Anda di halaman 1dari 118

ANALISIS DAN PENGEMBANGAN ENTERPRISE

ARSITEKTUR MENGGUNAKAN FRAMEWORK TOGAF


PADA PENGADILAN AGAMA BANDUNG

TUGAS AKHIR

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Menempuh Ujian


Sidang Sarjana Program Studi Sistem Informasi

Oleh :

Cecep Rachman Mardiansyah


11.08.011

PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI


FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS WIDYATAMA
BANDUNG
2012

LEMBAR PENGESAHAN

ANALISIS DAN PENGEMBANGAN ENTERPRISE


ARCHITECTURE MENGGUNAKAN FRAMEWORK TOGAF
PADA PENGADILAN AGAMA BANDUNG

Tugas Akhir
Program Studi Sistem Informasi
Fakultas Teknik Universitas Widyatama
Telah disetujui dan disahkan di Bandung, Tanggal: 08 Mei 2012
Pembimbing Kampus

Abdullah Fajar, S.Si., M.Sc.


NID.0427117004

Ka. Prodi Sistem Informasi

Dekan Fakultas Teknik

M. Rozahi Istambul, S.Kom., M.T.

Setiadi Yazid, Ir., M.Sc., Ph.D.

NID.0414106701

NID.0315085402
i

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :


Nama

: Cecep Rachman Mardiansyah

NPM

: 11.08.011

Tempat dan Tanggal Lahir : Bandung, 06 April 1988


Alamat

: Jl. Cikoneng No. 51 Rt.02/05 Bojongsoang.

Menyatakan bahwa, Laporan Tugas Akhir ini adalah benar hasil karya sendiri.
Bila terbukti tidak demikian, saya bersedia menerima segala akibatnya.

Bandung, 06 Mei 2012

Cecep Rachman Mardiansyah

ii

Universitas widyatama
Abstract
ABSTRAK

Salah satu tujuan dari penerapan arsitektur enterprise adalah menciptakan


keselarasan antara bisnis dan teknologi informasi bagi kebutuhan organisasi,
penerapan arsitektur enterprise tidak terlepas dari bagaimana sebuah organisasi
merencanakan dan merancang arsitektur enterprise tersebut. Untuk melakukan
perancangan arsitektur enterpise diperlukan suatu metodologi yang lengkap serta
mudah digunakan, TOGAF ADM merupakan metodologi yang lengkap, banyak
organisasi yang tidak memahami secara jelas bagaimana tahapan-tahapan dari
metodologi tersebut diterjemahkan kedalam aktivitas perancangan arsitektur
enterprise. Tahapan dalam perancangan arsitektur enterprise sangatlah penting dan
akan berlanjut pada tahapan berikutnya yaitu rencana implementasi. Luaran dari
tahapan ini akan menghasilkan sebuah arsitektur enterprise yang pada nantinya
bisa dijadikan oleh organisasi untuk mencapai tujuan strategisnya.
Secara umum kebijakan yang dilakukan oleh Pengadilan Agama Bandung
dalam melaksanakan seluruh kegiatan yang berkaitan dengan kepentingan
Peradilan Tingkat Pertama, baik yang bersifat administratif, keuangan dan
organisasi mengacu pada Surat Keputusan Sekretaris Mahkamah Agung RI
Nomor : MA/SEK/07/SK/III/2006 tentang Organisasi dan Tata kerja Sekretariat
Mahkamah Agung RI, Lembaga Mahkamah Agung RI sebagai salah satu institusi
negara / kepemerintahan sesuai dengan Ketetapan Majelis Permusyawaratan
Rakyat Nomor : XI/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan
Bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme dan Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun
1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, berkewajiban untuk
mempertanggung jawabkan pelaksanaan tugas, fungsi dan peranannya dalam
pengelolaan sumber daya, dan sumber dana serta kewenangan yang ada yang
dipercayakan kepada publik.
Kata Kunci: arsitektur enterprise, TOGAF ADM, arsitektur bisnis, arsitektur
data, arsitektur aplikasi, arsitektur teknologi.

iii

Universitas widyatama
Abstract
ABSTRACT

One of the purpose of enterprise architecture implementation is to


syncronize

information

technology

with

business

in

accomplising

an

organizations needs. This implementation is inter-related with how the


organization plans and designs and enterprise architecture. In planning and
designing an enterprise architecture, an easy to use but complete method is
needed. TOGAF ADM contains an easy to use and comprehensive methodology
to implement an enterprise architecture since the beginning of design, plan of
implementation, and enterprise architecture as final result of these steps. Although
the enterprise architecture is important for an organization in reaching its needs
and strategic goals, many organizations, including government agencies such as
Bandung Religious Court, dont really understand the necessary steps to build an
enterprise architecture.
Generally, the policies of Bandung Religious Court in dealing with various
cases related to administrative, financial, and organizational are based on
Judiciary of Secretary of Supreme Court No. MA/SEK/07/SK/III/2006 about
Organization and Procedure of Supreme Court Secretariat which in turn based on
Legislature of People's Consultative Assembly (MPR) No. XI/MPR/1998 about
Free of Corruption, Collusion, and Nepotism Governance, and also based on
Presidential Decree No. 7/1999 about Accountability of Government Agencies.
With the laws above, Bandung Religious Court must be accountable in its
responsibility in performing its duties and functions, including those related to
resource and financial management.
Keywords: enterprise architecture, TOGAF ADM, business architecture, data
architecture, application architecture, technology architecture.

iv

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat ALLAH SWT sehingga
penulis dapat menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini dengan judul ANALISIS
DAN

PENGEMBANGAN

ENTERPRISE

ARCHITECTURE

MENGGUNAKAN FRAMEWORK TGAF PADA PENGADILAN AGAMA


BANDUNG
Dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir ini penulis tak jarang selalu
mendapat hambatan, tantangan dan kesulitan, hal ini disebabkan karena banyak
faktor dari keterbatasan dan kemampuan yang penulis miliki.
Penulis juga sadar sepenuhnya bahwa tanpa bantuan, bimbingan, petunjuk
serta dorongan dari berbagai pihak, tak mungkin Laporan Tugas Akhir ini dapat
selesai, sehubungan dengan hal tersebut, maka penulis dalam kesempatan ini
dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Allah SWT atas semua rahmat, karunia serta pertolongan-Nya yang telah
diberikan kepada penulis disetiap langkah dalam pembuatan program
hingga penulisan laporan tugas akhir ini. La hawla walaa quwwata illa
billah.
2. Ayah dan Ibu tercinta, kakak dan adik-adiku, atas doanya yang tak pernah
henti-henti dan segala dukungan, motivasi, dan kasih sayangnya yang
telah diberikan kepada penulis. You are to me the greatest love of all, and I
will always love you till forever comes.
3. Bapak Setiadi Yazid, Ir., M.sc., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Teknik.
4. Bapak Iwan Rijayana S.T., M.T. selaku wakil dekan sekaligus penguji.
5. Bapak M. Rozahi Istambul, S.kom., M.T. selaku Ketua Program Studi
Sistem Informasi Universitas Widyatama sekaligus penguji.
6. Bapak Abdullah Fajar, S.Si., M.Sc. selaku pembimbing Tugas Akhir.
7. Ibu Maniah, Ir., M.T. selaku Dosen Wali.
8. Bapak Murnawan, S.T., M.T. atas bimbingan dan bantuannya dalam
motivasi dan menggambarkan dasar-dasar Framework TOGAF.

9. Seluruh Dosen Jurusan Sistem Informasi yang telah banyak memberikan


ilmunya kepada penulis.
10. Sahabat-sahabatku Mahasiswa unggulan angkatan 2008 dalam kesatuan
TEAM DISC CORNER : Aburizal (Si Tua), Tomy Manurun (Kakak
Pertama), Charisma Utama (Ais), Soniaro (Onta), Braponci (Pak Lurah),
Yan, M. Fauzan (Cecep), Rayzam, Tedi (Apek), Aditya Ramadhan (Kakak
ku), Richardo rettob (Senior unggulan) atas segala bantuan baik moral dan
spiritual, yang selalu menghibur dan menyemangati. Terima kasih banyak
untuk kebersamaan dan persaudaraannya selama ini, semua pengalaman
dan kenangan indah saat bersama kalian merupakan kebahagiaan tersendiri
bagi penulis. Semua tentang kita, Pasukan Berani Mati.
11. Sahabat terbaikku : Fahru, Deden dan Desty. Ketulusan Cinta.
12. Teman-teman Mahasiswa Jurusan Sistem Informasi 2008.
13. Staff Karyawan Universitas Widyatama : Pak Dani & Fauzi yang telah
banyak membantu dalam urusan administrasinya.
14. Semua pihak yang telah membantu, yang tidak dapat penulis sebutkan satu
per satu.
Penulis menyadari bahwa kajian yang penulis bahas masih jauh dari
sempurna. Namun walaupun demikian penulis mengharapkan semoga Kajian pada
Laporan Tugas Akhir ini dapat bermanfaat baik bagi penulis maupun bagi yang
memerlukannya.
Tak lupa penulis meminta maaf bila pada penyuguhan Laporan Tugas
Akhir ini masih banyak kesalahan baik dari tulisan maupun bahasanya. Oleh
karena itulah segala teguran, kritik, serta saran-saran yang sifatnya membangun
sangat diharapkan penulis.

Bandung, 06 Mei 2012

Cecep Rachman Mardiansyah


Penulis

vi

DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN ...........................................................................

SURAT PERNYATAAN ...............................................................................

ii

ABSTRAK ...................................................................................................... iii


ABSTRACK ..................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ....................................................................................

DAFTAR ISI ................................................................................................... vii


DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xi
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiii

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Masalah................................................................... I-1

1.2

Rumusan Masalah ............................................................................ I-2

1.3

Batasan Masalah .............................................................................. I-2

1.4

Tujuan Pengembangan Enterprise Architecture (EA) ..................... I-3

1.5

Sistematika Penulisan ...................................................................... I-3

BAB II LANDASAN TEORI


2.1

Infrastruktur Teknologi Informasi ................................................... II-1


2.1.1

Definisi Infrastruktur Teknologi Informasi......................... II-1

2.1.2

Infrastruktur Teknologi Informasi yang Adaptif ................ II-2

2.2

Enterprise ......................................................................................... II-3

2.3

Arsitektur ......................................................................................... II-4

2.4

Enterprise Architecture (EA) ........................................................... II-4

2.5

The Open Group Architecture Framework (TOGAF) ..................... II-5


2.5.1

Architecture Development Method (ADM) ......................... II-7

2.6

Arsitektur Terintegrasi ..................................................................... II-11

2.7

Service Oriented Architecture (SOA) .............................................. II-11

vii

2.7.1

Kategori Layanan Aplikasi Platform (Application Platform


Service Categories).............................................................. II-12

2.8

Rantai Nilai (Value Chain) .............................................................. II-16

2.9

Diagram Hubungan Entitas (ERD) .................................................. II-17

2.10 Analisis SWOT ................................................................................ II-17


2.11 Unified Modeling Language (UML) ................................................ II-18
2.11.1 Use Case Diagram ............................................................. II-18
2.12 Analisis RACI .................................................................................. II-19
2.13 Tata Kelola teknologi Informasi ...................................................... II-20
2.14 Architecture Maturity Moded........................................................... II-24

BAB III METODOLOGI PENELITIAN


3.1

Tinjauan Literatur .......................................................................... III-2

3.2

Pola Pikir Penelitian (Research Design) ........................................ III-3

3.3

Alur Pikir Penelitian (Research Steps)........................................... III-5

BAB IV ANALISIS KEBUTUHAN INFRASTRUKTUR


4.1

Pendahuluan ................................................................................... IV-1

4.2

Pengembangan Phase A (Arsitektur Visi) ..................................... IV-3


4.2.1

4.3

Stakeholder Pengadilan Agam ........................................... IV-4

Pengembangan Phase B (Arsitektur Bisnis) .................................. IV-6


4.3.1

Tugas Pokok dan Fungsi & Struktur


Organisasi .......................................................................... IV-6

4.3.2

Program Utama dan Strategis ............................................ IV-9


4.3.2.1 Program Utama ..................................................... IV-9
4.3.2.2 Program Kegiatan Pokok ...................................... IV-10
4.3.2.3 Rencana Strategis .................................................. IV-11
4.3.2.4 Penetapan Kinerja Tahun 2011 ............................. IV-11

4.3.3

Pengawasan Internal .......................................................... IV-12

4.3.4

Pembinaan dan Pengelolaan............................................... IV-15


4.3.4.1 Sumber Daya Manusia (SDM) .............................. IV-15

4.3.5

Bisnis Layanan / (Function Catalog) ................................. IV-16

viii

4.3.6

Proses Katalog.................................................................... IV-16

4.3.7

Bisnis Interaksi.................................................................... IV-17

4.3.8

Actor/Role Matrix dengan menggunakan Metode


RACI Matrix ........................................................................ IV-18

4.3.9 Bisnis Layanan/Diagram Informasi ..................................... IV-19


4.3.10 Use Case Diagram ............................................................... IV-22
4.3.11Kegiatan di Pengadilan Agama (Event Diagram)................. IV-23
4.4

Pengembangan Phase C (Arsitektur Sistem Informasi) .................. IV-24


4.4.1 Data Komponen .................................................................... IV-24
4.4.2 Entitas Data/Matrix Fungsi Bisnis ........................................ IV-24
4.4.3 Diagram Data Logis .............................................................. IV-25
4.4.4 Aplikasi Portofolio ................................................................ IV-25
4.4.5 Antar Muka Aplikasi SIADPA ............................................. IV-27
4.4.6 Aplikasi/Organisasi matrik ................................................... IV-29
4.4.7 Peranan/Aplikasi Matrik ....................................................... IV-29
4.4.8 Aplikasi/Fungsi Matrik ......................................................... IV-29
4.4.9 Aplikasi Use-Case Diagram ................................................. IV-31

4.5

Arsitektur teknologi ........................................................................ IV-33


4.5.1 Standar Teknologi ................................................................. IV-33
4.5.2 Aliran Informasi Antar Sistem Aplikasi ............................... IV-34

4.6

Enterprise Tingkat Kematangan Proses Arsitektur ......................... IV-35

4.7

Ringkasan ........................................................................................ IV-39

BAB V RANCANGAN DAN KERANGKA KERJA


INFRASTRUKTUR
5.1 Pendahuluan ..................................................................................... V-1
5.2 Usulan Untuk Membangun Arsitektur Enterprrise ......................... V-1
5.2.1 Visi Arsitektur yang akan dibangun ...................................... V-1
5.2.2 Arsitektur bisnis yang perlu dibangun ................................... V-2
5.2.3 Arsitektur Sistem Informasi yang akan dibangun .................. V-4
5.2.4 Arsitektur Teknologi Intormas yang akau dibangun.............. V-4
5.2.5 Validasi TAGAF, EA saat ini dan Target arsitektur
yang akan dibangun ................................................................ V-6

ix

5.2.6 Analisis SWOT ...................................................................... V-10


5.3 Tata Kelola teknologi Informasi ...................................................... V-11
5.3.1 Model TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) .............. V-13
5.3.1.1 Perencanaan Sistem ................................................... V-14
5.3.1.2 Manajemen Belanja/investasi Pengadilan Agama ..... V-16
5.3.1.3 Realisasi Sistem ......................................................... V-22
5.3.1.4 Pengoperasian Sistem ................................................ V-23
5.3.1.5 Pemeliharaan Sistem .................................................. V-25
5.3.1.6 Monitoring dan Evaluasi ............................................ V-26
5.4 Ringkasan .......................................................................................... V-28

BAB VI PENUTUP
6.1 Simpulan .................................................................................. VI-1
6.2 Saran......................................................................................... VI-1

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................


LAMPIRAN A
LAMPIRAN B
LAMPIRAN C
LAMPIRAN D

xv

Universitas widyatama
Bab I Pendahuluan
BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Masalah


Peran Teknologi Informasi (TI) sebagai bagian dari Sistem Informasi (SI)

telah mengalami perubahanan secara dramatis. Saat ini, TI tidak hanya diharapkan
sebagai perangkat pembantu kegiatan berorganisasi tetapi sudah merupakan
bagian strategi dari suatu organisasi untuk mencapai tujuannya. Namun yang
menjadi masalah dewasa ini adalah bagaimana menyelaraskan antara strategi
bisnis dan strategi teknologi. Untuk menjawab tantangan ini, organisasi harus
melaksanakan perencanaan arsitektur sistem informasi perusahaan (enterprise
architecture) yang akan menyediakan framework untuk membuat keputusan
teknologi informasi jangka panjang yang tepat guna dengan mempertimbangkan
kepentingan organisasi secara keseluruhan.
Salah satu faktor pendorong pemanfaatan sistem informasi dalam
organisasi adalah semakin meningkatnya kebutuhan dalam fungsi bisnis yang
dijalankan. Dampak dari itu semua, banyak organisasi yang berlomba-lomba
untuk menerapkan sistem informasi dengan teknologinya dengan hanya
memperhatikan kebutuhan sesaat dan memungkin penerapan sistem informasi
yang saling tumpang tindih dan adanya pulau-pulau sistem yang berbeda satu
dengan yang lainnya.
Secara umum kebijakan yang dilakukan oleh Pengadilan Agama Bandung
dalam melaksanakan seluruh kegiatan yang berkaitan dengan kepentingan
Peradilan Tingkat Pertama, baik yang bersifat administratif , keuangan dan
organisasi mengacu pada Surat Keputusan Sekretaris Mahkamah Agung RI
Nomor : MA/SEK/07/SK/III/2006 tentang Organisasi dan Tatakerja Sekretariat
Mahkamah Agung RI, Lembaga Mahkamah Agung RI sebagai salah satu institusi
negara / kepemerintahan sesuai dengan Ketetapan Majelis Permusyawaratan
Rakyat Nomor : XI/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan
Bebas Korupsi, Kolusi dan Nepotisme dan Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun
1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, berkewajiban untuk
mempertanggung jawabkan pelaksanaan tugas, fungsi dan peranannya dalam

I-1

Universitas widyatama
Bab I Pendahuluan
pengelolaan sumber daya, dan sumber dana serta kewenangan yang ada yang
dipercayakan kepada publik.
Keselarasan penerapan sistem informasi dengan kebutuhan organisasi
hanya mampu dijawab dengan memperhatikan faktor integrasi didalam
pengembangnnya, tujuan integrasi yang sebenarnya adalah puntuk mengurangi
kesenjangan yang terjadi dalam proses pengembangan sistem. Untuk menurunkan
kesenjangan

tersebut,

maka

diperlukanlah

sebuah

paradigma

dalam

merencanakan, merancang, dan mengelola system informasi yang disebut dengan


arsitektur enterprise (enterprise architecture). Berbagai macam paradigma dan
metode bisa digunakan dalam perancangan arsitektur enterprise, diantaranya
adalah Zachman Framework, TOGAF ADM, EAF dan lainnya.

1.2

Rumusan Masalah
Permasalahan-permasalahan yang ada saat ini berdasarkan kepada sudut

pandang (viewpoints) didalam kerangka Framework TOGAF

yaitu Phase A

sampai Phase B dan ada aspek dan kata tanya yang meresponnya yaitu aspek data
(What?), aspek fungsi (How?), aspek jaringan (Where?), aspek sumber daya
(Who?), aspek waktu (When?), aspek motivasi (Why?). Yang terdiri dari :
1. Bagaimana caranya membangun rancangan EA yang sesuai dengan
acuan yang baku dan menghasilkan blueprint yang selaras dengan
kebutuhan bisnis?
2. Bagaimana Data yang tersebar disetiap unit bisa terintegrasi dan
mengakibatkan tidak memakan waktu yang lama serta data dapat diakses
dengan mudah?
3. Bagaimana cara menjalankan fungsinya masing-masing yang didalamnya
menerapkan perencanaan kebutuhan TI?
1.3

Batasan Masalah
Penyusunan pengembangan ini disusun berdasarkan data-data yang

diperoleh selama melakukan penelitian, karena luasnya bidang yang dihadapi


penulis selama melakukan penelitian, penulis membatasi penyusunan ini
berdasarkan ruang lingkup kegiatan. Batasan dari masalah pengembangan
Enterprise Architecture (EA) ini adalah :
I-2

Universitas widyatama
Bab I Pendahuluan
1. Framework menggunakan TOGAF versi 9.1.
2. Phase yang digunakana di dalam Framework TOGAF yaitu Phase A Phase E karena penulis berkonsentrasi pada pengembangan arsitekturnya
saja.
3. Hasil pengembangan kebutuhan infrastuktur ini hanya sebatas penelitian
saja dan tidak di implementasikan karena diperlukan suatu birokrasi antar
instnsi pemerintah (adanya proses tender).
1.4

Tujuan Pengembangan Enterprise Architecture (EA)

Tujuan dari Tugas Akhir ini, yaitu :


1. Mendapatkan Enterprise Architecture Framework (EAF) yang paling
cocok.
2. Mendapatkan rekomendasi model arsitektur bisnis.
3. Terdapat arsitektur sistem informasi dan sistem teknologi.
4. Mendapatkan solusi terbaik yang harus diterapkan didalam pembuatan
blueprint.
1.5

Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan tugas akhir ini akan di uraikan menjadi

enam bab yaitu:


BAB I

PENDAHULUAN
Menjelaskan tentang latar belakang, rumusan permasalahan,
batasan permasalahan, tujuan pengembangan, metodelogi, rencana
aktifitas dan sistematika penulisan.

BAB II

LANDASAN TEORI
Menjelaskan tentang teori-teori permasalahan yang dihadapi, serta
metodologi pengembangan EA sekarang terhadap EA yang
diusulkan.

BAB III

METODELOGI
Menjelaskan mengenai metode pengumpulan data, tinjauan
literatur, pola pikir penelitian dan alur pikir penelitian

I-3

Universitas widyatama
Bab I Pendahuluan
BAB IV

ANALISIS KEBUTUHAN INFRASTRUKTUR


Berisi

penjelasan

tentang

pengembangan

kebutuhan

EA

infrastruktur sekarang hingga memunculkan analisis keselarasan


yang dibutuhkan dari phase A sampai phase D secara efektif dan
efisien.
BAB

RENCANGAN

DAN

KERANGKA

KERJA

INFRASTRUKTUR
Berisi tentang rancangan dan kerangka kerja infrastruktur
perbaikan dari mulai phase B sampai phase D yang menghasilkan
usulan perubahan untuk Pengadilan Agama Bandung kedepannya.
BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN


Berisi simpulan dan saran-saran hasil analisis dari penulis untuk
pengembangan

yang

harus

diterapkan

didalam

pembuatan

blueprint.

I-4

Universitas Widyatama
Bab II Landasan Teori


BAB II
LANDASAN TEORI

2.1

Infrastruktur Teknologi Informasi


2.1.1 Definisi Infrastruktur Teknologi Informasi
Pengertian infrastruktur dalam kehidupan nyata sering dikaitkan dengan
pembangunan keperluan publik seperti, seperti kebutuhan akan air, listrik, gas,
pembuangan air, dan layanan telekomunikasi. Masing-masing

layer pada

infrastruktur memiliki beberapa karakteristik tertentu, dianttaranya: [2]


a) Pemakaiannya

lebih

luas

dibanding

struktur

di

atasnya

(yang

didukungnya).
b) Lebih permanen/statis dibanding struktur di atasnya.
c) Terhubung secara fisik dengan struktur di atasnya.
d) Sering diperhitungkan sebagai service/layanan pendukung.
e) Terpisah (distinct) dari struktur-struktur yang didukungnya dalam hal
lifecycle-nya (plan, build, run change, exit).
f) Terpisah (distinct) dari struktur-struktur yang didukungnya dalam hal
kepemilikannya dan orang-orang yang mengeksekusinya lifecycle-nya.

Gambar 2.1 Infrastruktur Teknologi Informasi


(Robertson & Sribar, 2001)

II-1

Universitas Widyatama
Bab II Landasan Teori


Melalui Gambar 2.1, dapat dijelaskan bahwa infrastrukur teknologi
informasi sebagai struktur yang memberikan layanan dan dukungan (support)
terhadap lapisan di atasnya yaitu pengembangan aplikasi.

