Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN

SMALL GROUP DISCUSSION LBM 2

BLOK TUMBUH KEMBANG DAN GERIATRI

“ANAKKU MENGOCEH”

DISUSUN OLEH :

Nama : Tri Aris Munandar

NIM : 016.06.0042

Kelompok : SGD 1

Kelas : A

Tutor : dr. Made Rika Anastasia Pratiwi, S.Ked

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ISLAM AL-AZHAR MATARAM

2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan ke-hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat-Nya saya dapat melaksanakan dan menyusun makalah LBM 2 yang
berjudul “Anakku Mengoceh” ini tepat pada waktunya.

Makalah ini disusun untuk memenuhi prasyaratan sebagai syarat nilai SGD
(Small Group Discussion). Dalam penyusunan makalah ini, penulis mendapat
banyak bantuan, masukan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk
itu, melalui kesempatan ini saya menyampaikan terima kasih kepada :

1. dr. Made Rika Anastasia Pratiwi, S.Ked selaku tutor SGD (Small Group
Discussion) kelompok SGD 1
2. Bapak/Ibu Dosen Universitas Islam Al-Azhar yang telah memberikan
masukan terkait makalah yang saya buat.

Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dan perlu
pendalaman lebih lanjut. Oleh karena itu, saya mengharapkan kritik dan saran yang
konstruktif demi kesempurnaan makalah ini. Akhirnya, saya berharap semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi berbagai pihak.

Mataram, 31 Januari 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................2

DAFTAR ISI.........................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................4

1.1 Skenario LBM


1.2 Deskripsi Masalah

BAB II PEMBAHASAN.....................................................................................9

1. Tahapan pertumbuh dan perkembangan anak ?


2. Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak?
3. Definisi, etiologi, manifestasi klinis, faktor risiko dari gangguan
perkembangan?
4. Penentuan DX?
5. Pemeriksaan penunjang dan fisik, tatalaksana, komplikasi, prognosis,
dan KIE dari DX?

BAB III PENUTUP...............................................................................................31

3.1 Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................32

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Skenario LBM


LBM 2
“Anakku Mengoceh”

Seorang anak laki-laki berusia 20 bulan, BB=11 Kg, TB=90 Cm, LK=42
Cm (menurut kurva Nellhaus) dibawa ibunya ke Poli MTBS di Puskesmas dekat
rumahnya. Ibu pasien berkonsultasi dengan dokter yang ada di MTBS karena
merasa khawatir terhadap perkembangan anaknya yang belum bisa mengucapkan
kata-kata dan hanya bisa mengoceh serta tidak menoleh saat dipanggil.

Pasien sudah dapat berjalan dengan baik. Sehari-hari pasien dijaga oleh
pengasuhnya dan sering bermain gadget, karena ibu dan ayahnya sibuk bekerja.
Pasien lahir melalui operasi caesar, lahir cukup bulan, berat badan lahir 3000 gram.
Mendengar keluhan ibu tersebut, dokter menyarankan merujuk pasien ke poli
spesialis anak untuk pemeriksaan lebih lanjut.

1.2 Deskripsi Masalah

Keluhan diskenario adalah seorang ibu merasa khawatir terhadap


perkembangan anaknya yang berusia 20 bulan belum bisa mengucapkan kata-kata
dan hanya bisa mengoceh serta tidak menoleh saat dipanggil. Dari hasil
pemeriksaan antropometri didapatkan hasil BB dan TB anak dalam keadaan
normal, sedangkan LK anak lebih kecil dibanding LK normal anak seusianya.
Kemungkinan anak diskenario mengalami keterlambatan bicara yang merujuk pada
adanya keterlambatan dalam proses bicara dan berbahasanya yang tidak sesuai
dengan usia perkembangan anak tersebut. Kondisi ini dapat mengganggu proses
tumbuh kembang anak di tahap selanjutnya. Keterlambatan bicara sendiri dapat
disebabkan gangguan pendengaran, gangguan pada otak (misalnya retardasi
mental, gangguan bahasa spesifik reseptif dan/atau ekspresif), autisme, atau
gangguan pada organ mulut yang menyebabkan anak sulit melafalkan kata-kata

4
(dikenal sebagai gangguan artikulasi), gangguan perilaku, gangguan perkembangan
umum, kurang stimulasi, masalah psikososial, maupun penyebab lainnya. Beberapa
gangguan dapat terjadi bersamaan, misalnya anak dengan gangguan pendengaran
juga memiliki gangguan perilaku. tanda gangguan bicara dan bahasa pada anak
berdasarkan usianya, sebagai berikut :

− Usia 0-6 bulan : Waspada bila tidak menoleh jika dipanggil namanya dari
belakang, tidak ada babbling.
− Usia 6-12 bulan : Waspada bila bayi tidak menunjuk dengan jari pada usia
12 bulan, ekspresi wajah kurang pada usia 12 bulan.
− Usia 12-18 bulan : Waspada bila tidak ada kata berarti pada usia 16 bulan.
− Usia 18-24 bulan : Waspada bila tidak ada kalimat 2 kata yang dapat
dimengerti pada usia 24 bulan.

Apabila terdapat salah satu tanda di atas, segera bawa anak ke dokter anak
jika ia menunjukkan kemunduran dalam kemampuan berbicara atau kemampuan
sosialnya. Adapun tahapan perkembangan bicara normal :

1. Usia 0-6 bulan. Saat lahir, bayi hanya dapat menangis untuk menyatakan
keinginannya. Pada usia 2-3 bulan, bayi mulai dapat membuat suara-suara
sseperti aah atau uuh yang dikenal dengan istilah cooing. Anak juga senang
bereksperimen dengan berbagai bunyi yang dapat dihasilkannya, misalnya
suara menyerupai berkumur. Bayi juga mulai bereaksi terhadap orang lain
dengan mengeluarkan suara. Setelah usia 3 bulan, bayi akan mencari
sumber suara yang didengarnya dan menyukai mainan yang mengeluarkan
suara. Mendekati usia 6 bulan, bayi dapat berespons terhadap namanya
sendiri dan mengenali emosi dalam nada bicara. Cooing berangsur menjadi
babbling, yakni mengoceh dengan suku kata tunggal, misalnya papapapapa,
dadadadada, bababababa, mamamamama. Bayi juga mulai dapat mengatur
nada bicaranya sesuai emosi yang dirasakannya, dengan ekspresi wajah
yang sesuai.

