Anda di halaman 1dari 29

[SKENARIO A] Desember, 2014

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan tutorial yang berjudul Laporan
Tutorial Kasus Skenario A Blok XVI sebagai tugas kompetensi kelompok. Salawat
beriring salam selalu tercurah kepada junjungan kita, nabi besar Muhammad SAW
beserta para keluarga, sahabat, dan pengikut-pengikutnya sampai akhir zaman.
Penulis menyadari bahwa laporan tutorial ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna perbaikan di
masa mendatang.
Dalam penyelesaian laporan tutorial ini, penulis banyak mendapat bantuan,
bimbingan dan saran. Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan
terima kasih kepada :
1. Allah SWT, yang telah memberi kehidupan dengan sejuknya keimanan.
2. Kedua orang tua yang selalu memberi dukungan materil maupun spiritual.
3. dr.Nyayu Fauziah Zen, M.Kes selaku tutor kelompok 6
4. Teman-teman seperjuangan
5. Semua pihak yang membantu penulis.
Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal yang diberikan
kepada semua orang yang telah mendukung penulis dan semoga laporan tutorial ini
bermanfaat bagi kita dan perkembangan ilmu pengetahuan. Semoga kita selalu dalam
lindungan Allah SWT. Amin.

Palembang, Desember 2014

Penulis

Fakultas Kedokteran Muhammadiyah Palembang

Page 1

[SKENARIO A] Desember, 2014


BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Blok Sensoris adalah Blok XVI pada Semester V dari Kurikulum Berbasis
Kompetensi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah
Palembang. Pada kesempatan ini dilaksanakan tutorial studi kasus sebagai bahan
pembelajaran untuk menghadapi tutorial yang sebenarnya pada kesempatan yang
akan datang. Penulis kali ini memaparkan kasus mengenai Rahmad, laki-laki usia
25 bulan, dibawa ke klinik karena belum bisa bicara. Rahmad tidak menoleh bila
dipanggil, mengeluarkan kata-kata yang tidak bisa dimengerti orang tua dan
orang lain. Rahmad tidak mau bermain dengan teman sebaya, tidak suka dipeluk
dan akan menjadi histeris bila mendengar suara yang keras. Bila memerlukan
sesuatu dia akan mengambil tangan pengasuhnya. Disamping itu Rahmad selalu
bergerak, tidak mau diam, bergerak ke sana ke mari tanpa tujuan, dan sering
melakukan gerakan mengepak-ngepakkan lengannya seperti mau terbang.
Rahmad anak kedua dari Ibu usia 34 tahun. Lahir spontan pada kehamilan 38
minggu. Selama hamil Ibu sehat dan periksa kehamilan dengan teratur ke bidan.
Segera setelah lahir langsung menangis, skor APGAR 1 menit 8, menit ke lima 9.
Berat badan waktu lahir 3.000 gram. Kakak Rahmad tidak mengalami kondisi
seperti Rahmad, tumbuh kembangnya normal.

1.2

Maksud dan Tujuan


Adapun maksud dan tujuan dari materi praktikum ini, yaitu :
1. Sebagai laporan tugas kelompok tutorial yang merupakan bagian dari system
pembelajaran KBK di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah
Palembang.
2. Dapat menyelesaikan kasus yang diberikan pada skenario dengan metode analisis
dan pembelajaran diskusi kelompok.
3. Tercapainya tujuan dari metode pembelajaran tutorial dan memahami konsep dari
skenario ini.

Fakultas Kedokteran Muhammadiyah Palembang

Page 2

[SKENARIO A] Desember, 2014


BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Data
TUTORIAL SKENARIO A
Tutor

: dr. Nyayu Fauziah Zen, M.Kes

Moderator

: Alqodri Setiawan

Sekretaris Papan

: Eka Zalika

Sekretaris Meja

: Putra Pandu Sentosa


: Senin, 22 Desember 2014 (T1SB)
Rabu, 24 Desember 2014 (T2SB)

Rule tutorial

: 1. Alat komunikasi dinonaktifkan.


2. Semua

anggota

tutorial

harus

mengeluarkan

pendapat dengan cara mengacungkan tangan terlebih


dahulu.
3. Boleh membawa makanan dan minuman pada saat
proses tutorial berlangsung (jika perlu)

2.2 Skenario Kasus


Rahmad, laki-laki usia 25 bulan, dibawa ke klinik karena belum bisa bicara.
Rahmad tidak menoleh bila dipanggil, mengeluarkan kata-kata yang tidak bisa
dimengerti orang tua dan orang lain. Rahmad tidak mau bermain dengan teman
sebaya, tidak suka dipeluk dan akan menjadi histeris bila mendengar suara yang
keras. Bila memerlukan sesuatu dia akan mengambil tangan pengasuhnya.
Disamping itu Rahmad selalu bergerak, tidak mau diam, bergerak ke sana ke mari
tanpa tujuan, dan sering melakukan gerakan mengepak-ngepakkan lengannya seperti
mau terbang.
Rahmad anak kedua dari Ibu usia 34 tahun. Lahir spontan pada kehamilan 38
minggu. Selama hamil Ibu sehat dan periksa kehamilan dengan teratur ke bidan.
Segera setelah lahir langsung menangis, skor APGAR 1 menit 8, menit ke lima 9.
Berat badan waktu lahir 3.000 gram. Kakak Rahmad tidak mengalami kondisi seperti
Rahmad, tumbuh kembangnya normal.
Fakultas Kedokteran Muhammadiyah Palembang

Page 3

[SKENARIO A] Desember, 2014


Pemeriksaan Fisik:
BB 13 kg, PB 88 cm, LK 47 cm, compos mentis
Kepala : Tidak ada gambaran dismorfik, Conjungtiva anemis -/Thoraks : Jantung : bunyi jantung normal
Paru

: Vesikuler + normal, wheezing (-) Ronkhi (-)

Abdomen : datar, lemas, bising usus normal, hepar dan lien tidak teraba
Ekstremitas : tidak ada kelainan
Pemeriksaan neurologis : Tidak ada kelainan
Status Perkembangan :
-

Bila diajak bicara, tidak mau menatap muka lawan bicara dan tidak mau
tersenyum kepada pemeriksa.

