Anda di halaman 1dari 102

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Air merupakan zat yang sangat penting bagi kehidupan. Air terdiri dari
berbagai bahan kimia, baik dalam bentuk partikel padat maupun dalam bentuk
larutan. Kualitas air sangat penting artinya, tidak hanya untuk hewan yang bersifat
poikiloterm atau berdarah dingin sehingga tidak membutuhkan energi yang besar
apabila terjadi perubahan suhu di dalam habitatnya. Ikan adalah hewan air,
sehingga dapat dikatakan bahwa dinamika ekosistemnya tergantung pada
kesuburan air .
Keadaan kualitas air tinggi dan tanah dasar kolam atau tambak yang baik
merupakan bahan yang penting untuk menjamin keberhasilan akuakultur kolam
atau tambak. Beberapa masalah dalam kualitas air dan tanah kolam atau tambak
berhubungan dengan karakteristik tempat. Air tersedia dalam jumlah yang tidak
cukup atau berkualitas jelek, seperti keasaman tinggi, kaya hara dan bahan
organic, banyak mengandung zat-zat tersuspensi atau tercemar dengan bahan
kimia dari kegiatan industri atau pertanian. Tanah dapat mempunyai sifat-sifat
yang tidak layak seperti keasaman asam sulfat potensial, kandungan bahan
organic tinggi atau porositas yang besar.
Air dan ikan tidak dapat dipisahkan. Untuk kehidupannya, ikan sangat
membutuhkan air. Namun, tidak semua air dapat digunakan untuk pemeliharaan
ikan. Ada persyaratan yang harus dipenuhi agar ikan dapat hidup dengan baik di
dalamnya. Kondisi fisik, biologi dan kimia air sangat berpengaruh pada kehidupan
akuatik. Karakteristik fisik dan kimia air adalah suhu, pH (keasaman), salinitas,
oksigen dan karbondioksida terlarut serta kandungan material beracun termasuk
bahan organik seperti amonia, nitrit, logam berat maupun kimia sintesis.
Sedangkan karakteristik biologi air meliputi jumlah dan kepadatan plankton .

Ketiga unsur tersebut sangat tergantung pada sinar matahari, selain itu
kehidupan akuatik sangat membutuhkan mineral-mineral, oksigen dan zat-zat
lainnya. Seperti kita ketahui bahwa konsumsi oksigen ikan berbeda-beda
tergantung spesies, ukuran tubuh, aktivitas dan factor-faktor lainnya. Ikan tidak
dapat hidup lama dalam habitat yang kandungan oksigen terlarutnya rendah .
Selama satu periode pemeliharaan ikan (4-6 bulan) secara tidak langsung
selalu diperoleh limbah sisa-sisa pakan dan kotoran ikan. Limbah tersebut
merupakan limbah organik yang dapat meningkatkan kesuburan air (eutrofikasi)
dan penurunan kualitas air sehingga kurang sesuai untuk pertumbuhan ikan.
Perombakan bahan organik membutuhkan oksigen terlarut dalam air, sehingga
mengurangi oksigen terlarut dalam air yang sangat dibutuhkan oleh ikan untuk
keperluan metabolisme dan pernafasannnya.
Berdasarkan pemikiran tersebut perlu diketahui efisiensi penggunaan air,
tingkat kesuburan dan kualitas limbah budidaya lele dumbo secara intensif. Air
limbah tersebut dapat digunakan untuk tanaman yang bermanfaat, antara lain
tanaman pekarangan (sayuran, palawija, tanaman buah dan tanaman hias) baik
dengan cara hidroponik maupun dengan media tanah
1.2 Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang dapat di
ambil adalah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud dengan Suhu Udara ?
2. Apa yang dimaksud dengan Penyinaran Matahari ?
3. Apa yang dimaksud dengan Kelembaban Udara ?
4. Bagaimana Lima langkah penting dalam budidaya perikanan ?
5. Bagaimana Menganalisa kualitas air pada kolam atau tambak yang
berbeda ?
6. Apa Faktor Fisika Kimia yang berpengaruh terhadap Fitoplankton ?
7. Bagaimana Perikanan Laut Indonesia ?
8. BagaimanaPotensi Perikanan Laut di Indonesia ?
9. Bagaimana Masalah dalam Pembangunan Perikanan Laut ?
10. Bagaimana Pembangunan Prikanan Laut di Indonesia ?

11. Apa yang dimaksud dengan Cahaya,Suhu dan Air ?


12. Apa yang dimaksud dengan Kualitas Air ?
13. Bagaimana Budidaya Ikan Lele ?
14. Bagaimana Pengembangan Usaha Budidaya Ikan Lele ?
15. Bagaimana Sentra Perikanan ?
16. Bagaimana Pedoman Teknis Budidaya ?
17. Bagaimana Pembenihan Ikan Lele Dumbo ?
18. Bagaimana Budidaya Ikan Lele Dumbo dengan terpal ?
19. Bagaimana Pembesaran Ikan Lele Sangkuriang ?
20. Bagaimana Usaha Pembesaran Ikan Lele Secara Intensif ?
21. Bagaimana Peluang Bisnis Usaha Ikan Lele ?
1.3 Tujuan Penulisan
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang dapat di
ambil adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui Pengertian dari Suhu Udara
2. Mengetahui Pengertian dari Penyinaran Matahari
3. Mengetahui Pengertian dari Kelembaban Udara
4. Mengetahui Lima langkah penting dalam budidaya perikanan
5. Mengetahui Bagaimana Menganalisa kualitas air pada kolam atau tambak
yang berbeda
6. Mengetahui Faktor Fisika Kimia yang berpengaruh terhadap Fitoplankton
7. Mengetahui Bagaimana Perikanan Laut Indonesia
8. Mengetahui BagaimanaPotensi Perikanan Laut di Indonesia
9. Mengetahui Bagaimana Masalah dalam Pembangunan Perikanan Laut
10. Mengetahui Bagaimana Pembangunan Prikanan Laut di Indonesia
11. Mengetahui Apa yang dimaksud dengan Cahaya,Suhu dan Air
12. Mengetahui Apa yang dimaksud dengan Kualitas Air
13. Mengetahui Bagaimana Budidaya Ikan Lele
14. Mengetahui Bagaimana Pengembangan Usaha Budidaya Ikan Lele
15. Mengetahui Bagaimana Sentra Perikanan
16. Mengetahui Bagaimana Pedoman Teknis Budidaya

17. Mengetahui Bagaimana Pembenihan Ikan Lele Dumbo


18. Mengetahui Bagaimana Budidaya Ikan Lele Dumbo dengan terpal
19. Mengetahui Bagaimana Pembesaran Ikan Lele Sangkuriang
20. Mengetahui Bagaimana Usaha Pembesaran Ikan Lele Secara Intensif
21. Mengetahui Bagaimana Peluang Bisnis Usaha Ikan Lele

1.4 Manfaat Penulisan


Dengan adanya penulisan makalah ini, kita dapat mengetahui tentang
Pengaruh Suhu Udara dengan Suhu Air Terhadap Usaha Pembenihan Ikan Lele
(Clarias sp.). Serta mengetahui tentang usaha budidaya ikan lele yang cukup
menjajikan.

BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Suhu Udara
Suhu udara adalah ukuran energi kinetik rata-rata dari pergerakan molekulmolekul. Suhu suatu benda ialah keadaan yang menentukan kemampuan benda
tersebut, untuk memindahkan (transfer) panas ke benda-benda lain atau menerima
panas dari benda-benda lain tersebut. Dalam sistem dua benda, benda yang
kehilangan panas dikatakan benda yang bersuhu lebih tinggi Variasi Harian Suhu
Permukaan Selama 24 jam, suhu udara selalu mengalami perubahan-perubahan.
Di atas lautan perubahan suhu berlangsung lebih banyak perlahan-lahan daripada
di atas daratan.
Variasi suhu pada permukaan laut kurang dari 1C, dan dalam keadaan tenang
variasi suhu udara dekat laut hampir sama. Sebaliknya diatas daerah pedalaman
continental dan padang pasir perubahan suhu udara permukaan antara siang dan
malam mencapai 20C. Sedangkan pada daerah pantai variasinya tergantung dari
arah angin yang bertiup. Variasinya besar bila angin bertiup dari atas daratan dan
sebaliknya. Alat pengukur suhu disebut termometer. Termometer dibuat dengan
mendasarkan sifat-sifat fisik dari suatu zat (bahan), misalnya pengembangan
benda padat, benda cair, gas dan juga sifat merubahnya tahanan listrik terhadap
suhu. Ada beberapa termometer pengukur udara, antara lain:Termometer Bola
Basah dan Bola Kering.Termometer Maksimum dan Termometer Minimum.
2.2 Penyinaran Matahari
Matahari adalah sumber panas bagi bumi. Walaupun bumi sudah memiliki
panas sendiri yang berasal dari dalam, panas bumi lebih kecil artinya
dibandingkan dengan panas matahari. Panas matahari mencapai 60 gram
kalori/cm2, tiap jam, sedangkan panas bumi hanya mencapai 55 gram/cm2 tiap
tahunnya. Besarnya sinar matahari yang mencapai bumi hanya sekitar 43% dari
keseluruhan sinar yang menuju bumi dan >50% lainnya dipantulkan kembali ke
angkasa. Panas bumi sangat tergantung kepada banyaknya panas yang berasal dari

matahari ke bumi. Perbedaan temperatur di bumi dipengaruhi oleh letak lintang


dan bentuk keadaan alamnya. Indonesia termasuk wilayah beriklim tropis karena
terletak pada lintang antara 608 LU dan 1115 LS, ini terbukti di seluruh
wilayah Indonesia menerima rata-rata waktu penyinaran matahari cukup banyak.
Panas matahari yang sampai ke permukaan bumi sebagian dipantulkan
kembali, sebagian lagi diserap oleh udara, awan, dan segala sesuatu di permukaan
bumi. Banyak sedikitnya sinar matahari yang diterima oleh bumi. Selain itu
lamanya penyinaran matahari pada suatu tempat tergantung dari letak garis
lintangnya, semakin rendah letak garis lintangnya maka semakin lama daerah
tersebut mendapatkan sinar matahari dan suhu udaranya semakin tinggi.,
sebaliknya semakin tinggi letak garis lintang maka intensitas penyinaran matahari
semakin kecil sehingga suhu udaranya semakin rendah. Alat untuk mengukur
lamanya penyinaran matahari disebut Campbell Stoke.
2.3 Kelembaban Udara
Kelembaban udara adalah tingkat kebasahan udara karena dalam udara air
selalu terkandung dalam bentuk uap air. Kandungan uap air dalam udara hangat
lebih banyak daripada kandungan uap air dalam udara dingin. Kalau udara banyak
mengandung uap air didinginkan maka suhunya turun dan udara tidak dapat
menahan lagi uap air sebanyak itu. Uap air berubah menjadi titik-titik air. Udara
yan mengandung uap air sebanyak yang dapat dikandungnya disebut udara jenuh.
Macam-macam kelembaban udara sebagai berikut : Kelembaban relatif / Nisbi
yaitu perbandingan jumlah uap air di udara dengan yang terkandung di udara pada
suhu yang sama. Misalnya pada suhu 270C, udara tiap-tiap 1 m3 maksimal dapat
memuat 25 gram uap air pada suhu yang sama ada 20 gram uap air,maka lembab
udara pada waktu itu sama dengan 20/ 25 x 100 % = 80 %. Kelembaban absolut /
mutlak yaitu banyaknya uap air dalam gram pada 1 m3. Alat untuk mengukur
kelembaban udara disebut Psikrometer Standar.
2.4 Lima Langkah Penting Dalam Budidaya Perikanan
1.Pengeringan

Sebelum memulai kegiatan budidaya, hal yang perlu diperhatikan adalah tanah
dasar kolam atau tambak, karena kualitas tanah dasar kolam sangat berpengaruh
terhadap kualitas air yang nanti akan digunakan dalam budidaya.
Tujuan dari pengeringan tanah dasar kolam yaitu :
-

Menguapkan gas beracun dalam tanah

Mengembalikan unsur hara tanah yang sudah terpakai dalam budidaya


sebelumnya

Memperbaiki struktur tanah dasar kolam atau tambak

Membunuh hama dan penyakit

Pengeringan dilakukan sampai tanah dasar kolam retak-retak, sehingga proses


tersebut sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan, seperti :
-

Intensitas cahaya matahari

Keadaan atau jenis tanah

Ketebalan tanah yang dikeringkan.

Tanah berlumpur lebih sulit dikeringkan daripada tanag pasir atau lempung.

2. Pemupukan

Tujuan kolam atau tambak diberikan pupuk yaitu untuk menumbuhkan

pakan alami yang berupa plankton, klekap dan lumut.


-

Setelah dilakukan pemupukan jangan mengganti air kolam selama 4

minggu, sebab dalam waktu tersebut ada kemungkinan pupuk yang diberikan
belum bekerja secara optimal dan belum memproduksi pakan alami
-

Cara pemupukan :
1.

Langsung ditebar di atas tanah

2.

Diaduk didasar perairan

3.

Digundukkan disuatu tempat

Jenis-jenis pupuk :
1.

Pupuk N -> Nitrat : NaNO3 (10%N) dan CaNO3 (28% Ca dan 18%N),
Amida : urea (45%N) dan Ca Cyanida (21% N)

1.

Pupuk P > Larut dalam Air : superphospat ; Larut dalam asam lemah :
phospat thomas, phospat rhenamia dan magnesium phospat ; Larut dalam
asam kuat : phospat bogor dan phospat cirebon

Pemberian pupuk nitrogen dan phosphor dengan perbandingan 30:1 akan banyak
menumbuhkan alga jenis diatome. Sedangkan pada pebandingan N:P = 1:1 paling
cocok untuk menumbuhkan fitoflagellata. Organisme udang lebih suka pada
perairan yang mengandung banyak diatom.
3. Pengapuran
Pengapuran bertujuan untuk meningkatkan derajat keasaman dalam perairarn
(pH). Derajat keasaman perairan dapat dibedakan menjadi 3, yaitu :
-

Perairan asam : pH < 4,5

Perairan sedang atau netral : pH 6,5 9,5

Perairan basa : pH > 9,5

Perairan yang asam maupun basa kurang baik dalam kegiatan budidaya, sebab
pada kedua keadaan tersebut ketersediaan unsure hara terbatas.
4. Aerasi
Aerasi merupakan suatu usaha untuk mensuplai oksigen kedalam air, dengan
menggunakan suatu alat yang disebut aerator.

kincir air
Beberapa jenis aerator yang digunakan antara lain ; vertical pump, pump sprayer
dan peadle wheel. Dalam penggunaan aerator jangan sampai menimbulkan
keruhnya air kolam atau tambak, sebab akan berakibat menghambat respirasi ikan
atau udang yang dibudidayakan, menghambat pertumbuhan plankton dan juga
dapat menghambat pergerakan ikan dalam mencari makan.
5. Resirkulasi
Salah satu usaha untuk menjaga dan memperbaiki kualitas air yaitu dengan
system resirkulasi atau mendaur ulang air buangan, sehingga air tersebut layak
digunakan kembali untuk kegiatan budidaya. Resirkulasi ini menjadi 2 macam,
yaitu resikulasi penuh/tertutup dan resirkulasi sebagian/semi tertutup.
System resirkulasi ini lebih tepat dilakukan apabila :
1.

Perairan sekitar budidaya tercemar

2.

Sumber air terbatas

3.

Kualitas air tidak stabil

4.

Menjaga kondisi perairan umum.

Komponen yang diperlukan dalam system resirkulasi antara lain :


1. Kolam pengolahan

Memperpanjang aliran air

Mengalirkan air permukaan

Mengurangi gas-gas beracun dan meningkatkan homogenitas air

2. Kolam perlakuan biologis (filter biologis)


Membuat suatu kolam yang didalamnya ditebari ikan atau mollusca atau rumput
laut. Hal tersebut berguna untuk menyaring kotoran, mendaur ulang nutrient yang
selanjutnya merangsang pertumbuhan fitoplankton.
Ikan yang digunakan dapat berupa ikan belanak, nila dan ikan bandeng.
Sedangkan mollusca yang dapat berupa kerang-kerangan dan remis. Selain
menggunakan ikan dan mollusca, dapat juga menggunakan makroalga atau
tumbuhan air seperti ulva pertusa, yang disinyalir dapat menghilangkan senyawa
amoniak dan nitrit yang bersifat toksik dan meningkatkan kandungan oksigen
terlarut.
Minimalnya pengeluaran dan pemasukan air dari luar akan menekan resiko akibat
kontaminasi penyakit dari luar akan berkurang, sehingga pengendalian penyakit
lebih optimal.
3. Tandon
Tandon berguna untuk menyimpan air yang sudah difilter melalui beberapa proses
di atas. Menjaga dan mempertahankan kualitas air.
2.5 Menganalisis Kualitas Air Pada Suatu Kolam Atau Tambak Pada Lokasi
Yang Berbeda.

10

Yang merupakan parameter kunci dalam manajemen kualitas air adalah oksigen
terlarut, BOD, CO2, pH, alkalinitas, kesadahan, fosfat terlarut, nitrat, nitrit,
kecerahan, suhu, dan kelimpahan fitoplankton. Pada praktikum lapang di Waduk
Karangkates, Malang parameter kualitas air yang diukur adalah: suhu, DO, pH,
kecerahan, dan salinitas.
Suhu merupakan salah satu faktor fisika yang sangat berpengaruh bagi kehidupan
yang ada di dalam perairan. Suhu yang diukur pada Waduk Karangkates adalah
26o C. Nilai suhu yang didapat pada saat praktikum berkaitan dengan letak
topografi daerah Malang. Kota Malang yang berada di daerah dataran tinggi
memiliki tekanan udara yang tinggi sehingga menyebabkan suhu di daerah sana
relatif dingin. Suhu 26o C masih bisa digunakan untuk budidaya ikan nila dan
tawes. Suhu tersebut masih bisa ditoleransi oleh ikan sehingga ikan bisa bertahan
hidup dan proses metabolismenya tidak terganggu akibat pengaruh suhu yang ada
di daerah itu.
Oksigen terlarut (DO) merupakan salah satu bagian dari unsur kimia dalam air
yang berbentuk gas yang berguna bagi kebutuhan respirasi organisme perairan.
Oksigen terlarut merupakan faktor pembatas bagi kehidupan organisme.
Perubahan konsentrasi oksigen terlarut dapat menimbulkan efek langsung yang
berakibat pada kematian organisme perairan. Sedangkan pengaruh yang tidak
langsung adalah meningkatkan toksisitas bahan pencemar yang pada akhirnya
dapat membahayakan organisme itu sendiri. Hal ini disebabkan karena oksigen
terlarut digunakan untuk proses metabolisme dalam tubuh dan berkembang biak.
Nilai DO yang diperoleh pada praktikum adalah 13,5. Nilai tersebut menunjukkan
bahwa kandungan oksigen terlarut pada perairan itu baik, karena dalam suatu
usaha budidaya nilai DO minimum adalah 5 mg/liter (5 ppm). Faktor yang
mempengaruhi kepekatan oksigen dalam suatu perairan adalah suhu, jumlah
tanaman yang berfotosintesis, tingkat penetrasi cahaya, tingkat kederasan aliran
air, dan jumlah bahan organik yang diuraikan dalam perairan. Sedangkan faktor
yang dapat mengurangi jumlah oksigen dalam perairan adalah proses respirasi

11

organisme air, dekomposisi bahan organik, reduksi gas-gas lain dalam air, dan
pelepasan oksigen ke udara. Adapun usaha yang bisa dilakukan untuk
mempertahankan konsentrasi dari oksigen terlarut ini yaitu dengan cara
mempertahankan jumlah fitoplankton, menyipon tambak (menurunkan BO), dan
penambahan probiotik.

Waduk Lahor Karangkates


Derajat Keasaman (pH) merupakan salah satu indikator kimia yang berpengaruh
pada manajemen kualitas air. pH dapat diartikan sebagai transformasi konsentrasi
ion hidrogen (H+). pH yang diperoleh dari hasil pengukuran di Waduk
Karangkates adalah 8 yang artinya perairan pada waduk itu bersifat basa. pH
optimal yang cocok untuk kehidupan ikan budidaya berkisar antara 6,5 9
sehingga dengan pH 8 keadaan perairan daerah itu tidak bermasalah (baik).
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi nilai pH suatu perairan adalah jumlah
karbondioksida,

bikarbonat

dan

salinitas,

serta

jumlah

atau

kepadatan

fitoplankton.
Kecerahan suatu perairan dapat dijadikan sebagai indikator untuk mengetahui
kepadatan fitoplankton. Pengukuran kecerahan pada saat praktikum di Waduk
Karangkates adalah 10 cm. Keadaan perairan dengan nilai kecerahan seperti itu
dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti faktor cuaca (pengaruh penetrasi
sinar matahari ke dalam perairan), partikel organik dan anorganik tersuspensi, dan
kepadatan fitoplankton. Selain mengukur nilai kecerahannya, diamati pula warna

12

air. Warna air pada perairan itu berwarna hijau. Warna hijau perairan disebabkan
karena banyaknya jumlah fitoplankton yang ada dalam air.
Salinitas adalah jumlah garam-garam (dalam gram) di dalam tiap 1000 gram air
sampel yang dinyatakan dalam promil. Salinitas pada daerah Waduk Karangkates
adalah 1, artinya perairan daerah itu adalah perairan tawar. Keadaan perairan yang
tawar tersebut disesuaikan dengan jenis ikan yang dibudidayakan. Jenis ikan yang
dibudidayakan pada Waduk Karangkates nila dan tawes, dimana kedua jenis ikan
tersebut merupakan ikan yang berhabitat di perairan tawar.
2.6 Faktor Fisika Kimia Perairan Yang Berpengaruh Terhadap Fitoplanton
a.Salinitas
Salinitas atau kadar garam atau kegaraman ialah jumlah berat semua garam
(dalam gram) yang terlarut dalam satu liter air, biasanya dinyatakan dengan satuan
(gram/liter). Perairan estuari atau daerah sekitar kuala dapat mempunyai
struktur salinitas yang komplek, karena selain merupakan pertemuan antara air
tawar yang relatif ringan dan air laut yang lebih berat, juga pengadukan air sangat
menentukan (Nontji, 1993). Salinitas tertinggi biasanya ditemukan di sekitar
mulut estuari, semakin ke hulu sungai salinitas akan semakin menurun
(Nybakken, 1993). Odum (1993) menyebutkan bahwa kehidupan berbagai jenis
fitoplankton tergantung pada salinitas perairan. Salinitas yang berbeda
menyebabkan perbedaan jenis fitoplankton.
b.Suhu
Suhu air merupakan faktor yang banyak mendapat perhatian karena dapat
dimanfaatkan untuk mengkaji gejala-gejala fisika dalam laut dan juga dalam
kaitannya dalam kehidupan hewan, bahkan juga untuk kajian meteorology. Suhu
air di permukaan laut di Indonesia umumnya berkisar 23 - 31 C. Suhu air di
pantai biasanya sedikit lebih tinggi dibandingkan suhu di lepas pantai. Suhu air di
permukaan dipengaruhi oleh curah hujan, penguapan, kelembaban udara, suhu
udara, kecepatan angin dan intensitas radiasi matahari (Nontji, 1993). Walaupun

13

variasi suhu di dalam air tidak sebesar di udara, hal ini merupakan faktor
pembatas utama karena organisme aquatik sering kali mempunyai kisaran
toleransi suhu yang sempit (stenotermal) yang selanjutnya akan mempengaruhi
kehidupan organisme aquatik (Odum, 1993).
c.Oksigen
Pemasukan air tawar dan air laut yang teratur ke badan estuari dan ditambah lagi
dengan kedangkalan, turbulensi dan percampuran oleh angin, biasanya suplai
oksigen cukup banyak dalam kolom air. Kelarutan oksigen dalam air menurun jika
suhu dan salinitas meningkat. Jumlah oksigen dalam air akan bervariasi jika
parameter suhu dan salinitas bervariasi (Green, 1968).
d.Kecerahan
Penetrasi cahaya sering kali dihalangi oleh zat yang terlarut dalam air karena sifat
air di estuari mengandung sejumlah besar partikel dalam suspensi yang sering di
sebut

dengan

kekeruhan.

Perairan

estuari

yang

kekeruhannya

tinggi,

produktivitasnya akan rendah. Hal ini mengakibatkan terganggunya proses


fotosintesis karena penetrasi cahaya matahari terhalang oleh partikel-partikel yang
disebabkan

oleh

kekeruhan

tersebut.

Terganggunya

proses

fotosintesis

menyebabkan fungsi utama fitoplankton sebagai produsen primer, pangkal rantai


makanan dan fundamen yang mendukung kehidupan seluruh biota di estuari
menjadi terganggu, sehingga kehidupan seluruh biota juga akan terancam (Nontji,
1993).
e.KecepatanArus
Walaupun tidak nyata, kecepatan aliran bertambah dari hulu ke hilir. Hal ini
disebabkan karena jumlah air bertambah melalui aliran air anak-anak sungai dan
hambatan berkurang karena sungai lebih dalam. Terdapat beberapa variasi
kecepatan arus sungai sepanjang bagian-bagian sungai dimana bagian yang
dangkal arusnya lebih cepat dibandingkan bagian yang lebih dalam dan umum
keadaan ini berselang-seling. Arus sangat penting sebagai faktor pembatas

14

terutama pada aliran air. Di samping itu juga arus di dalam aliran air dapat
menentukan distribusi gas vital, garam dan organisme plankton (Anwar, 1984).
f.Nutrien
Dalam pertumbuhannya fitoplankton membutuhkan banyak unsur nutrien.
Menurut Michael (1985), fosfat dan nitrogen merupakan unsur hara makro yang
dimanfaatkan oleh fitoplankton sebagai nutrien sehingga dapat menjadi faktor
pembatas bagi pertumbuhan fitoplankton di perairan. Nitrat dapat digunakan
untuk menentukan kesuburan perairan. Perairan oligotropik memiliki kandungan
nitrat 0 - 0,1 mg/liter, perairan mesotropik sebesar 0,1 - 0,5 mg/liter dan perairan
eutropik 0,5 - 5 mg/liter (Wetzel, 1982). Goldman et.al., (1983) menambahkan
bahwa fosfor yang digunakan secara efektif untuk pertumbuhan fiitoplankton
hanyalah dalam bentuk ortofosfat terlarut.
2.7 Perikanan Laut Indonesia
Wilayah kedaulatan dan yuridiksi Indonesia membentang luas di cakrawala
katulistiwa dari 94 o sampai 141o Bujur Timur dan 6 o Lintang Utara sampai 11 o
Lintang Selatan, dan merupakan negara kepulauan. Kepulauan Indonesia terdiri
dari 17.508 pulau besar dan kecil dan memiliki garis pantai 81.00 km terpanjang
ke dua di dunia, serta luas laut 5,8 juta km2 (G. Jusuf, 1999).
Wilayah laut Indonesia mencakup 12 mil laut ke arah luar garis pantai,
selain itu Indonesia memiliki wilayah yuridiksi nasional yang meliputi Zona
Ekonomi Eksklusif (ZEE) sejauh 200 mil dan landas kontinen sampai sejauh 350
mil dari garis pantai. Dengan ditetapkannya konvensi PBB tentang hukum laut
Internasional 1982, wilayah laut yang dapat dimanfaatkan diperkirakan mencapai
5,8 juta km2 yang terdiri dari 3,1 juta km2 perairan laut teritorial Indonesia dan
sisanya sekitar 2,7 juta km2 perairan ZEE.

