Anda di halaman 1dari 18

PENINGKATANKETERAMPILANMENULIS TEKS PIDATO

DENGAN TEKNIK PEMODELAN PADA SISWA KELAS IX H


SMPNEGERI I NGOROMOJOKERTO SEMESTER GENAP
TAHUN AJARAN 2012/2013
Ernawati
Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Indonesia
ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan
peningkatan keterampilan menulis teks pidato dengan teknik
pemodelan pada siswa kelas IX H SMP Negeri INgoro Kab.
Mojokertotahun ajaran 2012/2013.Penelitian ini terdiri atas dua
siklus yang masing-masing meliputi tahap perencanaan dan
pelaksanaan. Pengambilan data kualitatif dilakukan dengan
menggunakan teknik pemodelan, sedangkan data kuantitatif
didapat dari hasil pembelajaran menulis teks pidato siswa.
Sumber data adalah siswa kelas IX H SMP Negeri INgoro, Kab.
Mojokerto berjumlah 22 siswa yang terdiri atas 9 siswa putra
dan 13 siswa putri.Hasil penelitian menunjukkan bahwa
keterampilan menulis teks pidato siswa kelas IX H SMP Negeri
I Ngoro Kab. Mojokerto tahun ajaran 2012/2013 dapat
meningkat dengan digunakannya teknik pemodelan. Hal itu
dapat dilihat dari peningkatankualitas hasil dan proses
pembelajaran menulis teks pidato pada siklus I dan, siklus
II.Pada siklus I, capaian persentase ketuntasan klasikal
meningkat sebesar 18,18% dari kondisi awal (27,27%9,09%),
pada siklus II meningkat sebesar 50,00% dari siklus I
(77,27%27,27%), dari siklus II. Rata-rata peningkatan
persentase ketuntasan klasikal sedangkan capaian nilai rata-rata
hasil belajarsiswa pada siklus I meningkat sebesar 3,86 poin
dari kondisi awal (67,2763,41), pada siklus II meningkat
sebesar 11,12 poin dari siklus I (78,3967,27), dari siklus II
(82,1678,39). Adapun, perubahan pada kualitas proses
pembelajaran ditandai oleh adanya peningkatan aktivitas,
kreativitas, rasa senang, dan interaksi belajar siswa dari kategori
baik pada siklus I (77,40%) menjadi sangat baik pada siklus II
(80,80%),dengan tingkat keberhasilantinggi pada siklus I,
sangat tinggi pada siklus II.
Kata Kunci: keterampilan menulis, teks pidato, teknik pemodelan
Belajar berbahasa berarti bagaimana
menggunakan bahasa itu sebagai alat
komunikasi, baik secara lisan
maupun tulis. Dalam penelitian ini,
penelitian memfokuskan pada bahasa
tulis, yaitu menulis teks pidato

berdasarkan pokok-pokok pikiran


yang ditulis oleh siswa. Bagi peneliti,
penelitian ini dianggap penting sebab
selama ini kegiatan menulis kurang
mendapat perhatian dari para siswa.

NOSI Volume 1, Nomor 5, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 546

Kehadiran
pengajaran
keterampilan menulis yang terencana
dengan baik dirasakan sangat perlu,
karena
keterampilan
menulis
merupakan bagian dari keterampilan
berbahasa yang mutlak harus
dimiliki oleh setiap siswa. Menulis
merupakan
kegiatan
produkifdanekspresif.
Menulismerupakan
keterampilan
berbahasa yang menuntut seseorang
dapat menghasilkan ungkapan buah
pikirannya secara tertulis. Untuk
dapat
memiliki
keterampilan
menulis,seseorang
tidak
cukup
memiliki keluasan bahan
yang
hendak ditulis, tetapi perlu memiliki
keterampilan
kebahasaan
(kompetensi
linguistik)
yang
memadai.
Dalam praktik pendidikan formal
selama ini, pengajaran bahasa
Indonesia masih menitikberatkan
pada aspek pengetahuan atau teori
yang bersifat kognitif, padahal untuk
terampil dalam berbahasa Indonesia
perlu didukung peranan sikap afektif
dan psikomotor.
Kondisi pembelajaran itulah yang
menyebabkan pengajaran bahasa
Indonesia dalam berbagai aspek
keterampilan (menyimak, berbicara,
membaca, dan menulis) tidak dapat
diterima secara maksimal. Dari
keempat
keterampilan
tersebut,
keterampilan menulis merupakan
salah satu keterampilan berbahasa
yang rumit dan kompleks karena
dalam menulis seluruh unsur
keterampilan berbahasa dilibatkan
agar menghasilkan sebuah karya tulis
yang baik. Keterampilan menulis
tidak akan datang secara otomatis,
melainkan harus sering berlatih dan
mempraktikkannya.
Menulis merupakan salah satu
cara
paling
tertata
dalam
menciptakan makna dan metode

paling efektif yang bisa digunakan


untuk memonitor pikiran seseorang.
Oleh karena itu, tindak menulis
merupakan tindak berpikir, para guru
perlu mencermati hal ini dengan
jalan melatih keterampilan menulis
secara kontinyu dan teratur sejak di
sekolah dasar. Ketidaksistematisan,
ketidaklogisan, dan ketidakteraturan
dalam
menulis
menunjukkan
keadaan pikiran seseorang. Untuk
melatih
keterampilan
berpikir
sistematis,
logis,
dan
runtut
diperlukan latihan yang kontinyu dan
teratur pula.
Di sinilah, fungsi menulis yang
sampai saat ini masih merupakan
keterampilan yang paling sulit
dicapai oleh seseorang, bahkan
paling
sulit
diajarkan
oleh
guru.Seperti
diungkap
Faris
(1993:10) bahwa dalam kemahiran
berbahasa,
menulis
merupakan
keterampilan yang paling sulit
dipelajari anak-anak dan paling sulit
diajarkan guru.
Akhadiah (1996:5) lebih spesifik
menjelaskan bahwa masalah yang
sering dilontarkan dalam pelajaran
tulis-menulis
adalah
masih
banyaknya
permasalahan
yang
dihadapi siswa, misalnya: siswa
kurang mampu menggunakan bahasa
Indonesia dengan baik dan benar.
Hal tersebut dapat dilihat dari pilihan
kata yang kurang tepat, kalimat yang
kurang
efektif,
sukar
mengungkapkan gagasan karena
kesulitan memilih kata atau membuat
kalimat, bahkan kurang mampu
mengembangkan ide secara teratur
dan sistematis, di samping kesalahan
masalah ejaan.
Menurut pengamatan di kelas
serta hasil nilai menulis teks pidato,
nilai siswa kelas IX H masih berada
di bawah KKM yang ditentukan,
yaitu 65, dari KKM Bahasa

NOSI Volume 1, Nomor 5, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 547

Indonesia 68. Secara lengkap, nilai


anak awal penelitian dalam menulis
teks pidato sebagai berikut:13 siswa
nilainya dibawah 50, tujuh siswa
nilainya antara 50 sampai dengan 60,
dan 2 siswa yang nilainya 70.
Dari nilai siswa tersebut, bisa
dijelaskan bahwa kelemahan atau
kekurangan siswa dalam menulis
teks pidato sebagai berikut:
(1) siswa kurang konsisten dalam
hal pemakaian huruf kapital (huruf
besar) baik pada awal kalimat, nama
kota, nama orang, serta menulis
setiap kata dalam kalimat dengan
memakai huruf kapital, (2) banyak
siswa yang menuliskan bentuk ulang
dengan menggunakan angka 2, silang
dua (xx), atau angka romawi(II), (3)
penggunaan kalimat yang kurang
efektif, (4) banyak siswa yang
kurang konsisten dalam menyingkat
kata, dan (5) siswa kurang bisa
menggunakan pilihan kata dan
struktur kalimat yang tepat.
Berdasarkan hasil tes awal,
observasi awal dan wawancara
dengan guru, peneliti menyimpulkan
bahwa pembelajaran menulis teks
pidato belum maksimal dan belum
menampakkan tahap-tahap dalam
menulis
yang
sesuai
dengan
kurikulum.
Tahap-tahap
yang
dimaksud sebagai berikut: (1) tahap
pemunculan gagasan, (2) tahap
pengembangan gagasan, dan (3)
tahap penulisan. Dengan demikian,
pembelajaran menulis teks pidato
belum
optimal,
guru
belum
menggunakan strategi yang tepat
yang dapat mengarahkan siswa
dalam menulis. Masalah yang
dimaksud seperti mengemukakan
ide, mengembangkan ide, memilih
kosa kata, penggunaan ejaan,
kerapian, dan bentuk tulisan.
Rendahnya prestasi belajar siswa
kelas IXH SMP Negeri I Ngoro

