Anda di halaman 1dari 13

KETAHANAN TERHADAP FRAKTUR DARI FRC PADA

GIGI TIRUAN JEMBATAN

Disusun oleh:
1. Maria Sri Murni (04101004053)
2. Fitria Afriani (04101004055)
Dosen Pembimbing:
Drg. Martha Mozartha, M.Si
Program Studi Kedokteran Gigi
Fakultas Kedokteran
Universitas Sriwijaya
2013

BAB I

PENDAHULUAN

Gigi tiruan cekat (GTC) adalah suatu gigi tiruan sebagian yang dilekatkan secara tetap
pada satu atau lebih gigi penyangga untuk mengganti satu atau lebih gigi yang hilang. Gigi
asli atau akar yang telah di preparasi dapat dijadikan sebagai pendukung utama dari restorasi
tersebut (Tylman, 1970). Gigi tiruan cekat tidak hanya mengganti gigi yang hilang tetapi
harus memulihkan dan menjamin terpeliharanya semua fungsi dari gigi dan mencegah
kerusakan selanjutnya (Martanto, 1985).
Pembuatan gigi tiruan cekat konvensional dengan preparasi seluruh permukaan gigi
secara luas telah digunakan untuk merestorasi gigi yang rusak. Pada beberapa penggunaan,
bahan ceramic (porselen) sering digunakan oleh karena estetik yang baik, bersifat
biokompatibel, dan kuat terhadap daya kunyah (Kilicarslan dkk., 2004). Salah satu kerugian
yang signifikan dari gigi tiruan cekat konvensional berbahan ceramic adalah banyaknya gigi
penyangga yang dipreparasi (Xie dkk., 2007). Pembuatan gigi tiruan cekat konvensional
dengan pengurangan yang luas pada gigi penyangga yang masih sehat merupakan suatu
pilihan yang sulit untuk mengganti satu gigi yang hilang dengan jarak antar gigi penyangga
yang kecil atau pendek. Implan merupakan suatu alternatif untuk menggantikan satu gigi
yang hilang dengan dimensi tulang yang memadai dan yang bersedia untuk menjalani suatu
prosedur bedah minor. Apabila implan bukan merupakan pilihan perawatan pada beberapa
pasien maka gigi tiruan cekat adesif dapat menjadi solusi yang memungkinkan (Wyatt, 2008).
Gigi tiruan jembatan adesif telah menunjukkan sebagai salah satu perawatan dengan
preparasi gigi yang minimal untuk menggantikan satu gigi yang hilang, dengan atau gigi
penyangga sebelahnya masih sehat (Moschen dkk., 1999). Awal diperkenalkan pemasangan
gigi tiruan cekat dengan menggunakan teknik etsa asam dan ikatan resin adalah di University
of Maryland pada tahun 1980 (Burgess dan Mcartney, 1989).
Pada tiga dekade terakhir, ketertarikan gigi tiruan cekat adesif dengan partial
coverage retainer seperti mahkota sebagian, inlay dan onlay meningkat oleh karena protesa
ini merupakan pilihan yang lebih konservatif apabila membutuhkan pengurangan gigi yang
minimal, mempertahankan gigi yang sehat dan intregitas jaringan periodontal. Protesa ini
juga dapat dipilih untuk pasien muda dengan jaringan pulpa yang besar, sebagai alasan
kesehatan pulpa dan periodontal serta struktur gigi ketika dilakukan pengurangan struktur
gigi dalam jumlah banyak memberikan masalah. Gigi tiruan cekat adesif tipe inlay-retained