Tidak menoleh ketika dipanggil namanya.

Selalu mengepak-ngepakkan lengannya.

Tidak bisa bermain pura-pura (membuat secangkir teh).

Tidak pernah menunjuk sesuatu.

Tidak bisa disuruh untuk melihat benda yang ditunjuk, malah melihat ke tangan
pemeriksa.

Bermain mobil-mobilan hanya disusun berurutan dan diperhatikan hanya rodanya


saja.

Pemeriksaan Penunjang : Tes pendengaran normal.

2.3 Seven Jump Step

I.

KLARIFIKASI ISTILAH
a. Histeris : Ledakan emosi yang tidak terkendali
b. Skor APGAR : Metode sederhana untuk secara cepat menilai kondisi
kesehatan bayi baru lahir, sesaat setelah kelahiran ( Appearance, Pulse,
Grimace, Activity, Respiration )
c. Dismorfik : Gangguan pada perkembangan morfologik / gambaran yang
menggambarkan karakteristik tubuh yang terbentuk secara abnormal
d. Lahir spontan : Kelahiran bayi pervaginam dengan usaha ibunya sendiri.

Fakultas Kedokteran Muhammadiyah Palembang

Page 4

[SKENARIO A] Desember, 2014


II.

IDENTIFIKASI MASALAH
1. Rahmad, laki-laki usia 25 bulan, dibawa ke klinik karena belum bisa bicara.
Rahmad tidak menoleh bila dipanggil, mengeluarkan kata-kata yang tidak
bisa dimengerti orang tua dan orang lain.
2. Rahmad tidak mau bermain dengan teman sebaya, tidak suka dipeluk dan
akan menjadi histeris bila mendengar suara yang keras. Bila memerlukan
sesuatu dia akan mengambil tangan pengasuhnya
3. Disamping itu Rahmad selalu bergerak, tidak mau diam, bergerak ke sana ke
mari tanpa tujuan, dan sering melakukan gerakan mengepak-ngepakkan
lengannya seperti mau terbang
4. Rahmad anak kedua dari Ibu usia 34 tahun. Lahir spontan pada kehamilan 38
minggu. Selama hamil Ibu sehat dan periksa kehamilan dengan teratur ke
bidan. Segera setelah lahir langsung menangis, skor APGAR 1 menit 8,
menit ke lima 9. Berat badan waktu lahir 3.000 gram. Kakak Rahmad tidak
mengalami kondisi seperti Rahmad, tumbuh kembangnya normal
5. Pemeriksaan Fisik Rahmad: BB 13 kg, PB 88 cm, LK 47 cm
6. Status Perkembangan :
-

Bila diajak bicara, tidak mau menatap muka lawan bicara dan tidak mau
tersenyum kepada pemeriksa.

Tidak menoleh ketika dipanggil namanya.

Selalu mengepak-ngepakkan lengannya.

Tidak bisa bermain pura-pura (membuat secangkir teh).

Tidak pernah menunjuk sesuatu.

Tidak bisa disuruh untuk melihat benda yang ditunjuk, malah melihat ke
tangan pemeriksa.

Bermain mobil-mobilan hanya disusun berurutan dan diperhatikan hanya


rodanya saja.

Fakultas Kedokteran Muhammadiyah Palembang

Page 5

[SKENARIO A] Desember, 2014


III.

ANALISIS MASALAH
1. Rahmad, anak laki laki usia 25 bulan, dibawa ke klinik karena belum bisa
bicara. Rahmad tidak menoleh bila dipanggil, mengeluarkan kata-kata yang
tidak bisa dimengerti orang tua dan orang lain
a. Bagaimana hubungan usia, Jenis Kelamin dengan keluhan ?

Prevalensi 4 dari 10.000 anak

Laki-laki>Perempuan 3:1

Tinggi pada anak Kalangan ekonomi menengah ke atas

(Katona, 2012)

b. Bagaimana tahapan perkembangan bahasa anak usia 25 bulan ?


Usia anak
6 bulan

Perkembangan Bahasa
Berespon ketika dipanggil namanya
Berespon

pada

suara

orang

lain

dengan

menolehkan kepala atau melihat kearah suara


Berespon relevan dengan nada marah atau ramah
1 tahun

Menggunakan satu atau lebih kata bermakna


jika ingin sesuatu, bisa jadi hanya potongan
kata misalnya mam untuk makan

18 bulan

Mengerti instruksi sederhana seperti duduk

Mengeluarkan kata pertama yang bermakna

Kosa kata mencapai 5-20 kata, kebanyakan kata


benda

Suka mengulang kata atau kalimat

Dapat mengikuti instruksi seperti tolong tutup


pintunya

2 tahun

Bisa

menyebutkan

sejumlah

nama

benda

disekitarnya

Menggabungkan dua kata menjadi kalimat


pendek mama bobo

Kosa kata mencapai 150-300 kata

Bisa berespon pada perintah seperti tunjukan

Fakultas Kedokteran Muhammadiyah Palembang

Page 6

[SKENARIO A] Desember, 2014


mana telingamu
3 tahun

Bisa bicara tentang masa yang lalu

Tahu nama nama bagian tubuhnya

Menggunakan 3 kata dalam satu kalimat

Kosa kata mencapai 900-1000 kata

Bisa menyebutkan nama, usia dan jenis kelamin

Bisa menjawab pertanyaan sederhana tentang


lingkungannya

Tahun-tahun pra sekolah


Perkembangan bahasa :
Fase paling cepat
Bendahara kata dari 50 kata sampa dengan 2000 lebih
Susunan kalimat meningkat
Bisa menggabungkan banyak suku kata
Kemahiran tergantung lingkup
Mampu mengungkapkan perasaan
Meringkas bahasa dan modifikasi (meniru)
(Richard, 2012)

c. Apa makna belum bisa bicara, mengeluarkan kata-kata yang tidak bisa
dimengerti orang tua dan orang lain ?
Terjadi hambatan kualitatif dalam komunikasi verbal karena
adanya konfigurasi selular abnormal pada beberapa region otak,
termasuk lobus temporalis, frontalis dan cerebellum yang mengganggu
pusat bahasa di area wernich dan area broca. Anak usia 2-5 tahun dapat
menguasai beberapa bahasa yang penting menurutnya dan dapat
bergaul di lingkungan sosial.
(Nelson, 2009)

