Anda di halaman 1dari 131

Perpustakaan Unika

PERAN PEER EDUCATOR


DALAM PENCEGAHAN HIV DAN AIDS
DI SMA

SKRIPSI

WORO APRILIANA SARI


03.40.0225

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA
SEMARANG
2007

Perpustakaan Unika

PERAN PEER EDUCATOR


DALAM PENCEGAHAN HIV DAN AIDS
DI SMA

SKRIPSI

WORO APRILIANA SARI


03.40.0225

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA
SEMARANG
2007

Perpustakaan Unika

PERAN PEER EDUCATOR


DALAM PENCEGAHAN HIV DAN AIDS
DI SMA
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Psikologi
Universitas Katolik Soegijapranata Semarang
untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Guna
Memperoleh Derajat Sarjana Psikologi

WORO APRILIANA SARI


03.40.0225

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA
SEMARANG
2007

Perpustakaan Unika

HALAMAN PENGESAHAN

Dipertahankan di Depan Dewan Penguji Skripsi


Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata Semarang
dan Diterima untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Guna
Memperoleh Derajat Sarjana Psikologi

Pada Tanggal:
9 Oktober 2007

Mengesahkan
Fakultas Psikologi
Universitas Katolik Soegijapranata
Dekan,

( Th. Dewi Setyorini, S.Psi, MSi )

Dewan Penguji
1. Drs. Sumbodo Prabowo, MSi

...............

2. Drs. HM. Edy Widiyatmadi, M.Si

...............

3. Drs. ML. Oetomo

...............

Perpustakaan Unika

PERSEMBAHAN

Karya ini saya persembahkan untuk :

Kedua orangtua dan orang-orang yang menyayangiku

Perpustakaan Unika

MOTTO

Cobalah jangan berpikir menjadi orang sukses..


Tetapi berpikirlah menjadi manusia yang bernilai..
Albert Einstein (1879 1955)

Perpustakaan Unika

UCAPAN TERIMA KASIH

Alhamdulillahhirobilalamin.. rasa syukur penulis panjatkan kepada


Tuhan YME atas terselesaikannya tugas akhir dengan judul PERAN PEER
EDUCATOR DALAM PENCEGAHAN HIV DAN AIDS DI SMA tepat
waktu. Tidak lupa penulis haturkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan
tugas akhir ini. Rasa terima kasih penulis berikan kepada:
1. Ibu Th. Dewi Setyorini, S.Psi, MSi sebagai Dekan Fakultas Psikologi
Universitas Katolik Soegijapranata Semarang.
2. Bp. Drs. ML. Oetomo sebagai Dosen Pembimbing Utama yang telah
banyak membantu peneliti, memberikan masukan terhadap tugas akhir
peneliti. Terima kasih Pak Oetomo.. di dalam kesibukan Bapak yang
padat, Bapak masih bersedia meluangkan waktu untuk membimbing
saya.
3. Ibu Erna Agustina Y., S.Psi., MSi sebagai Koordinator Biro Skripsi
Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata Semarang.
4. Koordinator Asa PKBI Jawa Tengah yang telah mengizinkan saya untuk
penelitian di Asa PKBI Jawa Tengah.
5. Ibu Augustina Sulastri, S. Psi. sebagai Dosen Wali penulis yang dari
awal hingga akhir kuliah selalu memberikan dorongan dan semangat
kepada penulis, serta membimbing penulis dalam menjalankan studi.
6. Seluruh Dosen Fakultas Psikologi yang selama ini telah memberikan
ilmunya kepada penulis.

Perpustakaan Unika

7. Seluruh Staf

TU Fakultas Psikologi yang telah membantu penulis

dalam akademik sehingga penulis bisa sampai pada posisi sekarang.


8. Kedua orangtua saya yang telah memberikan doa dan semangat,
terutama kepada ibu yang selalu mendorong agar tugas akhir ini cepat
selesai.
9. Bagus Wikandinata., terima kasih Mas, sejak awal sudah menemani dan
membantu aku dalam menyelesaikan tugas akhir ini, maaf sudah
merepotkan.
10. Teman-teman relawan Asa PKBI Jawa Tengah yang telah memberikan
semangat dalam menyelesaikan tugas akhir ini, terutama Mbak Liana,
terima kasih pinjaman bukunya ya..
11. Teman-temanku, Cakra, Agus, Mas Banyer terutama terima kasih
kepada Adhis, dan Dewi.. terima kasih sudah menjadi teman setia buat
aku, berkat dorongan kalian akhirnya aku bisa menyelesaikan tugas
akhir ini.
12. Untuk seluruh subyekku, thanks banget ya.. atas bantuan serta
partisipasi kalian tugas akhirku bisa terselesaikan.
13. Untuk seluruh teman-teman Psikologi angkatan 2003, terima kasih atas
pertukaran pengalaman selama ini, karena pengalaman itu sangat berarti
untukku..
14. Semua pihak yang telah membantu peneliti, menjadi penyemangat
peneliti.. terima kasih buat kalian semua..

Semarang,

Oktober 2007

Penulis

Perpustakaan Unika

ABSTRAKSI

Penelitian ini bertujuan ingin mengetahui tentang peran peer educator


dalam pencegahan HIV dan AIDS di SMA dan mengetahui gambaran proses
peer educator dalam memberikan informasi yang tepat dan benar mengenai
HIV dan AIDS di SMA. Peneliti menggunakan Teori Pemantauan Diri untuk
mengetahui peran Peer Educator dalam pencegahan HIV dan AIDS di SMA.
Menurut Teori Pemantauan Diri, individu dianggap mempunyai kemampuan
dan kecenderungan umum untuk mengendalikan perilaku pengungkapan,
penyajian diri, dan pengumbaran-nya. Hal ini merupakan fenomena yang
stabil dalam hubungan sosial dan akan berpengaruh pada perilaku sosial,
interiksi sosial dan perspektif ideologinya (Suhardono, 1994, hal. 51).
Individu dianggap mempunyai perbedaan penting, yang terukur dan akan
mempengaruhi kadar mengelola diri. Perbedaan ini dilihat dari keadaan efektif
internal dan sikap yang stabil serta kurang begitu sadar akan upaya untuk
mengepaskan dengan situasi sosial, serta lebih mempunyai daya tangkap
terhadap situasi dan berusaha menyesuaikan dengan perilakunya. Penelitian
ini pengambilan sampel dilakukan secara purposive, dimana sampel tidak
diambil secara acak tetapi sampel dipilih mengikuti kriteria tertentu dan
kepada subyek juga ditanyakan mengenai kesediannya untuk menjadi subyek
penelitian. Sesuai dengan tujuan dalam penelitian ini, peneliti menggunakan
subyek penelitian yang dapat memberikan informasi secara lengkap sesuai
dengan permasalahan penelitian, yaitu tiga orang Peer educator Asa PKBI
Jawa Tengah yang SMA. Hasil penelitian diperoleh bahwa Subyek I dapat
dikatakan mempunyai pemantauan diri tinggi karena subyek sebagai PE
mampu menunjukkan perilaku yang sesuai dengan tugas-tugas subyek sebagai
PE, Subyek II dapat dikatakan mempunyai pemantauan diri sedang karena
subyek sebagai PE mampu menunjukkan perilaku yang sesuai dengan tugastugas subyek sebagai PE, tetapi subyek terlihat sedikit kurang menguasai
materi pencagahan HIV dan AIDS, sedangkan Subyek III dapat dikatakan
mempunyai pemantauan diri kurang karena subyek sebagai PE kurang mampu
menunjukkan perilaku yang sesuai dengan tugas-tugas subyek sebagai PE, dan
subyek terlihat kurang menguasai materi pencagahan HIV dan AIDS.

Perpustakaan Unika

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL LUAR .. . i


HALAMAN SAMPUL DALAM .... ii
HALAMAN SYARAT MEMPEROLEH GELAR SARJANA . . iii
HALAMAN PENGESAHAN . iv
HALAMAN PERSEMBAHAN . . v
HALAMAN MOTTO . . vi
UCAPAN TERIMA KASIH .. . vii
ABSTRAKSI . . ix
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL .. xvi
DAFTAR GAMBAR xvii
DAFTAR LAMPIRAN xviii
BAB I : PENDAHULUAN .. 1
A. Latar Belakang Masalah .... 1
B. Identifikasi Masalah . 7
C. Tujuan Penelitian . 8
D. Manfaat Penelitian 9

BAB II : TINJAUAN KEPUSTAKAAN .. . 10


A. Pengertian HIV dan AIDS .. . 10
1. Tahap menjadi AIDS . 11
2. Cara Penularan HIV dan AIDS . . 12
B. Pengertian Pencegahan . 15
C. Pengertian Peer Educator . 15
1. Peer Education di Sekolah 16

Perpustakaan Unika

2. Peer Education di Luar Sekolah

.. 17

D. Pengertian Peran . . 21
1. Peristilahan dalam Teori Peran . . 22
a. Istilah tentang Orang-orang yang Terlibat dalam Interaksi
Sosial ... . 23
b. Istilah tentang Perilaku yang Muncul dalam Interaksi ... . 23
c. Istilah Kedudukan Orang-orang dalam Perilaku ... 26
d. Istilah tentang Kaitan antara Orang dan Perilaku . 27
2. Teori-teori Peran 30
a. Teori Pengambilan Hati . 30
b. Teori Manajemen Kesan . 32
c. Teori Pemantauan Diri ... . 34
d. Toeri Sadar Diri Objektif ... . 37
E. Pengertian Peran Peer Educator dalam Pencegahan HIV dan AIDS ... . 39
F. Dinamika Peran Peer Educator dalam Pencegahan HIV dan AIDS . 39

BAB III : METODE PENELITIAN .. . 42


A. Metode Penelitian Kualitatif 42
B. Subyek Penelitian . 44
C. Metode Pengumpulan Data . . 46
1. Observasi 46
2. Wawancara . 47
3. Sumber Referensial 47
4. Pendamping PE .. . 48
D. Validitas dan Reliabilitas . ... 48
1. Triangulasi .. 48
2. Pemeriksaan Teman Sejawat Melalui Diskusi .. . 49

Perpustakaan Unika

E. Analisis Data 49
1. Transkripsi . . 49
2. Pengorganisasian Data .. . 50
3. Pengenalan ..... 50
4. Koding .. .50

BAB IV : PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN PENELITIAN . . 51


A. Orientasi Kancah Penelitian . . 51
1. Unit KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi) ... . 52
2.

Unit Pelayanan .. . 55

3. Unit Outreach . . 56
B. Persiapan Penelitian . . 58
1. Survey Awal .... 58
2. Perizinan . 58
3. Persiapan Alat-alat Penunjang Pengumpul Data Penelitian .. . 59
C. Pelaksanaan Penelitian . . 59
D. Hasil Pengumpulan Data . . 60
Subyek I .. . 60
a. Identitas Subyek . 60
b. Hasil Observasi . . 60
c. Hasil Wawancara .. . 62
d. Analisa Kasus .. 64
e. Intensitas Tema yang Muncul . 72
f. Matrik antar Tema . 74
g. Bagan Dinamika Psikologis ... . 76

Perpustakaan Unika

Subyek II . 77
a. Identitas Subyek . 77
b. Hasil Observasi . . 77
c. Hasil Wawancara .. . 80
d. Analisa Kasus .. 84
e. Intensitas Tema yang Muncul . 85
f. Matrik antar Tema . 86
g. Bagan Dinamika Psikologis ... . 87

Subyek III .. . 88
a. Identitas Subyek . 88
b. Hasil Observasi . . 88
c. Hasil Wawancara .. . 93
d. Analisa Kasus .. 95
e. Intensitas Tema yang Muncul . 96
f. Matrik antar Tema . 97
g. Bagan Dinamika Psikologis ... . 98

BAB V : PEMBAHASAN . . 99
A. Penjelasan Umum . 99
Subyek I .. 100
Subyek II . 102
Subyek III 104
B. Intensitas Tema antar Subyek . 106

BAB VI : KESIMPULAN DAN SARAN .. 109


A. Kesimpulan .. 109

Perpustakaan Unika

B. Saran ........ 110

DAFTAR PUSTAKA . 112


LAMPIRAN 114

Perpustakaan Unika

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Hasil Observasi Subyek I

.. . 61

Tabel 2 : Intensitas Tema yang Muncul Subyek I .. . 73


Tabel 3 : Hasil Observasi Subyek II .. . 77
Tabel 4 : Intensitas Tema yang Muncul Subyek II . . 85
Tabel 5 : Hasil Observasi Subyel III .. . 88
Tabel 6 : Intensitas Tema yang Muncul subyek III . 96
Tabel 7 : Intensitas Tema Antar Subyek . . 106

Perpustakaan Unika

DAFTAR GAMBAR

Gbr. 1 Matrik Antar Tema .Subyek I ... 74


Gbr. 2 Bagan Dinamika Psikologis Subyek I .. 76
Gbr. 3 Matrik Antar Tema .Subyek II .. 86
Gbr. 4 Bagan Dinamika Psikologis Subyek II ... . 87
Gbr. 5 Matrik Antar Tema .Subyek III .. .. 97
Gbr. 6 Bagan Dinamika Psikologis Subyek III .. . 98

Perpustakaan Unika

DAFTAR LAMPIRAN

Pedoman Observasi .. 114


Pedoman Wawancara .. 114
Sortir Data Subyek I 115
Sortir Data Subyek II 127
Sortir Data Subyek III 135
Wawancara Pendamping PE I .. 140
Wawancara Pendamping PE II ..146
Surat Izin Penelitian 159
Surat Bukti Penelitian Instansi .. 160

Perpustakaan Unika

BAB I
PENDAHULUAN

E. Latar Belakang Masalah


Salah

satu

masalah

kesehatan

yang

sangat

merisaukan

masyarakat dunia adalah AIDS (Acquired Immune Deficiency


Syndrome). Ditinjau dari asal katanya berarti sindroma kekurangan zat
kekebalan tubuh. AIDS sebenarnya bukanlah suatu penyakit, melainkan
suatu kumpulan dari berbagai gejala penyakit (Syndrome). Gejala
penyakit ini muncul sebagai akibat tubuh kekurangan (deficiency) zat
kekebalan tubuh (acquired immune). Mudah dipahami karena paling
tidak

ada

empat

faktor

utama

yang

mendasarinya.

Pertama,

penyebarannya yang pesat. Kedua, pertambahan jumlah penderitanya


yang cepat. Ketiga, cara pencegahan dan penanggulangannya yang
belum ditemukan. Keempat, akibat yang ditimbulkannya sangat
berbahaya.

Seorang

yang

telah

didiagnosa

HIV

(Human

Immunodeficiency Virus) positif, dalam waktu 5-10 tahun akan masuk


dalam stadium AIDS yang akan menyebabkan kematian (Azwar, 1995).
Direktur Pelaksana UNAIDS (Joint United Nations Programme
on HIV/AIDS) Dr. Peter Piot di New York mengatakan, kerusakan yang
diakibatkan wabah AIDS akan meningkat beberapa kali lipat dalam
beberapa dasawarsa mendatang, kecuali perang melawan penyakit ini
dilakukan secara dramatis dan yang lebih mengkhawatirkan, sekitar 21,5
juta anak remaja dan kaum muda di dunia saat ini berisiko tertular virus
mematikan ini (SP18, 18/07/02).

Perpustakaan Unika

Data yang dikeluarkan oleh lembaga internasional Program PBB


mengenai HIV dan AIDS (UNAIDS), menyebutkan bahwa di tahun
2006 ada 39,5 juta orang hidup dengan HIV, 4,3 juta diantaranya orang
yang terinfeksi HIV baru, dan 2,9 juta orang telah meninggal karena
AIDS. Sepertiga dari penderita HIV dan AIDS di dunia adalah orang
muda, berusia di bawah 25 tahun (www.unaids.org).
Komisi Penanggulangan AIDS di Indonesia melaporkan estimasi
populasi rawan tertular HIV pada tahun 2006 sejumlah 193.000 jiwa dan
infeksi HIV yang dilaporkan sampai dengan Desember 2006 sebanyak
5230 jiwa. Penularan kasus AIDS kumulatif yang dilaporkan melalui
hubungan heteroseksual 58,41 % dan IDU 36,7 %. Proporsi komulatif
kasus AIDS tertinggi dilaporkan pada kelompok umur 20-29 tahun
(54,68 %), 39 tahun (30,65 %), dan kelompok umur 40-49 tahun (7,04
%). 19,3 % proporsi kasus AIDS yang dilaporkan telah meninggal
(www.kpa.co.id).
Penyebaran AIDS memang telah menjadi kekhawatiran kolektif
yang melibatkan semua lapisan masyarakat. Menurut laporan dari
Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan
Departemen Kesehatan di Jakarta, di Indonesia penderita AIDS pertama
dilaporkan adalah seorang wisatawan Belanda yang mengunjungi Bali
pada tahun 1987. Kemudian jumlah ini terus bertambah setiap tahunnya.
Yang lebih memprihatinkan adalah tingginya persentase penderita pada
usia produktif (53,% kelompok usia 20-29 tahun dan sekitar 25,% pada
kelompok usia 30-39 tahun). (Kompas, 18/7/06).

Perpustakaan Unika

Jumlah penderita HIV dan AIDS di Jawa Tengah meningkat


tajam memasuki awal tahun 2007. Sampai Desember 2006, jumlah
penderita masih 1.039 orang, tapi pada Januari tahun ini sudah menjadi
1.070 orang. Terdapat kenaikan 31 kasus dalam jangka waktu dua bulan.
Menurut Kasubdin Pemberantasan dan Pencegahan Penyakit Dinas
Kesehatan Provinsi Jateng, dokter Lily Herawati S, MKes, dengan
bertambahnya jumlah penderita HIV dan AIDS, menjadikan peringkat
Jawa Tengah dalam jumlah penderita menjadi nomor 7 dari 33 provinsi.
Jumlah kumulatif kasus HIV dan AIDS di Jateng sebanyak 1.070
penderita. Jumlah tersebut terdiri atas 830 orang penderita HIV, dan 240
orang penderita AIDS. Dari 240 orang yang terkena AIDS, 110 orang
sudah meninggal, dan sisanya 130 orang masih dalam perawatan hidup.
(Suara Merdeka, 14/02/07).
Ketua Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Kota Semarang,
Soemarmo HS menyatakan bahwa dari tahun 2005 hingga 2006 telah
terjadi peningkatan jumlah pengidap HIV dan AIDS di Semarang
sebanyak 300 %. Jika pada 2005 terdeteksi 50 kasus, tahun 2006
mencapai 164 kasus (Suara Merdeka, 16/05/07).
Menurut prediksi Departemen Kesehatan (Depkes), pada 2010
HIV dan AIDS di Indonesia akan menjadi epidemi dengan jumlah kasus
infeksi HIV bisa mencapai satu juta hingga lima juta orang, sementara
akumulasi kasus AIDS pada 2010 (sejak 1987) akan mencapai 80-130
ribu orang, dan diprediksi akan terus bertambah. Indonesia dewasa ini
berada pada fase awal epidemi penyakit AIDS dengan epidemi HIV
yang cukup serius. Menurut data Family Health International (FHI),

Perpustakaan Unika

presentase mereka yang memiliki risiko tinggi terjangkit HIV dan AIDS
di Indonesia antara lain, pengguna narkoba (34 persen), PSK (tujuh
persen), pelanggan PSK (31 persen), waria (satu persen), gay (delapan
persen), partner group berisiko tinggi (12 persen), dan lain-lain (tujuh
persen). Penyakit ini menyebar cepat di kalangan pengguna narkoba
dengan suntikan, pekerja seks dan pelanggannya serta melalui kontak
heteroseksual seperti halnya di Papua, demikian menurut Direktur
Eksekutif UNAIDS (SP18, 18/07/02).
Penelitian yang dilakukan Universitas Diponegoro bekerjasama
dengan Dinas Kesehatan Jawa Tengah (1995) mengenai perilaku seks
anak SMU menunjukkan bahwa 10% telah melakukan hubungan
seksual. Pada akhir 1997, penelitian TIM FISIP UI bekerjasama dengan
Gatra, pada kelompok umur 18-22 tahun di beberapa kota besar di
Indonesia (Jakarta, Yogyakarta, Medan, Surabaya dan Ujung pandang)
menunjukkan bahwa 1,3% dari responden menganggap bahwa
senggama diluar nikah adalah hal yang wajar. Penelitian yang dilakukan
Rizali dan Piliang (1994) untuk pelajar SMU dan SMK Kotamadya
Medan bahwa pengetahuan seks dan AIDS, 63% didapat dari teman
sebaya dan kelompok remajanya, 72% para guru tidak setuju dengan
informasi seks (pengetahuan tentang reproduksi) karena pendidikan seks
adalah tabu. Hanya 25,4% yang tahu bahwa kehamilan bisa terjadi dari
satu kali berhubungan seks sementara 70% lainnya mengaku tidak tahu.
Masih ada 32% yang percaya bahwa AIDS dapat menular lewat
peralatan yang dipakai oleh penderita AIDS dan 18% masih percaya
bahwa AIDS bisa ditularkan oleh nyamuk (Hadisaputro, 1994).

