

0.05

0.1
dH ven

Q vs. dH ven

0.15

0.2

Linear (Q vs. dH ven)

Gambar 2.16 Kurva Kalibrasi Venturi Flowmeter

Persamaan umum venturi flowmeter adalah sebagai berikut

(33.1)

dimana
sehingga diketahui bahwa pressure drop pada venturi meter berbanding lurus dengan h
manometer yang terhubung ke venturi. Dari persamaan tersebut kemudian dibuat grafik laju
alir Q vs h manometer.
49

LAPORAN POT I : SIRKUIT FLUIDA


KELOMPOK 1
Teknologi Bioproses, 2010

Gambar 2.16 menunjukkan hubungan antara laju alir Q dan h manometer yang
terhubung dengan venturi. Persamaan yang didapatkan adalah y = 0.0048x 0.0001, dengan
sumbu x menunjukkan akar dari ketinggian manometer dan sumbu y menunjukkan laju alir
Q. h dari venturi sendiri berhubungan dengan pressure drop.
Dari data yang didapatkan, terbentuk grafik yang hampir linear. Hal ini menunjukkan
bahwa dalam venturimeter, hubungan antara laju alir fluida berbanding lurus dengan pressure
drop.
Koefisien discharge venturi flowmeter kemudian dapat dihitung dengan modifikasi
dari persamaan umum venturi flowmeter, sebagaimana telah dijelaskan di bagian pengolahan
data
(

(33.1a)

Berdasarkan hasil perhitungan, didapatkan koefisien discharge venturi flowmeter


sebesar 5,085. Angka ini jauh lebih besar dari koefisien discharge orifice flowmeter.

Gambar 2.31 Venturi Flowmeter


(Sumber. Orifice, Nozzle and Venturi Flow Rate Meters. http://www.engineeringtoolbox.com/orifice-nozzleventuri-d_590.html, diakses pada 27 Oktober 2012, pukul 01.07)

Pada gambar 2.27 terlihat bahwa venturi memiliki bentuk streamline, sehingga
gesekan fluida dengan venturi flowmeter lebih sedikit. Hal ini menyebabkan gradien tekanan
pada venturi tidak sebesar pada orifice flowmeter. Gradien tekanan yang lebih kecil akan
menyebabkan venturi memiliki koefisien discharge yang lebih kecil dari orifice flowmeter.

50

LAPORAN POT I : SIRKUIT FLUIDA


KELOMPOK 1
Teknologi Bioproses, 2010

3.4 Percobaan IV : Aliran Laminer dan Turbulen

Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui pola dan karakteristik aliran
laminer, transisi dan turbulen. Fluida dialirkan ke visual flow box untuk diamati pola aliran
yang terjadi pada kecepatan berbeda (Tabel 7, Bab II)
Berdasarkan hasil pengamatan, pada tiga data pertama aliran yang tampak merupakan
aliran turbulen. Aliran ini tercirikan dengan adanya pusaran-pusaran air (pusaran eddy) dan
adanya aliran cross. Hal ini dikarenakan laju alir yang sangat tinggi, sehingga arus air yang
deras menyebabkan molekul air bergerak secara tidak teratur.
Pada data keempat aliran yang tampak merupakan aliran transisi. Ini tercirikan dengan
adanya aliran cross, namun tidak nampak adanya pusaran. Hal ini dikarenakan aliran transisi
merupakan peralihan antara aliran laminer dan aliran turbulen, sehingga memiliki sifat aliran
dari keduanya. Laju alir dari aliran transisi pun berada di antara aliran laminer dan aliran
turbulen.
Pada data terakhir yang teramati merupakan aliran laminer. Ini tercirikan dari aliran
yang tenang tanpa pusaran dan aliran cross. Bentuk aliran ini terjadi pada fluida dengan laju
alir yang kecil dan molekul-molekul fluida bergerak teratur dengan bentuk garis lurus dan
sejajar.
Setelah didapatkan data percobaan, data tersebut kemudian akan dibandingkan dengan
nilai teoritis dari aliran laminer, transisi, dan turbulen. Range untuk menentukan aliran
tersebut ialah melalui bilangan standar Reynold, dimana pada bilangan Reynold tertentu
aliran akan bersifat laminer, transisi, atau turbulen.
Tabel 16. Jenis Aliran pada Range Bilangan Reynold

Bilangan Reynold (Re)

Jenis Aliran

< 2000

Laminer

2000 < Re < 4000

Transisi

> 4000

Turbulen

Dalam menentukkan tipe aliran fluida, dapat digunakan bilangan Reynold yang dicari
menggunakan persamaaan,

