Anda di halaman 1dari 85

KIMIA TANAH

KAPASITAS TUKAR KATION (KTK)


o Adalah kapasitas lempung un tuk menyerap dan menukar kation
o Ion bermuatan positif dinetralisir oleh ion bermuatan negatif disebut
dengan electric double layer
o Kation yang tertukar disebut : exchangeable cations, sedang proses
pertukaran disebut cation exchange.
o Partikel tanah yang bertanggung jawab terhadap penyerapan dan
pertukaran kation disebut exchange complex
o Contoh :
Soil-Ca + 2 H+
Soil-2H + Ca2+
Adsorbed Ca
Adsorbed H+
o KPK dipengaruhi oleh (1) kandungan lempung (2) tipe lempung (3)
kandungan bahan organik
Tipe Lempung

Kisi

Kandungan
Hara

Kaolinit dan Haloisit


Illit
Montmorillonit
Vermikulit
Bahan Organik

1:1
2:1
2:1
2:1
-

Sedikit
Menyediakan K
Mg, K, Fe dll
Mg, K, Fe dll
-

KPK (pH 7)
(me/100gr dr
lempung)
< 10
15-40
80-100
Sekitar 100
Sekitar 200

Tanah kandungan BO rendah :


CEC (me/100 gr) = {CEC (me/100 gr tanah): % clay} X 100
Kriteria KPK untuk Top Soil
KPK (me/100 gr tanah)
> 40
25-40
15-25
5-15
<5
KPK sangat penting untuk mengetahui :
1. Kesuburan tanah
2. Aplikasi pupuk
3. Pengambilan hara
4. Kualitas lingkungan

Rating
Sangat Tinggi
Tinggi
Sedang
Rendah
Sangat Rendah

KPA (Kapasitas Pertukaran Anion)


KPA adalah Kapasitas lempung untuk menyerap dan menukar anion.
Lempung akan bermuatan positif hanya terjadi dalam kondisi asam, ketika
dimana pH tanah dibawah ZPC Clay atau karena patahnya ikatan mineral
lempung
Jenis Anion : SiO44-, H2PO4-, SO42-, NO3- dan Clo Partikel kasar seperti pasir, debu dan bahan organik belum
terdekomposisi secara kimia. Lembam (Inert)
luas permukaan
rendah dan tidak memperlihatkan sifat koloid.
o Lempung dan humus
luas permukaan besar dan menunjukkan
permukaan yang secara kimia mengandung mengandung muatan
elektrik.
o Partikel lempung membawa muatan negatif sebagai hasil satu atau
lebih beberapa reaksi berbeda. Dua sumber utama muatan negatif
adalah isomorphous subtitution dan dissociation of exposed hydroxyl
groups.
Isomorphous substitution
o Adalah subtitusi atom dalam struktur kristal tanpa mempengaruhi
struktur kristal tersebut
o Misal : unit sel kaolinit mempunyai rumus : Al2O.2SiO2.2H2O
o Perhitungan berikut menunjukkan bagaimana muatan positif
dinetralkan oleh muatan negatif
Al 3+
2X

Si4+
2X

H+
2X

O29X

18+
18+
o Permanent negative charges : Apabila penggantian salah satu ion
menyebabkan adanya satu muatan negatif (tdk netral) dan tidak
bergantung pH.
Dissociation of Exposed Hydroxyl Groups
o Adalah grup OH yang ada dalam permukaan lapisan Al
oktahedra.Umumnya pada lempung tipe 1:1, sesquioksida dan
lempung amorf. OH akan berhubungan dengan cairan tanah dan
terdisosiasi, melepaskan proton.
o contoh:
- Al - OH.
- Al - O+ H+
Netral octahedron
muatan negative octahedron
o Muatan tergantung pH terjadi pada pH tinggi dan menurun pada pH
rendah.
Zero Point of Charge (ZPC)
o Adalah pH dimana mineral tidak bermuatan atau muatan positif dan
negative jumlahnya sama (isolectric point)

o pH terus menurun maka akan dicapai suatu titik dimana muatan negatif
sama dengan nol.
o ZPC pada beberapa mineral.
Mineral
Hematit
Gutit
Gibsit
Al (OH)3 Amorf
Fe (OH)3 Amorf

ZPC
2,1
3,2
4,8
8,3
8,5

o Pada kondisi ZPC partikel lempung dalam larutan tanah tidak saling
tolak dan cenderung membentuk partikel yang lebih besar. Agregat
akan terpresipitasi dan membetuk struktur tanah.
o Sebaliknya, partikel bermuatan negatif akan saling tolak menolak
menyebabkan penyebaran partikel. Jika lempung terdispersi, tanah
menggenang (puddled) dan sensitif terhadap erosi air. Tanah yang
tergenang konsistensi lekat dan menjadi keras jika kering sehingga
tidak baik untuk pertumbuhan akar tanaman.
o Agregasi lempung dapat dilakukan secara alami (adanya Al dan Fe)
dan buatan misal pemberian kapur .

WARNA TANAH

Secara langsung mempengaruhi penyerapan sinar matahari dan salah


satu faktor penentu suhu tanah.
Secara tidak langsung berhubungan dengan sifat-sifat tanah, misal
informasi subsoil drainase, kandungan bahan organik surface horizon,
pembeda antar horison.
Diukur menggunakan standar warna (Soil Munsell Color Chart) .
Keterangan Soil Munsell Color Chart :
The munsell notation identifies color by use of three variables: hue,
value, and chroma .
Hue is the dominant spectra color, that is, whether the hue is a pure
color such as yellow, red, green, or a mixture of pure color, such as
yellow-red. Mixture are identified numerically according to the amount
of yellow or red used to produce the mixture. 5YR is an equal of red
and yellow.
As the number increases, the amount of the first color (yellow)
increases and second color (red) decreases. Value and Chroma are
terms that refer to how the hue is modified by the addition of gray.
Value is the degree of lightness or brightness of the hue reflected uin
the property of the gray color that is being added to the hue. A
particular value (gray) is made by mixing a pure white pigment (10)
with a pure black pigment (0). If equal amounts of white and black
pigment are mixed, the value is aqual to 5.
Chroma is the amount of gray of a particular value that is mixed with
the pure hue to obstain the actual soil color. A chroma of 1 would be
made by adding 1 units of pure hue to a certain amounts of gray; a
chroma of 5 would contain 5 units of pure hue to the amount of gray.
The lower the chroma, the closer the color is to the pure gray of that
value.
Interpretasi : Warna tanah disebabkan oleh adanya bahan organik, dan
atau status oksidasi senyawa besi dalam tanah.
Tanah yang dibentuk oleh bahan induk basalt sering berwarna sangat
gelap jika tanah tersebut mengandung sedikit atau tidak ada bahan
organik
Status oksidasi besi terutama di lapisan bawah: tanah yang aerasi dan
drainase bagus, senyawa besi berada dalam bentuk oksidasi (ferri/
Fe3+ ) dan memberikan warna merah atau kuning; tanah yang aerasi
dan drainase jelek, senyawa besi tereduksi dalam bentuk ferro (Fe 2+)
akan memberikan warna abu-abu (gray)
Hubungan antara warna tanah dengan kandungan bahan organik di
Illinois, USA
Notasi Munsell
(Kondisi lembab)
10 YR 2/1

Bahan Organik (%)


Range
Average
3.5 - 7.0
5.0

10 YR 3/1
10 YR 3/2
10 YR 4/2
10 YR 5/3

2.5 - 4.0
2.0 - 3.0
1.5 - 2.5
1.0 - 2.0

3.5
2.5
2.0
1.5

TEKSTUR TANAH

Sifat kimia, fisika dan mineralogi partikel tanah tergantung pada ukuran
partikelnya.
Semakin kecil ukuran partikel maka luas permukaannya semakin
besar. Jadi luas permukaan fraksi lempung > fraksi debu> pasir
Sebagai contoh :
Partikel bentuk bola dengan berat 1 gr dengan bulk density 2,65 g/cm3
dipecah menjadi 106 partikel yang lebih kecil berbentuk bola dengan berat
masing-masing partikel 10-6 g.
Maka :
Luas permukaan untuk partikel dengan berat 1 gr adalah sbb :
Volume = (1g)/(2,65 g/cm3) = 0,377 cm3
Volume bola = 4/3 . 3,14. r3 sehingga r3 = (0,377 x 3) /4 . 3,14 =
0,0901
Radius = r = 0,448 cm = 4,48 x 10-3 m
Luas permukaan (surface area/SA) = 4 . 3,14 . r2 = 2,52x10-4 m2
Setelah dipecah menjadi partikel yang lebih kecil \;
Volume = (10-6)/(2,65 g/cm3) = 3,77 x 10-7 cm3
r3 = 3,77 x 10-7 cm3 x 3 = 9,01 x 10-8 cm
3,14
r = 4,48 x 10-5 m
SA dari masing-masing partikel kecil = 4.3,14 r2
= 4x 3,14 x (4,48x10-5 m)2 = 2,52 x 10-8 m2/partikel
Kolektif SA= 2,52 x 10-8 m2/partikel x 106 = 2,52 x 10-2 m2
Dengan kata lain,
Pemecahan partikel seberta 1 gr menjadi 10 6 partikel kecil dapat
meningkatkan luas permukaan 100 kali lipat dari 2,52 x 10 -4 m2 menjadi
2,52 x 10-2 m2

Klasifikasi ukuran Partikel

Sumber
USDA
ISSS
USPRA
BSI, MIT, DIN

Kerikil
> 2 mm
> 2 mm
> 2 mm
> 2 mm

Soil Separates
Pasir
Debu
2 mm - 50 m 50 m - 2 m
2 mm - 20 m 20 m - 2 m
2 mm - 50 m 50 m - 5 m
2 mm - 60 m 60 m - 2 m

Lempung
< 2 m
< 2 m
< 5 m
< 2 m

Tekstur tanah diartikan sebagai proporsi pasir, debu dan lempung


Partikel ukuran lebih dari 2 mm, bahan organik dan agen perekat
seperti kalsium karbonate harus dihilangkan sebelum menentukan
tekstur
Tanah bertekstur sama misal geluh berdebu mempunyai sifat fisika dan
kimia yang hampir sama dengan syarat mineralogi lempung.

Tekstur tanah ditentukan di lapangan dengan cara melihat gejala


konsistensi dan rasa perabaan menurut bagan alir dan di laboratorium
dengan metode pipet atau metode hidrometer
Tekstur tanah menentukan tata air, tata udara, kemudahan pengolahan
dan struktur tanah

Gambar Segitiga tekstur tanah menurut USDA adalah :


100
90
80
70

% Lempung

50

60

0
10
a

20
-

30
-

40
b -

50

% Debu

c
40

30
20

60

70
-

80

h
10

90

0
100
100

90

80

70

60

50

% Pasir

Keterangan:
a
:
b
:
c
:
d
:
e
:
f
:
g
:
h
:
i
:
j
:

lempung
lempung debuan
lempung pasiran
geluh lempungan
geluh lempung debuan
geluh lempung pasiran
geluh
geluh debuan
debu
geluh pasiran

40

30

20

10

Ukuran :
platy
Angular blocky

Subangular blocky
< 1 mm
sangat tipis
1-2 mm
tipis
2-5 mm
sedang
5-10 mm
tebal
> 10 mm
sangat tebal

granular
Prismatic Columnar
Keterangan

Struktur
Subangular &
Angular blocky
< 5
mm
5 10 mm
10 20 mm
20 - 50 mm
> 50
mm

Columnar &
Prismatic
< 10
mm
10 20 mm
20 50 mm
50 100 mm
> 100
mm

Sangat halus
Halus
Sedang
Kasar
Sangat kasar

Granular
<
1
2
5
>

1
2
5
10
10

mm
mm
mm
mm
mm

Tekstur : Penentuan berdasarkan cara rabaan (Notohadiprawiro, 1983)


Segenggam tanah diremas-remas untuk melepaskan
semua agregatnya, sehingga akhirnya tanah
menjadi pasta liat (kadar air antara BG dan
BC). Jika kurang basah, dibasahi sedikit demi
sedikit sambil diremas-remas.
(2)
Tanah dicoba dibuat bola secara dikepal-kepal

tidak
PASIR
dapat

dapat
(3)
Tanah dicoba dibuat pita secara ditekan dan
didorong hati-hati dengan ibu jari dengan alas
jari
telunjuk
sampai
ujung
pita
Tanah
melampaui ujung jari telunjuk.
Dapat, lalu patah
karena ujungnya
melampaui ujung

tidak
dapat

PASIR
GELUHAN

beratnya sendiri
setelah jari telunjuk
sejauh
(4)

< 2,5 cm

2,5-5 cm

> 5 cm

kelompok
Geluhan

kelompok
Geluh
lempungan

kelompok
Lempungan

GELUH
LEMPUNG
PASIRAN

LEMPUNG
PASIRAN

Tanah dibuat bubur,lalu


digosok-gosokkandengan jari
pada telapak tangan, dan
terasa

ya
GELUH
PASIRAN

KASAR
MERAJAI
tidak
ya

GELUH

HALUS

GELUH
DEBUAN

LEMPUNG
DEBUAN

LEMPUNG
DEBUAN

LICIN
MERAJAI
tidak
ya

GELUH

GELUH
LEMPUNGAN

LEMPUNG

SAMARASA

DEBU

STRUKTUR TANAH

Merupakan gumpalan tanah yang berasal dari partikel-partikel tanah


yang saling merekat satu sama lain karena adanya perekat misalnya
eksudat akar, hifa jamur, lempung, humus, dll.
Ikatan partikel tanah berwujud sebagai agregat tanah yang membentuk
dirinya
Pengamatan struktur tanah di lapangan (SSS, 1975) terdiri dari :
1. Pengamatan bentuk dan susunan agregat tanah
tipe struktur
(lempeng, tiang, gumpal, remah, granuler, butir tunggal, pejal)
2. Besarnya agregat
klas struktur (sangat halus, halus, sedang,
kasar, sangat kasar)
3. Kuat lemahnya bentuk agregat
derajad struktur (tidak
beragregat, lemah, sedang, kuat).

KONSISTENSI TANAH

Adalah derajad kohesi dan adhesi antara partikel-partikel tanah dan


ketahanan massa tanah terhadap perubahan bentuk oleh tekanan dan
berbagai kekuatan yang mempengaruhi bentuk tanah.
Konsistensi ditentukan oleh tekstur tanah dan struktur tanah.
Cara penentuan (1) lapangan : memijit tanah dalam kondisi kering,
lembab dan basah (2) laboratorium : angka-angka Atterberg
Penentuan di lapangan ;
Kondisi kering : kekerasan (lepas, lunak, keras)
Kondisi lembab : keteguhan (lepas, gembur, teguh)
Kondisi basah : kelekatan dan plastisitas
Penentuan di laboratorium : menentukan Batas Cair (BC), Batas Lekat
(BL), Batas gulung (BG) dan Batas Berubah Warna (BBW)
Batas Cair : Kadar air yang dapat ditahan oleh tanah
Batas Lekat : Kadar air dimana tanah tidak melekat ke logam
Batas Berubah Warna adalah batas air dimana air sudah tidak dapat
diserap oleh akar tanaman karena terikat oleh tanah
Jangka Olah (JO) : kadar air dimana tanah mudah diolah (BL-BG)
Derajad keteguhan (DT) : BC-BG
Surplus positif : Bl > BC artinya tanah mudah merembeskan air;
Surplus negatif : BL<BC : tanah sukar merembeskan air

LENGAS TANAH

Lengas tanah adalah air yang terikat oleh berbagai gaya, misalnya
gaya ikat matrik, osmosis dan kapiler
Gaya ikat matrik berasal dari tarikan antar partikel tanah dan
meningkat sesuai dengan peningkatan permukaan jenis partikel tanah
dan kerapatan muatan elektrostatik partikel tanah
Gaya osmosis dipengaruhi oleh zat terlarut dalam air maka meningkat
dengan semakin pekatnya larutan, sedang gaya kapiler dibangkitkan
oleh pori-pori tanah berkaitan dengan tegangan permukaan
Jumlah ketiga gaya tersebut disebut potensial lengas tanah atau
tegangan lenghas tanah, dan menjadi ukuran kemampuan tanah
melawan gaya grafitasi
Ukuran lengas tanah adalah cm Hg, bar, dan pF
* 1 bar = 0,9869 atm = 105 Pascal = 75,007 cm Hg
* Satuan cm air dibagi 1000 menjadi satuan bar
* pF = Log10 cm H2O

Klasifikasi lengas tanah berdasar tegangan lengas tanah :


1. Kapasitas menahan air maksimum
Jumlah air yang dikandung tanah dalam keadaan jenuh, semua pori
terisis penuh air. Tegangan lengas tanah = 0 cm H 2O, 0 bar atau pF 0
2. Kapasitas lapang
Jumlah air yang terkandung tanah setelah air grafitasi hilang.
Tegangan lengas = 346 cm H2O ; 0,3 bar atau pF 2,54
3. Titik layu tetap
Tingkat kelengasan tanah yang menyebabkan tumbuhan mulai
memperlihatkan gejala layu. Tegangan lengas tanah = 15,849 cm H 2O ;
15 bar ; pF 4,17
4. Koefisien higroskopik
Jumlah lengas tanah yang dijerap permukaan partikel tanah dari uap
air dalam atmosfer yang berkelembaban kira-kira 100%. Tegangan
lengas tanah = 31 bar ; atau pF 4,5.
5. Kering angin
Kadar air tanah setelah diangin-anginkan di tempat teduh sampai
mencapai keseimbangan dengan kelengasan atmosfer. Tegangan
lengas = 106 cm H2O; 1000 bar ; pF 6.
6. Kering Oven
Kadar iar tanah setelah dikeringkan dalam oven pada suhu 105-110 0C
sampai tidak ada lagi air yang menguap (timbangan tetap; biasanya
membutuhkan waktu 16-18 jam). Tegangan lengas tanah = 107 cm
H2O; 10.000 bar; atau pF 7,0.
Klasifikasi fisik :
1. Air bebas (air gravitasi) : air yang diatus oleh gaya gravitasi. Air
dalam kondisi jenuh dan berada diantara pF 0 dan pF 2,54 (diantara
jenuh air dan kapasitas lapang)
2. Air kapiler : air dalam pori-pori tanah dengan tegangan antara pF 2,54
dan 4,5 (kapasitas lapang dan koefisien higroskopis)

3. Air higroskopis : air di permukaan tanah yang dipegang antara pF 4,5


dan 7,0 (antara koefisien higroskopis dan kering oven)
Klasifikasi Biologi
1. Air tidak berguna : setara dengan air bebas menurut klasifikasi fisik.
Kelas ini tidak berlaku bagi padi di sawah dan hidrofit yang hidup
dalam jenuh air
2. Air tersedia : air yang terdapat diantara kapasitas lapang dan titik layu
tetap (pF 2,54 dan 3,17), dan
3. Air tidak tersedia ; air yang berada pada tegangan di atas titik layu
tetap (di atas pF 4,17). Air dipegang tanah dengan tegangan lebih kuat
dibanding kekuatan akar menyerap air.