Wilayah Indonesia juga memiliki keanekaragaman hayati, hal ini


dimungkinkan karena Indonesia terletak diatara dua samudera yaitu Samudera

15

Pasifik dan Samudera Hindia, juga diantara dua benua yaitu Benua Asia dan
Benua Australia.
Wilayah laut menjadi sangat penting dengan dicantumkannya pada
GBHN tahun 1993, dan didirikannya Departemen Kelautan dan Perikanan.
Undang-Undang No. 22 dan 25 tahun 1999 juga mencantumkan kelautan sebagai
bagian dari otonomi daerah.
Beberapa alasan pembangunan kelautan antara lain:

Indonesia memiliki sumberdaya laut yang besar baik ditinjau dari kuantitas
maupun keragamannya, Sumberdaya laut tersebut bila ditinjau dari kuantitas
sangat besar seperti yang diuraikan di sub bab potensi sumberdaya laut di bagian
bawah ini, adapun keragaman sumberdaya laut untuk jenis ikan diketahui terdapat
8.500 jenis ikan pada kolom perairan yang sama, 1.800 jenis rumput laut dan
20.000 jenis moluska,

Sumberdaya laut merupakan sumberdaya yang dapat dipulihkan, artinya bahwa


ikan ataupun sumberdaya laut lainnya dapat dimanfaatkan, namun

harus

memperhatikan kelestariaannya, sehingga nantinya masih terus dapat diusahakan

Pusat Pertumbuhan ekonomi, dengan akan berlakunya liberalisasi perdagangan di


abad 21 ini, akan terbuka peluang untuk bersaing memasarkan produk-produk
kelautan dalam perdagangan internasional.

Sumber protein hewani, sumberdaya ikan mengandung protein yang tinggi


khususnya untuk asam amino tak jenuh, atau dikenal juga dengan kandungan
OMEGA-3 yang sangat bermanfaat bagi tubuh manusia.

Penghasil devisa negara, udang dan beberapa jenis ikan ekonomis penting seperti
tuna, cakalang ataupun lobster, saat ini merupakan komoditi eksport yang
menghasilkan devisa negara diluar sektor kehutanan maupun pertambangan.

Memperluas lapangan kerja, dengan semakin sempitnya lahan pertanian di areal


daratan, dan semakin tingginya persaingan tenaga kerja di bidang industri, maka
salah satu alternatif dalam penyediaan lapangan kerja adalah di sektor perikanan.
Apalagi dengan adanya otonomi daerah maka daerah-daerah yang memiliki
potensi di bidang perikanan yang cukup besar akan berlomba untuk
mengembangkan potensi perikanan laut yang ada, sehingga akan membuka

16

peluang yang sangat besar bagi penyediaan lapangan kerja yang sangat
dibutuhkan oleh Bangsa Indonesia sekarang ini.

Industri perikanan berhubungan luas dengan industri-industri lainnya, industri


perikanan berhubungan erat dengan industri lainnya misalnya dalam pengadaan
kapal, pengadaan bahan bakar minyak (BBM), juga pengadaan sarana dan
prasarana lainnya.
2.8 POTENSI PERIKANAN LAUT DI INDONESIA
Potensi perikanan laut sesungguhnya merupakan asset yang sangat besar
bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia. Namun asset ini belum dimanfaatkan
secara maksimal. Potensi perikanan laut meliputi perikanan tangkap, budidaya
laut, dan industri bioteknologi kelautan.

Potensi perikanan laut menurut

Rokhmin, D (2001) sebagai berikut :

Potensi Perikanan Tangkap


Potensi perikanan tangkap diperkirakan mencapai 6,26 juta ton per tahun dengan
jumlah tangkapan yang diperbolehkan sebesar 5.007 juta ton atau 80% dari MSY
(Maximum Sustainable Yield). Hingga saat ini jumlah tangkapan mencapai 3,5
juta ton sehingga tersisa peluang sebesar 1,5 ton/tahun. Seluruh potensi perikanan
tangkap tersebut diperkirakan memiliki nilai ekonomi sebesar US$15.1 milyar.

Potensi Budidaya Laut


Potensi budidaya laut terdiri dari total potensi budidaya ikan, udang, moluska dan
budidaya rumput laut. Potensi budidaya laut diperkirakan sebesar 46,73 juta ton
per tahun.

Potensi bioteknologi Kelautan


Potensi bioteknologi kelautan juga masih besar untuk mengembangkan industri
bioteknologi kelautan seperti industri bahan baku untuk makanan, industri bahan
pakan alami, benih ikan dan udang, industri bahan pangan. Nilai ekonomi dari
potensi bioteknologi kelautan tersebut diperkirakan mencapai US$ 40 milyar.
Perkiraan umum nilai ekonomi dari potensi Sumberdaya Perikanan laut sebagai
berikut:

17

Tabel 1. Perkiraan Umum Nilai Ekonomi Potensi Sumberdaya Perikanan Laut


Komoditi

Potensi

Harga

Perkiraan

(US$/ton)

(US$)

9,91
0,75
18,15
33,06
0,99
62,86

8.000
14.125
4.500
600
450
3.052

6.240.320.000
837.217.000
6.430.860.000
1.561.680.000
34.934.400
15.105.011.400

6,13
0,58
0,00
6,71
-

450
5.000
40.000.000
1.073
-

217.080.000
230.000.000
120.000.000
567.080.000
40.000.000.000
55.672.091.400

Lestari
Perikanan laut
Tuna/cakalang
780.040
Udang
59.272
Demersal
1.429.080
Pelagis kecil
2.602.800
Lainnya
77.632
Jumlah
4.948.824
Budidaya laut
Rumput laut
482.400
Ikan dan kerang-kerangan 46.000
Mutiara
3
Jumlah
528.403
Bioteknologi Kelautan
Total keseluruhan
Sumber: Rokhmin D. (2001)

Nilai

Ditambahkan oleh J, Kusrin (1997), bahwa di sepanjang pantai kepulauan


Nusantara terdapat hutan mangrove yang luas dan di perairan pesisirnya terdapat
bentangan wilayah terumbu karang sepanjang 17.500 km, serta rawa nipa dan
rawa pasang surut disekitar muara delta sungai.

Kesemuanya merupakan

lingkungan bagi biota laut dengan standing croppopulasi ikan yang tinggi serta
tempat habitat fauna, yang berkembang kejurusan laut dan darat, yang merupakan
sumber bahan pangan, minuman, bahan bangunan, energi dan lain-lain.

2.9 MASALAH DALAM PEMBANGUNAN PERIKANAN LAUT


Lambatnya pembangunan di bidang perikanan laut ini disebabkan
banyaknya kendala, dimana Menurut A. Nontji (1997), dalam upaya
pengembangan perikanan laut ditemui berbagai kendala antara lain :
a.

Kondisi geografis

18

Perairan Indonesia yang luas dan terletak pada posisi silang antara dua samudera,
yaitu samudera Hindia dan Samudera Pasifik, dan antara dua benua yaitu Benua
Australia dan Asia merupakan wilayah yang rawan dalam segi HANKAMNAS
dan berpotensi menimbulkan benturan kepentingan.
Kondisi

geografi

dengan

banyak

pulau

bertebaran

diseluruh

perairan Indonesiamembutuhkan sarana perhubungan laut. Perhubungan laut ini


diperlukan untuk mendukung perkembangan ekonomi, sehingga memegang
peranan yang sangat penting yang hingga kini dirasakan masih merupakan
kendala tersendiri.
b.

Sarana dan Prasarana


Keterbatasan

sarana

dan

prasarana

yang

diperlukan

untuk

menunjang

pembangunan merupakan salah satu faktor rendahnya tingkat pertumbuhan


ekonomi (khususnya untuk daerah Indonesia bagian Timur). Pengembangan
infrastruktur secara lengkap akan memacu perkembangan pembangunan kelautan
yang merupakan salah satu pintu keberhasilanan pembangunan. Keterbatasan
peralatan dan sarana fisik kelautan mengurangi keefektifan kegiatan eksplorasi
dan penelitian kelautan.
c.

Aktualisasi pemanfaatan tidak merata dan tidak seimbang


Kegiatan penangkapan ikan di laut sebagian besar masih berkisar di perairan
pantai yang padat penduduknya. Dengan demikian pemanfaatan sumberdaya
perikanan laut belum merata untuk wilayah Indonesia. Khusus untuik perairan
Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) masih sangat sedikit diusahakan, sehingga
memancing timbulnya pencurian ikan oleh kapal-kapal asing di wilayah Zona
Ekonomi Eksklusif Indonesia.

d.

Komitmen Pemerintah
Komitmen dan kelancaran dukungan pemerintah baik pemerintah pusat maupun
pemerintah daerah, terhadap suatu pembangunan merupakan faktor kunci
keberhasilan pembangunan.

e.

Kualitas Sumberdaya Manusia

19

Rendahnya tingkat kesejahteraan masyarakat laut diakibatkan oleh rendahnya


kualitas sumberdaya manusia (SDM). Dampak yang ditimbulkan terungkap pada
akses masyarakat terhadap sumberdaya laut dan penguasaan teknologi kelautan
yang masih rendah.
f.

Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)


Peran IPTEK dalam usaha memanfaatkan potensi sumberdaya kelautan secara
efisien dan berkelanjutan sangat jauh tertinggal. Dengan luasnya wilayah laut
Indonesia serta keberadaan sumberdaya alam, baik di laut, di dasar laut
mengharuskan kita memanfaatkan keunggulan IPTEK. Sistem pemantau maupun
pemetaan sumberdaya alam di laut tidak dapat lagi menggunakan teknologi
konvensional.
2.10 Pembangunan Perikanan Laut Di Indonesia
Keberadaan Perairan Indonesia yang luas dan terletak pada posisi silang
di antara dua samudera dan dua benua, mengharuskan Indonesia untuk berperan
aktif dalam forum-forum regional sehingga terjalin kerjasama dan kesatuan di
antara negara-negara tetangga. Kerjasama luar negeri baik itu bilateral, regional
maupun

internasional

perlu

ditingkatkan

untuk

mengatur

pemanfaatan

sumberdaya ikan, penelitian maupun pengelolaan laut, termasuk dalam


pengaturan batas ZEE.
Selain itu Pendayagunaan dan pemanfaatan fungsi wilayah laut nasional
dengan menerapkan konvensi hukum laut internasional meliputi penetapan batas
wilayah perairan indonesia maupun ZEE serta mengembangkan potensi nasional
merupakan kekuatan pertahanan keamanan di bidang maritim untuk menjamin
keselamatan dan pembangunan di laut.
Peran serta Departemen Perhubungan khususnya perhubungan laut
dalam pengadaan sarana-sarana perhubungan laut akan memberi solusi bagi
terbukanya wilayah yang terisolasi sehingga memungkinkan pembangunan
wilayah di pulau-pulau maupun wilayah yang terpencil sekalipun.

20

Pembangunan sarana dan prasarana di bidang perikanan sangat


dibutuhkan, misalnya pelabuhan perikanan atau tempat pendaratan ikan.
Pelabuhan perikanan dan juga tempat pendaratan ikan merupakan pusat
pengembangan masyarakat nelayan dan pertumbuhan ekonomi perikanan,
pengembangan agribisnis dan agroindustri perikanan. Pusat pelayanan tambat
labuh kapal perikanan, tempat pendaratan ikan hasil tangkapan dan hasil
budidayaan, tempat pelayanan kegiatan operasi kapal-kapal perikanan, pusat
pemasaran dan distribusi perikanan, tempat pengembangan usaha industi
perikanan dan pelayan eksport, tempat pelaksanaan pengawasan, penyuluhan dan
pengumpulan data. Mengingat fungsi pelabuhan perikanan sangat luas dan
memiliki kekhususan, maka keberadaan pelabuhan perikanan harus merupakan
wilayah kerja tersendiri dan tidak dapat disatukan dengan pelabuhan umum
(Muchtar A, 1999). Pembangunan infrastuktur secara lengkap akan memacu
perkembangan pembangunan kelautan. Khususnya untuk Daerah Indonesia
bagian Timur dimana terdapat potensi perikanan laut yang besar namun
pemanfaatannya masih sangat rendah sangat membutuhkan pembangunan fisik
pelabuhan perikanan maupun tempat pendaratan ikan berikut fasilitas yang
diperlukan..
Kegiatan penangkapan ikan di laut sebagian besar masih berkisar di
perairan pantai yang padat penduduknya seperti perairan Utara Jawa, Selat Bali,
dan selat Makasar.

Dengan demikian pemanfaatan sumberdaya perikanan laut

selanjutnya dihadapkan kepada tantangan untuk dapat memanfaatkan sumberdaya


yang optimal dan merata serta sekaligus dapat mengurangi tekanan/intensitas
pemanfaatan secara berlebihan di daerah-daerah yang kritis. Selain itu juga perlu
meningkatkan pengoperasian di wilayah ZEE secara bertahap. Untuk itu perlu
pengaturan zona. Dimana zona atau daerah-daerah yang sudah mengalami
tekanan yang tinggi penangkapan harus mengurangi armada perikanannya sedang
untuk daerah-daerah yang masih memiliki potensi yang besar namun memiliki
sedikit armada kapal, harus mulai dilakukan penambahan armada. Selain itu perlu
dibangun armada-armada kapal perikanan yang besar yang sanggup beroperasi di
daerah ZEE. Hal ini perlu agar potensi perikanan laut di daerah ZEE dapat
dimanfaatkan secara optimal. Selain itu kebijakan eksport kapal-kapal bekas

21

dapat dilanjutkan tetapi hal ini tanpa mematikan pengadaan kapal-kapal dalam
negeri. Selain itu perlunya dorongan bagi pembangunan industri kapal perikanan
dalam negeri dan meningkatkan kemampuan rancang bangun serta perekayasaan
kapal dan alat penangkapan ikan.
Komitmen pemerintah dalam mendukung pembangunan perikanan laut,
merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam pembangunan di Sektor perikanan
laut. Melihat rumitnya struktur kelembagaan yang ikut ambil bagian dalam
menangani persoalan-persoalan perikanan laut membuat semakin banyaknya
masalah-masalah yang timbul, untuk itu perlu penataan kembali lembaga-lembaga
yang terkait dalam bidang perikanan laut sehingga wewenang dan fungsinya jelas
dan optimal. Perlunya sikap rendah hati dari setiap pimpinan lembaga untuk
melepaskan capurtangannya dan menyerahkan kepada lembaga yang terkait.
Pembuatan perundang-undangan yang tepat serta pengawasan yang ketat
akan menghasilkan pengelolaan sumberdaya laut yang efektif dan efisien tanpa
merusak sumberdaya laut yang ada. Oleh karena itu sebelum pemerintah
membuat perundang-undangan hendaknya diperlukan informasi dan data, serta
kajian yang lengkap dan matang sehingga perundang-undangan yang berlaku
menjadi sangat efektif untuk dilaksanakan. Kegiatan pengawasan menurut
Muchtar

A,

(1999)

mutlak

konsep monitoring, controlling dansurvaillance (MCS).

diperlukan

dengan

Pengawasan

perlu

dilakukan juga terhadap pemanfaatan sumberdaya ikan di ZEE oleh kapal-kapal


ikan asing yang mendapat ijin untuk beroperasi di Perairan ZEEI, sehingga
pencurian ikan oleh kapal asing dapat ditekan sedemikian rupa sehingga
sumberdaya ikan tidak mengalami kerusakan.
Pendidikan dan pelatihan bagi sumberdaya manusia terus diupayakan
untuk meningkatkan jumlah dan kualitas sumberdaya manusia baik dari segi pola
pikir maupun dalam ketrampilan, sehingga nantinya dapat memiliki wawasan ke
depan serta dapat menguasi teknologi dan mempunyai inovasi menghadapi
tantangan-tantangan

jaman.

Menurut

Muchtar, A (1999)

untuk

dapat

meningkatkan kemampuan memanfaatkan sumberdaya perikanan laut, khususnya


di perairan ZEE, diperlukan nelayan yang mempunyai pengetahuan dan
kemampuan teknis pengoperasian kapal besar..

22

Dalam pembangunan Perikanan laut, penguasaan teknologi perlu


ditingkatkan. Teknologi yang perlu ditingkatkan dalam pembangunan perikanan
laut (Rohmin D, 1997) antara lain:

Pengembangan kemampuan armada penangkapan ikan nasional, dari yang


bersifat huntingmenjadi lebih bersifat harvesting. Ini memerlukan penguasaan
dan penerapan IPTEK baru, antara lain sensor system, remote sensing dan GIS,
permodelan dan simulasi komputer, artificial inteligence dan decision support
system, teknologi penangkapan dan kapal penangkapan ikan yang modern dan
effisien untuk eksploitasi Sumberdaya ikan di ZEE.

Pengembangan teknologi budidaya laut (mariculture), termasuk sea ranching,


untuk sumberdaya ikan yang sudah dibudidayakan maupun yang belum (baru).

Penerapan bioteknologi untuk budidaya laut, termasuk teknik ekstrasi bioactive


subtancesatau marine natural products untuk industri pangan, obat-obatan dan
kosmetika.

Pengembangan teknologi pengelolaan (konservasi) sumberdaya perikanan dan


lingkungan laut serta rehabilitasi habitat ikan yang telah rusak, sehingga
kelestarian produksi sumberdaya ikan dapat dipelihara.

Pengembangan ilmu dan teknologi kelautan, khususnya dalam bidang fisika


oseanografi.
Selain penguasaan teknologi seperti yang telah dikemukakan di atas,
diperlukan

juga teknologi pasca panen untuk mendapatkan produk yang

berkualitas yang dapat oleh pasar internasional maupun lokal. Indonesia juga
harus mengembangkan rekayasa kelautan dimanaIndonesia dipacu untuk dapat
menghasilkan peralatan yang dibutuhkan dalam bidang perikanan tanpa harus
terus menerus mengadalakan peralatan buatan luar negeri. Pengembangan ini
dapat dilakukan secara bersama-sama antara instansi pemerintah, perguruan tinggi
maupun swasta yang bergerak dalam bidang IPTEK kelautan secara menyeluruh.
Selain teknologi yang terus ditingkatkan juga perlu diimbangi dengan
sistem informasi dan data yang akurat bagi kepentingan nelayan maupun instansi
terkait untuk pengambilan kebijakan. Misalnya informasi mengenai daerah

23

penangkapan ikan, potensi sumberdaya ikan di suatu perairan tertentu sehingga


informasi-informasi ini dapat mengarahkan nelayan melakukan penangkapan.
Dalam pembangunan perikanan laut juga perlu pengembangan pola
kemitraan. Pola kemitraan harus ditingkatkan untuk mendorong keterpaduan
kegiatan pemanfaatan sumberdaya ikan antara pengusaha skala kecil (nelayan)
dengan pengusaha skala besar dan BUMN. Juga perlunya kemudahan investasi,
keringanan bunga oleh bank-bank pemerintahan dan keringanan perpajakan.
2.11 Cahaya, Suhu, dan Air
1. CAHAYA

Cahaya merupakan faktor lingkungan yang sangat penting sebagai sumber energi
utama bagi ekosistem. Ada tiga aspek penting yang perlu dikaji dari faktor cahaya,
yang sangat erat kaitannya dengan sistem ekologi, yaitu:
Kualitas cahaya atau komposisi panjang gelombang.
Intensitas cahaya atau kandungan energi dari cahaya.
Lama penyinaran, seperti panjang hari atau jumlah jam cahaya yang bersinar
setiap hari.
1. Kualitas Cahaya
Secara

fisika,

radiasi

matahari

merupakan

gelombang-

gelombang

elektromagnetik dengan berbagai panjang gelombang. Tidak semua gelombanggelombang tadi dapat menembus lapisan atas atmosfer untuk mencapai
permukaan bumi. Umumnya kualitas cahaya tidak memperlihatkan perbedaan
yang mencolok antara satu tempat dengan tempat lainnya, sehingga tidak selalu
merupakan faktor ekologi yang penting.
Umumnya tumbuhan teradaptasi untuk mengelola cahaya dengan panjang
gelombang antara 0,39 7,6 mikron. Klorofil yang berwarna hijau mengasorpsi
cahaya merah dan biru, dengan demikian panjang gelombang itulah yang
merupakan bagian dari spectrum cahaya yang sangat bermanfaat bagi fotosintesis.
Pada ekosistem daratan kualitas cahaya tidak mempunyai variasi yang berarti
untuk mempengaruhi fotosintesis. Pada ekosistem perairan, cahaya merah dan
biru diserap fitoplankton yang hidup di permukaan sehingga cahaya hijau akal

24

lewat atau dipenetrasikan ke lapisan lebih bawah dan sangat sulit untuk diserap
oleh fitoplankton.
Pengaruh dari cahaya ultraviolet terhadap tumbuhan masih belum jelas. Yang jelas
cahaya ini dapat merusak atau membunuh bacteria dan mampu mempengaruhi
perkembangan tumbuhan (menjadi terhambat), contohnya yaitu bentuk- bentuk
daun yang roset, terhambatnya batang menjadi panjang
2. Intensitas cahaya
Intensitas cahaya atau kandungan energi merupakan aspek cahaya terpenting
sebagai faktor lingkungan, karena berperan sebagai tenaga pengendali utama dari
ekosistem. Intensitas cahaya ini sangat bervariasi baik dalam ruang/ spasial
maupun dalam waktu/temporal.
Intensitas cahaya terbesar terjadi di daerah tropika, terutama daerah kering (zona
arid), sedikit cahaya yang direfleksikan oleh awan. Di daerah garis lintang rendah,
cahaya matahari menembus atmosfer dan membentuk sudut yang besar dengan
permukaan bumi. Sehingga lapisan atmosfer yang tembus berada dalam ketebalan
minimum.
Intensitas cahaya menurun secara cepat dengan naiknya garis lintang. Pada garis
lintang yang tinggi matahari berada pada sudut yang rendah terhadap permukaan
bumi dan permukaan atmosfer, dengan demikian sinar menembus lapisan
atmosfer yang terpanjang ini akan mengakibatkan lebih banyak cahaya yang
direfleksikan dan dihamburkan oleh lapisan awan dan pencemar di atmosfer.
v Kepentingan Intensitas Cahaya
Intensitas cahaya dalam suatu ekosistem adalah bervariasi. Kanopi suatu vegetasi
akan menahan dann mengabsorpsi sejumlah cahaya sehingga ini akan menentukan
jumlah cahaya yang mampu menembus dan merupakan sejumlah energi yang
dapat dimanfaatkan oleh tumbuhan dasar. Intensitas cahaya yang berlebihan dapat
berperan sebagai faktor pembatas. Cahaya yang kuat sekali dapat merusak enzim
akibat foto- oksidasi, ini menganggu metabolisme organisme terutama
kemampuan di dalam mensisntesis protein.
v Titik Kompensasi
Dengan tujuan untuk menghasilkan produktivitas bersih, tumbuhan harus
menerima sejumlah cahaya yang cukup untuk membentuk karbohidrat yang

25

memadai dalam mengimbangi kehilangan sejumlah karbohidrat akibat respirasi.


Apabila semua faktor- faktor lainnya mempengaruhi laju fotosintesis dan respirasi
diasumsikan konstan, keseimbangan antara kedua proses tadi akan tercapai pada
sejumlah intensitas cahaya tertentu.
Harga intensitas cahaya dengan laju fotosintesis (pembentukan karbohidrat), dapat
mengimbangi kehilangan karbohidrat akibat respirasi dikenal sebagai titik
kompensasi. Harga titik kompensasi ini akan berlainan untuk setiap jenis
tumbuhan.
v Heliofita dan Siofita
Tumbuhan yang teradaptasi untuk hidup pada tempat tempat dengan intensitas
cahaya yang tinggi disebut tumbuhan heliofita.Sebaliknya tumbuhan yang hidup
baik dalam situasi jumlah cahaya yang rendah, dengan titik kompensasi yang
rendah pula disebut tumbuhan yang senang teduh (siofita), metabolisme dan
respirasinya lambat. Salah satu yang membedakan tumbuhan heliofita dengan
siofita adalah tumbuhan heliofita memiliki kemampuan tinggi dalam membentuk
klorofil.
v Cahaya Optimal bagi Tumbuhan
Kebutuhan minimum cahaya untuk proses pertumbuhan terpenuhi bila cahaya
melebihi titik kompensasinya.
v Adaptasi Tumbuhan terhadap Cahaya Kuat
Beberapa tumbuhan mempunyai karakteristika yang dianggap sebagai adaptasinya
dalam mereduksi kerusakan akibat cahaya yang terlalu kuat atau supraoptimal.
Dedaunan yang mendapat cahaya dengan intensitas yang tinggi, kloroplasnya
berbentuk cakram, posisinya sedemikian rupa sehingga cahaya yang diterima
hanya oleh dinding vertikalnya. Antosianin berperan sebagai pemantul cahaya
sehingga menghambat atau mengurangi penembusan cahaya ke jaringan yang
lebih dalam.
3. Lama Penyinaran
Lama penyinaran relative antara siang dan malam dalam 24 jam akan
mempengaruhi fisiologis dari tumbuhan. Fotoperiodisme adalah respon dari suatu
organisme

terhadap

lamanya

penyinaran

sinar

matahari.

Contoh

dari

fotoperiodisme adalah perbungaan, jatuhnya daun, dan dormansi.