5
2. Usia 6-12 bulan. Pada usia 6-9 bulan, bayi mulai mengerti nama-nama orang
dan benda serta konsep-konsep dasar seperti ya, tidak, habis. Saat babbling,
ia menggunakan intonasi atau nada bicara seperti bahasa ibunya. Anak pun
dapat mengucapkan kata-kata sederhana seperti mama dan papa tanpa arti.
Pada usia 9-12 bulan, ia sudah dapat mengucapkan mama dan papa (atau
istilah lain yang biasa digunakan untuk ibu dan ayah atau pengasuh utama
lainnya) dengan arti. Anak menengok apabila namanya dipanggil dan
mengerti beberapa perintah sederhana (misal lihat itu, ayo sini). Anak
menggunakan isyarat untuk menyatakan keinginannya, misalnya menunjuk,
merentangkan tangan ke atas untuk minta digendong, atau melambaikan
tangan (dadah). Anak suka membeo, menirukan kata atau bunyi yang
didengarnya. Pada usia 12 bulan bayi sudah mengerti sekitar 70 kata.
3. Usia 12-18 bulan. Pada usia ini, anak biasanya sudah dapat mengucapkan
3-6 kata dengan arti, dapat mengangguk atau menggelengkan kepala untuk
menjawab pertanyaan, menunjuk anggota tubuh atau gambar yang
disebutkan orang lain, dan mengikuti perintah satu langkah (Tolong
ambilkan mainan itu). Kosakata anak bertambah dengan pesat; pada usia 15
bulan ia mungkin baru dapat mengucapkan 3-6 kata dengan arti, namun
pada usia 18 bulan kosakatanya telah mencapai 5-50 kata. Pada akhir masa
ini, anak sudah bisa menyatakan sebagian besar keinginannya dengan kata-
kata.
4. Usia 18-24 bulan. Dalam kurun waktu ini anak mengalami ledakan bahasa.
Hampir setiap hari anak memiliki kosakata baru. Anak dapat membuat
kalimat yang terdiri atas dua kata (mama mandi, naik sepeda) dan dapat
mengikuti perintah dua langkah. Pada fase ini anak akan senang
mendengarkan cerita. Pada usia dua tahun, sekitar 50% bicaranya dapat
dimengerti orang lain.
5. Usia 2-3 tahun. Setelah usia 2 tahun, hampir semua kata yang diucapkan
anak telah dapat dimengerti oleh orang lain. Anak sudah biasa
menggunakan kalimat 2-3 kata - mendekati usia 3 tahun bahkan 3 kata atau
lebih - dan mulai menggunakan kalimat tanya. Anak dapat menyebutkan

6
nama dan kegunaan benda-benda yang sering ditemui, sudah mengenal
warna, dan senang bernyanyi atau bersajak (misalnya Pok Ami-Ami).
6. Usia 3-5 tahun. Anak pada usia ini tertarik mendengarkan cerita dan
percakapan di sekitarnya. Ia dapat menyebutkan nama, umur, dan jenis
kelaminnya, serta menggunakan kalimat-kalimat panjang (>4 kata) saat
berbicara. Pada usia 4 tahun, bicaranya sepenuhnya dapat dimengerti oleh
orang lain. Anak sudah dapat menceritakan dengan lancar dan cukup rinci
tentang hal-hal yang dialaminya.

Secara umum, pada usia berapapun, bawalah anak ke dokter jika ia


menunjukkan kemunduran dalam kemampuan berbicara atau kemampuan
sosialnya. Pada skenario dikarenakan minimnya interaksi dengan orang tua
dikarena ibu dan ayahnya sibuk bekerja, serta diberikan bermain gadget membuat
anak diskenario mengalami keterlambatan bicara. Orang tua yang jarang mengajak
anak berkomunikasi sangat mungkin membuat anak mengalami keterlambatan
bicara. Stimulasi dari lingkungan yang minim, berakibat kosakata yang dikuasai
anaks pun akan terbatas. Untuk itu hal-hal yang dapat dilakukan orangtua untuk
menunjang kemampuan berbicara anak adalah :

− Rajin berbicara dan berkomunikasi dengan anak, dimulai pada masa bayi.
Kapanpun, di manapun saat berada bersama anak, katakanlah apa yang
sedang terjadi, apa yang sedang dilakukan, sebutkan nama benda-benda
yang ditemui, mangajak bayi dan anak bercakap-cakap, memberi respon
terhadap ocehan bayi dengan kata-kata sederhana, menjawab pertanyaan,
atau bernyanyi. Walau bayi yang sangat muda belum bisa berbicara, kata-
kata yang didengarnya akan menjadi bekal dalam perkembangan bicara dan
bahasanya.
− Membacakan cerita dengan suara yang jelas adalah cara yang baik untuk
meningkatkan kosakata anak. Bayi dan anak kecil biasanya tertarik pada
cerita yang bersajak. Sembari membaca, anak dapat diajak menunjuk
gambar dan menyebut nama benda yang ditunjuk. Gadget dan televisi bukan

7
metode stimulasi yang baik, seperti yang dilakukan orangtua anak
diskenario.

8
BAB II

PEMBAHASAN

1. Tahapan pertumbuh dan perkembangan anak ?


Pertumbuhan berkaitan dengan perubahan kuantitatif yaitu peningkatan
ukuran dan struktur. Anak tidak saja menjadi besar secara fisik, tapi ukuran dan
struktur organ dalam tubuh dan otak meningkat. Akibatnya ada pertumbuhan
otak, anak tersebut memiliki kemampuan yang lebih besar untuk belajar,
mengingat dan berpikir.
Perkembangan berkaitan dengan perubahan kualitatif dan kuantitatif, yaitu
perubahan–perubahan psikofisis yang merupakan hasil dari proses pematangan
fungsi–fungsi yang bersifat psikis dan fisik pada diri anak secara berkelanjutan,
yang ditunjang oleh faktor keturunan dan faktor lingkungan melalui proses
maturation dan proses learning. Maturation berarti suatu proses
penyempurnakan, pematangan dari unsur-unsur atau alat-alat tubuh yang
terjadi secara alami. Proses learning merupakan proses belajar, melalui
pengalaman pada jangka waktu tertentu untuk menuju kedewasaan.
Masa perkembangan dan pertumbuhan anak menjadi 5, yaitu :
− 0 – 2 tahun adalah masa bayi
− 1 – 5 tahun adalah masa kanak-kanak
− 6 – 12 tahun adalah masa anak-anak sekolah dasar
− 12 – 14 adalah masa remaja
− 14 – 17 tahun adalah masa pubertas awal

Gambaran tahap tumbuh kembang anak dari bayi berusia 0 bulan hingga
anak berumur 3 tahun :

Bayi Usia 0-1 Bulan


1. Perkembangan fisik : Membuat gerakan refleks, misalnya mengisap dan
mengagetkan. Gerakan lengan dan kaki tersentak-sentak dan tidak
terkontrol.

9
2. Perkembangan kognitif : Mulai mempelajari hal di sekitarnya dengan
perasaan, suara, penglihatan, dan penciuman. Mulai mengulangi
gerakan untuk membantu pertumbuhan otak dan memori.
3. Perkembangan sosial dan emosional : Mulai belajar tenang saat orang
tua berusaha menenangkannya. Mulai dekat dengan orang yang
mengasuh.

