Tutor:
Tutor :
dr. Diah Krisnansari, Msi
dr. Viva Ratih Bening Ati
Disusun Oleh:
KELOMPOK III
1. Sarah Maulina O.
G1A009015
2. Dikodemus Ginting
G1A009019
3. Dias Isnanti
G1A009034
4. Prabawa Yogaswara
G1A009048
5. Femy Indriani
G1A009052
6. Radita Ikapratiwi
G1A009103
7. Esti Setyaningsih
G1A009106
G1A009119
9. Winda Tryani
G1A009128
G1A008018
K1A005036
INFORMASI 1
Aduh boyokku....
RPS
Tn. W berusia 52 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan nyeri di
pinggang.
Nyeri
dirasakan
menjalar dari pinggang sampai kaki kanan. Nyeri ini dirasakan semakin lama
semakin berat sehingga mengganggu aktivitas pasien. Keluhan dirasakan semakin
memberat jika pasien membungkuk, mengangkat beban berat dan bersin, keluhan
sedikit berkurang jika pasien berbaring miring beristirahat. Pasien juga mengeluh
sering kesemutan pada kaki kanan, keluhan ini dirasakan 1 bulan yang lalu
bersamaan dengan timbulnya nyeri pada pinggang. Kesemutan dirasakan hilang
timbul.
Tn. W memiliki riwayat pekerjaan sebagai buruh bangunan. Pekerjaan ini
sudah dilakoninya sejak 10 tahun.
RPK
Riwayat DM disangkal
Riwayat penyakit jantung disangkal
Riwayat hipertensi disangkal
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kejelasan Istilah dan Konsep
W sering
1. Kesemutan
Stimulus sensori seperti ditusuk-tusuk akibat dari penekanan saraf atau
terhambatnya aliran darah
2. Nyeri pinggang
Disebut low back pain, merupakan nyeri punggung bawah atau
nyeri pinggang yaitu nyeri yang berada di daerah lumbosakral dan
sakroiliaca . Nyeri punggung, terutama punggung bawah, dapat dibedakan
empat tipe rasa nyeri: nyeri lokal, alih, radikuler, dan yang timbul dari
spasem muskuler sekunder (protektif). Nyeri lokal disebabkan oleh
sembarang proses patologis yang menekan atau merangsang ujung-ujung
syaraf sensorik. Keterlibatan struktur-struktur yang tidak mengandung
ujung-ujung saraf sensoris adalah tidak nyeri. Sebagai contoh, bagian
sentral, medula corpus vertebrae dapat dihancurkan tumor tanpa
menimbulkan rasa nyeri. Sedangkan struktur yang diinervasi oleh serabutserabut aferen rami primer posterior dan saraf sinus vertebralis dapat
menimbulkan nyeri yang luar biasa. Nyeri dapat bersifat tajam atau tumpul
dan sekalipun sering difus, rasa nyeri ini selalu terasa pada atu di dekat
tulang belakang yang sakit. Gerakan berlawanan arah secara refleks dari
segmen-segmen tulang belakang oleh otot-otot paravertebralis sering
tercatat dan dapat menyebabkan deformitas atau abnormalitas postur
(Ginting, 2010).
Nyeri alih. Terdiri atas dua tipe: yang diproyeksikan dari tulang
belakan ke rogio yang terletak di dalam daerah dermatom lumbal serta
sakral bagian atas, dan diproyeksikan dari visera pelvik dan abdomen ke
tulang belakang. Nyeri radikuler atau nyeri akar, memiliki beberapa ciri
khas nyeri alih tetapi berbeda dalam hal intensitasnya yang lebih besar,
radiasi distal, keterbatasan pada daerah radiks saraf, dan faktor faktor yang
mencetuskannya.
