Anda di halaman 1dari 46

LAPORAN KEGIATAN LAPANGAN

PERENCANAAN DESA
(GPW 4206)

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DESA (RPJM-D)


CATURHARJO, KECAMATAN SLEMAN, KABUPATEN SLEMAN

Prof. Dr. R. Rijanta, M.Sc.


Dodi Widiyanto, S.Si., MRegDev.
Alia Fajarwati, S.Si., M.IDEA
Surani Hasanati, S.Si., M.Sc.

oleh:
1. Muhammad Fauzi

11/316475/GE/07055

2. Nita Yunita Ferdiani

11/316485/GE/07064

3. Trafika Anggini

11/316487/GE/07066

PRODI PEMBANGUNAN WILAYAH


FAKULTAS GEOGRAFI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2014

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ................................................................................................................... 2


DAFTAR TABEL ........................................................................................................... 4
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................................... 5
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................... 6
1.1 Latar Belakang ...................................................................................................... 6
1.2 Tujuan.................................................................................................................... 8
1.3 Manfaat.................................................................................................................. 8
1.4 Sistematika RPJM Desa Caturharjo ...................................................................... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................... 9
2.1 Landasan Hukum................................................................................................... 9
2.2 Pengertian RPJM Desa dan RKP Desa ................................................................. 9
2.3 Tujuan RPJM Desa.............................................................................................. 10
2.4 Penyusunan RPJM Desa ..................................................................................... 11
2.4.1 Prinsip-Prinsip Perencanaan ......................................................................... 11
2.4.2 Tahapan Kegiatan Penyusunan dan Pelaksanaan RPJM Desa ..................... 11
2.4.3 Sumber Dana ................................................................................................ 12
BAB III GAMBARAN UMUM DESA ........................................................................ 14
3.1 Kondisi Fisik ....................................................................................................... 14
3.1.1 Letak Wilayah Desa...................................................................................... 14
3.1.2 Luas Wilayah Desa dan Tata Guna Lahan ................................................... 14
3.1.3 Sumberdaya Alam ........................................................................................ 14
3.2 Kondisi Ekonomi................................................................................................. 15
3.3 Kondisi Sosial Budaya ........................................................................................ 16
BAB IV METODE ....................................................................................................... 17
4.1 Proses Studio ....................................................................................................... 17
4.2 Proses di Lapangan.............................................................................................. 18
4.3 Kendala Permasalahan ........................................................................................ 19
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................................... 20
5.1 Alur Penyusunan RPJM Desa Caturharjo ........................................................... 20

5.1.1 Masukan........................................................................................................ 20
5.1.2 Proses ............................................................................................................ 24
5.1.3 Hasil .............................................................................................................. 27
5.1.4 Dampak ......................................................................................................... 30
5.2 Perbandingan RPJM Desa Caturharjo dengan NSPM ........................................ 35
5.3 Implementasi dan Kendala Pelaksanaan Program RPJM Desa Caturharjo ........ 40
BAB VI KESIMPULAN .............................................................................................. 43
6.1 Kesimpulan.......................................................................................................... 43
BAB VII KRITIK DAN SARAN TERHADAP MATA KULIAH.............................. 44
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 46

DAFTAR TABEL
Tabel 1. Kalender Musim Desa Caturharjo ................................................................. 22
Tabel 2. Daftar Masalah dan Potensi Desa Caturharjo Dari Kalender Musim ......... 23
Tabel 3. Daftar Masalah dan Potensi dari Bagan Kelembagaan Desa Caturharjo .... 24
Tabel 4. Perbandingan RPJM Desa Caturharjo dengan NSPM .................................. 35

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Diagram Presentase Alokasi Dana Kegiatan Desa Caturharjo 2012-2014
dan Diagram Presentase Kegiatan Desa Caturharjo 2010-2014 ................................ 28
Gambar 2. Grafik Jumlah Pendanaan Tiap Padukuhan RPJM Desa Caturharjo 20102014............................................................................................................................... 29
Gambar 3. Grafik Jumlah Kegiatan Desa Caturharjo 2010-2014 ............................... 30
Gambar 4. Bagan Alur Penyusunan RPJM dan RKP Desa Caturharjo 2010-2014 .... 32

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kegiatan pembangunan wilayah sebagai suatu usaha mencapai tujuan
pembangunan yang dapat meningkatkan fungsi wilayah dalam menundukung
aktivitas masyarakat dari berbagai aspek. Pembangunan maupun pengembangan
wilayah dilakukan pada level nasional hingga lokal untuk dapat mengatasi berbagai
masalah wilayah secara komprehensif atau keseluruhan. Pembangunan dilakukan
dengan melihat kondisi wilayah yang ada sehingga basis pengembangan sebanrnya
adalah bersifat bottom up dimana masyarakat memiliki peran yang besar dalam
memberikan masukan-masukan kegiatan yang diperlukan sehingga kegiatan
pembangunan dapat dilakukan secara optimal dan sesuai dengan kebutuhan
wilayah.
Pengembangan di suatu wilayah dapat memberikan atmosfer baru dalam
kehidupan masyarakatnya. Perubahan yang terjadi diikuti dengan pemanfaatan
berbagai kesempatan. Aktivitas masyarakat lebih meningkat baik pada aspek sosial
maupun ekonomi dengan harapan masyarakat dapat lebih sejahtera dengan
hadirnya berbagai kegiatan pengembangan di wilayah mereka. Perbaikan kualitas
hidup masyarakat dapat menjadikan masyarakat lebih mandiri dalam menghadapi
persoalan lainnya di masa mendatang.
Pembangunan dilakukan disetiap level wilayah, dari nasional hingga lokal.
Setiap pembangunan tersebut dilakukan oleh pihak-pihak yang berwenang.
Kegiatan-kegiatan pembangunan juga tidak lepas ada adanya suatu perencanaan.
Perencanaan sebagai suatu usaha dalam merencanakan kegiatan-kegiatan
pembangunan dan usaha mewujudkan setiap tujuan pembangunan. Untuk itu
diperlukannanya perencanaan pembangunan maupun pengembangan pada setiap
wilayah pengembangan tidak terkecuali perdesaan.
Pembangunan yang dilakukan secara bottom up dan desentralisasi
memberikan ruang kepada masyarakat dan juga pemerintah daerah atau pemerintah
setempat untuk dapat mengekplorasi dan mengeksploitasi wilayahnya secara

optimal. Kegiatan pembangunan perdesaan membutuhkan perencanaan yang


menyeluruh dengan memperhatikan berbagai aspek yang ada di perdesaan seperti
ekonomi, sosial, budaya, dan lingkungan yang melekat pada masyarakat.
Perencanaan pengembangan dilakukan untuk dapat mengoptimalisasi potensi dan
mengurangi masalah yang ada di desa. Proses perencanaan yang matang dan
prinsip pengembangan yang berasaskan berkelanjutan dapat menjadikan desa
sebagai tempat yang berfungsi lebih baik bagi kehidupan masyarakat.
Perencanaan desa melibatkan beberapa pihak utama yakni pemerintah desa
dan masyarakat. Pihak lain diluar itu dapat membantu proses perencanaan maupun
proses implementasi rencana agar didapatkan hasil yang diharapakan. Perencanaan
desa harus dilakukan secara terkonsep dan matang dengan disesuaikan dengan visi
misi yang dimiliki desa agar desa memiliki ciri khasnya tersendiri sesuai dengan
kondisi wilayah dan masyarakatnya. Desa memiliki perencanaan tersendiri yang
disesuaikan dengan kondisi desa dan mengacu pula pada perencanaan nasional.
Setiap desa diharuskan membuat perencanaannya sendiri secara komprehensif
dalam perencanaan jangka menengah dan jangka pendek. Perencanaan jangka
pendek dilakukan untuk satu periode tahun dengan sebutan RKP Desa. Adapun
perencanaan jangka menengah berisi perencanaan dalam satu periode 5 tahunan
dengan sebutan RPJM Desa. Dokumen-dokumen perencanaan ini dibuat oleh
pemerintah desa dengan menjaring aspirasi masyarakat terlebih dahulu untuk
melihat kebutuhan dan prioritas pengembangan yang diperlukan.
Kajian perencanaan desa perlu dilakukan untuk melihat lebih jauh fenomena
proses perencanaan desa dari perspektif masyarakat, pemerintah, maupun pihak
lain yang mendukung perencanaan dan pembangunan desa. Salah satu perencanaan
pembangunan desa yang dapat dikaji lebih dalam yakni perencanaan pembangunan
Desa Caturharjo, Kecamatan Sleman, Kabupaten Sleman. Kajian yang dilakukan
mengenai RPJM Desa yang kemudian ditelaah lebih jauh pada aspek
perencanaanya.

1.2 Tujuan
1. Membandingkan antara dokumen RPJM Desa Caturharjo dengan NSPM
RPJM.
2. Mendeskripsikan proses perencanaan pembangunan desa secara normatif.
3. Mendeskripsikan proses penyusunan RPJM Desa Caturharjo.
4. Mengidentifikasi kendala dalam implementasi program RPJM Desa Caturharjo.