Tahun Ajaran 2012/2013 tersebut


disebabkan oleh banyak faktor, di
antaranya (1) metode dan strategi
yang digunakan dalam pembelajaran
kurang tepat, (2) pembelajaran
menulis yang dilakukan kurang
memanfaatkan media pembelajaran
yang tepat, dan (3) keberadaan buku
paket yang sangat kurang dengan
perbandingan 1 : 3. Oleh karena itu,
kekurangtepatan metode dan strategi
pembelajaran serta kurangnya media
pembelajaran dalam menulis itulah
yang berakibat pada rendahnya
prestasi belajar siswa.
Untuk
mengatasi
masalah
tersebut, perlu dicarikan solusi
pemecahannya. Salah satu caranya
dengan
menerapkan
teknik
pemodelan karena dengan teknik
tersebut siswa dapat menganalisis
atau mempelajari contoh dalam
menulis teks pidato yang benar.
Siswa mampu menggunakan bahasa
Indonesia
dengan
baik
dan
benar,memilih kata yang tepat,
mengunakan kalimat yang efektif,
mengungkapkan gagasan karena
kesulitan memilih kata atau membuat
kalimat,
dan
mampu
mengembangkan ide secara teratur
dan sistematis serta mengurangi
kesalahan masalah ejaan. Pada
intinya, siswa dijenjang SMP lebih
mudah mencontoh daripada diberi
penjelasan.
Dalam mencapai prestasi belajar
menulis yang baik, memang sangat
dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu (1)
faktor internal merupakan faktor
yang ada dalam diri siswa. Misalnya
bakat, minat, konsentrasi, motivasi
belajar, kesehatan, dan sebagainya
dan (2) faktor eksternal merupakan
faktor yang ada di luar diri siswa.
Adanya paradigma baru dalam
pendidikan dari yang bersifat
sentralistik menjadi desentralistik

NOSI Volume 1, Nomor 5, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 548

maka pola pembelajaran yang


bersifat baku setidaknya bisa
berganti pada pola pembelajaran
yang fleksibel. Perubahan kurikulum
dari KBK menjadi Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
membawa dampak yang luas
terhadap penerangan metode dan
teknik pembelajaran. Banyak hal
yang
perlu
disiapkan
oleh
sekolah.Artinya,
sekolah
harus
menyusun
Kurikulum
Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP) yang
terdiri atas tujuan pendidikan satuan
pendidikan, struktur dan muatan
KTSP, kalender pendidikan, silabus
dengan cara melakukan penjabaran
dan penyesuaian standar isi yang
ditetapkan dengan Permendiknas No.
22 Tahun 2006 dan Standar
Kompetensi yang ditetapkan dengan
Permendiknas No. 23 Tahun 2006.
Dalam Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) guru diharapkan
lebih aktif dan kreatif dalam
pembelajaran. Penerapan metode
pembelajaran
diharapkan
lebih
bervariatif sehingga menciptakan
pembelajaran yang menyenangkan
maka akan tercipta proses transfer
pengetahuan pada diri siswa secara
alami melalui pengalaman nyata atau
kontekstual.
Sejalan dengan hal tersebut,
berbagai teknik pembelajaran dapat
dilakukan untuk mengembangkan
kompetensi menulis siswa. Agar
pembelajaran lebih berpusat pada
siswa atau berbaris Student Centered
Learning maka alternatif teknik
pengembangan
adalah
problem
based learning atau belajar dari
permasalahan, case based learning
atau belajar dari kasus, dan
contekstual teaching and learning
atau belajar dari kontekstualisasi.
Teknik pemodelan sebagai salah
satu komponen penting pembelajaran

berbasis kontekstual merupakan


pembelajaran yang menghadirkan
model faktual yang dapat diamati,
diteliti,
dinilai,
didiskusikan,
dicontoh oleh siswa dalam proses
pembelajaran.Melalui model menulis
dengan contoh yang disajikan.
Bahkan, dengan teknik pemodelan,
keterampilan siswa dalam menulis
teks pidato akan meningkat.
Berdasarkan uraian tersebut,
penulis
mengganggap
teknik
pemodelan layak untuk diterapkan
kepada siswa kelas IX H SMP
Negeri 1 Ngoro Semester 2 dalam
meningkatkan keterampilan mereka
dalam menulis teks pidato.
METODE PENELITIAN
Penelitian
ini
dilaksanakan
dengan menggunakan rancangan
penelitian tindakan kelas(PTK).
Rancangan penelitian ini dipilih
karena penelitian pembelajaran ini
dilaksanakan untuk memecahkan
masalah-masalah
pembelajaran
menulis.Penelitian ini juga termasuk
penelitian
diskriptif
sebab
menggambarkan bagaimana suatu
teknik pembelajaran diterapkan dan
bagaimana hasil yang diharapkan
dapat tercapai
Penelitian tindakan adalah salah
satu strategi pemecahan masalah
yang memanfaatkan tindakan nyata
dalam bentuk proses pengembangan
inovatif,permasalahan atau topik
yang dibahas harus memenuhi
kriteria yang benar-benar nyata dan
penting,menarik
perhatian
dan
mampu ditangani serta dalam
jangkauan kewenangan peneliti
untuk melakukan perubahan.
Penelitian
ini
berkolaborasi
dengan guru dalam tindakan berupa
penggunaan
teknik
pemodelan.
Dalam penelitian, ini guru bertindak

NOSI Volume 1, Nomor 5, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 549

sebagai kolaborator dan peneliti


sebagai inovator.
Desain penelitian tindakan kelas
ini menggunakan langkah-langkah
berdasarkan siklus. Dari beberapa
desain penelitian tindakan kelas yang
dicontohkan, peneliti memilih desain
yang dikemukakan oleh Kemmis &
Taggart (dalam Soepeno, 2000:2).
Desain atau model memiliki empat
tahapan dalam setiap siklus, yaitu
perencanaan tindakan, pelaksanaan
tindakan, observasi, dan refleksi.
Setiap
siklus
dilaksanakan
berdasarkan hasil refleksi setelah
dilak- sanakan suatu tindakan,
dengan maksud peneliti dapat
memperbaiki tindakan, memperbaiki
kesalahan,
dan
menyingkirkan
hambatan
sehingga
ditemukan
formulasi yang efektif dan efisien
dalam proses pembelajaran.
Dalam siklus pertama, penelitian
melakukan
tindakan
atau
pelaksanaan pembelajaran
sesuai
dengan jadwal pelajaran agar
penelitian tidak mengganggu proses
belajar-mengajar. Siklus berikutnya,
peneliti
berupaya
melakukan
perbaikan dan
penyempurnaan
dalam penggunaan teknik maupun
media pembelajaran. Berdasarkan
hasil observasi dan evaluasi pada
siklus
sebelumnya,
dilakukan
analisis hasil dan merefleksi untuk
mengetahui
tingkat
perubahan
aktivitas siswa dalam pembelajaran,
peningkatan prestasi belajar siswa,
dan acuan siklus berikutnya.
Adapun subjek penelitian ini
adalah siswa di SMP Negeri I Ngoro
Kabupaten Mojokerto. Sekolah ini
termasuk sekolah pinggiran dengan
nilai input yang sangat rendah. Latar
belakang sosial ekonomi orang tua
menengah ke bawah dan pekerjaan
mereka kebanyakan buruh tani.
Tidak jarang, keluarga siswa SMPN

