Anda di halaman 1dari 29

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA

TENTANG KETERAMPILAN MENULIS SURAT RESMI


PADA PESERTA DIDIK KELAS VI MELALUI PENERAPAN
PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL)
SDN JOGLO 07 PETANG
TAHUN PELAJARAN 2017/2018

Diana
819998103
Dianacantikdoang123@gmail.com

ABSTRAK

Latar belakang masalah dalam penelitian ini adalah rendahnya hasil


belajar keterampilan yang kurang dimiliki peserta didik dalam membuat
surat resmi. Tujuan penelitian ini untuk meningkatkan kemampuan teknik
menulis surat resmi dalam pembelajaran Bahasa Indonesia dengan
menggunakan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL).
Subjeknya adalah seluruh peserta didik kelas VI SDN Joglo 07 Petang
sebanyak 30 peserta didik. Tempat penelitian di SDN Joglo 07 Petang
kelas VI Jl. Komplek DKI Rt. 002/08 Kecamatan kembangan Jakarta
Barat. Waktu penelitian selama kurang lebih 2 bulan (Februari s.d Maret).
Desain prosedur perbaikan pembelajaran yang dilaksanakan dalam 3
siklus. Teknik pengumpulan data hasil belajar menggunakan tes. Hasil
perbaikan pembelajaran siklus I nilai tertinggi 100 dan nilai terendah 50
dengan nilai rata-rata 69,33 dan ketuntasan belajar sebesar 43,33%. Hasil
belajar perbaikan pembelajaran siklus II nilai tertinggi 100 dan nilai
terendah 60 dengan nilai rata-rata 77,33 dan ketuntasan belajar sebesar
80%. Hasil belajar perbaikan pembelajaran siklus III nilai tertinggi 100
dan nilai terendah 60 dengan nilai rata-rata 80 dan ketuntasan belajar
sebesar 96,67%. Dari data di atas dapat di simpulkan bahwa penggunaan
pendekatan CTL pada konsep Bahasa Indonesia dapat meningkatkan hasil
belajar.
Kata Kunci : Hasil belajar, Bahasa Indonesia, Pendekatan CTL

PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Bahasa adalah salah satu kemampuan dasar yang paling pokok dalam
berkomunikasi sehari-hari. Bahasa juga sangat mempengaruhi seseorang dalam
memberi dan menerima sebuah informasi dengan orang lain. Selain itu bahasa
juga sangat berperan dalam proses belajar mengajar, terutama sebagai alat

1
penyampaian informasi dan ilmu baik dari guru ke peserta didik dan sebaliknya,
ataupun dari sumber-sumber ilmu lainnya. Karena itu bahasa merupakan hal yang
sangat penting dan tidak dapat diabaikan serta dipisahkan terutama dalam
kehidupan manusia (Rahim, 2008:1). Tarigan (2008:1) mengemukakan bahwa
keterampilan berbahasa dalam kurikulum di sekolah dasar mencakup empat
aspek, yaitu : keterampilan menyimak/mendengar (listening skills); keterampilan
berbicara (speaking skills); keterampilan membaca (reading skills); keterampilan
menulis (writing skills). Keempat keterampilan tersebut saling berhubungan.
Berdasarkan pengamatan penulis terhadap pelaksanaan pembelajaran
menulis surat resmi pada kelas VI SDN Joglo 07 Petang tidak sesuai dengan
kompetensi yang diharapkan sebagaimana tertulis di kurikulum. Sesuai dengan
kenyataan yang ada, pelaksanaan pembelajaran menulis surat resmi kelas VI SDN
Joglo 07 Petang, peserta didik belum mampu menulis surat resmi. Terdapat 60 %
peserta didik dari 30 peserta didik yang tidak mencapai KKM yang telah
ditentukan, sisanya 40% masih dibawah KKM (70). Hal tersebut dapat
disimpulkan bahwa keterampilan menulis peserta didik dalam menulis surat resmi
masih rendah.
Rendahnya keterampilan peserta didik dalam menulis surat resmi
disebabkan oleh : (1) peserta didik belum memahami bagian-bagian surat
resmi; (2) peserta didik belum dapat membedakan antara pembuatan surat
resmi dan surat pribadi; (3) penggunaan bahasa yang kurang tepat; (4)
penggunaan huruf kapital, tanda baca dan bentukan kata. Faktor di atas
menyebabkan peserta didik pasif dalam pembelajaran sehingga pembelajaran
bersifat teacher center. Hal ini disebabkan dalam pelaksanaan pembelajaran masih
bersifat konvensional.
Menurut Sardiman (2014: 23) “belajar adalah perubahan tingkah laku, dan
terjadi karena hasil pengalaman”. Sejalan dengan itu, Iskandar (2012: 102)
mengatakan “belajar merupakan usaha yang dilakukan seseorang melalui interaksi
dengan lingkungannya untuk merubah perilakunya”.
Berdasarkan pengamatan dalam proses pembelajaran Bahasa Indonesia di
SDN Joglo 07 Petang kelas VI, peserta didik cenderung pasif, diam dan kurang

2
inisiatif tanpa adanya suatu pembelajaran yang nyata dan tanpa kerja praktek
langsung yang hanya bersifat teoristik saja. Sehingga hasil belajar yang di peroleh
kurang memuaskan.
Hal ini tentu saja menjadi tantangan dan tanggung jawab peneliti untuk
mencari akar permasalahan. Dari permasalahan yang ada akan dikaji
pemecahannya sehingga hasil belajar peserta didik sesuai dengan harapan.

Identifikasi Masalah
Setelah kami mengevaluasi dan mengamati hasil belajar peserta didik,
serta mengingat kembali proses pembelajaran, maupun melihat catatan harian
evaluasi pada akhir pelajaran Bahasa Indonesia, ternyata hasil belajar peserta
didik masih banyak masalah yang perlu diperbaiki dan ditingkatkan. Masalah -
masalah tersebut diantaranya yaitu: a) hasil evaluasi belajar peserta didik dalam
tes formatif tidak sesuai dengan yang diharapkan, b) motivasi belajar peserta
didik yang rendah, c) kurang mampunya peserta didik dalam mencari dan
menemukan pengetahuan atau konsep tentang membuat surat resmi, d) rendahnya
keberanian peserta didik dalam memberikan pendapat sesuai dengan
pengetahuan yang dimiliki. Dari hasil pengamatan dapat diperoleh data yang
menunjukan bahwa keberhasilan belajar peserta didik sangat rendah, e)
keterampilan yang kurang dimiliki peserta didik dalam membuat surat resmi.

Analisis Masalah
Berdasarkan analisis di atas, masalah-masalah yang teridentifikasi tersebut
disebabkan oleh: a) kurang bervariasinya cara mengajar dan strategi guru pada
pelajaran Bahasa Indonesia, b) peserta didik kurang dilibatkan pada pembelajaran
pelajaran Bahasa Indonesia di kelas, c) kurang bervariasi dan tidak relevan
strategi pembelajaran yang digunakan guru, d) penjelasan guru yang kurang
lengkap dan rinci sehingga sulit dimengerti oleh peserta didik untuk mendapatkan
nilai hasil belajar, e) guru belum terampil memilih metode atau pendekatan yang
sesuai dengan pembelajaran.