26

Di daerah sepanjang khatulistiwa lamanya siang hari atau fotoperiodisme akan


konstan sepanjang tahun, sekitar 12 jam. Di daerah temperata/ bermusim panjang
hari lebih dari 12 jam pada musim panas, tetapi akan kurang dari 12 jam pada
musim dingin.
Berdasarkan responnya terhadap periode siang dan malam, tumbungan berbunga
dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu:
v Tumbuhan berkala panjang
Tumbuhan yang memerlukan lamanya siang hari lebih dari 12 jam untuk
terjadinya proses perbungaan, seperti gandum, bayam, dll.
v Tumbuhan berkala pendek
Tumbuhan yang memerlukan lamanya siang lebih pendek dari 12 jam untuk
terjadinya proses perbungaan, seperti tembakau dan bunga krisan.
v Tumbuhan berhari netral
Tumbuhan yang tidak memerlukan periode panjang hari tertentu untuk proses
perbungaannya, misalnya tomat.
Apabila beberapa tumbuhan terpaksa harus hidup di kondisi fotoperiodisme yang
tidak optimal, maka pertumbuhannya akan bergeser ke pertumbuhan vegetatif. Di
daerah khatulistiwa, tingkah laku tumbuhan sehubungan dengan fotoperiodisme
ini tidaklah menunjukkan adanya pengaruh yang mencolok. Tumbuhan akan tetap
aktif dan berbunga sepanjang tahun asalkan faktor- faktor lainnya dalam hal ini
suhu, air, dan nutrisi tidak merupakan faktor pembatas.
2. SUHU
Suhu merupakan salah satu faktor lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap
kehidupan makhluk hidup, termasuk tumbuhan. Suhu dapat memberikan pengaruh
baik secara langsung maupun tidak langsung. Menurut Rai dkk (1998) suhu dapat
berperan langsung hampir pada setiap fungsi dari tumbuhan dengan mengontrol
laju proses-proses kimia dalam tumbuhan tersebut, sedangkan berperan tidak
langsung dengan mempengaruhi faktor-faktor lainnya terutama suplai air. Suhu
akan mempengaruhi laju evaporasi dan menyebabkan tidak saja keefektifan hujan
tetapi juga laju kehilangan air dari organisme.

27

Sebenarnya sangat sulit untuk memisahkan secara mandiri pengaruh suhu sebagai
faktor lingkungan. Misalnya energi cahaya mungkin diubah menjadi energi panas
ketika cahaya diabsorpsi oleh suatu substansi. Suhu sering berperan bersamaan
dengan cahaya dan air untuk mengontrol fungsi- fungsi dari organisme.
Relatif mudah untuk mengukur suhu dalam suatu lingkungan tetapi sulit untuk
menentukan suhu yang bagaimana yang berperan nyata, apakah keadaan
maksimum, minimum atau keadaan harga rata- ratanya yang penting.
1. Variasi suhu
Sangat sedikit tempat- tempat di permukaan bumi secara terus- menerus berada
dalam kondisi terlalu panas atau terlalu dingin untuk sistem kehidupan, suhu
biasanya mempunyai variasi baik secara ruang maupun secara waktu. Variasi suhu
ini berkaitan dengan garis lintang, dan sejalan dengan ini juga terjadi variasi local
berdasarkan topografi dan jarak dari laut.
Terjadi juga variasi dari suhu ini dalam ekosistem, misalnya dalam hutan dan
ekosistem perairan. Perbedaan yang nyata antara suhu pada permukaan kanopi
hutan dengan suhu di bagian dasar hutan akan terlihat dengan jelas. Demikian
juga perbedaan suhu berdasarkan kedalaman air.
Seperti halnya dengan faktor cahaya, letak dari sumber panas ( matahari ),
bersama- sama dengan putarannya bumi pada porosnya akan menimbulkan variasi
suhu di alam tempat tumbuhan hidup.
Jumlah panas yang diterima bumi juga berubah- ubah setiap saat tergantung pada
lintasan awan, bayangan tumbuhan setiap hari, setiap tahun dan gejala geologi.
Begitu matahari terbit pagi hari, permukaan bumi mulai memperoleh lebih banyak
panas dibandingkan dengan yang hilang karena radiasi panas bumi, dengan
demikian suhu akan naik dengan cepat. Setelah beberapa jam tercapailah suhu
yang tinggi sekitar tengah hari, setelah lewat petang mulailah terjadi penurunan
suhu maka bumi ini akibat reradiasi yang lebih besar dibandingkan dengan radiasi
yang diterima. Pada malam hari penurunan suhu muka bumi akan bertambah lagi,
panas yang diterima melalui radiasi dari matahari tidak ada, sedangkan reradiasi
berjalan terus, akibatnya ada kemungkinan suhu permukaan bumi lebih rendah
dari suhu udara disekitarnya. Proses ini akan menimbulkan fluktuasi suhu

28

seharian, dan fluktuasi suhu yang paling tinggi akan terjadi di daerah antara
ombak di tepi pantai.
Berbagai karakteristika muka bumi penyebab variasi suhu :
1.

Komposisi dan warna tanah, makin terang warna tanah makin


banyak panas yang dipantulkan, makin gelap warna tanah makin banyak
panas yang diserap.

2.

Kegemburan dan kadar air tanah, tanah yang gembur lebih cepat
memberikan respon pada pancaran panas daripada tanah yang padat,
terutama erat kaitannya dengan penembusan dan kadar air tanah, makin
basah tanah makin lambat suhu berubah.

3.

Kerimbunan Tumbuhan, pada situasi dimana udara mampu bergerak


dengan bebas maka tidak ada perbedaan suhu antara tempat terbuka
dengan tempat tertutup vegetasi. Tetapi kalau angin tidak menghembus
keadaan sangat berlainan, dengan kerimbunan yang rendah mampu
mereduksi pemanasan tanah oleh pemancaran sinar matahari. Ditambah
lagi kelembaban udara dibawah rimbunan tumbuhan akan menambah
banyaknya panas yang dipakai untuk pemanasan uap air, akibatnya akan
menaikan suhu udara. Pada malam hari panas yang dipancaran kembali
oleh tanah akan tertahan oleh lapisan kanopi, dengan demikian fluktuasi
suhu dalam hutan sering jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan
fluktuasi di tempat terbuka atau tidak bervegetasi.

4.

Iklim mikro perkotaan, perkembangan suatu kota menunjukkan


adanya pengaruh terhadap iklim mikro. Asap dan gas yang terdapat di
udara kota sering mereduksi radiasi. Partikel- partikel debu yang
melayang di udara merupakan inti dari uap air dalam proses
kondensasinya uap air inilah yang bersifat aktif dalam mengurangi
pengaruh radiasi matahari tadi.

5.

Kemiringan lereng dan garis lintang, kemiringan lereng


sebesar50 dapat mereduksi suhu sebanding dengan 450 km perjalanan
arah ke kutub.

Variasi suhu berdasarkan waktu/ temporal terjadi baik musiman maupun harian,
kesemua variasi ini akan mempengaruhi penyebaran dan fungsi tumbuhan.

29

1.

Suhu dan Tumbuhan

Kehidupan di muka bumi ini berada dalam suatu bahan kisaran suhu antara 00 C
sampai dengan 500 C, dalam kisaran suhu ini individu tumbuhan mempunyai suhu
minimum,

maksimum

dan

optimum

yang

diperlukan

untuk

aktifitas

metabolismenya. Suhu- suhu tadi yang diperlukan organisme hidup dikenal


dengan suhu kardinal.
Suhu tumbuhan biasanya kurang lebih sama dengan suhu sekitarnya karena
adanya pertukaran suhu yang terus- menerus antara tumbuhan dengan udara
sekitarnya.
Kisaran toleransi suhu bagi tumbuhan sangat bevariasi, untuk tanaman di tropika,
semangka, tidak dapat mentoleransi suhu di bawah 150 180 C, sedangkan untuk
biji- bijian tidak bisa hidup dengan suhu di bawah minus 2 0C minus 50 C.
Sebaliknya konifer di daerah temperata masih bisa mentoleransi suhu sampai
serendah minus 300 C. Tumbuhan air umumnya mempunyai kisaran toleransi suhu
yang lebih sempit jika dibandingkan dengan tumbuhan di daratan.
Secara garis besar semua tumbuhan mempunyai kisaran toleransi terhadap suhu
yang berbeda tergantung pada umur, keseimbangan air dan juga keadaan musim.
3. AIR
Air merupakan sumber kehidupan yang tidak dapat tergantikan oleh apa pun juga.
Tanpa air seluruh organisme tidak akan dapat hidup. Bagi tumbuhan, air
mempunyai peranan yang penting karena dapat melarutkan dan membawa
makanan yang diperlukan bagi tumbuhan dari dalam tanah. Adanya air tergantung
dari curah hujan dan curah hujan sangat tergantung dari iklim di daerah yang
bersangkutan.
Air menutupi sekitar 70% permukaan bumi, dengan jumlah sekitar 1.368 juta km 3.
Air terdapat dalam berbagai bentuk, misalnya uap air, es, cairan dan salju. Air
tawar terutama terdapat di danau, sungai, air tanah (ground water) dan gunung es
(glacier). Semua badan air di daratan dihubungkan dengan laut dan atmosfer
melalui siklus hidrologi yang berlangsung secara kontinu (Effendi, 2003).
a. Sifat air

30

Menurut Benyamin Lakitan (2001) dan Hefni Effendi (2003) air memiliki
karakteristik yang khas yang tidak dimiliki oleh senyawa kimia yang lain, yaitu.
1. Berbentuk cair pada suhu ruang. Semakin besar ukuran molekul suatu senyawa
maka pada suhu ruang senyawa tersebut akan cenderung berbentuk cair.
Sebaliknya jika ukurannya kecil maka akan cenderung berbentuk gas.`Air yang
berat molekulnya sebesar 18 gr/mol berbentuk cair dalam suhu ruang karena
adanya ikatan hidrogen yang antara molekul-molekul air, sehingga tiap molekul
air akan tidak mudah terlepas dan berubah bentuk menjadi gas.
2. Perubahan suhu air berlangsung lambat sehingga air memiliki sifat sebagai
penyimpan panas yang baik. Sifat ini memungkinkan air tidak menjadi panas
ataupun dingin dalam seketika. Perubahan suhu yang lambat ini mencegah
terjadinya stress pada makhluk hidup akibat perubahan suhu yang mendadak dan
juga memelihara suhu bumi agar sesuai dengan makhuk hidup.
3. Panas laten vaporisasi dan fusi yang tinggi. Panas laten vaporisasi adalah energi
yang dibutuhkan untuk menguapkan 1 gr pada suhu 20oC. Sedangkan panas laten
fusi adalah energi yang dibutuhkan untuk mencairkan 1 gr es pada suhu 0oC.
Besarnya energi panas laten vaporisasi adalah 586 cal dan untuk panas laten fusi
adalah 80 cal. Tingginya energi yang diperlukan untuk menguapkan air ini penting
artinya bagi tumbuhan dalam upaya menjaga stabilitas suhu daun melalui proses
transpirasi.
4. Viskositas (hambatan untuk pengaliran) rendah. Karena ikatan-ikatan hidrogen
harus diputus agar air dapat mengalir, maka ada anggapan bahwa viskositas air
akan tinggi. Tapi pada kenyataannya tidaklah demikian, karena pada air dalam
keadaan cair, setiap ikatan hidrogen dimiliki bersama-sama oleh dua molekul air
lainnya, sehingga ikatan hidrogennya menjadi lemah dan mudah terputus. Inilah
yang menyebabkan viskositas air rendah. Viskositas air yang rendah ini
menyebabkan air menjadi pelarut yang baik, sifat ini memungkinkan unsur hara
terlarut dapat diangkut ke seluruh jaringan tubuh makhluk hidup dan mampu
mengangkut bahan-bahan toksik yang masuk dan mengeluarkannya ke luar tubuh.
5. Adanya gaya adhesi dan kohesi. Air bersifat polar sehingga gaya tarik menarik
antara molekul air dengan molekul lainnya (misalnya dengan protein dan
polisakarida penyusun dinding sel) akan mudah terjadi. Adhesi merupakan daya

31

tarik menarik antara molekul air yang berbeda. Kohesi adalah daya tarik menarik
antara molekul yang sama. Adanya kohesi dan adhesi ini menyebabkan air dapat
diangkut ke seluruh tubuh tumbuhan melalui jaringan xilem. Selain itu juga
menyebabkan adanya tegangan permukaan yang tinggi, ini memungkinkan air
mampu membasahi suatu bahan secara baik.
6. Air merupakan satu-satunya senyawa yang meregang ketika membeku. Ini
berarti es memiliki kerapatan atau densitas (massa/volume) yang lebih rendah
dibandingkan air. Dengan demikian es akan mengapung di atas air. Sifat ini
mengakibatkan air permukaan yang berada di daerah beriklim dingin hanya
membeku dipermukaan saja sehingga organisme akuatik masih bisa bertahan
hidup.
b. Jenis jenis air
Secara umum air yang terdapat di bumi ini digolongkan ke dalam dua jenis, yaitu:
1. Air tanah (ground water), adalah air yang terdapat di bawah permukaan tanah
dan tidak dapat dilihat secara langsung. Air tanah ditemukan pada lapisan akifer
yaitu lapisan yang bersifat porous (mampu menahan air) dan permeable (mampu
memindahkan air). Pergerakan air tanah sangat lambat, kecepatan arus berkisar
antara 10-10-10-3 m/detik sehingga waktu tinggal air (residence time) berlangsung
lama. Air tanah ini dibagi menjadi dua jenis yaitu air tanah preatis dan air tanah
artesis. Air tanah preatis adalah air tanah yang letaknya tidak jauh dari permukaan
tanah serta berada di atas lapisan kedap air/impermeable. Sedangkan air tanah
artesis merupakan air tanah yang letaknya sangat jauh di dalam tanah serta berada
di antara dua lapisan kedap air.
2. Air permukaan (surface water), adalah air yang terdapat di atas permukaan
bumi dan tidak terinfiltrasi ke dalam bumi. Contoh air permukaan seperti laut,
sungai, danau, kali, rawa, empang, dan lain sebagainya. Air permukaan dapat
dibedakan menjadi dua jenis yaitu perairan tergenang (lentik) dan perairan
mengalir (lotik). Perairan tergenang meliputi danau, waduk, kolam dan rawa. Pada
umumnya perairan lentik ini dicirikan dengan arus yang lambat (0,001-0,01
m/detik) sehingga waktu tinggal air (residence time) dapat berlangsung lama.
Perairan mengalir salah satunya adalah sungai, sungai dicirikan oleh arus yang
searah dan relatif kencang dengan kecepatan arus berkisar antara 0,1-1,0 m/detik.

32

c. Sumber air
Secara umum ada beberapa sumber air yang dapat kita gunakan secara langsung
atau melalui pengolahan sederhana terlebih dahulu yaitu antara lain :
1. Air dari PDAM. Air dari PDAM adalah termasuk air yang bisa dikonsumsi
secara langsung untuk kebutuhan sehari-hari: masak, mandi, mencuci; air PDAM
yang akan diminum harus direbus dahulu. Namun air PDAM ini kadang belum
tersedia diberbagai tempat.
2. Air hujan. Air hujan adalah air murni yang berasal dari sublimasi uap air di
udara yang ketika turun melarutkan benda-benda diudara yang dapat mengotori
dan mencemari air hujan seperti: gas (O2, CO2, N2, dll), jasat renik, debu,
kotoran burung, dll. Air hujan yang berasal dari cucuran talang/genteng rumah di
tampung dalam bak penampungan. Untuk mengindari bahan-bahan pengotor dan
pencemar yang berasal dari talang/genteng dan udara caranya adalah waktu awal
penampungan air hujan 15 menit setelah hujan turun. Di bawah talang diberi
saringan dari ijuk/kerikil/pasir. Dan sebelum diminum air harus dimasak dahulu.
3. Mata air. Di daerah pegunungan atau perbukitan sering terdapat mata air. Air
mata air berasal dari air hujan yang masuk meresap kedalam tanah dan muncul
keluar tanah kembali karena kondisi batuan geologis didalam tanah. Kondisi
geologis mempengaruhi kualitas air mata air, pada umumnya kualitasnya baik dan
bisa digunakan untuk keperluan sehari-hari, tetapi harus dimasak sebelum
diminum.
4. Air tanah. Air tanah berasal dari air hujan yang meresap dan tertahan di dalam
bumi. Air tanah dapat dibagi menjadi air tanah dangkal dan air tanah dalam.
Bagaimana mendapatkan air tanah caranya adalah dengan mengebor atau
menggali. Macam sumur untuk mendapatkan air tanah adalah:
1. Sumur gali, adalah sarana mendapatkan air tanah dengan cara menggali dan
menaikkan airnya dengan ditimba.
2. Sumur pompa tangan adalah sarana mendapatkan air tanahdengan cara
mengebor dan menaikkan airnya dengan pompa dengan tenaga tangan.
3. Sumur pompa listrik adalah sarana mendapatkan air tanah dengan cara
mengebor dan menaikkan airnya dengan dipompa dengan tenaga listrik.

33

5. Air permukaan. Air permukaan seperti air sungai, air rawa, air danau, air
irigasi, air laut dan sebagainya adalah merupakan sumber air yang dapat dipakai
sebagai bahan air bersih dan air minum tetapi perlu pengolahan. Air permukaan
sifatnya sangat mudah terkotori dan tercemar oleh bahan pengotor dan pencemar
yang mengapung, melayang, mengendap dan melarut di air permukaan. Karena
sifatnya yang demikian maka sebelum diminum air permukaan perlu diolah
terlebih dahulu sampai benar-benar aman dan memenuhi syarat sebagai air bersih
atau air minum.
d. Siklus air (water cycle)
Karakteristik air dalam proses siklusnya secara fisik memperlihatkan berbagai
fase, mulai dari bentuk uap air di udara sampai air dalam tanah. Secara
meteorologis, air merupakan unsur pokok paling penting dalam atmosfer bumi.
Air terdapat sampai pada ketinggian 12.000 hingga 14.000 meter. Bila seluruh uap
air berkondensasi (atau mengembun) menjadi cairan, maka seluruh permukaan
bumi akan tertutup dengan curah hujan kira-kira sebanyak 2,5 cm. Air terdapat di
atmosfer dalam tiga bentuk yaitu dalam bentuk uap yang tak kasat mata, dalam
bentuk butir cairan dan hablur es. Kedua bentuk yang terakhir merupakan curahan
yang kelihatan, yakni hujan, hujan es, dan salju.
Siklus air adalah mekanisme transformasi (pergerakan) air yang selalu terjadi
setiap saat. Dalam proses transformasi biasanya desertai dengan perubahan wujud,
sifat dan mutu ataupun air tetap dalam kondisi awal (Tersiawan, 2005). Secara
garis besar transformasi itu dapat berupa evaporasi, transpirasi, kondensasi,
presipitasi dan perkolasi.
Ketika terjadi hujan, airnya akan turun ke permukaan bumi. Air ini sebagian akan
mengalir ke permukaan bumi menuju ke daerah yang lebih rendah dan bermuara
di laut atau di danau. Sebagian lagi akan terserap oleh bumi dan mengalir di dalam
tanah atau tersimpan di dalam tanah sebagai air tanah.
Siklus air ini digerakkan oleh matahari. Panas yang dipancarkan oleh matahari
akan membuat air laut, air permukaan dan daratan menguap, bahkan air dari
makhluk hidup pun ikut mengalaminya (evaporasi dan transpirasi). Ketika uap air
mendingin dan menjadi mampat terbentuklah awan yang kemudian digerakkan
oleh angin.

34

Angin ini akan membawa gumpalan-gumpalan awan ke daerah yang memiliki


tekanan temperatur yang lebih rendah. Jika awan yang dibawa oleh angin ini
melalui daerah pegunungan, maka gerakannya akan terhalang dan didorong untuk
naik lebih tinggi lagi. Karena temperatur akan semakin rendah apabila semakin
tinggi dari permukaan laut, maka awan yang mengandung uap air tadi mencapai
titik embunnya dan terbentuklah butiran-butiran air yang kemudian jatuh kembali
ke bumi sebagai air hujan (presipitasi).
Air hujan ini akan mengalir lagi di permukaan bumi, ke daerah yang lebih rendah,
dan sebagian diserap oleh bumi (perkolasi). Kemudian terus menuju ke laut atau
ke danau dan apabila terkena sinar matahari akan menguap ke udara dan
membentuk awan. Awan akan berkumpul dan kemudian dibawa oleh angin dan
mengembun dan berubah menjadi hujan. Begitulah seterusnya siklus dari air yang
berulang secara bergantian. Adapun proses siklus hidrologi dapat dilihat pada
gambar dibawah ini:

Gambar 1. Siklus Air


(http://herrywidayat.files.wordpress.com/2009/01/water_cycle.jpg)

e. Peranan Air bagi Tumbuhan


Menurut Rai (1998), air memiliki beberapa peranan penting bagi tumbuhan yaitu
antara lain :
1. Struktur Tumbuhan. Air merupakan bagian terbesar pembentukan jaringan dari
semua makhluk hidup. Antara 40% sampai 60% dari berat segar pohon tersusun

35

atas air. Cairan yang mengisi sel memiliki peran dalam menjaga substansi tetap
dalam keadaan yang tepat untuk menjalankan fungsi metabolisme.
2. Sebagai Penunjang. Tumbuhan memerlukan air untuk menunjang jaringanjaringan yang tidak berkayu. Apabila sel-sel jaringan tersebut memiliki cukup air,
maka sel-sel tersebut akan berada dalam keadaan kokoh. Air yang ada dalam sel
tumbuhan tersebut nantinya akan menghasilkan suatu tekanan yang disebut
tekanan turgor. Dengan adanya tekanan turgor tersebut akan menyebabkan sel
mengembang dan apabila jumlah air tidak memadai akan menyebabkan terjadinya
proses plasmolisis.
3. Alat Angkut. Air di perlukan oleh tumbuhan sebagai alat untuk mengangkut
materi dan nutrisi di sekitar tubuhnya, dan menyalurkanmateri dan nutrisi
tersebut ke bagian tumbuhan lainnya sebagai substansi yang terlarut dalam air.
4. Pendinginan. Tumbuhan akan mengalami proses transpirasi, akibat dari proses
transpirasi tersebut akan menyebabkan tumbuhan kehilangan air. Hilangnya
sebagian air dari tumbuhan akan mendinginkan tubuh tumbuhan tersebut dan
menjaga tumbuhan dari pemanasan yang berlebihan sehingga suhu tanaman
menjadi konstan.
5. Pelarut dan medium reaksi biokimia
6. Memberikan turgor bagi sel (penting untuk pembelahan sel dan pembesaran
sel)
7. Bahan baku fotosintesis
f. Adaptasi tumbuhan terhadap kondisi ekstrim
Kekeringan merupakan situasi yang sering di alami oleh tumbuhan. Suhu yang
tinggi bisa juga memberikan pengaruh terhadap kekurangan air bagi tumbuhan.
Bila musim kering itu bersifat periodik dan merupakan karakteristik daerah
tersebut,

maka

tumbuhan

yang

ada

disekitarnya akan

memperlihatkan

penyesuaian dirinya. Berbagai cara penyesuaian terhadap lingkungannya


tergantung pada tumbuhan tersebut.
Warning mengelompokkan dunia tumbuhan berdasarkan toleransinya terhadap air,
yaitu antara lain :

36

1. Hidrofit, merupakan kelompok tumbuhan yang hidup dalam air atau pada tanah
yang tergenang secara permanen.
2. Halofita, merupakan kelompok tumbuhan yang tumbuh pada lingkungan
berkadar garam tinggi.
3. Xerofita, kelompok tumbuhan yang teradaptasi untuk hidup di daerah kering.
4. Mesofita, kelompok tumbuhan yang bertoleransi pada kondisi air tanah yang
tidak terlalu ekstrim.
2.12 Kualitas Air
a.ParameterFisik
1.Kecerahan
Data rerata kecerahan menunjukkan bahwa nilai kecerahan air sebanding dengan
makin banyaknya volume air yang diganti. Kecerahan air dalam bulan pertama
pada masing-masing perlakuan perlakuan adalah, P1 = 14 cm, P2 = 15 cm, P3 =
19 cm, P4 = 21 cm dan P5 = 29 cm. Kecerahan air dalam bulan kedua pada
masing-masing perlakuan adalah, P1 = 2 cm, P2 = 6 cm, P3 = 10 cm, P4 = 12 cm
dan P5 = 17cm. Kecerahan air pada berbagai perlakuan dalam bulan pertama dan
bulan kedua tersebut apabila kita perhatikan, maka akan semakin meningkat
dengan meningkatnya jumlah volume pergantian air. Hal ini dapat terjadi karena
dengan semakin banyaknya volume pergantian, air maka jumlah bahan terlarut
dan tersuspensi yang terdapat dalam air akan semakin banyak yang dipindahkan
sehingga jumlah bahan atau materi yang terlarut dan tersuspensi menjadi sedikit.
Jumlah bahan atau materi terlarut dan tersuspensi yang sedikit inilah yang
menyebabkan kecerahan air menjadi meningkat. Kecerahan air yang meningkat
tersebut mengindikasikan jumlah bahan organik yang terlarut maupun tersuspensi
dalam air rendah. Hal ini ternyata menyebabkan densitas plankton akan cenderung
semakin menurun, karena bahan organik tersebut merupakan bahan dasar yang
diperlukan plankton dalam pertumbuhannya. Hal ini dapat terlihat pada periode
pertama bulan kedua yang menunjukkan densitas plankton yang semakin rendah
jika prosentase jumlah pergantian airnya semakin tinggi.

