Anda di halaman 1dari 9

KAJIAN PUSTAKA KANDUNGAN STIRENA PADA PENGEMAS MAKANAN DARI

PRODUK POLISTIRENA (styrofoam)

AGUS ROMANSYAH (21111054), WENDI ANDRIATNA, M.Si

ABSTRAK
Pelastik styrofoam adalah benda yang sering digunakan oleh masyarakat karna fungsinya
yang beragam dan cocok digunakan sebagai pembungkus makanan, akan tetapi bahan-bahan
pembentuk plastik juga berbahaya dan berpotensi menganggu kesehatan. Maka dari itu perlu
dilakukan uji evaluasi kadar bahan pembentuk plastik salah satunya adalah stirena. Tujuan
dari kajian pustaka ini untuk mengetahui kadar stirena dalam suatu pengemas makanan, karna
semakin banyak stirena yang terkandung maka kadar zat yang akan bermigrasi dalam
makanan akan semakin banyak. Kadar stirena dalam plastik tidak boleh lebih dari yang telah
ditetapkan menurut FDA yaitu untuk kemasan makanan maksimal 1 % dan untuk kemasan
minuman maksimal 0,5 %. Uji kadar stirena menggunakan metode gc-ms. Adapun hasil
penelitian tentang kadar stirena dalam pengemas makanan dengan bahan polistirena masih
banyak yang melebihi batas yang telah ditetapkan menurut yang direkomendasikan FDA
(Food and Drug Administration).
Kata kunci : Pengemas makanan, monomer stirena, GC-MS.

ABSTRACT
Styrofoam is a plastic object that is often used by people as diverse functions and suitable for
use as food packaging, but the plastic forming materials are also dangerous and potentially
harm the health. Therefore necessary to test the evaluation of the levels of one of the plastic
forming material is styrine. The purpose of this literature review to determine levels of styrine
in a food packaging, as more styrine contained the levels of substances in foods that will
migrate to the more.levels of styrine in plastic should not exceed a predetermined according
to the FDA for food packing maximum 1% and to drink a maximum of 0,5%. Styrene assay
using gc-ms. As for the results of research on the levels of styrene in polystyrene packaging
material cemetery with many exceeding a predetermined limit recommended by the FDA
(Food and Drug Administration).
Keyword : food packaging, styrene monomer, GC-MS.

PENDAHULUAN

2014

Kajian pustaka kandungan stirena pada pengemas makanan dari produk polistirena
(styrofoam)

Plastik adalah suatu polimer yang


mempunyai sifat-sifat unik dan luar biasa
dimana
masyarakat
sangat
sering
menggunakan plastik dalam kehidupanya,
baik untuk dirinya sendiri ataupun untuk
orang lain (konsumen), plastik sering
digunakan untuk kemasan makanan karna
sifatnya yang fleksibel, ringan, murah, dan
mudah di dapat dimana saja tetapi plastik
juga memepunyai banyak efek negatif,
salah satunya dapat menganggu kesehatan
manusia karna masih banyak penjual
makanan baik olahan atau mentahan yang
menggunakan kemasan plastik, dan
kemasan yang sering di jumpai adalah
plastik dan styrofoam.

Styrofoam
begitu
banyak
digunakan
oleh
manusia
dalam
kehidupanya sehari-hari. Begitu styrofoam
diciptakan langsung marak digunakan di
indonesia, banyak keunggulan pada
styrofoam yang sangat menguntungkan
bagi penjual makanan seperti tidak mudah
bocor, praktis dan ringan sudah pasti lebih
disukai sebagai pembungkus makanan,
pada umumnya styrofoam digunakan
sebagai bahan pelindung dan penahan
getaran untuk barang elekronik. Bahan
dasar styrofoam adalah polistyren,
polistyren dicampur dengan seng dan
senyawa butadien hal ini menyebabkan
polistiren kehilangan sifat jernihnya dan
berubah warna menjadi putih susu. Untuk
kelenturan ditambahkan zat plsticizer
seperti dioktil ptalat (DOP), butil gidroksi
toluen atau n-butyl stearat, lalau dilakukan
proses peniupan dengan menggunakan gas
klorofluorokarbon (CFC) yang akan
mengahsilkan bentuk struktur sel yang
kecil dan berongga (mohammad et al
2007).
Styrofoam sering digunakan untuk
pengemas makanan siap saji seperti, baso,
siomay, tekyaki, batagor, miayam, seblak
dll, dan ada juga yang digunakan untuk
tempat minuman sperti kopi, susu dan
minuman bersoda. Styrofoam memiliki