1-3 Bulan
1. Perkembangan fisik : Menggunakan lengan untuk menopang dirinya
saat digendong atau ditempatkan di perut. Berusaha mulai mengangkat
kepala sendiri. Mengikuti objek dengan mata dari satu sisi ke tengah
2. Perkembangan kognitif : Mulai memperhatikan, mengamati, dan
mengenali wajah. Mengenali orang yang dikenal dari kejauhan.
Menunjukkan rasa bosan dengan bersikap rewel ketika melakukan suatu
hal terlalu lama. Menggunakan tangan dan mata secara terencana dan
bersama-sama, misalnya ketika melihat dan meraih mainan
3. Perkembangan sosial dan emosional : Tersenyum spontan. Senang
bermain dengan orang lain. Mulai banyak berceloteh atau membuat
suara. Tangisannya berbeda untuk kebutuhan yang berbeda pula,
misalnya saat lapar, lelah, atau mengompol. Bisa meniru ekspresi wajah.
Mampu merespon kasih sayang.

3-6 Bulan

1. Perkembangan fisik : Bisa meraih benda. Mulai bisa berguling dari


telentang ke telungkup. Memindahkan barang dari satu tangan ke tangan
lain.
2. Perkembangan kognitif dan bahasa :Terlihat penasaran terhadap hal-hal
di luar jangkauan. Ingin melihat hal baru. Mengeksplorasi sesuatu
dengan memasukkannya ke mulut. Merespons percakapan dengan
membuat suara. Mengenali dan merespons ketika namanya dipanggil

10
3. Perkembangan sosial dan emosional : Mulai mengenali dan bereaksi
terhadap orang asing. Mencoba mengajak orang lain yang dikenali
bermain.

6-9 Bulan
1. Perkembangan fisik : Berguling dari telentang ke telungkup dan
sebaliknya. Duduk tanpa sandaran. Mulai bisa merangkak
2. Perkembangan kognitif dan bahasa : Berlatih bergiliran berbicara
dengan orang yang mengasuh. Bisa mengucapkan kombinasi suara
vokal, seperti eh, ah, dan oh serta mulai mengucapkan konsonan b dan
m. Mulai belajar sebab-akibat, misalnya melihat apa yang terjadi ketika
menggoyangkan mainan
3. Perkembangan sosial dan emosional : Tertarik mengamati cermin.
Memakai suara untuk mengekspresikan kebahagiaan, kesedihan, dan
amarah

9-12 Bulan
1. Perkembangan fisik : Berjalan dengan berpegangan tangan atau benda
di sekelilingnya. Dapat berdiri sendiri. Mungkin bisa berjalan beberapa
langkah sendiri. Bisa menunjuk
2. Perkembangan kognitif dan bahasa : Menemukan benda yang
tersembunyi. Melihat atau menunjuk ke gambar saat diminta. Memukul,
melempar, atau mengguncang sesuatu untuk melihat apa yang terjadi.
Mengeksplorasi benda sehari-hari baik dengan cara yang benar,
misalnya minum dari cangkir, maupun cara yang salah, misalnya
memasukkan benda ke cangkir. Mencoba mengulang kata. Menggeleng
atau melambaikan tangan untuk menolak sesuatu
3. Perkembangan sosial dan emosional : Membuat suara sehingga
terdengar seperti berbicara. Mengucapkan kata sederhana seperti
“mama” atau “papa”. Merespons ketika dipanggil namanya. Sedikit
takut terhadap hal-hal baru. Menggunakan gerakan atau suara untuk
menarik perhatian.

11
1-2 Tahun
1. Perkembangan fisik: Duduk tanpa dipegangi. Menjulurkan lengan dan
kaki untuk membantu saat pakaiannya dikenakan atau ditanggalkan.
Berjalan tanpa bantuan. Mulai belajar menaiki tangga.
2. Perkembangan kognitif dan bahasa : Belajar menggunakan sendok
untuk makan sendiri. Mengambil benda dengan ibu jari dan telunjuk.
Mencolek orang lain. Memasukkan barang ke suatu wadah, lalu
mengeluarkan lagi. Mencorat-coret dengan krayon. Mengenali nama
anggota keluarga. Paham nama benda-benda di sekelilingnya, misalnya
bola dan cangkir. Mengangkat tangan saat ingin digendong. Memahami
perintah dasar, misalnya stop
3. Perkembangan sosial dan emosional : Tersenyum dan tertawa sebagai
reaksi terhadap orang lain atau saat bermain. Menangis saat sedang
kesal. Merasa nyaman bermain dan mengeksplorasi sesuatu ketika
berada di dekat orang yang mengasuhnya. Gugup ketika berada di dekat
orang baru

2-3 Tahun
1. Perkembangan fisik : Belajar melompat dengan kedua kaki dan berlari.
Menarik mainan atau membawa mainan sambil berjalan. Melempar dan
menendang bola. Berjinjit seimbang dengan satu kaki. Menaiki perabot.
Menyikat gigi sendiri. Menarik celana ke atas dan ke bawah.
Menyalakan keran sendiri
2. Perkembangan kognitif dan bahasa : Senang bermain pura-pura,
misalnya menganggap kotak sebagai pesawat. Mengingat hal yang
terjadi di hari sebelumnya, bisa menggunakan kata seperti “tadi” atau
“kemarin”. Mengelompokkan mainan berdasarkan jenis, warna, atau
ukuran. Senang mendengarkan bacaan dongeng. Bisa mengikuti
petunjuk dua langkah, misalnya “ambil tisu dan berikan ke mama”.
Memahami kata dan nama benda sehari-hari. Mengulangi kata yang
didengar. Mulai bertanya “itu apa” atau “kenapa”.

12
3. Perkembangan sosial dan emosional : Meniru apa yang dilakukan orang
lain di sekitarnya. Mulai sadar bisa melakukan sesuatu tanpa bantuan
orang lain. Mulai tidak patuh dalam beberapa hal. Melanggar larangan
karena penasaran apa yang akan terjadi. Mengamuk ketika marah atau
merasa frustrasi.

Perkembangan anak menggambarkan peningkatan kematangan fungsi


individu, dan merupakan indikator penting dalam menilai kualitas hidup
anak. Oleh karena itu perkembangan anak harus dipantau secara berkala.
Sehingga dokter sedikitnya harus menguasai skrining perkembangan
dengan metode Denver II.

A. Langkah Persiapan : formulir denver ii, benang, kismis, kerincingan


dengan gagang yang keci, balok-balok berwarna dengan luas 10 inci,
botol kaca kecil dengan lubang 5/8 inci, bel kecil, bola tennis, pensil
merah, boneka kecil dengan botol susu, cangkir plastic dengan gagang /
pegangan, dan kertas kosong.
B. Langkah Pelaksanaan. Deteksi dini penyimpangan perkembangan anak:

− Personal Social (sosial personal) : Penyesuaian diri dengan


masyarakat dan perhatian terhadap kebutuhan perorangan.
− Fine Motor Adaptive (motorik halus adaptif) : Koordinasi mata
– tangan, memainkan dan menggunakan benda-benda kecil.
− Language (bahasa) Mendengar, mengerti dan menggunakan
bahasa
− Gross Motor (motorik kasar) : Duduk, jalan, melompat dan
gerakan umum otot besar.