2.1.2 Infrastruktur Teknologi Informasi yang Adaptif


Alasan mengapa dibutuhkan infrastruktur teknologi informasi yang
adaptif cukup sederhana. Hal tersebut disebabkan karena dunia bisnis begitu
cepat berubah, sedangkan perubahan teknologi informasi tidak bisa dilakukan
secepat

itu.

Sehingga

perlu

dipersiapkan

infrastruktur

yang

bisa

mengantisipasi banyak perubahan untuk jangka waktu yang cukup panjang.


Manifestasi dari infrastruktur teknologi informasi yang adaptif
menurut. [2]
a) Efficiency,

dengan

tersedianya

komponen-komponen

yang

dapat

dimanfaatkan bersama oleh berbagai sistem aplikasi (lama & baru).


b) Effectiveness, dengan komponen-komponen yang mudah dipadukan
(interoperable) dan diintegrasikan.
c) Agility, dengan komponen-komponen yang mudah dirombak, di-upgrade,
atau diganti.
Sedangkan tolok ukur dari infrastruktur adaptif, adalah:
a. Time to market, kecepatan implementasi layanan baru.
b. Scalability, mampu mengakomodasi peningkatan penggunaan/beban.
c. Extensibility, kemudahan menambah komponen baru.
d. Complexity Partitioning, partisi arsitektur aplikasi kedalam komponenkomponen yang dapat dikelola secara terpisah (modular).
e. Reusability,

pemanfaatan

ulang/silang

komponen-komponen

infrastruktur oleh berbagai layanan teknologi informasi perusahaan.


f. Integration,

pemanfaatan

teknologi

open

standard

yang

memungkinkan integrasi antar komponen-komponen infrastruktur.


Permasalahan umum yang sering timbul adalah penerapan infrastruktur
tidak terencana dengan baik serta tidak terkoordinasinya perencanaan
infrastruktur dengan strategi bisnis dan pengembangan sistem informasi.
Sering kali, pengembangan infrastruktur dilakukan dengan cara ad-hoc, yaitu
menyesuaikan dengan kebutuhan-kebutuhan aplikasi-aplikasi baru tanpa
II-2

Universitas Widyatama
Bab II Landasan Teori


adanya standarisasi. Ketidak selarasan antara perencanaan infrastruktur dan
strategi bisnis perusahaan dapat berakibat pada terciptanya infrastruktur
dengan kompleksitas yang tinggi, tidak terfokus, serta biaya operasi dan
pemeliharaan yang tinggi.
Penyelesaian dari permasalahan di atas, adalah dengan mengembangkan
infrastruktur teknologi informasi yang adaptif. Pengembangan teknologi
informasi yang adaptif dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain: [2]
a. Merencanakan infrastruktur secara menyeluruh, mencakup seluruh
institusi dengan berbagai tingkatan struktur yang ada.
b. Mempertimbangkan kebutuhan infrastruktur di masa depan dengan
mengakomodasi perubahan dan pertumbuhan.
c. Memaksimalkan penggunaan ulang dan silang (reuse) komponen
infrastruktur, termasuk di dalamnya infrastruktur sumber daya
manusia.
d. Memilih

teknologi

yang

tepat.

Dengan

mempertimbangkan

perkembangan teknologi di masa depan, penerapan teknologi open


standard dapat lebih efisien untuk menjamin interoperabilitas dan
kebebasan dari ketergantungan pada vendor tertentu. Selain itu, harus
dilihat juga kesesuaian dengan kebutuhan bisnis, kesiapan, serta
kemampuan institusi untuk mengadopsinya.
e. Menerapkan prosedur standar dalam perencanaan dan pengelolaan
infrastruktur.

2.2

Enterprise
Enterprise didefinisikan sebagai berikut :
1. Enterprise adalah keberfungsian seluruh komponen organisasi yang
dioperasikan di bawah kepemilikan atau kontrol dari organisasi tunggal.
Enterprise dapat berupa bisnis, layanan (service) atau merupakan
keanggotaan dari suatu organisasi, yang terdiri dari satu atau lebih usaha,
dan dioperasikan pada satu atau lebih lokasi. [15]
2. Kumpulan organisasi yang memiliki sekumpulan perintah guna mencapai
tujuan. [9]
II-3

Universitas Widyatama
Bab II Landasan Teori


Mengacu pada dua definisi di atas, enterprise dapat didefinisikan sebagai
seluruh komponen organisasi yang saling berhubungan dibawah kontrol dari
organisasi tunggal untuk menyediakan sebuah produk atau pelayanan untuk mencapai
tujuan organisasi.

2.3

Arsitektur
Berikut beberapa definisi tentang arsitektur :
1. Dasar sistem organisasi yang terdiri dari sekumpulan komponen yang
memiliki hubungan satu sama lainnya serta memiliki kerterhubungan
dengan lingkungan sistem, dan memiliki aturan untuk perancangan dan
evaluasi.[10]
2. Arsitektur (Architecture) adalah cara dimana sebuah sistem yang terdiri
dari networks, hardware dan software distrukturkan. Arsitektur pada
dasarnya menceritakan bagaimana bentuk konstruksi sebuah sistem,
bagaimana setiap komponen sistem disusun, dan bagaimana semua aturan
dan interface (penghubung sistem) digunakan untuk mengintegrasikan
seluruh komponen yang ada tersebut. Arsitektur juga mendefinisikan
fungsi, deskripsi dari format data dan prosedur yang digunakan
komunikasi diantara setiap node dan workstation. Arsitektur merupakan
sebuah struktur yang terdiri dari network, hardware dan software yang
memiliki keterhubungan satu sama lainnya, serta memiliki aturan untuk
perancangan dan evaluasi dari arsitektur tersebut.[4]

2.4

Enterprise Architecture (EA)


Definisi dari Enterprise Architecture (EA) antara lain adalah sebagai berikut:
1. Bagian dari prinsip, method, dan model yang digunakan pada perancangan
dan realisasi struktur organisasi enterprise, bisnis proses, sistem informasi
dan infrastruktur.[9]
2. Enterprise Architecture adalah sebuah pendefinisian sistem bisnis dengan
lingkungan bisnis yang seharusnya dan dapat juga berupa rancangan untuk
mengelola dan mengoperasikan setiap komponen bisnis (misalnya;
kebijakan, operasional, infrastruktur, informasi).[10]
3. Pemahaman

tentang

semua

perbedaan

elemen

yang

mendukung
II-4

Universitas Widyatama
Bab II Landasan Teori


pengembangan enterprise dan bagaimana elemen-elemen tersebut
berhubungan.[10]
Arsitektur enterprise menyediakan mekanisme yang menerapkan komunikasi
antar elemen dan fungsi-fungsi dalam enterprise. Dalam pengembangan pemodelan
arsitektur enterprise dibutuhkan sebuah framework dengan harapan dapat mengelola
sistem yang komplek dan dapat menyelaraskan bisnis SI yang akan dikembangkan.[6]

2.5

The Open Group Architecture Framework (TOGAF)


TOGAF merupakan sebuah framework untuk mengembangkan
arsitektur perusahaan. TOGAF memiliki metode yang detail sekaligus tools
pendukung untuk mengimplementasikannya. Framework ini dikeluarkan oleh
The Open Groups Architecture Framework pada tahun 1995.[10]
Pada Perancangan infrastruktur ini akan menggunakan pendekatan
Enterprise Architecture Model yang diturunkan dari kerangka kerja The Open
Group Architecture Framework (TOGAF) versi 9.1 sebagai kerangka kerja
penyusunan rancangan. TOGAF sebagai kerangka kerja perancangan
arsitektur memiliki beberapa karakteristik, antara lain:
a. Termasuk dalam 3 kerangka kerja perancangan arsitektur yang paling
sering digunakan.
b. Merupakan kerangka kerja yang bersifat open-standard.
c. Fokus pada siklus implementasi (ADM) dan proses.
d. Bersifat netral.
e. Diterima oleh masyarakat internasional secara luas.
f. Pendekatannya bersifat menyeluruh (holistic).
g. Memiliki alat-alat bantu (tools) untuk perencanaan dan proses yang
lengkap.
Kerangka kerja penyusunan tesis ini diturunkan dari kerangka kerja
TOGAF dengan pertimbangan bahwa:
a. Dibutuhkan metode yang fleksibel untuk mengintegrasikan unit-unit
informasi dan juga sistem informasi dengan platform dan standar yang
berbeda-beda. TOGAF mampu untuk melakukan integrasi untuk
berbagai sistem yang berbeda-beda.
b. TOGAF cenderung bersifat generik dan fleksibel. TOGAF dapat
II-5

Universitas Widyatama
Bab II Landasan Teori


mengantisipasi segala macam artefak yang mungkin muncul dalam
proses perancangan (karena Resource base TOGAF menyediakan
banyak material referensi), standarnya diterima secara luas, dan
mampu mengatasi perubahan.
c. TOGAF relatif mudah diimplementasikan.
d. TOGAF bersifat open source, sehingga bersifat netral terhadap
teknologi dari vendor tertentu.
Berikut ini adalah struktur dan komponen dari TOGAF:
a) Architecture Development Method
Architecture

Development

Method

menjelaskan

bagaimana

menemukan sebuah arsitektur perusahaan/organisasi secara khusus


berdasarkan kebutuhan bisnisnya. Ini merupakan bagian utama dari
TOGAF.
b) Foundation Architecture (Enterprise Continuum)
Foundation Architecture merupakan sebuah framework-within-aframework yang menyediakan hubungan bagi pengumpulan aset
arsitektur yang relevan dan menyediakan bantuan petunjuk pada saat
terjadinya perpindahan abstraksi level yang berbeda. Foundation
Architecture terdiri dari:
a. Technical Reference Model, menyediakan sebuah model dan
klasifikasi dari platform layanan generik.
b. Standard Information Base, menyediakan standar-standar dasar
dari informasi.
c. Building Block Information Base, menyediakan blok-blok dasar
informasi di masa yang akan datang.
c) Resource Base
Bagian ini memberikan sumber-sumber informasi berupa guidelines,
templates, checklists, latar belakang informasi dan detil material
pendukung yang membantu arsitek di dalam penggunaan (ADM).
2.5.1 Architecture Development Method (ADM)
Architecture Development Method (ADM) merupakan inti dari
TOGAF sebagai hasil kontribusi dari banyak praktisi arsitektur teknologi
informasi di dunia. Secara spesifik ADM dirancang untuk memenuhi
II-6

Universitas Widyatama
Bab II Landasan Teori


kebutuhan bisnis dan teknologi informasi berskala enterprise. ADM
dilengkapi dengan banyak alat bantu (tools) baik dalam perencanaan maupun
prosesnya, antara lain:
i.

Satu set arsitektur view yang mencakup view bisnis, data, aplikasi
dan teknologi.

ii.

Satu set deliverables yang direkomendasikan.

iii.

Linkages dengan banyak studi kasus yang nyata.

iv.

Metode untuk mengelola requirement.


Dalam memandu proses perancangan, ADM memiliki 8 fase utama.

Untuk lebih jelasnya, tahapan-tahapan pada ADM, adalah sebagai berikut:

Gambar 2.2 Tahapan-tahapan ADM


Open Group. (2009).

Tahapan-tahapan kerangka kerja pada gambar diatas dapat dijelaskan


sebagai berikut:

II-7

Universitas Widyatama
Bab II Landasan Teori


1. Preliminary Phase: Framework and Principles
Tahap ini merupakan tahap persiapan dalam proses perancangan, di
mana dilakukan penyusunan framework dan prinsip-prinsip arsitektur.
Framework diuraikan dalam bentuk visi arsitektur, sedangkan prinsipprinsip diuraikan untuk masing-masing arsitektur yang akan dikaji yaitu
proses bisnis, data aplikasi dan teknologi.
2. Phase A: Architecture Vision
Tahap ini menggambarkan batasan-batasan dari rancangan arsitektur.
Pada tahap ini dilakukan pendefinisian ruang lingkup, batasan-batasan dan
ekspektasi dari rancangan arsitektur, untuk kemudian menetapkan visi
arsitektur yang diusulkan. Konteks bisnis divalidasi untuk menyusun
statement of architecture work.
3. Phase B: Business Architecture
Pengembangan arsitektur bisnis ini dilakukan melalui 3 tahap, yaitu
identifikasi arsitektur baseline (as is), menetukan target (to be) arsitektur,
dan melakukan gap analysis antara baseline dengan target.
4. Phase C: Information Systems Architectures
Pengembangan arsitektur Sistem Informasi ini dilakukan melalui 3
tahap, yaitu identifikasi arsitektur baseline (as is), menetukan target (to be)
arsitektur, dan melakukan gap analysis antara baseline dengan target.
Tahap ini terbagi menjadi 2, yaitu:
a. Arsitektur Data (Data Architecture)
Arsitektur data melakukan indentifikasi entitas data, serta
menggambarkan asosiasi data dengan proses dan skema data.
Indentifikasi entitas data dilakukan berdasarkan arsitektur bisnis
yang ada. Aliran informasi antar sistem didekomposisikan sebagai
entitas data.
b. Arsitektur Aplikasi (Applications Architecture)
Sebagai bagian dari tahap Arsitektur Sistem Informasi, pada
tahap ini arsitektur dari aplikasi-aplikasi yang tersedia dan relevan
dalam Enterprise Continuum diidentifikasi dan dipertimbangkan.
Pada tahap ini, arsitektur aplikasi diusulkan sesuai dengan
kebutuhan.
II-8

Universitas Widyatama
Bab II Landasan Teori


5. Phase D: Technology Architecture
Sasaran dari tahapan ini adalah untuk membangun arsitektur teknologi
yang akan dijadikan dasar pada saat implementasi. Pengembangan
arsitektur Teknologi ini dilakukan melalui 3 tahap, yaitu identifikasi
arsitektur baseline (as is), menetukan target (to be) arsitektur, dan
melakukan gap analysis antara baseline dengan target.
6. Phase E: Opportunities and Solutions
Pada tahap ini peluang-peluang bisnis baru dari arsitektur pada tahaptahap sebelumnya yang mungkin muncul diidentifikasi. Hasil dari fase ini
merupakan dasar dari rencana implementasi yang diperlukan untuk
mencapai sasaran rancangan arsiterktur.
7. Phase F: Migration Planning
Tahap ini bertujuan untuk membuat suatu rencana migrasi, termasuk
prioritas pekerjaan. Sasaran dari tahap ini adalah, memilah beberapa
proyek-proyek implementasi berdasarkan prioritas utama. Pada tahap ini
roadmap dari keseluruhan implementasi disusun.
8. Phase G: Implementation Governance
Tahapan

ini

bertujuan

untuk

menyusun

suatu

tata

laksana

implementasi, termasuk menyusun dan memformalisasi tim, menyusun


manajemen proyek, membuat suatu manajemen komunikasi dari proyek
tersebut, dll.
9. Phase H: Architecture Change Management
Tahapan ini merupakan tahapan penting dari metodologi TOGAF
karena infrastruktur TI akan terus berkembang menyesuaikan dengan
kebutuhan bisnis yang ada. Sasaran dari tahapan ini adalah membangun
suatu arsitektur proses manajemen perubahan bagi dasar arsitektur yang
baru yang mana dilakukan setelah tahapan tata laksana implementasi
dilaksanakan.
Kedelapan tahapan utama tersebut didukung oleh suatu tahapan
persiapan dan tahapan manajemen prasyarat (requirement menagement) di
akhir proses. Pada tahapan persiapan, dibentuk organisasi proyek yang akan
bertanggung jawab dan berkoordinasi demi kesuksesan proyek. Sedangkan
tahapan manajemen prasyarat adalah untuk memastikan bahwa setiap tahapan
II-9

Universitas Widyatama
Bab II Landasan Teori


tervalidasi dan berdasar pada kebutuhan bisnis.
ADM merupakan rangkaian proses yang berulang, baik di dalam
keseluruhan rangkaian proses, di antara tahapan tertentu, atau di dalam suatu
tahapan tertentu. Dalam setiap perulangan prosesnya, disarankan untuk
mempertimbangkan ruang lingkup, detil, jadwal, dan milestone yang akan
dicapai. Selain itu, setiap perulangan proses harus memperhatikan aset yang
dihasilkan pada proses perulangan sebelumnya dan juga kondisi pasar. Hal
tersebut untuk menyesuaikan dengan kesiapan infrastruktur, sumber daya
manusia, dan value dari model sistem dan model bisnis yang ada.
Tabel 2.1 Kerangka kerja ADM dalam TOGAF 9.1
Open Group. (2009).

Dari semua tahapan ADM, terdapat banyak deriverables yang bisa


dihasilkan, baik sebagai input maupun output. Namun demikian, deliverables
tersebut adalah rekomendasi, bukan dimaksudkan untuk diikuti secara
lengkap. Jumlah deliverables tersebut bisa disesuaikan dengan ruang lingkup
yang sudah didefinisikan. Melakukan dokumentasi yang lengkap berikut
versinya adalah sangat dianjurkan, sehingga bisa diketahui perubahanperubahan yang sudah dilakukan.
II-10

Universitas Widyatama
Bab II Landasan Teori


2.6

Arsitektur Terintegrasi
Proses integrasi dari ujung ke ujung tidaklah semudah seperti kedengarannya.

Integrasi merupakan proses yang memerlukan perbaikan aplikasi secara besar-besaran


dalam mengembankan infrastruktur yang terintegrasi tersebut. Umumnya, tidak
semua bagian perusahaan memiliki infrastruktur yang terintegrasi sehingga
menyebabkan ketidakefisienan, ketidakakuratan, dan ketidakfleksibelan dari aplikasi.
Banyak perusahaan yang telah mengotomasi prosesnya secara terisolasi. Dan
ini menimbulkan perbaikan dalam biaya, mutu, kecepatan dan layanan. Tetapi untuk
mempertahankan keuntungan di masa datang perusahaan tersebut harus memikirkan
keuntungan dari perbaikan proses perusahaan secara keseluruhan, yang dibantu oleh
adanya aplikasi bisnis yang terintegrasi. Keinginan pelanggan akan layanan yang
beragam, berkualitas, cepat dan harga yang kompetitif hanya dimungkinkan oleh
perbaikan proses secara keseluruhan tersebut, sehingga timbul model berbasis
pelanggan yang terintegrasi dengan desain bisnis yang kompleks.
Untuk dapat mengatasi permasalahan yang ada seperti aplikasi yang semakin
kompleks dan tidak terintegrasi, kurangnya kepemimpinan, informasi yang kurang
terdistribusi, menjadikan hal yang tidak mudah untuk mendapatkan solusi. Maka dari
itu integrasi arsitektur dan proses bisnis merupakan jawaban untuk menyelesaikan
tantangan pada saat ini.

2.7

Service Oriented Architecture (SOA)


Service Oriented Architecture (SOA) adalah bagian utama dari service

computing platform yang membawa konsep, teknologi, dan tantangan baru baru.
Menurut Thomas Erl ada tiga hal penting yang menjadikan sebuah infrastruktur dapat
disebut sebagai service oriented architecture, yaitu logika bisnis yang dienkapsulasi
sebagai service, dan proses komunikasi antar service dengan menggunakan message.
Dalam hal ini, service layer akan menjembatani hubungan antara business logic dan
application logic.[1]
Service Oriented Architecture adalah sebuah kumpulan yang terdiri atas tools,
teknologi, framework, dan best practice yang memudahkan implementasi sebuah
service secara cepat. Proses dalam mengimplementasi SOA menggunakan metodologi
yang mengidentifikasikan service yang dapat dipergunakan kembali (reusable) dalam
aplikasi dan organisasi suatu perusahaan. Dengan demikian, SOA adalah suatu ide,
II-11

Universitas Widyatama
Bab II Landasan Teori


bukan merupakan teknologi, produk, ataupun standar. Arsitektur SOA difokuskan
untuk mengidentifikasi, membangun, mengubah, dan memelihara proses bisnis suatu
perusahaan sebagai sekumpulan service. Teknologi yang menggunakan SOA
digunakan untuk mengurangi kompleksitas dalam membangun sebuah aplikasi atau
software. SOA dapat mengantisipasi isu mengenai penggunaan software yang
terdistribusi, penggunaan plarform yang berbeda, dan integrasi aplikasi. [7]
Dapat disimpulkan bahwa SOA adalah suatu cara mengorganisir perangkat
lunak (software) sehingga organisasi dapat dengan cepat merespon perubahan
kebutuhan. Teknologi tersebut berdasarkan service (layanan), yang terdiri dari unitunit berdasarkan kebutuhan dari perangkat lunak yang berjalan pada jaringan. Service
sendiri merupakan komponen umum yang digunakan oleh beberapa sistem aplikasi
(reusable). Service dapat berupa modul program, aplikasi, atau gabungan dari
beberapa aplikasi yang berhubungan. SOA merepresentasikan suatu model yang mana
fungsi-fungsi dibagi menjadi beberapa unit-unit terpisah yang lebih kecil, yang dapat
didistribusikan melalui jaringan dan dapat dikombinasikan dan digunakan secara
bersama-sama untuk menciptakan aplikasi. Service-service tersebut berkomunikasi
satu sama lain dengan cara mengirim data dari satu service ke service lainnya, atau
dengan mengkoordinasikan suatu aktivitas antara dua atau lebih service. Sehingga
SOA memungkinkan service yang interoperable, yang berarti service-service tersebut
dapat berkomunikasi satu sama lain, meskipun pada implementasinya dibuat dengan
bahasa pemrograman yang berbeda atau diakses melalui transport protocol yang
berbeda yang memungkinkan pengintegrasian aset-aset sistem aplikasi dari suatu
perusahaan.[14]
2.7.1Kategori Layanan Aplikasi (Application Platform Service Categories)[19]
Kategori-kategori utama dari layanan yang ditetapkan untuk Application
Platform tercantum di bawah ini.
a) Data Interchange Services :
a. Document generic data typing and conversion services
b. Graphics data interchange services
c. Specialized data interchange services
d. Electronic data interchange services
II-12

Universitas Widyatama
Bab II Landasan Teori


e. Fax services
f. Raw graphics interface functions
g. Text processing functions
h. Document processing functions
i. Publishing functions
j. Video processing functions
k. Audio processing functions
l. Multimedia processing functions
m. Media synchronization functions
n. Information presentation and distribution functions
o. Hypertext functions
b) Data Management Services :
a. Data dictionary/repository services
b. Database Management System (DBMS) services
c. Object-Oriented Database Management System (OODBMS)
services
d. File management services
e. Query processing functions
f. Screen generation functions
g. Report generation functions
h. Networking/concurrent access functions
i. Warehousing functions
c) Graphics and Imaging Services :
a. Graphical object management services
b. Drawing services
c. Imaging functions
d) International Operation Services :
a. Character sets and data representation services
b. Cultural convention services
c. Local language support services
e) Location and Directory Services :
a. Directory services
b. Special-purpose naming services
II-13

Universitas Widyatama
Bab II Landasan Teori


c. Service location services
d. Registration services
e. Filtering services
f. Accounting services
f) Network Services :
a. Data communications services
b. Electronic mail services
c. Distributed data services
d. Distributed file services
e. Distributed name services
f. Distributed time services
g. Remote process (access) services
h. Remote print spooling and output distribution services
i. Enhanced telephony functions
j. Shared screen functions
k. Video conferencing functions
l. Broadcast functions
m. Mailing list functions
g) Operating System Services :
a. Kernel operations services
b. Command interpreter and utility services
c. Batch processing services
d. File and directory synchronization services
h) Software Engineering Services :
a. Programming language services
b. Object code linking services
c. Computer-aided software engineering (CASE) environment and
tools services
d. Graphical user interface (GUI) building services
e. Scripting language services
f. Language binding services
g. Run-time environment services
h. Application binary interface services
II-14

