Wawancara Psikiatrik
Wawancara Psikiatrik
WAWANCARA PSIKIATRIK
Dokter mempunyai banyak cara untuk mendiagnosis, menangani, dan
Dalam
wawancara
psikiatri,
apakah
pasien
bersedia
2.
3.
4.
5.
Ikuti jawaban yang samar-samar atau tak jelas dengan cukup gigih untuk
menentukan dengan akurat jawaban pertanyaan
6.
7.
8.
Jangan takut menanyakan tentang topik yang anda atau pasien rasakan sulit
atau memalukan
9.
10.
11.
terancam mempertahankan keyakinannya bahkan secara lebih matimatian. Tetapi tidak dianjurkan untuk berpura-pura mempercayai waham
pasien.
bahwa dokter mengerti keyakinan pasien akan waham, tetapi dokter tidak
mempunyai keyakinan yang sama.
g. Mewawancarai sanak saudara
Wawancara dengan anggota keluarga dapat bermanfaat dan mungkin penuh
kesulitan. Wawancara dengan anggota keluarga dapat dilihat dari berbagai
sudut pandang. Jika tujuan dokter adalah untuk mendiagnosis suatu gangguan,
maka semakin banyak fakta yang diberikan kepada dokter, semakin mudah
untuk menyusun diagnosis, prognosis dan pengobatan. Tetapi dari pandangan,
dinamika dan analitik, jika dokter melihat masalah pasien sangat dipengaruhi
interaksi dengan tokoh penting di dalam kehidupannya, maka kenyataan
eksternal kurang penting dari pada persepsi pasien sendiri. Pada umumnya,
semakin serius keadaan pasien saat datang (sebagai contohnya gangguan
depresi berat, ide bunuh diri atau psikosis), semakin mungkin dan
kemungkinan lebih tepat bagi dokter psikiatrik berhadapan dengan anggota
keluarga.
B.
PEMERIKSAAN PSIKIATRIK
Untuk memeriksa penderita mental perlu diikuti suatu bagan pemeriksaan
agar lebih sistematis, sehingga paling sedikit hal-hal yang penting tidak
terlupakan.
Riwayat psikiatrik
I.
Data identifikasi
II.
Keluhan utama
III.
IV.
V.
Riwayat pribadi
A. Pranatal dan perinatal
B. Masa anak-anak awal ( 3 tahun)
C. Masa anak-anak pertengahan (3-11 tahun)
D. Masa anak-anak akhir (sampai remaja)
E. Masa dewasa
1. Riwayat pekerjaan
2. Riwayat perkawinan dan hubungan/relasi
3. Riwayat pendidikan
4. Keagamaan
5. Aktifitas sosial
6. Situasi hidup sekarang
7. Riwayat hukum
F. Riwayat psikoseksual
G. Riwayat keluarga
H. Mimpi, khayalan, nilai hidup
1. Menentukan dan menilai gangguan jiwa yang ada, yang akan dipakai sebagai
dasar pembuatan diagnosa (diagnosa sementara) serta menentukan tingkat
gangguan serta pengobatannya (indikasi pengobatan psikiatrik khusus) dan
selanjutnya penafsiran prognosanya.
2. Menggambarkan strukutur kepribadian yang mungkin dapat menerangkan
riwayat dan perkembangan gangguan jiwa yang dimiliki.
3. Menilai kemampuan dan kemauan pasien untuk berpartisipasi secara wajar
dalam pengobatan yang cocok baginya.
Laporan pemeriksaan keadaan jiwa atau status mental yang dipakai dalam
psikiatri klinik berarti hasil pemeriksaan jiwa pasien. Adapun laporan
pemeriksaan keadaan jiwa itu merupakan suatu bentuk cerita yang mengandung
banyak hal seperti afek, emosi, cara berbicara (ucapan), persepsi dan fungsi
kognitif termasuk orientasi. Mengingat pendekatan holistik terhadap pasien, maka
laporan pemeriksaan keadaan jiwa itu seharusnya merupakan bagian dari
pemeriksaan umum semua pasien, biarpun hanya singkat, apabila tidak terdapat
tanda-tanda gangguan jiwa.
Suatu formulir laporan pemeriksaan keadaan jiwa yang lebih lengkap
biasanya terdiri dari bagian-bagian :
1. Identifikasi pasien
Data identifikasi memberikan ringkasan demografik tentang nama pasien,
usia, jenis kelamin, status perkawinan, pekerjaan, latar belakang etnis dan
agama. Dokter harus menyatakan apakah pasien datang atas keinginan sendiri,
dirujuk atau dibawa oleh orang lain.
Data identifikasi adalah alat untuk memberikan sketsa ringkas tentang
karakteristik pasien yang kemungkinan penting dan dapat mempengaruhi
diagnosis, prognosis, pengobatan dan kepatuhan.
2. Keluhan utama atau sebab utama apakah yang menyebabkan ia datang berobat
(menurut pasien dan /atau keluarganya)
3. Riwayat penyakit sekarang
Bagian ini memberikan gambaran yang lengkap dan kronologis tentang
peristiwa yang menyebabkan timbulnya keluhan. Hal ini akan membantu
c. Rupa pasien
d. Psikomotor
e. Sikap dan tingkah laku umum
f. Afek dan emosi
g. Kualitas bicara dan pikiran
h. Isi bicara dan pikiran
i. Fungsi somatis dan kekhawatiran somatik
j. Persepsi
k. Kesadaran
l. Fungsi Kognitif
m. Pertimbangan
n. Potensi bunuh diri atau melakukan kekerasan
o. Pengertian tentang sikap terhadap gangguannya.