beberapa keunggulan sifat diantaranya


fleksibel, tidak mudah pecah, dapat
dikombinasikan dengan bahan kemasan
lain, tidak korosif serta harganya yang
relati murah (Ni Ketut Sumarni et al 2013).
Dibalik keuntungan dari styrofoam
terdapat kerugian terhadap kesehatan
manusia dilihat dri zat pembentuknya
monomer styrena brpengaruh terhadap
manusia yaitu: berefek akut pada selaput
lendir, selaput mata dan
saluran
pernapasan bagian atas, gangguan pada
urat syaraf, dan yang lebih bahaya adalah
migrasi bahan-bahan pembentuk styrofoam
kedalam makanan (Saeful Rohman 2010).
Penelitian tentang kandungan dan
migrasi styrofoam sudah banyak di
laukukan, contoh penelitian tentang
evaluasi kandungan monomer styrena
dalam pengemas plastik makanan dengan
hasil msih banyak kandungan stirena yang
melebihi batas yang terkandung dalam
pengemas makanan (Saeful Rohman
2010). Sedangkan masyarakat amerika
melalui
FDA
menyatakan
bahwa
kandungan monomer stirena maksimal
1.00% untuk pengemas makanan dan 0,5%
untuk pengemas minuman atau lemak
(FDA 2002).
Stirena banayak digunakan pada
produksi polimer, digunakan pada industri
karet, plsatik, wadah makanan dan karpet
dan kebanyakan produk-produk industri ini
mengandung monomer maupun polimer
stirena (ATSDR 1992:Ya-Min Kao 2012).
Sumber paparan pada masyarkat umum
berasal dari inhalasi dan dari pencemaran
makanan, kenaikan paparan dapat terjadi
pada orang yang hidup diperkotaan atau
yang tinggal didekat sumber paparan
seperti didaerah fasilitas industri dan
pembuangan limbah-limbah berbahaya
(cohen et all 2002) tetapi paparan dari
makanan dapat terjadi, seperti yang terjadi
di amerika bahwa rata-rata masyarakat
amerika terpapar stirena melalui makanan
sebesar 9g/hari (lickly et al 1995).
AGUS ROMANSYAH

2014

Kajian pustaka kandungan stirena pada pengemas makanan dari produk polistirena
(styrofoam)

Migrasi zat-zat berbahaya dalam styrofoam


kedalam makanan yang diperhatikan
adalah monomer styrena, karna monomer
styrena pembentuk polistyrena dan
polistiren adalah bahan utama dari
styrofoam.

Adapun bahaya stirena terhadap


tubuh manusia antara lain :
1. Berefek akut pada selaput lendir dan
selaput mata dan slauran pernapasan
bagian atas bila kandungan monomer
stirena diudara verkadar 100 ppm
sedangkan pada kandungan 200 ppm
dalam udara bisa mengakibatkan
mengantuk
hingga
kehilangan
keseimbangan
2. Berefek ganguan pada urat sraf pada
orang yang bekerja pada lingkunagan
dengan kandungan monomer stirena
400 ppm, efek ini dapat dilihat seperti
gugup dan berbadan lemah.
3. Berefek pada sistem genetik apabila
dalam bentuk stirena 7,8 oxide.
Darin[penelitian secara invitro stirena
7,8 oxide dapat merubah sistem genetik.
4. Menurut hasil percobaan terhadap tikus
monomer stirena tidak karsinogenik,
tetapi apabila dalam bnetuk stirena 7,8
oxide bersifat karsinogenik (Saeful
Rohman 2011).
Tujuan dilakukan penulisan ini adalah
untuk mengetahui kadar suatu bahan
pembentuk plastik yang terkandung dalam
pengemas makanan styrofoam terutama
stirena, mengetahui faktor-faktor penyebab
terjadinya migrasi bahan pembentuk
plastik pada makanan dan mengetahu
dampak negatif plastik pngemas terhadap
kesehatan manusia.