secara umum dapat menggunakan porcelain fused to metal, all porcelain, dan fiber reinforced
composite (FRC) (Kilicarslan dkk.,2004).
Pada umumnya metal alloy telah digunakan sebagai bahan untuk membuat framework
atau kerangka, tetapi FRC kini menjadi salah satu bahan alternatif untuk menggatikan bahan
metal alloy (Van Huemena dkk., 2010). Kerugian perawatan gigi menggunakan gigi tiruan
cekat adesif metal alloy diantaranya adalah : kombinasi material yang terlalu kontras antara
metal alloy dengan porselen, kekuatan perlekatan rendah dan ketahanan selama pemakaian
kurang baik (Giordano, 2000).
Perkembangan bahan adesif (Lassila, 2007) telah mengubah konsep restorasi dengan
memusatkan perhatian pada pengasahan yang minimum dan jaringan lunak yang terawat.
Resin komposit memberikan keberhasilan sebagai restorasi intrakoronal jangka panjang.
Menurut Van Noort (2007), resin komposit tidak mempunyai sifat fisik yang memadai untuk
digunakan sebagai jembatan gigi tiruan cekat tanpa beberapa penguat substruktur. Resin yang
mengandung anyaman fiber dapat digunakan untuk struktur dengan jarak antar penyangga
yang pendek.
Penggunaan FRC pada gigi tiruan jembatan selalu mendapatkan tekukan atau
bengkokan secara klinis yang lama kelamaan dapat menimbulkan fraktur pada FRC jembatan
tersebut. Oleh sebab itu, bahan FRC ini diuji ketahanan terhadap frakturnya untuk
mengetahui kekuatannya dan seberapa besar ketahanan FRC terhadap fraktur. Uji ketahanan
terhadap fraktur pada FRC ini dilakukan dengan melakukan tes bending yang secara
menyeluruh melaporkan sifat mekanis dan hasil tesnya berguna dalam pemilihan bahan FRC
yang lebih tahan terhadap fraktur dilihat dari segi tipe atau struktur serat dari FRC tersebut
untuk penggunaan klinis.

BAB II
2

TINJAUAN PUSTAKA

Gigi Tiruan Jembatan


Gigi tiruan jembatan adalah gigi tiruan cekat yang menggantikan kehilangan gigi yang
tidak dapat dilepas oleh pasien dan dokter gigi dengan mudah karena dipasang secara
permanen dengan semen pada gigi atau akar gigi asli yang telah dipersiapkan.

Gigi tiruan jembatan terdiri atas beberapa komponen, yaitu:


1. Retainer
Merupakan bagian dari gigi tiruan jembatan yang menghubungkan gigi tiruan dengan
gigi penyangga yang direkatkan dengan semen pada gigi penyangga dan berfungsi
sebagai stabilisasi dan retensi. Ada 3 jenis retainer, yaitu:
Retainer ekstrakorona
Merupakan retainer yang retensinya berada di permukaan luar mahkota gigi

penyangga. Contohnya adalah complete veneer crown dan partial veneer crown.
Retainer intrakorona
Merupakan retainer yang bagian retensinya berada di bagian dalam mahkota gigi

penyangga. Contohnya adalah inlay dan onlay.


Retainer dowel crown
Merupakan retainer yang retensinya berupa pasak yang telah disemenkan ke
saluran akar yang telah dirawat dengan sempurna.

2. Konektor

Merupakan bagian dari gigi tiruan jembatan yang menghubungkan retainer dengan
pontik. Konektor harus dapat mencegah distorsi atau fraktur selama gigi tiruan berfungsi.
Dapat berupa rigid dan non rigid.
Konektor rigid
Merupakan konektor yang tidak memungkinkan terjadinya pergerakan pada

komponen GTJ, paling sering digunakan untuk GTJ.


Konektor non rigid
Merupakan konektor yang memungkinkan terjadinya pergerakan terbatas pada
komponen GTJ. Bertujuan untuk mempermudah pemasangan dan perbaikan GTJ.
Contohnya adalah dovetail dan male and female.

3. Pontik
Merupakan bagian dari gigi tiruan jembatan yang menggantikan gigi yang hilang.
4. Gigi penyangga/abutment

Merupakan gigi yang mendukung GTJ sebagai tempat retainer direkatkan dengan semen.
Abutment dapat juga berupa akar gigi yang telah mendapat perawatan saluran akar
dengan sempurna dan tidak terdapat kelainan-kelainan pada ujung akarnya serta tidak
menjadi terminal abutment. Abutment yang mendukung GTJ dapat juga berupa implant.

Fiber-Reinforced Composite
Fiber reinforced composite (FRC) adalah bahan yang dapat digunakan untuk
pembuatan gigi tiruan cekat adesif, bahan ini merupakan bahan dasar resin yang diperkuat
oleh substruktur fiber yang bertujuan untuk meningkatkan sifat mekaniknya. Fiber reinforced
dari FRC terdiri dari bermacam-macam struktur serat, perbedaan struktur serat dapat
mempengaruhi kekuatan mekanis.
Gigi tiruan cekat FRC menggunakan teknik etsa asam dengan ikatan resin yang
disementasi pada email gigi. (Valittu, 2000). Terdapat beberapa keuntungan dalam memilih
protesa fiber reinforced, yaitu dapat mencapai hasil estetik yang optimal, protesa dapat bebas
dari logam, menurunkan terjadinya keausan pada gigi antagonis seperti pada protesa
porselen, dan memberikan ikatan retainer pada protesa dengan gigi penyangga. Bahan ini
digunakan pada saat estetik diperlukan, sejak bahan metal yang opak kurang memberikan
sifat translusen yang baik dan penampilan alamiah pada protesa (Rosenstiel dkk., 2001).
Gigi tiruan cekat FRC terdiri dari berbagai tipe, salah satunya terdapat tipe inlayretainer. Preparasi pada gigi tiruan ini dapat sebatas kavitas inlay dan restorasi cukup
memadai untuk menggantikan gigi yang hilang (Kolbeck dkk., 2002). Menurut Al-Darwish,
4