Normalnya proses sensorik diawali dengan penerimaan input


(registration), yaitu individu menyadari akan adanya input. Proses
selanjutnya adalah orientation, tahap dimana individu memperhatikan
Fakultas Kedokteran Muhammadiyah Palembang

Page 7

[SKENARIO A] Desember, 2014


input yang masuk. Tahap berikutnya kita mulai mengartikan input
tersebut (interpretation) dan tahap dimana otak meemutuskan untuk
memperhatikan atau mengabaikan input yang datang (organization).
Tahap terakhir adalah execution, yaitu tindakan nyata yang dilakukan.
Pada anak autis terjadi sensory integration disorder. Adanya
gangguan persepsi input, atau dapat pula terjadi oversimulated
sehingga diinterpretasikan berlebihan dan muncul respon menghindar.
(sadock, 2014)

d. Mengapa rahmad tidak menolah bila dipanggil ?


Karena adanya gangguan interaksi sosial, anak acuh tak acuh dan
menunjukkan

perilaku

dan

perhatian

yang

terbatas.

(Elvira, 2010)
Kemungkinan adanya

gangguan processing system dari

gambaran visual di otak. Gangguan ini berupa defisit neuron pada area
gyrus angularis sebagai area asosiasi visual. Area ini terdapat pada
lobus parietal posterior yang paling inferior yang berfungsi dalam
menginterpretasi informasi visual dan selanjutnya akan dibawa ke area
wernic untuk proses pemahaman gangguan pada fungsi tersebut
menyebabkan pemasukan kata yang tidak diproses dengan sempurna..
Penolakan kontak mata dengan orang lain biasanya sering terjadi pada
anak autisme karena mereka tidak mengerti tindakan dan emosi orang
lain.
(Sadock, 2014)

2. Rahmad tidak mau bermain dengan teman sebaya, tidak suka dipeluk dan akan
menjadi histeris bila mendengar suara yang keras. Bila memerlukan sesuatu
dia akan mengambil tangan pengasuhnya

Fakultas Kedokteran Muhammadiyah Palembang

Page 8

[SKENARIO A] Desember, 2014

a. Bagaimana tahap perkembangan interaksi sosial pada anak usia 25


bulan ?
40 minggu

Berespons

terhadap

suara

nama;

memainkan

permainan ciluk-ba; melambaikan bye-bye


52 minggu Memainkan permainan bola sederhana; membuat
(1 tahun)

penyesuaian postur tubuh untuk berpakaian

15 bulan

Menunjukkan beberapa keinginan atau kebutuhan


dengan menunjuk; memeluk orangtua

18 bulan

Makan sendiri; mencari pertolongan bila ada


kesukaran; dapat mengeluh bila basah atau kotor;
mencium orangtua dengan mengerut

24 bulan

Memegang sendok dengan baik; sering menceritakan


pengalaman baru; membantu membuka pakaian;
mendengarkan cerita dengan gambar

30 bulan

Membantu menjauhkan barang; berpura-pura dalam


bermain

36 bulan

Memainkan permainan sederhana (bersama dengan


anak lain); membantu dalam berpakaian (pakaian yang
tidak berkancing dan membuka sepatu); mencuci
tangan

48 bulan

Bermain dengan beberapa anak dengan memulai


beberapa interaksi sosial dan memainkan peran; pergi
ke toilet sendiri

60 bulan

Berpakaian dan membuka pakaian; menanyakan


pertanyaan mengenai arti kata-kata; memainkan peran
domestik

Fakultas Kedokteran Muhammadiyah Palembang

Page 9

[SKENARIO A] Desember, 2014


Perkembangan interaksi social :
Meniru ucapan orang dewasa dan mengikuti/memodifikasi
Kesalahan-kesalahan awal sebagai suatu proses yang melibatkan
hipotesis
Pemikiran disadari kesadaran
Kerancuan sebab akibat
Bermain teratur (meminta) tidak mengambil
Emapati (+)
(Richard, 2012)

b. Apa makna rahmad tidak mau bermain dengan teman sebaya ?


Tidak mau bermain dengan teman sebaya: Terjadi gangguan
kualitatif dalam interaksi sosial dalam hal ini kegagalan dalam
mengembangkan hubungan dengan teman sebaya sesuai dengan tingkat
perkembangan.
(Sadock, 2010)

c. Apa makna rahmad tidak suka dipeluk dan histeris bila mendengar
suara yang keras ?
Normalnya proses sensorik diawali dengan penerimaan input
(registration), yaitu individu menyadari akan adanya input. Proses
selanjutnya adalah orientation, tahap dimana individu memperhatikan
input yang masuk. Tahap berikutnya kita mulai mengartikan input
tersebut (interpretation) dan tahap dimana otak meemutuskan untuk
memperhatikan atau mengabaikan input yang datang (organization).
Tahap terakhir adalah execution, yaitu tindakan nyata yang dilakukan.
Pada anak autis terjadi sensory integration disorder. Adanya gangguan
persepsi input, atau dapat pula terjadi oversimulated sehingga
diinterpretasikan berlebihan dan muncul respon menghindar
(sadock, 2014)