37

2.SuhuUdara
Suhu udara pada bulan pertama dalam berbagai perlakuan pada pagi hari
menunjukkan nilai yang sama, yaitu 27,0o C, sedangkan untuk suhu udara pada
siang hari pada berbagai perlakuan juga mempunyai nilai yang hampir sama, yaitu
30,3o sampai 30,7o C. Suhu udara pada bulan kedua dalam berbagai perlakuan
pada siang hari menunjukkan nilai yang sama, yaitu 26,5o C, sedangkan untuk
suhu udara pada siang hari pada berbagai perlakuan juga mempunyai suhu yang
sama, yaitu 31,0o C. Hasil pengamatan tersebut menunjukkan bahwa suhu udara
pada masing-masing perlakuan adalah sama. Hal ini dapat terjadi karena analisis
percobaan yang dilakukan menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap
(Completely Randomzed Design), sehingga kondisi lingkungan yang digunakan
untuk melakukan percobaan harus seragam dan salah satu kondisi lingkungan
yang harus seragam tersebut adalah suhu lingkungan atau suhu udara lingkungan.
Suhu udara pada siang hari akan lebih tinggi daripada suhu udara pada pagi hari
karena penetrasi sinar matahari pada pagi hari belum optimal, sehingga suhu
menjadi lebih rendah. Suhu udara pada bulan pertama dan bulan kedua relatif
konstan karena tidak ada perubahan kondisi lingkungan yang mempengaruhi suhu
udara selama dua bulan tersebut. Suhu udara yang relatif konstan ini ternyata juga
menyebabkan suhu airnya pun menjadi relatif konstan.
3.SuhuAir
Suhu air pada bulan pertama dalam berbagai perlakuan pada pagi hari adalah, P1
= 28,2o C, P2 = 28,4o C, P3 = 28,7o C, P4 = 27,8o C dan P5 = 27,6o C,
sedangkan suhu air pada siang hari P1 = 31,0o C, P2 = 31,0o C, P3 = 30,7o C, P4
= 30,2o C dan P5 = 30,0o C. Suhu air pada bulan kedua dalam berbagai perlakuan
pada pagi hari adalah, P1 = 25,8o C, P2 = 25,8o C, P3 = 25,3o C, P4 = 25,7o C
dan P5 = 25,3o C, sedangkan suhu air pada siang hari P1 = 29,7o C, P2 = 30,0o C,
P3 = 29,7o C, P4 = 30,0o C dan P5 = 29,5o C. Suhu air pada bulan pertama
dalam berbagai perlakuan baik pada pagi hari maupun siang hari terlihat relatif
konstan. Hal ini dapat terjadi karena bahan atau materi terlarut dan tersuspensi
yang terdapat dalam air belum terlalu banyak, sehingga penetrasi cahaya matahari

38

masih dapat masuk secara optimal pada berbagai perlakuan. Suhu air pada bulan
kedua dalam berbagai perlakuan baik pada pagi hari maupun siang hari juga
relatif konstan dan hal ini juga terjadi karena faktor yang sama dengan bulan
pertama. Hasil pengamatan tersebut apabila kita perhatikan, maka terlihat bahwa
suhu air pada bulan kedua relatif lebih rendah bila dibandingkan suhu air pada
bulan pertama. Hal ini dapat terjadi karena pada bulan kedua materi atau bahan
terlarut dan tersuspensi yang terdapat dalam air sudah mulai bertambah sehingga
penetrasi cahaya matahari mulai berkurang, sehingga suhu air pada bulan kedua
menjadi lebih rendah.
b.ParameterKimia
1.DissolvedOxygen(DO)
Oksigen terlarut pada bulan pertama dalam berbagai perlakuan pada pagi hari
adalah, P1 = 2,84 ppm, P2 = 2,33 ppm, P3 = 1,93 ppm, P4 = 2,15 ppm dan P5 =
2,45 ppm, sedangkan pada siang hari P1 = 1,63 ppm, P2 = 7,73 ppm, P3 = 6,00
ppm, P4 = 6,70 ppm dan P5 = 7,00 ppm. Oksigen terlarut pada bulan kedua dalam
berbagai perlakuan pada pagi hari adalah, P1 = 0,00 ppm, P2 = 1,29 ppm, P3 =
0,74 ppm, P4 = 0,85 ppm dan P5 = 0,75 ppm, sedangkan pada siang hari P1 =
0,18 ppm, P2 = 0,55 ppm, P3 = 0,67 ppm, P4 = 2,67 ppm dan P5 = 1,67 ppm.
Kadar oksigen terlarut dalam bulan pertama pada pagi hari paling tinggi terdapat
pada perlakuan P1, yaitu 2,84 ppm dan yang paling rendah terdapat pada
perlakuan P3, yaitu 1,93 ppm. Perlakuan P1 mempunyai kadar oksigen terlarut
paling rendah karena mempunyai kepadatan plankton lebih tinggi, sehingga
oksigen dari hasil fotosintesis yang dilakukan plankton lebih banyak dan kadar
oksigen menjadi meningkat. Perlakuan P3 mempunyai kadar oksigen paling
rendah karena mempunyai suhu air yang relatif lebih tinggi, sehingga kelarutan
oksigen dalam air menjadi berkurang. Kadar oksigen terlarut dalam bulan pertama
pada siang hari paling tinggi terdapat pada perlakuan P2, yaitu 7,73 ppm dan
paling rendah terdapat pada perlakuan P1, yaitu 1,63 ppm. Perlakuan P2
mempunyai kadar oksigen tertinggi karena kadar CO2 bebasnya relatif lebih
rendah, densitas plankton yang menghasilkan oksigen dari fotosintesis cukup
tinggi dan kadar bahan organik tidak terlalu tinggi. Perlakuan P1 mempunyai

39

kadar oksigen terendah karena mempunyai kadar CO2 bebas paling tinggi
sehingga kadar oksigen menurun. Kadar oksigen terlarut dalam bulan kedua pada
pagi hari paling tinggi terdapat pada perlakuan P2, yaitu 1,29 ppm dan paling
rendah terdapat pada perlakuan P1, yaitu 0,00 ppm. Perlakuan P2 mempunyai
kadar oksigen paling tinggi karena mempunyai kecerahan air yang relatif lebih
tinggi dan densitas plankton yang relatif lebih tinggi, sehingga proses fotosintesis
plankton yang menghasilkan oksigen dapat berjalan dengan lancar. Perlakuan P1
mempunyai kadar oksigen terendah karena mempunyai kecerahan air yang
rendah, kadar bahan organik yang tinggi dan kadar CO2 bebas yang tinggi
sehingga kadar oksigen turun. Kadar oksigen terlarut dalam bulan kedua pada
siang hari paling tinggi terdapat pada perlakuan P4, yaitu 2,67 ppm dan terendah
pada perlakuan P1, yaitu 0,18 ppm. Perlakuan P4 mempunyai kadar oksigen
tertinggi karena mempunyai kadar bahan organik yang relatif rendah dan kadar
CO2 bebas paling rendah. Perlakuan P1 mempunyai kadar oksigen mempunyai
kadar oksigen terendah karena mempunyai kadar bahan organik yang tinggi, kadar
CO2 bebas tertinggi dan suhu yang relatif lebih tinggi sehingga kelarutan oksigen
menjadi turun. Secara umum kadar oksigen terlarut pada bulan kedua mengalami
penurunan bila kita bandingkan dengan kadar oksigen bulan pertama. Hal ini
dapat terjadi karena pada bulan kedua telah terjadi peningkatan akumulasi bahanbahan organik dan proses perombakan bahan organik tersebut membutuhkan
oksigen, selain itu kecerahan air pada bulan kedua sudah mulai menurun, sehingga
proses fotosintesis tidak bisa berjalan dengan lancar. Kondisi inilah yang
menyebabkan kadar oksigen menjadi turun.
2.KadarCO2Bebas
Kadar CO2 bebas pada bulan pertama dalam berbagai perlakuan pada pagi hari
adalah, P1 = 2,47 ppm, P2 = 1,96 ppm, P3 = 1,79 ppm, P4 = 1,61 ppm dan P5 =
1,51 ppm, sedangkan pada siang hari adalah, P1 = 2,53 ppm, P2 = 1,99 ppm, P3 =
1,66 ppm, P4 = 1,16 ppm dan P5 = 0,99 ppm. Kadar CO2 bebas pada bulan kedua
dalam berbagai perlakuan pada pagi hari adalah, P1 = 4,87 ppm, P2 = 4,27 ppm,
P3 = 3,93 ppm, P4 = 3,07 ppm dan P5 = 2,57 ppm, sedangkan pada siang hari
adalah P1 = 3,09 ppm, P2 = 2,27 ppm, P3 = 1,99 ppm, P4 = 1,81 ppm dan P5 =

40

2,11 ppm. Kadar CO2 bebas dalam bulan pertama pada pagi hari paling tinggi
terdapat pada perlakuan P1 dan terendah pada perlakuan P5. Perlakuan P1
mempunyai kadar CO2 bebas tertinggi karena mempunyai kecerahan terendah
sehingga proses fotosintesis tidak berjalan lancar, selain itu P1 mempunyai kadar
bahan organik tertinggi sehingga CO2 dari hasil perombakan bahan organik
tersebut juga tinggi. Perlakuan P5 mempunyai kadar CO2 bebas terendah karena
mempunyai kecerahan air paling tinggi selain itu kadar bahan organiknya
terendah, sehingga oksigen lebih mendominasi dan kadar CO2 bebas turun. Kadar
CO2 bebas dalam bulan pertama pada siang hari tertinggi terdapat pada perlakuan
P1 dan terendah pada perlakuan P5. Kondisi ini menunjukkan peristiwa yang
sama pada waktu pagi hari. Hal ini menunjukkan bahwa kejadian tersebut dapat
terjadi karena faktor yang sama dengan faktor yang mempengaruhi pada pagi hari.
Kadar CO2 bebas dalam bulan kedua pada pagi hari tertinggi terdapat pada
perlakuan P1 dan terendah terdapat pada perlakuan P5. Perlakuan P1 mempunyai
kadar CO2 tertinggi karena mempunyai kecerahan air terendah dan kandungan
bahan organik yang tinggi sehingga kadar oksigen turun tetapi kadar CO2 bebas
meningkat. Perlakuan P1 mempunyai kadar CO2 bebas paling tinggi dan kadar
alkalinitasnya juga paling tinggi. Hal ini dapat terjadi karena CO2 merupakan
bahan pembentuk karbonat dan bikarbonat, sedangkan nilai pH pada perlakuan P1
relatif normal, sehingga pembentukan karbonat dan bikarbonatnya menjadi lancar
dan alkalinitasnya menjadi tinggi. Hal ini juga terjadi pada bulan-bulan
berikutnya. Perlakuan P5 mempunyai kadar CO2 bebas terendah karena
mempunyai kecerahan air tertinggi, suhu air paling rendah dan kadar bahan
organik paling rendah sehingga kelarutan oksigen meningkat dan kadar CO2
bebas akan turun. Perlakuan P5 mempunyai kadar CO2 rendah dan kadar
alkalinitasnya juga rendah. Hal ini terjadi karena pH pada P5 relatif normal,
sehingga pembentukan karbonat dan bikarbonatnya menjadi lancar, namun CO2
yang tersedia hanya sedikit sehingga karbonat dan bikarbonat yang dihasilkan
akan sedikit dan alkalinitasnya menjadi rendah. Hal ini juga terjadi pada bulanbulan berikutnya. Kadar CO2 bebas dalam bulan kedua pada siang hari tertinggi
terdapat pada perlakuan P1 dan terendah terdapat pada perlakuan P4. Perlakuan
P1 mempunyai kadar CO2 bebas tertinggi karena mempunyai kecerahan air

41

terendah, suhu relatif lebih tinggi dan kadar bahan organik yang paling tinggi.
Perlakuan P4 mempunyai kadar CO2 bebas terendah karena mempunyai suhu
yang relatif rendah dan bahan organik yang tidak terlalu tinggi sehingga kadar
oksigen terlarut meningkat dan kadar CO2 bebas turun. Secara umum apabila kita
perhatikan, maka pada perlakuan P1 cenderung mempunyai kadar CO2 bebas
yang tinggi dan pada perlakuan P5 cenderung mempunyai kadar CO2 bebas yang
rendah. Hal ini dapat terjadi karena pada perlakuan P1 tidak pernah dilakukan
penggantian air, sehingga pada perlakuan P1 akan terjadi akumulasi bahan-bahan
organik yang akan menyebabkan turunnya tingkat kecerahan air dan oksigen
terlarut, tetapi akan meningkatkan kadar CO2 bebas. Perlakuan P5 dilakukan
penggantian air paling banyak, sehingga hanya akan terjadi sedikit akumulasi
bahan organik dan hal ini tidak akan mempengaruhi pengurangan tingkat
kecerahan air maupun kadar oksigen terlarut dalam air dan hal ini menyebabkan
kadar CO2 bebas tetap rendah.
3.Alkalinitas
Nilai alkalinitas pada bulan pertama dalam berbagai perlakuan pada pagi hari
adalah, P1 = 207 ppm, P2 = 151 ppm, P3 = 147 ppm, P4 = 146 ppm dan P5 = 138
ppm, sedangkan pada siang hari adalah, P1 = 177 ppm, P2 = 149 ppm, P3 = 145
ppm, P4 = 139 ppm dan P5 = 135 ppm. Nilai alkalinitas pada bulan kedua dalam
berbagai perlakuan pada pagi hari adalah, P1 = 163 ppm, P2 = 157 ppm, P3 = 154
ppm, P4 = 140 ppm dan P5 = 137 ppm, sedangkan pada siang hari adalah, P1 =
253 ppm, P2 = 196 ppm, P3 = 181 ppm, P4 = 168 ppm dan P5 = 147 ppm.
Alkalinitas total merupakan total CO2 dan H2CO3 yang terurai menjadi karbonat
dan bikarbonat. Reaksi-reaksi yang terjadi adalah : CO2 + H2O H2CO3 H2CO3
H+ + HCO3- HCO3- H+ + CO32-Reaksi tersebut dalam pH rendah tidak
mencapai keseimbangan dan reaksi berjalan lambat serta sedikit menghasilkan
karbonat dan bikarbonat, sehingga senyawa asamkarbonat lebih banyak dan pH
turun. Reaksi tersebut dalam suasana basa ( pH lebih dari 7 ) akan berjalan ke
kanan, namun dalam suasana asam akan berjalan kekiri. Biasanya jika nilai pH
diatas 8,3 seluruh CO2 akan berubah menjadi HCO3- dan CO32- sehingga kadar
CO2 menjadi 0 (nol) ppm.

42

Alkalinitas dalam bulan pertama pada pagi hari tertinggi terdapat pada perlakuan
P1 dan terendah pada perlakuan P5. Perlakuan P1 mempunyai alkalinitas tertinggi
karena mempunyai pH yang mendekati netral dan kadar CO2 bebas paling tinggi,
sehingga perombakan CO2 bebas menjadi karbonat dan bikarbonat meningkat
sehingga alkalinitasnya menjadi tinggi. Perlakuan P5 mempunyai alkalinitas
terendah karena mempunyai pH yang mendekati netral, tetapi kadar CO2
bebasnya rendah sehingga alkalinitasnya menjadi rendah karena perombakan CO2
menjadi karbonat dan bikarbonat juga rendah. Alkalinitas dalam bulan pertama
pada siang hari tertinggi terdapat pada perlakuan P1 dan terendah terdapat pada
perlakuan P5. Kondisi ini menunjukkan keadaan yang sama dengan yang terjadi
pada pagi hari. Hal ini dapat terjadi karena faktor yang sama dengan yang terjadi
pada pagi hari. Alkalinitas dalam bulan kedua pada pagi hari tertinggi terdapat
pada perlakuan P1 dan terendah terdapat pada perlakuan P5. Perlakuan P1
mempunyai alkalinitas tertinggi karena mempunyai pH yang relatif normal dan
kadar CO2 bebas yang tertinggi sehingga perombakan CO2 bebas menjadi
karbonat dan bikarbonat meningkat dan alkalinitas menjadi tinggi. Perlakuan P5
mempunyai pH yang relatif normal, tetapi kadar CO2 bebasnya rendah sehingga
hasil perombakan CO2 bebas menjadi karbonat dan bikarbonat tidak banyak dan
alkalinitasnya menjadi rendah. Alkalinitas dalam bulan kedua pada siang juga
menunjukkan kondisi yang sama dengan kondisi yang terjadi pada pagi hari, yaitu
tertinggi pada perlakuan P1 dan terendah pada perlakuan P5. Hal ini tentunya
dapat menunjukkan bahwa kejadian ini dipengaruhi oleh faktor yang sama dengan
faktor yang mempengaruhi pada kondisi pagi hari. Secara umum dapat kita lihat
bahwa alkalinitas akan semakin menurun dengan pertambahan jumlah volume
pergantian air. Hal ini dapat terjadi karena pada pergantian air yang sedikit,
jumlah CO2 bebas akan semakin meningkat, tetapi nilai derajat keasamannya
belum berubah. Kondisi ini akan menyebabkan perombakan CO2 bebas menjadi
karbonat dan bikarbonat menjadi meningkat sehingga alkalinitasnya menjadi
tinggi. Hal inilah yang menyebabkan mengapa pada perlakuan yang menggunakan
penggantian air lebih banyak akan mempunyai alkalinitas yang lebih rendah.
4.DerajatKeasaman(pH)

43

Derajat keasaman (pH) pada bulan pertama dalam berbagai perlakuan pada pagi
hari menunjukkan nilai yang sama, yaitu 6,5 dan pada siang hari juga
menunjukkan nilai yang sama, yaitu 7,0. Derajat keasaman (pH) pada bulan kedua
dalam berbagai perlakuan pada hari menunjukkan nilai yang sama, yaitu 7,0
sedangkan pada siang hari P1 = 7,3; P2 = 7,3; P3 = 7,2; P4 = 7,1 dan P5 = 6,7.
Nilai pH pada bulan pertama baik pada pagi hari maupun pada siang hari
menunjukkan nilai yang sama. Hal ini menunjukkan bahwa kondisi kolam pada
bulan pertama dalam berbagai perlakuan belum mengalami perubahan kualitas air
yang mencolok, sehingga nilai pHnya pun menjadi tetap. Kadar CO2 bebas yang
tinggi yang akan menyebabkan kondisi air menjadi asam akan diimbangi dengan
kadar alkalinitas yang membawa sifat basa yang tinggi pula, sehingga nilai pH
pada bulan pertama, baik pada pagi maupun siang akan relatif konstan. Nilai pH
pada bulan kedua baik pada pagi hari dan siang hari juga menunjukkan nilai yang
relatif konstan, sehingga kita bisa mengetahui bahwa pada bulan kedua juga
belum terjadi banyak perubahan pada kondisi kualitas air pada masing-masing
perlakuan. Hal ini juga disebabkan oleh factor yang sama dengan yang terjadi
pada bulan pertama, yaitu adanya keseimbangan antara kadar CO2 bebas dengan
kadar alkalinitasnya.
5.Amonia
Amonia (NH3) merupakan senyawa hasil perombakan bahan organik yang
mengandung unsur N. Amonia merupakan senyawa yang bersifat toxic (racun)
bagi ikan. Amonia ini, jika terdapat dalam jumlah atau konsentrasi yang tinggi
(biasanya 0,1 ppm) dapat menyebabkan kematian ikan. Di dalam air amonia
membentuk kesetimbangan dengan amonium. Reaksi kesetimbangannya adalah
sebagai berikut : NH4+NH3 + H+ Proses metabolisme dalam tubuh ikan lele
dumbo dapat menghasilkan buangan berupa senyawa amonia. Selain itu, pakan
yang tidak termakan juga dapat meningkatkan konsentrasinya. Senyawa ini dapat
bereaksi dengan air menjadi ion amonium dan ion basa (OH-), sehingga suatu
perairan yang memiliki kadar amonia dan amonium yang tinggi kecenderungan
nilai pHnya juga akan menjadi tinggi. Kadar amonia pada bulan pertama dalam
berbagai perlakuan terlihat bahwa kecenderungannya semakin banyak volume

44

pergantian air, maka kadar amonia akan semakin sedikit. Hal ini dapat terjadi
karena pada perlakuan yang pergantian airnya sedikit atau tidak diganti air, maka
akan terjadi akumulasi amonia dari proses metabolisme tubuh ikan lele. Kondisi
ini dapat terlihat pada perlakuan P1 mempunyai kadar amonia yang paling tinggi.
Kadar amonia ini ternyata akan sebanding dengan nilai pHnya, yaitu semakin
tinggi kadar amonia dalam air, maka akan semakin tinggi nilai pHnya. Kadar
amonia pada bulan kedua dalam berbagai perlakuan juga menunjukkan fenomena
yang sama dengan yang terjadi pada bulan pertama, yaitu semakin banyak volume
pergantian air dalam bak, maka kadar amonianya akan semakin sedikit, begitu
pula sebaliknya. Hal ini dapat terjadi karena faktor yang sama dengan faktor yang
mempengaruhi kondisi pada bulan pertama. Kondisi ini dapat terlihat pada
perlakuan P1 mempunyai kadar amonia paling tinggi, sedangkan pada perlakuan
P5 mempunyai kadar amonia paling rendah.
6. Amonium
Kadar amonium dalam air akan sebanding dengan kadar ammonia dalam air
karena di dalam air amonia akan membentuk reaksi kesetimbangan dengan
amonium. Berlawanan dengan amonia, amonium baik untuk perumbuhan
fitoplankton dan tanaman air. Kadar amonium pada bulan pertama dalam berbagai
perlakuan terlihat bahwa kecenderungannya semakin banyak volume pergantian
air, maka kadar amoniumnya akan semakin sedikit. Hal ini dapat terjadi karena
pada perlakuan yang pergantian airnya sedikit atau tidak diganti air, maka akan
terjadi akumulasi amonia dari proses metabolisme tubuh ikan lele dan akumulasi
amonia ini akan membentuk reaksi kesetimbangan yang menghasilkan amonium,
sehingga kadar amoniumnya akan meningkat. Kondisi ini dapat terlihat pada
perlakuan P1 mempunyai kadar amonium yang paling tinggi. Kadar amonium ini
ternyata juga akan sebanding dengan nilai pHnya, yaitu semakin tinggi kadar
amonium dalam air, maka akan semakin tinggi nilai pHnya. Hal ini terjadi karena
reaksi kesetimbang antara amonia dan amonium menghasilkan ion OH- yang
bersifat basa.Kadar amonium pada bulan kedua dalam berbagai perlakuan juga
menunjukkan fenomena yang sama dengan yang terjadi pada bulan pertama, yaitu
semakin banyak volume pergantian air dalam bak, maka kadar amoniumnya akan
semakin sedikit, begitu pula sebaliknya. Hal ini dapat terjadi karena faktor yang

45

sama dengan faktor yang mempengaruhi kondisi pada bulan pertama. Kondisi ini
dapat terlihat pada perlakuan P1 mempunyai kadar amonium paling tinggi,
sedangkan pada perlakuan P5 mempunyai kadar amonium paling rendah.
7.Fosfat
Kandungan fosfat dalam air dapat diperoleh (berasal) dari pakan yang diberikan
ke dalam bak percobaan. Fosfat dari sisa pakan akan terakumulasi dengan fosfat
yang berasal dari buangan atau sisa metabolisme ikan lele dumbo. Akumulasi
senyawa ini akan tinggi bila tidak dilakukan penggantian air dan akan bernilai
rendah bila dilakukan penggantian air apalagi dalam jumlah banyak. Kadar fosfat
pada bulan pertama dalam berbagai perlakuan menunjukkan nilai yang cenderung
menurun dengan semakin banyaknya jumlah volume pergantian air. Kondisi ini
juga terjadi pada bulan kedua, kadar fosfat akan semakin menurun dengan
semakin banyaknya volume pergantian air. Hal ini dapat terjadi karena semakin
sedikit volume pergantian air, maka akumulasi fosfat akan semakin banyak.
8.BahanOrganik
Keberadaan bahan organik dalam air dapat menurunkan konsentrasi oksigen
terlarut dan memperbesar konsentrasi karbondioksida bebas. Hal ini terjadi pada
proses dekomposisi bahan organik oleh mikrobia. Bahan organik dalam air dapat
dihasilkan dari sisa-sisa organik (sisa pakan atau kotoran). Kandungan bahan
organik ini sangat dipengaruhi oleh besarnya volume pergantian air. Semakin
besar volume pergantian air semakin sedikit bahan organik yang terakumulasi
pada bak perlakuan dan sebaliknya semakin sedikit volume pergantian air maka
semakin banyak bahan organik yang terakumulasi dalam bek perlakuan.
Kandungan bahan organik pada bulan pertama dalam berbagai perlakuan
menunjukkan nilai yang cenderung menurun dengan semakin banyaknya jumlah
volume pergantian air. Kondisi ini juga dialami pada bulan kedua dalam
perlakuan. Kandungan bahan organik akan semakin turun dengan semakin
meningkatnya jumlah volume pergantian air. Hal ini dapat terjadi karena dengan
semakin banyaknya volume pergantian air, maka bahan-bahan organik yang yang

46

masih terlarut atau tersuspensi akan ikut mengalir keluar bersamaan dengan air
yang dibuang.
c.ParameterBiologi
DensitasPlankton
Densitas plankton pada bulan pertama dalam berbagai perlakuan adalah, P1 =
328437 ind/l, P2 = 314683 ind/l, P3 = 325795 ind/l, P4 = 230942 ind/l dan P5 =
361865 ind/l. Densitas plankton pada bulan kedua dalam beerbagai perlakuan
adalah, P1 = 4656867 ind/l, P2 = 456 0200 ind/l, P3 = 1460800 ind/l, P4 =
2735500 ind/l dan P5 = 791200 ind/l. Densitas plankton pada bulan pertama
paling tinggi terdapat pada perlakuan P5 dan terendah pada perlakuan P4.
Perlakuan P5 seharusnya mempunyai densitas plankton yang rendah karena P5
mempunyai kandungan bahan-bahan organik dan alkalinitas yang rendah. Hal ini
dapat terjadi karena P5 mempunyai kualitas air dan kecerahan air yang masih
bagus sehingga plankton dapat hidup dengan baik pada perlakuan P5. Perlakuan
P4 mempunyai densitas plankton rendah karena mempunyai kadar bahan-bahan
organik yang rendah sehingga plankton tidak bias hidup dengan baik. Densitas
plankton pada bulan kedua tertinggi terdapat pada perlakuan P1 dan terendah pada
perlakuan P5. Perlakuan P1 mempunyai densitas plankton tertinggi karena
mempunyai kadar bahan-bahan organik yang tinggi, kadar amonium tinggi, kadar
fosfat tinggi dan alkalinitas yang tinggi sehingga akan mendukung bagi kehidupan
plankton. Perlakuan P5 mempunyai densitas plankton terendah karena
mempunyai kadar bahan-bahan organik yang rendah, kadar amonium rendah,
kadar rendah dan alkalinitas yang rendah pula, sehingga tidak akan mendukung
bagi kehidupan plankton. Secara umum densitas plankton akan dipengaruhi oleh
kandungan bahan-bahan organik, kadar amonium, kadar fosfat, alkalinitas, DO
dan CO2 bebas. Bahan-bahan organik merupakan bahan dasar atau materi yang
akan dirombak oleh plankton, sehingga semakin tinggi kadar bahan organiknya
akan semakin tinggi densitas planktonnya. Amonium dan fosfat merupakan bahan
dasar yang dapat dirombak plankton yang kemudian digunakan untuk
pertumbuhan plankton tersebut, sehingga semakin tinggi kadar amonium dan
fosfat, maka akan semakin tinggi pula densitas planktonnya. Alkalinitas yang

47

semakin tinggi, maka perairan akan semakin subur sehingga densitas plankton
akan semakin tinggi. Plankton akan menggunakan CO2 untuk fotosintesis dengan
bantuan sinar matahari dan akan menghasilkan O2 sebagai hasil sampingnya.