Universitas Widyatama
Bab II Landasan Teori


i) Transaction Processing Services :
a. Transaction manager services
j) User Interface Services :
a. Graphical client/server services
b. Display objects services
c. Window management services
d. Dialogue support services
e. Printing services
f. Computer-based training and online help services
g. Character-based services
k) Security Services :
a. Identification and authentication services
b. System entry control services
c. Audit services
d. Access control services
e. Non-repudiation services
f. Security management services
g. Trusted recovery services
h. Encryption services
i. Trusted communication services
l) System and Network Management Services :
a. User management services
b. Configuration management (CM) services
c. Performance management services
d. Availability and fault management services
e. Accounting management services
f. Security management services
g. Print management services
h. Network management services
i. Backup and restore services
j. Online disk management services
k. License management services
l. Capacity management services
II-15

Universitas Widyatama
Bab II Landasan Teori


m. Software installation services
n. Trouble ticketing services

Gambar 2.3 Layanan Aplikasi


(www.opengroup.org/public/arch/p3/trm/trm_dtail.htm)

2.8

Rantai Nilai (Value Chain)


Rantai nilai adalah konsep dari manajemen bisnis yang pertama kali dijelaskan

dan dipopulerkan oleh Michael Porter pada tahun 1985. Menciptakan dan
Mempertahankan Kinerja Superior.[13]

II-16

Universitas Widyatama
Bab II Landasan Teori

Gambar 2.4 Value Chain


(Porter M. 1985)

2.9

Diagram Hubungan Entitas (ERD)


Diagram Hubungan Entitas atau entity relation diagram merupakan model

data berupa notasi grafis dalam pemodelan data konseptual yang menggambarkan
hubungan antara penyimpan. Model data sendiri merupakan sekumpulan cara,
peralatan untuk mendeskripsikan data-data yang hubungannya satu sama lain,
semantiknya, serta batasan konsistensi. Model data terdiri dari model hubungan
entitas dan model relasional. Diagram hubungan entitas ditemukan oleh Poter Chen
dalam buku Entity Relational Model-Toward a Unified of Data. Chen mencoba
merumuskan dasar-dasar model dan setelah itu dikembangkan dan dimodifikai oleh
Chen dan banyak pakar lainnya. Pada saat itu diagram hubungan entitas dibuat
sebagai bagian dari perangkat lunak yang juga merupakan modifikasi khusus, karena
tidak ada bentuk tunggal dan standar dari diagram hubungan entitas.[1]

2.10

Analisis SWOT
ANALISIS SWOT adalah sebuah cara menganalisa suatu permasalahan dari 4

sudut berbeda yang terbagi dari 2 aspek, yaitu aspek internal dan aspek eksternal,
Belakangan analisis SWOT digunakan berbagai lembaga yang berorientasi bisnis
maupun lembaga-lembaga pemerintahan, dengan tujuan yang sama, yaitu peningkatan
mutu lembaga tersebut. Analisis SWOT juga dapat diterapkan pada individu apapun
status dan profesinya dengan tujuan yang sama yaitu mendapatkan sebuah
II-17

Universitas Widyatama
Bab II Landasan Teori


rekomendasi dari hasil analisis tersebut setelah seluruh aspek terisi langkah
selanjutnya adalah menentukan strategi untuk mencapai tujuan berdasarkan data yang
diperoleh pada tahap sebelumnya.[7]

a. Startegi SO : dengan mengembangkan suatu strategi dalam memanfaatkan


kekuatan (S) untuk mengambil manfaat dari peluang (O) yang ada.
b. Strategi WO : yaitu mengembangkan suatu strategi dalam memanfaatkan
peluang (O) untuk mengatasi kelemahan (W) yang ada.
c. Strategi ST : yaitu dengan mengembangkan suatu strategi dalam
memanfaatkana kekuatan (S) untuk menghindari ancaman (T).
d. Strategi WT : yaitu dengan mengembangkan suatu strategi dalam mengurangi
kelemahan (W) dan menghindari ancaman (T).
2.11

Unified Modeling Language (UML)


UML adalah bahasa standar yang digunakan untuk menentukan, visualisasi,

membangun, dan mendokumentasikan artifact system perangkat lunak (IBM 1997).


UML bukan sebuah metoda tapi notasi, dan tidak memiliki sebuah tahapan proses
(Barclay & Savage 2004). Hal terpenting dari UML adalah pemodelan dalam bentuk
diagram yang memiliki peranan terpenting dalam pengembangan perangkat lunak
berbasis objek. Tujuan utama dalam perancangan UML adalah memberikan dasar
formal untuk memahami pemodelan bahasa. Bentuk diagram UML yang akan
dijelaskan adalah sebagai berikut : [3]
2.11.1 Use Case Diagram
Diagram use case merupakan salah satu diagram untuk memodelkan
prilaku sistem dan merupakan pusat pemodelan prilaku sistem, subsistem dan
kelas. Masing-masing diagram use case menunjukan sekumpulan use case,
aktor dan hubungannya. Use case adalah sekumpulan skenario yang
menjelaskan interaksi antara user dan system. Tujuan utama pemodelan use
case adalah:
a. Memutuskan dan mendeskripsikan kebutuhan-kebutuhan fungsional
sistem.
b. Memberikan deskripsi jelas dan konsisten dari apa yang seharusnya
dilakukan, sehingga model use case digunakan diseluruh proses
pengembangan

untuk

mengacu

sistem

harus

memberikan
II-18

Universitas Widyatama
Bab II Landasan Teori


fungsionalitas yang dimodelkan pada use case.
c. Menyediakan basis untuk melakukan pengujian sistem yang
memverifikasi sistem.
d. Menyediakan kemampuan melacak kebutuhan fungsional menjadi
kelas-kelas dan operasi-operasi aktual di sistem. Diagram use case
memiliki dua komponen penting yaitu aktor dan use case. Gambar
dibawah ini merepresentasikan notasi dari dua komponen diagram
use case tersebut.

Gambar 2.5 Use Case diagram


(Barclay & Savage 2004).

Aktor merepresentasikan user atau sistem lain yang berinterkasi


dengan sistem yang akan dimodelkan. Uses case merupakan pandangan luar
sistem yang merepresentasikan sebuah aksi user.

2.12

Analisis RACI
RACI adalah Pada dasarnya adalah cara untuk memeriksa langkah
proses, tugas, aktivitas, usaha, keputusan atau pemeriksaan untuk menentukan
siapa

yang

Akuntabel,

Bertanggung

Jawab,

Diinformasikan

atau

Dikonsultasikan.[19]
Alat yang digunakan untuk melakukan Analisis RACI adalah:
Responsible (R)
Bertanggung jawab untuk Melaksanakan jawaban atas keputusan
tersebut.
II-19

Universitas Widyatama
Bab II Landasan Teori


Accountable (A)
Berwenang untuk menyetujui jawaban atas keputusan tersebut.
Consulted (C)
Mereka yang pendapatnya banyak dicari, dan dengan siapa ada
komunikasi dua arah.
Informed (I)
Mereka yang diberitahu setelah keputusan dibuat, dan dengan siapa
ada komunikasi satu arah.

Gambar 2.6 Analisis RACI


www.mikethearchitect.com/2012/02/archimate-20-highlights.html

2.13

Tata Kelola teknologi Informasi


Dalam

peraturan

Menteri

Komunikasi

dan

Informatika

Nomor:

41/PER/MEN.KOMINFO/11/2007. Penyelenggaraan pemerintahan dalam rangka


pelayanan publik memerlukan Good Governance. Implementasi Good Governance
akan menjamin transparansi, efisiensi, dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan.
Pada sisi lain, penggunaan TIK oleh institusi pemerintahan sudah dilakukan sejak
beberapa dekade lalu, dengan intensitas yang semakin meningkat. Untuk memastikan
penggunaan

TIK

tersebut

benar-benar

mendukung

tujuan

penyelenggaraan

pemerintahan, dengan memperhatikan efisiensi penggunaan sumber daya dan


pengelolaan risiko terkait dengannya, diperlukan Good Governance terkait dengan
TIK, yang dalam dokumen ini disebut sebagai Tata Kelola TIK. [12]
Model
Model Tata Kelola TIK Nasional difokuskan pada pengelolaan proses-proses TIK
II-20

Universitas Widyatama
Bab II Landasan Teori


melalui mekanime pengarahan dan monitoring & evaluasi. Model keseluruhan
Tata Kelola TIK Nasional adalah sebagai berikut:

Gambar 2.7 Model Tata Kelola TIK Nasional.


(Peraturan Menteri Komunikasi dan Informasi Nomor 41/PER/MEN.KOMINFO/11/2007)

1.

Struktur & Peran Tata Kelola


Penetapan entitas struktur tata kelola ini dimaksudkan untuk memastikan

kapasitas kepemimpinan yang memadai, dan hubungan antar satuan kerja/institusi


pemerintahan yang sinergis dalam perencanaan, penganggaran, realisasi sistem
TIK, operasi system TIK, dan evaluasi secara umum implementasi TIK di
pemerintahan. Berikut ini adalah ketentuan umum terkait dengan Struktur Tata
Kelola.
Pembentukan CIO dan Komite TIK di tiap institusi pemerintahan merupakan
prioritas, disamping entitas-entitas struktur tata kelola TIK yang sudah ada
sebelumnya:
a. Eksekutif Institusi Pemerintahan yaitu pimpinan institusi pemerintahan
(Kabupaten/Kota, Propinsi, Departemen, LPND)
b. Satuan Kerja Pengelola TIK yaitu satuan kerja yang bertugas dalam
pengelolaan TIK institusi pemerintahan. Posisi struktural satuan kerja
pengelola TIK ini saat ini mempunyai level struktural yang berbeda-beda di
institusi-institusi pemerintahan.
II-21

Universitas Widyatama
Bab II Landasan Teori


c. Satuan Pemilik Proses Bisnis yaitu satuan kerja di luar satuan kerja
pengelola TIK sebagai pemilik proses bisnis (Business Process Owner).

2.

Proses Tata Kelola


yaitu proses-proses yang ditujukan untuk memastikan bahwa tujuan-tuuan

utama tata kelola dapat tercapai, terkait dengan pencapaian tujuan organisasi,
pengelolaan sumber daya, dan manajemen risiko.
a). Lingkup Proses Tata Kelola
i.

Perencanaan Sistem
Perencanaan Sistem merupakan proses yang ditujukan untuk

menetapkan visi, arsitektur TIK dalam hubungannya dengan kebutuhan


organisasi dan rencana realisasi atas implementasi visi dan arsitektur TIK
tersebut. Rencana TIK yang telah disusun akan menjadi referensi bersama
bagi seluruh satuan kerja dalam sebuah institusi atau referensi bersama
beberapa institusi yang ingin mensinergiskan inisiatif TIK-nya. Terdapat
ruang lingkup dari proses perancangan sistem, diantaranya:
a. Sinkronisasi & Integrasi.
b. Siklus dan Lingkup Perencanaan.
c. Perencanaan Arsitektur Informasi.
d. Perecanaan Arsitektur Aplikasi.
e. Perencanaan Arsitektur Infrastruktur Teknologi.
f. Perencanaan Manajemen dan Organisasi.
g. Perencanaan Pendekatan dan Roadmap Implementasi.
h. Indikator Keberhasilan.
ii.

Manajemen Belanja/Investasi:
Manajemen Belanja/Investasi TIK merupakan proses pengelolaan

anggaran untuk keperluan belanja/investasi TIK, sesuai dengan mekanisme


proyek inisiatif TIK yang telah ditetapkan sebelumnya dalam Portotolio
Proyek

Inisiatif

TIK

dan

Roadmap

Implementasi.

Realisasi

belanja/investasi ini dilakukan melalui mekanisme penganggaran tahunan.


Terdapat ruang lingkup dari proses manajemen belanja/investasi,
diantaranya:

II-22

Universitas Widyatama
Bab II Landasan Teori


a. Cakupan Tipe Belanja/Investasi.
b. Sinkronisasi & Integrasi.
c. Pemilihan Mekanisme Penganggaran.
d. Indikator Keberhasilan.
iii.

Realisasi Sistem
Realisasi sistem TIK merupakan proses yang ditujukan untuk

mengimplementasikan perencanaan TIK, mulai dari pemilihan sistem TIK


sampai dengan evaluasi pasca implementasi. Terdapat ruang lingkup dari
proses realisasi sistem, diantaranya:
a. Identifikasi dan Pemilihan Alternatif Sistem.
b. Realisasi Software Aplikasi.
c. Realisasi Infrastruktur Teknologi.
d. Realisasi Pengelolaan Data.
e. ndikator Keberhasilan.
iv.

Pengoperasian Sistem
Operasi sistem merupakan proses penyampaian layanan TIK, sebagai

bagian dari dukungannya kepada proses bisnis manajemen, kepada pihakpihak yang membutuhkan sesuai spesifikasi minimal yang telah ditentukan
sebelumnya. Terdapat ruang lingkup dari proses pengoperasian sistem,
diantaranya:
a. Manajemen Tingkat Layanan.
b. Manajemen Software Aplikasi.
c. Manajemen Infrastruktur.
d. Manajemen Data.
e. Manajemen Layanan oleh Pihak Ketiga.
f. Indikator Keberhasilan.
v.

Pemeliharaan Sistem
Pemeliharaan sistem merupakan proses untuk memastikan bahwa

seluruh sumber daya TIK dapat berfungsi sebagaimana mestinya dalam


durasi waktu siklus hidup yang seharusnya, dalam rangka mendukung
operasi sistem secara optimal.
a. Pemeliharaan Software Aplikasi.
b. Pemeliharaan Infrastruktur Teknologi.
II-23

Universitas Widyatama
Bab II Landasan Teori


c. Pemeliharaan Data.
d. Siklus Hidup dan Likuidasi Sumber Daya Infrastruktur Teknologi.
e. Indikator Keberhasilan.
b). Mekanisme Proses Tata Kelola
i.

Kebijakan Umum
Kebijakan umum ditetapkan untuk memberikan tujuan dan batasan-

batasan atas proses TIK bagaimana sebuah proses TIK dilakukan untuk
memenuhi kebijakan yang ditetapkan.
ii.

Monitoring & Evaluasi


Monitoring & evaluasi ditetapkan untuk memastikan adanya umpan

balik atas pengelolaan TIK, yaitu berupa ketercapaian kinerja yang


diharapkan. Untuk mendapatkan deskripsi kinerja setiap proses TIK
digunakan indikator keberhasilan. Indikator keberhasilan inilah yang akan
dapat digunakan oleh manajemen atau auditor, untuk mengetahui apakah
proses TIK telah dilakukan dengan baik.

2.14

Architecture Maturity Model


Pada proses kematangan arsitektur menunjukkan karakteristik yang

terperinci dari tingkat kematangan arsitektur perusahaan yang diterapkan pada


masing-masing sembilan elemen. Misalnya, Lantai 3: Defined, jumlah titik 8
(pemerintahan didokumentasikan eksplisit mayoritas investasi TI) menunjukkan
Tingkat Kematangan negara 3 untuk Elemen 8 (Arsitektur Tata). Berikut tingkat
kematangan dari tingkat level 0 sampai ke level 5 yang dijelaskan pada gambar
berikut ini :

II-24

Universitas Widyatama
Bab II Landasan Teori

Gambar 2.8 Architecture Maturity Model


http://www.atallc.net/togaf9/chap30.html

II-25

Universitas widyatama
Bab III Metotologi Penelitian

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yaitu suatu proses


penelitian dan pemahaman yang berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki
suatu fenomena sosial dan masalah manusia. Pada pendekatan ini, peneliti
membuat suatu gambaran kompleks, meneliti kata-kata, laporan terinci dari
pandangan responden, dan melakukan studi pada situasi yang alami (Creswell,
1998). Penelitian ini juga menggunakan metode studi kasus (case study) yaitu
suatu metode penyelidikan empiris yang menginvestigasi suatu fenomena dalam
kehidupan nyata pada ruang lingkup yang spesifik dan terbatas. Hasil penelitian
ini hanya valid untuk lingkup tersebut. Metode ini menggunakan cara sistematis
dalam melihat suatu kejadian, mengumpulkan data, menganalisa informasi, dan
melaporkan hasilnya. Dengan studi kasus, peneliti dapat mempertajam
pemahamannya tentang mengapa dan bagaimana suatu kejadian dapat terjadi.
Lokasi penelitian untuk pengambilan data di Pengadilan Agama Bandung.
Data yang didapatkan dari pengamatan langsung adalah permasalahan, keadaan
EA saat ini yaitu model keadaan arsitektur bisnis, arsitektur data, arsitektur
aplikasi, arsitektur teknologi dan data dari Tanya jawab dengan pejabat dan
pegawai yang berhubungan dengan TI. Kemudian dipilih EAF yang diambil dari
studi pustaka yang akan dijadikan sebagai acuan dengan membandingkan antara
kerangka-kerangka arsitektur yang digunakan pada saat ini. Dari EAF yang dipilih
kemudian dilakukan analisa kesenjangan (gap analysis) antara target arsitektur
dengan arsitektur kondisi saat ini. Dan hasil dari gap analysis dilakukan analisa
dengan dasar-dasar teknis dari kerangka yang dipilih. Kemudian di validasi
dengan data-data yang didapatkan dari staf ahli. Dan ditarik simpulan dari semua
analisa yang dilakukan seperti pada Gambar berikut ini.

III-1

Universitas widyatama
Bab III Metotologi Penelitian

Gambar 3.1 Metode Penelitian

3.1 Tinjauan Literatur


Tinjauan literatur penelitian dilakukan untuk mempelajari berbagai teori
yang berhubungan dengan kerangka pemecahan permasalahan, yang diperoleh
dari dokumen-dokumen perusahaan yang terkait dengan penelitian, dokumentasi
tentang TOGAF, dokumentasi dan jurnal mengenai SOA, dan referensi lainnya.
Selain itu, penulis juga melakukan wawancara dan observasi langsung ke
lapangan untuk menggali informasi yang diperlukan.
Ilustrasi dari tinjauan literature di atas dapat di tunjukkan dalam gambar
berikut :

III-2

Universitas widyatama
Bab III Metotologi Penelitian

Merumuskan
masalah
Penelitian

Studi
Literatur

Input : Teori-teori yang


berhubungan dengan
kerangka pemecahan
masalah.
Metode : Wawancara,
Dokumentasi dari instansi
terkait, Referensi-referensi.

Mendapatkan
Informasi yang
diperlukan
Gambar 3.2 Ilustrasi dari Tinjauan Literatur

3.2 Pola Pikir Penelitian (Research Design)

Gambar 3.3 Ilustrasi dari pola Pikir Penelitian


III-3

Universitas widyatama
Bab III Metotologi Penelitian

Dari gambar Ilustrasi di atas dapat disimpilkan bahwa dalam penyusunan


tugas akhir ini, penulis menggunakan kerangka kerja perancangan enterprise
architecture yang diturunkan dari kerangka kerja TOGAF. Selanjutnya melakukan
perancangan dari infrastruktur teknologi informasi perusahaan. Tahapan tersebut
akan menghasilkan usulan infrastruktur teknologi pendukung sistem informasi
masa depan dari Pengadilan Agama Bandung.
Untuk pengembangannya dari ilustrasi pola piker penelitian di atas dapat
dilihat sebagai berikut :
Tabel 3.1 : Ilustrasi dari Pola Pikir Penelitian

III-4

Universitas widyatama
Bab III Metotologi Penelitian

Apabila diperhatikan Ilustrasi dari pola piker penelitian di atas maka bisa
ditarik kesimpulan bahwa terjadi suatu kesinambungan antara satu dengan yang
lainnya. Pada pendifinisian masalah terdapat penyelarasan antara strategi bisnis
dengan strategi teknologi, lalu dilanjutkan dengan pendefinisian sumber data
dimana suatu data diperlukan adanya integrasi antara unit satu dengan yang
lainnya sehingga memperoleh data yang baik. Pada penyimpanan dan pengolahan
data terjadi keselarasan fungsi satu dengan yang lainnya, hal ini tentunya sangat
perlu diperhatikan karena pada suatu pengolahan data diperlukan penerapan
fungsi yang sejalan. Dalam hal penyusunan tugas akhir ini penulis mencoba
menerapkan Analisis TOGAF sebagai bahan acuan. Sehingga pada akhirnya
menghasilkan data validasi yang bias diterima dan diterapkan oleh Pengadilan
Agama Bandung.

3.3 Alur Pikir Penelitian (Research Steps)


Tahapan penelitan yang dilakukan penulis dalam menyusun laporan ini
dapat dideskripsikan sebagai berikut :
Perumusan masalah penelitian, yang menghasilkan pertanyaan penelitian
(research question) tentang permasalahan yang diteliti.
Studi literatur dengan mempelajari berbagai dokumen/referensi terkait
dengan perusahaan dan teori-teori yang berhubungan dengan kerangka
kerja TOGAF, komponen-komponennya, dan bagaimana cara melakukan
identifikasi satu fungsi untuk kemudian dijadikan layanan yang bisa dishare atau di-reuse. Studi literatur tersebut dilakukan baik secara online
maupun melalui buku-buku dan dokumen-dokumen cetak.
Pengambilan data, baik data primer maupun data sekunder, sesuai dengan
lingkungan perusahaan, yaitu:

Data primer, berupa hasil wawancara pada pihak Pengadilan


Agama Bandung yang berhubungan dengan isu penelitian. Hasil
pengumpulan data melalui wawancara tersebut kemudian akan
digunakan sebagai basis untuk melakukan analisis lingkungan
bisnis dan sistem informasi/teknologi informasi, sehingga dapat
diidentifikasi kebutuhan akan arsitektur teknologi informasi ke

III-5

Universitas widyatama
Bab III Metotologi Penelitian

depan.

Data sekunder, berupa dokumen/referensi yang berkaitan dengan


isu penelitian yang terdapat pada perusahaan, seperti proses bisnis
melalui Laporan Evaluasi Pengadilan agama bandung, profil
perusahaan, dokumen rencana operasi, serta dokumen rencana
strategi perusahaan, di mana pada dokumen-dokumen tersebut
terdapat visi dan misi perusahaan. Identifikasi visi dan misi
tersebut diperlukan untuk menentukan strategi apa yang akan
diambil selanjutnya untuk mendukung kelancaran kegiatan
perusahaan.

Jika data yang diambil belum cukup, maka dilakukan pengambilan data
kembali. Namun jika data yang dikumpulkan sudah cukup, maka tahap
selanjutnya adalah melakukan analisis data yang sudah dikumpulkan
menggunakan Framework TOGAF 9.1.