I Ngoro ini, orang tuanya broken


home serta bekerja di luar daerah,
bahkan ada yang menetap di luar
negeri.
Pemilihan SMP Negeri I Ngoro
dijadikan tempat penelitian dengan
beberapa pertimbangan, antara lain
(1) peneliti bertugas disekolah ini,
(2) jumlah siswa 22 orang dan secara
klasikal mengalami kesulitan dalam
menulis teks pidato, (3) penggunaan
teknik pemodelan dalam menulis
teks
pidato
belum
pernah
dilaksanakan sehingga hasilnya
diharapkan
dapat
memberikan
manfaat
untuk
peningkatan
pembelajaran di SMP Negeri I
Ngoro,
Mojokerto,dan
(4)
rombongan belajarnya relatif kecil
atau sedikit (8 rombongan belajar).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Menurut pengamatan di kelas
serta hasil nilai menulis teks pidato,
nilai siswa kelas IX masih berada di
bawah KKM yang ditentukan, yaitu
65 dari KKM bahasa Indonesia 68.
Secara lengkap, nilai anak pada awal
penelitian dalam menulis teks pidato
sebagai berikut:13 siswa nilainya di
bawah 50, tujuh siswa nilainya
antara 50 sampai dengan 60, dan 2
siswa nilainya 70.
Dari nilai siswa tersebut, bisa
dijelaskan bahwa kelemahan atau
kekurangan siswa dalam menulis
teks pidato.Pertama, siswa kurang
konsisten dalam hal pemakaian huruf
kapital (huruf besar) baik pada awal
kalimat, nama kota, nama orang,
serta menulis setiap kata dalam
kalimat dengan memakai huruf
kapital. Kedua,banyak siswa yang
menuliskan bentuk ulang dengan
menggunakan angka 2, silang dua
(xx), atau angka romawi(II).Ketiga,
penggunaan kalimat yang kurang
efektif. Keempat, banyak siswa yang

NOSI Volume 1, Nomor 5, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 550

kurang konsisten dalam menyingkat


kata, serta siswa kurang bisa
menggunakan pilihan kata dan
struktur kalimat yang tepat.
Berdasarkan hasil tes awal,
observasi awal dan wawancara
dengan guru, peneliti menyimpulkan
bahwa pembelajaran menulis teks
pidato belum maksimal dan belum
menampakkan tahap-tahap dalam
menulis
yang
sesuai
dengan
kurikulum.
Siklus I
Pada siklus pertama ini, disajikan
hasil penelitian satu putaran yang
terdiri atas (1) perencanaan tindakan
(2) pelaksanaan tindakan yang
berupa
kegiatan
pendahuluan
pembelajaran,
kegiatan
inti
pembelajaran, kegiatan penutup
pembelajaran, (3) observasi tindakan,
dan (4) hasil refleksi tindakan.
1. Perencanaan Tindakan
Perencanaan
tindakan
peningkatan kemampuan menulis
melalui teknik pemodelan dirancang
dan direncanakan berupa kegiatan
menyusun
silabus,
menyusun
rencana pelaksanaan pembelajaran
yang relevan dengan situasi dan
kondisi kelas IXH SMP Negeri I
Ngoro. Silabus disusun sesuai
dengan petunjuk penyusunan silabus
Permendiknas No. 22 Tahun 2006
terdiri atas nama sekolah SMP
Negeri I Ngoro, mata pelajaran
bahasa Indonesia, kelas IX, semester
dua,
standar
kompetensi:
mengungkapkan informasi dalam
bentuk laporan, surat dinas, dan
petunjuk, kompetensi dasar: menulis
laporan dengan bahasa yang baik dan
benar, materi pokok: penulisan teks
pidato. Selanjutnya, disusun rencana
pelaksanaan pembelajaran menulis
teks pidato
dengan teknik

pemodelan sesuai dengan kurikulum


tingkat satuan pendidikan (KTSP)
meliputi : mata pelajaran, kelas,
semester,
standar
kompetensi,
kompetensi dasar, indikator, alokasi
waktu, tujuan pembelajaran, materi
pokok, metode, langkah-langkah
pembelajaran, sumber belajar, dan
penilaian.
Untuk mencapai tujuan tersebut,
peneliti mempersiapkan model teks
pidato. Model yang ditampilkan pada
kegiatan pembelajaran ini adalah
teknik model kontekstual, yaitu
menghadirkan konteks nyata yang
menjadi kegiatan pembelajaran bagi
siswa untuk mengamati mencontoh,
menemukan, dan menuliskan teks
pidato seperti contoh.
Model ini dirancang peneliti
secara kolaborasi bersama guru
bahasa Indonesia. Kolaborator ini
juga
mempersiapkan
untuk
melaksanakan observasi pelaksanaan
pembelajaran yang akan meneliti
aktivitas siswa dalam proses
pembelajaran.
2. Pelaksanaan Tindakan
Pembelajaran dilakukan di ruang
kelas IX H SMP Negeri I Ngoro
Kota Mojokerto. Ruang kelas ini
berbentuk persegi dengan ukuran 6 X
8 meter, cukup luas untuk tempat
pembelajaran 22 orang siswa.
Pelaksanaan pembelajaran siklus I
dilaksanakan dua kali pertemuan.
Pertemuan 1 selama 2 x 40 menit dan
pertemuan kedua selama 2 x 40
menit.
Adapun,
skenario
pembelajaran
menulis
laporan
perjalanan dilaksanakan dalam tiga
tahap, yaitu pendahuluan, inti, dan
penutup.
Pertemuan ke-1
Kegiatan Pendahuluan (10 menit)

NOSI Volume 1, Nomor 5, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 551

Kegiatan ini diawali dengan


berdoa, salam pembuka, kemudian
guru melaksanakan presensi dengan
menanyakan siswa yang tidak hadir
hari ini lalu guru menyampaikan
tujuan pembelajaran yang ingin
dicapai (materi ditulis di papan tulis).
Kedua, guru
mengondisikan
kelas
yang
berfungsi
untuk
menyiapkan mental siswa dalam
pembelajaran melalui komunikasi
empati antara guru dan siswa.
Selanjutnya, untuk mengantarkan
siswa memasuki kompetensi yang
akan dilalui siswa, guru melakukan
apersepsi tentang pengalaman siswa
dalam berpidato. Hal itu, antara lain,
dapat diamati melalui dialog berikut
ini.
Guru : Apakah kalian pernah
melihat
orang
sedang
berpidato?
Siswa: Pernah.
Guru : Di mana?
Siswa: Pada saat upacara bendera
hari Senin di sekolah. Pada
saat melihat kampanye Pemilu.
Pada waktu pengajian umum.
Guru : Bagus. Selanjutnya, siapakah
yang pernah berpidato?
Siswa: (Diam)
Guru : Lalu, apakah yang pernah
kalian lakukan dalam hal
pidato?
Siswa:
(Beberapa
siswa)
Mendengarkan
orang
berpidato.
Guru : Baiklah. Kemampuan
berpidato sangat penting dalam
komunikasi kehidupan seharihari.
Bahkan,
dalam
perjuangan kemerdekaan RI,
kemampuan
itu
berperan
utama. Presiden Sukarno telah
membuktikannya. Nah, agar
dalam berpidato dapat berjalan
lancar, terutama bagi pemula,
kegiatan berpidato sebaiknya

didahului dengan menulis teks


pidato. Nah, pada pertemuan
ini kita akan belajar bersama
mengenai
penulisan
teks
pidato.
Kegiatan selanjutnya, siswa dan
guru, bertanya jawab tentang
manfaat menulis teks pidato. Setelah
itu, siswa membentuk kelompok
dengan cara berhitung 1 sampai 5
kemudian diulangi lagi 1 sampai 5,
demikian seterusnya.
Langkah
berikutnya, anak yang bernomor satu
berkumpul dengan nomor satu, anak
bernomor dua berkumpul dengan
nomor dua, demikian seterusnya.
Karena jumlah siswa kelas IX H
sebanyak 22 anak, ada 5 kelompok.
Masing-masing kelompok jumlah
anggotanya 4 sampai dengan 5 anak.
Kegiatan Inti Pembelajaran (60
menit)
Semua siswa telah duduk pada
kelompok masing-masing.
Pada
tahap ini, kegiatan yang dilaksanakan
sebagai berikut.
Pertama,guru menjelaskan kepada
kelompok tentang unsur-unsur
yang harus ada dalam menulis
teks pidato, yang meliputi apa
saja yang harus ditulis, dan
bagaimana menulis teks pidato
yang benar. Kemudian, guru
menjelaskan
bagian-bagian
teks pidato, yang meliputi
bagian awal/pembuka, bagian
isi/inti,
dan
bagian
akhir/penutup.
Kedua, masing-masing kelompok
menerima contoh atau model
bentuk teks pidato dengan
tema
memperingati
hari
kemerdekaan
Republik
Indonesia yang dibagikan oleh
guru.

