PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Air merupakan zat yang sangat penting bagi kehidupan. Air terdiri dari
berbagai bahan kimia, baik dalam bentuk partikel padat maupun dalam bentuk
larutan. Kualitas air sangat penting artinya, tidak hanya untuk hewan yang bersifat
poikiloterm atau berdarah dingin sehingga tidak membutuhkan energi yang besar
apabila terjadi perubahan suhu di dalam habitatnya. Ikan adalah hewan air,
sehingga dapat dikatakan bahwa dinamika ekosistemnya tergantung pada
kesuburan air .
Keadaan kualitas air tinggi dan tanah dasar kolam atau tambak yang baik
merupakan bahan yang penting untuk menjamin keberhasilan akuakultur kolam
atau tambak. Beberapa masalah dalam kualitas air dan tanah kolam atau tambak
berhubungan dengan karakteristik tempat. Air tersedia dalam jumlah yang tidak
cukup atau berkualitas jelek, seperti keasaman tinggi, kaya hara dan bahan
organic, banyak mengandung zat-zat tersuspensi atau tercemar dengan bahan
kimia dari kegiatan industri atau pertanian. Tanah dapat mempunyai sifat-sifat
yang tidak layak seperti keasaman asam sulfat potensial, kandungan bahan
organic tinggi atau porositas yang besar.
Air dan ikan tidak dapat dipisahkan. Untuk kehidupannya, ikan sangat
membutuhkan air. Namun, tidak semua air dapat digunakan untuk pemeliharaan
ikan. Ada persyaratan yang harus dipenuhi agar ikan dapat hidup dengan baik di
dalamnya. Kondisi fisik, biologi dan kimia air sangat berpengaruh pada kehidupan
akuatik. Karakteristik fisik dan kimia air adalah suhu, pH (keasaman), salinitas,
oksigen dan karbondioksida terlarut serta kandungan material beracun termasuk
bahan organik seperti amonia, nitrit, logam berat maupun kimia sintesis.
Sedangkan karakteristik biologi air meliputi jumlah dan kepadatan plankton .
Ketiga unsur tersebut sangat tergantung pada sinar matahari, selain itu
kehidupan akuatik sangat membutuhkan mineral-mineral, oksigen dan zat-zat
lainnya. Seperti kita ketahui bahwa konsumsi oksigen ikan berbeda-beda
tergantung spesies, ukuran tubuh, aktivitas dan factor-faktor lainnya. Ikan tidak
dapat hidup lama dalam habitat yang kandungan oksigen terlarutnya rendah .
Selama satu periode pemeliharaan ikan (4-6 bulan) secara tidak langsung
selalu diperoleh limbah sisa-sisa pakan dan kotoran ikan. Limbah tersebut
merupakan limbah organik yang dapat meningkatkan kesuburan air (eutrofikasi)
dan penurunan kualitas air sehingga kurang sesuai untuk pertumbuhan ikan.
Perombakan bahan organik membutuhkan oksigen terlarut dalam air, sehingga
mengurangi oksigen terlarut dalam air yang sangat dibutuhkan oleh ikan untuk
keperluan metabolisme dan pernafasannnya.
Berdasarkan pemikiran tersebut perlu diketahui efisiensi penggunaan air,
tingkat kesuburan dan kualitas limbah budidaya lele dumbo secara intensif. Air
limbah tersebut dapat digunakan untuk tanaman yang bermanfaat, antara lain
tanaman pekarangan (sayuran, palawija, tanaman buah dan tanaman hias) baik
dengan cara hidroponik maupun dengan media tanah
1.2 Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang dapat di
ambil adalah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan Suhu Udara ?
2. Apa yang dimaksud dengan Penyinaran Matahari ?
3. Apa yang dimaksud dengan Kelembaban Udara ?
4. Bagaimana Lima langkah penting dalam budidaya perikanan ?
5. Bagaimana Menganalisa kualitas air pada kolam atau tambak yang
berbeda ?
6. Apa Faktor Fisika Kimia yang berpengaruh terhadap Fitoplankton ?
7. Bagaimana Perikanan Laut Indonesia ?
8. BagaimanaPotensi Perikanan Laut di Indonesia ?
9. Bagaimana Masalah dalam Pembangunan Perikanan Laut ?
10. Bagaimana Pembangunan Prikanan Laut di Indonesia ?
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Suhu Udara
Suhu udara adalah ukuran energi kinetik rata-rata dari pergerakan molekulmolekul. Suhu suatu benda ialah keadaan yang menentukan kemampuan benda
tersebut, untuk memindahkan (transfer) panas ke benda-benda lain atau menerima
panas dari benda-benda lain tersebut. Dalam sistem dua benda, benda yang
kehilangan panas dikatakan benda yang bersuhu lebih tinggi Variasi Harian Suhu
Permukaan Selama 24 jam, suhu udara selalu mengalami perubahan-perubahan.
Di atas lautan perubahan suhu berlangsung lebih banyak perlahan-lahan daripada
di atas daratan.
Variasi suhu pada permukaan laut kurang dari 1C, dan dalam keadaan tenang
variasi suhu udara dekat laut hampir sama. Sebaliknya diatas daerah pedalaman
continental dan padang pasir perubahan suhu udara permukaan antara siang dan
malam mencapai 20C. Sedangkan pada daerah pantai variasinya tergantung dari
arah angin yang bertiup. Variasinya besar bila angin bertiup dari atas daratan dan
sebaliknya. Alat pengukur suhu disebut termometer. Termometer dibuat dengan
mendasarkan sifat-sifat fisik dari suatu zat (bahan), misalnya pengembangan
benda padat, benda cair, gas dan juga sifat merubahnya tahanan listrik terhadap
suhu. Ada beberapa termometer pengukur udara, antara lain:Termometer Bola
Basah dan Bola Kering.Termometer Maksimum dan Termometer Minimum.
2.2 Penyinaran Matahari
Matahari adalah sumber panas bagi bumi. Walaupun bumi sudah memiliki
panas sendiri yang berasal dari dalam, panas bumi lebih kecil artinya
dibandingkan dengan panas matahari. Panas matahari mencapai 60 gram
kalori/cm2, tiap jam, sedangkan panas bumi hanya mencapai 55 gram/cm2 tiap
tahunnya. Besarnya sinar matahari yang mencapai bumi hanya sekitar 43% dari
keseluruhan sinar yang menuju bumi dan >50% lainnya dipantulkan kembali ke
angkasa. Panas bumi sangat tergantung kepada banyaknya panas yang berasal dari
Sebelum memulai kegiatan budidaya, hal yang perlu diperhatikan adalah tanah
dasar kolam atau tambak, karena kualitas tanah dasar kolam sangat berpengaruh
terhadap kualitas air yang nanti akan digunakan dalam budidaya.
Tujuan dari pengeringan tanah dasar kolam yaitu :
-
Tanah berlumpur lebih sulit dikeringkan daripada tanag pasir atau lempung.
2. Pemupukan
minggu, sebab dalam waktu tersebut ada kemungkinan pupuk yang diberikan
belum bekerja secara optimal dan belum memproduksi pakan alami
-
Cara pemupukan :
1.
2.
3.
Jenis-jenis pupuk :
1.
Pupuk N -> Nitrat : NaNO3 (10%N) dan CaNO3 (28% Ca dan 18%N),
Amida : urea (45%N) dan Ca Cyanida (21% N)
1.
Pupuk P > Larut dalam Air : superphospat ; Larut dalam asam lemah :
phospat thomas, phospat rhenamia dan magnesium phospat ; Larut dalam
asam kuat : phospat bogor dan phospat cirebon
Pemberian pupuk nitrogen dan phosphor dengan perbandingan 30:1 akan banyak
menumbuhkan alga jenis diatome. Sedangkan pada pebandingan N:P = 1:1 paling
cocok untuk menumbuhkan fitoflagellata. Organisme udang lebih suka pada
perairan yang mengandung banyak diatom.
3. Pengapuran
Pengapuran bertujuan untuk meningkatkan derajat keasaman dalam perairarn
(pH). Derajat keasaman perairan dapat dibedakan menjadi 3, yaitu :
-
Perairan yang asam maupun basa kurang baik dalam kegiatan budidaya, sebab
pada kedua keadaan tersebut ketersediaan unsure hara terbatas.
4. Aerasi
Aerasi merupakan suatu usaha untuk mensuplai oksigen kedalam air, dengan
menggunakan suatu alat yang disebut aerator.
kincir air
Beberapa jenis aerator yang digunakan antara lain ; vertical pump, pump sprayer
dan peadle wheel. Dalam penggunaan aerator jangan sampai menimbulkan
keruhnya air kolam atau tambak, sebab akan berakibat menghambat respirasi ikan
atau udang yang dibudidayakan, menghambat pertumbuhan plankton dan juga
dapat menghambat pergerakan ikan dalam mencari makan.
5. Resirkulasi
Salah satu usaha untuk menjaga dan memperbaiki kualitas air yaitu dengan
system resirkulasi atau mendaur ulang air buangan, sehingga air tersebut layak
digunakan kembali untuk kegiatan budidaya. Resirkulasi ini menjadi 2 macam,
yaitu resikulasi penuh/tertutup dan resirkulasi sebagian/semi tertutup.
System resirkulasi ini lebih tepat dilakukan apabila :
1.
2.
3.
4.
10
Yang merupakan parameter kunci dalam manajemen kualitas air adalah oksigen
terlarut, BOD, CO2, pH, alkalinitas, kesadahan, fosfat terlarut, nitrat, nitrit,
kecerahan, suhu, dan kelimpahan fitoplankton. Pada praktikum lapang di Waduk
Karangkates, Malang parameter kualitas air yang diukur adalah: suhu, DO, pH,
kecerahan, dan salinitas.
Suhu merupakan salah satu faktor fisika yang sangat berpengaruh bagi kehidupan
yang ada di dalam perairan. Suhu yang diukur pada Waduk Karangkates adalah
26o C. Nilai suhu yang didapat pada saat praktikum berkaitan dengan letak
topografi daerah Malang. Kota Malang yang berada di daerah dataran tinggi
memiliki tekanan udara yang tinggi sehingga menyebabkan suhu di daerah sana
relatif dingin. Suhu 26o C masih bisa digunakan untuk budidaya ikan nila dan
tawes. Suhu tersebut masih bisa ditoleransi oleh ikan sehingga ikan bisa bertahan
hidup dan proses metabolismenya tidak terganggu akibat pengaruh suhu yang ada
di daerah itu.
Oksigen terlarut (DO) merupakan salah satu bagian dari unsur kimia dalam air
yang berbentuk gas yang berguna bagi kebutuhan respirasi organisme perairan.
Oksigen terlarut merupakan faktor pembatas bagi kehidupan organisme.
Perubahan konsentrasi oksigen terlarut dapat menimbulkan efek langsung yang
berakibat pada kematian organisme perairan. Sedangkan pengaruh yang tidak
langsung adalah meningkatkan toksisitas bahan pencemar yang pada akhirnya
dapat membahayakan organisme itu sendiri. Hal ini disebabkan karena oksigen
terlarut digunakan untuk proses metabolisme dalam tubuh dan berkembang biak.
Nilai DO yang diperoleh pada praktikum adalah 13,5. Nilai tersebut menunjukkan
bahwa kandungan oksigen terlarut pada perairan itu baik, karena dalam suatu
usaha budidaya nilai DO minimum adalah 5 mg/liter (5 ppm). Faktor yang
mempengaruhi kepekatan oksigen dalam suatu perairan adalah suhu, jumlah
tanaman yang berfotosintesis, tingkat penetrasi cahaya, tingkat kederasan aliran
air, dan jumlah bahan organik yang diuraikan dalam perairan. Sedangkan faktor
yang dapat mengurangi jumlah oksigen dalam perairan adalah proses respirasi
11
organisme air, dekomposisi bahan organik, reduksi gas-gas lain dalam air, dan
pelepasan oksigen ke udara. Adapun usaha yang bisa dilakukan untuk
mempertahankan konsentrasi dari oksigen terlarut ini yaitu dengan cara
mempertahankan jumlah fitoplankton, menyipon tambak (menurunkan BO), dan
penambahan probiotik.
bikarbonat
dan
salinitas,
serta
jumlah
atau
kepadatan
fitoplankton.
Kecerahan suatu perairan dapat dijadikan sebagai indikator untuk mengetahui
kepadatan fitoplankton. Pengukuran kecerahan pada saat praktikum di Waduk
Karangkates adalah 10 cm. Keadaan perairan dengan nilai kecerahan seperti itu
dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti faktor cuaca (pengaruh penetrasi
sinar matahari ke dalam perairan), partikel organik dan anorganik tersuspensi, dan
kepadatan fitoplankton. Selain mengukur nilai kecerahannya, diamati pula warna
12
air. Warna air pada perairan itu berwarna hijau. Warna hijau perairan disebabkan
karena banyaknya jumlah fitoplankton yang ada dalam air.
Salinitas adalah jumlah garam-garam (dalam gram) di dalam tiap 1000 gram air
sampel yang dinyatakan dalam promil. Salinitas pada daerah Waduk Karangkates
adalah 1, artinya perairan daerah itu adalah perairan tawar. Keadaan perairan yang
tawar tersebut disesuaikan dengan jenis ikan yang dibudidayakan. Jenis ikan yang
dibudidayakan pada Waduk Karangkates nila dan tawes, dimana kedua jenis ikan
tersebut merupakan ikan yang berhabitat di perairan tawar.
2.6 Faktor Fisika Kimia Perairan Yang Berpengaruh Terhadap Fitoplanton
a.Salinitas
Salinitas atau kadar garam atau kegaraman ialah jumlah berat semua garam
(dalam gram) yang terlarut dalam satu liter air, biasanya dinyatakan dengan satuan
(gram/liter). Perairan estuari atau daerah sekitar kuala dapat mempunyai
struktur salinitas yang komplek, karena selain merupakan pertemuan antara air
tawar yang relatif ringan dan air laut yang lebih berat, juga pengadukan air sangat
menentukan (Nontji, 1993). Salinitas tertinggi biasanya ditemukan di sekitar
mulut estuari, semakin ke hulu sungai salinitas akan semakin menurun
(Nybakken, 1993). Odum (1993) menyebutkan bahwa kehidupan berbagai jenis
fitoplankton tergantung pada salinitas perairan. Salinitas yang berbeda
menyebabkan perbedaan jenis fitoplankton.
b.Suhu
Suhu air merupakan faktor yang banyak mendapat perhatian karena dapat
dimanfaatkan untuk mengkaji gejala-gejala fisika dalam laut dan juga dalam
kaitannya dalam kehidupan hewan, bahkan juga untuk kajian meteorology. Suhu
air di permukaan laut di Indonesia umumnya berkisar 23 - 31 C. Suhu air di
pantai biasanya sedikit lebih tinggi dibandingkan suhu di lepas pantai. Suhu air di
permukaan dipengaruhi oleh curah hujan, penguapan, kelembaban udara, suhu
udara, kecepatan angin dan intensitas radiasi matahari (Nontji, 1993). Walaupun
13
variasi suhu di dalam air tidak sebesar di udara, hal ini merupakan faktor
pembatas utama karena organisme aquatik sering kali mempunyai kisaran
toleransi suhu yang sempit (stenotermal) yang selanjutnya akan mempengaruhi
kehidupan organisme aquatik (Odum, 1993).
c.Oksigen
Pemasukan air tawar dan air laut yang teratur ke badan estuari dan ditambah lagi
dengan kedangkalan, turbulensi dan percampuran oleh angin, biasanya suplai
oksigen cukup banyak dalam kolom air. Kelarutan oksigen dalam air menurun jika
suhu dan salinitas meningkat. Jumlah oksigen dalam air akan bervariasi jika
parameter suhu dan salinitas bervariasi (Green, 1968).
d.Kecerahan
Penetrasi cahaya sering kali dihalangi oleh zat yang terlarut dalam air karena sifat
air di estuari mengandung sejumlah besar partikel dalam suspensi yang sering di
sebut
dengan
kekeruhan.
Perairan
estuari
yang
kekeruhannya
tinggi,
oleh
kekeruhan
tersebut.