Fakultas Kedokteran Muhammadiyah Palembang

Page 10

[SKENARIO A] Desember, 2014


d. Apa makna bila memerlukan sesuatu dia akan mengambil tangan
pengasuhnya ?
Mengindikasi adanya gangguan interaksi sosial. Anak-anak
dengan gangguan interaksi sosial pada umumnya dapat membentuk
hubungan namun cukup dengan anggota keluarga, pengasuh (seperti
pada kasus) atau orang yang paling banyak berperan dalam
memberikan penanganan pada mereka.
(muslim Rusdi, 2001)
e. Mengapa rahmad tidak mau bermain dengan teman sebaya ?
Gangguan interaksi sosial, yang termasuk dalam kelompok yang
menyendiri dan cendrung menarik diri.
(Elvira, 2010)
f. Mengapa rahmad tidak suka dipeluk dan histeris bila mendengar suara
yang keras ?
Terjadi gangguan sosial dan reaksi abnormal terhadap perangsangan
indera, dimana menunjukkan gangguan interaksi sosial yang timbal
balik dan hipersensitivitas terhadap suara (hiperakusis) dan menutup
telinga bila mendengar suara keras.
(elvira, 2010)

Fakultas Kedokteran Muhammadiyah Palembang

Page 11

[SKENARIO A] Desember, 2014


3. Disamping itu Rahmad selalu bergerak, tidak mau diam, bergerak ke sana ke
mari tanpa tujuan, dan sering melakukan gerakan mengepak-ngepakkan
lengannya seperti mau terbang
a. Bagaimana tahap perkembangan motorik anak usia 25 bulan ?
Umur
1 bulan

4 bulan

7 bulan

Motor behavior

Kepala merebah

Reflek tonus leher

Tangan mengepal

Kepala tidak merebah lagi

Tangan terbuka, mengangkat kaki dan tangan

Melihat pergerakan tangan sendiri

Duduk dengan sokongan kedua tangan

Mulai bergerak mengambil benda yang ada didepan


matanya

Fakultas Kedokteran Muhammadiyah Palembang

Page 12

[SKENARIO A] Desember, 2014

Duduk tanpa sokongan tangan

Merangkak hingga berdiri

Berdiri berpegangan pada objek misal meja

Sudah bisa bertepuk tangan

Berjalan dengan bantuan

Duduk bersila

1,5

Berjalan sendiri tanpa jatuh

tahun

Duduk sendiri di kursi kecil

Sudah bisa naik/turun tangga

Berlari

10 bulan

1 tahun

2 tahun

Menunjuk kearah barang/sesuatu bila disebutkan

Menyukai mendengar cerita/lagu

Mengikuti arahan

Menunjukkan anggota badan bila ditanya

(Richard, 2012)

b. Apa penyebab anak bergerak ke sana ke mari tanpa tujuan, dan sering
melakukan gerakan mengepak-ngepakkan lengannya seperti mau
terbang ?
Bergerak kesana kemari tanpa tujuan (hiperaktif) dan mengepakngepakkan lengannya seperti mau terbang (stereotypic) merupakan
manifestasi anak autis ditandai dengan ditemukan hiperkinesis.
Penyebabnya diduga :

1.

Peningkatan fungsi monoamine 5HT ( hdroxytryptamine /


serotonin)

dan

katekolamin

(epinefrin,

norepinefrin,

dan

dopamine) dalam otak. Neurotrasmiter ini berperan dalam fungsi


motorik, sensoris, belajar ingatan nafsu, makan, tidur. Sehingga
adanya

ketidakseimbangan

neurotrasmiter

tersebut

dapat

mengakbaka gangguan-gangguan fungsinya.

Fakultas Kedokteran Muhammadiyah Palembang

Page 13

[SKENARIO A] Desember, 2014


2.

Gangguan pada lobus frontalis dan ganglia basalis yang berperan


dalam representasi dalam action plans, motoric plans, dan
working memory, sehingga terjadi gangguan pengaturan motorik.

(Behrman, 2012)

4. Rahmad anak kedua dari Ibu usia 34 tahun. Lahir spontan pada kehamilan 38
minggu. Selama hamil Ibu sehat dan periksa kehamilan dengan teratur ke
bidan. Segera setelah lahir langsung menangis, skor APGAR 1 menit 8, menit
ke lima 9. Berat badan waktu lahir 3.000 gram. Kakak Rahmad tidak
mengalami kondisi seperti Rahmad, tumbuh kembangnya normal
a. Bagaimana interpretasi riwayat kelahiran rahmad ?

Usia ibu 32 tahun merupakan faktor resiko untuk melahirkan


sehingga dapat menimbulkan gejala seperti ini

Lahir spontan : normal

Kehamilan 38 minggu : normal (37-38 minggu)

Setelah lahir langsung menangis : Normal merupakan refleks /


respon yang harus ada pada saat bayi baru lahir.

Berat badan waktu lahir 3000 gram : Normal, < 2500 : BBLR

Skor APGAR 1 menit 8, menit kelima 9 ?

Penilaian skor APGAR dilakukan pada saat :

Menit

ke-1

setelah

kelahiran,

yaitu

untuk

menilai

kemampuan adaptasi bayi terhadap perubahan lingkungan dari


intrauterine ke ekstrauterine atau untuk menilai keadaan
fisiologis bayi baru lahir.

Menit ke-5, untuk menilai keberhasilan tindakan resusitasi


yang dilakukan serta sebagai penentu prognosis.

Menit ke-10. Penilaian menit ke-10 memberikan indikasi


morbiditas

pada

masa

mendatang,

nilai

yg

rendah

berhubungan dg kondisi neurologis. Penilaian dapat dilakukan


lebih sering jika ada nilai yg rendah & perlu tindakan
resusitasi
Fakultas Kedokteran Muhammadiyah Palembang

Page 14

[SKENARIO A] Desember, 2014


Pada kasus ini skor APGAR Rahmad :
APGAR score 1 menit : 8
APGAR score 5 menit : 9
Berikut keterangan mengenai skor APGAR dan interpretasinya secara
umum:
Kriteria

Activity

1
Fleksi tungkai atas dan

Lumpuh

(tonus otot)
Pulse
(denyut jantung)

bawah

Tidak ada

< 100x/min

2
Gerakan aktif

> 100x/min
Bersin atau
batuk,

Grimace
(refleks iritabilitas)

Tidak ada respon

Meringis

menjauh saat
saluran napas
distimulasi

Biru - abu-abu

Appearance
(warna kulit)

Badan merah, kaki dan

atau pucat di

tangan biru

seluruh tubuh

Seluruh tubuh
dan anggota
gerak merah

Menangis lemah;
Respiration
(pernapasan)

terdengar seperti
Tidak bernapas

merengek atau
mendengkur; Lambat,

Baik,
menangis kuat

ireguler

*Penilaian pada satu menit pertama:

total nilai 7 - 10

total nilai 4-6 : bayi mengalami sesak nafas (asfiksia) sedang

total nilai < 4 : bayi asfiksia berat.

