Laserasi Duodenum
Laserasi Duodenum
II.1 DEFINISI
Trauma tumpul abdomen adalah cedera atau perlukaan pada abdomen tanpa
penetrasi ke dalam rongga peritoneum, dapat diakibatkan oleh pukulan, benturan,
ledakan, deselarasi (perlambatan), atau kompresi. Trauma tumpul kadang tidak
memberikan kelainan yang jelas pada permukaan tubuh tetapi dapat
mengakibatkan kontusi atau laserasi jaringan atau organ di bawahnya. Benturan
pada trauma tumpul abdomen dapat menimbulkan cedera pada organ berongga
berupa perforasi atau pada organ padat berupa perdarahan. Cedera deselerasi sering
terjadi pada kecelakaan lalu lintas karena setelah tabrakan badan masih melaju dan
tertahan suatu benda keras sedangkan bagian tubuh yang relatif tidak terpancang
bergerak terus dan mengakibatkan robekan pada organ tersebut. Pada
intraperitoneal, trauma tumpul abdomen paling sering menciderai organ limpa (4055%), hati (35-45%), dan usus halus (5-10%). Sedangkan pada retroperitoneal,
organ yang paling sering cedera adalah ginjal, dan organ yang paling jarang cedera
adalah pankreas dan ureter. 11
II.2 ANATOMI
Abdomen dapat didefinisikan sebagai daerah tubuh yang terletak antara
diaphragma di bagian atas dan pintu masuk pelvis dibagian bawah. Untuk
kepentingan klinik, biasanya abdomen dibagi dalam sembilan regio oleh dua garis
vertikal, dan dua garis horizontal. Masing-masing garis vertikal melalui
pertengahan antara spina iliaca anterior superior dan symphisis pubis. Garis
Usus besar dibagi dalam caecum, appendix vermiformis, colon ascenden, colon
tranversum, colon descenden, dan colon sigmoideum, rectum dan anus. Fungsi
utama usus besar adalah absorpsi air dan elektrolit dan menyimpan bahan yang
tidak dicernakan sampai dapat dikeluarkan dari tubuh sebagai feses.
Caecum terletak pada fossa iliaca, panjang 6 cm, dan diliputi oleh peritonium.
Batas anterior pada lekukan-lekukan usus halus, sebagian omentum majus, dan
dinding anterior abdomen regio iliaca kanan. Batas posterior pada m. psoas dan m.
iliacus, n. femoralis, dan n. cutaneus femoralis lateralis. Batas medial pada
appendix vermiformis.
Appendix vermiformis panjangnya 8 13 cm, terletak pada regio iliaca kanan.
Ujung appendix dapat ditemukan pada tempat berikut : (1) tergantung dalam pelvis
berhadapan dengan dinding kanan pelvis; (2) melekuk di belakang caecum pada
fossa retrocaecalis; (3) menonjol ke atas sepanjang pinggir lateral caecum; (4) di
depan atau di belakang bagian terminal ileum.
Colon ascenden terletak pada regio iliaca kanan dengan panjang 13 cm.
Berjalan ke atas dari caecum sampai permukaan inferior lobus kanan hati, di mana
colon ascenden secara tajam ke kiri, membentuk flexura coli dextra, dan
dilanjutkan sebagai colon tranversum. Peritonium menutupi pinggir dan
permukaan depan colon ascenden dan menghubungkannya dengan dinding
posterior abdomen. Batas anterior pada lekukan-lekukan usus halus, omentum
majus, dan dinding anterior abdomen. Batas posterior pada m. Iliacus, crista iliaca,
m. Quadratus lumborum, origo m. Tranversus abdominis, dan kutub bawah ginjal
kanan.
Colon tranversum panjangnya 38 cm dan berjalan menyilang abdomen,
menduduki regio umbilikalis dan hipogastrikum. Batas anterior pada omentum
majus dan dinding anterior abdomen. Batas posterior pada bagian kedua
duodenum, caput pankreas, dan lekukan-lekukan jejunum dan ileum.
