Disusun oleh:
Winda Indriani 20.I1.0034
Belinda Margaretha Setiawan 20.I1.0035
Jonathan Alfredo Mulyono 20.I1.0036
Alfredo Matthew K 20.I1.0037
Nicholaus Aditya Bagus 20.I2.0007
Kelompok 7
1.2. Tujuan
Tujuan dari praktikum bab ini adalah mengetahui proses pengemasan yang dapat
digunakan dengan efektif guna memperpanjang umur simpan serta menjaga kualitas
jamur tiram. Keefektifan proses pengemasan dapat dilihat dari parameter yang ada
berupa laju respirasi dan susut bobot dari jamur tiram yang disimpan.
1
2. PEMBAHASAN
Jamur tiram merupakan salah satu bahan pangan nabati yang sering dikonsumsi oleh
masyarakat, namun jamur tiram tidak memiliki umur simpan yang cukup panjang
sehingga mudah mengalami kerusakan dalam jangka waktu yang cukup cepat.
Menurut Codex 38-1981 edible mushroom (jamur yang dapat dimakan) adalah buah
dari kelompok tumbuhan tertentu - jamur yang tumbuh liar atau dibudidayakan dan
setelah ditempatkan akan cocok untuk digunakan sebagai makanan. Jamur yang dapat
dimakan kering harus sehat, yaitu tidak busuk dari warna dan rasa yang sesuai untuk
spesies, bersih, yaitu bebas dari kotoran organik dan mineral, terhindar dari kerusakan
dan akibat adanya belatung yang disebabkan oleh serangga.
2
3
plastik PP terhadap jamur tiram ini memiliki parameter penelitian yaitu laju respirasi
dan pengukuran susut bobotnya (SB). Pengukuran laju respirasi jamur tiram
menggunakan metode titrasi dan instrumen yang digunakan dalam pengukuran susut
bobot jamur tiram adalah timbangan analitik.
Setelah dilakukan analisis laju respirasi, jamur tiram yang dikemas dengan plastik PP
berperforasi dan jamur yang dikemas dengan plastik PP tidak berperforasi menunjukan
perbedaan yang tidak signifikan. Hal ini terjadi karena banyaknya oksigen atau O2
dalam kemasan terbatas sehingga menekan laju respirasinya dan mampu meningkatkan
daya simpan jamur tiram. Sedangkan jika jamur tiram yang dikemas oleh plastik PP
dibandingkan dengan jamur tiram yang tidak dikemas, laju respirasinya memiliki
perbedaan yang cukup signifikan. Hal ini terjadi karena respirasi dari jamur tiram yang
tidak dikemas mendapatkan oksigen atau O2 secara terus menerus dari lingkungan
sekitarnya sehingga respirasi menjadi lebih banyak. O2 yang melimpah pada jamur
tiram tentu saja memberikan dampak buruk bagi mutu kesegaran jamur tiram karena
mempercepat pematangan. Terbatasnya O2 pada bahan pangan seperti jamur tiram
mengakibatkan terhambatnya degradasi klorofil , rendahnya produksi C2H4, asam
karbonat yang dibentuk sedikit, perubahan asam lemak tak jenuh dan degradasi dari
pectin lambat sehingga umur simpan jamur tiram menjadi lebih lama (Arianto, 2013).
Hasil pengukuran dari susut bobot jamur tiram diperoleh dari perbandingan susut bobot
akhir dan susut bobot yang awal. Susut bobot yang dilakukan dalam percobaan ini
didapatkan bahwa jamur tiram yang dikemas dengan plastik PP tidak berperforasi dan
jamur tiram yang dikemas dengan plastik PP berperforasi memiliki perbedaan susut
bobot yang tidak signifikan karena kemasan dapat menghambat penguapan air dan
kemasan yang diberi lubang atau perforasi dapat membuat jamur tiram tidak menjadi
layu ataupun lemas. Kemasan plastik PP juga melindungi jamur tiram dari suhu
lingkungan yang tinggi serta menjaga kelembaban di dalamnya tetap terjaga sehingga
proses transpirasi dapat dibatasi. Sedangkan susut bobot jamur tiram yang dikemas
dengan plastik PP memiliki perbedaan susut bobot yang signifikan dengan jamur tiram
yang tidak dikemas. Hal ini terjadi karena suhu jamur tiram tidak dapat dikendalikan
karena dipengaruhi oleh suhu di lingkungan dan kelembabannya pun menjadi rendah,
4
suhu yang tinggi dan kelembaban yang rendah tentu dapat menunjang terjadinya
transpirasi yang lebih cepat. Proses transpirasi adalah salah satu faktor yang sangat
mempengaruhi susut bobot jamur tiram, karena ketika transpirasi menjadi lebih cepat
maka air didalam jamur tiram pun akan hilang lebih cepat juga sehingga jamur akan
jauh menjadi lebih layu dan lebih berkerut dibanding kondisi awalnya.
