Anda di halaman 1dari 8

BAB IV

PEMBAHASAN

Menurut Roberson (2006) tujuan dari restorasi adalah membentuk gigi

seperti semula sehingga dapat berfungsi kembali. Hal ini menunjukkan bahwa

restorasi setelah perawatan endodontik yang dibuat haruslah adekuat, yaitu

mampu membentuk kembali kontur gigi yang telah rusak akibat lesi atau trauma,

juga mencegah kebocoran koronal, dan mampu menahan beban kunyah.

Menurut Ford (2004) pengetahuan tentang anatomi gigi sangat diperlukan

untuk mencapai keberhasilan perawatan endodontik. Berdasarkan hal ini maka

kita perlu mengetahui terlebih dahulu anatomi dan fungsi dari jaringan gigi dalam

keadaan normal, karena perawatan endodontik seringkali merubah kondisi

struktur gigi, sifat fisik dentin, dan perubahan warna gigi.

Garg (2011) menyatakan bahwa perubahan struktur gigi akibat perawatan

endodontik akan menyebabkan fraktur gigi. Hal ini menunjukkan bahwa

pembuangan jaringan gigi selama perawatan endodontik yang banyak

menyebabkan perubahan struktur gigi. Kondisi ini menyebabkan pemilihan

restorasi gigi setelah perawatan endodontik menjadi kompleks.

Berdasarkan Ford (2004), preparasi akses kavitas, pembersihan, dan

pembentukan saluran akar merupakan langkah dalam perawatan endodontik yang

membutuhkan pembuangan jaringan cukup banyak. Hal yang perlu kita pelajari

dari pernyataan ini adalah tindakan preparasi akses dilakukan untuk memenuhi

kebutuhan lapang pandang yang luas untuk mencari orifis, agar preparasi saluran

43
44

akar dapat dapat lurus menuju apeks sehingga memudahkan pengambilan seluruh

jaringan pulpa yang terinfeksi dari saluran akar.

Berdasarkan penelitian Schwartz et al (2004) dan Suprastiwi (2006),

perubahan sifat fisik dentin masih menjadi perdebatan. Beberapa penelitian

menyatakan bahwa terjadi perubahan sifat fisik dentin karena berkurangnya

kelembaban dentin, namun penelitian lain menyatakan tidak ada perubahan fisik

pada dentin setelah perawatan endodontik.

Brenna et al (2009) mengatakan bahwa perubahan warna gigi sering

terjadi karena nekrosis gigi, pelepasan produk disintegrasi yang akan masuk ke

dalam tubulus dan merubah warna pada dentin. Pewarnaan gigi juga dapat terjadi

setelah perawatan endodontik, karena pembersihan dan pembentukan saluran akar

yang tidak sempurna, atau adanya akumulasi dari bahan pengisi saluran akar,

debris, dan material bahan tambal yang tersisa. Perubahan warna ini dapat diatasi

dengan perawatan bleaching atau dengan restorasi estetik, atau kombinasi

keduanya.

Torabinejad & Walton (2002) menyatakan bahwa penting dilakukan

evaluasi terhadap keberhasilan perawatan endodontik, sebelum dilakukan

prosedur restorasi. Evaluasi ini dianggap penting karena gigi yang telah

direstorasi akan menyulitkan operator jika dibutuhkan perawatan ulang. Evaluasi

ini meliputi keluhan pasien dan pemeriksaan klinis serta radiografis. Prosedur

restorasi dapat segera dilakukan jika hasil evaluasi diyatakan baik, namun apabila

tidak maka prosedur restorasi harus ditunda sampai kondisi gigi dinyatakan baik

dan siap untuk dilakukan restorasi.


45

Menurut Ford (2004) dan Garg (2011), terdapat beberapa pertimbangan

dalam melakukan prosedur restorasi, salah satunya adalah banyaknya jaringan

keras gigi yang tersisa setelah perawatan endodontik. Hal ini berkaitan dengan

bentuk retensi dan resistensi dari restorasi yang akan dibuat.

Ford (2004) dan Segovic (2004) menyatakan pertimbangan fungsi gigi

dalam lengkung juga merupakan pertimbangan yang penting. Tujuannya adalah

untuk mengetahui besarnya beban kunyah yang akan diterima restorasi.

Pernyataan ini sangat berkaitan dengan pemilihan bahan restorasi. Gigi dengan

beban kunyah yang besar harus direstorasi dengan bahan yang mampu menahan

beban kunyah besar, seperti logam cor dan porselen.

Pertimbangan lainnya menurut Cheung (2011) dan Ford (2004) adalah

posisi atau lokasi gigi. Pertimbangan ini akan menjadi sangat penting karena

lokasi gigi di anterior membutuhkan pertimbangan estetik, sedangkan gigi

posterior tidak. Posisi juga perlu diperhatikan sehubungan dengan restorasi yang

ada pada gigi sebelahnya atau gigi antagonisnya.