B. Kelulushidupan dan Pertambahan Berat Lele Dumbo Kelulushidupan Lele


paling tinggi terdapat pada perlakuan P2 dimana hampir seluruh ulangan
mempunyai SR 100 % dan yang terendah terdapat pada perlakuan P5 dimana ratarata SR tidak mencapai 90 %. Kelulushidupan Lele tidak hanya dipengaruhi oleh
kualitas air saja, tetapi juga dipengaruhi oleh ketersediaan pakan. Pakan dalam
jumlah yang terbatas akan menimbulkan persaingan atau perebutan pakan. Ikan
yang kecil akan kalah dan perktumbuhannya akan lambat atau bahkan akan mati.
Pertambahan berat Lele baik pada bulan ketiga, keempat dan kelima menunjukkan
kecenderungan pertambahan berat yang semakin kecil apabila volume
penggantian air semakin besar. Hal ini dapat terjadi karena selain memakan pakan
buatan, Lele juga memakan plankton dan pada perlakuan dengan penggantian air
yang semakin besar maka densitas planktonnya akan semakin kecil, sehingga pada
perlakuan yang menggunakan penggantian air lebih besar akan memiliki
pertambahan berat yang lebih kecil. Hal ini juga menerangkan fenomena,
mengapa pada perlakuan P5 mempunyai tingkat kelulushidupan yang lebih
rendah. Hal tersebut dapat terjadi karena jumlah pakan alami sangat terbatas
sehingga ikan-ikan yang kecil atau lemah tidak bisa mendapatkan makanan dan
akhirnya akan mati.

2.13 Budidaya Ikan Lele


Ikan

lele

merupakan

jenis

ikan

air

Tawar

yang

dapat

dibudidayakan. Alas an orang budidaya lele adalah dapat dibudidayakan di

48

lahan dan sumber air yang terbatas, cara lebih mudah, pemasarannya
relatif mudah dan modal dapat dijangkau. Budidaya lele semakin
meningkat setelah masuk jenis lele dumbo. Keunggulan lele dumbo
dibanding lele lokal antara lain cepat besar, telur lebih banyak dan lebih
tahan terhadap penyakit.

Pertumbuhan yang cepat tanpa memperhatikan pengelolaan induk


menyebabkan kualitas lele menurun. Penurunan kualitas dapat karena
perkawinan inbreeding. Ini menyebabkan penurunan derajat penetasan,
pertumbuhan lambat, daya tahan penyakit menurun.
Pertumbuhan awal lele dapat memanfaatkan makan dari plankton, cacing,
insekta dan lain lain. Tetapi untuk pembesaran dianjurkan untuk
memakai pellet karena akan meningkatkan effisiensi dan pruduktifitas.
Budidaya lele dapat dilakukan di areal pada ketinggian 1 m - 800 m dpi.
Persyaratan lokasi, baik kualitas tanah maupun air tidak terlalu spesifik,
artinya dengan penggunaan teknologi yang memadai terutama pengaturan
suhu air budidaya masih tetap dapat dilakukan pada lahan yang memiliki
ketinggian diatas >800 m dpi. Namun bila budidaya dikembangkan dalam
skala massal harus tetap memperhatikan tata ruang dan lingkungan sosial.
Budidaya lele dapat dilakukan di kolam tanah, bak permanent maupun
bak plastic. Usahakan air dapat mengalir mengalir. Sumber air dapat
berasal dari air sungai mapun air sumur. Suhu air yang ideal untuk
pertumbuhan ikan lele berkisar antara 22-32C. Suhu air mempengaruhi
laju pertumbuhan, laju metabolisme ikan dan napsu makan ikan serta
kelarutan oksigen dalam air. Keasaman air yang ideal antara 6-9.
Bentuk kolam yang ideal untuk pemeliharaan ikan lele adalah empat
persegi panjang dengan ukuran sesuai dengan lokasi. Kedalaman kolam
berkisar antara 1,0-1,5 m dengan kemiringan kolam dari pemasukan air ke
pembuangan 0,5%. Saringan dapat dipasang pada pintu pemasukan dan
pengeluaran agar ikan-ikan jangan ada yang lolos keluar/masuk.

49

Pelaksanaan budidaya lele : a. Persiapan kolam tanah (tradisional)


Siapkan kolam tanah. Lakukan pencangkulan tanah dasar kolam dan
ratakan. Berikan kapur ke dalam kolam bertujuan untuk memberantas
hama, penyakit dan memperbaiki kualitas tanah. Dosis yang dianjurkan
adalah 20-200 gram/m2, tergantung pada keasaman kolam. Untuk kolam
dengan pH rendah dapat diberikan kapur lebih banyak, juga sebaliknya
apabila tanah sudah cukup baik, pemberian kapur dapat dilakukan
sekedar untuk memberantas hama penyakit yang kemungkinan terdapat
di kolam.
Pemupukan dengan kotoran ternak ayam, berkisar antara 500-700
gram/m2; urea 15 gram/m2; SP3 10 gram/m2; NH4N03 15 gram/m2.
Kolam dibiarkan selama 7 (tujuh) hari, guna memberi kesempatan
tumbuhnya makanan alami.
b. Persiapan kolam tembok
Persiapan kolam tembok hampir sama dengan kolam tanah. Bedanya,
pada kolam tembok tidak dilakukan pengolahan dasar kolam, perbaikan
parit dan bak untuk panen, karena parit dan bak untuk panen biasanya
sudah
c.

dibuat
Penebaran

Permanen.
Benih

Sebelum benih ditebarkan sebaiknya benih disuci hamakan dulu dengan


merendamnya didalam larutan KM5N04 (Kalium permanganat) atau PK
dengan dosis 35 gram/m2 selama 24 jam atau formalin dengan dosis 25
mg/l selama 5-10 menit. Penebaran benih sebaiknya dilakukan pagi atau
sore hari atau pada saat udara tidak panas. Sebelum ditebarkan ke kolam,
benih perlakuan penyesuaian suhu dengan cara memasukan air kolam
sedikit demi sedikit ke dalam wadah pengangkut benih. Benih yang sudah
teraklimatisasi akan dengan sendirinya keluar dari kantong (wadah)
angkut benih menuju lingkungan yang baru yaitu kolam. Hal ini berarti
bahwa perlakuan tersebut dilaksanakan diatas permukaan air kolam
dimana wadah (kantong) benih mengapung diatas air. Jumlah benih yang

50

ditebar

35-50

ekor/m2

d.

yang

berukuran

5-8

Pemberian

cm.
Pakan

Selain makanan alami, untuk mempercepat pertumbuhan lele perlu


pemberian makanan tambahan berupa pellet. Jumlah makanan yang
diberikan sebanyak 2-5% perhari dari berat total ikan yang ditebarkan di
kolam. Pemberian pakan frekuensinya 2 3 kali setiap hari. Sedangkan
komposisi makanan buatan dapat dibuat dari campuran dedak halus
dengan ikan rucah dengan perbandingan 1:9 atau campuran dedak halus,
bekatul, jagung, cincangan bekicot dengan perbandingan 2:1:1:1 campuran
tersebut

dapat

dibuat

bentuk

e.

pellet.
Pemanenan

Ikan lele akan mencapai ukuran konsumsi setelah dibesarkan selama


130 hari, dengan bobot antara 200 - 250 gram per ekor dengan panjang 15
- 20 cm. Budidaya lele di tingkat pembudidaya sering dihadapkan pada
permasalahan timbulnya penyakit atau kematian ikan. Pada kegiatan
pembesaran, penyakit banyak ditimbulkan akibat buruknya penanganan
kondisi lingkungan. Predator yang biasanya menyerang antara lain ular,
burung atau predator lainnya. Sedangkan organisme pathogen yang sering
menyerang adalah Ichthiophthirius sp., Trichodina sp., Monogenea sp.
dan Dactylogyrus sp. Penanggulangan hama insekta dapat dilakukan
dengan pemberian insektisida yang direkomendasikan pada saat pengisian
air

sebelum

benih

ditanam.

Penanggulangan organisme pathogen dapat dilakukan dengan pengelolaan


lingkungan budidaya yang baik dan pemberian pakan yang teratur dan
mencukupi. Pengelolaan lingkungan dapat dilakukan dengan melakukan
persiapan

kolam

dengan

baik.

Pada

kegiatan

budidaya

dengan

menggunakan kolam tanah, persiapan kolam meliputi pengeringan,


pembalikan tanah, perapihan pematang, pengapuran, pemupukan,
pengairan dan pengkondisian tumbuhnya plankton sebagai sumber pakan.
Pada kegiatan budidaya dengan menggunakan bak tembok atau bak

51

plastik,

persiapan

kolam

meliputi

pengeringan,

disenfeksi

(bila

diperlukan), pengairan dan pengkondisian tumbuhnya plankton sebagai


sumber pakan. Perbaikan kondisi air kolam dapat pula dilakukan dengan
penambahan

bahan

probiotik.

Untuk menghindari terjadinya penularan penyakit, maka hendaknya


memperhatikan hal-hal sebagai berikut pindahkan segera ikan yang
memperlihatkan gejala sakit dan diobati secara terpisah. Ikan yang
tampak telah parah sebaiknya dimusnahkan. Jangan membuang air bekas
ikan sakit ke saluran air. Kolam yang telah terjangkit harus segera
dikeringkan dan dilakukan pengapuran dengan dosis 1 kg/5 m2. Kapur
(CaO) ditebarkan merata didasar kolam, kolam dibiarkan sampai tanah
kolam retak-retak. Kurangi kepadatan ikan di kolam yang terserang
penyakit. Alat tangkap dan wadah ikan harus dijaga agar tidak
terkontaminasi penyakit. Sebelum dipakai lagi sebaiknya dicelup dulu
dalam larutan Kalium Permanganat (PK) 20 ppm (1 gram dalam 50 liter
air) atau larutan kaporit 0,5 ppm (0,5 gram dalam 1 m3 air). Setelah
memegang ikan sakit cucilah tangan kita dengan larutan PK. Bersihkan
selalu dasar kolam dari lumpur dan sisa bahan organik. Usahakan agar
kolam selalu mendapatkan air segar atau air baru. Tingkatkan gizi
makanan ikan dengan menambah vitamin untuk menambah daya tahan
ikan. kan lele merupakan jenis ikan air Tawar yang dapat dibudidayakan.
Alas an orang budidaya lele adalah dapat dibudidayakan di lahan dan
sumber air yang terbatas, cara lebih mudah, pemasarannya relatif mudah
dan modal dapat dijangkau. Budidaya lele semakin meningkat setelah
masuk jenis lele dumbo. Keunggulan lele dumbo dibanding lele lokal
antara lain cepat besar, telur lebih banyak dan lebih tahan terhadap
penyakit.
Pertumbuhan yang cepat tanpa memperhatikan pengelolaan induk
menyebabkan kualitas lele menurun. Penurunan kualitas dapat karena
perkawinan inbreeding. Ini menyebabkan penurunan derajat penetasan,
pertumbuhan

lambat,

daya

tahan

penyakit

menurun.

52

Pertumbuhan awal lele dapat memanfaatkan makan dari plankton, cacing,


insekta dan lain lain. Tetapi untuk pembesaran dianjurkan untuk
memakai pellet karena akan meningkatkan effisiensi dan pruduktifitas.
Budidaya lele dapat dilakukan di areal pada ketinggian 1 m - 800 m dpi.
Persyaratan lokasi, baik kualitas tanah maupun air tidak terlalu spesifik,
artinya dengan penggunaan teknologi yang memadai terutama pengaturan
suhu air budidaya masih tetap dapat dilakukan pada lahan yang memiliki
ketinggian diatas >800 m dpi. Namun bila budidaya dikembangkan dalam
skala massal harus tetap memperhatikan tata ruang dan lingkungan sosial.
Budidaya lele dapat dilakukan di kolam tanah, bak permanent maupun
bak plastic. Usahakan air dapat mengalir mengalir. Sumber air dapat
berasal dari air sungai mapun air sumur. Suhu air yang ideal untuk
pertumbuhan ikan lele berkisar antara 22-32C. Suhu air mempengaruhi
laju pertumbuhan, laju metabolisme ikan dan napsu makan ikan serta
kelarutan oksigen dalam air. Keasaman air yang ideal antara 6-9.

Bentuk kolam yang ideal untuk pemeliharaan ikan lele adalah empat
persegi panjang dengan ukuran sesuai dengan lokasi. Kedalaman kolam
berkisar antara 1,0-1,5 m dengan kemiringan kolam dari pemasukan air ke
pembuangan 0,5%. Saringan dapat dipasang pada pintu pemasukan dan
pengeluaran agar ikan-ikan jangan ada yang lolos keluar/masuk.
Pelaksanaan

budidaya

a. Persiapan kolam tanah (tradisional)

lele

Siapkan kolam tanah. Lakukan

pencangkulan tanah dasar kolam dan ratakan. Berikan kapur ke dalam


kolam bertujuan untuk memberantas hama, penyakit dan memperbaiki
kualitas tanah. Dosis yang dianjurkan adalah 20-200 gram/m2,
tergantung pada keasaman kolam. Untuk kolam dengan pH rendah dapat

53

diberikan kapur lebih banyak, juga sebaliknya apabila tanah sudah cukup
baik, pemberian kapur dapat dilakukan sekedar untuk memberantas hama
penyakit yang kemungkinan terdapat di kolam. Pemupukan dengan
kotoran ternak ayam, berkisar antara 500-700 gram/m2; urea 15
gram/m2; SP3 10 gram/m2; NH4N03 15 gram/m2. Kolam dibiarkan
selama 7 (tujuh) hari, guna memberi kesempatan tumbuhnya makanan
alami.
b. Persiapan kolam tembok
Persiapan kolam tembok hampir sama dengan kolam tanah. Bedanya,
pada kolam tembok tidak dilakukan pengolahan dasar kolam, perbaikan
parit dan bak untuk panen, karena parit dan bak untuk panen biasanya
sudah

dibuat

c.

Permanen.

Penebaran

Benih

Sebelum benih ditebarkan sebaiknya benih disuci hamakan dulu dengan


merendamnya didalam larutan KM5N04 (Kalium permanganat) atau PK
dengan dosis 35 gram/m2 selama 24 jam atau formalin dengan dosis 25
mg/l selama 5-10 menit. Penebaran benih sebaiknya dilakukan pagi atau
sore hari atau pada saat udara tidak panas. Sebelum ditebarkan ke kolam,
benih perlakuan penyesuaian suhu dengan cara memasukan air kolam
sedikit demi sedikit ke dalam wadah pengangkut benih. Benih yang sudah
teraklimatisasi akan dengan sendirinya keluar dari kantong (wadah)
angkut benih menuju lingkungan yang baru yaitu kolam. Hal ini berarti
bahwa perlakuan tersebut dilaksanakan diatas permukaan air kolam
dimana wadah (kantong) benih mengapung diatas air. Jumlah benih yang
ditebar
d.

35-50

ekor/m2

yang

Pemberian

berukuran

5-8

cm.
Pakan

Selain makanan alami, untuk mempercepat pertumbuhan lele perlu


pemberian makanan tambahan berupa pellet. Jumlah makanan yang
diberikan sebanyak 2-5% perhari dari berat total ikan yang ditebarkan di
kolam. Pemberian pakan frekuensinya 2 3 kali setiap hari. Sedangkan

54

komposisi makanan buatan dapat dibuat dari campuran dedak halus


dengan ikan rucah dengan perbandingan 1:9 atau campuran dedak halus,
bekatul, jagung, cincangan bekicot dengan perbandingan 2:1:1:1 campuran
tersebut

dapat

dibuat

bentuk

e.

pellet.
Pemanenan

Ikan lele akan mencapai ukuran konsumsi setelah dibesarkan selama


130 hari, dengan bobot antara 200 - 250 gram per ekor dengan panjang 15
- 20 cm. Budidaya lele di tingkat pembudidaya sering dihadapkan pada
permasalahan timbulnya penyakit atau kematian ikan. Pada kegiatan
pembesaran, penyakit banyak ditimbulkan akibat buruknya penanganan
kondisi lingkungan. Predator yang biasanya menyerang antara lain ular,
burung atau predator lainnya. Sedangkan organisme pathogen yang sering
menyerang adalah Ichthiophthirius sp., Trichodina sp., Monogenea sp.
dan Dactylogyrus sp. Penanggulangan hama insekta dapat dilakukan
dengan pemberian insektisida yang direkomendasikan pada saat pengisian
air

sebelum

benih

ditanam.

Penanggulangan organisme pathogen dapat dilakukan dengan pengelolaan


lingkungan budidaya yang baik dan pemberian pakan yang teratur dan
mencukupi. Pengelolaan lingkungan dapat dilakukan dengan melakukan
persiapan

kolam

dengan

baik.

Pada

kegiatan

budidaya

dengan

menggunakan kolam tanah, persiapan kolam meliputi pengeringan,


pembalikan tanah, perapihan pematang, pengapuran, pemupukan,
pengairan dan pengkondisian tumbuhnya plankton sebagai sumber pakan.
Pada kegiatan budidaya dengan menggunakan bak tembok atau bak
plastik,

persiapan

kolam

meliputi

pengeringan,

disenfeksi

(bila

diperlukan), pengairan dan pengkondisian tumbuhnya plankton sebagai


sumber pakan. Perbaikan kondisi air kolam dapat pula dilakukan dengan
penambahan

bahan

probiotik.

Untuk menghindari terjadinya penularan penyakit, maka hendaknya


memperhatikan hal-hal sebagai berikut pindahkan segera ikan yang

55

memperlihatkan gejala sakit dan diobati secara terpisah. Ikan yang


tampak telah parah sebaiknya dimusnahkan. Jangan membuang air bekas
ikan sakit ke saluran air. Kolam yang telah terjangkit harus segera
dikeringkan dan dilakukan pengapuran dengan dosis 1 kg/5 m2. Kapur
(CaO) ditebarkan merata didasar kolam, kolam dibiarkan sampai tanah
kolam retak-retak. Kurangi kepadatan ikan di kolam yang terserang
penyakit. Alat tangkap dan wadah ikan harus dijaga agar tidak
terkontaminasi penyakit. Sebelum dipakai lagi sebaiknya dicelup dulu
dalam larutan Kalium Permanganat (PK) 20 ppm (1 gram dalam 50 liter
air) atau larutan kaporit 0,5 ppm (0,5 gram dalam 1 m3 air). Setelah
memegang ikan sakit cucilah tangan kita dengan larutan PK. Bersihkan
selalu dasar kolam dari lumpur dan sisa bahan organik. Usahakan agar
kolam selalu mendapatkan air segar atau air baru. Tingkatkan gizi makanan ikan
dengan menambah vitamin untuk menambah daya tahan ikan.
2.14 Pengembangan Usaha budidaya ikan lele
Pengembangan usaha budidaya ikan lele semakin meningkat setelah masuknya
jenis ikan lele dumbo ke Indonesia pada tahun 1985. Ikan lele merupakan salah
satu jenis ikan air Tawar yang sudah dibudidayakan secara komersial oleh
masyarakatIndonesia. Sekarang ini di Pulau Bangka khususnya di kota Sungailiat
Budidaya

ikan lele sudah

mulai

berkembang

pesat

dikarenakan

1. Ikan lele dapat dibudidayakan di lahan dan sumber air yang terbatas
dengan
2.

padat

Teknologi

tebar

budidaya relatif mudah

3.
4.

tinggi.

dikuasai

oleh

masyarakat.

Pemasarannya relatif mudah.


Modal

usaha

yang

dibutuhkan relatif rendah.

Pengembangan usaha budidaya ikan lele semakin meningkat setelah masuknya


jenis ikan lele dumbo ke Indonesia pada tahun 1985. Keunggulan lele dumbo
dibanding lele lokal
1.
2.

antara
Tumbuh

Jumlah

lain
lebih

telur

lebih

:
cepat.
banyak.

56

3.

Lebih

tahan

terhadap

penyakit.

Namun demikian perkembangan budidaya yang pesat tanpa didukung pengelolaan


induk yang baik menyebabkan lele dumbo mengalami penurunan kualitas. Hal ini
karena adanya perkawinan sekerabat (inbreeding), seleksi induk yang salah atas
penggunaan induk yang berkualitas rendah. Penurunan kualitas ini dapat diamati
dari karakter umum pertama matang gonad, derajat penetasan telur, pertumbuhan
harian, daya tahan terhadap penyakit dan nilai FCR (Feeding Conversion Rate).
Di alam ataupun lingkungan budidaya ikan lele, ia dapat memanfaatkan plankton,
cacing, insekta, udang-udang kecil danmollusca sebagai makanannya. Untuk
usaha budidaya, penggunaan pakan komersil (pellet) sangat dianjurkan karena
berpengaruh

besar

terhadap

peningkatan

efisiensi

dan

produktivitas.

Persyaratan lokasi, baik kualitas tanah maupun air tidak terlalu spesifik, artinya
dengan penggunaan teknologi yang memadai terutama pengaturan suhu air
budidaya masih tetap dapat dilakukan pada lahan yang memiliki ketinggian diatas
>800 m dpi. Namun bila budidaya dikembangkan dalam skala massal harus tetap
memperhatikan tata ruang dan lingkungan sosial sekitarnya artinya kawasan
budidaya yang dikembangkan sejalan dengan kebijakan yang dilakukan Pemda
setempat.
Budidaya lele, baik kegiatan pembenihan maupun pembesaran dapat dilakukan di
kolam tanah, bak tembok atau bak plastik. Budidaya di bak tembok dan bak
plastik dapat memanfaatkan lahan pekarangan ataupun lahan marjinal lainnya.
Sumber air dapat menggunakan aliran irigasi, air sumu (air permukaan atau sumur
dalam), ataupun air hujan yan sudah dikondisikan terlebih dulu. Parameter
kualitas air yan baik untuk pemeliharaan ikan lele sangkuriang adalah sebagai
berikut:
Suhu air yang ideal untuk pertumbuhan ikan lele berkisar antara 22-32C. Suhu
air akan mempengaruhi laju pertumbuhan, laju metabolisme ikan dan napsu
makan ikan serta kelarutan oksigen dalam air, pH air yang ideal berkisar antara 69,

oksigen

terlarut

di

dalam

air

harus

>

mg/l.

Bentuk kolam yang ideal untuk pemeliharaan ikan lele adalah empat persegi
panjang dengan ukuran 100-500 m2. Kedalaman kolam berkisar antara 1,0-1,5 m

57

dengan kemiringan kolam dari pemasukan air ke pembuangan 0,5%. Pada bagian
tengah dasar kolam dibuat parit (kamalir) yang memanjang dari pemasukan air ke
pengeluaran air (monik). Parit dibuat selebar 30-50 cm dengan kedalaman 10-15
cm.
Sebaiknya pintu pemasukan dan pengeluaran air berukuran antara 15-20 cm. Pintu
pengeluaran dapat berupa monik atau siphon. Monik terbuat dari semen atau
tembok yang terdiri dari dua bagian yaitu bagian kotak dan pipa pengeluaran.
Pada bagian kotak dipasang papan penyekat terdiri dari dua lapis yang diantaranya
diisi dengan tanah dan satu lapis saringan. Tinggi papan disesuaikan dengan tinggi
air yang dikehendaki. Sedangkan pengeluaran air yang berupa siphon lebih
sederhana, yaitu hanya terdiri dari pipa paralon yang terpasang didasar kolam
dibawah pematang dengan bantuan pipa berbentuk L mencuat ke atas sesuai
dengan ketinggian air kolam.
Saringan dapat dipasang pada pintu pemasukan dan pengeluaran agar ikan-ikan
jangan ada yang lolos keluar/masuk.
Pelaksanaan Budidaya Sebelum benih ikan lele ditebarkan di kolam pembesaran,
yang perlu diperhatikan adalah tentang kesiapan kolam meliputi: a. Persiapan
kolam tanah (tradisional) Pengolahan dasar kolam yang terdiri dari pencangkulan
atau pembajakan tanah dasar kolam dan meratakannya. Dinding kolam diperkeras
dengan memukul-mukulnya dengan menggunakan balok kayu agar keras dan
padat supaya tidak terjadi kebocoran. Pemopokan pematang untuk kolam tanah
(menutupi bagian-bagian kolam yang bocor). Untuk tempat berlindung ikan
(benih ikan lele) sekaligus mempermudah pemanenan maka dibuat parit/kamalir
dan kubangan (bak untuk pemanenan). Memberikan kapur ke dalam kolam yang
bertujuan untuk memberantas hama, penyakit dan memperbaiki kualitas tanah.
Dosis yang dianjurkan adalah 20-200 gram/m2, tergantung pada keasaman kolam.
Untuk kolam dengan pH rendah dapat diberikan kapur lebih banyak, juga
sebaliknya apabila tanah sudah cukup baik, pemberian kapur dapat dilakukan
sekedar untuk memberantas hama penyakit yang kemungkinan terdapat di kolam.
Pemupukan

dengan

gram/m2; urea 15

kotoran

gram/m2;

ternak

SP3

ayam,

10 gram/m2;

berkisar

antara

NH4N03

500-700

15 gram/m2.

58

Pada pintu pemasukan dan pengeluaran air dipasang penyaring, kemudian


dilakukan pengisian air kolam. Lalu kolam dibiarkan selama 7 (tujuh) hari, guna
memberi
b.

kesempatan

tumbuhnya

Persiapan

makanan

alami.

kolam

tembok

Persiapan kolam tembok hampir sama dengan kolam tanah. Bedanya, pada kolam
tembok tidak dilakukan pengolahan dasar kolam, perbaikan parit dan bak untuk
panen, karena parit dan bak untuk panen biasanya sudah dibuat Permanen.
c.

Penebaran

Benih

Sebelum benih ditebarkan sebaiknya benih disuci hamakan dulu dengan


merendamnya didalam larutan KM5N04 (Kalium permanganat) atau PK dengan
dosis 35 gram/m2 selama 24 jam atau formalin dengan dosis 25 mg/l selama 5-10
menit.
Penebaran benih sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari atau pada saat
udara tidak panas. Sebelum ditebarkan ke kolam, benih diaklimatisasi dulu
(perlakuan

penyesuaian

suhu)

dengan cara memasukan

air

kolam

sedikit demi sedikit ke dalam wadah pengangkut benih. Benih yang sudah
teraklimatisasi akan dengan sendirinya keluar dari kantong (wadah) angkut benih
menuju lingkungan yang baru yaitu kolam. Hal ini berarti bahwa perlakuan
tersebut dilaksanakan diatas permukaan air kolam dimana wadah (kantong) benih
mengapung diatas air. Jumlah benih yang ditebar 35-50 ekor/m2 yang berukuran
5-8

cm.

d.

Pemberian

Pakan

Selain makanan alami, untuk mempercepat pertumbuhan ikan lele perlu


pemberian makanan tambahan berupa pellet. Jumlah makanan yang diberikan
sebanyak 2-5% perhari dari berat total ikan yang ditebarkan di kolam. Pemberian
pakan frekuensinya 3-4 kali setiap hari. Sedangkan komposisi makanan buatan
dapat dibuat dari campuran dedak halus dengan ikan rucah dengan perbandingan
1:9 atau campuran dedak halus, bekatul, jagung, cincangan bekicot dengan
perbandingan
e.