51

LAPORAN POT I : SIRKUIT FLUIDA


KELOMPOK 1
Teknologi Bioproses, 2010

(12)
Kemudian persamaan tersebut dimodifikasi dengan memasukkan Q dan A sebagai faktor
yang menentukkan V, sehingga

(39)
Diambil beberapa bilangan Reynold baik pada range laminer, transisi, maupun
turbulen untuk mencari laju alir Q. Hasil yang didapat kemudian di masukkan ke dalam
persamaan yang didapat pada percobaan 3, yaitu dari hubungan antara laju alir Q dan akar h
venturi. Dengan demikian, dapat diketahui berapa besar h venturi pada bilangan Reynold
tertentu seperti terlihat pada gambar 2.23.
dH VENTURI vs BILANGAN REYNOLD
7000
y = 4264.1x + 890.56
R = 0.9641

6000
5000

Re

4000
3000
2000
1000
0
0

0.1

0.2

0.3

0.4

0.5

dH @venturi vs. Bilangan Reynold

0.6 0.7 0.8


dH @venturi

0.9

1.1

1.2

1.3

1.4

Linear (dH @venturi vs. Bilangan Reynold)

Gambar 2.23 Kurva hubungan dh venturi dengan bilangan Reynold

Data yang telah didapat dari percobaan kemudian dimasukkan ke dalam persamaan
yang didapatkan, yaitu y = 4264.x + 890.5, sehingga dapat diketahui jenis aliran pada
percobaan secara teoritis.
52

LAPORAN POT I : SIRKUIT FLUIDA


KELOMPOK 1
Teknologi Bioproses, 2010

Setelah dibandingkan, didapatkan bahwa jenis aliran yang teramati hampir sesuai
dengan jenis aliran secara teoritis berdasarkan nilai Reynold yang didapatkan. Perbedaan
hanya terlihat pada data keempat, dimana pada ketinggian h venturi sebesar 8.25 inci, aliran
yang terbentuk harusnya turbulen. Namun pada pengamatan, aliran memperlihatkan sifat
seperti aliran transisi. Hal ini dapat dikarenakan sifat turbulen (adanya pusaran) pada aliran
tersebut kurang terlihat oleh pengamat, sehingga terlihat seperti aliran laminer.

3.5 Percobaan V : Pipa Lurus

Pada percobaan ini dilakukan analisa perbandingan faktor friksi pada pipa yang
berbeda diameter. Pipa yang digunakan adalah pipa berdiameter 1 inci dan inci.
Nilai faktor friksi pada eksperimen ini dicari dengan menggunakan persamaan DarcyWeisbach
(16)
Dari persamaan tersebut kemudian ditemukan hubungan antara pressure loss P dan
kecepatan aliran.
dP vs V2 (PIPA LURUS 1 INCH)
180
160
140

dP

120
100

y = 43.584x + 64.491
R = 0.593

80
60
40
20
0
0

0.2

0.4

0.6

dP vs v2

0.8

1.2
V2

1.4

1.6

1.8

2.2

2.4

Linear (dP vs v2)

Gambar 2.26 Grafik Percobaan Pipa Lurus 1 inch

53

LAPORAN POT I : SIRKUIT FLUIDA


KELOMPOK 1
Teknologi Bioproses, 2010

dP vs V2 (PIPA LURUS 3/4 INCH)


0
-50

0.5

1.5

2.5

3.5

4.5

5.5

6.5

7.5

8.5

-100
-150

dP

-200
y = 17.95x - 449.78
R = 0.7975

-250
-300
-350
-400
-450
-500

V2
dP vs v2

Linear (dP vs v2)

Gambar 2.27 Grafik Percobaan Pipa Lurus inch

Gambar 2.26 dan 2.27 memperlihatkan bahwa seiring meningkatnya kecepatan,


pressure loss pada pipa semakin besar. Hal ini berlaku untuk pipa berdiameter 1 inci dan
inci. Dari kedua grafik tersebut didapatkan persamaan y = 43.58x + 64.49 untuk diameter 1
inci dan y = 17.95x - 449.7 untuk diameter inci, yang kemudian digunakan untuk mencari
nilai faktor friksi pada pipa.
Dari hasil perhitungan diketahui bahwa faktor friksi pada pipa lurus berdiameter 1
inci adalah sebesar 0,001107, sedangkan faktor friksi pada pipa lurus berdiameter inci
adalah sebesar 0,0003419. Berdasarkan hasil tersebut dapat dilihat bahwa faktor friksi pada
pipa berdiameter 1 inci lebih besar dibandingkan dengan faktor friksi pada pipa berdiameter
inci. Hasil ini sesuai dengan persamaan Darcy-Weisbach, dimana faktor friksi berbanding
lurus dengan diameter pipa, sehingga ketika diameter pipa semakin besar maka faktor friksi
pada pipa tersebut akan makin besar pula. Bila dihubungkan dengan friction loss, pada
kecepatan aliran yang sama, maka pipa berdiameter lebih besar akan memiliki friction loss
yang lebih besar pula.