Colon descenden terletak pada regio iliaca kiri, dengan panjang 25 cm. Berjalan
ke bawah dari flexura coli sinistra sampai pinggir pelvis. Batas anterior pada
lekukan-lekukan usus halus, omentum majus, dan dinding anterior abdomen. Batas
posterior pada pinggir lateral ginjal kiri, origo m. Tranversus abdominis, m.
Quadratus lumborum, crista iliaca, m. Iliacus, dan m. Psoas kiri. 9
b. Organ Retroperitoneal
1. Ginjal
Berperan penting dalam mengatur keseimbangan air dan elektrolit dalam tubuh dan
mempertahankan keseimbangan asam basa darah. Kedua ginjal berfungsi
mengekskresi sebagian besar zat sampah metabolisme dalam bentuk urin. Ginjal
berwarna coklat-kemerahan, terletak tinggi pada dinding posterior abdomen,
sebagian besar ditutupi oleh tulang iga. Ginjal kanan terletak lebih rendah
dibanding ginjal kiri, dikarenakan adanya lobus kanan hati yang besar.
Ginjal dikelilingi oleh capsula fibrosa yang melekat erat dengan cortex ginjal. Di
luar capsula fibrosa terdapat jaringan lemak yang disebut lemak perirenal. Fascia
renalis mengelilingi lemak perirenal dan meliputi ginjal dan kelenjar suprarenalis.
Fascia renalis merupakan kondensasi jaringan areolar, yang di lateral melanjutkan
diri sebagai fascia tranversus. Di belakang fascia renalis terdapat banyak lemak
yang disebut lemak pararenal.
Batas anterior ginjal kanan pada kelenjar suprarenalis, hati, bagian kedua
duodenum, flexura coli dextra. Batas posterior pada diaphragma, recessus
costodiaphragmatica pleura, costa XII, m. Psoas, m. Quadratus lumborum, dan m.
Tranversus abdominis.
Pada ginjal kiri, batas anterior pada kelenjar suprarenalis, limpa, lambung,
pankreas, flexura coli kiri, dan lekukan-lekukan jejunum. Batas posterior pada
diaphragma, recessus costodiaphragmatica pleura, costa XI, XII, m. Psoas, m.
Quadratus lumborum, dan m. Tranversus abdominis. 9
2. Ureter
Mengalirkan urin dari ginjal ke vesica urinaria, dengan didorong sepanjang ureter
oleh kontraksi peristaltik selubung otot, dibantu tekanan filtrasi glomerulus.
Panjang ureter 25 cm dan memiliki tiga penyempitan : (1) di mana piala ginjal
berhubungan dengan ureter;(2) waktu ureter menjadi kaku ketika melewati pinggir
pelvis;(3) waktu ureter menembus dinding vesica urinaria. Ureter keluar dari hilus
ginjal dan berjalan vertikal ke bawah di belakang peritonium parietal pada m.
Psoas, memisahkannya dari ujung processus tranversus vertebra lumbalis. Ureter
masuk ke pelvis dengan menyilang bifurcatio a. Iliaca comunis di depan articulatio
sacroiliaca, kemudian berjalan ke bawah pada dinding lateral pelvis menuju regio
ischiospinalis dan memutar menuju angulus lateral vesica urinaria.
Pada ureter kanan, batas anterior pada duodenum, bagian terminal ileum, av.
Colica dextra, av. Iliocolica, av. Testicularis atau ovarica dextra, dan pangkal
mesenterium usus halus. Batas posterior pada m. Psoas dextra.
Batas anterior ginjal kiri pada colon sigmoideum, mesocolon sigmoideum, av.
Colica sinistra, dan av. Testicularis atau ovarica sinistra. Batas posterior pada m.
