Anda di halaman 1dari 11

LU-40 Reaktansi Kapasitif

A. Tujuan Percobaan
Setelah melakukan percobaan ini siswa diharapkan memahami konsep reaktansi kapasitif
dan menentukan nilainya untuk frekuensi yang diberikan.
B. Alat-alat Percobaan
Kode
Nama Alat
KAL
Catu Daya
60/5A
PEO 502
Saklar SPST
PEO 403 Kapasitor 10F
02
PEO 403 Kapasitor 5F
01
GME 240 Multimeter digital
KAL 99
Kabelpenghubung

Jml
1
1
1
1
2
6

C. Pengantar dan Persiapan Percobaan


Seperti halnya dalam rangkaian arus searah (DC), dalam arus bolak balik (AC) pun
terdapat hubungan antara tegangan (V) dan arus (I). Dalam rangkaian DC hubungan
tersebut dinyatakan dalam bentuk
V
=
IR

. (40.1)
Dengan R adala hambatan rangkaian
Hubungan yang sama juga berlaku dalam rangkaian AC yang tersusun dari sebuah
kapasitor dengan kapasitansi C dan tegangan V. Hubungan tersebut dinyatakan dalam
bentuk
V
=
IXC

.. (40.2)
Dengan XC disebut reaktansi kapasitor, yang sama halnya dengan hambatan R dalam
rangkaian DC. Huruf di bawah garis C menyatakan kuantitas yang berhubungan dengan
kapasitansi, dan oleh karena itu diistilahkan sebagai reaktansi kapasitif kapasitor. Dari
hubungan ini, reaktansi XC dapat didefinisikan sebagai :
XC

(40.3)
Satuan reaktansi sama dengan satuan hambatan, yaitu ohm, yang dilambangkan dengan ,
V dan I dapat diukur menggunakan multimeter. Dengan demeikian XC dapat dihitung. Pada
percobaan ini Anda akan menentukan kapasitif reaktansi dari beberapa kapasitor yang
tersedia dalam kit.

Gambar 40.1

a. Siapkan alat-alat sesuai daftar.


b. Susun rangkaian sesuai dengan skema rangkaian pada Gambar 40.1.
Pastikan catu daya dalam keadaan mati. Pilih tegangan keluaran 2V AC.
Pastikan saklar dalam keadaan terbuka.
Gunakan salah satu multimeter digital sebagai voltmeter dengan batas ukur 20V AC
dan yang lainnya sebagai ammeter dengan batas ukur 200mAAC.
c. Periksa kembali rangkaian yang sudah anda buat.
D. Langkah-langkah Percobaan
a. Nyalakan catu daya.
b. Tutup saklar rangkaian.
c. Baca tegangan kapasitor pada voltmeter dari arus yang melalui kapasitor pada ammeter,
Catat hasilnya pada Tabel 40.1.
d. Ulangi langkah c untuk tegangan keluaran catu daya 4V, 6V, 8V, 10V lakukan secara
berurutan.
e. Buka saklar rangkaian.
f. Ganti kapasitor 5 F dengan kapasitor 10 F.
g. Ulangi langkah b sampai d
E. Hasil Pengamatan
Tabel 40.1.
C (F)
5

10

Tegangan Catu Daya V (V)


(V)
2
2,24
4
4,50
6
6,75
8
8,02
10
11,26
2
2,24
4
4,50
6
6,76
8
9,01
10
11,22

I (A)

XC ()

0,31
0,64
0,98
1,31
1,65
0,62
1,27
1,92
2,56
3,21

7,225
7,031
6,887
6,887
6,824
3,446
3,543
3,520
3,519
3,495

Berdasarkan pada table di atas, buat grafik tegangan V terhadap arus I!

I (A)

j
V (A)

Beri penafsiran terhadap grafik di atas!