3
Alternatif dan Prioritas Pemecahan Masalah
Dalam menulis surat resmi, peserta didik mengalami kesulitan dalam
penggunaan bahasa. Lemahnya kemampuan menulis surat resmi peserta didik
disebabkan sebagian besar peserta didik kurang berminat mengikuti pelajaran
Bahasa dan Sastra Indonesia. Pembelajaran dengan pendekatan Contextual
Teaching and Learning (CTL) diharapkan dapat dijadikan sebagai strategi untuk
meningkatkan kemampuan menulis peserta didik. Pendekatan kontekstual
merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang
diajarkan dengan situasi dunia nyata peserta didik dan mendrong peserta didik
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya
dalam kehidupan sehari-hari. Proses pembelajaran berlangsung alamiah dalam
bentuk kegiatan peserta didik bekerja dan mengalami. Guru bertugas sebagai
pengarah dan pembimbing agar peserta didik mencapai tujuannya. Guru lebih
banyak berurusan dengan strategi dari pada memberi informasi.
Menurut Anisa (2009) ada beberapa kelebihan dalam pendekatan CTL,
yaitu: a) pembelajaran lebih bermakna, artinya peserta didik melakukan sendiri
kegiatan yang berhubungan dengan materi yang ada sehingga peserta didik
dapat memahaminya sendiri, b) pembelajaran lebih produktif dan mampu
menumbuhkan penguatan konsep kepada peserta didik karena pendekatan CTL
menutut peserta didik menemukan sendiri bukan menghafal, c) menumbuhkan
keberanian peserta didik mengemukakan pendapat tentang materi yang dipelajari,
d) menumbuhkan rasa ingin tahu tentang materi yang dipelajari dengan
bertanya kepada guru, e) menumbuhkan kemampuan dalam bekerjasama
dengan teman yang lain untuk memecahkan masalah yang ada, f) peserta dapat
membuat kesimpulan sendiri kegiatan pembelajaran.

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah penelitian adalah “
Upaya bagaimana meningkatkan hasil belajar peserta didik pada Bahasa Indonesia
tentang keterampilan membuat surat resmi dengan pendekatan Contextual
Teaching and Learning (CTL) di kelas VI SDN Joglo 07 Petang ?“

4
Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Tujuan penelitian perbaikan pembelajaran adalah a) meningkatkan
kemampuan teknik menulis surat resmi dalam pembelajaran Bahasa Indonesia
dengan menggunakan pendekatan CTL pada peserta didik kelas VI SDN Joglo 07
Petang, b) meningkatkan kemampuan menuangkan ide (isi surat) dalam
pembelajaran Bahasa Indonesia dengan menggunakan pendekatan CTL pada
peserta didik kelas VI SDN Joglo 07 Petang, c) meningkatkan kemampuan
menulis surat resmi secara sistematis dalam pembelajaran Bahasa Indonesia
dengan menggunakan pendekatan CTL pada peserta didik kelas VI SDN Joglo 07
Petang.

Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran


Hasil penelitian bermanfaat bagi peserta didik untuk meningkatkan
kemampuan peserta didik dalam memahami dan keterampilan membuat surat
resmi, peserta didik dapat termotivasi dalam pembelajaran sehingga mengurangi
kebosanan dalam belajar, meningkatkan hasil belajar peserta didik, dan
meningkatkan keaktifan dan konsentrasi peserta didik dalam pembelajaran. Bagi
guru untuk memperbaiki kualitas/mutu kegiatan pembelajaran yang dikelolanya,
menguasai penyusunan PKP, sebagai sarana perbaikan kinerja guru untuk dapat
mengembangkan penggunaan metode pembelajaran, menambah pengetahuan,
wawasan, dan pengalaman bagi guru, meningkatkan kreatifitas guru dalam
membuat model pembelajaran yang efektif, efisien dan variatif, meningkatkan
profesionalisme guru. Bagi pihak sekolah manfaatnya yaitu untuk peningkatan
pengetahuan guru tentang PKP dan bagaimana melakukan penelitian, akan
berpengaruh besar terhadap mutu pendidikan yang secara langsung akan
meningkatkan mutu pendidikan di SDN Joglo 07 Petang, memberi masukan
kepada penyelenggara sekolah dalam upaya memperbaiki dan merumuskan
program sekolah ke depan, membantu sekolah untuk maju dan berkembang dalam
meningkatkan mutu pembelajaran dan mutu pendidikan dimasa yang akan datang,
meningkatkan kualitas belajar secara umum.. Bagi peneliti manfaatnya dapat

5
menggunakan penelitian ini sebagai bahan referensi, bahan rujukan, dan bahan
pertimbangan untuk mengembangkan penelitian ke depan.

TINJAUAN PUSTAKA
Hasil Belajar
Definisi Hasil Belajar
Belajar adalah suatu kata yang tidak asing lagi bagi semua orang
terutama bagi para pelajar. Kegiatan belajar merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari semua kegiatan mereka dalam menuntut ilmu di lembaga
pendidikan formal. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2013: 7) “belajar merupakan
tindakan dan perilaku yang kompleks. Sebagai tindakan, maka belajar hanya
dialami oleh siswa sendiri. Siswa adalah penentu terjadinya atau tidak terjadinya
proses belajar”.
Menurut Sardiman (2014: 23) “belajar adalah perubahan tingkah laku, dan
terjadi karena hasil pengalaman”. Sejalan dengan itu, Iskandar (2012: 102)
mengatakan “belajar merupakan usaha yang dilakukan seseorang melalui interaksi
dengan lingkungannya untuk merubah perilakunya”. Kurniawan (2014: 4)
mengatakan “belajar itu sebagai proses aktif internal individu dimana melalui
pengalamannya berinteraksi dengan lingkungan menyebabkan terjadinya
perubahn tingkah laku yang relatif permanen”. Sedangkan, menurut Djamarah
(2011: 13) “belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga untuk memperoleh
suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam
interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan
psikomotor”.
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
merupakan suatu penilaian akhir dari proses dan pengenalan yang telah dilakukan
berulang-ulang. Serta akan tersimpan dalam jangka waktu lama atau bahkan tidak
akan hilang selama-lamanya karena hasil belajar turut serta dalam membentuk
pribadi individu yang selalu ingin mencapai hasil yang lebih baik lagi sehingga
akan merubah cara berpikir serta menghasilkan perilaku kerja yang lebih baik.

6
Indikator-indikator Hasil Belajar
Hasil belajar dapat dikatakan berhasil apabila telah mencapai tujuan
pendidikan. Tujuan pendidikan berdasarkan hasil belajar peserta didik secara
umum dapat diklasifikasikan menjadi tiga ranah, yaitu: kognitif, aspek afektif, dan
aspek psikomotorik.
Ranah kognitif. Menurut penggolongan tujuan ranah kognitif oleh Bloom
(Dimyati dan Mudjiono, 2013 : 202-204) yaitu : (1) mengingat, (2) memahami /
mengerti, (3) menerapkan, (4) menganalisis, (5) mengevaluasi, dan (6)
menciptakan
Ranah afektif. Tujuan ranah afektif berhubungan dengan hierarki perhatian,
sikap, penghargaan, nilai, perasaan, dan emosi. Kratwohl, Bloom, dan Masia
mengemukakan taksonomi tujuan ranah kognitif meliputi lima kategori yaitu
menerima, merespons, menilai, mengorganisasi, dan karakterisasi.
Ranah psikomotorik. Tujuan ranah psikomotorik berhubungan dengan
keterampilan motorik, manipulasi benda atau kegiatan yang memerlukan
koordinasi badan. Kibler, Barket, dan Mil (Dimyati dan Mudjiono, 2013 : 202-
204) mengemukakan taksonomi ranah psikomotorik meliputi gerakan tubuh yang
mencolok, ketepatan gerakan yang dikoordinasikan, perangkat komunikasi
nonverbal, dan kemampuan berbicara.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar


Menurut Munadi (Rusman 2013: 124) faktor-faktor yang mempengaruhi
hasil belajar dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu faktor internal dan
faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang ada dalam individu yang
sedang belajar, sedangkan faktor eksternal faktor yang ada di luar individu.
Faktor-faktor intern ini meliputi kesehatan, intelegensi, minat dan motivasi, dan
tata cara belajar. Sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi hasil belajar ini
meliputi lingkungan keluarga, lingkungan sekolah (seperti kompetensi guru serta
metode dan media pembelajaran yang digunakan oleh guru), lingkungan
masyarakat, dan lingkungan sekitar.
Kedua faktor tersebut saling memengaruhi dalam proses individu sehingga
menentukan kualitas hasil belajar. Tugas guru adalah membangkitkan semangat

7
belajar peserta didik dan meningkatkan partisipasi mereka dengan cara
menciptakan komunikasi dua arah. Oleh karena itu, guru yang profesional harus
berusaha mendorong peserta didik agar belajar dengan baik.