Terganggunya
proses
fotosintesis
14
terutama pada aliran air. Di samping itu juga arus di dalam aliran air dapat
menentukan distribusi gas vital, garam dan organisme plankton (Anwar, 1984).
f.Nutrien
Dalam pertumbuhannya fitoplankton membutuhkan banyak unsur nutrien.
Menurut Michael (1985), fosfat dan nitrogen merupakan unsur hara makro yang
dimanfaatkan oleh fitoplankton sebagai nutrien sehingga dapat menjadi faktor
pembatas bagi pertumbuhan fitoplankton di perairan. Nitrat dapat digunakan
untuk menentukan kesuburan perairan. Perairan oligotropik memiliki kandungan
nitrat 0 - 0,1 mg/liter, perairan mesotropik sebesar 0,1 - 0,5 mg/liter dan perairan
eutropik 0,5 - 5 mg/liter (Wetzel, 1982). Goldman et.al., (1983) menambahkan
bahwa fosfor yang digunakan secara efektif untuk pertumbuhan fiitoplankton
hanyalah dalam bentuk ortofosfat terlarut.
2.7 Perikanan Laut Indonesia
Wilayah kedaulatan dan yuridiksi Indonesia membentang luas di cakrawala
katulistiwa dari 94 o sampai 141o Bujur Timur dan 6 o Lintang Utara sampai 11 o
Lintang Selatan, dan merupakan negara kepulauan. Kepulauan Indonesia terdiri
dari 17.508 pulau besar dan kecil dan memiliki garis pantai 81.00 km terpanjang
ke dua di dunia, serta luas laut 5,8 juta km2 (G. Jusuf, 1999).
Wilayah laut Indonesia mencakup 12 mil laut ke arah luar garis pantai,
selain itu Indonesia memiliki wilayah yuridiksi nasional yang meliputi Zona
Ekonomi Eksklusif (ZEE) sejauh 200 mil dan landas kontinen sampai sejauh 350
mil dari garis pantai. Dengan ditetapkannya konvensi PBB tentang hukum laut
Internasional 1982, wilayah laut yang dapat dimanfaatkan diperkirakan mencapai
5,8 juta km2 yang terdiri dari 3,1 juta km2 perairan laut teritorial Indonesia dan
sisanya sekitar 2,7 juta km2 perairan ZEE.
15
Pasifik dan Samudera Hindia, juga diantara dua benua yaitu Benua Asia dan
Benua Australia.
Wilayah laut menjadi sangat penting dengan dicantumkannya pada
GBHN tahun 1993, dan didirikannya Departemen Kelautan dan Perikanan.
Undang-Undang No. 22 dan 25 tahun 1999 juga mencantumkan kelautan sebagai
bagian dari otonomi daerah.
Beberapa alasan pembangunan kelautan antara lain:
Indonesia memiliki sumberdaya laut yang besar baik ditinjau dari kuantitas
maupun keragamannya, Sumberdaya laut tersebut bila ditinjau dari kuantitas
sangat besar seperti yang diuraikan di sub bab potensi sumberdaya laut di bagian
bawah ini, adapun keragaman sumberdaya laut untuk jenis ikan diketahui terdapat
8.500 jenis ikan pada kolom perairan yang sama, 1.800 jenis rumput laut dan
20.000 jenis moluska,
harus
Penghasil devisa negara, udang dan beberapa jenis ikan ekonomis penting seperti
tuna, cakalang ataupun lobster, saat ini merupakan komoditi eksport yang
menghasilkan devisa negara diluar sektor kehutanan maupun pertambangan.
16
peluang yang sangat besar bagi penyediaan lapangan kerja yang sangat
dibutuhkan oleh Bangsa Indonesia sekarang ini.
17
Potensi
Harga
Perkiraan
(US$/ton)
(US$)
9,91
0,75
18,15
33,06
0,99
62,86
8.000
14.125
4.500
600
450
3.052
6.240.320.000
837.217.000
6.430.860.000
1.561.680.000
34.934.400
15.105.011.400
6,13
0,58
0,00
6,71
-
450
5.000
40.000.000
1.073
-
217.080.000
230.000.000
120.000.000
567.080.000
40.000.000.000
55.672.091.400
Lestari
Perikanan laut
Tuna/cakalang
780.040
Udang
59.272
Demersal
1.429.080
Pelagis kecil
2.602.800
Lainnya
77.632
Jumlah
4.948.824
Budidaya laut
Rumput laut
482.400
Ikan dan kerang-kerangan 46.000
Mutiara
3
Jumlah
528.403
Bioteknologi Kelautan
Total keseluruhan
Sumber: Rokhmin D. (2001)
Nilai
Kesemuanya merupakan
lingkungan bagi biota laut dengan standing croppopulasi ikan yang tinggi serta
tempat habitat fauna, yang berkembang kejurusan laut dan darat, yang merupakan
sumber bahan pangan, minuman, bahan bangunan, energi dan lain-lain.
Kondisi geografis
18
Perairan Indonesia yang luas dan terletak pada posisi silang antara dua samudera,
yaitu samudera Hindia dan Samudera Pasifik, dan antara dua benua yaitu Benua
Australia dan Asia merupakan wilayah yang rawan dalam segi HANKAMNAS
dan berpotensi menimbulkan benturan kepentingan.
Kondisi
geografi
dengan
banyak
pulau
bertebaran
diseluruh
sarana
dan
prasarana
yang
diperlukan
untuk
menunjang
d.
Komitmen Pemerintah
Komitmen dan kelancaran dukungan pemerintah baik pemerintah pusat maupun
pemerintah daerah, terhadap suatu pembangunan merupakan faktor kunci
keberhasilan pembangunan.
e.
19
internasional
perlu
ditingkatkan
untuk
mengatur
pemanfaatan
20
21
dapat dilanjutkan tetapi hal ini tanpa mematikan pengadaan kapal-kapal dalam
negeri. Selain itu perlunya dorongan bagi pembangunan industri kapal perikanan
dalam negeri dan meningkatkan kemampuan rancang bangun serta perekayasaan
kapal dan alat penangkapan ikan.
Komitmen pemerintah dalam mendukung pembangunan perikanan laut,
merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam pembangunan di Sektor perikanan
laut. Melihat rumitnya struktur kelembagaan yang ikut ambil bagian dalam
menangani persoalan-persoalan perikanan laut membuat semakin banyaknya
masalah-masalah yang timbul, untuk itu perlu penataan kembali lembaga-lembaga
yang terkait dalam bidang perikanan laut sehingga wewenang dan fungsinya jelas
dan optimal. Perlunya sikap rendah hati dari setiap pimpinan lembaga untuk
melepaskan capurtangannya dan menyerahkan kepada lembaga yang terkait.
Pembuatan perundang-undangan yang tepat serta pengawasan yang ketat
akan menghasilkan pengelolaan sumberdaya laut yang efektif dan efisien tanpa
merusak sumberdaya laut yang ada. Oleh karena itu sebelum pemerintah
membuat perundang-undangan hendaknya diperlukan informasi dan data, serta
kajian yang lengkap dan matang sehingga perundang-undangan yang berlaku
menjadi sangat efektif untuk dilaksanakan. Kegiatan pengawasan menurut
Muchtar
A,
(1999)
mutlak
diperlukan
dengan
Pengawasan
perlu
jaman.
Menurut
Muchtar, A (1999)
untuk
dapat
22
berkualitas yang dapat oleh pasar internasional maupun lokal. Indonesia juga
harus mengembangkan rekayasa kelautan dimanaIndonesia dipacu untuk dapat
menghasilkan peralatan yang dibutuhkan dalam bidang perikanan tanpa harus
terus menerus mengadalakan peralatan buatan luar negeri. Pengembangan ini
dapat dilakukan secara bersama-sama antara instansi pemerintah, perguruan tinggi
maupun swasta yang bergerak dalam bidang IPTEK kelautan secara menyeluruh.
Selain teknologi yang terus ditingkatkan juga perlu diimbangi dengan
sistem informasi dan data yang akurat bagi kepentingan nelayan maupun instansi
terkait untuk pengambilan kebijakan. Misalnya informasi mengenai daerah
23
Cahaya merupakan faktor lingkungan yang sangat penting sebagai sumber energi
utama bagi ekosistem. Ada tiga aspek penting yang perlu dikaji dari faktor cahaya,
yang sangat erat kaitannya dengan sistem ekologi, yaitu:
Kualitas cahaya atau komposisi panjang gelombang.
Intensitas cahaya atau kandungan energi dari cahaya.
Lama penyinaran, seperti panjang hari atau jumlah jam cahaya yang bersinar
setiap hari.
1. Kualitas Cahaya
Secara
fisika,
radiasi
matahari
merupakan
gelombang-
gelombang
elektromagnetik dengan berbagai panjang gelombang. Tidak semua gelombanggelombang tadi dapat menembus lapisan atas atmosfer untuk mencapai
permukaan bumi. Umumnya kualitas cahaya tidak memperlihatkan perbedaan
yang mencolok antara satu tempat dengan tempat lainnya, sehingga tidak selalu
merupakan faktor ekologi yang penting.
Umumnya tumbuhan teradaptasi untuk mengelola cahaya dengan panjang
gelombang antara 0,39 7,6 mikron. Klorofil yang berwarna hijau mengasorpsi
cahaya merah dan biru, dengan demikian panjang gelombang itulah yang
merupakan bagian dari spectrum cahaya yang sangat bermanfaat bagi fotosintesis.
Pada ekosistem daratan kualitas cahaya tidak mempunyai variasi yang berarti
untuk mempengaruhi fotosintesis. Pada ekosistem perairan, cahaya merah dan
biru diserap fitoplankton yang hidup di permukaan sehingga cahaya hijau akal
24
lewat atau dipenetrasikan ke lapisan lebih bawah dan sangat sulit untuk diserap
oleh fitoplankton.
Pengaruh dari cahaya ultraviolet terhadap tumbuhan masih belum jelas. Yang jelas
cahaya ini dapat merusak atau membunuh bacteria dan mampu mempengaruhi
perkembangan tumbuhan (menjadi terhambat), contohnya yaitu bentuk- bentuk
daun yang roset, terhambatnya batang menjadi panjang
2. Intensitas cahaya
Intensitas cahaya atau kandungan energi merupakan aspek cahaya terpenting
sebagai faktor lingkungan, karena berperan sebagai tenaga pengendali utama dari
ekosistem. Intensitas cahaya ini sangat bervariasi baik dalam ruang/ spasial
maupun dalam waktu/temporal.
Intensitas cahaya terbesar terjadi di daerah tropika, terutama daerah kering (zona
arid), sedikit cahaya yang direfleksikan oleh awan. Di daerah garis lintang rendah,
cahaya matahari menembus atmosfer dan membentuk sudut yang besar dengan
permukaan bumi. Sehingga lapisan atmosfer yang tembus berada dalam ketebalan
minimum.
Intensitas cahaya menurun secara cepat dengan naiknya garis lintang. Pada garis
lintang yang tinggi matahari berada pada sudut yang rendah terhadap permukaan
bumi dan permukaan atmosfer, dengan demikian sinar menembus lapisan
atmosfer yang terpanjang ini akan mengakibatkan lebih banyak cahaya yang
direfleksikan dan dihamburkan oleh lapisan awan dan pencemar di atmosfer.
v Kepentingan Intensitas Cahaya
Intensitas cahaya dalam suatu ekosistem adalah bervariasi. Kanopi suatu vegetasi
akan menahan dann mengabsorpsi sejumlah cahaya sehingga ini akan menentukan
jumlah cahaya yang mampu menembus dan merupakan sejumlah energi yang
dapat dimanfaatkan oleh tumbuhan dasar. Intensitas cahaya yang berlebihan dapat
berperan sebagai faktor pembatas. Cahaya yang kuat sekali dapat merusak enzim
akibat foto- oksidasi, ini menganggu metabolisme organisme terutama
kemampuan di dalam mensisntesis protein.
v Titik Kompensasi
Dengan tujuan untuk menghasilkan produktivitas bersih, tumbuhan harus
menerima sejumlah cahaya yang cukup untuk membentuk karbohidrat yang
25
terhadap
lamanya
penyinaran
sinar
matahari.
Contoh
dari
26
27
Sebenarnya sangat sulit untuk memisahkan secara mandiri pengaruh suhu sebagai
faktor lingkungan. Misalnya energi cahaya mungkin diubah menjadi energi panas
ketika cahaya diabsorpsi oleh suatu substansi. Suhu sering berperan bersamaan
dengan cahaya dan air untuk mengontrol fungsi- fungsi dari organisme.
Relatif mudah untuk mengukur suhu dalam suatu lingkungan tetapi sulit untuk
menentukan suhu yang bagaimana yang berperan nyata, apakah keadaan
maksimum, minimum atau keadaan harga rata- ratanya yang penting.
1. Variasi suhu
Sangat sedikit tempat- tempat di permukaan bumi secara terus- menerus berada
dalam kondisi terlalu panas atau terlalu dingin untuk sistem kehidupan, suhu
biasanya mempunyai variasi baik secara ruang maupun secara waktu. Variasi suhu
ini berkaitan dengan garis lintang, dan sejalan dengan ini juga terjadi variasi local
berdasarkan topografi dan jarak dari laut.
Terjadi juga variasi dari suhu ini dalam ekosistem, misalnya dalam hutan dan
ekosistem perairan. Perbedaan yang nyata antara suhu pada permukaan kanopi
hutan dengan suhu di bagian dasar hutan akan terlihat dengan jelas. Demikian
juga perbedaan suhu berdasarkan kedalaman air.
Seperti halnya dengan faktor cahaya, letak dari sumber panas ( matahari ),
bersama- sama dengan putarannya bumi pada porosnya akan menimbulkan variasi
suhu di alam tempat tumbuhan hidup.
Jumlah panas yang diterima bumi juga berubah- ubah setiap saat tergantung pada
lintasan awan, bayangan tumbuhan setiap hari, setiap tahun dan gejala geologi.
Begitu matahari terbit pagi hari, permukaan bumi mulai memperoleh lebih banyak
panas dibandingkan dengan yang hilang karena radiasi panas bumi, dengan
demikian suhu akan naik dengan cepat. Setelah beberapa jam tercapailah suhu
yang tinggi sekitar tengah hari, setelah lewat petang mulailah terjadi penurunan
suhu maka bumi ini akibat reradiasi yang lebih besar dibandingkan dengan radiasi
yang diterima. Pada malam hari penurunan suhu muka bumi akan bertambah lagi,
panas yang diterima melalui radiasi dari matahari tidak ada, sedangkan reradiasi
berjalan terus, akibatnya ada kemungkinan suhu permukaan bumi lebih rendah
dari suhu udara disekitarnya. Proses ini akan menimbulkan fluktuasi suhu
28
seharian, dan fluktuasi suhu yang paling tinggi akan terjadi di daerah antara
ombak di tepi pantai.
Berbagai karakteristika muka bumi penyebab variasi suhu :
1.
2.
Kegemburan dan kadar air tanah, tanah yang gembur lebih cepat
memberikan respon pada pancaran panas daripada tanah yang padat,
terutama erat kaitannya dengan penembusan dan kadar air tanah, makin
basah tanah makin lambat suhu berubah.
3.
4.
5.
Variasi suhu berdasarkan waktu/ temporal terjadi baik musiman maupun harian,
kesemua variasi ini akan mempengaruhi penyebaran dan fungsi tumbuhan.
29
1.
Kehidupan di muka bumi ini berada dalam suatu bahan kisaran suhu antara 00 C
sampai dengan 500 C, dalam kisaran suhu ini individu tumbuhan mempunyai suhu
minimum,
maksimum
dan
optimum
yang
diperlukan
untuk
aktifitas
30
Menurut Benyamin Lakitan (2001) dan Hefni Effendi (2003) air memiliki
karakteristik yang khas yang tidak dimiliki oleh senyawa kimia yang lain, yaitu.
1. Berbentuk cair pada suhu ruang. Semakin besar ukuran molekul suatu senyawa
maka pada suhu ruang senyawa tersebut akan cenderung berbentuk cair.
