Anda di halaman 1dari 181

Tugas:

Fluiditas
viskositas

Magma adalah cairan atau larutan silikat pijar


yang terbentuk secara alamiah bersifat
mobile, bersuhu antara 900 - 1200 C atau
lebih dan berasal dai kerak bumi bagian
bawah atau selubung bumi bagian atas ( F.F.
Grouts, 1947; Tumer dan verhogen 1960, H.
Williams, 1962 ).

Komposisi kimiawi magma dari contoh-contoh


batuan beku terdiri dari :
Senyawa-senyawa yang bersifat non volatile
dan merupakan senyawa oksida dalam
magma. Jumlahnya sekitar 99% dari seluruh isi
magma , sehingga merupakan mayor element,
terdiri dari SiO2, Al2O3, Fe2O3, FeO, MnO,
CaO, Na2O, K2O, TiO2, P2O5.

Senyawa volatil yang banyak pengaruhnya


terhadap magma, terdiri dari fraksi-fraksi gas
CH4, CO2, HCl, H2S, SO2 dsb.
Unsur-unsur lain yang disebut unsur jejak
(trace element) dan merupakan minor
element seperti Rb, Ba, Sr, Ni, Li, Cr, S dan Pb.

Dally 1933, Winkler (Vide W. T. Huang 1962)


berpendapat lain yaitu magma asli (primer)
adalah bersifat basa yang selanjutnya akan
mengalami proses diferensiasi menjadi magma
yang bersifat lain.
Bunsen (1951, W. T. Huang, 1962) mempunyai
pandapat bahwa ada dua jenis magma primer,
yaitu basaltis dan granitis dan batuan beku
merupakan hasil campuran dari dua magma ini
yang kemudian mempunyai komposisi lain.

EVOLUSI MAGMA
Magma dapat berubah menjadi magma yang bersifat lain
oleh proses-proses sebegai berikut :
v Hibridasi : Pembentukan magma baru karena
pencampuran dua magma yang berlainan jenisnya.
v Sinteksis :Pembentukan magma baru karena proses
asimilasi dengan batuan samping.

v Anateksis : Proses pambentukan magma dari peleburan


batuan pada kedalaman yang sangat besar.

Dari magma dengan kondisi tertentu ini


selanjutnya mengalami differensiasi magma.
Diferensiasi magma ini meliputi semua proses
yang mengubah magma dari keadaan awal
yang homogen dalam skala besar menjadi
masa batuan beku dengan komposisi yang
bervariasi.

Proses-proses diferensiasi magma


meliputi :

Fragsinasi ialah pemisahan kristal dari larutan


magma,karena proses kristalisasi berjalan
tidak seimbang atau kristal-kristal pada waktu
pendinginan tidak dapat mengikuti
perkembangan. Komposisi larutan magma
yang baru ini terjadi terutama karena adanya
perubahan temperatur dan tekanan yang
menyolok dan tiba-tiba.

Crystal Settling/Gravitational Settling adalah


pengendapan kristal oleh gravitasi dari kristalkristal berat Ca, Mg, Fe yang akan
memperkaya magma pada bagian dasar
waduk. Disini mineral silikat berat akan
terletak dibawah mineral silikat ringan.

Liquid Immisibility ialah larutan magma yang


mempunyai suhu rendah akan pecah menjadi
larutan yang masing-masing akan membeku
membentuk bahan yang heterogen.
Crystal Flotation adalah pengembangan
kristal ringan dari sodium dan potassium yang
akan memperkaya magma pada bagian atas
dari waduk magma.

esiculation adalah proses dimana magma


yang mengandung komponen seperti CO2,
SO2, S2, Cl2, dan H2O sewaktu naik
kepermukaan membentuk gelembunggelembung gas dan membawa serta
komponen volatile Sodium (Na) dan
Potasium(K).
Difussion ialah bercampurnya batuan dinding
dengan magma didalam waduk magma secara
lateral.

PEMBENTUKAN MAGMA

Seperti yang dikatakan sebelumnya, magma


yang awalnya bersifat basa dapat berubah
menjadi magma asam dan magma intermediet.
Hal tersebut dapat terjadi melalui beberapa
proses yang mungkin, yang pertama yaitu proses
pembentukan magma dari pencampuran dua
jenis magma yang berbeda, misalnya pada
kejadian tumbukan dan subduksi antara lempeng
benua yang bersifat asam dengan lempeng
samudera yang bersifat basa.

tumbukan
Akibat tumbukan tersebut akan timbul
tekanan yang tinggi di bidang subduksi
sehingga menimbulkan suhu yang tinggi yang
kemudian melelehkan dua jenis lempeng
dengan dua jenis komposisi yang berbeda;
asam dan basa. Komposisi yang berbeda
tersebut bercampur sehingga memungkinkan
untuk terbentuk magma intermediet.

asimilasi
Proses pembentukan magma yaitu proses
asimilasi magma dengan batuan samping yang
diintrusi magma saat magma berusaha
menerobos kerak bumi untuk sampai ke
permukaan bumi.

Magma basa yang berasimilasi dengan kerak


benua yang bersifat asam, misalnya, saat proses
intrusi yang berlangsung sangat lama karena jarak
yang jauh antara sumber magma dengan
permukaan bumi, dapat menghasilkan magma
berkomposisi asam akibat konsentrasi awal
magma yang bersifat basa mulai terubahkan
akibat asimilasi magma basa dengan batuan asam
sehingga konsentrasi asam lebih dominan pada
magma yang akhirnya sampai ke permukaan
bumi.

Proses ketiga adalah proses yang


memungkinkan magma berubah komposisinya
dari basa menjadi asam akibat peleburan
batuan berkomposisi asam di sekeliling dapur
magma yang bersifat basa akibat suhu yang
tinggi di sekitar sumber magma, sehingga
seperti proses yang kedua, konsentrasi basa
dalam magma diubahkan oleh konsentrasi
asam batuan menjadikan magma menjadi
berkomposisi asam.

GENESA MAGMA
Pergerakan antar lempeng ini menimbulkan
empat busur gunungapi berbeda :
1. KONVERGEN
Tumbukan antar kerak, dimana kerak
samudera menunjam di bawah kerak benua.
Akibat gesekan antar kerak tersebut terjadi
peleburan batuan dan lelehan batuan yang
berupa magma ini bergerak ke permukaan
melalui rekahan kemudian membentuk busur
gunungapi di tepi benua.

2. DIVERGEN
Kerak benua menjauh satu sama lain secara
horizontal, sehingga menimbulkan rekahan
atau patahan.

Patahan atau rekahan tersebut menjadi jalan


ke permukaan lelehan batuan atau magma
sehingga membentuk busur gunungapi tengah
benua atau banjir lava sepanjang rekahan.

3. Penipisan kerak samudera akibat pergerakan


lempeng memberikan kesempatan bagi magma
menerobos ke dasar samudera, terobosan
magma ini merupakan banjir lava yang
membentuk deretan gunungapi perisai.
4. Pemekaran kerak benua, lempeng bergerak
saling menjauh sehingga memberikan
kesempatan magma bergerak ke permukaan,
kemudian membentuk busur gunungapi tengah
samudera.