Pertimbangan selanjutnya menurut Cheung (2011) dan Ford (2004) adalah

anatomi saluran akar. Anatomi saluran akar merupakan pertimbangan yang harus

dilakukan jika akan merestorasi gigi dengan mahkota pasak. Gigi dengan anatomi

saluran akar yang bengkok merupakan sesuatu yang harus dipertimbangkan.

Kegagalan perawatan endodontik seringkali disebabkan oleh kegagalan

restorasi dibandingkan dengan kegagalan perawatan endodontik itu sendiri (Ford,

2004 ; Garg, 2011 ; Torabinejad & Walton, 2002). Kegagalan restorasi yang
46

sering terjadi diantaranya adalah kebocoran tepi, lepasnya restorasi, fraktur pada

restorasi, dan fratur gigi (Suprastiwi, 2006).

Kegagalan restorasi disebabkan oleh kerapatan (seal) yang tidak baik,

retensi yang tidak adekuat, resistensi yang tidak adekuat, restorasi yang tidak

dapat memberi perlindungan yang cukup terhadap tekanan oklusal, dan retensi

yang tidak dapat melindungi gigi dari fraktur (Torbinejad & Walton, 2002).

Kebocoran tepi dapat menyebaban karies sekunder yang berlanjut ke dasar

kavitas dan melarutkan semen, sehingga mencapai apeks. Hal ini dapat

menyebabkan infeksi berulang yang menyebabkan harus dilakukan retreatment.

Lepas dan frakturnya restorasi juga dapat menyebabkan larutnya semen dan

masuknya bakteri hingga apeks yang dapat menyebabkan retreatment. Fraktur

gigi dapat menyebabkan gigi harus diekstraksi (Madisan & Wilcox, 1998 ;

Messer, 2003 ; Sjorgen, 1990).

Kebocoran tapi, lepasnya restorasi, dan fraktur pada restorasi dapat

menyebabkan menyebabkan terbukanya semen dan menyebabkan

terkontaminasinya kamar pulpa dan saluran akar oleh saliva dan bakteri, sehingga

mengakibatkan kegagalan perawatan saluran akar. Risiko yang paling dihindari

dari gagalnya restorasi adalah fraktur gigi, karena dapat menyebabkan gigi harus

diekstraksi (Ingle & Bakland, 2008 ; Torabinejad & Walton, 2002).

Menurut Cohen (2011), Sisthaningsih & Suprastiwi (2006), suatu restorasi

harus mampu menutupi koronal gigi secara menyeluruh untuk menghindari

kebocoran, agar tidak terjadi masuknya bakteri ke dalam saluran akar yang dapat
47

menyebabkan infeksi berulang. Pernyataan ini menunjukkan bahwa jika terjadi

kebocoran, maka harus dilakukan perawatan endodontik kembali atau retreatment

Menurut Garg (2011) dan Segovic (2004) terdapat beberapa pilihan

restorasi untuk gigi anterior. Gigi anterior dengan sisa jaringan gigi yang masih

banyak dan retensi yang masih cukup dapat direstorasi secara langsung dengan

komposit resin. Gigi anterior dengan sisa jaringan sedikit, yaitu kurang dari

sepertiga koronal sehingga retensi tidak cukup, restorasi dengan mahkota pasak

menjadi pilihan.

Pemilihan restorasi pada gigi yang telah dirawat endodontik seringkali

mengalami kesulitan. Hal ini disebabkan struktur jaringan gigi yang tersisa

seringkali tidak cukup sebagai retensi dari restorasi. Keadaan seperti ini

membutuhkan pasak yang masuk ke dalam saluran akar. Fungsi pasak adalah

untuk menambah retensi dari restorasi dan membagi tekanan yang diterima gigi

merata ke sepanjang saluran akar.

Adanir (2007), Schwartz (2004), dan Tronstad (2003) menjelaskan

mengenai fiber untuk mahkota pasak. Bahan pasak yang tengah berkembang saat

ini adalah pasak non metal, yaitu pasak fiber. Pasak fiber memiliki modulus

elastisitas yang hampir sama dengan dentin saluran akar. Pasak dengan bahan ini

lebih lentur dibandingkan dengan pasak metal, sehingga mencegah risiko fraktur

gigi yang sering terjadi pada gigi dengan pasak metal. Kelebihan lain dari pasak

dengan bahan fiber adalah biokompatibilitasnya yang lebih baik, dan tahan

terhadap korosi dibandingkan dengan pasak metal.