Kandunga air dalam tanah mempengaruhi sifat tanah seperti


plastisitas, kembang dan kerut tanah, konsistensi, kepadatan, aerasi
Air tanah juga sangat berperan dalam siklus hidrologi.

KEPADATAN TANAH
Kepadatan tanah (density) adalah berat padatan suatu obyek dibagi
volume padatan.
Kepadatan ada 2 : (1) berat jenis (partikel density) (2) Berat Volume
(bulk density)
Partikel density (PD) adalah berat padatan tanah (solid, without pore)
dibagi dengan volumenya (solid, without pore)
* PD kebanyakan tanah adalah 2,6 2,7 g/cm 3
* Kepadatan padatan (solid) tanah mendekati kepadatan kuarsa (2,6
gr/cm3) karena kebanyakan mineral tanah adalah mineral silikat
* Adanya besi dan mineral berat lainnya (seperti olivin) cenderung
meningkatkan PD.
Bulk Density (BD) : berat padatan (pada kering konstan) dibagi total
volume (padatan + pori)
o BD tanah yang ideal berkisar antara 1,3 -1,35 g/cm 3 .
o BD pada tanah berkisar > 1,65 g/cm 3 untuk tanah berpasir ;
1,0-1,6 g/cm3 pada tanah geluh yang mengandung BO tanah
sedang tinggi
o BD mungkin lebih kecil dari 1 g/cm3 pada tanah dengan
kandungan BO tinggi.
o BD sangat bervariasi antar horizon tergantung pada tipe dan
derajat agregasi, tekstur dam BO tanah. Bulk density sanagt
sensitif terhadap pengolahan tanah. Tillage benar, BD turun dan
sebaliknya.

POROSITAS TANAH
Distribusi, kontinuitas pori menentukan aliran air dan udar
Persen pori 50% merupakan kondisi ideal tanah dimana setengahnya
makro pori untuk meneruskan air karena adanya gravitasi dan
setengahnya mikropori untuk menahan air dari tarikan gravitasi
Tanah mineral normalnya 30-60%
Jumlah pori ditentukan oleh tekstur dan tipe lempungnya
Porositas (%) = (1-BD/PD) X 100 %

TILLAGE (PENGOLAHAN TANAH)


Dapat memperbaiki sifat tanah atau dapat juga berpengaruh negatif
misal menimbulkan erosi
Dapat meningkatkan BD atau kerapatan tanah dan menghancurkan
struktur
Efek deep tillage (90 cm) terhadap nilai BD tanah
Depth (cm)

Nilai BD awal (gr/cm3)

Nilai BD akhir (gr/cm3)

0-30
30-60
60-90
90-120

1.45
1.59
1.62
1.54

1.38
1.49
1.46
1.53

BIOLOGI TANAH

Organisme tanah adalah organisme yang bertanggung jawab terhadap


penghancuran dan sintesa organic
Biologi tanah adalah kehidupan dalam tanah, menyangkut kegiatan jasad
hidup dalam tanah dan peranannya, serta peranan BO dengan segala sifat
dan cirinya
Jasad hidup (organisme) tanah
Dikelompokkan menjadi : organisme menguntungkan dan organisme
merugikan
Atau : Tumbuhan (flora) tanah
Binatang (fauna) tanah

Klasifikasi Fauna Tanah


Berdasarkan ukuran tubuh (Wallwork,1974) :
Mikro Fauna, hewan tanah yang ukuran tubuhnya 20-200 , misal ;
Protozoa, Acarina, Nematoda, Rotifera, tardigrada dsb.
Meso Fauna, hewan tanah yang ukuran tubuhnya 200 -1 cm, misal ;
Acarina, Collembola, nematoda, Rotifera, Araneida, Larva serangga,
isopoda dsb
Makro Fauna, hewan tanah yang ukuran tubuhnya 1 cm. Misal :
Megascolesidae, Mollusca, Insecta, Vertebrata kecil dsb.
Faktor yang mempengaruhi aktivitas organisme tanah

Iklim (curah hujan, suhu, kelembaban dll)


Tanah (kemasaman, kelembaban, suhu, hara dll)
Vegetasi (hutan, padang rumput, belukar, dll)

Keragaman organisme dan bobot biomassa dari organisme sangat besar


Aktivitas organisme tanah dicirikan oleh :
1. Jumlahnya dalam tanah

2. Bobot tiap unit isi atau luas tanah (biomassa)


3. Aktivitas metabolik
Sebanyak 60-80% dari metabolisme total dalam tanah adalah hasil kegiatan
mikroflora tanah.

Terutama
hidup
dari bahan
tumbuhan

Binatang
menyusui kecil :
tupai,
musang,
marmut, tikus
Serangga: semut,
kumbang,
tempayak,
springtails dll
Kaki
seribu,
bubuk,
tungau,
siput
darat,
cacing tanah

Makro
Sebagian besar
predatoris

Hewan

Mikro

Predatoris atau
Parasitus atau
dari bahan
tumbuhan

Tikus pondok
Serangga
:
berbagai semut
Tungau
Si kaki seratus
(centipoda)
Laba-laba
Nematoda
Protozoa
Rotifera

- Akar tanaman
Tk Tinggi

Tumbuhan

- Algae

Hijau
Hijau-biru
Diatomeae

- Fungi

Cendawan
(jamuR)
Ragi
Cendawan
benang

- Actinomycetes,
banyak jenisnya
Aerobik

Aututrofik

Anaerobik

Heterotrofik

- Bakteri

Aproximate Numbers of Organism Commonly Found in Soils a


Organismb
Bacteria
Actinomycetes
Fungi
Yeasts
Algae
Protozoa
Nematodes

Estimated Numbers/g
3.000.000 500.000.000
1.000.000 20.000.000
5.000 900.000
1.000 100.000
1.000 500.000
1.000 500.000
50 - 200

From Martin and Focht. 10


b
Number for bacteria, actinomycetes, fungi and yeast are based on plate
counts. Other organism found in soil include viruses, arthropods, and
earthworms

Soil Organic Matter Properties and Their Associated Effect on Soil


Property
Color
Water retention

Remarks
The typical dark color of
many soils is caused by
organic matter
Organic matter can hold
up to 20 times its weight
in water

Combination with clay Cements soil particles


minerals
into
structural
units
called aggregates
Chelation

Solubility in water

Forms stable complexes


with Cu2+, Mn2+, Zn2+,
and other polyvalent
cations
Insolubility of organic
matter is because of its
association with clay.
Also, salts of divalent
and trivalent cations
with organic matter are
insoluble. Isolated
organic matter is partly

Effect of Soil
May facilitate warming
Help prevent drying and
shrinking. May
significanly improve the
moisture-retaining
properties of sandy
soils.
Permits exchange of
gases
Stabilizes structure
Increases permeability
May enhance the
availability of
micronutrients to high
plants
Little organic matter is
lost in leaching

Buffer action

Cation exchange

soluble in water
Organic matter exhibits
buffering in slighly acid,
neutral, and alkaline
ranges
Total acidities of isolated
fractions of humus
range from 300 to 1400
cmol/kg

Mineralization

Decomposition of
organic matter yields
CO2, NH4+, NO3-, PO34-,
and SO24Combines with organic Affects bioactivity,
molecules
persistence and
biodegradability of
pesticides
Source : Stevenson, 1982

Helps to maintain a
uniform reaction in the
soil
May increase the cation
exchange capacity
(CEC) of the soil. From
20 to 70% of the CEC of
many soils (e.g.,
Mollisols) is caused by
organic matter)
A source of nutrient
elements
for
plants
growth
Modifies application rate
of pesticides for
effective control

Estimated Number and Biomass of Soil Animals and Microorganism in


Surface Horizons
Organisms
Abundance
Biomass
(Kg/HFS)
(per meter3)
(per gram)
Soil animals
Earthworms
200 - 2000
<1
110 1100
Nematodes
107 - 108
104 - 105
11 110
4
6
Others
10 - 10
Variable
17 170
Microorganism
Bacteria
1014 1015
108 - 109
450 4500
13
14
7
8
Actinomycetes
10 - 10
10 - 10
450 4500
Fungi
1011 - 1012
105 - 106
1120 11200
Algae
1010 - 1011
104 - 105
56 560
Protozoa
1010 - 1011
104 - 105
17 - 170
Source : Brady, 1990.
Note ; Biomass values based on live weight perhectare furrow slice (HFS)

Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan Bakteri:


Kebutuhan Oksigen (O2) ;
a. Beberapa bakteri pergunakan gas O 2 (aerob)

b. Beberapa bakteri pergunakan senyawa O2 (anaerob)


c. Beberapa bakteri pergunakan kedua bentuk di atas (fakultatif)
d. Ketiga bentuk tsb biasanya terdapat sekaligus di tanah
Hubungan dengan Kelembaban :
Kelembaban optimum sama dengan yang dibutuhkan oleh
a.
tanaman tingkat tinggi.
Kelembaban pengaruhi kadar O2
b.
Kisaran Temperatur :
a. 700 100 0 F
b. Temperatur tanah jarang mematikan bakteri
Kebutuhan bahan organik
a. Sebagai sumber energi (bakteri heterotrofi)
b. Bakteri autotrofik tidak perlukan BO sebagai bahan energi
Hubungan dengan CA yang dpt dipertukarkan dan pH
a. Ca tinggi dan pH : 6-8 umumnya terbaik
b. Ca dan pH menentukan jenis bakteri
c. Bakteri tertentu berfungsi pada pH amat rendah (0,3) dan yang lain
pada pH tinggi
d. Ca yang dapat dipertukarkan lebih penting daripada pH
Sifat Kimia dan Fisika Eksremen Cacing dan Tanah
Sifat Kimia &
Fisiko Kimia
N Total (%)
C Organik (%)
Nitart (ppmN)
P Terd (ppm P2O5)
Ca tt (ppm Ca)
Ca Total (%)
Mg tt (ppm Mg)
KTK (me/100 g)
KB (%)

Kotoran

Lapisan 0-15 cm

0.35
5.17
21.9
150
2793
1.19
492
4.67
92.9

0.25
3.35
4.7
20.8
1993.
0.88
162
3.82
74.1

Energi
&
Kehilangan
CO2

Lapisan 20-40
cm
0.08
1.11
1.7
8.3
481.0
0.91
69
1.63
55.5

Energi
dan
Input
CO2

Fauna tanah

Detritivor
Destritus

Carnivor
Konsumen
Primer

Predator,
Parasit
Konsumen
Sekunder

Konsumen
tertier
Humus Tanah

Pemakan
Mikrofilik

Kotoran dan
Jasad Mati
Mikro Flora
Tanah

Bagan lintasan umum penghancuran jaringan tanaman tingkat tinggi

Pemakan Mikrofilik dan Karnifor sbg Konsumen Sekunder dan Tertier


Pemakan Mikrofilik

Karnifor
Konsumen Sekunder
Konsumen Tertier
Organisme Mikroflora Predator Mangsa
Predator Mangsa
dimakan
Algae
Springtail
Laba-laba
Bakteri
Tungau
Nematoda
Semut
Sentipoda
Fungi
Enchytracida
Kalajengking
Tungau
Fungi
Springtail
Laba-laba
Algae
Nematoda
Sentipoda Tungau
Lumut
Sentipeda Keong
Sentipoda
Bekicot
Bakteri
Aplied
Laba-laba
dan
Protozoa
Mikroflora
Lalat
Kumbang Tungau
lain
Kumbang
Nematoda
Bakteri
Cerucut
Cacing
tanah
fungi
Serangga

Tabel Biomassa Kelompok Binatang Tanah


Kelompok
Organisme
Herbivor
Detritivor : Besar

Pdg Rumput
17,4
137,5

Biomassa (g/m2)
Oak
11,2
66,0

Spruce
11,3
1,0

Kecil
Predator

25,0
9,6

1,8
0,9

1,6
1,2

Jumlah

189,5

79,9

15,1

Tabel Jumlah dan Biomassa Relatif dari Flora dan Fauna Tanah (0-15cm)
Organisme

Jmlh /m2

Jmlh/gram

Biomassa
(Kg/HLB)

Mikriflora
- Bakteri
- Aktinomicetes
- Fungi

1013-1014
1012-1013
1010-1011

108-109
107-108
104-105

450-4500
450-4500
56-560

Mikrofauna
- Protozoa
- Nematoda
- Fauna lain
- Cacing tanah

109-1010
106-107
103-105
30-300

104-105
10-102
-

17-170
11-110
17-170
110-1100

Jumlah Individu rata-rata perperangkap


No

Organisme

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16

Lepidoptera
Coleoptera
Polydesmidae
Lithobidae
Scutigera
Julidae
Scolopendridae
Dermaptera
Acarina
Aradeae
Scorpionidae
Diptera
.......... tera
Collenbola
Formi...dae
Hymenoptera
lain
Cryllo
Acrideae
Brachytrupes
Cryllidae
Stenopalmetidae

17
18
19
20
21

Hutan alami
rerata %
14.5
0.2
147.0
3.0
10.0
0.1
1.8
0
19
0
0.3
0
0
0
2.9
03.7
248.4
2.3
153.0
0
0.4
1.5
97.8
0
2.5
85
5680
0.8
55.4
0.1
7.2
0

Hutan Pinus
rerata %
4.6
0
12.0
0.3
0.6
0
0.2
0
0.2
0
0
0
7.1
0
0.2
0
203.3
1.8
127.0
1.1
0
0
47.9
0.4
9.1
0.1
10497 93.5
205
1.8
26
0.2

Kebun Kobis
rerata %
44.7
0.3
267.0
2.1
0
0
182.9
1.5
0
0
0
0
0.1
0
375.0
3.9
721.7
5.8
164.0
1.3
0
0
415.3
3.3
164.4
1.3
9875
79.1
99.6
0.1
9.9
0.1

0
7.6
0
0
33.8

0.4
6.1
0
5.0
6.7

9.9
80.5
0.8
31.8
0

0.1
0
0
0.3
0.3

0
0
0
0.2
0

0.1
0.1
0.1
0.1
0

22
23
24
25
26
27

Biattidae
Hemiptera
Isoptera
Isopoda
Amphipoda
Arthropoda lain

20.9
1.0
0
21.4
91.5
24.6

0
0
0.3
1.3
0.4

10.4
0
2.5
9.2
0
6.0

0.1
0
0
0.1
0
0

0
17.0
0.4
1.2
0
13.2

0
5.6
0
0
0
0.1

Sumber :Adianto 19...