NOSI Volume 1, Nomor 5, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 552

Ketiga, salah satu anak membacakan


contoh teks pidato tersebut,
anak yang lain menyimak.
Keempat,masing-masing kelompok
berdiskusi untuk menentukan
kelengkapan
unsur
serta
bagian-bagian dari teks pidato
yang benar.
Kelima,setiap kelompok menulis teks
pidato sesuai dengan model
yang ada. Temanya ditentukan
oleh guru pengajar/peneliti.
Kegiatan Penutup Pembelajaran
(10 menit)
Guru meminta siswa untuk
menyelesaikan atau melanjutkan
menulis teks pidato di rumah. Guru
menutup
pembelajaran
dengan
memberi ucapan terima kasih dan
salam penutup.
Pertemuan ke-2
Pertemuan
ke-2
merupakan
kelanjutan pertemua ke-1. Pada
pertemuan ini guru dan peneliti telah
menyusun rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP) yang terdiri atas
kegiatan pendahuluan, kegiatan inti,
dan kegiatan penutup. Waktu
pelaksanannya
2 X 40 menit.
Langkah-langkah kegiatan sebagai
berikut.
Kegiatan Pendahuluan (10 menit)
Pada tahap ini, kegiatan yang
dilaksanakan adalah pengarahan oleh
guru tentang persiapan menulis teks
pidato, serta tugas-tugas membahas
sekilas apa yang telah di tulis siswa
di
rumah.
Setelah
cukup
pengarahan, siswa mengumpulkan
hasil tulisan teks pidato yang telah
mereka kerjakan kepada guru.
Kegiatan Inti (60 menit)
Pada tahap ini, kegiatan yang
dilakukan adalah perevisian hasil

tulisan siswa.Para siswa pada


umumnya
telah
mampu
menyempurnakan teks pidatonya dan
menemukan kesalahan sebatas ejaan
dan tanda baca. Melalui tanya jawab,
selanjutnya, guru menyampaikan
tujuan pembelajaran, yaitu siswa
mampu merevisidan mengedit teks
pidato dengan tepat.
Gurukemudian membagikan hasil
tulisan siswa yang berisi contoh teks
pidato yang memuat kesalahan
beserta contoh-contoh perevisian.
Perevisian
menekankan
pada
penemuan dan perbaikan isi draf
yangtidak sesuai dengan kerangka
pidato, antara lain berupa kelebihan
isi, kekurangan isi, ketidaktepatan
isi, atau kesalahan penataan isi.
Perevisian
dilakukan
dengan
membuang isi yang lebih, menambah
isi yang kurang, mengganti isi yang
tidak tepat, dan menata ulang
penataan yang kurang tepat. Adapun,
mengedit lebih menekankan pada
penemuan dan perbaikan mekanik
seperti ejaan, tanda baca, struktur
kalimat, model tulisan, dan lain-lain
pada sebuah teks pidato. Penjelasan
guru ini diikuti dengan contoh
merevisi dan mengedit sebagian
model teks pidato.
Setelah siswa dianggap memiliki
pemahaman tentang merevisi, siswa
merevisi hasil tulisannya masing
masing. Selama siswa bekerja, guru
melakukan
pengecekan
hasil
pekerjaan siswa secara berkeliling
dan memberikan umpan balik.
Siswa selanjutnya melakukan
konfirmasi dengan teman satu tim
mengenaihasil
merevisi
dan
mengedit model teks pidato. Jika
mengalami kesulitan, siswa minta
petunjuk
guru.
Berdasarkan
pekerjaan
para
siswa,
guru
memberikan umpan balik korektif
selanjutnya siswa meneliti kembali

NOSI Volume 1, Nomor 5, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 553

dengan memperbaiki ejaan, struktur


kalimat, serta kelengkapan pokok
pikiran.
Kegiatan Akhir (10 menit)
Dalam tahap ini, kegiatan yang
dilaksanakan adalah siswa dan guru
melakukan refleksi lalu siswa
kembali ke kelas dengan tertib.
3. Pengamatan dan hasil Evaluasi
Pengamatan dilaksanakan selama
tahap pramenulis, saat menulis,
hingga pascamenulis teks pidato oleh
peneliti bersama dengan kolaborator.
Kegiatan pengamatan dilaksanakan
mulai dari tahap persiapan sampai
dengan akhir pembelajaran.
Selama
pembelajaran
berlangsung, dilakukan pencatatan
terhadap kualitas hasil dan kualitas
proses pembelajaran yang diikuti
siswa. Untuk melakukan pencatatan
itu, digunakan instrumen yang
sesuai. Pencatatan terhadap kualitas
hasil
pembelajaran
siswa
menggunakan tes kinerja beserta
rubrik penilaian dan pedoman
penskorannya. Instumen kinerja itu
berbentuk tugas-tugas penyusunan
teks pidato yang termuat pada tahaptahap menulis. Tugas-tugas tersebut
termuat dalam Lembar Kerja Siswa
di siklus I. Pencatatan terhadap
kualitas
proses
pembelajaran
menggunakan instrumen berupa
lembar observasi keaktifan siswa
yang memuat aktivitas belajar,
kreativitas,
rasa
senang,
dan
interaksi.
Dari pencatatan
menunjukkan
pencapaian
kriteria
ketuntasan
minimal (nilai 70) sejumlah 6 siswa
(27,27%), yang berarti terjadi
peningkatan ketuntasan klasikal
sebesar 4 siswa (18,18%) dari
kondisi awal sebesar 2 siswa
(9,09%). Nilai rata-rata kelas pada

siklus I sebesar 67,27 yang berarti


terjadi peningkatan sebesar 3,86 poin
dari kondisi awal (67,2763,41).
Berdasarkan kriteria yang ditetapkan,
ketuntasan klasikal sebesar 27,27%
berkategori sangat rendah dengan
tingkat keberhasilan belum tuntas
sedangkan nilai rata-rata kelas
sebesar 67,27 berkategori rendah
dengan tingkat keberhasilan belum
tuntas. Oleh karena itu, penelitian ini
dianggap belum berhasil dan perlu
ditindaklanjuti pada siklus II.
Pada siklus I aktivitas belajar
siswa mencapai skor 3,58 (71,60%)
dari skor maksimal yang diharapkan,
kreativitas mencapai skor 3,75
(75,00%) dari skor maksimal yang
diharapkan, rasa senang mencapai
4,16 (83,20%)dari skor maksimal
yang diharapkan, dan interaksi
mencapai 4,00 (80,00%) dari skor
maksimal yang diharapkan. Skor
rata-rata keempat aspek tersebut
mencapai 3,87 (77,40%) dari skor
maksimal yang diharapkan. Setelah
dikonversikan dengan kriteria yang
ditetapkan, skor 3,87 (77,40%)
tergolong kategori baik dengan
tingkat keberhasilan tinggi. Hal itu
berarti bahwa pada siklus I keaktifan
siswa dalam mengikuti pembelajaran
tergolong baik atau tinggi.
Refleksi Siklus 1
Berdasarkan hasil dan proses
pembelajaran beserta analisis yang
dilakukan terhadap berbagai temuan,
dikemukakan
refleksi
sebagai
berikut.
(1) Proses pembelajaran menulis
teks pidato merupakan hal baru
bagi siswa.
(2) Langkah-langkah pembelajaran
pada proses
penulisan masih
memuat langkah yang dianggap
kurang
substansial
dalam
pembelajaran
menulis,
yaitu