Nilai V meningkat maka nilai I meningkat, sehingga dengan demikian nilai V
berbanding lurus dengan nilai I.
F. Analisis
a. Kajian Teori :
Bilamana sebuah kapasitor dialiri arus bolak-balik (arus AC), maka pada kapasitor
tersebut akan timbul resistansi semu atau disebut juga dengan istilah reaktansi kapasitif
dengan notasi (Xc). Besarnya nilai reaktansi kapasitif tersebut tergantung dari
besarnya nilai kapasitansi suatu kapasitor (F) dan frekuensi (Hz) arus bolak-balik.
Besarnya reaktansi kapasitif berbanding terbalik dengan perubahan frekuensi dan
kapasitansi suatu kapasitor, semakin kecil frekuensi arus bolak-balik dan semakin kecil
nilai kapasitansi suatu kapasitor, maka semakin besar nilai reaktansi kapasitif (Xc)
pada kapasitor, sebaliknya semakin besar frekuensi arus bolak-balik dan semakin besar
nilai kapasitansi, maka semakin kecil nilai reaktansi kapasitif (Xc)
b. Kajian Komputerisasi :

G. Kesimpulan
Untuk mencari nilai Xc maka cara nya adalah
dan I pada kapasitor lalu membagikan V dengan

atau dengan mengukur nilai V


, sehingga semakin besar tegangan

catudaya maka semakin besar nilai I dan nilai Xc relative sama.


LU-41

Reaktansi Induktif

A. Tujuan Percobaan
Setelah melakukan percobaan ini siswa diharapkan memahami konsep reaktansi induktif
dan dapat menentukan induktansi sebuah induktor pada frekuensi yang diberikan.
B. Alat-alat Percobaan
Kode
Nama Alat
KAL
Catu Daya
60/5A
PEO 502
Saklar SPST
PEF 331
Set inti U dan I
PEF 331 Kaki inti U
04
PEF 356
Kumparan
500
lilitan
PEF 357
Kumparan
1000
lilitan
GME 240 Multimeter digital
KAL 99
Kabelpenghubung

Jml
1
1
1
1
1
1
2
6

C. Persiapan Percobaan
Informasi Tambahan
Konsep reaktansi induktif serupa dengan reaktansi kapasitif. Pada sebuah rangkaian AC
yang tersusun dari sebuah induktansi L dan tegangan V yang menyebabkan arus I
mengalir, terdapat hubungan yang sama antar V dan I seperti halnya hubungan V dan I
pada rangkaian yang tersusun dari sebuah kapasitor, hubungan tersebut adalah:
V
=
IXL

(41.1)
Dengan XL adalah reaktansi Induktor, yang sama halnya dengan hambatan R dalam
rangkaian DC. Huruf di bawah garis L menandakan kuantitas yang berhubungan dengan
Induktansi, dan oleh karena itu diistilahkan sebagai reaktansi induktif. Dari hubungan ini
reaktansi XL dapat didefinisikan sebagai :
XL=
.. (41.2)

Satuan reaktansi induktif sama dengan satuan hambatan yaitu ohm, yang dilambangkan
dengan . V dan I dapat diukur menggunakan multimeter. Dengan demikian XL dapat
dihitung. Pada percobaan ini anda akan menentukan reaktansi Induktif dari beberapa
induktor (kumparan) yang tersedia.

Gambar 41.1

a. Siapkan alat-alat sesuai daftar


b. Susun rangkaian sesuai dengan skema pada Gambar 41.1.
Kumparan 500 lilitan terpasang pada inti tertutup, yaitu inti U yang ditutup dengan
inti I kemudian dikencangkan dengan baut pengencang.
Pastikan catu daya dalam keadaan mati. Pilih keluarannya 12 V AC.
Pastikan saklar dalam keadaan terbuka.
Gunakan satu buah multimeter sebagai voltmeter dengan batas ukur 20 V AC dan
yang lainnya sebagai ammeter dengan batas ukur 200 mA AC.
c. Periksa kembali rangkaian yang sudah Anda buat.
D. Langkah-langkah Percobaan
a. Nyalakan catu daya
b. Tutup saklar, kemudian baca tegangan induktor (kumparan) pada voltmeter dan arus
yang melaluinya pada ammeter. Catat hasilnya pada Tabel 41.1.
c. Buka saklar rangkaian.
d. Ganti kumparan 500 lilitan dengan kumparan 1000 lilitan. Kemudian lakukan langkah
b.
E. Hasil Pengamatan
Tabel 41.1.
Kumparan (lilitan)
500
1000