48

Menurut Cheung (2011), Cohen (2011), dan Segovic (2004) terdapat

beberapa pilihan restorasi untuk gigi poseterior. Gigi posterior dengan sisa

jaringan tersisa sedikit akibat tindakan preparasi akses kavitas sehingga

diperlukan perlindungan bonjol dan kavitas meliputi linggir proksimal, maka

dibutuhkan restorasi indirek. Restorasi indirek minimal untuk gigi yang telah

dirawat endodontik adalah restorasi onlay dengan bahan logam cor, porselen, atau

komposit. Gigi dengan sisa jaingan keras yang lebih sedikit dapat direstorasi

dengan restorasi mahkota, pilihan bahannya adalah logam com poselen, atau

komposit. Gigi yang membutuhkan retensi lebih dapat direstoasi dengan mahkota

pasak. Macam-macam bahan restorasi yang dapat digunakan setelah perawatan

endodontik adalah komposit resin, semen glass ionomer, porselen, dental

amalgam, dan logam cor.

Powers dan Sakaguchi (2006), Manhart et al., (2001) menjelaskan

mengenai sifat-sifat komposit. Penulis banyak menemukan komposit resin

merupakan restorasi yang saat ini penggunaannya semakin luas, karena memiliki

nilai estetik yang baik dan dapat digunakan pada gigi anterior dan posterior. Hal

ini disebabkan adanya penambahan sifat fisik dan mekanis dari komposit resin.

Filler sebagai bahan pengisi ditambahkan ke dalam matriks resin untuk

meningkatkan sifat fisik dan mekanis dari komposit resin. Sifat mekanis

ditingkatkan adalah nilai translusensi, mengurangi penyusutan selama

polimerisasi, dan mengurangi muai termis komposit, sedangkan nilai mekanis

yang ditingkatkan adalah meningkatkan kekuatan, kekerasan, mengurangi

penyerapaan air, dan mengurangi pewarnaan.


49

Mount (1994), Qualthrough (2005), dan Suprastiwi (2006) menjelaskan

mengenai bahan glass ionomer. Beberapa keunggulan yang dimiliki oleh semen

glass ionomer adalah bersifat tidak iritatif, adhesif, dan memiliki

biokompatibilitas tinggi. Nilai estetiknya cukup baik, namun jika dibandingkan

dengan resin kompsoit, nilai estetiknya menjadi kurang baik. Ketahanan semen

glass ionomer dalam menahan beban kunyah dan terhadap abrasi juga kurang

baik, karena itu tidak menjadi pilihan utama sebagai restorasi pada gigi yang telah

dirawat endodontik. Berdasarkan uraian tersebut penulis melihat bahwa semen

glass ionomer memiliki kelebihan dalam hal estetik namun memiliki kekurangan

dalam hal kekuatan menerima beban kunyah. Hal ini akan sangat membantu kita

memutuskan kapan sebaiknya menggunakan bahan semen glass ionomer.

Kidd (2003), Park (2002), dan Walmsley (2007) menjelaskan mengenai

bahan porselen. Porselen mempunyai warna yang mirip dengan jaringan gigi.

Porselen yang digunakan sebagai restorasi adalah porselen low dan high fusing.

Bahan ini sangat keras dan tidak larut dalam cairan mulut, namun mempunyai

sifat rapuh, karena itu kedalaman minimal dari restorasi harus dipenuhi. Hal ini

menyebabkan restorasi porselen menjadi indikasi pada gigi dengan kavitas yang

luas dan sisa jaringan gigi yang sedikit.

Manocci et al. (2005) dan Roberson et al. (2006) menjelaskan mengenai

penggunaan dental amalgam sebagai restorasi direk karena mudah ditempatkan ke

dalam kavitas serta dapat mengembalikan bentuk dan fungsi gigi. Penjelasan dari

bahan tambal amalgam membuat bahan amalgam menjadi pilihan sebagai

restorasi gigi setelah perawatan endodontik namun tidak menjadi pilihan utama.
50

Dental amalgam tidak melindungi bonjol dan linggir proksimal dengan baik, dan

gigi yang telah dirawat endodontik seringkali telah kehilangan bonjol selama

preparasi akses. Pertimbangan lain adalah tidak adanya ikatan adhesif antara

amalgam dengan jaringan gigi. Bentuk retensi gigi setelah perawatan endodontik

seringkali tidak adekuat untuk menggunakan restorasi amalgam.

Johnson (2002) dan Weine (2004) menjelaskan mengenai bahan logam

cor. Logam cor memiliki kekuatan yang baik dalam menahan beban kunyah.

Pengerjaannya yang tidak langsung juga memungkinkan hasil yang lebih baik.

Nilai estetik dari logam cor kurang baik, karena itu lebih dipilih sebagai restorasi

gigi posterior setelah perawatan endodontik. Bentuk restorasi dari bahan logam

cor yang menjadi pilihan minimal pada gigi setelah perawatan endodontik adalah

restorasi onlay. Logam cor sampai saat ini masih digunakan sebagai bahan

restorasi gigi setelah perawatan endodontik. Bahan ini dalam hal estetik kurang

baik, sehingga banyak pasien yang menolak menggunakan restorasi dengan bahan

logam cor ini, namun dari segi kekuatan dapat menahan beban kunyah.

Anda mungkin juga menyukai