NOSI Volume 1, Nomor 5, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 554

penentuan seting dan status


pembicara
yang
justru
menyulitkan siswa.
(3) Penyusunan pemodelan teks
pidato
pada
masing-masing
kurang
proporsional,
terlalu
banyak pemodelan.
(4) Sebagian besar siswa senang
melaksanakan diskusi dalam kerja
kelompok.
(5) Untuk membangkitkan aktivitas
perorangan
dalam
diskusi
kelompok, guru masih sering
memberikan pendekatan pribadi
secara intensif.
(6) Sebagian besar siswa merasa
sangat senang dengan model
pembelajaran yang ditampilkan
guru dengan banyak memberikan
contoh dan bimbingan.
(7) Keaktifan
siswa
dalam
pembelajaran berjalan baik yang
ditandai
oleh
meningkatnya
aktivitas belajar, kreativitas, rasa
senang, dan interaksi siswa
selama mengikuti pembelajaran.
(8) Kemampuan
siswa
dalam
menyusun dan mengembangkan
kerangka pidato belum optimal
sehingga perlu ditindaklanjuti lagi
pada siklus II.
Siklus II
1. Perencanaan
Perencanaan tindakan pada siklus
II
secara
umum
merupakan
perbaikan dari rencana tindakan pada
siklus
I.
Perbaikan
tersebut
dirumuskan
berdasarkan
hasil
refleksi peneliti bersama kolaborator
terhadap temuan pada siklus I.
Berdasarkan beberapa temuan dalam
refleksi tersebut, pada siklus II,
dilakukan
perbaikan-perbaikan
sebagai berikut:

(1) menyederhanakan
dan
memperjelas
skenario
pembelajaran dalam RPP;
(2) mempertegas langkah-langkah
pembelajaran
sesuai
dengan
tahapan dalam teknik pemodelan;
(3) memberikan banyak contoh
pengembangan sistematika teks
pidato sesuai dengan kerangka
pidato.
Siklus II dilaksanakan dengan
menerapkan RPP yang didesain
mengacu
pada
kekurangankekurangan yang ada pada siklus I.
Siklus II dalam penelitian ini
dilaksanakan dalam dua kali tatap
muka untuk lima tahap penulisan.
2. Pelaksanaan
Dari analisis tindakan pada siklus
I, diketahui bahwa siswa telah
mampu menentukan tema, tetapi
belum mampu menentukan tujuan
secara lebih rinci. Meskipun telah
mampu menyusun kerangka dan
pengembangannya, siswa merasa
belum puas atas hasil yang diperoleh.
Untuk mengatasi hal tersebut, pada
tahap prapenulisan ini, dilakukan
beberapa perubahan pada tema,
setting dan status pembicara,
kerangka, dan pengedrafan.
Secara spesifik perubahan pada
siklus 2 itu berbentuk tema
pendidikandi sekolah disepakati dulu
semua siswa, didiskusikan topiktopik pilihan untuk tiap siswa
berdasarkan
hasil
pengamatan
langsung terhadap permasalahan
yang berkaitan dengan tema, setting
dan status pembicara dihilangkan
karena dianggap tidak substansial,
tujuan ditentukan lebih rinci,
kerangka disusun berdasarkan bahan
belajar,
5W+1H,
dan
rubrik
penilaian,
dan
pengedarafan
dilakukan berdasarkan rambu-rambu
pengembangan kerangka pidato

NOSI Volume 1, Nomor 5, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 555

secara efektif, sistematis, dan


komunikatif
dan
dilakukan
berdasarkan
contoh
langsung
pengembangan kerangka.
Kegiatan awal (15 menit)
Pertemuan ini diawali dengan
pengondisian kelas oleh guru untuk
mengikuti pembelajaran. Setelah itu,
guru melakukan pengarahan kepada
siswa bahwa pembelajaran yang
akan
dilakukan
merupakan
kelanjutan
dari
pembelajaran
sebelumnya, yaitu menulis teks
pidato
dengan
teknik
pemodelan.Guru juga mengimbau
siswa agar lebih aktif dalam proses
pembelajaran daripada pertemuan
sebelumnya karena keberhasilan
pembelajaran bukan hanya diukur
dari hasil, tetapi juga proses. Guru
juga
menekankan
pemahaman
kepada siswa akan pentingnya
kompetensi menulis teks pidato.
Kegiatan pada awal pertemuan
tersebut dapat diketahui melalui
dialog berikut ini.
Guru : Assalamu Alaikum W. W.
Siswa: Waalaikum salam W. W.
Guru : Silakan ketua kelas
memimpin berdoa.
Siswa: (Berdoa dengan suara keras
seperti biasanya)
Guru : Bagaimana keadaan kalian,
sehat?
Siswa: Alhamdullillah, sehat, bu?
Guru : (mengabsen, mengecek
kesiapan peralatan kelas)
Guru:Anak-anak,
pembelajaran
pada pertemuan kali ini
merupakan
kelanjutan
pembelajaran yang lalu, yaitu
menulis teks pidato. Proses dan
hasil
pembelajaran
pada
pertemuan yang lalu perlu
ditingkatkan
lagi
karena
kemampuan menulis teks
pidato penting bagi pelatihan

penuangan
ide
maupun
kecakapan
hidup.
Kalau
kompetensi itu terus dilatih dan
dikembangkan,
niscaya
membantu
kita
dalam
kepentingan keseharian, baik
sekarang atau pada masa yang
akan datang. Perlu diketahui
bahwa keberhasilan siswa
dalam suatu pembelajaran
bukan hanya diukur dari
produk
yang
dihasilkan,
melainkan juga dari proses
yang dilalui. Untuk itu, selama
pembelajaran
berlangsung,
hendaknya
kalian
aktif
berdiskusi, bertanya kepada
teman
atau
bu
guru,
menyampaikan ide. Kalau
proses itu berjalan baik,
niscaya teks pidato yang
dihasilkan pun akan baik.
Guru selanjutnya menyampaikan
kompetensi pembelajaran yang harus
dikuasai, yaitu siswa mampu (a)
menentukan topik pidato, (b)
menentukan sasaran pidato, (c)
menentukan tujuan pidato lebih rinci,
(d) menentukan judul pidato, (e)
menentukan kerangka pidato, dan (f)
mengembangkan kerangka pidato.
Kemudian, guru menyampaikan
ruang lingkup materi dan langkahlangkah pembelajaran yang akan
dilakukan siswa.
Kegiatan Inti ( 60 menit)
Pada awal tahap inti ini, siswa
membentuk tim belajar empat orang
seperti pada siklus I. Guru meminta
tiap kelompok menentukan tema
yang kontekstual dan bermanfaat
bagi siswa. Mereka bersepakat
memilih tema pendidikan.
Setelah tema disepakati, tugas tiap
kelompok adalah mendiskusikan
topik-topik bagi tiap-tiap anggota
kelompok
berdasarkan
tema