TINJAUAN PUSTAKA
Karakterisasi stirena (C8H8) Massa
molekul 104,14 g/mol

Sinonim : phenethylene, phenylethene,


phenylethylene,
styrene
monomer,
vinylbenzene, ethenylbenzene, styrol,
styrole, styrolene, styron, vinylbenzene,
vinylbenzol, cinnamene, cinnamol. Sifat
fisik dan kimia : Bentuk (cairan, tidak
berwarna), titik leleh (-31oC), titik didih
(145,2oC), titik beku (-30,63oC), massa
jenis (0,91 (air=1))
Kelarutan : sedikit larut dalam air (30
mg/100 ml pada 20oC), larut dalam etanol,
dietil eter dan aseton, sangat larut dalam
benzene dan petroleum eter.
Stabilitas
:
stabil,
tetapi
bisa
terpolimerisasi jika terkena cahaya dan
udara. Harus disimpan dalam lingkungan
lembam (inert) atau dengan ditambahkan
inhibitor, hindari penambahan asam kuat,
aluminium klorida, oksidator kuat,
tembaga, tembaga alloy, garam logam dan
katalis polimerisasi.
Toksisitas : beracun, karsinogen, mutagen,
menyebabkan iritasi kulit dan mata, sakit
kepala, mual, pusing, lemah otot,
penurunan sistem syaraf pusat dan diare,
bahaya melalui inhalasi.
Kegunaan : merupakan bahan kimia yang
penting dalam pembuatan polimer,
kopolimer, dan memperkuat plastik.

Gambar 1. Struktur monomer stirena


dan polimer stirena
(http://id.wikipedia.org/wiki/Polistirena)
AGUS ROMANSYAH

2014

Kajian pustaka kandungan stirena pada pengemas makanan dari produk polistirena
(styrofoam)

Styrofoam didapat dari campuran


90-95% polistiren dan 5-10% gas seperti nbutana atau n-pentana. Styrofoam dibuat
dari monomer stirena melalui polimerisasi
suspensi pada dan suhu tertentu, styrofoam
merupakan bahan plastik yang memiliki
sifat khusus dengan struktur yang tersusun
dari butiran dengan keapatan rendah,
mempunyai bobot ringan dan terdapat
ruang antara udara yang tidak dapat
mengantrkan panas sehingga hal ini
membuatnya menjadi insulator yang baik.
Bahaya bagi kesehatan manusia yaitu
kandungan yang terdapat pada styrofoam
seperti benzen dan stirena akan bereaksi
dengan cepat begitu makanan dimasukan
kedalam styrofoam. Uap panas dari
makanan akan memicu reaksi kimia ini
terjadi lebih cepat, terutama bahan
makanan yang beralkohol dan berlemak
migrasi stirena sangat cepat. Stirena
banayak digunakan pada produksi polimer,
digunakan pada industri karet, plsatik,
wadah makanan dan karpet dan
kebanyakan produk-produk industri ini
mengandung monomer maupun polimer
stirena (ATSDR 1992:Ya-Min Kao 2012).
Bahan dan Metode
Bahan yang digunakan adalah
styrofoam pengemas makanan dan bahan
kimia untuk preparasi digunakaan toluen,
gas yang digunakan untuk perlatan
kromatrogafi gas antara lain udara sintetik,
nitrogen dan hidrogen, dan untuk gc-ms
digunakan kolom 5% methylphenyl
siloksan dengan detektor spektrometer
massa dan gas pembawa adalah helium
(saeful rohmman 2010)
Metode yang digunakan dalam
penelitain ini adalah GC-MS, karna
metode ini cukup efektif untuk pemisahan
senyawa yang menggunakan dua metode
analisi yaitu kromatrogafi gas (GC) untuk
menganalisis jumlah senyawa secara
kuantitatif dan spektrometri massa (MS)
untuk menganalisis struktur senyawa