Perpustakaan Unika

Ketidaktahuan remaja pelajar tentang AIDS, siklus dan


reproduksi sehat serta penyakit menular seksual adalah akibat informasi
yang sering salah disamping adanya pergeseran nilai dan perilaku seks
ke arah seks bebas terutama di kalangan generasi muda. Oleh sebab itu
perlu dilakukan upaya perlindungan, pencegahan dan penanggulangan
HIV dan AIDS ke arah kelompok ini secara intensif dan komprehensif.
Berbagai bentuk pendidikan kesehatan telah dilakukan selama ini
khususnya berkaitan dengan AIDS terbanyak dilakukan secara tidak
langsung antara lain melalui berbagai media baik elektronik maupun
cetak, juga dilakukan secara langsung baik melalui ceramah maupun
metode diskusi. Namun dari pengalaman menunjukkan jumlah penderita
HIV dan AIDS semakin banyak dibandingkan dengan tahun
sebelumnya, begitu juga penderita pada kelompok umur remaja. Bertitik
tolak kepada hal tersebut pendekatan Peer Education (pendidikan
sebaya) diharapkan akan lebih berhasil.
Melalui metode pelatihan dan pendidikan sebaya ini juga
diharapkan terbinanya kelompok-kelompok motivator penanggulangan
HIV dan AIDS. Pendekatan pendidikan sebaya sangat bermakna
kolektif, komunikasi lebih lancar dan terjadi perubahan sikap di
kalangan siswa sekolah untuk pencegahan HIV dan AIDS. Tabunya
pendidikan seks dikalangan siswa sekolah, membutuhkan Komunikasi,
Informasi dan Edukasi (KIE) yang benar, tepat dan efektif lewat jalur
pendidikan sebaya secara simultan untuk kalangan siswa sekolah dan
perlunya informasi tentang reproduksi sehat dan Infeksi Menular

Perpustakaan Unika

Seksual (IMS) dalam materi KIE yang integral dalam penanggulangan


AIDS.
Metode

pendekatan

pendidikan

sebaya

dalam

rangka

penanggulangan yang dimaksud adalah berbagai kegiatan yang


bertujuan untuk mengembangkan pengetahuan, sikap dan tindakan
seseorang atau kelompok orang yang berkaitan dengan penanggulangan
HIV dan AIDS. Pendidikan kelompok sebaya dilaksanakan antar
kelompok sebaya tersebut dengan dipandu oleh fasilitator yang juga
berasal dari kelompok itu sendiri. Sesuai dengan kebijaksanaan
pendidikan dalam penanggulangan HIV dan AIDS, pendidikan sebaya
merupakan salah satu pelaksanaan pendidikan pencegahan HIV dan
AIDS yang dilakukan melalui kegiatan ekstrakurikuler (Depdikbud,
1997).
Hasil dari penelitian UNAIDS di beberapa negara didapatkan
hasil bahwa pendidikan melalui teman sebaya merupakan cara paling
efektif dalam pemberian informasi dikalangan pelajar karena para
pendidik sebaya diambil dari kalangan pelajar sendiri sehingga lebih
mudah diterima dan dipercaya di kalangan pelajar itu sendiri
(www.unaids.org).
Mengacu pada pengalaman negara-negara lain, pendidikan paling
efektif dalam pencegahan HIV dan AIDS adalah melalui pendidikan
sebaya. Melalui pendidikan sebaya siswa SMU diharapkan dapat
mengembangkan pesan maupun memilih media yang lebih tepat
sehingga informasi yang diterima dapat dimengerti oleh sesama mereka,
sedangkan seperangkat tingkah laku yang diharapkan dimiliki oleh

Perpustakaan Unika

individu sebagai anggota masyarakat inilah yang disebut sebagai Peran


(Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2002, hlm. 245).
Salah satu teori peran adalah Teori pemantauan diri yang
menurut

Mark

Snyder

(Suhardono,

1994,

hal.

51)

adalah

pengkombinasian antara teori pengambilan hati dan teori pengendalian


kesan. Pokok dari teori pemantauan diri ini adalah tentang bagaimana
mekanisme kendali yang digunakan oleh individu untuk memanipulasi
citra dan kesan orang lain tentang person dalam konteks interaksi sosial.
Peer Educator diharapkan mempunyai citra dan kesan yang baik
di lingkungannya terutama lingkungan sekolahnya untuk dapat menarik
minat teman-temannya agar mengikuti anjuran yang diberikan oleh Peer
Educator dalam usaha pencegahan penyakit HIV dan AIDS.
Berdasarkan hal tersebut diatas, maka peneliti ingin melakukan
penelitian untuk mengetahui peran peer educator dalam pencegahan
HIV dan AIDS di SMA dan proses penyampaian informasinya.

F. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, dapat
dilihat terdapatnya kecendrungan peningkatan HlV dan AIDS di
kelompok generasi muda. Siswa SMA sebagai generasi muda
merupakan kelompok yang perlu diselamatkan karena merupakan
Sumber Daya Manusia yang potensial bagi pembangunan bangsa. Usaha
penyelamatan tersebut salah satunya dengan Peer Education yang
menggunakan Peer Educator dari kalangan siswa SMA itu sendiri
karena bila penyampaian informasi

dilakukan oleh salah satu anak

Perpustakaan Unika

SMA dari kalangan sendiri maka informasi akan lebih mudah diterima
oleh teman-temannya yang lain, selain itu anak-anak SMA lebih terbuka
bercerita dengan teman sepermainannya atau dengan teman sebayanya
daripada bercerita dengan orangtuanya atau dengan orang dewasa yang
lebih pengalaman.
Peneliti menggunakan teori peran yang Teori Pemantauan Diri
untuk mengetahui peran dari Peer Educator dalam pencegahan HIV dan
AIDS di SMA karena peneliti ingin mengetahui sejauh mana kendali
Peer Educator atas citra dan kesan yang terbentuk dalam diri temantemannya kepada Peer Educator dalam relasi social khususnya dalam
usaha pencegahan HIV dan AIDS.
Sehingga pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1. Apakah peer educator mempunyai peran dalam pencegahan HIV dan
AIDS di SMA?
2. Bagaimana proses peer educator dalam memberikan informasi yang
tepat dan benar mengenai HIV dan AIDS di SMA ?

G. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah ingin mengetahui
tentang peran peer educator dalam pencegahan HIV dan AIDS di SMA
dan mengetahui gambaran proses peer educator dalam memberikan
informasi yang tepat dan benar mengenai HIV dan AIDS di SMA.

Perpustakaan Unika

H. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis
Dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi perkembangan
ilmu

Psikologi

khususnya

Psikologi

Sosial

dan

Psikologi

Pendidikan dalam pencegahan penyakit HIV dan AIDS di kalangan


SMA dan mengurangi peningkatan jumlah penderita HIV dan AIDS
di Indonesia pada umumnya.

2. Manfaat Praktis
Apabila peer educator hasilnya positif, maka:
a. Pendekatan pendidikan sebaya dapat digunakan sebagai salah
satu metode pendidikan kesehatan dalam upaya pencegahan dan
penanggulangan HIV dan AIDS di SMA.
b. Diharapkan dengan penelitian ini dapat memberikan manfaat
sebagai acuan bagi peer educator dalam komunikasi, informasi
dan edukasi di lingkungannya.
c. Diharapkan dapat terbentuk kelompok-kelompok motivator dari
siswa dalam menanggulangi masalah-masalah HIV dan AIDS di
SMA.

Perpustakaan Unika

BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN

A. Pengertian HIV dan AIDS


AIDS adalah singkatan dari Acquired Immune Deficiency
Syndrome, yang jika ditinjau dari asal katanya berarti sindroma
kekurangan zat kekebalan tubuh. AIDS sebenarnya bukanlah suatu
penyakit, melainkan suatu kumpulan dari berbagai gejala penyakit
(Syndrome). Gejala penyakit ini muncul sebagai akibat tubuh
kekurangan (deficiency) zat kekebalan tubuh (acquired immune).
(Depkes RI, 1997).
Sindroma ini pertama kali dilaporkan oleh Gottlieb dari Amerika
Serikat pada tahun 1981. Penyebab AIDS, yakni yang menjadi biang
keladi berkurangnya zat kekebalan adalah suatu kuman penyakit
golongan retrovirus yang disebut Human Immunodeficiency Virus,
disingkat HIV. Penyebab sindroma ini pertama kali ditemukan pada
tahun 1983 oleh Montagnier dari Perancis.
Jika seseorang terinfeksi HIV, maka virus ini akan menyerang sel
darah putih. Selanjutnya ia akan merusak dinding sel dan merusak
bagian yang memegang peranan pada kekebalan tubuh. Sel darah putih
yang sehat akan sangat berkurang. Akibatnya, kekebalan tubuh orang
tersebut menjadi menurun, dan akhirnya orang ini sangat mudah
terserang penyakit. Bahkan serangan suatu penyakit yang untuk orang
lain dapat digolongkan ringan, bagi pengidap HIV dan AIDS (Orang
Dengan HIV dan AIDS disingkat ODHA), penyakit tersebut dapat

Perpustakaan Unika

menjadi berat, bahkan dapat menimbulkan kematian. Misalnya penyakit


influenza, pada orang sehat penyakit ini akan sembuh dengan sendirinya
dalam waktu kurang lebih satu minggu, meskipun tidak diobati sama
sekali asalkan penderita makan, tidur dan istirahat yang cukup. Pada
ODHA, penyakit influenza ini akan menetap lebih lama bahkan semakin
parah pada waktu tertentu. Seorang penderita AIDS dapat meninggal
oleh penyakit infeksi lain yang menyerang dirinya akibat kekebalan
tubuhnya yang terganggu (disebut infeksi oportunistik).(Depdiknas,
2004).

1. Tahapan menjadi AIDS


Munculnya sindroma pada penderita AIDS prosesnya tidaklah
terjadi seketika. Melainkan sekitar 5 sampai 10 tahun setelah
seseorang terinfeksi HIV. Dengan perkataan lain, munculnya gejala
AIDS tidaklah segera setelah seseorang tertular HIV, melainkan
setelah 5-10 tahun kemudian. Disini akan terjadi 3 tahapan untuk
menjadi seorang penderita AIDS. Pada semua tahapan ini orang
tersebut dapat menularkan HIV ke orang lain. Tiga tahapan yang
dilalui adalah :
a. Masa Jendela, yaitu masa 3 bulan setelah seseorang tetular, di
dalam tubuh belum terbentuk anti bodi secara sempurna,
sehingga tes darah tidak akan memperlihatkan bahwa orang
tersebut telah tertular HIV.
b. Masa Tanpa Gejala, yaitu waktu (5-7 tahun) dimana tes darah
sudah menunjukkan adanya anti bodi HIV dalam darah, artinya

Perpustakaan Unika

positif HIV, namun pada masa ini tidak timbul gejala yang
menunjukkan orang tersebut menderita AIDS, atau dia masih
tampak sehat.
c. Masa dengan Gejala, ini sering disebut masa sebagai penderita
AIDS. Gejala AIDS sedah timbul dan biasanya penderita dapat
bertahan sekitar 6 bulan sampai 2 tahun, dan kemudian
meninggal (Wahyuningsih, 2000, hlm. 46).

Untuk mengetahui apakah seseorang telah mengidap HIV


perlu dilakukan pemeriksaan darah yang bertujuan untuk mendeteksi
adanya antibodi terhadap HIV, yang berarti ada HIV dalam
tubuhnya. Biasanya dilakukan dengan cara elisa reaktif sebanyak 2
kali. Bila hasilnya positif, diperlukan pemeriksaan lebih lanjut
dengan tes WB (Western Blot). Apabila hasil tes WB positif, maka
penderita tersebut dianggap sudah terinfeksi HIV dan karenanya
dapat menginfeksi orang lain.

2. Cara Penularan HIV dan AIDS


Sekali seorang telah terinfeksi HIV, maka secara perlahanlahan tetapi pasti, pembentukan zat kekebalan tubuh akan terhambat,
akibatnya jika pada seseorang yang sehat dan kebetulan terkena
infeksi tidak menimbulkan penyakit yang berat, maka pada penderita
AIDS, meskipun terinfeksi hanya oleh kuman yang tidak berbahaya,
tetapi karena zat kekebalan tubuhnya telah tidak ada, dapat
menimbulkan penyakit yang berat dan bahkan mematikan.

Perpustakaan Unika

Timbulnya penyakit infeksi pada penderita AIDS ini disebut dengan


nama infeksi oportunistik. AIDS merupakan salah satu "penyakit"
yang tergolong STD (Sexsually Transmited Disease) karena
penularannya terutama melalui hubungan seksual. Adanya STD lain
diluar AIDS sangat penting dalam penyebaran AIDS karena STD
lainnya dapat menimbulkan luka-luka kecil di alat kelamin yang
memudahkan HIV masuk ke dalam tubuh pada saat berhubungan
seksual dengan seseorang penderita HIV dan AIDS.
Dalam rangka mencegah terjangkitnya dan atau tersebarnya
AIDS, tidak ada upaya lain yang dapat dilakukan kecuali
menghindar dari kemungkinan terinfeksi HIV. Untuk ini perlu
diketahui cara-cara penularan AIDS, yaitu :
a. Melalui

hubungan

seksual

(heteroseksual,

homoseksual,

biseksual) dengan penderita yang mengidap HIV. Penyebabnya


ialah karena HIV ditemukan pada cairan mani atau cairan yang
senggama penderita HIV. HIV yang ada pada cairan tersebut
akan dipindahkan kepada pasangannya melalui luka yang terjadi
karena adanya gesekan pada waktu senggama, yang lebih banyak
ditemukan apabila dilakukan melalui dubur.
b. Melalui darah, misalnya alat suntik yang telah tercemar dengan
HIV, atau tranfusi darah yang telah tercermar oleh HIV.
c. Melalui ibu yang mengidap HIV kepada bayinya, baik pada
waktu masih dalam kandungan dan ataupun pada saat
melahirkan. Penyebabnya ialah karena HIV ditemukan pada
darah ibu yang menderita HIV.

Perpustakaan Unika

HIV memang ditemukan pula pada air ludah, air mata, air
susu, air kencing, serta tinja penderita, tetapi jumlahnya sangat
sedikit, dan karena itu tidak pernah dilaporkan berperan sebagai
sumber penularan. Bersalaman dan atau berpelukan dengan
penderita AIDS tidak akan menularkan HIV, asalkan tidak ada luka.
Nasihat untuk tidak sampai menimbulkan luka tersebut memang
sangat dianjurkan, terutama untuk petugas kesehatan yang merawat
penderita AIDS. Memakai peralatan minum dan makan penderita
AIDS, mandi dalam satu kolam renang yang sama dengan penderita
AIDS, menggunakan kamar mandi atau kakus yang sama dengan
penderita AIDS, dan atau gigitan atau serangga yang telah menggigit
penderita AlDS, juga tidak akan menularkan HIV.
Tidak ada obat yang diketahui dapat menyembuhkan HIV
atau AIDS. Tetapi ada dua kemajuan besar dalam hal perawatan
pengidap HIV dan AIDS selama 20 tahun terakhir. Pertama adalah
adanya obat-obatan yang dapat menghambat virus, mencegah atau
memperlambat terjadinya AIDS dan membuat orang-arang yang
terinfeksi HIV dapat terbebas dari gejala AIDS lebih lama. Kedua
adalah adanya pengobatan yang telah terbukti sangat penting dalam
mengurangi penularan virus dari ibu pengidap HIV pada anaknya.
Untuk itu perlu diketahui beberapa perilaku yang berisiko
tertular HIV dan AIDS, antara lain :
a. Bertambahnya pasangan seksual
b. Penggunaan jarum suntik yang tidak steril (penularan virus
masuk melalui pembuluh darah)

Perpustakaan Unika

c. Berhubungan seksual melalui lubang dubur (anal)


d. Perilaku seksual apapun (melalui mulut, dubur atau vagina) tanpa
kondom
e. Minum alkohol atau obat-obatan (konsumsi alkohol atau obatobatan lainnya menyebabkan kita terdorong untuk melakukan
hubungan seks tanpa menggunakan kondom) Tattoo tubuh atau
body piercing dengan jarum atau alat yang tidak steril atau
terkontaminasi (Wahyuningsih, 2000, hlm. 47).

B. Pengertian Pencegahan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pencegahan adalah
proses, cara, perbuatan mencegah (2000, hlm. 199).
Pencegahan dalam Kamus Kedokteran berfungsi mencegah
kejadian (Dorland, 2000, hlm.1765).
Menurut Kamus Kesehatan, pencegahan berarti berarti berada di
garis depan dalam upaya pencegahan penyakit disamping juga memiliki
peran dalam upaya promotif seperti penyuluhan kesehatan (Sue
Hinchliff, 1999, hlm.134).

C. Pengertian Peer Educator


Peer Education (pendidikan sebaya) adalah suatu proses
komunikasi, informasi dan edukasi yang dilakukan oleh dan untuk
kalangan yang sebaya yaitu kalangan satu kelompok, ini dapat berarti
kelompok sebaya pelajar, kelompok mahasiswa, sesama rekan profesi,
jenis kelamin. Kegiatan sebaya dipandang sangat efektif dalam rangka

Perpustakaan Unika

KIE penanggulangan HIV dan AIDS, karena penjelasan yang diberikan


oleh seseorang dari kalangannya sendiri akan lebih mudah dipahami
(Wahyuningsih, 2000, hlm. 1).
Menurut WHO, Peer education adalah upaya sistematis yang
dilakukan para ahli untuk memengaruhi dan menyebarkan pengalaman
serta pengetahuan mereka kepada kaum muda melalui perwakilan kaum
muda yang telah memperoleh pendidikan atau pelatihan khusus.

1. Peer education di sekolah


Di sekolah program ini dapat dilaksanakan sebagai program yang
mandiri atau dijadikan sebagai pelengkap program-program lain.
Lembaga yang bertanggung jawab atas program ini, katakanlah Dinas
Kesehatan, pertama-tama harus meyakinkan pihak sekolah tentang
keuntungan-keuntungan yang bisa diperoleh dari proyek peer education,
khususnya dalam membentuk siswa menjadi peer expert dan agent of
change. Selain itu, sekolah juga diminta kesediaannya membantu
pelaksanaan program tersebut di lingkungannya. Para guru dapat
memerankan diri sebagai agen yang dapat memberikan pengetahuan dan
mengembangkan

keterampilan

berpikir

dan

bernalar

dengan

menggunakan teknis-teknik pedagogis yang mereka kuasai. Diharapkan,


program ini pada akhirnya akan memberikan kontribusi bagi
peningkatan kesehatan siswa sekolah yang bersangkutan.
Kendala yang mungkin timbul dari pogram peer education di
sekolah adalah pihak pengelola sekolah, guru dan orang tua merasa
keberatan, mengingat isu AIDS adalah isu yang sensitif. Penambahan

Perpustakaan Unika

materi ajar, perubahan peran siswa, dan teknik interaktif yang diadopsi
mungkin saja mengganggu pihak-piak tertentu di sekolah. Selain itu
keberatan juga bisa berasal dari pengurangan waktu yang seharusnya
untuk materi ajar yang lain. Hal ini sebenarnya bisa dihindari dengan
mengintegrasikan program ini pada pelajaran olah raga dan kesehatan,
atau dilaksanakan di luar jam sekolah.

2. Peer education di luar sekolah


Sebenarnya

program

peer

education

ini

paling

tepat

diselenggarakan di luar setting sekolah. Program tersebut dapat berjalan


melalui (1) struktur formal, seperti klub-klub olah raga, asrama-asrama,
pondok-pondok pesantren, pusat-pusat kepemudaan, dan (2) kelompokkelompok anak muda di luar jaringan organisasi tertentu.
Para kaum muda (pendidik sebaya) dihadirkan dalam masyarakat
melalui orang tua, sekolah, pusat-pusat rekreasi, lembaga-lembaga
kemasyarakatan, dan organisasi kepemudaan. Jaringan organisasi dan
lembaga di masyarakat ini dapat berfungsi sebagai basis program peer
education. Sementara konteks pelaksanaan pendidikan ini bisa berada di
sekolah maupun di luar sekolah.
Pendidikan sebaya adalah untuk mengembangkan pengetahuan,
sikap dan tindakan seseorang atau kelompok orang atau siswa, yang
dilaksanakan antar kelompok atau siswa tersebut dipandu oleh fasilitator
yang juga berasal dari kelompok siswa itu sendiri, yang lebih sering
disebut pendidik sebaya (peer educator) (Depdiknas, 2004).

Perpustakaan Unika

Pendidik sebaya adalah orang yang dipilih karena mempunyai


sifat kepemimpinan dan membantu orang lain, dengan kriteria :
1) Berasal dari kelompoknya.
2) Mampu berkomunikasi dengan baik.
3) Mempunyai jiwa kepemimpinan.
4) Diterima dan disukai kelompoknya.
Untuk menjadi peer educator harus menjalani pelatihan terlebih
dahulu. Pelatihan pendidik sebaya pada dasarnya menggunakan azas
pendidikan orang dewasa (andragogi) dan mengikuti pendekatan
partisipatori. Proses pembelajaran yang berdasarkan partisipatori
andragogi ini menempatkan siswa sebagai orang yang memiliki bekal
pengetahuan dan sudah mempunyai sedikit pengalaman, keterampilan
serta cenderung untuk menentukan prestasinya sendiri. Pengalaman dan
potensi yang ada pada siswa adalah sumber yang perlu digali dalam
proses pembelajaran pada pendidikan sebaya ini (Depdiknas, 2004).
Fasilitator

dalam

pendidikan

sebaya

ini

harus

mampu

menciptakan suasana belajar diantara sesama siswa dan mampu


memotivasi agar mereka dapat berperan aktif dalam proses belajar untuk
meningkatkan pengalaman dan penghayatan terhadap suatu materi yang
dibahas.
Jadi pendidik sebaya (peer educator) harus diarahkan sebagai
kegiatan dari remaja, untuk remaja dan mengenai remaja.
Untuk menyelenggarakan pendidikan sebaya (peer education)
dengan baik perlu memperhatikan barbagai hal, yaitu :
a. Mempersiapkan diri sebagai fasilitator.

Perpustakaan Unika

b. Menghubungi kelompok sebaya.


c. Menentukan tempat dan waktu.
d. Menyiapkan materi pembelajaran.
e. Mengorganisir kegiatan.
Mengingat masalah yang dihadapi siswa adalah hal-hal yang
menyangkut atau terjadi dalam kehidupan individu yaitu siswa sendiri,
maka pendidik sebaya perlu memperhatikan berbagai hal supaya siswa
dapat berperan optimal dalam menjalankan tugasnya dengan baik yaitu :
a. Pesan yang disampaikan harus jelas.
b. Menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti.
c. Anjuran harus konkrit dan mudah dilaksanakan.
d. Komunikasi dua arah.
e. Suasana santai dan jauh dari tempat keramaian.
f. Peka terhadap sasaran.
Tujuan diadakan pelatihan peer educator dalam pencegahan HIV
dan AIDS, antara lain :
a. Menghasilkan seorang peer educator yang handal dan berkualitas.
b. Meningkatkan pengetahuan peer educator mengenai kesehatan
reproduksi, PMS, HIV/AIDS dan Narkoba.
c. Menumbuhkan

kepedulian

peer

educator

akan

pentingnya

penyebarluasan informasi kesehatan reproduksi, PMS, HIV/AIDS


dan Narkoba bagi remaja di sekitarnya.
d. Memotivasi peer educator untuk berperan aktif sebagai penyuluh
sebaya di lokasi mereka.