Magma dalam kerak bumi terjadi karena


adanya gesekan atau tumbukan dua lempeng
tektonik, sehingga menghasilkan suhu tinggi
dan membentuk dapur magma yang
mendorong keatas dan dapat memunculkan
adanya gunung api.

MAGMA DI INDONESIA
Indonesia terletak pada zona pertemuan
beberapa lempeng besar dunia, diantaranya
lempeng Indo-Australia, lempeng Filipina,
lempeng Eurasia dan lempeng oseanik Pasifik
ditambah dengan lempeng-lempeng mikro
lainnya, sehingga karena letaknya tersebut
Indonesia menjadi daerah yang aktivitas
vulkanisme dan tektonismenya sangat aktif.

pembentukan magma dari tumbukan lempeng


benua yang bersifat asam dan lempeng samudera
yang bersifat basa, sehingga dari aktivitas zona
subduksi di Indonesia dihasilkan komposisi
magma intermediet yang akhirnya mengintrusi
batuan hingga sampai ke permukaan bumi, yang
selanjutnya menjadi komposisi dari magma yang
membentuk aktivitas vulkanisme (gunung berapi)
di Indonesia.
Sehingga komposisi magma gunung berapi di
Indonesia didominasi oleh komposisi intermediet.

Komposisi magma gunung berapi Indonesia yang


rata-rata intermediet dapat tampak dari
morfologi gunung api yang banyak ditemui di
Indonesia, yaitu berbentuk kerucut atau strato.
Gunung api dengan tipe strato antara lain seperti
Gunung Merapi, Gunung Ungaran, Gunung
Krakatau merupakan gunung api strato yang
berkomposisi magma intermediet dengan letak
dapur magma yang tidak terlalu jauh dari
permukaan bumi

konsentrasi magma yang mengintrusi batuan


tidak sampai didominasi konsentrasi asam karena
kontak magma dengan batuan kerak benua tidak
terlalu lama terjadi selama magma intermediet
dari zona subduksi berusaha menerobos hingga
sampai di permukaan bumi.
Bentuk gunung berapi yang dominan ditemukan
di Indonesia dapat menentukan komposisi
magma yang terdapat di Indonesia.

Batuan yang banyak ditemukan di Indonesia


antara lain berciri memiliki warna agak gelap,
yaitu abu-abu dengan struktur masif dengan
kristalinitas holokristalin, dengan granularitas
porfiroafanitik dengan mineral yang tampak
berupa hornblende, biotit, piroksen,
plagioklas dengan sedikit kuarsa.

Batuan terbentuk dari pembekuan magma,


proses pembentukan batuan berkorelasi
dengan aktivitas vulkanisme suatu daerah.
Karena batuan merupakan hasil dari aktivitas
vulkanisme.
Batuan yang banyak ditemukan di Indonesia
juga dapat menentukan prediksi komposisi
magma yang terkandung di bawah permukaan
Indonesia.

dari warna yang menunjukkan warna abu-abu,


dapat diperkirakan bahwa komposisi magma
pembentuk batuan adalah intermediet.
berdasarkan pengamatan struktur dan tekstur
batuan dapat ditentukan bahwa batuan yang
dominan ditemukan di Indonesia bernama
batu Andesit Porfir.

Andesit Porfir merupakan batuan dengan


komposisi magma pembentuk adalah magma
intermediet.
Sehingga dengan menggunakan identifikasi
batuan, dapat ditentukan bahwa magma yang
dikandung daerah Indonesia adalah magma
berkomposisi intermediet yang terbentuk dari
diferensiasi magma akibat aktivitas zona
subduksi yang banyak ditemui di Indonesia.

Busur banda

JENIS JENIS MAGMA


Berdasarkan kandungan kimia, terdapat 3 jenis magma :

1. Magma mengandung sekitar 50 % SiO2


membentuk batuan beku basalt dan gabro
2. Magma mengandung sekitar 60 % SiO2
membentuk batuan beku andesite dan riolit

3. Magma mengandung sekitar 70 % SiO2


membentuk batuan beku riolit dan granit

Karakteristik Magma
Types of Magma /Jenis Magma
Types of magma are determined by chemical composition
of the magma. Three general types are recognized: Jenis
magma ditentukan oleh komposisi kimia dari magma.
Tiga jenis umum :
Magma basaltik - SiO 2 45-55% wt, tinggi Fe, Mg, Ca,
rendah K, Na
Magma andesit - SiO 2 55-65% wt, menengah. in Fe, Mg,
Ca, Na, K
Rhyolitic magma - SiO 2 65-75%, rendah Fe, Mg, Ca, tinggi
di K, Na

Gas dalam magma


Gas dalam magma
At depth in the Earth nearly all magmas contain gas
dissolved in the liquid, but the gas forms a separate
vapor phase when pressure is decreased as magma
rises toward the surface of the Earth. Pada kedalaman
didalam Bumi hampir semua magma mengandung gas
terlarut dalam cairan, tapi gas membentuk fase uap
terpisah bila tekanan berkurang sebagai magma naik ke
permukaan bumi. (This is similar to carbonated

beverages which are bottled at high pressure. Hal ini


mirip dengan minuman bersoda yang botol pada
tekanan tinggi.)

The high pressure keeps the gas in solution in the


liquid, but when pressure is decreased, like when you
open the can or bottle, the gas comes out of solution
and forms a separate gas phase that you see as
bubbles. Gas gives magmas their explosive character,
because volume of gas expands as pressure is
reduced. The composition of the gases in magma are:
PadaTekanan tinggi gas dalam larutan dalam keadaan
cair, tetapi ketika tekanan menurun, seperti ketika
Anda membuka botol bisa, gas keluar dari larutan dan
membentuk fasa gas yang terpisah yang Anda lihat
sebagai gelembung.
ledakan Gas pada magma terjadi karena volume gas
mengembang karena tekanan berkurang .

komposisi gas pd magma:


Mostly H 2 O (water vapor) & some CO 2 (carbon dioxide)
Sebagian besar H 2 O (uap air) & beberapa CO 2 (karbon dioksida)
Minor amounts of Sulfur, Chlorine, and Fluorine gases
jumlah Minor Sulfur, Klor, dan gas Fluorin
The amount of gas in a magma is also related to the chemical composition
of the magma. Rhyolitic magmas usually have higher gas contents than
basaltic magmas.
Jumlah gas dalam magma juga terkait dengan komposisi kimia magma.
Magma Rhyolitic biasanya memiliki kandungan gas yang lebih tinggi dari
magma basaltik.

Suhu magma

Temperature of magmas is difficult to measure (due to


the danger involved), but laboratory measurement and
limited field observation indicate that the eruption
temperature of various magmas is as follows:
Suhu magma sulit untuk mengukur (karena bahaya ),
tetapi pengukuran laboratorium dan pengamatan
lapangan terbatas menunjukkan bahwa suhu letusan
berbagai magma adalah sebagai berikut:
Magma basaltik - 1000 - 1200 o C
Magma andesit - 800 - 1000 o C
Rhyolitic magma - 650 - 800 o C.