13
C. Pencatatan Hasil

− Koreksi faktor prematuritas. Tarik garis umur dari garis paling


atas ke bawah dan cantumkan tanggal pemeriksaan pada ujung
atas garis umur.
− Semua uji coba untuk setiap sektor dimulai dengan uji coba yang
terletak di sebelah kiri garis umur, kemudian dilanjutkan sampai
kanan garis umur.
− Pada setiap sektor dilakukan minimal 3 uji coba terdekat di
sebelah kiri garis umur serta tiap uji coba yang dilalui garis
umur.
− Bila anak tidak mampu untuk melakukan salah satu uji coba
pada langkah 3( “gagal”; “menolak”; “tidak ada kesempatan” ),
lakukan ujicoba tambahan ke sebelah kiri pada sektor yang sama
sampai anak dapat melewati 3 uji coba.

D. Intervensi Denver II

− Normal. Bila tidak ada keterlambatan dan atau paling banyak


satu caution. Lakukan ulangan pada kontrol berikutnya.
− Suspek. Bila didapatkan ≥ 2 peringatan dan / atau ≥ 1
keterlambatan. Lakukan uji ulang dalam 1 – 2 minggu untuk
menghilangkan faktor sesaat seperti rasa takut, keadaan sakit
atau kelelahan.
− Tidak dapat diuji. Bila ada skor menolak pada ≥ 1 uji coba yang
terletak di sebelah kiri garis umur atau menolak pada > 1 uji coba
yang ditembus garis umur pada daerah 75 – 90 %.
− Uji ulang dalam 1 – 2minggu. Bila pada uji ulang didapatkan
hasil yang mencurigakan atau tidak dapat diuji, maka pikirkan
untuk merujuk anak tersebut

14
Skrining Tumbuh Kembang Anak Dengan Denver II.

15
2. Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak?
Faktor Eksternal
1. Faktor lingkungan pranatal : gizi ibu pada waktu hamil, mekanik, toksin/zat
kimia, endokrin, radiasi, infeksi, stres, imunitas dan anoksia embrio.
2. Faktor lingkungan postnatal : faktor fisik, faktor psikososial, faktor
keluarga dan adat istiadat.
3. Gizi. Makanan penting dalam tumbuh kembang anak, karena makanan
dibutuhkan untuk pertumbuhan.
4. Perawatan kesehatan. Perawatan kesehatan tidak hanya dilakukan saat anak
sakit, tetapi pemeriksaan kesehatan dan menimbang anak secara rutin
setiap bulan, karena dapat menunjang pada tumbuh kembang anak.

Faktor Internal
1. Genetik. Melalui genetik yang terkandung di dalam sel telur yang telah
dibuahi, dapat ditemukan kualitas dan kuantitas pertumbuhan.
2. Ras/suku bangsa. Bangsa kulit putih/ras Eropa mempunyai pertumbuhan
somatik lebih tinggi dibanding pada bangsa Asia.
3. Kepekaan terhadap penyakit. Dengan memberikan imunisasi, anak
diharapkan terhindar dari penyakit-penyakit yang sering menyebabkan
cacat atau kematian. Selain itu, gizi juga memegang peranan penting dalam
kepekaan terhadap penyakit.
4. Penyakit kronis. Anak yang menderita penyakit menahun akan terganggu
tumbuh kembangnya dan pendidikannya, selain itu anak juga mengalami
stres yang berkepanjangan akibat dari penyakitnya.
5. Fungsi metabolisme. Khusus pada anak, karena adanya perbedaan yang
mendasar dalam proses metabolisme pada berbagai umur, maka kebutuhan
akan berbagai zat gizi harus didasarkan atas perhitungan yang tepat atau
setidak-tidaknya memadai.
6. Hormon. Hormon - hormon yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang
antara lain adalah: growth hormon, tiroid, hormon seks, insulin. IGFs
(Insulin-like growth factors), dan hormon yang dihasilkan kelenjar adrenal.

16
3. Definisi, etiologi, manifestasi klinis, faktor risiko dari gangguan
perkembangan?
SPEECH DELAY
Definisi. Gangguan bicara (speech delay) adalah suatu keterlambatan dalam
berbahasa ataupun berbicara. Gangguan berbahasa merupakan keterlambatan
dalam sektor bahasa yang dialami oleh seorang anak.
Etiologi. Beberapa penyebab anak mengalami gangguan perkembangan
bahasa khususnya dalam aspek bicara meliputi: 1) Anak mengalami disatria,
gerak lidah terbatas; 2) Kecerdasan yang rendah; 3) Kecenderungan dengan
ekspresi panik dan ketakutan; 4) Sulit mengungkapkan keinginan dengan kata-
kata, meski orang lain tidak mengerti tapi anak tetap berusaha dengan
menggunakan gerakan agar orang lain mengerti; 5) Dengan kemampuan
komunikasi yang kurang anak akan kurang diterima dalam kelompok sosial.
Manifestasi klinis. Anak dengan keterlambatan bicara ditunjukkan dengan
penggunaan bahasa isyarat seperti bayi dan memberikan respon non verbal saat
diberikan stimulus. Kondisi ini terjadi karena berkaitan dengan kondisi anak
yang kesulitan dalam menyampaikan ekspresi melalui kata-kata. Anak sulit
mengungkapkan keinginannya dengan kata-kata sehingga kemudian
membiasakan untuk menggunakan isyarat non verbal. berbagai isyarat anak
dengan keterlambatan bicara adalah sering menunjukkan respon seperti
perubahan mimik wajah, gerakan motoric, maupun sentuhan. Selain itu anak
juga sering hanya mengeluarkan suara yang tidak mudah dikenali oleh semua
orang.

1. Tidak mengoceh saat memasuki usia 15 bulan.


2. Anak tidak berbicara saat usianya 2 tahun.
3. Tidak mampu untuk mengucapkan kalimat pendek ketika usianya 3
tahun.
4. Kesulitan mengikuti petunjuk.
5. Artikulasi atau pengucapan buruk.
6. Sulit menyatukan kata-kata dalam sebuah kalimat.

17
7. Meninggalkan kata-kata dari sebuah kalimat.

Klasifikasi. Speech delay dibagi menjadi dua klaster:

1. Gangguan speech delay fungsional: gangguan ini tergolong ringan


dan terjadi karena kurangnya stimulasi atau pola asuh yang salah.

2. Gangguan speech delay non-fungsional: gangguan ini merupakan


sebuah akibat karena adanya sebuah gangguan bahasa reseptif, seperti
autism ataupun ADHD (Attention Deficit Hyperactivity
Disorder) yang dialami anak.