Perpustakaan Unika

e. Mengembangkan kerja tim dan pergulan yang positif bagi remaja di


sekolah atau di lingkungan tempat tinggalnya. (Wahyuningsih, 2000,
hlm. 3).
Pelatihan pendidik sebaya dalam upaya pencegahan HIV dan
AIDS harus juga menyangkut aspek psikologis dan sosial sebagai
dampak dari perkembangan teknologi yang terjadi. Oleh karena itu,
materi harus meliputi aspek sebagai berikut:
a. Perilaku seksual berisiko
b. IMS, HIV dan AIDS
c. Keterampilan berkomunikasi
d. Perubahan sosial yang terjadi di masyarakat (Depdiknas, 2001).
Pendidik

sebaya

yang

dipilih

yang

mempunyai

sifat

kepemimpinan dan membantu orang lain, dengan kriteria :


a. Berasal dari kelompoknya.
b. Mampu berkomunikasi dengan baik.
c. Mempunyai jiwa kepemimpinan.
d. Diterima dan disukai kelompoknya.
e. Mau bekerja dan berminat dalam pencegahan HIV dan AIDS.
Peer educator dapat bekerja dengan baik sesuai dengan yang
diharapkan, apabila menguasai materi tentang HIV dan AIDS juga IMS,
selain itu harus memiliki keterampilan :
1) Dapat berkomunikasi dengan anggota kelompok sebaya secara
perorangan maupun kelompok dengan baik.
2) Membina hubungan baik dengan pihak lain yang terkait.

Perpustakaan Unika

3) Memberikan motivasi perubahan perilaku bagi kelompok sebaya


secara perorangan maupun kelompok.
4) Dapat mencari jalan keluar/pemecahan masalah.
5) Dapat bernegosiasi.
6) Mampu membuat keputusan dengan baik. (Depdiknas, 2004).

D. Pengertian Peran
Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia (2002, hlm. 245)
dijelaskan bahwa peran adalah seperangkat tingkah laku yang
diharapkan dimiliki oleh individu sebagai anggota masyarakat.
Istilah peran diambil dari dunia drama dan teater yang hidup
subur pada jaman Yunani kuno dan Romawi. Peran menunjukkan
karakterisasi yang dibawa aktor dalam pentas drama yang dimainkan,
kemudian istilah peran digunakan dalam ilmu sosial dan diartikan
sebagai fungsi penampilan seseorang ketika menduduki suatu posisi
tertentu dalam struktur sosial. Penjelasan lain mengatakan bahwa peran
seorang actor adalah suatu batasan peran yang diberikan oleh actor lain
yang sama-sama berada dalam suatu penampilan. Peran seseorang
terkait dengan peran yang dilakukan oleh orang lain dalam suatu
hubungan social.
Peran merupakan seperangkat patokan, yang membatasi apa
perilaku yang mesti dilakukan oleh seseorang, yang menduduki suatu
posisi (Suhardono, 1994, hlm.

15). Dalam kehidupan

nyata,

membawakan peran berarti menduduki suatu posisi social dalam

Perpustakaan Unika

masyarakat dan harus patuh pada scenario yang berupa norma social,
tuntutan social dan kaidah-kaidah.
Peran atau role merupakan aspek dinamis kedudukan atau status.
Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan
kedudukannya maka dia menjalankan suatu peran. Peran dan kedudukan
tidak dapat dipisah-pisahkan, karena yang satu tergantung pada yang
lain dan sebaliknya. Tak ada peran tanpa kedudukan atau kedudukan
tanpa peran.
Sebagaimana halnya dengan kedudukan, peran juga mempunyai
dua arti. Setiap orang mempunyai macam-macam peran yang berasal
dari pola-pola pergaulan hidupnya. Hal itu sekaligus berarti bahwa
peran menentukan apa yang diberikan oleh masyarakat serta
kesempatan-kesempatan

apa

yang

diberikan

oleh

masyarakat

kepadanya. Pentingnya peran adalah karena ia mengatur perilaku


seseorang, oleh karena itu peran menyebabkan seseorang pada batasbatas tertentu dapat meramalkan perbuatan-perbuatan orang lain.
Berdasar kesimpulan diatas dapat disimpulkan peran adalah
seperangkat tingkah laku yang diharapkan dimiliki oleh setiap orang
individu, dimana peran tersebut dapat mengatur perilaku seseorang.

1. Peristilahan dalam Teori Peran


Menurut Biddle dan Thomas, ada empat peristilahan penting
dalam teori peran (Sarwono, 2003, hlm. 215), yaitu :

Perpustakaan Unika

a. Istilah tentang orang-orang yang terlibat dalam interaksi


sosial
Orang yang mengambil bagian dalam interaksi sosial
dapat dibagi dalam dua golongan sebagai berikut :
1) Aktor (actor, pelaku) : yaitu orang yang sedang berperilaku
menuruti suatu peran tertentu.
2) Target (sasaran) atau orang lain (other) : yaitu orang yang
mempunyai hubungan dengan aktor dan perilakunya.
Aktor maupun target bisa berupa individu-individu
ataupun kumpulan individu (kelompok).

b. Istilah tentang perilaku yang muncul dalam interaksi


Ada lima istilah yang menggambarkan perilaku yang
berkaitan dengan peran, yaitu :
1) Harapan terhadap peran dan norma (Role expectation and
Norm)
Harapan tentang peran adalah harapan-harapan orang
lain (pada umumnya) tentang perilaku yang pantas, yang
seharusnya ditunjukkan oleh seseorang yang mempunyai
peran tertentu.
Menurut Secord dan Backman (1964) norma hanya
merupakan salah satu bentuk harapan. Jenis-jenis harapan
sendiri terdiri dari :

Perpustakaan Unika

a) Harapan yang bersifat meramalkan (predicted role


expectation), yaitu haparan tentang suatu perilaku yang
akan terjadi.
b) Harapan normatif (prescribed role expectation), adalah
keharusan-keharusan yang menyertai suatu peran. Biddle
dan Thomas membagi lagi harapan normatif ini kedalam 2
jenis :
(1) Harapan yang terselubung (cover) : harapan yang tetap
ada walaupun tidak diucapkan. Inilah yang disebut
norma (norm).
(2) Harapan yang terbuka (overt) : yaitu harapan yang
diucapkan. Harapan jenis ini dinamai tuntutan peran
(role

demand).

Tuntutan

peran

melalui

proses

internalisasi dapat menjadi norma bagi peran yang


bersangkutan.
2) Perwujudan Peran (Role Performance)
Perwujudan peran meliputi perilaku-perilaku yang
diperlihatkan oleh aktor dan relevan dengan peran yang
sedang dimainkan. Perilaku nyata tersebut berbeda-beda
masing-masing orang, walaupun mereka sedang memerankan
peran yang sama. Variasi perilaku ini dalam teori peran
dipandang normal dan tidak terbatas. Oleh karena itu teori
peran tidak melakukan klasifikasi perilaku berdasarkan
perilaku khusus, namun berdasarkan sifat asal dari perilaku
atau motivasi. Jadi peran dilihat dari tujuan dasarnya atau

Perpustakaan Unika

hasil akhirnya, dengan mengabaikan tentang cara yang


digunakan, sehingga aktor bebas mengekspresikan peran
dalam berbagai cara sejauh masih relevan atau berkaitan
dengan peran yang dilakukan.
3) Evaluasi dan Sanksi terhadap peran (Role Evaluation and
Sanction)
Penilaian

dan

sanksi

agak

sulit

dipisahkan

pengertiannya jika dikaitkan dengan peran. Biddle dan


Thomas mengatakan bahwa ke dua hal tersebut didasarkan
pada harapan masyarakat (orang lain) tentang norma.
Berdasarkan norma itu orang memberikan kesan positif atau
negatif terhadap suatu perilaku. Kesan negatif atau positif
inilah yang dinamakan penilaian peran. Sedangkan yang
dimaksudkan dengan sanksi adalah usaha orang untuk
mempertahankan suatu nilai positif atau agar perwujudan
peran diubah sedemikian rupa sehingga yang tadinya dinilai
negatif bisa menjadi positif. Penilaian maupun sanksi dapat
dating dari orang lain maupun dari diri sendiri.
Biddle dan Thomas selanjutnya menggunakan istilah
penilaian dan sanksi terbuka (overt)-eksternal dan penilaian
dan sanksi tertutup (covert). Penilaian dan sanksi pada
mulanya disampaikan secara terbuka (overt) oleh seseorang,
kemudian yang disampaikan tersebut akan diserap orang lain
menjadi nilai (value) dan akan berfungsi sebagai penilaian
dan sanksi tertutup.

Perpustakaan Unika

Menurut Merton dan Kitt (Sarwono, 2003, hlm.221)


setiap orang memerlukan kelompok rujukan (reference
group). Fungsi kelompok rujukan antara lain :
(a) Fungsi normatif: kelompok memaksakan suatu standar
tertentu bagi perilaku dan kepercayaan anggotanya.
(b) Fungsi komparatif: kolompok hanya dijadikan alat
pembanding bagi individu untuk mengetahui apakah
perilaku atau kepercayaannya sudah tepat atau belum.

c. Istilah Kedudukan orang-orang dalam perilaku


Secord & Backman dan Biddle & Thomas memberikan
definisi yang saling melengkapi tentang kedudukan (posisi). Dari
kedua definisi mereka dapat disimpulkan bahwa kedudukan
adalah : sekumpulan orang yang secara bersama-sama (kolektif)
diakui perbedaannya dari kelompok-kelompok yang lain
berdasarkan sifat-sifat yang mereka miliki bersama, perilaku
yang sama-sama mereka perbuat dan reaksi orang-orang lain
terhadap mereka bersama.
Ada tiga faktor yang mendasari penempatan seseorang
dalam posisi tertentu, yaitu :
1) Sifat-sifat yang dimiliki bersama
2) Perilaku yang mereka perbuat bersama
3) Reaksi orang lain terhadap mereka bersama.
Peran adalah konsep sentral dari teori peran. Menurut
Biddle dan Thomas (Sarwono, 2003, hlm. 223), kebanyakan

Perpustakaan Unika

definisi-definisi

peran

menyatakan

bahwa

peran

adalah

serangkaian rumusan yang membatasi perilaku-perilaku yang


diharapkan memegang kedudukan tertentu.

d. Istilah tentang kaitan antara orang dan perilaku


Biddle dan Thomas mengemukakan bahwa kaitan
(hubungan) yang dapat dibuktikan ada atau tidak adanya dan
dapat diperkirakan kekuatannya adalah kaitan antara orang
dengan perilaku dan perilaku dengan perilaku.
Kriteria

untuk

menentukan

hubungan-hubungan

tersebut

berdasarkan:
1) Kriteria kesamaan (similarity), terdiri dari :
a) Diferensiasi : digunakan untuk hubungan perilakuperilaku, dimana dua atau lebih perilaku saling dibedakan
satu sama lain.
b) Konsensus : diartikan sebagai sejumlah kesepakatan pada
persoalan tertentu. Hal yang disepakati bisa berupa
preskripsi, penilaian, deskripsi dan sanksi. Bentuk
konsensus

bisa

terbuka

atau

tertutup.

Konsensus

mengkaitkan antara perilaku dan perilaku.


c) Disensus : menunjukkan hubungan perilaku-perilaku yang
ditandai oleh ketidaksamaan pandangan. Terdiri dari :
(1) Disensus terpolarisasi, yaitu adanya dua pendapat yang
saling bertentangan.

Perpustakaan Unika

(2) Disensus tidak terpolarisasi, yaitu adanya beberapa


pendapat yang berbeda-beda.
d) Konflik peran, merupakan akibat dari adanya disensus
terpolarisasi yang menyangkut peran. Ada dua macam
konflik peran :
(1) Konflik antar peran, misalnya menjadi wanita karir
atau ibu rumah tangga
(2) Konflik dalam peran, misalkan sikap seorang guru :
antara harus tegas dan disiplin dengan toleransi dan
pengertian.
e) Keseragaman : dua orang atau lebih memiliki peran yang
sama.
f) Spesialosasi : kaitan antara orang dan perilaku dalam satu
kelompok dibeda-bedakan menurut posisi dan peran yang
diharapkan dari mereka.
g) Konsistensi : kaitan antara perilaku dengan perilaku
sebelumnya yang masih saling berkaitan.
2) Kriteria derajat saling ketergantungan
Hubungan orang-perilaku akan mempengaruhi atau
menghambat hubungan orang-perilaku yang lain. Terdiri dari:
a. Rangsangan dan hambatan (facilitation dan hindrance)
Terdiri dari tiga jenis ketergantungan :
i.

Perilaku A menghambat atau merangsang perilaku B.

ii.

Perilaku A dan B saling merangsang atau menghambat.

iii.

Perilaku A dan B tidak saling tergantung.

Perpustakaan Unika

b. Ganjaran dan harga (reward dan cost)


(1) Perilaku A menentukan ganjaran yang diterima atau
harga yang harus dibayar oleh perilaku B.
(2) Perilaku A dan B saling menentukan ganjaran atau
bayaran masing-masing.
(3) Perilaku A dan B tidak saling menentukan ganjaran
dan harga masing-masing.
3) Gabungan antara kesamaan dengan derajad ketergantungan
Terdiri dari :
a. Konformitas : yaitu kesesuaian antara perilaku dengan
perilaku orang lain atau kesesuaian antara perilaku
seseorang dengan harapan orang lain tentang perilakunya.
b. Penyesuaian (adjusment): hubungan didasarkan atas
perbedaan antara perilaku seseorang dengan harapan orang
lain atau norma tentang perilakunya.
c. Kecermatan : adalah ketepatan penggambaran suatu peran.
Penggambaran peran yang cermat adalah penggambaran
yang sesuai dengan harapan-harapan tentang peran itu
sesuai dengan perilaku yang nyata yang ditunjukkan oleh
orang yang memegang peran itu.

Perpustakaan Unika

5. Teori-Teori Peran
Teori-teori yang termasuk teori peran:
a. Teori Pengambilan Hati
Dikemukakan oleh Jones (1965) dan Wartman (1973).
Teori ini menawarkan suatu konstruk teoritis untuk menyingkap
strategi-strategi interpersonal, yang dibawakan oleh setiap
pelaku, agar dapat membuat orang lain terkesan akan kualitaskualitas pribadinya (Suhardono, 1994, hlm. 44).
Ciri khas dari strategi yang dimaksud tidak mendasarkan
pada norma kontrak social yang lazim, kerena masing-masing
pelaku akan berusaha untuk menyiasati orang sasarannya (target)
demi tercapainya tujuan utama yaitu menciptakan kesan baik
tentang dirinya. Sementara itu pada sasaran akan cenderung
tercipta suatu kesan tentang atribut positif atau kualitas atraktif
pada diri si pelaku.
Tentang

faktor

penentu

dalam

pengambilan

hati,

ditengarai ada tiga faktor yang cukup menentukan:


a) Adanya insentif (imbalan) yang diharapkan akan diperoleh
jika pengambilan hati ini dilakukan. Pelaku diharapkan dapat
membaca gelagat pada pihak sasaran, agar pelaku dapat
mengetahui hal-hal yang dapat mengundang kekaguman atau
menimbulkan anggapan unik. Hal ini akan membimbing
pelaku untuk mendayagunakan titik kelemahan pada pihak
sasaran.

Perpustakaan Unika

b) Probabilitas subjektif, taksiran tentang resiko tinggi yang


akan ditempuh sebagi penjilat. Hal ini akan sangat
dipertimbangkan agar suatu taksiran dapat dipastikan.
Taksiran tersebut akan mencangkup kualitas, keberadaan dan
atribut dari orang sasaran.
c)

Legitimasi yang dilakukan pelaku atas tindakan untuk


mengambil hati. Cara-cara mengambil hati seringkali
menimbulkan perasaan mendua karena bertentangan dengan
etik/moral (terjadi ethical ramification), karena itu diperlukan
langkah-langkah

resolusi,

diantaranya

adalah

dengan

tersebut

bersifat

menciptakan pembenaran-pembenaran.
Hubungan

antar

ketiga

faktor

multiplikatif, dimana ketiga faktor harus muncul untuk


terlaksananya perilaku pengambilan hati. Dengan demikian jika
salah satu faktor tidak ada maka tidak akan terjadi pengambilan
hati.
Taktik pengambilan hati meliputi :
1) Peningkatan terhadap orang lain/flattery (bujukan, rayuan)
Suatu perilaku dengan mana penjilat berusaha
mencari evaluasi positif dari sasaran dengan cara memberikan
kepada sasaran suatu pujian yang dapat mempertinggi rasa
penghagaan terhadap dirinya sendiri.
2) Konformitas opini
Dikembangkan dengan asumsi bahwa orang akan
menyukai orang lain yang sikap dan keyakinannya sama

Perpustakaan Unika

dengan miliknya sehingga memungkinkan terjadinya suatu


persetujuan/penerimaan.
3) Ungkapan kekaguman (Rendering Favor)
Berupa

pemberian

favor

yang

berupa

sikap

menyenangi, sikap menghormati dan semacamnya sehingga


terkesan bahwa pemberi favor adalah pribadi yang ramah,
penuh pemahaman dan perhatian.
4) Unjuk diri
Suatu teknik untuk memaparkan atribut positif pada
diri penjilat/pelaku sehingga penjilat nampak lebih
memikat bagi sasaran. Unjuk diri dapat dilakukan dengan
langsung, bahwa seakan-akan orang lain di sekitar penjilat
melihat reputasi baik dari penjilat ini (Suhardono, 1994,
hlm.44).

b. Teori Manajemen Kesan


Teori ini ditemukan oleh Schlenker (1980). Inti teori ini,
menunjuk pada suatu usaha pelaku secara disadari atau tidak
disadari untuk mengendalikan kesan/citra orang lain tentang
dirinya, yang diproyeksikan dalam interaksi social nyata ataupun
tidak nyata.
Elemen penting teori ini meliputi:
1) Konsep Diri (Self-Concept)
Suatu cara bagaimana seseorang mengkonsepkan
dirinya berdasarkan kriteria yang diperolehnya sosialisasi.

Perpustakaan Unika

Dalam interaksi social actual materi sosialisasi ini akan


berupa kesan-kesan oleh orang lain yang sifatnya kategoris.
Seseorang akan berusaha memfungsikan kesan-kesan ini,
sehingga

dapat

memaksimalkan

kenikmatan

dan

meminimalkan penderitaan sebagai konsekuensi dari kesan


yang diperoleh karena pelabelan ketegoris tersebut.
2) Identitas Diri (Social Self)
Identitas diri yang merupakan bagian dari konsep diri
adalah self yang dikenal melalui orang lain atau apa yang
dikatakan orang lain tentang diri.
3) Pengkonstruksian Realitas Personal
Fokus utama dalam proses pengkonstruksian realitas
persoalan adalah pada kebutuhan akan pemeliharaan rasa
penghargaan kepada diri sendiri, bahkan ketika terjadi suatu
kontraversi sekalipun. Hal ini dapat dilakukan melalui
beberapa taktik:
a) Pengendalian kesan: mempengaruhi sikap dan perilaku
orang lain untuk dibelokkan pada tindakan tertentu
b) Pemaparan pada public tentang atribut diri
c) Manajemen citra diri, upaya memelihara citra diri dengan
berpatokan pada criteria-kriteria social yang diperoleh
selama individu mengalami sosialisasi
d) Upaya mengklaim kesan: proses penegaran identitas diri

Perpustakaan Unika

4) Upaya perlindungan terhadap diri


Konsekuensi

dari

keberhasilan

mengkonstruksi

identitas diri adalah ketakutan akan hal yang mengancam


identitas diri. Ketakutan ini akan menciptakan antisipasiantisipasi tentang kejadian dan konsekuensi tindakannya.
Taktik perlindungan diri diarahkan untuk mengurangi
konsekuensi dari ancaman-ancaman. Taktik perlindungan ini
disebut dengan Perilaku Remedial, yang terdiri dari:
a) Taktik mundur
b) Taktik Remedial: minta maaf atau memberi penjelasan

c. Teori Pemantauan Diri


Teori pemantauan diri menurut Mark Snyder (Suhardono,
1994, hal. 51) adalah pengkombinasian antara teori pengambilan
hati dan teori pengendalian kesan. Pokok dari teori pemantauan
diri ini adalah tentang bagaimana mekanisme kendali yang
digunakan oleh individu untuk memanipulasi citra dan kesan
orang lain tentang person dalam konteks interaksi sosial.
Titik tolak dari teori ini adalah penelusuran tentang sejauh
mana kendali individu atas citra dan kesan yang terbentuk dalam
diri orang lain kepadanya dalam relasi sosial an konsekuensi dari
adopsi strategi dan orientasi pragmatiknya pada hubungan sosial.
Individu mempunyai kemampuan dan kecenderungan
umum untuk mengendalikan perilaku pengungkapan, penyajian
diri, dan pengumbaran rasa-nya (affective display-nya). Hal ini

Perpustakaan Unika

merupakan fenomena yang stabil dalam hubungan sosial, dan


akan berpengaruh pada prilaku sosial, interaksi sosial dan
perspektif ideologinya.
Masing-masing individu dianggap mempunyai perbedaan
penting, yang terukur, dan akan mempengaruhi kadar hasil dalam
mengelola diri. Dalam hal ini dibedakan antara keadaan efektif
internal dan sikap yang stabil serta kurang begitu sadar akan
upaya untuk mengepaskan dengan situasi sosial. Sedang yang
kedua, lebih mempunyai daya tanggap terhadap situasi dan
berusaha menyesuaikannya dengan prilakunya. Mereka akan
sangat sensitif terhadap kriteria tentang perilaku yang dapat
diterima.
Synder juga merancang teorinya dengan suatu konstruk
pengukuran tentang pemantauan diri ini. Dari pengukuran itu
ditemukan bahwa:
a. Individu yang skornya tinggi, dinilai oleh kelompok
sebayanya sebagai pribadi yang tanggap terhadap isyarat dari
kesesuaian

sosial(social

appropriateness),

mempunyai

kendali yang baik atas perilaku ekspresifnya, dan efektif


dalam mengontrol kesan-kesan dari orang lain.
b. Kelompok kriteria yang juga mendapat skor tnggi dalam
ketrampilan pemantauan diri menunjukan hal yang sama.
c. Mereka juga lebih mampu mengungkapkan secara intensional
berbagai pengungkapan perasaan dan pemilikan sifat mereka.