Viskositas magma
Viskositas magma
Viscosity is the resistance to flow (opposite of fluidity). Viscosity depends
on primarily on the composition of the magma, and temperature.
Viskositas adalah resistensi terhadap aliran (kebalikan dari fluiditas).
Viskositas tergantung pada terutama pada komposisi magma, dan suhu.
Higher SiO 2 (silica) content magmas have higher viscosity than lower SiO 2
content magmas (viscosity increases with increasing SiO 2 concentration in
the magma).
kandungan SiO 2 (silika) tinggi magma konten memiliki viskositas lebih
tinggi daripada magma konten SiO 2 rendah

(viskositas meningkat dengan meningkatnya konsentrasi SiO 2 dalam


magma

Viskositas vs suhu magma


magma suhu yang lebih rendah memiliki
viskositas lebih tinggi dari magma temperatur
yang lebih tinggi
(viskositas menurun dengan meningkatnya
suhu magma).

Semakin cair/viskositas menurun ---> suhu


semakin tinggi

Viskositas/kekentalan
Magma VISKOSITAS
The character of volcanic eruptions are largely
controlled by the viscosity - " gooeyness " or
resistance to flow - of the magma: Low viscosity
fluids flow more easily than high viscosity fluids
Karakter letusan gunung berapi yang sebagian
besar dikuasai oleh viskositas - "gooeyness" atau
resistensi terhadap aliran - dari magma: viskositas
Rendah aliranya lebih mudah daripada cairan
viskositas tinggi

Water has low viscosity (flows easily) while


syrup and honey have greater viscosity. Air
memiliki viskositas rendah (mudah mengalir)
sedangkan sirup dan madu memiliki viskositas
yang lebih besar. Heating reduces viscosity
(warm syrup flows more easily than cold.)
Pemanasan mengurangi viskositas (sirup
hangat mengalir lebih mudah daripada
dingin.)

Viskositas meningkat dengan kadar silika


meningkat karena rantai silika
Viskositas rendah > cair
Viskositas tinggi .> kental

lava viskositas tinggi mengalir perlahan dan


biasanya mencakup wilayah kecil. In contrast,
low viscosity magmas flow more rapidly and
form lava flows that cover thousands of
square kilometers . Sebaliknya, magma
viskositas rendah, aliran yang lebih cepat dan
membentuk aliran lava yang mencakup ribuan
kilometer persegi.

viskositas magma rendah memungkinkan gas


untuk keluar dengan mudah
sedangkan sebagai tekanan dapat terbentuk
pada magma viskositas tinggi - menghasilkan
letusan keras

Silika komposisi
The strong dependence of viscosity of molten
silicates on Si content can be illustrated by
those of various Na-Si-O compounds:
Ketergantungan yang kuat dari viskositas
silikat cair terhadap kadar Si dapat
digambarkan dari senyawa Na-Si-O :

Na
0
1
2
4

:
:
:
:
:

Si
1
1
1
1

:
:
:
:
:

O
(Poises)
2
10 10
2.5 28
3
1.5
4
0.2

Penurunan viskositas dapat dikaitkan dengan


pengurangan proporsi silika kerja kerangka
tetrahedral, dan karena itu, ikatan Si-O yang
kuat dalam magma.

Suhu
Suhu
Temperatures of erupting magmas normally fall between 700 and
1200C; lower values, observed in partly crystallized lavas, probably
correspond to the limiting conditions under which magmas flow.
Temperatur magma meletus biasanya jatuh antara 700 dan 1200
C, nilai lebih rendah, yang diamati pada sebagian lava mengkristal,
mungkin sesuai dengan kondisi yang membatasi di mana magma
mengalir.
Low temperatures characterize silica-rich rhyolite magmas, whereas
the highest temperatures are observed in basalts.
suhu rendah ciri kaya riolit magma-silika, sedangkan suhu tertinggi
yang diamati dalam basal.

Magmas do not crystallize instantaneously, but over an


interval of temperature. Magma tidak mengkristal
secara instan, tetapi lebih dari satu interval suhu.
Few magmas, however, have a wide enough range of
crystallization to remain mobile at temperatures far
below those at which they begin to crystallize or much
hotter than those temperatures.
Beberapa magma bagaimanapun, memiliki rentang
cukup luas kristalisasi untuk tetap bergerak pada suhu
jauh di bawah mereka atau jauh lebih panas daripada
temperatur di mana mereka mulai mengkristal

Suhu memiliki pengaruh kuat pada


viskositas
Suhu memiliki pengaruh kuat pada viskositas: dengan
meningkatnya suhu, viskositas menurun, berpengaruh
terutama nyata dalam perilaku aliran lava. As lavas flow
away from their source or vent, they lose heat by radiation
and conduction, so that their viscosity steadily increases.
Sebagai lava mengalir jauh dari sumbernya atau lubang
kepundan, mereka kehilangan panas oleh radiasi dan
konduksi, sehingga viskositas mereka terus meningkat.
For example: Sebagai contoh:
a) measured viscosity of a Mauna Loa flow increased 2fold over a 12-mile distance from vent; yang diukur
viskositas) dari aliran Mauna Loa meningkat 2 kali lipat
lebih dari jarak 12 mil dari lubang;

b) diukur viskositas aliran kecil dari Mt. Etna


increased 375-fold in a distance of about 1500
feet. Etna meningkat 375 kali lipat dalam jarak
sekitar 1500 meter.
The decrease in viscosity can be attributed to an
increase in distance between cations and anions,
and therefore, a decrease in Si-O bond strength.
Penurunan viskositas dapat dikaitkan dengan
peningkatan jarak antara kation dan anion, dan
karena itu, penurunan kekuatan ikatan O-Si.

Waktu
Waktu
At temperatures below the beginning of crystallization,
viscosity also increases with time.
Pada suhu di bawah awal kristalisasi, viskositas juga
meningkat dengan waktu.
If magma is undisturbed at a constant temperature, its
viscosity may continue to increase for many hours
before it reaches a steady value.
Jika magma adalah tidak terganggu pada suhu konstan,
viskositasnya dapat terus meningkat selama berjamjam sebelum mencapai nilai mantap.

The viscosity increases with time results partly an


increasing proportion of crystals (which raise the
effective magma viscosity by their interference in
melt flow), and partly from increasing ordering
and polymerizing (linking) of the framework
tetrahedra. Viskositas meningkat dengan hasil
yang sebagian waktu meningkatkan proporsi
kristal (yang meningkatkan viskositas magma
efektif oleh campur tangan mereka dalam
meleleh aliran), dan sebagian dari peningkatan
pemesanan dan polimerisasi (menghubungkan)
dari kerangka. tetrahedra

Volatil
Volatil
The solubility of gases in magmas varies with pressure,
temperature and composition of both the gas and the
magmatic liquid. Kelarutan gas dalam magma bervariasi
dengan tekanan, temperatur dan komposisi dari kedua gas
dan cairan magmatik.
Because the volume of a melt with dissolved gas is less
than that of a melt and separate gas (vapor) phase,
solubility increases as gas pressure increases. Karena
volume lelehan dengan gas terlarut kurang daripada
lelehan dan terpisah gas (uap) fase kelarutan meningkat,
dengan meningkatnya tekanan gas

. At constant gas pressure less than total


pressure, any increased load pressure on the
melt lowers solubility, because the volume of
the melt with dissolved gas is greater than
that of melt alone. Pada tekanan gas konstan
kurang dari tekanan total, ada tekanan beban
meningkat pada mencair menurunkan
kelarutan, karena volume meleleh dengan gas
terlarut lebih besar daripada mencair saja.