GLOBAL DEVELOPMENTAL DELAY


Definisi. Keterlambatan perkembangan umum atau global developmental
delay merupakan keadaan keterlambatan perkembangan yang bermakna pada
dua atau lebih ranah perkembangan. Secara garis besar, ranah perkembangan
anak terdiri atas motor kasar, motor halus, bahasa / bicara, dan personal sosial
/ kemandirian.
Global developmental delay (GDD) adalah bagian dari ketidakmampuan
mencapai perkembangan sesuai usia, dan didefinisikan sebagai keterlambatan
dalam dua bidang atau lebih perkembangan motor kasar/motor halus, bicara/
berbahasa, kognisi, personal/sosial dan aktifitas sehari-hari.
Etiologi.
1. Penyabab saat prenatal / perinatal :terpapar teratogens atau racun, asfiksia
intrapartum, prematur, infeksi kongenital, kongenital hipotiroidisme,
trauma saat kelahiran, hemoragic intracranial
2. Penyebab saat postnatal : infeksi (meningitis, ensefalitis), trauma otak,
penyebab dari lingkungan, misalnya kurangnya nutrisi.

Penyebab lain GDD antara lain genetik atau sindromik, metabolik, endokrin,
trauma, penyebab dari lingkungan, malformasi serebral, cerebral palsy, infeksi,
dan toxin. Salah satu penyebab GDD pada beberapa kasus yaitu akibat infeksi

18
seperti virus rubella. Pada ibu yang telah terinfeksi virus rubella, maka virus
ini akan terbawa oleh aliran darah ibu. Virus akan menginfeksi janin yang
berada dalam kandungan ibu melewati tali pusat janin. Virus yang berhasil
menembus dinding penghalang plasenta, maka dipastikan janin akan terinfeksi.

Manifestasi klinis.
Tanda bahaya perkembangan motor kasar :
1. Gerakan yang asimetris atau tidak seimbang misalnya antara anggota
tubuh bagian kiri dan kanan.
2. Menetapnya refleks primitif (refleks yang muncul saat bayi) hingga
lebih dari usia 6 bulan
3. Hiper / hipotonia atau gangguan tonus otot
4. Hiper / hiporefleksia atau gangguan refleks tubuh
5. Adanya gerakan yang tidak terkontrol

Tanda bahaya gangguan motor halus :


1. Bayi masih menggenggam setelah usia 4 bulan
2. Adanya dominasi satu tangan (handedness) sebelum usia 1 tahun
3. Eksplorasi oral (seperti memasukkan mainan ke dalam mulut) masih
sangat dominan setelah usia 14 bulan
4. Perhatian penglihatan yang inkonsisten

Tanda bahaya bicara dan bahasa (ekspresif) :


1. Kurangnya kemampuan menunjuk untuk memperlihatkan
ketertarikan terhadap suatu benda pada usia 20 bulan
2. Ketidakmampuan membuat frase yang bermakna setelah 24 bulan
3. Orang tua masih tidak mengerti perkataan anak pada usia 30 bulan

Tanda bahaya bicara dan bahasa (reseptif)


1. Perhatian atau respons yang tidak konsisten terhadap suara atau bunyi,
misalnya saat dipanggil tidak selalu member respons
2. Kurangnya join attention atau kemampuan berbagi perhatian atau
ketertarikan dengan orang lain pada usia 20 bulan
3. Sering mengulang ucapan orang lain (membeo) setelah usia 30 bulan

19
Tanda bahaya gangguan sosio-emosional
1. 6 bulan: jarang senyum atau ekspresi kesenangan lain
2. 9 bulan: kurang bersuara dan menunjukkan ekspresi wajah
3. 12 bulan: tidak merespon panggilan namanya
4. 15 bulan: belum ada kata
5. 18 bulan: tidak bisa bermain pura-pura
6. 24 bulan: belum ada gabungan 2 kata yang berarti
7. Segala usia: tidak adanya babbling, bicara dan kemampuan
bersosialisasi / interaksi

Tanda bahaya gangguan kognitif


1. 2 bulan: kurangnya fixation
2. 4 bulan: kurangnya kemampuan mata mengikuti gerak benda
3. 6 bulan: belum berespons atau mencari sumber suara
4. 9 bulan: belum babbling seperti mama, baba
5. 24 bulan: belum ada kata berarti
6. 36 bulan: belum dapat merangkai 3 kata

Epidemiologi. Di Indonesia, suatu penelitan di seratus sepuluh wilayah


Puskesmas di Pulau Jawa mendapatkan 13% balita berpotensi mengalami
keterlambatan perkembangan. Penelitian di daerah kumuh perkotaan di
Bandung, ditemukan 28,5% balita mengalami keterlambatan perkembangan.
Sedangkan berapa angka kejadian KPG di Indonesia sampai saat ini belum
pernah dilaporkan.

Pemeriksaan. Serangkain tes yang bisa dilakukan untuk mengetahui penyebab


lebih pasti dari GDD yang terjadi pada anak adalah :

1. Skrining metabolik. Bertujuan untuk mengetahui apakah ada kelainan


genetik bawaan yang berkaitan dengan metabolisme pada anak. Skrining
metabolik yang dilakukan antara lain : serum asam amino, serum glukosa,
bikarbonat, laktat, piruvat, ammonia dan creatinine kinase. Tes ini

20
dianjurkan bila ditemukan adanya riwayat yang mengarah pada suatu
etiologi spesifik.
2. EEG (Electroencephalography). Pemeriksaan ini dilakukan jika anak
memiliki riwayat epilepsi. Tes ini juga bisa digunakan untuk anak dengan
kecurigaan ADHD dan pada tes dengan DSM-IV anak positif menunjukan
gejala ADHD. Pemeriksaan ini belum memiliki data yang cukup sehingga
tidak disarankan untuk anak yang tidak memiliki riwayat epilepsi atau
kecurigaan gangguan yang melibatkan otak.
3. Chromosomal microarray DNA test. Tes genetika mikroarray kromosomal
saat ini menjadi tes lini pertama pada anak dengan global development
delay yang digunakan untuk evaluasi. Umumnya pada beberapa anak
dengan global development delay, analisis mikroarray dapat membantu
untuk menganalisis kelainan yang tidak diketahui.
4. Tes lain yang berkaitan Tes lain yang berkaitan dengan diagnosa kelainan
pada anak yang perlu dilakukan antara lain : tes sitogenik yang bertujuan
untuk menentukan sindrom yang spesifik, tes pendengaran dan
penglihatan, skrining tiroid dan lain sebagainya.

Komplikasi. Komplikasi yang dapat terjadi pada anak-anak dengan


GDD yakni kemunduran perkembangan pada anak-anak yang makin
memberat. Jika tidak tertangani dengan baik, dapat mempengaruhi
kemampuan yang lain, khususnya aspek psikologi dari anak itu sendiri. Salah
satunya, anak akan mengalami depresi akibat ketidakmampuan dirinya
dalam menghadapi permasalahannya. Sehingga anak itu dapat bersikap
negatif atau agresif.