Mekanisme
terjadinya
terutama
beripa
distorsi,
regangan, iritasi dan kompresi radiks spinal, yang paling sering terjadi di
bagian sentral terhadap foramen intervertebralis. Meskipun nyerinya
sendiri sering tumpul atau sakit terus, berbagai manuver yang
meningkatkan iritasi akar atau meregangkannya bisa sangat memperhebat
nyeri, menimbulkan suatu kualitas menusuk-nusuk. Nyeri jenis ini bisa
dicetuskan atau diperparah oleh beberapa kondisi (Ginting, 2010):
1.
2.
3.
4.
5.
yang lama. Chronic low back pain dapat terjadi karena osteoarthritis,
rheumatoidarthritis,
dan
tumor.
B. Menetapkan Definisi Dan Batasan Permasalahan Yang Tepat
Anamnesis
1. Identitas
Nama : Tn. W
Usia : 52 tahun
2. RPS
Keluhan utama
: nyeri pinggang
Onset
: 1 bulan
Distribusi
: menjalar (pinggang-kaki kanan)
Progresifitas
: memburuk
Kualitas
: mengganggu aktivitas
Faktor memperberat : membungkuk, mengangkat benda berat, bersin
Faktor memperingan : Berbaring miring, beristirahat
Gejala penyerta
: kesemutan (kaki kanan, 1 bulan, hilang timbul)
3. RPD
a. Riwayat penyakit yang sama sebelumnya disangkal
b. Riwayat penyakit DM disangkal
c. Riwayat penyakit jantung disangkal
d. Riwayat hipertensi disangkal
e. Riwayat trauma disangkal
4. RPK
Riwayat DM, hipertensi, dan penyakit jantung disangkal
5. RPSos
Bekerja sebagai buruh bangunan (10 tahun) dan sering mengangkat bendabenda berat
INFORMASI 3
PEMERIKSAAN FISIK
Kesadaran umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran
: compos mentis
Kuantitatif
: GCS E4M6V5
Vital sign
: TD
Status internus
: 120/70 mmHg
RR
: 20x / menit
: 36,3o
: dbn
INFORMASI 4
PEMERIKSAAN NEUROLOGIS
Tanda rangsang meningeal (-)
Pemeriksaan nervus cranialis
: dbn
Pemeriksaan sensibilitas
: hipestesi dermatom sakral 1
Refleks fisiologis
: Refleks tendo achiles : + / +
Refleks fisiologis lain : +normal
Tes Laseque
: +350 / N
C. Menganalisa Permasalahan
1. Anatomi vertebra
2. Anatomi medula spinalis
3. Dermatom tubuh
4. Alasan berbaring miring saat beristirahat menjadi faktor memperingan
5. Faktor resiko nyeri
6. Patofisiologi nyeri pinggang
7. Interpretasi Info 3
8. Interpretasi Info 4
9. Hipotesis sementara
a. Hernia Nukleus Pulposus
b. Tumor medula spinalis
c. Spondilosis
10. Alasan penghapusan hipotesis tumor medula spinalis
D. Menyusun Berbagai Penjelasan Mengenai Permasalahan
1. Anatomi vertebra
corpus
zygoaphophyseal,
vertebra
ligamentum
(Nugraheni, 2010).