: bayi dalam kondisi baik (bugar)

Pada kasus ini Rahmad mengalami kondisi baik

Fakultas Kedokteran Muhammadiyah Palembang

Page 15

[SKENARIO A] Desember, 2014


*Penilaian 5 menit kemudian gunanya untuk menilai keberhasilan
resusitasi terhadap bayi. Nilai APGAR yang jelek pada lima menit
akan menghasilkan kematian bayi atau komplikasi syaraf pada bayi
seperti cerebral palsy
(APA, 2005)

b. Bagaimana hubungan riwayat kelahiran dengan keluhan ?


Hubungan status kelahiran rahmad dengan keluhan sekarang yaitu
diduga Ibu rahmad yang berusia 34 tahun memiliki kemungkinan
risiko tinggi terjadinya keluhan autisme

c. Bagaimana Faktor risiko yang berkaitan dengan keluhan ?

komplikasi persalinan prenatal dan perinatal

infeksi prenatal dengan virus tertentu, khususnya rubella dan


sitomegalovirus

genetika

konsumsi pestisida sewaktu masa kehamilan;

penggunaan

obat-obatan

dalam

masa

kehamilan

atau

sebelumnya dalam jangka panjang;

usia maternal dan paternal;

perkembangan otak

(King, 2009)

d. Apa hubungan usia kehamilan ibu rahmad dengan keluhan rahmad ?


Usia Risiko tinggi adalah dibawah 20 tahun dan diatas 35 tahun.
Penyebab terbanyak karena pendarahan dan eklamsi atau kejang akibat
tekanan darah tinggi. Wanita yang mengalami kehamilan pada usia
lebih dari 30 tahun memiliki kemungkinan mengalami kelahiran risiko
tinggi seperti melahirkan bayi dengan kelainan mental atau down
syndrome.

Fakultas Kedokteran Muhammadiyah Palembang

Page 16

[SKENARIO A] Desember, 2014


Komplikasi atau risiko melahirkan diatas usia 35 tahun

Persalinan Caesar
Sebagian besar persalinan calon ibu di usia rawan dilakukan
lewat operasi caesar

Kelainan Kromosom
Kualitas kromosom perempuan menjelang usia 40 tahun tidak
sebaik di usia muda. Akibatnya risiko melahirkan anak dengan
cacat fisik atau mental akan lebih besar

Keguguran lebih besar

Down Syndrome

(Sidhi, 2006)

e. Apa makna kakak rahmad tidak mengalami kondisi seperti rahmad,


tumbuh kembangnya normal ?
Ini bermakna tidak ada hubungan antara saudara pada kasus ini.Karena
pada penelitian ditemukan hanya 2,5-3% autisme pada saudara.
(Hadisukanto, 2013)

f. Bagaimana cara pemeriksaan APGAR Score ?

APGAR Skor merupakan pemeriksaan pada bayi ketika baru


lahir,yang dilakukan masih dikamar bersalin. Pemeriksan ini
secara cpat akan mengevaluasi keadaan fisikb bayi baru lahir
dan sekaligus mengenali ada tanda tanda darurat yang
memerlukan dilakukannya tindakan segera paa bayi baru lahir.

Tes ini biasanya diberikan pada bayi sebanyak dua kali : pada
menit pertama setelah bayi lahir dan dilakukan kembali pada
menit ke-5 setelah bayi lahir. Ketika penilaian bayi pada menit
pertama dan ke-2 memiliki hasil yang rendah,maka penilaian
akan dilakukan lagi pada menit ke-10,namun hal ini jarang
terjadi.

Pemeriksaan APGAR ini bertujuan menilai kemampuan laju


jantung, kemampuan bernapas,kekuatan tonus otot (lemah atau

Fakultas Kedokteran Muhammadiyah Palembang

Page 17

[SKENARIO A] Desember, 2014


aktif), kemampuan refieks dan warna kulit (kemerahan atau
biru)
0

A:
Appearance
color (warna
kulit)

warna pucat
diseluruh tubuh
atau kebirubiruan

Normal,Badan
merah,(ektremitas
pucat)

P : Pulse
(heart rate)

Tidak ada

Dibawah 100
X/menit

G : Grimace
(reaksi
terhadap
rangsangan)

Tidak ada respon


sama sekali

Sedikit gerakan
mimic (perubahan
mimik wajah
hanya ketika
dirangsang)

Menangis,batuk/
bersin

A : Activity
(tonus otot)

Tidak ada
gerakan sama
sekali

Ekstremitas dalam
keadaan fleksi dan
sedikit pergerakan

Gerakan aktif,
pergerakan
spontan

R:
Respiration
(usaha nafas

Tidak ada

Lemah,tidak
teratur dan
menangis pelan

Normal,tanpa
usaha bernafas
yang
berlebih,Menangis
kuat

Jumlah skor Interpretasi


7-10
Bayi normal
4-6
0-3

2
Warna kulit
normal (marata
diseluruh tubuh)
kemerah
merahan
Normal (Diatas
100 X/menit)

Catatan

Memerlukan tindakan medis segera seperti penyedotan lendir yang


Agak rendah menyumbat jalan napas, atau pemberian oksigen untuk membantu
bernapas.
Sangat rendah
Memerlukan tindakan medis yang lebih intensif

(APA, 2005)

5. Pemeriksaan Fisik Rahmad : BB 13 kg, PB 88 cm, LK 47 cm


a. Bagaimana interpretasi dari pemeriksaan fisik Rahmad ?
BB 13 kg : Normal ( 10-15 kg )
PB 88 cm :Normal ( 80-90 cm )
LK 47 cm : Normal ( 45-51 cm )

Fakultas Kedokteran Muhammadiyah Palembang

Page 18

[SKENARIO A] Desember, 2014

(APA, 2005)

6. Status Perkembangan :

Bila diajak bicara, tidak mau menatap muka lawan bicara dan tidak
mau tersenyum kepada pemeriksa.