analit. Penggunaan kromatrogafi gas dapat


di padukan dengan spektroskopi massa,
paduan keduanya dapat menghasilkan data
yang lebih akurat dalam pengidentifikasian
senyawa yang dilengkapi dengan struktur
molekulnya (Amirshaghagi et al 2011).

Pada metode GC-MS (Gas


Cromatografy Massa Spektroscopy) yang
terpenting adalah membaca spektra yang
terdapat pada kedua metode yang digabung
tersebut. Pada spektra GC jika terdapat dari
sampel mengandung banyak senyawa yaitu
terlihat dari banyak puncak dalam spektra
GC tersebut, selanjutnya adalah masuknya
senyawa yang diduga tersebut dalam
instrumen spektroskopi massa (MS). Hal
ini dapat dilakukan karna salah satu
kegunaan dari kromatrogafi gas adalah
untuk memisahkan senyawa-senyawa dari
suatu sampel, setelah itu akan didapat hasil
dari spektra spektroskopi massa pada
grafik yang berbeda. Informasi yang di
peroleh dari teknik yang digabung dalam
instrumen GC/MS adalah hasil dari
masing-masing spektra. Untuk spektra GC
informasi terpenting adalah waktu retensi
dari tiap-tiap senyawa dalam sampel.
Sedangkan spektra MS diperoleh informasi
mengenai massa molekul relatif dari
senyawa sampel terebut (Fowlis, Ian
A.,1998).
Dalam metode GC-MS komponen
terpenting adalah detektor. Detektor
berfungsi sebagai pendeteksi komponenkomponen yang telah dipisahkan dari
kolom secara terus-menerus, cepat, akurat,
dan dapat melakukan pada suhu yang lebih
tinggi. Fungsi umumnya mengubah sifatsifat molekul dari senyawa organik
menjadi arus listrik kemudian arus listrik
tersebut diteruskan ke rekorder untuk
menghasilkan kromatogram. Detektor yang
umum digunakan adalah detektor hantaran
panas (TCD), detektor ionisasi nyala
(FID), detektor penangkap elesktron
(ECD), detektor fotometrik nyala (FPD),
detektor
nyala
alakali,
detektor
AGUS ROMANSYAH

2014

Kajian pustaka kandungan stirena pada pengemas makanan dari produk polistirena
(styrofoam)

spektroskopi massa (Gadeng,Irwan.2010).


Dan yang paling umum atau yang sering
digunakan dalam metode GC-MS adalah
detektor FID dan TCD karna kedunaya
peka terhadap berbagai komponen dan
berfungsi dalam berbagai konsentrasi.
TCD pada dasarnya universal dan dapat
digunakan untuk mendeteksi setiap
komponen selain gas pembawa, sedangkan
FID tidak dapat mendeteksi air (Soebagio,
Drs, dkk. 2005)

sebanyak 1 ml kedalam injektor GC lalu


analisi kromatogramnya (Amirshaghagi et
al 2011).

Penentuan potensi migrasi di kemasan


styrofoam (polistiren)
Sebanyak 1 gram dari sampel
dipotong menjadi potongan-potongan kecil
dan ditambahkan 25 ml metilen klorida.
Kemudian botol di tutup lalu di shaker
sampai sampel bnar-benar larut, dan
larutan di injeksikan dalam kromatografi
gas sebanyak 3g (Amirshaghagi et al
2011).