10. Evaluasi psikologik
11. Evaluasi sosiologik
12. Diagnosa/klasifikasi
13. Program pengobatan dan hasilnya
14. Data pengakhiran pengobatan atau pengeluaran pasien dari rumah sakit
15. Tindak lanjut
Prognosa dicatat berdasarkan pengertian si pemeriksa mengenai daya tahan
pasien, kelemahan penyesuaian dirinya, gangguan atau penyakit yang dideritanya
serta kenyataaan hidupnya, dipengaruhi juga oleh riwayat mengenai pola
penyesuaian diri pasien terhadap berbagai stres dahulu dan kestabilannya. Setelah
mengerti benar keadaan pasien serta seluk beluk pengalaman hidupnya barulah si
pemeriksa yang bersangkutan itu memberi rekomendasi mengenai suatu cara
pengobatan.
10
Gambaran Umum
a. Penampilan
b. Perilaku dan aktivitas psikomotor
c. Sikap terhadap pemeriksa
II.
III.
Bicara
IV.
Gangguan persepsi
V.
Pikiran
a. Proses atau bentuk pikiran
b. Isi pikiran
11
IX. Reliabilitas
I. Gambaran Umum
a.
Penampilan
Hal ini adalah suatu gambaran tentang penampilan pasien dan
kesan fisik secara keseluruhan yang disampaikan kepada dokter psikiatrik,
seperti yang dicerminkan dari postur ketenangan, pakaian, dan dandanan.
Contoh hal-hal di dalam kategori penampilan adalah jenis tubuh, postur,
ketenangan, pakaian, dandanan, rambut, dan kuku. Istilah umum yang
digunakan untuk mengggambarkan penampilan adalah tampak sehat, sakit,
agak sakit, seimbang, kelihatan tua, kelihatan muda, kusut, seperti anakanak, dan kacau. Tanda kecemasan dicatat: tangan yang lembab, keringat
pada dahi, postur tegang, mata lebar.
b.
c.
12
a. Mood
Mood didefinisikan sebagai emosi yang meresap dan terus menerus
yang mewarnai persepsi seseorang akan dunia. Kata sifat yang sering
digunakan untuk menggambarkan mood adalah depresi, kecewa, mudah
marah, cemas, marah, meluap-luap, euforik, kosong, bersalah, terpesona,
sia-sia, merendahkan diri sendiri, ketakutan, dan membingungkan. Mood
mungkin labil, berarti bahwa mood berfluktuasi atau berubah dengan cepat
antara hal-hal yang ekstrim.
b. Afek
Afek dapat didefinisikan sebagai respon emosional pasien yang
tampak. Afek adalah apa yang disimpulkan oleh pemeriksa dari ekspresi
wajah pasien, termasuk jumlah dan macam perilaku ekspresif. Afek
mungkin sejalan dengan mood atau tidak sejalan. Afek digambarkan
sebagai dalam rentang normal, terbatas, tumpul, atau datar. Di dalam
rentang afek yang normal, terdapat variasi dalam ekspresi wajah, irama
suara, penggunaan tangan dan pergerakan tubuh. Jika afek terbatas,
terdapat penurunan jelas di dalam rentang dan intensitas ekspresi.
Demikian juga pada afek tumpul, ekspresi emosional menurun lebih jauh.
Untuk mendiagnosis afek datar, dokter harus tidak menemukan tanda
ekspresi afektif, suara pasien harus monoton, wajah harus imobil.
c. Kesesuaian
Kesesuaian respon emosional pasien dapat dipertimbangkan di
dalam konteks masalah subjektif yang didiskusikan pasien.
III. Bicara
Bagian laporan ini menggambarkan karakteristik fisik dari berbicara.
Bicara dapat digambarkan di dalam kuantitasnya, kecepatan produksi bicara,
dan kualitasnya. Pasien mungkin digambarkan sebagai senang berbicara, suka
mengomel, fasih, pendiam, tidak spontan, atau berespon normal terhadap
petunjuk dari pewancara. Bicara mungkin cepat atau lambat, tertekan, raguragu, emosional, dramatik, monoton, keras, berbisik, bersambungan, terputusputus, atau mengomel.
13
b. Orientasi
14
Berpikir abstrak
Berpikir abstrak adalah kemampuan pasien untuk berhadapan dengan
konsep.
Pasien
datang
dengan
gangguan
cara
dimana
mereka
15
Reliabilitas
Bagian status mental dari laporan menyimpulkan kesan dokter
psikiatrik terhadap reliabilitas pasien dan kemampuan untuk melaporkan
situasinya dengan akurat. Bagian ini memasukkan suatu perkiraan kesan
dokter psikiatrik pada kebenaran atau kejujuran pasien.
16
DAFTAR PUSTAKA
1. Kaplan HI, Saddock BJ. Sinopsis Psikiatri Jilid 1 Edisi Ketujuh. Jakarta :
Binarupa Aksara. 1997. 1-25
17