2:1:1:1

campuran

tersebut

dapat

dibuat

bentuk pellet.
Pemanenan

Ikan lele Sangkuriang akan mencapai ukuran konsumsi setelah dibesarkan selama
130 hari, dengan bobot antara 200 - 250 gram per ekor dengan panjang 15 - 20

59

cm. Pemanenan dilakukan dengan cara menyurutkan air kolam. Ikan lele akan
berkumpul di kamalir dan kubangan, sehingga mudah ditangkap dengan
menggunakan

waring

atau

lambit. Cara lain

penangkapan

yaitu

dengan

menggunakan pipa ruas bambu atau pipa paralon/bambu diletakkan didasar


kolam, pada waktu air kolam disurutkan, ikan lele akan masuk kedalam
ruas bambu/paralon, maka dengan mudah ikan dapat ditangkap atau diangkat.
Ikan lele hasil tangkapan dikumpulkan pada wadah berupa ayakan/happa yang
dipasang di kolam yang airnya terus mengalir untuk di istirahatkan sebelum ikanikan tersebut diangkut untuk dipasarkan. Untuk pengangkutan ikan lele dapat
dilakukan dengan menggunakan karamba, pikulan ikan atau jerigen plastik yang
diperluas lubang permukaannya dan dengan jumlah air yang sedikit.
Kegiatan

budidaya lele di tingkat pembudidaya

sering dihadapkan

pada

permasalahan timbulnya penyakit atau kematian ikan. Pada kegiatan pembesaran,


penyakit banyak ditimbulkan akibat buruknya penanganan kondisi lingkungan.
Organisme predator yang biasanya menyerang antara lain ular dan belut.
Sedangkan organisme pathogen yang sering menyerang adalah Ichthiophthirius
sp.,

Trichodina

sp.,

Monogenea

sp.

dan

Dactylogyrus

sp.

Penanggulangan hama insekta dapat dilakukan dengan pemberian insektisida yang


direkomendasikan pada saat pengisian air sebelum benih ditanam. Sedangkan
penanggulangan belut dapat dilakukan dengan pembersihan pematang kolam dan
pemasangan

plastik

di

sekeliling

kolam.

Penanggulangan organisme pathogen dapat dilakukan dengan pengelolaan


lingkungan budidaya yang baik dan pemberian pakan yang teratur dan
mencukupi. Pengobatan dapat menggunakan obat-obatan yang direkomendasikan.
Pengelolaan lingkungan dapat dilakukan dengan melakukan persiapan kolam
dengan baik. Pada kegiatan budidaya dengan menggunakan kolam tanah,
persiapan kolam meliputi pengeringan, pembalikan tanah, perapihan pematang,
pengapuran, pemupukan, pengairan dan pengkondisian tumbuhnya plankton
sebagai sumber pakan. Pada kegiatan budidaya dengan menggunakan bak tembok
atau bak plastik, persiapan kolam meliputi pengeringan, disenfeksi (bila
diperlukan), pengairan dan pengkondisian tumbuhnya plankton sebagai sumber
pakan. Perbaikan kondisi air kolam dapat pula dilakukan dengan penambahan

60

bahan

probiotik.

Untuk

menghindari

terjadinya

memperhatikan

penularan

penyakit,

hal-hal

maka

sebagai

hendaknya
berikut:

1. Pindahkan segera ikan yang memperlihatkan gejala sakit dan diobati


secara terpisah, Ikan yang tampak telah parah sebaiknya dimusnahkan.
2.

Jangan

membuang

air

bekas

ikan

sakit

ke

saluran

air.

3. Kolam yang telah terjangkit harus segera dikeringkan dan dilakukan


pengapuran dengan dosis 1 kg/5 m2. Kapur (CaO) ditebarkan merata didasar
kolam,
4.

kolam

Kurangi

dibiarkan

kepadatan

sampai

ikan

di

tanah

kolam

kolam

yang

terserang

retak-retak.
penyakit.

5. Alat tangkap dan wadah ikan harus dijaga agar tidak terkontaminasi penyakit.
Sebelum dipakai lagi sebaiknya dicelup dulu dalam larutan Kalium Permanganat
(PK) 20 ppm (1 gram dalam 50 liter air) atau larutan kaporit 0,5 ppm
(0,5

gram

dalam

m3

air).

6. Setelah memegang ikan sakit cucilah tangan kita dengan larutan PK


7. Bersihkan selalu dasar kolam dari lumpur dan sisa bahan organik dan selalu
usahakan

agar

kolam

selalu

mendapatkan

air

segar

atau

air

baru.

8. Tingkatkan gizi makanan ikan dengan menambah vitamin untuk menambah


daya
tahan ikan.

2.15 SENTRA PERIKANAN

Lele merupakan jenis ikan konsumsi air tawar dengan tubuh memanjang
dan kulit licin. Di Indonesia ikan lele mempunyai beberapa nama daerah, antara
lain: ikan kalang (Padang), ikan maut (Gayo, Aceh), ikan pintet (Kalimantan
Selatan), ikan keling (Makasar), ikan cepi (Bugis), ikan lele atau lindi (Jawa

61

Tengah). Sedang di negara lain dikenal dengan nama mali (Afrika), plamond
(Thailand), ikan keli (Malaysia), gura magura (Srilangka), ca tre trang (Jepang).
Dalam bahasa Inggris disebut pula catfish, siluroid, mudfish dan walking catfish.
Ikan lele tidak pernah ditemukan di air payau atau air asin. Habitatnya di
sungai dengan arus air yang perlahan, rawa, telaga, waduk, sawah yang tergenang
air. Ikan lele bersifat noctural, yaitu aktif bergerak mencari makanan pada malam
hari. Pada siang hari, ikan lele berdiam diri dan berlindung di tempat-tempat
gelap. Di alam ikan lele memijah pada musim penghujan.
Ikan lele banyak ditemukan di benua Afrika dan Asia. Dibudidayakan di
Thailand, India, Philipina dan Indonesia. Di Thailand produksi ikan lele 970
kg/100m2/tahun. Di India (daerah Asam) produksinya rata-rata tiap 7 bulan
mencapai 1200 kg/Ha.
1. JENIS
Klasifikasi ikan lele menurut Hasanuddin Saanin dalam Djatmika et al
(1986)
adalah:
Kingdom : Animalia
Sub-kingdom : Metazoa
Phyllum : Chordata
Sub-phyllum : Vertebrata
Klas : Pisces
Sub-klas : Teleostei
Ordo : Ostariophysi
Sub-ordo : Siluroidea
Familia : Clariidae
Genus : Clarias
Di Indonesia ada 6 (enam) jenis ikan lele yang dapat dikembangkan:
1) Clarias batrachus, dikenal sebagai ikan lele (Jawa), ikan kalang (Sumatera
Barat), ikan maut (Sumatera Utara), dan ikan pintet (Kalimantan Selatan).

62

2) Clarias teysmani, dikenal sebagai lele Kembang (Jawa Barat), Kalang putih
(Padang).
3) Clarias melanoderma, yang dikenal sebagai ikan duri (Sumatera Selatan), wais
(Jawa Tengah), wiru (Jawa Barat).
4) Clarias nieuhofi, yang dikenal sebagai ikan lindi (Jawa), limbat (Sumatera
Barat), kaleh (Kalimantan Selatan).
5) Clarias loiacanthus, yang dikenal sebagai ikan keli (Sumatera Barat), ikan
penang (Kalimantan Timur).
6) Clarias gariepinus, yang dikenal sebagai lele Dumbo (Lele Domba), King cat
fish, berasal dari Afrika.
2. MANFAAT
1) Sebagai bahan makanan
2) Ikan lele dari jenis C. batrachus juga dapat dimanfaatkan sebagai ikan pajangan
atau ikan hias.
3) Ikan lele yang dipelihara di sawah dapat bermanfaat untuk memberantas hama
padi berupa serangga air, karena merupakan salah satu makanan alami ikan lele.
4) Ikan lele juga dapat diramu dengan berbagai bahan obat lain untuk mengobati
penyakit asma, menstruasi (datang bulan) tidak teratur, hidung berdarah, kencing
darah dan lain-lain.

3. PERSYARATAN LOKASI
1) Tanah yang baik untuk kolam pemeliharaan adalah jenis tanah liat/lempung,
tidak berporos, berlumpur dan subur. Lahan yang dapat digunakan untuk budidaya
lele dapat berupa: sawah, kecomberan, kolam pekarangan, kolamkebun, dan
blumbang.

63

2) Ikan lele hidup dengan baik di daerah dataran rendah sampai daerah yang
tingginya maksimal 700 m dpl.
3) Elevasi tanah dari permukaan sumber air dan kolam adalah 5-10%.
4) Lokasi untuk pembuatan kolam harus berhubungan langsung atau dekat dengan
sumber air dan tidak dekat dengan jalan raya.
5) Lokasi untuk pembuatan kolam hendaknya di tempat yang teduh, tetapi tidak
berada di bawah pohon yang daunnya mudah rontok.
6) Ikan lele dapat hidup pada suhu 200 C, dengan suhu optimal antara 25-280C.
Sedangkan untuk pertumbuhan larva diperlukan kisaran suhu antara 26-300C dan
untuk pemijahan 24-280 C.
7) Ikan lele dapat hidup dalam perairan agak tenang dan kedalamannya cukup,
sekalipun kondisi airnya jelek, keruh, kotor dan miskin zat O2.
8) Perairan tidak boleh tercemar oleh bahan kimia, limbah industri, merkuri, atau
mengandung kadar minyak atau bahan lainnya yang dapat mematikan ikan.
9) Perairan yang banyak mengandung zat-zat yang dibutuhkan ikan dan bahan
makanan alami. Perairan tersebut bukan perairan yang rawan banjir.
10) Permukaan perairan tidak boleh tertutup rapat oleh sampah atau daun-daunan
hidup, seperti enceng gondok.
11) Mempunyai pH 6,59; kesadahan (derajat butiran kasar ) maksimal 100 ppm
dan optimal 50 ppm; turbidity (kekeruhan) bukan lumpur antara 3060 cm;
kebutuhan O2 optimal pada range yang cukup lebar, dari 0,3 ppm untuk yang
dewasa sampai jenuh untuk burayak; dan kandungan CO2 kurang dari 12,8
mg/liter, amonium terikat 147,29-157,56 mg/liter.
12) Persyaratan untuk pemeliharaan ikan lele di keramba :
a. Sungai atau saluran irigasi tidak curam, mudah dikunjungi/dikontrol.
b. Dekat dengan rumah pemeliharaannya.
c. Lebar sungai atau saluran irigasi antara 3-5 meter.
d. Sungai atau saluran irigasi tidak berbatu-batu, sehingga keramba mudah
dipasang.
e. Kedalaman air 30-60 cm.
2.16 PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA

64

1. Penyiapan Sarana dan Peralatan


Dalam pembuatan kolam pemeliharaan ikan lele sebaiknya ukurannya
tidak terlalu luas. Hal ini untuk memudahkan pengontrolan dan pengawasan.
Bentuk dan ukuran kolam pemeliharaan bervariasi, tergantung selera pemilik dan
lokasinya. Tetapi sebaiknya bagian dasar dan dinding kolam dibuat permanen.
Pada minggu ke 1-6 air harus dalam keadaan jernih kolam, bebas dari pencemaran
maupun fitoplankton. Ikan pada usia 7-9 minggu kejernihan airnya harus
dipertahankan. Pada minggu 10, air dalam batas-batas tertentu masih
diperbolehkan. Kekeruhan menunjukkan kadar bahan padat yang melayang dalam
air (plankton). Alat untuk mengukur kekeruhan air disebut secchi.
Prakiraan kekeruhan air berdasarkan usia lele (minggu) sesuai angka secchi :
- Usia 10-15 minggu, angka secchi = 30-50
- Usia 16-19 minggu, angka secchi = 30-40
- Usia 20-24 minggu, angka secchi = 30
2.Penyiapan Bibit
1) Menyiapkan Bibit
a. Pemilihan Induk
1. Ciri-ciri induk lele jantan:
- Kepalanya lebih kecil dari induk ikan lele betina.
- Warna kulit dada agak tua bila dibanding induk ikan lele betina.
- Urogenital papilla (kelamin) agak menonjol, memanjang ke arah belakang,
terletak di belakang anus, dan warna kemerahan.
- Gerakannya lincah, tulang kepala pendek dan agak gepeng (depress).
- Perutnya lebih langsing dan kenyal bila dibanding induk ikan lele betina.
- Bila bagian perut di stripping secara manual dari perut ke arah ekor akan
mengeluarkan cairan putih kental (spermatozoa-mani).
- Kulit lebih halus dibanding induk ikan lele betina.
2. Ciri-ciri induk lele betina
- Kepalanya lebih besar dibanding induk lele jantan.
- Warna kulit dada agak terang.

65

- Urogenital papilla (kelamin) berbentuk oval (bulat daun), berwarna kemerahan,


lubangnya agak lebar dan terletak di belakang anus.
- Gerakannya lambat, tulang kepala pendek dan agak cembung.
- Perutnya lebih gembung dan lunak.
- Bila bagian perut di stripping secara manual dari bagian perut ke arah ekor akan
mengeluarkan cairan kekuning-kuningan (ovum/telur).
3. Syarat induk lele yang baik:
- Kulitnya lebih kasar dibanding induk lele jantan.
- Induk lele diambil dari lele yang dipelihara dalam kolam sejak kecil supaya
terbiasa hidup di kolam.
- Berat badannya berkisar antara 100-200 gram, tergantung kesuburan badan
dengan ukuran panjang 20-5 cm.
- Bentuk badan simetris, tidak bengkok, tidak cacat, tidak luka, dan lincah.
- Umur induk jantan di atas tujuh bulan, sedangkan induk betina berumur satu
tahun.
- Frekuensi pemijahan bisa satu bula sekali, dan sepanjang hidupnya bisa memijah
lebih dari 15 kali dengan syarat apabila makanannya mengandung cukup protein.
4. Ciri-ciri induk lele siap memijah adalah calon induk terlihat mulai
berpasang-pasangan, kejar-kejaran antara yang jantan dan yang betina. Induk
tersebut segera ditangkap dan ditempatkan dalam kolam tersendiri untuk
dipijahkan.
5.Perawatan induk lele:
- Selama masa pemijahan dan masa perawatan, induk ikan lele diberi makanan
yang berkadar protein tinggi seperti cincangan daging bekicot, larva
lalat/belatung, rayap atau makanan buatan (pellet). Ikan lele membutuhkan pellet
dengan kadar protein yang relatif tinggi, yaitu 60%. Cacing sutra kurang baik
untuk makanan induk lele, karena kandungan lemaknya tinggi. Pemberian cacing
sutra harus dihentikan seminggu menjelang perkawinan atau pemijahan.
- Makanan diberikan pagi hari dan sore hari dengan jumlah 5-10% dari berat total
ikan.

66

- Setelah benih berumur seminggu, induk betina dipisahkan, sedangkan induk


jantan dibiarkan untuk menjaga anak-anaknya. Induk jantan baru bisa dipindahkan
apabila anak-anak lele sudah berumur 2 minggu.
- Segera pisahkan induk-induk yang mulai lemah atau yang terserang penyakit
untuk segera diobati.
- Mengatur aliran air masuk yang bersih, walaupun kecepatan aliran tidak perlu
deras, cukup 5-6 liter/menit.
b. Pemijahan Tradisional
1. Pemijahan di Kolam Pemijahan
Kolam induk:
- Kolam dapat berupa tanah seluruhnya atau tembok sebagian dengan dasar tanah.
- Luas bervariasi, minimal 50 m2.
- Kolam terdiri dari 2 bagian, yaitu bagian dangkal (70%) dan bagian dalam
(kubangan) 30 % dari luas kolam. Kubangan ada di bagian tengah kolam dengan
kedalaman 50-60 cm, berfungsi untuk bersembunyi induk, bila kolam disurutkan
airnya.
- Pada sisi-sisi kolam ada sarang peneluran dengan ukuran 30x30x25 cm3, dari
tembok yang dasarnya dilengkapi saluran pengeluaran dari pipa paralon diamneter
1 inchi untuk keluarnya banih ke kolam pendederan.
- Setiap sarang peneluran mempunyai satu lubang yang dibuat dari pipa paralon
(PVC) ukuran 4 inchi untuk masuknya induk-induk lele.
- Jarak antar sarang peneluran 1 m.
- Kolam dikapur merata, lalu tebarkan pupuk kandang (kotoran ayam) sebanyak
500-750 gram/m2.
- Airi kolam sampai batas kubangan, biarkan selama 4 hari.
Kolam Rotifera (cacing bersel tunggal):
- Letak kolam rotifera di bagian atas dari kolam induk berfungi untuk
menumbuhkan makanan alami ikan (rotifera).
- Kolam rotifera dihubungkan ke kolam induk dengan pipa paralon untuk
mengalirkan rotifera.
- Kolam rotifera diberi pupuk organik untuk memenuhi persyaratan tumbuhnya
rotifera.

67

- Luas kolam 10 m2.


Pemijahan:
- Siapkan induk lele betina sebanyak 2 x jumlah sarang yang tersedia dan induk
jantan sebanyak jumlah sarang; atau satu pasang per sarang; atau satu pasang per
2-4 m2 luas kolam (pilih salah satu).
- Masukkan induk yang terpilih ke kubangan, setelah kubangan diairi selama 4
hari.
- Beri/masukkan makanan yang berprotein tinggi setiap hari seperti cacing, ikan
rucah, pellet dan semacamnya, dengan dosis (jumlah berat makanan) 2-3% dari
berat total ikan yang ditebarkan .
- Biarkan sampai 10 hari.
- Setelah induk dalam kolam selama 10 hari, air dalam kolam dinaikkan sampai
10-15 cm di atas lubang sarang peneluran atau kedalaman air dalam sarang sekitar
20-25 cm. Biarkan sampai 10 hari. Pada saat ini induk tak perlu diberi makan, dan
diharapkan selama 10 hari berikutnya induk telah memijah dan bertelur. Setelah
24 jam, telur telah menetas di sarang, terkumpullah benih lele. Induk lele yang
baik bertelur 2-3 bulan satu kali bila makanannya baik dan akan bertelur terus
sampai umur 5 tahun.
- Benih lele dikeluarkan dari sarnag ke kolam pendederan dengan cara: air kolam
disurutkan sampai batas kubangan, lalu benih dialirkan melalui pipa pengeluaran.
- Benih-benih lele yang sudah dipindahkan ke kolam pendederan diberi makanan
secara intensif, ukuran benih 1-2 cm, dengan kepadatan 60 -100 ekor/m2.
- Dari seekor induk lele dapat menghasilkan 2000 ekor benih lele. Pemijahan
induk lele biasanya terjadi pada sore hari atau malam hari.
2. Pemijahan di Bak Pemijahan Secara Berpasangan
Penyiapan bak pemijahan secara berpasangan:
- Buat bak dari semen atau teraso dengan ukuran 1 x 1 m atau 1 x 2m d an tinggi
0,6 m.
- Di dalam bak dilengkapi kotak dari kayu ukuran 25 x 40x30 cm tanpa dasar
sebagai sarang pemijahan. Di bagian atas diberi lubang dan diberi tutup untuk
melihat adanya telur dalam sarang. Bagian depan kotak/sarang pemijahan diberi
enceng gondok supaya kotak menjadi gelap.

68

- Sarang pemijahan dapat dibuat pula dari tumpukan batu bata atau ember plastik
atau barang bekas lain yang memungkinkan.
- Sarang bak pembenihan diberi ijuk dan kerikil untuk menempatkan telur hasil
pemijahan.
- Sebelum bak digunakan, bersihkan/cuci dengan air dan bilas dengan formalin 40
% atau KMnO4 (dapat dibeli di apotik); kemudian bilas lagi dengan air bersih dan
keringkan.
Pemijahan:
- Tebarkan I (satu) pasang induk dalam satu bak setelah bak diisi air setinggi 25
cm. Sebaiknya airnya mengalir. Penebaran dilakukan pada jam 14.0016.00.
- Biarkan induk selama 5-10 hari, beri makanan yang intensif. Setelah 10 hari,
diharapkan sepasang induk ini telah memijah, bertelur dan dalam waktu 24 jam
telur-telur telah menetas. Telur-telur yang baik adalah yang berwarna kuning
cerah.
- Beri makanan anak-anak lele yang masih kecil (stadium larva) tersebut berupa
kutu air atau anak nyamuk dan setelah agak besar dapat diberi cacing dan telur
rebus.
3. Pemijahan di Bak Pemijahan Secara Masal
Penyiapan bak pemijahan secara masal:
- Buat bak dari semen seluas 20 m2 atau 50 m2, ukuran 2x10 m2 atau 5x10 m2.
- Di luar bak, menempel dinding bak dibuat sarang pemijahan ukuran 30x30x30
cm3, yang dilengkapi dengan saluran pengeluaran benih dari paralon (PVC)
berdiameter 1 inchi. Setiap sarang dibuatkan satu lubang dari paralon berdiameter
4 inchi.
- Dasar sarang pemijahan diberi ijuk dan kerikil untuk tempat menempel telur
hasil pemijahan.
- Sebelum digunakan, bak dikeringkan dan dibilas dengan larutan desinfektan atau
formalin, lalu dibilas dengan air bersih; kemudian keringkan.
Pemijahan:
- Tebarkan induk lele yang terpilih (matang telur) dalam bak pembenihan
sebanyak 2xjumlah sarang , induk jantan sama banyaknya dengan induk betina

69

atau dapat pula ditebarkan 25-50 pasang untuk bak seluas 50 m2 (5x10 m2),
setelah bak pembenihan diairi setinggi 1 m.
- Setelah 10 hari induk dalam bak, surutkan air sampai ketinggian 50-60 cm,
induk beri makan secara intensif.
- Sepuluh hari kemudian, air dalam bak dinaikkan sampai di atas lubang sarang
sehingga air dalam sarang mencapai ketinggian 20-25 cm.
- Saat air ditinggikan diharapkan induk-induk berpasangan masuk sarang
pemijahan, memijah dan bertelur. Biarkan sampai 10 hari.
- Sepuluh hari kemudian air disurutkan lagi, dan diperkirakan telurtelur dalam
sarang pemijahan telah menetas dan menjadi benih lele.
- Benih lele dikeluarkan melalui saluran pengeluaran benih untuk didederkan di
kolam pendederan.
c. Pemijahan Buatan
Cara ini disebut Induced Breeding atau hypophysasi yakni merangsang ikan lele
untuk kawin dengan cara memberikan suntikan berupa cairan hormon ke dalam
tubuh ikan. Hormon hipophysa berasal dari kelenjar hipophysa, yaitu hormon
gonadotropin. Fungsi hormon gonadotropin:
- Gametogenesis: memacu kematangan telur dan sperma, disebut Follicel
Stimulating Hormon. Setelah 12 jam penyuntikan, telur mengalami ovulasi
(keluarnya telur dari jaringan ikat indung telur). Selama ovulasi, perut ikan betina
akan membengkak sedikit demi sedikit karena ovarium menyerap air. Saat itu
merupakan saat yang baik untuk melakukan pengurutan perut (stripping).
- Mendorong nafsu sex (libido)
2) Perlakuan dan Perawatan Bibit
a. Kolam untuk pendederan:
1. Bentuk kolam pada minggu 1-2, lebar 50 cm, panjang 200 cm, dan tinggi 50
cm. Dinding kolam dibuat tegak lurus, halus, dan licin, sehingga apabila
bergesekan dengan tubuh benih lele tidak akan melukai. Permukaan lantai agak
miring menuju pembuangan air. Kemiringan dibuat beda 3 cm di antara kedua
ujung lantai, di mana
yang dekat tempat pemasukan air lebih tinggi. Pada lantai dipasang pralon dengan
diameter 3-5 cm dan panjang 10 m.

70

2. Kira-kira 10 cm dari pengeluaran air dipasang saringan yang dijepit dengan 2


bingkai kayu tepat dengan permukaan dalam dinding kolam. Di antara 2 bingkai
dipasang selembar kasa nyamuk dari bahan plastik berukuran mess 0,5-0,7 mm,
kemudian dipaku.
3. Setiap kolam pendederan dipasang pipa pemasukan dan pipa air untuk
mengeringkan kolam. Pipa pengeluaran dihubungkan dengan pipa plastik yang
dapat berfungsi untuk mengatur ketinggian air kolam. Pipa plastik tersebut
dikaitkan dengan suatu pengait sebagai gantungan.
4. Minggu ketiga, benih dipindahkan ke kolam pendederan yang lain.
Pengambilannya tidak boleh menggunakan jaring, tetapi dengan mengatur
ketinggian pipa plastik.
5. Kolam pendederan yang baru berukuran 100 x 200 x 50 cm, dengan bentuk dan
konstruksi sama dengan yang sebelumnya.
b. Penjarangan:
1. Penjarangan adalah mengurangi padat penebaran yang dilakukan karena ikan
lele berkembang ke arah lebih besar, sehingga volume ratio antara lele dengan
kolam tidak seimbang.
- Apabila tidak dilakukan penjarangan dapat mengakibatkan :
- Ikan berdesakan, sehingga tubuhnya akan luka.
- Terjadi perebutan ransum makanan dan suatu saat dapat memicu mumculnya
kanibalisme (ikan yang lebih kecil dimakan oleh ikan yang lebih besar).
- Suasana kolam tidak sehat oleh menumpuknya CO2 dan NH3, dan O2 kurang
sekali sehingga pertumbuhan ikan lele terhambat.
2. Cara penjarangan pada benih ikan lele :
- Minggu 1-2, kepadatan tebar 5000 ekor/m2
- Minggu 3-4, kepadatan tebar 1125 ekor/m2
- Minggu 5-6, kepadatan tebar 525 ekor/m2
c. Pemberian pakan:
1. Hari pertama sampai ketiga, benih lele mendapat makanan dari kantong kuning
telur (yolk sac) yang dibawa sejak menetas.