Pembelajaran Bahasa Indonesia


Definisi Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia mempunyai kedudukan sebagai bahasa nasional dan
bahasa negara. Kedudukan Bahasa Indonesia sebagai bahasa negara ia berfungsi
sebagai bahasa pengantar di lembaga-lembaga pendidikan, sebagai pengembang
kebudayaan, sebagai pengembang ilmu pengetahuan dan teknologi, serta sebagai
alat perhubungan dalam kepentingan pemerintahan dan kenegaraan. (Slamet
2008:5). Menurut Tarigan (2008:3), Keterampilan menulis adalah salah satu
keterampilan berbahasa yang produktif dan ekspresif yang dipergunakan untuk
berkomunikasi secara tidak langsung dan tidak secara tatap muka dengan pihak
lain. Sedangkan menurut Suparno dan Mohammad Yunus (2008:1.3),
keterampilan menulis merupakan kegiatan menyampaikan pesan (komunikasi)
dengan menggunakan bahasa tulis sebagai media atau alatnya.

Kurikulum Bahasa Indonesia


Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah sebuah kurikulum
operasional pendidikan yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-masing satuan
pendidikan di Indonesia. KTSP secara yuridis diamanatkan oleh Undang-Undang
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
Penyusunan KTSP oleh sekolah di mulai tahun ajaran 2007/2008 dengan mengacu
pada Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) untuk pendidikan dasar
dan menengah sebagaimana yang diterbitkan melalui Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional masing-masing Nomor 22 Tahun 2006 dan Nomor 23 Tahun 2006, serta
Panduan Pengembangan KTSP yang dikeluarkan oleh BSNP.
Bahasa Indonesia mempunyai kedudukan sebagai bahasa nasional dan bahasa
negara. Kedudukan Bahasa Indonesia sebagai bahasa negara ia berfungsi sebagai
bahasa pengantar di lembaga-lembaga pendidikan, sebagai pengembang kebudayaan,

8
sebagai pengembang ilmu pengetahuan dan teknologi, serta sebagai alat perhubungan
dalam kepentingan pemerintahan dan kenegaraan. (Slamet 2008:5).

Pendekatan CTL
Definisi Pendekatan CTL
Pendekatan CTL menempatkan peserta didik dalam konteks bermakna yang
menghubungkan pengetahuan awal peserta didik dengan materi yang sedang
dipelajari dan sekaligus memperhatikan faktor kebutuhan individual peserta didik
dan peran guru. CTL adalah sebuah sistem yang merangsang otak untuk menyusun
pola-pola yang mewujudkan makna. CTL adalah suatu sistem pengajaran yang
cocok dengan otak yang menghasilkan makna dengan menghubungkan muatan
akademis dengan kehidupan sehari-hari peserta didik (Johnson, 2006: 65).

Prosedur Terhadap Pendekatan CTL


Menurut Trianto (2009: 111) menjelaskan langkah-langkah pembelajaran
kontekstual sebagai berikut: a) mengembangkan pemikiran anak bahwa anak akan
belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan
mengonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya, b) melaksanakan
sejauh mungkin kegiatan inquiry semua topik, c) mengembangkan sifat ingin tahu
peserta didik dengan bertanya, d) menciptakan masyarakat belajar (belajar dalam
kelompok- kelompok), e) menghadirkan model sebagai contoh pembelajaran, f)
melakukan refleksi diakhir pertemuan, g) melakukan penilaian yang sebenarnya
dengan berbagai cara.

Komponen Pendekatan CTL


Pembelajaran kontekstual memiliki tujuh komponen utama yang harus
dikembangkan menurut Ditjen Dikdasmen (Hernawan, dkk., 2007: 158-160)
sebagai berikut: a) kontruktivisme (Contructivisme), b) menemukan (Inquiry), c)
bertanya (Questioning), d) masyarakat Belajar (Learning Community), e)
Pemodelan (Modeling), f) Refleksi (Reflection), g) Penilaian Sebenarnya
(Authentic Assessment)

9
Karakteristik Pendekatan CTL
Menurut Komalasari (2013: 13-15), karakteristik pendekatan CTL adalah
sebagai berikut: a) keterkaitan (relating), b) pengalaman langsung (experiencing),
c) aplikasi (applying), d) kerja sama (cooperating), e) pengaturan diri (self-
regulating), f) Asesmen autentik (authentic assessment).

Kelebihan dan Kekurangan Pendekatan CTL


Menurut Anisa (2009) ada beberapa kelebihan dalam pendekatan CTL, yaitu:
a) pembelajaran lebih bermakna, artinya peserta didik melakukan sendiri kegiatan
yang berhubungan dengan materi yang ada sehingga peserta didik dapat
memahaminya sendiri, b) pembelajaran lebih produktif dan mampu
menumbuhkan penguatan konsep kepada peserta didik karena pembelajaran
kontekstual menutut peserta didik menemukan sendiri bukan menghafal, c)
menumbuhkan keberanian peserta didik mengemukakan pendapat tentang materi
yang dipelajari, d) menumbuhkan rasa ingin tahu tentang materi yang
dipelajari dengan bertanya kepada guru, e) menumbuhkan kemampuan dalam
bekerjasama dengan teman yang lain untuk memecahkan masalah yang ada, f)
peserta didik dapat membuat kesimpulan sendiri kegiatan pembelajaran.

Sedangkan menurut Dzaki (2009) ada beberapa kelemahan dalam


pendekatan CTL, yaitu: a) bagi peserta didik yang tidak dapat mengikuti
pembelajaran, tidak mendapatkan pengetahuan dan pengalaman yang sama
dengan teman lainnya karena peserta didik tidak mengalami sendiri, b) perasaan
khawatir pada anggota kelompok akan hilangnya karakteristik siswa karena harus
menyesuaikan dengan kelompoknya, c) banyak peserta didik yang tidak senang
apabila disuruh bekerjasama dengan yang lainnya, karena peserta didik yang
tekun merasa harus bekerja melebihi peserta didik yang lain dalam kelompoknya.

Karakteristik Perkembangan Peserta Didik


Peserta didik SD termasuk peserta didik yang memerlukan perhatian
khusus. Hal ini karena usianya yang majemuk dan sedang memasuki masa-masa
perkembangan. Piaget (Lusi Nuryanti, 2008: 20-22) mengemukakan tahap-tahap
perkembangan kognitif peserta didik, yaitu: 1) periode sensori motor (lahir), 2)

10
Periode Pra-operasional konkrit (2-7 tahun), 3) periode operasional konkrit (7-11
tahun), 4. Periode Operasional Formal (11-15 tahun).

