Kehadiran
pengajaran
keterampilan menulis yang terencana
dengan baik dirasakan sangat perlu,
karena
keterampilan
menulis
merupakan bagian dari keterampilan
berbahasa yang mutlak harus
dimiliki oleh setiap siswa. Menulis
merupakan
kegiatan
produkifdanekspresif.
Menulismerupakan
keterampilan
berbahasa yang menuntut seseorang
dapat menghasilkan ungkapan buah
pikirannya secara tertulis. Untuk
dapat
memiliki
keterampilan
menulis,seseorang
tidak
cukup
memiliki keluasan bahan
yang
hendak ditulis, tetapi perlu memiliki
keterampilan
kebahasaan
(kompetensi
linguistik)
yang
memadai.
Dalam praktik pendidikan formal
selama ini, pengajaran bahasa
Indonesia masih menitikberatkan
pada aspek pengetahuan atau teori
yang bersifat kognitif, padahal untuk
terampil dalam berbahasa Indonesia
perlu didukung peranan sikap afektif
dan psikomotor.
Kondisi pembelajaran itulah yang
menyebabkan pengajaran bahasa
Indonesia dalam berbagai aspek
keterampilan (menyimak, berbicara,
membaca, dan menulis) tidak dapat
diterima secara maksimal. Dari
keempat
keterampilan
tersebut,
keterampilan menulis merupakan
salah satu keterampilan berbahasa
yang rumit dan kompleks karena
dalam menulis seluruh unsur
keterampilan berbahasa dilibatkan
agar menghasilkan sebuah karya tulis
yang baik. Keterampilan menulis
tidak akan datang secara otomatis,
melainkan harus sering berlatih dan
mempraktikkannya.
Menulis merupakan salah satu
cara
paling
tertata
dalam
menciptakan makna dan metode
(1) menyederhanakan
dan
memperjelas
skenario
pembelajaran dalam RPP;
(2) mempertegas langkah-langkah
pembelajaran
sesuai
dengan
tahapan dalam teknik pemodelan;
(3) memberikan banyak contoh
pengembangan sistematika teks
pidato sesuai dengan kerangka
pidato.
Siklus II dilaksanakan dengan
menerapkan RPP yang didesain
mengacu
pada
kekurangankekurangan yang ada pada siklus I.
Siklus II dalam penelitian ini
dilaksanakan dalam dua kali tatap
muka untuk lima tahap penulisan.
2. Pelaksanaan
Dari analisis tindakan pada siklus
I, diketahui bahwa siswa telah
mampu menentukan tema, tetapi
belum mampu menentukan tujuan
secara lebih rinci. Meskipun telah
mampu menyusun kerangka dan
pengembangannya, siswa merasa
belum puas atas hasil yang diperoleh.
Untuk mengatasi hal tersebut, pada
tahap prapenulisan ini, dilakukan
beberapa perubahan pada tema,
setting dan status pembicara,
kerangka, dan pengedrafan.
Secara spesifik perubahan pada
siklus 2 itu berbentuk tema
pendidikandi sekolah disepakati dulu
semua siswa, didiskusikan topiktopik pilihan untuk tiap siswa
berdasarkan
hasil
pengamatan
langsung terhadap permasalahan
yang berkaitan dengan tema, setting
dan status pembicara dihilangkan
karena dianggap tidak substansial,
tujuan ditentukan lebih rinci,
kerangka disusun berdasarkan bahan
belajar,
5W+1H,
dan
rubrik
penilaian,
dan
pengedarafan
dilakukan berdasarkan rambu-rambu
pengembangan kerangka pidato
penuangan
ide
maupun
kecakapan
hidup.
Kalau
kompetensi itu terus dilatih dan
dikembangkan,
niscaya
membantu
kita
dalam
kepentingan keseharian, baik
sekarang atau pada masa yang
akan datang. Perlu diketahui
bahwa keberhasilan siswa
dalam suatu pembelajaran
bukan hanya diukur dari
produk
yang
dihasilkan,
melainkan juga dari proses
yang dilalui. Untuk itu, selama
pembelajaran
berlangsung,
hendaknya
kalian
aktif
berdiskusi, bertanya kepada
teman
atau
bu
guru,
menyampaikan ide. Kalau
proses itu berjalan baik,
niscaya teks pidato yang
dihasilkan pun akan baik.