Merumuskan Masalah
Penelitian

Studi Literarur

Membuat Pertanyaan
Wawancara

Mengambail Data
Primer dan Sekunder

Melakukan Wawancara
Belum

Apakah data sudah


cukup?
Sudah

Gambar 3.4 Alur Piker Penelitian

Tahap selanjutnya adalah menganalisis hasil pengumpulan data dan studi


literatur tersebut tersebut dalam proses perancangan sesuai dengan
tahapan-tahapan dari kerangka berpikir penyusunan tesis ini.
Tahap terakhir dari metodologi penelitian pada penyusunan tesis ini adalah
penarikan kesimpulan dan saran dari penelitian yang sudah dilakukan.
Ilustrasi dari alur pikir penelitian dapat di atas dapat ditunjukkan dalam
gambar berikut :

III-6

Universitas widyatama
Bab III Metotologi Penelitian

Merumuskan Masalah
Penelitian

Studi Literarur

Membuat Pertanyaan
Wawancara

Mengambail Data
Primer dan Sekunder

Melakukan Wawancara
Belum

Apakah data sudah


cukup?
Sudah

Framework
TOGAF 9.1

Input :
Renstra, Visi, Misi

Visi Arsitektur

Metode :
Analisis Dokumen,
Wawancara

Visi Arsitektur yang akan


di bangun

Input :
- Visi, Misi, Renstra
- Tujuan Unit-unit
- Tupoksi

Arsitektur Bisnis

Arsitektur Sistem
Informasi

Metode :
Wawancara, observasi,
analisis
dokumen

Arsitektur Bisnis TI

Input :
Bisnis Arsitektur TI

- Arsitektur Sistem Informasi


Metode : Wawancara,
observasi

Input :
Arsitektur Sistem
informasi

Arsitektur Teknologi

Metode :
Mengidentifikasi
Infrastruktur yang
dibutuhkan untuk
menjalankan sistem
informasi

- Platform Teknologi
Informasi

Kesimpulan Dan Saran

Gambar 3.5 Alur Pikir Penelitian Secara keseluruhan

III-7

Universitas widyatama
Bab IV Analisis Kebutuhan Infrastruktur

BAB IV
ANALISIS KEBUTUHAN INFRASTRUKTUR

4.1 Pendahuluan
Reformasi Hukum, diarahkan pada penegakan hukum dan keadilan
yang didalamnya mencakup aspek yang luas. Dimulai dari kemandirian
lembaganya, peningkatan pelaksanaan fungsi utama yuridis, administrasi,
penataan kelembagaan yang efisien dan efektif dengan tatalaksana yang jelas
dan transparan. Diawaki oleh SDM aparatur yang profesional, berakuntabilitas
kepada mitra kerja (stakeholder), sampai kepada adanya pengawasan yang
proposional serta menghasilkan pelayanan prima. Secara operasional reformasi
hukum yang menjadi bagian dari penyelenggaraan good governance
dilaksanakan oleh seluruh jajaran aparatur pemerintah, baik di pusat maupun di
daerah, baik para tenaga teknis yuridisnya maupun tenaga administrasinya.
Peradilan

Agama,

merupakan

salah

satu

lembaga

yang

melaksanakan amanat Undang-Undang No. 4 Tahun 2004 tentang KetentuanKetentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman, dalam melaksanakan tugasnya guna
menegakkan hukum dan keadilan harus memenuhi harapan dari para pencari
keadilan yang selalu menghendaki peradilan yang sederhana, cepat, tepat, dan
biaya ringan.
Sebagai salah satu lembaga pelaksana kekuasaan kehakiman,
Peradilan Agama dituntut untuk menegakkan hukum dan keadilan, melalui
upaya-upaya pembinaan, penyempurnaan dan pengendalian manajemen
organisasinya secara terencana, sistematis, bertahap, komprehensif dan
berkelanjutan untuk meningkatkan kinerja seluruh aparatur peradilan dalam
rangka mewujudkan good governance.
Untuk mewujudkan harapan dari para pencari keadilan tersebut,
Pengadilan Agama Bandung dalam rangka melaksanakan tugasnya terlebih
dahulu harus membuat suatu perencanaan yang mantap, pelaksanaan yang tepat
dan pengawasan yang ketat diikuti dengan evaluasi yang cermat. Secara formal

IV-1

Universitas widyatama
Bab IV Analisis Kebutuhan Infrastruktur

pelaksanaan tugas Pengadilan Agama tersebut harus dipertanggung jawabkan


dalam bentuk laporan ke Pengadilan Tinggi Agama Bandung selaku atasan.
Preliminary Phase
Seperti yang dikatakan oleh John Zachman bahwa EA sudah bukan
lagi menjadi suatu pilihan tetapi sudah menjadi suatu kewajiban. EA adalah
satu praktek manajemen untuk memaksimalkan kontribusi dari sumber daya
perusahaan, investasi TI, dan aktivitas pembangunan sistem untuk mencapai
tujuan kinerjanya. Untuk mencapai misi organisasi melalui kinerja optimal dari
proses bisnis dengan efisiensi lingkungan TI maka penerapan EA arus
dimasukkan kedalam roadmap dari perusahaan. Pada saat ini EAF didominasi
oleh 4 terbesar :
1. The Zachman Framework for Enterprise Architectures.
2. The Open Group Architecture Framework (TOGAF).
3. The Federal Enterprise Architecture (FEA).
4. Gartner (Meta Framework).
Dalam penelitian ini menggunakan TOGAF dengan alasan sebagai
berikut:
a) Berdasarkan survei mengenai perkembangan penggunaan EAF di dunia
yang paling stabil digunakan oleh perusahaan dalam kurun waktu 3 tahun
adalah The Zachman Framework for Enterprise Architectures dan
TOGAF.
b) Menurut pendapat Roger Sessions bahwa Zachman framework adalah
sebuah taxonomi, TOGAF adalah sebuah proses. Saat ini belum ada blue
print , maka dibutuhkan EAF yang sudah jelas prosesnya.
EAF ini dibuat berdasarkan The Technical Architecture Framework
for Information Management

(TAFIM) yang dirancang oleh Departemen

Pertahanan Amerika Serikat. TOGAF adalah satu kerangka terperinci dan alat
pendukung untuk mengembangkan satu EA yang dipergunakan dengan bebas
oleh apapun organisasi yang mengembangkan untuk mendisain, evaluasi, dan
membangun blueprint TI . Metodologi

untuk desain arsitektur didalam

TOGAF disebut architecture development method (ADM) yaitu suatu proses


IV-2

Universitas widyatama
Bab IV Analisis Kebutuhan Infrastruktur

yang menyeluruh, terintegrasi untuk mengembangkan dan memelihara suatu


EA. ADM meliputi 9 tahapan dasar, tetapi dalam penelitian ini hanya akan
dianalisa 5 tahapan dari 9 tahapan diatas yaitu tahapan persiapan, architecture
vision , business architecture, information system architecture dan technology
architecture.

4.2 Pengembangan Phase A (Arsitektur Visi)


Bab ini menjelaskan kegiatan persiapan dan inisiasi yang diperlukan untuk
memenuhi direktif bisnis untuk arsitektur enterprise baru, termasuk definisi
kerangka Arsitektur Organisasi dan definisi prinsip-prinsip. Sebagai pemerintahan
yang membutuhkan penerapan tata kelola menggunakan Framework TOGAF harus
sejalan dengan kerangkanya dan juga memastikan tingkat visibilitas, bimbingan
kontrol, dan yang akan mendukung semua persyaratan arsitektur pemangku
kepentingan dan kewajiban.
Manfaat dari tata arsitektur meliputi:
a. Peningkatan

transparansi

akuntabilitas,

dan

delegasi

wewenang

informasi.
b. Terkendali manajemen risiko.
c. Perlindungan terhadap aktiva yang ada melalui memaksimalkan

penggunaan kembali komponen arsitektur yang ada.


d. Proaktif pengendalian, pemantauan, dan mekanisme manajemen
e. Proses, konsep, dan komponen digunakan kembali di seluruh unit bisnis

organisasi.
f.

Penciptaan nilai melalui pemantauan, pengukuran, evaluasi umpan


balik.

g. Peningkatan visibilitas mendukung proses internal dan persyaratan

pihak luar.

IV-3

Universitas widyatama
Bab IV Analisis Kebutuhan Infrastruktur

Secara khusus, visibilitas peningkatan pengambilan keputusan di tingkat


bawah menjamin pengawasan pada tingkat yang sesuai dalam keputusan yang
mungkin memiliki konsekuensi yang strategis bagi organisasi.
4.2.1 Stakeholder Pengadilan Agama

Bag IT
Bag
Perlengkapan

Bag Tata
Persuratan

Gambar 4.1 Bagian Stakeholder Kasubag Umum

Gambar 4.2 Stakeholder Pengadilan Agama

IV-4

Universitas widyatama
Bab IV Analisis Kebutuhan Infrastruktur

Bag IT

Bag
Perlengkapan

Bag Tata
Persuratan

Membuat berita web


Update ini menu web
Menerima/mendownload surat
elektronik
Mengirimkan /mengupload surat
elektronik
Monitoring website PA se wilayah
PTA Bandung

Penatausahaan simak BMN Aset


Tetap
Penghapusan barang milik negara
(BMN)
Penatausahaan BMN Aset Lancar
Pengadaan barang dan jasa
Pengadaan barang inventaris
kantor
Pemeliharaan gedung dan
bangunan
Pemeliharaan kendaraan roda-4
dan roda-2
Pemeliharaan peralatan dan mesin
Kebersihan dan keindahan
Keamanan
Protokoler
Pengelolaan perpustakaan kantor
Humas
Pelayanan publik/sarana

Pengelolaan surat masuk


Pengelolaan surat keluar
Pengelolaan/penata
usahaan arsip

Gambar 4.3 Solution Concept Kasubag Umum

IV-5

Universitas widyatama
Bab IV Analisis Kebutuhan Infrastruktur

Gambar 4.4 Value Chain Pengadilan Agama


Berdasarkan Gambar 4.2 maka deskripsi dari fungsi bisnis tersebut
adalah sebagai berikut :
Aktivitas Utama
a. Perceraian
b. waris
c. Hibah
d. Wasiat
Aktivitas Pendukung
a. Majelis Hakim
b. Panitera
c. Sekretaris
4.3 Pengembangan Phase B (Arsitektur Bisnis)
4.3.1Tugas Pokok dan Fungsi & Struktur Organisasi
Pengadilan Agama Bandung merupakan lingkungan peradilan Agama di
bawah Mahkamah Agung RI sebagai pelaksana kekuasaan kehakiman yang
merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakan Hukum dan
Keadilan, Pengadilan Agama Bandung sebagai kawal depan (Voorj post)
Mahkamah Agung RI, bertugas dan berwenang menerima, memeriksa,
memutus dan menyelesaikan perkara yang masuk di tingkat pertama.
Adapun tugas pokok dan fungsi sesuai dengan struktur organisasi di atas
adalah sebagai berikut:

IV-6

Universitas widyatama
Bab IV Analisis Kebutuhan Infrastruktur

1.

Ketua dan Wakil Ketua ( Pimpinan Pengadilan Agama).


a. Ketua mengatur pembagian tugas para Hakim, membagikan berkas
perkara dan surat-surat lain yang berhubungan dengan perkara yang
diajukan kepada Majelis Hakim untuk diselesaikan.
b. Mengadakan pengawasan dan pelaksanaan tugas dan tingkah laku
Hakim, Panitera/sekretaris, Pejabat Struktural dan Fungsional, serta
perangkat Administrasi peradilan di daerah hukumnya.
c. Menjaga agar penyelenggaraan peradilan terselenggara dengan wajar
dan seksama.

2.

Majelis Hakim
Melaksanakan tugas kekuasaan kehakiman di daerah hukumnya

3.

Panitera/Sekretaris
a. Panitera bertugas menyelenggarakan administrasi perkara, dan
mengatur tugas Wakil Panitera, para Panitera Muda, Panitera
Pengganti, serta seluruh pelaksana di bagian tekhnis Pengadilan
Agama Bandung.
b. Panitera, Wakil Panitera, Panitera Muda dan Panitera Pengganti
bertugas membantu Hakim dengan mengikuti dan mencatat jalannya
persidangan.
c. Panitera

membuat

daftar

perkara-perkara

yang

diterima

di

Kepaniteraan.
d. Panitera membuat salinan putusan menurut ketentuan undang-undang
yang berlaku.
e. Panitera bertanggung jawab atas pengurusan berkas perkara, putusan,
dokumen, akta, buku daftar, biaya perkara, uang titipan pihak ketiga,
surat-surat berharga, barang bukti dan surat-surat lainnya yang
disimpan di kepaniteraan.
f. Panitera sebagai Sekretaris bertugas menyelenggarakan administarsi
Kesekretariatan, mengatur tugas Wakil Sekretaris , para Kepala Sub
Bagian, Pegawai administrasi, serta seluruh pelaksana di bagian
Kesekretariatan Pengadilan Agama Bandung.
IV-7

Universitas widyatama
Bab IV Analisis Kebutuhan Infrastruktur

g. Panitera/Sekretaris selaku Kuasa Pengguna Anggaran bertanggung


jawab atas penggunaan anggaran.
h. Panitera/Sekretaris selaku Kuasa Pengguna Barang bertanggung jawab
atas keberadaan dan pemanfaatan barang milik negara (BMN ).
4. Wakil Sekretaris membantu Panitera/Sekretaris dalam melaksanakan
tugas di bidang Administrasi Kesekretariatan dan mengkoordinir
tugas-tugas Kepala Sub Bagian Umum, Kepegawaian dan Keuangan.
Struktur Organisasi dan Jumlah Pegawai

KETUA
WAKIL KETUA

HAKIM
PANITERA /
SEKRETARIS
WAKIL PANITERA

PANITERA MUDA
HUKUM

PANITERA MUDA
GUGATAN

PANITERA MUDA
PERMOHONAN

WAKIL SEKRETARIS

KASUBAG
KEPEGAWAIAN

KASUBAG
KEUANGAN

KASUBAG
UMUM

KELOMPOK FUNGSIONAL
KEPANITERAAN

PANITERA PENGGANTI

JURUSITA/JURUSITA
PENGGANTI

Gambar 4.5 Struktur Organisasi PA Bandung


Ket :
Garis Koordinasi

Garis Tanggung Jawab

:
IV-8

Universitas widyatama
Bab IV Analisis Kebutuhan Infrastruktur

Pegawai (PNS) Pengadilan Agama Bandung Seluruhnya berjumlah 54 (lima


puluh empat) ditambah Pegawai Honorer sebanyak 20 Total 74 orang:
a. Jumlah Pegawai Menurut Golongan :
Tenaga Honorer

20 Orang

Golongan I

Orang

Golongan II

Orang

Golongan III

32 Orang

Golongan IV

17 Orang

Ketua ,Wakil Ketua dan Hakim

15 Orang

Panitera / Sekretaris

Orang

Wakil Panitera

Orang

Panitera Muda Hukum

Orang

Panitera Muda Gugatan

Orang

Panitera Muda Permohonan

Orang

Panitera Pengganti

14 Orang

Jurusita/Jurusita Pengganti

11 Orang

Wakil Sekretaris

Orang

Kasubag Umum

Orang

Kasubag Kepegawaian

Orang

Kasubag Keuangan

Orang

Orang

b. Jumlah Tenaga Teknis dan Non Teknis

c. Jumlah Pejabat Struktural

d. Pelaksana

4.3.2 Program Utama dan Strategis


4.3.2.1 Program Utama
Dalam

menjalankan Tugas Pokok dan fungsinya sesuai visi misi

Pengadilan Agama Bandung ditentukan oleh Penyediaan Anggaran dari


Tahun ke Tahun melalui Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA). Pada
Tahun Anggaran 2010 Satuan Kerja Pengadilan Agama Bandung menerima
anggaran Rp. 3.175.071.000,- (Tiga Milyar Seratus tujuh puluh lima juta
IV-9

Universitas widyatama
Bab IV Analisis Kebutuhan Infrastruktur

tujuh puluh satu Ribu Rupiah ) yang didalamnya terdapat 3 (tiga) macam
program yang utama dengan pagu masing-masing sebagai berikut:
a) Program Penerapan Kepemerintahan
Yang Baik

Rp.

3.080.071.000,-

b) Program Peningkatan Kinerja Lembaga


Peradilan dan Lembaga Penegak
Hukum Lainnya

Rp.

50.000.000,-

c) Program Penegakkan Hukum dan HAM

Rp.

45.000.000,-

Jumlah

Rp.

3.175.071.000,-

4.3.2.2 Program Kegiatan Pokok


Dari Program yang utama sebagaiman tertuang dalam Daftar Isian
Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Pengadilan Agama Bandung Tahun Anggaran
2010 dalam pelaksanaannya diuraikan dalam beberapa kegiatan pokok yang
merupakan satu kesatuan dari Tugas Pokok dan Fungsi Satuan Kerja
Pengadilan Agama Bandung yaitu :
1.

Program Penerapan Kepemerintahan Yang Baik


Dari Program ini dengan Anggaran yang tersedia pada tahun 2010
dipergunakan untuk:
a.

Pembayaran Gaji dan Tunjangan untuk Pegawai.

b.

Untuk Penyelenggaraan Operasional Perkantoran diantaranya untuk


Pembelian ATK dan Anggaran Untuk Perjalanan Dinas.

2.

c.

Penyelenggaraan Perawatan Gedung Kantor.

d.

Penyelenggaraan Perawatan Sarana dan Prasarana Kantor

e.

Penyelenggaraan Tata usaha perkantoran, kearsipan;

Program Peningkatan Kinerja Lembaga Peradilan dan Lembaga Penegak


Hukum Lainnya
Dari Program ini dengan Anggaran yang tersedia pada tahun 2010
dipergunakan untuk:
a.

Pengadaan/Peningkatan Sarana dan Prasarana

b.

Kelancaran Administrasi Kegiatan.


IV-10

Universitas widyatama
Bab IV Analisis Kebutuhan Infrastruktur

3.

Program Penegakan Hukum dan HAM


Dari Program ini dengan Anggaran yang tersedia pada tahun 2010
dipergunakan untuk biaya Operasional Persidangan.

4.3.2.3 Rencana Strategis


Rencana Strategis (Renstra) Pengadilan Agama Bandung Tahun
Anggaran 2010 bertujuan untuk meningkatkan pembinaan aparatur peradilan
dengan menguraikan sasaran sebagai berikut :
1. Terwujudnya Profesionalisme Pelayanan aparatur yang netral, bersih dan
berwibawa.
2. Terwujudnya kualitas hubungan kerjasama antar instansi terkait.
3. Tersedianya sarana dan Prasarana sesuai dengan kebutuhan nyata
organisasi.
4. Terwujudnya disiplin aparatur peradilan.
Adapun indikator sasaran dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM).
b. Terjalinnya kerjasama.
c. Terpenuhinya Sarana dan Prasarana.
d. Meningkatkan disiplin aparatur.
4.3.2.4 Penetapan Kinerja Tahun 2011
Dalam

menjalankan Tugas Pokok dan fungsinya sesuai visi misi

Pengadilan Agama Bandung ditentukan oleh Penyediaan Anggaran dari Tahun


ke Tahun melalui Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA). Pada Tahun
Anggaran 2011 Satuan Kerja Pengadilan Agama Bandung menerima anggaran
Rp 3.922.928.000,- (Tiga Milyar sembilan ratus dua puluh dua juta sembilan
ratus dua puluh delapan ribu rupiah ) yang didalamnya terdapat 3 (tiga) macam
program yang utama dengan pagu masing-masing sebagai berikut:
1. Program Dukungan Manajemen Dan

Rp.

3.618.178.000,-

Rp.

107.050.000,-

Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya


2.

Program

Peningkatan

Sarana

Dan

Prasarana
IV-11

Universitas widyatama
Bab IV Analisis Kebutuhan Infrastruktur

3.

Program

Peningkatan

Managemen

Rp.

197.200.000,-

Jumlah

Rp.

3.922.428.000,-

Peradilan Agama

Dari Program yang utama sebagaimana tertuang dalam Daftar Isian


Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Pengadilan Agama Bandung Tahun Anggaran
2011 dalam pelaksanaannya diuraikan dalam beberapa kegiatan pokok yang
merupakan satu kesatuan dari Tugas Pokok dan Fungsi Satuan Kerja
Pengadilan Agama Bandung yaitu :
1. Program Dukungan Manajemen Dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya
Dari Program ini dengan Anggaran yang tersedia pada tahun 2011
direncanakan untuk:
a. Pembayaran Gaji dan Tunjangan.
b. Penyelenggaraan Operasional Dan Pemeliharaan Perkantoran.
c. Penyelenggaraan Koordinasi Dan Konsultasi.
2. Program Peningkatan Sarana Dan Prasarana
Dari Program ini dengan Anggaran yang tersedia pada tahun 2011
direncanakan untuk:
a. Pengadaan Alat Pengolah Data.
b. Pengembangan TI.
3. Program Peningkatan Managemen Peradilan Agama
Dari Program ini dengan Anggaran yang tersedia pada tahun 2011
direncanakan untuk penyelesaian Perkara.
4.3.3 Pengawasan Internal
Pengawasan, di Lingkungan Lembaga Peradilan mengacu pada Surat
Keputusan

Ketua

Mahkamah

KMA/SK/080/VIII/2006
Pelaksanaan

tanggal

Pengawasan

di

Agung
24

Republik

Agustus

Lingkungan

Indonesia

2006

tentang

Peradilan,

Nomor

Pedoman
Nomor

145/KMA/SK//SK/VIII/2007 tanggal 29 Agustus 2007 tentang Pemberlakuan


Buku IV Pedoman Pelaksanaan Pengawasan di Lingkungan Badan-badan
Peradilan dan KMA 71/KMA/SK/V/2008 tanggal 14 Mei 2008.

IV-12

Universitas widyatama
Bab IV Analisis Kebutuhan Infrastruktur

Pengawasan Internal merupakan pengawasan dari dalam lingkungan


peradilan sendiri yang mencakup 2 (dua) jenis pengawasan yaitu :
1. Pengawasan Melekat, yaitu serangkaian kegiatan yang bersifat pengendalian
yang terus menerus yang dilakukan oleh atasan langsung terhadap
bawahannya, secara preventif dan represif, agar pelaksanaan tugas bawahan
berjalan secara efektif dan efeisien sesuai dengan rencana kegiatan dan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
2.

Pengawasan Fungsional, yaitu pengawasan yang dilakukan oleh aparat


pengawasan yang khusus ditunjuk untuk melaksanakan tugas dalam satuan
kerja tersendiri yang diperlukan untuk itu di lingkungan peradilan,
pengawasan fungsional dilaksanakan oleh suatu Badan yaitu Badan
Pengawasan Mahkamah Agung Republik Indonesia.
Maksud dari pengawasan sendiri yaitu untuk memperoleh informasi

apakah penyelenggaraan teknis peradilan, pengelolaan administrasi peradilan


dan pelaksanaan tugas umum peradilan telah dilaksanakan sesuai dengan
rencana dan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan memperoleh
umpan balik bagi kebijaksanaan, perencanaan dan pelaksanaan tugas-tugas
peradilan serta mencegah terjadinya mal-administrasi dan ketidakefisiensian
penyelenggaraan peradilan juga untuk menilai kinerja.
Pengawasan sendiri dilaksanakan bertujuan untuk dapat mengetahui
kenyataan yang ada sebagai masukan dan bahan pertimbangan bagi pimpinan
untuk menentukan kebijakan dan tindakan yang diperlukan menyangkut
pelaksanaan tugas pengadilan, tingkah laku aparat pengadilan dan kinerja
pelayanan publik pengadilan.
Selain mempunyai maksud dan tujuan, pengawasan juga mempunyai
fungsi yang sangat penting bagi pelaksanaan tugas lembaga peradilan, yaitu
untuk menjaga agar tugas lembaga peradilan sesuai dengan rencana dan
ketentuan perundang-undangan yang berlaku, serta untuk mengendalikan agar
administrasi peradilan dikelola secara tertib sebagaimana mestinya dan aparat
peradilan melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya, juga berfungsi untuk
menjamin terwujudnya pelayanan publik yang baik bagi para pencari keadilan
IV-13

Universitas widyatama
Bab IV Analisis Kebutuhan Infrastruktur

yang meliputi: Kualitas putusan, waktu penyelesaian perkara yang cepat dan
biaya berperkara yang murah.
Kaitannya

dengan

hal

tersebut

Pengadilan

Agama

Bandung,

sebagaimana diamanatkan oleh Keputusan Ketua Mahkamah Agung Republik


Indonesia Nomor : KMA/080/SK/VIII/2006 tanggal 24 Agustus 2006 tentang
Pedoman Pelaksanaan Pengawasan di Lingkungan Lembaga Peradilan, dan
KMA Nomor : 145/KMA/SK//SK/VIII/2007 tanggal 29 Agustus 2007, telah
melaksanakan kegiatan dimaksud, dimana dalam pelaksanaan Pengawasan
tersebut yang menjadi Koordinator Pengawas adalah Wakil Ketua Pengadilan
Agama Bandung, dengan mengkoordinir seluruh Hakim yang menjadi Pengawas
Bidang.
Ketua Pengadilan Agama Bandung telah mengeluarkan Surat Keputusan
Tentang Penunjukan Hakim Pengawas Bidang yakni sebagai berikut :
1. Surat Keputusan Ketua Pengadilan Agama Bandung Nomor : W10-A1/
4610/PS.00/XI/2011 tanggal 30 Nopember 2011 yang susunannya adalah
sebagai berikut :
Tabel 4.1 SK Ketua Pengadilan Agama Bandung
No.