Perpustakaan Unika

d. Mereka juga lebih penuh perhatian (atensif) terhadap


informasi yang berkenaan dengan unjuk diri kelompoknya.
Teori pemantauan diri adalah bagaimana mekanisme
kendali yang digunakan oleh individu untuk memanipulasi citra
dan kesan orang lain tentang person dalam konteks interaksi
sosial. Titik tolaknya adalah penelusuran tentang sejauh mana
kendali individu atas citra dan kesan yang terbentuk dalam diri
oranga lain kepadanya dalam relasi sosial dan konsekuensi dari
adopsi strategi dan orientasi pragmatiknya pada hubungan sosial.
Pemantauan diri tinggi (high self-monitoring) akan
menunjukan perilaku dalam situasi sosial benar-benar relevan
dengan situasi itu, sementara pemantauan diri rendah akan
menunjukan prilaku yang bersumber dari status dan sifat-sifat
meraka, karena itu ada kencenderungan dari pemantauan diri
tinggi untuk menghadapi kebermacaman situasi sosial yang
mereka hadapi. Konsekuensinya konstruk pemantauan diri
menggambarkan bahwa lingkup situasi untuk pengungkapan diri
yang dihadapi oleh individu dengan pemantauan diri tinggi lebih
baik dari pada individu dengan pemantauan diri rendah.
Kendali pengungkap yang dimiliki si pemantau diri tinggi,
mereka akan lebih terampil dan lebih cenderung mengenali
pembawaan

diri

mereka,

sehingga

secara

ajeg

dapat

mengejawantahkan sifat-sifat berlatar belakang pengungkapan


(expresive back-ground traits) yang memenuhi keinginan sosial
bila dibandingkan dengan si pemantau diri rendah. Sementara itu

Perpustakaan Unika

si pemantau diri rendah, di pihak lain, karena kurangnya


kemampuan untuk mengendalikan perilaku pengungkapan,
cenderung dipengaruhi oleh sifat-sifat yang melatarbelakaingi
pengungkapan yang mereka tampilakan kepada orang lain.

d. Teori Sadar Diri Objektif


Teori ini dikemukakan oleh Duval dan Wikclund (1972),
yang berasumsi bahwa dalam setiap individu terjadi suatu
kesenjangan pada self, yaitu antara apa yang ia pahami perihal
dirinya dan diri yang ia cita-citakan. Perhatian penuh
kesadaran akan self menimbulkan sadar diri objektif (objective
self awareness). Akibatnya individu akan mengetahui siapa
dirinya yang sebenarnya. Mengetahui diri senyatanya akan
menimbulkan suatu ketidaknyamanan dalam menghayati ataupu
menerima

dirinya.

Pengalaman

ini

tidak

mengenakkan,

karenanya individu berusaha menciptakan taktik-taktik untuk


menghindari

pengalaman

tidak

mengenakkan

tersebut

(Suhardono, 1994, hlm.53).

Peneliti menggunakan teori peran yang Teori Pemantauan


Diri untuk mengetahui peran dari Peer Educator dalam pencegahan
HIV dan AIDS di SMA karena peneliti ingin mengetahui sejauh
mana kendali Peer Educator atas citra dan kesan yang terbentuk
dalam diri teman-temannya kepada Peer Educator dalam relasi
social khususnya dalam usaha pencegahan HIV dan AIDS, bila

Perpustakaan Unika

kendali pengungkap yang dimiliki Peer Educator tinggi, mereka


akan lebih terampil dan lebih cenderung mengenali pembawaan diri
mereka, sehingga dapat mengeluarkan sifat-sifat berlatar belakang
pengungkapan (expresive back-ground traits) yang memenuhi
keinginan sosial bila dibandingkan dengan Peer Educator dengan
pemantauan diri rendah. Sementara itu si pemantau diri rendah, di
pihak lain, karena kurangnya kemampuan untuk mengendalikan
perilaku pengungkapan, cenderung dipengaruhi oleh sifat-sifat yang
melatarbelakaingi pengungkapan yang mereka tampilakan kepada
orang lain.
Pembentukan citra dan kesan teman-teman SMA yang lain
terhadap Peer Educator dapat dilakukan dengan menarik minat
teman-teman SMA yang lain untuk tertarik dengan pencegahan HIV
dan AIDS. Cara menarik minat teman-teman yang lain dapat
dilakukan dengan Peer Educator berinteraksi dan berkomunikasi
dengan mereka, setelah mendapat kepercayaan mereka baru dapat
menyampaikan informasi tentang pencegahan HIV dan AIDS
tersebut, atau bisa dengan membantu teman-teman yang lain dalam
memecahkan masalah yang mereka hadapi, sehingga dalam
penelitian ini tema-tema yang diharapkan ditemukan antara lain
komunikasi, sosialisasi, solusi konflik, kepercayaan orang lain,
sumber informasi dan dimungkinkan penemuan tema-tema yang
lain.

Perpustakaan Unika

E. Pengertian Peran Peer Educator dalam Pencegahan HIV dan AIDS


Berdasarkan pengertian di atas, pengertian Peran Peer Educator
dalam Pencegahan HIV dan AIDS adalah seperangkat tingkah laku yang
diharapkan dimiliki oleh orang yang dipilih untuk membantu teman
sebayanya untuk mengembangkan pengetahuan, sikap dan tindakan
seseorang atau kelompok siswa yang dilaksanakan antar siswa atau
kelompok, dimana peran tersebut dapat mengatur perilaku seseorang
atau kelompok dalam mencegah agar tidak terkena sindrom kekurangan
zat kekebalan tubuh.
Menurut Depdiknas (2004) peran dan tugas peer educator, antara
lain:
1. Mengadakan diskusi perorangan atau kelompok baik formal maupun
informal tentang pencegahan HIV dan AIDS.
2. Memberikan motivasi kepada perorangan maupun kelompok.
3. Membagikan materi atau bahan pelatihan/pembelajaran.
4. Membuat bahan-bahan pelatihan/pembelajaran.
5. Mengadakan pelatihan atau pertemuan untuk membahas pencegahan
HIV dan AIDS.

F. Dinamika Peran Peer Educator dalam Pencegahan HIV dan AIDS


Sebagai sebuah fenomena medis, AIDS sudah menjadi ancaman
kemanusiaan yang paling menakutkan. Ini terutama disebabkan oleh
tingkat penyebaran dan pertumbuhannya yang sangat mencemaskan.
Ketakutan ini sebenarnya bukan saja dialami orang dewasa. Kaum muda
pun sebenarnya sama atau bahkan lebih khawatir terhadap fenomena ini.

Perpustakaan Unika

Salah satu persoalan besar yang menghadang adalah kenyataan bahwa di


antara kaum muda dan orang dewasa terdapat garis yang memisahkan
dua dunia berbeda. Masing-masing pihak ingin mempertahankan batasbatas dunianya dan menolak pihak lain masuk ke dalamnya. Dengan
demikian, pikiran, perasaan, tekanan, dan sikap kaum muda yang terkait
dengan masalah ini sulit untuk dipahami orang tua. Mereka bahkan
berupaya merahasiakan pengalaman-pengalaman mereka dari kaum
tuanya. Anak-anak muda cenderung mendiskusikan pengalamanpengalaman pribadinya dengan teman sebayanya.
Kelompok anak muda di luar jaringan organisasi struktur formal
tertentu paling rentan di antara kelompok-kelompok yang rawan AIDS,
termasuk para pendatang, waria, kaum homo, pecandu narkoba, pekerja
seks, anak jalanan, gelandangan, dan pengemis. Mereka yang masuk
dalam kelompok-kelompok ini biasanya memiliki sub-kultur yang jauh
jaraknya dari kultur para ahli pada umumnya. Karena itu, akses terhadap
kelompok-kelompok ini merupakan hal yang sulit, kecuali jika kita
adalah 'salah satu dari mereka'. Selain itu, kelompok ini juga enggan
untuk diajak bekerja sama atau dilibatkan dalam proses pengambilan
keputusan.
Sebagai kelompok terbesar penyandang AIDS (80% dari total
penderita), metode yang tepat untuk dipenyampaian informasi tentang
AIDS

kepada

anak

muda

merupakan

prioritas

yang

harus

dipertimbangkan masak-masak. Salah satu yang ditawarkan oleh WHO


adalah apa yang disebut dengan 'peer education' (Wahyuningsih, 2000,
hlm. 1).

Perpustakaan Unika

Peer education adalah upaya sistematis yang dilakukan para ahli


untuk memengaruhi dan menyebarkan pengalaman serta pengetahuan
mereka kepada kaum muda melalui perwakilan kaum muda yang telah
memeroleh pendidikan atau pelatihan khusus.
Proses peer education dimulai dengan menggali gagasan-gagasan
kaum muda peserta pelatihan tentang cara-cara menanggulangi masalah
ini, meskipun beberapa di antaranya agak kurang profesional dan kurang
lumrah dalam pandangan profesional yang sudah mapan. Untuk
memberikan rasa tanggung jawab yang lebih besar, mereka didukung
oleh orang dewasa dengan cara menciptakan keterbukaan dan
komunikasi, saling menghargai dan saling memercayai.
Para kaum muda ini dihadirkan dalam masyarakat melalui orang
tua, sekolah, pusat-pusat rekreasi, lembaga-lembaga kemasyarakatan,
dan organisasi kepemudaan. Jaringan organisasi dan lembaga di
masyarakat ini dapat berfungsi sebagai basis program peer education
ini. Sementara konteks pelaksanaan pendidikan ini bisa berada di
sekolah maupun di luar sekolah.

Perpustakaan Unika

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian Kualitatif


Metode penelitian harus digunakan sebagai prosedur pelaksanaan
dalam suatu penelitian ilmiah supaya hasil yang diperoleh dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya. Oleh karena itu, maka penelitian
mengenai peran peer educator dalam pencegahan HIV dan AIDS di
SMA, menggunakan sebuah metode penelitian yaitu metode penelitian
kualitatif. Hal ini sesuai dengan tujuan penelitian yang ingin dicapai
yaitu untuk mengetahui peran peer educator dalam pencegahan HIV dan
AIDS di SMA dan mengetahui gambaran proses peer educator dalam
memberikan informasi yang tepat dan benar mengenai HIV dan AIDS di
SMA.
Penelitian ini dilaksanakan menggunakan pendekatan kualitatif
dengan metode studi kasus. John W. Creswell (Creswell, 1994, hlm. 1)
mendeskripsikan penelitian kualitatif sebagai proses penyelidikan untuk
memahami masalah social atau masalah manusia, berdasarkan pada
penciptaan gambar holistik yang dibentuk dengan kata-kata, melaporkan
pandangan informan secara terperinci, dan disusun dalam sebuah latar
ilmiah.
Bodgan dan Taylor (dalam Moleong, 2005, hlm. 4), metode
kualitatif sebagai suatu metode penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis dan lisan dari orang-orang dan

Perpustakaan Unika

perilaku yang diamati. Pendekatan ini diarahkan kepada individu dan


lingkungannya secara holistik (menyeluruh). Jadi dalam hal ini tidak
boleh mengisolasikan individu atau organisasi ke dalam variabel atau
hipotesis, tetapi perlu memandang sebagai bagian dari suatu keutuhan.
Menurut Sarantoks (dalam Poerwandari, 1998, hlm. 30),
penelitian kualitatif menghasilkan dan mengolah data yang sifatnya
deskriptif, transkripsi, wawancara, catatan lapangan, gambar foto,
rekaman video yang kemudian diterjemahkan ke dalam pandanganpandangan dasar interpretatif dan fenomenologis. Pandangan dasar
tersebut adalah : 1) Realitas sosial adalah suatu yang subyektif dan
diinterpretasikan bukan sebagai suatu yang berada diluar individu, 2)
Manusia tidak secara sederhana mengikuti hukum-hukum akan diluar
diri, melainkan rangkaian makna dalam menjalani kehidupannya, 3)
Ilmu didasarkan pada pengetahuan sehari-hari, bersifat induktif
ideografis dan tidak bebas nilai, 4) Penelitaian bertujuan untuk
memahami kehidupan sosial.
Jadi penelitian kualitatif adalah penelitian yang dilakukan
terhadap situasi yang wajar untuk menghasilkan data deskriptif yang
berupa kata-kata tertulis atau lisan / informasi dari orang-orang
(informan) yang ada di latar penelitian.
Studi kasus adalah uraian dan penjelasan komprehensif mengenai
berbagai aspek seorang individu, suatu kelompok, suatu organisasi
(komunitas), suatu program, atau suatu situasi sosial, sedangkan
penelitinya berupaya menelaah sebanyak mungkin data mengenai
subyek yang diteliti (Mulyana. 2001. hlm 201).

Perpustakaan Unika

Tujuan studi kasus adalah mempelajari secara intensif latar


belakang, status terakhir, dan interaksi social seperti individu,
kelompok, lembaga, atau komunitas (Azwar.2005. hlm 8).
Oleh karena itu, di dalam penelitian ini, metode studi kasus
dipilih untuk mengungkapkan peran peer educator dalam pencegahan
HIV dan AIDS di SMA dan mengetahui gambaran proses peer educator
dalam memberikan informasi yang tepat dan benar mengenai HIV dan
AIDS di SMA.

B. Subyek Penelitian
Dalam penelitian kualitatif subyek tidak diambil secara acak,
tetapi dipilih mengikuti criteria tertentu (Poerwandari, 1998, hlm.
60).
Sampel yang dipilih erat kaitannya dengan perolehan data dan
informasi

yang

sesuai

dengan

tujuan

penelitian.

Menurut

Poerwandari (1998, h.60), sampel tidak diambil secara acak tetapi


justru dipilih mengikuti kriteria tertentu. Menurut Maleong (2005,
hlm. 224), tujuan teknik sampling dalam penelitian kualitatif adalah
untuk merinci kekhususan yang ada kedalam konteks yang unik dan
menggali informasi yang akan menjadi dasar dari rancangan dan
teori yang muncul. Oleh sebab itu, pada penelitian kualitatif tidak
ada sampel acak, tetapi sampel bertujuan (purposive sample).
Lincoln dan Guba (Lincoln and Guba, 1985) mengemukakan
bahwa purposive sampling didasarkan atas pertimbangan informasi,
bukan

pertimbangan

statistik.

Tujuannya

adalah

untuk

Perpustakaan Unika

memaksimalkan

informasi,

bukan

untuk

memudahkan

penggeneralisasian.
Sarantoks

(dalam

Poerwandari,

1998,

hlm.

53)

mengemukakan karakteristik pengambilan sampel dalam penelitian


kualitatif sebagai berikut :
a. Diarahkan pada kasus-kasus tipikal sesuai kekhususan masalah
penelitian bukan pada jumlah khusus yang besar.
b. Tidak ditentukan sejak awal namun dapat berubah sesuai dengan
pemahaman konseptual yang berkembang dalam penelitian.
c. Diarahkan pada kecocokan konteks bukan pada keterwakilan
(dalam arti jumlah / peristiwa acak).
Poerwandari (1998, hlm. 60), prosedur pengambilan sampel
yang digunakan adalah pengambilan sampel berdasar pada teori, atau
berdasarkan konstruk operasional (Theory based atau operational
construct sampling) dimana sampel dipilih dengan kriteria tertentu,
berdasar teori atau sesuai tujuan penelitian. Hal ini dilakukan agar
sampel sungguh-sungguh mewakili fenomana yang dipelajari. Dalam
penelitian ini pengambilan sampel dilakukan secara purposive,
dimana sampel tidak diambil secara acak tetapi sampel dipilih
mengikuti kriteria tertentu dan kepada subyek juga ditanyakan
mengenai kesediannya untuk menjadi subyek penelitian.
Sesuai

dengan

tujuan

dalam

penelitian

ini,

peneliti

menggunakan subyek penelitian yang dapat memberikan informasi


secara lengkap sesuai dengan permasalahan penelitian, yaitu tiga
orang Peer educator Asa PKBI Jawa Tengah yang SMA.

Perpustakaan Unika

C. Metode Pengumpulan Data


Poerwandari (1998, hlm. 61), menyatakan sesuai dengan sifat
penelitian yang terbuka dan luwes, metode dan tipe pengumpulan data
dalam penelitian kualitatif juga beragam, disesuaikan dengan masalah,
tujuan penelitian, serta sifat objek yang diteliti. Dalam penelitian ini
metode pengumpulan data yang digunakan yaitu :

1. Observasi
Menurut Banister (dalam Poerwandari, 1998, hlm. 62) istilah
observasi diarahkan pada kegiatan memperhatikan secara akurat,
mencatat fenomena yang muncul dan mempertimbangkan hubungan
antar aspek dalam fenomena tersebut. Patton (dalam Poerwandari,
1998, hlm. 63) menegaskan bahwa observasi merupakan metode
pengumpulan data yang esensial dalam penelitian, apalagi penelitian
dengan pendekatan kualitatif.
Dalam penelitian ini observasi yang akan dilakukan mengacu
pada observasi alamiah dan observer tidak berperan aktif (non
partisipan) dimana peneliti hanya mengamati tanpa terlibat dalam
aktivitas sosial yang berlangsung. Adapun yang akan diobservasi
dalam penelitian ini meliputi kondisi fisik subyek serta lingkungan
tempat tinggal subyek, hubungan subyek dengan teman-temannya di
lingkungan sekolah dan di rumah, hubungan subyek dengan anggota
keluarganya dan perilaku subyek selama pengambilan data.

Perpustakaan Unika

2. Wawancara
Menurut Poerwandari (1998, hlm. 72), wawancara adalah
percakapan dan tanya jawab yang diarahkan untuk mencapai tujuan
tertentu. Banister (dalam Poerwandari, 1998, hlm 72) menambahkan
bahwa wawancara kualitatif dilakukan bila peneliti bermaksud
memperoleh pengetahuan tentang makna-makna yang subyektif
yang dipahami individu berkenaan dengan topik yang diteliti dan
bermaksud melakukan eksplorasi terhadap isu tersebut, suatu hal
yang tidak dapat dilakukan melalui pendekatan lain. Dalam
penelitian ini, akan digunakan wawancara semi terstruktur, yakni
wawancara yang menggunkan seperangkat pertanyaan yang telah
baku, tetapi tidak menutup kemungkinan pertanyaan disesuaikan
dengan kondisi maupun cirri-ciri responden.
Wawancara yang dilakukan bertujuan untuk mengungkap
beberapa hal, antara lain :
a. hubungan interaksi sosial Peer Educator dengan lingkungannya
b. cara KIE yang seharusnya dilakukan seorang Peer Educator
c. peran-peran yang harus diemban seorang Peer Educator
d. syarat-syarat menjadi Peer Educator
e. manfaat menjadi seorang Peer Educator

3. Sumber Referensial
Merupakan salah satu metode pengambilan data yang
dilakukan lewat studi pustaka referensial, dokumen, tulisan ilmiah,
foto, kolom, film dan sumber referensial lainnya baik secara lisan

Perpustakaan Unika

maupun tertulis yang memberikan dukungan terhadap masuknya


data dalam penelitian.

4. Pendamping PE
Peneliti melakukan wawancara kepada Pendamping PE untuk
mengetahui persyaratan dan tugas-tugas PE serta harapan Asa PKBI
Jawa Tengah sendiri dengan adanya PE.

D. Validitas dan Reliabilitas


Menurut Moleong (2005, hlm. 324) uji kesahihan dan keandalan
dalam penelitian kualitatif dapat dilakukan dengan cara perpanjangan
keikutsertaan, ketekunan pengamat, metode triangulasi, pemeriksaan
teman

sejawat,

analisis,

kasus

negatif,

kecukupan

referensial,

pengecekan anggota, uraian rinci dan auditing.


Pada penelitian ini uji kesahihan dan keandalan yang dilakukan
dengan metode :

1. Triangulasi
Menurut Moleong (2005, hlm. 330), triangulasi adalah teknik
pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain
diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding
terhadap data itu.
Triangulasi yang dilakukan adalah dengan membandingkan
data penelitian dengan yang telah diperoleh dengan sumber, teori
dan observasi.

Perpustakaan Unika

2. Pemeriksaan Teman Sejawat Melalui Diskusi


Teknik ini dilakukan dengan cara mengekspos hasil
sementara atau hasil akhir yang diperoleh dalam bentuk diskusi
analitik dengan rekan-rekan sejawat, dalam hal ini adalah
pembimbing penelitian ini dan rekan-rekan pendamping Peer
Educator Asa PKBI Jawa Tengah.

E. Analisis Data
Berbeda dengan penelitian kuantitatif, penelitian kualitatif tidak
memiliki rumusan standar untuk mengolah dan menganalisis data.
Patton (dalam Poerwandari, 1998, hlm. 87) menegaskan bahwa satu hal
yang harus diingat peneliti adalah kewajiban untuk memonitor dan
melaporkan proses serta prosedur-prosedur analisisnya dengan jujur dan
selengkap mungkin.
Proses analisis dalam penelitian ini menggunakan empat tahapan,
yaitu (Lacey & Luff, 2001, hlm.16-18) :

1. Transkripsi
Hampir semua penelitian kualitatif menggantungkan diri pada
data hasil wawancara dan diskusi dengan informan. Semua hasil
kegiatan tersebut direkam dengan tape recorder, video, atau catatan
lapangan, yang kemudian ditransfer ke dalam disket atau lainnya.
Kegiatan non-verbal informan informan, tingkah laku informan dan
emosi informan juga diperhatikan selama wawancara.