Tidak menoleh ketika dipanggil namanya.

Selalu mengepak-ngepakkan lengannya.

Tidak bisa bermain pura-pura (membuat secangkir teh).

Tidak pernah menunjuk sesuatu.

Tidak bisa disuruh untuk melihat benda yang ditunjuk, malah


melihat ke tangan pemeriksa.

Bermain mobil-mobilan hanya disusun berurutandan diperhatikan


hanya rodanya saja.

Fakultas Kedokteran Muhammadiyah Palembang

Page 19

[SKENARIO A] Desember, 2014


a. Bagaimana interpretasi status perkembangan ?

Bila diajak bicara, tidak mau menatap muka lawan bicara dan
tidak mau tersenyum kepada pemeriksa : Gangguan interaksi
social

Tidak menoleh ketika dipanggil namanya : Gangguan interaksi


social

Selalu mengepak-ngepakkan lengannya : Gangguan prilaku

Tidak bisa bermain pura-pura (membuat secangkir teh) :


Gangguan perkembangan bahasa

Tidak pernah menunjuk sesuatu : Gangguan perkembangan


bahasa

Tidak bisa disuruh untuk melihat benda yang ditunjuk, malah


melihat ke tangan pemeriksa : Gangguan interaksi social

Bermain

mobil-mobilan

hanya

disusun

berurutan

dan

diperhatikan hanya rodanya saja : Gangguan prilaku stereotipik

7. Bagaimana cara penegakan diagnosis kasus ini?


Diagnosa Autisme Sesuai DSM IV/TR

1. Hendaya kualitatif dalam hal interaksi social, seperti ditunjukkan oleh


sedikitnya dua dari hal sebagai berikut:
a. Hendaya yang nyata dalam hal penggunaan berbagai perilaku
nonverbal seperti pandangan mata dengan mata, ekspresi wajah, postur
tubuh, dan sikap untuk mengatur interaksi sosial.
b. Kegagalan mengembangkan hubungan sebaya yang sesuai dengan
tingkat perkembangan.
c. Tidak adanya keinginan spontan untuk berbagi kesenangan, minat atau
pencapaian dengan orang lain (cth., dengan tidak menunjukkan,
membawa, atau menunjukkan objek minat).
d. Tidak adanya timbalbalik sosial atau emosional.

Fakultas Kedokteran Muhammadiyah Palembang

Page 20

[SKENARIO A] Desember, 2014


2. Hendaya kualitatif dalam hal komunikasi seperti yang ditunjukkan dengan
sedikitnya salah satu dari di bawah ini:
a. Keterlambatan atau tidak adanya perkembangan bahasa lisan (tidak
disertai dengan upaya untuk mengompensasikan melalui cara
komunikasi alternative seperti sikap atau mimik)
b. Pada orang dengan pembicaraan yang adekuat, hendaya yang nyata
dalam hal kemampuannya untuk melalui atau mempertahankan
pembicaraan dengan orang lain.
c. Penggunaan bahasa yang stereotipik dan berulang atau bahasa yang
aneh
d. Tidak adanya berbagai permainan sandiwara spontan atau permainan
pura-pura social yang sesuai dengan tingkat perkembangan

3. Pola perilaku, minat dan aktivitas stereotipik berulang, dan terbatas yang
ditunjukkan oleh sedikitnya salah satu dari berikut ini:
a. Meliputi preokupasi terhadap salah satu atau lebih pola minat yang
stereotipik dan terbatas yang abnormal baik dalam intensitas atau fokus
b. Tampak terlalu lekat dengan rutinitas atau ritual yang spesifik serta
tidak fungsional
c. Manerisme motorik berulang dan stereotipik (cth., ayunan atau
memuntir tangan atau jari, atau gerakan seluruh tubuh yang kompleks)
d. Preokupasi persisten terhadap bagian dari objek.

Seorang anak dapat didiagnosis memiliki gangguan autistik bila simtomsimtom di atas telah tampak sebelum anak mencapai usia 36 bulan
Berikut adalah diagnosis multiaksial berdasarkan buku PPDGJ-III
Aksis I

: F 84.0 Autis Masa Kanak

Aksis II

: Tidak ada

Aksis III

: Tidak ada

Aksis IV

: Tidak ada

Aksis V

: GAF Scale 70-61

(beberapa gejala ringan & menetap, disabilitas ringan dalam fungsi,secara


umum masih baik).
(sadock, 2010)
Fakultas Kedokteran Muhammadiyah Palembang

Page 21

[SKENARIO A] Desember, 2014

8. Bagaimana Diagnosis banding pada kasus ini?


Karakter

ASD

Gangguan bicara
Gangguan

Retardasi
Mental

GPPH

+/+

komunikasi

non verbal

Inattention

Hiperaktif

+ (dominan)

Kontak mata

Stereotipik

Gangguan motorik

+/-

tes pendengaran

Orangtua pasien

psikopat

Gangguan

interaksi

social

jenis kelamin

9. Apa saja pemeriksaan penunjang pada kasus ini?

Pemeriksaan Neurologis

Tes Neuropsikologis

Tes Ketajaman Penglihatan

Childhood Autism Rating Scale dan Gilian Autism Rating Scale

MRI,CT SCAN

EEG

Pemeriksaan Sitogenetik untuk Abnormalitas Kromosom

(Hadisukanto, 2013)

