Anda di halaman 1dari 13

PENGARUH TEMPERATUR PERLAKUAN

PANAS (HEAT TREATMENT)


TERHADAP KESTABILAN FASA-FASA SENYAWA ANTARLOGAM
Ti-Al-Zr

ABSTRAK
Paduan TiAl merupakan dasar dari campuran senyawa antara logam Ti dan
Al yang mempunyai potensi sebagai bahan airframe high performance dan turbin
gas. Paduan ini mempunyai massajenis yang rendah, temperatur lebur yang tinggi,
dan kekuatan pada temperatur tinggi yang baik. Tujuan dari penelitian ini untuk
mengetahui pengaruh perlakuan panas terhadap kekerasan dan kestabilan paduan
logam Ti-Al, juga untuk mengetahui pengaruh panas terhadap kekerasan dan
kestabilan fasa-fasa paduan Ti-Al dengan penambahan unsur Zr. Harga kekerasan
pada paduan Ti-Al setelah proses perlakuan panas mengalami penurunan seiring
dengan peningkatan temperatur pemanasan, dimana harga kekerasan sebelum
proses perlakuan panas adalah 543,23 kg/mm2 dan harga kekerasan pada
pemanasan tertinggi yaitu pada temperatur 1000oC adalah 525,93 kg/mm2.

PENDAHULUAN
Paduan TiAl merupakan dasar dari campuran senyawa antara logam Ti dan
Al yang mempunyai potensi sebagai bahan airframe high performance dan turbin
gas. Paduan ini memiliki massa jenis yang rendah, temperatur lebur (leleh) yang
tinggi, kekuatan pada temperatur tinggi yang baik dan ketahanan mulur yang baik
pula. Paduan ini dapat dihasilkan dari bahan baku yang berbentuk ingot dan
serbuk.(1) Perlakuan panas terhadap titanium dan titanium paduan pada dasarnya
dilakukan untuk:
Menurunkan tegangan sisa yang timbul selama pembuatan.
Menghasilkan kombinasi optimum dari keuletan, mampu mesin dan

struktur yang stabil.


Meningkatkan kekuatan.
Meningkatkan sifat-sifat khusus seperti: keuletan, kuat lelah dan kuat
mulur pada temperatur tinggi.
Berbagai bentuk dari perlakuan annealing (contoh: single, duplex, beta dan
rekristralisasi), pengerjaan panas dan perlakuan aging sangat menentukan dalam
memperoleh sifat mekanik yang diinginkan.(2) Paduan titanium-alumunium
memiliki kekuatan yang tinggi, kekakuan yang tinggi dan aplikasi yang baik pada
temperatur yang tinggi. Berdasarkan keunggulan sifatnya dan didukung oleh sifat
ketahanan korosi yang baik pada temperatur tinggi, maka paduan ini banyak
digunakan pada industri pesawat terbang sebagai bahan paduan yang dominan
tetapi terbatas jumlahnya karena paduan ini pada temperatur diatas 7000C
keuletannya menurun.(3) Pada penelitian ini dilakukan penambahan unsur
zirconium (Zr) pada paduan Ti-Al dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh
penambahan unsur tersebut
terhadap sifat mekanik (khususnya kekerasan) paduan logam Ti-Al serta
mengetahui kestabilan fasa-fasa senyawa antarlogam yang terjadi setelah proses
perlakuan panas dengan temperatur tertentu.
Maksud dan tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui:
1. Pengaruh perlakuan panas terhadap kekerasan dan kestabilan fasa-fasa
senyawa antarlogam Ti-Al.
2. Pengaruh perlakuan panas terhadap kekerasan dan kestabilan fasa-fasa
senyawa antarlogam Ti-Al dengan penambahan Zr
Pada penelitian ini proses pembuatan paduan dilakukan dengan cara
melebur logam. Komposisi kimia dari titanium dan alumunium yang digunakan
pada penelitian iniditunjukan pada Tabel 1.

Komposisi kimia dari titanium dan alumunium dengan penambahan Zr yang


digunakan pada penelitian ini ditunjukan pada Tabel 2.

Temperatur laku panas adalah 800oC, 900oC dan 1000oC dengan holding time 120
menit kemudian di-quench dengan media air. Evaluasi yang dilakukan terhadap
hasil laku panas adalah:
Uji komposisi kimia
Difraksi sinar-X
Metalografi : - Mikroskop optik
- SEM dan EDS
Uji kekerasan
Diagram Alir Penelitian
Langkah-langkah penelitian yang dilakukan diperlihatkan pada Gambar 1.