N a m a

Jabatan

Hakim Pengawas
Bidang

1
1.

Drs. Enas Nasai, SH.

Wakil Ketua

Koordinator

NIP. 19560804 198403 1 001

Pengadilan Agama

Pengawasan

Bandung
2.

3.

Drs. SafeI Agustian.


NIP. 19680813 199403 1 002

Wakil Sekretaris

Drs. H. Abdul Fatah, SH.

Hakim PA.

NIP. 195010051981031002

Bandung

Sekretaris

Bidang Pola Bindalmin

IV-14

Universitas widyatama
Bab IV Analisis Kebutuhan Infrastruktur

4.

5.

Drs. Muhadir, SH.

Hakim PA.

Bidang Administrasi

NIP. 195810101983031008

Bandung

Umum

Hakim PA.

Bidang Gugatan dan

Bandung

Permohonan

Drs. Mohamad Jumhari, SH.MH


NIP. 196610281993031003

Pelaksanaan Pengawasan yang telah berjalan di Pengadilan Agama


Bandung telah secara rutin/reguler per Triwulan Tim Kimwasbid
melaksanakan

pengawasan sesuai bidang masing-masing sebagaimana

surat

Pengadilan

Ketua

Tinggi

Agama

Bandung

Nomor

PTA.i/K/HK.03.4/1908/2006 tanggal 6 Desember 2006, yang antara lain


telah melakukan pengawasan secara komprehensip terhadap seluruh aspek
penyelenggaraan peradilan, yang meliputi pelaksanaan tugas pokok di
lingkungan Kepaniteraan yang mencakup administrasi persidangan dan
administrasi

perkara,

dan

pelaksanaan

tugas

pokok

dilingkungan

kesekretariatan mencakup Administrasi Kepegawaian, Keuangan, Inventaris


serta Administrasi Umum, juga evaluasi atas penyelenggaraan manajemen
peradilan, kepemimpinan, kinerja lembaga peradilan dan kualitas pelayanan
publik, yang mana hasil dalam pengawasan tersebut dituangkan dalam
bentuk laporan tertulis dari koordinator Hakim Pengawas Bidang yaitu
Wakil Ketua kepada Ketua Pemgadilan Agama Bandung untuk disampaikan
kepada Ketua Pemngadilan Agama Bandung selama IV Triwulan yang
memuat uraian pendahuluan, rekomendasi dan lampiran-lampiran.

4.3.4

Pembinaan dan Pengelolaan

4.3.4.1 Sumber Daya Manusia (SDM)


Perubahan suatu business process sebagai akibat dari modernisasi
memerlukan rekrutmen tenaga baru dan peningkatan keahlian SDM untuk
ditempatkan pada proses yang baru. Sementara itu, pihak yang tidak dapat
diakomodasi pada proses yang baru harus direlokasi ke posisi lain yang
lebih sesuai dengan keahlian mereka. Berdasarkan uraian di atas, ada 2
(dua) kebutuhan utama, yaitu: peningkatan literasi TI dan standardisasi
IV-15

Universitas widyatama
Bab IV Analisis Kebutuhan Infrastruktur

pemahaman sistem kerja. Seluruh proses peningkatan kapasitas SDM


tersebut harus sudah dapat diselesaikan pada Tahun 2015. Dalam jumlah
Sumber Daya manusia Pengadilan Agama Bandung terdapat formasi SDM
secara keseluruhan yang tertera pada Lampiran.

4.3.5 Bisnis Layanan / (Function Catalog)


Tabel 4.2 Bisnis Layanan
No.
Uraian Bisnis
1 Perceraian

Waris

Hibah

Wasiat

4.3.6

Keterangan
Hal-hal yang diatur dalam atau
berdasarkan undang-undang mengenai
perceraian yang berlaku yang dilakukan
menurut syariah.
Penentuan siapa yang menjadi ahli
waris, penentuan mengenai harta
peninggalan, penentuan bagian masingmasing ahli waris, dan melaksanakan
pembagian harta peninggalan.
Perbuatan
seseorang
memberikan
sesuatu benda atau manfaat kepada
orang lain atau lembaga/badan hukum,
yang berlaku setelah yang memberi
tersebut meninggal dunia;
Pemberian suatu benda secara sukarela
dan tanpa imbalan dari seseorang atau
badan hukum untuk dimiliki

Proses Perkara
Tabel 4.3 Proses Perkara

No
1
2
3

Uraian Proses
Pengajuan Perkara
Persidangan Perkara
Administrasi Umum

Role
Administrasi
Hakim
Resepsionis

IV-16

Universitas widyatama
Bab IV Analisis Kebutuhan Infrastruktur

4.3.7

Bisnis Interaksi
Tabel 4.4 Bisnis Interaksi

Panitera/Sekretaris

Wakil Sekretaris

a. Mengatur pembagian tugas para Hakim

R/A

b. Mengadakan
pengawasan
dan
pelaksanaan tugas dan tingkah laku
Hakim, Panitera/sekretaris, Pejabat
Struktural dan Fungsional, serta
perangkat Administrasi peradilan di
daerah hukumnya

R/A

R/A

R/A

R/A

R/A

R/A

c. Menjaga
agar
penyelenggaraan
peradilan terselenggara dengan wajar
dan seksama
d. Melaksanakan
tugas
kekuasaan
kehakiman di daerah hukumnya
e. Bertugas
menyelenggarakan
administrasi perkara, dan mengatur
tugas Wakil Panitera, para Panitera
Muda, Panitera Pengganti, serta seluruh
pelaksana di bagian tekhnis Pengadilan
f. Panitera, Wakil Panitera, Panitera Muda
dan Panitera Pengganti bertugas
membantu Hakim dengan mengikuti
dan mencatat jalannya persidangan
g. Membuat daftar perkara-perkara yang
diterima di Kepaniteraan
h. Membuat salinan putusan menurut
ketentuan undang-undang yang berlaku
i. Bertanggung jawab atas pengurusan
berkas perkara, putusan, dokumen, akta,
buku daftar, biaya perkara, uang titipan
pihak ketiga, surat-surat berharga,
barang bukti dan surat-surat lainnya
yang disimpan di kepaniteraan

Pimpinan

Majelis Hakim


Jabatan



Aktifitas

IV-17

Universitas widyatama
Bab IV Analisis Kebutuhan Infrastruktur

j. Bertugas
menyelenggarakan
administarsi Kesekretariatan, mengatur
tugas Wakil Sekretaris , para Kepala
Sub Bagian, Pegawai administrasi, serta
seluruh
pelaksana
di
bagian
Kesekretariatan Pengadilan
k. Selaku Kuasa Pengguna Barang
bertanggung jawab atas keberadaan dan
pemanfaatan barang milik negara
l. Selaku Kuasa Pengguna Anggaran
bertanggung jawab atas penggunaan
anggaran
m. Membantu Panitera/Sekretaris dalam
melaksanakan
tugas
di
bidang
Administrasi
Kesekretariatan
dan
mengkoordinir tugas-tugas Kepala Sub
Bagian Umum, Kepegawaian dan
Keuangan
n. Mengatur pembagian tugas para Hakim

R/A

R/A

a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

Pembagian tugas hakim


Pengawasan dan pelaksanaan tugas
Penyelenggaraan peradilan
Melaksanakan tugas kekuasaan kehakiman
Menyelenggarakan administrasi perkara,
Membuat salinan putusan
Bertanggung jawab atas pengurusan berkas
perkara,
h. Bertugas menyelenggarakan administarsi.

Panitera/Sekretari
s
Wakil Sekretaris

Tabel 4.5 Actor/role Matrix



Peranan



Aktor

Majelis Hakim

Actor/Role Matrix dengan menggunakan Metode RACI Matrix

Pimpinan

4.3.8

R/A
A
C I
R/A
-
- -
R
C
I I
R/A
C
I I
R
R/A I I
C
R/A R A
C
R

R/A R
R

I
I

IV-18

Universitas widyatama
Bab IV Analisis Kebutuhan Infrastruktur

Keterangan Tabel 4.4 dan 4.5 :


Responsible (R)
Bertanggung jawab untuk Melaksanakan jawaban atas keputusan tersebut.
Accountable (A)
Berwenang untuk menyetujui jawaban atas keputusan tersebut.
Consulted (C)
Mereka yang pendapatnya banyak dicari, dan dengan siapa ada
komunikasi dua arah.
Informed (I)
Mereka yang diberitahu setelah keputusan dibuat, dan dengan siapa ada
komunikasi satu arah.

4.3.9

Bisnis Layanan/Diagram Informasi

1). Flow Chart Perceraian


Start

Surat
Panggilan
Sidang

Pendaftaran
Gugatan
Perceraian

sidang
Kelengkapan
Berkas

Sidang Jawaban

sidang Replik

Sidang
pembuktian &
Saksi tergugat

Sidang
Pembuktian &
Saksi Penggugat

Sidang Duplik

Sidang Putusan

Stop

Gambar 4.6 Flow Chart Perceraian


Bahwa ketentuan yg mengatur tentang proses cerai untuk agama
Islam ada di Kompilasi Hukum Islam (KHI). Berikut langkah-langkah
proses perceraian di Pengadilan:
1. Mempersiapkan berkas-berkas perceraian (buku nikah, akta kelahiran
anak-anak, kartu keluarga, KTP).
IV-19

Universitas widyatama
Bab IV Analisis Kebutuhan Infrastruktur

2. Membuat (surat) gugatan.


3. Mendaftarkan gugatan di Pengadilan Agama Berwenang.
4. Menunggu surat panggilan sidang dari Pengadilan Agama.
5. Menghadiri persidangan di Pengadilan Agama.
6. Samapai proses putusan.
2). Flow Chart Waris
Start

Pendaftaran

Surat Panggilan
Ahli Waris

Mediasi

Tidak
Validasi Data

Ya
Sidang Pembuktian
Data

Sidang Putusan

Stop

Gambar 4.7 Flow Chart waris


Sebelum diadakan penentuan waris, perlu diadakan mediasi, dimana
mediasi ini ditunjuk satu orang mediator dari salah satu hakim di Pengadilan
Agama tersebut. Umumnya mediasi dilakukan sebanyak 2 kali, dan
dilaksanakan di ruangan khusus. Setelah dilakukannya mediasi maka
pembuktian harus dibuktikan sesuai bukti-bukti yang ada dan sampai
putusan bias diputuskan oleh majelis hakim.

IV-20

Universitas widyatama
Bab IV Analisis Kebutuhan Infrastruktur

3). Flow Chart Hibah


Start

Proses Entry data

Proses Cetak

Serah Terima

Dokumen Bukti

Proses Validasi

Stop

Gambar 4.8 Flow Chart Hibah


Pada hibah saat proses memasukkan data di lakukan pencetakan dan
dibuatkan dokumen untuk bukti setelah itu dilakukan serah terima dan
proses validasi hingga mencapai suatu kcocokan dokumen.
4). Flow Chart Wasiat
Start

Pendaftaran

Penyerahan Bukti
Surat

Proses Validasi

Penyerahan
Tanda Bukti

Stop

Gambar 4.9 Flow Chart Wasiat


Pada Proses Wasiat diperlukan pengumpulan dan penyerahan suratsurat yang sudah diwasiatkan sebagai barang bukti. Setelah penyerahan
surat-surat wasiat maka dilakukan proses validasi. Pada proses validasi
diperlukan pengecekan secara jelas karena sesudah proses validasi
IV-21

Universitas widyatama
Bab IV Analisis Kebutuhan Infrastruktur

dilakukan maka dilakukan proses tanda bukti. Proses inilah akhir dari proses
pengajuan wasiat.
4.3.10 Use Case Diagram
Pendaftaran
Perkara
Pembayaran
Perkara

Penyerahan
Berkas

Persidangan

Include

Include

Hakim

Masyarakat
Putusan
Perkara

Mediasi

Panitera

Gambar 4.10 Flow Chart Use Case Proses Pengajuan Perkara Pengadilan
Agama Bandung
Bagi yg belum pernah atau tidak biasa ke pengadilan, maka di
Pengadilan Agama dapat menanyakan informasi, walaupun kurang
informatif, namun disediakan meja khusus untuk informasi.
Setelah mendapatkan informasi yg diinginkan, maka selanjutnya
untuk alur proses pendaftaran dilakukan di ruangan administrasi. Di ruangan
administrasi ini dilakukan transaksi pembayaran pendaftaran gugatan dan
pembayaran biaya panggilan sidang. Setelah mendaftam maka dilakukan
proses pePerlu diadakan mediasi, dimana mediasi ini ditunjuk satu orang
mediator dari salah satu hakim di Pengadilan Agama tersebut. Umumnya
mediasi dilakukan sebanyak 2 kali, dan dilaksanakan di ruangan khusus.
Dalam proses mediasi akan ditentukan oleh Panitera, apabila proses mediasi
gagal maka dilakukan persidangan. Persidangan ini akan dipimpin dan
diputuskan oleh Hakim.

IV-22

Universitas widyatama
Bab IV Analisis Kebutuhan Infrastruktur

4.3.11 Kegiatan di Pengadilan Agama (Event Catalog)


Tabel 4.6 Event Pengadilan Agama

Kegiatan

Keterangan

Pembagian Tugas

Ketua mengatur pembagian tugas para Hakim,


membagikan berkas perkara dan surat-surat lain
yang berhubungan dengan perkara yang
diajukan kepada Majelis Hakim untuk
diselesaikan.
Mengadakan pengawasan dan pelaksanaan tugas
dan tingkah laku Hakim, Panitera/sekretaris,
Pejabat Struktural dan Fungsional, serta
perangkat Administrasi peradilan di daerah
hukumnya.
Panitera
bertugas
menyelenggarakan
administrasi perkara, dan mengatur tugas Wakil
Panitera, para Panitera Muda, Panitera
Pengganti, serta seluruh pelaksana di bagian
tekhnis Pengadilan Agama Bandung.
Panitera, Wakil Panitera, Panitera Muda dan
Panitera Pengganti bertugas membantu Hakim
dengan mengikuti dan mencatat jalannya
persidangan.
Panitera membuat daftar perkara-perkara yang
diterima di Kepaniteraan.
Panitera membuat salinan putusan menurut
ketentuan undang-undang yang berlaku.
Panitera bertanggung jawab atas pengurusan
berkas perkara, putusan, dokumen, akta, buku
daftar, biaya perkara, uang titipan pihak ketiga,
surat-surat berharga, barang bukti dan suratsurat lainnya yang disimpan di kepaniteraan.
Panitera
sebagai
Sekretaris
bertugas
menyelenggarakan administarsi Kesekretariatan,
mengatur tugas Wakil Sekretaris , para Kepala
Sub Bagian, Pegawai administrasi, serta seluruh
pelaksana di bagian Kesekretariatan Pengadilan
Agama Bandung.
Wakil Sekretaris membantu Panitera / Sekretaris
dalam melaksanakan tugas di bidang
Administrasi
Kesekretariatan
dan
mengkoordinir tugas-tugas Kepala Sub Bagian
Umum, Kepegawaian dan Keuangan.

Mengadakan Pengawasan

Administrasi Perkara

Pencatatan

Membuat Daftar Perkarai.


Membuat Salinan
j.
Putusan
Bertanggung jawab Atas k.
Pengurusan Berkas

Penyelenggaraan
l.
Aplikasi Kesekretariatan

Bertanggung jawab Atas 5.


BMN

IV-23

Universitas widyatama
Bab IV Analisis Kebutuhan Infrastruktur

4.4

Pengembangan Phase C (Arsitektur Sistem Informasi)


A. Arsitektur Data
4.4.1 Data Komponen
Table 4.7 Data komponen
Entitas

Atribut
- Id_Pimpinan
- Nama
- Pengawasan
- Pembagian_Berkas
- Id_hakim
- Nama
- Tugas_Kehakiman
- Id_Panitera
- Nama
- Administrasi
- Pencatatan
- Daftar_Perkara
- Salinan_Putusan
- Pengurusan_Berkas
- Id_Wasek
- Nama
- Membantu_Panitera

Pimpinan Pengadilan Agama

Majelis Hakim

Panitera/sekretaris

Wakil sekretaris
4.4.2 Entitas Data/Matrix Fungsi Bisnis

Tabel 4.8 Entitas Data


Peranan

Fungsi
Bisnis

Ketua Dan
Wakil

Majelis
Hakim

Panitera /
sekretaris

Wakil
Sekretaris
Membantu
Panitera/Sekreta
ris dalam bidang
Administrasi
Membuat
salinan ahli
waris
Serah terima
tanda bukti
dokumen
Penyimpanan
berkas

Mengatur
pembagian
tugas para
Hakim.
Pengesahan
Berkas

Memimpin
Sidang

Menyelenggara
kan administrasi
perkara.

Memimpin
Sidang

Hibah

Pengesahan

Menyetujui

Membuat
putusan ahli
waris
Validasi
dokumen

Wasiat

Pengesahan

Menyetujui

Perceraian

Waris

Validasi
dokumen

IV-24

Universitas widyatama
Bab IV Analisis Kebutuhan Infrastruktur

4.4.3 Diagram Data Logis


Tugas
Kehakiman
Nama

Id_Pimpinan

Id_Pelaksanaan
tugas

Id_Berkas

Pimpinan PA

Id_hakim

Nama

Majelis
Hakim

Pengawasan

Pembagian
_Berkas

Pengawasan

Id_Tugas
Pembagian
Tugas

Membantu 2

Id_Berkas
Id_Wasek

Id_Putusan

Id_Laporan
Perkara
Id_Panitera

Wakil
Sekretaris

Panitera
Sekretaris

Membantu 1

Nama

Id_Administrasi
Administrasi

Nama

Membantu
Panitera

Pengurusan
berkas

Id_Putusan
Pencatatan
Daftar
Perkara

Salinan
Putusan

Gambar 4.11 Data Logis Pengadilan Agama


Pada prinsipnya, model data logis terdiri dari diagram (a data logis
Struktur Diagram atau Diagram Entity) menunjukkan entitas bisnis, dan
mereka antar-hubungan, nama-nama hubungan dan kardinalitas yaitu setiap
pelaku kepentingan dapat menempatkan satu atau lebih perintah.

B. Arsitektur Aplikasi
4.4.4 Aplikasi Portofolio
Aplikasi Sistem Administrasi Perkara pada tingkat pertama disingkat
SIADPA adalah bagian dari Sistem Administrasi Perkara (SIADPA). Arah
dan fungsi aplikasi ini adalah membantu dengan cepat penyalinan,
pembuatan dan pencetakan surat-surat dan dokumen-dokumen perkara
IV-25

Universitas widyatama
Bab IV Analisis Kebutuhan Infrastruktur

dengan rincian sebagai berikut:


1. Membantu petugas meja satu dalam penyalinan dan pembuatan surat
permohonan/gugatan, SKUM dan yang berkaitan dengan jenis surat
kuasa.
2. Membantu petugas meja dua, meja tiga dan para hakim dalam
pembuatan dan pencetakan PMH, P4, PHS, Relas-relas, Pemberitahuan,
Surat Pengantar dan dokumendokumen lainnya.
3. Membantu Panitera Pengganti, Hakim dan petugas yang diberi
wewenang dalam pembuatan dan pencetakan Berita Acara Persidangan,
Putusan , Penetapan dan Akta Cerai.
Aplikasi ini berfungsi sebagai input awal sampai akhir proses
perkara tingkat pertama dan sebagai input otomatis untuk Aplikasi
keuangan, Register dan Pelaporan Perkara. Aplikasi ini adalah solusi
dokumen, karena data yang diolah lebih dari 500 jenis dokumen yang harus
dicetak dikertas (hard copy). Aplikasi ini dibangun dengan memanfaatkan
MS-Word sebagai halaman pencetakan yang berbasis grafis. Petugas yang
Terlibat sebagai berikut :
1. Meja I
2. Meja II
3. Panitera & Panitera Pengganti
4. Majelis Hakim.

IV-26

Universitas widyatama
Bab IV Analisis Kebutuhan Infrastruktur

4.4.5 Antar Muka Aplikasi SIADPA

m. Pastikan aplikasi sudah dipasang (installed), Klik


Icon SIADPA yang telah ditaruh di Desktop anda, lalu
tunggu beberapa saat sampai muncul halaman LOGIN
MASUK.

n.
Isikan Nama user hingga benar (meja1) serta
password hingga benar, klik OK atau tekan <Enter>.
Tunggu sebentar hingga Aplikasi SIADPA
ditampilkan.
o.
Akan Muncul Aplikasi SIADPA, pastikan
pada posisi tingkat pertama. Menu Aplikasi tersedia
dalam bentuk pulldown dengan gambar aplikasi
seperti terlihat berikut:

IV-27

Universitas widyatama
Bab IV Analisis Kebutuhan Infrastruktur

Gambar 4.12 Antar muka Halaman Utama


Terdapat

sejumlah

komponen-komponen

serta

modul-modul

transparansi peradilan yang dapat diunduh secara bebas di dunia maya


kemudian dipasang pada CMS Joomla (program pembangun web yang
mendominasi website peradilan di Indonesia). Hal inilah yang mendorong
Pengadilan Tinggi Agama Bandung untuk menerbitkan sebuah buku
pedoman yang dapat dijadikan sebagai acuan dan pedoman dalam
menjalankan aplikasi SIADPA bagi seluruh Peradilan Agama dalam
wilayah hukum Pengadilan Tinggi Agama Bandung.

IV-28

Universitas widyatama
Bab IV Analisis Kebutuhan Infrastruktur

4.4.6 Aplikasi/Organisasi matrix

Penyelesaian



Peranan

Penerimaan

4.4.7 Peranan/Aplikasi Matrix


Tabel 4.9 Aplikasi Matrix

Aplikasi

Persidangan

Gambar 4.13 Aplikasi/Organisasi Matrix SIADPA

Pimpinan
-
-
V
Majelis Hakim
-
V
-
Panitera
-
-
V
Sekretaris
V
-
-
Wakil Sekretaris
v
-
-
Pada aplikasi SIADPA terdapat adanya suatu keterkaitan dengan
Stakeholder Pengadilan Agama. Hal ini bias dilihat pada table 4.10 antara
satu dengan yang lainnya.
4.4.8 Aplikasi/Fungsi Matrix
Tabel 4.10 Aplikasi/Fungsi Matrix
No.
MENU
KETERAGAN
1.
PENERIMAAN
Menu utama digunakan untuk
DAN PERSIAPAN menerima perkara dan
SIDANG
mempersiapkan siding
1.1
Pendaftaran
Mencatat dan mencetak gugatan dan
IV-29

Universitas widyatama
Bab IV Analisis Kebutuhan Infrastruktur

1.2

SKUM

1.3
1.4

Catatan Hari Sidang


Surat Penetapan

1.5

Kuasa

1.6

Relas Panggilan

1.7

Sita

2.