1.3 Manfaat
1. Dapat merencanakan pembangunan desa dengan norma, standar, prosedur,
manual yang sesuai dan benar.
2. Dapat menyusun RPJM Desa secara sistematis dan benar.

1.4 Sistematika RPJM Desa Caturharjo


Sistematika Rencana Pembangunan Jangka Menengah, yang selanjutnya
disebut RPJM, Caturharjo secara garis besar dapat dilihat pada daftar isi. Beberapa
Bab yang ada dalam RPJM Desa Catur Harjo sebagai berikut :
1. Bab I Pendahuluan. Berisi latar belakang, maksud dan tujuan, landasan, dan
sistematika.
2. Bab II Gambaran Umum. Berisi informasi kondisi fisik, kondisi ekonomi, dan
kondisi sosial budaya.
3. Bab III Visi dan Misi. Berisi dasar filosofis desa, Visi, misi, dan penjelasannya.
4. Penutup.

BAB II
TINJAUAN PUSATAKA

Desa atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut desa adalah
kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk
mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal usul dan
adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara
Kesatuan Republik Indonesia. (Permendagri no 66 tahun 2007). Perencanaan Desa
dilakukan dengan memperhatikan Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional yang
menjadi salah satu landasannya. Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional adalah
suatu tata cara perencanaan pembangunan untuk menghasilkan rencana-rencana
pembangunan dalam jangka panjang, menengah, hingga tahunan yang diselenggarakan
oleh Negara dan Masyarakat (UU. No. 25 tahun 2004).

2.1 Landasan Hukum


Berikut beberapa landasan peraturan perundang-undangan yang menjadi
landasan hukum yang mengatur sistem, mekanisme, proses, dan prosedur
Perencanaan Desa, yaitu:
1. UU No. 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Desa
2. UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah
3. UU No. 6 tahun 2014 tentang Desa
4. PP No. 72 tahun 2005 tentang Desa
5. Permendagri No. 66 tahun 2007 tentang Perencanaan Pembangunan Desa
6. Surat Edaran Menteri No. 414.2/1408/PMD tentang Petunjuk Teknis
Perencanaan Pembangunan Desa.

2.2 Pengertian RPJM Desa dan RKP Desa

Perencanaan Pembangunan Desa dituangkan dalamRencana Pembangunan


Jangka Menengah Desa (RPJM Desa), yang merupakandokumen perencanaan

untuk periode 5 (lima) tahun yang memuat arah kebijakan pembangunan Desa,
arah kebijakan keuangan Desa, kebijakan umum, dan program, dan program
Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), lintas SKPD, dan program prioritas
kewilayahan, disertai dengan rencana kerja (Permendagri no. 66 tahun 2007).
Rencana kerja yang dimaksud adalah penjabaran dari visi, misi, dan program
Kepala Desa yang penyusunannya berpedoman pada hasil musyawarah desa
(musrenbang desa).
Selain RPJM Desa, terdapat dokumen lain yang memuat prioritas-prioritas
dari penjabaran program yang ada dalam RPJM Desa. Dokumen tersebut adalah
Rencana Kerja Pembangunan Desa (RKP Desa) yang merupakan dokumen
perencanaan untuk periode 1 (satu) tahun merupakan penjabaran dari RPJM-Desa
yang memuat rancangan kerangka ekonomi desa, dengan mempertimbangkan
kerangka pendanaan yang dimutahirkan, program prioritas pembangunan desa,
rencana kerja dan pendanaan serta prakiraan maju, baik yang dilaksanakan
langsung oleh pemerintah desa maupun yang ditempuh dengan mendorong
partisipasi masyarakat (Permendagri no. 66 tahun 2007).

2.3 Tujuan RPJM Desa


Berdasarkan Petunjuk Teknis Perencanaan Pembangunan Desa (Surat
Edaran Menteri Dalam Negeri No. 414.2/1408/PMD), tujuan dari penyusunan
RPJM Desa diantaranya:
1. Merumuskan rencana pembangunan desa yang sesuai dengan kebutuhan
masyarakat dan keadaan setempat;
2. Merumuskan arah, tujuan, kebijakan, dan strategi pembangunan desa;
3. Menyelaraskan rencana kegiatan dan anggaran;
4. Meningkatkan peran serta masyrakat di desa dalam proses pembangunan.

10

2.4 Penyusunan RPJM Desa


2.4.1 Prinsip-Prinsip Perencanaan
Prinsip-prinsip

penyusunan

Rencana

Pembangunan

Jangka

Menengah Desa dimuat dalam Surat Edaran Menteri Dalam Negeri No.
414.2/1408/PMD, yang antara lain:
1. Lengkap artinya RPJM-Desa mencakup semua aspek pembangunan
masyarakat dan desa;
2. Cermat artinya data-data dasar diperoleh dan dihimpun secara teliti,
objektif dan dapat dipercaya;
3. Sistematis artinya RPJM-Desa disusun berdasarkan alur pemikiran logis
dan sesuai tata
4. Partisipatif artinya melibatkan semua pihak/pemangku kepentingan
secara aktif dalam proses pembahasan dan pengambilan keputusan;
5. Keterbukaan artinya memberikan akses seluas-luasnya kepada para
pemangku kepentingan untuk mendapatkan informasi dan mengontrol
proses penyusunan RPJM-Desa.

2.4.2 Tahapan Kegiatan Penyusunan dan Pelaksanaan RPJM Desa


Berdasarkan Petunjuk Teknis Perencanaan Pembangunan Desa
(Surat Edaran Menteri Dalam Negeri No. 414.2/1408/PMD), tahapan
kegiatan penyusunan dan pelaksanaan RPJM Desa mencakup:
a. Persiapan
Berkaitan dengan persiapan terkait dengan penyusunan RPJM Desa.
Menyiapkan sarana, alat, dan kebutuhan lainnya untuk mendukung
kelancaran pelaksanaan kegiatan penyusunan RPJM Desa.
b. Pengkajian Keadaan Desa
Pengkajian keadaan desa adalah proses penggalian dan pengumpulan
data mengenai keadaan masyarakat. masalah, potensi dan berbagai
informasi terkait, yang menggambarkan secara jelas dan lengkap kondisi
dan dinamika masyarakat desa.
c. Penyusunan Rancangan RPJM Desa
11

Rancangan RPJM Desa biasanya terdiri dari naskah rancangan kebijakan


pembangunan desa dan rencana kegiatan pembangunan desa.
d. Pembahasan Rancangan RPJM Desa
Pembahasan biasanya dilakukan bersama masyrakat dalam forum
Musrenbang Desa. Musrenbang dimaksud adalah Forum Musrenbang
Desa yang diselenggarakan khusus, 1(satu) kali dalam 5 (lima) tahun.
Untuk membahas rancangan (Awal) RPJM-Desa.
e. Penetapan Rancangan RPJM Desa
Penetapan rancanagan RPJM Desa dilakukan dalam Forum Rapat BPD
yang dipimpin oleh pimpinan BPD. Selanjutnya rancana RPJM Desa
ditetapkan dan disahkan dengan Peraturan Desa (Perdes).
f. Penetapan RKP Desa
Berisi tentang penjabaran RPJM desa terkait dengan rencana satu tahun
kedepan. Biasanya berisi tentang progam yang diprioritaskan oleh desa.
g. Pengendalian
Dalam tahap pengendalian terdiri dari proses pelaporan, pembinaan dan
pengawasan, serta pemantauan.
h. Penilaian dan Evaluasi RPJM Desa dan RKP Desa.
Tahap ini bertujuan untuk menilai dan mengevaluasi secara jelas dan
objektif berdasarkan ketepatan perumusan, ketepatan pelaksanan, dan
pencapaian tujuan perencanaan pembangunan desa.

2.4.3 Sumber Dana


Penyusunan dan pelaksanaan RPJM Desa membutuhkan dana yang
bersumber dari:
1. APBD Kabupaten/Kota
2. APB Desa
3. Swadaya Masyarakat
4. Sumber lain yang tidak mengikat

12

13

BAB III
GAMBARAN UMUM DESA CATURHARJO

3.1 Kondisi Fisik


3.1.1 Letak Wilayah Desa
Desa Caturharjo terletak di pinggir Ibukota Kecamatan Sleman dan
merupakan kota perkembangan Kota Kecamatan Sleman. Desa ini terletak
kurang lebih 5 km dari Ibukota Kabupaten Sleman yang memiliki luas 702
Ha. Adapun batas-batas desa ini sebagai berikut:
Utara

: Desa Margorejo Tempel dan Desa Trimulyo Sleman

Barat

: Desa Mororejo dan Desa Tambakrejo Tempel

Selatan

: Desa margo Agung Seyegan dan Desa Margo Mulyo Seyegan


Sleman

Timur

: Desa Triharjo Sleman dan Desa Sumberadi Mlati


Desa Caturharjo memiliki 20 dusun/dukuh, yaitu : Bejen, Dalangan,

Ganjuran, Jetis, Keceme, Kemloko, Kendangan, Kleben, Klumprit, Malang,


Mangunan, Medari Cilik, Medari Gedhe, Mrisen, Nambongan, Ngaglik,
Ngangkruk, Ngemplak, Sanggrahan, Sidorejo.
3.1.2 Luas Wilayah Desa dan Tata Guna Lahan
Luas Wilayah Desa Caturharjo adalah sebagai berikut:
-