Fakultas Kedokteran Muhammadiyah Palembang

Page 22

[SKENARIO A] Desember, 2014


10. Apa diagnosis pasti pada kasus ini?
Autisme Spectrum Disorder

11. Bagaimana etiologi pada kasus ini?


Penyebab autis adalah spekulatif. Sebab-sebab genetic telah dilibatkan.
Terdapat 80% angka persesuaian untuk kembar monozigot dan 20% angka
persesuaian untuk kembar dizigot.
Kelainan kromosom, terutama sindrom x yang mudah pecah (fragil) juga
lebih lazim pada keluarga dengan autism. Selain itu, kelainan temuan
neurokimia telah terkait, meskipun fungsi dopamine diperkirakan normal,
baru-baru ini kelainan ditunjukan dalam jumlah jalur katekolamin.
Peningkatan kadar serotonin juga ditemukan dalam anak dengan autism.
(Behrman, 2012)

12. Bagaimana penatalaksanaan pada kasus ini?


Medika mentosa : Agonis Serotonin-Dopamin, mempunyai efektifitas yang
tinggi namun efeksamping ekstrapiramidal yang rendah

Risperidon di mulai dengan dosis 2 x0,1 dapat di naikkan 0,25 mg


setiap 3-5 hari sampai tercapai dosis 1-2 mg/hari sampai dosis 1-2
mg/hari. Dapat memperbaiki hubungan sosial, atensi, agresifitas,
hiperaktifitas dan self injury

haloperidol dosis 0,25-3mg/hari di bagi 2-3 dosis. Dapat memperbaiki


agresifitas, hiperaktifitas, iritabilitas dan stereotipik

thioridazine, dosis 0,5 -3mg mg/kg/hari dibagi 2-3 dosis. Dapat


menurunkan agresifitas dan agitasi

Non medika mentosa

Applied Behavioral Analysis (ABA)


ABA adalah jenis terapi yang telah lama dipakai , telah dilakukan
penelitian dan didisain khusus untuk anak dengan autisme. Sistem yang
dipakai adalah memberi pelatihan khusus pada anak dengan
memberikan positive reinforcement (hadiah/pujian). Jenis terapi ini

Fakultas Kedokteran Muhammadiyah Palembang

Page 23

[SKENARIO A] Desember, 2014


bias diukur kemajuannya. Saat ini terapi inilah yang paling banyak
dipakai di Indonesia.

Terapi Wicara
Hampir semua anak dengan autisme mempunyai kesulitan dalam
bicara dan berbahasa. Biasanya hal inilah yang paling menonjol,
banyak pula individu autistic yang nonverbal atau kemampuan
bicaranya

sangat

kurang.

Kadangkadang

bicaranya

cukup

berkembang, namun mereka tidak mampu untuk memakai bicaranya


untuk berkomunikasi/berinteraksi dengan orang lain. Dalam hal ini
terapi wicara dan berbahasa akan sangat menolong.

Terapi Okupasi
Hampir semua anak autistik mempunyai keterlambatan dalam
perkembangan motorik halus. Gerakgeriknya kaku dan kasar, mereka
kesulitan untuk memegang pinsil dengan cara yang benar, kesulitan
untuk memegang sendok dan menyuap makanan kemulutnya, dan lain
sebagainya. Dalam hal ini terapi okupasi sangat penting untuk melatih
mempergunakan otot otot halusnya dengan benar.

Terapi Fisik
Autisme adalah suatu gangguan perkembangan pervasif. Banyak
diantara individu autistik mempunyai gangguan perkembangan dalam
motorik kasarnya. Kadangkadang tonus ototnya lembek sehingga
jalannya kurang kuat. Keseimbangan tubuhnya kurang bagus.
Fisioterapi dan terapi integrasi sensoris akan sangat banyak menolong
untuk menguatkan ototototnya dan memperbaiki keseimbangan
tubuhnya.

Terapi Sosial
Kekurangan yang paling mendasar bagi individu autisme adalah
dalam bidang komunikasi dan interaksi . Banyak anakanak ini
membutuhkan pertolongan dalam ketrampilan berkomunikasi 2 arah,

Fakultas Kedokteran Muhammadiyah Palembang

Page 24

[SKENARIO A] Desember, 2014


membuat teman dan main bersama ditempat bermain. Seorang terqapis
sosial membantu dengan memberikan fasilitas pada mereka untuk
bergaul dengan temanteman sebaya dan mengajari cara2nya.

Terapi Bermain
Meskipun terdengarnya aneh, seorang anak autistik membutuhkan
pertolongan dalam belajar bermain. Bermain dengan teman sebaya
berguna untuk belajar bicara, komunikasi dan interaksi social. Seorang
terapis bermain bisa membantu anak dalam hal ini dengan teknik
teknik tertentu.

Terapi Perilaku.
Anak autistik seringkali merasa frustrasi. Temantemannya
seringkali

tidak

memahami

mereka,

mereka

merasa

sulit

mengekspresikan kebutuhannya, Mereka banyak yang hipersensitif


terhadap suara, cahaya dan sentuhan. Tak heran bila mereka sering
mengamuk. Seorang terapis perilaku terlatih untuk mencari latar
belakang dari perilaku negatif tersebut dan mencari solusinya dengan
merekomendasikan perubahan lingkungan dan rutin anak tersebut
untuk memperbaik perilakunya,

Terapi Perkembangan
Floortime, Sonrise dan RDI (Relationship Developmental
Intervention) dianggap sebagai terapi perkembangan. Artinya anak
dipelajari minatnya, kekuatannya dan tingkat perkembangannya,
kemudian

ditingkatkan

kemampuan

sosial,

emosional

dan

Intelektualnya. Terapi perkembangan berbeda dengan terapi perilaku


seperti ABA yang lebih mengajarkan ketrampilan yang lebih spesifik.

Terapi Visual
Individu autistik lebih mudah belajar dengan melihat (visual
learners/visual thinkers). Hal inilah yang kemudian dipakai untuk
mengembangkan metode belajar komunikasi melalui gambargambar,

Fakultas Kedokteran Muhammadiyah Palembang

Page 25

[SKENARIO A] Desember, 2014


misalnya dengan metode PECS ( Picture Exchange Communication
System).