V (V)
13,47
13,50

I (A)
78,1
61,3

XL ()
0,17
0,22

Berdasarkan hasil pengamatan di atas, bagaimanakah hubungan antara jumlah lilitan


dan reaktansi induktif?
Semakin banyak jumlah lilitan maka semakin kecil arus yang mengalir dan reaktansi
induktif menjadi lebih besar dan sebaliknya.

F. Analisis
a. Kajian teori
Pada saat sebuah induktor dialiri arus bolak-balik (AC), maka pada induktor tersebut
akan timbul reaktansi induktif resistansi semu atau disebut juga dengan istilah
reaktansi induktansi dengan notasi XL. Besarnya nilai reaktansi induktif tergantung
dari besarnya nilai induktansi induktor L (Henry) dan frekuensi (Hz) arus bolak-balik
(AC).
Hubungan arus ac pada besarnya reaktansi induktif berbanding langsung dengan
perubahan frekuensi dan nilai induktansi induktor, semakin besar frekuensi arus
bolak-balik dan semakin besar nilai induktor, maka semakin besar nilai reaktansi
induktif XL pada induktor sebaliknya semakin kecil frekuensi arus bolak-balik dan
semakin kecil nilai dari induktansinya, maka semakin kecil nilai reaktansi induktif XL
pada induktor tersebut.
B. Kesimpulan
Semakin banyak lilitan oada kumparan maka semakin kecil nilai arus yang menyebabkan
semakin besarnya nilai XL . untuk menentukan induktansi sebuah inductor yaitu dengan
cara membagi nilai V pada inductor dengan nilai I pada Induktor

LU- 42Arus Pemagnet AC


A. Tujuan Percobaan
Setelah melakukan percobaan ini siswa diharapkan memahami pengaruh inti pada
arus AC yang mengalir melalui sebuah kumparan.
B. Alat-alat Percobaan
Kode
KAL 60/5A
PEO 502
PEF 331
PEF 331 04
PEF 356
PEF 332
GME 240
KAL 99

Nama Alat
Catu Daya
Saklar SPST
Set inti U dan I
Kaki inti U
Kumparan 500 lilitan
Set inti besi padat
Multimeter Digital
Kabel Penghubung

Jumlah
1
1
1
1
1
1
1
3

C. Pengantar dan Persiapan percobaan


Arus pemagnet adalah arus dari caru daya ke kumparan yang diperlukan untuk
memagnetkan inti besi dan mengurangi kebocoran dan kerugian.
a. Siapkan alat-alat sesuai daftar
b. Susun rangkaian seperti pada Gambar 42.1a
Sebelum percobaan dimulai, pastikan daru daya dalam keadaan mati.
Pilih tegangan keluaran catu daya 6 VAC
Gunakan multimeter digital sebagai ammeter dengan batas ukur 10 A AC

c. Periksa kembali rangkaian yang telah Anda buat.


D. Langkah-langkah percobaan
a. Nyalakan catu daya
b. Tutup saklar rangkaian kemudian baca arus pada ammeter. Catat hasilnya pada
table 42.1
c. Buka saklat rangkaian. Tutup inti U dengan menempatkan inti besi padat di
atasnya
d. Ulangi langkah b.
e. Buka Saklar Rangkaian. Gantii inti besi padat dengan ini-I (Berlapis). Ulangi
langkah b.
E. Hasil Pengamatan
Tabel 42.1
Inti