PERSIDANGAN

2.1

Relas Ulang

2.2

Pemberitahuan

2.3

BAP

2.4

Putusan

2.5
2.6

Amar
Tegoran & Coret

3.
3.1

PENYELESAIAN
PERKARA
Penetapan

3.2

Relas Ikrar

3.3

BAP ikrar

3.4

PBT AMBIL AC

3.5

PBT PENETAPAN

permohonan
Membuat dan mencetak Surat Kuasa
Untuk Membayar
Membuat dan mencetak Catatan Sidang
Membuat dan mencetak PMH, PHS dan
P4
Membuat dan mencetak Surat Kuasa
Khusus, Surat sebagai Kuasa, Srurat
Pend.idikan Kuasa, Srat Ijin Kuasa dan
Legalisasi
Buat dan Cetak Relas Inter Pe, Ter,
Media Masa, SP ke PA Lain, Via
Dubes, SP Dubes dan Pembrt PNS
Buat dan Cetak Penetapan Sita,
Pembrthn Sita dan BAP Sita
Menu Utama untuk memproses
pelaksanaan Sidang
Buat dan cetak panggilan ulang dan SP
Ulang PA lain
Buat dan cetak PBT Isi Putusan Inter
Pe, Ter, Via Dubes, SP Dubes, SP ke
PA Lain dan Via Bupati
Buat dan Cetak BAP Lgsg Putus, BAP
Lanjutan Pertama, BAP Lanjutan, BAP
Lanjutan Lgsg Putus
Buat dan Cetak Putusan sesuai dengan
jenisnya
Isi dan Cetak instrumen amar putusan
Buat dan Cetak surat tegoran dan S. Ket
Coret
Menu Utama Penyelesaian suatu
perkara
Buat dan Cetak PHS Ikrar, Penetapan
Talak dan S. Penetapan Gugur
Buat dan cetak Relas Inter Pe, Ter, Via
Dubes, SP
Dubes, SP ke PA Lain dan Via Bupati
Buat dan Cetak BAP Lgsg Ikrar , BAP
Tunda 6 bulan, BAP Lanjutan Lgsg Ikrar
Buat dan Cetak BAP Lgsg Ikrar , BAP
Tunda 6 bulan, BAP Lanjutan Lgsg Ikrar
Buat dan Cetak Pemberitahuan Penetapan

IV-30

Universitas widyatama
Bab IV Analisis Kebutuhan Infrastruktur

4.4.9 Aplikasi Use-Case Diagram


System

System

Pendaftaran

Tegor & Coret

include

System
include

Penetapan

include

SKUM
include
PUTUSAN
Relas Ikrar

include
Catatan
Sidang

include
include
BAP

include

BAP Ikrar

Penetapan

include
Majelis
Hakim

Sekretaris
include

AMAR

Panitera
include

kuasa
include

PBT Ambil
AC

include
Relas

PBT

include
include
sita

include

Relas Ulang

include
PBT Ikrar

Gambar 4.14 Use-Case Aplikasi SIADPA


A. Definisi Aktor
No.
1.

2.
3.

Tabel 4.11 Definisi Aktor


Aktor
Deskripsi
Sekretaris
Menu utama digunakan untuk
menerima perkara dan
mempersiapkan siding
Majelis Hakim
Mencatat dan mencetak gugatan dan
permohonan
Panitera
Membuat dan mencetak Surat Kuasa
Untuk Membayar

IV-31

Universitas widyatama
Bab IV Analisis Kebutuhan Infrastruktur

B. Definisi Use-Case
i. Aktor Sekretaris
Tabel 4.12 Definisi Aktor Sekretaris
No. Use-Case
Deskripsi
1.
Pendaftaran
Mencatat dan mencetak gugatan dan
permohonan
2.
SKUM
Membuat dan mencetak Surat Kuasa
Untuk Membayar
3.
Catatan Hari
Membuat dan mencetak Catatan
Sidang
Sidang
4.
Surat Penetapan
Membuat dan mencetak PMH, PHS
dan P4
5.
Kuasa
Membuat dan mencetak Surat Kuasa
Khusus, Surat sebagai Kuasa, Srurat
Pend.idikan Kuasa, Srat Ijin Kuasa
dan Legalisasi
6.
Relaas Panggilan
Buat dan Cetak Relas Inter Pe, Ter,
Media Masa, SP ke PA Lain, Via
Dubes, SP Dubes dan Pembrt PNS
7.
Sita
Buat dan Cetak Penetapan Sita,
Pembrthn Sita dan BAP Sita
ii. Aktor Majelis Hakim
Tabel 4.13 Definisi Aktor Majelis Hakim
No. Use-Case
Deskripsi
1.

Relas Ulang

2.

Pemberitahuan

3.

BAP

4.

Putusan

5.

Amar

6.

Tegoran & Coret

Buat dan cetak panggilan ulang dan


SP Ulang PA lain
Buat dan cetak PBT Isi Putusan Inter
Pe, Ter, Via Dubes, SP Dubes, SP ke
PA Lain dan Via Bupati
Buat dan Cetak BAP Lgsg Putus,
BAP Lanjutan Pertama, BAP
Lanjutan, BAP Lanjutan Lgsg Putus
Buat dan Cetak Putusan sesuai
dengan jenisnya
Isi dan Cetak instrumen amar
putusan
Buat dan Cetak surat tegoran dan S.
Ket Coret

IV-32

Universitas widyatama
Bab IV Analisis Kebutuhan Infrastruktur

iii. Aktor Panitera


Tabel 4.14 Definisi Aktor Panitera
No. Use-Case
Deskripsi

4.5

1.

Penetapan

2.

Relas Ikrar

3.

BAP ikrar

4.

PBT AMBIL AC

5.

PBT PENETAPAN

Buat dan Cetak PHS Ikrar, Penetapan


Talak dan S. Penetapan Gugur
Buat dan cetak Relas Inter Pe, Ter, Via
Dubes, SP
Dubes, SP ke PA Lain dan Via Bupati
Buat dan Cetak BAP Lgsg Ikrar , BAP
Tunda 6 bulan, BAP Lanjutan Lgsg
Ikrar
Buat dan Cetak BAP Lgsg Ikrar , BAP
Tunda 6 bulan, BAP Lanjutan Lgsg
Ikrar
Buat dan Cetak Pemberitahuan
Penetapan

Pengembangan Phase D (Arsitektur teknologi)


4.5.1 Standar Teknologi
Dalam perkembangannya, sama-sama kita ketahui bahwa sains dan
teknologi telah semakin canggih, modern dan berkembang cepat, oleh
karenanya harus diimbangi dengan kualitas sumber daya manusia (SDM).
Demikian ini, disebabkan sains lahir dari pemikiran dan kreatifitas para
ilmuwan yang mempengaruhi kemajuan teknologi, sehingga harus diikuti
oleh orang yang memahami dan mau melanjutkan hasil pemikiran dan
kreatifitas tadi. Dengan alasan tersebut, dapat disimpulkan antara sains,
teknologi dan manusia mempunyai hubungan kausalitas yang bersifat
positif, sangat erat dan saling menguntungkan. Arti penting dari daya guna
teknologi adalah untuk mempermudah semua aktivitas dan kegiatan
manusia agar tujuannya tercapai. Misalnya, manusia baik per-orangan
maupun melalui organisasinya menggunakan teknologi informatika dalam
memperoleh pengetahuan, informasi, serta menerapkan manajemen dan
administrasinya seefektif dan seefisien mungkin.
Contoh diatas pun berlaku di lembaga yudikatif (dalam hal ini
Mahkamah Konstitusi dan Mahkamah Agung beserta jajaran lembaga
peradilan lainnya). Pengadilan Agama saat ini telah menggunakan media
internet untuk menyampaikan informasi-informasi (termasuk Sistem
IV-33

Universitas widyatama
Bab IV Analisis Kebutuhan Infrastruktur

Administrasi Perkara pada tingkat pertama disingkat SIADPA) dan


mensosialisasikan agenda-agenda reformasi yang dituangkan dalam cetak
biru (blue print) kepada khalayak umum melalui situsnya yakni www.pabandung.go.id. Salah satu agenda tersebut adalah membuat program kerja
dan kelompok kerja teknologi informasi tahun 2012, yaitu :
a. Menyediakan informasi yang akurat mengenai perkara yang ada di
PA kepada PA dan publik.
b. Meningkatkan transparansi peradilan melalui penyediaan webside
yang mampu untuk menyampaikan informasi mengenai putusan PA
dan informasi penting lainnya.
c. Mendukung sistem TI PA melalui penyediaan infrastruktur TI yang
handal dan penyediaan tenaga ahli teknis TI yang terlatih
Meningkatkan akuntabilitas keuangan MA dan lebih jauh lagi
memperkuat infrastruktur TI di PA.
4.5.2 Aliran Informasi Antar Sistem Aplikasi
Aliran informasi antara sistem aplikasi merupakan sebuah model yang
menggambarkan proses transformasi informasi antara sistem aplikasi yang
telah dirancang pada sub bab arsitektur aplikasi, aliran informasi antara
sistem aplikasi digambarkan pada Gambar dibawah ini :
PC/Laptop

Dekstop Pengadilan agama Bandung

Perceraian

Waris

Hibah

Wasiat

Aplikasi SIADPA

Gambar 4.15 Aliran Informasi Antar Sistem Aplikasi


IV-34

Universitas widyatama
Bab IV Analisis Kebutuhan Infrastruktur

4.6

Enterprise Tingkat Kematangan Proses Arsitektur


Pada proses kematangan arsitektur menunjukkan karakteristik yang
terperinci dari tingkat kematangan arsitektur perusahaan yang diterapkan
pada masing-masing sembilan elemen. Misalnya, Lantai 3: Defined, jumlah
titik 8 (pemerintahan didokumentasikan eksplisit mayoritas investasi TI)
menunjukkan Tingkat Kematangan negara 3 untuk Elemen 8 (Arsitektur
Tata). Berikut tingkat kematangan dari tingkat level 0 sampai ke level 5.
Tabel 4.15 Maturity Model

Level 0

Level 1

Level 2

Level 3

Level 4 (

Level 5

(Tidak

(Awal)

(Pengembangan) (Penetapan)

Pengelolaan) (Pengukuran)

Tidak

Tidak ada

TI visi, prinsip,

Arsitektur

Proses

Bersama upaya

ada

proses

hubungan bisnis,

didefinisikan

arsitektur

untuk

enterprise

arsitektur

baseline, dan

dengan baik dan

Enterprise

mengoptimalkan

arsitektur

terpadu di

Arsitektur Sasaran

dikomunikasikan

adalah bagian

dan terus

seluruh

diidentifikasi.

kepada staf TI

dari budaya.

meningkatkan

teknologi

Arsitektur standar

dan manajemen

Kualitas metrik

proses arsitektur.

atau proses

ada, tetapi tidak

bisnis dengan unit

terkait dengan

bisnis.

harus terkait dengan

operasi TI

proses arsitektur

Kesuksesan

Arsitektur Target.

tanggung jawab.

ditangkap.

tergantung

Model Referensi

Proses ini

pada usaha

Teknis (TRM) dan

sebagian besar

individu.

kerangka Standar

diikuti.

ada)

Profil.
Proses

Pemerintahan sebuah

Gap analisis dan

Tim manajemen

Sebuah standar

enterprise

standar arsitektur dan

Rencana Migrasi

senior yang

dan proses

arsitektur,

beberapa kepatuhan

selesai.

terlibat

keringanan

dokumentasi,

terhadap Standar

Sepenuhnya

langsung dalam

digunakan untuk

dan standar

Profil yang ada.

dikembangkan

proses

meningkatkan

yang

TRM dan Profil

peninjauan

proses

ditetapkan

Standar. TI tujuan

pengembangan

IV-35

Universitas widyatama
Bab IV Analisis Kebutuhan Infrastruktur

oleh berbagai

dan metode yang

cara ad hoc

diidentifikasi.

arsitektur.

arsitektur.

dan lokal
maupun
informal.
implisit

Eksplisit keterkaitan

Arsitektur

Unit operasi

Manajemen

hubungan

dengan strategi

enterprise

seluruh

senior

untuk strategi

bisnis.

terintegrasi

menerima dan

keterlibatan

bisnis atau

dengan

aktif

dalam

driver bisnis.

perencanaan

berpartisipasi

mengoptimalkan

modal dan

dalam proses

perbaikan proses

pengendalian

arsitektur

dalam

investasi

enterprise.

pengembangan
arsitektur dan
tata
pemerintahan.

Terbatasnya

Manajemen

Tim manajemen

Dokumen

Umpan balik

kesadaran

kesadaran upaya

senior menyadari

Arsitektur

pada proses

atau

arsitektur.

dan mendukung

diperbarui

arsitektur dari

keterlibatan

proses arsitektur

secara teratur,

semua elemen

manajemen tim

enterprise-wide.

dan sering

unit operasi

dalam proses

Manajemen

ditelaah untuk

digunakan untuk

arsitektur.

secara aktif

perkembangan

mendorong

mendukung

arsitektur

perbaikan proses

standar arsitektur.

terbaru /

arsitektur.

standar.
Operasi Unit

Tanggung Jawab

Sebagian besar

Kinerja metrik

Dokumen

Terbatas

ditugaskan dan

unsur penerimaan

terkait dengan

Arsitektur

penerimaan

bekerja sedang

menunjukkan

keamanan TI

digunakan oleh

dari proses

berlangsung.

operasi unit atau

arsitektur

setiap pembuat

arsitektur

secara aktif

ditangkap.

keputusan dalam

enterprise.

berpartisipasi

organisasi untuk

dalam proses

setiap keputusan

arsitektur

bisnis yang
berkaitan dengan

IV-36

Universitas widyatama
Bab IV Analisis Kebutuhan Infrastruktur

enterprise.

IT.

Versi terbaru

Eksplisit

Eksplisit

Umpan balik dari

dari

didokumentasikan

pemerintahan

metrik keamanan

dokumentasi

pemerintahan

dari semua

IT arsitektur

arsitektur

mayoritas

investasi TI.

digunakan untuk

unit operasi

investasi TI.

Proses formal

mendorong

perusahaan

untuk

perbaikan

adalah di

mengelola

arsitektur proses.

web.

variasi umpan

Komunikasi

balik ke dalam

Hanya ada

arsitektur

sedikit

perusahaan.

tentang
proses
arsitektur
perusahaan
dan proses
perbaikan.
TI

TI arsitektur

Semua

pertimbangan

keamanan telah

direncanakan TI

keamanan ad

mendefinisikan peran

akuisisi dan

hoc.

dan tanggung jawab.

pembelian
dipandu dan
diatur oleh
arsitektur
perusahaan.

Tidak ada
pemerintahan
yang
eksplisit dari
standar
arsitektur.

IV-37

Universitas widyatama
Bab IV Analisis Kebutuhan Infrastruktur

Tabel 4.16 Hasil Pengukuran berdasarkan


Maturity Model
Arsitektur
Arsitektur Visi

Tingkat Kematangan
(Maturity Level)
Level 2: Pengembangan
(Under Development)

Arsitektur Bisnis

Level 2: Pengembangan
(Under Development)

Arsitektur SI

Level 1: Awal (Initial)

Keterangan
Tersedianya Solution
Concept yang mencakup
keterkaitan antara bagianbagian yang berbeda.
Terjabarkannya Arsitektur
Organisasi dengan definisi
dan prinsip-prinsip terkait.
Adanya kesadaran dan
keterlibatan pihak
manajemen dan Stake
Holder terhadap proses
arsitektur.
Terjabarkannya Rencana
Strategis secara jelas.
Tersedianya anggaran
Program Dukungan
Manajemen dan
Pelaksanaan Tugas Teknis
Lainnya, serta keterlibatan
manajemen dalam proses
arsitektur.
Adanya program
Pembinaan dan
Pengelolaan SDM.
Tersedianya Katalog
Fungsi.
Sedikitnya komunikasi
antara proses arsitektur
yang ada dan perbaikan
proses yang
memungkinkan.
Minimnya keterkaitan dan
komunikasi antar-strategi
bisnis.
Proses dan pengembangan
Arsitektur SI yang masih
ad hoc dan tidak global,
demikian pula dengan
dokumentasi dan standard
yang masih informal.
Distribusi informasi yang
masih belum merata ke
IV-38

Universitas widyatama
Bab IV Analisis Kebutuhan Infrastruktur

Arsitektur TI

4.7

seluruh bagian.
Proses dan pengembangan
Arsitektur IT masih
bersifat lokal belum
menyeluruh dan terpadu.
Keterlibatan dan
kesadaran tim manajemen
akan proses arsitektur IT
masih rendah
Strategi investasi dan
pengadaan dalam bidang
IT tidak mengacu pada
standard proses arsitektur
yang ada secara global.

Level 1: Awal (Initial)

Ringkasan
Enterprise Architecture adalah pemahaman tentang semua perbedaan
elemen yang mendukung pengembangan enterprise dan bagaimana elemenelemen tersebut berhubungan. Dalam pengembangan pemodelan arsitektur
enterprise dibutuhkan sebuah framework dengan harapan dapat mengelola
sistem yang komplek dan dapat menyelaraskan bisnis SI yang akan
dikembangkan. The Open Group Architecture Framework (TOGAF) adalah
arsitektur framework.
TOGAF menyediakan method dan tools untuk membangun,
mengelola

dan

mengimplementasikan

serta

pemeliharaan

arsitektur

enterprise. Elemen kunci dari TOGAF adalah Architecture Development


Method (ADM) yang meliputi beberapa tahapan yaitu Preliminary
Framework and Priciple, (Tahapan A) Architecture Vision, (Tahapan B)
Business Architecture, (Tahapan C) Information System Architecture,
(Tahapan D) Technology Architecture. Pada tahapan tersebut dijelaskan
tentang keadaan di Pengadilan Agama dan menghasilkan gap analisis yang
akan dibahas pada bab selanjutnya.

IV-39

Universitas widyatama
Bab V Rancangan dan Kerangka Kerja Infrastruktur

BAB V
RANCANGAN DAN KERANGKA KERJA INFRASTRUKTUR
5.1

Pendahuluan
Dalam bab V rancangan dan kerangka kerja infrastruktur akan membahas

proses untuk membangun arsitektur enterprise pada Pengadilan Agama Bandung.


Proses pembangunan tersebut dimulai dari analisa pada kondisi PA dan dapat
dilihat apa proses pengenalan objek yang dibahas di bab IV, yaitu Preliminary
Phase, Architecture vision, dan Businness Architecture dengan harapan proses
pengenalan obyek penelitian yaitu Pengadilan Agama dapat dilakukan secara
mendalam, serta menjelaskan pembahasan mengenai Information System
Architecture, Technology Architecture.
5.2

Usulan Untuk Membangun Arsitektur Enterprise


5.2.1 Visi Arsitektur yang akan dibangun
Dalam rangka memberikan arah dan sasaran yang jelas serta sebagai
pedoman dan tolok ukur kinerja dalam pelaksanaan tugas, Pengadilan
Agama Bandung telah menyusun program kerja sebagai pedoman dan
pengendalian kinerja dalam pelaksanaan program dan kegiatan Pengadilan
Agama Bandung dalam pencapaian visi dan misi serta tujuan organisasi.

Gambar 5.1 Visi Arsitektur Pengadilan Agama


V-1

Universitas widyatama
Bab V Rancangan dan Kerangka Kerja Infrastruktur

Hasil akhir atau keluaran dari Visi Arsitektur ini adalah perbaikan
Arsitektur dari produk utama Pengadilan. ini ditujukan untuk membangun
kembali kepercayaan masyarakat (public trust building) terhadap Pengadilan
Agama. Karena itu yang dipilih adalah program yang memiliki daya ungkit
(key leverage) yang terkait dengan perbaikan produk utama (core business)
suatu lembaga. Hasil perubahan dalam percepatan ini dapat dengan mudah
terlihat dan manfaatnya dapat dirasakan langsung oleh masyarakat pencari
keadilan. Mengingat tugas utama Pengadilan Agama adalah melayani
kepada pencari keadilan maka yang akan dilaksanakan oleh Pengadilan
Agama adalah sebagai berikut :
1. Percepatan penanganan perkara dalam rangka memberikan pelayanan
prima kepada masyarakat dalam penegakan hukum.
2. Penerapan Sistem Teknologi Informasi (online) dalam Pengelolaan
Pengaduan Hakim yang terkena hukuman disiplin.

Pengembangan (updating) website Pengadilan Agama Bandung Rl


sehingga masyarakat dapat mengakses informasi penanganan perkara dan
pengaduan masyarakat.
5.2.2 Arsitektur bisnis yang perlu dibangun
Setelah dipilihnya EAF maka dilakukan proses gap analysis dengan
lamgkah-langkah didalam TOGAF seperti tabel-tabel dibawah ini antara EA
pada kondisi saat ini dengan target arsitektur yang akan menghasilkan suatu
analisa kebutuhan-kebutuhan TI. Dari analisa pada Tabel 5.1 dapat
disimpulkan bahwa dilakukan upgrade fasilitas TI yang ada, peningkatan
sumber daya manusia (SDM) dengan diberikan pelatihan TI, dokumentasi
yang tersusun, implementasi dan pemeliharaan TI, biaya (Cost) diturunkan.

V-2

Universitas widyatama
Bab V Rancangan dan Kerangka Kerja Infrastruktur

Tabel 5.1 Gap Analisis EA saat ini dengan Target Arsitektur untuk
Arsitektur Bisnis
EA
Analisa
Target
Alasan
Saat
Arsitektur
Ini
Dalam
menjalankan
bisnisnya TI
belum
sepenuhnya
digunakan

Upgrade
Fasilitas TI
Seperti: (PC,
Printer, ATK,
dan koneksi
internet)

Sudah menggunakan
TI didalam
menjalankan bisnis
secara optimat

Waktu akses
data lambat

Upgrade
Fasilitas TI
Dibutuhkan
koneksi internet
yang cepat

Waktu Cepat, efektif


dan efisien

Level
manajemen
tidak paham
TI

Pelatihan
secara berkala
sehingga dari
sektor IT bisa
dioptimalkan

Level manajemen
memahami TI

SDM kurang
memahami
TI

Pelatihan dari
setiap divisi
untuk
memahami TI

SDM sudah
melakukan pelatihan
dan bersertifikasi

Dokumentasi
Kurang

Upgrade
Fasilitas TI
yang
mendukung
semua fasilitas
untuk bisa
terdokumentasi
dari setiap
kegiatan

Sudah
terdokumentasi dari
setiap kegiatan

Guna untuk
memenuhi
target untuk
melayani
masyarakat
maka
diperlukan
pengoptimalan
TI
Diperlukan
akses cepat
guna untuk
memaksimalkan
kinerja dari
setiap pegawai
Hal yang wajib
dilakukan oleh
level
manajemen
untuk
menunjang
kinerja
Diperlukan
pemahaman
yang dalam
karena sistem
yang ada di PA
Bandung
hamper semua
memakai IT
Adanya suatu
upgrade
fasilitas guna
untuk
memperlancar
kinerja dari
setiap kegiatan

V-3

Universitas widyatama
Bab V Rancangan dan Kerangka Kerja Infrastruktur

5.2.3 Arsitektur Sistem Informasi yang akan dibangun


Dari analisa sistem informasi pada Tabel 5.2 dapat disimpulkan bahwa
diperlukan peningkatan (upgrade)

fasilitas TI yang ada saat ini,

mengimplementasikan data warehouse didalam integrasi data, implementasi


Service Oriented Architectur (SOA) didalam proses integrasi dari sistem
informasi yang ada, aktifitas ini mengakibatkan biaya (cost) meningkat.
Tabel 5.2. Gap Analisis EA saat ini dengan Target Arsitektur untuk
Arsitektur SI
EA Saat Ini

Analisa

Target
Arsitektur

Alasan

Belum semua
menggunakan
standar TI
sesuai
Permenkominf
o 2007

Upgrade
Fasilitas TI
sehingga dari
panduan
Permenkominf
o tahun 2007
bisa terpenuhi
Pengadaan
Fasilitas
mobile system
dan diperlukan
nya sosialisasi
anatar sub
divisi
Upgrade
Fasilitas TI
dari setiap
kegiatan harus
dilakukan
backup data
Adanya suatu
fasiitas
upgrade untuk
terintegrasi
antar data satu
dengan yang
lain

Semua telah
terstandardisas
i sesuai
keputusan
menteri

Semua
pedoman harus
berstandar pada
Permenkominf
o tahun 2007

Menggunakan
mobile system
dari setiap
divisi sehingga
bisa optimal

Diperlukan
suatu aliran
data yang
tersingkronisasi
dari PA
Bandung

Backup data
terpenuhi
sehingga data
tersebut
disimpan
dengan aman
Agar
diterapkan
Data
warehouse dan
SOA

Data yang
penting
tentunya harus
di simpan
ditempat yang
aman
Terjadinya
integrasi antar
divisi sehingga
data nya tidak
tersebar
kemana-mana