Psoas sinistra. 9
3. Pankreas
Merupakan kelenjer eksokrin dan endokrin, organ lunak berlobus yang terletak
pada dinding posterior abdomen di belakang peritonium. Bagian eksokrin kelenjer
menghasilkan sekret yang mengandung enzim yang dapat menghidrolisis protein,
lemak, dan karbohirat. Bagian endokrin kelenjer, yaitu pulau langerhans,
menghasilkan hormon insulin dan glukagon yang berperan penting dalam
mengiritasi peritoneum. Semua pasien dengan gejala takikardi atau hipotensi dan
nyeri pada abdomen kuadran kiri atas harus dicurigai terdapat ruptur limpa sampai
dapat diperiksa lebih lanjut. Penegakan diagnosis dengan menggunakan CT scan.
Ruptur pada limpa dapat diatasi dengan splenectomy, yaitu pembedahan dengan
pengangkatan limpa. Walaupun manusia tetap bisa hidup tanpa limpa, tapi
pengangkatan limpa dapat berakibat mudahnya infeksi masuk dalam tubuh
sehingga setelah pengangkatan limpa dianjurkan melakukan vaksinasi terutama
terhadap pneumonia dan flu diberikan antibiotik sebagai usaha preventif terhadap
terjadinya infeksi. 6
Ruptur Usus Halus
Sebagian besar, perlukaan yang merobek dinding usus halus karena trauma tumpul
menciderai usus dua belas jari. Dari pemeriksaan fisik didapatkan gejala burning
epigastric pain yang diikuti dengan nyeri tekan dan defans muskuler pada
abdomen. Perdarahan pada usus besar dan usus halus akan diikuti dengan gejala
peritonitis secara umum pada jam berikutnya. Sedangkan perdarahan pada usus
dua belas jari biasanya bergejala adanya nyeri pada bagian punggung. Diagnosis
ruptur usus ditegakkan dengan ditemukannya udara bebas dalam pemeriksaan
Rontgen abdomen. Sedangkan pada pasien dengan perlukaan pada usus dua belas
jari dan colon sigmoid didapatkan hasil pemeriksaan pada Rontgen abdomen
dengan ditemukannya udara dalam retroperitoneal. 6
b. Organ Retroperitoneal
Retroperitoneal abdomen terdiri dari ginjal, ureter, pancreas, aorta, dan vena cava.
Trauma pada struktur ini sulit ditegakkan diagnosis berdasarkan pemeriksaan fisik.
Evaluasi regio ini memerlukan CT scan, angiografi, dan intravenous pyelogram.
Gambar 6. Retroperitoneal stuctures.
Ruptur Ginjal
Trauma pada ginjal biasanya terjadi karena jatuh dan kecelakaan kendaraan
bermotor. Dicurigai terjadi trauma pada ginjal dengan adanya fraktur pada costa ke
XI XII atau adanya tendensi pada flank. Jika terjadi hematuri, lokasi perlukaan
harus segera ditentukan. Laserasi pada ginjal dapat berdarah secara ekstensif ke
dalam ruang retroperitonial. Gejala klinis : Pada ruptur ginjal biasanya terjadi nyeri
saat inspirasi di abdomen dan flank, dan tendensi CVA. Hematuri yang hebat
hampir selalu timbul, tapi pada mikroscopic hematuri juga dapat menunjukkan
adanya ruptur pada ginjal.
Diagnosis, membedakan antara laserasi ginjal dengan memar pada ginjal dapat
dilakukan dengan pemeriksaan IVP atau CT scan. Jika suatu pengujian kontras
seperti aortogram dibutuhkan karena adanya alasan tertentu, ginjal dapat dinilai
trauma lain, sehingga tingkat kecurigaan tertinggi ditetapkan pada trauma dengan
gejala yang jelas.
Pilihan terapi yang tepat tergantung pada lokasi, jenis trauma, waktu kejadian,
kondisi pasien, dan prognosis penyelamatan. Hal terpenting dalam pemilihan
tindakan operasi adalah mengetahui dengan pasti fungsi ginjal yang kontralateral
dengan lokasi trauma.
Pada saat pemeriksaan penderita peritonitis, ditemukan nyeri tekan setempat. Otot
dinding perut menunjukkan defans muskular secara refleks untuk melindungi
bagian yang meradang dan menghindari gerakan atau tekanan setempat.