DATA DAN PEMBAHASAN


Hasil pengujian komposisi kimia
Dari hasil pengujian komposisi kimia diperoleh data seperti pada Tabel 3.

Hasil karakterisasi difraksi sinar-X (XRD)


Puncak-puncak pola hasil karakterisasi difraksi sinar-X paduan Ti50%Aldiperlihatkan pada Gambar 2. Dari hasil karakterisasi dengan difraksi
sinar-X padapaduan Ti 50% Al non heat treatment terlihat bahwa fasa TiAl
merupakan fasa utama paduan logam.

Gambar 2. Hasil XRD paduan Ti-50%Al (W%) non HT


Dari karakterisasi dengan difraksi sinar-X pada paduan Ti 49%Al-1%Zr
pada temperatur 9000C terlihat bahwa fasa TiAl masih merupakan fasa utama
dalam paduan. Hasil analisa XRD Ti-45%Al-5%Zr yang belum mengalami heat

treatment terlihat bahwa fasa TiAl masih dominan disamping muncul puncak
ZrAl. Hasil karakterisasi struktur mikro dengan Mikroskop Optik dan SEM.
Pada struktur mikro paduan Ti-50%Al non heat treatment terlihat inti
dendrite mulai terbentuk dan inti dendrit tersebut tumbuh semakin besar jika
temperatur heat treatment semakin tinggi juga terjadi pengelompokan fasa pada
batas butir yang juga semakin membesar. Pada struktur mikro paduan Ti-49%Al1%Zr dan Ti-47%Al- 3%Zr sama halnya dengan pada struktur mikro Ti-50%Al
terjadi pertumbuhan dendrit dan kelompok fasa pada daerah batas butir seiring
dengan meningkatnya temperatur heat treatment . Pada struktur mikro paduan Ti45%Al-5%Zr non heat treatment terbentuk inti fasa seperti terlihat pada gambar 3
a dan 3 b dimana jika dilakukan heat treatment akan tumbuh membentuk struktur
dendrit .

Gambar 3 a. Foto struktur mikro 50%Ti-45%Al-5%Zr (W%) non heat treatment


pembesaran 300x, 4% HF + air, mikroskop optic. Gambar 3.b. Foto struktur mikro
50%Ti-45%Al-5%Zr (W%) T=800oC pembesaran 300x, 4% HF + air, mikroskop
optic. Semakin tinggi temperatur heat treatment maka inti fasa tersebut akan
semakin membesar dan berkumpul dibatas butir

Gambar 4. Foto struktur mikro Ti-50%Al Non HT hasil SEM, pembesaran 1000x

Gambar 5. Foto struktur mikro Ti-50%Al Non HT hasil SEM, pembesaran 3500x
Tabel 4. Hasil EDS Ti-50%Al Non HT

Tabel 5. Hasil EDS Ti45%Al-5%Zr

Hasil pengujian kekerasan


Tabel 6. Hasil uji kekerasan Vickers

Gambar 6 Diagram pengujian kekerasan ( kekerasan terhadap temperatur)


Pada Gambar 6 ditunjukkan grafik hasil uji kekerasan sample paduan TiAl dan Ti-Al-Zr pada berbagai temperatur heat treatment. Dari grafik tersebut
terlihat adanya kecenderungan bahwa naiknya temperatur heat treatment akan
menurunkan harga kekerasannya, kecuali untuk sample 2 dan 3 dimana bila
dilakukan heat treatment pada temperatur 9000C harga kekerasannya lebih tinggi
dibanding kekerasan awalnya.

Gambar 7.Diagram pengujian kekerasan ( kekerasan terhadap sampel)