DISFASIA
Definisi. Disfasia disebut juga gangguan bahasa spesifik didefinisikan sebagai
a perubahan dalam pengembangan bahasa yang diberikan tanpa dipengaruhi
faktor evolusi lainnya. Ini adalah perubahan dalam bahasa yang
memanifestasikan dirinya dari awal perkembangan linguistik, yang muncul
dengan penundaan dan mempengaruhi orang tersebut dalam cara yang

21
langgeng dengan tingkat keparahan yang lebih sedikit atau lebih besar. Jadi,
dianggap a kesulitan bawaan dari orang tersebut. Selain itu, disfasia dianggap
sebagai gangguan bahasa tertentu karena tidak dibenarkan oleh sensorik,
motorik, intelektual atau defisit sosial-emosional, tetapi merupakan gangguan
unik dan eksklusif dari pemrosesan bahasa. Penting untuk membedakannya
dari disleksia dan disatria
Etiologi Keterlambatan berbicara tidak hanya mempengaruhi penyesuaian
akademis dan pribadi anak saja tetapi pengaruh yang paling serius adalah
terhadap kemampuan membaca pada awal anak masuk sekolah. Ada beberapa
penyebab keterlambatan bicara pada anak umumnya, yaitu:
1. Hambatan pendengaran
Pada beberapa kasus, hambatan pada pendengaran berkaitan dengan
keterlambatan bicara. Jika si anak mengalami kesulitan pendengaran,
maka dia akan mengalami hambatan pula dalam memahami, meniru
dan menggunakan bahasa. Salah satu penyebab gangguan pendengaran
anak adalah karena adanya infeksi telinga.
2. Hambatan perkembangan pada otak yang menguasai kemampuan oral-
motor Ada kasus keterlambatan bicara yang disebabkan adanya
masalah pada area oral-motor di otak sehingga kondisi ini
menyebabkan terjadinya ketidakefisienan hubungan di daerah otak
yang bertanggung jawab menghasilkan bicara. Akibatnya, si anak
mengalami kesulitan menggunakan bibir, lidah bahkan rahangnya
untuk menghasilkan bunyi kata tertentu.
3. Masalah keturunan
Masalah keturunan sejauh ini belum banyak diteliti korelasinya dengan
etiologi dari hambatan pendengaran. Namun, sejumlah fakta
menunjukkan pula bahwa pada beberapa kasus di mana seorang anak
mengalami keterlambatan bicara, ditemukan adanya kasus serupa pada
generasi sebelumnya atau pada keluarganya. Dengan demikian
kesimpulan sementara hanya menunjukkan adanya kemungkinan
masalah keturunan sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi.

22
4. Masalah pembelajaran dan komunikasi dengan orang tua
Masalah komunikasi dan interaksi dengan orang tua tanpa disadari
memiliki peran yang penting dalam membuat anak mempunyai
kemampuan berbicara dan berbahasa yang tinggi. Banyak orang tua
yang tidak menyadari bahwa cara mereka berkomunikasi dengan si
anaklah yang juga membuat anak tidak punya banyak perbendaharaan
kata-kata, kurang dipacu untuk berpikir logis, analisa atau membuat
kesimpulan dari kalimat-kalimat yang sangat sederhana sekali pun.
Sering orang tua malas mengajak anaknya bicara panjang lebar dan
hanya bicara satu dua patah kata saja yang isinya instruksi atau
jawaban sangat singkat. Selain itu, anak yang tidak pernah diberi
kesempatan untuk mengekspresikan diri sejak dini (lebih banyak
menjadi pendengar pasif) karena orang tua terlalu memaksakan dan
“memasukkan” segala instruksi, pandangan mereka sendiri atau
keinginan mereka sendiri tanpa memberi kesempatan pada anaknya
untuk memberi umpan balik, juga menjadi faktor yang mempengaruhi
kemampuan bicara, menggunakan kalimat dan berbahasanya.
5. Adanya keterbatasan fisik seperti pendengaran terganggu, otot bicara
kurang sempurna, bibir sumbing, dan sebagainya.

Manifestasi Klinis. orang dengan disfasia akan memiliki karakteristik seperti


berikut:

• Kesulitan berhubungan dengan teman sebaya Anda. Isolasi Orang yang


sama memutuskan untuk mengisolasi dirinya sendiri atau teman-temannya
mengisolasi dirinya.
• Perhatian kerja berkurang.Karakteristik lain dari orang dengan disfasia
adalah bahwa mereka cenderung berulang dalam kebiasaan mereka.
• Kesulitan memperoleh pengetahuan.
• Kesulitan dalam memahami ruang dan waktu.

23
• Karakteristik lain dari orang yang menderita disfasia adalah mereka
mengalami komplikasi kognitif yang lebih besar dibandingkan dengan
orang yang tidak menderita disfasia.

AFASIA SENSORIK

Definisi. afasia Sensorik adalah gangguan berkomunikasi yang disebabkan


oleh kerusakan pada bagian otak tengah kiri atau yang dikenal dengan area
Wernicke. Area ini berperan dalam mengontrol bahasa. Akibatnya, orang
dengan afasia Wernicke kesulitan berbicara dalam bahasa yang bisa dimengerti
dan kesulitan memahami ucapan orang lain

Etiologi. Kondisi yang bisa menyebabkan kerusakan pada area Wernicke,


antara lain: Cedera kepala,Tumor Infeksi otak,Kelainan saraf, Ensefalitis atau
radang otak.dan Gangguan Sirkulasi Otak

Manifestasi Klinis : gejala-gejala yang menjadi pertanda afasia Wernicke:

• Mengucapkan banyak kata yang tidak bisa dimengerti.


• Tidak bisa memahami arti kata-kata.
• Mampu berbicara dengan baik dalam kalimat panjang, tetapi tidak
masuk akal.
• Menggunakan kata-kata yang salah atau kata-kata yang tidak masuk
akal.
• Tidak bisa memahami kata-kata tertulis.
• Kesulitan menulis.
• Frustras
RETARDASI MENTAL
Definisi. Retardasi mental adalah penurunan fungsi intelektual yang
menyeluruh secara bermakna dan secara langsung menyebabkan gangguan
adaptasi sosial, dan bermanifestasi selama masa perkembangan.
retardasi mental yaitu sebagai suatu penurunan fungsi intelektual secara
menyeluruh yang terjadi pada masa perkembangan dan dihubungkan dengan