Luas tanah sawah dan ladang : 447,0000 Ha

Luas tanah pekarangan

: 189,5150 Ha

Luas lapangan

Luas jalan

: 12,0300 Ha

Luas makam/kuburan

3,1575 Ha

Luas tanah PJKA

7,0675 Ha

1,0000 Ha

3.1.3 Sumberdaya Alam


Tanah Sawah

14

Sawah irigasi teknik

: 411 Ha

Sawah irigasi setengah teknis

: 20 Ha

Tanah Kering
Tegal/Ladang

: 447 Ha

Pemukiman

: 189 Ha

Tanah Perkebunan
Tanah Perkebunan Rakyat : 234 Ha

Tanah Fasilitas Umum


Tanah Kas Desa

: 80 Ha

Tanah Lapangan

: 1 Ha

Tanah Perkantoran : 0,8 Ha


3.2 Kondisi Ekonomi
Mata pencaharian sebagian besar penduduk di Desa Caturharjo adalah petani
dan buruh tani. Adapun lembaga perekonomian untuk membantu para petani dan
buruh tani di desa Caturharjo antara lain:
a. Kelompok simpan pinjam yag tersedia di setiap padukuhan
b. Koperasi PKK Desa
c. Koperasi simpan pinjam
d. BMT
e. BKM
Sumber dana di desa Caturharjo antara lain:
a. Sewa Tanah Kas Desa
b. Pungutan Desa
c. Retribusi Pasar Desa dan Kios Desa
d. Bantuan pihak lain yang tidak mengikat

15

3.3 Kondisi Sosial Budaya


Jumlah penduduk Desa Caturharjo sebanyak 13.415 jiwa dan jumlah Kepala
Keluarga sebanyak 3.955 KK. Penduduk Desa Caturharjo memeluk kepercayaan
yang beragam, namun mayoritas dari penduduknya beragama Islam. Tingkat
pendidikan sebagian besar penduduk sudah cukup baik dimana banyak penduduk
yang sudah merasakan bangku sekolah dan jenjang tertinggi tingkat pendidikan
adalah S-1.
Kondisi sarana kesehatan Desa Caturharjo memiliki 1 buah Puskesmas
Pembantu dan 20 tempat Pos Pelayanan terpadu (Posyandu) dimana tenaga medis
yang terdiri atas dokter umum, dokter spesialis, dan bidan juga sudah ada.

16

BAB IV
METODE

4.1 Proses Studio


Data yang dibutuhkan untuk diolah dan dianalisis adalah data sekunder
berupa peraturan perundangan NSPM mengenai perencanaan pembangunan desa
dan dokumen rencana pembangunan desa yaitu RPJM Desa dan RKP Desa.
Langkah awal yang dilakukan adalah mengkaji mengenai NSPM melalui proses
studio. Data sekunder yang diolah adalah peraturan perundangan yang tercakup
dalam NSPM, diantaranya UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa, UU No. 32
Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, UU No. 25 Tahun 2004 tentang
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, PP No. 72 Tahun 2005 tentang
Desa, Permendagri No. 66 Tahun 2007 tetang Perencanaan Pembangunan Desa,
dan Petunjuk Teknis Perencanaan Pembangunan Desa No 414.2/1408/PMD.
Pembahasan mengenai perencanaan pembangunan desa yang terdapat di
dalam peraturan perundangan tersebut dikaji secara seksama. Daftar Tim penulis
juga mengkaji mengenai isi dari dokumen RPJM Desa dan RKP Desa Caturharjo
yang telah didapatkan. Pengkajian yang dilakukan mengenai unsur penyusun
perencana pembangunan, proses pembuatan dan penyusunan perencanaan
pembangunan, serta hasil dari perencanaan pembangunan desa.
Hasil pembahasan oleh tim dipresentasikan di kelas kuliah. Tim penulis
bersama dengan dosen dan mahasiswa tim lain melakukan diskusi mengenai
hasil kajian. Dosen dan mahasiswa lain memberikan masukan dan tanggapan.
Diskusi dilakukan secara berkala sesuai jadwal kuliah. Materi yang
dipresentasikan adalah hasil temuan di lapangan. Hasil temuan dan pembahasan
RPJM

Desa

dengan

NSPM

antarkelompok

diperbandingkan

sehingga

menghasilkan rumusan dan analisis yang lebih baik.


Informasi dan data yang terdapat dalam dokumen perencanaan
pembangunan desa dikelompokkan dan diklasifikasikan kedalam unsur input,
proses, dan output, kemudian dilakukan proses seleksi. Tim penulis
17

menghubungkan keterkaitan data yang terkandung dalam PRJM Desa dan RKP
Desa dengan kaidah yang terdapat dalam NSPM. Dokumen perencanaan
pembangunan desa yang dibuat harus mengacu kepada peraturan perundangan.
Hal-hal yang tidak sesuai dalam kaidah NSPM menjadi bahan pertanyaan yang
akan dikonfirmasikan kepada informan.
Setelah data dan informasi lengkap, tim penulis memperbandingkan data
yang satu dengan data yang lain. Kemudian, tim penulis menganalisis dengan
menghubungkan keterkaitan data dengan NSPM.
4.2 Proses di Lapangan
Proses di lapangan berupa perolehan data primer. Data primer diperoleh
melalui proses wawancara mendalam terhadap informan. Data primer berfungsi
untuk melengkapi informasi. Pihak yang menjadi informan adalah Kepala Desa
Caturharjo, Sekretaris Desa, Kepala Bagian Pembangunan, Kepala Bagian
Kemasyarakatan, Kepala Bagian Keuangan, Ketua LKMD, Ketua BPD, dan
Kepala Dusun.
Daftar wawancara telah dipersiapkan terlebih dahulu melalui pembahasan
RPJM Desa dan RKP Desa dengan NSPM. Informasi yang tidak terdapat dalam
dokumen RPJM Desa dan RKP Desa ditanyakan kepada para informan. Selain
itu, hal-hal yang tidak sesuai anatara dokumen RPJM Desa dan RKP Desa
dengan NSPM akan dikonfirmasikan kepada para informan. Tim melakukan
wawancara secara mendalam kepada informan sehingga hasil yang didapatkan
tidak hanya seputar materi wawancara. Hasil yang diharapkan adalah tim
mendapatkan temuan baru mengenai perencanaan pembangunan di Desa
Caturharjo. Hal tersebut menjadi bahan yang menarik untuk dikaji karena tidak
tertera dalam dokumen RPJM.
Hasil diskusi di dalam kelas kuliah menjadi bahan masukan daftar
pertanyaan. Materi pertanyaan yang diajukan kepada setiap informan bersifat
beragam sesuai dengan fungsi dan kewenangannya. Tim juga menyediakan
petanyaan yang serupa kepada setiap informan untuk mendapatkan menguji
ketepatan informasi.
18

Pengumpulan informasi lainnya dalam proses lapangan adalah melalui


observasi. Program-program pembangunan Desa Caturharjo tersebar di 20
padukuhan. Terdapat beberapa program fisik yang sedang dalam proses
pembangunan. Selain itu, terdapat pula program fisik yang telah selesai
dibangun. Persebaran program-program fisik dapat ketahui melalui dokumen
RPJM dan kemudian disurvei sesuai dengan lokasi pembangunannya. Survei
lapangan dilakukan untuk mengetahui hasil pembangunan.
4.3 Kendala Permasalahan
Tim penulis menemui kendala permasalahan dalam proses pengumpulan
data. Kendala utama adalah ketidaklengkapan data yang terkandung dalam
dokumen RPJM Desa dan RKP Desa. Format dokumen rencana pembangunan
desa tertuang dalam Permendagri No. 66 Tahun 2007 tentang Perencanaan
Pembangunan Desa. Namun, dalam kenyataannya beberapa halaman dalam
RPJM Desa tidak tersedia. Akibatnya adalah pembahasan melalui proses studio
tidak dapat langsung dilakukan. Langkah untuk menyelesaikannya adalah tim
penulis menanyakan mengenai hal tersebut kepada Perangkat Desa Caturharjo
agar data tentang perencanaan pembangunan desa menjadi lengkap.

19

BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Alur Penyusunan RPJM Desa Caturharjo


5.1.1 Masukan
Proses perencanaan pembangunan desa secara normatif dapat dilihat pada
Peraturan Menteri No. 66 Tahun 2007 tentang Perencanaan Pembangunan Desa,
yang mana peraturan ini menjelaskan proses penyusunan Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Desa (RPJM Desa) dan Rencana Kegiatan Pembangunan Desa
(RKP Desa). Berdasarkan dokumen tersebut, proses penyusunan tersebut terdiri
dari tahapan masukan, proses, hasil, dan dampak.
Tahap

masukan

merupakan

tahap

awal

yang

dalam

prosesnya

memperhatikan dan mempertimbangkan profil desa. Profil desa adalah gambaran


menyeluruh mengenai karakter desa yang meliputi data dasar keluarga, potensi
sumber daya alam, sumberdaya manusia, kelembagaan, prasarana dan sarana,
serta perkembangan kemajuan dan permasalahan yang dihadapi desa. Pengkajian
profil desa yang tertuang dalam dokumen RPJM Desa Caturharjo meliputi potret
desa yang dijabarkan dalam bagian gambaran umum wilayah, kalender musim
beserta daftar masalah dan potensi dari kalender musim, dan bagan kelembagaan
beserta daftar masalah dan potensi yang terjadi di dalamnnya.