Tekanan uap meningkat dengan suhu, sehingga


kelarutan komponen volatil umumnya menurun
dengan suhu, kecuali mungkin pada tekanan tinggi.
Consequently it is difficult to predict how volatile
content of magma varies with depth. Akibatnya sulit
untuk memprediksi bagaimana volatile isi magma
dengan kedalaman bervariasi.
Nevertheless, it has been shown that at constant
temperature, solubilities of water in magmas with
different compositions are not significantly different.
Namun demikian, telah menunjukkan bahwa pada
suhu konstan, kelarutan air dalam magma dengan
komposisi yang berbeda tidak berbeda nyata.

Hampir semua magma dapat berisi lebih banyak


air atau gas pada kedalaman dari mereka dapat
terus memegang dalam larutan ketika mereka
mencapai permukaan. Basalts, however, normally
contain less water than rhyolites simply because
their temperatures are higher, and thus, as noted,
lower gas solubility. Basal, bagaimanapun,
biasanya mengandung air kurang dari rhyolites
hanya karena suhu mereka lebih tinggi, dan
dengan demikian, seperti telah disebutkan,
kelarutan gas lebih rendah.

Only limited data exists concerning the effect of


volatiles (in particular, F, Cl, S, H 2 S, SO 2 , CO, and CO 2
) on magma viscosity. Hanya ada data terbatas
mengenai pengaruh volatil (khususnya, F, Cl, S, H 2 S,
SO 2, CO, dan CO 2) terhadap viskositas magma.
No doubt, the effect of dissolved water is to lower
viscosity, the effect being greater for silica-rich than
silica-poor magmas: Tidak diragukan lagi, efek dari air
terlarut adalah untuk viskositas rendah, efek yang lebih
besar untuk silika-kaya dari yang miskin magma silika:

terlarut air mengganggu rangka Si terkait dan


tetrahedra Al, tetapi di mana polimerisasi
tersebut sudah kecil atau tidak ada, ada pengaruh
yang kecil. F and Cl are though to considerably
reduce magma viscosities; in contrast, CO 2
increases polymerization, and therefore viscosity,
in melts by forming CO 3 -2 complexes. F dan Cl
yang meskipun untuk sangat mengurangi
viskositas magma, sebaliknya, CO 2 meningkat
polimerisasi, dan karena itu viskositas, di mencair
dengan membentuk CO 3 -2 kompleks.

Tekanan
Tekanan
The effect of pressure is relatively unknown,
but viscosity appears to decrease with
increasing pressure at least at temperatures
above the liquidus. Pengaruh tekanan relatif
tidak diketahui, tetapi viskositas tampaknya
menurun dengan meningkatnya tekanan
setidaknya pada suhu di atas likuidus.

As pressure increases at constant temperature, the rate


at which viscosity decreases is less in basaltic magma
than that in andesitic magma. Seiring dengan
peningkatan tekanan pada suhu konstan, tingkat di
mana viskositas menurun/berkurang dalam magma
basaltik dibanding magma andesit.
The viscosity decrease may be related to a change in
the coordination number of Al from 4 to 6 in the melt,
thereby reducing the number of framework-forming
tetrahedra. Penurunan viskositas mungkin terkait
dengan perubahan dalam bilangan koordinasi Al 4-6 di
mencair, sehingga mengurangi jumlah pembentuk
kerangka tetrahedra.

Crystal Konten
Crystal Konten

The effect of suspended crystals is to increase the effective or bulk


viscosity of the magma. The effective viscosity can by estimated from the
Einstein-Roscoe equation: Pengaruh kristal ditangguhkan adalah untuk
meningkatkan viskositas bulk atau efektif magma. Viskositas efektif dapat
dengan estimasi dari persamaan Einstein-Roscoe:
= = o (1 - RC) -2.5 o (1 - RC) -2.5
where mana is the effective viscosity of a magmatic liquid, C is the volume
fraction of suspended solids; adalah viskositas efektif cairan magmatik, C
adalah fraksi volume padatan tersuspensi; o is the viscosity of the
magmatic liquid alone; and, R is a constant with a best-estimated value of
1.67. o adalah viskositas cairan magmatik sendiri, dan, R adalah konstan
dengan perkiraan-nilai terbaik dari 1,67.

Bubble Konten

Bubble Konten

The effect of gas bubbles (vesicles) on the bulk viscosity of


magmas can be variable, and depends on: Pengaruh
gelembung gas (vesikula) pada sebagian besar viskositas
magma bisa variabel, dan tergantung pada:
(1) the degree of bubble formation (that is, vesiculation);
(1) tingkat pembentukan gelembung (yaitu, vesiculation);
(2) the size and distribution of bubbles; and, (2) ukuran dan
distribusi gelembung, dan,
(3) the viscosity of the intervening melt. (3) viskositas dari
intervensi meleleh.

Exsolution meningkat viskositas air, tapi uap exsolved


adalah viskositas fluida sangat rendah, dalam magma
basaltik, gelembung dapat meningkatkan suhu rendah
sudah dan dikendalikan viskositas komposisi.
Rhyolitic magmas have high viscosities irrespective of
the degree of vesiculation, and only effect of high
bubble content will be to reduce mechanical strength
of the melt. Rhyolitic magma memiliki viskositas tinggi
terlepas dari tingkat vesiculation, dan efek hanya
kandungan gelembung tinggi akan mengurangi
kekuatan mekanik meleleh.

I. Sifat Fisik magma


Kontrol pada Viskositas Magma
Berbagai faktor kontrol viskositas cairan magmatik:
komposisi (terutama Si dan volatil), temperatur, waktu dan
tekanan, masing-masing yang mempengaruhi struktur
meleleh.
Actually, the viscous behavior of complex silicate liquids,
such as magmas, is difficult to predict, because no
comprehensive theory explains the effects of major cations
or temperatures of magmatic conditions. Sebenarnya,
perilaku kental cairan silikat kompleks, seperti magma, sulit
untuk memprediksi, karena tidak ada teori yang
menyeluruh menjelaskan tentang dampak kation besar
atau suhu kondisi magmatik.

Hal ini dimungkinkan untuk memperkirakan viskositas cairan


magmatik pada suhu di atas suhu likuidus (yaitu, suhu di mana
cairan hanya hadir) dari komposisi kimia dan ekstrapolasi data
empiris eksperimental tentang hubungan linier antara jam dan suhu
dalam sistem kimia sederhana .

The range of temperatures of naturally flowing magmas, however,


is near or within the crystallization interval, where stress-strain
relationships are not linear (that is, they are crystal-liquid mixtures
and show Bingham behavior). Kisaran suhu magma yang mengalir
alami, bagaimanapun, adalah di dekat atau dalam interval
kristalisasi, dimana hubungan tegangan-regangan tidak linear (yaitu,
mereka-cair campuran kristal dan menunjukkan perilaku Bingham).