NOSI Volume 1, Nomor 5, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 556

pendidikan. Pada menit-menit awal,


tampak
kelompok
kesulitan
menemukan
topik-topik
yang
dimaksud. Untuk membantu siswa,
guru
memberikan
pertanyaanpertanyaan penuntun.
Guru : Tema pendidikan yang
kalian kenal biasanya terdapat
di lingkungan apa?
Siswa : Di sekolah.
Guru: Sebutkan permasalahan yang
berkaitan dengan pendidikan di
sekolah.
Siswa: Kebersihan, cara belajar
yang baik, meraih cita-cita,
pramuka, sopan-santun kepada
guru.
Bagus: Bagus! Itulah contoh-contoh
topik yang kalian cari.
Paham?
Siswa: Paham, Pak.
Setelah
itu,
kelompok
melanjutkan mendiskusikan topiktopik pidato yang dipilih bagi tiaptiap anggota. Dari pendataan guru
setelah diskusi berlangsung sepuluh
menit, diketahui bahwa topik-topik
pidato yang dipilih siswa meliputi (a)
cara belajar yang baik (5 siswa), (b)
kebersihan lingkungan sekolah (12
siswa), (c) cara meraih prestasi (1
siswa), (d) cara mempersiapkan UN
(1 siswa), (e) belajar yang
menyenangkan (1 siswa), (f)
pentingnya ketertiban sekolah (1
siswa),
dan
(g)
pencemaran
lingkungan (1 siswa).
Untuk
membantu
siswa
merencanakan penulisan teks pidato,
guru
memberikan
contoh
perencanaan dengan mengambil
model topik Menjaga Kebersihan
Sekolah.
Penekanan
khusus
diberikan pada penentuan tujuan
yang lebih rinci dan penyusunan
kerangka
pidato
yang
lebih
sistematis.
Guru
memberikan

sebagian
contoh
menentukan
sasaran, tujuan dari model topik yang
dipilih dengan mengoptimalkan
prinsip 5W+1H. Setelah contoh
diberikan guru, perencanaan tersebut
harus diselesaikan oleh siswa secara
berdiskusi dan sharing. Untuk
mengonfirmasikan
pemahaman
siswa atas tugas yang diberikan, guru
menugasi siswa mempresentasikan
hasil sharing untuk selanjutnya
diberi umpan balik korektif. Secara
umum,
siswa
telah
mampu
melakukan kegiatan yang diberikan
guru, yang berupa peniruan atas
model guru dan pengurangaan
bantuan untuk mengawali kegiatan
mandiri.
Setelah
siswa
mampu
merencanakan penulisan model topik
yang dicontohkan guru, selanjutnya,
siswa menulis sebuah teks pidato
berdasarkan topik yang telah dipilih.
Pada menit-menit awal bekerja
secara individual dan mandiri,
sebagian besar siswa belum dapat
melepaskan diri dari kelompoknya.
Semangat diskusi masih ditunjukkan
oleh sebagian besar siswa. Setelah
berjalan lima belas menit, enam
belas siswa sudah mulai menyusun
kerangka pidato. Mereka tampak
kesulitan menulis kerangka. Ada
seorang siswa (Wartini) bertanya,
Siswa: Bu, sedap dipandang itu
istilahnya apa?
Guru : Asri.
Untuk membantu kelancaran
siswa dalam menyusun kerangka
pidato,
guru
sekali-sekali
menekankan ulang pemanfaatan
prinsip 5W+1H. Dari pelaksanaan
tugas tersebut diketahui bahwa
meskipun siswa telah mampu
menyusun kerangka, tetapi waktu
yang diperlukan relatif lama.
Selanjutnya,
guru
memberikan
contoh ulang model kerangka pidato

NOSI Volume 1, Nomor 5, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 557

pada siklus I berjudul Persiapan


Lomba Mencarai Jejak seperti pada
Tabel 4.9. Guru memberikan contoh
pengembangan sebagian model
kerangka pidato tersebut. Untuk itu,
siswa diminta mencermati lebih
mendalam contoh pengembangan
sebagian model kerangka tersebut
dengan
memperhatikan
rubrik
penilaian dan prinsip 5W+1H.
Contoh
pengembangan
model
kerangka pidato tersebut, selanjutnya
diselesaikan oleh siswa melalui
diskusi dan sharing antarkelompok.
Setelah draf awal selesai disusun,
siswa diminta melakukan konfirmasi
hasil pekerjaannya dengan guru yang
diteruskan
dengan
kegiatan
mempresntasikan hasil pekerjaannya
tersebut untuk diberi umpan balik
oleh guru.
Setelah
siswa
mencermati,
memahami, dan meniru contoh yang
disajikan
guru,
mereka
mengembangkan kerangka pidato
yang telah disusun. Tugas tersebut
bersifat mandiri dan individual
sehingga
setiap
siswa
bebas
menentukan tempat duduk bekerja.
Sebagian besar siswa mencari tempat
terpisah dari kelompok. Namun
demikian, masih ada satu kelompok
yang
terus
bekerja
dalam
kelompoknya. Setelah berjalan lima
puluh menit pekerjaan siswa pada
tahap penulisan sebagian selesai.
Kegiatan penutup (10 menit)
Guru meminta siswa untuk
menyelesaikan atau melanjutkan
menulis teks pidato di rumah. Guru
menutup pembelajaran memberi
ucapan terima kasih dan salam
penutup.
3. Pertemuan Kedua Siklus II
Bagian ini dilaporkan pelaksanaan
tindakan peningkatan kemampuan

menulis teks pidato dengan teknik


pemodelan secara rinci dari tahap
pendahuluan, kegiatan inti, sampai
kegiatan penutup.
Kegiatan Pendahuluan (15 menit)
Pada tahap ini, kegiatan yang
dilaksanakan adalah pengarahan oleh
guru tentang persiapan menulis teks
pidato serta tugas-tugas membahas
sekilas apa yang telah ditulis siswa
di
rumah.
Setelah
cukup
pengarahan, siswa mengumpulkan
hasil tulisan teks pidato yang telah
mereka kerjakan kepada guru.
Kegiatan Inti (60 menit)
Pada tahap ini, kegiatan yang
dilakukan adalah perevisian hasil
tulisan siswa.Sebagaimana pada
pertemuan-pertemuan sebelumnya.
Setelah mengondisikan kelas, guru
melakukan apersepsi melalui tanya
jawab dengan siswa tentang tugas
menyempurnakan dan menulis teks
pidato di rumah. Para siswa pada
umumnya
telah
mampu
menyempurnakan teks pidatonya dan
menemukan kesalahan sebatas ejaan
dan tanda baca. Melalui tanya jawab
tersebut,
selanjutnya,
guru
menyampaikan tujuan pembelajaran,
yaitu siswa mampu merevisidan
mengedit teks pidato dengan tepat.
Gurukemudian membagikan hasil
tulisan siswa yang berisi contoh teks
pidato yang memuat kesalahan
beserta contoh-contoh perevisian.
Perevisian
menekankan
pada
penemuan dan perbaikan isi draf
yangtidak sesuai dengan kerangka
pidato, antara lain berupa kelebihan
isi, kekurangan isi, ketidaktepatan
isi, atau kesalahan penataan isi.
Perevisian
dilakukan
dengan
membuang isi yang lebih, menambah
isi yang kurang, mengganti isi yang
tidak tepat, dan menata ulang

NOSI Volume 1, Nomor 5, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 558

penataan yang kurang tepat. Adapun,


mengedit lebih menekankan pada
penemuan dan perbaikan mekanik
seperti ejaan, tanda baca, struktur
kalimat, model tulisan, dan lain-lain
pada sebuah teks pidato. Penjelasan
guru ini diikuti dengan contoh
merevisi dan mengedit sebagian
model teks pidato.
Setelah siswa dianggap memiliki
pemahaman tentang merevisi siswa
merevisi hasil tulisannya masing
masing. Selama siswa bekerja, guru
melakukan
pengecekan
hasil
pekerjaan siswa secara berkeliling
dan memberikan umpan balik.
Siswa selanjutnya melakukan
konfirmasi dengan teman satu tim
mengenaihasil
merevisi
dan
mengedit model teks pidato. Jika
mengalami kesulitan, siswa minta
petunjuk
guru.
Berdasarkan
pekerjaan
para
siswa,
guru
memberikan umpan balik korektif,
selanjutnya siswa meneliti kembali
dengan memperbaiki ejaan, struktur
kalimat, serta kelengkapan pokok
pikiran.
Kegiatan Akhir (10 menit)
Dalam tahap ini, kegiatan yang
dilaksanakan adalah siswa dan guru
melakukan refleksi lalu siswa
kembali ke kelas dengan tertib.
4. Pengamatan dan Evaluasi
Pengobservasian tindakan pada
siklus II ini dilakukan terhadap hasil
dan proses pembelajaran siswa
dalam mengikuti penulisan teks
pidato. Pengobservasian terhadap
hasil
pembelajaran
siswa
menggunakan instrumen tes kinerja
yang termuat dalam LKS sedangkan
pengobservasian terhadap proses
pembelajaran
menggunakan
instrumen lembar observasi keaktifan
siswa. Dokumen yang dihasilkan