Potret Desa

20

Sumber: http://www.caturharjo.com

Kalender Musim
Kalender musim merupakan suatu alat yang digunakan untuk
menggambarkan kegiatan dan kejadian di masyarakat yang bersifat musiman.
Hal tersebut dikarenakan adanya pengaruh dari iklim atau musim terhadap
kondisi ekonomi, sosial budaya, dan kesehatan. Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Desa yang memperhatikan kalender musim dimaksudkan
untuk mengkaji potensi dan masalah yang terkait kegiatan atau kejadian
musiman, juga untuk mengembangkan gagasan pemecahannya, serta untuk
mencocokkan kegiatan pembangunan dengan jadwal kehidupan masyarakat.
Desa Caturharjo memiliki tiga musim yang terjadi: musim hujan,
pancaroba, dan kemarau. Kalender musim dibuat berdasarkan masalah yang
terkait kegiatan pertanian karena mayoritas penduduk Desa Caturharjo bekerja
21

sebagai petani. Masalah yang terjadi ketika musim hujan datang adalah
kekurangan pangan, kesehatan, dan panen. Masalah yang terjadi ketika musim
pancaroba berkaitan dengan kesehatan di penghujung akhir musim, daftar
panen, gagal tanam, panen, dan tanam. Sedangkan masalah yang tejadi ketika
musim kemarau di Desa Caturharjo berkaitan dengan masalah tanam. Masalah
yang terjadi berdasarkan musim di Desa Caturharjo secara ringkas dapat
dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 1. Kalender Musim Desa Caturharjo

No
1

Masalah
Kekurangan

Hujan

Pancaroba

Kemarau

Des

Jan

Feb Mar Apr Mei Jun Jul Aug Sep Okt Nov

**

***

Pangan
2

Kesehatan

****

***

**

Daftar

**

***

***

Panen
4

Gagal
Tanam

Panen

***

***

Tanam

***

**

**

Sumber: RPJM Desa Caturharjo Periode 2010-2014

Berdasarkan kalender musim yang dibuat berdasarkan pokok


permasalahan yang ada di Desa Caturharjo, dapat diturunkan menjadi masalah
dan potensi yang berkaitan di dalamnya, khususnya dalam sektor pertanian.
Untuk masalah kekurangan pangan, hal tersebut seringkali terjadi akibat gagal
panen saat musim kemarau. Alhasil, pasokan pangan dari musim kemarau
yang minim berdampak pada keberlangsungan hidup penduduk di awal musim
penghujan karena masa tanam biasanya dilakukan ketika musim hujan
datang.Potensi yang dimiliki Desa Caturharjo dalam menghadapi masalah
yang terkait dengan pertanian adalah adanya fasilitas Sekolah Lapangan
Pemberantasan Hama Terpadu (SLPHT) yang membantu para petani lokal
untuk mengendalikan hama dan mendampingi dalam perencanaan serta
pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang bersifat teknis, sosial, maupun ekonomi
22

secara bersama.Selain permasalahan pertanian, kondisi kesehatan penduduk


menjadi rentan terkena penyakit ketika musim penghujan. Adapun penyakit
yang seringkali rawan terjangkit penduduk adalah flu, pilek, dan bahkan
Demam Berdarah yang mana musim hujan merupakan waktu berkembang
biak nyamuk Aedes aegypti. Masalah dan potensi Desa Caturharjo yang
disusun berdasarkan kalender musim dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 2. Daftar Masalah dan Potensi Desa Caturharjo Dari Kalender Musim

Masalah
Kekurangan Pangan:
- Pada musim kemarau
terjadi kekurangan
pangan di beberapa
dusun karena gagal
panen
Kesehatan:
- Pada musim hujan dan
pancaroba banyak orang
terkena penyakit ringan
(flu, pilek)
Gagal Panen:
- Apabila memasuki
musim kemarau sering
terjadi gagal panen
Gagal Tanam:
- Pada musim tanam
kedua bersamaan
dengan musim
pancaroba banyak
penyakit tanaman
Panen:
- Pada saat memetik hasil
panen dipastikan
kekurangan tenaga
karena panennya
Tanam:
- Pada saat musim tanam
kekurangan tenaga

Potensi
Sungai, mata air

Keterangan

Puskesmas, Kader
Kesehatan

Air sungai, SLPHT


(Sekolah Lapangan
Pemberantasan Hama
Terpadu)
Air, SLPHT

Alat, tenaga

Alat, tenaga

Sumber: RPJM Desa Caturharjo Periode 2010-2014

Bagan Kelembagaan
Desa Caturharjo memiliki perangkat kelembagaan yang terdiri dari
Pemerintah

Desa,

Badan

Permusyawaratan

Desa

(BPD),

Lembaga

Pemeberdayaan Masyarakat Desa (LPMD), Kelompok Kerja Lembaga


23

Pemeberdayaan Masyarakat Desa (KKLPMD),RT/RW, PKK Desa, Kelompok


Tani, Karang Taruna, Puskesmas Pembantu, Simpan Pinjam, Koperasi Desa,
Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM), dan Pusat Kegiatan Belajar
Masyarakat (PKBM). Dari masing-masing lembaga tersebut tentunya
memiliki masalah dan potensi tersendiri yang tentunya dapat menghambat
atau mendorong pembangunan di Desa Caturharjo. Adapun pemetaan masalah
dan potensi dari lembaga-lembaga yang ada di Desa Caturharjo dapat dilihat
pada tabel di bawah ini:

Tabel 3. Daftar Masalah dan Potensi dari Bagan Kelembagaan Desa Caturharjo

No
Lembaga
1
Pemerintah Desa
2
BPD
3

LPMD

KKLPMD

RT/RW

PKK
Desa/Dasawisma
Kelompok
Tani/Gapoktan
Karang Taruna

Masalah
Perangkat tidak lengkap
Keanggotaan tidak
lengkap
Kurangnya koordinasi
dan komunikasi
Kepedulian pemerintah
kurang
Jabatan RT/RW kurang
diminati masyarakat
Pendanaan kurang

Potensi
Pemberdayaan perangkat
Pemberdayaan anggota

Penyaluran bantuan dan


fasilitator
Pembinaan generasi
muda
Pemberdayaan sarana
dan prasarana serta
tenaga medis
Penguatan modal
pemerintah
Pamong Desa/Lembaga
Desa
Pemberdayaan KSM
Bantuan Pemerintah

Puskesmas
Pembantu

Juklak-juknis kurang
jelas
Kurang komunikasi dan
koordinasi
Fasilitas kurang
mendukung

10

Simpan pinjam

Modal

11

Koperasi Desa

12
13

BKM
PKBM

- Proses pembentukan
- Kurang anggota
Banyak tunggakan
- Kurang dana
- Tutor

Fasilitas desa
Penghargaan
Perlu perhatian
Bantuan pemerintah

Sumber: RPJM Desa Caturharjo Periode 2010-2014

5.1.2 Proses

Pengelompokan Masalah

24

Permendagri No. 66 Tahun 2007 menerangkan pengelompokan


masalah disusun beserta dengan potensi. Seluruh masalah dituliskan ke dalam
bentuk tabel. Lampiran Permendagri mencontohkan penulisan masalah secara
ringkas yang dilengkapi dengan lokasi keberadaannya. Selain itu, dalam tabel
tersebut disertai dengan kolom potensi yang akan memudahkan proses
selanutnya yaitu penentuan peringkat masalah dan pengkajian tindakan
pemecahan masalah.
Setiap padukuhan di Desa Caturharjo melakukan penjaringan aspirasi
masyarakat. Kepala Dukuh melakukan musyawarah dusun untuk merumuskan
permasalahan yang akan diajukan ke dalam program RPJM Desa.
Musyawarah dusun dihadiri oleh Ketua RT, RW, LPMD, tokoh masyarakat,
dan perwakilan masyarakat lainnya. Setiap dusun melakukan rapat rutin yang
dilakukan setiap bulannya dalam membahas kondisi di dusun. Selain rapat
rutin dusun, setiap RT juga melakukan rapat rutin yang dilakukan melalui
arisan RT ataupun acara perkumpulan lainnya di tingkat RT.
Pihak desa memberikan tenggat waktu sekitar 1 bulan bagi dusun
untuk menyusun permasalahan dan tindakan penyelesaian. Setiap kelompok
masyarakat akan mengemukakan permasalahan yang terjadi. Kelompok usaha
masyarakat mengemukakan permasalahan yang berkaitan dengan usha
mereka. Kelompok masyarakat di bidang keagamaan dan bidang sosial juga
mengemukakan kendala yang dihadapi dalam penyelenggaraan kegiatan.
Kepala dusun bertindak sebagai fasilitator. Permasalahan yang dihimpun
kemudian dikategorikan ke dalam permasalahan fisik dan nonfisik.