Under such conditions, the only way to predict


viscosities is by analogy with similar
compositions investigated experimentally.
Dalam kondisi seperti itu, satu-satunya cara
untuk memprediksi viskositas adalah dengan
analogi dengan komposisi semacam yang
diselidiki secara eksperimental.

Dengan demikian, magma basaltik cenderung cukup


cairan (viskositas rendah), tetapi viskositas mereka
masih 10.000 untuk 100,0000 kali lebih kental daripada
air.
Magma Rhyolitic cenderung memiliki viskositas yang
lebih tinggi bahkan, berkisar antara 1 juta dan 100 juta
kali lebih kental daripada air.
(Perhatikan bahwa padatan, meskipun mereka tampil
solid memiliki viskositas, tapi itu sangat tinggi, yang
diukur sebagai waktu triliunan viskositas air) adalah.
Viskositas properti penting dalam menentukan perilaku
erupsi magma.

Summary Table Ringkasan Tabel


Magma Type Magma Jenis Solidified Rock Dipadatkan Rock
Chemical Composition Komposisi Kimia Temperature Suhu
Viscosity Kelekatan Gas Content Gas Konten

Basalt 45-55 SiO 2%, tinggi Fe, Mg, Ca, rendah K, Na 1000 1200 o C

Andesit 55-65 SiO 2 %, , menengah di Fe, Mg, Ca, Na, K 800 1000 o C

Rhyolit 65-75 SiO 2 %, , rendah Fe, Mg, Ca, tinggi di K, Na. 650
- 800 o C

If the mineral contains no water (H 2 O) or carbon


dioxide (CO 2 ) and there is no water or carbon dioxide
present in the surroundings, then melting occurs at a
single temperature at any given pressure and increases
with increasing pressure or depth in the Earth. This is
called dry melting . Jika mineral tidak berisi air (H 2 O)
atau karbon dioksida (CO 2) dan tidak ada atau karbon
dioksida air hadir di sekitarnya, lalu meleleh terjadi
pada suhu tunggal pada setiap tekanan yang diberikan
dan meningkat dengan meningkatnya tekanan atau
kedalaman dalam Bumi. ini disebut mencair kering.

which is how the temperature in the Earth


changes with depth or pressure, is not high
enough to melt rocks, and thus with the
exception of the outer core, most of the Earth is
solid. Thus, magmas form only under special
circumstances, and thus, volcanoes are only
found on the Earth's surface in areas above
where these special circumstances
occur. (Volcanoes don't just occur anywhere, as
we shall soon see). To understand this we must
first look at how minerals and rocks melt.

Agar magma membentuk, beberapa bagian


dari bumi harus mendapatkan cukup panas
untuk melelehkan batuan ini. Under normal
conditions, the geothermal gradient , Dalam
kondisi normal, gradien panas bumi, yang
merupakan bagaimana perubahan suhu di
bumi dengan kedalaman atau tekanan, tidak
cukup tinggi untuk melelehkan batuan, dan
dengan demikian dengan pengecualian inti
luar, sebagian besar Bumi solid

Jadi magma terbentuk dalam keadaan khusus,


dan dengan demikian, gunung berapi hanya
ditemukan di permukaan bumi di daerahdaerah di mana keadaan khusus terjadi.
(Gunung berapi tidak hanya terjadi di mana
saja, seperti yang kita akan segera lihat).
Untuk memahami ini kita harus terlebih dahulu
melihat bagaimana mineral dan batuan meleleh.

Jika air atau karbon dioksida yang hadir dalam


atau sekitarnya mineral, kemudian mencair
terjadi pada suhu tunggal pada setiap tekanan
yang diberikan, namun menurun pertama
dengan meningkatnya tekanan

Karena batuan adalah campuran dari mineral,


mereka berperilaku agak berbeda,.
Tidak seperti mineral, batu tidak mencair pada
suhu yang tunggal melainkan mencair rentang
suhu.
Dengan demikian, mungkin memiliki sebagian
mencair, diekstrak untuk membentuk magma
dua kasus umum:

Melting batuan kering mirip dengan peleburan


mineral kering, leleh meningkatkan suhu
dengan tekanan meningkat, kecuali ada
kisaran temperatur di mana terdapat sebagian
meleleh.
Tingkat pelelehan parsial dapat berkisar dari 0
sampai 100%.

Melting batuan basah mirip dengan peleburan


mineral basah, kecuali ada kisaran suhu
dimana terjadi pelelehan parsial,.
suhu awal pencairan pertama menurun
dengan meningkatnya tekanan atau
kedalaman, maka pada tekanan tinggi atau
kedalaman suhu mencair lagi mulai naik.

Asal Magma basal


Asal Magma basal
Much evidence suggests that Basaltic magmas result from dry partial
melting of mantle. Banyak bukti menunjukkan bahwa hasil magma basaltik
dari peleburan parsial mantel kering.
Basalts make up most of oceanic crust and only mantle underlies the
crust. Basal membuat sebagian besar dari kerak samudera dan hanya
mantel mendasari kerak.
Basalts contain minerals like olivine, pyroxene and plagioclase, none of
which contain water. Basal mengandung mineral seperti olivin, piroksen
dan plagioklas, tidak ada yang mengandung air.
Basalts erupt non-explosively, indicating a low gas content and therefore
low water content. Basal meletus non-eksplosif, menunjukkan kandungan
gas yang rendah dan karena kadar air rendah.

Mantle terbuat dari Peridotit garnet (batuan


terbuat dari olivin, piroksen, dan garnet) bukti berasal dari potongan-potongan
dibesarkan oleh meletus gunung berapi. In the
laboratory we can determine the melting
behavior of garnet peridotite. Di laboratorium
kita bisa menentukan perilaku pencairan
Peridotit garnet.

Dalam kondisi normal, suhu di Bumi, ditunjukkan


oleh gradien geotermal, lebih rendah dari awal
pencairan mantel.
Dengan demikian, agar mantel mencair harus ada
mekanisme untuk menaikkan gradien panas
bumi.
Salah satu mekanisme tersebut adalah konveksi,
mantel panas dimana bahan naik ke tekanan yang
lebih rendah atau kedalaman, membawa panas
dengan itu

Hal ini menyebabkan gradien geotermal lokal untuk


bangkit, dan jika gradien panas bumi baru menjadi
lebih tinggi dari suhu leleh awal pada tekanan apapun,
maka sebagian meleleh akan membentuk parsial.
cairan dari ini mencair dapat dipisahkan dari kristal
yang tersisa karena, pada umumnya, cairan memiliki
kerapatan yang lebih rendah daripada makanan padat.
magma basaltik muncul mula-mula dengan cara ini.
This is sometimes referred to as decompression
melting. Ini kadang-kadang disebut sebagai mencair
dikompresi

Asal Magma Rhyolitic


Most rhyolitic magma appears to result from wet melting of
continental crust. Sebagian besar magma rhyolitic muncul hasil dari
peleburan basah kerak benua. The evidence for this is: Bukti untuk
ini adalah:
Most rhyolites are found in areas of continental crust. rhyolites
Kebanyakan ditemukan di daerah kerak benua.
When most rhyolitic magma erupts from volcanoes it does so very
explosively, indicating high gas content. Ketika magma rhyolitic
paling meletus dari gunung berapi itu sangat eksplosif,
menunjukkan kandungan gas yang tinggi.
Solidified rhyolite contains quartz, feldspar, hornblende, biotite, and
muscovite. riolit Pemadatan mengandung kuarsa, felspar,
hornblende, biotit, dan muskovit. The latter minerals contain water,
indicating high water content. Mineral yang terakhir mengandung
air, mengindikasikan kandungan air yang tinggi.