Perkusi. Nyeri ketok menunjukkan adanya iritasi pada peritoneum, adanya udara
bebas atau cairan bebas juga dapat ditentukan dengan perkusi melalui pemeriksaan
pekak hati dan shifting dullness. Pada pasien dengan peritonitis, pekak hepar akan
menghilang, dan perkusi abdomen hipertimpani karena adanya udara bebas tadi.11
Pada pasien dengan keluhan nyeri perut umumnya harus dilakukan pemeriksaan
colok dubur dan pemeriksaan vaginal untuk membantu penegakan diagnosis. Nyeri
pada semua arah menunjukkan general peritonitis.11
II.6 PEMERIKSAAN FISIK
Anamnesis mengandung data kunci yang dapat mengarahkan diagnosis gawat
abdomen. Riwayat trauma sangat penting untuk menilai penderita yang cedera
dalam tabrakan kendaraan bermotor meliputi :kejadian apa, dimana, kapan
terjadinya dan perkiraan arah dari datangnya ruda paksa tersebut. Sifat, letak dan
perpindahan nyeri merupakan gejala yang penting. Demikian juga muntah,
kelainan defekasi dan sembelit. Adanya syok, nyeri tekan, defans muskular, dan
perut kembung harus diperhatikan sebagai gejala dan tanda penting. Sifat nyeri,
cara timbulnya dan perjalanan selanjutnya sangat penting untuk menegakkan
diagnosis.11
Pada pemeriksaan fisik, perlu diperhatikan kondisi umum, wajah, denyut nadi,
pernapasan, suhu badan, dan sikap baring pasien, sebelum melakukan pemeriksaan
abdomen. Gejala dan tanda dehidrasi, perdarahan, syok, dan infeksi atau sepsis
juga perlu diperhatikan.11
Pemeriksaan fisik pada pasien trauma tumpul abdomen harus dilakukan secara
sistematik meliputi inspeksi, auskultasi, palpasi, dan perkusi.
Pada inspeksi, perlu diperhatikan :
Adanya luka lecet di dinding perut, hal ini dapat memberikan petunjuk adanya
kemungkinan kerusakan organ di bawahnya.
Adanya perdarahan di bawah kulit, dapat memberikan petunjuk perkiraan organorgan apa saja yang dapat mengalami trauma di bawahnya. Ekimosis pada flank
(Grey Turner Sign) atau umbilicus (Cullen Sign) merupakan indikasi perdarahan
retroperitoneal, tetapi hal ini biasanya lambat dalam beberapa jam sampai hari.
Adanya distensi pada dinding perut merupakan tanda penting karena
kemungkinan adanya pneumoperitonium, dilatasi gastric, atau ileus akibat iritasi
peritoneal.
Pergerakan pernafasan perut, bila terjadi pergerakan pernafasan perut yang
tertinggal maka kemungkinan adanya peritonitis.
Lipase serum atau amylase sensitif sebagai marker trauma pancreas mayor atau
usus. Tingkat elevasi dapat disebabkan oleh trauma kepala dan muka atau
campuran penyebab non traumatic (alcohol, narkotik, obat-obat yang lain).
Amylase atau lipase mungkin berkurang karena iskemi pancreas akibat hipotensi
sistemik yang disertai trauma. Akan tetapi, hiperamilasemia atau hiperlipasemia
meningkatkan sugesti trauma intra-abdominal dan sebagai indikasi radiografi dan
pembedahan.
Semua pasien harus menceritakan riwayat imunisasi tetanusnya. Jika belum
dilakukan maka diberikan profilaksis.
Pemeriksaan dengan foto:
Hal yang penting dalam evaluasi pasien trauma tumpul abdomen adalah menilai
kestabilan hemodinamik. Pada pasien dengan hemodinamik yang tidak stabil,
evaluasi yang cepat harus ditegakkan untuk mengetahui adanya hemoperitonium.