Penelitian Terdahulu
Penelitian Asih (2012) menunjukkan bahwa melalui pembelajaran
pendekatan CTL pada mata pelajaran Bahasa Indonesia meningkatkan aktivitas
belajar peserta didik dan dapat melibatkan peserta didik secara aktif dan kreatif,
serta menimbulkan motivasi belajar. Hasil ini sesuai dengan temuan Supatmi
(2010) menunjukkan bahwa melalui pembelajaran pendekatan CTL pada mata
pelajaran Bahasa Indonesia meningkatkan aktivitas belajar peserta didik dan dapat
melibatkan peserta didik secara aktif dan kreatif, serta menimbulkan motivasi
belajar.

Kerangka Berpikir
Pemahaman materi yang disampaikan oleh guru pada anak didik
merupakan sasaran pembelajaran, dan merupakan salah satu syarat mengetahui
keberhasilan dalam meningkatkan hasil belajar. Mata pelajaran Bahasa Indonesia
pada kelas VI Semester II SDN Joglo 07 Petang Kecamatan Kembangan
Kabupaten Jakarta Barat, pada pokok bahasan menulis surat resmi belum
mampu menguasai materi karena banyak kekurangan yang masih ada,
diantaranya: takut dengan mata pelajaran, banyak anak yang masih
menyepelekan materi, malu untuk maju atau bertanya pada guru, dan masih
banyak yang lainnya. Untuk mencapai nilai rata-rata yang masih kurang dari
ketentuan ketuntasan minimal, maka guru lebih sering mengadakan tanya jawab,
tugas, dan latihan. Selain itu pengguanaan pendekatan CTL dan alat peraga
digunakan untuk menjelaskan sesuatu yang abstrak menjadi kongkret, dapat
menjelaskan pada anak agar mudah dipahami.

Hipotesis
Berdasarkan uraian di atas, hipotesis tindakan adalah “Pendekatan CTL
dapat meningkatkan hasil belajar Bahasa Indonesia pada peserta didik kelas VI
SDN Joglo 07 Petang Tahun Pelajaran 2017/ 2018.”

11
PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN
PEMBELAJARAN
Subyek, Tempat, Waktu, dan Pihak yang Dilibatkan dalam
Penelitian
Subjek penelitian ini adalah peserta didik kelas VI SDN Joglo 07 Petang
yang berjumlah 30 peserta didik. Peneliti memfokuskan pada perbaikan
pembelajaran pada pelajaran Bahasa Indonesia kelas VI semester II terutama pada
materi menulis surat resmi. Tempat pelaksanaan penelitian dilakukan pada kelas
VI di SDN Joglo 07 Petang yang terletak di Jalan Komplek DKI kelurahan Joglo,
Kecamatan Kembangan, Jakarta Barat. Penelitian dilaksanakan pada bulan
Februari 2017 dengan tahapan kegiatan perbaikan pembelajaran siklus I (22
Februari 2018), perbaikan pembelajaran siklus II dan (1 Maret 2018), dan
perbaikan pembelajaran siklus III (8 Maret 2018).

Pihak yang dilibatkan dalam penelitian perbaikan pembelajaran ini yaitu


supervisor 1 sebagai tutor MK PKP, supervisor 2 sebagai pengamat pelaksanaan
perbaikan pembelajaran, peserta didik sebagai subjek layanan, dan kepala sekolah
sebagai penanggung jawab pendidikan di tingkat satuan pendidikan.

Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran


Desain prosedur perbaikan pembelajaran menggunakan penelitian
tindakan kelas model Kemmis dan McTaggart (Wardhani dkk., 2014:20) meliputi
empat tahap yaitu: perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Pelaksanaan
perbaikan pembelajaran dilaksanakan dalam tiga siklus.

12
Langkah-langkah Penelitian Tindakan Kelas ( PTK) yang dilakukan dalam
penelitian ini sebagai berikut:

Perbaikan Pembelajaran Siklus I

Perencanaan
Adapun yang dipersiapkan peneliti dalam perbaikan pembelajaran siklus
I ini adalah : 1) menyusun Rencana Perbaikan Pembelajaran dengan membuat
pokok bahasan menulis surat resmi, 2) melakukan tanya jawab, 3) menyusun alat
evaluasi.

Pelaksanaan Tindakan
Dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas pada hari Kamis, 22 Februari
2018 dengan menggunakan pendekatan CTL pada Siklus I dilaksanakan dengan
langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut :
1) Kegiatan Awal: a) mengecek kesiapan belajar peserta didik, b) menyampaikan
tujuan pembelajaran yang akan dicapai. 2) Kegiatan inti: a) Guru menunjukkan
contoh surat resmi yang berkaitan dengan materi. (Pemodelan), b)uru menjelaskan
pengertian surat resmi dan surat tidak resmi, c) Peserta didik diberi kesempatan
menyampaikan pendapat tentang kegiatan yang telah dilakukan. (Refleksi), d)
Guru memberikan tes tertulis dan membahas hasil tes (Penilaian Nyata). 3)
Kegiatan penutup: a) Peserta didik mengerjakan soal evaluasi, b) Guru menilai
hasil kerja peserta didik (Penilaian autentik).

Pengamatan
Hasil evaluasi pada tes akhir yang dikerjakan peserta didik langsung
diadakan penilaian dan guru menganalisis hasil evaluasi untuk mengetahui
tingkat keberhasilan peserta didik dalam perbaikan pembelajaran siklus I.

Refleksi
Nilai perbaikan pembelajaran siklus I belum sesuai dengan yang
diharapkan. Guru sudah melaksanakan langkah-langkah pembelajaran sesuai
dengan rencana. Kami merefleksi atas tindakan yang telah dilaksanakan yang
kemudian diskusikan dengan teman sejawat. Setelah dilakukannya identifikasi
dan analisis masalah, kami temukan penyebab kegagalannya adalah penggunaan

13
metode ceramah dan evaluasi individu saja kurang tepat diterapkan dalam
keterampilan menulis surat resmi di kelas VI SDN Joglo 07 Petang. Pada
kegiatan perbaikan pembelajaran siklus II. penulis mencoba dengan konsep
perbaikan yang berbeda dari siklus I, yaitu dengan menambahkan tugas kelompok
(masyarakat belajar) .

Perbaikan Pembelajaran Siklus II

Perencanaan
Berdasarkan hasil refleksi pada siklus I pembelajaran Bahasa Indonesia
tentang tentang tehnik dalam membuat surat resmi maka, dilakukan rencana
perbaikan tindakan sebagai berikut :1) membuat Rencana Perbaikan Pembelajaran
(RPP)yang memuat pokok bahasan, tujuan pembelajaran khusus, tujuan
pendidikan, langkah-langkah pembelajaran dan diakhiri dengan evaluasi, 2)
mempersiapkan contoh surat resmi, 3) mengamati keaktifan peserta didik dalam
proses pembelajaran, 4) mengadakan tes akhir, 5) mempersiapkan pedoman
observasi, 6) menganalisa hasil tes, 7) mengadakan refleksi hasil pembelajaran
yang dilakukan dan dilanjutkan dengan berdiskusi dengan teman sejawat.