2. Anatomi medula spinalis
dan
periosteumnya,
supraspinosum,
fascia,
articulatio
dan
otot
(=plexus
brachialis)
dan
mebrum
inferius
(=plexus
3. Dermatom tubuh
Bangunan peka nyeri (nosiseptor; terangsang oleh berabgai stimulus baik mekanis, kimi
Persepsi nyeri
Mekanisme nyeri :
proteksi yang bertujuan untuk mencegah pergerakan proses penyembuha
Nyeri neuroleptik
(lesi primer pada sistem saraf)
Penekanan hanya pada selaput pembungkus saraf (kaya nosiseptor dari nervi nevorum yang
Penekanan
menimbulkan
mengenai
nyeri
serabu
infla
Potensial aksi
Lamina I
(serabut delta)
Neurotransmitter glutamat
Lamina v
(serabut C)
Neuropeptide
Jaras anterolateral
Jaras anterolateral
Thalamus
Impuls > 1s
9. Interpretasi Info 4
a. Pemeriksaan sensibilitas
: hipestesi dermatom sakral 1
Hipestesi : rasa baal
Dermaton sacral 1 : berjalan dari bagian posterior area pantat, paha,
betis, hingga tumit
b. Refleks fisiologis
: 14 gr/dl
(N)
Leukosit
: 7000/mm3
(N)
Trombosit
: 220.000/mm3
(N)
GDS
: 150 mg/dl
(meningkat)
Kolesterol total
: 197 mg/dl
(N)
HDL
: 52 mg/dl
(N)
LDL
: 175 mg/dl
(meningkat)
Trigliserida
: 150 mg/d;
(N)
Asam urat
: 5,0 mg/dl
(N)
INFO 6
DIAGNOSIS
Diagnosis Klinis
Diagnosis Topik
Diagnosis etiologi
: suspect HNP
berlebihan
Diprovokasi karena mengangkat benda berat
Timbul gejala kesemutan
Kelemahan otot
Nyeri bertambah dengan batuk, bersin, mengangkat benda berat,
membungkuk akibat bertambahnya tekanan intratekal (Nugraheni,
2010)
Pemeriksaan fisik :
Tes Laseque positif (Nugraheni, 2010)
b. Tumor medula spinalis
Sudah dilaksanakan
G. Menarik Atau Mengambil Sistem Informasi Yang Dibutuhkan Dari
Informasi Yang Ada
1. Patofisiologi kesemutan
Adanya penekanan atau pendesakan saraf
IL -1 , IL-6, TNF
Kesemutan
Penghantaran impuls aferen ke girus post centralis (sensori)
saraf beas yan mempunyai spesifikasi. Disini terjadi aksi potensial dan
impuls ini diterusakn ke pusat nyeri. Serabut saraf yang dari reseptor ke
ganglion masuk ke cornu posterior dan berganti neuron. Disini ada 2
kelompok yaitu (a) yang berganti neuron di lamina 1 yang kemudian
menyilang di linea mediana membentuk jaras anterolateral yang langsung
ke
thalamus;
system
ini
disebut
system
neospinotalamik
yang
dalam
posisi
terlentang
dan
tidak
boleh
Diskus
columna
degeneratif
c. Perubahan
Patogenesis HNP
(Merdjono, 2009; PPBNI, 2009)
(proses penuaan)
protein polisakarida
dalam diskus
kadar cairan
Trauma
Kompresi berat
Pertahanan diskus
Serabut
saraf mengalami hialinisasi
Nukleus pulposus mendorong ligamentum longitudinalis
(protusi)
HERNIASI
f. Penegakan diagnosis
Anamnesa
Adanya nyeri di pinggang bagian bawah yang menjalar ke bawah
(mulai dari bokong, paha bagian belakang, tungkai bawah bagian
atas).
Dikarenakan
mengikuti
jalannya
N.
Ischiadicus
yang
f.
2.
buang
air
kecil
dan
besar
orang
sakit
yang
non
adiktif
perlu
diberikan
untuk
benda
berat,
terutama
dalam
sikap
i. Prognosis
Terapi konservatif yang dilakukan dengan traksi merupakan suatu
perawatan yang praktis dengan kesembuhan maksimal. Kelemahan fungsi
motorik dapat menyebabkan atrofy otot dan dapat juga terjadi pergantian
kulit (Harsono, 2009).
5. Spondilosis
a. Definisi dan etiologi
Spondilosis ada lah proses degenerasi yang progresif pada diskus
intervertebralis, yang mengakibatkan makin menyempitnya jarak
antara
vertebre
sehingga
menyebabkan
terjadinya
osteofit,
skiatika,
pendek,
kadang-kadang
secara
mendadak
pasien
ini berhubungan
dengan
penyempitan
recessus
lumbal,
termasuk berdiri,
tangga atau jalan menurun, dan termasuk juga memakai sepatu hak
tinggi (Wardani, 2007).