Hasil pengukuran susut bobot pada jamur tiram yang dikemas maupun tidak dikemas
memberikan perbandingan yang signifikan. Pengukuran susut bobot ini juga
menunjukan mutu maupun tingkat kesegaran dari jamur tiram. Namun secara tidak
langsung, hasil pengukuran dari susut bobot menunjukan pula indikasi dari parameter-
parameter yang lainnya. Jika susut bobot yang diperoleh dari percobaan adalah besar,
maka dapat disimpulkan pula bahwa susut bobot memberikan pengaruh kepada
parameter lain seperti derajat putih jamur tiram, penurunan kekerasan atau tekstur, serta
penampakan dari jamur tiram tersebut (Arianto, 2013).
didalamnya (Sumarsih, 2010). Kalori jamur tiram dapat dikatakan cukup rendah karena
didapati sekitar 28 k / Cal setiap 100 gramnya (Papaspyridi, 2012).
yang yang rasanya enak dan mempunyai manfaat terhadap kesehatan karena kandungan
protein dan seratnya yang cukup baik. Berbagai jenis produk konsumsi seperti siomay,
nugget, sosis, penyedap rasa, abon, kerupuk, minuman kesehatan dan lain-lain dapat
diproduksi dengan bahan jamur tiram.
3. KESIMPULAN
● Pengemasan mempengaruhi laju respirasi dan susut bobot jamur tiram.
● Jamur tiram yang dikemas dengan PP berperforasi dan tidak berperforasi tidak
memiliki perbedaan yang cukup signifikan pada laju respirasi dan susut bobotnya.
● Jamur tiram yang dikemas dengan PP dan jamur tiram yang tidak dikemas dengan PP
memiliki perbedaan yang sangat signifikan pada laju respirasi dan susut bobotnya.
● Jamur tiram yang tidak dikemas dengan PP memiliki laju respirasi yang jauh lebih
tinggi dibandingkan dengan jamur tiram yang dikemas dengan PP.
● Jamur tiram yang tidak dikemas dengan PP memiliki susut bobot yang jauh lebih
besar dibandingkan dengan jamur tiram yang dikemas dengan PP.
● Pengemasan dengan PP sangat efektif untuk memperpanjang umur daya simpan dan
menjaga kualitas jamur tiram.
7
4. DAFTAR PUSTAKA
Arianto, D. P., Supriyanto, S., & Muharrani, L. K. (2013). Karakteristik jamur tiram
(Pleurotus ostreatus) selama penyimpanan dalam kemasan plastik polipropilen
(PP). Agrointek, 7(2), 68-77.
Badan Standardisasi Nasional (BSN). 2003. Jamur Merang (Volvariella Volvacea)
segar. SNI 01-6945-2003.
https://youtu.be/CkqLO0hkpA0 (Diakses tanggal 26 Mei 2021)
Kadir, Idrus. 2013. Pemanfaatan Iradiasi untuk Memperpanjang Daya Simpan Jamur
Tiram Putih (Pleurotus ostreatus) Kering. Jurnal Ilmiah Aplikasi Isotop dan
Radiasi 6(1), 86-103.
Papaspyridi, L.M., Aligiannis, N., Topakas, E., Christakopoulos, P., Skaltsounis, A. L.,
Fokialakis, N. (2012) . Submerged fermentation of the edible mushroom Pleurotus
ostreatus in a batch-stirred tank bioreactor as a promising alternative for the
effective production of bioactive metabolites. Molecules, 17(27), 14-24.
Parikh P, McDaniel MC, Ashen D, Miller JI, Sorrentino M, Chan V, Blumenthal RS,
Sperling LS. 2005 “ Diets and cardiovascular disease an evidence-based
assessment “, J Am College Cardiol; 45: 1379-87.
Pedneault K, Angers P, Avis TJ, Gosselin A, Russell J, Tweddell RJ. 2007 “Fatty acid
profiles of polar and nonpolar lipids of Pleurotus ostreatus and P. cornucopiae
var. citrinopileatus grown at different temperatures“, Mycol Res , 111: 1228- 34.
Standard For Dried Edible Fungi CODEX STAN 39-1981. Page 1-4
Sulistyanto, M, P, T., Pranata, K, B., Solikhan., Ghufron, M. 2018. Pemberdayaan
Kelompok Petani Jamur Tiram Desa Duyung Kecamatan Trawas Kabupaten
Mojokerto. Jurnal Pengabdian Masyarakat, 1(3), 108-116.
Sumarsih, Sri. (2010). Untung Besar Usaha Bibit Jamur Tiram. Jakarta: Penebar
Swadaya.
8
5. LAMPIRAN
5.1. Plagscan
Gambar 1. Plagscan