Perpustakaan Unika

2. Pengorganisasian data
Dalam

pengorganisasian

data,

perlu

dicatat

tanggal

pengumpulan data dan menandai data setiap informan dengan


menggunakan angka atau kode. Kode tersebut nantinya dapat
dijadikan sebagai acuan untuk setiap kegiatan wawancara.

3. Pengenalan
Peneliti mendengarkan tape dan menonton video hasil
wawancara, serta membaca kembali data, membuat memo dan
rangkuman sebelum analisis formal dimulai. Tahapan ini juga
merupakan hal penting.

4. Koding
Membaca transkrip wawancara perlu dilakukan sebelum
memulai tahapan ini. Setelah mengenal, selanjutnya dilakukanlah
pengkodingan. Asumsi, kita tertarik dengan gagasan dari informan
tentang kosep, perlawanan hati, dan dampak dalam hidupnya.

Perpustakaan Unika

BAB IV
PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN PENELITIAN

A. Orientasi Kancah Penelitian


Penelitian ini dilaksanakan di LSM Asa PKBI Semarang. Asa
merupakan kelompok relawan peduli AIDS dibawah naungan PKBI
Daerah Jawa Tengah, dan berdiri pada tanggal 16 Maret 1998, karena
dipacu oleh rasa prihatin terhadap merebaknya kasus HIV dan AIDS di
Indonesia dan di Jawa Tengah pada khususnya. Asa mempunyai arti
semangat, harapan, keinginan atau cita-cita.
Visi dari Asa adalah menciptakan masyarakat yang berdaya dan
terlindung dari penularan atau resiko HIV dan AIDS, sedangkan Misi
Asa adalah mengembangkan kegiatan pencegahan yang berdasarkan
keadaan kelompok masyarakat yang terjangkau, juga pendampingan dan
dukungan (support, care and treatment) pada orang yang terkena
dampak HIV dan AIDS secara langsung maupun tidak langsung.
Semangat kerja Asa adalah semangat kerelawan. Sampai saat ini,
Asa didukung oleh relawan-relawan muda yang berasal dari beragam
latar belakang ilmu, dari Kesehatan Masyarakat, Psikologi, Komunikasi,
ilmu sosial lain, hingga yang berlatar belakang ilmu pasti. Selain
relawan-relawan tersebut, Asa juga didukung oleh tenaga dokter dan
perawat.

Perpustakaan Unika

Asa mempunyai tiga unit, antara lain :


1. Unit KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi)
Berdasarkan job description yang asli, kerja dari unit KIE adalah :
a. Menyelenggarakan dan memberikan penyuluhan HIV dan AIDS
pada masyarakat umum.
b. Bertanggung jawab atas pengembangan media KIE seperti
leaflet, sticker dan newsletter.
c. Melakukan advokasi terhadap berbagai pihak untuk mendukung
penanggulangan HIV dan AIDS.
d. Melakukan publikasi terhadap kegiatan-kegiatan Asa PKBI Jawa
Tengah

Bentuk-bentuk kegiatannya, antara lain :


a. Unit KIE mempunyai tugas mengkoordinir dan memaksa relawan
Asa berceramah keliling di Semarang maupun Jawa Tengah.
Tidak hanya relawan di unit KIE saja yang berceramah,
tetapi semua unit bisa ikut memberikan ceramah. Semua relawan
Asa diharapkan pintar berkomunikasi, berani bicara, memberikan
informasi yang benar, obyektif, independen tanpa prasangka
kepada anak-anak khususnya dan masyarakat pada umumnya.
Supaya informasi yang keluar dari Asa sama, benar, tidak
membingungkan serta menyesatkan masyarakat, maka Asa
mempunyai buku Standar Ceramah Asa PKBI Jawa Tengah
sebagai pedoman.

Perpustakaan Unika

Selama ini Asa telah melakukan ceramah di SMU, SMK,


SLTP, Panti Asuhan, Pondok Pesantren, Karang Taruna, Ibu-ibu
Pengajian, PKK dan beberapa universitas yang ada di Semarang
dan beberapa kota lain seperti Pati, Kendal, Demak dan Ungaran.
Selain Ceramah Asa juga mengadakan pelatihan tentang
HIV-AIDS dan Narkoba kepada anak-anak SMU/SMK, SLTP
dan Pengelola Panti Asuhan dan Pondok Pesantren. Tindak lanjut
dari kegiatan pelatihan tersebut, Asa juga mendampingi beberapa
sekolah di Semarang atau yang disebut outreach ke sekolah setiap
dua minggu sekali. Kegiatan selama outreach pada tiap sekolah
sama, antara lain : diskusi, bertukar informasi, membuat mading
sekolah atau membantu dampingan dalam membuat kegiatan di
sekolah. Lembaga lain juga sering meminta Asa untuk menjadi
narasumber dan fasilitator di beberapa seminar/diskusi/dialog
atau Pelatihan.
b. KIE Disebut juga sebagai unit Produksi, karena mengkoordinir
pembuatan desain dan mencetak semua media KIE Asa seperti
sticker, leaflet, newsletter, AIDS Visual Cards, flipchart, buku,
serta kaos Asa. Selain itu KIE juga bertanggung jawab terhadap
kelangsungan information board atau yang sering disebut dengan
Majalah Dinding (mading). Mading Asa berada di Perpustakaan
Daerah lantai satu dan setiap bulan sekali di-upgrade agar isinya
tidak membosankan serta harus mengikuti perkembangan isue
yang ada.

Perpustakaan Unika

Selama ini Asa sudah berhasil memproduksi sticker dan


leaflet tentang IMS, HIV danAIDS juga Narkoba, serta
menerbitkan newsletter setiap 3 bulan sekali. Semua relawan
boleh

ikut

menyumbangkan

ide

kretifnya

dalam

setiap

pembuatan media KIE, baik berupa artikel, membuat design


sticker atau leaflet, maupun design kaos.
c. Melakukan audiensi kepada pihak-pihak yang menjadi pemegang
kewenangan (stakeholder), menjalin kerjasama baik dengan LSM
lain yang concern pada HIV dan AIDS, narkoba dan anak,
maupun Instansi baik swasta dan pemerintahan.
d. Menjadi Humas atau Public Relation dari Asa. Tugasnya yaitu
bertanggung jawab melaksanakan publikasi sehingga membuat
Asa makin terkenal, bentuknya bisa dengan melaksanakan
Special event seperti mengadakan Seminar pada Hari AIDS
Sedunia (HAS) di Bulan Desember, Malam Renungan AIDS
Nusantara (MRAN) di Bulan Mei, Hari Anti Madat Internasional
di Bulan Juni, memperingati Hari Anak Nasional di Bulan Juli
bersama

dampingan

Asa.

Asa

juga

biasa

membagikan,

menyebarkan media KIE seperti sticker dan leaflet HIV-AIDS


dan Narkoba ke ruang umum seperti jalan raya, mal atau taman.
Asa mengadakan semua acara itu dengan harapan bisa
meningkatkan

kepedulian

masyarakat

umum

permasalahan HIV dan AIDS, Narkoba dan Anak.

terhadap

Perpustakaan Unika

2. Unit Pelayanan
Berdasarkan job description Asa, tugas dari Unit Layanan adalah :
a. Memberikan layanan konseling atau informasi tentang narkoba
dan HIV dan AIDS melalui telepon, tatap muka, surat, atau email
b. Bertanggung jawab terhadap pengadaan dan penyelenggaraan
layanan medis

Bentuk-bentuk kegiatan di Unit Layanan, antara lain :


a. Unit Layanan mempunyai tugas menjadi tempat bertanya atau
curhat atas permasalahan yang berkaitan dengan HIV dan AIDS,
narkoba juga IMS. Asa mempunyai jadwal dari hari Senin
sampai Sabtu, dari jam 09.00 sampai dengan 17.00 WIB. Selain
layanan reguler di Jalan Cempolorejo Raya no. 33, line phone
024-7603560, dan asa_aids@yahoo.com, Asa juga menyediakan
layanan konseling pada waktu mengadakan kegiatan di luar,
seperti pada waktu ceramah, workshop, atau pameran.
b. Asa mempunyai kegiatan siaran radio yang diharapkan menjadi
konsumsi para pendengar radio sehingga menjadi wacana dan
lebih mengerti serta paham HIV dan AIDS, Narkoba juga IMS.
c. Melayani konseling HIV. Tidak sembarang konselor bisa
melayani konseling HIV, yang boleh melayani hanya konselor
yang sudah pernah ngikutin pelatihan khusus konselor HIV.
Perlakuan deelel Konseling HIV tidak seperti konseling biasa
yang hanya mendengarkan kemudian membantu menemukan
solusi, tetapi ada tiga fase, yaitu Pre Konseling, Test Darah dan

Perpustakaan Unika

Pasca Konseling (setalah hasilnya keluar). Waktu untuk melayani


konselingnya seperti biasa, tetapi pengambilan darahnya hanya
melayani dari hari Senin sampai Kamis dari jam 10.00 hingga
12.00.
d. Menyediakan layanan kesehatan atau layanan medis. Untuk
layanan medis ini selain reguler di klinik Asa, ada juga layanan
medis out center. Kegiatan ini ada tiga yaitu untuk anak-anak di
jalanan pada tiga wilayah dampingan Asa, Panti Asuhan ama
Pondok Pesantren. Tetapi selama ini Asa hanya melayani
penyakit klinis yang ringan saja, sehingga bila ditemukan
penyakit yang berat atau diharuskan ada tindakan lebih lanjut
maka akan dirujuk di tempat yang telah ditentukan.

3. Unit Outreach
Tugas-tugas Unit ini adalah:
a. Meakukan penjangkauan dan pendampingan pada anak jalanan.
b. Membuat laporan dan pendataan terhadap kondisi Dampingan
c. Membentuk

kelompok

dampingan

dan

menyelenggarakan

pertemuan Kelompok Dampingan

Bentuk-bentuk kegiatan di Unit Outreach adalah :


a. Melakukan pendampingan secara rutin 2 kali seminggu di lokasi
dimana anak jalanan itu berada (Asa mempunyai tiga lokasi
dampingan, yaitu Johar, Tugu Muda dan Siranda / Polda). Dalam
pendampingan ini PO atau Petugas Outreach mendampingi dan

Perpustakaan Unika

menemani anak jalanan di tempat mereka biasa melakukan


aktivitasnya, seperti mengamen, menjual koran, mengelap kaca
mobil, atau ngemis. Kegiatan selama mendampingi bisa macammacam, misalnya menemeni belajar, bermain, mengobrol, baik
dengan dampingan maupun komunitas setempat dan yang paling
penting adalah penyebaran akses informasi mengenai kesehatan
reproduksi, narkoba, IMS, HIV dan AIDS kepada mereka.
b. Mengadakan pertemuan Kelompok Dampingan / KD (anak
jalanan yang didampingi) minimal sebulan sekali untuk satu
lokasi, baik di lokasi KD berada maupun di kantor Asa.
Kegiatannya sama seperti waktu pendampingan di jalan,
misalnya bermain, belajar, menggambar / mewarnai dan juga
memberikan informasi tentang narkoba, IMS, HIV dan AIDS,
hanya saja lebih terkonsentrasi (biasanya disampaikan oleh
fasilitator yang lain) dan diikuti minimal oleh 10 KD. Dari
pertemuan KD ini nanti akan dibentuk PE (peer educator) atau
pendidik sebaya untuk anak jalanan.
c. Mengadakan pelayanan medis di masing-masing lokasi setiap
satu bulan sekali. Jadi di sini PO bersama dengan dokter dan
perawat serta relawan Asa yang lain turun di jalan untuk
memberikan pengobatan langsung pada mereka yang sakit.

Perpustakaan Unika

A. Persiapan Penelitian
1. Survey Awal
Peneliti melakukan survey awal untuk mengetahui gambaran
dan situasi yang ada di lapangan penelitian. Survey awal
dimaksudkan agar peneliti jelas tentang apa yang akan dilakukan
sehubungan dengan tema yang akan diangkat didalam penelitian
serta hal-hal yang kiranya dapat mempengaruhi pengambilan data.
Selain itu peneliti juga mencari informasi dari artikel dan buku-buku
yang berkaitan dengan Peran Peer Educator dalam Pencegahan HIV
dan AIDS di SMA. Peneliti telah melakukan survey awal sejak
bulan Agustus 2006 sampai bulan Juni 2007. Selama survey peneliti
mengalami

beberapa

menumbuhkan

kendala

kepercayaan

dan

sedikit

diantaranya

pendekatan

dengan

untuk
subyek

memerlukan waktu cukup lama, selain itu dalam menyamakan waktu


luang antara peneliti dan subyek cukup sulit dikerenakan kegiatan
masing-masing.

2. Perizinan
Peneliti meminta izin kepada Koordinator Asa PKBI Jawa
Tengah untuk melakukan penelitian dengan menyerahkan surat izin
penelitian resmi yang dikeluarkan oleh Universitas Katolik
Soegijapranata Semarang dengan nomor 785/B.7.3/FP/VI/2007
tertanggal 29 Juni 2007. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli
sampai dengan bulan September 2007.

Perpustakaan Unika

3. Persiapan Alat-alat Penunjang Pengumpul Data Penelitian


Persiapan yang dilakukan oleh peneliti adalah mencari,
mempersiapkan dan memahami materi yang berkaitan dengan peran
peer educator dalam pencegahan HIV dan AIDS di SMA, membuat
pedoman wawancara dan observasi, alat tulis (bolpoin), buku tulis
untuk mencatat wawancara dan pengamatan selama observasi serta
alat perekam (digunakan sesuai dengan kesepakatan peneliti dengan
subyek).

B. Pelaksanaan Penelitian
Pengumpulan data dilaksanakan dari tanggal 2 Juli 2007 sampai
dengan tanggal 17 September 2007. Penulis mengenal subyek melalui
Asa PKBI Jawa Tengah. Sementara jabatan peneliti di Asa PKBI Jawa
Tengah adalah sebagai relawan dan pendamping outreach (pendamping
peer educator). Penulis menjelaskan secara garis besar tentang
penelitian yang akan dilaksanakan dan meminta izin Koordinator Asa
PKBI Jawa Tengah selaku pimpinan Asa juga meminta kesediaan
subyek untuk membantu penulis.

Setelah subyek memberikan

persetujuan maka wawancara dilakukan sesuai dengan waktu yang


ditentukan sendiri oleh subyek.
Penulis

melakukan

penelitian

dengan

wawancara

tidak

terstruktur. Hal ini dimaksudkan agar subyek merasa nyaman dan


tenang saat dilakukan wawancara. Selain itu, penulis melakukan
wawancara dengan menggunakan pedoman wawancara yang sudah

Perpustakaan Unika

dipersiapkan sebelumnya. Alat perekam digunakan dari wawancara


subyek pertama sampai wawancara subyek terakhir.
Setelah proses penelitian selesai, bila ada data yang kurang
lengkap mengenai subyek maka penulis melengkapinya dengan
mewawancarai langsung subyek yang bersangkutan.

C. Hasil Pengumpulan Data


Hasil pengumpulan data yang telah diperoleh diuraikan dan
dibahas secara mendalam untuk tiap kasus seperti yang akan diuraikan
berikut :

Subyek I

a. Identitas Subyek
Nama

KA

Jenis Kelamin

Perempuan

Umur

19 tahun

Agama

Islam

Pekerjaan/ Pendidikan

Pegawai Swasta / SMU

Jabatan di Asa

Pen

didik Sebaya/Peer Educator (PE)

b. Hasil Observasi
Peneliti melakukan observasi pada subyek KA sebayak 4 kali,
yakni :

Perpustakaan Unika

No.
1.

Tanggal

Waktu

11 Juli 2007

14.00-17.00

Tujuan Observasi
Untuk
fisik

mengetahui kondisi
subyek,

hubungan

mengetahui

subyek

dengan

teman sesama PE, staff dan


relawan

Asa

PKBI

Jawa

tengah, mengetahui kerajinan


ibadah subyek
2.

20 Juli 2007

19.00-21.00

Untuk mengetahui kegiatan


subyek di tempat kerjanya,
mengetahui hubungan subyek
dengan teman sekerja dan
lingkungan kerja subyek

3.

27 Juli 2007

09.00-12.30

Untuk

melihat

subyek

dengan

hubungan
staff

dan

relawan

4.

13
2007

Agustus 10.00-12.00

Untuk melihat perilaku dan


ekspresi

subyek

wawancara,
hubungan

saat

mengetahui
subyek

keluarganya
Tabel 1 : Hasil Observasi Subyek I

dengan

Perpustakaan Unika

Peneliti melakukan Observasi I, saat ada pertemuan PE,


pendamping PE, staff dan calon penyandang dana. Saat datang ke
Asa, subyek dengan 2 orang temannya langsung minta izin untuk
sholat dhuhur, setelah itu mereka bergabung di forum rapat. Subyek
mempunyai kulit sawo matang dan mempunyai rambut keriting
sebahu. Tinggi badan subyek kira-kira 155 cm dan berat badan 55
kg. Wajah subyek terlihat ada beberapa jerawatnya dan terlihat
sedikit flek hitam bekas jerawat. Subyek mempunyai rambut agak
keriting dan panjangnya masih di atas bahu. Rambut subyek paling
pendek diantara teman-temannya. Saat dialog terbuka, subyek
terlihat ikut aktif dalam mengemukakan pendapatnya. Setelah
rapatnya selesai, subyek tidak langsung pulang tetapi berbincangbincang dahulu dengan pendampingnya. Saat teman-temannya
pulang, subyek ikut pulang bersama. Sebelum pulang, subyek
berpamitan dengan bersalaman pada pada semua orang yang ada di
Asa.
Observasi II, dilakukan di tempat kerja subyek dan peneliti
mengamati tanpa sepengetahuan subyek. Saat itu subyek membantu
gurunya membuka stan bakso di PRPP. Stannya berada di pintu
masuk A dan berdekatan dengan bianglala. Subyek dan teman
sekerjanya mengenakan kaos seragam yang sama berwarna kuninghijau, guru subyek juga mengenakan seragam sama. Saat peneliti
datang, subyek terlihat sibuk melayani pembeli, dari mencatat menu,
membuat minum, meracik bakso sampai mencuci piring dan
gelasnya. Setelah sepi pengunjung, teman subyek membersihkan

Perpustakaan Unika

meja-meja yang ada, sedangkan subyek merapikan kursi-kursinya.