3.6 Percobaan VI : Fitting


Percobaan ini bertujuan mengetahui panjang ekuivalen dari fitting elbow dan tjunction. Panjang ekuivalen Le dapat dicari dengan menggunakan persamaan,
54

LAPORAN POT I : SIRKUIT FLUIDA


KELOMPOK 1
Teknologi Bioproses, 2010

(26)
Persamaan ini kemudian dimodifikasi untuk menunjukkan hubungan antara kecepatan
aliran dan h fitting.
(26.1)
Sehingga didapatkan grafik untuk fitting elbow dan t-junction sebagai berikut.
v2 vs dH FITTING (ELBOW)
3
2.5

y = 97.836x - 12.37
R = 0.8924

v2

2
1.5
1
0.5
0
0

0.02

0.04

0.06

0.08
dhfitting

0.1

0.12

0.14

0.16

Gambar 2.30 Grafik Fitting Elbow

v2 vs dh FITTING (T-JUNCTION)
3
2.5

v2

2
y = 39.003x - 3.152
R = 0.3743

1.5
1
0.5
0
0

0.02

0.04

0.06

0.08
dhfitting

0.1

0.12

0.14

0.16

Gambar 2.31 Grafik Fitting T-Junction


55

LAPORAN POT I : SIRKUIT FLUIDA


KELOMPOK 1
Teknologi Bioproses, 2010

Pada kedua grafik, terlihat bahwa h bertambah dengan semakin cepatnya laju aliran.
Penambahan h ini juga berarti bahwa pressure drop semakin besar. Namun pada grafik Tjunction terlihat bahwa setelah melewati kecepatan 1.225 m/s, pressure drop cenderung tetap.
Dapat disimpulkan bahwa pada T-junction setelah melewati kecepatan tertentu pressure drop
akan tetap.
Dari dua grafik diatas didapatkan persamaan untuk elbow yaitu y = 97.83x - 12.37,
sedangkan untuk T-junction sebesar y = 39.00x - 3.152. Dari kedua persamaan tersebut dapat
diketahui panjang ekuivalen untuk masing-masing fitting. Berdasarkan perhitungan, panjang
ekuivalen elbow adalah sebesar 4,5969 m sedangkan panjang ekuivalen t-junction sebesar
11,531 m.

3.7 Analisa Kesalahan

Percobaan ini tidak luput dari kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi dan
mempengaruhi hasil pembacaan data. Kesalahan-kesalahan yang dapat terjadi adalah sebagai
berikut.
Kesalahan paralaks yaitu kesalahan menentukan nilai skala saat membaca skala baik
pada tangki maupun pada gelas ukur sehingga data yang didapat tidak akurat.
Kesalahan ini terjadi karena ketelitian skala tangki rendah yaitu hanya sebesar 1 L.
Sedangkan pada manometer skala yang digunakan ketelitiannya tidak universal yaitu
sebesar 0.125 inci, sehingga kesulitan dalam menentukkan nilai ketinggian. Selain
daripada itu, saat percobaan dilakukan terjadi fluktuasi pada manometer, sehingga ada
kemungkinan nilai yang terbaca tidak tepat.
Adanya gelembung-gelembung pada manometer sehingga data ketinggian air di
manometer bukanlah ketinggian yang seharusnya.
Kesalahan pada alat seperti masih terdapat tetes-tetesan kecil pada pipa yang
menunjukkan kebocoran sehigga mempengaruhi data volume air. Kemudian tidak
dapat digunakkannya orifice flowmeter pada percobaan keempat, kelima dan keenam
sehingga venturi flowmeter harus digunakan. Pembacaan perbedaan tekanan pada
venturi flowmeter cukup berbeda dengan orifice flowmeter, dimana pressure loss
pada venturi lebih kecil daripada orifice, dan pada akhirnya mempengaruhi
perhitungan dan pengolahan data.

56

LAPORAN POT I : SIRKUIT FLUIDA


KELOMPOK 1
Teknologi Bioproses, 2010

BAB IV
KESIMPULAN

Dari percobaan yang dilakukan diperolehlah beberapa kesimpulan, anatra lain;


1.