Hal ini dapat diketahui dengan DPL atau FAST scan. Pemeriksaan radiografik
abdomen diindikasikan pada pasien stabil saat pemeriksaan fisik dilakukan.
Radiografi
Radiografi dada membantu dalam diagnosis trauma abdomen seperti ruptur
hemidiafragma atau pneumoperitonium.
Radiografi pelvis atau dada dapat menunjukkan fraktur dari tulang
thoracolumbar.
Mengetahui fraktur costa dapat memperkirakan kemungkinan organ yang terkena
trauma.
Tampak udara bebas intra intraperitoneal, atau udara retroperitoneal yang
terjebak dari perforasi duodenal.
Ultrasonografi
Pemeriksaan digunakan untuk mendeteksi hemoperitonium dan diinterpretasikan
positif jika cairan ditemukan dan negatif jika tidak tampak cairan.
Pemeriksaan FAST berdasar pada asumsi bahwa kerusakan abdomen
berhubungan dengan hemoperitonium. Meskipun, deteksi cairan bebas
intraperitoneal berdasar pada faktor-faktor seperti lokasi trauma, adanya
perdarahan tertutup, posisi pasien, dan jumlah cairan bebas.
Protokol pemeriksaan sekarang ini terdiri dari 4 area dengan pasien terlentang.
Lokasi tersebut adalah perikardiak, perihepatik, perisplenik, dan pelvis.
Penggambaran perikardial digunakan lubang subcosta atau transtoraksis.
Memberikan 4 bagian penggambaran jantung dan dapat mendeteksi adanya
hemoperikardium yang ditunjukkan dengan pemisahan selaput viseral dan parietal
perikardial. Perihepatik menunjukkan gambar bagian dari liver, diafragma, dan
ginjal kanan. Menampakkan cairan pada ruang subphrenik dan ruang pleura kanan.
Perisplenik menggambarkan splen dan ginjal kiri dan menampakkan cairan pada
ruang pleura kiri dan ruang subphrenik. Pelvis menggambarkan penggunaan vesika
urinaria sebagai lubang sonografi. Gambar ini dilakukan saat bladder penuh. Pada
laki-laki, cairan bebas tampak sebagai area tidak ekoik (warna hitam) pada celah
rektovesikuler. Pada wanita, akumulasi cairan pada cavum Douglas, posterior dari
uterus.
Pasien dengan hemodinamik stabil dengan hasil FAST positif memerlukan CT
scan untuk menentukan sebab dan luasnya kerusakan.
Pasien dengan hemodinamik stabil dengan hasil FAST negative memerlukan
observasi, pemeriksaan abdomen serial, dan follow-up pemeriksaan FAST.
Pasien dengan hemodinamik tidak stabil dengan hasil FAST negative merupakan
diagnosis yang meragukan untuk penanganan dokter.
Computed Tomography (CT) Scan
CT scan tetap kriteria standar untuk mendeteksi kerusakan organ padat. CT scan
abdomen dapat menunjukkan kerusakan yang lain yang berhubungan, fraktur
vertebra dan pelvis dan kerusakan pada cavum toraks.
Memberikan gambaran yang jelas pancreas, duodenum, dan sistem
genitourinarius. Gambar dapat membantu banyak jumlah darah dalam abdomen
dan dapat menunjukkan organ dengan teliti.
Keterbatasan CT scan meliputi kepekaannya yang rendah untuk diagnostik
trauma diafragma, pancreas, dan organ berongga. CT scan juga mahal dan
memakan dan memerlukan kontras oral atau intravena, yang menyebabkan reaksi
yang merugikan.
Prosedur Diagnostik :
Diagnostic peritoneal lavage
DPL diindikasikan untuk trauma tumpul pada (1) pasien dengan trauma tulang
belakang, (2) dengan trauma multiple dan syok yang tidak diketahui, (3) Pasien
intoksikasi yang mengarah pada trauma abdomen, (4) Pasien lemah dengan
kemungkinan trauma abdomen, (5) pasien dengan potensial trauma intraabdominal yang akan menjalani anestesi dalam waktu lama untuk prosedur yang
lain
Kontraindikasi absolut untuk DPL yaitu pasien membutuhkan laparotomi.