Belum
menggunakan
mobile system

Belum semua
data di backup

Data terpisah
antara pusatpusat

5.2.4 Arsitektur Teknologi Intormas yang akau dibangun


Pada Tabel 5.3 Banyak yang harus dipenuhi yaitu pengadaan dan
peningkatan (upgrade) perangkat keras dan perangkat lunak dari
V-4

Universitas widyatama
Bab V Rancangan dan Kerangka Kerja Infrastruktur

infrastruktur saat ini. Diperlukan peningkatan sistem pengaman jaringan


untuk mendukung semua aktifitas diatas seperti serverserver sudah masuk
kedalam suatu DMZ (demilitarized zone) yaitu pemisahan server-server
didalam zona netral diantara jaringan lokal dan jaringan luar serta perlunya
ada IDS (Intrusion Detection System) dan IPS (Intrusion Prevention
System). Semua itu akan mengakibatkan dibutuhkannya biaya (cost) yang
tinggi didalam proses implementasi rencana dari target arsitektur tersebut.
Tabel 5.3 Gap Analisis EA saat ini dengan Target Arsitektur untuk
Arsitektur Teknologi
EA
Saat
Ini

Analisa

Target
Arsitektur

Bandwidth
internet 11 mbps

Upgrade Fasilitas TI
untuk meningkatkan
kapasitas daya internet

Bandwidth internet 1
Gbps

Belum ada DMZ

Memerlukan
pengadaan DMZ yang
dibangun dari firewall

Belum ada user


management

Upgrade Fasilitas TI
yang
didalamnya
mengadopsi
packet
manajemen

Sudah ada DMZ untuk


memuat aturan-aturan
komunikasi data dan
informasi yang masuk
dan keluar dalam suatu
jaringan
sudah ada dan
tersedianya user
management

Belum ada packet


manajemen

Memerlukan
pengadaan mengenai
pocket manajemen

sudah ada packet


manajemen

Freeware
spam

Pengadaan untuk
menyediakan Licensi
spam supaya lebih
aman

Licensi Anti spam

Anti

Alasan

Peningkatan
Bandwidth
guna
untuk
menunjang
kinerja
dari
setiap pegawai
Memerlukan
suatu kontrol
aliran data
masuk maupun
aliran data
keluar
Diperlukannya
user
managemen
agar data yang
diolah
lebih
aman
Diperlukannya
pocket
managemen
agar mudah
mengontrol
aliran datanya
Agar lebih
aman dari
setiap aliran
data

V-5

Universitas widyatama
Bab V Rancangan dan Kerangka Kerja Infrastruktur

5.2.5 Validasi TAGAF, EA saat ini dan Target arsitektur yang akan
dibangun.
Kemudian dilakukan validasi ini pada tabel Tabel 5.4 untuk menjawab
apakah perencanaan sudah sesuai dengan kerangka arsitektur yang baku dan
perlu tidaknya cetak biru (blue print) dibuat secepatnya. Pada tabel dibawah
ini akan membuktikan dasar-dasar teknis yang sudah digunakan pada saat
ini dibandingkan dengan target arsitektur.
Hasil analisa setelah di validasi antara TOGAF, EA saat ini dan
target arsitektur maka arsitektur yang diinginkan harus mempunyai dasardasar teknis yang ada di TOGAF yaitu perencanaan yang tidak berkala
mengakibatkan banyaknya fasilitas service terabaikan, dari validasi tersebut
sangat dibutuhkan perencanaan TI untuk Pengadilan Agama kedepannya
dan kebutuhan untuk membuat blue print TI, EA yang dibuat bukan hanya
berdasarkan trend teknologi saja tetapi dampak-dampak lainnya harus
dianalisa secara detail berdasarkan EAF yang dipilih. Karena perencanaan
yang mengikuti trend teknologi saja akan meningkatkan biaya (cost) dan
peningkatan kemampuan sumber daya manusia (SDM), EA yang
direncanakan belum memenuhi syarat jika belum memenuhi platform dasar
pada TOGAF.
Tabel 5.4 Validasi TOGAF, EA Saat ini dan Target Arsitektur
TOGAF (Application Platform
EA SAAT INI TARGET
Service)
ARSITEKTUR
Data Interchange
Document generic data typing and
conversion (A), Graphics data interchange
(B), Specialized data interchange (C),
Electronic data interchange (D), Fax
services (E), Raw graphics interface (F),
Text processing functions (G), Publishing
functions (H), Video processing functions
(I), Audio Processing functions (J),
Multimedia processing functions (K),
Media synchronization functions (L),
Information presentations and distribution
functions (M), Hypertext functions (N)
Data Management
Data dictionary/repository (A), Database
management System (DBMS) services (B),
Object-oriented Database Management
system (OODBMS) services (C), File

A, B, C, F, G,
L, M, N

A, B, C, F, G,H,
I, J, L, M, N


A, B


A, B, E, F, H, I

V-6

Universitas widyatama
Bab V Rancangan dan Kerangka Kerja Infrastruktur

management
service
(D),
Query
processing
functions
(E),
Screen
Generations Functions (F), Report
generation
functions
(G),
Network/concurrent access functions (H),
Warehousing functions (I)
International Operations
Character sets and data representations
services (A), Cultural Convention service
(B), Local language support services(C)
Locations and directory
Directory services (A), Special-purposes
naming services (B), Registration services
(C), Filtering services (D), Accounting
services(E)
Network
Data Communications services (A), E-mail
services(B), Distributed data services (C),
Distributed file services (D), Distributed
name services (E), Distributed time
services (F), Remote process service (G),
Remote spooling & output distribution
services
(H),
Enhanced
telephony
functions (I), Shared screen functions (J),
Video Conferencing functions (K),
Broadcast functions (L), Mailing list
functions (M)
Operating system
Kernel operations services (A), Command
interpreter and utility services (B), Batch
processing services (C), File and directory
synchronization (D)
Software Engineering
Programming language (A), Object code
linking service (B), Computer-aided
software engineering environment and
tools services (C), Graphical user
interface (GUI) building services (D),
Scripting language services (E), Language
binding services (F), Application binary
interface services(G)
Transaction Processing
Transactions manager services(A)
User Interface
Graphical client/server services (A),
Display objects services (B), Dialogue
support services (C), Printing services (D),
Computer-Base training and online help
(E), Character-based services (F)
Security
Identification and authentication services
(A), System entry control (B), Audit
services (C), Access control services (D),
Non repudiation services (E), Security
management
services
(F),
Trusted
recovery services (G), Encryption services


A, B


A, B, D


A, B, C, D, G,
H, M


A, B, C, D, G, H,
M


A, B, C


A, B, C, D

A, D, E


A, D, E



A, B, C, F

A


A, B, C, F


A, B, D, E, F, G, H

V-7

Universitas widyatama
Bab V Rancangan dan Kerangka Kerja Infrastruktur

(H), Trusted communications services (I)


System and network management
User
management
services
(A),
Configurations management services (B),
Performance management services (C),
Availability & fault management services
(D), Accounting management services (E),
Security management services (F), Print
management (G), Network management
services (H), Backup and restore (I),
Online disk management services (J),
License management services (K),
Capacity management services (L),
Software installation services (M),
Trouble ticketing services N)


A, B, C, F, G, H,
I, J

Kemudian dilakukan validasi dengan data dari pendapat expert untuk


mengetahui apakah perencanaan yang dilakukan didalam waktu yang
singkat sesuai dengan hasil dari gap analysis.
Hasil Gap Analisis meliputi:
1. SOA
2. ERP
3. Data Warehouse
4. Integrasi data
5. Perlu cetak biru
6. Dukungan Level Manajemen
7. Pelatihan SDM TI
8. Aplikasi user friendly
9. Sistem jaringan terencana
10. Sistem Keamanan terencana
11. Executivedashboard
12. Teknologi yang mendukung bisnis dan SI

Sedangkan pendapat expert meliputi sebagai berikut :


A. (Komentar untuk perencanaan TI di Pengadilan Agama kedepannya)
adalah menangani infrastruktur jaringan, database, aplikasi.
B. Desentralisasi.
C. Sentralisasi.
D. Data sharing.
E. Data akses.
F. Data multiuser.

V-8

Universitas widyatama
Bab V Rancangan dan Kerangka Kerja Infrastruktur

G. Data seamless.
H. Data Multipurpose.
I. Bandwidth besar.
J. Security.
K. Fasilitas Pencarian dan akses data.
L. Sistem Back up.

Dari Tabel 5.5 dapat disimpulkan bahwa tenaga ahli didalam


memberikan pendapat dan perencanaan terlalu global tidak spesifik. Dan
hanya melihat hal-hal yang berhubungan dengan teknologi saja tanpa
memperhatikan kebutuhan sumber daya manusia (SDM), kondisi level
manajemen, keselarasan antara IT dengan bisnis.
Tabel 5.5 Validasi komentar Expert dengan hasil Gap Analysis

V-9

Universitas widyatama
Bab V Rancangan dan Kerangka Kerja Infrastruktur

5.2.6 Analisis SWOT


Tabel 5.6 Analisis SWOT Pengadilan Agama

V-10

Universitas widyatama
Bab V Rancangan dan Kerangka Kerja Infrastruktur

5.3

Tata Kelola teknologi Informasi


Sebelum lahir Undang-Undang Nomor 14 tahun 2008 tentang Keterbukaan

Informasi Publik yang diberlakukan secara efektif tanggal 30 April 2010, pada
tahun 2007 Mahkamah Agung RI telah menerbitkan Surat Keputusan Ketua
Mahkamah Agung Nomor 144/KMA/SK/VII/2007 tentang Keterbukaan Informasi
Publik di Pengadilan, yang kemudian diperbaharui dengan Surat Keputusan Ketua
Mahkamah Agung Nomor 1-144/KMA/SK/2011 tanggal 5 januari 2011 tentang
Pedoman Pelayanan Informasi di Pengadilan.
Terbitnya SK KMA 1-144/KMA/SK/2011 adalah sebagai respon positif atas
keinginan masyarakat diatas dan sebagai perwujudan tekad Mahkamah Agung RI
dan lembaga peradilan dibawahnya untuk melakukan reformasi birokrasi dalam
rangka menuju peradilan yang agung dan modern (Supreme Judicial Institution)
yang ditandai dengan :
-

Pelayanan yang lebih baik (good service);

Peningkatan hubungan antara Pemerintah, Yudisial dan Pencari


keadilan (improving relationships);

Pemberdayaan masyarakat melalui informasi yang mudah diperoleh


(empowerment);

Pelaksanaan koordinasi yang lebih efisien (coordination effiency);

Sebagai tindak lanjut SK KMA 1-144/KMA/SK/2011, maka untuk


memaksimalkan transparansi pengadilan, telah terbit SK Direktur Jendral Badan
Peradilan Agama Mahkamah Agung RI Nomor 017/Dj.A/SK/VII/2011 tanggal 7
Juli 2011 tentang Pedoman Pelayanan Meja Informasi di Lingkungan Peradilan
Agama;
Terbitnya SK Dirjen Badilag tersebut merupakan bagian dari komitmen
Direktorat Jendral Badilag beserta lingkungan peradilan agama (Pengadilan Tinggi
Agama dan Pengadilan Agama) untuk mewujudkan transparansi pengadilan melalui
meja informasi (desk information). SK Dirjen Badilag

tersebut telah membuka

peluang bagi fungsionalisasi meja informasi secara lebih luas dan membuka ruang bagi
dijadikannya meja informasi sebagai sentra pelayanan di bagian depan (front office).

V-11

Universitas widyatama
Bab V Rancangan dan Kerangka Kerja Infrastruktur

Mengacu kepada ketentuan-ketentuan sebagaimana tertuang dalam SK Dirjen


Badilag tersebut, setidak-tidaknya terdapat 5 (lima) fungsi yang diperankan oleh meja
informasi, yakni sebagai pemberi informasi (komunikator), pengembang citra
pengadilan (customer relation officer), pemberi penjelasan (deskperson), penerima
tamu (resepsionis), dan penerima pengaduan (complaint channeling). Dengan kelima
fungsi tersebut, maka praktis meja informasi menjadi barisan depan yang sangat
penting. Sehubungan dengan keterbukaan informasi tersebut, maka telah

dicanangkan 16 program unggulan untuk mendukung tata kelola yang baik


dilingkungan Pengadilan Tinggi Agama yaitu :
Tabel 5.7 Program Pengadilan Agama
Program Unggulan PA Bandung

Terealisasi

Website domain go.id

Sistem perkara online

Information desk

SMS center perkara

Arsip perkara

Touch Screen perkara

Barcode perkara

SMS pengaduan

Pengaduan online

Konsultasi online

Mesin penjawab telepon otomatis

Mesin antrian sidang

TV media center

Wifi

CCTV

Telekonfren

Dari 16 program unggulan tersebut Pengadilan Agama dilingkungan


Pengadilan Agama Bandung belum dapat merealisasikannya secara keseluruhan,
V-12

Universitas widyatama
Bab V Rancangan dan Kerangka Kerja Infrastruktur

namun sebagian besar telah dapat dilaksanakan. Mengenai keberadaan website,


yang telah dimiliki oleh semua Pengadilan Agama se-Indonesia kiranya perlu
dibuat menu standarisasi dan didukung oleh fasilitas hardware computer, software
computer yang asli bukan bajakan, server yang berlisensi, ISP yang tinggi, jaringan
LAN kantor dan jaringan internet yang memadai. Dan tidak kalah pentingnya
adalah dukungan dari semua unit pelaksana, terutama pimpinan satker.
Keberadaan website sebagai media informasi dan transparansi pengadilan
agama perlu dioptimalkan pemanfaatannya antara lain dengan menyediakan
account YM yang selalu aktif pada jam kerja sehingga masyarakat dapat minta
informasi baik yang berkenaan dengan perkara atau lainnya secara online.
Demikian pula adanya integrasi aplikasi SIADPA dengan website yang disebut
dengan SIADPA WEB atau SIADPA ONLINE masyarakat akan lebih mudah
mendapatkan informasi yang lengkap tentang perkara di pengadilan agama yaitu
sejak pendaftaran sampai putusan dan bahkan eksekusi.
Dalam peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika

Nomor:

41/PER/MEN.KOMINFO/11/2007. Penyelenggaraan pemerintahan dalam rangka


pelayanan publik memerlukan Good Governance. Implementasi Good Governance
akan

menjamin

transparansi,

efisiensi,

dan

efektivitas

penyelenggaraan

pemerintahan. Pada sisi lain, penggunaan TIK oleh institusi pemerintahan sudah
dilakukan sejak beberapa dekade lalu, dengan intensitas yang semakin meningkat.
Untuk memastikan penggunaan TIK tersebut benar-benar mendukung tujuan
penyelenggaraan pemerintahan, dengan memperhatikan efisiensi penggunaan
sumber daya dan pengelolaan risiko terkait dengannya, diperlukan Good
Governance terkait dengan TIK, yang dalam dokumen ini disebut sebagai Tata
Kelola TIK dan diuraikan dalm modelnya.
5.3.1 Model TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi)
Model Tata Kelola TIK Nasional difokuskan pada pengelolaan
proses-proses TIK melalui mekanime pengarahan dan monitoring &
evaluasi. Model keseluruhan Tata Kelola TIK Nasional adalah sebagai
berikut:

V-13

Universitas widyatama
Bab V Rancangan dan Kerangka Kerja Infrastruktur

Gambar 5.2 Model Tata Kelola TIK Nasional


dapat dibagi dalam dua bagian utama.
5.3.1.1 Perencanaan Sistem
Pengelolaan jaringan di lingkungan Pengadilan Agama Bandung
minimal harus didukung dengan sistem manajemen jaringan, contohnya
manajemen jaringan berbasis Proxy Server. Proxy server tersebut minimal
harus memiliki fungsi sebagai berikut:
a) Media

request

terhadap

content/halaman/objek dari Internet atau


intranet, dan bertindak sebagai gateway
ke dunia Internet untuk setiap komputer
yang berada pada jaringan internal
(LAN).
b) Sebagai router, yang mana memiliki fitur
packet filtering, karena memang proxy
server beroperasi pada level yang lebih tinggi dan memiliki kontrol yang lebih
menyeluruh terhadap akses jaringan.
c) Sebagai sebuah satpam/security untuk sebuah jaringan pribadi yang umum
dikenal sebagai firewall.

V-14

Universitas widyatama
Bab V Rancangan dan Kerangka Kerja Infrastruktur

Skala jaringan seperti di Kantor Pusat Jakarta harus didukung


dengan zona demilitarized zone (DMZ). DMZ atau biasa disebut juga
perimeter network adalah wilayah jaringan yang berada di antara jaringan
internal dan jaringan eksternal. DMZ yang dibangun dari firewall tersebut
memuat aturan-aturan komunikasi data dan informasi yang masuk dan
keluar dalam suatu jaringan. Aturan-aturan yang minimal harus dijalankan
pada DMZ meliputi adanya pembatasan akses untuk permintaan (request)
yang datang dari internal dan eksternal, dan adanya pembatasan atau aturan
yang mengijinkan bahwa permintaan akses hanya diijinkan dari DMZ ke
jaringan internal saja.
Rancangan pengembangan infrastruktur jaringan TIK dimaksudkan
untuk membangun berbagai layanan
informasi

dan

dilakukan

di

komunikasi
Pengadilan

dapat
Agama

Bandung.

Dalam

pengembangannya

dirancang

untuk

mengkoneksikan

seluruh satuan kerja Pengadilan Agama


tingkat pusat dan daerah melalui suatu
jaringan skala nasional yang berbasis Internet Protocol (IP).
Pengadilan Agama sebagai institusi pelayanan publik untuk
memberikan layanan secara cepat, sederhana dan biaya ringan telah ada
pembaharuan penyelenggaraan adminstrasi perkara, yaitu dengan lahirnya
Aplikasi Sistem Administrasi Kepaniteraan Pengadilan Agama yang
disingkat SIADPA. Sistem ini sesungguhnya merupakan pengembangan
dari sistem administrasi kepaniteraan berdasar Pola Pembinaan dan
Pengendalian Administrasi Perkara (Pola Bindalmin) KMA/001/SK/1991,
yang dilakukan secara manual dirancang ulang (redsign) dengan otomatisasi
dan integrasi menggunakan alat Bantu program computer berbasis windows
dengan tidak mengurangi aspek subtansi yustisial. Arah dan tujuannya
adalah :

V-15

Universitas widyatama
Bab V Rancangan dan Kerangka Kerja Infrastruktur

1. Membantu petugas meja satu dalam penyelinan dan pembuatan surat


permohonan/gugatan, SKUM dan yang berkaitan dengan jenis surat
kuasa.
2. Membantu petugas meja dua, meja tiga dan para hakim dalam
pembuatan dan pencetakan PMH, P4, PHS, Relaas-relaas,
Pemberitahuan, Surat Pengantar dan dokumen-dokumen lainnya.
3. Membantu Panitera Pengganti, Hakim dan petugas yang diberi
wewenang dalam pembuatan dan pencetakan Berita Acara
Persidangan, Putusan, Penetapan dan Akta cerai.
5.3.1.2 Manajemen Belanja/investasi Pengadilan Agama
Dalam melaksanakan tugas dan fungsi Pengadilan Agama Bandung
ditunjang dengan anggaran yang berasal dari Daftar Isian Pelaksanaan
Anggaran Tahun Anggaran 2011. Dari DIPA tersebut digunakan untuk
melaksanakan tugas dan fungsi Pengadilan Agama Bandung melalui
kegiatan-kegiatan

sebagaimana

tercantum

dalam

Rencana

Kinerja.

Selanjutnya jika kita bandingkan antara harapan dan kenyataan di lapangan


intinya anggaran tersebut masih jauh dari yang diharapkan. Selain Anggaran
Rutin yang tercantum dalam DIPA Pengadilan Agama Bandung Tahun
Anggaran 2011, juga terdapat Anggaran Pengadaan/Sarana dan Prasarana
yang telah dilaksanakan sesuai Jadwal dan Ketentuan Yang berlaku untuk
mendukung Operasional Kantor Pengadilan Agama Bandung. Dalam rangka
Pelaksanaan Undang-undang No.17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara
yang bertujuan menyempurnakan manajemen belanja Negara guna
peningkatan efisiensi dan efektifitas pengelolaan, Pengadilan Agama
Bandung sebagai salah satu instansi Pemerintah yang berada dalam
lingkungan Mahkamah Agung, pada awal tahun anggaran 2011 telah
menerima SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN
ANGGARAN TAHUN ANGGARAN 2011 dengan Nomor : 0064/00501.2.01/XII/2011 tertanggal 20 Desember 2010, dengan Revisi tertanggal 28
Nopember 2011 dengan Nomor : 0064/005-01.2.01/XII/2011 dengan PAGU
V-16

Universitas widyatama
Bab V Rancangan dan Kerangka Kerja Infrastruktur

sebesar Rp. 3.740.888.000,- (Tiga milyar tujuh ratus empat puluh juta
delapan ratus delapan puluh delapan ribu rupiah).
1. Belanja Pegawai
1.1. Rencana Kerja Anggaran Kementerian Negara/Lembaga.
(RKA-KL)
Rencana
Negara/Lembaga

Kerja

Anggaran

merupakan

rencana

Kementerian
Kerja

(Renja)

kementerian Negara/Lembaga, sebagai rencana pengajuan


program dan kegiatan untuk tahun yang akan datang.
Pengadilan Agama Bandung setiap tahun telah
melaksanakan

penyusunan

RKA-KL,

penyusunannya

disesuaikan

dengan

yang
Pagu

mana

sementara

sebagaimana tertera dalam Pasal 10 Peraturan Pemerintah


No.21 Tahun 2004.
Pengajuan RKA-KL

untuk belanja pegawai pada

tahun anggaran 2011 sebesar Rp 3.035.728.000,- (Tiga milyar


tiga puluh lima juta tujuh ratus dua puluh delapan ribu rupiah),
sedangkan realisasi dari Pagu DIPA tahun anggaran 2011
untuk belanja pegawai sebesar Rp 3.442.307.610,- (Tiga
milyar empat ratus empat puluh dua juta tiga ratus tujuh ribu
enam ratus sepuluh rupiah).
1.2. Pelaksanaan Anggaran Tahun 2011 dan Sisa Anggaran.
Pada Pelaksanaan Anggaran Tahun 2011, Pengadilan
Agama Bandung mendapat Pagu DIPA

sebesar Rp.

3.740.888.000,- (Tiga milyar tujuh ratus empat puluh juta


delapan ratus delapan puluh delapan ribu rupiah).
Pagu DIPA Belanja pegawai tersebut terdiri dari :

V-17

Universitas widyatama
Bab V Rancangan dan Kerangka Kerja Infrastruktur

1.2.1. Belanja

Gaji

dan

Tunjangan

sebesar

Rp.

2.728.408.000,- (Dua milyar tujuh ratus dua puluh


delapan juta empat ratus delapan ribu rupiah)
1.2.2. Belanja uang Lembur sebesar Rp. 6.360.000,- (enam
juta tiga ratus enam puluh ribu rupiah)
1.2.3. Belanja uang makan PNS sebesar Rp 300.960.000,(Tiga ratus juta sembilan ratus enam puluh ribu rupiah).
Adapun Perincian Anggaran, realisasi belanja pegawai dan sisa
anggaran pelaksanaan tersebut tergambar dalam tabel dibawah
ini.
Tabel 5.8 Rincian Anggaran
Kode

1
0001
51111
1

Kegiatan/Sub
kegiatan/Jenis
Belanja/Rincian
Belanja
2
Pembayaran gaji,
lembur,Honorarium
dan Vakasi
Belanja
gaji
dan
tunjangan PNS

Jumlah
Anggaran

Realisasi
Anggaran

Sisa
Anggaran

K
e
t

(429.415.41

115.

0}

74 %

137.000,-

97.8

2.728.408.00
0,-

3.157.823.41
0,-

51221

Belanja uang lembur

6.360.000,-

6.223.000,-

5%

51112

Belanja Uang Makan

300.960.000,

278.200.000,

22.700.000,

92,4

PNS

6%

JUMLAH

3.035.728.00

3.442.246.41

(406.579.61

113.