Pelaksanaan Tindakan
Dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas pada hari Kamis, 22 Februari 2018
dengan menggunakan pendekatan CTL pada Siklus I dilaksanakan dengan langkah-
langkah pembelajaran sebagai berikut : 1) Kegiatan Awal: a) mengecek kesiapan
belajar peserta didik, b) melakukan apersepsi dengan memberi pertanyaan
yang berkaitan dengan materi dan peserta didik dijelaskan tentang
pendekatan CTL yang akan dilakukan, c) menyampaikan tujuan pembelajaran
yang akan dicapai. 2) Kegiatan inti: a) Guru menunjukkan contoh surat resmi
yang berkaitan dengan materi. (Konstruktivisme), b) guru mengajukan
pertanyaan yang mengarah ke materi. (Bertanya), c) Peserta didik diberi
kesempatan menyampaikan jawaban sesuai pengetahuannya.( Konstruktivisme),
d) Guru mendengarkan, merangkum, dan membahas jawaban- jawaban
peserta didik, e) Kelas dibagi menjadi 4 - 5 kelompok. (Masyarakat belajar), f)
Peserta didik mencatat hasil kegiatan diskusi yang mereka lakukan dengan
panduan LKS. (Inquiry), g)Setiap kelompok mempresentasikan hasil diskusi

14
kelompoknya, h) Peserta didik bersama-sama guru membahas hasil diskusi
kelompok, i) Tanya jawab antar kelompok dan guru tentang hasil diskusi
kelompok. (Bertanya), j) Peserta didik diberi kesempatan menyampaikan
pendapat tentang kegiatan yang telah dilakukan. (Refleksi). 3) kegiatan penutup:
a) peserta didik mengerjakan soal evaluasi, b) Guru menilai hasil kerja peserta
didik, laporan praktikum, dan kinerja peserta didik saat praktek/presentasi.
(Penilaian autentik)

Pengamatan
Sebagaimana halnya siklus I, pada kegiatan perbaikan pembelajaran siklus
II pun hasil evaluasi pada tes akhir yang dikerjakan peserta didik langsung
diadakan penilaian dan guru menganalisa hasil evaluasi untuk mengetahui tingkat
keberhasilan peserta didik dalam pendekatan CTL.

Refleksi
Hasil refleksi pelaksanaan perbaikan pembelajaran siklus II yang
dilakukan bersama antara guru peneliti, supervisor 2, dan perwakilan peserta didik
adalah sebagai berikut: 1) Hasil rata-rata kelas berdasarkan rekap nilai peserta
didik mata pelajaran Bahasa Indonesia tentang menulis surat resmi di kelas VI
SDN Joglo 07 Petang menunjukan ada peningkatan hasil belajar di bandingkan
pada kegiatan sebelumnya, namun belum maksimal masih ada peserta didik yang
memiliki nilai di bawah rata-rata, 2) memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai
hasil evaluasi yang dijadikan acuan lanjutan pada siklus berikutnya pada kegiatan
perbaikan pembelajaran siklus II.

Perbaikan Pembelajaran Siklus 2

Perencanaan
Berdasarkan hasil refleksi pada siklus II pembelajaran Bahasa Indonesia
tentang tehnik membuat surat resmi maka, dilakukan perbaikan tindakan sebagai
berikut : 1) menyusun rencana perbaikan pembelajaran siklus III dan skenario
pembelajaran dengan pendekatan CTL. mengetahui rasa percaya diri dan rasa
ingin tahu hasil dari masing-masing kelompok, 2) menyiapkan alat peraga berupa
puzzle, 3) menyusun alat evaluasi.

15
Pelaksanaan
Dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas pada hari Kamis, 8 Maret
2018 dengan menggunakan pendekatan CTL pada Siklus II dilaksanakan dengan
langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut : 1) Kegiatan Awal: a) mengecek
kesiapan belajar peserta didik, b) Guru mengadakan apersepsi mengulang materi
yang telah diajarkan pada pertemuan sebelumnya. (Konstruktivisme). 2)
Kegiatan inti: a) Guru membahas hasil surat resmi peserta didik pada pertemuan
sebelumnya. (Konstruktivisme), b) Guru menjelaskan kesalahan-kesalahan pada
surat resmi peserta didik, c) Guru mengulang langkah-langkah penulisan surat
resmi dengan bertanya jawab dengan peserta didik, d) Guru membagi peserta
didik menjadi 5 kelompok, f) Guru membagikan seperangkat puzzle yang belum
tersusun kepada masing-masing kelompok (Masyarakat belajar), g) Peserta didik
bersama teman kelompoknya menyusun puzzle menjadi satu kesatuan utuh
(Inquiry), h) Guru memberikan LKS mengenai surat resmi ( Penilaian Nyata), i)
Peserta didik bersama guru menyimpulkan materi yang telah dipelajari.
(Refleksi). 3) Kegiatan penutup: a) Guru memberikan pekerjaan rumah kepada
peserta didik, b) Guru menginformasikan materi yang akan dipelajari pada
pertemuan selanjutnya.

Pengamatan
Sebagai keberlanjutannya maka perlu adanya pengamatan yang meliputi :
1) Pengamatan sesuai dengan format yang sudah disiapkan dan mencatat sama hal
yang diperlukan yang terjadi selama pelaksanaan perbaikan pembelajaran
berlangsung, 2) memberikan penilaian hasil perbaikan pembelajaran sesuai
dengan yang sudah dikembangkan.

Refleksi
Melaksanakan perbaikan pembelajaran dalam kedua siklus ternyata dapat
meningkatkan hasil belajar peserta didik. Untuk memaksimalkannya maka
diperlukan penambahan perbaikan kepada peserta didik seperti memberikan
pemahaman konsep kepada peserta didik kurang aktif dan dalam pelaksanaan
perbaikan pembelajaran siklus III berpedoman pada rencana perbaikan
pembelajaran siklus II yang telah dibuat.

16
Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian tindakan ini
yaitu : a) Tes dalam penelitian ini menggunakan bentuk tes formatif. Tes formatif
ini digunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan peserta didik kelas VI SDN
Joglo 07 Petang pada ranah kognitif dan diberikan pada akhir pertemuan pada
tindakan siklus I, siklus II maupun siklus III, b) Non Tes dalam penelitian ini
berupa observasi aktivitas peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran
dengan penerapan pendekatan CTL selama proses belajar mengajar berlangsung.

Teknik Analisis Data


Teknik analisis data yang digunakan ada yang bersifat kuantitatif dan
kaulitatif. Data yang diperoleh dikategorikan dan diklasifikasikan berdasarkan
analisis kaitan logisnya, kemudian disajikan secara aktual dan sistematis dalam
keseluruhan permasalahan dan kegiatan penelitian.
Data kuantitatif berupa hasil belajar kognitif dianalisis dengan
menggunakan teknik analisis deskriptif dengan menentukan mean dan ketuntasan
belajar secara individual maupun klasikal dan ditampilkan dalam bentuk
persentase. Analisis tingkat keberhasilan atau ketuntasan belajar peserta didik
setelah pembelajaran berlangsung pada setiap siklusnya.
Data kualitatif berupa data hasil observasi proses pembelajaran, catatan
lapangan, dan angket dalam pembelajaran. Data kualitatif dalam penelitian
berupa data hasil observasi keterampilan guru dan aktivitas diorganisasikan ke
dalam kategori sangat baik, baik, cukup, dan kurang sesuai dengan skor yang
telah ditetapkan.
Kriteria penilaian untuk setiap butir soal berdasarkan rambu-rambu yang
telah disusun terlebih dahulu. Tes hasil belajar yang dimaksud terdiri dari dua
bagian pokok utama sesuai dengan rencana semula, yaitu melalui tiga siklus.
Siklus pertama dengan tes pertama, siklus kedua dengan tes yang kedua, siklus
ketiga dengan tes ketiga.
Untuk mengetahui tingkat pemahaman peserta didik dalam menguasai
materi yang diajarkan, data yang berupa hasil belajar Bahasa Indonesia tentang