MATERI KULIAH ILMU TANAH HUTAN


NO

POKOK BAHASAN

SUB POKOK BAHASAN

Pengertian Tanah

1. Pendahuluan
2. Pengertian Tanah
3. Susunan Utama Tanah
4. Sejarah Perkembangan
Tanah

Pembentukan tanah

1. Asal Bahan Tanah


2. Penggolongan Bahan Induk
3. Proses Pelapukan Tanah
4. Faktor Pembentuk Tanah
5. Perkembangan Lapisan dan
Profil Tanah
6. Morfologi Tanah

Sifat-sifat
Fisika
Tekstur dan Struktur

Tanah, 1. Sifat-sifat fisika tanah


2. Pengertian Tekstur Tanah
3. Penentuan Kelas Tekstur
Tanah
4. Faktor-faktor yang
menentukan Tekstur Tanah
5. Pengertian Struktur Tanah
6. Tipe Struktur Tanah dan
Pembentukannya
7. Faktor yang Mempengaruhi
Struktur Tanah

Air Tanah, Konsistensi Tanah

1. Pengertian Air Tanah


2. Klasifikasi Air Tanah
3. Konsep Energi Air Tanah
4. Pergerakan Air Tanah
5. Ketersediaan dan Hubungan
Air Tanah-Tanaman

6. Pengertian Konsistensi
Tanah
7. Cara Penentuan Konsistensi
Tanah
5

Porositas Tanah, Tata Udara 1. Kerapatan Tanah


Tanah
2. Pori-pori Tanah
3. Komposisi Udara Tanah
4. Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Pori dan
Udara Tanah

Suhu Tanah
Tanah

dan

Warna 1. Suhu Tanah


2. Faktor yang Mempengaruhi
Suhu Tanah
3. Warna Tanah
4. Cara Penentuan Warna
Tanah
5. Faktor-faktor yang
Mempengaruhi warna Tanah

Sifat-sifat Kimia Tanah, pH 1. Sifat-sifat Kimia Tanah


Tanah
2. Reaksi Tanah/pH Tanah
3. Cara Penetapan pH Tanah
4. Faktor-faktor yang
Mempengaruhi pH Tanah
5. Hubungan pH Tanah dengan
sifat-sifat kimia lain

Bahan Organik Tanah

Sifat Koloid
Lempung

Tanah,

1. Sumber Bahan Organik


Tanah
2. Pelapukan Bahan Organik
dan Hasilnya
3. Peranan Bahan Organik
4. Faktor yang Mempegaruhi
bahan organik Tanah
5. Ciri Khusus Bahan Organik
Tanah Hutan
Sifat 1. Dasar-dasar Jerapan Ion
2. Koloid Tanah

10

Kapasitas Pertukaran Kation, 1. Kapasitas Pertukaran Kation


Kapasitas Pertukaran Anion
2. Kapasitas Pertukaran Anion

3. Peranan KPK dan KTA bagi


pengharaan Tanaman
4. Kejenuhan Basa
11

Unsur Hara Makro dan Mikro

1. Unsur Hara Makro


2. Unsur Hara Mikro
3. Peranan Unsur Hara
4. Bentuk Unsur Hara yang
Diabsorpsi Tanaman
5. Gejala Kekurangan Hara

12

Sifat-sifat Biologi Tanah

1. Sifat-sifat Biologi Tanah


2. Jasad hidup Tanah
3. Peranan Jasad Hidup Tanah
4. Makro fauna dan Makroflora

13

Mikrobiologi Tanah

1. Peranan Mikrobiologi Tanah


2. Mikrofauna
3. Mikroflora

14

Sifat-sifat Mineralogi Tanah

1. Klasifikasi Mineral Tanah


2. Mineral Lempung Tanah
3. Peranan Mineral Tanah

15

Pengelolaan Tanah Hutan

1. Pengelolaan tanah
2. Ciri Khusus ekosistem hutan
alam
3. Ciri Khusus ekosistem hutan
Tanaman
4. Cara Pengelolaan Tanah
Hutan yang Berkelanjutan

FUNGSI UTAMA TANAH DAN LAHAN


Menurut Blum (1999) Terdapat 6 Fungsi utama tanah dan lahan dalam tata
guna lahan, 3 diantaranya adalah merupakan fungsi ekologis, dan 3 yang lain
terutama berhubungan dengan aktivitas manusia, seperti teknik, industri dan
sosial ekonomi.
Tiga fungsi ekologis tersebut adalah :
1. Produksi biomassa
2. Penyaringan, penyangga dan pengubah antara atmosfer, air
tanah dan akar tanaman
3. Habitat biologi dan konservasi gen
Disamping itu, tanah juga mempunyai 3 fungsi lain yaitu :
1. Sebagai ruang infra-struktur untuk teknik, industri dan sosial ekonomi
serta pembangunannnya

2. Sebagai sumber daya energi, material dasar, pertambangan dan air


3. Sebagai sumber keindahan dan warisan budaya

TANAH DAN KEHIDUPAN


Asal mula kehidupan :
Menurut teori abiogenesis modern : kehidupan terdiri atas unsur non
kehidupan yang bersenyawa secara kompleks. Asal mula kehidupan berasal
dari asam-asam amino yang terjerap dalam tanah yang kemudian mengalami
suksesi membentuk kehidupan di dunia ini.
Menurut ajaran agama : manusia pertama di dunia ini tercipta dari tanah
Proses Kehidupan :
Seluruh makhluk hidup di dunia ini langsung ataupun tidak langsung
tergantung pada unsur-unsur yang terdapat dalam tanah, tidak terkecuali.
Akhir kehidupan :
Seluruh makhluk hidup di dunia ini akan mengalami perombakan
(dekomposisi) kembali menjadi unsur-unsur seperti dalam tanah.
Kehidupan di dunia ini berasal dari tanah, tergantung dari tanah dan berakhir
menjadi tanah kembali.
Belajar tanah berarti juga mempelajari asal, proes dan akhir kehidupan kita.
AADT : Ada apa dengan tanah?

FAKTOR PEMBENTUK TANAH


Tanah = f {c, p, r, o, t}
-

c : climate/iklim (bersifat aktif)


p : parent material/bahan induk (pasif)
r : relief/bentang lahan (pasif)
o : organism/makhluk hidup (aktif)
t : time/waktu (pasif)

Perbedaan antara Tanah Pertanian dan Tanah Hutan


Sifat
Pengolahan
Faktor teknologi
Siklus

Tanah Pertanian
Ada pengolahan tanah
Ada masukan teknologi,
pupuk dsb
Siklus terbuka

Tanah Hutan
Relatif tidak diolah
Relatif masih alami
Siklus tertutup

Jangka Waktu
Penanganan
Lapisan Organik
Jenis Tanaman
Panenan

Jangka pendek
Intensif
Relatif tidak ada
Tnman umur pendek
Buah dan biji-bijian

Jangka Lama
Ekstensif
Tebal
Tnman umur Panjang
Kayu

FUNGSI TANAH HUTAN


1.
a.
b.
c.
d.

Tanah sebagai media tumbuh tanaman


Tempat berpijaknya akar sehingga tanaman tegak berdiri
Sumber penyediaan unsur hara
Gudang air
Gudang udara utk pernapasan akar
Bahan Mineral
44-49%
Bahan Organik
1-6 %
Larutan Tanah
Udara Tanah
15-35%
15-35%

Tanah mempunyai peran yang kompleks untuk kehidupan tanaman dan


makhluk hidup
2.

3.

Fungsi ekonomi
a. Salah satu sarana/faktor produksi dalam rangka menghasilkan
kayu/non kayu. Fungsi tanah sebagai sarana produksi di kehutanan
belum/tidak dapat digantikan dengan benda/barang lain.
b. Alat produksi untuk menghasilkan kayu. Tanah sebagai alat
produksi di kehutanan belum dihitung nilainya.
c. Sumber daya alam yang sanagt penting :
- Pembentukan tanah butuh waktu yang relatif lama
- Kerusakan tanah dapat terjadi dalam tempo yang sangat
singkat
- Perbaikan kerusakan SDA tidak dapat/sangat sukar untuk
diperbaiki
- Kerusakan tanah dapat membahayakan sektor-sektor lain,
misal : banjir, longsor, kekeringan, lahan kritis dsb.
Tanah sebagai sumber daya alam
- Usaha perkebunan kayu (timber estate) butuh sumber daya
alam berupa tanah, udara, air dan sinar matahari
- Perlu pelestarian SDA tanah dari :
- erosi
- pencucian
- pengangkutan hasil panen (kayu & non kayu)

- penambangan
Perlu pelestarian SDA air & tanah dengan :
- Pengawetan (konservasi)
- Pemanfaatan air secara efisien
- Penanaman cover crop
- Teras
- Pemupukan dsb

BAHAN PENYUSUN TANAH


1. Air dan udara tanah (25 % & 25% = 50 %)
- Air & udara dalam tanah saling silih berganti keberadaanya sehingga
bersifat dinamik
- Fungsi air tanah bagi proses pertumbuhantanaman.:
a. Untuk menegakkan tubuh tanaman, mempertahankan turgfor
dalam sel sehingga tidak lemah lunglai
b. Untuk asimilasi zat asam arang (CO2)
6 CO2 + 6 H2O
C6H12O6 + 6 O2 + 674 gr kalori energi
Sinar Matahari & Klorofil
c. Melarutkan zat-zat makanan dalam tanah sehingga dapat diserap
tanaman
d. Mengankut hasil asimilasi ke sel bagian tanaman
e. Mendinginkan tubuh tanaman dan tanah.
Rain fall

Transpirasi
Evaporasi

Evapotranspirasi

Run off

Infiltrasi
(perkolasi)

Lengas tanah yang tersedia bagi tanaman adalah lengas kapiler (pF 2,7
4,2).
Cara mempertahankan lengas tanah kapiler adalah :
a. Pemupukan organik : kompos, pupuk kandang, seresah dsb

b. Menggemburkan tanah waktu musim kemarau, krn dapat memutuskan


kapiler tanah, sehingga penguapan berkurang.
c. Mulsa, untuk menghambat penguapan
d. Penyiraman (sore atau pagi hari), kalau siang :
- air siraman yang menempel pada daun menjadi fokus sinar
matahari, sehingga suhu tinggi dan terbakar, serta menghalangi
daun untk fotosintesa
- perubahan suhu mendadak, gangguan fisiologis
- terjadi panas pembasahan yang menaikkan suhu tanah
2. Bahan organik tanah (5%)
- berasal dari jaringan tumbuhan (akar, batang, ranting, daun, hewan,
jasad renik, kotoran dsb)
- susunan jaringan tumbuhan :
- 50 75 % air
- 10 30 % C
- 10 % O2 (zat asam)
- 2 % H (zat air)
- 2 % abu (P, K, Ca, Mg, Fe, Zn, Mn, dsb)
Fungsi bahan organik :
a. Sumber hara yang sangat lengkap penting (kimiawi)
b. Sebagai humus yang adsorbsi unsur-unsur hara sehingga tak
mudah terlindi, dan simpan air lebih besar
c. Perbaiki struktur tanah dan aerasi tanah (fisik)
d. Perbaiki agregat tanah sehingga lebih mantap dan tahan erosi
e. Warna lebih kelam sehingga suhu naik
f. Sebagai makanan mikroba tanah (biologi)
3. Bahan padat anorganik tanah : batuan, mineral, kerakal dan kerikil, pasir,
debu, lempung
4. Bahan gas (udara) tanah, merupakan fase gas di pori makro
Perbedaan udara tanah & udara atmosfer :
e. Udara tanah tak selalu dalam pori tapi dinamik dan bergantian
dengan lengas tanah dan atmosfer, melalui proses kimia, fisika
dan biologi tanah
f. Udara tanah mengandung uap air lebih banyak
g. Kadar CO2 udara tanah lebih besar (>)
Kadar O2 udara tanah lebih kecil (<)
Faktor yang mempengaruhi komposisi udara (aerasi) tanah :
a. Iklim, musim kemarau > penghujan
b. Sifat tekstur, struktur, tinggi permukaan air tanah
c. Sifat tanaman dan mikroorganisme: mengurangi kadar O2 dan tambah
Co2 dalam pernapasan
d. Kedalaman tanah, semakin dalam, kadar O2 berkurang
Porositas tanah adalah volume pori makro dibagi volume tanah X 100 %

Porositas 30-40 % adalah optimum, dapat berubah karena:


- cuaca
- pengolahan tanah
- alam
- akar tanaman
- kegiatan mikroorganisme
Akibat aerasi tanah yang jelek :
1. Pertumbuhan terganggu, pernapasan akar terhambat, mati
lemas
2. Penyerapan air dan unsur hara terhambat
3. Terbentuk senyawa organic dan anorganik yang meracun
Unsur
C
N
S
Fe
Mn
Bau
Warna

Aerob
CO2
NO3
SO42Fe3+
Mn4+
Segar
Cerah (merah tua, coklat
kemerahan)

Anaerob
CH4
N2, NH4
H2S, SFe 2+
Mn2+
Busuk
Glei (kelabu biru, kelabu
kehijauan)

Susunan udara tanah sawah yang bebas air di lapisan olah


Gas
N2
O2
CO2
CH4
H2

Persentase thd vol udara tanah


Oksidasi Reduksi
75 % - 11 %
2,8 % - 0 %
2 % - 20 %
17 % - 73 %
0 % - 2,2 %

MORFOLOGI TANAH
Morfologi tanah : suatu sarana dalam penyelidikan ilmiah dengan tujuan
untuk menguraikan, melukiskan dan melaporkan kenampakan,
ciri-ciri, dan sifat tanah yang dimiliki oleh suatu profil tanah.
Profil Tanah : penampang melintang tanah yang menampakkan lapisanlapisan tanah (horizon)
Horizon : lapisan tanah yang kurang lebih sejajar dengan permukaan bumi
dan mempunyai ciri-ciri tertentu (khas)
Solum (tubuh tanah) : tanah yang berkembang secara genetis; merupakan
lapisan tanah mineral dari atas sampai sedikit di bawah batas
atas horizon C
Top Soil (Tanah Atasan) : lapisan tanah yang paling atas yang dapat
diartikan : (1) horison Ap; (2) Horison A1 (3) Horison A
seluruhnya (4) lapisan tanah yang subur karena mengandung
banyak bahan organik tanah
Surface Soil (tanah permukaan) : lapisan tanah permukaan yang biasanya
terpindahkan (moved by) waktu pengolahan tanah (tebalnya 1220 cm) yang biasanya tererosi.
Subsurface Horizon (tanah bawah permukaan) : bagian horizon A yang
terdapat dibawah surface soil
Subsoil (tanah bawahan) : horizon B bagi tanah yang sudah terbentuk
horizon; sedang bagi tanah yang sedang berkembang berarti
lapisan tanah di bawah tanah permukaan dimana terdapat
pertumbuhan akar yang normal
Substratum (lapisan bawah tanah) : lapisan dibawah solum, baik horizon C
maupun horizon R.
Table Letter Horizon Most Commonly Encountered in Soils
New
Oi, Oe

Old
O1

Oa, Oe O2
A

A1

Description
Usually Surface Horizons
Organic horizon in which most leaves, stems, fruits, and
other plant parts are still identifiable (include recent litter).
Usually quite thin-a centimetre or so thick.
Organic horizon so extensively altered that identification of
the parts of plants materials is not usually possible. Can be
many centimetres thick.
Mineral horizon darkened by organic matter accumulation.
Under Oa horizons, it is usually thin; in cultivated soil it is
the surface horizons and may be labelled Ap. An Ap
horizons may be a mixture of several thins horizons, even
including part of a shallow B.
Usually Subsurface Horizons

A2

A Mineral horizon lighter colored than an A or Oa above it or

AB or A3
EB
BA or B1
BE
B
or B2
Bw

BC or C
CB
R

B below it. Fine Clay and minute organic substances have


been washed (eluviated, leached) out of it by percolating
waters. Usually common in high-rainfall areas, especially
under forests
A transition horizons more like the A or E above it than like
the B below it
A transition horizons more like the B below it than like the A
or E above it
Layer of illuvial colloids (accumulation) or evidence of
weathering below the A horizon (s). Small particles that
have washed from the O,A,or E horizons have accumulated
because of filtration (lodging) or lack of enough water to
move them deeper. Early B horizons development stages of
soils may hane only redder (orange, yellow, brown) colors of
weathering caused by the colored iron hydrous oxides.
Often higher in clay than the A. always higher in clay than
the E; the top of the B may start at a depth ranging from
about 15-50 cm below the soil surface
Unconsolidated material (unless consolidated during soil
development by carbonates, silica, gypsum, or other
material) below A or B horizons. Little evidence of profile
development.
Underlying consolidated (hard) rock. Cr for softer material.

Horizons Subscripts
Subscripts are added to letter horizons for further detai, always as lowercase
letters. For example :
k

New

Old
ca

h
t

h
t

x
m

x
m

Description
A depositional accumulation of calcium and magnesium
carbonates (lime)
Strong gleying, which is a result of long-time poor aeration,
usually because of excess water. Soil colors are grays to
pastel blues and greens. Ex : Cg
Deposited (illuvial) humus from percolating water (Bh)
Deposit (illuvial) clay from horizons above, usually labelled
as Bt
Fragipan (hard, silty texture, brittle hardpan)
Strong cementation into hardpan (as by carbonates, silica)

METODE PENGAMBILAN CONTOH TANAH (CT)


Contoh tanah : Suatu volume massa tanah yang diambil dari suatu bagian
tubuh tanah (horison/lapisan/solum) dengan cara-cara tertentu,
disesuaikan dengan gatra-gatra yang akan disidik secara lebih detail
di laboratorium.
Contoh tanah secara utuh/ tidak terusik/undisturb : Untuk menunjang kegiatan
penyelidikan watak keadaan seperti keadaan alamnya. Utk analisis
BV, pF, kesarangan, perembihan tanah dsb. Diambil dengan tabung
silinder logam/tembaga (ringan dan tahan karat, T 4 cm, Diamter (d)
7,63 cm, Diameter (1): 7,93) untuk cegah tekanan mendatar. Satu
mulut dibuat lebih tipis untuk memudahkan memotong tubuh tanah.
Contoh tanah secara tidak utuh/terusik/disturb : untuk memerikan watak
fisikokimiawi bahan tanah. Analisis BJ, ped, tekstur, warna,
konsistensi, kandungan unsur hara, pH, BO, KB, KPK dsb. Diambil
dengan bor tanah (dari pipa besi baja panjang180 cm), 3 bagian
(kepala bor 20 cm, tangkai/batang bor dan pegangan bor), cangkul,
cethok dsb.
Contoh tanah pewakil: Contoh tanah yang diambil dengan teknik tertentu
(disesuaikan dengan gatra yang akan disidik), memperhatikan
penampilan profil tanah, gatra-gatra bentang lahan dan kapsitas
perwakilan suatu titik pengamatan.
A. Gatra penampilan profil tanah :
- setiap taksa tanah menunjukkan penampilan profil yang khas
- penyidikan watak-watak taksa harus memperhatikan penampilan fisik
horison (khususnya gatra susunan dan ketebalan) sesuai alam
- Setiap horison tanah mempunyai watak fisikokimiawi tertentu
B. Gatra Bentang lahan
- Adanya watak tambahan yang berkait kesuburan tanah, karena erosi
(lahan miring) dan macam penggunaan lahan (pengolahan tanah dsb)
C. Gatra kapasitas pewakilan
- Untuk menunjukkan keragaman mutu loka suatu bentang lahan karena
: fisiografi, penutup lahan, kandungan hara dan sistem pengelolaan
- Contoh tanah secara komposit (dari luasan ttt diambil 10-15 tempat,
lalu dikomposit 1 kg)
- Contoh tanah dengan sistem grid (dari luasan ttt dibuat garis-garis dan
titik pengambilan tersendiri)
Syarat Profil :
1. tegak (vertikal)
2. baru
3. tidak terkena sinar matahari langsung
4. tidak tergenang air

5. mewakili tapak sekeliling


Langkah-langkah Pengamatan profil tanah :
1. membuat lubang profil (1m x 1m X 1m), tebras tebing atau dengan bor
tanah
2. Menentukan batas-batas horison, berdasarkan suara warna dan
kekerasan
3. Mengukur batas-batas horison dalam satuan cm
Batas horison :
(a) jelas tidaknya
t - tegas (abrupt) : tebal batas kurang dari 2,5 cm
j jelas (clear) : tebal batas 2,5 6,0 cm
a berangsur (gradual) : tebal 6,0 15 cm
k kabur (diffuse) : lebih dari 15 cm
(b) Topografi batas :
r rata (smooth)
o berombak (wavy)
- tidak teratur (irregular)
ii patah (broken)
4. Mengamati sifat-sifat atau kenampakan tanah
a. warna tanah
b. tekstur tanah
c. struktur tanah
d. Konsistensi
e. pH tanah
f. Perakaran
g. Bahan-bahan kasar dan bentukan istimewa (padas, konkresi)

SIFAT FISIK TANAH


Sifat fisik tanah : tekstur, struktur, kepadatan tanah, porositas,
konsistensi, warna, air tanah, temperatur, aerasi.
Tanah terdiri dari 3 komponen :
Komponen padatan terdiri atas mineral anorganik dan bahan organik.
Komponen cair (liquid) terdiri atas air, ion yang terlarut, molekul, gas
yang secara kolektif disebut : cairan tanah (soil solution).
Komponen gas tanah seperti gas atmosfer di atas tenah tetapi
berbeda proporsinya.
Volume tanah = volume pori (air, gas) + volume padatan = konstan;
untuk tanah yang tidak mengembang/swelling
Tanah berswelling tidak konstan tergantung dari kandungan airnya
Tanah ideal = 50% padatan dan 50 % pori (45% bahan anorganik, 5 %
organik)

Pori = makro berisi udara atmosfer berisis air (air ditahan oleh gaya
adhesi partikel tanah dengan air melawan gaya grafitasi).
Untuk analisis diperlukan berta tanah kering mutlak. Caranya dengan
mengeringovenkan pada suhu 1050 C selama 48 jam yang dikenal
dengan nama oven-dry weight. Jumlah kalsium, potassium bahan
organik, air tanah dihitung berdasarkan oven-dry-weight.