Penentuan Peringkat Masalah


Penentuan peringkat masalah merupakan lanjutan dari proses
pengelompokan masalah. Berbagai permasalahan dijabarkan melalui kolom
keterangan tambahan yang memuat pengaruhnya yang dirasakan terhadap
masyarakat,

tingkat

permasalahan,

penghambat

dalam

peningkatan

pendapatan, tingkat frekuensi terjadinya, dan potensi pemecahan masalah.


Tiap keterangan memuat skor terhadap setiap masalah. Jumlah skor akan
menentukan peringkat masalah. Semakin besar skor maka permasalahan
tersebut semakin penting untuk diselesaikan.

25

Proses pemeringkatan masalah menggunakan pemberian skor tidak


dilakukan dalam musyawarah dusun di Desa Caturharjo. Masyarakat
menggunakan sistem musyawarah untuk menentukan prioritas masalah.
Setiap dusun di Desa Caturharjo menerima form RPJM Desa yang
terdiri dari lembaran untuk program fisik dan lembaran untuk program
nonfisik. Dalam musyawarah dusun, segala permasalahan diungkapkan.
Proses selanjutnya, dilakukan pemilihan masalah yang dapat diajukan ke
dalam program RPJM Desa. Permasalahan yang mendesak untuk diselesaikan
diposisikan sebagai prioritas dan direncanakan pada tahun awal RPJM Desa.
Permasalahan yang mendesak harus segera diselesaikan.

Pengkajian Pemecahan Masalah


Pengkajian tindakan pemecahan masalah dilakukan melalui analisis
terhadap penyebab, potensi, alternatif tindakan, dan tindakan yang layak.
Setiap penyebab dan potensi permasalahan dijabarkan dalam beberapa uraian
sehingga dapat ditentukan tindakan pemecahan masalah.
Musyawarah dusun menghasilkan pemecahan masalah melalui rencana
program RPJM. Setelah mengidentifikasi masalah, masyarakat merumuskan
program penyelesaian. Setiap perwakilan masyarakat mengajukan aspirasinya,
contohnya kelompok masyarakat budidaya ikan mengajukan program yang
terkait dengan usahanya. Kelompok masyarakat lain seperti kelompok
masyarakat usaha tani mengajukan program untuk menunjang usaha pertanian
mereka. Kelompok masyarakat usaha tani mengajukan program pembangunan
dan perbaikan irigasi serta pembangunan bendungan.
Pengkajian

pemecahan

masalah

dipertimbangkan

berdasarkan

ketersediaan anggaran. Proses itu dikerjakan oleh Kepala Bagian Keuangan


Desa Caturharjo. Program fisik yang membutuhkan dana yang besar
dimasukkan ke dalam pos anggaran APBN. Program nonfisik yang rutin
dilakukan oleh masyarakat, seperti kegiatan keagamaan, menggunakan dana
swadaya masyarakat. Dana yang dikucurkan dalam program RPJM adalah
dana stimulan.

Penentuan Peringkat Tindakan

26

Penentuan peringkat tindakan dilakukan melalui pemberian skor.


Kriteria penentuan peringkat berupa pemenuhan kebutuhan orang banyak,
dukungan peningkatan pendapatan masyarakat, dan dukungan potensi.
Semakin besar jumlah skor akan mendudukkan tindakan tersebut dalam
peringkat teratas.
Proses penentuan peringkat tindakan melalui pemberian skor tidak
dilakukan dalam penyusunan RPJM Desa Caturharjo. Perangkat desa, Kepala
Bagian Keuangan, Kepala Bagian Kemasyarakatan, dan Kepala Bagian
Pembangunan memberikan penilaian tindakan melalui kemampuan keuangan
desa. Program yang digolongkan sebagai prioritas diposisikan pada tahun awal
program. Program baru lebih didahulukan dibandingkan dengan program
lanjutan dan program rehab.
Dana untuk pembangunan desa berasal dari dana APBDesa, APBD
Kabupaten Sleman, ABPD D.I. Yogyakarta, dan APBN. Pihak desa akan
merevisi dana yang dibutuhkan pada setiap program. Tidak semua dana yang
diminta oleh masyarakat diberikan karena harus disesuaikan dengan
kemampuan yang dimiliki dan didapatkan oleh desa. Pendanaan program fisik
yang membutuhkan dana yang besar, seperti pembangunan jalan, akan diatur
penganggarannya oleh daerah kabupaten. Sehingga pada pelaksanaannya,
pelaksanaan program tersebut tidak selalu tepat pada rencana tahun anggaran
yang ditetapkan dalam RPJM Desa Caturharjo. Atas dasar pertimbangan
tersebut, program-program yang membutuhkan dana besar ditetapkan pada
tahun awal RPJM Desa.
Penentuan prioritas program RPJM beserta rancangan anggaran akan
ditentukan saat musyawarah rencana pembangunan (musrenbang). Rancangan
RPJM Desa akan dibahas melalui forum musrenbang setelah sebelumnya
dirancang oleh pihak desa. Persetujuan RPJM Desa akan dilaksanakan melalui
musyawarah oleh seluruh peserta.
5.1.3 Hasil
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa Caturharjo memiliki
waktu periode 5 tahunan. RPJM Desa terakhir meliputi periode tahun 2010-2014.
Terdapat dua jenis kegiatan dalam RPJM Desa Caturharjo yakni kegiatan fisik dan
27

non fisik. Kedua jenis kegiatan ini meliputi program kerja pada bidang
pemerintahan, pembangunan, dan kemasyarakatan. Total perkiraan biaya seluruh
kegiatan yang ada pada RPJM Desa Caturharjo tahun 2010-2014 sebesar Rp.
6.833.579.750,00.

Gambar 1. Diagram Presentase Alokasi Dana Kegiatan Desa Caturharjo 2012-2014 (kiri)
dan Diagram Presentase Kegiatan Desa Caturharjo 2010-2014 (kanan)
Sumber : Pengolahan Data, 2014

Alokasi pendanaan terhadap jenis kegiatan sebesar 75% untuk kegiatan


fisik dan 25% untuk kegiatan non fisik. Adapun jumlah kegiatan fisik lebih
banyak daripada jumlah kegiatan non fisik. Terdapat 1560 kegiatan dimana 58%
berupa kegiatan fisik dan 42% berupa kegiatan non fisik. Alokasi dana untuk
kegiatan fisik lebih besar dikarenakan banyaknya kebutuhan yang harus diadakan
atau dibeli untuk menunjang kegiatan tersebut. Adapun kegiatan non fisik tidak
memerlukan banyak dana karena dilakukan secara sederhana dan rutin sehingga
kegiatan non fisik banyak dilakukan dengan dukungan swadaya. Alasan lain
dibalik banyaknya dan besarnya alokasi dana pada rencana kegiatan fisik yakni
masyarakat Desa Caturharjo memiliki pandangan bahwa pembangunan adalah
membangun suatu yang ada wujudnya seperti pembangunan jalan, saluran irigasi,
dan talud jalan. Oleh sebab itulah, kegiatan fisik banyak dicanangkan dengan
pendanaan yang cukup besar dibandingkan dengan kegiatan non fisik.

28

Gambar 2. Grafik Jumlah Pendanaan Tiap Padukuhan RPJM Desa Caturharjo 2010-2014
Sumber : Pengolahan Data, 2014

Alokasi dana kegiatan pada RPJM Desa Caturharjo tahun 2010-2014


terbagi dalam kegiatan fisik dan non fisik. Padukuhan dengan alokasi dana
kegiatan fisik terbanyak adalah Padukuhan Medari Gede dan Padukuhan Malang.
Kegiatan fisik yang banyak direncanakan di Padukuhan Medari Gede lebih
banyak merujuk pada pengembangan sektor pertanian seperti pembuatan saluran
irigasi, dan sumur yang dilakukan bergantian sesui dengan tahun perencanaan.
Padukuhan Malang memiliki kegiatan fisik seperti konblokisasi, pembangunan
talud, pembangunan gardu dusun, dan pembangunan irigasi. Adapun untuk
kegiatan non fisik, Padukuhan Jetis menempati urutan pertama dengan alokasi
dana kegiatan non fisik terbanyak. Kegiatan non fisik di Padukuhan Jetis meliputi
kegiatan

pengembangan

kelompok

masyarakat

dalam

bidang

kesenian,

keagamaan, produksi, olahraga, dan kesehatan. Padukuhan Jetis ini merupakan


padukuhan dengan kelompok kegiatan masyarakat terbanyak sehingga setiap
kelompok tersebut memberikan aspirasi agar kegiatannya dapat diberi bantuan
dana untuk meningkatkan produktivitas maupun kapasitas masyarakat.