Sebaliknya jika ukurannya kecil maka akan cenderung berbentuk gas.`Air yang
berat molekulnya sebesar 18 gr/mol berbentuk cair dalam suhu ruang karena
adanya ikatan hidrogen yang antara molekul-molekul air, sehingga tiap molekul
air akan tidak mudah terlepas dan berubah bentuk menjadi gas.
2. Perubahan suhu air berlangsung lambat sehingga air memiliki sifat sebagai
penyimpan panas yang baik. Sifat ini memungkinkan air tidak menjadi panas
ataupun dingin dalam seketika. Perubahan suhu yang lambat ini mencegah
terjadinya stress pada makhluk hidup akibat perubahan suhu yang mendadak dan
juga memelihara suhu bumi agar sesuai dengan makhuk hidup.
3. Panas laten vaporisasi dan fusi yang tinggi. Panas laten vaporisasi adalah energi
yang dibutuhkan untuk menguapkan 1 gr pada suhu 20oC. Sedangkan panas laten
fusi adalah energi yang dibutuhkan untuk mencairkan 1 gr es pada suhu 0oC.
Besarnya energi panas laten vaporisasi adalah 586 cal dan untuk panas laten fusi
adalah 80 cal. Tingginya energi yang diperlukan untuk menguapkan air ini penting
artinya bagi tumbuhan dalam upaya menjaga stabilitas suhu daun melalui proses
transpirasi.
4. Viskositas (hambatan untuk pengaliran) rendah. Karena ikatan-ikatan hidrogen
harus diputus agar air dapat mengalir, maka ada anggapan bahwa viskositas air
akan tinggi. Tapi pada kenyataannya tidaklah demikian, karena pada air dalam
keadaan cair, setiap ikatan hidrogen dimiliki bersama-sama oleh dua molekul air
lainnya, sehingga ikatan hidrogennya menjadi lemah dan mudah terputus. Inilah
yang menyebabkan viskositas air rendah. Viskositas air yang rendah ini
menyebabkan air menjadi pelarut yang baik, sifat ini memungkinkan unsur hara
terlarut dapat diangkut ke seluruh jaringan tubuh makhluk hidup dan mampu
mengangkut bahan-bahan toksik yang masuk dan mengeluarkannya ke luar tubuh.
5. Adanya gaya adhesi dan kohesi. Air bersifat polar sehingga gaya tarik menarik
antara molekul air dengan molekul lainnya (misalnya dengan protein dan
polisakarida penyusun dinding sel) akan mudah terjadi. Adhesi merupakan daya
31
tarik menarik antara molekul air yang berbeda. Kohesi adalah daya tarik menarik
antara molekul yang sama. Adanya kohesi dan adhesi ini menyebabkan air dapat
diangkut ke seluruh tubuh tumbuhan melalui jaringan xilem. Selain itu juga
menyebabkan adanya tegangan permukaan yang tinggi, ini memungkinkan air
mampu membasahi suatu bahan secara baik.
6. Air merupakan satu-satunya senyawa yang meregang ketika membeku. Ini
berarti es memiliki kerapatan atau densitas (massa/volume) yang lebih rendah
dibandingkan air. Dengan demikian es akan mengapung di atas air. Sifat ini
mengakibatkan air permukaan yang berada di daerah beriklim dingin hanya
membeku dipermukaan saja sehingga organisme akuatik masih bisa bertahan
hidup.
b. Jenis jenis air
Secara umum air yang terdapat di bumi ini digolongkan ke dalam dua jenis, yaitu:
1. Air tanah (ground water), adalah air yang terdapat di bawah permukaan tanah
dan tidak dapat dilihat secara langsung. Air tanah ditemukan pada lapisan akifer
yaitu lapisan yang bersifat porous (mampu menahan air) dan permeable (mampu
memindahkan air). Pergerakan air tanah sangat lambat, kecepatan arus berkisar
antara 10-10-10-3 m/detik sehingga waktu tinggal air (residence time) berlangsung
lama. Air tanah ini dibagi menjadi dua jenis yaitu air tanah preatis dan air tanah
artesis. Air tanah preatis adalah air tanah yang letaknya tidak jauh dari permukaan
tanah serta berada di atas lapisan kedap air/impermeable. Sedangkan air tanah
artesis merupakan air tanah yang letaknya sangat jauh di dalam tanah serta berada
di antara dua lapisan kedap air.
2. Air permukaan (surface water), adalah air yang terdapat di atas permukaan
bumi dan tidak terinfiltrasi ke dalam bumi. Contoh air permukaan seperti laut,
sungai, danau, kali, rawa, empang, dan lain sebagainya. Air permukaan dapat
dibedakan menjadi dua jenis yaitu perairan tergenang (lentik) dan perairan
mengalir (lotik). Perairan tergenang meliputi danau, waduk, kolam dan rawa. Pada
umumnya perairan lentik ini dicirikan dengan arus yang lambat (0,001-0,01
m/detik) sehingga waktu tinggal air (residence time) dapat berlangsung lama.
Perairan mengalir salah satunya adalah sungai, sungai dicirikan oleh arus yang
searah dan relatif kencang dengan kecepatan arus berkisar antara 0,1-1,0 m/detik.
32
c. Sumber air
Secara umum ada beberapa sumber air yang dapat kita gunakan secara langsung
atau melalui pengolahan sederhana terlebih dahulu yaitu antara lain :
1. Air dari PDAM. Air dari PDAM adalah termasuk air yang bisa dikonsumsi
secara langsung untuk kebutuhan sehari-hari: masak, mandi, mencuci; air PDAM
yang akan diminum harus direbus dahulu. Namun air PDAM ini kadang belum
tersedia diberbagai tempat.
2. Air hujan. Air hujan adalah air murni yang berasal dari sublimasi uap air di
udara yang ketika turun melarutkan benda-benda diudara yang dapat mengotori
dan mencemari air hujan seperti: gas (O2, CO2, N2, dll), jasat renik, debu,
kotoran burung, dll. Air hujan yang berasal dari cucuran talang/genteng rumah di
tampung dalam bak penampungan. Untuk mengindari bahan-bahan pengotor dan
pencemar yang berasal dari talang/genteng dan udara caranya adalah waktu awal
penampungan air hujan 15 menit setelah hujan turun. Di bawah talang diberi
saringan dari ijuk/kerikil/pasir. Dan sebelum diminum air harus dimasak dahulu.
3. Mata air. Di daerah pegunungan atau perbukitan sering terdapat mata air. Air
mata air berasal dari air hujan yang masuk meresap kedalam tanah dan muncul
keluar tanah kembali karena kondisi batuan geologis didalam tanah. Kondisi
geologis mempengaruhi kualitas air mata air, pada umumnya kualitasnya baik dan
bisa digunakan untuk keperluan sehari-hari, tetapi harus dimasak sebelum
diminum.
4. Air tanah. Air tanah berasal dari air hujan yang meresap dan tertahan di dalam
bumi. Air tanah dapat dibagi menjadi air tanah dangkal dan air tanah dalam.
Bagaimana mendapatkan air tanah caranya adalah dengan mengebor atau
menggali. Macam sumur untuk mendapatkan air tanah adalah:
1. Sumur gali, adalah sarana mendapatkan air tanah dengan cara menggali dan
menaikkan airnya dengan ditimba.
2. Sumur pompa tangan adalah sarana mendapatkan air tanahdengan cara
mengebor dan menaikkan airnya dengan pompa dengan tenaga tangan.
3. Sumur pompa listrik adalah sarana mendapatkan air tanah dengan cara
mengebor dan menaikkan airnya dengan dipompa dengan tenaga listrik.
33
5. Air permukaan. Air permukaan seperti air sungai, air rawa, air danau, air
irigasi, air laut dan sebagainya adalah merupakan sumber air yang dapat dipakai
sebagai bahan air bersih dan air minum tetapi perlu pengolahan. Air permukaan
sifatnya sangat mudah terkotori dan tercemar oleh bahan pengotor dan pencemar
yang mengapung, melayang, mengendap dan melarut di air permukaan. Karena
sifatnya yang demikian maka sebelum diminum air permukaan perlu diolah
terlebih dahulu sampai benar-benar aman dan memenuhi syarat sebagai air bersih
atau air minum.
d. Siklus air (water cycle)
Karakteristik air dalam proses siklusnya secara fisik memperlihatkan berbagai
fase, mulai dari bentuk uap air di udara sampai air dalam tanah. Secara
meteorologis, air merupakan unsur pokok paling penting dalam atmosfer bumi.
Air terdapat sampai pada ketinggian 12.000 hingga 14.000 meter. Bila seluruh uap
air berkondensasi (atau mengembun) menjadi cairan, maka seluruh permukaan
bumi akan tertutup dengan curah hujan kira-kira sebanyak 2,5 cm. Air terdapat di
atmosfer dalam tiga bentuk yaitu dalam bentuk uap yang tak kasat mata, dalam
bentuk butir cairan dan hablur es. Kedua bentuk yang terakhir merupakan curahan
yang kelihatan, yakni hujan, hujan es, dan salju.
Siklus air adalah mekanisme transformasi (pergerakan) air yang selalu terjadi
setiap saat. Dalam proses transformasi biasanya desertai dengan perubahan wujud,
sifat dan mutu ataupun air tetap dalam kondisi awal (Tersiawan, 2005). Secara
garis besar transformasi itu dapat berupa evaporasi, transpirasi, kondensasi,
presipitasi dan perkolasi.
Ketika terjadi hujan, airnya akan turun ke permukaan bumi. Air ini sebagian akan
mengalir ke permukaan bumi menuju ke daerah yang lebih rendah dan bermuara
di laut atau di danau. Sebagian lagi akan terserap oleh bumi dan mengalir di dalam
tanah atau tersimpan di dalam tanah sebagai air tanah.
Siklus air ini digerakkan oleh matahari. Panas yang dipancarkan oleh matahari
akan membuat air laut, air permukaan dan daratan menguap, bahkan air dari
makhluk hidup pun ikut mengalaminya (evaporasi dan transpirasi). Ketika uap air
mendingin dan menjadi mampat terbentuklah awan yang kemudian digerakkan
oleh angin.
34
35
atas air. Cairan yang mengisi sel memiliki peran dalam menjaga substansi tetap
dalam keadaan yang tepat untuk menjalankan fungsi metabolisme.
2. Sebagai Penunjang. Tumbuhan memerlukan air untuk menunjang jaringanjaringan yang tidak berkayu. Apabila sel-sel jaringan tersebut memiliki cukup air,
maka sel-sel tersebut akan berada dalam keadaan kokoh. Air yang ada dalam sel
tumbuhan tersebut nantinya akan menghasilkan suatu tekanan yang disebut
tekanan turgor. Dengan adanya tekanan turgor tersebut akan menyebabkan sel
mengembang dan apabila jumlah air tidak memadai akan menyebabkan terjadinya
proses plasmolisis.
3. Alat Angkut. Air di perlukan oleh tumbuhan sebagai alat untuk mengangkut
materi dan nutrisi di sekitar tubuhnya, dan menyalurkanmateri dan nutrisi
tersebut ke bagian tumbuhan lainnya sebagai substansi yang terlarut dalam air.
4. Pendinginan. Tumbuhan akan mengalami proses transpirasi, akibat dari proses
transpirasi tersebut akan menyebabkan tumbuhan kehilangan air. Hilangnya
sebagian air dari tumbuhan akan mendinginkan tubuh tumbuhan tersebut dan
menjaga tumbuhan dari pemanasan yang berlebihan sehingga suhu tanaman
menjadi konstan.
5. Pelarut dan medium reaksi biokimia
6. Memberikan turgor bagi sel (penting untuk pembelahan sel dan pembesaran
sel)
7. Bahan baku fotosintesis
f. Adaptasi tumbuhan terhadap kondisi ekstrim
Kekeringan merupakan situasi yang sering di alami oleh tumbuhan. Suhu yang
tinggi bisa juga memberikan pengaruh terhadap kekurangan air bagi tumbuhan.
Bila musim kering itu bersifat periodik dan merupakan karakteristik daerah
tersebut,
maka
tumbuhan
yang
ada
disekitarnya akan
memperlihatkan
36
1. Hidrofit, merupakan kelompok tumbuhan yang hidup dalam air atau pada tanah
yang tergenang secara permanen.
2. Halofita, merupakan kelompok tumbuhan yang tumbuh pada lingkungan
berkadar garam tinggi.
3. Xerofita, kelompok tumbuhan yang teradaptasi untuk hidup di daerah kering.
4. Mesofita, kelompok tumbuhan yang bertoleransi pada kondisi air tanah yang
tidak terlalu ekstrim.
2.12 Kualitas Air
a.ParameterFisik
1.Kecerahan
Data rerata kecerahan menunjukkan bahwa nilai kecerahan air sebanding dengan
makin banyaknya volume air yang diganti. Kecerahan air dalam bulan pertama
pada masing-masing perlakuan perlakuan adalah, P1 = 14 cm, P2 = 15 cm, P3 =
19 cm, P4 = 21 cm dan P5 = 29 cm. Kecerahan air dalam bulan kedua pada
masing-masing perlakuan adalah, P1 = 2 cm, P2 = 6 cm, P3 = 10 cm, P4 = 12 cm
dan P5 = 17cm. Kecerahan air pada berbagai perlakuan dalam bulan pertama dan
bulan kedua tersebut apabila kita perhatikan, maka akan semakin meningkat
dengan meningkatnya jumlah volume pergantian air. Hal ini dapat terjadi karena
dengan semakin banyaknya volume pergantian, air maka jumlah bahan terlarut
dan tersuspensi yang terdapat dalam air akan semakin banyak yang dipindahkan
sehingga jumlah bahan atau materi yang terlarut dan tersuspensi menjadi sedikit.
Jumlah bahan atau materi terlarut dan tersuspensi yang sedikit inilah yang
menyebabkan kecerahan air menjadi meningkat. Kecerahan air yang meningkat
tersebut mengindikasikan jumlah bahan organik yang terlarut maupun tersuspensi
dalam air rendah. Hal ini ternyata menyebabkan densitas plankton akan cenderung
semakin menurun, karena bahan organik tersebut merupakan bahan dasar yang
diperlukan plankton dalam pertumbuhannya. Hal ini dapat terlihat pada periode
pertama bulan kedua yang menunjukkan densitas plankton yang semakin rendah
jika prosentase jumlah pergantian airnya semakin tinggi.
37
2.SuhuUdara
Suhu udara pada bulan pertama dalam berbagai perlakuan pada pagi hari
menunjukkan nilai yang sama, yaitu 27,0o C, sedangkan untuk suhu udara pada
siang hari pada berbagai perlakuan juga mempunyai nilai yang hampir sama, yaitu
30,3o sampai 30,7o C. Suhu udara pada bulan kedua dalam berbagai perlakuan
pada siang hari menunjukkan nilai yang sama, yaitu 26,5o C, sedangkan untuk
suhu udara pada siang hari pada berbagai perlakuan juga mempunyai suhu yang
sama, yaitu 31,0o C. Hasil pengamatan tersebut menunjukkan bahwa suhu udara
pada masing-masing perlakuan adalah sama. Hal ini dapat terjadi karena analisis
percobaan yang dilakukan menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap
(Completely Randomzed Design), sehingga kondisi lingkungan yang digunakan
untuk melakukan percobaan harus seragam dan salah satu kondisi lingkungan
yang harus seragam tersebut adalah suhu lingkungan atau suhu udara lingkungan.
Suhu udara pada siang hari akan lebih tinggi daripada suhu udara pada pagi hari
karena penetrasi sinar matahari pada pagi hari belum optimal, sehingga suhu
menjadi lebih rendah. Suhu udara pada bulan pertama dan bulan kedua relatif
konstan karena tidak ada perubahan kondisi lingkungan yang mempengaruhi suhu
udara selama dua bulan tersebut. Suhu udara yang relatif konstan ini ternyata juga
menyebabkan suhu airnya pun menjadi relatif konstan.