Namun, suhu di kerak benua biasanya tidak


cukup tinggi untuk menyebabkan mencairnya
kerak..
Dengan demikian panas sumber lain yang
diperlukan. Paling Dalam kasus tampak bahwa
sumber panas ini adalah magma basaltik ini
magma basaltik dihasilkan dalam mantel,,
kemudian naik ke dalam kerak benua,.

Tapi karena magma basaltik memiliki kepadatan


tinggi kadang-kadang berhenti di kerak dan
mengkristal, melepaskan panas ke dalam batuan
kerak sekitarnya.
Hal ini menimbulkan gradien panas bumi lokal,
dan dapat menyebabkan pelelehan parsial basah
dari kerak untuk menghasilkan magma rhyolitic
(batuan kerak umumnya mengandung air, baik
dalam ruang pori atau mineral di bebatuan).

Rhyolitic magma juga dapat diproduksi


dengan mengubah komposisi kimia dari
magma basaltik seperti dijelaskan nanti.

Asal Magma Andesit


Asal Magma Andesit Andesitic magmas erupt in areas
above subduction zones. This suggests a relationship
between the production of andesitic magma and
subduction. Andesit magma meletus di daerah-daerah
di atas zona subduksi. Hal ini menunjukkan hubungan
antara produksi magma andesit dan subduksi. An
earlier theory suggested the wet partial melting
of subducted oceanic lithosphere, but newer theories
suggest that it is wet partial melting of mantle. Sebuah
teori sebelumnya menyarankan mencairnya sebagian
basah litosfer samudera subduksi, namun teori baru
bahwa adalah peleburan parsial mantel basah.

Since the oceanic lithosphere is in contact with ocean water there


should be much water in the pore spaces of upper oceanic crustal
rocks as well as water contained within clay minerals that have
settled to the sea floor. When this material is subducted, it begins
to heat up and water is driven off. If the water enters the overlying
asthenospheric mantle, it will lower its melting temperatures and
thus melting will occur. This melting will produce basaltic magmas
with high water content. Other processes, discussed below, are
necessary to change this basaltic magma to andesitic magma
Karena lempeng samudera yang bersentuhan dengan air laut harus
ada banyak air di ruang pori atas batuan kerak samudera serta air
yang terkandung dalam mineral lempung yang telah menetap ke
lantai laut. Ketika bahan ini subduksi, itu mulai panas dan air
didorong dari

Jika air masuk asthenospheric atasnya mantel,


ia akan leleh dan dengan demikian
menurunkan suhu leleh akan terjadi mencair
ini akan menghasilkan magma basaltik dengan
kandungan air yang tinggi.

Perubahan Komposisi Magma


Perubahan Komposisi Magma
Basaltic magmas can undergo change as they pass trough
the earth's crust, particularly if they pass through the
thicker and more siliceous continental crust. If the crust
gets hot enough, it can melt, as discussed above, and this
siliceous melt can mix with the basaltic magma to make an
intermediate andesitic magma. magma basaltik bisa
mengalami perubahan ketika mereka berjalan melalui
kerak bumi, terutama jika mereka melewati kerak benua
dan tebal dan lebih banyak mengandung silika ,. Jika kerak
mendapat cukup panas, bisa meleleh, dan ini mengandung
silika yang meleleh dapat bercampur dengan magma basal
untuk membuat magma andesit menengah.

Crystal Fraksinasi
Crystal Fraksinasi
When magma solidifies to form a rock it does so
over a range of temperature. Ketika magma
mengeras dan membentuk batu ia melakukannya
pada rentang suhu. Each mineral begins to
crystallize at a different temperature, and if these
minerals are somehow removed from the liquid,
the liquid composition will change. Setiap mineral
mulai mengkristal pada suhu yang berbeda, dan
jika mineral yang entah bagaimana dikeluarkan
dari cairan, komposisi cair akan berubah.

Depending on how many minerals are lost in


this fashion, a wide range of compositions can
be made. Tergantung pada seberapa banyak
mineral yang hilang dalam cara ini, berbagai
komposisi dapat dibuat.
The processes is called magmatic
differentiation by crystal fractionation. Proses
ini disebut diferensiasi magmatik oleh
fraksinasi kristal.

Kristal dapat dihapus oleh berbagai proses. If the crystals


are more dense than the liquid, they may sink. Jika kristal
yang lebih padat daripada cairan, mereka mungkin
tenggelam.
If they are less dense than the liquid they will float. Jika
mereka kurang padat dari cairan mereka akan mengapung.
If liquid is squeezed out by pressure, then crystals will be
left behind. Jika cairan diperas oleh tekanan, maka kristal
akan tertinggal.
Removal of crystals can thus change the composition of the
liquid portion of the magma. Penghapusan kristal sehingga
dapat mengubah komposisi dari bagian magma cair..

Bayangkan suatu cairan yang mengandung 5


molekul MgO dan 5 molekul SiO 2. Awalnya komposisi magma ini
dinyatakan sebagai 50% SiO 2 dan MgO 50%. Yaitu

Sekarang mari kita bayangkan cara


menghapus 1 molekul MgO dengan
memasukkan ke dalam kristal dan
mengeluarkan kristal dari magma.
Now what are the percentages of each
molecule in the liquid? Sekarang apa ini
adalah persentase dari setiap molekul dalam
cairan?

Jika kita melanjutkan proses sekali lagi dengan menghapus satu


lebih molekul MgO

Dengan demikian, komposisi cairan dapat


diubah.
Ini. Proses kristal disebut fraksinasi
Mekanisme dengan mana magma basaltik di
bawah gunung berapi bisa perubahan ke
magma andesit dan akhirnya untuk magma
rhyolitic melalui fraksinasi kristal, disediakan
oleh reaksi seri's Bowen,.

Bowen's Reaction Series


Bowen found by experiment that the order in which
minerals crystallize from a basaltic magma depends on
temperature. As a basaltic magma is cooled Olivine
and Ca-rich plagioclase crystallize first. Upon further
cooling, Olivine reacts with the liquid to produce
pyroxene and Ca-rich plagioclase react with the liquid
to produce less Ca-rich plagioclase. But, if the olivine
and Ca-rich plagioclase are removed from the liquid by
crystal fractionation, then the remaining liquid will be
more SiO 2 rich. If the process continues, an original
basaltic magma can change to first an andesite magma
then a rhyolite magma with falling temperature

. Bowen ditemukan oleh percobaan bahwa


urutan mineral mengkristal dari magma basaltik
tergantung pada suhu..
Sebagai sebuah magma basaltik didinginkan
Olivine Ca-kaya dan plagioklas mengkristal
pertama
Setelah pendinginan lebih lanjut, Olivine bereaksi
dengan cairan untuk menghasilkan piroksen dan
Ca-kaya plagioklas bereaksi dengan cairan untuk
menghasilkan Ca-plagioklas kaya kurang,.