Arus (A)
Inti U
0,41
Inti U dengan inti besi padat
0,09
Inti U ditutup dengan inti I
0,06
a. Adakah pengaruh inti pada arus yang mengalir pada kumparan? Jika ada,
Jelaskan!
Inti U, arus paling besar karena tedapat kebocoran fluks magnetic, sehingga
menghasilkan induktansi diri
Inti U dengan inti besi padat, arus lebih kecil karena fluks magnetic mengalir
melalui inti besi padat
Inti U ditutup dengan inti I, arus paling kecil, karena besi dibuat berlapis-lapis
sehingga dapat mengurangi arus pusar
b. Sebutkan faktor-faktor yang menyebabkan arus pemagnet AC berubah ?
Besarnya arus listrik dan Jenis inti besi yang digunakan
F. Analisis
a. Kajian Teori :
Ketika Kumparan primer dihubungkan dengan sumber tegangan bolakbalik,
perubahan arus listrik pada kumparan primer menimbulkan perubahan medan
magnet. Medan magnet yang berubah diperkuat oleh adanya inti besi. Inti besi
berfungsi untuk mempermudah jalan fluksi yang ditimbulkan oleh arus listrik
yang melalui kumparan, sehingga fluks magnet yang timbulkan akan
mengalir ke kumparan sekunder, sehingga pada ujung-ujung kumparan
sekunder akan timbul ggl induksi. Efek ini dinamakan induktansi timbal-balik
(mutual inductance). Bila pada rangkaian sekunder ditutup (rangkaian beban)
maka akan mengalir arus pada kumparan sekunder. Jika efisiensi sempurna
(100%), semua daya pada lilitan primer
akan dilimpahkan ke lilitan sekunder.
Transformator terdiri dari pasangan kumparan primer dan sekunder
yang diisolasi (terpisah) secara listrik dan dililitkan pada inti besi lunak. Inti

besi lunak dibuat dari pelat yang berlapis-lapis untuk mengurangi daya yang
hilang karena arus pusar. Kerugian karena Eddy current disebabkan oleh aliran
sirkulasi arus yang menginduksi logam. Ini disebabkan oleh aliran fluk
magnetik disekitar inti besi. Karena inti besi trafo terbuat dari konduktor
(umumnya besi lunak), maka arus Eddy yang menginduksi inti besi akan
semakin besar. Eddy current dapat menyebabkan kerugian daya pada sebuah
trafo karena pada saat terjadi induksi arus listrik pada inti besi, maka sejumlah
energi listrik akan diubah menjadi panas.
Untuk mengurangi arus Eddy, maka inti besi trafo dibuat berlapislapis, tujuannya untuk memecah induksi arus Eddy yang terbentuk di dalam
inti besi. Perbedaan induksi arus Eddy di dalam inti besi tunggal dengan inti
besi berlapis dapat dilihat pada gambar 5 berikut ini.

b. Kajian Komputerisasi
G. Kesimpulan
Pada penggunaan inti besi I berlapis yang digunakan untuk menutup inti U
menyebabkan arus lebih kecil dari pada menggunakan inti besi padat. Karena pada
penggunaan inti besi berlapis dapat mengurangi daya yang hilang karena arus pusar
yang disebabkan oleh aliran sirkulasi arus yang menginduksi logam.

LU-43

CINCIN THOMPSON

A. Tujuan Percobaan
Setelah melakukan percobaan ini siswa diharapkan dapat menerapkan konsep arus
eddy dan hukum lenz
B. Alat dan Bahan
KODE
KAL 60/5A
PPO 502
PEF 331 01
PEF 331 04
PEF 335
PEF 332 01
PEF 333 03
KAL 99

NAMA ALAT
CATU DAYA
SAKLAR SPST
INTI-U
KAKI INTI U
KUMPARAN 150LILITAN
INTI BESI PANJANG
CINCIN THOMPSON
KABEL PENGHUBUNG