Kontraindikasi relatif meliputi kegemukan, riwayat pembedahan abdomen yang
multipel, dan kehamilan.
Metode bervariasi dalam memasukkan kateter ke ruang peritoneal. Meliputi
metode open, semiopen dan closed. Metode open memerlukan insisi kulit
infraumbilikal sampai dan melewati linea alba. Peritoneum dibuka dan kateter
diletakkan langsung. Metode semiopen hampir sama hanya peritoneum tidak
dibuka dan kateter melalui perkutaneus melalui peritoneum ke dalam ruang
peritoneal. Metode closed memerlukan kateter untuk dipasang di dalam kulit,
BAB III
KESIMPULAN
Trauma tumpul abdomen adalah cedera pada abdomen tanpa penetrasi ke rongga
peritoneum yang dapat diakibatkan oleh pukulan, benturan, ledakan, deselarasi,
atau kompresi. Lebih dari 50% kejadian trauma tumpul abdomen disebabkan oleh
kecelakaan lalu lintas, dimana akibat dari trauma tumpul abdomen dapat berupa
perforasi, perdarahan, dan ruptur organ. Pada intraperitoneal, trauma tumpul
abdomen paling sering menciderai organ limpa (40-55%), hati (35-45%), dan usus
halus (5-10%). Sedangkan pada retroperitoneal, organ yang paling sering cedera
adalah ginjal, dan organ yang paling jarang cedera adalah pankreas dan ureter.
Pada kecurigaan terjadinya trauma tumpul abdomen harus dilakukan pemeriksaan
yang menyeluruh dan observasi yang berulang-ulang. Merupakan hal yang sulit
untuk menduga apa yang terjadi pada organ-organ intra abdominal karena tidak
bisa terlihat dari luar, dengan gejala yang bisa timbul dalam waktu yang cukup
lama dan gejala yang timbul bisa minimal sedangkan kerusakan organ-organnya
cukup parah.
Tindakan penyelamatan life support harus segera diberikan, meskipun terjadinya
trauma tumpul abdomen masih menjadi kecurigaan. Penatalaksanaan harus
secepatnya dilakukan jika telah terbukti adanya trauma tumpul abdomen dengan
kegawatan, mengingat banyaknya organ-organ penting yang terdapat di intra
abdominal. Komplikasi yang sering terjadi pada trauma tumpul abdomen adalah
peritonitis. Kematian pada trauma tumpul abdomen disebabkan karena sepsis dan
perdarahan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Campbell, Brendan. 2007. Abdominal exploration. http://www.TauMed.com
2. Gordon, Julian. 2006. Trauma Urogenital. http://www.emedicine.com
3. Khan, Nawas Ali. 2207. Liver Trauma. Chairman of Medical Imaging, Professor
of Radiology, NGHA, King Fahad Hospital, King Abdul Aziz Medical City
Riyadh, Saudi Arabia. http://www.emedicine.com
4. Molmenti, Hebe, 2004. Peritonitis. Medical Encyclopedia. Medline Plus
http://medlineplus.gov/
5. Nestor, M.D. 2007. Blunt Abdominal Trauma
6. Odle, Teresa. 2007. Blunt Abdominal Trauma. http://www.emedicine.com
7. Purnomo, Basuki. 2003. Dasar-dasar Urologi. Fakultas Kedokteran Universitas
Brawijaya. Malang
8. Salomone, Joseph. 2007. Blunt Abdominal Trauma. Department of Emergency
Medicine, Truman Medical Center, University of Missouri at Kansas City School
of Medicine. http://www.emedicine.com
9. Snell, Richard. 1997. Anatomi Klinik Bagian 1. EGC. Jakarta
10. Udeani, John. 2005. Abdominal Trauma Blunt. Department of Emergency