Kemudian subyek dan dua temannya duduk disalah satu meja.
Subyek terlihat menundukkan kepala dan menaruhkannya di siku
tangan kirinya. Subyek segera bangun ketika diberitahu oleh
temannya ada pengunjung datang dan mempersilakannya duduk.
Observasi III, dilakukan di Asa. Peneliti dan subyek janjian
bertemu di Asa. Saat datang subyek mengetuk pintu dan
mengucapkan salam. Staff dan relawan yang mengetahui subyek
datang mempersilakan masuk dan menanyakan kabar, juga
keperluannya. Subyek hanya menjawab mempunyai janji untuk
bertemu dengan peneliti dan memang ingin main ke Asa. Peneliti
dan subyek mengobrol di ruang televisi. Disana ada beberapa
relawan juga, tetapi subyek terlihat tidak canggung. Saat itu peneliti
mengutarakan maksud dan meminta kesediaannya untuk subyek
subyek penelitian peneliti. Subyek bersedia dan subyek yang
menentukan waktu untuk wawancara.
Obsevasi IV, peneliti lakukan saat mengambil data
wawancara. Wawancara dilakukan di rumah subyek. Saat peneliti
datang, subyek terlihat bangun tidur. Subyek mengaku sudah bangun
dari pagi tetapi karena masih lelah dari mengikuti festival hari
sebelumnya subyek tiduran lagi. Wawancara dilakukan di teras
rumah orang tua asuh subyek. Rumah orang tua subyek sangat
nyaman, di halamannya terdapat pohon mangga, pohon belimbing
sayur dan terdapat banyak tanaman kuping gajah. Subyek tidak
menjukkan adanya penekanan kata. Subyek dalam menjawab

Perpustakaan Unika

pertanyaan dengan jawaban panjang dan jelas. Proses wawancara


sempat berhenti beberapa saat ketika ayah asuh subyek datang dari
memberi buah jambu merah. Ayah asuh subyek berkenalan dengan
peneliti. Peneliti meminta izin kepada ayah subyek untuk melakukan
wawancara dengan subyek. Setelah ayah subyek memberikan izin,
wawancara dilanjutkan kembali.

c. Hasil Wawancara
Latar Belakang Subyek
Subyek lahir di Wonosobo 19 tahun yang lalu. Ayah dan ibu
subyek bekerja sebagai petani di Wonosobo. Ayah subyek
mempunyai sebidang sawah, seekor sapi dan beberapa ekor
kambing. Subyek telah mendapat palajaran menanam padi, menanam
jagung atau kadang menanam tembakau sejak subyek kelas dua SD.
Subyek sejak kecil sudah diharuskan membantu orang tuanya baik di
rumah maupun di sawah dan subyek merasa itu sudah merupakan
kewajibannya sebagai anak, sehingga subyek tidak merasa terbebani.
Subyek mempunyai seorang adik laki-laki. Saat ini adik lakilaki subyek berusia 13 tahun. Adik subyek setelah lulus SD
Madrasah Ibtidaiyah (MI) di Wonosobo tidak mau melanjutkan ke
SMP. Ayah dan ibu subyek sudah membujuk adik subyek dengan
berbagai cara, tetapi adik subyek tetap menolak untuk melanjutkan
ke SMP. Subyek juga sudah membujuk adiknya agar mau
melanjutkan sekolahnya, tetapi tetap tidak berhasil, sehingga sudah

Perpustakaan Unika

satu tahun ini adik subyek tidak sekolah. Sekarang ini kegiatan adik
subyek hanya membantu orang tuanya di sawah dan di rumah.
Berbeda dengan adiknya, bagi subyek pendidikan itu sangat
penting karena subyek menginginkan dengan berpendidikan tinggi
dapat mendapatkan suatu pekerjaan yang lebih tinggi daripada hanya
menjadi seorang petani. Keinginan subyek ini tidak mendapatkan
dukungan dari ayahnya, ayahnya sangat tidak menyukai pendidikan,
tetapi subyek selalu mendapatkan dukungan dari ibunya. Walaupun
ibu subyek tidak bisa memberikan apa-apa, tetapi ibu subyek terus
mendukung dan mendoakan. Setelah lulus SMP subyek pergi ke
Semarang dan mencari pekerjaan dimana subyek bisa kerja dan tetap
melanjutkan sekolah ke SMA. Akhirnya subyek ikut seorang
majikan, dimana subyek kalau pagi sekolah dan sepulang sekolah
subyek mengerjakan semua pekerjaan rumah yang ada di rumah
majikannya itu. Subyek bersekolah di salah satu SMA swasta di
Semarang yang menjadi dampingan Asa PKBI Jawa Tengah. Subyek
bekerja di majikannya itu hanya bertahan beberapa bulan, setelah itu
subyek bekerja di rumah seorang dokter. Subyek setiap pagi
mendapat izin untuk bersekolah dan sepulang sekolah subyek tetap
membantu semua pekerjaan rumah yang ada di rumah dokter itu.
Saat tinggal di rumah dokter, subyek dapat membaca buku-buku
tentang kesehatan yang salah satunya tentang pencegahan HIVAIDS. Subyek tinggal di rumah dokter itu hanya satu tahun. Saat
pertengahan kelas dua, subyek tinggal di rumah kontrakan salah satu
kakak Pembina Pramuka di sekolahnya. Subyek diizinkan tinggal

Perpustakaan Unika

bersama karena subyek saat itu sebagai Ketua Pramuka di


sekolahnya sehingga hubungan subyek dan pembinanya sudah dekat.
Subyek tidak hanya tinggal dengan Pembina Pramukanya saja, tetapi
dengan adik Pembina Pramukanya dan teman Pembina Pramukanya.
Jika sudah saatnya membayar sekolah, salah seorang yang ada di
rumah saat itu atau semuanya berada di rumah, mereka selalu
membantu subyek membayar uang sekolahnya.
Saat subyek kelas tiga, kakak Pembina Pramukanya menikah
dan harus pindah ke rumah mertuanya di luar kota. Subyek mendapat
saran dari kakak Pembina Pramuka yang lain, yang menjabat sebagai
guru juga di sekolah itu, untuk mencari orang tua asuh. Subyek
menurutinya dan berusaha mencari melalui Koran. Subyek tinggal
bersama orang tua asuh dari kelas tiga hingga sekarang.
Orang tua asuh subyek ini seorang bapak pensiunan tentara.
Istrinya sudah meninggal tiga tahun yang lalu. Bapak asuh subyek
mempunyai dua orang anak perempuan yang semuanya tinggal di
Bogor, anak pertamanya sudah menikah dan yang kedua belum
menikah. Anak dari bapak asuh subyek sudah mempunyai rumah
sendiri-sendiri. Bapak asuh subyek di Semarang hanya tinggal
sendiri. Rumah bapak asuh subyek menerima kos putri, yang kos
saat ini ada dua orang ibu-ibu pegawai BRI dan dua orang
mahasiswi.
Sejak tinggal bersama bapak asuh, subyek merasa sangat
tertolong. Bapak asuh subyek yang membayar uang sekolah subyek
saat kelas tiga sampai subyek lulus SMA. Bapak asuh subyek

Perpustakaan Unika

menawarkan subyek untuk melanjutkan kuliah, subyek mencari


universitas yang membayarnya murah dan masuk sore sehingga bisa
sambil bekerja. Subyek sudah mendaftarkan diri di salah satu
universitas swasta di Semarang dan telah diterima, subyek
memutuskan untuk tidak mengambilnya. Subyek merasa kasihan
kepada bapak asuhnya yang sudah tua, yang hidupnya hanya dari
uang pensiunan tentara dan uang kos, sehingga subyek memutuskan
untuk melepas kesempatan untuk berkuliah dan saat ini subyek
masih berusaha mencari pekerjaan.

Sosialisasi Subyek
Subyek mengaku mempunyai hubungan yang lebih dekat
dengan ibunya daripada dengan ayahnya, selain itu subyek dekat
dengan keluarga dari ayahnya. Subyek dan ayahnya tidak dekat
karena subyek dan ayahnya berbeda pandangan tentang pendidikan,
ayahnya beranggapan pendidikan tidak penting sedangkan subyek
beranggapan pendidikan sangat penting untuk mencari kerja yang
lebih baik. Sedangkan hubungan subyek dengan adik laki-lakinya,
seperti hubungan kakak-adik yang lainnya, saat berjauhan subyek
merasa kangen, tetapi kalau bertemu berkelahi.
Hubungan subyek dengan bapak asuhnya baik, saat subyek
membutuhkan seseorang untuk tempat bercerita, subyek selalu
mencari bapak asuhnya atau ibu pegawai BRI yang kos di rumah
bapak asuh subyek. Subyek di Semarang ini menganggap bapak

Perpustakaan Unika

asuhnya sebagai bapaknya sendiri dan ibu pegawai BRI yang kos
seperti ibunya sendiri.
Subyek mengaku tidak begitu kenal dengan tetangga yang ada
di lingkungan rumah bapak asuhnya, hanya sebatas mengetahui jika
subyek tinggal di rumah itu saja, tetapi tetap menyapa jika ada
tetangga yang lewat. Tetangga subyek tidak ada yang seusia dengan
subyek, kebanyakan anak kecil dan orang dewasa.
Subyek merasa mempunyai banyak teman dan kebanyakan
temanya laki-laki yang usianya lebih tua dari subyek. Subyek juga
mempunyai seorang sahabat laki-laki yang usianya dua tahun lebih
tua dari subyek. Hubungan subyek dengan sahabatnya seperti kakak
dan adik. Yang membedakan subyek dan sahabatnya adalah status
ekonomi, sahabatnya mempunyai status ekonomi yang lebih tinggi
daripada subyek. Sahabat subyek sering bertanya kepada subyek
tentang pengalaman hidup subyek dan mengambil hikmah dari
pengalaman hidup subyek. Sedangkan subyek sering bertanya
masalah pendidikan yang moderen kepada sahabatnya. Hanya saja
sekarang subyek sudah jarang ketemu dengan sahabatnya karena
kesibukan masing-masing.
Walaupun subyek sudah lulus tetapi subyek masih aktif
membantu dalam kegiatan Pramuka di SMA-nya. Subyek membantu
di sana atas permintaan dari kakak Pembina Pramukanya. Hubungan
subyek dengan kakak Pembina Pramukanya yang juga sebagai guru
subyek pada waktu SMA-nya itu sangat dekat. Pada saat gurunya ini

Perpustakaan Unika

membuka stan bakso di PRPP pada beberapa waktu yang lalu,


subyek diajak untuk ikut membantu.

Kenal Asa
Subyek mengaku mengetahui Asa sudah lama karena sering
lewat di depan kantor Asa saat sekolah, hanya saja belum
mengetahui Asa secara mendalam. Saat subyek belum mengenal
Asa, subyek sering melihat teman-temannya main ke Asa, tetapi
pada waktu itu subyek tidak ikut. Ketika Asa ke sekolah
menawarkan menjadi PE, teman-teman subyek yang kebanyakan
dari anak Pramuka mendaftarkan diri sehingga subyek tertarik untuk
ikut mendaftarkan diri juga. Subyek senang dengan kegiatan Asa dan
merasa ketagihan untuk mengikuti kegiatan-kegiatannya.

Pengertian PE
PE adalah pendidik sebaya yang sudah mendapat pengetahuan
terlebih dahulu sebagai landasan untuk memberi saran yang baik
kepada teman-temannya.
Hal ini karena kalau teman-teman mempunyai masalah
tentang keremajaan, mungkin malu kalau akan bercerita kepada
orang yang lebih dewasa, seperti orang tua, dokter atau guru. Dengan
adanya PE itu, teman-teman bisa bercerita sesama teman, karena
bercerita dengan teman sendiri sehingga akan merasa enak, tidak ada
sekat, lebih terbuka, lebih santai dan tidak ada perasaan takut
dimarahi. Kalau bercerita dengan orang tua merasa takut dimarahi.

Perpustakaan Unika

Tugas-tugas PE
Pada waktu pelatihan, Asa meminta kepada para PE untuk
membuat rancangan kegiatan yang akan dilaksanakan PE di sekolah
setelah pelatihan. Anak-anak PE mempunyai tugas secara personal
memberikan informasi sebagai adanyanya informasi, yang artinya
anak-anak PE menjadi tempat curahan hati teman-temannya, selain
itu

anak-anak PE harus mempunyai media untuk memberikan

informasi kepada teman-temannya. Media tersebut bisa berupa


membuat madding, membuat majalah sekolah, melalui ceramah,
dialog atau diskusi.

Manfaat menjadi PE
Manfaat menjadi PE adalah dipercaya teman, bisa berbagi
pengetahuan tentang pencegahan HIV-AIDS kepada teman-teman di
lingkungan sekolah, di rumah atau dimana saja.

Upaya yang dilakukan untuk membantu PE dalam upaya


pencegahan HIV dan AIDS
Asa membantu PE tidak dalam bentuk uang, Asa membantu
dalam memberikan ilmu dan pikiran. Asa membantu anak-anak PE
melalui Petugas Outreach (PO) atau pendamping PE. Tugas PO
mendampingi dan memantau perkembangan PE selama menjalankan
tugasnya di sekolah. Selain itu bila anak-anak PE akan mengadakan
kegiatan seperti diskusi atau ceramah, Asa akan membantu dalam
menyusun pengorganisasiannya, kepanitiaannya, sumber dana

Perpustakaan Unika

sampai pada nara sumbernya. Asa juga membantu dalam


menyediakan sumber-sumber materi untuk madding sekolah.

Penyampaian Informasi
Subyek dalam menyampaikan informasi tidak pernah
menyinggung salah satu agama. Subyek berusaha mengajak dan
mengarahkan anak-anak SMP atau SMA yang diajak komunikasi itu
untuk tidak melihat dari sudut pandang agama tetapi dari sudut
pandang medis atau segi kesehatannya, kecuali hal-hal yang
mengangkut kodrat manusia.

Kendala yang dihadapi dengan adanya PE


Kendala yang subyek rasakan adalah peraturan sekolah. Saat
itu sekolah menghendaki kalau datang ke sekolah untuk dampingan
pada jam istirahat, padahal waktu istirahat terlalu singkat untuk
melakukan dampingan dan jika dilakukan setelah pulang sekolah,
subyek merasa kasihan anak-anak PE-nya sudah capek. Untungnya
ada beberapa sekolah yang bersedia memberikan jadwal khusus
kepada subyek untuk melakukan dampingan.

Harapan-harapan dengan adanya PE


Subyek mempunyai harapan agar Asa dapat merekrut PE
yang lain dan PE dapat menangani anak-anak yang masih remaja
yang usianya sebaya dengan mereka. Harapan subyek pada
khususnya adalah pergaulan bebas di Semarang dan pada umumnya

Perpustakaan Unika

di Indonesia lebih berkurang karena mereka akan menjadi lebih


mengetahui untung dan ruginya. Selain itu, harapannya agar pecandu
narkoba atau anak yang akan coba-coba bisa diarahkan ke barang
yang ke lebih berguna lainnya.

d. Analisa Kasus
Subyek merasa senang menjadi PE karena subyek merasa bisa
bersenang-senang juga dengan anak-anak jalanan. Selain menjadi
PE, subyek menjadi pengurus Pramuka. Subyek sering memberikan
materi saat kegiatan Pramuka dan bila ada temannya yang
mempunyai masalah, subyek selalu berusaha memberi saran. Bila
ada teman-teman yang bermain ke rumah subyek, subyek
menyarankan teman-temannya itu untuk membaca brosur-brosur dari
Asa PKBI Jateng. Saat subyek memberikan pengetahuan tentang
pencegahan HIV-AIDS, subyek kadang menyangkutkan segi agama.
Menjadi PE, subyek merasa menjadi tahu bahayanya merokok,
pergaulan bebas dan semua itu membuat subyek lebih berhati-hati
dalam pergaulan.

e. Intensitas Tema Yang Muncul


Tema

Intensitas

Keterangan
Kebetulan waktu itu aku anak Pramuka,

Sosialisasi
+++
(S)

ma temen-temen ku juga..

Perpustakaan Unika

Iya seneng, karena mungkin bisa senengKepuasan Diri


+ ++

seneng kalau misal ada sama anak-anak

( KD )
jalanan kita kan juga
Berusaha untuk memberi saran

Solusi Konflik
+++
( SK )

Gak

selamanya

kalau

temen

itu

menganggap hal itu.. hal itu untuk


Kepedulian

kebaikan,

gak

semuanya

temen

itu

+++
(P)

percaya, jadi udah capek-capek ngomong,


mungkin caranya dia tu alah gitu,
maksute agak meremehkan juga ada
Mungkin ya ada sih dari sesi agama,

Religius
++

cuman secara umumnya yang penting

(R)
orang-orang tahu gitu
Terus pulangnya bukan hanya aku dapet
Komunikasi
+++

apa.. apa namanya.. pendidikan itu, tapi

(K)
juga bisa ditularkan ke temen-temen
Aku merasa jadi tau bahayanya orang
Pengaturan Diri
+++

merokok, orang pergaulan bebas, jadi aku

( PD )
istilahnya lebih berhati-hati
Sumber Informasi

Aku lebih sering mengasih materi ke


+++

( SI )

Pramuka
Tabel 2 : Intensitas Tema yang Muncul Subyek I

Perpustakaan Unika

f. Matriks Antar Tema


KODE

Sosialisasi

Sosialisasi

Kepuasan
Diri

+++
Kepuasan
Diri

Solusi Konflik

Kepedulian

Religius

Solusi
Konflik

Kepedulian

Religius

Komunikasi

+++

Pengaturan
Diri

Sumber
Informasi

+++

+++

++

+++

+++

++

+++

+++

+++

+++

+++

++

+++

++

++

++

++

++

+++

+++

+++

+++

+++

+++
-

Komunikasi

Pengaturan
Diri

+++

Sumber
Informasi

Gbr. 1 : Matrik Subyek I

Perpustakaan Unika

Keterangan :

Mempengaruhi

+++ : kuat
++ : sedang

Berhubungan

Saling Mempengaruhi :

: lemah

Perpustakaan Unika

g. Bagan Dinamika Psikologis


Pengaturan
Diri

+++

+++
++
+++
Kepuasan
Diri

++

+++
+++
+++

Sosialisasi

Religius

++
++
+++
Kepedulian

+++
++
++
Solusi
Konflik

+++

+++
++
+++

+++

Komunikasi

+++
++

++
++
+++

+++

+++
Sumber
Informasi

+++
Gbr. 2 : Bagan Dinamika Psikologis Subyek I

Perpustakaan Unika

Subyek II

a. Identitas Subyek
Nama

RM

Jenis Kelamin

Perempuan

Umur

18 tahun

Agama

Islam

Pekerjaan/ Pendidikan :

Pegawai Swasta / SMU

Jabatan di Asa

Pendidik Sebaya/Peer Educator (PE)

b. Hasil Observasi
Peneliti melakukan observasi pada subyek RM sebayak 4 kali,
yakni :

No.
1

Tanggal
11 Juli 2007

Waktu

Tujuan Observasi

14.00 - 17.00 Untuk mengetahui kondisi fisik


subyek,

mengetahui

hubungan

subyek dengan teman sesama PE,


staff dan relawan Asa PKBI Jawa
tengah,mengetahui

kerajinan

ibadah subyek
2

13 Juli 2007

19.00 - 20.30 Mengetahui kegiatan subyek di


tempat

kerjanya,

mengetahui

hubungan subyek dengan teman


sekerja

dan

lingkungan

kerja

Perpustakaan Unika

subyek
3

18 Juli 2007

15.00 - 17.00 Mengetahui

hubungan

subyek

dengan staff dan relawan Asa


PKBI
4

23 Juli 2007

19.00 - 20.00 Mengetahui perilaku dan ekspresi


subyek
mengetahui

saat

wawancara,

hubungan

subyek

dengan keluarganya
Tabel 3 : Hasil Obsevasi Subyek II

Peneliti melakukan Observasi I, saat ada pertemuan PE,


pendamping PE, staff dan calon penyandang dana. Subyek datang
agak terlambat dari temannya yang lain karena subyek pulang dulu
ke rumah untuk sholat dan makan siang dahulu. Subyek langsung
bergabung dengan teman-temannya yang lain. Subyek terlihat tidak
banyak bicara, tetapi saat ditanya oleh calon penyandang dana
tentang kesannya selama menjadi PE, subyek manjawab dengan
suara yang keras dan jelas. Subyek mempunyai tinggi badan kirakira 150 cm dan berat badan lebih kurang 45 kg. Wajah subyek
terlihat bersih, tidak terdapat flek atau bekas jerawat. Rambut subyek
hitam lurus sepunggung, digerai dan paling panjang diantara temantemannya. Saat acara selesai, subyek terlihat sedang mengobrol
dengan salah satu relawan di ruang tamu. Setelah teman-temannya
berpamitan, subyek segera ikut berpamitan dengan menjabat tangan
seluruh relawan dan staff Asa.

Perpustakaan Unika

Observasi II, peneliti lakukan di tempat kerjanya. Subyek


bekerja sebagai penjaga toko binatang di salah satu toko swalayan
besar di Semarang. Saat peneliti datang, subyek sedang melayani
pelanggan. Subyek terlihat menggendong seekor kucing berbulu
panjang, berhidung pesek yang biasa disebut sebagai kucing angora.
Kemudian kucing tersebut diberikan kepada temannya, sedangkan
subyek

sendiri

membersihkan

kandangnya.

Setelah

selesai

membersihkan kandang, subyek menggendong kucing yang sudah


diberi makan tadi dan dimasukkan ke dalam kandang. Saat ada
pengunjung datang, subyek dan teman-temannya mempersilakan
untuk melihat-lihat terlebih dahulu. Kemudian subyek mendatangi
temannya yang baru mencatat perlengkapan yang ada di etalase toko,
subyek terlihat meminta buku yang dibawa temannya dan teman
subyek yang menyebutkan perlengkapan satu persatu.
Observasi III, subyek main ke Asa saat peneliti piket sebagai
relawan. Subyek datang dengan membawa sebuah dus putih
berukuran 15X15 cm yang berisi kue pukis yang masih hangat dan
subyek menjabat tangan semua orang yang ada di Asa, kemudian
mempersilakan

semua

relawan

untuk

mencicipi

kue

yang

dibawanya. Subyek mengaku datang ke Asa untuk menemui


pendamping

PE-nya

untuk

meminjam

buku,

tetapi

karena

pendampingnya tidak ada, subyek berpamitan pulang untuk mandi.


Subyek kembali menjabat tangan semua orang yang di Asa
kemudian mengucapkan salam.

Perpustakaan Unika

Observasi IV, dilakukan di rumah subyek ketika wawancara.


Wawancara dilakukan di ruang tamu yang beukuran 3X3 m. Rumah
subyek bercat putih. Lingkungan sekitar rumah subyek sangat ramai
dengan anak kecil yang bermain di jalan. Saat peneliti datang,
subyek baru selesai mandi. Saat wawancara dilakukan, subyek tidak
menjukkan adanya penekanan kata ekspresi yang berlebihan. Subyek
dalam menjawab pertanyaan dengan jawaban yang singkat dan
peneliti harus bertanya lebih banyak untuk mendapatkan data.

c. Hasil Wawancara
Latar Belakang subyek
Subyek lahir 18 tahun yang lalu di Semarang. Ayah subyek
seorang pekerja swasta dan ibunya mempunyai usaha mencuci
pakaian kotor. Subyek anak ke dua dari tiga bersaudara, kakak
subyek laki-laki dan sudah bekerja, sedangkan adik subyek seorang
perempuan dan saat ini kelas tiga SMP.
Subyek mengaku saat kecilnya sangat pendiam, subyek bicara
kalau ada yang bertanya. Saat subyek SMA dan ikut PE, subyek
merasa mulai bisa membuka diri dengan orang lain, bahkan dengan
orang yang baru dikenalnya, subyek bisa berkeluh kesah.
Kegiatan subyek semasa kecil hanya sekolah, bermain dan
membantu ibunya mengambil baju-baju kotor milik pelanggannya
yang berada di Pasar Bulu.

Perpustakaan Unika

Sosialisasi Subyek
Subyek mengaku mempunyai hubungan yang lebih dekat
dengan ibunya daripada dengan ayahnya, karena bila dengan
ayahnya subyek merasa tidak cocok dan selalu berselisih faham. Bila
dengan ibunya, subyek sering bertukar pikiran dan mencari solusi
sebuah masalah bersama. Subyek mempunyai empat orang sahabat
yang hubungannya menurut subyek seperti saudara sendiri, mereka
pergi main bersama dan saling berkunjung satu dengan yang lain,
sehingga subyek juga merasa dekat dengan keluarga sahabatsahabatnya. Hubungan subyek dengan tetangganya baik, subyek
mengenal semua tetangganya tetapi subyek tidak pernah bermain
bersama dengan tetangganya karena di lingkungannya tidak ada
teman yang seusia dengan subyek. Subyek mengikuti kegiatan
Pramuka di sekolah.

Kenal Asa
Walaupun rumah subyek bertetangga dengan kantor Asa,
tetapi subyek mengaku tidak mengetahui keberadaannya. Subyek
mengaku baru mengetahui Asa ketika Asa ke sekolah subyek untuk
membagikan selebaran dalam rangka menawarkan menjadi PE.