29

Gambar 3. Grafik Jumlah Kegiatan Desa Caturharjo 2010-2014


Sumber : Pengolahan Data, 2014

Rencana kegiatan fisik dan non fisik yang ada dalam RPJM Desa
Caturharjo merupakan kegiatan-kegiatan yang dihimpun dari masyarakat.
Masyarakat memberikan aspirasi melalui musyawarah dusun terkait rencana
kegiatan yang akan dilakukan di padukuhan dalam kurun lima tahun mendatang.
Hasil musyawarah tersebut kemudian diberikan kepada pemerintah desa untuk
diberi penilaian dan prioritas dalam RPJM Desa. Grafik jumlah kegiatan Desa
Caturharjo pada tahun 2010-2014 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan jumlah
kegiatan baik fisik maupun non fisik pada setiap padukuhan. Padukuhan dengan
jumlah kegiatan (fisik dan non fisik) terbanyak adalah Padukuhan Jetis. Selain
Padukuhan Jetis, Padukuhan Medari Gede juga memiliki jumlah kegiatan yang
banyak dibandingkan padukuhan lainnya. Kedua padukuhan ini letaknya
berdekatan. Padukuhan Jetis dilalui Jalan Magelang sehingga banyak kegiatan
pembangunan dilakukan di wilayah ini. Adapun lokasi Padukuhan Medari Gede
tidak dilalui jalan arteri seperti Padukuhan Jetis namun lokasi pedukuhan tidak
jauh dari jalan arteri tersebut. Padukuhan dengan jumlah kegiatan paling sedikit
yakni Padukuhan Mrisen. Padukuhan Mrisen terletak di selatan Padukuhan Jetis.
Sebagian besar wilayahnya berupa lahan pertanian.
5.1.4 Dampak
RPJM Desa yang telah dibuat menjadi acuan dalam pembuatan rencana
kerja. Menurut PERMENDAGRI No. 66 Tahun 2007, RPJM Desa akan
menghasilkan beberapa hal lainnya seperti peraturan desa tentang RPJM Desa,
30

daftar usulan rencana kegiatan pembangunan, dan keputusan kepala desa tentang
RKP. Namun demikian, hasil observasi pada Desa Caturharjo menunjukkan
adanya perbedaan hasil dimana tidak adanya peraturan desa tentang RPJM Desa.
Adapun hasil yang berupa keputusan kepala desa tentang RKP Desa dibuat setiap
tahun untuk setiap periode RKP.
Alur pembuatan RPJM Desa menurut PERMENDAGRI No. 66 Tahun
2007 telah dijelaskan seperti diatas. Pembuatan RPJM Desa Caturharjo secara
ringkas berdasarkan hasil observasi sebagai berikut:

31

Formulir aspirasi
di tingkat
Padukuhan

Musyawarah
Padukuhan

Pemerintah Desa:
Pemilihan prioritas aspirasi
program oleh Kabag.
Pembangunan Desa

RPJM Desa
Caturharjo

Perencanaan anggaran kegiatan


oleh Kabag. Keuangan Desa
Musyawarah Rencana
Pembangunan Desa

Pembentukan tim
penyusun RKP Desa

Pemilihan prioritas program yang


akan dituangkan dalam RKP Desa
oleh tim penyusun

Keterangan:
= input

= proses pembuatan RPJM Desa

= proses

= proses pembuatan RKP Desa

= output

Gambar 4. Bagan Alur Penyusunan RPJM dan RKP Desa Caturharjo 2010-2014

RKP Desa
Caturharjo
32

RPJM Desa Caturharjo dibuat secara bottom-up, yaitu masyarakat memberikan


aspirasi terkait program-program yang dibutuhkan sebagai rencana pembangunan desa.
Proses awal pembuatan awal dokumen ini dimulai dari pemberian formulir aspirasi
warga terkait program yang dibutuhkan dari pemerintah desa kepada Kepala Dukuh.
Formulir tersebut berisi Program Kegiatan (fisik dan non fisik), lokasi, sifat kegiatan,
volume, perkiraan biaya, sumber biaya, sasaran/manfaat, dan rencana tahun
pelaksanaan. Dukuh menyampaikan kepada RT, RW, LPMD, Karang Taruna, dan
masyarakat perihal penyusunan RPJM melalui pertemuan atau rapat rutin dusun.
Setelah penjaringan aspirasi di tingkat RT/RW dan lembaga, dukuh mengadakan
musyawarah dusun untuk menentukan program dari aspirasi/usulan RT/RW dan
lembaga.
Pengisian formulir untuk yang diusulkan ke desa tersebut dilakukan saat
musyawarah padukuhan di masing-masing padukuhan. Hasil musyawarah yang berupa
formulir aspirasi dibawa ke pemerintah desa untuk kemudian ditindaklanjuti. Tindak
lanjut yang dilakukan diantaranya adalah pemilihan prioritas program desa dari tiap
padukuhan oleh Kepala Bagian Pembangunan Desa, yang kemudian didiskusikan
dengan Kepala Bagian Keuangan Desa terkait perencanaan anggaran. Selanjutnya
diadakan musyawarah rencana pembangunan (Musrenbang) desa oleh pemerintah desa
dengan mengundang perwakilan dari setiap padukuhan. Musyawarah tersebut
mendiskusikan program-program yang telah diprioritaskan oleh pemerintah desa.
Perwakilan tiap desa akan memberikan masukan-masukan atau persetujuan. Apabila
RPJM sudah sesuai dengan aspirasi dan ketentuan, kemudian dokumen RPJM Desa
Caturharjo disahkan atau ditetapkan oleh Badan Permusyawaratan Desa (BPD).
Dokumen RPJM Desa Caturharjo yang telah ditetapkan tersebut kemudian
dilakukan penyusunan dokumen Rencana Kegiatan Pembangunan (RKP) Desa. Tahap
awal dalam penyusunan RKP Desa adalah pembentukan tim penyusun, yang mana tim
tersebut terdiri atas Kepala Desa, Sekretaris Desa, dan seluruh Kepala Bagian di
Pemerintahan Desa (Kabag. Pemerintahan, Kabag. Pembangunan, Kabag. Keuangan,
dan Kabag. Kemasyarakatan). Masing-masing dari tim penyusun melakukan pemilihan
prioritas terhadap program-program yang telah direncanakan dan dituangkan dalam
RPJM Desa Caturharjo untuk dilaksanakan dalam waktu 1 tahun. Setelah proses
33

tersebut selesai, RKP Desa kemudian ditetapkan dengan Surat Keputusan Kepala
Desa.

34

5.2 Perbandingan RPJM Desa Caturharjo dengan NSPM


Tabel 4. Perbandingan RPJM Desa Caturharjo dengan NSPM

Sumber Acuan

Prinsip

PP NO 72
TAHUN 2005
1. P P No 72
Tahun 2005
2. UU No 25
Tahun 2004
3. UU No 32
Tahun 2004
4. UU No 33
Tahun 2004
5. PP No 79
Tahun 2005
6. PP No 40
Tahun 2006
7. Keputusan
Mendagri
No 130
Tahun 2003
Keanekaragama
n, Partisipasi,
Otonomi Asli,
Demokratisasi,
Pemberdayaan

NSPM PERENCANAAN DESA


PERMENDAGRI NO 66
JUKNIS PP DESA
TAHUN 2007
1. Undang-Undang
1. UU No 17 Tahun 2003
Dasar 1945
2. UU No 10 Tahun 2004
2. Undang-Undang No
3. UU No 25 Tahun 2004
32 Tahun 2004
4. UU No 32 Tahun 2004
3. Undang-Undang No 3 5. PP No 58 Tahun 2005
Tahun 2005
6. PP No 72 Tahun 2005
4. Undang-Undang No 8 7. Permendagri No 13 Tahun
Tahun 2005
2006
8. Permendagri No 66 Tahun
2007

Pemberdayaan,
Partisipatif, Berpihak
pada Masyarakat,
Akuntabel, Terbuka,
Selektif, Efisien,

Lengkap, Cermat, Sistematis,


Partispatif dan Keterbukaan

RPJM DESA CATURHAJO


1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

UU No 25 Tahun 2004
UU No 32 Tahun 2004
UU No 33 Tahun 2004
UU No 17 Tahun 2007
PP No 20 Tahun 2001
PP No 56 Tahun 2001
PP No 72 Tahun 2005
Permendagri No 66 Tahun
Perbup No Tahun 2008

Partisipatif, Akuntabel, Efektif


Efisien dan Berkelanjutan

RKP DESA
CATUHARJO
1. UU No 32
Tahun 2004
2. PP No 72
Tahun 2005
3. Perda No 10
Tahun 2007
4. Perda No 2
Tahun 2007
5. Perbup No 26
Tahun 2007

Tidak tercantum
dalam RKP Desa
Tahun 20122014

35

Masyarakat

Sumber Dana

1. APBN
2. APBD
Provinsi
3. APBD
Kab/Kota
4. APB Desa
5. Hibah atau
sumber dana
lain yang
tidak
mengikat

Tim Penyusun

Keberlanjutan,
Cermat,Proses Berulang,
dan Penggalian Informasi
1 APBN;
2 APBD Provinsi;
3 APBD
Kabupaten/Kota;
4 APB-Desa; dan
5 Sumber lain yang sah
dan tidak mengikat.