melalui instrumen tes kinerja berupa


data kuantitatif produk tulisan teks
pidato siswa yang berupa skor dan
nilai pada setiap tahapan proses
penulisan sedangkan dokumen yang
dihasilkan
melalui
instrumen
observasi keaktifan siswa adalah data
kualitatif proses pembelajaran siswa
dalam
hal
aktivitas
belajar,
kreativitas,
rasa
senang,
dan
interaksi.
Data kuantitatif berupa data hasil
pembelajaran
sedangkan
data
kualitatif berupa keaktifan siswa
selama
mengikuti
proses
pembelajaran menulis teks pidato
pada kelima tahap menulis tersebut.
Melalui
data
tersebut,
dapat
diketahui kualifikasi hasil dan proses
pembelajaran siswa yang berupa
kemajuan dan kendala yang dialami
siswa
selama
mengikuti
pembelajaran.
Pada siklus II aktivitas belajar
siswa mencapai skor 3,63 (72,6%)
dari skor maksimal yang diharapkan,
kreativitas mencapai skor 3,75 (75%)
dari skor maksimal yang diharapkan,
rasa senang mencapai 4,38 (87,6%)
dari skor maksimal yang diharapkan,
dan interaksi mencapai 4,38 (87,6%)
dari skor yang diharapkan. Skor ratarata
keempat
aspek
tersebut
mencapai 4,04 (80,8%) dari skor
maksimal yang diharapkan. Setelah
dikonversikal dengan kriteria yang
ditetapkan, skor 4,04 (80,8%)
tergolong kategori sangat baik
dengan tingkat keberhasilan sangat
tinggi. Hal ini berarti bahwa pada
siklus II aktivitas siswa dalam
mengikuti pembelajaran sangat baik
atau sangat tinggi.
4. Refleksi
Refleksi dilaksanakan setelah
selesai
pelaksanaan
tindakan
pembelajaran siklus II. Kegiatan ini

NOSI Volume 1, Nomor 5, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 559

dilaksanakan secara kolaboratif


bersama guru bahasa Indonesia kelas
IX H. Selain itu, juga memperhatikan
respons yang disampaikan oleh siswa
saat refleksi pembelajaran siklus I.
Refleksi
diarahkan
pada
perencanaan/planing;
pelaksanaan
tindakan/implementasi,
hasil
tindakan baik yang berupa proses
maupun yang berupa produk.
Perencanaan pembelajaran yang
digunakan pada siklus II secara
umum sudah cukup baik tetapi perlu
dilakukan perbaikan mengingat
secara kelompok siswa sudah baik.
Kegiatan refleksi terhadap proses
dan produk dari hasil refleksi yang
dilakukan secara kolaboratif dengan
kolaborator
dilakukan
bahwa
tindakan proses pada setiap tahap
sudah dilaksanakan dengan baik
tetapi
masih
perlu
beberapa
perbaikan.
Pada tahap kegiatan inti, karena
siswa telah diberi model oleh guru,
kegiatan siswa juga berubah dimulai
dari pengamatan, mendiskusikan
kekurangan dan kelebihan teknik
pemodelan, membuat teks pidato
seperti model yang dipelajari dan
waktu diskusi harus dibatasi agar
siswa tidak menyalahgunakan waktu
pelajaran yang tersedia.
Kegiatan pembelajaran sangat
didominasi oleh kelompok dan
penilaian mengacu pada kelompok
hal ini bagus, tetapi perlu ada
penilaian secara individu agar setiap
individu meningkatkan aktivitasnya
baik dalam bertanya, merespons,
menanggapi meskipun yang tampil
kelompok sehingga guru harus
memotivasi bahwa disamping nilai
kelompok ada nilai untuk setiap
siswa yang aktivitasnya lebih.
Dari hasil keseluruhan kegiatan
pembelajaran pada siklus II dan hasil
pengamatan yang tergambar pada

penilaian proses baik dan nilai


produk diatas rata-rata,kegiatan
pembelajaran ini berhasil dengan
baik
karena
telah
mencapai
ketuntasan baik secara klasikal
maupun individual dilihat dari
standar ketuntasan minimal dalam
KTSP.
Dengan melihat refleksi siklus 1,
siklus 2, dan rekapitulasi penilaian
produk siswa menulis teks pidato,
dapat
dikatakan
adanya
perkembangan sikap belajar dan
hasil belajar, dari sikap siswa senang
dan tertarik dengan pembelajaran
menggunakan teknik pemodelan.
Dengan
demikian,
dapat
direfleksikan
bahwa
penerapan
teknik
pemodelan
dapat
meningkatkan keterampilan menulis
teks pidato pada siswa kelas IX H
SMP NgoroMojokerto Tahun Ajaran
2012/2013. Dapat dimungkinkan
juga bahwa teknik pemodelan juga
bisa diterapkan pada materi bahasa
Indonesia yang lain sebab teknik
pemodelan cocok digunakan untuk
siswa seusia SMP. Artinya, siswa
SMP bisa berpikir secara efektif jika
dimulai dari sesuatu yang konkret.
Model adalah contoh bahan ajar yang
konkret.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan pada bab sebelumnya
tentang penelitian pembelajaran
menulis
teks
pidato,
dapat
disimpulkanhal-hal sebagai berikut.
(1) Terjadi peningkatan kualitas
hasil pembelajaran menulis teks
pidato siswa kelas IX SMP Negeri
Ngoro Kab. MojokertoTahun
Ajaran 2012/2013melalui teknik
pemodelan.Hal itu ditunjukkan
oleh peningkatanpersentase nilai

NOSI Volume 1, Nomor 5, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 560

ketuntasan klasikal dan nilai ratarata kelasdari siklus Ihingga siklus


II. Pada siklus I, persentase nilai
ketuntasan klasikal meningkat
sebesar 18,18% dari kondisi awal
(27,27%9,09%), pada siklus II
meningkat sebesar 50,00% dari
siklus I (77,27%27,27.Capaian
peningkatan rata-rata persentase
nilai ketuntasan klasikal dalam
tiga siklus sebesar 27,27%.
Adapun, capaian nilai rata-rata
kelas pada siklus I meningkat
sebesar 3,86 poin dari kondisi
awal (67,2763,41), pada siklus II
meningkat sebesar 11,12 poin dari
siklus I (78,3967,27).Capaian
peningkatan rata-rata nilai ratarata kelas dalam tiga siklus
sebesar 6,25 poin.
(2) Terjadi peningkatan kualitas
proses pembelajaran menulis teks
pidato siswa kelas IX SMP Negeri
Ngoro Kab. MojokertoTahun
Ajaran 2012/2013melalui teknik
pemodelan.Hal itu ditunjukkan
oleh adanya peningkatanaktivitas,
kreativitas, rasa senang, dan
interaksi belajar siswa dari
kategori
baik
pada
siklus
I(77,40%) menjadi sangat baik
pada siklus II (80,80%).Dengan
tingkat keberhasilan tinggi pada
siklus I dan sangat tinggi pada
siklus II . Peningkatan rata-rata
nilai proses pembelajaran tiap
siklus sebesar 1,60%.
(3) Peningkatan
kualitas
hasil
pembelajaran
yang
berupa
capaian
nilai
rata-rata
keterampilan
menulis
teks
pidatopada masing-masing tahap
proses penulisan dari siklus
Ihingga siklus II.
(4) Saran
(5) Hasil penelitian menunjukkan
bahwa
terjadi
peningkatan
keterampilan menulis teks pidato

siswa IX SMP Negeri ngoro Kab.