Pengertian PE
PE adalah pendidik sebaya yang mendapat bekal terlebih
dahulu berupa pengetahuan tentang kesehatan reproduksi, HIVAIDS, IMS, dan seputar anak jalanan, sehingga bila ada teman yang

Perpustakaan Unika

bertanya kepada PE, paling tidak PE dapat memberi jawaban atau


saran baik dan tidak menyesatkan. Hal ini dilatarbelakangi oleh
remaja yang lebih nyaman bila bercerita tentang seputar masalahnya
dengan teman sebayanya daripada dengan orang yang lebih tua.
Untuk menjadi PE menurut subyek tidak ada syarat khusus,
bagi yang berminat menjadi PE diperbolehkan, hanya saja siswa
kelas 1 atau kelas 2, yang kelas 3 sudah harus berkonsentrasi pada
ujian. Para guru juga ikut mengambil bagian untuk memilih anak
yang menjadi PE. Anak yang ikut PE dipilih anak yang memang
dilihat mampu dalam mengikuti semua pelajaran sekolah, sehingga
dengan kegiatan yang banyak mereka tetap dapat mengikuti
pelajaran di sekolah.

Tugas-tugas PE
Pada waktu pelatihan, Asa meminta kepada para PE untuk
membuat rancangan kegiatan yang akan dilaksanakan PE di sekolah
setelah pelatihan. Isi dari rancangan kegiatan itu antara lain membuat
mading, mengadakan diskusi, cermah dan menampung keluh kesah
dari taman-teman. Hanya saja rancangan itu belum terlaksana secara
keseluruhan yang dikarenakan kesibukan teman-teman PE dengan
kegiatan di sekolah. Kegiatan yang sudah terlaksana adalah
memberikan ceramah dan menampung keluh kesah temen-teman.

Perpustakaan Unika

Manfaat menjadi PE
Manfaat menjadi PE adalah dapat mempunyai banyak teman
dan lebih dekat dengan teman karena dapat membantu teman-teman
dalam memecahan masalah yang dihadapinya dengan memberikan
saran atau nasihat. Selain itu dapat mengetahui batas dalam
berpacaran dan dapat menjaga diri lebih baik

Upaya yang dilakukan untuk membantu PE dalam upaya


pencegahan HIV dan AIDS
Selama ini upaya subyek dalam memberikan inforormasi
pencegahan HIV dan AIDS dengan memberikan penjelasan kepada
teman-temannya dan memperlihatkan brosur-brosur dan fotocopi
materi yang didapat dari Asa, karena menurut subyek bila temantemannya membaca dengan diberi penjelasan sedikit, mereka akan
lebih mengerti.

Penyampaian Informasi
Subyek

dalam

menyampaikan

informasi

kadang

menyinggung segi agama jika temen-temennya yang bertanya itu


menyimpang dari norma yang ada.

Kendala yang dihadapi dengan adanya PE


Subyek tidak merasa mempunyai kendala selama menjadi PE.
Subyek menyaku sangat senang dan sangat menikmati menjadi PE.

Perpustakaan Unika

Harapan-harapan dengan adanya PE


Subyek mempunyai harapan agar Asa dapat merekrut PE
yang lain dan PE dapat menangani anak-anak yang masih remaja
yang usianya sebaya dengan mereka. Sehingga bagi temen-teman
yang memang senang mendengarkan keluh kesah temannya bisa
membantu memberikan solusi permasalahannya itu dan kasus HIVAIDS juga IMS dapat berkurang jumlahnya.

d. Analisa Kasus
Subyek mempunyai banyak teman, tetapi subyek tetap tidak
melupakan untuk tetap membantu ibunya mengambil pakaian kotor
di pelanggannya. Subyek merasa senang menjadi seorang PE karena
dengan menjadi PE, teman subyek bertambah banyak. Selama
menjadi PE, subyek harus menjawab pertanyaan-pertanyaan yang
diberikan oleh tamannya sesuai pengetahuan yang subyek miliki
sebagai PE. Subyek dan teman-temannya merasa lebih nyaman bila
bercerita dengan teman sendiri. Subyek dalam penyampaian
informasi ke teman-temannya kadang menyangkutkan masalah
agama.

Perpustakaan Unika

e. Intensitas Tema Yang Muncul


Tema

Intensitas

Empati

Keterangan
Bisa Bantu temen yang lagi punya

+ ++
(E)

masalah
Ada yang nanya soal kondom, ya aku

Sumber Informasi

jawab gitu lho, ya karena setahu aku


++
tahunya seperti ini, ya aku kasih tahu ke

( SI )

mereka ya seperti ini


Kita bisa ngasih saran ke dia atau ngasih
tau ternyata ee..sifat seperti itu gak baik,

Solusi Konflik
+++
( SK )

ternyata harusnya tu bersikap seperti ini


gitu..
Kadang aku sangkutin masalah agama,

Religius
++

kalau memang hampir krbablasan,aku

(R)
selalu menyangkutkan ke agama
Temen-temen sering pada ngomong kalau

Komunikasi
+++

ada apa, suka pada cerita

(K)

Iya senang, karena punya teman, lancarlancar aja, nyaman-nyaman aja, enak-enak

Kapuasan Diri
+++
( KD )

aja, malah sekarang ini banyak yang


curhat ke aku
Seorang cowok nanya soal hal pribadi ke

Kepercayaan Orang
++
( KO )

aku

Tabel 4 : Intensitas Tema yang Muncul Subyek II

Perpustakaan Unika

f. Matriks Antar Tema

KODE

Kepuasan
Diri

Kepuasan
Diri

Solusi
Konflik

Sumber
Informasi

Kepercayaan
Orang

Religius

Komunikasi

Empati

+++

+++

+++

+++

+++

+++

+++

+++

+++

++

++

++

++

+++

++

++

++

++

Solusi Konflik

Sumber
Informasi

Kepercayaan
Orang

Religius

++

+++

Komunikasi

+++
-

Empati

Gbr. 3 : Matrik antar Tema Subyek I


Keterangan :
Mempengaruhi

Berhubungan

+++ : kuat

++ : sedang
+
Salaing Mempengaruhi :

: lemah

Perpustakaan Unika

g. Bagan Dinamika Psikologis


+++

Empati

+++

++
++

+++

+++

++

Kepuasan
Diri

+++

Solusi
Konflik

+++

+++

+++

Sumber
Informasi

+++

+++

++

Komunikasi

++

+++

+++
Religius

Kepercayaan
Orang

++

++
++

Gbr. 4 : Bagan Dinamika Psikologis Subyek II

++

Perpustakaan Unika

Subyek III

a. Identitas Subyek
Nama

: FP

Jenis Kelamin

Perempuan

Umur

19 tahun

Agama

Islam

Pekerjaan/ Pendidikan :

Pegawai Swasta/SMU

Jabatan di Asa

Peer Educator (PE)

b. Hasil Observasi
Peneliti melakukan observasi pada subyek FP sebayak 4 kali,
yakni:
No.
1

Tanggal
14
2007

Waktu

Tujuan Observasi

September 14.00 - 17.00 Mengetahui kondisi fisik subyek,


mengetahui

hubungan

subyek

dengan keluarga dan lingkungan


tempat tinggal subyek
2

15
2007

September 09.00 - 10.30 Mengetahui kegiatan subyek di


tempat

kerjanya,

mengetahui

hubungan subyek dengan teman


sekerja dan lingkungan kerja
subyek
3

16

September 15.00 - 17.00 Mengetahui perilaku dan ekspresi

Perpustakaan Unika

2007

subyek
mengetahui

saat

wawancara,

hubungan

subyek

dengan keluarganya
4

17

September 12.00 - 13.00 Mengetahui

2007

hubungan

subyek

dengan staff dan relawan Asa


PKBI Jateng
Tabel 5 : Hasil Observasi Subyek III

Peneliti melakukan Observasi I di rumah subyek. Saat itu


subyek mengenakan kaos berwarna biru muda dan celana pendek
berwarna hitam. Subyek mempunyai rambut hitam lurus sebahu.
Subyek mempunyai kulit yang agak gelap. Tinggi subyek kira-kira
160 cm dan berat badan kira-kira 55 kg. Rambut subyek hitam lurus
sebahu dan digerai.
Rumah subyek berada pada perkampungan yang agak padat.
Rumah subyek terlihat lebih bagus dari rumah-rumah yang ada di
gang subyek dan mempunyai cat yang berbeda sendiri dari rumah
yang lain, rumah subyek bercat orange dan bagian depannya
terdapat warung kecilnya sedangkan rumah yang lain bercat putih.
Subyek mempersilakan peneliti duduk di dalam ruang tamu
yang berukuran 3 X 4 meter. Ruang tamu subyek juga menjadi ruang
untuk menonton televisi, jadi dalam ruang tamu terdapat seperangkat
meja-kursi tamu, televisi, tape recorder dan terdapat tempat tidur
bayi.

Perpustakaan Unika

Peneliti diterima di ruang tamu oleh ibu subyek dan subyek.


Peneliti menerangkan maksud dan tujuannya kepada ibu subyek dan
subyek untuk meminta subyek menjadi subyek penelitian. Peneliti
meminta izin kepada ibu subyek agar anaknya diperbolehkan
menjadi subyek penelitian, setelah ibu subyek mengizinkan, peneliti
dan subyek membuat janji bertemu lagi untuk melakukan
wawancara.
Observasi II, peneliti lakukan di tempat kerjanya. Subyek
bekerja sebagai pegawai cuci cetak foto di Toko Monica, Karangayu.
Saat peneliti datang, subyek sedang mencoba sebuah handycam.
Subyek terlihat duduk di bawah bersandar pada etalase. Subyek
masih belum menggunakan seragam toko karena subyek masih
dalam masa training. Subyek berdiri dan bertanya kepada temannya
tentang handycan yang dipelajarinya, kemudian subyek baru
menyadari kehadiran peneliti. Subyek seketika menyapa peneliti dan
mematikan

handycam

yang

sedang

dibawanya

kemudian

meletakkannya di dalam etalase. Subyek menanyakan alasan peneliti


berada di situ. Saat ada pelanggan datang untuk mencuci cetak,
subyek izin peneliti untuk melayani pelanggan tersebut. Subyek
memasukkan flashdisk ke dalam computer kemudian menanyakan
foto mana saja yang akan dicetak dan mencatatnya di sebuah nota.
Setelah pelanggannya pulang, subyek menemui peneliti lagi, tetapi
karena peneliti diawasin terus oleh pemilik toko, peneliti berpamitan
ke subyek dan pemilik toko tersebut.

Perpustakaan Unika

Observasi III, dilakukan di rumah subyek di ruang tamu.


Subyek melakukan wawancara pada hari Minggu sesuai dengan
perjanjian. Sebelum wawancara ibu subyek dan subyek baru
mendengarkan tape, tetapi saat peneliti akan mewawancara dan
mengeluarkan alat rekam, subyek segera mematikan tapenya. Selama
wawancara ibu subyek tiduran dilantai. Saat peneliti selesai
wawancara, ibu subyek bangun dan duduk di lantai kemudian
menanyakan hasil wawancaranya. Selama wawancara dilakukan,
subyek jarang mengadakan kontak mata dengan peneliti, subyek
lebih sering melihat ke luar jendela. Subyek menjawab pertanyaan
dengan singkat dan penelitih harus banyak bertanya kepada subyek
agar mendapat jawaban yang diinginkan. Subyek menjawab dengan
suara yang tidak begitu keras, tetapi ketika peneliti bertanya
kesannya bagaimana selama menjasi PE, subyek mulai menjawab
dengan suara yang agak keras, tetapi ketika peneliti menanyakan
hal-hal seputar materi Asa, subyek memberi jawaban singkat dan
suara yang tidak begitu keras lagi.
Observasi IV, dilakukan di Asa PKBI Jawa Tengah. Saat itu
subyek datang sendiri untuk main ke Asa di sela waktu istirahatnya.
Ketika datang, subyek mengucapkan salam dan bersalaman pada
semua orang yang ada, dari staff dan relawan. Subyek meminta izin
untuk sholat dzuhur, setelah itu subyek bergabung bersama staff dan
relawan. Para staff menanyakan kabarnya dan kegiatan yang
diikutinya setelah subyek tidak melanjutkan sekolahnya lagi. Subyek
menjawab dengan spontan dan sambil membaca Koran yang ada di

Perpustakaan Unika

depannya. Subyek mendapat telepon dari tempat kerjanya meminta


subyek agar segera kembali ke tempat kerjanya. Subyek segera
berpamitan dengan menjabat tangan semua orang den mengucapkan
salam.

c. Hasil Wawancara
Latar Belakang subyek
Subyek lahir di Semarang 19 tahun yang lalu. Subyek
merupakan anak ke tiga dari tiga bersaudara. Kakak pertama subyek
perempuan dan telah menikah, sedangkan kakak ke dua subyek lakilaki. Kakak perempuan subyek telah menikah dan mempunyai dua
orang anak. Sekarang ini kakak perempuan subyek tinggal di
Makasar ikut suami, sedangkan kakak ke dua subyek telah bekerja
dan mempunyai rumah sendiri, tatapi belum menikah. Ayah subyek
seorang pegawai swasta yang pada hari Minggu pun tetap bekerja
hingga sore. Ibu subyek seorang ibu rumah tangga biasa, tetapi ibu
subyek mempunyai kerjaan sambilan menjaga tokonya.
Subyek dari kecil tomboy karena teman-teman sepermainan
subyek paling banyak laki-laki. Subyek sejak SD menyukai kegiatan
belajar bersama dan kegiatan diskusi. Hal ini berlangsung sampai
SMP, setelah SMA sudah tidak pernah mengikuti kegiatan belajar
kelompok lagi.

Perpustakaan Unika

Sosialisasi Subyek
Subyek mengaku di rumah mempunyai hubungan yang lebih
dekat dengan kakaknya. Subyek biasa berkeluh kesah dengan
kakaknya masalah teman atau sekolah, tetapi kalau berkeluh kasha
tentang cowok, subyek lebih memilih dengan teman. Saat masih
sekolah dulu, subyek mempunyai sahabat, tetapi sekarang sudah
tidak pernah bertemu, kadang hanya komunikasi lewat telepon atau
SMS. Subyek saat ini mulai menemukan seorang teman dekat di
tepat kerjanya, sedangkan bila di lingkungan rumah subyek tidak
mempunyai sahabat, tetapi hanya teman biasa. Subyek sekarang ini
sudah jarang keluar rumah karena memang subyek lebih merasa
senang bila di rumah. Bila ada orang baru di kampungnya, subyek
hanya bertanya pada yang tahu, setelah itu sudah. Subyek di sekolah
aktif dalam kegiatan Pramuka dan OSIS.

Kenal Asa
Subyek mengaku mengetahui Asa saat ada pemanggilan
disuruh mengirim tenaga untuk dilatih sebagai PE., subyek juga
mengaku tidak mengetahui secara detailnya proses pemilihannya.

Pengertian PE
Menurut subyek, PE adalah itu sebuah kelompok yang
membahas tentang HIV-AIDS, kemudian penyakit-penyakit dan
tentang anak-anak jalanan. Subyek mengaku saat menjadi PE tidak
ada syarat tertentu, hanya saja yang menentukan adalah pihak

Perpustakaan Unika

sekolah dan subyek mengaku tidak mengetahui terpilihnya dia


karena aktif di Pramuka atau di OSIS.

Tugas-tugas PE
Kalau tugasnya PE menurut subyek menyampaikan berita
yang didapat dari Asa ke teman-teman yang kurang mengerti akan
penyakit-penyakit atau remaja-remaja. Subyek mengaku sudah
meikut menyampaikan informasi tersebut, tetapi ada yang merespon
dan ada yang tidak, yang tidak merespon ini biasanya anak IPS.

Manfaat menjadi PE
Manfaat menjadi PE adalah lebih mengerti dan lebih
mengenal masalah perkembangan remaja, HIV-AIDS dan Narkoba.

Upaya yang dilakukan untuk membantu PE dalam upaya


pencegahan HIV dan AIDS
Subyek berusaha menghindari pergaulan yang sangat bebas
dan jangan sampai ikut-ikutan teman untuk mencoba pergaulan yang
bebas.

Penyampaian Informasi
Subyek dalam menyampaikan informasi akan menyinggung
masalah agama bila itu yang mengenai soal norma atau perilaku.

Perpustakaan Unika

Kendala yang dihadapi dengan adanya PE


Subyek mengaku kendalanya pada anak-anak IPS saat
diberitahukan masalah Narkoba, mereka berpedoman kamu-kamu,
aku-aku, aku gak ikutin kamu, kamu gak ikutin aku. Selain itu harus
lebih berhati-hati bila bertemu dengan orang yang tersinggungan .

Harapan-harapan dengan adanya PE


Subyek mempunyai harapan agar orang-orang yang belum
mengetahui informasi-informasi seputar HIV-AIDS, bisa diberitahu
dan

informasi-informasi

bermanfaat

bagi

orang-orang

juga

disebarkan.

d. Analisa Kasus
Subyek menjadi pengurus OSIS dan aktif dalam kegiatan
Pramuka di sekolah. Subyek merasa senang selama menjadi PE.
Teman-teman subyek banyak yang berkeluh kesah tentang masalah
remaja, seperti masalah pacaran. Subyek dalam memberikan
jawaban atau memberi saran kepada teman-temannya tentang yang
simple-simple saja. Berdasar pengetahuan yang subyek dapat
melalui PE, subyek berusaha menghindari pergaulan yang sangat
bebas dan berusaha agar tidak ikut mencoba-coba dalam pergaulan
bebas.

Perpustakaan Unika

e. Intensitas Tema Yang Muncul


Tema

Intensitas

Keterangan
Tapi kalau kelas yang lain kurang

Kepedulian
++

merespon, kayak anak-anak IPS biasanya

(P)
kurang merespon
Sumber Informasi

Kalau aku ngasih tau ke temen-temen


+

( SI )

yang simple-simple aja


Menghindari pergaulan yang sangat bebas
ya, menghindari coba-coba, cuman ya gak

Pengaturan Diri
+++
( PD )

jangan sampek deh.. jangan sampek ikutikutan gitu lho


Kalau

menyinggung

soal

agama

ya

tergantung ya mbak, kalau itu yang

Religius
++

mengenai soal norma atau perilaku ya

(R)

mungkin juga
Komunikasi

Ya paling curhat yang biasa.. soal


+++

(K)

pacaran.. ya seperti itu..


Senang jadi PE, karena banyak temen ya,

Kapuasan Diri
+++

kan dari sekolah lain juga ada

( KD )
Sosialisasi

Aku OSIS juga, Pramuka juga, jadi gak


++

(S)

tau dipilih yang mana


Tabel 6 : Intensitas Tema yang Muncul Subyek III

Perpustakaan Unika

f. Matriks Antar Tema


KODE

Sosialisasi

Sosialisasi

Kepuasan
Diri

Sumber
Informasi

Religius

+++

+++

+++

+++

+++

Kepuasan
Diri

Komunikasi

+++

Pengaturan
Diri

Kepedulian

++

++

++

+++

+++

++

+++

++

++

++

Sumber
Informasi

+++

++

+++

Religius

+++
-

Komunikasi

Pengaturan
Diri

+++
-

Kepedulian

Gbr. 5 : Matrik antar Tema Subyek III

Keterangan :
Mempengaruhi

Berhubungan

Salaing Mempengaruhi :

+++ : kuat
++ : sedang
+ : lemah

Perpustakaan Unika

g. Bagan Dinamika Psikologis

+++

Sumber
Informasi

+++
+++

++
+++

Sosialisasi

+++

+++
+++

Kepuasan
Diri

Komunikasi

+++
+++

+++

+++

Religius

+++
Pengaturan
Diri

++

+++
++

Kepedulian

++

+++
++

++

Gbr. 6 : Bagan Dinamika Psikologis Subyek III

Perpustakaan Unika

BAB V
PEMBAHASAN

A. Penjelasan Umum
Pendidikan sebaya merupakan salah satu sumber informasi yang
penting bagi siswa, karena dalam pendidikan sebaya saling tukar
informasi dan tukar pengetahuan dilakukan dengan bahasa yang mudah
dimengerti dan memanfaatkan momentum yang tepat serta mudah
dipercaya oleh teman sebayanya. Pendidikan sebaya dalam pencegahan
HIV dan AIDS adalah berbagai kegiatan yang bertujuan untuk
mengembangkan pengetahuan, sikap dan tindakan seseorang atau
sekelompok orang yang berkaitan dengan pencegahan HIV dan AIDS,
dilaksanakan antar kelompok sebaya tersebut dengan dipandu oleh
fasilitator yang juga berasal dari kelompok itu sendiri (Depdiknas, 2004,
hlm. 133).
Pendidik sebaya dalam pencegahan HIV dan AIDS yang menjadi
subyek penelitian semuanya dipilih dari pihak sekolah. Pendidik sebaya
sebelumnya telah mendapat pelatihan terlebih dahulu sebagai bekal di
lingkungannya, khususnya di sekolah.
Peneliti menggunakan Teori Pemantauan Diri untuk mengetahui
peran Peer Educator dalam pencegahan HIV dan AIDS di SMA.
Menurut Teori Pemantauan Diri, individu dianggap mempunyai
kemampuan dan kecenderungan umum untuk mengendalikan perilaku
pengungkapan, penyajian diri, dan pengumbaran-nya. Hal ini
merupakan fenomena yang stabil dalam hubungan sosial dan akan

Perpustakaan Unika

berpengaruh pada perilaku sosial, interiksi sosial dan perspektif


ideologinya. (Suhardono, 1994, hal. 51 )
Individu dianggap mempunyai perbedaan penting, yang terukur
dan akan mempengaruhi kadar mengelola diri. Perbedaan ini dilihat dari
keadaan efektif internal dan sikap yang stabil serta kurang begitu sadar
akan upaya untuk mengepaskan dengan situasi sosial, serta lebih
mempunyai daya tangkap terhadap situasi dan berusaha menyesuaikan
dengan perilakunya.