0,-

0,-

0)

39 %

V-18

Universitas widyatama
Bab V Rancangan dan Kerangka Kerja Infrastruktur

2. Belanja Barang
2.1. Rencana Kerja Anggaran Kementerian Negara/Lembaga.
(RKA-KL)
Pengadilan

Agama

Bandung

telah

menyusun

Rencana Kerja Anggaran Kementerian Negara/Lembaga untuk


Belanja Barang pada tahun anggaran 2011 sebesar Rp.
582.450.000,- (lima ratus delapan puluh dua juta empat ratus
lima puluh ribu rupiah), adapun Pagu DIPA tahun anggaran 2011
untuk belanja barang sebesar Rp. 598.110.000,- (Lima ratus
sembilan puluh delapan juta seratus sepuluh ribu rupiah). Ada
Kenaikan pengajuan dari RKA-KL tahun 2011 sebesar RP.
15.660.000,- (lima belas juta enam ratus enam puluh ribu rupiah)
atau kenaikan sebesar 2.69 %.
2.2. Pelaksanaan Anggaran Tahun 2011 dan Sisa Anggaran.
Pada Pelaksanaan Anggaran Tahun 2011, Pengadilan
Agama Bandung mendapat Pagu DIPA beserta Revisinya untuk
belanja barang tahun anggaran 2011 sebesar Rp. 598.110.000,(Lima ratus sembilan puluh delapan juta seratus sepuluh ribu
rupiah), terdiri dari :
1. Penyelanggaraan Operasional dan Pemeliharaan perkantoran
sebesar Rp. 587.610.000,- (Lima ratus delapan puluh tujuh
juta enam ratus sepuluh ribu rupiah).
2. Pelayanan Publik atau Birokrasi sebesar Rp. 10.500.000,(Sepuluh juta lima ratus ribu rupiah).
Adapun Perincian Anggaran, realisasi belanja barang dan sisa
anggaran pelaksanaan tersebut tergambar dalam tabel dibawah
ini.

V-19

Universitas widyatama
Bab V Rancangan dan Kerangka Kerja Infrastruktur

Tabel 5.9 Rincian Anggaran Belanja Barang


Kode

1
523111

Kegiatan/Sub
Jumlah
kegiatan/Jenis
Anggaran
Belanja/Rincian
Belanja
2
3
Belanja
biaya 29.500.000

Realisasi
Anggaran
4
29.471.000

Sisa
Anggaran
5
29.000

Pemeliharaan

6
99,90

K
e
t
7

Gedung

dan

Bangunan
523121

Belanja

biaya 44.700.000

44.635.906

64.094

Pemeliharaan

99,86
%

Peralatan

dan

Mesin (Roda-4)
523121

Belanja

biaya 4.000.000

3.987.100

12.900

Pemeliharaan

99,68
%

Peralatan

dan

Mesin (Roda-2)
523121

Belanja

Biaya 11.350.000

11.343.000

7000

Pemeliharaan

99,94
%

Perkantoran
(Inventaris)
522111

Belanja Langganan 101.460.00


Daya dan Jasa

521114

99.253.926

2.206.074

Belanja Pengiriman 2.500.000

%
2.483.440

16.560

Surat Dinas
521111

Belanja

97,83
99,34
%

Biaya 353.350.00

Keperluan

352.558.720

791.280

99,78
%

Perkantoran
521115

Belanja

Biaya 24.300.000

Honor

terkait

24.300.000

100 %

10.500.000

100 %

Operasional satuan
kerja
524111

Belanja Perjalanan 10.500.000


biasa

V-20

Universitas widyatama
Bab V Rancangan dan Kerangka Kerja Infrastruktur

3. Belanja Modal
3.1 Rencana Kerja Anggaran Kementerian Negara/Lembaga.
Pengadilan Agama Bandung telah menyusun Rencana
Kerja Anggaran Kementerian Negara/Lembaga untuk Belanja
Modal pada tahun anggaran 2011 sebesar Rp. 107.050.000,(seratus tujuh juta lima puluh ribu rupiah).
3.2. Pelaksanaan Anggaran Tahun 2011 dan Sisa Anggaran.
Pada Pelaksanaan Anggaran Tahun 2011, Pengadilan
Agama

Bandung

mendapat

Pagu

DIPA

sebesar

Rp.

107.050.000,- (seratus tujuh juta lima puluh ribu rupiah), terdiri


dari :
-

Belanja Modal Alat Pengolah Data Rp. 57.050.000,- (Lima


puluh tujuh juta lima puluh ribu rupiah).

Belanja

Modal

Perlengkapan

Sarana

Gedung

Rp.

50.000.000,- (Lima puluh juta rupiah).


Adapun Perincian Anggaran, realisasi belanja Modal dan sisa
anggaran pelaksanaan tersebut tergambar dalam tabel dibawah ini.
Tabel 5.10 Rincian Anggaran belanja Modal
Kode

1
53211

Kegiatan/Sub
Jumlah
kegiatan/Jenis
Anggaran
Belanja/Rincian
Belanja
2
3
Belanja
Modal 57.050.000

Alat

Realisasi
Anggaran

Sisa
Anggaran

4
55.935.000

5
1.115.000

Pengolah

K
e
t

6
98,05

Data
53211

Belanja

Modal 50.000.000

Peerlengkapan

49.555.000

445.000

99,11
%

Sarana Gedung
JUMLAH

107.050.000

105.490.000 1.560.000

98,54
%
V-21

Universitas widyatama
Bab V Rancangan dan Kerangka Kerja Infrastruktur

Pada tahun 2011, Pengadilan Agama Bandung telah pula


menerima menerima SURAT PENGESAHAN DAFTAR ISIAN
PELAKSANAAN ANGGARAN TAHUN ANGGARAN 2011 dengan
Nomor : 0064/005-04.2.01/XII/2011 tertanggal 20 Desember 2010,
dengan PAGU sebesar Rp. 197.200.000,- (Seratus sembilan puluh tujuh
juta dua ratus ribu rupiah). yang terdiri dari :
1. Belanja Barang Non Operasional Lainnya
Pagu DIPA Belanja Barang Non Operasional Lainnya tersebut
sebesar Rp. 37.200.000,- (tiga puluh tujuh juta dua ratus ribu
rupiah).
2. Belanja Jasa Lainnya
Pagu DIPA Belanja Jasa Lainnya tersebut sebesar Rp. 160.000.000,(Seratus enam puluh juta rupiah).
Adapun Perincian Anggaran, realisasi belanja Modal dan sisa
anggaran pelaksanaan tersebut tergambar dalam tabel dibawah ini.
Tabel 5.11 Rincian Anggaran Belanja Jasa
Kode

1
52121

Kegiatan/Sub
kegiatan/Jenis
Belanja/Rincian
Belanja
2
Belanja Barang Non

Operasional lainnya

52211

Belanja Jasa lainnya

Jumlah
Anggaran

3
37.200.000

Realisasi
Anggaran

4
37.200.000

Sisa
Anggaran

5
0

K
e
t

6
100

%
160.000.000

160.000.000

100
%

JUMLAH

197.200.000

197.200.000

100
%

5.3.1.3 Realisasi Sistem


Sebagai inisiasi untuk memberikan pelayanan yang lebih baik
kepada masyarakat pencari keadilan khususnya dan masyarakat luas pada
umumnya telah dibuat aplikasi SIADPA yang merupakan integrasi
teknologi informasi dengan ragam regulasi dibidang administrasi perkara.
V-22

Universitas widyatama
Bab V Rancangan dan Kerangka Kerja Infrastruktur

Aplikasi SIADPA ini lahir sejak tahun 2007 dan dalam


perjalanannya telah mengalami 14 kali updating (penyempurnaan) dan
terakhir dikenal dengan istilah SIADPA PLUS. Apabila dibandingkan
dengan aplikasi Siadpa yang lama, secara umum tidak ada perbedaan, hanya
saja yang sangat menonjol mengenai penataan dan penyederhanaan menumenu siadpa yang telah disesuaikan dengan pola Bindalmin. Selain menu,
blangko-blangko dokumen pun dimodifikasi untuk diseragamkan agar pada
nantinya (jangka panjangnya) apabila diadakan validasi data melalui website
(siadpa online), tidak terjadi crass aplikasi dan format blangko
dokumentnya. Juga seluruh variabel yang dipakai harus seragam.
Manfaat aplikasi SIADPA yang diintegrasikan dengan website atau
dikenal dengan SIADPA WEB atau SIADPA ONLINE yang antara lain
menyajikan tentang jadwal sidang, pencarian informasi perkara, keuangan
perkara, pengembalian sisa panjar dan sebagainya telah nyata manfaatnya
dirasakan oleh masyarakat luas, sehingga peradilan agama mendapatkan
penghargaan dari dunia luar. Disamping itu bagi Hakim, Panitera, Jurusita,
dan petugas meja I, II dan III diberikan kemudahan-kemudahan dalam
menjalankan tugas yudisialnya yaitu tersedianya blangko-blangko yang
diperlukan dalam proses peradilan.
Berkaitan dengan informasi perkara ini, maka timnas siadpa telah
membuat portal Layanan Informasi Perkara Peradilan Agama

online

dengan alamat http:/infoperkara.badilag.net/ dan juga tim Mekadilaga telah


membuat portal

Informasi dan Laporan Perkara Online dengan alamat

http://portal.pta-bandung.go.id/ Dengan berjalannya aplikasi siadpa secara


baik, maka akan memudahkan admin dalam menguploud data perkara di
pengadilan agama ke portal tersebut.
5.3.1.4

Pengoperasian Sistem
Aplikasi SIADPA berfungsi sebagai awal sampai akhir proses

perkara tingkat pertama dan sebagai input otomatis untuk aplikasi keuangan,
register dan pelaporan perkara. Aplikasi ini adalah solusi dokumen, karena
data yang diolah lebih dari 500 jenis dokumen yang harus dicetak kertas
V-23

Universitas widyatama
Bab V Rancangan dan Kerangka Kerja Infrastruktur

(Hard Copy). Aplikasi ini dibangun dengan memanfaatkan MS-Word


sebagai halaman pencetakan yang berbasis grafis. Ada 3 divisi yang
mengoperasikan apliaksi ini, antara lain:

Gambar 5.5 Divisi yang terkait dengan SIADPA


Tabel 5.12 Penjelasan dari divisi pengoperasian Aplikasi SIADPA
No.
1.
1.1

Divisi/Kegiatan
PENERIMAAN
DAN PERSIAPAN
SIDANG
Pendaftaran

1.2

SKUM

1.3
1.4
1.5

Catatan Hari Sidang


Surat Penetapan
Kuasa

1.6

Relas Panggilan

1.7

Sita

2.
2.1

PERSIDANGAN
Relas Ulang

2.2

Pemberitahuan

KETERAGAN
Untuk menerima perkara dan
mempersiapkan siding
Mencatat dan mencetak gugatan dan
permohonan
Membuat dan mencetak Surat Kuasa Untuk
Membayar
Membuat dan mencetak Catatan Sidang
Membuat dan mencetak PMH, PHS dan P4
Membuat dan mencetak Surat Kuasa
Khusus, Surat sebagai Kuasa, Srurat
Pend.idikan Kuasa, Srat Ijin Kuasa dan
Legalisasi
Buat dan Cetak Relas Inter Pe, Ter, Media
Masa, SP ke PA Lain, Via Dubes, SP
Dubes dan Pembrt PNS
Buat dan Cetak Penetapan Sita, Pembrthn
Sita dan BAP Sita
Untuk memproses pelaksanaan Sidang
Buat dan cetak panggilan ulang dan SP
Ulang PA lain
Buat dan cetak PBT Isi Putusan Inter Pe,

V-24

Universitas widyatama
Bab V Rancangan dan Kerangka Kerja Infrastruktur

2.3

BAP

2.4

Putusan

2.5
2.6

Amar
Tegoran & Coret

3.
3.1

PENYELESAIAN
PERKARA
Penetapan

3.2

Relas Ikrar

3.3

BAP ikrar

3.4

PBT Ambil AC

3.5

PBT Penetapan

5.3.1.5

Ter, Via Dubes, SP Dubes, SP ke PA Lain


dan Via Bupati
Buat dan Cetak BAP Lgsg Putus, BAP
Lanjutan Pertama, BAP Lanjutan, BAP
Lanjutan Lgsg Putus
Buat dan Cetak Putusan sesuai dengan
jenisnya
Isi dan Cetak instrumen amar putusan
Buat dan Cetak surat tegoran dan S. Ket
Coret
Penyelesaian suatu perkara
Buat dan Cetak PHS Ikrar, Penetapan
Talak dan S. Penetapan Gugur
Buat dan cetak Relas Inter Pe, Ter, Via
Dubes, SP
Dubes, SP ke PA Lain dan Via Bupati
Buat dan Cetak BAP Lgsg Ikrar , BAP
Tunda 6 bulan, BAP Lanjutan Lgsg Ikrar
Buat dan Cetak BAP Lgsg Ikrar , BAP
Tunda 6 bulan, BAP Lanjutan Lgsg Ikrar
Buat dan Cetak Pemberitahuan Penetapan

Pemeliharaan Sistem
Pada

pemeliharaan

sistem

Pengadilan

Agama

Bandung

menitikberatkan pada proses pengamanan, maka dilakukan pemeliharaan


yang bersifat Standar dengan dikembangkan dalam pendekatan proses
sebagai

suatu

model

bagi

penetapan,

penerapan,

pengoperasian,

pemantauan, tinjau ulang (review) dan pemeliharaan. Pendekatan proses


mendorong pengguna menekankan pentingnya:
a. Pemahaman persyaratan keamanan informasi PA Bandung dan
kebutuhan terhadap kebijakan serta sasaran keamanan informasi.
b. Penerapan dan pengoperasian kontrol untuk mengelola risiko keamanan
informasi dalam konteks risiko bisnis PA secara keseluruhan.
c. Peningkatan berkelanjutan berdasarkan pada pengukuran tingkat
ketercapaian sasaran.
Disamping persyaratan utama di atas, standar ini mensyaratkan
penetapan sasaran kontrol dan kontrol-kontrol keamanan informasi meliputi
11 area pengamanan sebagai berikut:
V-25

Universitas widyatama
Bab V Rancangan dan Kerangka Kerja Infrastruktur

Tabel 5.13 Area Pengamanan


Kebijakan keamanan informasi
Organisasi keamanan informasi
Manajemen asset
Sumber daya manusia menyangkut keamanan informasi.
Keamanan fisik dan lingkungan
Akses kontrol
Komunikasi dan manajemen operasi
Pengadaan/akuisisi, pengembangan dan pemeliharaan sistem informasi.
Pengelolaan insiden keamanan informasi
Manajemen kelangsungan usaha (business continuity management)
Kepatuhan

5.3.1.6

Monitoring dan Evaluasi


Kenyataan saat ini masih terdapat beberapa kendala (teknis maupun

non teknis), terutama dalam hal keterbatasan SDM dan dana untuk
pengadaan perangkat teknologi informasi, diharapkan di lingkungan
Peradilan Agama semua permasalahan tersebut sudah dapat teratasi.
Permasalahan yang muncul adalah :
1. Adanya program posbakum sedikit banyak mempengaruhi aplikasi
SIADPA tidak utuh. Hal ini dikarenakan petugas posbakum tidak
mengenal aplikasi siadpa terutama dalam membuat gugatan atau
permohonan.

Dan

petugas

meja

harus

menyalin

surat

gugatan/permohonan yang dibuat posbakum kedalam system siadpa,


namun yang bisa dimasukkan hanyalah identitas para pihak dan
petitum, untuk positanya pada umumnya tidak dimasukkan dalam
sistem siadpa karena kesulitan untuk merumuskannya. Dengan
demikian akan mempengaruhi pembuatan putusan melalui siadpa.
V-26

Universitas widyatama
Bab V Rancangan dan Kerangka Kerja Infrastruktur

2. Masih dijumpainya perbedaan redaksi dari para hakim, panitera dan


jurusita dengan blangko yang tersedia dalam siadpa. Karena berbeda
dalam memahami redaksi, maka kartu kendali tidak berjalan
sebagaimana mestinya dan menyebabkan bunyi amar putusan berbedabeda dalam jenis perkara yang sama.
3. Masih terbatasnya jaringan online internet dan peralatan TI seperti
computer dan printer serta ruangan meja informasi yang permanen. Hal
ini menyebabkan tidak semua ruangan bisa mengakses siadpa secara
online dan karenanya pembuatan berita acara ataupun putusan harus
berpindah ruangan, bahkan terkadang dilakukan dirumah sehingga tidak
menggunakan system siadpa. Demikian pula pada meja informasi
belum tersedia prasarana TI yang memadai.
Pemecahan masalah dalam hal ini adalah :
a. Untuk hambatan yang pertama adalah perlu adanya bimbingan
dan pelatihan apliksi siadpa kepada petugas posbakum dan
sekaligus mereka diberikan jaringan yang dapat mengakses
program siadpa meskipun terbatas pada menu pembuatan
gugatan/permohonan.

Atau

jika

tidak

memungkinkan

membimbing dan mengenalkan program siadpa kepada petugas


posbakum, maka ditunjuk petugas meja I yang memahami
siadpa, selain menyalin identitas para pihak, sekaligus dapat
merumuskan pokok-pokok posita gugatan/permohonan.
b. Untuk mengatasi hambatan kedua, kiranya dirumuskan balngkoblangko standar yang telah disetujui bersama, minimal
disepakati oleh ketua-ketua pengadilan agama;
c. Untuk mengatasi hambatan ketiga, perlu dibuat RKAKL yang
memasukkan reinstalasi jaringan listrik maupun jaringan
internet kesemua ruangan hakim, panitera, dan jurusita serta
pada meja informasi.

V-27

Universitas widyatama
Bab V Rancangan dan Kerangka Kerja Infrastruktur

5.4

Ringkasan
Pada proses rancangan kerangka kerja infrastruktur ini bisa terlihat adanya

suatu analisis. Proses analisis ini bisa dijadikan acuan untuk membangun arsitektur
yang diusulkan. Tentunya hasil ini diambil dari ADM TOGAF yang di uraikan
pada bab IV. Hasil uraian mengenai tata kelola teknologi informasi berlandaskan
hukum yang didasari oleh keputusan peraturan Menteri Komunikasi dan
Informatika

Nomor: 41/PER/MEN.KOMINFO/11/2007. Bahwa dalam rangka

mendukung tujuan penyelenggaraan pemerintahan diperlukan rencana teknologi


informasi dan komunikasi yang lebih harmonis, pengelolaan yang lebih baik,
peningkatan efisiensi dan efektivitas belanja teknologi informasi dan komunikasi
dan pendekatan yang meningkatkan pencapaian nilai (value) dari implementasi
teknologi informasi dan komunikasi nasional.

V-28

Universitas widyatama
Bab VI Simpulan dan Saran

BAB VI
PENUTUP
6.1

Simpulan
Simpulan yang dapat diuraikan berdasarkan tahapan pekerjaan pemodelan

arsitektur enterprise adalah sebagai berikut :


1. Penelitian ini memfokuskan pada pemodelan arsitektur enterprise terhadap
aktivitas bisnis Pengadilan Agama Bandung dengan lingkup pemodelan
bisnis, data, aplikasi dan teknologi.
2. Arsitektur aplikasi saat ini menggunakan platform yang berbeda-beda,
sehingga harus dilakukan penggantian secara keseluruhan untuk menjamin
integritas SI yang akan dibangun. Enterprise architecture yang terbentuk
bisa digunakan sebagai panduan pengelolaan SI di Pengadilan Agama
Bandung.
3. Hasil yang diperoleh dari arsitektur sistem informasi terdiri dari 4 entitas
data dari 4 fungsi bisnis dan 1 aplikasi yang didalamnya terdapat subaplikasi: penerimaan, persidangan dan penyelesaian. Pedoman bisnis
Pengadilan Agama Bandung memiliki aktivitas utama: perceraian, waris,
Hibah dan wasiat. Aktivitas pendukung: Majelis Hakim, Panitera dan
Sekretaris.
6.2

Saran
Untuk menjamin enterprise architecture ini diimplementasikan, berikut

saran yang diberikan :


1. Fokus dukungan yang paling utama harus adanya komitmen bersama di
level manajemen dalam pengembangan TIK.
2. Tata kelola TIK harus diawali dari pembentukan komite TIK oleh ketua
Pengadilan Agama Bandung, hal ini sesuai dengan pedoman umum TIK
Nasional.
3. Pengembangan aplikasi harus dilaksanakan secara bertahap sesuai dengan
tahapan implementasi yang telah disusun.
4. Untuk mendapatkan model arsitektur enterprise yang lebih lengkap harus
dilakukan penelitian lebih lanjut pada tiap tahapan dalam TOGAF ADM.
VI-1

Universitas widyatama
Bab VI Simpulan dan Saran

5. Harus adanya menambahan SDM TIK atau melakukan pelatihan kepada


SDM yang ada untuk dijadikan SDM yang ahli dalam bidang TIK.

VI-2

Universitas widyatama
Daftar Pustaka
DAFTAR PUSTKA

[1]

Agung W. 2006, Pemodelan Asitektur Enterprise studi kasus Sekolah


Tinggi Ilmu Ekonomi Pasundan Bandung. Thesis Magister Sistem
Informasi, ITB, Bandung.

[2]

B. Robertson & V. Sribar, The Adaptive Enterprise: IT Infrastructure


Strategies to Manage Change and Enable Growth,Intel Press, 2001.

[3]

Berclay K, Savage J. 2004, Object-Oriented Design with UML and Java,


Elsevier Buttereworth-Heinemann.

[4]

IBM. 1981, International Business Machine. 1981. Business System


Planning, Information System Planning Guide.

[5]

Jaap Schekkerman, B.Sc., A Comparative Survey of Enterprise


Architecture Framework, 2004.

[6]

Jaap Schekkerman, B.Sc., Be Enterprising: What We can Learn from


Other Countries, 2004.

[7]

KURNIA TRISNA SOMANTRI studi kasus

Pemodelan Arsitektur

Enterprise dengan TOGAF ADM Pada Rintisan Sekolah Bertaraf


Internasional SDN GALUNGGUNG Kota Tasikmalaya.
[8]

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah ( LAKIP ) Tahun 2010.

[9]

Marc. 1998, Enterprise Architecture at Work, Modelling, Communication,


and Analysis, Springer Verlag Berlin Heidelberg.

[10]

Open

Group.

(2009).

The

Open

Group

Architecture

Framework:Architecture Development Method . Diakses pada Tanggal 06


April 2012 dari http://pubs.opengroup.org/architecture/togaf9-doc/arch/.
[11]

Perancangan infrastruktur TI-WirawanB,Fasilkom, 2009 (akses pada


tanggal 12 April 2012).

[12]

Peraturan

Menteri

Komunikasi

dan

Informasi

Nomor

41/PER/MEN.KOMINFO/11/2007 tentang Panduan Umum Tata Kelola


Teknologi Informasi Nasional.
[13]

Porter M. 1985, Competitive Advantage : Creating and Sustaining


Superior Performance for Analyzing Industries and Competitor, The Free
Press.

xv

Universitas widyatama
Daftar Pustaka
[14]

Thesis iyan supriyana Model Arsitektur Bisnis, Sistem Informasi dan


Teknologi Di BAKOSURTANAL Berbasis TOGAF.

[15]

U.S. Cencus Bureau 2004, http://help.econ.cencus.gov/econhelp/glossary


[5 Maret 2004].(diakses pada 15 April 2012).

[16]

www.badilag.net (akses pada tanggal 10 April 2012).

[17]

www.opengroup.org/public/arch/p3/trm/trm_dtail.htm (akses pada tanggal


12 April 2012).

[18]

www.opengroup.org/soa/source-book/togaf/togafsummary.html

(akses

pada tanggal 12 April 2012).


[19]

www.mikethearchitect.com/2012/02/archimate-20-highlights.html
pada tanggal 15 April 2012).

xvi

(akses

Anda mungkin juga menyukai