17
menulis surat resmi, dianalisis dengan teknik perhitungan prosentase. Berikut ini,
rumus yang digunakan dalam menghitung prosentase :
Untuk rata-rata adalah:


Rata-rata =

Sedangkan persentase adalah:


∑ ∑
P=

Sumber: Aqib dkk, 2010: 208

Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan yang digunakan untuk mengukur variabel yang
diteliti dalam penelitian ini adalah menggunakan nilai KKM (Kriteria Ketuntasan
Minimum) yakni ≥ 75 % pada masing-masing variabel. Variabel tersebut
meliputi tindakan Guru dengan menggunakan pendekatan Contextual Teaching
and Learning (CTL). Motivasi belajar melalui angket dan aktivitas belajar
melalui lembar observasi. Jika ke 3 variabel tersebut sudah mencapai nilai
keseluruhan 90 % maka bisa dikatakan penilitian tindakan tersebut sudah berhasil

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


Hasil Penelitian Perbaikan
Hasil Penelitian Perbaikan Siklus I
Setelah melakukan perbaikan pembelajaran Siklus I yang dilaksanakan pada
hari Kamis, 22 Februari 2018 di kelas VI SDN Joglo 07 Petang dan melakukan
pengumpulan data berupa hasil evaluasi peserta didik dan observasi yang
dilakukan Supervisor 2 ditemukan fakta bahwa perbaikan pembelajaran pada
Siklus I menunjukan adanya peningkatan terhadap hasil evaluasi. Berikut tabel
perolehan hasil perbaikan pembelajaran siklus I:
Tabel 4.1
Hasil Belajar Bahasa Indonesia Perbaikan Siklus I

18
No Rentang Nilai Kategori Frekuensi Persentase

1. 70 - 100 Tuntas 17 56,67 %

2. 0 - 69 Belum Tuntas 13 43,33 %

Nilai Rata-rata 69,33


Nilai Tertinggi 100 100%

Nilai Terendah 50
Sumber: Penelitian Perbaikan Pembelajaran, 2018
Grafik 4.1 Persentase Hasil Belajar
Siklus I
60
Frekuensi Persentase
50
40
30
20
10
0
TUNTAS BELUM TUNTAS

Tuntas Belum Tuntas


Frekuensi 17 13
Persentase 56.67 43.33

Sumber: Penelitian Perbaikan Pembelajaran, 2018

Berdasarkan analisis penilaian hasil evaluasi pembelajara Siklus I yang


dilihat pada tabel dari 30 peserta didik kelas VI SDN Joglo 07 Petang, hanya 17
(56,67 %) peserta didik yang mampu mencapai kriteria ketuntasan minimal
sedangkan 13 (43,33 %) peserta didik yang masih mengalami kesulian dalam
memaham materi pelajaran (dibawah KKM).

Hasil Belajar Perbaikan Pembelajaran Siklus II


Setelah melakukan perbaikan pembelajaran Siklus II yang dilaksanakan
hari Kamis, 1 Maret 2018 di kelas VI SDN Joglo 07 Petang dan melakukan
pengumpulan data berupa hasil evaluasi peserta didik dan observasi yang
dilakukan oleh Supervisor 2 ditemukan fakta bahwa perbaikan pembelajaran pada
Siklus II menunjukan adanya peningkatan terhadap hasil evaluasi. Berikut ini
tabel perbaikan pembelajaran Siklus II:

19
Tabel 4.2
Hasil Belajar Bahasa Indonesia Perbaikan Siklus II
No Rentang Nilai Kategori Frekuensi Persentase
1. 70 - 100 Tuntas 24 80 %
2. 0 - 69 Belum Tuntas 6 20 %
Nilai Rata-rata 77,33
Nilai Tertinggi 100 100%
Nilai Terendah 60
Sumber: Penelitian Perbaikan Pembelajaran, 2018

Grafik 4.2 Persentase Hasil Belajar


Siklus II

Sumber: Penelitian Perbaikan Pembelajaran, 2018


Berdasarkan analisis penilaian hasil evaluasi pembelajaran Siklus II yang
dilihat pada tabel dari 30 peserta didik kelas VI SDN Joglo 07 Petang 24 (80 %)
peserta didik yang sudah mampu mencapai KKM, sedangkan 6 (20 %) peserta
didik masih mengalami kesulitan dalam memahami materi pelajaran (dibawah
KKM).

Hasil Belajar Perbaikan Pembelajaran Siklus III


Setelah melakukan perbaikan pembelajaran Siklus III yang dilaksanakan
pada hari Kamis, 8 Maret 2018 di kelas VI SDN Joglo 07 Petang dan melakukan
pengumpulan data berupa hasil evaluasi peserta didik dan observasi yang
dilakukan oleh Supervisor 2 ditemukan fakta bahwa perbaikan dan pembelajaran

20
pada Siklus III dengan langkah-langkah; perencanaan, pelaksanaan;dengan waktu
pelaksanaan perbaikan pembelajaran ini pada hari Kamis 8 Maret 2018 ,
menunjukan adanya peningkatan terhadap evaluasi. Berikut ini tabel perbaikan
pembelajaran Siklus III :
Tabel 4.3
Hasil Belajar Bahasa Indonesia Perbaikan Siklus III

No Rentang Nilai Kategori Frekuensi Persentase


1. 70 - 100 Tuntas 29 96,67 %
2. 0 - 69 Belum Tuntas 1 3,33 %
Nilai Rata-rata 82
Nilai Tertinggi 100 100%
Nilai Terendah 60
Sumber: Penelitian Perbaikan Pembelajaran, 2018

Grafik 4.3 Persentase Hasil Belajar


Siklus III

siswa presentase
100
50 presentase
0
siswa
a. Grafik Analisis Nila
Tuntas
Belum Tuntas

Tuntas Belum Tuntas


siswa 29 1
presentase 96.67 3.33

Sumber: Penelitian Perbaikan Pembelajaran, 2018


Berdasarkan analisis penilaian hasil evaluasi pembelajaran Siklus III yang
dilihat pada tabel dari 30 peserta didik kelas VI SDN Joglo 07 Petang 29 (96,67
%) peserta didik yang sudah mampu mencapai kriteria ketuntasan minimal,
sedangkan 1 (3,33 %) peserta didik yang masih mengalami kesulitan dalam
memahami materi pelajran (dibawah KKM).