PEMBAHASAN

Gambar 2. Rangkaian alat GCMS


(http://id.wikipedia.org)

Penentuan kadar stirena


Sampel styrofoam dipotong kecilkecil dan ditimbang sebanyak 0,5 gram,
masukan
dalam
botol
vial
lalu
ditambahkan 10 ml pelarut toluen, larutan
dikocok dalam shaker hingga semua
plastik larut dalam toluen, larutan
dikondisikan dalam penangas air 90oC
dalam 30 menit sambil dikocok, sebagai
larutan baku digunakan monomer stirena
dalam toluen dengan konsentrasi 100,300,
dan 500 ppm, pelarut dikondisikan pada
suhu kolom 125o C, suhu injektor 200oC
dan detektor 250oC, aliran gas hidrogen
40ml/menit, nitrogen 11 ml/menit. Gas
yang terbentuk dari headspace diinjeksikan

Stirena pertama kali ditemukan


pada tahun 1786 oleh newman yang
diisolasi dari tanaman kayu yang berada
disekitar hutan california, baunya seperti
vanilin dan sering digunakan sebagai
parfum, sedangkan polimerisasi stirena ini
pertma kali ditemukan oleh simon pada
tahun 1839 dan hasil polimerisasinya
disebut stirol. Pada saat ini stirena di buat
sintesis dengan tahapan pertama yaitu
proses fiksasi etilena kedalam benzena
dengan proses friedel crafts, kemudian
proses dehidogenisasi etilen benzen
menjadi monomer stirena dan untuk
menjadi polistirena dipolimerisasi dengan
bantuan inisiator pada suhu tinggi.
Untuk batasan paparan stirena
walaupun sedikit masuk dalam tubuh itu
sudah sangat membahayakan karna sekali
masuk kedalam tubuh stirena akan
mengendap diorgan dan yang terpenting
bukan berapa banyak paparan yang terjadi
tetapi dampak atau masalah yang akan
ditimbulkan apabila stirena masuk dalam
tubuh. seperti yang terjadi di amerika
bahwa rata-rata masyarakat amerika
terpapar stirena melalui makanan sebesar
AGUS ROMANSYAH

2014

Kajian pustaka kandungan stirena pada pengemas makanan dari produk polistirena
(styrofoam)

9g/hari ( lickly et al 1995), dan adapun


ketentuan dari BPOM bahwa batas residu
total monomer styrena adalah 5000 ppm
dan untuk jenis makanan padat kering
dengan permukaan tanpa mengandung
minyak atau lemak bebas batas migrasi
residu total monomer stirenanya sebesar
10000 ppm (BPOM 2008)
Metode yang digunakan dalam
penelitain ini adalah GC-MS, karna
metode ini cukup efektif untuk pemisahan
senyawa yang menggunakan dua metode
analisi yaitu kromatrogafi gas (GC) untuk
menganalisis jumlah senyawa secara
kuantitatif dan spektrometri massa (MS)
untuk menganalisis struktur senyawa
analit. Penggunaan kromatrogafi gas dapat
di padukan dengan spektroskopi massa,
paduan keduanya dapat menghasilkan data
yang lebih akurat dalam pengidentifikasian
senyawa yang dilengkapi dengan struktur
molekulnya (Amirshaghagi et al 2011).