71

2. Hari keempat sampai minggu kedua diberi makan zooplankton, yaitu Daphnia
dan Artemia yang mempunyai protein 60%. Makanan tersebut diberikan dengan
dosis 70% x biomassa setiap hari yang dibagi dalam 4 kali pemberian. Makanan
ditebar disekitar tempat pemasukan air. Kira-kira 2-3 hari sebelum pemberian
pakan zooplankton berakhir, benih lele harus dikenalkan dengan makanan dalam
bentuk tepung yang berkadar protein 50%. Sedikit dari tepung tersebut diberikan
kepada benih 10-15 menit sebelum pemberian zooplankton. Makanan yang berupa
teoung dapat terbuat dari campuran kuning telur, tepung udang dan sedikit bubur
nestum.
3. Minggu ketiga diberi pakan sebanyak 43% x biomassa setiap hari.
4. Minggu keempat dan kelima diberi pakan sebanyak 32% x biomassa setiap
hari.
5. Minggu kelima diberi pakan sebanyak 21% x biomassa setiap hari.
6. Minggu ketiga diberi pakan sebanyak 43% x biomassa setiap hari.
7. Minggu keenam sudah bisa dicoba dengan pemberian pelet apung.
d. Pengepakan dan pengangkutan benih
1. Cara tertutup:
- Kantong plastik yang kuat diisi air bersih dan benih dimasukkan sedikit demi
sedikit. Udara dalam plastik dikeluarkan. O2 dari tabung dimasukkan ke dalam air
sampai volume udara dalam plastik 1/31/4 bagian. Ujung plastik segera diikat
rapat.
- Plastik berisi benih lele dimasukkan dalam kardus atau peti supaya tidak mudah
pecah.
2. Cara terbuka dilakukan bila jarak tidak terlalu jauh:
- Benih lele dilaparkan terlebih dahulu agar selama pengangkutan, air tidak keruh
oleh kotoran lele. (Untuk pengangkutan lebih dari 5 jam).
- Tempat lele diisi dengan air bersih, kemudian benih dimasukkan sedikit demi
sedikit. Jumlahnya tergantung ukurannya. Benih ukuran 10 cm dapat diangkut
dengan kepadatan
maksimal 10.000/m3 atau 10 ekor/liter. Setiap 4 jam, seluruh air diganti di tempat
yang teduh.
Pemeliharaan Pembesaran

72

1) Pemupukan
a. Sebelum digunakan kolam dipupuk dulu. Pemupukan bermaksud untuk
menumbuhkan plankton hewani dan nabati yang menjadi makanan alami bagi
benih lele.
b. Pupuk yang digunakan adalah pupuk kandang (kotoran ayam) dengan dosis
500-700 gram/m2. Dapat pula ditambah urea 15 gram/m2, TSP 20 gram/m2, dan
amonium nitrat 15 gram/m2. Selanjutnya dibiarkan selama 3 hari.
c. Semprotkan larutan Migro Tambak merata pada dasar tambak (dosis yang
dibutuhkan adalah 20ml/100m2).
d. Kolam diisi kembali dengan air segar, mula-mula 30-50 cm dan dibiarkan
selama satu minggu sampai warna air kolam berubah menjadi coklat atau
kehijauan yang menunjukkan mulai banyak jasad-jasad renik yang tumbuh
sebagai makanan alami lele. Saat pemasukan air berikan kembali Migro Tambak
dengan dosis 0,02 ppm (2 liter per hektar), campur dengan air secukupnya
Kemudian langsung tebar merata pada permukaan kolam.
e. Secara bertahap ketinggian air ditambah, sebelum benih lele ditebar.
2) Pemberian Pakan
a. Makanan Alami Ikan Lele
1. Makanan alamiah yang berupa Zooplankton, larva, cacing-cacing, dan serangga
air.
2. Makanan berupa fitoplankton adalah Gomphonema spp (gol. Diatome),
Anabaena spp (gol. Cyanophyta), Navicula spp (gol. Diatome), Ankistrodesmus
spp (gol. Chlorophyta).
3. Ikan lele juga menyukai makanan busuk yang berprotein.
b. Makanan Tambahan
1. Pemeliharaan di kecomberan dapat diberi makanan tambahan berupa sisa-sisa
makanan keluarga, daun kubis, tulang ikan, tulang ayam yang dihancurkan, usus
ayam, dan bangkai.
2. Campuran dedak dan ikan rucah (9:1) atau campuran bekatul, jagung, dan
bekicot (2:1:1).
c. Makanan Buatan (Pellet)

73

1. Komposisi bahan (% berat): tepung ikan=27,00; bungkil kacang kedele=20,00;


tepung terigu=10,50; bungkil kacang tanah=18,00; tepung kacang hijau=9,00;
tepung darah=5,00; dedak=9,00; vitamin=1,00; mineral=0,500;
2. Proses pembuatan:
Dengan cara menghaluskan bahan-bahan, dijadikan adonan seperti pasta, dicetak
dan dikeringkan sampai kadar airnya kurang dari 10%. Penambahan lemak dapat
diberikan dalam bentuk minyak yang dilumurkan pada pellet sebelum diberikan
kepada lele. Lumuran minyak juga dapat memperlambat pellet tenggelam.
3. Cara pemberian pakan:
1

Pellet mulai dikenalkan pada ikan lele saat umur 6 minggu dan diberikan

pada ikan lele 10-15 menit sebelum pemberian makanan yang berbentuk tepung.
2

Pada minggu 7 dan seterusnya sudah dapat langsung diberi makanan yang

berbentuk pellet. Saat pemberian pakan tambahan, campurkan Migro Suplemen


merata pada pakan, dosis pemberiannya adalah 10ml Migro Suplemen dicampur
air secukupnya (jangan terlalu banyak) Kemudian aduk merata pada 3kg pakan
buatan. Dianjurkan diberikan pada setiap pemberian pakan.
3

Hindarkan pemberian pakan pada saat terik matahari, karena suhu tinggi

dapat mengurangi nafsu makan lele.


3) Pemberian Vaksinasi
Cara-cara vaksinasi sebelum benih ditebarkan:
a. Untuk mencegah penyakit karena bakteri, sebelum ditebarkan, lele yang
berumur 2 minggu dimasukkan dulu ke dalam larutan formalin dengan dosis 200
ppm selama 10-15 menit. Setelah divaksinasi lele tersebut akan kebal selama 6
bulan.
b. Pencegahan penyakit karena bakteri juga dapat dilakukan dengan menyutik
dengan terramycin 1 cc untuk 1 kg induk.
c. Pencegahan penyakit karena jamur dapat dilakukan dengan merendam lele
dalam larutan Malachite Green Oxalate 2,53 ppm selama 30 menit.
4) Pemeliharaan Kolam/Tambak

74

a. Kolam diberi perlakuan pengapuran dengan dosis 25-200 gram/m2 untuk


memberantas hama dan bibit penyakit.
b. Agar kualitas air selalu baik, berikan Migro Tambak dengan dosis 0,02ppm (2
liter per hektar) setiap 2 minggu sekali.
c. Kolam yang telah terjangkiti penyakit harus segera dikeringkan dan dilakukan
pengapuran dengan dosis 200 gram/m2 selama satu minggu. Tepung kapur (CaO)
ditebarkan merata di dasar kolam, kemudian dibiarkan kering lebih lanjut sampai
tanah dasar kolam retak-retak.
HAMA DAN PENYAKIT
a. Hama pada lele adalah binatang tingkat tinggi yang langsung mengganggu
kehidupan lele.
b. Di alam bebas dan di kolam terbuka, hama yang sering menyerang lele antara
lain: berang-berang, ular, katak, burung, serangga, musang air, ikan gabus dan
belut.
c. Di pekarangan, terutama yang ada di perkotaan, hama yang sering menyerang
hanya katak dan kucing. Pemeliharaan lele secara intensif tidak banyak diserang
hama. Penyakit parasit adalah penyakit yang disebabkan oleh organisme tingkat
rendah seperti virus, bakteri, jamur, dan protozoa yang berukuran kecil.
1. Penyakit karena bakteri Aeromonas hydrophilla dan Pseudomonas
hydrophylla, bentuk bakteri ini seperti batang dengan polar flage (cambuk
yang terletak di ujung batang), dan cambuk ini digunakan untuk bergerak,
berukuran 0,70,8 x 11,5 mikron. Gejala: iwarna tubuh menjadi gelap, kulit
kesat dan timbul pendarahan, bernafas megap-megap di permukaan air.
Pengendalian: memelihara lingkungan perairan agar tetap bersih, termasuk
kualitas air. Pengobatan melalui makanan antara lain: (1) Terramycine dengan
dosis 50 mg/kg ikan/hari, diberikan selama 710 hari berturut-turut. (2)
Sulphonamid sebanyak 100 mg/kg ikan/hari selama 34 hari.
1. Penyakit Tuberculosis
Penyebab: bakteri Mycobacterium fortoitum). Gejala: tubuh ikan berwarna
gelap, perut bengkak (karena tubercle/bintil-bintil pada hati, ginjal, dan

75

limpa). Posisi berdiri di permukaan air, berputar-putar atau miring-miring,


bintik putih di sekitar mulut dan sirip. Pengendalian: memperbaiki kualitas
air dan lingkungan kolam. Pengobatan: dengan Terramycin dicampur dengan
makanan 57,5 gram/100 kg ikan/hari selama 515 hari.
Penyakit karena jamur/candawan Saprolegnia.
Jamur ini tumbuh menjadi saprofit pada jaringan tubuh yang mati atau ikan
yang kondisinya lemah. Gejala: ikan ditumbuhi sekumpulan benang halus
seperti kapas, pada daerah luka atau ikan yang sudah lemah, menyerang
daerah kepala tutup insang, sirip, dan tubuh lainnya. Penyerangan pada telur,
maka telur tersebut diliputi benang seperti kapas. Pengendalian: benih
gelondongan dan ikan dewasa direndam pada Malachyte Green Oxalate 2,53
ppm selama 30 menit dan telur direndam Malachyte Green Oxalate 0,10,2
ppm selama 1 jam atau 510 ppm selama 15 menit.
Penyakit Bintik Putih dan Gatal/Trichodiniasis
Penyebab: parasit dari golongan Ciliata, bentuknya bulat, kadang-kadang
amuboid, mempunyai inti berbentuk tapal kuda, disebut Ichthyophthirius
multifilis. Gejala: (1) ikan yang diserang sangat lemah dan selalu timbul di
permukaan air; (2) terdapat bintik-bintik berwarna putih pada kulit, sirip dan
insang; (3) ikan sering menggosok-gosokkan tubuh pada dasar atau dinding
kolam.

Pengendalian: air harus

dijaga kualitas

dan kuantitasnya.

Pengobatan: dengan cara perendaman ikan yang terkena infeksi pada


campuran larutan Formalin 25 cc/m3 dengan larutan Malachyte Green
Oxalate 0,1 gram/m3 selama 1224 jam, kemudian ikan diberi air yang segar.
Pengobatan diulang setelah 3 hari.
5. Penyakit Cacing Trematoda
Penyebab:

cacing

kecil

Gyrodactylus

dan

Dactylogyrus.

Cacing

Dactylogyrus menyerang insang, sedangkan cacing Gyrodactylus menyerang


kulit dan sirip. Gejala: insang yang dirusak menjadi luka-luka, kemudian
timbul pendarahan yang akibatnya pernafasan terganggu. Pengendalian: (1)
direndam Formalin 250 cc/m3 air selama 15 menit; (2) Methyline Blue 3 ppm
selama 24 jam; (3) mencelupkan tubuh ikan ke dalam larutan Kalium
-Permanganat (KMnO4) 0,01% selama 30 menit; (4) memakai larutan NaCl

76

2% selama 30 menit; (5) dapat juga memakai larutan NH4OH 0,5% selama
10 menit.
6. Parasit Hirudinae
Penyebab: lintah Hirudinae, cacing berwarna merah kecoklatan. Gejala:
pertumbuhannya lambat, karena darah terhisap oleh parasit, sehingga
menyebabkan anemia/kurang darah. Pengendalian: selalu diamati pada saat
mengurangi padat tebar dan dengan larutan Diterex 0,5 ppm.
Hama Kolam/Tambak
Apabila lele menunjukkan tanda-tanda sakit, harus dikontrol faktor penyebabnya,
kemudian kondisi tersebut harus segera diubah, misalnya :
1. Bila suhu terlalu tinggi, kolam diberi peneduh sementara dan air diganti
dengan yang suhunya lebih dingin.
2. Bila pH terlalu rendah, diberi larutan kapur 10 gram/100 l air.
3. Bila kandungan gas-gas beracun (H2S, CO2), maka air harus segera diganti.
4. Bila makanan kurang, harus ditambah dosis makanannya.
PANEN
Penangkapan
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemanenan:
1) Lele dipanen pada umur 6-8 bulan, kecuali bila dikehendaki, sewaktuwaktu dapat dipanen. Berat rata-rata pada umur tersebut sekitar 200
gram/ekor.
2) Pada lele Dumbo, pemanenan dapat dilakukan pada masa pemeliharaan 3-4
bulan dengan berat 200-300 gram per ekornya. Apabila waktu pemeliharaan
ditambah 5-6 bulan akan mencapai berat 1-2 kg dengan panjang 60-70 cm.
3) Pemanenan sebaiknya dilakukan pada pagi hari supaya lele tidak terlalu
kepanasan.
4) Kolam dikeringkan sebagian saja dan ikan ditangkap dengan menggunakan
seser halus, tangan, lambit, tangguh atau jaring.
5) Bila penangkapan menggunakan pancing, biarkan lele lapar lebih dahulu.
6) Bila penangkapan menggunakan jaring, pemanenan dilakukan bersamaan
dengan pemberian pakan, sehingga lele mudah ditangkap.

77

7) Setelah dipanen, piaralah dulu lele tersebut di dalam tong/bak/hapa selama 1-2
hari tanpa diberi makan agar bau tanah dan bau amisnya hilang.
8) Lakukanlah penimbangan secepat mungkin dan cukup satu kali.
Pembersihan
Setelah ikan lele dipanen, kolam harus dibersihkan dengan cara:
1) Kolam dibersihkan dengan cara menyiramkan/memasukkan larutan kapur
sebanyak 20-200 gram/m2 pada dinding kolam sampai rata.
2) Penyiraman dilanjutkan dengan larutan formalin 40% atau larutan permanganat
kalikus (PK) dengan cara yang sama.
3) Kolam dibilas dengan air bersih dan dipanaskan atau dikeringkan dengan sinar
matahari langsung. Hal ini dilakukan untuk membunuh penyakit yang ada di
kolam.
PASCAPANEN
1) Setelah dipanen, lele dibersihkan dari lumpur dan isi perutnya. Sebelum
dibersihkan sebaiknya lele dimatikan terlebih dulu dengan memukul kepalanya
memakai muntu atau kayu.
2) Saat mengeluarkan kotoran, jangan sampai memecahkan empedu, karena dapat
menyebabkan daging terasa pahit.
3) Setelah isi perut dikeluarkan, ikan lele dapat dimanfaatkan untuk berbagai
ragam masakan.

2.17 Pembenihan Ikan Lele Dumbo


I. PENDAHULUAN
Salah satu komoditas perikanan yang cukup populer di masyarakat adalah lele
dumbo (Clarias gariepinus). Ikan ini berasal dari Benua Afrika dan pertama kali
didatangkan ke Indonesia pada tahun 1984. Karena memiliki berbagai kelebihan,
menyebabkan, lele dumbo termasuk ikan yang paling mudah diterima masyarakat.
Kelebihan tersebut diantaranya adalah pertumbuhannya cepat, memiliki
kemampuan beradaptasi terhadap lingkungan yang tinggi, rasanya enak dan

78

kandungan gizinya cukup tinggi. Maka tak heran, apabila minat masyarakat untuk
membudidayakan lele dumbo sangat besar.
II. Sistematika
Philum Chordata, Kelas Pisces, Anak Kelas Telestei, Bangsa Ostariophysi, Anak
Bangsa Siluridae, Suku Claridae, Marga Clarias dan Jenis Clarias gariepinus.
Bentuk tubuh memanjang, agak bulat, kepala gepeng, tidak bersisik, mempunyai 4
pasang kumis, mulut besar, warna kelabu sampai hitam. Lele dumbo banyak
ditemukan di rawa-rawa dan sungai di Afrika, terutama di dataran rendah sampai
sedikit payau. Ikan ini mempunyai alat pernapasan tambahan yang disebut
abrorescent, sehingga mampu hidup dalam air yang oksigennya rendah.
Lele dumbo termasuk ikan karnivora, namun pada usia benih lebih bersifat
omnivora. Induk lele dumbo sudah dapat dipijahkan setelah berumur 2 tahun dan
dapat memijah sepanjang tahun.
- Tanda induk betina: tubuh lebih pendek, mempu- nyai dua buah lubang
kelamin yang bentuknya bulat.
- Tanda induk jantan: tubuh lebih panjang, mempunyai satu buah lubang
kelamin yang bentuknya memanjang.

III. PEMBENIHAN
Saat ini lele dumbo sudah dapat dipijahkan secara alami. Namun demikian banyak
orang yang lebih suka memijahkan dengan cara buatan ( disuntik ) karena
penjadwalan produksi dapat dilakukan lebih tepat.

79

A. Pematangan Gonad
Pematangan gonad dilakukan di kolam seluas 50 - 200 m2 dengan kepadatan 2 - 4
kg/m2. Setiap hari diberi pakan tambahan berupa pelet sebanyak 3 persen/hari
dari berat tubuhnya.
B. Seleksi Induk
- Seleksi bertujuan untuk mengetahui tingkat kematangan induk yang akan
dipijahkan.
- Induk betina ditandai dengan perutnya yang buncit dan kadang-kadang
apabila dipijit kearah lubang kelamin, keluar telur yang warnanya kuning
tua.
- Induk jantan ditandai dengan warna tubuh dan alat kelaminnya agak
kemerahan
C. Pemberokan
- Pemberokan dilakukan dalam bak seluas 4 - 6 m2 dan tinggi 1 m, selama
1 - 2 hari.
- Pemberokan bertujuan untuk membuang kotoran dan mengurangi
kandungan lemak dalam gonad.
- Setelah diberok, kematangan induk diperiksa kembali.
D. Penyuntikan
- Induk betina disuntik dengan larutan hipofisa ikan mas sebanyak 2 dosis
(1kg induk membutuhkan 2 kg ikan mas) dan jantan 1/2 dosis atau
ovaprim 0,3 ml/kg.
- Penyuntikan dilakukan pada bagian punggung.

80

E. Pemijahan / Pengurutan
- Apabila akan dipijahkan secara alami, induk jantan dan betina yang
sudah disuntik disatukan dalam bak yang telah diberi ijuk dan biarkan
memijah sendiri.
- Apabila akan diurut, maka pengurutan dilakukan 8 - 10 jam setelah
penyuntikan.
- Langkah pertama adalah menyiapkan sperma: ambil kantong sperma dari
induk jantan dengan membedah bagian perutnya, gunting kantong sperma
dan keluarkan. Cairan sperma ditampung dalam gelas yang sudah diisi
NaCl sebanyak 1/2 bagiannya. Aduk hingga rata. Bila terlalu pekat,
tambahkan NaCl sampai larutan berwarna putih susu agak encer.
- Ambil induk betina yang akan dikeluarkan telurnya. Pijit bagian perut ke
arah lubang kelamin sampai telurnya keluar. Telur ditampung dalam
mangkuk plastik yang bersih dan kering. Masukan larutan sperma sedikit
demi sedikit dan aduk sampai merata. Tambahkan larutan NaCl agar
sperma lebih merata. Agar terjadi pembuahan, tambahkan air bersih dan
aduklah agar merata sehingga pembenihan dapat berlangsung dengan baik,
untuk mencuci telur dari darah dan kotoran lainnya, tambahkan lagi air
bersih kemudian dibuang. Lakukan 2 - 3 kali agar bersih.
- Telur yang sudah bersih dimasukkan kedalam hapa penetasan yang sudah
dipasang di bak. Bak dan hapa tersebut berukuran 2 m x 1 m x 0,4 m dan
sudah diisi air 30 cm. Cara memasukan, telur diambil dengan bulu ayam,
lalu sebarkan ke seluruh permukaan hapa sampai merata. Dalam 2-3 hari
telur akan menetas dan larvanya dibiar- kan selama 4-5 hari atau sampai
berwarna hitam.

81

E. Pendederan
~ Persiapan kolam pendederan dilakukan seminggu sebelum penebaran
larva, yang meliputi : pengeringan, perbaikan pematang, pengolahan tanah
dasar dan pembuatan kemalir
~ Pengapuran dilakukan dengan melarutkan kapur tohor kedalam tong,
kemudian disebarkan ke seluruh pematang dan dasar kolam. Dosisnya 250
- 500 g/m2.
~ Pemupukan menggunakan kotoran

ayam dengan dosis 500 - 1.000

gr/m2.. Kolam di isi air setinggi 40 cm dan setelah 3 hari, disemprot


dengan organophosphat 4 ppm dan dibiarkan selama 4 hari.
~ Benih ditebar pada pagi hari dengan kepadatan 100 - 200 ekor/m2.
~ Pendederan dilakukan selama 21 hari. Pakan tambahan diberikan setiap
hari berupa tepung pelet sebanyak 0,75 gr/1000 ekor.
IV. PENYAKIT
Penyakit yang sering menyerang lele dumbo adalah Ichthyopthirius
multifiliis atau lebih dikenal dengan white spot (bintik putih). Pencegahan,
dapat dilakukan dengan persiapan kolam yang baik, terutama pengeringan
dan pengapuran. Pengobatan dilakukan dengan menebarkan garam dapur
sebanyak 200 gr/m3 setiap 10 hari selama pemeliharaan atau merendam
ikan yang sakit ke dalam larutan Oxytetracyclin 2 mg/l.

82

2.18 Budidaya Ikan Lele Dumbo Dengan Kolam Terpal


Ikan Lele merupakan keluarga Catfish yang memiliki jenis yang sangat banyak,
diantaranya Lele Dumbo, Lele Lokal, Lele Phyton, Lele Sangkuriang dan lainlain. Pada tulisan terdahulu sudah dituliskan mengenai Budi Daya Ikan Guramih
Pada Kolam Terpal, pada kesempatan ini akan dibahas BUDI DAYA IKAN LELE
DUMBO pada Kolam terpal. Budi Daya Ikan Lele dumbo relatif lebih mudah dan
sederhana jika dibandingkan dengan budi daya guramih. Pada dasarnya metode
Budi Daya ini adalah solusi untuk beberapa kondisi antara lain lahan yang sempit,
modal yang tidak terlalu besar dan solusi untuk daerah yang minim air. Lele
Dumbo merupakan ikan yang memiliki beberapa keistimewaan dan banyak
diminati

orang.

Aneka masakan dari lele bisa diperoleh dengan mudah, rasa daging yang lezat dan
gurih membuat bisnis budi daya lele menjadi peluang usaha yang cukup
menjanjikan keuntungan. Selain itu Lele dumbo lebih mudah dipelihara dan cepat
dalam pertumbuhannya. Dengan kondisi air yang buruk Lele dumbo bisa
bertahan hidup dan berkembang dengan baik, dengan demikian solusi
pemeliharaan lele dumbo dengan terpal menjadi alternatif yang perlu dicoba. Budi
Daya Ikan Lele dumbo dengan Kolam terpal mendatangkan peluang usaha yang
cukup menjanjikan dan tidak memerlukan modal usaha yang besar. Analisis budi
daya Lele Dumbo dapa dilakukan dalam berbagai model untuk konsumsi dan
pembibitan.
Model

Budi

Daya

Lele

Dumbo

Peluang usaha Budi daya lele dumbo dengan kolam terpal dapat dilakukan dalam
beberapa bentuk antara lain, tujuan pembibitan dan tujuan konsumsi. Budi daya
Ikan Lele Dumbo sebagai bibit merupakan upaya memenuhi kebutuhan bibit yang
terus meningkat seiring dengan permintaan Ikan Lele Dumbo Konsumsi. Budi
Daya Ikan Lele Dumbo Konsumsi merupakan upaya memelihara Ikan Lele
Dumbo sampai ukuran dan bobot tertentu. Biasanya dari berat 1 ons per ekor ikan
lele dumbo sampai 1 kg per ekor. Ukuran Lele Dumbo 1 Kg /ekor ke atas
biasanya digunakan pada kolam pemancingan yang berisi Lele dumbo.

83

Budi

Daya

Lele

Dumbo

Untuk

Pembibitan

Peluang Usaha Budi Daya Lele dumbo Untuk tujuan pembibitan bisa dilakukan
antara

lain:

- Pemijahan dan penetasan telur lele dumbo, setelah menetas bisa dijual kepada
peternak lain untuk dibesarkan atau dipelihara lagi sampai besar. Karena bibit lele
dumbo baru menetas sudah bisa dijual, sehingga merupakan peluang usaha bagi
yang memilih menekuni bidang ini. Jika lahan yang tersedia sempit solusi ini bisa
menjadi alternatif. Modal untuk usaha ini hanya tempat dan indukan lele dumbo.
Bibit Lele dumbo baru menetas biasanya dihargai berdasarkan perkiraan jumlah
anakan Lele Dumbo, yang ditentukan berdasarkan bobot induk dan jumlah induk
Lele

Dumbo.

- Penyediaan Bibit Ukuran 2-3 cm, dalam kurun waktu satu bulan setelah menetas
bibit lele dumbo telah mencapai ukuran 2-3 cm dan siap untuk dijual ke pasaran.
Pembesaran benih lele dari menetas hingga ukuran ini idealnya ditempatkan pada
kolam lumpur atau sawah, sehingga memerlukan lahan yang relatif luas. Meski di
kolam terpal tetap bisa dilakukan tetapi tidak bisa dalam jumlah yang besar, meski
demikian peluang usaha tetap terbuka. Pembesaran Lele Dumbo pada bak atau
kolam terpal pada ukuran ini memerlukan makanan tambahan berupa pelet buatan
pabrik.
- Penyediaan Bibit ukuran 5-7 cm, pada ukuran 5-7 cm benih lele dumbo siap
dijual sebagai bibit yang mendatangkan peluang usaha. Biasanya ukuran ini
dipelihara oleh peternak sampai ukuran layak konsumsi.
Pemeliharaan

Lele

Dumbo

Untuk

Konsumsi

Lele dumbo untuk keperluan konsumsi biasanya dipelihara mulai dari ukuran 5-7
cm atau lebih besar, untuk hasil panen cepat bisa dilakukan dalam waktu 2 bulan
dengan pemberian makanan yang ekstra dan optimal. Peluang usaha budi daya
lele dumbo untuk konsumsi ini relatif lebih mudah karena ukuran lele yang besar
lebih tahan terhadap penyakit, dan tingkat hidup lebih tinggi. Untuk mendapatkan
ukuran lele dumbo yang lebih besar memerlukan waktu 3 sampai 4 bulan.
Persiapan

Pembuatan

Kolam

Terpal

Persiapan untuk budi daya lele dumbo dengan kolam terpal meliputi persiapan

84

lahan kolam , persiapan material terpal ,dan persiapan perangkat pendukung.