Subyek I
Selama menjadi PE, subyek KA sering mendapat pertanyaan
seputar remaja dari teman-temannya, bahkan ada seorang adik kelasnya
yang mencurahkan isi hatinya (curhat) kepada subyek. Hal ini
mempunyai arti subyek telah mendapat kepercayaan dari adik kelasnya
untuk mengetahui permasalahan yang dihadapinya. Adik kelas subyek
menceritakan bahwa dirinya sudah salah dalam pergaulan. Adik kelas
subyek awalnya hanya sekedar chating melalui internet dan melalui
chating itulah adik kelas subyek mengenal orang-orang yang nakal,
kemudian adik kelas subyek ikut dalam kehidupan bebas yang berlanjut
pada free sex lalu ke narkoba. Subyek mencoba memberi saran agar
mulai mengurangi atau mungkin meninggalkan kehidupan yang bebas
dan akhirnya adik kelas subyek ingin tes darah untuk mengetahui
dirinya terkena HIV atau tidak. Hanya saja sampai sekarang belum
terlaksana karena kesibukan subyek dan adik kelas subyek, jadi bila
subyek mempunyai waktu luang, adik kelas subyek tidak mempunyai

Perpustakaan Unika

waktu luang, begitu juga bila adik kelas subyek yang mempunyai waktu
luang, subyek yang tidak mempunyai waktu luang. Berdasarkan
pengalaman subyek KA tersebut, subyek dapat dikatakan tanggap
terhadap isyarat dari kesesuaian social, mempunyai kendali yang baik
atas perilaku ekspresifnya, dan efektif dalam mengontrol kesan-kesan
dari orang lain karena sebagai PE subyek telah menunjukkan subyek
mampu berkomunikasi dengan baik dan mampu memberikan motivasi
kepada adik kelasnya sampai pada adik kelas subyek ingin tes darah.
Subyek juga mempunyai keterampilan pemantauan diri yang baik
karena sejak menjadi PE, subyek mengetahui bahwa kehidupan remaja
tidak selalu menyenangkan dan mempunyai pikiran yang masih labil,
sehingga subyek menjadi lebih hati-hati dalam bergaul dan menghindari
pergaulan bebas.
Subyek juga perhatian terhadap pemberian informasi pencegahan
HIV dan AIDS kepada teman-temannya, hal ini terlihat dari seringnya
subyek menyampaikan materi pada saat kegiatan Pramuka, juga bila ada
teman subyek yang bermain ke rumah, subyek selalu menunjukkan
brosur-brosur dan stiker dari Asa PKBI Jawa Tengah yang berkaitan
dengan HIV dan AIDS, terkadang dalam pemberian informasi subyek
mengkaitkan dengan agama, tetapi itu tergantuk dari agama yang dianut
dari teman yang diajak bicara, bila sekeyakinan dengan subyek, subyek
berani mengkaitkan dengan masalah agama, tetapi hanya secara umum
saja karena subyek tidak mau dibilang sok oleh temannya, dan bila
berbeda keyakinan subyek menjelaskan secara umum seperti yang
subyek dapat selama pelatihan, buku, televisi atau majalah.

Perpustakaan Unika

Saat interview, subyek terlihat menguasai materi-materi yang


berhubungan dengan pencegahan HIV dan AIDS dan mampu
menyampaikannya kepada teman-teman subyek yang lain melalui
kegiatan Pramuka dan bila ada yang bertanya kepada subyek.
Berdasar hal di atas, Subyek KA dapat dikatakan mempunyai
pemantauan diri tinggi karena subyek sebagai PE mampu menunjukkan
perilaku yang sesuai dengan tugas-tugas subyek sebagai PE.

Subyek II
Subyek RM mengaku senang menjadi PE. Selama menjadi PE,
subyek sering mendapat pertanyaan dari teman-temannya seputar
kesehatan reproduksi, soal hubungan dari mulai kissing, necking, petting
hingga intercourse, selain itu ada juga yang bertanya tentang kondom.
Pertanyaan teman subyek antara lain Apakah berciuman dengan orang
yang HIV bisa tertular? Subyek menjawabnya bisa, bila orang yang
berciuman itu saling gigit-gigitan. Ada juga yang bertanya masalah
kondom, mereka bertanya Paling enak menggunakan kondom yang
seperti apa? Subyek menjawab tidak tahu, tetapi subyek menyebutkan
dua merek kondom yang subyek tahu yaitu Fiesta dan Sutra, subyek
menyarankan memilih Fiesta karena mempunyai bermacam-macam
aroma dan bisa memilih sesuai selera. Teman laki-laki subyek ada yang
bertanya, Wanita paling bergairang bila dipegang apanya? Kalau yang
ini subyek tidak menjawab dengan terbuka karena subyek takut bila
dijawab secara terbuka, temannya itu akan mempraktekannya, sehingga
subyek hanya menjawab nanti saja kalau sudah nikah, kamu akan tahu

Perpustakaan Unika

sendiri. Subyek berusaha menjawab apa adanya sesuai pengetahuan


yang didapat subyek selama pelatihan PE. Berdasarkan pengalaman
subyek RM tersebut, subyek dapat dikatakan tanggap terhadap isyarat
dari kesesuaian social, mempunyai kendali yang baik atas perilaku
ekspresifnya, dan efektif dalam mengontrol kesan-kesan dari orang lain
karena sebagai PE subyek telah menunjukkan subyek mampu
berkomunikasi dengan baik dan mampu memberikan saran sebagaimana
yang diharapkan dari PE.
Subyek juga mempunyai keterampilan pemantauan diri yang baik
karena sejak menjadi PE, subyek bisa menjaga menjaga diri dengan cara
tidak pacaran terlalu berlebihan dan subyek mengetahui caranya
merawat diri dengan cara menjaga kebersihan badan karena jika
kebersihan badan tidak dijaga akan berpengaruh juga pada kesehatan
reproduksinya.
Subyek juga perhatian terhadap pemberian informasi pencegahan
HIV dan AIDS kepada teman-temannya, hal ini terlihat dari selain
menjadi tempat curhat, subyek sering memberi saran atau nasihat
kepada teman-temannya dan subyek kadang menunjukkan fotocopian
materi dari Asa agar teman-teman subyek membacanya, sehingga
teman-teman subyek akan lebih faham bila mendapat penjelasan dan
juga membaca sendiri. Subyek dalam menyampaikan informasi
pencegahan HIV dan AIDS selalu menyangkutkan pada masalah agama
jika melihat temannya yang akan salah dalam pergaulannya.
Saat interview subyek terlihat sedikit kurang menguasai materi
tentang pencegahan HIV dan AIDS, hal ini terlihat dari subyek yang

Perpustakaan Unika

sedikit salah dalam menjawab pertanyaan dari interviewer, tetapi subyek


tetap percaya diri dalam menjawabnya.
Berdasar hal di atas, Subyek RM dapat dikatakan mempunyai
pemantauan diri sedang karena subyek sebagai PE mampu menunjukkan
perilaku yang sesuai dengan tugas-tugas subyek sebagai PE, walaupun
subyek terlihat sedikit kurang menguasai materi pencagahan HIV dan
AIDS.

Subyek III
Selama menjadi PE, subyek FP sering mendapat pertanyaanpertanyaan dari temannya tentang infeksi menular seksual, tetapi subyek
tidak bisa menjawabnya secara langsung, subyek melemparkan kepada
teman PE yang lain karena takut merasa salah dalam menjawab dan
memberi saran kepada temannya itu. Berdasarkan pengalaman subyek
FP tersebut, subyek dapat dikatakan kurang tanggap terhadap isyarat
dari kesesuaian social, mempunyai kendali yang kurang baik atas
perilaku ekspresifnya, dan kurang efektif dalam mengontrol kesan-kesan
dari orang lain karena sebagai PE subyek memang menunjukkan mampu
berkomunikasi dengan temannya, tetapi subyek kurang mampu dalam
memberikan saran sebagaimana yang diharapkan dari PE.
Subyek juga mempunyai keterampilan pemantauan diri yang baik
karena

sejak

menjadi

PE,

subyek

merasa

lebih

mengetahui

perkembangan remaja, narkoba, infeksi menular seksual, HIV dan


AIDS. Subyek juga menghindari pergaulan yang sangat bebas.

Perpustakaan Unika

Subyek juga perhatian terhadap pemberian informasi pencegahan


HIV dan AIDS kepada teman-temannya, hal ini terlihat dari subyek
berusaha memberi nasihat kepada temannya yang hampir salah dalam
pergaulannya, walaupun nasihatnya tidak didengarkan subyek tetap
menemaninya dan akibatnya teman subyek hamil sebelum menikah.
Subyek kadang menyangkutkan masalah agama dalam pemberian
informasi tentang pencegahan HIV dan AIDS jika melihat temannya
telah melanggar norma yang ada dan bila perilakunya agak salah.
Saat interview subyek terlihat kurang menguasai materi tentang
pencegahan HIV dan AIDS, hal ini terlihat dari singkatnya jawaban
subyek saat menjawab pertanyaan dari interviewer dan hanya menjawab
seperlunya saja.
Selama

wawancara,

subyek

terlihat

agak

malu

untuk

menyebutkan kata hamil, hal ini terlihat ketika subyek bercerita


tentang temannya yang hamil diluar menikah, subyek selalu mengganti
kata hamil dengan ya kayak gitu. Sepertinya kata hamil itu tabu buat
dirinya, padahal sebagai PE seharusnya subyek bisa menjelaskan secara
terus terang.
Berdasar hal di atas, Subyek RM dapat dikatakan mempunyai
pemantauan diri kurang karena subyek sebagai PE kurang mampu
menunjukkan perilaku yang sesuai dengan tugas-tugas subyek sebagai
PE, dan subyek terlihat kurang menguasai materi pencagahan HIV dan
AIDS.
Berdasar hal di atas, Subyek RM dapat dikatakan mempunyai
pemantauan diri kurang karena subyek sebagai PE kurang mampu

Perpustakaan Unika

menunjukkan perilaku yang sesuai dengan tugas-tugas subyek sebagai


PE, dan subyek terlihat kurang menguasai materi pencagahan HIV dan
AIDS.

B. Intensitas Tema Antar Subyek


Subyek

Subyek

Subyek

II

III

+++

++

+ ++

+++

+++

+++

+++

+++

++

++

++

++

+++

+++

+++

+++

+++

+++

+++

++

Tema
Sosialisasi
(S)
Kepuasan Diri
( KD )
Solusi Konflik
( SK )
Kepedulian
(P)
Religius
(R)
Komunikasi
(K)
Pengaturan Diri
( PD )
Empati
(E)
Sumber Informasi
( SI )

Perpustakaan Unika

Kepercayaan Orang
-

++

( KO )
Tabel 7 : Intensitas Tema antar Subyek

Subyek I mempunyai hubungan sosialisasi yang lebih baik


daripada subyek III, tetapi keduanya mempunyai sosialisasi yang lebih
baik daripada subyek II.
Ketiga subyek merasa senang selama menjadi Peer Educator,
sehingga ketiga subyek mempunyai kepuasan diri yang tinggi.
Subyek I dan subyek II mempunyai solusi konflik yang baik dari
pada subyek III. Hal ini terlihat dari jawaban PE atas pertanyaan temantemannya dan saran yang diberikan.
Subyek I mempunyai kepedulian terhadap teman lebih tinggi
daripada subyek III, tetapi keduanya mempunyai kepedulian yang lebih
tinggi daripada subyek II.
Ketiga subyek kadang mengkaitkan dengan kepercayaan yang
dianutnya dalam pemberian informasi kepada teman-temannya, tetapi
selama yang diberi informasi itu satu kepercayaan dengan subyek.
Ketiga subyek menggunakan komunikasi yang baik dalam
meyampaikan informasi HIV dan AIDS kepada teman-temannya.
Subyek I mempunyai pengaturan diri yang lebih baik daripada
subyek III, tetapi keduanya mempunyai pengaturan diri yang lebih baik
daripada subyek II.

Perpustakaan Unika

Subyek II terlihat mempunyai rasa empati yang lebih daripada


kedua subyek yang lain.
Subyek I lebih sering menjadi sumber informasi untuk temantemannya daripada subyek II dan subyek III.
Subyek II terlihat mendapat kepercayaan lebih dari temantemannya daripada subyek I dan subyek III.

C. Kelemahan Penelitian
Kesempurnaan hanya milik Tuhan YME dan ketidaksempurnaan milik manusia. Penelitian ini merupakan buatan manusia
sehingga masih mempunyai beberapa kelemahan, antara lain :
1. Metode triangulasi yang digunakan belum sempura, peneliti masih
kurang menggunakan teori.
2. Subyek yang digunakan kurang banyak, sehingga data yang
diperoleh masih kurang mendalam.
3. Peneliti hanya melakukan penelitian di Kota Semarang yang
merupakan kota tempat tinggal peneliti.

Perpustakaan Unika

BAB VI
KESIMPULAN SARAN

A. Kesimpulan
Subyek I
Dari penelitian dapat disimpulkan bahwa subyek merupakan orang
yang :
1. Mampu berkomunikasi dengan temannya.
2. Mampu memberikan saran dan motivasi kepada temannya.
3. Menguasai materi / pengetahuan tentang pencegahan HIV dan AIDS
4. Mau berbagi materi / pengetahuan tentang pencegahan HIV dan
AIDS
5. Mempunyai pemantauan diri yang tinggi

Subyek II
Dari penelitian dapat disimpulkan bahwa subyek merupakan orang
yang :
1. Mampu berkomunikasi dengan temannya
2. Mampu memberikan saran dan motivasi kepada temannya
3. Agak kurang menguasai materi / pengetahuan tentang pencegahan
HIV dan AIDS
4. Mau berbagi materi / pengetahuan tentang pencegahan HIV dan
AIDS
5. Mempunyai pemantauan diri yang sedang

Subyek III
Dari penelitian dapat disimpulkan bahwa subyek merupakan orang
yang :

Perpustakaan Unika

1. Mampu berkomunikasi dengan temannya


2. Mampu memberikan saran dan motivasi kepada temannya
3. Kurang menguasai materi / pengetahuan tentang pencegahan HIV
dan AIDS
4. Mau berbagi materi / pengetahuan tentang pencegahan HIV dan
AIDS tetapi hanya sedikit
5. Mempunyai pemantauan diri yang rendah

B. Saran
Bagi Subyek I
1. Terus perbanyak membaca buku-buku tentang HIV dan AIDS untuk
menambah pengetahuan.
2. Semakin perluas pergaulan dan terus sebarkan pengetahuan tentang
HIV dan AIDS kepada orang lain.

Bagi Subyek II
1. Perbanyak membaca buku-buku tentang HIV dan AIDS untuk
menambah pengetahuan.
2. Semakin perluas pergaulan dan terus sebarkan pengetahuan tentang
HIV dan AIDS kepada orang lain.

Bagi Subyek III


1. Perbanyak membaca buku-buku tentang HIV dan AIDS untuk
menambah pengetahuan.
2. Semakin perluas pergaulan dan terus sebarkan pengetahuan tentang
HIV dan AIDS kepada orang lain.
3. Perbanyak ikut pelatihan dan seminar yang ada untuk menampah
pengetahuan.

Perpustakaan Unika

Bagi Asa PKBI Jawa Tengah


1. Pendekatan pendidikan sebaya dapat tetap digunakan sebagai salah
satu metode pendidikan kesehatan dalam upaya pencegahan dan
penanggulangan HIV dan AIDS.
2. Pendidik sebaya yang kurang efektif agar diberi pelatihan kembali
atau diberhentikan
3. Agar Asa lebih sering memantau perkembangan PE di sekolah

Bagi Teman-teman PE Lain


1. Usahakan menguasai materi pencegahan HIV dan AIDS sehingga
bila mendapat pertanyaan dari temannya dapat menjawab dan
memberikan saran dengan baik.
2. Perluas pergaulan agar dapat menambah wawasan tentang pergaulan
remaja yang terbaru.
3. Sosialisasikan materi pencegahan HIV dan AIDS dimanapun berada
sehingga tidak berhenti sebatas pada lingkungan sekolah.

Bagi Peneliti Selanjutnya


1. Agar menambah jumlah subyek.
2. Harap melakukan penelitian di kota-kota kecil juga, karena kasus
HIV dan AIDS tidak terbatas hanya di kota.

Perpustakaan Unika

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, A. 1995. Peranan Dokter Dalam Pencegahan Penanggulangan AIDS.


Jakarta : PB IDI.
Azwar, Saifuddin. 2004. Metode Penelitian. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Creswell, John W. 1994. Research Design Quantitative & Qualitative Approach.
London : Sage Publication,Inc.
Departemen Kesehatan RI. 1997. Penggerakan Pendidikan Kelompok Sebaya
Dalam Menanggulangi HIV/ AIDS dan PMS lainnya di Tempat Kerja,
Pusat Penyuluhan Kesehatan Masyarakat. Jakarta : Pusat Kesehatan
Masyarakat.
Departemen Pendidikan Nasional. 1997. Pedoman Pelatihan dan Modul
Pendidikan Sebaya (Peer Education) Dalam Rangka Pendidikan
Pencegahan HIV/AIDS di Lingkungan Pendidikan Tinggi. Jakarta :
Pusat Pengembangan Kualitas Jasmani
Departemen Pendidikan Nasional. 2001. Pedoman Pelatihan dan Modul
Pendidikan Sebaya (Peer Education) Dalam Rangka Pendidikan
Pencegahan HIV/AIDS di SLTA. Jakarta : Pusat Pengembangan Kualitas
Jasmani
Departemen Pendidikan Nasional. 2004. Pedoman Pelatihan dan Modul
Pendidikan Sebaya (Peer Education) Dalam Rangka Pendidikan
Pencegahan HIV/AIDS di SMP. Jakarta : Pusat Pengembangan Kualitas
Jasmani
Dorland. 2000. Kamus Kedokteran. Jakarta : EGC Penerbit Buku Kedokteran
Hadisaputro, S. 1994. Perilaku Seksual dan AIDS Siswa Sekolah Menengah di
10 Kota di Jawa Tengah. Jakarta : Balitbang Kesehatan dan Ditjen P2M &
PLP Depkes RI.
Hinchliff, Sue. 1999. Kamus Kesehatan ed.17. Jakarta : EGC Penerbit Buku
Kedokteran
Lacey, Anna. And Donna Luff. 2001. Trent Focus for Research and
Development in Primary Health Care : Qualitative Data Analysis.
Sheffield : Trent Focus
Lincoln, Yvona., & Edgon G.. Guba.1985. Naturalistic Inquiry. Beverly Hills :
Sage Publications.

Perpustakaan Unika

Moleong, Lexy J. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif ed. Revisi. Bandung :


PT. Remaja Rosdakarya.
Mulyana, deddy. 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif Paradigma Baru Ilmu
Komunikasi dan Ilmu Sosial. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
Poerwandari. 1998. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta : PT. Remaja
Rosdakarya.
Sarwono, Sarlito W. 2003. Teori-Teori Psikologi Sosial. Jakarta : PT. Raja
Grafindo Persada.
Suhardono, Edy. 1994. Teori Peran Konsep, Derivasi dan Implikasinya. Jakarta :
PT. Gramedia Pustaka Utama
Sulistyowati. 2006. Tak Ada Provinsi di Indonesia yang Bebas HIV/AIDS.
Dalam Kompas. Surat Kabar Harian. 18 Juli 2006. Jakarta : PT. Kompas
Media Nusantara
Wahyuningsih, S. Solehudin, U. Widiyatna. Mayanti, S. Sulaiman, A.
Suryaningsih, T. 2000. Modul Pelatihan Peer Educator Anak Gaul.
Jakarta: Rumah Gaul Yayasan Pelita Ilmu
_____. 2000. Kamus Besar Bahasa Indonesia ed.ketiga. Jakarta : Balai Pustaka
_____. 2002. Berbagai Temuan dalam Konferensi HIV-AIDS dunia. SP18.
www.unaids.org (Thu, 18 Jul 200 ).
_____. 2006. Global Estimates for Adults and Children, 2006. www.unaids.org
_____. 2006. Tak Ada Provinsi di Indonesia yang Bebas HIV/AIDS. Dalam
Kompas. Surat Kabar Harian. 18 Juli 2006. Jakarta : PT. Kompas Media
Nusantara
_____. 2007. Education Outside School Settings. www.unaids.org
_____. 2007. Program Akselerasi Penanggulangan HIV dan AIDS di 14 Kota.
www.unaids.org
_____. 2007. Anak-anak dan AIDS. www.kpa.go.id
_____. 2007. AIDS di Indonesia. www.kpa.go.id

Perpustakaan Unika

LAMPIRAN

A. PEDOMAN OBSERVASI
1. Kondisi fisik subyek
2. Kondisi lingkungan subyek (di rumah, di kantor atau di sekolah)
3. Hubungan subyek dengan keluarga
4. Hubungan subyek dengan teman-teman di rumah, di kantor atau di sekolah
5. Periaku dan ekspresi subyek selama pengambilan data
6. Sikap dan perilaku subyek yang berkaitan dengan keyakinannya

B. PEDOMAN WAWANCARA
1. Identitas subyek (nama, jenis kelamin, umur, pekerjaan)
2. Bagaimana hubungan dengan keluarga?
3. Di rumah dekat dengan siapa?
4. Bagaimana hubungan dengan teman?
5. Bagaimana hubungan dengan tetangga?
6. Punya teman dekat atau tidak?
7. Jabatan di Asa PKBI Jawa Tengah
8. Pengertian PE
9. Materi yang diberikan selama pelatihan apa saja?
10. Syarat-syarat untuk menjadi PE
11. Tugas-tugas PE
12. Manfaat menjadi PE
13. Cerita tentang salah satu kasus yang dihadapi
14. Upaya/cara apa saja yang telah dilakukan PE dalam upaya pencegahan
HIV-AIDS
15. Dalam penyampaian informasi menyinggung masalah kepercayaan atau
tidak?
16. Kendala yang dihadapi
17. Harapan-harapan dengan adanya PE

Anda mungkin juga menyukai