dkk (2007) FRC terdiri dari fiber dengan kekuatan dan modulus elastisitas yang tinggi yang
ditanam atau diikatkan dengan matriks resin komposit. Dalam bentuk ini, baik fiber dan
matriks resin mempertahankan sifat fisik dan kimia mereka, namun mereka menghasilkan
penggabungan sifat yang tidak dapat menonjolkan salah satu dari sifat fisik tersebut.
Efektivitas FRC tergantung dari beberapa variabel, termasuk resin yang digunakan,
kandungan resin dalam fiber, perlekatan fiber dengan matriks, kuantitas fiber dalam matriks
resin, panjang fiber, bentuk fiber, dan orientasi (arah) fiber (Garoushi dkk.,2008). Sifat
mekanik dari FRC dipengaruhi dalam banyak hal, dan faktor yang mempengaruhi kekuatan
atau ketahanannya adalah posisi dari fiber, banyaknya fiber, pemenuhan fiber dengan polimer
matriks, perlekatan fiber-fiber terhadap polimer matriks, sifat fiber, sifat polimer matriks dan
penyerapan air pada matriks FRC (Al-Darwish dkk.,2007).
Produk fiber reinforced menurut penggunaannya dapat diklasifikasikan menjadi
anyaman fiber yang mengandung resin dari pabrik atau anyaman fiber yang perlu diberi resin
oleh dokter gigi (Freilich,2000). Kandungan resin didalam fiber merupakan salah satu
parameter penting yang berperan dalam hal kekuatan pada FRC (Curtis dan Watson, 2008).
Penguat fiber sulit dilakukan pengisian dengan resin yang berviskositas tinggi (Curtis dan
Watson, 2008). Fiber harus penuh terlapisi oleh resin, sehingga polimer resin harus kontak
dengan setiap permukaan fiber supaya mencapai perlekatan yang adekuat antara fiber dengan
matriks polimer. Proses perlekatan dan pelapisan resin yang bagus akan menghasilkan
distribusi tekanan dari matriks polimer ke fiber. Pelapisan yang tidak tepat akan
menghasilkan masalah pada penggunaan FRC, seperti peningkatan penyerapan air melalui
celah kosong, menyebabkan penurunan sifat mekanis dan perubahan warna pada FRC
(Miettinen dan Vallittu,1997).
Fiber reinforced terdiri dari berbagai tipe, antara lain: fiber glass, fiber karbon, fiber
kevlar, fiber vectran, fiber polyethelene (Tuloglu, 2009). Tipe fiber yang digunakan dalam
pembuatan FRC tergantung dari maksud penggunaan dan karakteristik yang diperlukan untuk
mencapai tujuan tersebut (Freilich dkk.,2000). FRC mempunyai berbagai struktur serat yaitu
unidirectional, braided dan woven (bidirectional) (Freilich dkk.,2000). Fiber long
longitudinal polyethelene merupakan salah satu jenis fiber unidirectional yang ini berwarna
putih, tinggi kristalisasi, memberi sifat mekanik yang tinggi (Freedman, 2009). Fiber leno
weave polyethelene merupakan salah satu fiber biderectional yang mempunyai pola mata
rantai silang yang istimewa, benang jahitan yang mengunci yang mana meningkatkan
ketahanan, stabilisasi, dan kekuatan geser antar serat (Karbhari dan Stassler, 2007).

Menurut Van Heumena, dkk (2008) perbedaan struktur serat fiber lebih
mempengaruhi kekuatan fleksural dibandingkan pada perbedaan tipe fiber. Salah satu
struktur serat fiber yang diteliti adalah bentuk leno weave yang mempunyai kelebihan dalam
hal, keretakan yang rendah dan kepadatan yang tinggi karena strukturnya membatasi
pergeseran antar serat dan mencegah pergeseran selama aplikasi ke dalam mulut (Karbhari
dan Stassler, 2007).