Sampel yang digunakan adalah


styrofoam pengemas makanan yang sering
digunakan oleh masyarakat dan untuk uji
migrasi digunakan makanan berlemak
emulsi
minyak/air
(o/w),
untuk
memisahkan smapel atau melarutkan
sampel dengan cara sampel dipotongpotong kecil dan dilarutkan dalam etanol
atau aseton, setelah itu sampel dikocok
dengan alat shaker sampai sampel terlarut.
Larutan sampel dikondisikan pada pengas
air dengan suhu 90oC selama 30 menit
sambil dikocok. Sebagai larutan baku
digunakan stirena monomer dengan
konsentrasi 100,300, dan 500 ppm.
Analisi
sampel
menggunakan
metode GCMS dengan sistem analisis
instrmental GC dikondisikan pada suhu
kolom 125oC, suhu injektor 200oC dan
detektor 250oC. Aliran gas hidrogen 40
ml/menit, nitrogen 11 ml/menit dan sintetik
udara 110 ml/menit, gas yang terbentuk
dari headspace diinjeksikan sebanyak 1 ml

kedalam injektor GC lalu analisis


kromatogramnya (Saeful Rohman 2010).

Pada metode analisis GCMS yang


terpenting adalah membaca spektra yang
terdapat pada gabungan kedua metode
tersebut, pada spektra GC apabila terdapat
banyak senyawa makan akan terlihat
banyak puncak yang dihasilkan dari
spektra GC tersebut dan berdsarkan data
yang sudah diketahui dari literatur bisa
diketahui senyawa apa saja yang ada dalam
sampel. Informasi yang diperoleh dari
kedua teknik ini yang digabung dalam
menjadi GCMS adalah hasil dari masingmasing spektra, untuk GC informasi
terpenting yang didapat adalah waktu
retensi untuk tiap-tiap senyawa dalam
sampel, sedangkan untuk spektra MS bisa
diperoleh informsi mengenai massa
mollekul relatif dari senyawa smapel yang
diteliti.
Adapun hasil penelitian tentang
kandungan monomer stirena, dari sekitar
0,5 gram sampel pengemas dilarutkan
dalam 10 ml toluena dalam vial tertutup
hanya 1 ml uap yang diinjeksikan , uap ini
terjadi pada pemanasan 90oC larutan
sampel selama 30 menit. Semua poses
pemanasan
dan
waktu
pemanasan
diusahakan sama (konstan) dari satu
sampel kesempel lainya, begitu juga untuk
larutan setandar sebagai pengkalibrasi.
Standarisasi monomer stirena dalam
larutan toluena dilakukan pada tiga titik
konsentrasi yaitu 100, 300 dan 500 ppm,
perulangan
dilakukan
tiga
kali.
Kromatogram GC menunjukan waktu
retensi untuk toluen adalah 2,9 menit
sedangkan untuk monomer stirena 4,47
menit.
Dari hasil analis bahwa stirena
yang terkandung dalam kemasan makanan
atau minuman tidak boleh melebihi kadar
yang telah ditetapkan, dimana masyarakat
amerika menetapkan bahwa kandunagn
sirena monomer maksimum dalam stirena
AGUS ROMANSYAH

2014

Kajian pustaka kandungan stirena pada pengemas makanan dari produk polistirena
(styrofoam)

untuk kemasan makanan adalah 1,00%


sedangkan untuk kemasan minuman 0,5%
(FDA 2002). Migrasi stirena dapat
membahaykan kesehatan, oleh karnanya
perlu adanya perhatian bagi produser
polistirena pengemas makanan agar
memperhatikan kandungan monomer
stirena (Saeful Rohman 2011). Penelitin
lain tentang bahaya stirena yang
terkandung dalam pengemas makanan
yang dapat bermigrasi atau perpindahan
zat-zat penyusun kemasan kedalam
makanan. Adapun hasil penelitian tentang
migrasi stirena dan kadar stirena yang
melebihi kadar yang telah di tetapkan.
Untuk uji migrasi monomer stirena
menggunakan sampel piring styrofoam
(Amirshaghagi et al 2011) dan untuk uji
kadar monomer styrena menggunakan
polistirena pengemas makanan seperti
pengemas
youghurt/cup,
piring
makanan/styrofoam,
pengemas
mie
seduh/styrofoam, sendok makan plastik,
pengemas cereal/styrofoam, pengemas
minuman ringan/cup (Saeful Rohman
2010).
Uji migrasi monomer stirena dari
piring styrofoam menggunakan metode
GC-MS kondisi ekstrak air/etanol. Kolom
HP-5 (5% methylphenyl siloksan),
ketebalan ID 320m dan ketebalan film
100m (model 6890), dengan detektor
spektrometer massa. Gas pembawa helium
(kemurnian 99,99%), suhu oven dari 40o C
(30 menit) sampai 150o C (12,5o C/menit).
Tes migrasi dengan mengisi piring
polistirena dengan makanan simulan dan
disimpan selama 35 hari pada suhu yang
telah dipilih yaitu 5, 20 dan 40 o C dan tidak
dilakukan pemotongan. Penentuan potensi
imigrasi di piring polistirena, sampel
sebanyak 25 ml metilen klorida, botol
ditutup rapat kemudian ditempatkan dalam
shaker mekanis sampai polimer benarbenar terlarut sempurna (Amirshaghagi et
al 2011). Alasan menggunakan metode
GCMS karna metode ini yang paling
efektif untuk pemisahan suatu senyawa

