PENDAHULUAN
Bubur ayam adalah makanan yang terbuat dari beras yang direbus dengan air
kaldu dalam waktu yang cukup lama sehingga menjadi lembek dan berair lalu diberi
kuah, suwiran daging ayam, kerupuk, dan irisan daun bawang (Suhanda, 2012).
Pengemasan merupakan proses terakhir dari hasil-hasil yang diproduksi
dengan tujuan untuk menjamin keamanan produk sampai ketangan konsumen
(Simanjuntak, 2010). Makanan selain mengandung berbagai komponen esensial yang
dipelukan manusia, yang juga memiliki stuktur kimia, seringkali akibat dari proses
pertanian transportasi, pengolahan pangan hingga siap saji memiliki potensi tercemar
berbagai komponen bahan kimia (Achmadi, 2011).
Kemasan styrofoam dipilih karena mampu mempertahankan pangan yang
panas/dingin, tetap nyaman dipegang, mempertahankan kesegaran dan keutuhan
pangan yang dikemas, ringan, dan inert terhadap keasaman pangan” (BPOM, 2008).
“Bahan dasar styrofoam adalah polistirena, suatu jenis plastik yang sangat ringan,
kaku, tembus cahaya dan murah tetapi cepat rapuh. Karena kelemahannya tersebut,
polistirena dicampur dengan seng dan senyawa butadien. Hal ini menyebabkan
polistirena kehilangan sifat jernihnya dan berubah warna menjadi putih susu.
Kemudian untuk kelenturannya, ditambahkan zat plasticizer seperti dioktil ptalat
(DOP), butil hidroksi toluena atau n butyl stearat (Sulchan, 2007).
Golongan senyawa CFC (Freon) dapat merusak lapisan ozon maka saat ini
tidak digunakan lagi, kini digunakan blowing agent yang lebih ramah lingkungan”
(BPOM, 2008). “Oleh karena itu, mulai dikembangkan penggunaan blowing agent
alternatif yang ramah lingkungan salah satunya adalah gas karbondioksida (CO2)
(Anisah, dkk, 2013).
Polistirena foam dibuat dari monomer stirena melalui polimerisasi. Simbol
untuk kode identifikasi resin polistirena yang dikembangkan oleh American Society
of the Plastics Industry (SPI) adalah (logo panah memutar), simbol ini menyatakan
jenis plastiknya (polistirena, PS) dan mempermudah proses daur ulang” (BPOM,
2008).
Batas migrasi monomer stirena berdasarkan parameter n-heptana pada suhu
49 oC yaitu 0,000078 mg/cm2 untuk tipe pangan: Tidak bersifat asam (pH < 5,0),
produk-produk mengandung air, dapat mengandung garam, gula atau keduanya (Tipe
I); Bersifat asam, produk- produk mengandung air, dapat mengandung garam atau
gula atau keduanya, termasuk mengandung emulsi miyak dalam air dengan
kandungan lemak rendah atau tinggi (Tipe II); Produk mengandung air, asam atau
tidak asam, mengandung minyak atau lemak bebas atau berlebih, dapat mengandung
garam termasuk mengandung emulsi air dalam minyak dengan kandungan lemak
rendah atau tinggi (tipe III); Produk susu dan turunannya: Emulsi air dalam minyak,
kandungan lemak rendah atau tinggi (tipe IV-A); Produk susu dan turunannya:
emulsi miyak dalam air kandungan lemak rendah atau tinggi (Tipe IV-B); Lemak
dan minyak mengandung sedikit air (tipe V) dan minuman non alkohol, mengandung
sampai 8% alkohol, dan lebih dari 8 % alkohol (Tipe VI- B)”(BPOM, 2007).
“Polistirena merupakan plastik yang inert sehingga relatif tidak berbahaya bagi
kesehatan, yang perlu diwaspadai adalah kemungkinan terjadinya migrasi dari
monomer stirena kedalam pangan yang dapat menimbulkan risiko bagi kesehatan”
(BPOM, 2009).
Menurut BPOM (2008) bahwa “bahaya monomer stirena terhadap kesehatan
setelah terpapar dalam jangka panjang, antara lain: 1. Menyebabkan gangguan pada
sistem syaraf pusat, dengan gejala seperti sakit kepala, letih, depresi, disfungsi sistem
syaraf pusat (waktu reaksi, memori, akurasi dan kecepatan visiomotor, fungsi
intelektual), hilang pendengaran, dan neurofati periperal. 2. Beberapa penelitian
epidemiologik menduga bahwa terdapat hubungan antara paparan stirena dan
meningkatnya risiko leukemia dan limfoma. 3. Monomer stirena dapat masuk ke
dalam janin jika kemasan polistirena digunakan untuk mewadahi pangan beralkohol,
karena alkohol bersifat dapat melintasi plasenta. Menurut BPOM (2008) bahwa
Untuk mengurangi besarnya migrasi stirena dari kemasan polistirena foam dapat
dilakukan hal-hal sebagai berikut:
1) Menggunakan kemasan polistirena foam hanya untuk sekali pakai.
2) Menghindari penggunaan kemasan polistirena foam untuk pangan yang panas
3) Menghindari penggunaan kemasan polistirena foam untuk pangan yang
mengandung alkohol, asam, dan lemak. Stirena yang menjadi bahan dasar
polistirena larut lemak dan alcohol.
4) Jika pangan yang akan dikemas bersuhu tinggi, mengandung alkohol, asam,
atau lemak maka sebisa mungkin gunakanlah kemasan pangan yang terbuat
dari keramik atau kaca/gelas.
5) Jangan pernah memanaskan atau memasukkan makanan dengan kemasan
polistirena foam kedalam microwafe.
BAB III
AKTIVITAS DAN UMPAN BALIK
4.1 Kesimpulan
Anisa, dkk. 2013. Jurnal Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri,
Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) (Online),
(Http://repository.its.ac.id diakses tanggal 26 Juni 2018)