21
Tabel 4.4
Perbandingan Hasil Belajar Siklus I, Siklus II, Siklus III

No Rentang Nilai Kategori Siklus I Siklus II Siklus III


1. 70 - 100 Tuntas 17 24 29
2. 0 - 69 Belum Tuntas 13 6 1
Nilai Rata-rata 69,33 77,33 82
Nilai Tertinggi 100 100 100
Nilai Terendah 50 60 60
Sumber: Penelitian Perbaikan Pembelajaran, 2018
Grafik 4.4
Perbandingan Siklus I, Siklus II, Siklus III

30
25
20
15 Tuntas
10
5 Belum Tuntas
0
Siklus I Siklus II Siklus III
Tuntas 17 24 29
Belum Tuntas 13 6 1
Sumber: Penelitian Perbaikan Pembelajaran, 2018
Tabel 4.5
Presentase Perbandingan Hasil Belajar
Siklus I, Siklus II dan Siklus III

No Rentang Nilai Kategori Siklus I Siklus II Siklus III


1. 70 - 100 Tuntas 56,67 % 80 % 96,67 %
2. 0 - 69 Belum Tuntas 43,33 % 20 % 3,33 %
Nilai Rata-rata 69,33 77,33 82
Nilai Tertinggi 100 100 100
Nilai Terendah 50 60 60
Sumber: Penelitian Perbaikan Pembelajaran, 2018

22
Grafik 4.5
Perbandingan Siklus I, Siklus II, Siklus III

100
80
60
40 Tuntas

20 Belum Tuntas

0
Siklus I Siklus II Siklus III
Tuntas 56.67 80 96.67
Belum Tuntas 43.33 20 3.33

Sumber: Penelitian Perbaikan Pembelajaran, 2018

PEMBAHASAN
Pembahasan Pembelajaran Perbaikan Siklus I
Berdasarkan hasil belajar peserta didik kelas VI SDN Joglo 07 Petang
yang berhasil menuntaskan belajarnya sebelum dilakukan perbaikan pembelajaran
hanya hanya 17 (56,67 %) peserta didik yang mampu mencapai kriteria
ketuntasan minimal sedangkan 13 (43,33 %) peserta didik yang masih mengalami
kesulian dalam memaham materi pelajaran (dibawah KKM).
Penyebab kurangnya hasil belajar peserta didik terhadap materi pelajaran
yang utama adalah karena guru hanya menggunakan metode ceramah dalam
menjelaskan materi proklamasi kemerdekaan Indonesia.
Menurut Sanjaya (2006 : 147) metode ceramah memiliki banyak
kelemahan, yaitu: (1) materi yang dikuasai peserta didik dari hasil ceramah akan
terbatas pada yang dikusai guru, (2) ceramah yang tidak disertai peragaan dapat
mengakibatkan terjadinya verbalisme, (3) Guru yang kurang memiliki
kemampuan bertutur yang baik, ceamah sering dianggap metode yang
membosankan, (4) melalui ceramah, sangat sulit untuk mengetahui apakah
seluruh peserta didik sudah mengerti apa yang dijelaskan atau belum.

23
Pembahasan Hasil Perbaikan Pembelajaran Siklus II
Setelah dilakukan perbaikan pembelajaran melalui siklus II dengan
menerapkan model pembelajaran CTL terjadi peningkatan nilai rata-rata peserta didik
meningkat menjadi 24 (80 %) peserta didik yang sudah mampu mencapai KKM,
sedangkan 6 (20 %) peserta didik masih mengalami kesulitan dalam memahami
materi pelajaran (dibawah KKM).
Pendekatan CTL adalah sebuah sistem yang merangsang otak untuk
menyusun pola-pola yang mewujudkan makna. CTL adalah suatu sistem pengajaran
yang cocok dengan otak yang menghasilkan makna dengan menghubungkan muatan
akademis dengan kehidupan sehari-hari peserta didik (Johnson, 2006: 65). Hull‟s dan
Sounders (Komalasari, 2013: 6) menjelaskan bahwa didalam pendekatan CTL,
peserta didik menemukan hubungan penuh makna antara ide-ide abstrak dengan
penerapan praktis di dunia nyata.
Menurut Anisa (2009) ada beberapa kelebihan dalam pendekatan CTL, yaitu:
(a) Pembelajaran lebih bermakna, artinya peserta didik melakukan sendiri kegiatan
yang berhubungan dengan materi yang ada sehingga peserta didik dapat
memahaminya sendiri.(b) Pembelajaran lebih produktif dan mampu
menumbuhkan penguatan konsep kepada peserta didik karena pembelajaran
kontekstual menutut peserta didik menemukan sendiri bukan menghafal. (c)
Menumbuhkan keberanian peserta didik mengemukakan pendapat tentang materi
yang dipelajari. (d) Menumbuhkan rasa ingin tahu tentang materi yang dipelajari
dengan bertanya kepada guru. (e) Menumbuhkan kemampuan dalam bekerjasama
dengan teman yang lain untuk memecahkan masalah yang ada. (f)Peserta didik dapat
membuat kesimpulan sendiri kegiatan pembelajaran.

Pembahasan Hasil Perbaikan Pembelajaran Siklus III


Setelah dilakukan perbaikan pembelajaran melalui siklus III dengan
menggunakan secara efektif, peneliti melakukan perbaikan pembelajaran pada siklus
II. Ternyata setelah dilakukan perbaikan pembelajaran dengan menerapkan model
pembelajaran CTL secara efektif, terjadi peningkatan nilai rata-rata peserta didik,
serta persentase peserta didik yang mencapai ketuntasan.
Nilai rata-rata kelas setelah perbaikan pembelajaran siklus III mengalami
peningkatan rata –rata menjadi 69,33 pada siklus II nilai rata-rata klasikal 77,33,

24
ketuntasan belajar mengalami peningkatan pada siklus III menjadi 82. Keaktivan
peserta didik dalam pembelajaran mengalami peningkatan. Pada siklus I 56,67 %
kategori sedang dan siklus II keaktifan 80 % kategori tinggi dan siklus III meningkat
96,67% kategori sangat tinggi.
Penggunaan model pendekatan CTL pada pokok materi menulis surat pada
peserta didik kelas VI SDN Joglo 07 Petang menunjukkan peningkatan baik dilihat
dari aktivitas, prestasi, dan ketuntasan belajar peserta didik pada perbaikan pada
siklus I, siklus II dan siklus III. Hal ini berdampak positif terhadap pemahaman mata
pelajaran Bahasa Indonesia peserta didik dalam mencapai ketuntasan secara individu
(perorangan) ataupun Klasikal (keseluruhan kelas).
Menurut Anisa (2009) ada beberapa kelebihan dalam pendekatan CTL, yaitu:
(a) Pembelajaran lebih bermakna, artinya peserta didik melakukan sendiri kegiatan
yang berhubungan dengan materi yang ada sehingga peserta didik dapat
memahaminya sendiri.(b) Pembelajaran lebih produktif dan mampu
menumbuhkan penguatan konsep kepada peserta didik karena pendekatan CTL
menutut peserta didik menemukan sendiri bukan menghafal. (c) Menumbuhkan
keberanian peserta didik mengemukakan pendapat tentang materi yang dipelajari. (d)
Menumbuhkan rasa ingin tahu tentang materi yang dipelajari dengan bertanya
kepada guru. (e) Menumbuhkan kemampuan dalam bekerjasama dengan teman
yang lain untuk memecahkan masalah yang ada. (f)Peserta didik dapat membuat
kesimpulan sendiri kegiatan pembelajaran.
Hasil penelitian ini juga relevan dengan temuan Penelitian Asih (2012)
menunjukkan bahwa melalui pembelajaran pendekatan CTL pada mata pelajaran
Bahasa Indonesia meningkatkan aktivitas belajar peserta didik dan dapat melibatkan
peserta didik secara aktif dan kreatif, serta menimbulkan motivasi belajar. Studi awal
pada siklus I nilai rata-rata klasikal 69,33 pada siklus II nilai rata-rata klasikal 77,33,
ketuntasan belajar mengalami peningkatan pada siklus III menjadi 82. Keaktivan
peserta didik dalam pembelajaran mengalami peningkatan. Pada siklus I 56,67 %
kategori sedang dan siklus II keaktifan 84,49 % kategori tinggi dan siklus III
meningkat 96,67%.