Pada Gambar 7 diperlihatkan grafik hasil pengujian kekerasan sample TiAl dan Ti-Al-Zr dengan komposisi Zr yang berbeda. Gambar tersebut
menunjukkan bahwa naiknya jumlah kandungan Zr sampai 1% pada Ti-Al akan
menurunkan kekerasan paduan Ti-Al. Penambahan Zr sampai 3% akan menaikkan
kekerasannya, kemudian penambahan jumlah Zr lebih lanjut akan menurunkan
kekerasannya.
PEMBAHASAN
Hasil pengujian komposisi kimia paduan hasil peleburan dengan
spektrometri ditunjukkan pada Tabel 3 terlihat bahwa terdapat perbedaan
komposisi kimia hasil perhitungan seperti diperlihatkan pada Tabel 1 dan Tabel 2.
Dari hasil penimbangan material sebelum dan setelah proses peleburan
yang ditunjukan pada Tabel 7 terlihat pengurangan berat spesimen. Hal ini terjadi
akibat adanya proses konveksi pada proses peleburan, dimana proses konveksi
tersebut menyebabkan unsur yang mempunyai titik cair terendah akan naik ke
permukaan dan menguap sehingga berat spesimen setelah peleburan lebih rendah
disbanding sebelum proses peleburan. Namun demikian perbedaan komposisi

kimia tersebut dapat diterima karena masuk dalam daerah kestabilan seperti yang
diperlihatkan pada Tabel 1 dan 2.
Tabel 7.Ukuran spesimen setelah peleburan

Berdasarkan diagram fasa kesetimbangan Ti-Al, pada paduan Ti-50%Al


(%w) diperlihatkan fasa-fasa yang terbentuk pada kondisi setelah proses
peleburan yaitu; pada temperatur 14520C fasa yang terbentuk adalah fasa cair dan
pada saat pendingan diantara temperatur 14520C - 14320C akan terbentuk fasa
cair + TiAl (), sedangkan pada pendinginan lebih lanjut pada temperatur dibawah
14320C akan terbentuk fasa TiAl. Hal ini sesuai dengan hasil pengujian dengan
menggunakan difraksi sinar-X pada Gambar 2 dimana puncak-puncak pola
difraksi hasil pengujian paduan Ti-50%Al sebelum proses perlakuan panas dan Ti49%Al-1%Zr

setelah

mengalami

perlakuan

panas

temperatur

9000C

menunjukkan bahwa TiAl merupakan fasa utama. Sedangkan pada puncak-puncak


pola hasil difraksi paduan Ti-45%Al- 5%Zr sebelum mengalami proses perlakuan
panas terlihat bahwa fasa TiAl masih merupakan fasa dominan disamping
munculnya puncak ZrAl.
Dari hasil pemeriksaan metalografi terhadap spesimen hasil peleburan
paduan Ti-Al dan Ti-Al-Zr terlihat bahwa paduan logam mempunyai struktur
dendritik seperti diperlihatkan pada Gambar 3. Struktur dendritik tersebut
disebabkan oleh perubahan temperatur selama pembekuan logam pada saat
pendinginan berlanjut (under cooling) yang dipengaruhi rasio gradien temperatur
per laju pembekuan. Pada proses peleburan tersebut juga terdapat porositas
dimana hal tersebut terjadi karena terjebaknya gas argon pada saat pembekuan

logam. Setelah proses heat treatment dilakukan struktur dendritik pada paduan
logam Ti-Al dan Ti-Al-Zr sudah berkurang.
Struktur mikro senyawa antarlogam Ti-50%Al hasil SEM-EDS seperti
terlihat pada Gambar 4, dan Tabel 4 pada titik 1, %atom Ti sebanding dengan %
atom Al hal ini mengakibatkan daerah tersebut membentuk fasa TiAl. Pada titik 2,
%atom Ti lebih besar dibanding %atom Al, karena pada daerah tersebut fasa yang
terbentuk Ti3Al sedangkan pada titik 3, %atom Al lebih besar dibanding %atom
Ti karena pada daerah tersebut fasa yang terbentuk adalah TiAl2.
Struktur mikro senyawa antarlogam Ti-50%Al-5%Zr hasil SEM-EDS
seperti terlihat pada Tabel 5, pada titik 1 %atom Ti lebih besar dari %atom Al dan
%atom Zr karena pada daerah tersebut fasa yang terbentuk adalah Ti3Al. Fasa
TiAl yang terbentuk pada titik 2, karena pada daerah tersebut %atom Al lebih
besar dari %atom Ti dan Zr, sedangkan %atom Ti yang sangat dominan pada titik
3 mengakibatkan daerah tersebut memiliki fasa Ti.
Harga kekerasan hasil proses heat treatment lebih rendah dibandingkan
dengan harga kekerasan hasil proses non heat treatment hal ini disebabkan karena
pada proses non heat treatment terdapat tegangan sisa, tegangan sisa inilah yang
mempengaruhi harga kekerasan pada proses non heat treatment tinggi. Setelah
paduan Ti-Al dan Ti-Al-Zr dipanaskan maka akan terjadi penurunan tegangan sisa
sehingga paduan akan menjadi lunak. Turunnya kekerasan paduan juga
disebabkan oleh turunnya jumlah kandungan Al pada paduan Ti-Al.
Turunnya kekerasan untuk paduan Ti-Al dengan kandungan Zr 1%
disebabkan turunnya jumlah kandungan Al pada paduan Ti-Al, sedangkan pada
kandungan Zr 3% terjadi kenaikan harga kekerasan Ti-Al. Hal tersebut
menunjukkan bahwa pengaruh paduan Zr untuk menaikkan kekerasan lebih
dominan bila dibandingkan dengan penurunan kekerasan yang diakibatkan oleh
turunnya kandungan Al dalam paduan Ti-Al. Untuk penambahan Zr sebesar 5%
terjadi penurunan kekerasannya, hal ini disebabkan jumlah penambahan Zr sudah
melampaui batas maksimal penambahan Zr sehingga penambahan Zr lebih lanjut
justru akan menurunkan kekerasannya.