Beberapa

video

games

bisa

juga

dipakai

untuk

mengembangkan ketrampilan komunikasi.

Terapi Biomedik
Terapi biomedik dikembangkan oleh kelompok dokter yang
tergabung dalam DAN! (Defeat Autism Now). Banyak dari para
perintisnya mempunyai anak autistik. Mereka sangat gigih melakukan
riset dan menemukan bahwa gejalagejala anak ini diperparah oleh
adanya gangguan metabolisme yang akan berdampak pada gangguan
fungsi otak. Oleh karena itu anakanak ini diperiksa secara intensif,
pemeriksaan, darah, urin, feses, dan rambut. Semua hal abnormal yang
ditemukan dibereskan, sehingga otak menjadi bersih dari gangguan.
Terrnyata lebih banyak anak mengalami kemajuan bila mendapatkan
terapi yang komprehensif, yaitu terapi dari luar dan dari dalam tubuh
sendiri (biomedis).
(Richard, 2012)

13. Apa saja komplikasi pada kasus ini?


a. Gangguan pada akademik, sosial, dan pekerjaan
b. Depresi
c. Skizofrenia
(FKUI, 2007)

14. Bagaimana prognosis pada kasus ini?


Beberapa nak, terutama mereka yang mengalami gangguan bicara, dapat
tumbuh pada kehidupan marginal, dapat berdiri sendiri, sekalipun terisolasi,
hidup dalam masyarakat, namun untuk beberapa nak, penempatan lama pada
institusi merupakan jalan akhir. Hubungan antara autism dan skizofrenia tidak
jelas. Kasus dimana anak autistic kemudian berkembang menjadi skizofrenia
telah dilaporkan, namun jarang. Prognosis lebih baik adalah terkaitan dengan
intelegensi yang lebih tinggi, kemampuan bicara fungsional,
(Behrman, 2012)

Fakultas Kedokteran Muhammadiyah Palembang

Page 26

[SKENARIO A] Desember, 2014

15. Bagaimana kompetensi dokter umum pada kasus ini?


AUTISME
Tingkat Kemampuan 2: mendiagnosis dan merujuk
Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik terhadap penyakit tersebut
dan menentukan rujukan yang paling tepat bagi penanganan pasien
selanjutnya. Lulusan dokter juga mampu menindaklanjuti sesudah kembali
dari rujukan.
(KKI, 2012)

16. Bagaimana pandangan islam pada kasus ini ?


Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu): di sisi
Allah-lah pahala yang besar. (QS 64:15)

Fakultas Kedokteran Muhammadiyah Palembang

Page 27

[SKENARIO A] Desember, 2014

IV.

KESIMPULAN
Rahmad, Laki-laki, usia 25 bulan mengalami gangguan perkembangan bahasa,
gangguan interaksi sosial, gangguan prilaku, motorik dan sensorik karena
menderita autism Spectrum Disorder

V.

KERANGKA KONSEP

FR : Diduga
Ibu hamil Tua

Gangguan Bahasa
-

Belum bisa bicara,

Mengeluarkan kata-

Kelainan
Genetik pada
anak

Rahmad, Laki-laki,
25 bulan

Gangguan Interaksi sosial


-

Tidak mau bermain dengan


teman sebaya

kata yang tidak bisa

Tidak suka dipeluk

dimengerti orang tua

Histeris

dan orang lain.

bila

Tidak

Tidak

menoleh

mau

diam

mari tanpa tujuan

mendengar

bila

dipanggil
-

Gangguan Prilaku
Selalu bergerak

bergerak ke sana ke

suara yang keras


-

Bila memerlukan sesuatu

Sering

melakukan

gerakan

mengepak-

ngepakkan

lengannya

seperti mau terbang.

dia akan mengambil tangan

Autistik Spektrum Disorder

Fakultas Kedokteran Muhammadiyah Palembang

Page 28

[SKENARIO A] Desember, 2014


DAFTAR PUSTAKA

American Psychiatric Assosiations. 2005. Diagnostic and Statistical Manual of Mental


Disorders (DSM IV). Washington, DC. American Psychiatric Association
Behrman, Kliegman Alvin. 2012. Ilmu Kesehatan Anak Nelson, Ed.15, Vol 1. Jakarta :
EGC
Elvira, S. D. 2010. Buku Ajar Psikiatri. Jakarta: FKUI.
Hadisukanto, Gitayanti. 2013. Buku Ajar Psikiatri . Jakarta . Badan Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia
Katona,Cornelius. 2012. At Glance:Psikiatri. Jakarta.EMS
King, M.D dkk. 2009. Estimated Autism Risk and Older Reproductive Age. NY:
Columbia University.
Konsil Kedokteran Indonesia. 2012. Standar Kompetensi Dokter. Jakarta : KKI
Muslim Rusdi. 2001. Diagnosis Gangguan Jiwa, rujukan ringkas PPDGJ-III. Jakarta :
PT Nuh Jaya
Nelson, Waldo E, 2009. Pertumbuhan dan Perkembangan. Ilmu Kesehatan
Anak. Jakarta: EGC.
Richard E. Behrman, dkk. 2012. Nelson Ilmu Kesehatan Anak ed. 15. Jakarta: EGC
Sadock, Benjamin J. 2010. Kaplan & Sadock Buku Ajar Psikiatri Klinis Edisi 2. Jakarta :
Penerbit Buku Kedokteran EGC
Sadock, J Benjamin. 2014. Buku Ajar Psikiatri Klinis Ed.2. Jakarta : EGC
Sidhi. 2006. Peranan parent support group dalam penanganan anak GPPH. Jakarta :
Konferensi Nasional Neurodevelopmental.
Sadock, J Benjamin. 2014. Buku Ajar Psikiatri Klinis Ed.2. Jakarta : EGC
Staf pengajar Ilmu kesehatan anak FKUI. 2007. Ilmu Kesehatan Anak Jilid I. Jakarta:
Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Fakultas Kedokteran Muhammadiyah Palembang

Page 29

Anda mungkin juga menyukai