Nyeri pinggang bawah adalah keluhan yang paling umum
muncul dalam waktu yang lama sebelum munculnya penekanan
radikuler. Kelemahan punggung merupakan keluhan spesifik dari
pasien dimana seolah-olah punggung akan copot,
kemungkinan
menganggap
sebagai
penyakit
yang
asalnya
tidak
dan
vertebra
sudah
mencapai
ukuran
maksimal.
perkembangan
dan
kongenital
termasuk
untuk
jalannya
dengan p e r u b a h a n
menjadi
saraf,
osseus
penekanan
akar
sehingga
minor
saraf:
dapat
bahkan
hanya
berkembang
c a n a l i s spinalis yang
dangkal, canalis dengan bentuk trefoil, atau anomali dari akar saraf.
Var i a s i a n a t o m i s
terjadi
yang
berkembang
menjadi
penekanan
dengan
yang
lebar
bahkan
dari canalis
spinalis,y a n g
disebabkan
oleh
melintang)
berkembangnya
juga
dapat
berperan
dalam
yang
berkembang
menjadi
penekanan
Perubahan degeneratif
(penurunan sistem metabolik, sirkulasi darah, trauma berulang)
Elastisitas
Kalsifikasi
1.Mekanisme statis
1. Mekanisme statis
2. Mekanisme dinamis
fleksi
ekstensi
f.
g.
h.
i.
j. Kifosis
k.
Nyeri bertambah
Iskemik
Gangguan refleks
lumpuh otot
gejala-gejala.
Gejala-gejala
radikuler
dan
mana
dengan
mengurangi
lordosis
lumbalis
dapat
a) Jangan
menyimpulkan
berhubungan
dengan
bahwa
gejala
osteofitosis.
pada
Carilah
akar
pasien
penyebab
saraf,
maka
diindikasikan untuk bed rest total selama dua hari. Jika hal
tersebut tidak mengatasi keluhan, maka diindikasikan
untuk bedah eksisi.
c) Pengobatan tidak diindikasikan pada keadaan tanpa
komplikasi.
TERAPI PEMBEDAHAN
Terapi pembedahan diindikasikan jika terapi konservatif gagal dan
adanya gejala-gejala permanen khususnya defisit mototrik.2
Pembedahan tidak dianjurkan pada keadaan tanpa komplikasi.
Bedah eksisi dilakukan pada skiatika dengan bukti adanya
persinggungan dengan nervus skiatika yang tidak membaik
dengan bed rest total selama 2 hari (Rana, 2011).
a. Penekanan saraf dari bagian posterior osteofit adalah penyulit
yang mungkin terjadi hanya jika sebuah neuroforamen
ukurannya berkurang 30% dari normal.
b. Reduksi tinggi discus posterior samapi kurang dari 4 mm atau
tinggi foramen sampai kurang dari 15 mm sesuai dengan
diagnosis kompresi saraf yang diinduksi osteofit.
c. Jika spondilosis lumbalis mucul di canalis spinalis, maka
stenosis spinalis adalah komplikasi yang mungkin terjadi.
d. Jika osteofit menghilang, carilah adanya aneurisma aorta.
Aneurisma aorta dapat menyebabkan erosi tekanan dengan
vertebra yang berdekatan. Jika osteofit muncul kembali,
tanda yang pertama muncul seringkali adalah erosi dari
osteofit-osteofit tersebut, sehingga tidak nampak lagi.
e. Terdapat kasus adanya massa tulang setinggi L4 yang
menekan duodenum.
Terapi pembedahan tergantung pada tanda dan gejala klinis, dan
sebagian karena pendekatan yang berbeda terhadap stenosis
spinalis lumbalis, tiga kelompok prosedur operasi yang dapat
dilakukan anatara lain (Rana, 2011) :
a. Operasi dekompresi
mengurangi
fibrosis.
pembengkakan
lemak
Walaupun
post
beberapa
operatif
telah
dapat
berhasil,
mengakibatkan
Sistem
terbaru
menggunakan
skrup
pedikuler,
Untuk
alternatifnya
dapat
dilakukan
penyatuan
tunggal
berhubungan
spondilolistesis
dengan
progresif.
insiden
Komplikasi
yang
prosedur
tinggi
dari
stabilisasi
BAB III
KESIMPULAN
1. Hernia Nucleus Pulposus (HNP) adalah keadaan ketika nucleus pulposus
keluar menonjol untuk kemudian menekan kea rah kanalis spinalis melalui
annulus fibrosus yang robek. HNP merupakan suatu nyeri yang disebabkan
oleh proses patologik di kolumna vertebralis pada diskus intervertebralis/
diskogenik. (Muttaqin, 2008).