3.SuhuAir
Suhu air pada bulan pertama dalam berbagai perlakuan pada pagi hari adalah, P1
= 28,2o C, P2 = 28,4o C, P3 = 28,7o C, P4 = 27,8o C dan P5 = 27,6o C,
sedangkan suhu air pada siang hari P1 = 31,0o C, P2 = 31,0o C, P3 = 30,7o C, P4
= 30,2o C dan P5 = 30,0o C. Suhu air pada bulan kedua dalam berbagai perlakuan
pada pagi hari adalah, P1 = 25,8o C, P2 = 25,8o C, P3 = 25,3o C, P4 = 25,7o C
dan P5 = 25,3o C, sedangkan suhu air pada siang hari P1 = 29,7o C, P2 = 30,0o C,
P3 = 29,7o C, P4 = 30,0o C dan P5 = 29,5o C. Suhu air pada bulan pertama
dalam berbagai perlakuan baik pada pagi hari maupun siang hari terlihat relatif
konstan. Hal ini dapat terjadi karena bahan atau materi terlarut dan tersuspensi
yang terdapat dalam air belum terlalu banyak, sehingga penetrasi cahaya matahari
38
masih dapat masuk secara optimal pada berbagai perlakuan. Suhu air pada bulan
kedua dalam berbagai perlakuan baik pada pagi hari maupun siang hari juga
relatif konstan dan hal ini juga terjadi karena faktor yang sama dengan bulan
pertama. Hasil pengamatan tersebut apabila kita perhatikan, maka terlihat bahwa
suhu air pada bulan kedua relatif lebih rendah bila dibandingkan suhu air pada
bulan pertama. Hal ini dapat terjadi karena pada bulan kedua materi atau bahan
terlarut dan tersuspensi yang terdapat dalam air sudah mulai bertambah sehingga
penetrasi cahaya matahari mulai berkurang, sehingga suhu air pada bulan kedua
menjadi lebih rendah.
b.ParameterKimia
1.DissolvedOxygen(DO)
Oksigen terlarut pada bulan pertama dalam berbagai perlakuan pada pagi hari
adalah, P1 = 2,84 ppm, P2 = 2,33 ppm, P3 = 1,93 ppm, P4 = 2,15 ppm dan P5 =
2,45 ppm, sedangkan pada siang hari P1 = 1,63 ppm, P2 = 7,73 ppm, P3 = 6,00
ppm, P4 = 6,70 ppm dan P5 = 7,00 ppm. Oksigen terlarut pada bulan kedua dalam
berbagai perlakuan pada pagi hari adalah, P1 = 0,00 ppm, P2 = 1,29 ppm, P3 =
0,74 ppm, P4 = 0,85 ppm dan P5 = 0,75 ppm, sedangkan pada siang hari P1 =
0,18 ppm, P2 = 0,55 ppm, P3 = 0,67 ppm, P4 = 2,67 ppm dan P5 = 1,67 ppm.
Kadar oksigen terlarut dalam bulan pertama pada pagi hari paling tinggi terdapat
pada perlakuan P1, yaitu 2,84 ppm dan yang paling rendah terdapat pada
perlakuan P3, yaitu 1,93 ppm. Perlakuan P1 mempunyai kadar oksigen terlarut
paling rendah karena mempunyai kepadatan plankton lebih tinggi, sehingga
oksigen dari hasil fotosintesis yang dilakukan plankton lebih banyak dan kadar
oksigen menjadi meningkat. Perlakuan P3 mempunyai kadar oksigen paling
rendah karena mempunyai suhu air yang relatif lebih tinggi, sehingga kelarutan
oksigen dalam air menjadi berkurang. Kadar oksigen terlarut dalam bulan pertama
pada siang hari paling tinggi terdapat pada perlakuan P2, yaitu 7,73 ppm dan
paling rendah terdapat pada perlakuan P1, yaitu 1,63 ppm. Perlakuan P2
mempunyai kadar oksigen tertinggi karena kadar CO2 bebasnya relatif lebih
rendah, densitas plankton yang menghasilkan oksigen dari fotosintesis cukup
tinggi dan kadar bahan organik tidak terlalu tinggi. Perlakuan P1 mempunyai
39
kadar oksigen terendah karena mempunyai kadar CO2 bebas paling tinggi
sehingga kadar oksigen menurun. Kadar oksigen terlarut dalam bulan kedua pada
pagi hari paling tinggi terdapat pada perlakuan P2, yaitu 1,29 ppm dan paling
rendah terdapat pada perlakuan P1, yaitu 0,00 ppm. Perlakuan P2 mempunyai
kadar oksigen paling tinggi karena mempunyai kecerahan air yang relatif lebih
tinggi dan densitas plankton yang relatif lebih tinggi, sehingga proses fotosintesis
plankton yang menghasilkan oksigen dapat berjalan dengan lancar. Perlakuan P1
mempunyai kadar oksigen terendah karena mempunyai kecerahan air yang
rendah, kadar bahan organik yang tinggi dan kadar CO2 bebas yang tinggi
sehingga kadar oksigen turun. Kadar oksigen terlarut dalam bulan kedua pada
siang hari paling tinggi terdapat pada perlakuan P4, yaitu 2,67 ppm dan terendah
pada perlakuan P1, yaitu 0,18 ppm. Perlakuan P4 mempunyai kadar oksigen
tertinggi karena mempunyai kadar bahan organik yang relatif rendah dan kadar
CO2 bebas paling rendah. Perlakuan P1 mempunyai kadar oksigen mempunyai
kadar oksigen terendah karena mempunyai kadar bahan organik yang tinggi, kadar
CO2 bebas tertinggi dan suhu yang relatif lebih tinggi sehingga kelarutan oksigen
menjadi turun. Secara umum kadar oksigen terlarut pada bulan kedua mengalami
penurunan bila kita bandingkan dengan kadar oksigen bulan pertama. Hal ini
dapat terjadi karena pada bulan kedua telah terjadi peningkatan akumulasi bahanbahan organik dan proses perombakan bahan organik tersebut membutuhkan
oksigen, selain itu kecerahan air pada bulan kedua sudah mulai menurun, sehingga
proses fotosintesis tidak bisa berjalan dengan lancar. Kondisi inilah yang
menyebabkan kadar oksigen menjadi turun.
2.KadarCO2Bebas
Kadar CO2 bebas pada bulan pertama dalam berbagai perlakuan pada pagi hari
adalah, P1 = 2,47 ppm, P2 = 1,96 ppm, P3 = 1,79 ppm, P4 = 1,61 ppm dan P5 =
1,51 ppm, sedangkan pada siang hari adalah, P1 = 2,53 ppm, P2 = 1,99 ppm, P3 =
1,66 ppm, P4 = 1,16 ppm dan P5 = 0,99 ppm. Kadar CO2 bebas pada bulan kedua
dalam berbagai perlakuan pada pagi hari adalah, P1 = 4,87 ppm, P2 = 4,27 ppm,
P3 = 3,93 ppm, P4 = 3,07 ppm dan P5 = 2,57 ppm, sedangkan pada siang hari
adalah P1 = 3,09 ppm, P2 = 2,27 ppm, P3 = 1,99 ppm, P4 = 1,81 ppm dan P5 =
40
2,11 ppm. Kadar CO2 bebas dalam bulan pertama pada pagi hari paling tinggi
terdapat pada perlakuan P1 dan terendah pada perlakuan P5. Perlakuan P1
mempunyai kadar CO2 bebas tertinggi karena mempunyai kecerahan terendah
sehingga proses fotosintesis tidak berjalan lancar, selain itu P1 mempunyai kadar
bahan organik tertinggi sehingga CO2 dari hasil perombakan bahan organik
tersebut juga tinggi. Perlakuan P5 mempunyai kadar CO2 bebas terendah karena
mempunyai kecerahan air paling tinggi selain itu kadar bahan organiknya
terendah, sehingga oksigen lebih mendominasi dan kadar CO2 bebas turun. Kadar
CO2 bebas dalam bulan pertama pada siang hari tertinggi terdapat pada perlakuan
P1 dan terendah pada perlakuan P5. Kondisi ini menunjukkan peristiwa yang
sama pada waktu pagi hari. Hal ini menunjukkan bahwa kejadian tersebut dapat
terjadi karena faktor yang sama dengan faktor yang mempengaruhi pada pagi hari.
Kadar CO2 bebas dalam bulan kedua pada pagi hari tertinggi terdapat pada
perlakuan P1 dan terendah terdapat pada perlakuan P5. Perlakuan P1 mempunyai
kadar CO2 tertinggi karena mempunyai kecerahan air terendah dan kandungan
bahan organik yang tinggi sehingga kadar oksigen turun tetapi kadar CO2 bebas
meningkat. Perlakuan P1 mempunyai kadar CO2 bebas paling tinggi dan kadar
alkalinitasnya juga paling tinggi. Hal ini dapat terjadi karena CO2 merupakan
bahan pembentuk karbonat dan bikarbonat, sedangkan nilai pH pada perlakuan P1
relatif normal, sehingga pembentukan karbonat dan bikarbonatnya menjadi lancar
dan alkalinitasnya menjadi tinggi. Hal ini juga terjadi pada bulan-bulan
berikutnya. Perlakuan P5 mempunyai kadar CO2 bebas terendah karena
mempunyai kecerahan air tertinggi, suhu air paling rendah dan kadar bahan
organik paling rendah sehingga kelarutan oksigen meningkat dan kadar CO2
bebas akan turun. Perlakuan P5 mempunyai kadar CO2 rendah dan kadar
alkalinitasnya juga rendah. Hal ini terjadi karena pH pada P5 relatif normal,
sehingga pembentukan karbonat dan bikarbonatnya menjadi lancar, namun CO2
yang tersedia hanya sedikit sehingga karbonat dan bikarbonat yang dihasilkan
akan sedikit dan alkalinitasnya menjadi rendah. Hal ini juga terjadi pada bulanbulan berikutnya. Kadar CO2 bebas dalam bulan kedua pada siang hari tertinggi
terdapat pada perlakuan P1 dan terendah terdapat pada perlakuan P4. Perlakuan
P1 mempunyai kadar CO2 bebas tertinggi karena mempunyai kecerahan air
41
terendah, suhu relatif lebih tinggi dan kadar bahan organik yang paling tinggi.
Perlakuan P4 mempunyai kadar CO2 bebas terendah karena mempunyai suhu
yang relatif rendah dan bahan organik yang tidak terlalu tinggi sehingga kadar
oksigen terlarut meningkat dan kadar CO2 bebas turun. Secara umum apabila kita
perhatikan, maka pada perlakuan P1 cenderung mempunyai kadar CO2 bebas
yang tinggi dan pada perlakuan P5 cenderung mempunyai kadar CO2 bebas yang
rendah. Hal ini dapat terjadi karena pada perlakuan P1 tidak pernah dilakukan
penggantian air, sehingga pada perlakuan P1 akan terjadi akumulasi bahan-bahan
organik yang akan menyebabkan turunnya tingkat kecerahan air dan oksigen
terlarut, tetapi akan meningkatkan kadar CO2 bebas. Perlakuan P5 dilakukan
penggantian air paling banyak, sehingga hanya akan terjadi sedikit akumulasi
bahan organik dan hal ini tidak akan mempengaruhi pengurangan tingkat
kecerahan air maupun kadar oksigen terlarut dalam air dan hal ini menyebabkan
kadar CO2 bebas tetap rendah.
3.Alkalinitas
Nilai alkalinitas pada bulan pertama dalam berbagai perlakuan pada pagi hari
adalah, P1 = 207 ppm, P2 = 151 ppm, P3 = 147 ppm, P4 = 146 ppm dan P5 = 138
ppm, sedangkan pada siang hari adalah, P1 = 177 ppm, P2 = 149 ppm, P3 = 145
ppm, P4 = 139 ppm dan P5 = 135 ppm. Nilai alkalinitas pada bulan kedua dalam
berbagai perlakuan pada pagi hari adalah, P1 = 163 ppm, P2 = 157 ppm, P3 = 154
ppm, P4 = 140 ppm dan P5 = 137 ppm, sedangkan pada siang hari adalah, P1 =
253 ppm, P2 = 196 ppm, P3 = 181 ppm, P4 = 168 ppm dan P5 = 147 ppm.
Alkalinitas total merupakan total CO2 dan H2CO3 yang terurai menjadi karbonat
dan bikarbonat. Reaksi-reaksi yang terjadi adalah : CO2 + H2O H2CO3 H2CO3
H+ + HCO3- HCO3- H+ + CO32-Reaksi tersebut dalam pH rendah tidak
mencapai keseimbangan dan reaksi berjalan lambat serta sedikit menghasilkan
karbonat dan bikarbonat, sehingga senyawa asamkarbonat lebih banyak dan pH
turun. Reaksi tersebut dalam suasana basa ( pH lebih dari 7 ) akan berjalan ke
kanan, namun dalam suasana asam akan berjalan kekiri. Biasanya jika nilai pH
diatas 8,3 seluruh CO2 akan berubah menjadi HCO3- dan CO32- sehingga kadar
CO2 menjadi 0 (nol) ppm.
42
Alkalinitas dalam bulan pertama pada pagi hari tertinggi terdapat pada perlakuan
P1 dan terendah pada perlakuan P5. Perlakuan P1 mempunyai alkalinitas tertinggi
karena mempunyai pH yang mendekati netral dan kadar CO2 bebas paling tinggi,
sehingga perombakan CO2 bebas menjadi karbonat dan bikarbonat meningkat
sehingga alkalinitasnya menjadi tinggi. Perlakuan P5 mempunyai alkalinitas
terendah karena mempunyai pH yang mendekati netral, tetapi kadar CO2
bebasnya rendah sehingga alkalinitasnya menjadi rendah karena perombakan CO2
menjadi karbonat dan bikarbonat juga rendah. Alkalinitas dalam bulan pertama
pada siang hari tertinggi terdapat pada perlakuan P1 dan terendah terdapat pada
perlakuan P5. Kondisi ini menunjukkan keadaan yang sama dengan yang terjadi
pada pagi hari. Hal ini dapat terjadi karena faktor yang sama dengan yang terjadi
pada pagi hari. Alkalinitas dalam bulan kedua pada pagi hari tertinggi terdapat
pada perlakuan P1 dan terendah terdapat pada perlakuan P5. Perlakuan P1
mempunyai alkalinitas tertinggi karena mempunyai pH yang relatif normal dan
kadar CO2 bebas yang tertinggi sehingga perombakan CO2 bebas menjadi
karbonat dan bikarbonat meningkat dan alkalinitas menjadi tinggi. Perlakuan P5
mempunyai pH yang relatif normal, tetapi kadar CO2 bebasnya rendah sehingga
hasil perombakan CO2 bebas menjadi karbonat dan bikarbonat tidak banyak dan
alkalinitasnya menjadi rendah. Alkalinitas dalam bulan kedua pada siang juga
menunjukkan kondisi yang sama dengan kondisi yang terjadi pada pagi hari, yaitu
tertinggi pada perlakuan P1 dan terendah pada perlakuan P5. Hal ini tentunya
dapat menunjukkan bahwa kejadian ini dipengaruhi oleh faktor yang sama dengan
faktor yang mempengaruhi pada kondisi pagi hari. Secara umum dapat kita lihat
bahwa alkalinitas akan semakin menurun dengan pertambahan jumlah volume
pergantian air. Hal ini dapat terjadi karena pada pergantian air yang sedikit,
jumlah CO2 bebas akan semakin meningkat, tetapi nilai derajat keasamannya
belum berubah. Kondisi ini akan menyebabkan perombakan CO2 bebas menjadi
karbonat dan bikarbonat menjadi meningkat sehingga alkalinitasnya menjadi
tinggi. Hal inilah yang menyebabkan mengapa pada perlakuan yang menggunakan
penggantian air lebih banyak akan mempunyai alkalinitas yang lebih rendah.
4.DerajatKeasaman(pH)
43
Derajat keasaman (pH) pada bulan pertama dalam berbagai perlakuan pada pagi
hari menunjukkan nilai yang sama, yaitu 6,5 dan pada siang hari juga
menunjukkan nilai yang sama, yaitu 7,0. Derajat keasaman (pH) pada bulan kedua
dalam berbagai perlakuan pada hari menunjukkan nilai yang sama, yaitu 7,0
sedangkan pada siang hari P1 = 7,3; P2 = 7,3; P3 = 7,2; P4 = 7,1 dan P5 = 6,7.