MORFOLOGI LAHAN
1. Relief
Untuk menunjukkan perbedaan tinggi tempat (elevation)
Dibedakan atas makrorelief (seluas pandangan kita) dan mikrorelief
(batas yang sempit, misal tempat profil dibuat)
Topografi = relief, tapi digunakan untuk ciri-ciri yang meliputi peta
kontour
2. Kemiringan atau Lereng
Kemiringan berpengaruh terhadap : (1) jumlah dan kecepatan run off
(2) Penggunaan mesin-mesin (3) pengolahan tanah
Diukur dengan Abney level atau Suunto meter dalam derajat atau
persen
Dibedakan :
0-3 % : datar (flat)
3-8 % : berombak (undulating)
8-16 % : bergelombang (wavy)
16-30 % : berbukit (hilly)
30-65 % : Curam (steep)
> 65 % : sangat curam (very steep)
perlu diukur tinggi tempat dan exposure
Tinggi tempat : geologi, iklim dan bentuk permukaan bumi
Exposure : pengaruh langsung terhadap sinar matahari, air, angin.
3. Drainase
Merupakan kecepatan perpindahan air dari suatu tanah baik berupa aliran
permukaan (run off) maupun air yang masuk kedalam tanah (perkolasi)
1. Aliran permukaan (run off) : diamati dengan membandingkan air yang
mengalir di permukaan tanah dengan jumlah curah hujan.
Dibedakan :
0- tergenang : tidak ada run off; terdapat di daerah cekung
1- sangat lambat : aliran permukaan sangat lambat, shg air akan
hilang karena masuk ke dalam tanah atau menguap; tanah datar,
bersifat porous

2- lambat : air permukaan lambat, air masih tergenang, sebagian


menguap dan masuk ke ke tanah; tanah datar sampai landai
3- sedang : air permukaan mengalir sedemikian rupa, ada air yang
masuk ke tanah, permukaan tanah basah dalam waktu lama;
sebagian air diserap dalam tanah dan tersedia bagi tanaman, bahaya
erosi kecil.
4- cepat : sebagian besar dialirkan sebagai air permukaan dan
hanya sebagian kecil yang meresap ke dalam tanah; pada daerah
yang miring hingga curam dan mempunyai kapasitas ilfiltrasi rendah,
sehingga bahaya erosi cukup besar
5- sangat cepat : hampir semua air hujan dialirkan sebagai aliran
permukaan; biasanya pada daerah yang curam sampai sangat curam
dengan kapasitas infiltrasi sangat rendah sehingga bahaya erosi
sangat besar.
2. Drainase dakhil : aliran air masuk ke dalam tanah yang dinyatakan
dalam frekuensi dan lamanya penjenuhan air.
Dipengaruhi oleh : tekstur, struktur, tinggi air tanah.
Dibedakan atas :
0-tanpa : tanpa peresapan air kedalam tanah sehingga tanah terusmenerus jenuh air
1-sangat lambat : terlalu lambat masuknya air kedalam tanah, tanah
tetap jenuh selama 1-2 bulan; cirinya profil tanah penuh dengan
warna bercak; permukaan air tanah tinggi; pertumbuhan tanaman
terhambat
2-lambat : masuknya air kedalam tanah lambat; tanah jenuh air
selama 1-2 minggu; profil tanah dengan horizon A hitam atau kelabu,
bercak atau bintik pada horizon B; permukaan air tanah cukup tinggi;
menghambat perkembangan akar tanaman.
3-sedang : tanah jenuh air hanya beberapa hari di daerah basah;
profil tidak berbercak; tidak menghambat perkembangan akar
tanaman
4-cepat : peresapan air cepat tetapi masih ada penjenuhan beberapa
jam
5-sangat cepat : peresapan air kedalam tanah terlalu cepat sehingga
sering tidak dapat dimanfaatkan oleh tanaman; tidak pernah jenuh
air; tidak terdapat bercak
Di laboratorium penetapan peresapan air (drainase dakhil) dengan
menentukan permeabilitas tanah yaitu derajad peresapan tanah pada waktu
tertentu. Dibedakan atas :
- tinggi
: kecepatan > 10-1 cm/detik
- sedang
: kecepatan antar 10-1 10-4 cm/detik
- rendah
: kecepatan 10-4 -10-5 cm/detik
- sangat rendah
: kecepatan 10-5 10-6 cm/detik
- impermeabel
: kecepatan kurang dari 10-6 cm/detik
Kelas Drainase Umum :

0-sangat buruk : ada genangan air, mencegah pertumbuhan tanaman,


memerlukan drainase buatan; terlihat gleisasi
1-buruk : tanah tetap basah untuk waktu lama; menghambat pertumbuhan
tanaman; perlu drainase buatan
2-agak buruk : air masuk ke tanah lambat; tanah mempunyai permeabilitas
rendah; permukaan air tanah tinggi; masih memerlukan drainase buatan.
3-sedang : air masuk ketanah masih lambat; profil tanah ada lapisan
impermeabel atau permukaan air tanah tinggi.
4-baik : air bergerak ke bawah tetapi tidak cepat; profil bebas dari bercak
atau kalau ada di bawah horizon C; pertumbuhan tanaman normal
5-agak terlalu cepat : air masuk ke tanah terlalu cepat; sangat porous;
produksi tanaman rendah kecuali ada irigasi
6-terlalu cepat : air masuk ke tanah sangat cepat; umumnya pada tanah
lithosol; berlereng curam atau sangat porous
klas dranase dan status aerasi sering dapat ditentukan dari warna dan pola
warna yang terdapat pada lapisan bawah.
Warna merah dan coklat umumnya mengindikasikan adanya unhidrated ferri
oksida seperti hematit (Fe2O3). Warna merah biasanya berasal dari bahan
induk atau berkembang dari senyawa besi yang mengalami oksidasi selama
perkembangan tanah. Umumnya warna merah stabil apabila tanah
mempunyai aerasi yang bagus, yaitu moderately-well sampai well-drained.
Warna kuning disebabkan adanya hydrated ferri oksida misalnya geothite
(Fe2O3.H2O)
Warna abu-abu atau netral disebabkan oleh beberapa substansi, terutama
kuarsa, kaolinit dan mineral lempung lainnya, kalsium dan magnesium
karbonat (limestones), mineral besi tereduksi (ferro)
Warna tanah sangat abu-abu (grayest), chroma kurang dari 1, terjadi pada
horison tanah yang selalu jenuh air (permanently water-saturated)

PEMBENTUKAN TANAH

Kebanyakan tanah terbentuk dari pelapukan batuan dan mineral (kuarsa,


feldspar, mika hornblende, klasit dan gipsum), meskipun ada yang berasaldari
tumbuhan (gambut/peat; Histosol)
Tanah adalah material yang tidak padat yang terletak dipermukaan bumi,
sebagai media untuk menumbuhkan tanaman (SSSA, Glosary of Soil Science
Term)
Jenny (1941) dalam buku Factors of Soil Formation : tanah terbentuk dari
interaksi banyak faktor, dan yang terpenting adalah : bahan induk (parent
material); iklim (climate), organisme (organism); topografi (relief); waktu
(time).
S = f (cl, o, r, p, t, ...)
Jika 1 faktor saja yang mempengaruhi sedang yang lain konstan, misal iklim
yang mempengaruhi pembentukan tanah maka fungsi tersebut dapat ditulis :

S atau s = f (cl) o, r,p,t,...

Climosequence : pembentukan tanah yang hanya dipengaruhi oleh factor


iklim, sedang factor yang lain konstan. Istilah yang sama untuk
Biosequences, toposequences, lithosequences, dan chronosequences.
Tanah dapat terbentuk dari pelapukan batuan padat (in situ) atau merupakan
deposit dari material/partikel yang terbawa oleh air, angina, glasier (es), atau
gravitasi. Apabila material yang terbawa tersebut masuk ke lahan (land),
maka disebut landform. Penamaan landform berdasar pada cara transport
maupun bentuk akhir. Contoh : Alluvial berasal dari aliran air; morain berasal
berasal dari gerakan es dan membeku; dunes berasal dari gerakan angin
terhadap pasir; colluvium berasal dari gravitasi.
Batuan akan terlapukkan secara fisik disebut : disintegrasi (disintegration),
maupun secar kimia disebut: dekomposisi (decomposition/decayed) dan
diubah menjadi material yang lebih halus. Secara fisik misalnya pengaruh
suhu, tekanan, akar tanaman. Secara kimia yang sangat berperan adalah
keberadaan air, misal hidrolisis, oksidasi, reduksi, dehidrasi, dll.
Laju pelapukan tergantung pada : (1) temperatur; (2) laju air perkolasi; (3)
status oksidasi dari zona pelapukan; (4) luas permukaan bahan induk yang
terekspose; (5) jenis mineral.
Mineral adalah substansi inorganik yang homogen dengan komposisi
tertentu, dan mempunyai ciri fisik berupa ukuran, warna, titik leleh, dan
kekerasan. Mineral dapat digolongkan sebagai mineral primer maupun
mineral sekunder.
Tipe batuan ada tiga yaitu : (1) batuan beku (igneous rock), (2) batuan
sedimen (sedimentary rock), (3) batuan metamorphosis (metamorphic
rock)
Batuan beku berasal dari pemadatan magma yang membeku. Dibagi menjadi
batuan asam (acidic rock) : relatif tinggi kandungan kuarsa; mineral silikat
warna terang Ca atau K/Na dan batuan basa (basic rock) : rendah
kandungan kuarsa; kandungan mineral ferromagnesium warna gelap
(hornblende, mika, piroksin) tinggi
Batuan sedimen terjadi apabila partikel mineral atau substansi terlarut
menjadi padat atau tersementasi (cemented) menjadi massa yang keras.
Material yang mensementasi menentukan nama batuan sedimen. Misalnya
Calcareous untuk karbonat (lime) (calcareous limestone); Ferruginous
untuk oksida besi; Siliceous untuk silika (SiO2).
Conglomerates dan breksi (breccias) terjadi dari berbagai fragment
batuan yang tersementasi.
Sandstone berasal dari pasir yang tersementasi (umumnya kuarsa dan
sedikit partikel ukuran <0,05 mm).
Shales merupakan pemadatan dari Clay dan debu dengan berbagai jenis
sementasi.
Limestone merupakan kalsium karbonat atau campuran kalsiumdan
magnesium karbonat, clay, debu, dan pasir dengan lebih dari 50% berupa
karbonat.
Dolomit : seperti limestones, akan tetapi kandungan magnesium
karbonatnya lebih tinggi

Quartzites : pasir silika tersementasi (Silica-cemented sands) dimana


semennya sekeras pasir

Batuan metamorfose : sama atau lebih keras dibanding batuan beku atau
sediment. Contoh batuan metamorfosa :
Gneiss : berasal dari batuan beku warna terang
Schist : terdiri dari banyak batuan atau mineral terutama mika, terlihat
berlapis
Marble : limestone atau dolomite yang menjadi keras karena cukup untuk
bersinar (mudah terdekomposisi)

MINERALOGI

Batuan induk terdiri dari berbagai macam mineral. Pada batuan beku yang
belum terdekomposisi umumnya terdiri dari kuarsa dan feldspar.
Di tanah kuarsa merupakan mineral utama yang terdapat di pasir dan debu.
Fraksi clay didominasi oleh mineral lempung montmorillonit, kaolinit, besi dan
aluminium oksida, besi dan aluminium hidroksida.
Batuan induk didominasi oleh 9 elemen (lihat tabel berikut)
Element

Major Ion

Percent Mass
Basis

Oxygen
Silicon
Aluminium
Hydrogen
Sodium
Calcium
Iron
Magnesium
Potassium

O2Si4+
Al3+
H+
Na+
Ca2+
2+
Fe and Fe3+
Mg2+
K+

60
20
6
3
3
2
2
2
1

Tabel tersebut menunjukkan oksigen jumlahnya terbanyak dan hanya satusatunya unsur yang berupa anion

PEMBENTUKAN TANAH

Pembentukan tanah dibagi menjadi 2 macam yaitu :


(1)
perubahan massa padat (batuan) menjadi material yang tidak
padat atau halus

(2)

perubahan material yang halus menjadi tanah seiring dengan


berjalannya waktu (disebut dengan perkembangan tanah/soil
development).
Pembentukan tanah (soil formation) merupakan pembentukan material yang
tidak padat dengan adanya proses pelapukan dan pembentukan profil tanah
(termasuk perkembangan horison).
Profil tanah adalah penampang tegak lurus/vertikal tanah yang menunjukkan
lapisan-lapisan tanah atau horison.
Horizon : lapisan tanah yang kurang lebih sejajar dengan permukaan bumi
dan berbeda dengan lapisan yang berdekatan
Proses pembentukan tanah : penambahan (addition), kehilangan
(losses) perubahan bentuk (transformation), pemindahan lokasi
(translocation). Addition : penambahan air (hujan, irigasi), nitrogen dari
bakteri pengikat N, energi dari sinar matahari, dsb. Losses : dihasilkan dari
kemikalia yang larut dalam air, adanya erosi, pemanenan atau
penggembalaan, denitrifikasi dll.
Transformation : terjadi karena banyak reaksi kimia dan biologi pada proses
dekomposisi bahan organik, pembentukan material tidak larut dari material
yang larut.
Translocation : terjadi karena adanya gerakan air maupun organisme di
dalam tanah misalnya clay bergerak ke lapisan yang lebih dalam atau
gerakan garam terlarut ke permukaan karea evaporasi.
Pelapukan batuan secara kimia (dekomposisi) lebih dominan dibanding
pelapukan secara fisik di daerah beriklim basah. Untuk daerah cold arid maka
pelapukan fisik dominan.

Pelapukan fisik (disintegrasi) :


1.
Pembekuan dan pencairan : air yang membeku mapu memecah
batuan atau mineral. Air yang membeku mempunyai kekuatan tekanan
146 kg/cm2
2.
Friksi antar batuan yang bergerak yang disebabkan oleh air, angin, es,
gravitasi dsb.
3.
Organisme : perkembangan perakaran mampu memecahkan batuan.
Manusia mempercepat pelapukan dengan pengolahan tanah,
pembajakan, penambangan dll.

Pelapukan kimia menyebabkan mineral terlarut dan mengubah strukturnya


sehingga mudah terfragmentasi. Perubahan daya larut (solubility) disebabkan
oleh solution (oleh air), hidrolisis, karbonasi, dan oksidasi-reduksi.
Perubahan struktur disebabkan oleh hidrasi dan oksidasi-reduksi.
Solution : terlarutnya bahan padat ke cairan menjadi ion yang dapat larut
yang dikelilingi oleh molekul cairan (air).
Contoh :
NaCl
+
H2O
Na+, Cl-, H2O
(Garam mudah larut)
Air
(ion terlarut, dikelilingi air)
Hidrolisis : reaksi suatu substansi dengan air yang membentuk hidroksida
dan substansi baru lain yang lebih mudah terlarut dari substansi asalnya.