RKP Desa: Kepala Desa


selaku pengendali
kegiatan,
Sekretaris Desa selaku
penanggungjawab
kegiatan, Lembaga
Pemberdayaan
Kemasyarakatan Desa
selaku penanggungjawab
pelaksana kegiatan,
Tokoh
masyarakat, tokoh agama
selaku nara sumber,
Pengurus TP-PKK Desa,
KPM

1.
2.
3.
4.

APBD Kabupaten/Kota
APB Desa
Swadaya Masyarakat
Sumber Lain yang Tidak
Mengikat

Kepala Desa, Sekretaris Desa,


2 pengurus LPMD, 2 orang
KPMD (1 orang perempuan),
2 orang Kepala Dusun, 3
orang wakil masyarakat.

1.
2.
3.

APBD
APB Des
Pendapatan Asli Desa
(Sewa Tanah Kas Desa,
Pungutan Desa, Retribusi
Pasar dan kios, Bantuan lain
YTM)
4.
Swadaya
5.
Pemerintah
6.
Sumber dana lainnya

Tidak Tercantum dalam RPJM


akan tetapi berdasarkan hasil
wawancara,RPJM Desa
Caturhajo disusun oleh Kepala
Desa, Sekretaris Desa, LPMD,
Wakil Masyarakat, Kabag
Pembangunan dan Kabag
Kemasyakatan

1. Alokasi Dana
Desa (ADD)
2. APBDes
3. Swadaya
Masyarakat
4. PBB
5. TPAPD (
Tunjangan
Penghasilan
Aparatur
Pemerintahan
Desa)
Kepala Desa,
Sekretaris Desa,
Pemerintah Desa
(Bagian
Pemerintahan,
Pembangunan,
Kemasyarkatan,
Keuangan, dan
Bagian Umum)
dan lembaga
formal desa

36

selaku anggota, Pemandu


selaku pendamping
dalam proses penyusunan
RKPDesa.Jangka Waktu

Proses
Penyusunan

RPJM Desa dan


RKP Desa
berjangka waktu
5 Tahun (Pasal
64 Ayat 2)

RPJM berjangka watu 5


Tahun
(BAB II Pasal 2) dan
RKP 1 tahun (BAB II
Pasal III)

RPJM Desa (5 Tahun) dan


RKP Desa (1 Tahun)

Pengkajian Keadaan
Desa, Pengelompokkan
masalah dan potensi,
PenentuanTindakan,
Perencanaan
Pembangunan dengan
anggaran yang terdiri
dari swadaya dan pihak
serta yang berasal dari
dana desa, Penyusunan
RPJM Desa dan RKP
Desa, Peraturan Desa ttg
RPJM Des, dan
Keputusan Kepala Desa
ttg RKP Desa

Persiapan, Pengkajian
Keadaan Desa, Penyusunan
Rancangan RPJM Desa,
Pembahasan Rancanan RPJM
Desa

Sesuai dengan NSPM (RPJM


Desa Caturharjo Tahun 20102014)

Pengkajian Desa melalui profil


desa (peta wilayah, kalender
musim, dan bagan
kelembagaan), pengelompokkan
masalah dan potensi, penentuan
jenis kegiatan ( program kerja
pemerintahan, pembangunan
dan kemasyarakatan), pemilihan
program kegiatan, rencana
anggaran dan sumber dana yang
akan digunakan.
RPJM Desa Caturharjo tidak
memiliki peraturan desa
atau aturan hokum yang
mengikat

Sesuai dengan
NSPM, dilakukan
pada tahun 20102014

Tidak tertera
secara langsung
pada RKP Desa
Tahun 20122014, namun
didalamnya
berisi rangkaian
program dan
pendanaannya
berdasarkan
bidang
pemerintahan
desa (Sekdes,
bagian
pemerintahan,
pembangunan,
kemasyarakatan,
keuangan dan
umum)

37

Pelaporan

Pembinaan dan
Pengawasan

Kepala Desa
melaporkan RPJMDesa dan RKP-Desa
secara berjenjang

1. Menteri Dalam Negeri


melakukan pembinaan
dan pengawasan
terhadap perencanaan
pembangunan desa
berupa pemberian
pedoman, pelatihan,

Kepala Desa berkewajiban


menyampaikan laporan
tentang penyusunan RPJM
Desa dan Perdes Tentang
RPJM-Desa kepada Bupati
sesuai peraturan
perundangan yang berlaku.

Sesuai dengan NSPM (Desa


mengacu pada Perbup No 5
Tahun 2008), namun RPJM
Desa tersebut belum di buat
Peraturan Desa

Mengacu pada Permendagri


No 66 Tahun 2007

Tidak tetera dalam RPJM Desa

RKP Desa
yang telah
selesai
disusun
kemudian di
buat
Peraturan
Desa yakni
Perdes no 6
tahun 2012,
Perdes no 4
tahun 2013,
dan Perdes
no 3 tahun
2014.
Disahkan oleh
BPD dalam
bentuk perdes
dan dilaporkan
serta
diumumkan
kepada
masyarakat
Tidak tetera
dalam RKP
Desa

38

supervisi.
2. Gubernur melakukan
pembinaan dan
pengawasan terhadap
perencanaan
pembangunan desa
berupa pelatihan dan
supervisi.
3. Bupati/Walikota
melakukan pembinaan
dan pengawasan
terhadap perencanaan
pembangunan desa
berupa bimbingan,
arahan dan supervisi.
4. Pembinaan dan
pengawasan
Bupati/Walikota
5. Dapat didelegasikan
kepada Camat.
Sumber: Hasil analisis, 2014

39

5.3 Implementasi dan Kendala Pelaksanaan Program RPJM Desa Caturharjo


Dana untuk penganggaran program-program RPJM Desa Caturharjo
berasal dari berbagai sumber, seperti APBDesa, APBD Sleman, APBD D.I.
Yogayakarta, dan APBN. Namun, tidak ada sumber dana yang berasal pihak
ketiga. Terdapat beberapa perusahaan yang berada di Desa Caturharjo dengan
rincian terdapat sekitar 15 perusahaan besar dan 32 perusahaan kecil skala rumah
tangga. Para perusahaan tidak memiliki kontribusi terkait dengan program
pembangunan yang dijalankan di Desa Caturharjo. Kepala Bagian Keuangan
mengungkapkan tidak adanya dana CSR yang masuk ke kas desa. Beberapa
kerusakan jalan yang terjadi disebabkan oleh truk besar perusahaan yang melintas,
namun tidak ada tindakan dari perusahaan dalam memperbaiki. Perusahaan
tersebut hanya memberikan kontribusi pembangunan jalan ketika perusahaan
tersebut mulai didirikan.
Pendapatan asli Desa Caturharjo berasal dari kegiatan penyewaan lahan
kepada masyarakat. mayoritas masyarakat menggunakan lahan sewa tersebut
untuk pertanian dan digunakan sebagai lahan ternak oleh kelompok masyarakat.
harga sewa paling tinggi yang ditetapkan oleh pihak desa sebesar Rp 250.000
pertahun permeter. Total pemasukan desa yang berasal dari sewa tanah sebesar Rp
170 juta pertahun. Selain tanah kas desa, sumber pendapatan asli desa berasal dari
pasar desa yang terletak di Nambongan. Namun, uang yang diterima dari sewa
kios pasar terbilang rendah hanya sekitar Rp 2,5 juta. Hal tersebut dikarenakan
pengelolaan yang kurang maksimal dan peraturan desa yang tidak jelas oleh
pengurus yang lama. Pendapatan lainnya adalah penyewaan gedung aula desa
untuk berbagai kegiatan, seperti pernikahan, rapat, dan lain-lain. Kebijakan
tersebut telah berjalan satu tahun.
Salah satu pembangunan jalan di desa dikarenakan oleh kedekatan Kabag
Keuangan dengan anggota DPRD. Anggota DPRD selaku pengatur anggaran
memiliki kewenangan untuk menentukan prioritas lokasi pembangunan, salah
satunya dilaksanakan di Desa Caturharjo. Kabag Keuangan mengungkapkan
bahwa seharusnya kepala desa memiliki hubungan komunikasi dan jaringan yang
bagus dengan pihak pemerintah kabupaten maupun pihak DPRD. Kedekatan
40