Nilai pH pada bulan pertama baik pada pagi hari maupun pada siang hari
menunjukkan nilai yang sama. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi kolam pada
bulan pertama dalam berbagai perlakuan belum mengalami perubahan kualitas air
yang mencolok, sehingga nilai pHnya pun menjadi tetap. Kadar CO2 bebas yang
tinggi yang akan menyebabkan kondisi air menjadi asam akan diimbangi dengan
kadar alkalinitas yang membawa sifat basa yang tinggi pula, sehingga nilai pH
pada bulan pertama, baik pada pagi maupun siang akan relatif konstan. Nilai pH
pada bulan kedua baik pada pagi hari dan siang hari juga menunjukkan nilai yang
relatif konstan, sehingga kita bisa mengetahui bahwa pada bulan kedua juga
belum terjadi banyak perubahan pada kondisi kualitas air pada masing-masing
perlakuan. Hal ini juga disebabkan oleh factor yang sama dengan yang terjadi
pada bulan pertama, yaitu adanya keseimbangan antara kadar CO2 bebas dengan
kadar alkalinitasnya.
5.Amonia
Amonia (NH3) merupakan senyawa hasil perombakan bahan organik yang
mengandung unsur N. Amonia merupakan senyawa yang bersifat toxic (racun)
bagi ikan. Amonia ini, jika terdapat dalam jumlah atau konsentrasi yang tinggi
(biasanya 0,1 ppm) dapat menyebabkan kematian ikan. Di dalam air amonia
membentuk kesetimbangan dengan amonium. Reaksi kesetimbangannya adalah
sebagai berikut : NH4+NH3 + H+ Proses metabolisme dalam tubuh ikan lele
dumbo dapat menghasilkan buangan berupa senyawa amonia. Selain itu, pakan
yang tidak termakan juga dapat meningkatkan konsentrasinya. Senyawa ini dapat
bereaksi dengan air menjadi ion amonium dan ion basa (OH-), sehingga suatu
perairan yang memiliki kadar amonia dan amonium yang tinggi kecenderungan
nilai pHnya juga akan menjadi tinggi. Kadar amonia pada bulan pertama dalam
berbagai perlakuan terlihat bahwa kecenderungannya semakin banyak volume
44
pergantian air, maka kadar amonia akan semakin sedikit. Hal ini dapat terjadi
karena pada perlakuan yang pergantian airnya sedikit atau tidak diganti air, maka
akan terjadi akumulasi amonia dari proses metabolisme tubuh ikan lele. Kondisi
ini dapat terlihat pada perlakuan P1 mempunyai kadar amonia yang paling tinggi.
Kadar amonia ini ternyata akan sebanding dengan nilai pHnya, yaitu semakin
tinggi kadar amonia dalam air, maka akan semakin tinggi nilai pHnya. Kadar
amonia pada bulan kedua dalam berbagai perlakuan juga menunjukkan fenomena
yang sama dengan yang terjadi pada bulan pertama, yaitu semakin banyak volume
pergantian air dalam bak, maka kadar amonianya akan semakin sedikit, begitu
pula sebaliknya. Hal ini dapat terjadi karena faktor yang sama dengan faktor yang
mempengaruhi kondisi pada bulan pertama. Kondisi ini dapat terlihat pada
perlakuan P1 mempunyai kadar amonia paling tinggi, sedangkan pada perlakuan
P5 mempunyai kadar amonia paling rendah.
6. Amonium
Kadar amonium dalam air akan sebanding dengan kadar ammonia dalam air
karena di dalam air amonia akan membentuk reaksi kesetimbangan dengan
amonium. Berlawanan dengan amonia, amonium baik untuk perumbuhan
fitoplankton dan tanaman air. Kadar amonium pada bulan pertama dalam berbagai
perlakuan terlihat bahwa kecenderungannya semakin banyak volume pergantian
air, maka kadar amoniumnya akan semakin sedikit. Hal ini dapat terjadi karena
pada perlakuan yang pergantian airnya sedikit atau tidak diganti air, maka akan
terjadi akumulasi amonia dari proses metabolisme tubuh ikan lele dan akumulasi
amonia ini akan membentuk reaksi kesetimbangan yang menghasilkan amonium,
sehingga kadar amoniumnya akan meningkat. Kondisi ini dapat terlihat pada
perlakuan P1 mempunyai kadar amonium yang paling tinggi. Kadar amonium ini
ternyata juga akan sebanding dengan nilai pHnya, yaitu semakin tinggi kadar
amonium dalam air, maka akan semakin tinggi nilai pHnya. Hal ini terjadi karena
reaksi kesetimbang antara amonia dan amonium menghasilkan ion OH- yang
bersifat basa.Kadar amonium pada bulan kedua dalam berbagai perlakuan juga
menunjukkan fenomena yang sama dengan yang terjadi pada bulan pertama, yaitu
semakin banyak volume pergantian air dalam bak, maka kadar amoniumnya akan
semakin sedikit, begitu pula sebaliknya. Hal ini dapat terjadi karena faktor yang
45
sama dengan faktor yang mempengaruhi kondisi pada bulan pertama. Kondisi ini
dapat terlihat pada perlakuan P1 mempunyai kadar amonium paling tinggi,
sedangkan pada perlakuan P5 mempunyai kadar amonium paling rendah.
7.Fosfat
Kandungan fosfat dalam air dapat diperoleh (berasal) dari pakan yang diberikan
ke dalam bak percobaan. Fosfat dari sisa pakan akan terakumulasi dengan fosfat
yang berasal dari buangan atau sisa metabolisme ikan lele dumbo. Akumulasi
senyawa ini akan tinggi bila tidak dilakukan penggantian air dan akan bernilai
rendah bila dilakukan penggantian air apalagi dalam jumlah banyak. Kadar fosfat
pada bulan pertama dalam berbagai perlakuan menunjukkan nilai yang cenderung
menurun dengan semakin banyaknya jumlah volume pergantian air. Kondisi ini
juga terjadi pada bulan kedua, kadar fosfat akan semakin menurun dengan
semakin banyaknya volume pergantian air. Hal ini dapat terjadi karena semakin
sedikit volume pergantian air, maka akumulasi fosfat akan semakin banyak.
8.BahanOrganik
Keberadaan bahan organik dalam air dapat menurunkan konsentrasi oksigen
terlarut dan memperbesar konsentrasi karbondioksida bebas. Hal ini terjadi pada
proses dekomposisi bahan organik oleh mikrobia. Bahan organik dalam air dapat
dihasilkan dari sisa-sisa organik (sisa pakan atau kotoran). Kandungan bahan
organik ini sangat dipengaruhi oleh besarnya volume pergantian air. Semakin
besar volume pergantian air semakin sedikit bahan organik yang terakumulasi
pada bak perlakuan dan sebaliknya semakin sedikit volume pergantian air maka
semakin banyak bahan organik yang terakumulasi dalam bek perlakuan.
Kandungan bahan organik pada bulan pertama dalam berbagai perlakuan
menunjukkan nilai yang cenderung menurun dengan semakin banyaknya jumlah
volume pergantian air. Kondisi ini juga dialami pada bulan kedua dalam
perlakuan. Kandungan bahan organik akan semakin turun dengan semakin
meningkatnya jumlah volume pergantian air. Hal ini dapat terjadi karena dengan
semakin banyaknya volume pergantian air, maka bahan-bahan organik yang yang
46
masih terlarut atau tersuspensi akan ikut mengalir keluar bersamaan dengan air
yang dibuang.
c.ParameterBiologi
DensitasPlankton
Densitas plankton pada bulan pertama dalam berbagai perlakuan adalah, P1 =
328437 ind/l, P2 = 314683 ind/l, P3 = 325795 ind/l, P4 = 230942 ind/l dan P5 =
361865 ind/l. Densitas plankton pada bulan kedua dalam beerbagai perlakuan
adalah, P1 = 4656867 ind/l, P2 = 456 0200 ind/l, P3 = 1460800 ind/l, P4 =
2735500 ind/l dan P5 = 791200 ind/l. Densitas plankton pada bulan pertama
paling tinggi terdapat pada perlakuan P5 dan terendah pada perlakuan P4.
Perlakuan P5 seharusnya mempunyai densitas plankton yang rendah karena P5
mempunyai kandungan bahan-bahan organik dan alkalinitas yang rendah. Hal ini
dapat terjadi karena P5 mempunyai kualitas air dan kecerahan air yang masih
bagus sehingga plankton dapat hidup dengan baik pada perlakuan P5. Perlakuan
P4 mempunyai densitas plankton rendah karena mempunyai kadar bahan-bahan
organik yang rendah sehingga plankton tidak bias hidup dengan baik. Densitas
plankton pada bulan kedua tertinggi terdapat pada perlakuan P1 dan terendah pada
perlakuan P5. Perlakuan P1 mempunyai densitas plankton tertinggi karena
mempunyai kadar bahan-bahan organik yang tinggi, kadar amonium tinggi, kadar
fosfat tinggi dan alkalinitas yang tinggi sehingga akan mendukung bagi kehidupan
plankton. Perlakuan P5 mempunyai densitas plankton terendah karena
mempunyai kadar bahan-bahan organik yang rendah, kadar amonium rendah,
kadar rendah dan alkalinitas yang rendah pula, sehingga tidak akan mendukung
bagi kehidupan plankton. Secara umum densitas plankton akan dipengaruhi oleh
kandungan bahan-bahan organik, kadar amonium, kadar fosfat, alkalinitas, DO
dan CO2 bebas. Bahan-bahan organik merupakan bahan dasar atau materi yang
akan dirombak oleh plankton, sehingga semakin tinggi kadar bahan organiknya
akan semakin tinggi densitas planktonnya. Amonium dan fosfat merupakan bahan
dasar yang dapat dirombak plankton yang kemudian digunakan untuk
pertumbuhan plankton tersebut, sehingga semakin tinggi kadar amonium dan
fosfat, maka akan semakin tinggi pula densitas planktonnya. Alkalinitas yang
47
semakin tinggi, maka perairan akan semakin subur sehingga densitas plankton
akan semakin tinggi. Plankton akan menggunakan CO2 untuk fotosintesis dengan
bantuan sinar matahari dan akan menghasilkan O2 sebagai hasil sampingnya.
lele
merupakan
jenis
ikan
air
Tawar
yang
dapat
48
lahan dan sumber air yang terbatas, cara lebih mudah, pemasarannya
relatif mudah dan modal dapat dijangkau. Budidaya lele semakin
meningkat setelah masuk jenis lele dumbo. Keunggulan lele dumbo
dibanding lele lokal antara lain cepat besar, telur lebih banyak dan lebih
tahan terhadap penyakit.
49
dibuat
Penebaran
Permanen.
Benih
50
ditebar
35-50
ekor/m2
d.
yang
berukuran
5-8
Pemberian
cm.
Pakan
dapat
dibuat
bentuk
e.
pellet.
Pemanenan
sebelum
benih
ditanam.
kolam
dengan
baik.
Pada
kegiatan
budidaya
dengan
51
plastik,
persiapan
kolam
meliputi
pengeringan,
disenfeksi
(bila
bahan
probiotik.
lambat,
daya
tahan
penyakit
menurun.
52
Bentuk kolam yang ideal untuk pemeliharaan ikan lele adalah empat
persegi panjang dengan ukuran sesuai dengan lokasi. Kedalaman kolam
berkisar antara 1,0-1,5 m dengan kemiringan kolam dari pemasukan air ke
pembuangan 0,5%. Saringan dapat dipasang pada pintu pemasukan dan
pengeluaran agar ikan-ikan jangan ada yang lolos keluar/masuk.
Pelaksanaan
budidaya
lele
53
diberikan kapur lebih banyak, juga sebaliknya apabila tanah sudah cukup
baik, pemberian kapur dapat dilakukan sekedar untuk memberantas hama
penyakit yang kemungkinan terdapat di kolam. Pemupukan dengan
kotoran ternak ayam, berkisar antara 500-700 gram/m2; urea 15
gram/m2; SP3 10 gram/m2; NH4N03 15 gram/m2. Kolam dibiarkan
selama 7 (tujuh) hari, guna memberi kesempatan tumbuhnya makanan
alami.
b. Persiapan kolam tembok
Persiapan kolam tembok hampir sama dengan kolam tanah. Bedanya,
pada kolam tembok tidak dilakukan pengolahan dasar kolam, perbaikan
parit dan bak untuk panen, karena parit dan bak untuk panen biasanya
sudah
dibuat
c.
Permanen.
Penebaran
Benih
35-50
ekor/m2
yang
Pemberian
berukuran
5-8
cm.
Pakan
54
dapat
dibuat
bentuk
e.
pellet.
Pemanenan
sebelum
benih
ditanam.
kolam
dengan
baik.
Pada
kegiatan
budidaya
dengan
persiapan
kolam
meliputi
pengeringan,
disenfeksi
(bila
bahan
probiotik.
55
mulai
berkembang
pesat
dikarenakan
1. Ikan lele dapat dibudidayakan di lahan dan sumber air yang terbatas
dengan
2.
padat
Teknologi
tebar
3.
4.
tinggi.
dikuasai
oleh
masyarakat.
usaha
yang
antara
Tumbuh
Jumlah
lain
lebih
telur
lebih
:
cepat.
banyak.
56
3.
Lebih
tahan
terhadap
penyakit.
besar
terhadap
peningkatan
efisiensi
dan
produktivitas.
Persyaratan lokasi, baik kualitas tanah maupun air tidak terlalu spesifik, artinya
dengan penggunaan teknologi yang memadai terutama pengaturan suhu air
budidaya masih tetap dapat dilakukan pada lahan yang memiliki ketinggian diatas
>800 m dpi. Namun bila budidaya dikembangkan dalam skala massal harus tetap
memperhatikan tata ruang dan lingkungan sosial sekitarnya artinya kawasan
budidaya yang dikembangkan sejalan dengan kebijakan yang dilakukan Pemda
setempat.
Budidaya lele, baik kegiatan pembenihan maupun pembesaran dapat dilakukan di
kolam tanah, bak tembok atau bak plastik. Budidaya di bak tembok dan bak
plastik dapat memanfaatkan lahan pekarangan ataupun lahan marjinal lainnya.
Sumber air dapat menggunakan aliran irigasi, air sumu (air permukaan atau sumur
dalam), ataupun air hujan yan sudah dikondisikan terlebih dulu. Parameter
kualitas air yan baik untuk pemeliharaan ikan lele sangkuriang adalah sebagai
berikut:
Suhu air yang ideal untuk pertumbuhan ikan lele berkisar antara 22-32C. Suhu
air akan mempengaruhi laju pertumbuhan, laju metabolisme ikan dan napsu
makan ikan serta kelarutan oksigen dalam air, pH air yang ideal berkisar antara 69,
oksigen
terlarut
di
dalam
air
harus
>
mg/l.
Bentuk kolam yang ideal untuk pemeliharaan ikan lele adalah empat persegi
panjang dengan ukuran 100-500 m2. Kedalaman kolam berkisar antara 1,0-1,5 m
57
dengan kemiringan kolam dari pemasukan air ke pembuangan 0,5%. Pada bagian
tengah dasar kolam dibuat parit (kamalir) yang memanjang dari pemasukan air ke
pengeluaran air (monik). Parit dibuat selebar 30-50 cm dengan kedalaman 10-15
cm.
Sebaiknya pintu pemasukan dan pengeluaran air berukuran antara 15-20 cm. Pintu
pengeluaran dapat berupa monik atau siphon. Monik terbuat dari semen atau
tembok yang terdiri dari dua bagian yaitu bagian kotak dan pipa pengeluaran.
Pada bagian kotak dipasang papan penyekat terdiri dari dua lapis yang diantaranya
diisi dengan tanah dan satu lapis saringan. Tinggi papan disesuaikan dengan tinggi
air yang dikehendaki. Sedangkan pengeluaran air yang berupa siphon lebih
sederhana, yaitu hanya terdiri dari pipa paralon yang terpasang didasar kolam
dibawah pematang dengan bantuan pipa berbentuk L mencuat ke atas sesuai
dengan ketinggian air kolam.