Lahan yang perlu disediakan disesuaikan dengan keadaan dan jumlah lele yang
akan dipelihara. Untuk Pembesaran sampai tingkat konsumsi bisa digunakan
lahan dengan ukuran 2 x 1x 0.6 meter, yang bisa diisi dengan 100 ekor lele dumbo
ukuran 5-7 cm. Model pembuatan kolam bisa dengan menggali tanah kemudian
diberi terpal atau dengan membuat rangka dari kayu yang kemudian diberi terpal.
Cara pertama lebih membuat terpal tahan lebih lama.
Pemeliharaan

Lele

Dumbo

Pertama kali kolam terpal diisi dengan air yang tidak terlalu dalam terlebh dahulu,
untuk lele dumbo ukuran 5-7 cm bisa diisi air 40 cm terlebih dahulu, agar ikan
tidak terlalu capek naik dan turun dasar kolam untuk mengambil oksigen, seiring
dengan bertambahnya usia dan ukuran kedalaman air ditambah. Perlu disediakan
pula rumpon atau semacam perlindungan untuk lele. Karena lele merupakan ikan
yang senang bersembunyi di daerah yang tertutup.
Pemberian pakan dilakukan dengan pemberian pelet sehari dua kali, lebih bagus
lagi lebih dari dua kali tetapi dalam jumlah yang lebih sedikit. Jika di lingkungan
tersedia pakan alami seperti Bekicot, kerang, keong emas, rayap dan lain-lain, bisa
diberikan makanan alami tersebut. Makanan alami selain bisa menghemat
pengeluaran juga memiliki kandungan protein yang tinggi sehingga pertumbuhan
lele dumbo lebih cepat. Selain itu ada beberapa teknologi yang bisa dipakai untuk
mempercepat pertumbuhan ikan lele dan ikan lainnya.
Meski Lele dumbo tahan terhadap kondisi air yang buruk ada baiknya perlu
diganti air sekitar 10-30% setiap minggu, agar kolam tidak terlalu kotor dan
berbau. Penyakit pada ikan lele mudah menyerang pada air yang kotor. Pada usia
satu bulan atau jika diperlukan perlu dilakukan seleksi dan pemisahan lele yang
memiliki ukuran yang berbeda. Biasanya lele mengalami pertumbuhan yang tidak
sama, sehingga jika tidak dipisahkan lele dengan ukuran kecil akan kalah bersaing
dalam berebut makanan. Selain itu pisahkan jika ada ikan yang terindikasi
terserang penyakit agar tidak menular.

85

2.19 Pembesaran Ikan Lele Sangkuriang


Ikan lele merupakan salah satu jenis ikan air Tawar yang sudah dibudidayakan
secara komersial oleh masyarakat Indonesia terutama di Pulau Jawa. Budidaya
lele berkembang pesat dikarenakan 1) dapat dibudidayakan di lahan dan sumber
air yang terbatas dengan padat tebar tinggi, 2) teknologi budidaya relatif mudah
dikuasai oleh masyarakat, 3) pemasarannya relatif mudah dan 4) modal usaha
yang dibutuhkan relatif rendah.
Pengembangan usaha budidaya ikan lele semakin meningkat setelah masuknya
jenis ikan lele dumbo ke Indonesia pada tahun 1985. Keunggulan lele dumbo
dibanding lele lokal antara lain tumbuh lebih cepat, jumlah telur lebih banyak dan
lebih tahan terhadap penyakit.
Namun demikian perkembangan budidaya yang pesat tanpa didukung pengelolaan
induk yang baik menyebabkan lele dumbo mengalami penurunan kualitas. Hal ini
karena adanya perkawinan sekerabat (inbreeding), seleksi induk yang salah atas
penggunaan induk yang berkualitas rendah. Penurunan kualitas ini dapat diamati
dari karakter umum pertama matang gonad, derajat penetasan telur, pertumbuhan
harian, daya tahan terhadap penyakit dan nilai FCR (Feeding Conversion Rate).
Sebagai upaya perbaikan mutu ikan lele dumbo BBAT Sukabumi telah berhasil
melakukan rekayasa genetik untuk menghasilkan lele dumbo strain baru yang
diberi nama lele Sangkuriang.
Seperti halnya sifat biologi lele dumbo terdahulu, lele Sangkuriang tergolong
omnivora. Di alam ataupun lingkungan budidaya, ia dapat memanfaatkan
plankton, cacing, insekta, udang-udang kecil dan mollusca sebagai makanannya.
Untuk usaha budidaya, penggunaan pakan komersil (pellet) sangat dianjurkan
karena berpengaruh besar terhadap peningkatan efisiensi dan produktivitas.
Tujuan pembuatan Petunjuk Teknis ini adalah untuk memberikan cara dan teknik
pemeliharaan ikan lele dumbo strain Sangkuriang yang dilakukan dalam rangka

86

peningkatan produksi Perikanan untuk meningkatkan ketersediaan protein hewani


dan tingkat konsumsi ikan bagi masyarakat Indonesia.
Berdasarkan keunggulan lele dumbo hasil perbaikan mutu dan sediaan induk yang
ada di BBAT Sukabumi, maka lele dumbo tersebut layak untuk dijadikan induk
dasar yaitu induk yang dilepas oleh Menteri Kelautan dan Perikanan dan telah
dilakukan diseminasi kepada instansi/pembudidaya yang memerlukan. Induk lele
dumbo hasil perbaikan ini, diberi nama Lele Sangkuriang. Induk lele
Sangkuriang merupakan hasil perbaikan genetik melalui cara silang balik antara
induk betina generasi kedua (F2) dengan induk jantan generasi keenam (F 6). Induk
betina F2 merupakan koleksi yang ada di Balai Budidaya Air Tawar Sukabumi
yang berasal dari keturunan kedua lele dumbo yang diintroduksi ke Indonesia
tahun 1985. Sedangkan induk jantan F6 merupakan sediaan induk yang ada di
Balai Budidaya Air Tawar Sukabumi. Induk dasar yang didiseminasikan
dihasilkan dari silang balik tahap kedua antara induk betina generasi kedua (F 2)
dengan induk jantan hasil silang balik tahap pertama (F2 6).
Budidaya lele Sangkuriang dapat dilakukan di areal dengan ketinggian 1 m 800
m dpi. Persyaratan lokasi, baik kualitas tanah maupun air tidak terlalu spesifik,
artinya dengan penggunaan teknologi yang memadai terutama pengaturan suhu air
budidaya masih tetap dapat dilakukan pada lahan yang memiliki ketinggian diatas
>800 m dpi. Namun bila budidaya dikembangkan dalam skala massal harus tetap
memperhatikan tata ruang dan lingkungan sosial sekitarnya artinya kawasan
budidaya yang dikembangkan sejalan dengan kebijakan yang dilakukan Pemda
setempat.
Budidaya lele, baik kegiatan pembenihan maupun pembesaran dapat dilakukan di
kolam tanah, bak tembok atau bak plastik. Budidaya di bak tembok dan bak
plastik dapat memanfaatkan lahan pekarangan ataupun lahan marjinal lainnya.
Sumber air dapat menggunakan aliran irigasi, air sumu (air permukaan atau sumur
dalam), ataupun air hujan yan sudah dikondisikan terlebih dulu. Parameter
kualitas air yan baik untuk pemeliharaan ikan lele sangkuriang adalah sebagai
berikut:

87

1. Suhu air yang ideal untuk pertumbuhan ikan lele berkisar antara 22-32C.
Suhu air akan mempengaruhi laju pertumbuhan, laju metabolisme ikan dan
napsu makan ikan serta kelarutan oksigen dalam air.
2. pH air yang ideal berkisar antara 6-9.
3. Oksigen terlarut di dalam air harus > 1 mg/l.
Budidaya ikan lele Sangkuriang dapat dilakukan dalam bak plastik, bak tembok
atau kolam tanah. Dalam budidaya ikan lele di kolam yang perlu diperhatikan
adalah pembuatan kolam, pembuatan pintu pemasukan dan pengeluaran air.
Bentuk kolam yang ideal untuk pemeliharaan ikan lele adalah empat persegi
panjang dengan ukuran 100-500 m2. Kedalaman kolam berkisar antara 1,0-1,5 m
dengan kemiringan kolam dari pemasukan air ke pembuangan 0,5%. Pada bagian
tengah dasar kolam dibuat parit (kamalir) yang memanjang dari pemasukan air ke
pengeluaran air (monik). Parit dibuat selebar 30-50 cm dengan kedalaman 10-15
cm.
Sebaiknya pintu pemasukan dan pengeluaran air berukuran antara 15-20 cm. Pintu
pengeluaran dapat berupa monik atau siphon. Monik terbuat dari semen atau
tembok yang terdiri dari dua bagian yaitu bagian kotak dan pipa pengeluaran.
Pada bagian kotak dipasang papan penyekat terdiri dari dua lapis yang diantaranya
diisi dengan tanah dan satu lapis saringan. Tinggi papan disesuaikan dengan tinggi
air yang dikehendaki. Sedangkan pengeluaran air yang berupa siphon lebih
sederhana, yaitu hanya terdiri dari pipa paralon yang terpasang didasar kolam
dibawah pematang dengan bantuan pipa berbentuk L mencuat ke atas sesuai
dengan ketinggian air kolam.
Saringan dapat dipasang pada pintu pemasukan dan pengeluaran agar ikan-ikan
jangan ada yang lolos keluar/masuk.

88

Pelaksanaan

Budidaya

Sebelum benih ikan lele ditebarkan di kolam pembesaran, yang perlu diperhatikan
adalah tentang kesiapan kolam meliputi:

a. Persiapan kolam tanah (tradisional)


Pengolahan dasar kolam yang terdiri dari pencangkulan atau
pembajakan tanah dasar kolam dan meratakannya. Dinding kolam
diperkeras dengan memukul-mukulnya dengan menggunakan balok
kayu agar keras dan padat supaya tidak terjadi kebocoran. Pemopokan
pematang untuk kolam tanah (menutupi bagian-bagian kolam yang
bocor).
Untuk

tempat

berlindung

ikan

(benih

ikan

lele)

sekaligus

mempermudah pemanenan maka dibuat parit/kamalir dan kubangan


(bak untuk pemanenan).
Memberikan kapur ke dalam kolam yang bertujuan untuk memberantas
hama, penyakit dan memperbaiki kualitas tanah. Dosis yang dianjurkan
adalah 20-200 gram/m2, tergantung pada keasaman kolam. Untuk
kolam dengan pH rendah dapat diberikan kapur lebih banyak, juga
sebaliknya apabila tanah sudah cukup baik, pemberian kapur dapat
dilakukan

sekedar

untuk

memberantas

hama

penyakit

yang

kemungkinan terdapat di kolam.


Pemupukan dengan kotoran ternak ayam, berkisar antara 500-700
gram/m2; urea 15 gram/m2; SP3 10 gram/m2; NH4N03 15 gram/m2.
Pada pintu pemasukan dan pengeluaran air dipasang penyaring
Kemudian dilakukan pengisian air kolam.

89

Kolam dibiarkan selama 7 (tujuh) hari, guna memberi kesempatan


tumbuhnya makanan alami.
b. Persiapan kolam tembok
Persiapan kolam tembok hampir sama dengan kolam tanah. Bedanya, pada
kolam tembok tidak dilakukan pengolahan dasar kolam, perbaikan parit dan
bak untuk panen, karena parit dan bak untuk panen biasanya sudah dibuat
Permanen.
c. Penebaran Benih
Sebelum benih ditebarkan sebaiknya benih disuci hamakan dulu dengan
merendamnya didalam larutan KM5N04(Kalium permanganat) atau PK dengan
dosis 35 gram/m2 selama 24 jam atau formalin dengan dosis 25 mg/l selama 510 menit.
Penebaran benih sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari atau pada saat
udara tidak panas. Sebelum ditebarkan ke kolam, benih diaklimatisasi dulu
(perlakuan penyesuaian suhu) dengan cara memasukan air kolam sedikit demi
sedikit ke dalam wadah pengangkut benih. Benih yang sudah teraklimatisasi
akan dengan sendirinya keluar dari kantong (wadah) angkut benih menuju
lingkungan yang baru yaitu kolam. Hal ini berarti bahwa perlakuan tersebut
dilaksanakan diatas permukaan air kolam dimana wadah (kantong) benih
mengapung diatas air. Jumlah benih yang ditebar 35-50 ekor/m2 yang
berukuran 5-8 cm.
d. Pemberian Pakan
Selain makanan alami, untuk mempercepat pertumbuhan ikan lele perlu
pemberian makanan tambahan berupa pellet. Jumlah makanan yang diberikan
sebanyak 2-5% perhari dari berat total ikan yang ditebarkan di kolam.
Pemberian pakan frekuensinya 3-4 kali setiap hari. Sedangkan komposisi

90

makanan buatan dapat dibuat dari campuran dedak halus dengan ikan rucah
dengan perbandingan 1:9 atau campuran dedak halus, bekatul, jagung,
cincangan bekicot dengan perbandingan 2:1:1:1 campuran tersebut dapat dibuat
bentuk pellet.
e. Pemanenan
Ikan lele Sangkuriang akan mencapai ukuran konsumsi setelah dibesarkan
selama 130 hari, dengan bobot antara 200 250 gram per ekor dengan panjang
15 20 cm. Pemanenan dilakukan dengan cara menyurutkan air kolam. Ikan
lele akan berkumpul di kamalir dan kubangan, sehingga mudah ditangkap
dengan menggunakan waring atau lambit. Cara lain penangkapan yaitu dengan
menggunakan pipa ruas bambu atau pipa paralon/bambu diletakkan didasar
kolam, pada waktu air kolam disurutkan, ikan lele akan masuk kedalam ruas
bambu/paralon, maka dengan mudah ikan dapat ditangkap atau diangkat. Ikan
lele hasil tangkapan dikumpulkan pada wadah berupa ayakan/happa yang
dipasang di kolam yang airnya terus mengalir untuk diistirahatkan sebelum
ikan-ikan tersebut diangkut untuk dipasarkan.
Pengangkutan ikan lele dapat dilakukan dengan menggunakan karamba,
pikulan ikan atau jerigen plastik yang diperluas lubang permukaannya dan
dengan jumlah air yang sedikit.
Kegiatan budidaya lele Sangkuriang di tingkat pembudidaya sering dihadapkan
pada permasalahan timbulnya penyakit atau kematian ikan. Pada kegiatan
pembesaran, penyakit banyak ditimbulkan akibat buruknya penanganan kondisi
lingkungan. Organisme predator yang biasanya menyerang antara lain ular dan
belut.

Sedangkan

organisme

pathogen

yang

sering

menyerang

adalah Ichthiophthirius sp., Trichodina sp., Monogenea sp. dan Dactylogyrus sp.
Penanggulangan hama insekta dapat dilakukan dengan pemberian insektisida yang
direkomendasikan pada saat pengisian air sebelum benih ditanam. Sedangkan

91

penanggulangan belut dapat dilakukan dengan pembersihan pematang kolam dan


pemasangan plastik di sekeliling kolam.
Penanggulangan organisme pathogen dapat dilakukan dengan pengelolaan
lingkungan budidaya yang baik dan pemberian pakan yang teratur dan
mencukupi. Pengobatan dapat menggunakan obat-obatan yang direkomendasikan.
Pengelolaan lingkungan dapat dilakukan dengan melakukan persiapan kolam
dengan baik. Pada kegiatan budidaya dengan menggunakan kolam tanah,
persiapan kolam meliputi pengeringan, pembalikan tanah, perapihan pematang,
pengapuran, pemupukan, pengairan dan pengkondisian tumbuhnya plankton
sebagai sumber pakan. Pada kegiatan budidaya dengan menggunakan bak tembok
atau bak plastik, persiapan kolam meliputi pengeringan, disenfeksi (bila
diperlukan), pengairan dan pengkondisian tumbuhnya plankton sebagai sumber
pakan. Perbaikan kondisi air kolam dapat pula dilakukan dengan penambahan
bahan probiotik.
Untuk

menghindari

terjadinya

penularan

penyakit,

maka

hendaknya

memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

Pindahkan segera ikan yang memperlihatkan gejala sakit dan diobati


secara terpisah. Ikan yang tampak telah parah sebaiknya dimusnahkan.

Jangan membuang air bekas ikan sakit ke saluran air.

Kolam yang telah terjangkit harus segera dikeringkan dan dilakukan


pengapuran dengan dosis 1 kg/5 m2. Kapur (CaO) ditebarkan merata didasar
kolam, kolam dibiarkan sampai tanah kolam retak-retak.

Kurangi kepadatan ikan di kolam yang terserang penyakit.

Alat tangkap dan wadah ikan harus dijaga agar tidak terkontaminasi
penyakit. Sebelum dipakai lagi sebaiknya dicelup dulu dalam larutan Kalium
Permanganat (PK) 20 ppm (1 gram dalam 50 liter air) atau larutan kaporit 0,5
ppm (0,5 gram dalam 1 m3 air).

92

Setelah memegang ikan sakit cucilah tangan kita dengan larutan PK

Bersihkan selalu dasar kolam dari lumpur dan sisa bahan organik

Usahakan agar kolam selalu mendapatkan air segar atau air baru.

Tingkatkan gizi makanan ikan dengan menambah vitamin untuk


menambah daya tahan ikan.

ANALISAUSAHA
Pembesaran lele Sangkuriang di bak plastik

1. Investasi
a.

Sewa lahan 1 tahun @ Rp

= Rp 1.000.000,-

1.000.000,b.

Bak kayu lapis plastik 3

= Rp 1.500.000,-

unit @ Rp 500.000,c.

Drum plastik 5 buah @ Rp

= Rp 750.000,-

150.000,-

93

Rp 3.250.000,2. Biaya Tetap


a.

Penyusutan

lahan

Rp

= Rp 1.000.000,-

1.000.000,-/1 thn
b.

Penyusutan bak kayu lapis

= Rp 750.000,-

plastik Rp 1.500.000,-/2 thn


c.

Penyusutan drum plastik Rp

= Rp 150.000,-

750.000,-/5 thn
Rp 1.900.000,3. Biaya Variabel
a. Pakan 4800 kg @ Rp 3700 = Rp 17.760.000,Benih

ukuran

5-8

cm

b. sebanyak 25.263 ekor @ Rp = Rp 2.021.052,63


80,c.

Obat-obatan 6 unit @ Rp

= Rp 300.000,-

50.000,d.

Alat perikanan 2 paket @

= Rp 200.000,-

Rp 100.000,e.

Tenaga kerja tetap 12 OB

= Rp 3.000.000,-

@ Rp 250.000,f.

Lain-lain 12 bin @ Rp

= Rp 1.200.000,-

100.000,Rp 24.281.052,63
4. Total Biaya
Biaya Tetap + Biaya Variabel

94

Rp

1.900.000,-

Rp

24.281.052,63
=
5.

Rp 26.181.052,63

Produksi lele konsumsi 4800 kg x Rp 6000/kg -Rp


28.800.000,

6. Pendapatan
Produksi - (Biaya tetap + Biaya
Variabel)
=

Rp

28.800.000,-

Rp

1.900.000,-

Rp

24.281.052,63)
=

Rp 2.418.947,37

7. Break Event Point (BEP)


Volume produksi =

4.396,84 kg

Rp 5.496,05

Harga produksi

Sumber :Buku Budidaya Lele Sangkuriang, Dit. Pembudidayaan, Ditjen


Perikanan Budidaya
2.20 Usaha Pembesaran Ikan
Lele Secara Intensif
Usaha pembesaran lele merupakan kegiatan pemeliharaan ikan lelel dari
ukuran benih untuk selanjutnya dibesarkan menjadi ukuran siap dikonsumsi.
Ukuran ikan lele untuk kebutuhan konsumsi dalam negeri/lkcal adalah 8-12 ekor
per kilogram. Apabila ukuran lebih besar dari 200 gr, umumnya kurang diminati /
tidak diterima oleh pasar lagi. Untuk itu ikan yang berukuran lebih dari 200 gr
dipasarkan untuk kebutuhan tempat pemancingan ataupun dijadikan bahan baku

95

untuk aneka olahan ikan lele sepeti abon , kerupuk lele dsb. Sedangkan untuk
kebutuhan ekspor diperlukan ukuran lele minimal 500 gr/ekor.
Usaha pembesaran yang banyak dilakukan adalah pembesaran secara
intensif. Kegiatan pembesaran ikan lele secara intensif dilakukan dengan tehnik
yang modern dan memerlukan biaya yang cukup tinggi. Tehnik budidaya ikan lele
secara intensif memiliki kekhasan berupa padat penebaran benih yang sangat
tinggi, yaitu 200-400 ekor/m2.Pemberian pakan berupa pelet (pakan buatan
pabrik), dengan harga yang cukup tinggi. Selain hal tersebut sering dilakukan
penggantian air yang bertujuan agar air tetap besih dan tidak kotor oleh sisa-sisa
pakan dan kotoran. Penggantian air ini bertujuan agar lele tidak terserang
penyakit. Ikan lele yang terlanjur terkena penyakit sangat sulit untuk dapat
disembuhkan kembali.
2.21 Peluang Bisnis Usaha Ikan Lele
Adapun rincian untuk usaha ini adalah :
Dengan asumsi penggunaan 3 kolam terpal dengan ukuran 2 x 3 meter,
dan bibit lele 1000 ekor/kolam.
Modal Awal
3 buah terpal ukuran 2 x 3 meter (@ Rp 150.000,00 x 3) :
Rp 450.000,00
Peralatan tiang kolam (bambu, kayu tiang, dan paku) :
Rp 300.000,00
Selang air 20 meter :
Rp

50.000,00

Ember /baskom besar 3 buah :


Rp

30.000,00

Rp

830.000,00

Total

Biaya Operasional
Bibit lele (@ Rp 350,00 x 3000 ekor) :

Rp 1.050.000,00

96

Pakan :

Rp

600.000,00
Biaya transport :
Rp

100.000,00

Biaya lain lain :


Rp

50.000,00

Total :
Rp 1.800.000,00
Omset
Penjualan hasil panen (Rp 11.000,00/kg x 300 kg) =
Rp 3.300.000,00
Laba bersih
Rp 3.300.000,00 Rp 1.800.000,00 = Rp 1.500.000,

97

BAB 3
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Ikan lele merupakan jenis ikan air Tawar yang dapat dibudidayakan. Alas
an orang budidaya lele adalah dapat dibudidayakan di lahan dan sumber air yang
terbatas, cara lebih mudah, pemasarannya relatif mudah dan modal dapat
dijangkau. Budidaya lele semakin meningkat setelah masuk jenis lele dumbo.
Keunggulan lele dumbo dibanding lele lokal antara lain cepat besar, telur lebih
banyak dan lebih tahan terhadap penyakit.
Pertumbuhan yang cepat tanpa memperhatikan pengelolaan induk
menyebabkan kualitas lele menurun. Penurunan kualitas dapat karena perkawinan
inbreeding. Ini menyebabkan penurunan derajat penetasan, pertumbuhan lambat,
daya tahan penyakit menurun.
Pertumbuhan awal lele dapat memanfaatkan makan dari plankton, cacing, insekta
dan lain lain. Tetapi untuk pembesaran dianjurkan untuk memakai pellet karena
akan meningkatkan effisiensi dan pruduktifitas. Budidaya lele dapat dilakukan di
areal pada ketinggian 1 m - 800 m dpi.
Persyaratan lokasi, baik kualitas tanah maupun air tidak terlalu spesifik, artinya
dengan penggunaan teknologi yang memadai terutama pengaturan suhu air
budidaya masih tetap dapat dilakukan pada lahan yang memiliki ketinggian diatas

98

>800 m dpi. Namun bila budidaya dikembangkan dalam skala massal harus tetap
memperhatikan tata ruang dan lingkungan sosial.
Budidaya lele dapat dilakukan di kolam tanah, bak permanent maupun bak plastic.
Usahakan air dapat mengalir mengalir. Sumber air dapat berasal dari air sungai
mapun air sumur. Suhu air yang ideal untuk pertumbuhan ikan lele berkisar antara
22-32C. Suhu air mempengaruhi laju pertumbuhan, laju metabolisme ikan dan
napsu makan ikan serta kelarutan oksigen dalam air. Keasaman air yang ideal
antara 6-9.
Bentuk kolam yang ideal untuk pemeliharaan ikan lele adalah empat persegi
panjang dengan ukuran sesuai dengan lokasi. Kedalaman kolam berkisar antara
1,0-1,5 m dengan kemiringan kolam dari pemasukan air ke pembuangan 0,5%.
Saringan dapat dipasang pada pintu pemasukan dan pengeluaran agar ikan-ikan
jangan ada yang lolos keluar/masuk.
3.2 SARAN
Semoga makalah yang kami buat ini dapat bermanfaat untuk semuanya.
Kami juga menyarankan kepada semua mahasiswa agar lebih memperhatikan
dalam pembelajaran di kelas maupun praktikum.Karena setiap pembelajaran
selalu berguna dan bermanfaat untuk ke depannya.

99

DAFTAR PUSTAKA

http://www.kerjatop.com/1213/budidaya-lele-sangkuriang/
Diakses 21 Mei 2011, pukul 20.00 WIB

http://udinnotonegoroblog.blogspot.com/2011/03/analisis-hubungansuhu-udara-dan.html
Diakses 21 Mei 2011, pukul 20.00 WIB

http://airlanggastudyclub.com/5-langkah-penting-dalam-kegiatanbudidaya-perikanan/
Diakses 21 Mei 2011, pukul 20.00 WIB

http://airlanggastudyclub.com/menganalisis-kualitas-air-suatu-kolamatau-tambak-part-2/
Diakses 21 Mei 2011, pukul 20.00 WIB

http://kuliahitukeren.blogspot.com/2011/01/faktor-fisika-kimia-perairanyang.html
Diakses 21 Mei 2011, pukul 20.00 WIB

100

http://kuliahitukeren.blogspot.com/2011/04/perikanan-laut-diindonesia.html
Diakses 21 Mei 2011, pukul 20.00 WIB

http://www.ekotumb.co.cc/2011/03/cahaya-suhu-dan-air_27.html
Diakses 21 Mei 2011, pukul 20.00 WIB

file:///G:/lele/3116495.htm
Diakses 21 Mei 2011, pukul 20.00 WIB

http://angkringan.web.id/index.php/tips-dan-trik/74-budidaya-ikan-lele
Diakses 21 Mei 2011, pukul 20.00 WIB

http://www.kaskuserz.com/artikel-budidaya/Inilah-Cara-TerhebatBudidaya-Ikan-Lele
Diakses 21 Mei 2011, pukul 20.00 WIB

www.migroplus.com/brosur/Budidaya%20lele.pdf
Diakses 21 Mei 2011, pukul 20.00 WIB

http://bbat-sukabumi.tripod.com/lele.html
Diakses 21 Mei 2011, pukul 20.00 WIB

http://www.omtimo.org/archives/budidaya-ikan-lele-dumbo-dengankolam-terpal
Diakses 21 Mei 2011, pukul 20.00 WIB
http://anasbanget.wordpress.com/2007/08/25/budidaya-lelesangkuriangclarias-sp/
Diakses 21 Mei 2011, pukul 20.00 WIB

101

http://www.tdwclub.com/bisnis/peluang-usaha-bisnis-budidaya-ikanlele/
Diakses 21 Mei 2011, pukul 20.00 WIB

102

Anda mungkin juga menyukai