JUMLAH
1
1
1
1
1
1
1
3

C. PERSIAPAN PERCOBAAN
a. Siapakan alat-alat seperti gambar di atas
b. Susunlah alat-alat seperti ditunjukan pada gambar
Pastikan catu daya dalam keadaan mati
Pasang kumparan 150 lilitan pada inti-U
Hubungkan saklar dengan kumparan. Pastikan posisi saklar terbuka
Letakan inti besi di atas kumparan dengan posisi berdiri di atas inti U
c. Pilih tegangan keluaran catu daya 4V AC
d. Periksa kembali rangkaian
D. LANGKAH-LANGKAH PERCOBAAN
a. Tempatkan cincin Thompson menyelubungi inti besi tepat di atas kumparan
b. Nyalakan catu daya dan tutup saklar rangkaian. Amati cincin apa yang terjadi?
c. Buka saklar rangkaian. Ulangi langkah b untuk tegangan 6V 8V 10V dan 12V
AC secara berurutan
E. HASIL PENGAMATAN
TEGANGAN CATU DAYA(V)
KEADAAN CINCIN
4
Bergetar
6
Melayang tepat di atas inti U
8
Melayang Inti I
10
Melayang Inti I
12
Loncat melewati Inti I
Cinicin loncat dan mengambang karena terdapat kutub kutub sama yang saling
berhadapan sehingga terjadi tolakan. Kutub tersebut terjadi karena adanya arus

induksi. Karena arus induksi berlaian arah dengan sumber yang memproduksinya
maka kutub bagian atas pada inti u sama dengan kutub bagian bawah cincin
Thompson.
Jika menggunakan arus DC cincin tidak akan berprilaku sama hal itu dikarenakan
fluks magnetic tidak akan berubah karena arusnya searah, sehingga tidak terjadi arus
induksi hal ini menyebabkan tidak terjadi arus eddy dan cincin Thompson tidak akan
loncat.
F. ANALSIS
arus eddy adalah arus yang timbul dari adanya pemotongan medan magnet oleh
penghantar/konduktor yang digerakakan disekitar medan magnet. arus ini juga timbul
apabila ada sebuah konduktor yang diam sementara ada medan magnet yang bergerak
secara bolak balik terhadap konduktor tersebut. medan magnet bisa berubah
dikarenakan arus bolak balik dari tegangan ac yang tidak stabil.
medan magnet yang ditimbulkan dari kedua aplikasi di atas akan menyebabkan
medan induksi .Medan hasil induksi ini, yang arahnya tidak sama dengan medan
penyebabnya, akan menghasilkan medan pusaran. Dan jika bahan inti yang dijadikan
jalur medan magnet ini bersifat kondukif (dapat melewatkan arus), maka medan pusar
ini akan menghasilkan arus pusar pada inti.
Jadi saat cincin Thompson di letakan di inti besi maka saat catu daya dinyalakan
cincin Thompson akan loncat karena, catu daya yang dihubungkan pada kumparan
akan menimbulkan perubahan fluks magnet dari nol sampai nilai tertentu. Perubahan
fluks magnetic ini akan meningkatkan arus induksi pada cincin Thompson. Arah arus
induksi adalah berlainan arah dengan sumber yang memproduksinya. Sehingga
bagian atas inti U memiliki kutub yang sama dengan bagian bawah dari cincin
Thompson, dengan demikian cincin Thompson akan loncat.
Semakin besar nilai tegangan ac pada catu daya maka jumlah fluks magnetic semakin
besar dan cincin Thompson akan loncat lebih jauh.
G. KESIMPULAN
Cincin Thompson dapat loncat karena pengaruh dari sumber tegangan AC yang
menyebabkan perubahan fluks magnetic dan menghasilkan arus induksi sehingga
bagian atas inti u memiliki kutub yang sama dengan bagian bawah cincin Thompson.
Perubahan fluks magnetic menyebabkan terjadinya arus pusar atau arus eddy dan arah
arus induksi berlawanan dengan sumber yang memproduksinya (sesuai hukum lenz)
sehingga terdapat kutub yang saling tolak menolak.

http://tanotocentre.wordpress.com/2009/06/06/transformator/
http://zhagitoloh.blogspot.com/2010/01/jenis-jenis-dan-prinsip-kerja.html
http://www.academia.edu/4591775/Inductor

Anda mungkin juga menyukai