Faktor kalibrasi yang ditunjukkan oleh pembacaan ketinggian fluida pada storage tank
(sight gage) dengan volume ukur yang sebanrnya adalah sebesar 1.04.

2.

Laju alir Q sebanding dengan pressure drop pada kedua jenis flowmeter, venturi dan
orifice flowmeter.

3.

Dengan semakin besarny laju alir, maka koefisien karakteristik orifice maupun venturi
juga akan semakin besar.

4.

Koefisien karakteristik venturi lebih besar jika dibandingkan dengan koefisien


karakteristik orifica. Hal tersebut membuktikan bahwa pressure drop pada venturi meter
lebih kecil jika dibandingkan dengan venturi orifice.
Co = 1,2712
Cv = 5,085

5.

Penggunaan flowmeter orifice dan venturi sama-sama menggambarkan hubungan yang


linear antara laju alir Q dengan akar perbedaan ketinggian yang terbaca pada manometer

6.

Laju alir fluida Q juga sebanding dengan bilangan Reynold, sehingga energi yang hilang
karena friksi (friction loss) akan semakin besar pula.

7.

Dari percobaan yang dilakukan, faktor friksi berbanding lurus dengan bilangan Reynold.

8.

Dari percobaan faktor friksi pada pipa lurus berdiameter 1 inch lebih besar jika
dibandingkan dengan pipa lurus inch. Hal tersebut sesuai dengan persamaan DarcyWeisbach, dimana faktor friksi berbanding lurus dengan diameter pipa, sehingga ketika
diameter pipa semakin besar maka faktor friksi pada pipa tersebut akan makin besar pula.
f1inch

= 0,001107

f inch = 0,0003419
9.

Panjang ekivalen Le sebanding dengan Hfitting, dan berbanding terbalik dengan kuadrat
kecepatan v2. Hal ini disebabkan oleh semalkin besar laju alir maka kecepatan juga akan
semakin besar, sehingga panjang ekivalen akan semakin kecil.

10. Pada fitting terjadi kehilangan energi yang disebabkan karena adanya friksi antara
partikel fluida maupun antar partikel fluida dengan permukaan dalam pipa. Pada
57

LAPORAN POT I : SIRKUIT FLUIDA


KELOMPOK 1
Teknologi Bioproses, 2010

percobaan ini panjnag ekivalen T-junction lebih besar jika dibandingkan dengan panjang
ekivalen elbow.
Leelbow

= 4,5969

LeT-Junction = 11,531
11. Nilai faktor friksi cenderung menurun jika laju alir bertambah. Hal ini karena karena f
berbanding terbalik dengan v secara kuadratik walaupun terjadi kenaikan

pada pipa.

58

LAPORAN POT I : SIRKUIT FLUIDA


KELOMPOK 1
Teknologi Bioproses, 2010

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (2003). Liquid Flowmeters. http://www.omega.ca/techref/flowcontrol.html (diakses


pada 26 Oktober 2012, pukul 23.16.
Anonim. (2002). Surface tension and velocity. http://www.cci.net.au/conqchem/PCmod3
text.htm diakses pada 26 Oktober 2012, pukul 23.32.
Anonim. (_). Pump and Pum System Glossary. http://www.pumpfundamentals.com/
pump_glossary.htm diakses pada 26 Oktober 2012, 23.42.
Anonim. (2012). Friction Flow Calculations. http://www.pipeflow.com/pipe-pressure-dropcalculations/pipe-friction-factors diakses pada 27 Oktober 2012, pukul 00.07.
Anonim. (_). Flow Velocity Profiles. http://nuclearpowertraining.tpub.com/h1012v3/css/
h1012v3_40.htm diakses pada 27 Oktober 2012, pukul 00.16.
Anonim. (_). Orifice, Nozzle and Venturi Flow Rate Meters. http://www.engineeringtoolbox.
com/orifice-nozzle-venturi-d_590.html, diakses pada 27 Oktober 2012, pukul 01.07.
Buku Panduan Praktikum Operasi Teknik I. Departemen Teknik Gas dan Petrokimia.
Fakultas Teknik Universitas Indonesia. Depok.1998.
De Nevers, Noel. (1991). Fluids Mechanics for Chemical Engineering. McGraww-Hill.
International Edition.
Le Furge, Melissa. (2011). What is a Venturi Flow meter? http://energy-and-industry.
blogspot.com/2011/07/what-is-venturi-flow-meter.html diakses pada 27 Oktober
2012, pukul 00.36.

59

Anda mungkin juga menyukai