25
SIMPULAN DAN SARAN TINDAK LANJUT
Simpulan
Berdasarkan data dan hasil penelitian perbaikan pembelajaran dan tindakan
kelas yang dilakukan di kelas VI SDN Joglo 07 Petang penerapan pada mata
pelajaran Bahasa Indonesia dengan materi “Keterampilan Menulis Surat Resmi”
dengan menggunakan pendekatan CTL selama 3 siklus yang dilaksnakan pada 22
Februari, 1 Maret dan 8 Maret 2018 dapat meningkatkan pemahaman dan hasil
belajar. Dapat disimpulkan bahwa pendekatan CTL dapat meningkatkan hasil belajar
Bahasa Indonesia pada peserta didik kelas VI SDN Joglo 07 Petang Tahun Pelajaran
2017/ 2018.
Pendekatan CTL dapat meningkatkan penelitian perbaikan pembelajaran
dengan kesimpulan sebagai berikut :
1. Meningkatkan kemampuan menuangkan ide (isi surat) dalam pembelajaran Bahasa
Indonesia dengan menggunakan pendekatan CTL pada peserta didik kelas VI
Sekolah Dasar Negeri Joglo 07 Petang dengan kategori sangat tinggi mencapai
persentase rata-rata 96,67 % secara klasikal.
2. Aktivitas peserta didik yang dinilai selama pelaksanaan adalah disiplin,
keaktifan dan kerjasama. Terjadi peningkatan jumlah peserta didik yang
mendapatkan kriteria baik sekali pada tiap siklusnya. Siklus I ada 17 (56,67 %)
orang peserta didik, siklus II naik menjadi 24 (84,49 %) orang peserta didik dan
siklus III menjadi 29 (96,67%) orang peserta didik.
3. Peningkatan kemampuan menulis surat resmi secara sistematis dalam pembelajaran
Bahasa Indonesia dengan menggunakan pendekatan CTL pada peserta didik kelas
VI Sekolah Dasar Negeri Joglo 07 Petang menunjukkan bahwa berkategori tinggi
mencapai persentase rata-rata 96,67 % secara klasikal.
4. Kinerja guru dalam perencanaan pembelajaran mengalami peningkatan,
mulai dari awal penelitian hingga akhir penelitian. Pada siklus I perencanaan
kinerja guru mencapai persentase 65,88 %, kemudian guru melakukan
perbaikan pada media berupa surat edaran penghijauan. Perencanaan kinerja guru
siklus II mencapai persentase 84,49 %. Kinerja guru siklus III mencapai
persentase 97,57 %.

26
Saran Tindak Lanjut
Hal ini berdasarkan perbaikan pembelajaran siklus I, siklus II, siklus III di
SDN Joglo 07 Petang kelas VI terhadap mata pelajaran Bahasa Indonesia, penulis
mengajukan beberapa saran sebagai berikut:
1. Saran bagi Peserta Didik
a. Peserta didik perlu banyak pembelajaran menulis surat resmi dengan
menggali dan mengembangkan ide/gagasan dari pengetahuan atau pengalaman
yang dialami sendiri (kontekstual) melalui belajar kelompok dan berdiskusi antar
teman.
b. Selalu aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran sehingga dapat
mempermudah memahami materi pembelajaran dan hasil belajar dapat meningkat.
c. Peserta didik harus bertanggung jawab atas tugas yang diberikan baik
tugas individu maupun kelompok.
2. Saran bagi Guru
a. Sebelum menyampaikan materi pembelajaran, hendaknya peserta didik
dikondisikan sedemikian rupa agar siap menerima pelajaran yang akan
disampaikan.
b. Media belajar yang akan digunakan dalam pembelajaran hendaknya
disiapkan terlebih dahulu sebagai daya dukung ketercapainya hasil belajar.
c. Pada kegiatan inti pembelajaran, hendaknya guru memberi kesempatan
kepada peserta didik untuk mengemukakan pengalaman belajarnya, baik yang
didapat dari pembelajaran di kelas ataupun dari pengalaman sendiri.
d. Guru harus pandai-pandai memotivasi peserta didik agar aktif dalam
proses pembejalaran.
e. Guru harus dapat memberikan stimulus untuk menumbuhkan rasa percaya
diri pada diri peserta didik, sehingga peserta didik tidak takut mengemukakan
pengalaman belajarnya.
3. Saran bagi Pihak Sekolah
a. Sekolah hendaknya menyiapkan standar sarana dan prasarana yang
memadai terkait dengan proses pembelajaran.

27
b. Kepala sekolah diharapkan dapat memberikan otoritas penuh kepada guru
sehingga kompetensi profesionalnya terus dikembangkan.
c. Berdayakan organisasi profesi seperti, KKKS, KKG tempat dimana para
guru bersama kepala sekolah melakukan musyawarah,mencari solusi atas
masalah-masalah atau kendala-kendala pembelajaran yang dihadapai guru pada
unit kerja masing-masing.
4. Saran bagi Peneliti selanjutnya
Untuk peneliti selanjutnya, dikarenakan dalam penelitian ini masih
ditemukan adanya kekurangan, maka hasil penelitian ini bisa dijadikan bahan
diskusi dan referensi untuk diteliti lebih lanjut sebagai upaya memperbaiki dan
meningkatkan mutu pendidikan pada pelajaran Bahasa Indonesia dimasa yang
akan datang.

DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. (2009). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi
Aksara.
Aryani, I.K.,Suherman., dan Susatim, M. (2011).Penelitian Tindakan Kelas.
Purwakarta: Alma Pustaka Sejahtera.
Aqib (2010). Penelitian Tindakan Kelas; untuk Guru Sd, SLB dan TK. Bandung:
Yrama Widya.
Djuanda, D. (2008). Pembelajaran Keterampilan Bahasa di Sekolah Dasar.
Bandung: Pustaka Latifah.
Hamalik, O. (2009). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.
Hamdani. (2011). Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia.
Herrhyanto, N dan Akib, Ha. (2011). Statistika Dasar. Jakarta: Universitas
Terbuka.
Huda, M. (2011). Cooperative Learning: Metode, Teknik, Struktur, dan Model
Penerapan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Lie, A. (2010). Cooperative Learning. Jakarta : PT. Gramedia Widiasarana
Indonesia.

28
Iswara, D. P. (2016). “Pengembangan Materi Ajar dan Evaluasi Pada
Keterampilan Menulis dan Berbicara di Sekolah Dasar” proceeding
international seminar 2016
Peraturan Pemerintah No 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
(2005). Jakarta: Biro Hukum dan Organisasi Departemen Pendidikan
Nasional.
Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi. (2006). Jakarta: Menteri
Pendidikan Nasional.
Permendiknas No. 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses: untuk Satuan
Pendidikan Dasar dan Menengah. (2007). Jakarta: BSNP
Sanjaya, Wi. (2010). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Sri Anitah, W . (2008). Strategi Pembelajaran. Jakarta : Universitas Terbuka.
Sudjana, Na. (2009). Belajar dan Faktor- Faktor yang Mempengaruhinya.
Jakarta: Rineka Cipta
Suryanto, A. (2011). Evaluasi Pembelajaran di SD. Jakarta: Universitas Terbuka.
Tim Penyusun pedoman Penulisan Karya Ilmiah. (2010). Pedoman Penulisan
Karya Ilmiah. Bandung: UPI
Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. (2003).
Jakarta: Lembaga Negara Republik Indonesia.
Wardani, IGAK. dan Wihardit, K. (2013). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta:
Universitas Terbuka.
Wardani, IGAK, Julaeha, S. Rahayu, C. dan Marsinah, N. Pemantapan
Kemampuan Profesional, Universitas Terbuka, Jakarta, 2013

29

Anda mungkin juga menyukai