Saringan dapat dipasang pada pintu pemasukan dan pengeluaran agar ikan-ikan
jangan ada yang lolos keluar/masuk.
Pelaksanaan Budidaya Sebelum benih ikan lele ditebarkan di kolam pembesaran,
yang perlu diperhatikan adalah tentang kesiapan kolam meliputi: a. Persiapan
kolam tanah (tradisional) Pengolahan dasar kolam yang terdiri dari pencangkulan
atau pembajakan tanah dasar kolam dan meratakannya. Dinding kolam diperkeras
dengan memukul-mukulnya dengan menggunakan balok kayu agar keras dan
padat supaya tidak terjadi kebocoran. Pemopokan pematang untuk kolam tanah
(menutupi bagian-bagian kolam yang bocor). Untuk tempat berlindung ikan
(benih ikan lele) sekaligus mempermudah pemanenan maka dibuat parit/kamalir
dan kubangan (bak untuk pemanenan). Memberikan kapur ke dalam kolam yang
bertujuan untuk memberantas hama, penyakit dan memperbaiki kualitas tanah.
Dosis yang dianjurkan adalah 20-200 gram/m2, tergantung pada keasaman kolam.
Untuk kolam dengan pH rendah dapat diberikan kapur lebih banyak, juga
sebaliknya apabila tanah sudah cukup baik, pemberian kapur dapat dilakukan
sekedar untuk memberantas hama penyakit yang kemungkinan terdapat di kolam.
Pemupukan
dengan
gram/m2; urea 15
kotoran
gram/m2;
ternak
SP3
ayam,
10 gram/m2;
berkisar
antara
NH4N03
500-700
15 gram/m2.
58
kesempatan
tumbuhnya
Persiapan
makanan
alami.
kolam
tembok
Persiapan kolam tembok hampir sama dengan kolam tanah. Bedanya, pada kolam
tembok tidak dilakukan pengolahan dasar kolam, perbaikan parit dan bak untuk
panen, karena parit dan bak untuk panen biasanya sudah dibuat Permanen.
c.
Penebaran
Benih
penyesuaian
suhu)
air
kolam
sedikit demi sedikit ke dalam wadah pengangkut benih. Benih yang sudah
teraklimatisasi akan dengan sendirinya keluar dari kantong (wadah) angkut benih
menuju lingkungan yang baru yaitu kolam. Hal ini berarti bahwa perlakuan
tersebut dilaksanakan diatas permukaan air kolam dimana wadah (kantong) benih
mengapung diatas air. Jumlah benih yang ditebar 35-50 ekor/m2 yang berukuran
5-8
cm.
d.
Pemberian
Pakan
2:1:1:1
campuran
tersebut
dapat
dibuat
bentuk pellet.
Pemanenan
Ikan lele Sangkuriang akan mencapai ukuran konsumsi setelah dibesarkan selama
130 hari, dengan bobot antara 200 - 250 gram per ekor dengan panjang 15 - 20
59
cm. Pemanenan dilakukan dengan cara menyurutkan air kolam. Ikan lele akan
berkumpul di kamalir dan kubangan, sehingga mudah ditangkap dengan
menggunakan
waring
atau
penangkapan
yaitu
dengan
sering dihadapkan
pada
Trichodina
sp.,
Monogenea
sp.
dan
Dactylogyrus
sp.
plastik
di
sekeliling
kolam.
60
bahan
probiotik.
Untuk
menghindari
terjadinya
memperhatikan
penularan
penyakit,
hal-hal
maka
sebagai
hendaknya
berikut:
Jangan
membuang
air
bekas
ikan
sakit
ke
saluran
air.
kolam
Kurangi
dibiarkan
kepadatan
sampai
ikan
di
tanah
kolam
kolam
yang
terserang
retak-retak.
penyakit.
5. Alat tangkap dan wadah ikan harus dijaga agar tidak terkontaminasi penyakit.
Sebelum dipakai lagi sebaiknya dicelup dulu dalam larutan Kalium Permanganat
(PK) 20 ppm (1 gram dalam 50 liter air) atau larutan kaporit 0,5 ppm
(0,5
gram
dalam
m3
air).
agar
kolam
selalu
mendapatkan
air
segar
atau
air
baru.
Lele merupakan jenis ikan konsumsi air tawar dengan tubuh memanjang
dan kulit licin. Di Indonesia ikan lele mempunyai beberapa nama daerah, antara
lain: ikan kalang (Padang), ikan maut (Gayo, Aceh), ikan pintet (Kalimantan
Selatan), ikan keling (Makasar), ikan cepi (Bugis), ikan lele atau lindi (Jawa
61
Tengah). Sedang di negara lain dikenal dengan nama mali (Afrika), plamond
(Thailand), ikan keli (Malaysia), gura magura (Srilangka), ca tre trang (Jepang).
Dalam bahasa Inggris disebut pula catfish, siluroid, mudfish dan walking catfish.
Ikan lele tidak pernah ditemukan di air payau atau air asin. Habitatnya di
sungai dengan arus air yang perlahan, rawa, telaga, waduk, sawah yang tergenang
air. Ikan lele bersifat noctural, yaitu aktif bergerak mencari makanan pada malam
hari. Pada siang hari, ikan lele berdiam diri dan berlindung di tempat-tempat
gelap. Di alam ikan lele memijah pada musim penghujan.
Ikan lele banyak ditemukan di benua Afrika dan Asia. Dibudidayakan di
Thailand, India, Philipina dan Indonesia. Di Thailand produksi ikan lele 970
kg/100m2/tahun. Di India (daerah Asam) produksinya rata-rata tiap 7 bulan
mencapai 1200 kg/Ha.
1. JENIS
Klasifikasi ikan lele menurut Hasanuddin Saanin dalam Djatmika et al
(1986)
adalah:
Kingdom : Animalia
Sub-kingdom : Metazoa
Phyllum : Chordata
Sub-phyllum : Vertebrata
Klas : Pisces
Sub-klas : Teleostei
Ordo : Ostariophysi
Sub-ordo : Siluroidea
Familia : Clariidae
Genus : Clarias
Di Indonesia ada 6 (enam) jenis ikan lele yang dapat dikembangkan:
1) Clarias batrachus, dikenal sebagai ikan lele (Jawa), ikan kalang (Sumatera
Barat), ikan maut (Sumatera Utara), dan ikan pintet (Kalimantan Selatan).
62
2) Clarias teysmani, dikenal sebagai lele Kembang (Jawa Barat), Kalang putih
(Padang).
3) Clarias melanoderma, yang dikenal sebagai ikan duri (Sumatera Selatan), wais
(Jawa Tengah), wiru (Jawa Barat).
4) Clarias nieuhofi, yang dikenal sebagai ikan lindi (Jawa), limbat (Sumatera
Barat), kaleh (Kalimantan Selatan).
5) Clarias loiacanthus, yang dikenal sebagai ikan keli (Sumatera Barat), ikan
penang (Kalimantan Timur).
6) Clarias gariepinus, yang dikenal sebagai lele Dumbo (Lele Domba), King cat
fish, berasal dari Afrika.
2. MANFAAT
1) Sebagai bahan makanan
2) Ikan lele dari jenis C. batrachus juga dapat dimanfaatkan sebagai ikan pajangan
atau ikan hias.
3) Ikan lele yang dipelihara di sawah dapat bermanfaat untuk memberantas hama
padi berupa serangga air, karena merupakan salah satu makanan alami ikan lele.
4) Ikan lele juga dapat diramu dengan berbagai bahan obat lain untuk mengobati
penyakit asma, menstruasi (datang bulan) tidak teratur, hidung berdarah, kencing
darah dan lain-lain.
3. PERSYARATAN LOKASI
1) Tanah yang baik untuk kolam pemeliharaan adalah jenis tanah liat/lempung,
tidak berporos, berlumpur dan subur. Lahan yang dapat digunakan untuk budidaya
lele dapat berupa: sawah, kecomberan, kolam pekarangan, kolamkebun, dan
blumbang.
63
2) Ikan lele hidup dengan baik di daerah dataran rendah sampai daerah yang
tingginya maksimal 700 m dpl.
3) Elevasi tanah dari permukaan sumber air dan kolam adalah 5-10%.
4) Lokasi untuk pembuatan kolam harus berhubungan langsung atau dekat dengan
sumber air dan tidak dekat dengan jalan raya.
5) Lokasi untuk pembuatan kolam hendaknya di tempat yang teduh, tetapi tidak
berada di bawah pohon yang daunnya mudah rontok.
6) Ikan lele dapat hidup pada suhu 200 C, dengan suhu optimal antara 25-280C.
Sedangkan untuk pertumbuhan larva diperlukan kisaran suhu antara 26-300C dan
untuk pemijahan 24-280 C.
7) Ikan lele dapat hidup dalam perairan agak tenang dan kedalamannya cukup,
sekalipun kondisi airnya jelek, keruh, kotor dan miskin zat O2.
8) Perairan tidak boleh tercemar oleh bahan kimia, limbah industri, merkuri, atau
mengandung kadar minyak atau bahan lainnya yang dapat mematikan ikan.
9) Perairan yang banyak mengandung zat-zat yang dibutuhkan ikan dan bahan
makanan alami. Perairan tersebut bukan perairan yang rawan banjir.
10) Permukaan perairan tidak boleh tertutup rapat oleh sampah atau daun-daunan
hidup, seperti enceng gondok.
11) Mempunyai pH 6,59; kesadahan (derajat butiran kasar ) maksimal 100 ppm
dan optimal 50 ppm; turbidity (kekeruhan) bukan lumpur antara 3060 cm;
kebutuhan O2 optimal pada range yang cukup lebar, dari 0,3 ppm untuk yang
dewasa sampai jenuh untuk burayak; dan kandungan CO2 kurang dari 12,8
mg/liter, amonium terikat 147,29-157,56 mg/liter.
12) Persyaratan untuk pemeliharaan ikan lele di keramba :
a. Sungai atau saluran irigasi tidak curam, mudah dikunjungi/dikontrol.
b. Dekat dengan rumah pemeliharaannya.
c. Lebar sungai atau saluran irigasi antara 3-5 meter.
d. Sungai atau saluran irigasi tidak berbatu-batu, sehingga keramba mudah
dipasang.
e. Kedalaman air 30-60 cm.
2.16 PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
64
65
66
67
68
- Sarang pemijahan dapat dibuat pula dari tumpukan batu bata atau ember plastik
atau barang bekas lain yang memungkinkan.
- Sarang bak pembenihan diberi ijuk dan kerikil untuk menempatkan telur hasil
pemijahan.
- Sebelum bak digunakan, bersihkan/cuci dengan air dan bilas dengan formalin 40
% atau KMnO4 (dapat dibeli di apotik); kemudian bilas lagi dengan air bersih dan
keringkan.
Pemijahan:
- Tebarkan I (satu) pasang induk dalam satu bak setelah bak diisi air setinggi 25
cm. Sebaiknya airnya mengalir. Penebaran dilakukan pada jam 14.0016.00.
- Biarkan induk selama 5-10 hari, beri makanan yang intensif. Setelah 10 hari,
diharapkan sepasang induk ini telah memijah, bertelur dan dalam waktu 24 jam
telur-telur telah menetas. Telur-telur yang baik adalah yang berwarna kuning
cerah.
- Beri makanan anak-anak lele yang masih kecil (stadium larva) tersebut berupa
kutu air atau anak nyamuk dan setelah agak besar dapat diberi cacing dan telur
rebus.
3. Pemijahan di Bak Pemijahan Secara Masal
Penyiapan bak pemijahan secara masal:
- Buat bak dari semen seluas 20 m2 atau 50 m2, ukuran 2x10 m2 atau 5x10 m2.
- Di luar bak, menempel dinding bak dibuat sarang pemijahan ukuran 30x30x30
cm3, yang dilengkapi dengan saluran pengeluaran benih dari paralon (PVC)
berdiameter 1 inchi. Setiap sarang dibuatkan satu lubang dari paralon berdiameter
4 inchi.
- Dasar sarang pemijahan diberi ijuk dan kerikil untuk tempat menempel telur
hasil pemijahan.
- Sebelum digunakan, bak dikeringkan dan dibilas dengan larutan desinfektan atau
formalin, lalu dibilas dengan air bersih; kemudian keringkan.
Pemijahan:
- Tebarkan induk lele yang terpilih (matang telur) dalam bak pembenihan
sebanyak 2xjumlah sarang , induk jantan sama banyaknya dengan induk betina
69
atau dapat pula ditebarkan 25-50 pasang untuk bak seluas 50 m2 (5x10 m2),
setelah bak pembenihan diairi setinggi 1 m.
- Setelah 10 hari induk dalam bak, surutkan air sampai ketinggian 50-60 cm,
induk beri makan secara intensif.
- Sepuluh hari kemudian, air dalam bak dinaikkan sampai di atas lubang sarang
sehingga air dalam sarang mencapai ketinggian 20-25 cm.
- Saat air ditinggikan diharapkan induk-induk berpasangan masuk sarang
pemijahan, memijah dan bertelur. Biarkan sampai 10 hari.
- Sepuluh hari kemudian air disurutkan lagi, dan diperkirakan telurtelur dalam
sarang pemijahan telah menetas dan menjadi benih lele.
- Benih lele dikeluarkan melalui saluran pengeluaran benih untuk didederkan di
kolam pendederan.
c. Pemijahan Buatan
Cara ini disebut Induced Breeding atau hypophysasi yakni merangsang ikan lele
untuk kawin dengan cara memberikan suntikan berupa cairan hormon ke dalam
tubuh ikan. Hormon hipophysa berasal dari kelenjar hipophysa, yaitu hormon
gonadotropin. Fungsi hormon gonadotropin:
- Gametogenesis: memacu kematangan telur dan sperma, disebut Follicel
Stimulating Hormon. Setelah 12 jam penyuntikan, telur mengalami ovulasi
(keluarnya telur dari jaringan ikat indung telur). Selama ovulasi, perut ikan betina
akan membengkak sedikit demi sedikit karena ovarium menyerap air. Saat itu
merupakan saat yang baik untuk melakukan pengurutan perut (stripping).
- Mendorong nafsu sex (libido)
2) Perlakuan dan Perawatan Bibit
a. Kolam untuk pendederan:
1. Bentuk kolam pada minggu 1-2, lebar 50 cm, panjang 200 cm, dan tinggi 50
cm. Dinding kolam dibuat tegak lurus, halus, dan licin, sehingga apabila
bergesekan dengan tubuh benih lele tidak akan melukai. Permukaan lantai agak
miring menuju pembuangan air. Kemiringan dibuat beda 3 cm di antara kedua
ujung lantai, di mana
yang dekat tempat pemasukan air lebih tinggi. Pada lantai dipasang pralon dengan
diameter 3-5 cm dan panjang 10 m.
70
71
2. Hari keempat sampai minggu kedua diberi makan zooplankton, yaitu Daphnia
dan Artemia yang mempunyai protein 60%. Makanan tersebut diberikan dengan
dosis 70% x biomassa setiap hari yang dibagi dalam 4 kali pemberian. Makanan
ditebar disekitar tempat pemasukan air. Kira-kira 2-3 hari sebelum pemberian
pakan zooplankton berakhir, benih lele harus dikenalkan dengan makanan dalam
bentuk tepung yang berkadar protein 50%. Sedikit dari tepung tersebut diberikan
kepada benih 10-15 menit sebelum pemberian zooplankton. Makanan yang berupa
teoung dapat terbuat dari campuran kuning telur, tepung udang dan sedikit bubur
nestum.
3. Minggu ketiga diberi pakan sebanyak 43% x biomassa setiap hari.
4. Minggu keempat dan kelima diberi pakan sebanyak 32% x biomassa setiap
hari.
5. Minggu kelima diberi pakan sebanyak 21% x biomassa setiap hari.
6. Minggu ketiga diberi pakan sebanyak 43% x biomassa setiap hari.
7. Minggu keenam sudah bisa dicoba dengan pemberian pelet apung.
d. Pengepakan dan pengangkutan benih
1. Cara tertutup:
- Kantong plastik yang kuat diisi air bersih dan benih dimasukkan sedikit demi
sedikit. Udara dalam plastik dikeluarkan. O2 dari tabung dimasukkan ke dalam air
sampai volume udara dalam plastik 1/31/4 bagian. Ujung plastik segera diikat
rapat.