Kabag Pembangunan kepada anggota DPRD disebabkan karena beliau pernah


terjun ke dunia politik yakni ketika mencalonkan diri sebagai Calon Bupati
Sleman pada tahun 2010.
Sumber dana lain dalam pembangunan desa berasal dari dana PNPM.
Program PNPM berupa pembangunan rumah, MCK, jalan, dan saluran air.
Terdapat program peningkatan perekonomian yaitu pemberian dana stimulan yang
dananya berasal dari desa, PNPM yang digunakan untuk memberdayakan
masyarakat.
Peningkatkan ekonomi desa dilakukan melalui pemberdayaan kelompok
masyarakat. Dana pemberdayaan kelompok masyarakat berasal dari dana hibah
yang berasal dari kabupaten, provinsi, maupun pusat. Contohnya adalah dana
hibah dari kabupaten sejumlah Rp 3 juta hingga Rp 30 juta. Contoh kelompok
masyarakat adalah kelompok Cemani yang kegiatannya beternak ayam. Mulanya
kelompok tersebut berjumlah 20 kelompok. Setelah berjalan satu tahun terdapat
bantuan dari pusat sejumlah 50 juta.
Pembangunan yang pesat di Desa Caturharjo disebabkan status desa
tersebut tergolong miskin oleh pemerintah, bahkan merupakan desa termiskin sekabupaten. Hal tersebut diungkapkan oleh Kepala Bagian Kemasyarakatan Desa
Caturharjo. Pada sensus tahun 2011 terdapat 2.171 masyarakat miskin. Kemudian
dalam 1 tahun angka tersebut turun menjadi 1.728 orang dan menurun menjadi
1.531 orang. Dana pengentasan kemiskinan berasal dari sumbangan perusahaan
yang dilakukan oleh Kabag Kemasyarakatan dan dana PNPM.
Program

pengentasan

kemiskinan

melalui

kelompok

masyarakat

beranggotakan minimal 10 orang. Dana dari pemerintah untuk desa bisa


dikucurkan

apabila

terdapat

kelompok

masyarakat,

sehingga

kelompok

masyarakat di desa tersebut berjumlah banyak. Kelompok UEP (usaha ekonomi


produktif) yang dibimbing oleh Kabag Kemasyarakatan bermula memiliki dana
Rp 300 ribu kini menjadi Rp 78 juta dan menjadi koperasi simpan pinjam
kelompok masyarakat tersebut.
Program masyarakat lainnya adalah pemberdayaan lansia bekerja sama
dengan dinas sosial melalui program PNPM beternak kambing. Setiap kelompok
41

masyarakat khususnya kelompok ekonomi lemah diberikan kebebasan dalam


berkegiatan apakah ternak ataupun yang lain. Program kesehatan menggunakan
dana dari pusat. Jatah beras miskin setiap bulan adalah 1.531 KK. Namun, saat
sampai di padukuhan jatah setiap orang semula 15 kg menjadi 10 kg, yang 5 kg
dikembangkan untuk dijual lagi kepada instansi terkait. Bekerja sama dengan
BLK mengkursuskan anak-anak yang putus sekolah.
Dana hibah dari kabupaten untuk pembangunan fisik desa dalam tiga
tahun terakhir diproses melalui proposal. Contoh program pembangunan fisik
adalah program pengerasan jalan. Dana disalurkan oleh pemerintah kabupaten
melalui rekening panitia program. Dana tersebut tidak lagi turun melalui
rekening/kas desa. Panitia pelaksana suatu program dipimpin oleh orang yang
berbeda dengan panitia pelaksana program lain. Penggunaan dana harus
dijalankan sesuai dengan rencana dan tidak boleh dipakai untuk program lain.
Kendala dalam implementasi perencanaan pembangunan Desa Caturharjo
selain tidak adanya bantuan dana dari pihak ketiga, yakni pencairan dana program
yang terkadang tidak sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan. Hal ini
dikarenakan proses pencairan dana dari kabupaten ataupun pusat terlambat.
Adapun kendala dalam proses perencanaan ada pada keterbatasan sumberdaya
manusia

untuk

membuat

RPJM

Desa

secara

lengkap.

42

BAB VI
KESIMPULAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil observasi, diskusi, dan analisis yang didapatkan dari
lapangan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Proses perencanaan pembangunan desa secara normatif mengacu pada Permen
No 66 tahun 2007 tentang Perencanaan Pembangunan Desa.
2. Proses penyusunan RPJM Desa Caturharjo terdiri atas 4 tahap: (1) penjaringan
aspirasi masyarakat; (2) musyawarah padukuhan; (3) tindak lanjut pemerintah
desa yang terdiri atas pemilihan prioritas aspirasi, perencanaan anggaran
kegiatan dan musyawarah rencana pembangunan desa; (4) penetapan dokumen
RPJM Desa.
3. Proses penyusunan RKP Desa Caturharjo yang mengacu pada dokumen RPJM
Desa Caturharjo, terdiri atas 3 tahap: (1) pembentukan tim penyusun RKP
Desa; (2) pemilihan prioritas program tahunan; dan (3) penetapan dokumen
RKP Desa.
4. Kendala dalam implementasi program RPJM Desa Caturharjo, di antaranya 1)
sumber dana belum mencukupi pembangunan desa; 2) perubahan prioritas yang
lebih mendesak; dan 3) kepedulian masyarakat kurang terhadap pembangunan
infrastruktur jalan antar desa.

43

BAB VII
KRITIK DAN SARAN TERHADAP MATA KULIAH
-

Mata kuliah Perencanaan Desa memiliki banyak manfaat bagi mahasiswa karena
secara tidak langsung mendidik mahasiswa melakukan penelitian dan riset
walaupun dalam skala mini riset. Sebaiknya mata kuliah Perencanaan Desa
ditawarkan pada semester awal sehingga mahasiswa mendapatkan ide penelitian
yang lebih beragam untuk mengajukan tema skripsi ataupun tugas akhir.
Mahasiswa pun dapat memiliki pengalaman yang lebih banyak dalam penelitian.
Kelebihan lainnya adalah mahasiswa memiliki waktu dan kesempatan penelitian
yang lebih banyak dibandingkan apabila mata kuliah ini ditawarkan pada semester
akhir.

Hasil dari mata kuliah Perencanaan Desa sangat bermanfaat apabila dibuat
publikasi. Bentuk publikasi dapat berupa jurnal, buku, video, ataupun bentuk
lainnya. Informasi dan pengetahuan yang didapatkan dapat disebarluaskan kepada
kalangan umum dan dapat meningkatkan kualitas dan meningkatkan eksistensi
Program Studi Pembangunan Wilayah Fakultas Geografi UGM.

Kegiatan pembelajaran mata kuliah Perencanaan Desa dapat dikembangkan dengan


melibatkan institusi lain sebagai mitra kerjasama, seperti institusi pemerintah
daerah, lembaga penelitian, ataupun institusi pendidikan lainnya. Institusi
pendidikan APMD merupakan institusi yang berpotensi untuk menjadi mitra
karena memiliki fokus kajian yang sama. Tujuan kegiatan pembelajaran
bekerjasama dengan pihak lain adalah mahasiswa Prodi Pembangunan Wilayah
mendapatkan melakukan pertukaran informasi dan pengetahuan. Dengan demikian
mahasiswa memiliki kekayaan informasi khususnya dari sudut pandang lain.

Mata kuliah Perencanaan Desa sangat bermanfaat bagi mahasiswa sehingga lebih
baik apabila dijadikan sebagai mata kuliah wajib. Selain itu, jumlah sks mata
kuliah Perencanaan Desa dapat ditingkatkan dari jumlah semula 2 sks. Mata kuliah
Perencanaan Desa dapat digabungkan dengan mata kuliah Geografi Pedesaan
sebagai suatu mata kuliah dengan konsep yang berkelanjutan. Setelah mengambil
mata kuliah Geografi Pedesaan, mahasiswa diwajibkan untuk mengambil mata
44

kuliah

Perencanaan

Desa

pada

semester

berikutnya

sehingga

proses

kesinambungan pemberajaran tidak terputus.


-

Dosen pengampu mata kuliah dapat menerapkan konsep pembelajaran mata kuliah
Perencanaan Desa kedalam mata kuliah lain sehingga proses pembelajaran menjadi
lebih menarik dna merangsang mahasiswa untuk melakukan penelitian riset.
Penelitian dan riset tidak hanya menjadi syarat wajib mahasiswa untuk lulus dan
memperoleh gelar sarjana, namun membentuk dan meningkatkan pemikiran kritis
mahasiswa terhadap kajian perencanaan pembangunan wilayah. Mahasiswa tidak
hanya mempelajari pembangunan wilayah dari bentuk konsep dan materi, tetapi
mempelajarinya dari proses di lapangan.

45

DAFTAR PUSTAKA

Kementrian Dalam Negeri Republik Indonesia. (2007). Peraturan Menteri Dalam


Negeri Nomor 66 Tahun 2007 tentang Perencanaan Pembangunan Desa.
Jakarta: Kementrian Dalam Negeri.
Kementrian Dalam Negeri Republik Indonesia. (2010). Petunjuk Teknis Perencanaan
Pembangunan Desa Nomor 414.2/1408/PMD. Jakarta: Kementrian Dalam
Negeri.
Moleong, L. (2014). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Republik Indonesia. (2004). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun
2004

tentang

Sistem

Perencanaan

Pembangunan

Nasional.

Jakarta:

Pemerintah Republik Indonesia


Republik Indonesia. (2004). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun
2004 tentang Pemerintahan Daerah. Jakarta: Pemerintah Republik Indonesia
Republik Indonesia. (2014). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun
2004 tentang Desa. Jakarta: Pemerintah Republik Indonesia.
Republik Indonesia. (2005). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 72
Tahun 2005 tentang Desa. Jakarta: Pemerintah Republik Indonesia.

46

Anda mungkin juga menyukai