Hidrolisis merupakan salah satu reaksi pelapukan yang terpenting yang


menyebabkan perubahan profil tanah.
Contoh :
KAlSi3O8
(orthoclase, sgt lambat

HOH

HAlSi3O8

KOH

(clay silikat) (sangat mudah larut)

keterlarutannya)

Karbonasi
merupakan
air).
Contoh :
CO2 +
CaCO3

: reaksi senyawa dengan asam karbonat (asam karbonat


asam lemah yang diproduksi dari gas CO 2 yang terlarut dalam
H2O
+

H+

H2CO3
+ HCO3-

(kalsit, sedikit larut)

H+

+
HCO3Ca (HCO3)2

mudah larut

Hidrolisis dan karbonasi merupakan proses pelapukan kimia yang paling


efektif dan juga dalam pembentukan tanah.
Reduksi : proses kimia dimana muatan negatif naik, sedang muatan posistif
turun. Misal CaSO4 (keras) dilarutkan dalam air menjadi CaSO 4. 2H2O (lebih
lunak).
Oksidasi : kehilangan elektron atau penggabungan senyawa dengan
oksigen. Mineral yang teroksidasi meningkat volumenya karena penambahan
oksigen dan umumnya lebih lunak. Perubahan bilangan oksidasi juga
menyebabkan ketidakseimbangan muatan listrik sehingga lebih mudah
terserang air dan asam karbonat. Oksidasi dan reduksi merupakan proses
yang selalu sama.
Contoh :
4FeO + O2
2 Fe2O3
[ferro oksida, Fe(II)]

[ferri oksida, Fe (III)]

Besi dalam mineral primer dapat bereaksi dengan oksigen yang


menyebabkan bertambahnya ukuran mineral sehingga mineral tersebut dapat
pecah. Pertambahan ukuran didukung oleh proses hidrasi, dimana molekul
besi oksida dikelilingi oleh oksigen. Total volume mineral menjadi sangat
tinggi akan tetapi ikatannya lemah shg mudah terlapukkan.
Hidrasi : kombinasi kemikalia padat, seperti mineral atau garam, dengan air.
Hidrasi menyebabkan perubahan struktur mineral, meningkatkan volumenya,
kemudian menyebabkan mineral lebih lunak dan mudah terdekomposisi.
Contoh :
2 Fe2O3
+
3H2O
2 Fe2O3.3H2O
hematite

limonit

Faktor Pembentuk Tanah (Soil Forming Factors)

Faktor pembentuk tanah : Bahan induk, iklim, organisme, topografi,


waktu
Bahan induk berpengaruh terhadap pembentukan tanah melalui:
perbedaan laju pelapukan, nutrisi yang terkandung dalam bahan induk
tsb, dan partikel yang terkandung (misal sandstone = pasir; shales =
clay). Hasil pelindihan, tranlokasi dan transformasi oleh air maupun
organisme menunjukkan bahwa tanah mengalami perkembangan.
Pembentukan clay didukung oleh persentase yang tinggi dari mineral
gelap mudah terdekomposisi dan sedikit kuarsa.
Iklim merupakan faktor dominan yang semakin meningkat seiring
dengan meningkatnya waktu. Faktor iklim yang utama adalah
presipitasi dan temperatur.
Organisme : perbedaan vegetasi, makro dan mikro organisme yang
ada di atas tanah maupun dalam tanah, manusia dalam manajemen
lahannya.
Topografi (relief) berpengaruh terhadap pembentukan tanah melalui
pengaruhnya terhadap air dan temperatur.
Time : waktu yang diperlukan tanah untuk berkembang
pembentukan lapisan-lapisan/horison (genetik horison). Horison
berkembang sangat cepat pada daerah yang hangat, humid, berhutan,
karena cukup air. Pada kondisi yang ideal, profil tanah dapat terbentuk
selama 200 tahun, sedang pada kondisi yang kurang mendukung
dapat terbentuk ribuan tahun.

Table Some Important Minerals in Soils


Name
Formula
Primary Minerals
Quartz
SiO2

Comments

Hard, weathers slowly,


major material of most
sands
Feldspar :
(K, Na)AlSi3O8
Hard, weather slowly or
- Orthoclase
(Ca, Na)Al (Al,Si)Si2O8
moderately, but provide
- Plagioclase
important nutrients and
clay in the weathered
products.
Micas :
KAl3Si3O10(OH)2
KAl Glitter in rocks or wet
- Muscovite
(Mg, Fe)4Si3O10(OH)2
sands. Important source
- Biotite
of potassium and clay
Dark mineral (Augite, Ca2(Al,
Fe)4
(Mg, Includes
several
hornblende,
Biotite, Fe)4Si6O24
minerals that weather
Mica, Others)
moderately fast; good
clay formers
Apatite
3Ca3(PO4)2.CaF2
The
most
common
mineral
supplying
phosphorus
Calcite,
Dolomite, See secondary minerals Can be either primary or

Gypsum

secondary

Calcite
Dolomite

Secondary Minerals
CaCO3
(Ca, Mg)(CO3)2

Gypsum

CaSO4.2H2O

Iron Oxides

Fe2O3.xH2O

Quartz

SiO2

Clay :
Kaolinite,
Montmorillonit,
Vermicullite

Slightly
soluble
materials in limestone or
dolomite rock common
in
arid-region
soils;
calcium or magnesium
source
A
soft,
moderately
soluble minerals found
in arid-region soils
A group of minerals with
different amounts of
water giving soils their
yellow-to-red colors; iron
source
Reprecipitated
forms
such as opal, agate, and
petrified wood

(Complex)
illite,

Tabel Stage pelapukan mineral pada fraksi tanah < 2 mm


Stage
1
2
3
4
5

Tipe mineral
Stage Awal
Gipsum
Kalsit
Hornblende
Biotit
Albit

6
7
8
9

Stage intermediete
Kuarsa
Muskovit (termasuk illit)
Vermikulit
Monmorillonit

10
11
12

Karakter Tanah
Minerals ini terdapat di
fraksi debu dan clay
pada tanah muda dan
tanah di daerah arid
dimana air kurang shg
menghambat pelapukan
kimia dan pencucian
(leaching)

Tanah banyak
ditemukan di daerah
temperate; umumnya
subur, rumput atau
hutan sbg vegetasi
alaminya
Stage lanjut (advanced stage)
Kaolinit
Fraksi clay pada tanah
yang terlapukkan lanjut
Gibsit
di
daerah
tropik,
Hematit (juga gutit)

13

Anatase

kesuburan rendah

Pembentukan Profil Tanah


Proses pembentukan tanah menyangkut beberapa hal :
1. Penambahan bahan-bahan dari tempat lain ke tanah misalnya :
a. Penambahan air hujan, embun dan laimn-lain
b. Penambahan O2 dan CO2 dari atmosfer
c. Penambahan N, Cl, S dari atmosfer dan curah hujan
d. Penambahan bahan organic dari sisa tanaman dan hewan
e. Bahan endapan
f. Energi sinar matahari
2. Kehilangan bahan-bahan yang ada di tanah :
a. Kehilangan air melalui penguapan (evapotranspirasi)
b. Kehilangan N melalui denitrifikasi
c. Kehilangan C (bahan organik) sebagai CO 2 karena dekomposisi bahan
organik
d. Kehilangan tanah karena erosi
e. kehilangan energi karena radiasi
3. Perubahan bentuk (transformation) :
a. Perubahan bahan organik kasar menjadi humus
b. Penghancuran pasir menjadi debu kemudian menjadi lempung
c. Pembentukan struktur tanah
d. Pelapukan mineral dan pembentukan mineral lempung
Pembentukan konkresi
4. Pemindahan dalam solum :
a. Pemindahan lempung, bahan organik, Fe, Al dari lapisan atas ke lapisan
bawah
b. Pemindahan unsur hara dari lapisan bawah ke lapisan atas melalui
siklus kegiatan vegetasi
c. Pemindahan tanah dari lapisan bawah ke lapisan atas atau sebaliknya
melalui kegiatan hewan seperti tikus rayap, dsb.
d. Pemindahan garam-garam dari lapisan bawah ke lapisan atas melalui air
kapiler
Berbagai kondisi yang menghambat perkembangan profil tanah :
1. Curah hujan rendah (pelapukan rendah, material terlarut yang tercuci
sedikit)
2. kelembaban relatif rendah (pertumbuhan mikroorganisme seperti alga,
fungi, lichenes rendah)
3. Bahan induk mengandung sodium karbonat atau lime yang tinggi
(material tanah rendah mobilitasnya)

4. Bahan induk mengandung kuarsa yang tinggi dengan kandungan debu


dan clay rendah (pelapukan lambat, gerakan koloid rendah)
5. Kandungan clay tinggi (aerasi jelek, pergerakan air lambat)
6. bahan induk resisten misal quarzite (pelapukan lambat)
7. Kelerengan tinggi (erosi menyebabkan hilangnya lapisan top soil;
pengambilan air tanah rendah)
8. Tingginya air tanah (pencucian rendah, laju pelapukan rendah)
9. Suhu dingin (semua proses pelapukan dan aktivitas mikrobia lambat)
10. Akumulasi material secara konstan (material baru menyebabkan
perkembangan tanah menjadi baru)
11. Erosi air dan angin yang berat (tereksposnya material baru)
12. Pencampuran oleh binatang dan manusia (pengolahan tanah,
penggalian) akan meminimalisir pergerakan koloid ke bagian tanah lebih
dalam
13. Adanya substansi racun bagi tanaman, misal garam yang berlebihan,
heavy metal, herbisida yang berlebihan

Beberapa contoh proses pembentukan tanah


No
1

Proses
Eluviasi
Iluviasi

Leaching
Enrichment

Dekalsifikasi
Kalsifikasi

Desalinisasi
Salinisasi

Dealkalinasi
(Solodisasi)
Alkalinisasi

Lessivage

Arti

Keterangan

Pemindahan bahan-bahan tanah


dari suatu horizon ke horizon lain
Penimbunan bahan-bahan tanah
dalam suatu horizon
Pencucian basa-basa (unsur hara)
dari tanah
Penambahan basa-basa (hara)
dari tempat lain
Pemindahan CaCO3 dari tanah
atau horizon tanah
Penimbunan CaCO3 dari tanah
atau horizon tanah
Pemindahan garam-garam mudah
larut dari tanah atau suatu horizon
tanah
Penimbunan garam-garam mudah
larut dari tanah atau suatu horizon
tanah
Pencucian ion-ion Na dari tanah
atau horizon tanah
Penimbunan ion-ion Na dari tanah
atau horizon tanah
Pencucian (pemindahan) lempung
dari suatu horizon ke horizon lain
dalam bentuk suspensi (secara
mekanik|). Dapat terbentuk tanah
Ultisol (Podzolik) atau Alfisol

pemindahan
dalam solum
pemindahan
dalam solum
kehilangan
bahan dari tanah
Penambahan
bahan ke tanah,
pemindahan
dalam solum
pemindahan
dalam solum
pemindahan
dalam solum
pemindahan
dalam solum

pemindahan
dalam solum

Pedoturbasi

Podzolisasi
(Silikasi)

Desilikasi
(ferralisasi,
laterisasi,
latosolisasi)

Melanisasi

Leusinisasi
9

Braunifikasi,
Rubifikasi,
Feruginasi

Gleisasi

10

Littering
Humifikasi

Pencampuran secara fisik atau


biologic beberapa horizon tanah
sehingga horizon- horizon tanah
yang telah terbentuk menjadi
hilang. Terjadi pada tanah Vertisol
(Grumusol)
Pemindahan Al dan Fe dan atau
bahan organic dari suatu horizon
ke horizon lainsecara kimia. Si
tidak ikut tercuci sehingga pada
horizon yang tercuci meningkat
konsentrasinya. Dapat terbentuk
pada tanah (Spodosol)
Pemindahan silica secara kimia
keluar dari solum tanah sehingga
konsentrasi Fe dan Al meningkat
secara relative. Terjadi di daerah
tropika di mana curah hujan dan
suhu tinggi sehingga Si mudah
larut. Dapat terbentuk tanah
Oksisol (Laterit, Latosol)
Pembentukan warna hitam (gelap)
pada tanah karena pencampuran
bahan organik dengan bahan
mineral. Dapat terbentuk tanah
Molissol
Pembentukan
horison
pucat
karena pencucian bahan organik
Pelepasan besi dari mineral primer
dan dispersi partikel-partikel besi
oksida yang makin meningkat.
Berdasar besarnya oksidasi dan
hidrasi dari besi oksida tersebut
maka dapat menjadi berwarna
coklat
(braunifikasi),
coklat
kemerahan
(Rubifikasi)
atau
merah (feruginasi)
Reduksi besi karena keadaan
anaerob (tergenang air) sehingga
terbentuk warna kebiruan atau
kelabu kehijauan
Akumulasi bahan organik setebal
kurang dari 30 cm di permukaan
tanah mineral
Perubahan bahan organik kasar
menjadi humus

pemindahan
dalam solum

Perub bentuk,
pemindahan
dalam solum

Perub
bentuk,
pemindahan
dalam solum

Penambahan
bahan ke tanah,
pemindahan
dalam solum
pemindahan
dalam solum
Perub
bentuk,
pemindahan
dalam solum

Perub bentuk,
pemindahan
dalam solum
Penambahan
bahan ke tanah
Perub bentuk

Table Composition of Igneous Rock (Schroder, 1984)


Plutonite Vulcanites Quartz Orthoclase Plagioclase Augite
+ Mica Si
(%)
(%)
+ Anorthite Hornblende (%)
(%)
(%)
(%)
Granite

Ryolite

Diorite

Andesit
Porphyrite

Gabro

Basalt
Diabase

20-30

30-50

30-40

<1

5-8

3035

<1

<1

50-60

45-60

<1

2025

Ca
+
Mg
(%)
2-8

K
(%)

Spec.
Grav.
(%)

Colour
(%)

Character
(%)

4-6

2,7

light

acid
rich

1015

<1

3,0

dark

basic
Ca + Mg
rich

Si

pH Tanah

Reaksi tanah menunjukkan reaksi asam dan basa di dalam tanah yang
ditentukan oleh konsentrasi ion H+ dan OH-.
- Untuk mencirikan kondisi asam-basa dikenal istilah pH tanah
- pH adalah nilai logaritma negatif dari konsentrasi ion H + atau aktivitas
H+
1
pH log
log AH

AH
-

log

1
log H

Konsep pH dalam disosiasi air murni memberikan hubungan sebagai


berikut:

log H log OH 14 atau


pH pOH 14

Secara kimiawi murni, nilai pH : 7 disebut netral, pH di bawah 7 disebut


asam, pH di atas 7 disebut basa/alkalis
pH netral dalam kimiawi tanah dikaitkan dengan ketersediaan hara
bagi tanaman. Kondisi keharaan yang baik adalah pada pH : 6,5
pH rendah
kemasaman tinggi
pH tinggi
kemasaman rendah

Sumber Kemasaman Tanah


Bahan induk
- Bahan induk masam akan berkembang menjadi tanah masam
- Bahan induk basa akan berkembang menjadi tanah basa/alkalin
Iklim
- tanah yang berkembang di daerah iklim lembab/basah akan bersifat
asam
- Curah hujan dan suhu sangat berpengaruh aktif terhadap asam
basanya tanah.

Bahan Organik.
-

Bahan organik menghasilkan asam-asam organik hasil proses


humifikasi.
Asam organik memiliki pH nisbi yang rendah
Asam anorganik (H2CO3H2SO4HNO3) hasil dekomposisi

Pengaruh manusia
- Pemupukan dengan pupuk fisiologis masam akan menyebabkan tanah
bersifat masam
- Pengapuran akan menyebabkan pH akan naik
Jenis lempung
-

Lempung silikat merupakan sumber muatan negatif yang bersifat tetap.

KENDALA TANAH MASAM


1. Keracunan Al, Mn dan Fe
2. Kekahatan Ca, Mg, Mo
3. Pelapukan bahan organik lambat
4. Ketersediaan N dan P kecil
5. Aktivitas organisme rendah
6. Produktivitas`tanah rendah
7. Tidak semua tanaman dapat toleran
8. Pertumbuhan tanaman terhambat
9. tanah min bersifat tua
10. Tanah organik belum matang

Klasifikasi pH tanah berdasar bahan pengekstrak


PH tanah aktual (pH H2O)
- menunjukkan konsentrasi H+ dalam larutan tanah, sesuai dengan
kondisi alam sebenarnya.
- Larutan pengekstrak adalah air suling (H 2O) dengan perbandingan
tanah dan H2O adalah 1:2,5
- Skema keseimbangannya :
H+
-

H+

H+
-

H+
Ca
+
K Mg++
fase padat

Na+
H
Ca++
K+Mg++
H2O
larutan tanah
+

pH tanah Potensial (pH Kcl atau pH CaCl2)


- Menunjukkan nilai pH tanah setelah H+ dalam kompleks
jerapan/didesak keluar dan masuk ke dalam larutan tanah oleh kation
lain.
- Merupakan pH tanah yang mungkin potensial dapat terjadi karena
pengaruh lain
- Larutan pengekstrak adalah KCl 1 N atau CaCl2 1N atau CaCl 2 1 N
(1:2,5)
- Skema :
H+H+H+

Na+
H+
Ca++
Na+

K+K+K+
K+Cl- K+
K+Ca++

K+

H+H+ClH+
Na+

Ca++Mg++

Fase padat + larutan tanah

H+

fase padat

larutan tanah

Konsentrasi H+ dalam larutan tanah meningkat maka pH turun

Fenomena pH potensial pada tanah tua :


- Pada tanah tua (pelapukan intensif) mempunyai muatan terubahkan
yang besar, sehingga pH rendah tanah bermuatan positif (H +)
dinetralisir oleh ion hidroksi (OH-)
- Larutan KCl 1 N menyebabkan pendesakan OH - oleh Cl-, sehingga
konsentrasi OH- dalam larutan tanah bertambah.
- Kenaikan konsentrasi OH- menyebabkan [H+] menurun karena
bergabung dengan [H+] dan [OH-] maka pH menjadi naik.
- Pada tanah tua ini nilai pH KCl >= pH H2O
- Skema :
K+
+OH
+OH

+ 2Cl

-----

2H

+
+

Cl

Cl

K+
Fe(OH)3
Al(OH)3
fase padat

+ 3Cl3Cl- K+
+ 3H+K+

K+
2HOH
K+

-----

FeCl3

3 HOH
K+
K+

-----

larutan tanah

PH tanah Oksidatif (pH H2O2)

AlCl3

K+
3HOH

Menunjukkan nilai pH tanah setelah tanah mengalami oksidasi


Larutan
pengekstrak
adalah
H2O2
30%
atau
karena
proses`pengeringan pada udara terbuka.
Pentung untuk daerah tergenang atau rawa untuk melihat potensi
bahaya zat clay (lempung belang) karena dilakukan pengatusan.
Jika setelah oksidasi (pengatusan) nilai pH <= 3,5 maka mengandung
pirit yang menghasilkan sulfat yang meracun.
Reaksi :
2 H+
FeS
+ On + H2O
Fe (OH)3 + H2SO4
SO4=
Pirit dlm tanah oksidator
Fase padat Dlm lrtn tanah