2. Manifestasi klinis HNP diantaranya ischialgia, parestesia, gangguan miksi,
defekasi, dan seksual, serta nyeri saat bersin dan batuk. Pada pemeriksaan
fisik sebagian besar ditemukan refleks tendon Achilles yang menurun atau
bahkan hilang (Mansjoer et al, 2001).
3. Pemeriksaan penunjang yang paling sering digunakan adalah MRI (gold
standard). Selain itu pemeriksaan lain yang sering dikombinasikan adalah
elektromielografi (EMG), X-Ray, dan CT-Scan (Mansjoer et al., 2001).
4. Penatalaksanaan pada HNP terutama adalah terapi konservatif (tirah
baring). Selain itu diberikan NSAID untuk mengurangi rasa sakit, dan
terapi fisik. Tindakan operatif dilakukan bila tidak ada kemajuan dari
terapi awal (Price & Wilson, 2005).
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall, 2000, Buku Saku Diagnosa Keperawatan, Edisi 8, EGC,
Jakarta
Ginting, NB. 2010. Karakteristik Penderita Nyeri Punggung Bawah (NPB).
Available
from,
URL
http://respiratory.usu.ac.id/bitstream/123456789/30756/4/chapterII.pdf.
Diakses pada tanggal 21 Maret 2012.
Harsono. 2009. Kapita Selekta Neurologi Edisi 2. Yogyakarta : GMUP
http://eprints.undip.ac.id/12505/1/2002PPDS1899.pdf
http://www.scribd.com/doc/42554392/Hernia-Nukleus-Pulposus?olddoc=1
http://www.scribd.com/doc/42554392/Hernia-Nukleus-Pulposus?olddoc=1
http://www.scribd.com/doc/44834841/Spondylosis-Lumbalis
http://www.scribd.com/doc/48965995/HERNIA-NUKLEUS-PULPOSUS Diakses
pada tanggal 23 Maret 2012
Ibrahim Al Luwimi, Ahmed Ammar and Majed Al Awami. 2011. Pathophysiology
of Paresthesia. Department of Neurosurgery and General Surgery,
http://www.fkumycase.net/wiki/index.php?page=PRESUS+SARAF+
URL
http://ppni.klaten.com/index.php?
option=com_content&view=article&id=66:hnp&catid=38:ppni-akcategory&Itemid=66.
Price, Sylvia Anderson; Wilson, Lorraine M. 2005. Patofisiologi : Konsep klinis
proses-proses penyakit. Jakarta : EGC.
Putz, Reinhard; Pabst, Reinhard. 2006. Sobotta : Atlas Anatomi Manusia Edisi 22
Jilid 2. Jakarta : EGC.
Rana, S Andeeps; Crystal, Howard A. 2011. Diagnosis and Management of
Cervical
Spondylosis.
Available
from,
URL
http//emedicine.medscape.com/article/1144952-overview#a0104.
Rosenbaum RB, Ciaverella DP. Disorders of bones, joints, ligaments, and
meninges. In: Bradley WG, Daroff RB, Fenichel GM, Jankovic J, eds.
Neurology in Clinical Practice. 5th ed. Philadelphia, Pa: ButterworthHeinemann; 2008:chap 77.
Sidharta, Priguna. 1999. Neurologis Klinis dalam Praktek Umum. Jakarta : Dian
Rakyat
Wardani, Ayu Konsita. 2007. Spondylosis Lumbalis. Denpasar : FK UNUD