berdasarkan
titik
didih
dengan
menggunakan fase gerak gas. Karna
paduan dari dua metode tersebut akan
menghaslkan data yang lebih akurat dalam
pengindentifikasian
senyawa
yang
dilengkapi dengan struktur molekulnya.
Profil kromatografi gas yang
diperoleh dengan metode GC-MS (Gas
Chromatography Massa Spectrometri)
muncul setelah 8,9 menit, dan konsentrasi
awal monomer styrena dari pengemas
makanan styrofoam (polistien) di tentukan
625 mg/kg, namun rata-rata monomer
stirena di piring polistiren adalah 224
mg/kg yang dibandingakan dengan data
yang dihasilkan rendah. ditunjukan pada
gambar 1. (Amirshaghagi et al 2011).

Gambar 3. Profil kromatrogafi gas dari


monomer stirena dalam pengemas
makanan styrofoam (polistiren)
Migrasi monomer stirena dalam
smapel pengemas makanan styrofoam
sangat lamabat karna dilihat dari sifat
fisika bahwa stirena mendidih pada suhu
yang cukup tinggi, akan tetapi pada suhu
rendahpun stirena tetap bermigrasi karna
stirena sdikit larut dalam air. Migrasi
stirena dilakukan pada suhu 5, 20 dan 40 oC
dengan menggunakan pelarut simulan
makanan yaitu emulsi o/w. Dilihat dari
suhu yang digunakan dan jenis pelarut
yaitu etanol 10 % sebagai simulan makan
untuk minyak dalam air (o/w) emulsi,
AGUS ROMANSYAH

2014

Kajian pustaka kandungan stirena pada pengemas makanan dari produk polistirena
(styrofoam)

menunjukan bahwa suhu yang lebih tinggi


dapat meningkatkan kecepan migrasi,
ditunjukan pada gambar 2. (Amirshaghagi
et al 2011).

polimer tertentu. Etanol 10 % dapat


dianggap sebagai simulan makana
berlemak karna memiliki interaksi dengan
banyak plastik yang mudah larut di
dalamnya. FDA merekomendasikan bahwa
50% etanol dapat dijadikan sebagai
makanan simulan minyak untuk bahan
polistirena
(McCort-Tipton
2000:
Amirshaghagi et al 2011).
KESIMPULAN