Tetapi jika olivin dan kaya plagioklas Ca


dikeluarkan dari cair dengan fraksinasi kristal,
maka cairan yang tersisa akan lebih kaya SiO 2,.
Jika proses berlanjut asli magma basaltik
dapat mengubah terlebih dahulu dari magma
andesit maka magma riolit dengan
menurunnya suhu.

Letusan Vulkanik
Letusan Vulkanik
In general, magmas that are generated deep
within the Earth begin to rise because they are
less dense than the surrounding solid rocks.
Secara umum, magma yang dihasilkan jauh di
dalam Bumi mulai naik karena mereka kurang
padat dari batuan padat sekitarnya.

Ketika mereka naik mereka mungkin


menghadapi kedalaman atau tekanan di mana
gas terlarut tidak lagi dapat diselenggarakan
dalam larutan dalam magma, dan gas mulai
membentuk fasa terpisah (yaitu itu membuat
gelembung seperti pada botol minuman
berkarbonat ketika tekanan berkurang).

When a gas bubble forms, it will also continue


to grow in size as pressure is reduced and
more of the gas comes out of solution. In
other words, the gas bubbles begin to expand.
Ketika bentuk gelembung gas, itu juga akan
terus tumbuh dalam ukuran sebagai tekanan
berkurang dan lebih banyak gas keluar dari
larutan. Dengan kata lain, gelembung gas
mulai berkembang.

Jika bagian cairan magma memiliki viskositas


rendah, maka gas dapat memperluas relatif
mudah. Ketika magma mencapai permukaan
bumi, gelembung gas hanya akan pecah, gas
akan mudah memperluas ke tekanan
atmosfer, dan sebuah-ledakan non letusan
akan terjadi, biasanya sebagai aliran lava

Jika bagian cairan magma memiliki viskositas


tinggi, maka gas tidak akan dapat berkembang
sangat mudah, dan dengan demikian, tekanan
akan membangun dalam gelembung gas (s).
Ketika magma ini mencapai permukaan, gas
gelembung akan terbentuk di dalam tekanan
tinggi, yang akan menyebabkan mereka meledak
/eksplosif pada waktu mencapai tekanan
atmosfer. Hal ini akan menyebabkan letusan
gunung api eksplosif.

Viskositas vs tipe erupsi


Non-ledakan Letusan
Non explosive eruptions are favored by low
gas content and low viscosity magmas
(basaltic to andesitic magmas). ledakan
letusan Non disukai oleh kandungan gas
rendah dan magma viskositas rendah (basal
untuk magma andesit).

Jika viskositas rendah, non-ledakan letusan


biasanya dimulai dengan air mancur api
karena pelepasan gas terlarut. Lava flows are
produced on the surface, and these run like
liquids down slope, along the lowest areas
they can find. Aliran Lava dihasilkan di
permukaan, dan ini berjalan seperti cairan
menuruni lereng, di sepanjang daerah
terendah yang dapat mereka temukan.

Aliran lava yang dihasilkan oleh letusan bawah


air disebut lava bantal. If the viscosity is high,
but the gas content is low, then the lava will
pile up over the vent to produce a lava dome
or volcanic dome. Jika viskositas tinggi, tetapi
kandungan gas rendah, maka lava akan
menumpuk di lubang untuk menghasilkan
kubah lava atau kubah vulkanik.

Letusan peledak
Explosive eruptions are favored by high gas
content and high viscosity (andesitic to
rhyolitic magmas). letusan peledak yang
disukai oleh kandungan gas tinggi dan
viskositas tinggi (andesit untuk magma
rhyolitic).

Peledak ledakan gelembung akan fragmen


magma ke gumpalan cairan yang akan
mendinginkan ketika mereka jatuh melalui
udara pyroclasts. Padat Partikel-partikel ini
menjadi (artinya - fragmen panas) dan tephra
atau abu vulkanik, yang mengacu pada pasir
berukuran or smaller fragments. atau lebih
kecil fragmen

Tephra and Pyroclastic Rocks Tephra dan Rocks


piroklastik
Average Particle Size (mm) Rata-rata Ukuran
partikel (mm) Unconsolidated Material (Tephra)
Dikonsolidasi Material (tephra)
Pyroclastic Rock/ Piroklastika Rock
> 64 Bom atau Blok Agglomerate /Menggumpal
2-64 Lapilli Lapili Lapilli /Tuff Tuf Lapili
<2 Ash /Abu /Ash Tuff

Blok adalah fragmen menyudut yang padat ketika


dikeluarkan.
Bombs have an aerodynamic shape indicating they were
liquid when ejected. Bom memiliki bentuk aerodinamis
menunjukkan mereka cair saat dikeluarkan.
Bombs and lapilli that consist mostly of gas bubbles (
vesicles ) result in a low density highly vesicular rock
fragment called pumice . Bom dan Lapili yang terdiri
sebagian besar gelembung gas (vesikula) mengakibatkan
kepadatan rendah sangat fragmen batuan vesikular disebut
batu apung.

Awan gas dan tephra yang naik di atas gunung


berapi menghasilkan kolom letusan yang bisa
meningkat sampai 45 km ke atmosfer. Eventually
the tephra in the eruption column will be picked
up by the wind, carried for some distance, and
then fall back to the surface as a tephra fall or
ash fall . Akhirnya tephra di kolom letusan akan
dijemput oleh angin, dibawa untuk jarak tertentu,
dan kemudian jatuh kembali ke permukaan
sebagai tephra jatuh atau jatuh abu.

Jika kolom letusan runtuh aliran piroklastik


akan terjadi, dimana gas dan tephra menuruni
sisi-sisi gunung berapi dengan kecepatan
tinggi.. Hal ini paling berbahaya jenis letusan
gunung api Endapan yang dihasilkan disebut
ignimbrites jika mereka mengandung batu
apung atau endapan piroklastika aliran jika
mereka berisi-vesikular non blok.

Jika tekanan gas di dalam magma diarahkan


keluar bukan ke atas, sebuah ledakan lateral
dapat terjadi.
Ketika ini terjadi pada sisi-sisi kubah lava,
piroklastik mengalir disebut avalanche
bercahaya atau ardentes nuee (dalam bahasa
Perancis) juga dapat mengakibatkan. ledakan
sering kali terjadi akibat tiba-tiba dari magma
terjadi tanah longsor atau runtuhnya kubah lava.

Jenis Letusan Gunung Berapi


Jenis Letusan Gunung Berapi
Volcanic eruptions, especially explosive ones, are
very dynamic phenomena. That is the behavior of
the eruption is continually changing throughout
the course of the eruption. This makes it very
difficult to classify volcanic eruptions. Letusan
gunung berapi, ledakan yang terutama, adalah
fenomena yang sangat dinamis.. Itu adalah
perilaku letusan terus berubah sepanjang
perjalanan dari letusan ini membuat sangat sulit
untuk mengklasifikasi letusan gunung berapi.