BAB III
ISI

Ketahananan terhadap Fraktur dari FRC pada Gigi Tiruan Jembatan

Ketahanan terhadap fraktur dari FRC merupakan salah satu sifat mekanis yang dimiliki
oleh FRC, yaitu tekanan maksimal yang dapat ditahan oleh FRC sebelum terjadinya fraktur.
Ketahanan terhadap fraktur ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti
bentuk/struktur dari fiber dan posisi FRC pada gigi tiruan jembatan. Bentuk fiber yang
digunakan dalam penelitian pada jurnal referensi ialah berupa fibre-braid, fibre-ribbon, dan
stick. Sedangkan berdasarkan posisi FRC pada gigi tiruan jembatan dibagi menjadi tiga
macam, yaitu straight, double, dan curved.
Berdasarkan jurnal yang berjudul fracture strength and bending of fiber reinforced
composite and metal frameworks in fixed partial dentures, FRC yang dibandingkan
berdasarkan bentuk atau struktur fiber berupa stick dan fibre-braid. Kedua bentuk fiber
tersebut diberi perlakuan yang sama, yaitu disimpan dalam air suling pada suhu 37C selama
dua minggu dan thermocycled (5-55C x 2500). Pengujian dilakukan menggunakan universal
testing machine dengan crosshead speed (1mm/menit).

Gambar 1. Universal testing machine

Tabel 1 menunjukkan hasil bahwa ketahanan terhadap fraktur pada FRC dengan bentuk
fiber stick lebih besar dibandingkan dengan fiber-braid. Karena ketahanan fraktur berbanding
terbalik dengan nilai bending maka didapatkan juga hasil bahwa nilai bending pada fiberbraid sedikit lebih tinggi daripada stick. Hal ini diakibatkan karena bonding dari FRC berupa
stick lebih adekuat pada gigi tiruan jembatan.

Kelompok

Ketahanan (N)

Bending

Stick

1866 (284)

1,02 (0,34)

Fiber-braid

1273 (145)

1,13 (0,35)

Tabel 1. Rata-rata (standar deviasi) dari ketahanan terhadap fraktur dan bending

Selain itu, penelitian terhadap ketahanan fraktur dari bentuk atau struktur fiber juga
terdapat dalam jurnal yang berjudul fracture resistance of composite fixed partial dentures
reinforced with pre-impregnated and non-impregnated fibers. Dalam jurnal ini, bentuk fiber
yang digunakan ialah fibre-ribbon (pre-impregnasi) dan fibre-braid (non-impregnasi) dengan
perlakuan yang sama, yaitu disimpan di air suling pada suhu 37C selama satu minggu dan
diuji juga menggunakan universal testing machine.
Braid
Ketahanan
fraktur (N)
Defleksi (mm)

Ribbon

Rata-rata

SD

Rata-rata

SD

105

4,57

102

22,57

0,114

0,11

0,242

0,13

Tabel 2. Data hasil penelitian

Hasil penelitian menunjukkan bahwa fibre-braid memiliki ketahanan fraktur yang lebih
tinggi daripada fibre-ribbon. Sedangkan defleksi berbanding terbalik dengan ketahanan
fraktur, yaitu fibre-braid memiliki defleksi yang lebih rendah dibandingkan dengn fibreribbon. Angka defleksi ini berbanding lurus dengan tingkat fleksibilitas. Fibre-ribbon lebih
fleksibel karena lebih defleksi sebelum terjadinya fraktur. Defleksi ini dapat dipengaruhi oleh
tipe fiber, orientasi, dan kuantitas fiber yang digunakan.
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya bahwa ketahanan terhadap fraktur dapat juga
dipengaruhi oleh posisi dari FRC pada gigi tiruan jembatan. Penelitian mengenai ketahanan
terhadap fraktur berdasarkan posisinya terdapat dalam jurnal yang berjudul fracture
resistance of inlay-retained fixed partial dentures reinforced with fiber-reinforced composite.
Posisi FRC terbagi dalam tiga macam, yaitu straight, double, curved. Straight ialah posisi
FRC berada di tengah-tengah dari pontik dengan bentuk lurus. Sedangkan double ialah posisi
FRC sama seperti straight tapi ditambah lagi pada bagian bawahnya. Curved ialah posisi
FRC di dasar dari pontik dan berbentuk garis kurva di sepanjang dasar dari permukaan
tersebut.