Mojokerto
melalui
teknik
pemodelan. Hal itu ditandai oleh
adanya
peningkatan
kualitas
pembelajaran menulis teks pidato
siswa kelas IX, baik kualitas hasil
maupun
kualitas
proses
pembelajaran. Berkaitan dengan
hal tersebut, demi tetap terjaganya
kualitas pembelajaran, disarankan
hal-hal sebagai berikut.
(6) Perlu disosialisasikan kepada
guru-guru secara intensif tentang
konsep
teknik
pemodelan
sehingga mereka di sekolah dapat
secara
efektif
menggunakan
teknik tersebut dalam setiap
pembelajaran guna mengatasi
kesulitan siswa dalam mencapai
kompetensi pembelajaran
(7) Iklim sekolah yang kondusif
yang
mampu
menciptakan
suasana
senang
dalam
pembelajaran
perlu
terus
dikembangkan oleh
segenap
warga sekolah, khususnya guruguru. Hal itu akan mampu
membentuk budaya belajar yang
positif di kalangan siswa sebagai
salah satu langkah pencapaian visi
dan misi sekolah dalam bidang
pembelajaran.
(8) Dalam pembelajaran menulis,
hendaknya dibiasakan adanya
kegiatan merevisi dan mengedit
tulisan. Hal itu dimaksudkan agar
siswa dan guru secara tegas dapat
membedakan
pengertian
perevisian dan pengeditan yang
selama ini disamakan guna
mendukung
terbentuknya
kompetensi menulis.
(9) Setiap guru bahasa Indonesia
hendaknya mampu menyajikan
pembelajaranmenulis
secara
menarik yang ditandai, antara
lain, oleh timbulnya rasa senang
siswa
dalam
mengikuti

NOSI Volume 1, Nomor 5, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 561

pembelajaran. Hal itu diperlukan


demi mendorong terbentuknya
kompetensi
menulis
yang
bertahan lama pada diri siswa.
(10) Setiap guru bahasa Indonesia
hendaknya memahami adanya
tahap-tahap proses penulisan yang
meliputi
prapenulisan,
pengedrafan,
perevisian,
pengeditan, dan pemublikasian.
Untuk itu, setiap melakukan
pembelajaran menulis hendaknya
pembelajaran
pada
tahapantahapan tersebut selalu dilakukan.
(11) Semangat
gotong-royong
dalam pembelajaran kepada diri
siswa perlu terus dikembangkan
di sekolah melalui diskusi atau
sharinguntuk
mendukung
terbentuknya kemandirian belajar
sebagaimana
yang
telah
dicanangkan dalam visi sekolah.
(12) Untuk melatih keberanian
dan
kreativitas
dalam
pembelajaran,
siswa
perlu
diakrabkan
dengan
kegiatan
presentasi baik di hadapan teman
maupun guru.
(13) Mengingat
bahwa
kompetensi pidato merupakan
salah satu refleksi kemampuan
berpikir dan bernalar yang dapat
menjadi salah satu bentuk
kecakapan hidup, siswa perlu
dibiasakan akrab dengan kegiatan
pidato baik melalui kegiatan
mendengarkan,
berbicara,
membaca, maupun menulis.
DAFTAR PUSTAKA
Adi, Pidekso. 1993. Pola Latihan
Menulis
danPermasalahannyadalam
Pengajaran Menulis di SMA
KabupatenBanyuwangi. Tesistid
ak diterbitkan. Malang: PPS
IKIP Malang.

Akhadiah, Sabarti. 1994.Pembinaan


KemampuanMenulis
bahasa
Indonesia. Jakarta: Erlangga.
Amar, Djen M. 1981. Komunikasi
dan Pidato. Bandung: Penerbit
Alumni.
Anwar, M. Farid. 1987. Teori dan
Praktek Pidato. Surabaya: CV
Amin Surabaya.
Arikunto, Suharjono dan Supardi.
2008.
Penelitian Tindakan
Kelas. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Arikunto. 1998. Prosedur Penelitian
Satu
Pendekatan
Praktek.
Jakarta: Rineka Cipta.
Dahar, Ratna Willis. 1988. Teoriteori
Belajar.
Jakarta:
Depdikbud
Departemen Pendidikan Nasional.
2000. Manajemen Peningkatan
Mutu Berbasis Sekolah. Jakarta :
Proyek Peningkatan Mutu SLTP
Jakarta
Depdiknas. 2002.
Pendekatan
Kontekstual
(Contextual
Teaching and Lerning). Jakarta:
Depdiknas.
Djago,
Tarigan,
dkk.
2006.
Pendidikan
Keterampilan
Berbahasa. Jakarta: Universitas
Terbuka.
Firmasnyah. 2003. Panduan Lengkap
Pidato. Jawa Timur: Galaxi
Gabri.
2011.
Yogyakarta:
Publising.

Seni

Pidato.
Cemerlang

Gredler, Margaret E. Bell. 1991.


Belajar
dan
Membelajarkan (Diterjemahkan
Munandir). Jakarta: Penerbit
Rajawali.
H. Rahardjo, Sri. 2007. Pembahasan
Tuntas Kompetensi 2007

NOSI Volume 1, Nomor 5, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 562

Hadinegoro. 2003.
Teknik seni
Berpidato Mutakhir (Dalam
Teori dan Praktek). Yogyakarta:
Absolut.
http://definisipengertian.blogspot.co
m/2010/12/pngertianpidato.html
http://organisasi.org/pengertian
pidato tujuan sifat metode
susunan dan persiapan-pidatosambutan
http://organisasi-org/pengertianpidato-tujuan-sifat-metodesusunan-dan-persiapan-pidatosambutan
http://www.isdaryanto.com/kumpula
n-contoh-pidato-lengkap
Maidar, G. 1998. Pembinaan
Kemampuan Berbicara Bahasa
Indonesia. Jakarta: Erlangga.
Oka, D. Djoehana. 2002. Pemodelan
(Modeling). Makalah
dalam
Pelatihan TOT Guru Mata
Pelajaran Bahasa Indonesia.
Putri Pandan Wangi. 2009. Bukan
Pidato Biasa. Yogyakarta.
Rahmat, Jalaludin. 2010 Retorika
Modern. Bandung:PT Remaja
Rosda Karya.
Rohman,Abduldkk.2010.
PidatoDuaBahasa
(InggrisIndonesia).
Surabaya:PustakaAgungHarapan
Rumpoko, Hadi. 2012. Panduan
Pidato Luar Biasa. Yogyakarta:
MegaBooks.

Sudiana, I Nyoman. 2007. Retorika


Bertutur Efektif. Jawa Timur:
Asri Press.
Suyatno.
2005.
Menjelajah
Pembelajaran Inovatif. Jakarta:
Grasindo.
Syafi ie, Imam. 1988. Retorika
dalam
Menulis.
Jakarta:
Depdikbud.
Tarigan, Djago dan Henry Guntur
Tarigan.
1987.
Teknik
Pengajaran
Keterampilan
Berbahasa. Bandung: Angkasa.
Tarigan,
Djago
Dkk.
1998.Pengembangan
Keterampilan
Berbicara.Jakarta:
Depdikbud
bagian
Proyek
Penataran Guru SLTP Setara D
III.
Tarigan,Henry
Guntur.MenulisSebagai
suatu
Keterampilan
Berbahasa.
Bandung: Angkasa.
Tarigan,
Henry
guntur.
1984.Berbicara Sebagai Salah
Satu Keterampilan Berbahasa.
Bandung: Angkasa.
Trianto. 2007.
Model-Model
Pembelajaran
Inovatif
Berorientasi
Konstruktivistik.
Jakarta: Prestasi Pustaka.
Trianto.2007.Pembahasan
Tuntas
Kompetensi Bahasa Indonesia.
Jakarta:Erlangga.
Wiyanto, Asul. 2006. Terampil
Pidato. Jakarta: PT. Grasindo.

Sagala, Syaiful. 2005. Konsep dan


Makna Pembelajaran. Bandung:
Alfabeta.
Semi, M. Atar. 1992. Terampil
Berpidato. Bandung: Titian
Ilmu.
NOSI Volume 1, Nomor 5, Agustus 2013 ___________________________Halaman | 563

Anda mungkin juga menyukai