- Plastik berisi benih lele dimasukkan dalam kardus atau peti supaya tidak mudah
pecah.
2. Cara terbuka dilakukan bila jarak tidak terlalu jauh:
- Benih lele dilaparkan terlebih dahulu agar selama pengangkutan, air tidak keruh
oleh kotoran lele. (Untuk pengangkutan lebih dari 5 jam).
- Tempat lele diisi dengan air bersih, kemudian benih dimasukkan sedikit demi
sedikit. Jumlahnya tergantung ukurannya. Benih ukuran 10 cm dapat diangkut
dengan kepadatan
maksimal 10.000/m3 atau 10 ekor/liter. Setiap 4 jam, seluruh air diganti di tempat
yang teduh.
Pemeliharaan Pembesaran
72
1) Pemupukan
a. Sebelum digunakan kolam dipupuk dulu. Pemupukan bermaksud untuk
menumbuhkan plankton hewani dan nabati yang menjadi makanan alami bagi
benih lele.
b. Pupuk yang digunakan adalah pupuk kandang (kotoran ayam) dengan dosis
500-700 gram/m2. Dapat pula ditambah urea 15 gram/m2, TSP 20 gram/m2, dan
amonium nitrat 15 gram/m2. Selanjutnya dibiarkan selama 3 hari.
c. Semprotkan larutan Migro Tambak merata pada dasar tambak (dosis yang
dibutuhkan adalah 20ml/100m2).
d. Kolam diisi kembali dengan air segar, mula-mula 30-50 cm dan dibiarkan
selama satu minggu sampai warna air kolam berubah menjadi coklat atau
kehijauan yang menunjukkan mulai banyak jasad-jasad renik yang tumbuh
sebagai makanan alami lele. Saat pemasukan air berikan kembali Migro Tambak
dengan dosis 0,02 ppm (2 liter per hektar), campur dengan air secukupnya
Kemudian langsung tebar merata pada permukaan kolam.
e. Secara bertahap ketinggian air ditambah, sebelum benih lele ditebar.
2) Pemberian Pakan
a. Makanan Alami Ikan Lele
1. Makanan alamiah yang berupa Zooplankton, larva, cacing-cacing, dan serangga
air.
2. Makanan berupa fitoplankton adalah Gomphonema spp (gol. Diatome),
Anabaena spp (gol. Cyanophyta), Navicula spp (gol. Diatome), Ankistrodesmus
spp (gol. Chlorophyta).
3. Ikan lele juga menyukai makanan busuk yang berprotein.
b. Makanan Tambahan
1. Pemeliharaan di kecomberan dapat diberi makanan tambahan berupa sisa-sisa
makanan keluarga, daun kubis, tulang ikan, tulang ayam yang dihancurkan, usus
ayam, dan bangkai.
2. Campuran dedak dan ikan rucah (9:1) atau campuran bekatul, jagung, dan
bekicot (2:1:1).
c. Makanan Buatan (Pellet)
73
Pellet mulai dikenalkan pada ikan lele saat umur 6 minggu dan diberikan
pada ikan lele 10-15 menit sebelum pemberian makanan yang berbentuk tepung.
2
Pada minggu 7 dan seterusnya sudah dapat langsung diberi makanan yang
Hindarkan pemberian pakan pada saat terik matahari, karena suhu tinggi
74
75
dijaga kualitas
dan kuantitasnya.
cacing
kecil
Gyrodactylus
dan
Dactylogyrus.
Cacing
76
2% selama 30 menit; (5) dapat juga memakai larutan NH4OH 0,5% selama
10 menit.
6. Parasit Hirudinae
Penyebab: lintah Hirudinae, cacing berwarna merah kecoklatan. Gejala:
pertumbuhannya lambat, karena darah terhisap oleh parasit, sehingga
menyebabkan anemia/kurang darah. Pengendalian: selalu diamati pada saat
mengurangi padat tebar dan dengan larutan Diterex 0,5 ppm.
Hama Kolam/Tambak
Apabila lele menunjukkan tanda-tanda sakit, harus dikontrol faktor penyebabnya,
kemudian kondisi tersebut harus segera diubah, misalnya :
1. Bila suhu terlalu tinggi, kolam diberi peneduh sementara dan air diganti
dengan yang suhunya lebih dingin.
2. Bila pH terlalu rendah, diberi larutan kapur 10 gram/100 l air.
3. Bila kandungan gas-gas beracun (H2S, CO2), maka air harus segera diganti.
4. Bila makanan kurang, harus ditambah dosis makanannya.
PANEN
Penangkapan
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemanenan:
1) Lele dipanen pada umur 6-8 bulan, kecuali bila dikehendaki, sewaktuwaktu dapat dipanen. Berat rata-rata pada umur tersebut sekitar 200
gram/ekor.
2) Pada lele Dumbo, pemanenan dapat dilakukan pada masa pemeliharaan 3-4
bulan dengan berat 200-300 gram per ekornya. Apabila waktu pemeliharaan
ditambah 5-6 bulan akan mencapai berat 1-2 kg dengan panjang 60-70 cm.
3) Pemanenan sebaiknya dilakukan pada pagi hari supaya lele tidak terlalu
kepanasan.
4) Kolam dikeringkan sebagian saja dan ikan ditangkap dengan menggunakan
seser halus, tangan, lambit, tangguh atau jaring.
5) Bila penangkapan menggunakan pancing, biarkan lele lapar lebih dahulu.
6) Bila penangkapan menggunakan jaring, pemanenan dilakukan bersamaan
dengan pemberian pakan, sehingga lele mudah ditangkap.
77
7) Setelah dipanen, piaralah dulu lele tersebut di dalam tong/bak/hapa selama 1-2
hari tanpa diberi makan agar bau tanah dan bau amisnya hilang.
8) Lakukanlah penimbangan secepat mungkin dan cukup satu kali.
Pembersihan
Setelah ikan lele dipanen, kolam harus dibersihkan dengan cara:
1) Kolam dibersihkan dengan cara menyiramkan/memasukkan larutan kapur
sebanyak 20-200 gram/m2 pada dinding kolam sampai rata.
2) Penyiraman dilanjutkan dengan larutan formalin 40% atau larutan permanganat
kalikus (PK) dengan cara yang sama.
3) Kolam dibilas dengan air bersih dan dipanaskan atau dikeringkan dengan sinar
matahari langsung. Hal ini dilakukan untuk membunuh penyakit yang ada di
kolam.
PASCAPANEN
1) Setelah dipanen, lele dibersihkan dari lumpur dan isi perutnya. Sebelum
dibersihkan sebaiknya lele dimatikan terlebih dulu dengan memukul kepalanya
memakai muntu atau kayu.
2) Saat mengeluarkan kotoran, jangan sampai memecahkan empedu, karena dapat
menyebabkan daging terasa pahit.
3) Setelah isi perut dikeluarkan, ikan lele dapat dimanfaatkan untuk berbagai
ragam masakan.
78
kandungan gizinya cukup tinggi. Maka tak heran, apabila minat masyarakat untuk
membudidayakan lele dumbo sangat besar.
II. Sistematika
Philum Chordata, Kelas Pisces, Anak Kelas Telestei, Bangsa Ostariophysi, Anak
Bangsa Siluridae, Suku Claridae, Marga Clarias dan Jenis Clarias gariepinus.
Bentuk tubuh memanjang, agak bulat, kepala gepeng, tidak bersisik, mempunyai 4
pasang kumis, mulut besar, warna kelabu sampai hitam. Lele dumbo banyak
ditemukan di rawa-rawa dan sungai di Afrika, terutama di dataran rendah sampai
sedikit payau. Ikan ini mempunyai alat pernapasan tambahan yang disebut
abrorescent, sehingga mampu hidup dalam air yang oksigennya rendah.
Lele dumbo termasuk ikan karnivora, namun pada usia benih lebih bersifat
omnivora. Induk lele dumbo sudah dapat dipijahkan setelah berumur 2 tahun dan
dapat memijah sepanjang tahun.
- Tanda induk betina: tubuh lebih pendek, mempu- nyai dua buah lubang
kelamin yang bentuknya bulat.
- Tanda induk jantan: tubuh lebih panjang, mempunyai satu buah lubang
kelamin yang bentuknya memanjang.
III. PEMBENIHAN
Saat ini lele dumbo sudah dapat dipijahkan secara alami. Namun demikian banyak
orang yang lebih suka memijahkan dengan cara buatan ( disuntik ) karena
penjadwalan produksi dapat dilakukan lebih tepat.
79
A. Pematangan Gonad
Pematangan gonad dilakukan di kolam seluas 50 - 200 m2 dengan kepadatan 2 - 4
kg/m2. Setiap hari diberi pakan tambahan berupa pelet sebanyak 3 persen/hari
dari berat tubuhnya.
B. Seleksi Induk
- Seleksi bertujuan untuk mengetahui tingkat kematangan induk yang akan
dipijahkan.
- Induk betina ditandai dengan perutnya yang buncit dan kadang-kadang
apabila dipijit kearah lubang kelamin, keluar telur yang warnanya kuning
tua.
- Induk jantan ditandai dengan warna tubuh dan alat kelaminnya agak
kemerahan
C. Pemberokan
- Pemberokan dilakukan dalam bak seluas 4 - 6 m2 dan tinggi 1 m, selama
1 - 2 hari.
- Pemberokan bertujuan untuk membuang kotoran dan mengurangi
kandungan lemak dalam gonad.
- Setelah diberok, kematangan induk diperiksa kembali.
D. Penyuntikan
- Induk betina disuntik dengan larutan hipofisa ikan mas sebanyak 2 dosis
(1kg induk membutuhkan 2 kg ikan mas) dan jantan 1/2 dosis atau
ovaprim 0,3 ml/kg.
- Penyuntikan dilakukan pada bagian punggung.
80
E. Pemijahan / Pengurutan
- Apabila akan dipijahkan secara alami, induk jantan dan betina yang
sudah disuntik disatukan dalam bak yang telah diberi ijuk dan biarkan
memijah sendiri.
- Apabila akan diurut, maka pengurutan dilakukan 8 - 10 jam setelah
penyuntikan.
- Langkah pertama adalah menyiapkan sperma: ambil kantong sperma dari
induk jantan dengan membedah bagian perutnya, gunting kantong sperma
dan keluarkan. Cairan sperma ditampung dalam gelas yang sudah diisi
NaCl sebanyak 1/2 bagiannya. Aduk hingga rata. Bila terlalu pekat,
tambahkan NaCl sampai larutan berwarna putih susu agak encer.
- Ambil induk betina yang akan dikeluarkan telurnya. Pijit bagian perut ke
arah lubang kelamin sampai telurnya keluar. Telur ditampung dalam
mangkuk plastik yang bersih dan kering. Masukan larutan sperma sedikit
demi sedikit dan aduk sampai merata. Tambahkan larutan NaCl agar
sperma lebih merata. Agar terjadi pembuahan, tambahkan air bersih dan
aduklah agar merata sehingga pembenihan dapat berlangsung dengan baik,
untuk mencuci telur dari darah dan kotoran lainnya, tambahkan lagi air
bersih kemudian dibuang. Lakukan 2 - 3 kali agar bersih.
- Telur yang sudah bersih dimasukkan kedalam hapa penetasan yang sudah
dipasang di bak. Bak dan hapa tersebut berukuran 2 m x 1 m x 0,4 m dan
sudah diisi air 30 cm. Cara memasukan, telur diambil dengan bulu ayam,
lalu sebarkan ke seluruh permukaan hapa sampai merata. Dalam 2-3 hari
telur akan menetas dan larvanya dibiar- kan selama 4-5 hari atau sampai
berwarna hitam.
81
E. Pendederan
~ Persiapan kolam pendederan dilakukan seminggu sebelum penebaran
larva, yang meliputi : pengeringan, perbaikan pematang, pengolahan tanah
dasar dan pembuatan kemalir
~ Pengapuran dilakukan dengan melarutkan kapur tohor kedalam tong,
kemudian disebarkan ke seluruh pematang dan dasar kolam. Dosisnya 250
- 500 g/m2.
~ Pemupukan menggunakan kotoran
82
orang.
Aneka masakan dari lele bisa diperoleh dengan mudah, rasa daging yang lezat dan
gurih membuat bisnis budi daya lele menjadi peluang usaha yang cukup
menjanjikan keuntungan. Selain itu Lele dumbo lebih mudah dipelihara dan cepat
dalam pertumbuhannya. Dengan kondisi air yang buruk Lele dumbo bisa
bertahan hidup dan berkembang dengan baik, dengan demikian solusi
pemeliharaan lele dumbo dengan terpal menjadi alternatif yang perlu dicoba. Budi
Daya Ikan Lele dumbo dengan Kolam terpal mendatangkan peluang usaha yang
cukup menjanjikan dan tidak memerlukan modal usaha yang besar. Analisis budi
daya Lele Dumbo dapa dilakukan dalam berbagai model untuk konsumsi dan
pembibitan.
Model
Budi
Daya
Lele
Dumbo
Peluang usaha Budi daya lele dumbo dengan kolam terpal dapat dilakukan dalam
beberapa bentuk antara lain, tujuan pembibitan dan tujuan konsumsi. Budi daya
Ikan Lele Dumbo sebagai bibit merupakan upaya memenuhi kebutuhan bibit yang
terus meningkat seiring dengan permintaan Ikan Lele Dumbo Konsumsi. Budi
Daya Ikan Lele Dumbo Konsumsi merupakan upaya memelihara Ikan Lele
Dumbo sampai ukuran dan bobot tertentu. Biasanya dari berat 1 ons per ekor ikan
lele dumbo sampai 1 kg per ekor. Ukuran Lele Dumbo 1 Kg /ekor ke atas
biasanya digunakan pada kolam pemancingan yang berisi Lele dumbo.
83
Budi
Daya
Lele
Dumbo
Untuk
Pembibitan
Peluang Usaha Budi Daya Lele dumbo Untuk tujuan pembibitan bisa dilakukan
antara
lain:
- Pemijahan dan penetasan telur lele dumbo, setelah menetas bisa dijual kepada
peternak lain untuk dibesarkan atau dipelihara lagi sampai besar. Karena bibit lele
dumbo baru menetas sudah bisa dijual, sehingga merupakan peluang usaha bagi
yang memilih menekuni bidang ini. Jika lahan yang tersedia sempit solusi ini bisa
menjadi alternatif. Modal untuk usaha ini hanya tempat dan indukan lele dumbo.
Bibit Lele dumbo baru menetas biasanya dihargai berdasarkan perkiraan jumlah
anakan Lele Dumbo, yang ditentukan berdasarkan bobot induk dan jumlah induk
Lele
Dumbo.
- Penyediaan Bibit Ukuran 2-3 cm, dalam kurun waktu satu bulan setelah menetas
bibit lele dumbo telah mencapai ukuran 2-3 cm dan siap untuk dijual ke pasaran.
Pembesaran benih lele dari menetas hingga ukuran ini idealnya ditempatkan pada
kolam lumpur atau sawah, sehingga memerlukan lahan yang relatif luas. Meski di
kolam terpal tetap bisa dilakukan tetapi tidak bisa dalam jumlah yang besar, meski
demikian peluang usaha tetap terbuka. Pembesaran Lele Dumbo pada bak atau
kolam terpal pada ukuran ini memerlukan makanan tambahan berupa pelet buatan
pabrik.
- Penyediaan Bibit ukuran 5-7 cm, pada ukuran 5-7 cm benih lele dumbo siap
dijual sebagai bibit yang mendatangkan peluang usaha. Biasanya ukuran ini
dipelihara oleh peternak sampai ukuran layak konsumsi.
Pemeliharaan
Lele
Dumbo
Untuk
Konsumsi
Lele dumbo untuk keperluan konsumsi biasanya dipelihara mulai dari ukuran 5-7
cm atau lebih besar, untuk hasil panen cepat bisa dilakukan dalam waktu 2 bulan
dengan pemberian makanan yang ekstra dan optimal. Peluang usaha budi daya
lele dumbo untuk konsumsi ini relatif lebih mudah karena ukuran lele yang besar
lebih tahan terhadap penyakit, dan tingkat hidup lebih tinggi. Untuk mendapatkan
ukuran lele dumbo yang lebih besar memerlukan waktu 3 sampai 4 bulan.