Cara Pengukuran pH
Elektrometrik : - menggunakan pH meter (glass electrode)
- Biasa dilakukan di laboratotium
Kolorimetrik : - Menggunakan indikator warna kertas pH, pH stick indikator,
kertas`lakmus, kertas pH universiil
- Banyak digunakan di lapangan

PENGARUH KEMASAMAN TERHADAP BEBERAPA REAKSI-REAKSI


KIMIA YANG TERPENTING DIDALAM TANAH.
Group dipengaruhi
Hidroxides and Oxides

Reaksi umum yang Terjadi


xAl 3+ + 3xOH-

AlxOHy+ (3x-y) + y OH-

X Al (OH)3 + Fe 3+ + 3x OHFex OH y+ + yOH-

x Fe (OH)3 x Fe2

O3 + 3x H2O
carbonates

CaCO3 + 2H+

Ca2+ + CO2 + H2O

Complexes *

CuCh + 2 H+

Cu2+ +H2Ch

Phosphates (Similar principles Fe(OH)2 H2PO4 + OH


for Mo O34 and Mo
to Fe and Al

24

bonded Al (OH)2 H2PO4+OH-

Fe(OH)3 + H2PO4
Al(OH)3 + H2PO4-

Ca10(PO4)6 (OH)2 + 14H+

10 Ca 2+ +

6H2PO4- + 2H2O
Silicates

Effect is variable depending on composition


Mg2SiO4 + 4H+

2Mg2+ +Si (OH)4 SiO2

+H2O + OHCEC (pH-dependent)+


Edge Charge on Silicates +

OSi (OH)2-

M+X- + H+

M+ + HX

Si

Si
OH1/2+

O1/2- + H+

Redox Systems

Al

Al

Al-OH1/2- + H+

Al-OH1/2+

Mn2+ + H2O + O2

2H+ + MnO2

2 Fe2+ + 5 H2O + O2
H2S + 2O2

2H+ + SO4

NH4+ + 2O2
Ion-Ion Dalam Larutan tanah

Cu2+ + OHMikroorganisme

2H+ + NO3 + H2O

HPO43- + H+
H2CO3

4H+ + 2Fe(OH)3

H2PO4-

HCO3- + H+

CO32- + 2H+

Cu OH+

Pengaruhnya beragam, tergantung spesies

KONDISI KEHARAAN PADA BERBAGAI KISARAN pH


1. Sangat Tinggi (diatas 8,5)
-

Tanah alkali, sodik


Ca dan Mg, kemungkinan tidak tersedia
Fospat terjerap dalam bentuk Ca-P, Mg-P
Bila kadar Na Tinggi, P terjerap menjadi Na-P yang mudah larut
Keracunan Boron (B) pada tanah garaman dan Sodik
Persentase Na tertukar (ESP) di atas 15 dapat menyebabkan
kerusakan struktur.
Aktivitas bakteri rendah

Proses nitrifikasi menurun


Ketersediaan hara mikro menurun, kecuali Mo

2. Tinggi ( 7,0 8,5 )


-

Penurunan ketersediaan P dan B sehingga terjadi kekahatan hara P


dan B
Kekahatan Co, Cu, Fe, Mn dan Zn
Kadar Ca dan Mg Tinggi
Tanah alkali

3. Sedang (5,5 7,0)


-

Sifat netral
Kisaran pH yang baik untuk sebagianj besar tanaman
Kadar hara (makro & mikro) optimum
Aktivitas mikroorganisme optimum)
Sifat kimia tanah optimum

4. Rendah (<5,5)
-

Tanah masam
Ion Fosfat bersenyawa dengan Fe dan Al membentuk senyawa yang
tidak cepat tersedia bagi tanaman.
Semua hara mikro (kecuali Mo) menjadi lebih tersedia dengan
peningkatan kemasaman,
Ion Al dilepaskan dari mineral lempung pada nilai pH di bawah 5,5 dan
Aktivitas bakteri menurun
Proses nitrifikasi terhambat.

Perkiraan Potensial lahan yang ditempati tanah masam di berbagai


negara
(The World Food Problem dalam Setijono,1982)
No
1
2
3
4

Negara
Afrika
Asia
Australia
Amerika Utara

Jenis Tanah
Latosol
Podzolik
(Juta Ha)
417,15
8,10
101,25
36,45
12,15
4,05
16,20
76,95

Amerika Selatan

514,35

4,05

Agihan Tanah Bereaksi Masam di Berbagai Pulau di Indonesia (Pusat


Penelitian tanah 1981)
No
1
2
3
4
5
6
7

Pulau

Aluvial

Latosol

Podzol

Podzolik

2.775
6.018
4.468
2.649
0.563

Organosol
(Juta Ha)
0.025
8.175
6.523
0.240
-

Jawa Madura
Sumatera
Kalimantan
Sulawesi
Nusa
Tenggara
Maluku
Irian Jaya

2.550
5.682
5.744
1.562
0.312

1.031
4.581
-

0.325
14.695
10.947
1.308
-

0.488
2.575

0.331
0.356

0.525
10.875

2.406
8.706

Jumlah

18.913

17.160

27.063

5.612

38.437

Reaksi Tanah (pH)


o Reaksi Tanah merupakan ukuran keasaman dan kebasaan larutan
tanah
o pH tanah merupakan indikator pelapukan tanah, kandungan mineral
dalam batuan induk, lama waktu dan intensitas pelapukan, terutama
pelindihan kation-kation basa dari tanah.
o Tanah masam banyak mengandung H yang dapat ditukar
o pH >7 Ca dan Mg bebas; pH > 8,5 pasti terdapat Na tertukar
o Kandungan unsur-unsur hara seperti besi, copper, fosfor, Zn dan hara
lainnya serta substansi toksik (Al 3+, Pb2+) dikontrol oleh pH. Kandungan
Al3+, Pb2+ akan berpengaruh sedikit bagi pertumbuhan tanaman pada
tanah alkali calcareous tapi akan sangat serius pada tanah asam.
o Nutrient seperti P banyak tersedia (optimum) pada pH asam sampai
netral, dan akan sedikit pada pH di Bawah atau di atas nilai optimum
tersebut.

pH Tanah

Adalah keasaman atau kebasaan tanah, yang ditentukan oleh Ion H +


dalam larutan tanah

1
p artinya logaritma negatif dan H

H
artinya konsentrasi io H+ dalam gr/l
Umumnya tanah ber- pH 5,0 8,0. Humid region pada pH 4,0 6,0
karena terlindihnya basa oleh air perkolasi. Tanah sulfat masam, Ph
tanah di bawah 3,0. Tanah kawasan kering pH 7,0 9,0.
Larutan tanah banyak Al3+ dan H+
pH rendah; banyak Na+, K+,
2+
2+
Mg dan Ca
pH tinggi
Sumber keasaman :
(1) Kecil, misal air
(2) Besar, adalah asam organik dan organik.
Proses yang menghasilkan ion H+ adalah respirasi akar dan jasad
penghuni tanah, perombakan bahan organik, pelarutan CO 2 udara
dalam lengas tanah, hidrolisis Al, nutrifikasi, oksidasi N 2, Oksidasi S,
dan pelarutan serta penguraian pupuk kimia.
Sumber-sumber kebasaan : garam-garam basa, amonifikasi, dan hasil
pelapukan batuan basa dan ultra basa.
Ion H+ yang terjerap menentukan kemasaman potensial, sedang yang
berada bebas menentukan kamasaman aktif atau aktual.
Pengaruh pH secara langsung (daya meracun ion H + dan OH-) dan
tidak langsung. Adalah pengendalian ketersediaan hara tumbuhan dan
jasad renik tanah.

pH = - log (H+) atau pH = log

Nutrient Availability sangat tergantung pH yaitu :


Pada pH rendah (<5,5):
a. P : terikat oleh Al dan Fe membentuk senyawa yang tidak tersedia bagi
tanaman
b. Micronutrient \; semua micronutrients kecuali Mo akan lebih tersedia;
deficiency jarang terjadi pada pH<7
c. Al : Al akan terlepas dari clay lattice pada pH < 5,5
d. Nitrifikasi : pH di bawah 5,5 maka aktivitas bakteri akan tereduksi dan
nitrifikasi terhambat.
Pada pH tinggi (>8,0) :
a. P ; terikat oleh Ca (jika Ca ada) dan menjadi tidak tersedia bagi
tanaman.
b. B ; keracunan B merupakan hal yang umum pada saline soil dan sodik
soil
c. Sodium : pH >8,5 mengindikasikan persentase exchangeable sodium >
15 dan kemungkinan problema pembentukan struktur dan reklamasi
lahan.
d. Nitrifikasi : menghambat nitrifikasi
e. Micronutrients : ketersediaan akan berkurang dengan meningkatkan
pH kecuali Mo

Faktor yang mempengaruhi pH tanah adalah tipe vegetasi, jumlah curah


hujan, drainase tanah internal, dan aktivitas manusia.

Proses Umum
1. Peranan Air
o Air berperanan penting dalam sistem agueous baik sebagai pelarut
maupun dalam reaksi asam-basa
o Air akan terhidrolisa menjadi ion hidronium (H 3O+) atau sering ditulis
sebagai ion hidrogen, dan ion hidroksil (OH -)
2H2O
H3O+ + OHatau
H2O
H+ + OHKw = 10-14 pada 250C
Dimana : Kw = Konstanta equilibrium untuk hidrolisa air
Kw = (H+) (OH-) = 10-14
Dalam bentuk logaritma :
Log (H+) + log (OH-) = -14
Apabila : p = - log dan pH = - log (H+) maka : pH + pOH =14
2. Asam dan Basa (Lemah, Kuat) dan Garam
o Asam dan basa kuat adalah asam dan basa yang terdisosiasi secara
sempurna menjadi kation dan anion misalnya asam sulfur (H 2SO4)
merupakan asam kuat
o Asam dan basa lemat adalah asam dan basa yang terdisosiasi secara
tidak sempurna menjadi kation dan anion misalnya asam karbonat
(H2CO3) merupakan asam lemah
o Contoh :
Asam kuat H2SO4 (Sulfuric acid)
H2SO4
HSO4- + H +
Ka1 = 101.98
HSO4-

SO42- + H+

Ka2 = 10-1.98

Dimana Ka1 dan Ka2 merupakan konstanta disosiasi

SO H 10
Ka =
HSO
2

1.98

Jika (H+) = Ka2 atau pH = 1.98, konsentrasi SO42- dan HSO4- akan sama.i 1.98
H2SO4 akan terdisosiasi sempurna menjadi SO42- dan H+. Artinya jika sam
sulfuric ditambahkan ketanah pada pH lebih dari 1.98 maka asam sulfuric
akan terdisosiasi sempurna menjadi ion sulfat dan ion hidrogen. Atau dengan
kata lain jika ion sulfat ditambahkan pada pH kurang dari 1.98 maka akan
bereaksi dengan air membentuk asam sulfuric.
.
Proses yang menghasilkan keasaman tanah
a. Karbon dioksida hasil dari dekomposisi seresah akan terlarut dalam air
akan bereaksi dengan molekul air menghasilkan asam karbonat
CO2 (gas) CO2 (aq)
K1 = 10-1,41
CO2 (aq) + H2O
H2CO3 K2 = 10-2,62
b. Asam-asam organic hasil dekomposisi
c. H+ yang dilepas oleh akar tanaman dan organisme yang lain pada waktu
pengambilan hara. Prinsip electroneutrality adalah pengambilan kation oleh
akar harus diimbangi dengan pengambilan anion atau dengan pelepasan
ion hidrogen atau kation lain
d. Oksidasi dari substansi tereduksi seperti mineral sulfida, bahan organik,
fertilizer yang mengandung ammonium.
Proses yang menghasilkan kebasaan tanah
1. Reduksi dari Ferri, mangan, dan oxidized substances membutuhkan H +
atau melepas OH- dan meningkatkan pH (terjadi pada tanah yang aerasinya
jelek) Misal : Fe (OH)3 (amorf) + eFe (OH)2 (amorf) + OH2. Pengambilan kation oleh akar tanaman, kemudian setelah tanaman mati
maka akan terdeposisi di permukaan tanah
o pH tanah dikontrol oleh berbagai mekanisme.
Sebagian mekanisme adalah sumber langsung H + dan atau OH- dan
sebagian bekerja dengan bereaksi dengan H + dan atau OH- untuk
buffer pada larutan tanah.
o Mekanisme tersebut adalah : (1) oksidasi dan reduksi besi, mangan
dan senyawa sulfur (2) dissolution dan presipitasi mineral tanah (3)
Reaksi gas misal CO2 dengan larutan tanah (4) dissosiasi grup asam
lemah pada tepi lempung silikat, hidrous oksida, atau substansi humus
(5) reaksi ion-exchange
Table Mechanism that control soil pH
Soil pH range
2-4
4 5,5
5,5 6,8

Major Mechanism(s) controlling soil pH


Oxidation of pyrite and other reduced sulphur
minerals; dissolution of soil minerals
Exchangeable Al3+ and its dissociate hydroxyl ions;
exchangeable H+
Exchangeable H+; weak acid groups associated
with soil minerals and humic substances; dissolved

CO2 (gas) and other aqueous species of dissolved


CO2 (gas)
6,8 7,2
Weak acid groups on humic substances and soil
minerals
7,2 8,5
Dissolution of solid divalent carbonates, such as
CaCO3 (calcite)
8,5 10,5
Exchangeable Na+ under normal salt condition;
dissolution of solid Na2CO3 (s)
Oksidasi senyawa sulphur tereduksi
o Tanah yang mengandung sulfur tereduksi, misalnya pirit (FeS 2) apabila
teroksidasi menghasilkan ion H+ yang dilepas ke larutan tanah
2FeS2 + 7.5 O2 (gas) + 4 H2O
4 SO42-

Fe2 O3 (hematit) + 8H+ +

o Oksidasi senyawa sulphur tereduksi ini (juga terjadi pada tanah pH


netral) dibantu oleh bakteri khemoautotrof misalnya thiobacillus
ferroxidans
o Proses ini akan elami (biotic) apabila tanah mempunyai pH sekitar atau
kurang dari 3,5; reaksinya sbb:
8Fe3+ + S2- + 4H2O

8 Fe2 + SO42- + 8H

o Sumber keasaman pada tanah ini adalah oksidasi dari reduksi sulphur
dimana lajunya tergantung pada kecepatan oksidasi dan mekanisme
oksidasi chemis

Exchangeable Al (Al tertukar/Al

dd

o Trivalen aluminium merupakan kation basa lemah sehingga mampu


menghidrolisa air menghasilkan ion hidrogen
o Kombinasi Al3+, hidrolisis, basa lemah tidak terlarut {Al (OH) 3s}
merupakan buffer tanah pada pH 4 5,5
o Bentuk : Soluble : Al3+, AlOH2+, Al (OH)2+
Solid : Al (OH)3 (amorf)
o Reaksi :
Al (OH)3 (amorf) + H+
AlOH2+ + H2O
K1= 100.081
AlOH2+ + H+
Al (OH)2+ + H2O K2= 104.7
+
+
Al (OH)2 + H
Al3+ +H2O
K3= 105.0
o Terlihat bahwa dissolusi Al dari bentuk padatan menjadi cair
mengkonsumsi ion H+ dan berperanan sebagai buffer dalam
memperlambat proses pengasaman.

o Pada tanah pH netral, keterlarutan aluminium padat sangat rendah.


Misal pada pH 7 konsentrasi keseimbangan (Kw) Al (OH) 2+ dengan Al
(OH)3 (amorf) adalah 8.3 x 10 -7 M; jika pH menjadi 5 maka konsentrasi
Al(OH)2+ meningkat 8.3 x 10-5 M.
Pengukuran pH
o Faktor yang mempengaruhi akurasi pengukuran pH:
1. nature dan tipe dari bahan inorganik dan anorganik
2. perbandingan tanah dengan larutan
3. kandungan garam
4. kandungan gas CO2 pada tanah dan larutan
5. error yang terjadi baik ketika menstandardisasi alat maupun
larutan buffernya
o Perbandingan tanah dengan larutan yang sering digunakan 1:1; 2,5:1 ;
10: 1
o Pengukuran pH menggunakan cara elektrometrik (misal pH meter
menggunakan glass elektroda) dan kalorimetrik (pH stick, larutan pH
universal)

KOLOID
A. Koloid Lempung/anorganik/liat/mineral
- ukuran kol < 0,001 mm (1)
- tidak semua fraksi lempung ( uk 2 ) merupakan koloid tanah
- koloid lempung tersusun atas :
- lempung silikat
- lempung non silikat
- lempung amorf
- lempung kristal
Sifat dan Ciri Koloid Lempung :
- umumnya berbentuk kristal
- mudah mengalami subtitusi isomorfik
- bermuatan negatif (umumnya)
- sebagian kecil saja bermuatan positif
- menyerap H2O
- menyerap dan memepertukarkan kation
- mempunyai permukaan yang luas
- merupakan garap yang bersifat masam
-

Lempung silikat semuanya berbentuk kristal hanya alofan berbentuk


amorf

Substitusi isomorfik dan patahnya pinggir kristal menyebabkan mineral


lempung bermuatan negatif

Adanya muatan negatif menyebabkan penyerapan dan pertukaran


kation

B. Koloid Organik/Humus
-

Bermuatan negatif
Muatan berasal dari gugus karboksil (-COOH) dan fenolik (
OH) aromatik
yang dinetralkan dan berasosiasi dengan unit-unit pusat dari koloid
organik.
Muatan koloid humus bergantung pada pH
Dalam suasana sangat masam, hidrogen terikat kuat sekali dan tak
mudah digantikan oleh kation lain sehingga koloid humus bermuatan
negatif rendah.
Dalam keadaan basa, hidrogen dari kelompok fenolik akan diganti
Kalsium (Ca), Magnesium (Mg) dan kation lain.