Gambar 2. Posisi FRC pada gigi tiruan jembatan

Letak Fraktur
Konektor
Inlay
Pontik
6
4
0

Posisi

Mean

SD

Straight

799

152

Double

679

190

Curved

943

233

Tabel 3. Ketahanan terhadap fraktur (N) dan letak fraktur

Tabel 3 menunjukkan ketahanan fraktur berdasarkan posisi dari FRC dan letak fraktur
pada bagian-bagian gigi tiruan jembatan. Berdasarkan hasil penelitian tersebut, posisi curved
memiliki ketahanan terhadap fraktur yang lebih tinggi dibandingkan dengan posisi straight
dan double. Hal ini disebabkan karena fraktur lebih cenderung terjadi pada bagian dasar
karena lebih banyak menahan beban. Selain itu, pada tabel 3 juga dapat dilihat letak fraktur
yang dominan terjadi, yaitu pada daerah konektor. Seperti halnya terjadi pada posisi FRC
double yang memiliki ketahanan terhadap fraktur yang rendah, daerah konektor lebih rentan
terjadi fraktur karena adanya pengurangan ketebalan komposit veneer di daerah tersebut.
Beberapa jurnal menyebutkan bahwa ketahanan terhadap fraktur dari FRC pada gigi
tiruan jembatan dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya ialah kuantitas fiber, tipe dari
impregnasi, properti fiber, properti matriks polimer, adhesi dari fiber dengan matriks polimer,
kekerasan dari fiber, tipe fiber, absorpsi air dari matriks FRC, dan posisi dari fiber. Tipe dari
impregnasi dan absorpsi air dapat berkaitan karena buruknya impregnasi dari fiber ke matriks
dapat disebabkan oleh beberapa faktor, salh satunya ialah terjadinya absorpsi air. Terjadinya
absorpsi air ini akan menurunkan kekuatan mekanis dan perlekatan antara fiber dan matrik
sehingga rentan terjadi fraktur.

BAB IV
KESIMPULAN

Fiber reinforced composite (FRC) adalah bahan yang dapat digunakan untuk
pembuatan gigi tiruan jembatan adesif, bahan ini merupakan bahan dasar resin yang
diperkuat oleh substruktur fiber yang bertujuan untuk meningkatkan sifat mekaniknya. Fiber
reinforced dari FRC terdiri dari bermacam-macam bentuk fiber dan posisinya dalam gigi
10

tiruan jembatan. Kedua hal ini dapat mempengaruhi kekuatan mekanis dari FRC, terutama
ketahanan terhadap fraktur. Berdasarkan bentuk fiber, yaitu fibre-braid, fibre-ribbon, dan
stick, yang memiliki ketahanan terhadap fraktur yang paling baik ialah bentuk stick karena
bonding dari FRC berupa stick lebih adekuat pada gigi tiruan jembatan. Ketahanan terhadap
fraktur yang baik setelah stick ialah fiber-braid dan terakhir ialah fiber-ribbon. Sedangkan
berdasarkan posisi FRC pada gigi tiruan jembatan, yaitu straight, double, dan curved,
ketahanan terhadap fraktur terbaik ialah posisi curved. Hal ini disebabkan karena fraktur
lebih cenderung terjadi pada bagian dasar karena lebih banyak menahan beban.

DAFTAR PUSTAKA

Sufyan Garoushi, Pekka Vallittu. Fiber-reinforced composites in fixed partial dentures.


Libyan Journal of Medicine. 2006 September; 1(1): 73-82.
M. Sadhegi. Fracture strenth and bending of fiber reinforced composite and metal
frameworks in fixed partial dentures. Journal of Dentistry 2008; 5(3): 99-104.

11

Ramin Mosharraf, Sepideh Torkan. Fracture resistance of composite fixed partial dentures
reinforced with pre-impregnated and non-impregnated fibers. Journal of Dental
Research, Dental Clinics, Dental Prospects 2012; 6(1): 12-16.
Tomonori Waki, Takashi Nakamura, Toshio Nakamura, Soichiro Kinuta, Kazumichi
Wakabayashi, Hirofumi Yatani. Fracture resistance of inlay-retained fixed partial
dentures reinforced with fiber-reinforced composite. Dental Materials Journal 2006;
25(1): 1-6.

12

Anda mungkin juga menyukai