24
gangguan adaptasi sosial. Ada 3 hal penting yang merupakan kata kunci dalam
definisi ini yaitu penurunan fungsi intelektual, adaptasi sosial, dan masa
perkembangan.
Etiologi. Terjadinya retardasi mental tidak dapat dipisahkan dari tumbuh
kembang seorang anak. Seperti diketahui faktor penentu tumbuh kembang
seorang anak pada garis besarnya adalah faktor genetik/heredokonstitusional
yang menentukan sifat bawaan anak tersebut dan faktor lingkungan. Dalam hal
ini lingkungan berfungsi sebagai penyedia kebutuhan dasar anak untuk tumbuh
kembang.
Etiologi retardasi mental tipe klinis atau biologikal dapat dibagi menjadi :
1. Penyebab pranatal : kelainan kromosom, kelainan genetik/herediter,
gangguan metabolik, sindrom dismorfik, infeksi intrauterin, dan
intoksikasi
2. Penyebab perinatal : prematuritas, asfiksia, kernikterus, hipoglikemia,
meningitis, hidrosefalus, perdarahan intraventrikular
3. Penyebab postnatal : infeksi (meningitis, ensefalitis), trauma, kejang
lama dan intoksikasi (timah hitam, merkuri)
Manifestasi klinis.
Kriteria Diagnostik Retardasi Mental Menurut ICD X dan PPDGJ III.
Retardasi mental adalah kondisi di mana perkembangan pikiran terhenti atau
tidak sempurna, yang biasanya ditandai dengan gangguan keterampilan yang
bermanifestasi pada masa perkembangan. Gangguan ini berkontribusi pada
tingkat inteligensi secara keseluruhan, seperti kemampuan kognitif, berbahasa,
motorik, dan sosial. Diagnosis pasti ditegakkan berdasarkan adanya penurunan
tingkat inteligensi yang menyebabkan kehilangan kemampuan untuk
beradaptasi dengan tuntutan kehidupan sehari-hari. Derajat beratnya retardasi
mental ditentukan berdasarkan skor IQ, yaitu:
− Retardasi mental ringan: skor IQ 50–69
− Retardasi mental sedang: skor IQ 35–49
− Retardasi mental berat: skor IQ 20–34
− Retardasi mental sangat berat: skor IQ <20

25
Kriteria Diagnostik Retardasi Mental Menurut DSM-5. Kriteria
diagnosis untuk retardasi mental mengalami perubahan dibandingkan kriteria
sebelumnya. Tingkat keparahan gangguan ditentukan berdasarkan fungsi
adapatif dan bukan fungsi intelektual (skor IQ) semata. DSM-5 menggunakan
istilah intellectual disability sebagai pengganti istilah retardasi mental.
Intellectual disability adalah gangguan perkembangan intelektual dan adaptif
dalam domain konseptual, sosial, dan praktis dengan onset pada periode
perkembangan. Kriteria diagnosisnya adalah :
1. Defisit dalam fungsi intelektual, termasuk reasoning, pemecahan masalah,
perencanaan, pemikiran abstrak, penilaian, pembelajaran akademik, dan
kemampuan belajar dari pengalaman. Hal ini harus dikonfirmasi dengan
penilaian klinis dan pemeriksaan intelegensia secara standar dan individual.
2. Defisit dalam fungsi adaptif yang menyebabkan kegagalan dalam
memenuhi standar perkembangan dan sosiokultural untuk kemandirian
pribadi dan tanggung jawab sosial. Tanpa dukungan yang terus menerus,
defisit fungsi adaptif akan membatasi kemampuan dalam satu atau lebih
aktivitas sehari-hari, seperti komunikasi, partisipasi sosial, dan hidup
mandiri. Hal ini akan terjadi pada berbagai lingkungan, misalnya rumah,
sekolah, lingkungan kerja, dan komunitas.
3. Onset defisit fungsi intelektual dan adaptif terjadi selama masa
perkembangan
Faktor risiko. Faktor genetik, lingkungan, dan psikososial. Sejumlah faktor
lingkungan dan perkembangan, termasuk paparan timbal subklinis dan obat
pada masa prenatal, alkohol, dan zat-zat berbahaya lainnya merupakan
kontributor bagi timbulnya retardasi mental.

1. Faktor Herediter dan Genetik. Beberapa faktor genetik dapat menjadi


penyebab gangguan ini, misalnya mutasi gen FMR1 (sindrom fragile
X), trisomi kromosom 21 (Down syndrome), delesi kromosom 15
(sindrom Prader Willi). Sindrom akibat disrupsi gen bisa muncul hanya

26
pada pasien (mutasi de novo) atau diwariskan oleh orang tua. Pewarisan
bisa secara dominan, resesif, atau terkait kromosom X (X-linked).
2. Faktor Prenatal dan Perinatal. Kondisi fisik dan status nutrisi ibu pada
waktu hamil sangat memengaruhi perkembangan janin. Kondisi fisik
mencakup penyakit kronis dan kondisi-kondisi lain yang mungkin
memengaruhi perkembangan janin, termasuk diabetes yang tidak
terkontrol, anemia, emfisema, hipertensi, komplikasi kehamilan, dan
penyalahgunaan zat dalam jangka lama.
3. Faktor Psikososial. Retardasi mental ringan juga bisa berhubungan
dengan deprivasi nutrisi dan pengasuhan yang baik. Hal ini bisa
disebabkan berbagai faktor sosial seperti kemiskinan, orang tua yang
terlalu sibuk bekerja, sosial ekonomi yang rendah, dan tingkat
pendidikan orang tua yang rendah. Trauma-trauma yang melibatkan
otak, hipoksia otak (misalnya tenggelam), kecelakaan yang melibatkan
kehilangan kesadaran juga merupakan faktor risiko retardasi mental.
Pemeriksaan. Diagnosis retardasi mental tidak hanya didasarkan atas tes
intelegensia saja, melainkan juga dari riwayat penyakit, laporan dari
orangtua, laporan dari sekolah, pemeriksaan fisis, laboratorium,
pemeriksaan penunjang. Yang perlu dinilai tidak hanya intelegensia saja
melainkan juga adaptasi sosialnya.
Pemeriksaan Ultrasonografi (USG) kepala dapat membantu menilai
adanya kalsifikasi serebral, perdarahan intra kranial pada bayi dengan ubun-
ubun masih terbuka. Pemeriksaan laboratorium dilakukan atas indikasi,
pemeriksaan ferriklorida dan asam amino urine dapat dilakukan sebagai
screening PKU. Pemeriksaan analisis kromosom dilakukan bila dicurigai
adanya kelainan kromosom yang mendasari retardasi mental tersebut.
Beberapa pemeriksaan penunjang lain dapat dilakukan untuk membantu
seperti pemeriksaan BERA, CT-Scan, dan MRI.
Kesulitan yang dihadapi adalah kalau penderita masih dibawah
umur 2-3 tahun, karena kebanyakan tes psikologis ditujukan pada anak yang
lebih besar. Pada bayi dapat dinilai perkembangan motorik halus maupun

27
kasar, serta perkembangan bicara dan bahasa. Biasanya penderita retardasi
mental juga mengalami keterlambatan motor dan bahasa.
Tatalaksana. Obat-obat yang sering digunakan dalam pengobatan retardasi
mental adalah terutama untuk menekan gejala-gejala hiperkinetik.
Metilfenidat (ritalin) dapat memperbaiki keseimbangan emosi dan fungsi
kognitif. Imipramin, dekstroamfetamin, klorpromazin, flufenazin,
fluoksetin kadang-kadang dipergunakan oleh psikiatri anak. Untuk
menaikkan kemampuan belajar pada umumnya diberikan tioridazin
(melleril), metilfenidat, amfetamin, asam glutamat, gamma aminobutyric
acid (GABA).
Komplikasi. Paralisis serebral, gangguan kejang, masalah- masalah
perilaku/psikiatri, defisit komunikasi.