Unit pusat
Koloid humus
(Sebagian besar
C, H, O)
Misel tanah

O
COO H+
K+
COO Mg+
H+
COO Na+

Kation terjerap

Tempat pertukaran kation


Klasifikasi Koloid Humus Berdasar kelarutannya :
1. Asam fulfit, teringan BM nya, termuda warnanya larut dalam asam dan
alkali [karboksil]
2. Asam humit, BM dan warna sedang, larut dalam alkali tapi tak larut dalam
asam [fenolik]
3. Asam Humus, BM paling besar, warna gelap tidak larut dalam asam dan
alkali
Organik
Tak larut

larut
Tak larut asam

larut asam & alkali

Humin

Humat

Fulfat

Perbedaan Koloid Humus dan Lempung :


No
1
2
3
4

Keterangan
PenyusunUnit
koloid
Kristalin
Daya Jerap
Sifat

Koloid Humus
misel C, H, O

Koloid Lempung
Si, Al, O

Tidak
Umumnya Ya
Jauh lebih besar
Lebih kecil
Tidak mantap, dinamik, Mantap, tetap
mudah dihancurkan dan
dibentuk

KAPASITAS PERTUKARAN ION

Kapasitas Tukar Kation (KTK) : Kemampuan maksimum kompleks


pertukaran ion untuk menjerap kation yang dinyatakan dalam matra miligram
setara per 100 gr tanah kering mutlak
Ekuivalen
Kation : ion bermuatan positif : Ca2+, Mg2+, K+, Na+, NH4+, H+, Al3+
Miligram setara (Me; Ms) adalah berat atom kation dibagi valensinya, dengan
matra mg
(1 me H =

1
40,07
mg ) (1 me Ca =
20,035mg
1
2

1 me = 6,023 .1020 muatan negative


Kapasitas Tukar Anion (KTA):
Kejenuhan Basa (KB): Jumlah kation basa (logam) yang menjadi bagian dari
kation-kation yang menyusun kompleks pertukaran ion, dengan matra (%).
- Tanah yang kompleks pertukaran ion-nya dirajai oleh kation basa maka
Jenuh basa

- Tanah bereaksi asam mempunyai kompleks pertukaran ion yang didominasi


oleh kation pengasam, terutama kation Al dan H.
- Jumlah seluruh kation pembasa (Ca, Mg, K, Na) dan kation pengasam
(Al,H) dapat tukar yang menempati kompleks pertukaran ion
KTK efektif
- bahan-bahan tanah berukuran halus akan menjadi bagian penting dari
kompleks ion.
- Kompleks ion dapat digambarkan sebagai suatu sistem yang pusatnya
didominasi oleh ion-ion bermuatan negatif (anion) dan sisi luarnya ditempati
oleh ion-ion bermuatan positif (kation)
- Kompleks pertukaran ion : kompleks ion yang mempunyai kemampuan
untuk mempertukarkan ion yang terjerap dengan ion (+/-) yang mempunyai
daya taut yang lebih besar sehingga jarak terhadap pusat kompleks lebih
dekat.
- Daya taut tergantung macam ion dan jarak efektif terhadap pusat kompleks

Kapasitas Pertukaran Kation (KPK/KTK)


Jumlah maksimum kation yang dapat diikat oleh tanah dalam bentuk dapat
dipertukartan, dinyatakan dalam satuan miliekuivalen per 100 gr tanah
(me/100 gr tanah)
Yang mempengaruhi KPK:
- Reaksi Tanah (pH)
- Tekstur tanah atau banyaknya lempung
- Jenis mineral lempung
- Bahan organik
- Pengapuran dan
- Pemupukan
Pertukaran kation merupakan reaksi yang umumnya terjadi dan sangat
penting
Pertukaran kation oleh kation lain terjadi pada permukaan koloid tanah di
daerah humid
+H
-H
Misel - Ca + 2H+
misel + Ca 2+
+Ca
-H
Pertukaran terjadi karena aksi massa dank arena ion H dijerap lebih kuat oleh
koloid tanah disbanding Ca2+
Pengaruh pH pada KPK :
- Pada pH rendah, hanya muatan permanen lempung dan sebagian koloid
organik yang memegang ion yang dapat digantikan melalui pertukaran
kation
KPK relatif rendah.
Kebanyakan tempat pertukaran kation koloid
organik dan beberapa fraksi lempung, H dan

hidro
Al
terikat
kuat
sehingga
sukar
dipertukarkan.
- Dengan meningkatnya pH, ion H yang diikat koloid organik dan lempung
berionisasi dan dapat digantikan, ion-ion hidroksi Al yang terjerap akan
dilepaskan dan membentuk Al (OH)3. Sehingga terbentuk tapak-tapak
pertukaran koloid lempung maka KPK meningkat.

Gambar Grafik Pengaruh pH terhadap KPK tanah (Coleman & Nechlich)

Pengaruh Tekstur Terhadap KPK


KPK tanah berbanding lurus dengan jumlah lempung. (koloid lempung dan
Koloid Organik)
Jenis mineral lempung yang bersifat koloid mempengaruhi besar KPK
No

Jenis Lempung

1
2
3
4
5

Illit (muskovit)
Hidrobiotit
Montmorillonit
Kaolinit
Haloisit

KPK Permanen
(me/100 gr)
37
80
100
5
5

Pengaruh Pengapuran dan Pemupukan Terhadap KPK


Pemberian kapur menaikkan pH
Tanah-tanah yang bermuatan tergantung pH (mengandung
montmorillonit dan koloid organik) maka KPK meningkat dengan
pengapuran.
- Suplai ion H dapat mempengaruhi jerapan kation dengan 2 cara:
1. Ion H membantu melarutkan atau mempertahankan ion Al dalam
larutan yang mudah dijerap koloid
2. Ion H dijerap kuat oleh misel lempung maupun koloid organik.
..........................
-

Besarnya KPK tanah dinyatakan dalam (me%) (me/100 gr tanah)


1 me = 1 mg H atau sejumlah ion lain yang dapat berkombinasi atau
menggantikan ion hidrogen.
Contoh : Bila suatu tanah mempunyai KPK 1 me/100 gr berarti: tanah
tersebut dapat menjerap ion H sebanyak 1 mg H +/100 gr tanah atau setara 10
ppm.
Dengan asumsi bahwa tanah 1 ha adalah 2 x 10 6 kg, maka tanah tersebut
akan menjerap H+ sebanyak 10 kg/ha.
Cara menghitung bila dinyatakan terhadap kation lain:
- Ion Ca2+ mempunyai BA : 40, sedang H+ ber BA :1
- Tiap Ca2+ mempunyai muatan 2, dan ekuivalen dengan 2 H
- Dengan demikian untuk menggantikan 1 mg H + diperlukan 40/2 mg
Ca2+
- 1 me/100 gr tanah = 20 mg Ca2+
= 1 mg H+
= 39 mg K+
= 23 mg Na+
Tanah ber KPK tinggi dapat menjerap hara lebih banyak, tapi agak sukar
melepaskan kedalam larutan.
Kejenuhan basa berkorelasi erat denga pH tanah
KB (%) =

me.KB
x100%
me.KPK

Di daerah basah, sejumlah basa (Ca, Mg, K, Na) mudah tercuci


didominasi kation Al dan H
pH rendah, KPK rendah

dan

Di daerah Arid kation basa tanah lebih ......


Pertukaran kation : proses pertukaran antar kation dari kompleks pertukaran
ion dan larutan yang mengelilinginya.
Ca2+
Misel

K+
+ 2 KCl

misel

+ CaCl2
K

Penyebab Pertukaran Kation :


1.
Kation yang memasuki kompleks pertukaran ion mempunyai
daya taut lebih kuat.
2.
Adanya pengaruh aksi masa
Deret kekuatan jerapan kation valensi satu :
H > Cs > Rb > NH4 > K > Na > Li
Deret kekuatan jerapan kation pada lempung NH 4 :

Mg = Ca < Sr < Ba
Deret kekuatan jerapan kation pada lempung H :
Mg < Ba < Ca < Sr
Nilai KPK :
No
1
2
3
4
5
6
7
8

Keterangan

Nilai

Humus
Chlorit
Montmorillonit
Illit
Kaolinit
Haloisit. 2H2O
Haloisit. 4H2O
Seskuioksida

100 300 me/100 gr


10 40 me/100 gr
80 150 me/100 gr
10 40 me/100 gr
3 15 me/100 gr
5 10 me/100 gr
40 50 me/100 gr
0 3 me/100 gr

Sifat Koloid Tanah

Koloid : Ukuran partikel semakin kecil luas permukaan akan semakin besar.

Efeknya adalah proses-proses yang penting dalam tanah terjadi misal penyerapan
hara, penyerapan air

Koloid didominasi oleh mineral phyllosilicates, koloid organik, hydrous oxides


dari Fe, Al dan Mn.

Mineral lempung
Sifat kembang kerut mineral lempung

Terjadi jika air masuk ke dalam lapisan clay mineral sehingga bertambah
beberapa nanometer; akan meningkatkan volume dari clay.

Untuk terjadinya swelling, air harus masuk ke interlayer.

Swelling artinya (1) pada interlayer memungkinkan proses seperti KPK,


penyerapan air. (2) clay akan mengembang sehingga luas permukaan lebih
besar per unit berat terhadap larutan tanah sehingga lebih reaktif secara kimia.

Swelling tergantung pada tipe mineral, unit-layer charge of the clay* dan sifat
alami dari cation interlayer.

Mineral 1:1

Satu permukaan adalah oksigen (dari tetrahedra), satu permukaan adalah


hydroxyl (dari oktahedra).

Oksigen merupakan elemen yang bersifat elektrofilik (electron-loving).

Terjadi ikatan hidrogen (kalau tunggal lemah, tetapi banyak akan sangat kuat)
yang mencegah mineral 1:1 untuk berkembang kerut.

Mineral 2:1

Satu permukaan oksigen, permukaan yang lain juga oksigen.

Pada mineral 2:1 unsubstitute, lapisan yang berdekatan akan saling menarik
karena adanya gaya van der Waals yang lemah.

Pada mineral 2:1 substitute, layer yang berdekatan akan saling menarik karena
adanya tarikan pada kation interlayer dan gaya van der Waals.

Swelling akan sangat tergantung pada ikatan antar 2 lapisan yang berdekatan.
Pada mineral 2:1 unsubstitute ikatan tersebut lemah sehingga air tidak masuk
ke interlayer.

Mineral 2:1 unsubstitute secara alami bersifat hidrofobic (water repelling).


Karena tidak ada kation di interlayer yang menjadi subjek untuk terhidrasi
maka sifat hidrofilik-nya (water-loving) terletak pada >SiOH (hasil dari
ketidakteraturan kristal).

Pada mineral 2:1 substitute, affinitas tergantung dari tarikan muatan negatif
(pada 2 sisi) dengan kation interlayer. Derajad ikatan merupakan fungsi dari
banyaknya isomorphous substitution dan ukuran kation interlayer terhidrasi.

Jika affinitas layer ke kation interlayer kuat, akan terjadi air tidak dapat
masuk ke interlayer, menghidrasi kation interlayer dan mengikat bagian
hidrofilik. Jika affinitas lemah, air akan masuk dan terjadi swelling karena
meningkatnya hidrasi kation interlayer dan pembasahan bagian hidrofilik.
Hidrofilik pada interlayer berupa penarikan/pengikatan air oleh kation sebagai
hidrasi air dan adanya > SiOH.

Mika

Mempunyai unit-layer charge tinggi (k.l. 2) karena banyaknya isomorphous


substitution.

Negatif charge diimbangi oleh adanya kation misal K atau Ca.

Besarnya unit-layer charge menyebabkan kation terikat kuat, air tidak dapat
masuk sehingga tidak terjadi swelling dan kation tidak dapat tertukar (non
exchangeable) (kecuali ada pelapukan).

Illit dan Vermiculites

Unit-layer charge rendah (1.0-1.5) sehingga bersifat hanya mengikat kation


ukuran tertentu saja dengan sangat kuat, air tidak masuk dan mencegah
swelling.

K+ dan NH4+ karena ukuran hidrasi kecil maka dapat masuk hole (hole
merupakan hasil dari ring pattern pada tetrahedron dalam lembar tetrahedral).
Karena itu, kation akan dekat dengan sumber muatan negatif, jarak antar layer
akan dekat sehingga pengikatannya sangat kuat.

Ca+ dan Mg+ karena ukuran hidrasinya besar maka tidak dapat masuk ke
hole. Selain itu akan menyebabkan jarak antar layer jauh sehingga penarikan
kation rendah, air dapat masuk dan terjadi swelling. Kation akan dapat
tertukar.

Illit ditemukan dalam tanah umumnya mengikat K+ sehingga mineral ini tidak
berswelling. Vermiculite sangat banyak mengandung Ca + dan Mg+ sehingga
mineral ini berswelling. Vermikulit tidak berswelling kalau kationnya tertukar
oleh K.

Smectites

Mempunyai unit-layer charge rendah (0.5-0.9) sehingga kekuatan penarikan


lebih rendah dari illit, vermikulit dan mika.

Kation akan terikat lemah dalam interlayer sehingga semua kation akan mudah
tertukar.

Table. Comparative Properties of clay minerals


Properties
Size (M)
Total Surface Area

Montmorillonit
0.01-1.0
700-800

Illit
0.1-2.0
100-200

Kaolinit
0.1-5.0
5-20

(m2/g)
External surface

High

Medium

Low

area
Internal surface

Very high

Low to none

None

High
High
High
80-100
0.5-0.9

Medium
Medium
Low to none
15-25
1.0-1.5

Low
Low
Low
3-15
0

area
Plasticity
Cohesiveness
Swelling capacity
CEC
Unit-Layer Charge

ORGANIC COLLOIDS

Humus terdiri dari 2 senyawa utama yaitu substansi non humus (misal lipid,
amino acids, carbohydrates) dan substansi humus (merupakan senyawa amorf

dengan berat molekul tinggi, warna cokelat sampai hitam, hasil pembentukan
kedua dari dekomposisi).

Substansi humus dibagi menjadi:


a. Humic acid: warna gelap, amorf; dapat diekstraksi (larut) dengan basa
kuat, garam netral, tidal larut dalam asam; mengandung gugus fungsional
asam seperti phenolic dan carboxylic; aktif dalam reaksi kimia; Berat
Molekul (BM) 20.000-1.360.000.
b. Fulvic acid: dapat diekstraksi dengan basa kuat gugus fungsional asam;
larut juga dalam asam mengandung gugus fungsional basa; aktif dalam
reaksi kimia; BM 275-2110
c. Humin: tidak larut dalam asam dan basa; BM terbesar; tidak aktif; warna
paling gelap.

Table. Composition of humic and fulvic acids (percent)


Element
C

Humic acid
50-60

Fulvic acid
40-50

30-35

44-50

4-6

4-6

2-6

< 2-6

S
0-2
0-2
Sources: F. J. Stevenson, Humus Chemistry:
Genesis, Composition, Reaction, 1982

Humic acid dan Fulvic acid merupakan koloid hidrofilik sehingga mempunyai
affinitas tinggi terhadap air; mempunyai muatan negatif karena adanya
disosiasi gugus fungsional karboksil dan phenolic. Muatan negatif akan
dinetralisir oleh kation misalnya Ca2+ dan Mg2+

Humic acids are viewed as being coiled long-chain molecules, which are
cross-linked from one portion of the coil to another. The cross-linking is
probably due to the bonding of hydrophobic (i.e hydrocarbon) portion of the
molecule to other hydrophobic site with the hydrophilic (polar functional
groups) oriented out into the soil solution or toward mineral surfaces (see the
figure).

Substansi humus mempunyai kontribusi dalam pertukaran anion dan kation,


kompleks atau khelat beberapa ion logam, berperan sebagai pH buffer;
pembentukan horison tanah, pembentukan struktur tanah melalui sementasi,
sebagai mantel (coat) partikel sehingga tidak dapat terlapukkan.

Adsorption

Adsorption is the procces by which atoms, molecules, or ions are taken up and
retained on the surfaces of solids by chemical or physical binding (e.g., the
adsorption of cations by negatively charged minerals)
(Glossary of Soil Science Terms, SSSA, 1987).

Berbagai gaya yang mempengaruhi adsorpsi adalah:


a. van der Waals forces
b. Coulombic or Electrostatic Attraction: gaya elektrostatik yang dihasilkan
dari tarik menarik antara 2 ion yang berbeda muatan, contohnya tarik
menarik kation dengan muatan negatif pada clay minerals.
c. Charge Transfer: terjadi karena adanya kompleks donor-acceptor antara
molekul electron-donor dan molekul electron-acceptor. Contohnya: ikatan
hidrogen dan ikatan .
d. Dipole-Dipole and Dipole-Induced Dipole. Dipole adalah molekul yang
mempunyai muatan positif dan negatif yang dipisahkan oleh jarak tertentu
(misal molekul air). Hasilnya adalah unequal sharing of electrons.

Cation Exchange Capacity (CEC/KPK)

Merupakan hasil netralisasi muatan negatif koloid tanah.

Kation diikat oleh permukaan koloid dengan Coulombic attraction, van der
Waals forces, dan induced dipoles.

Model pertukaran kation.


1. Kation mempunyai energi panas sehingga terdapat seperti
hemisphere of motion di sekitar permukaan koloid.

Pertukaran kation terjadi apabila ion yang berada dalam larutan tanah bergerak
ke hemisphere motion (hemisphere motion dihasilkan oleh kation yang terikat
oleh koloid) suatu kation bertepatan dengan kation tersebut jaraknya jauh dari

permukaan koloid. Akhirnya ion tadi tertangkap oleh muatan negatif sedang
kation akan bergerak ke larutan tanah.

Faktor yang berpengaruh terhadap distribusi kation antara larutan tanah


dengan permukaan koloid adalah (1) konsentrasi kation dalam larutan tanah,
(2) valensi dari kation yang tertukar, (3) hydrated-size dari kation, (4)
kepadatan muatan pada permukaan koloid.