10

KESIMPULAN
Dari hasil penelitian maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Harga kekerasan senyawa antarlogam Ti-Al setelah proses perlakuan panas
mengalami penurunan dibanding kekerasan awalnya, dimana harga kekerasan
sebelum proses perlakuan panas adalah 543,23 Hv dan harga kekerasan pada
pemanasan tertinggi yaitu pada temperatur 1000oC adalah 525, 93 Hv.
2. Harga

kekerasan

paduan

Ti-Al

cenderung

menurun

seiring

dengan

meningkatnya penambahan unsur Zr, kecuali pada sample 3 harga


kekerasannya pada temperatur 900oC dibanding dengan harga kekerasan awal
paduan Ti-Al-Zr, dimana harga kekerasan pada paduan Ti-Al sebelum
penambahan unsur Zr adalah 543,23 Hv sedangkan dengan penambahan unsur
Zr 5% harga kekerasannya adalah 540,67 Hv pada spesimen non heat treatment,
dan pada penambahan Zr 3% temperatur 900oC kekerasannya adalah 543,23
Hv, sedangkan kekerasan awalnya adalah 540,88 Hv.
3. Fasa yang stabil pada paduan logam Ti-Al dan Ti-Al dengan penambahan unsur
Zr yaitu pada Ti-50%Al dan Ti-45%Al-5%Zr setelah perlakuan panas adalah
TiAl.

11

DAFTAR PUSTAKA

1. G. X Wang and M. Dahms, Influence of Heat Treatment on Microstructure of


Ti- 35 Wt.%Al Prepared by Elemental Powder Metallurgy, Scripta Metallurgica
et Materialia, Vol. 26 Hal 717, 1992.
2. ASM Metal handbook, Heat Treating of Titanium and Titanium Alloys, by the
ASM committee of Titanium and Titanium Alloys, ASM Metal handbook vol 8,
8th Edition, 1979, Hal 763.
3. M. Bououdma, Z. Luklinska and Z. X. Guo ,Mechanical Alloying of Fine
Structured Ti-Al-Nb Alumides Involving Ti-Hydride, Materials Science Forum
Vols 360-365, 2000, Pp 421.
4. Bill Seeley, Guide to Using the Reactive Metals,JOM, 1998.
5. ASM Metal handbook, Microstructure of Titanium and Titanium Alloys by the
ASM Committee on Metallography of Titanium and Titanium Alloys, ASM
Metal handbook Vol 1, 8th Edition, 1979, Hal 46.
6. ASTM E407, Standar Method for Mikro Eatching Metals and Alloys.
7. Smith, Williams. F, "Principles of Materials Science and Enginering", pp 102103,
Mc Graw-Hill Book, 1990.
8. Sriatie Djaprie dan Vlack, L.,V, " Ilmu Teknologi Bahan ( Ilmu logam dan
bukan logam)", pp. 101-102, Erlangga, 1995.
9. Rothery, H., Principles of Phase Diagrams in Materials System , Hal 5-7,
Speringer Vorlag Berlin Heidelberg, 1982.
10. ASM Handbook, Alloys Phase Diagram , hal 244, 1992.
11. ASM Metal Handbook Vol 1, 8th Edition, 1979.
12. ASM Metal HandbookVol 9, 9th Edition, 1995.

12

13

Anda mungkin juga menyukai