4. Penentuan DX?

Berdasakan keluhan ibu diskenario yang merasa khawatir terhadap


perkembangan anaknya bahwa anaknya yang berusia 20 bulan belum bisa
mengucapkan kata-kata dan hanya bisa mengoceh serta tidak menoleh saat
dipanggil. Berdasarkan tanda dan gejala ini, anak dapat di kategorikan
mengalami speech delay. Dimana speech delay atau keterlambatan bicara
merupakan gangguan bicara pada anak yang kualitas bicaranya berada dibawah
anak seusianya. Faktor penyebab anak diskenario mengalami speech delay
karena tidak mendapat role model yang baik dalam meniru dan memberikan
stimulasi untuk mengeksplorasi kemampuan bicaranya dikarenakan sehari-hari
kedua orangtuanya sibuk bekerja dan hanya dijaga oleh pengasuhnya. Serta
kebiasaan anak bermain gadget, juga ikut berpengaruh terhadap kejadian
speech delay.

5. Pemeriksaan, tatalaksana, komplikasi, prognosis, dan KIE dari DX?


Epidemiologi. Prevalensi keterlambatan perkembangan berbahasa di
Indonesia belum pernah diteliti secara luas. Data di Departemen Rehabilitasi
Medik RSCM tahun 2006, dari 1125 jumlah kunjungan pasien anak terdapat

28
10,13% anak terdiagnosis keterlambatan bicara dan bahasa. Penelitian Wahjuni
tahun 1998 di salah satu kelurahan di Jakarta Pusat menemukan prevalensi
keterlambatan bahasa sebesar 9,3% dari 214 anak yang berusia bawah tiga
tahun.
Pemeriksaan. Alat skrining yang dapat digunakan adalah Kuesioner Pra
Skrining Perkembangan (KPSP), Parents Evaluation of Developmental Status
(PEDS) dan Denver Developmental Screening Test II.
Tatalaksana. Terapi wicara ampuh atasi keterlambatan bicara anak.
efektivitasnya bergantung pada penyebab dasar masalah. Pada dasarnya, terapi
dilakukan untuk merangsang anak untuk berbicara. Terapis akan mencoba
berbagai cara seperti mengajak anak bermain, memperkenalkan kartu
bergambar, atau bahasa isyarat. Selain itu untuk mengajarkan kepada orang tua
cara mendorong dan meningkatkan kemampuan komunikasi anaknya. Pada
anak-anak dengan gangguan pendengaran mungkin diperlukan pemakaian alat
bantu dengar.Dan yang terpenting adalah peran orang tua atau pengasuh agar
memberikan stimulasi di rumah sesering mungkin kepada anak dengan:
a. Rajin mengajak berbicara dengan anak anda
b. Dengarkan anak anda, ajak bermain, ajak bernyanyi
c. Bacakan anak anda cerita saat mau tidur
d. Setiap mengajarkan kata, tunjukkan bendanya
e. Batasi penggunaan gadget seperti bermain HP dan menonton TV (bayi
dan anak dibawah usia 2 tahun sama sekali tidak boleh melihat layar
TV atau HP.
KIE. Komunikasi, informasi dan pemberian edukasi ditekankan untuk
orangtua dan lingkungan terdekat, karena memegang peranan penting dalam
perkembangan bicara dan bahasa seorang anak. Hal-hal yang dapat dilakukan
orangtua untuk mengoptimalkan perkembangan bicara dan bahasa anak antara
lain:
1. Rajin berbicara dan berkomunikasi dengan anak, dimulai pada masa bayi.
Kapanpun, di manapun saat berada bersama anak, katakanlah apa yang
sedang terjadi, sebutkan nama benda-benda yang ditemui, mangajak bayi

29
dan anak bercakap-cakap, memberi respon terhadap ocehan bayi dengan
kata-kata sederhana, menjawab pertanyaan, atau bernyanyi. Walau bayi
yang sangat muda belum bisa berbicara, kata-kata yang didengarnya akan
menjadi bekal dalam perkembangan bicara dan bahasanya.
2. Membacakan cerita dengan suara yang jelas adalah cara yang baik untuk
meningkatkan kosakata anak. Bayi dan anak kecil biasanya tertarik pada
cerita yang bersajak. Sembari membaca, anak dapat diajak menunjuk
gambar dan menyebut nama benda yang ditunjuk. Gadget dan televisi
bukan metode stimulasi yang baik.

30
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasakan keluhan ibu diskenario yang merasa khawatir terhadap


perkembangan anaknya bahwa anaknya yang berusia 20 bulan belum bisa
mengucapkan kata-kata dan hanya bisa mengoceh serta tidak menoleh saat
dipanggil. Diketahui juga bahwa sehari-hari pasien dijaga oleh pengasuhnya dan
sering bermain gadget, karena ibu dan ayahnya sibuk bekerja. Berdasarkan hasil
anamnesis, tanda serta gejala yang ada maka anak di skenario dapat didiagnosis
mengalami speech delay.

31
DAFTAR PUSTAKA

Dr. Jenni K Dahlia, Sp.A. Pedoman Pelaksanaan Stimulasi, Deteksi dan Intervensi
Dini Tumbuh Kembang Anak Di Tingkat Pelayanan Kesehatan Dasar.
Divisi Tumbuh Kembang Pediatri Sosial, Bagian Ilmu Kesehatan Anak
FKUI-RSCM.

Gouri Manik Manas. 2020. A Study On Childhood Development In Early Stage.


Vijayanagara Sri Krishnadevaraya University.

Made Ovy Riandew, dkk. Diagnosis Dan Penatalaksanaan Autisme. Fakultas


Kedokteran Universitas Udayana/Rumah.

dr. Ackni Hartati, SpA. Tahapan Tumbuh Kembang Anak yang Optimal. Primaya
Hospital.

Alfani Nurul Istiqlal. 2021. Gangguan Keterlambatan Berbicara (Speech Delay)


Pada Anak Usia 6 Tahun. Universitas Negeri Malang.

Amanda Soebadi. 2013. Keterlambatan Bicara. Departemen Ilmu Kesehatan Anak


FKUI - RSCM.

Titi Sunarwati Sularyo, dkk. 2000. Retardasi Mental. , Bagian Ilmu Kesehatan
Anak FKUI-RSCM, Jakarta.

Bernie Endyarni Medise. 2013. Mengenal Keterlambatan Perkembangan Umum


pada Anak. Ikatan Dokter Anak Indonesia.

Wahyu Nor Halimah. 2018. Penatalaksanaan Fisioterapi Pada Kondisi Global


Delay Development Dengan Riwayat Congenital Rubella Syndrome Di Pntc
Karanganyar. Universitas Muhammadiyah Surakarta.

dr. Kartika Ratna Pertiwi, M. Biomed. Sc . 2017. Mengenal Parameter Penilaian


Pertumbuhan Fisik Pada Anak. Universitas Muhammadiyah Jogjakarta.

32
Candra Wahyuni, SST., M.Kes. 2018. Panduan Lengkap Tumbuh Kembang Anak
Usia 0 – 5 Tahun. Strada Press; Kediri.

33

Anda mungkin juga menyukai