Guru selanjutnya menyampaikan
kompetensi pembelajaran yang harus
dikuasai, yaitu siswa mampu (a)
menentukan topik pidato, (b)
menentukan sasaran pidato, (c)
menentukan tujuan pidato lebih rinci,
(d) menentukan judul pidato, (e)
menentukan kerangka pidato, dan (f)
mengembangkan kerangka pidato.
Kemudian, guru menyampaikan
ruang lingkup materi dan langkahlangkah pembelajaran yang akan
dilakukan siswa.
Kegiatan Inti ( 60 menit)
Pada awal tahap inti ini, siswa
membentuk tim belajar empat orang
seperti pada siklus I. Guru meminta
tiap kelompok menentukan tema
yang kontekstual dan bermanfaat
bagi siswa. Mereka bersepakat
memilih tema pendidikan.
Setelah tema disepakati, tugas tiap
kelompok adalah mendiskusikan
topik-topik bagi tiap-tiap anggota
kelompok
berdasarkan
tema
sebagian
contoh
menentukan
sasaran, tujuan dari model topik yang
dipilih dengan mengoptimalkan
prinsip 5W+1H. Setelah contoh
diberikan guru, perencanaan tersebut
harus diselesaikan oleh siswa secara
berdiskusi dan sharing. Untuk
mengonfirmasikan
pemahaman
siswa atas tugas yang diberikan, guru
menugasi siswa mempresentasikan
hasil sharing untuk selanjutnya
diberi umpan balik korektif. Secara
umum,
siswa
telah
mampu
melakukan kegiatan yang diberikan
guru, yang berupa peniruan atas
model guru dan pengurangaan
bantuan untuk mengawali kegiatan
mandiri.
Setelah
siswa
mampu
merencanakan penulisan model topik
yang dicontohkan guru, selanjutnya,
siswa menulis sebuah teks pidato
berdasarkan topik yang telah dipilih.
Pada menit-menit awal bekerja
secara individual dan mandiri,
sebagian besar siswa belum dapat
melepaskan diri dari kelompoknya.
Semangat diskusi masih ditunjukkan
oleh sebagian besar siswa. Setelah
berjalan lima belas menit, enam
belas siswa sudah mulai menyusun
kerangka pidato. Mereka tampak
kesulitan menulis kerangka. Ada
seorang siswa (Wartini) bertanya,
Siswa: Bu, sedap dipandang itu
istilahnya apa?
Guru : Asri.
Untuk membantu kelancaran
siswa dalam menyusun kerangka
pidato,
guru
sekali-sekali
menekankan ulang pemanfaatan
prinsip 5W+1H. Dari pelaksanaan
tugas tersebut diketahui bahwa
meskipun siswa telah mampu
menyusun kerangka, tetapi waktu
yang diperlukan relatif lama.
Selanjutnya,
guru
memberikan
contoh ulang model kerangka pidato
Seni
Pidato.
Cemerlang
Hadinegoro. 2003.
Teknik seni
Berpidato Mutakhir (Dalam
Teori dan Praktek). Yogyakarta:
Absolut.
http://definisipengertian.blogspot.co
m/2010/12/pngertianpidato.html
http://organisasi.org/pengertian
pidato tujuan sifat metode
susunan dan persiapan-pidatosambutan
http://organisasi-org/pengertianpidato-tujuan-sifat-metodesusunan-dan-persiapan-pidatosambutan
http://www.isdaryanto.com/kumpula
n-contoh-pidato-lengkap
Maidar, G. 1998. Pembinaan
Kemampuan Berbicara Bahasa
Indonesia. Jakarta: Erlangga.
Oka, D. Djoehana. 2002. Pemodelan
(Modeling). Makalah
dalam
Pelatihan TOT Guru Mata
Pelajaran Bahasa Indonesia.
Putri Pandan Wangi. 2009. Bukan
Pidato Biasa. Yogyakarta.
Rahmat, Jalaludin. 2010 Retorika
Modern. Bandung:PT Remaja
Rosda Karya.
Rohman,Abduldkk.2010.
PidatoDuaBahasa
(InggrisIndonesia).
Surabaya:PustakaAgungHarapan
Rumpoko, Hadi. 2012. Panduan
Pidato Luar Biasa. Yogyakarta:
MegaBooks.