Nevertheless they can be classified according


to the principal types of behavior that they
exhibit. An important point to remember,
however, is that during a given eruption the
type of eruption may change between several
different types. Namun demikian, mereka
dapat diklasifikasikan menurut jenis utama
dari perilaku yang mereka menunjukkan
untuk.

Hawaii - letusan viskositas rendah. Magma


basaltik Gas ini menghasilkan debit api yang
air mancur tunas lava pijar sampai dengan 1
km di atas lubang.
Adalah lava itu, masih cair saat kembali ke
permukaan arus pergi menuruni lereng
sebagai aliran lava Hawaii.
Letusan dianggap non-ledakan /letusan.
material piroklastika sedikit yang dihasilkan.

Strombolian - letusan ini ditandai dengan ledakan


yang berbeda untuk magma basaltik andesit dari
lubang pada. Ini ledakan pijar menghasilkan bom
yang jatuh di dekat ventilasi, akhirnya bangunan
kecil kerucut sinder tephra (kerucut) Kadangkadang. Lava mengalir meletus dari ventilasi
rendah sisi-sisi kerucut kecil strombolian. letusan
dianggap ringan ledakan, dan menghasilkan
kolom letusan elevasi rendah dan jatuh deposito
tephra.

Vulcanian - ditandai dengan ledakan


berkelanjutan atau dipadatkan sangat andesit
atau riolit magma kental dari ventilasi. Letusan
kolom ini bisa mencapai beberapa km di atas
ventilasi, dan sering runtuh untuk
menghasilkan piroklastik aliran luas. Letusan
jatuh tephra adalah umum. Adalah letusan
Vulcanian adalah dianggap sangat eksplosif.

Pelean - ini akibat letusan dari runtuhnya


sebuah rhyolitic kubah lava atau andesit,
dengan atau tanpa ledakan diarahkan, untuk
menghasilkan longsoran bercahaya atau e
nu ardentes, as a type of pyroclastic flow
known as a block-and-ash flow. Pelean
eruptions are considered violently explosive.
ardentes, sebagai jenis aliran piroklastik yang
dikenal sebagai abu-dan-aliran block Pelean.
letusan dianggap keras ledakan

Plinian - ini hasil letusan dari ejeksi berkelanjutan


andesit untuk magma rhyolitic ke kolom letusan
yang dapat memperpanjang hingga 45 km di atas.
Runtuh Letusan lubang kolom luas jatuh
menghasilkan deposito dengan ketebalan
menurun jauh dari lubang, dan mungkin letusan
kolom menunjukkan untuk menghasilkan aliran
piroklastik lingkaran abu Plinian. dapat awan
bumi dalam hitungan hari. letusan Plinian
dianggap keras meledak.

Freatomagmatik - letusan yang diproduksi


ketika magma terjadi kontak dengan air tanah
dangkal menyebabkan untuk tanah flash ke
uap dan akan dikeluarkan bersama dengan pra
ada fragmen-batu dan tephra dari. Magma ini
Karena air mengembang begitu pesat, ini
letusan yang hebat eksplosif walaupun
distribusi pyroclasts sekitar ventilasi jauh
kurang dari dalam letusan Plinian.

Freatik (letusan uap juga disebut ledakan) saat pertemuan magma dangkal, air tanah
berkedip untuk uap air tanah, yang eksplosif
dikeluarkan bersama dengan pra keluar
fragmen-batuan. Hasil Tidak magma baru
mencapai permukaan.

Magma asli adalah magma berkomposisi


basa (Dailly Winkler, 1933, Vide W.T. Huang
1962). Namun melalui proses kontak magma
dengan batuan samping yang diintrusi, proses
kontak lempeng samudera dan benua pada
zona subduksi, serta peleburan jenis batuan
dengan komposisi asam di dekat dapur
magma dapat menghasilkan magma dengan
komposisi asam atau intermediet.

Indonesia merupakan wilayah pertemuan


lempeng-lempeng mayor dan minor dunia, sehingga
memiliki aktivitas vulkanisme dan tektonisme yang
sangat aktif, yang menyebabkan daerah Indonesia
banyak terdapat zona subduksi.

Berdasarkan letaknya yang merupakan zona


subduksi, Indonesia dapat diprediksi memiliki magma
dengan komposisi intermediet, hasil dari peleburan
lempeng benua dengan lempeng samudera di zona
subduksi. Namun prediksi tersebut dapat didukung
dengan pengamatan tipe gunung dan tipe batuan yang
banyak ditemukan di Indonesia.

Tipe gunung yang banyak ditemukan di Indonesia


adalah tipe gunung api strato (kerucut) yang
terbentuk dari magma yang berkomposisi magma
intermediet dengan sumber dapur magma yang
tidak terlalu jauh dari permukaan bumi. Demikian
pula dengan batuan yang berkorelasi dengan
aktivitas vulkanisme suatu daerah, batuan yang
banyak ditemui di Indonesia, khususnya wilayah
Pulau Jawa adalah batuan dengan karakteristik
yang dimiliki batu Andesit Porfir (Thorpe and
Brown, 1985). Batu Andesit Porfir merupakan
batuan dengan komposisi magma intermediet.

berdasar pada pengamatan letak geografis


Indonesia, dominasi batuan dan gunung
berapi di Indonesia, dapat disimpulkan bahwa
kandungan magma yang terdapat di daerah
Indonesia dan yang juga mempengaruhi
bentukan muka bumi Indonesia adalah
magma dengan komposisi Intermediet.

Pertanyaan pada bahan ini yang dapat ditanyakan


pada ujian
What are the three major types of magma and how are
they distinguished from one another in terms of their
chemical compositions and physical properties? (Note
that you should be able to answer this question in
relative terms - you would not be expected to cite
exact numbers). Apakah tiga jenis utama dari magma
dan bagaimana mereka dibedakan dari satu sama lain
dalam hal komposisi kimia dan sifat fisik (Perhatikan
bahwa Anda harus dapat menjawab pertanyaan ini
secara relatif -? Anda tidak akan diharapkan untuk
mengutip angka pastinya ).

Bagaimana masing-masing dari tiga jenis magma


berasal dalam hal mekanisme pencairan dan
bagian dari bumi di mana mereka membentuk?
What are the major gases in magma? Apakah gas
utama di magma? What are the minor gases in
magma? Apa gas kecil di magma? Why is the
amount of gas in magma important in relation to
volcanic eruptions? Mengapa jumlah gas dalam
magma penting dalam kaitannya dengan letusan
gunung berapi?

Apa kimia dan sifat fisik magma yang paling penting dalam
apakah magma meletus eksplosif atau non-exzplosively?
Define the following terms (a) viscosity, (b) block, (c) bomb,
(d) ash, (e) eruption column, (f) pyroclastic flow, (g) lateral
blast
Definisikan istilah-istilah berikut (a) viskositas, (b) blok, (c)
bom, (d) abu, (e) kolom letusan, (f) aliran piroklastik, (g)
ledakan lateral

Compare and contrast the different types of volcanic


eruptions. Bandingkan dan kontras berbagai jenis letusan
gunung berapi.

Anda mungkin juga menyukai