Gambar 4. Migrasi monomer stirena


dengan pelarut etanol 10 % pada suhu 5,
10 dan 40oC dari sampel pengemas
makanan styrofoam (polistirena).
Dari data diatas dapat di ketahui
bahwa stirena dalam sampel pengemas
makanan styrofoam terjadi migrasi zat
beracun dari zat-zat penyusun styrofom
yang sangat beracun. Dan kadar stirena
dalam styrofoam tidak boleh lebih dari
yang telah di tetapkan, karna semakin
banyak kadar zat-zat penyusun styrofoam
maka kadar yang di cemarkan akan
semakin tinggi, karna yang lebih penting
adalah efek atau dampak migrasi bahan
beracun
tersebut
untuk
kesehatan
masyarakat. Masyarakat amerika melalui
FDA menetapkan bahwa kandungan
monomer stirena dalam polistrirena untuk
kemasan makanan maksimal
1 %
sedangkan untuk kemasan minuman 0,5 %.
Migrasi
stirena
monomer
dapat
membahayakn kesehatan, oleh karna itu
perlu ada perhatian bagi produser
polistirena pengemas makanan agar
memperhatikan kandungan monomer
stirena (saeful rohman 2011).
berbagai jenis simulan makanan
memberikan berbagai jenis koefisien difusi
karena interaksi antara polimer dan
makanan simulan, bahwa simulasi
makanan
cairan
tertentu
akan
mempengaruhi pepindahan massa dari

kadar maksimum stirena untuk


produk pengemas makanan dengan bahan
dasar pembentuk plastik polistirena tidak
boleh melebihi kadar yang telah
ditetapkan. Kandungan maksimal stirena
dalam pengemas makanan adalah 0,5%
dan untuk kemasan minuman adalah
1,00%. Karna semakin banyak stirean yang
terkandung dalam pengemas makanan atau
minuman maka migrasi stirena kedalam
makananpun akan semakin banyak, dengan
faktor lama kontak, sushu, dan jenis
makanan. telah diketahui bahwa faktor
tersebut dapat meningkatkan migrasi
stirena, dan stirena yang masuk dalam
tubuh akan membahayakan kesehatan.
Daftar pustaka

Amirshaghaghi, Z. Et al, 2011, studies


of migration of styrene monomer from
polystyrene packaging into the food
simulant vol 8, no 4, iranian journal of
chemical engineering.
Badan POM RI. 2008. Kemasan
Polistirena. InfoPOM Vol. 9, No. 5.
BPOM RI. Jakarta.
Cohen JT et all, 2002. A
COMPREHENSIVE EVALUATION OF
THE POTENTIAL HEALTH RISK
ASSOCIATED WITH OCOPATIO-NAL
AND ENVIRONMENTAL EXSPOSURE
TO STYRENE.
Fowlis,
Ian
A.,1998. Gas
Chromatography Analytical Chemistry
by Open Learning. John Wiley & Sons
Ltd: Chichester.
AGUS ROMANSYAH

2014

Kajian pustaka kandungan stirena pada pengemas makanan dari produk polistirena
(styrofoam)

Lickly et all, 1995b, A MODEL FOR


ESTIMATING THE DAILY DIETARY
INTAKE OF A SUBSTANCE FROM
FOOD-CONTACT POLIMERS. Regul
toxicol pharmacol 21(3):406-17.
Mohammad sulchan, dkk, 2007
keamanan pangan kemasasan plastik
dan styrofoam. Vol 57, no 2.
Ni Ketut sumarni dkk, vol 2, 2013.
KAJIAN FISIKA KIMIA LIMBAH
STYROFOAM DAN APLIKASINYA.
Rohman
saeful,

EVALUASI
KANDUNGAN MONOMER STIRENA
DALAM
PLASTIK
PENGEMAS
MAKANAN prosiding simposioum
nasional polimer IV, Issn 1410-8720.
Soebagio, Drs, dkk. 2005. Kimia
Analitik II. Malang : UM Press.
US, FDA, 2002, Guide For IndustryPrepartion of Premarket Notification
For
Food
Contact
Subtance.
http://www.cfsan.fda.gov
Ya-min
kao,
2012,
food
and
administration, departemen of healt,
excekutif yuan, taipe, taiwan, A
REVIEW ON SAFETY INSPECTION
AND RESERCH OF PALSTIK FOOD
PACKAGING MATERIALS IN TAIWAN.

AGUS ROMANSYAH

Anda mungkin juga menyukai