Persiapan
Pembuatan
Kolam
Terpal
Persiapan untuk budi daya lele dumbo dengan kolam terpal meliputi persiapan
84
Lele
Dumbo
Pertama kali kolam terpal diisi dengan air yang tidak terlalu dalam terlebh dahulu,
untuk lele dumbo ukuran 5-7 cm bisa diisi air 40 cm terlebih dahulu, agar ikan
tidak terlalu capek naik dan turun dasar kolam untuk mengambil oksigen, seiring
dengan bertambahnya usia dan ukuran kedalaman air ditambah. Perlu disediakan
pula rumpon atau semacam perlindungan untuk lele. Karena lele merupakan ikan
yang senang bersembunyi di daerah yang tertutup.
Pemberian pakan dilakukan dengan pemberian pelet sehari dua kali, lebih bagus
lagi lebih dari dua kali tetapi dalam jumlah yang lebih sedikit. Jika di lingkungan
tersedia pakan alami seperti Bekicot, kerang, keong emas, rayap dan lain-lain, bisa
diberikan makanan alami tersebut. Makanan alami selain bisa menghemat
pengeluaran juga memiliki kandungan protein yang tinggi sehingga pertumbuhan
lele dumbo lebih cepat. Selain itu ada beberapa teknologi yang bisa dipakai untuk
mempercepat pertumbuhan ikan lele dan ikan lainnya.
Meski Lele dumbo tahan terhadap kondisi air yang buruk ada baiknya perlu
diganti air sekitar 10-30% setiap minggu, agar kolam tidak terlalu kotor dan
berbau. Penyakit pada ikan lele mudah menyerang pada air yang kotor. Pada usia
satu bulan atau jika diperlukan perlu dilakukan seleksi dan pemisahan lele yang
memiliki ukuran yang berbeda. Biasanya lele mengalami pertumbuhan yang tidak
sama, sehingga jika tidak dipisahkan lele dengan ukuran kecil akan kalah bersaing
dalam berebut makanan. Selain itu pisahkan jika ada ikan yang terindikasi
terserang penyakit agar tidak menular.
85
86
87
1. Suhu air yang ideal untuk pertumbuhan ikan lele berkisar antara 22-32C.
Suhu air akan mempengaruhi laju pertumbuhan, laju metabolisme ikan dan
napsu makan ikan serta kelarutan oksigen dalam air.
2. pH air yang ideal berkisar antara 6-9.
3. Oksigen terlarut di dalam air harus > 1 mg/l.
Budidaya ikan lele Sangkuriang dapat dilakukan dalam bak plastik, bak tembok
atau kolam tanah. Dalam budidaya ikan lele di kolam yang perlu diperhatikan
adalah pembuatan kolam, pembuatan pintu pemasukan dan pengeluaran air.
Bentuk kolam yang ideal untuk pemeliharaan ikan lele adalah empat persegi
panjang dengan ukuran 100-500 m2. Kedalaman kolam berkisar antara 1,0-1,5 m
dengan kemiringan kolam dari pemasukan air ke pembuangan 0,5%. Pada bagian
tengah dasar kolam dibuat parit (kamalir) yang memanjang dari pemasukan air ke
pengeluaran air (monik). Parit dibuat selebar 30-50 cm dengan kedalaman 10-15
cm.
Sebaiknya pintu pemasukan dan pengeluaran air berukuran antara 15-20 cm. Pintu
pengeluaran dapat berupa monik atau siphon. Monik terbuat dari semen atau
tembok yang terdiri dari dua bagian yaitu bagian kotak dan pipa pengeluaran.
Pada bagian kotak dipasang papan penyekat terdiri dari dua lapis yang diantaranya
diisi dengan tanah dan satu lapis saringan. Tinggi papan disesuaikan dengan tinggi
air yang dikehendaki. Sedangkan pengeluaran air yang berupa siphon lebih
sederhana, yaitu hanya terdiri dari pipa paralon yang terpasang didasar kolam
dibawah pematang dengan bantuan pipa berbentuk L mencuat ke atas sesuai
dengan ketinggian air kolam.
Saringan dapat dipasang pada pintu pemasukan dan pengeluaran agar ikan-ikan
jangan ada yang lolos keluar/masuk.
88
Pelaksanaan
Budidaya
Sebelum benih ikan lele ditebarkan di kolam pembesaran, yang perlu diperhatikan
adalah tentang kesiapan kolam meliputi:
tempat
berlindung
ikan
(benih
ikan
lele)
sekaligus
sekedar
untuk
memberantas
hama
penyakit
yang
89
90
makanan buatan dapat dibuat dari campuran dedak halus dengan ikan rucah
dengan perbandingan 1:9 atau campuran dedak halus, bekatul, jagung,
cincangan bekicot dengan perbandingan 2:1:1:1 campuran tersebut dapat dibuat
bentuk pellet.
e. Pemanenan
Ikan lele Sangkuriang akan mencapai ukuran konsumsi setelah dibesarkan
selama 130 hari, dengan bobot antara 200 250 gram per ekor dengan panjang
15 20 cm. Pemanenan dilakukan dengan cara menyurutkan air kolam. Ikan
lele akan berkumpul di kamalir dan kubangan, sehingga mudah ditangkap
dengan menggunakan waring atau lambit. Cara lain penangkapan yaitu dengan
menggunakan pipa ruas bambu atau pipa paralon/bambu diletakkan didasar
kolam, pada waktu air kolam disurutkan, ikan lele akan masuk kedalam ruas
bambu/paralon, maka dengan mudah ikan dapat ditangkap atau diangkat. Ikan
lele hasil tangkapan dikumpulkan pada wadah berupa ayakan/happa yang
dipasang di kolam yang airnya terus mengalir untuk diistirahatkan sebelum
ikan-ikan tersebut diangkut untuk dipasarkan.
Pengangkutan ikan lele dapat dilakukan dengan menggunakan karamba,
pikulan ikan atau jerigen plastik yang diperluas lubang permukaannya dan
dengan jumlah air yang sedikit.
Kegiatan budidaya lele Sangkuriang di tingkat pembudidaya sering dihadapkan
pada permasalahan timbulnya penyakit atau kematian ikan. Pada kegiatan
pembesaran, penyakit banyak ditimbulkan akibat buruknya penanganan kondisi
lingkungan. Organisme predator yang biasanya menyerang antara lain ular dan
belut.
Sedangkan
organisme
pathogen
yang
sering
menyerang
adalah Ichthiophthirius sp., Trichodina sp., Monogenea sp. dan Dactylogyrus sp.
Penanggulangan hama insekta dapat dilakukan dengan pemberian insektisida yang
direkomendasikan pada saat pengisian air sebelum benih ditanam. Sedangkan
91
menghindari
terjadinya
penularan
penyakit,
maka
hendaknya
Alat tangkap dan wadah ikan harus dijaga agar tidak terkontaminasi
penyakit. Sebelum dipakai lagi sebaiknya dicelup dulu dalam larutan Kalium
Permanganat (PK) 20 ppm (1 gram dalam 50 liter air) atau larutan kaporit 0,5
ppm (0,5 gram dalam 1 m3 air).
92
Bersihkan selalu dasar kolam dari lumpur dan sisa bahan organik
Usahakan agar kolam selalu mendapatkan air segar atau air baru.
ANALISAUSAHA
Pembesaran lele Sangkuriang di bak plastik
1. Investasi
a.
= Rp 1.000.000,-
1.000.000,b.
= Rp 1.500.000,-
unit @ Rp 500.000,c.
= Rp 750.000,-
150.000,-
93
Penyusutan
lahan
Rp
= Rp 1.000.000,-
1.000.000,-/1 thn
b.
= Rp 750.000,-
= Rp 150.000,-
750.000,-/5 thn
Rp 1.900.000,3. Biaya Variabel
a. Pakan 4800 kg @ Rp 3700 = Rp 17.760.000,Benih
ukuran
5-8
cm
Obat-obatan 6 unit @ Rp
= Rp 300.000,-
50.000,d.
= Rp 200.000,-
Rp 100.000,e.
= Rp 3.000.000,-
@ Rp 250.000,f.
Lain-lain 12 bin @ Rp
= Rp 1.200.000,-
100.000,Rp 24.281.052,63
4. Total Biaya
Biaya Tetap + Biaya Variabel
94
Rp
1.900.000,-
Rp
24.281.052,63
=
5.
Rp 26.181.052,63
6. Pendapatan
Produksi - (Biaya tetap + Biaya
Variabel)
=
Rp
28.800.000,-
Rp
1.900.000,-
Rp
24.281.052,63)
=
Rp 2.418.947,37
4.396,84 kg
Rp 5.496,05
Harga produksi
95
untuk aneka olahan ikan lele sepeti abon , kerupuk lele dsb. Sedangkan untuk
kebutuhan ekspor diperlukan ukuran lele minimal 500 gr/ekor.
Usaha pembesaran yang banyak dilakukan adalah pembesaran secara
intensif. Kegiatan pembesaran ikan lele secara intensif dilakukan dengan tehnik
yang modern dan memerlukan biaya yang cukup tinggi. Tehnik budidaya ikan lele
secara intensif memiliki kekhasan berupa padat penebaran benih yang sangat
tinggi, yaitu 200-400 ekor/m2.Pemberian pakan berupa pelet (pakan buatan
pabrik), dengan harga yang cukup tinggi. Selain hal tersebut sering dilakukan
penggantian air yang bertujuan agar air tetap besih dan tidak kotor oleh sisa-sisa
pakan dan kotoran. Penggantian air ini bertujuan agar lele tidak terserang
penyakit. Ikan lele yang terlanjur terkena penyakit sangat sulit untuk dapat
disembuhkan kembali.
2.21 Peluang Bisnis Usaha Ikan Lele
Adapun rincian untuk usaha ini adalah :
Dengan asumsi penggunaan 3 kolam terpal dengan ukuran 2 x 3 meter,
dan bibit lele 1000 ekor/kolam.
Modal Awal
3 buah terpal ukuran 2 x 3 meter (@ Rp 150.000,00 x 3) :
Rp 450.000,00
Peralatan tiang kolam (bambu, kayu tiang, dan paku) :
Rp 300.000,00
Selang air 20 meter :
Rp
50.000,00
30.000,00
Rp
830.000,00
Total
Biaya Operasional
Bibit lele (@ Rp 350,00 x 3000 ekor) :
Rp 1.050.000,00
96
Pakan :
Rp
600.000,00
Biaya transport :
Rp
100.000,00
50.000,00
Total :
Rp 1.800.000,00
Omset
Penjualan hasil panen (Rp 11.000,00/kg x 300 kg) =
Rp 3.300.000,00
Laba bersih
Rp 3.300.000,00 Rp 1.800.000,00 = Rp 1.500.000,
97
BAB 3
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Ikan lele merupakan jenis ikan air Tawar yang dapat dibudidayakan. Alas
an orang budidaya lele adalah dapat dibudidayakan di lahan dan sumber air yang
terbatas, cara lebih mudah, pemasarannya relatif mudah dan modal dapat
dijangkau. Budidaya lele semakin meningkat setelah masuk jenis lele dumbo.
Keunggulan lele dumbo dibanding lele lokal antara lain cepat besar, telur lebih
banyak dan lebih tahan terhadap penyakit.
Pertumbuhan yang cepat tanpa memperhatikan pengelolaan induk
menyebabkan kualitas lele menurun. Penurunan kualitas dapat karena perkawinan
inbreeding. Ini menyebabkan penurunan derajat penetasan, pertumbuhan lambat,
daya tahan penyakit menurun.
Pertumbuhan awal lele dapat memanfaatkan makan dari plankton, cacing, insekta
dan lain lain. Tetapi untuk pembesaran dianjurkan untuk memakai pellet karena
akan meningkatkan effisiensi dan pruduktifitas. Budidaya lele dapat dilakukan di
areal pada ketinggian 1 m - 800 m dpi.
Persyaratan lokasi, baik kualitas tanah maupun air tidak terlalu spesifik, artinya
dengan penggunaan teknologi yang memadai terutama pengaturan suhu air
budidaya masih tetap dapat dilakukan pada lahan yang memiliki ketinggian diatas
98
>800 m dpi. Namun bila budidaya dikembangkan dalam skala massal harus tetap
memperhatikan tata ruang dan lingkungan sosial.
Budidaya lele dapat dilakukan di kolam tanah, bak permanent maupun bak plastic.
Usahakan air dapat mengalir mengalir. Sumber air dapat berasal dari air sungai
mapun air sumur. Suhu air yang ideal untuk pertumbuhan ikan lele berkisar antara
22-32C. Suhu air mempengaruhi laju pertumbuhan, laju metabolisme ikan dan
napsu makan ikan serta kelarutan oksigen dalam air. Keasaman air yang ideal
antara 6-9.
Bentuk kolam yang ideal untuk pemeliharaan ikan lele adalah empat persegi
panjang dengan ukuran sesuai dengan lokasi. Kedalaman kolam berkisar antara
1,0-1,5 m dengan kemiringan kolam dari pemasukan air ke pembuangan 0,5%.
Saringan dapat dipasang pada pintu pemasukan dan pengeluaran agar ikan-ikan
jangan ada yang lolos keluar/masuk.
3.2 SARAN
Semoga makalah yang kami buat ini dapat bermanfaat untuk semuanya.
Kami juga menyarankan kepada semua mahasiswa agar lebih memperhatikan
dalam pembelajaran di kelas maupun praktikum.Karena setiap pembelajaran
selalu berguna dan bermanfaat untuk ke depannya.
99
DAFTAR PUSTAKA
http://www.kerjatop.com/1213/budidaya-lele-sangkuriang/
Diakses 21 Mei 2011, pukul 20.00 WIB
http://udinnotonegoroblog.blogspot.com/2011/03/analisis-hubungansuhu-udara-dan.html
Diakses 21 Mei 2011, pukul 20.00 WIB
http://airlanggastudyclub.com/5-langkah-penting-dalam-kegiatanbudidaya-perikanan/
Diakses 21 Mei 2011, pukul 20.00 WIB
http://airlanggastudyclub.com/menganalisis-kualitas-air-suatu-kolamatau-tambak-part-2/
Diakses 21 Mei 2011, pukul 20.00 WIB
http://kuliahitukeren.blogspot.com/2011/01/faktor-fisika-kimia-perairanyang.html
Diakses 21 Mei 2011, pukul 20.00 WIB
100
http://kuliahitukeren.blogspot.com/2011/04/perikanan-laut-diindonesia.html
Diakses 21 Mei 2011, pukul 20.00 WIB
http://www.ekotumb.co.cc/2011/03/cahaya-suhu-dan-air_27.html
Diakses 21 Mei 2011, pukul 20.00 WIB
file:///G:/lele/3116495.htm
Diakses 21 Mei 2011, pukul 20.00 WIB
http://angkringan.web.id/index.php/tips-dan-trik/74-budidaya-ikan-lele
Diakses 21 Mei 2011, pukul 20.00 WIB
http://www.kaskuserz.com/artikel-budidaya/Inilah-Cara-TerhebatBudidaya-Ikan-Lele
Diakses 21 Mei 2011, pukul 20.00 WIB
www.migroplus.com/brosur/Budidaya%20lele.pdf
Diakses 21 Mei 2011, pukul 20.00 WIB
http://bbat-sukabumi.tripod.com/lele.html
Diakses 21 Mei 2011, pukul 20.00 WIB
http://www.omtimo.org/archives/budidaya-ikan-lele-dumbo-dengankolam-terpal
Diakses 21 Mei 2011, pukul 20.00 WIB
http://anasbanget.wordpress.com/2007/08/25/budidaya-lelesangkuriangclarias-sp/
Diakses 21 Mei 2011, pukul 20.00 WIB
101
http://www.tdwclub.com/bisnis/peluang-usaha-bisnis-budidaya-ikanlele/
Diakses 21 Mei 2011, pukul 20.00 WIB
102