2. Model 2: Mass-Action Model

Misal, 2Na-clay + Ca2+ (aq) Ca-clay + 2Na+ (aq).

Apabila konsentrasi Ca2+ (aq) pada larutan tanah meningkat maka reaksi
bergerak ke kanan, sehingga konsentrasi Ca pada clay meningkat sambil
melepaskan ion Na ke larutan tanah.

Jika konsentrasi ion Ca menurun, maka reaksi bergerak ke kiri sehingga ion
Ca terlepas ke larutan tanah.

KPK berguna untuk kesuburan tanah, kemungkinan pemberian pupuk,


mengetahui tipe clay mineral.

Pengukuran KPK dengan menggunakan (1) 1 M ammonium acetate pada pH 7


dan (2) 0.25 barium chloride dengan triethanolamine pada pH 8.2 (see
Hardjowigeno, 1987 p. 65-66; Sanchez, 1976 for further explanation)

KPK dinyatakan dalam me/100 gr tanah atau me/100 gr clay.

Table. CEC Values of clay minerals and organic matter


Approximate CEC
Type

Lattice

Nutrient Reserves

at pH 7 (me/100 g

Kaolinite and

1:1

Few Nutrient Reserves

of clay)
< 10

Halloysite
Illite
Montmorillo

2:1
2:1

Reserves of potassium
Generally with reserves of

15-40
80-100

nite
Vermiculite

2:1

Mg, K, Fe, etc.


Generally with reserves of

About 100

Organic

Mg, K, Fe, etc.


-

About 200

matter
Source: Landon, 1984

Untuk tanah dengan BO rendah, KPK diekspresikan sebagai proporsi dari


clay:
KPK (me/100 g clay) = KPK (me/100 g tanah) x 100 clay

Satu ekuivalen merupakan jumlah yang setara dengan 1 g hidrogen. Jumlah


atom dalam setiap ekuivalen = 6.02 x 1023
1 me = 1 mg H = 6.02 x 1020
1 me dapat diubah menjadi satuan berat misal ppm.

Contoh
1 me H = 1 mg (BA H = 1; valensi 1)
1 me Na = 23 mg (BA Na = 23; valensi 1)
1 me Ca = 40/2 (BA Ca = 40; valensi 2)
Bila,
K = 0,6 me/100 g

= 0,6 x 39 mg/100 g
= 23,4 mg/100.000 mg
= 234 mg/1.000.000 mg
= 234 ppm

Kejenuhan Basa/KB (Basa Saturation)

Konsentrasi suatu kation dikontrol oleh konsentrasi kation tersebut terhadap


konsentrasi semua kation pada kompleks pertukaran.

Misal konsentrasi H+ merupakan fungsi dari perbandingan H+ dengan semua


kation pada kompleks pertukaran.

Note: H+ dapat diproduksi dengan menghidrolisis air dengan Al 3+ umumnya


terjadi pada tanah dengan pH < 5.5 (Lihat exchangeable Al). Jadi konsentrasi
H+ pada kompleks pertukaran merupakan fungsi pertukaran H+ dan Al3+.

Maka, H+ dan Al3+ merupakan kation asam (acidic cations) sedang Ca2+, Mg2+,
Na+, K+, atau NH4+ merupakan kation basa (basic cation).

Kejenuhan basa menunjukkan kesuburan tanah. Menurut FAO-UNESCO


(1974): KB berdasar extraksi ammonium acetate pada kedalaman 20-50 cm
digolongkan menjadi (1) > 50% : eutric (tanah subur) (2) > 50% : dystrics
(tanah kurang subur). Penggolongan yang umum adalah (1) < 20 : rendah (2)
20-60 sedang, (3) > 60 : tinggi.

KB (%) =

konsentrasi kation basa tertentu


100%
KPK (CEC)

Anion Exchange
-

Adsorbsi anion dikarenakan tarikan elektrostatik dari muatan positif


permukaan koloid atau reaksi spesifik anion dengan permukaan adsorbsi
(misal penggantian hidroksil dari hidroksida logam).

Permukaan oksida-hidroksida logam (Fe dan Al hidroksida dan oksida) dan


juga muatan bergantung pH dan clay mineral merupakan senyawa amphoter.

Muatan sangat tergantung dari perubahan pH. Misalnya hematit (Fe2O3)


bermuatan netral dari pH mendekati 7. Jika pH lebih dari 7 maka > FeOH
akan terdisosiasi menghasilkan muatan negatif dan ion hidrogen. Jika pH
kurang dari 7 maka >FeOH akan bereaksi dengan ion hidrogen sehingga
menghasilkan muatan positif yang akan menarik anion (lihat gambar).

Oksida-hidroksida logam sering berada sebagai mantel (coating) bagi


permukaan clay dan juga pada lapisan interlayer.

Adsorption of Organic Compunds

Organic compounds : herbisida dan pestisida dapat dibedakan secara kimia


menjadi 3 : kation, netral, anion.

Kemampuan clay mineral mengikat organic compound tergantung dari


kemampuan mineral untuk berswelling dan klas dari organic compounds
(bentuk kation, anion atau netral).

Adsorpsi dikarenakan adanya Coulombic attraction/electrostatic dan dipoleinduced dipole forces.

Adsorpsi pada external surface (reversible) tidak kuat dibanding pada


interlayar (irreversible).

Organic netral : organic netral harus mempunyai derajad polaritas. Semakin


tinggi polaritas maka semakin mudah masuk interlayer.

Penyerapan organic compound oleh soil organic matter dipengaruhi oleh pH


dependent charge; bersifat reversible (karena tidak ada interlayer).

SOIL ORGANIC
MATTER
WITH ALKALI
HUMIC

HUMIN + NON

SUBSTANCE

HUMIC MATTER

(Soluble)

(Insoluble)

WITH ACID
FULVIC

HUMIC ACID

ACID

(Insoluble)

(Soluble)
Adjust to

With alcohol

pH 4.8
FULVIC

HUMUS

HUMIC ACID

HYMATOMELANIC

ACID

(Insoluble)

(Insoluble)

ACID

(Soluble

(Soluble)
With Neutral Salt
BROWN HUMIC

GRAY HUMIC

(Soluble)

(Insoluble)

Figure. Flowsheet for the separation of huhic compounds into the different humic
fractions
BAHAN ORGANIK TANAH
-

Bahan organik : mencakup semua bahan yang berasal dari jaringan tanaman dan
hewan, baik yang hidup maupun yang telah mati, pada berbagai tahana (stage)
dekomposisi (Milar, 1955).

Bahan organik tanah : lebih mengacu pada bahan (sisa jaringan tanaman/ hewan)
yang telah mengalami perombakan/dekomposisi baik sebagian/ seluruhnya, yang
telah mengalami humifikasi maupun yang belum).

Kononova (1966) dan Schnitzer (1978) membagi bahan organik tanah menjadi 2
kelompok, yakni: bahan yang telah terhumifikasi, yang disebut sebagai bahan
humik (humic substances) dan bahan yang tidak terhumifikasi, yang disebut
sebagai bahan bukan humik (non-humic substances).

Kelompok pertama lebih dikenal sebagai humus yang merupakan hasil akhir
proses dekomposisi bahan organic bersifat stabil dan tahan terhadap proses biodegradasi (Tan, 1982). Terdiri atas fraksi asam humat, asam fulfat dan humin.
Humus menyusun 90% bagian bahan organik tanah (Thompson & Troeh, 1978).

Kelompok kedua meliputi senyawa-senyawa organik seperti karbohidrat, asam


amino, peptida, lemak, lilin, lignin, asam nukleat, protein.

Bahan organik tanah berada pada kondisi yang dinamik sebagai akibat adanya
mikroorganisme tanah yang memanfaatkannya sebagai sumber energi dan karbon.

Kandungan bahan organik tanah terutama ditentukan oleh kesetimbangan antara


laju pelonggokan dengan laju dekomposisinya (Pal & Clark, 1989).

Kandungan bahan organik tanah sangat beragam, berkisar antara 0,5% - 5,0%
pada tanah-tanah mineral atau bahkan sampai 100% pada tanah organik (Histosol)
(Bohn, 1979).

Faktor yang mempengaruhi kandungan BO tanah adalah : iklim, vegetasi,


topografi, waktu, bahan induk dan pertanaman (cropping).

Sebarang vegetasi berkaitan erat dengan pola tertentu dari agihan temperatur dan
curah hujan. Pada wilayah yang CH rendah, maka vegetasi juga jarang sehingga
akumulasi BO juga rendah. Pada wilayah yang temperatur dingin, maka kegiatan
mikroorganisme juga rendah sehingga proses dekomposisi lambat.

Apabila terjadi laju pelonggokan bahan organik melampaui laju dekomposisinya,


terutama pada daerah dengan kondisi jenuh air dan suhu rendah, maka kandungan
bahan organik akan meningkat dengan tingkat dekomposisi yang rendah.

Ciri dan kandungan bahan organik tanah merupakan ciri penting suatu tanah,
karena BO tanah mempengaruhi sifat-sifat tanah melalui berbagai cara.

Hasil perombakan bahan organik BO mampu mempercepat proses pelapukan


bahan-bahan mineral tanah; agihan (distribution) bahan organik di dalam tanah
berpengaruh terhadap pemilahan (differentiation) horison.

Proses perombakan bahan organik merupakan mekanisme awal yang selanjutnya


menentukan fungsi dan peran bahan organik tersebut di dalam tanah.

Stevenson (1982) menyajikan proses dekomposisi BO dengan urutan sebagai


berikut :
1. Fase perombakan bahan organik segar. Proses ini akan merubah ukuran bahan
menjadi lebih kecil.
2. Fase perombakan lanjutan, yang melibatkan kegiatan ensim mikroorganisme
tanah. Fase ini dibagi lagi menjadi beberapa tahana :
a. Tahana awal: dicirikan oleh kehilangan secara cepat bahan-bahan yang mudah
terdekomposisi sebagai akibat pemanfaatan BO sebagai sumber karbon dan
energi oleh mikroorganisme tanah, terutama bakteri. Dihasilkan sejumlah
senyawa sampingan (by products) seperti NH3, H2S, CO2, as organik dll.
b. Tahana tengah: terbentuk senyawa organik tengahan/antara (intermediate
products) dan biomasa baru sel organisme.
c. Tahana akhir: dicirikan oleh terjadinya dekomposisi secara berangsur bagian
jaringan tanaman/hewan yang lebih resisten (misal : lignin). Peran fungi dan
Actinomycetes pada tahana ini sangat dominan.
3. Fase perombakan dan sintesis ulang senyawa-senyawa organik (humifikasi) yang
akan membentuk humus.
SUSUNAN JARINGAN TANAMAN TINGKAT TINGGI

O-10%

Abu-2%

H-2%
C-11%

Air-75%

SUSUNAN UMUM JARINGAN TUMBUHAN

Karbohidrat

Sederhana

1-5%

Larut air

10-28%

Kasar

20-50%

Lemak, lilin, tanin dll

1-8%

Lignin

10-30%
Gula dan pati

Protein

Hemiselulosa

1-15%

Selulosa
Hasil-hasil sederhana yang dihasilkan dari aktivitas mikroba tanah adalah sebagai
berikut :
Karbon

: CO2, CO3=, HCO3-CH4, karbon elementer

Nitrogen

: NH4+, NO2-, NO3-, gas N2

Sulfur

: S, H2S, SO3=, SO4=, CS2

Fosfor

: H2PO4-,HPO4=

Lain-lain

: H2O, O2, H2, H+, OH-, K+, Ca+, Mg+ dll

PEROMBAKAN BAHAN ORGANIK


-

Sisa-sisa tanaman dan binatang mengalami perombakan dalam atau di atas tanah
pada kondisi-kondisi yang berbeda.

Kecepatan perombakan dan hasil-hasil akhir terbentuk bergantung kepada suhu,


lengas, udara, bahan kimia dan mikroba.

Semakin tinggi suhu (hingga 40C) akan semakin mempercepat perombakan. Ini
merupakan salah satu alasan bahwa tanah atasan mempunyai kandungan BO
rendah.

Lengas diperlukan untuk perombakan secara biologis, namun air yang berlebihan
sangat menyebabkan kahat (kurang) udara dan akibatnya akan memperlambat
perombakan.

Ketersediaan bahan-bahan kimia yang diperlukan sebagai zat hara (terutama N)


bagi mikrobia menentukan kecepatan perombakan dan berpengaruh terhadap jenis
humus yang dibentuk.

BO terombak lebih cepat di dalam tanah yang subur dibanding dalam tanah yang
kurus.

Urutan perombakan komponen-komponen BO tanah adalah :


1. Gula, pati, protein-protein yang larut air.
2. Protein kasar
3. Hemic-lulose
4. Selulosa
5. Minyak, lemak, lignin, lilin

Kecepatan perombakan BO menurun sesuai dengan waktu dan tercapainya suatu


komposisi kimia yang mirip humus yang dianggap sebagai salah satu hasil
pertengahan perombakan.

Perombakan BO di dalam tanah adalah merupakan suatu proses pencernaan yang


tidak sama dengan pencernaan BO di dalam perut binatang. Sejumlah besar
oksigen diperlukan untuk perombakan BO tersebut. Oksida BO paling cepat di
dalam tanah permukaan dan paling lambat di dalam lapisan tanah bawahan,
terutama jika tanah mampat dan basah.

Peristiwa khas: pengkerutan dan amblesnya Muck (mencapai 2-5 cm/th di Florida)
dan gambut (peat) setelah diolah, karena berkembang dalam kondisi air tanah
yang tinggi sehingga menghambat perombakan. Perlu drainase dan perbaikan
aerasi sehingga perombakan dapat dipercepat.

PERAN BAHAN ORGANIK DI DALAM TANAH


-

Pengaruh BO di dalam tanah mencakup gatra-gatra (aspect) genesa dan kesuburan


tanah.

Pengaruhnya dapat bersifat jangka pendek maupun jangka panjang. Pengaruh


jangka pendek terutama diperankan oleh bahan-bahan non-humus (non-humified
materials), sedangkan pengaruh jangka panjang diberikan oleh bahan humus.
Kedua pengaruh tersebut dapat memperbaiki pertumbuhan tanaman.

Tersedianya BO dalam tanah berarti pula tersedianya sumber karbon dan energi
bagi mikroorganisme tanah yang perannya sangat dominan dalam proses
perombakan BO.

Lewat proses mineralisasi, BO mampu menyediakan unsur-unsur hara bagi


tanaman, terutama : N, P, S dan unsur-unsur hara mikro.

BO memainkan peran utama dalam pembentukan agregat dan struktur tanah yang
baik, sehingga secara tidak langsung akan memperbaiki kondisi fisik tanah, dan
pada gilirannya akan mempermudah penetrasi air, penyerapan air, perkembangan
akar, serta meningkatkan ketahanan terhadap erosi.

BO juga mampu meningkatkan KPK dan daya sangga tanah, fototosisitas,


keterlindian (leachability), serta biodegradasi pestisida di dalam tanah.

BO juga dapat membentuk kompleks dengan unsur hara mikro sehingga dapat
mencegah kehilangan lewat pelindihan, serta mengurangi timbulnya keracunan
unsur hara mikro. BO juga mampu melepaskan P yang disemat oleh oksida-oksida
(Fe, Al) dalam tanah (Sanchez, 1976).

Temperatur dan kelembaban yang tinggi akan memacu alihrupa mineral, dan
pengaruh tersebut akan diperbesar oleh kehadiran substansi organik.

Kandungan BO tanah merupakan kriterium paling penting untuk mencirikan dan


memapankan batas-batas suatu epipedon. Kandungan BO menentukan sebagai
horison organik atau bukan.

Beberapa epipedon yang menggunakan BO sebagai ciri pembeda utama adalah :


epipedon histik, molik, umbrik, dan okrik. Peran BO sangat vital dalam genesa
horison spodik.

Humus : campuran senyawa yang kompleks (tersusun oleh asam humat, as fulfat,
ligno protein dll), mempunyai sifat agak/cukup resisten (tahan) terhadap perombakan

jasad renik (mikroorganisme), bersifat amorf (tak mempunyai bentuk tertentu),


berwarna coklat-hitam, bersifat koloid (< 1 m, bermuatan) dan berasal dari proses
humifikasi bahan orgaik oleh mikroba tanah.
Pengaruh humus (BO) terhadap sifat-sifat tanah:
1. Pengaruh secara fisik:
a. warna tanah menjadi lebih kelam, coklat-hitam : menaikkan suhu
b. meningkatkan agregasi (granulasi tanah) dan urobilitas agregat, aerasi
(penghawaan) lebih baik, drainase (perembihan, pelulusan) lebih baik, lebih
tahan terhadap erosi
c. mengurangi plastisitas pada tanah lempung (liat-clay) tanah lebih mudah
diolah (lebih gembur)
d. menaikkan kemampuan mengikat/menyimpan air
2. Pengaruh secara kimia:
a. menaikkan KPK (humus mempunyai KPK>200 me/100 gr)
b. merupakan salah satu sumber unsur hara (penting dalam daur/siklus unsur
hara)
c. merupakan cadangan unsur hara utama N, P, S dalam bentuk organik dan
unsur hara mikro (Fe, Cu, Mn, Zn, B, Mo, Ca) dalam bentuk khelat (chelate)
dan akan dilepaskan secara perlahan-lahan
d. meningkatkan aktivitas, jumlah dan populasi mikro dan makro organisme
tanah (O merupakan sumber energi/makanan) (bakteri, fungi, actinomycetes,
cacing, serangga dll).
Gambut muncul pada daerah lembab/basah, suhu rendah, bakteri sedikit, dekomposisi
lambat, akumulasi bahan organik tinggi
Daerah temperatur/tinggi : pada musim gugur; suhu mulai menurun sehingga
dekomposisi lambat. Hanya pada musim panas suhu tinggi, sehingga dekomposisi
cepat.

Anda mungkin juga menyukai